Golok Sakti Bab 02 : Manusia menghisap darah manusia

Bab 02 : Manusia menghisap darah manusia

rupa tipu serangan yang lihay. Jurus-jurus ilmu golok keramatnya dimainkan indah sekali oleh Ho Tiong Jong.

Badannya kelihatan terputar, membuat ia terlolos dari serangan dan senjata pit dengan gaetan menjadi saling bentur sendirinya.

Tapi cepat sekali dua lawannya itu perbaiki posisinya dan melakukan offensif lagi. Ho Tiong Jong putar goloknya santar sekali berkelebetan meminta korban, hingga dua lawannya kelihatan rada rada jerih untuk merangsek dengan mati-matian kuatir jadi makanannya golok Ho Tiong Jong.

Ketika Ho Tiong Jong memainkan jurusnya yang kesebelas, kelihatan ia sudah berada diatas angin- Saking girangnya entah bagaimana, Seng Giok Cin telah berteriak. "Hei, kau sudah menang, lekas usir mereka pergi "

Ho Tiong Jong dalam hati sangat jengkel seng Giok Cin banyak omong. - "Hei. Jangan banyak omong yang menyakiti hati orang memang maksudku untuk membikin senjata mereka terlepas"

"Sepasang orang ganas" itu mengetahui bahwa mereka tidak bisa menang dari anak muda yang tangguh itu. Kalau pertandingan diteruskan, achirnya mereka akan jadi pecundang, pikirnya. Mereka sudah ternama dikalangan Kangouw, kalau sampai kena dijatuhkan oleh orang muda yang tidak terkenal, bagaimana malunya mereka nanti ketemu kawan kawan seperjuangannya. oleh sebab itu mereka mengambil putusan untuk mengundurkan diri.

Teng Hong lalu memberi isyarat dengan matanya kepada orang orangnya, kemudian ia melompat keluar dari kalangan berkelahi diikuti oleh Lauw coe Teng.

Sebagai gantinya, dua belas orangnya si "sepasang orang ganasi sudah menggantikan kepalanya untuk mengerubuti Ho Tiong Jong yang sudah lelah.

Ho Tiong Jong masih meneruskan jurusnya yang kedua belas dari ilmu golok keramatnya.

Jurus kedua belas ini telah mengambil dua korban lawannya, tapi ia sudah sangat lelah dan tidak tahu untuk meneruskan pertandingan- Dalam keadaan demikian sebatang golok musuh mampir dibahunya, ia coba menghindarkannya terlambat dan dari bahunya itu telah mengucurkan banyak darah. Untung meskipun sudah sangat lelah, ia masih bisa menangkis, lain-lain serangan musuhnya, hingga ia tidak sampai menjadi perkedel, dalam pertempuran seru itu.

Melihat Ho Tiong Jong hanya dapat memainkan dua belas jurus ilmu golok keramat nya, enam jurus lagi seperti ia belum meyakinkannya, diam diam Seng Giok Cin merasa heran-Tapi bagaimana juga ia tidak bisa tinggal diam melihat Hong Tiong Jong sudah sangat letih kelihatannya. Maka ia berseru.

"Hmm aku kira Sepasang orang ganas yang menggemparkan dunia kangouw ada dua orang yang tinggi ilmu silatnya, tidak tahunya aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri hanya sebegitu saja. Pengecut dan tidak tahu malu. Huh kalian tahu bahwa toako yang membela keadilan itu hanya berkepandaian dua belas jurus ilmu silatnya, akan tetapi kalian tidak tahu siapa adanya aku ini. Ha ha ha ..betul-betul perbuatan kalian akan menjadi buah tertawanya orarg-orang dalam dunia kangouw. Hayo. kalian lekas berhenti jangan bertempur terus"

la meneriaki pada orang-orang yang mengerumuni Ho Tiong Jong.

Tapi dua belas orang penjahat itu tidak mau memberhentikan serang-serangannya? membikin Seng Giok cin jadi sangat mendongkol.

Dari atas kudanya ia enjot tubuhnya melayang sambil perdengarkan siulan bajunya berkibaran membawa tubuhnya turun kebawah dekat dimana Ho Tiong Jong sedang ramainya bertempur.

"Apa kalian tidak mendengar perintah ku?" ia berkata, tubuhnya nyerbu diantara mereka, dalam sekejap saja sudah ada enam penjahat yang terpelanting keluar dari pertempuran- Melihat kelihayan Seng Giok cin- penjahat penjahat lainnya menjadi ciut nyalinya dan pada tumpang siur melarikan diri.

Seng Giok Cin melihat itu tidak mau mengejar hanya setelah tertawa dingin ia berkata: "Ha ha ha kawanan tikus hanya sebegini saja keberanian nya... "

Teng Hong dan Lauw coe Teng mendengar kata-kata sombong itu tidak bisa menelaniya, mereka menghampiri si pemuda pelajar itu dengan menggunakan senjatanya masing-masing tidak banyak rewel, lagi telah menyerang pada Seng Giok Cin.

Doa orang ganas dengan bersenjata telah mendekati Seng Giok Cin yang tidak bersenjata, tapi Seng Giok Cin tidak takut. ia mengandaikan kegesitan dan telapakan tangannya balas menyerang pada dua orang jahat itu.

Senjata poan-koan pit Lauw coe Teng lihay sekali kelihatannya,saban-saban menyerang kebagian bagianjalan darah yang berbahaya sedang senjata gaetannya Teng Hong juga di mainkan dengan hebat sekali. Tapi semua itu dengan tangan kosong dihadapi oleh Seng Giok cin-Tidak ada lowongan terbuka membikin pemuda pelajar itu terluka hingga dua penjahat itu menjadi gelisah sendirinya.

Satu ketika, senjata gaetannya Teng Hong yang menyerang sudah kena dirampas oleh Seng Giok Cin, siap telah meluncurkan balik senjata itu kepada pemiliknya lagi. Baiknya Lauw coe Teng awas, ia cepat menggunakan senjatanya menyontek, hingga senjata gaetan itu nyeleweng jurusannya dan jatuh ditanah tidak jadi meminta korban. Kalau saja Lauw coe Teng tidak turun tangan pada waktunya yang cepat. Teng Hong tentu saat itu hanya tinggal namanya saja.

Teng Hong merasa bersyukur kepada kawannya yang sudah meloloskan dirinya dan bahaya kematian.

Pertempuran masih terus dilanjutkan dengan sengitnya.

Ho Tiong Jong merasa kagum akan kepandaiannya Seng Giok Cin yaig tadinya ia duga tidak punya kepandaian silat makanya ia berulang-ulang menyuruh ia pergi supaya tidak kerembet dan menjadi korban nya Sepasang orang ganas.

Pikirnya, pantasan Seng Giok Cin saban kali ia menyuruh berlalu hanya dijawab dengan senyum dan anggukkan kepala, akan tetapi tidak bergerak dari tempatnya Kalau begitu memangnya ia pandai silat?

Melihat Seng Giok Cin berikan perlawanan dengan tangan kosong berada diatas angin dari kedua musuhnya Ho Tiong Jong pikir tidak perlu ia turun tangan membantu.

Ketambahannya ia merasakan sakit dibahu-nya yang terluka kena hajaran golok musuh. Maka setelah sejenak melihat lukanya, ia lantas meninggalkan tempat itu pergi kelereng gunung, dimana tadi ia bersama Bhe Kong dan Kho Piauwtao berada. Ia disana kecele, sebab ia tidak menemukan kawannya itu.

Ho Tiong Jong menghela napas jikalau mengingat akan dua kawannya itu yang berhati pengecut dan memikirkan hidupnya sendiri saja.

Ia periksa dengan teliti lukanya, ternyata hanya luka biasa saja, tidak terkena racun- Maka setelah ia membelebat. lantas ia duduk mengasoh mengawasi kebawah. dimana Seng cick cin masih terus bertempur dengan "Sepasang orang ganas"

Betul-betul lihay Seng Giok Cin itu, sebab saban kali ia menyerang dengan telapakan tangannya, musuhnya mesti sempoyongan dan dengan susah payah baru bisa menegakkan pula dirinya.

Demikian ketika untuk kesekian kalinya ia membikin dua musuhnya sempoyongan mundur, ia telah bersiul kegirangan dan berkata.

"Hmmm Kalian ini orang macam apa, baru tiga gebrakan saja sudah begini rupa keadaannya. Sebaiknya kalian ngiprit saja pulang kesarangmu untuk memikirkan nasib kalian yang sialan itu ketemu aku. Kalau kalian masih tidak puas dan hendak menagih hutang kekalahan ini, boleh datang cari aku dibenteng seng-kee-po yang terletak disebelah timur dari kota Lok-yang."

Teng Hong yang sedang sesak napasnya habis menerima angin pukulan Seng Giok Cin, berubah mukanya ketika mendengar kata-katanya si pemuda pelajar. ia bertanya apakah pemuda itu ada kepala dari Seng kee-po? Pertanyaan mana tidak dijawab oleh Seng Giok cin, hanya ia menambahkan-

"Untuk mencari aku, jikalau kalian tidak menemui aku di Seng-kee-po, boleh mencari ke "Rumah Es digunung Tay-pekssan", kalian pasti akan menempurnya."

"sepasang orang ganas" itu dibikin terkejut mendengar perkataannya Seng Giok Cin.

Bagaimana mereka tidak kaget, karena benteng Seng-keepo itu ada sangat termasyhur namanya, pusat dari Peserikatan Benteng-Perkampungan, lebih lagi ketika mendengar disebutnya "Rumah Es" digunung Tay-pekssan yang dikepalai oleh Kok-Lo lo, salah satu dari lima pendekar yang termasyhur dalam rimba persilatan pada masa itu. Teng Hong meskipun ketakutan, coba menabahkan hatinya dan dengan ketawa dibikin-bikin ia berkata.

"Ya, harap Seng Siauw-ya suka mengampuni perbuatan kami yang tidak baik. Kami adalah orang yang berwatak tidak baik, sukar dirubahnya. Harap saja lain kali kita dapat berjumpa pula."

Setelah mengucapkan perkataan itu, lalu ia mengajak Lauw coe Teng dan anak buahnya berlalu dari situ.

Seng Giok Cin mengawasi mereka berlalu sampai kemudian menghilang dari pemandangannya. Mendadak ia seperti kaget, matanya celingukkan seperti ada yang dicari.

Memang ia kehilangan Ho Tiong Jong, di mana adanya pemuda itu ia tidak tahu. Pelayannya ditanya hanya mengunjuk ke lereng gunung, lain tidak.

Pemuda pelajar itu mengelah napas dengan muka muram. setelah menyemplak pula kudanya lantas berjalan diikuti oleh pelayannya. juga beberapa saudagar yang terluput dari kematian, sudah mengikuti jejaknya dua orang tadi yang masing-masing naik kuda putih dan hitam.

Ho Tiong Jong diatas gunung menyaksikan berlalunya mereka itu dengan pikiran kusut. Ia sebenarnya ingin bisa berkenalan dengan Seng Giok Cin yang berkepandaian tinggi, tapi hatinya tidak mengasih karena tertekan oleh rasa rendah diri.

PIKIRAN ia ada seorang pemuda miskin, tidak berpendidikan dan ilmu silatnya tidak seberapa tinggi. Sebaliknya Seng Giok Cin ada suatu Kongcu (anak hartawan), terpelajar dan berilmu silat tinggi, mana dapat ia bergaul dengan orang seperti Seng Giok cin? Tambahan dalam kata-katanya yang mengandung teka-teki ia tidak dapat memecahkannya^

Setelah menghela napas beberapa kali, Ho Tiong Jong berbangkit dari duduknya dan ia juga pergi mengikuti mereka menuju ke kota Lok-yang. Di dalam perjalanannya yang telah memakan waktu lima hari lamanya untuk sampai di kota Lok-yang, bukan sedikit ia mengalami penderitaan dari bahunya yang sakit kena hajaran golok. ia naik turun gunung dengan susahnya, tapi akhirnya, sampai juga ketempat tujuannya.

Dari salah seorang sahabatnya ia juga ada bawa surat perkenalan untuk salah satu perusahaan pengantar barang di Lok-yang. Pikirnya, mungkin ia bernasib baik dalam kota itu, maka ia terus mencarinya perusahaan yang dimaksudkan.

setelah masuk keluar beberapa perusahaan sejenis itu, ia telah lewat didepan perusahaan pengantar barang yang merek nya tidak nyata.

Rumahnya rendah, bendera kantor piauwkiok itu berkibar kibar diatasnya, akan tetapi mereknya sudah luntur Meskipun begitu ia perlu menyelidiki siapa tahu itu ada kantor pengantar barang yang dimaksudkan oleh sahabatnya.

Ketika ia menghampiri lebih dekat, tiba-tiba pintu kantor terbuka dan keluar seorang lelaki berumur kira-kira empat puluh tahun, Ketika melihat Ho Tiong Jong seperti seorang asing sedang langak longok, ia telah menegur. "saudara cari siapa?"

"oh, maafkan aku, ada kurang sopan, Aku sedang mencari piautao Lim San yang bergelar Huito (golok terbang), apakah saudara itu ada bekerja disini?"

"itulah aku sendiri, saudara datang dari mana?" tanya orang itu.

"Aku datang dari kota See-an bernama Ho Tiong Jong, ada membawa surat dari sahabatku untuk disampaikan pada saudara."

Ho Tiong Jong berkata sambil merogo sakunya dan keluarkan sepucuk surat diserahkan kepada si Golok Terbang Lim San-

Setelah surat dibaca, mendadak air mukanya Lim San berubah dan dengan suara dingin berkata.

"saudara Ho ada menginap di penginapan mana? sekarang aku sedang ada urusan penting hendak diurus, maka sebentar malam saja aku datang kesana untuk bicara dengan saudara, akur."

Ho Tiong Jong sedikit bingung, karena ia belum tahu akan menginap dirumah penginapan yang mana, sebab dalam kantongnya tidak punya uang. Ketambahan melihat air mukanya Lim San yang demikian, seakan-akan tidak akan menerima ia bekerja dalam kantornya, maka ia telah menjawab sembarangan saja.

"oh, ya, aku baru saja sampai di kota ini, Belum tahu dimana aku akan menginap. maka sebentar malam aku sendiri saja yang datang kesini, bagaimana pikiran Saudara?"

Lim San tidak memberikan jawabannya, ia terus saja meninggalkan Ho Tiong Jong masuk kedalam kantornya, Kelakuan mana telah membikin Ho Tiong Jong melongo.

Diam-diam dalam hatinya mengutuk orang itu tidak tahu adat, belum selesai bicara, sudah meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa.

Dengan pikiran jengkel Ho Tiong Jong menindakkan kakinya tanpa tujuan-

Dalam kantong tidak ada uang, dimana ia harus menginap? Dalam rumah penginapan, tidak mungkin sebab harus mempunyai uang untuk membayar sewanya, ia tidak mempunyai sahabat, seorang pun dalam kota Lok-yang itu, kepada siapa ia harus minta pertolongan? Pikarannya jadi melayang-layang, ia tidak tahu kakinya sudah membawa dirinya kemana.

Tiba-tiba ia dibikin kaget ketika dari belakang orang menepuk bahunya, ia cepat-cepat menoleh orang yang menepuknya seperti orang dari kantor piauwkiok.

"Saudara ini bukannya yang bernama Ho Tiong Jong?" tanya orang itu sambil ketawa, tampaknya ia ramah sekali seperti juga bicara terhadap kenalan lama.

Ho Tiong Jong membisu sejenak. karena ia tidak kenal dengan orang yang menanya dirinya itu. Ketika ia hendak membuka mulutnya menjawab, orang itu sudah mendahului berkata pula.

"Aku bernama ong Kong Gie, pegawai dari Lok-yang Piauw-kiok. Tadi aku mendengar dari Lim Piauw-tao, katanya saudara baru saja datang ke kota ini, Betulkah.?"

"Ya, betul aku memang baru datang, Barusan aku bicara dengan Lim Piauw-tao, belum ada keputusannya sudah ditinggal pergi begitu saja, Aku tidak tahu, entah itu ada adatnya yang angkuh atau karena dia terlalu repot, hingga melupakan kesopanan?" ong Kong Gie tertawa mendengar bicaranya Ho Tiong Jong.

"Saudara Ho jangan kau kecil hati. Memang pada belakangan ini Lim Piauwtao ada sangat repot dengan urusan pribadinya, hingga kadang-kadang ia tidak sadar dengan kelakuannya yang dapat membikin orang mendelu hatinya, Aku yang menjadi anak buahnya dengan ini memohon maaf banyak-banyak atas sikapnya Lim Piauw-tao."

Ho Tiong Jong lumer mendongkolnya mendengar kata-katanya ong Kong Gie yang ramah dan jenaka, maka ia juga bikin habis urusan itu dan menanyakan maksud ong Kong Gie datang kepadanya ada urusan apa?

"Saudara Ho," kata ong Kong Gie, sambil menyekal lengan orang. "Biarlah aku menjadi tuan rumah untuk menyambut kedatanganmu dari jauh-jauh, Mari, mari kita mencari makan untuk menangsal perut, Aku kira saudara Ho tentu sudah lapar, bukan ?"

Ho Tiong Jong agak kemerah-merahan mukanya, akan tetapi ia tidak berkata apa-apa, sebab memang waktu itu ia sedang laparnya, ia mengikuti sang sahabat yang baru dikenal itu mencari salah satu rumah makan-

Tidak sukar ong Tong Gie membawanya Ho Tiong Jong masuk kedalam sebuah rumah makan yang lezat makanannya.

Ia memesan pada pelayan makanan dan minuman yang istimewa, sementara menanti barang hidangan disiapkan ong Kong Gie lah menanya pada Ho Tiong Jong, "Saudara Ho, apakah kau datang dikota Lok-yang ini hanya sendirian saja? Bagaimana dalam perjalanan apa tidak menemui apa-apa yang mengherankan?"

"Betul, aku hanya datang sendirian saja, Di perjalanan tidak ada apa-apa yang aku ketemukan mengherankan- "jawab Ho Tiong Jong ia tidak mau menceritakan pengalamannya sudah bertempur dengan "Sepasang orang ganas, dan pertemuannya dengan si pemuda pelajar yang berbadan sangat mewah.

"Saudara Ho, sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin bicarakan denganmu, oh, sebentar saja jikalau sudah habis makan"

Seiring dengan kata-katanya, ong Kong Gie membantu pelayan mengatur makanan yang dipesan diatas meja. Demikian mereka telah makan minum dengan diseling oleh pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan jalannya cerita. Begitu selesai makan, ong Kong Gie telah berkata. "Saudara Ho, aku harus mengucapkan selamat kepadamu."

"Hei, selamat apa. saudara ong?"

"Selamat lantaran namamu sekarang telah naik tinggi."

"Sebabnya?"

"Kau sudah berani bermusuhan dengan "Sepasang orang ganas" yang sangat ditakuti dalam kalangan kang-ouw, Kau berani menempur dan mengalahkan mereka, sudah tentu namamu menjadi terkenal dimana- mana. Kantor kami sudah mengetahui tentang saudara punya pengalaman, meskipun saudara sendiri kelihatannya sungkan untuk menuturkannya ketika aku menanyakan pengalaman saudara di perjalanan-"

"Saudara ong, kau terlalu memuji tinggi, Aku tidak mempunyai kepandaian apa-apa, kalau tokoh aku berani menempur pada "Sepasang orang ganas" disebabkan sang hati tidak tega melihat keganasan yang dilakukan oleh mereka terhadap orang-orang yang tidak salah berdosa, Maka, apa yang aku perbuat hanya sekedar untuk membela keadilan, bukannya dengan sengaja mau mencari nama dalam kalangan kangouw." ong Kong Gie angguk-anggukan kepalanya. Sambil mengacungkan jempolnya, ong Kong Gie berkata lagi.

"itulah ada perbuatannya satu pendekar tulen- Dengan tidak menghiraukan diri sendiri dan tidak memikirkan akan akibatnya urusan yang diperbuatnya, saudara sudah tunjukan diri untuk membela keadilan, jarang orang yang seper... "

ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya, karena diganggu oleh masuknya tiga orang laki laki berbadan tegap dengan sikap yang sombong sekali.

Mereka datang dengan berkuda, satu diantaranya yang berjalan di depan sungguh menjemukan lagaknya, ia berjalan lewat diantara tetamu yang pada makan di situ seolah-olah tidak memandang mata, sangat angkuh sikapnya, hingga yang melihatnya menjadi sebal.

Ho Tiong Jong yang melihat ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya dan matanya mengawasi kesatu jurusan, ia pun berpaling mengikuti kemana ong Kong Gie mengarahkan penglihatannya .

Hatinya Ho Tiong Jong juga jadi mendelu melihat sikapnya orang sombong tadi.

ong Kong Gie udah sedari tadi menundukkan kepalanya lagi ia melihat Ho Tiong Jong masih mengawasi kepada tiga orang yang baru datang tadi, lalu berkata dengan suara berbisik "saudara Ho sebaiknya jangan kita mengawasi mereka, kita bicara tentang urusan kita saja."

"Kenapa? Apa saudara ong, kenal pada mereka?" tanya Ho Tiong Jong.

ong Kong Gie punya pengalaman sebagai piauwsu sudah tiga puluh tahun, ia sudah kawakan dan mengenal banyak orang gagah dari rimba persilatan, baik yang gagah budiman maupun yang gagah jahat, pengalamannya banyak dan pengetahuannya sangat luas, Dengan suara berbisik ia menjawab pertanyaannya Ho Tiong Jong.

"Ya, kalau tidak keliru mereka itu ada murid-muridnya dari si siluman Khoe Tok yang sudah mengasingkan dirinya selama tiga puluh tahun belakangan ini dari dunia kangouw." Ho Tiong Jong berpaling pula mengawasi bajunya mereka agak aneh.

"Hei, saudara ong, apakah kau kenal orang yang berbaju disulam mata satu siapakah gerangan dia? Kelihatannya dia sangat tajam."

"Memang betul demikian, pemandanganmu tepat sekali. Tentang riwayatnya siluman Khoe Tok sedikit sekali orang lain, di kota Lok yang ini barangkali hanya akulah yang dapat menyediakan riwayatnya."

Tiga tetamu congkak tadi ambil tempat agak berjauhan juga dari Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie, sementara suara berisik dari tetamu yang pasang omong, membuat apa yang dibicarakan oleh Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie tidak dapat didengar oleh yang lain-

"Kalau begitu," kata Ho Tiong Jong, "aku harap saudara ong suka, menceritakan kepadaku ada baiknya sekedar menambahkan pengalaman ku."

ong Kong Gie angguk-anggukkan kepala, "Khoe Tok yang terkenal julukannya si "Siluman," ong Kong Gie mulai menutur, "pada masanya ia malang melintang dalam dunia kangouw perbuatannya sangat kejam, ia suka sekali menghisap atau minum darahnya manusia. Darah dari wanita yang datang bulan ia bikin menjadi obat, entah obat untuk apa? Ketika ia beraksi dalam kalangan kangouw telah menggemparkan rimba persilatan karena kekejaman dan keganasannya.

Dia punya kebiasaan menghisap dan meminum darah manusia, membuat banyak pendekar yang berilmu silat dan budiman menjadi marah besar. Banyak yang sudah mencari padanya, tapi ilmu silatnya Khoe Tok yang tinggi sukar dijatuhkan bahkan bukan sedikit kawanan pendekar yang menjadi korban kekejamannya."

"Kalau begitu dia sukar dibunuh sukar disingkirkan jiwanya untuk menolong banyak korban dari keganasannya." menyelak Ho Tiong Jong.

"Memang begitu kenyataannya. Rimba persilatan gempar dibuatnya kekejaman dan keganasannya si Siluman Khoe Tok semakin menjadi-jadi. Saban kali ia membunuh orang dia hisap atau minum darahnya.

Yang paling gila, dia kumpulkan banyak wanita yang tengah datang bulan, masing-masing disuruh kumpulkan darahnya untuk dijadikan obat. Wanita-wanita itu setelah berhenti datang bulan, lalu diganggu kehormatannya, siapa yang tidak menuruti digeragot lehernya dan dihisap darahnya, sehingga si korban mati seketika itu karena kehabisan darah... "

" celaka" seru Ho Tiong Jong tertahan-

"Husssst... " ong Kong Gie tempelkan jarinya dimulut, "Kau jangan sibuk tidak karuan, nanti aku tidak mau meneruskan ceritanya, Sebab urusan ini kalau tiga muridnya itu tahu, terang jiwaku akan melayang."

"Hmm" Ho Tiong Jong menahan hawa amarahnya.

Ia sebenarnya sudah ingin berteriak-teriak mencaci maki Khoe Tok si siluman yang kejam dan ganas, akan tetapi mengingat kalau ia berbuat demikian akan menimbulkan onar yang tak diingini dan ong Kong Gie kena kejiret oleh karenanya, maka ia paksa tekan amarahnya yang hampir meluap dari takarannya.

"Teruskan, aku tak akan mengganggu kau cerita" kata Ho Tiong Jong dengan air muka agak beringas.

ong Kong Gie ketakutan, ia berpikir sebenak untuk meneruskan ceritanya, hingga membuat Ho Tiong Jong tak sabaran.

"Teruskan, kenapa saudara ong diam saja?" katanya menegur.

ong Kong Gie pikir, kalau tidak diteruskan akibatnya bisa runyam, melihat Ho Tiong Jong sangat bernapsu untuk mendengarnya, maka dengan apa boleh buat ia melanjutkan ceritanya.

"Perbuatannya Khoe Tok itu membuat gusar satu pendekar pedang kawakan yang bernama cin Tong, siapa ada tergolong salah satu diantara "Lima Tokoh" yang tertinggi ilmu silatnya dalam dunia persilatan- cin Tong dengan seorang diri telah mencari sarangnya Khoe Tok dan menantang kepadanya, setelah membeber kejahatannya si siluman yang jahat kejam itu."

"Bagus, bagus," menyelak Ho Tiong Jong "tapi bagaimana, apa dia juga mati dibawah tangannya siluman kejam itu?"

ong Kong Gie geleng-geleng kepala, "Tidak." jawabnya, "kali ini dia ketemu batunya, Dalam suatu pertempuran seru, Khoe Tok keteter, hingga perlu dibantu oleh muridnya yang terpandai bernama oet-ti Haa. pertandingan bertambah seru. cin Tong dikerubuti dua orang guru dan murid tapi cin Tong betul-betul gagah, Dia dengan pedangnya telah berhasil menusuk oet ti Hin hingga roboh, sedang dengan telapakan tangannya ia menyerang telak pada Khoe Tok hingga terpaksa siluman itu melarikan diri.

Sejak mana Khoe Tok tidak kedengaran lagi namanya dalam kalangan Kangouw, ia menyembunyikan dirinya sehingga sekarang sudah tiga puluh tahun lamanya. Halnya siluman Khoe Tok itu hanya akulah yang dapat menceritakan seterang ini, orang lain barang kali tidak

dapat."

Ho Tiong Jong setelah mendengar habis ong Kung Gie cerita, lantas berpaling ke arahnya tiga muridnya si siluman kejam, seakan-akan ia hendak memandang atau menegasi bagaimana sih rupanya murid-murid dari Khoe Tok itu?

"Sekarang keadaan disini amat genting." kata pula ong Kong Gie, "aku lihat banyak orang dari rimba persilatan yang jalan putih dan hitam mengalir masuk kota, Mungkin yang berjalan hitam ada hubungannya dengan "Sepasang orang ganas", Saudara Ho sudah menanam bibit permusuhan dengan "Sepasang orang ganas", kantor kantor piauwkiok disini menganggap ada berbahaya untuk menerima kau bekerja, maka sebaiknya kau angkat kaki dari sini pergi ke Kang-lam umpamanya, siapa tahu disana kau bisa mendapat pekerjaan, sekalian untuk menyelamatkan diri, entah bagaimana ada pikiran saudara Ho?"

Ho Tiong Jong tidak menjawab akan nasehatnya ong Kong Gie, la termenung, pikirnya. Lim piauwTao rupanya sengaja mengirim ong Kong Gie untuk menyuruh aku lekas angkat kaki dari sini, itu sih tidak jadi apa, cuma saja dalam kantongku tidak membekal uang barang Sepeser, bagaimana dengan ongkos dalam perjalananku? Dan kemana aku harus pergi? Betul-betul dalam dunia ini orang harus kejam dan telengas, baru bisa beruntung, orang seperti aku ini, tidak lebih seperti sampah masyarakat, Kesana-sini melamar pekerjaan ditolak. apakah nasibku memangnya ada demikian buruk ? Apa sebenarnya keyakinanku sehingga aku mengalami meski penderitaan hidup begini? Diam-diam ia merasa putus asa.

Dalan bengong memikirkan nasibnya, tiba tiba ong Kong Gie berkata, "Saudara Ho, kau dari tempat jauh datang disini, mungkin ada kekurangan ongkos dijalan, maka sukalah kau terima sedikit pemberianku ini sebagai tandanya persahabatan kita, untuk menambah bekal diperjaianan yang akan kau tempuh."

Setelah berkata ia meletakkan uang tiga tahil perak diatas meja.

Dalam keadaan setengah sinting adatnya, Ho Tiong Jong yang angkuh timbul dengan tiba-tiba, ia menggebrak meja, hingga yang diatasnya suaranya yang nyaring. Para tetamu pada menoleh kearah dua orang itu dengan wajah merasa heran dan menduga-duga, apakah dua orang itu hendak bertempur?

sambil berbangkit dari duduknya Ho Tiong Jong berkata.

"Saudara ong, banyak terima kasih atas pemberianmu, aku masih ada cukup uang di kantong untuk melanjutkan perjalananku Disini aku sudah tidak dapat tempat untuk tancap kaki, semoga dilain tempat ada yang suka pakai aku punya tenaga."

Ketika matanya melirik kepada tiga orang jumawa tadi, jusru mereka punya mata pun sedang ditujukan kearah nya, hingga berbentrokan.

Satu antaranya yang muda, yang sang at jumawa tadi, telah berkata pada dua kawannya.

"Hei, kalian lihat, itu tikus matanya menyala pada kita, kelihatannya sangat menantang"

Ia berkata seraya berbangkit dari duduknya menghampiri mejanya Ho Tiong Jong, hingga ong Kong Gie menjadi ketakutan dan mukanya pucat pasi.

Ketika ia datang dekat, ia melihat uang yang jatuh tadi telah melesak diatas meja, Diam- diam ia bersenyum, katanya.

"Kau main-main didepan kami orang seperti juga yang menantang, apa artinya itu?"

Ia tutup kata-katanya sambil menggebrak meja hingga uang yang nancap tadi telah mencelat keluar.

Masing-masing telah menggunakan tenaga dalamnya yang mahir, hingga para tetamu lainnya yang menyaksikan menjadi sangat kagum. orang tadi mengawasi pada Ho Tiong Jong dengan roman menghina.

"Kau ini anjing kecil berani unjuk lagak didepan tuan besarmu, lekas kalian berdua berlutut baru ada harapan diampuni jiwa kalian-"

Mendengar hinaan itu, Ho Tiong Jong diam-diam berpikir, "Lebih baik aku mati dari pada menelan hinaan orang."

Tengah ia berpikir untuk berlaku nekad, tiba-tiba ia melihat ong Kong Gie telah menjatuhkan dirinya berlutut, Sambil manggut-manggutkan kepalanya seperti ayam yang matokin gabah. ong Kong Gie meratap minta ampun-

Tiga orang jahat itu tertawa tergelak- gelak, tapi kemudian wajahnya beringas, karena melihat Ho Tiong Jong masih tinggal berdiri tegak, tidak mau berlutut seperti kawannya telah berbuat.

Anak muda itu telah unjuk sikapnya yang tenangkan sorot matanya yang dingin mengawasi kepada tiga penjahat itu.

"IHmm . . . ." menggeram si jumawa tadi, "Sayang kami ada urusan penting yang meminta lekas diurus, kalau tidak hmm.. "

"Kalau tidak kenapa?" tanya Ho Tiong Jong dengan berani.

"Siapa namamu?" sijumawa tidak menjawab pertanyaan Ho Tiong Jong.

"Aku belum pernah menukar nama dalam perjalananku aku she Ho nama Tiong Jong, kau mau

apa?"

"Ho Tiong Jong." menggerutu sijumawa.

"Ho Tiong Jong kau mau apa? Siapa nama kalian, aku juga mau tahu bukan?" Sijumawa marah sekali mendengar ceritanya Ho Tiong Jong.

"Aku oet-ti Koe dan ini engkoku oet ti Kang, yang itu ada suhengku Song Boe Ki yang bergelar si "Tangan Telengas", Kalau kan orang she Ho ada bernyali besar, sebentar malam jam tiga boleh datang ditempat yang bernama Lian-mang kang, kau boleh pilih diantara kami bertiga siapa yang kau taksiran menempur."

"Hmm... " Ho Tiong Jong keluarkan suara dihidung.

"Kau boleh membawa kawan untuk mengerubuti salah satu diantara kami bertiga," meneruskan sijumawa, hatinya mendongkol sekali melihat sikapnya Ho Tiong Jong yang kelihatannya tidak jerih sedikitpun terhadap mereka.

"Hm... " kembali Ho Tiong Jong menggeram.

" Kenapa kau menggeram?"

"Aku sebal mendengar kata katamu yang tengik, Kenapa aku harus membawa pembantu, kalau aku sendirian saja menghadapi kalian masih kekurangan lawan? Ha ha ha, kau terlalu memandang rendah padaku."

Sijumawa panas hatinya, "Bagus bagus" katanya "Kaiau sebentar malam kau tak muncul ditempat yang barusan aku sebuikan, kami bertiga saudara akan mencari kau sampai dapat meskipun sampai diujung langit sekalipun- Kami akan menghisap dan meminum darahmu yang masih hangat, untuk menghilangkan rasa haus, kau ngerti?"

Ho Tiong Jong geli dalam hatinya mendengar kata-kata sombong itu, setelah ia tertawa terbahak-bahak. berkata, "Kalian tak usah mencari aku, sebab aku sendiri yang akan mencari kalian, ini bukan sudah bagus untuk menghemat tempo kalian?"

Bertiga saudara itu sebenarnya sudah sangat marah dan ingin turun tangan saat itu pun kalau tak terhalang oleh urusannya yang penting, Lantaran mana, mereka hanya mengawasi dengan sorot mata mendelu ketika Ho Tiong Jong dengan agak sempoyongan lewat diantara mereka pergi keluar rumah makan-

la sudah ambil putusan nekad, Mati dan hidup sudah maunya takdir, ada ditangannya Yang Maha Esa, maka ia tidak harus takuti segala orang jahat itu.

Meskipun ia agak sinting, matanya awas dan dapat melihat berkelebatnya bayangan Bhe Kong, yang sudah lantas hendak menjauhkan diri ketika melihat Ho Tiong Jong.

"Ha ha ha, Bhe toako kau mau kemana?" kata Ho Tiong Jong sambil menyekal orang punya bahu, hingga Bhe Kong terpaksa hentikan tindakannya, ia kelihatan ketakutan dan mukanya meringis ringis kesakitan bahunya dicekal Ho Tiong Jong.

"Bhe toako, kau ini sangat pengecut. Lihat aku Ho Tiong Jong, dikemudian hari pasti akan tersohor namanya dikalangan kangouw, ha ha ha... "

"Mungkin demikian-" jawab Bhe Kong, "tapi lebih dahulu lepaskan cekelanmupada bahuku, sakit, nih".

Ho Tiong Jong segera melepaskan cekelannya, hingga Bhe Kong merasa lega hatinya. "Tiong Jong, namamu dikantor pengantar barang sangat dikagumi, tapi... " "Tapi, kenapa?" tanya Ho Tiong Jong tidak sabaran.

"Tapi karena demikian tenagamu tidak ada orang yang mau pakai dalam kantor Piaukiok, sebabnya?"

"Sebabnya kau terlalu polos dan mau campur saja urusan orang untuk membela keadilan-Lebih-lebih kau ada menanam bibit permusuhan dengan "Sepasang orang ganas", tidak ada satu kantor piauwkiok yang mau pakai tenagamu, karena mereka takut pembalasan si Sepasang orang ganas, yang kejam telengas."

"Aku tidak perduli. Aku berbuat menurut kemauanku berdasarkan keadilan-"

"Sebenarnya, ilmu silatmu belum dapat menandingi sepasang orang ganas. Hanya nyalimu saja yang besar membuat kau berlaku nekad, Andaikata kau dipakai oleh salah satu kantor Piuuw-kiok. yang menjadi sasaran si sepasang orang ganas, bukan hanya pada dirimu saja, akan tetapi juga kantor pengantar barang tersangkut sekalian disikat habis, ini bukan merugikan? Maka nya bagaimana juga setelah kau menanam bibit permusuhan dengan dua orang jahat itu, kau tak dapat bekerja lagi di kantor Piauw-kiok."

Ho Tiong Jong bengong sejenak, pikirnya apa yang dikatakan oleh Bhe Kong memang beralasan- Tapi ia penasaran dan hatinya mendongkol katanya.

"Hmm Memangnya penghidupanku tergantung pada kantor Piauw-kiok saja? Tanpa bekerja

pada kantor demikian aku jadi kelaparan ? Ha ha ha. Bhe toako kau salah hitung. Bicara terus terang, sejak hari ini aku tidak akan menghiraukan aku yang jadi urusan Piauwkiok. Kau lihat saja sendiri, dikemudian hari aku Ho Tiong Jong akan mengangkat nama menjadi seorang lihay. Nah, selama tinggal... " Ia segera meninggalkan Bhe Kong, siapa menjadi melongo dibuatnya. Ho Tiong Jong jalan menuju kepintu utara.

Setelah berada diluar kota, mabuknya perlahan-lahan telah hilang kena disapu oleh angin musim rontok. ia mencari salah satu pohon besar dan memanjat keatasnya, ia baringkan dirinya pada sebatang dahan setelah mengikat dirinya sendiri dengan ikat pinggang kepada dahan pohon dimana ia berbaring supaya jangan sampai jatuh. Dalam sekejapan saja ia sudah tidur menggeros dengan nyenyaknya.

Entah berupa lama ia tertidur, sang rembulan yang terang telah memancarkan sinarnya, sehingga sang jagat menjadi terang benderang.

Ketika ia mendusin, tengah mengucek-ngucek matanya ia melihat kebawah ada seorang wanita dengan rambut riap- riap sedang berlutut sembahyang kepada sang dewi malam.

Wanita itu mengenakan baju putih mukanya ketika berdongak tampak pucat seperti mayat, Tersorot oleh terangnya sang dewi malam tampaknya lebih pucat lagi dan menyeramkan hati.

Sebentar lagi ia bangkit berdiri, mukanya mendongak keatas memandang rembulan, mulutnya berkemak-kemik seperti yang sedang berdoa.

Selainnya tiupan angin yang membuat cabang pohon dan daun daunnya berkresekan saling bentur, keadaan disitu sunyi senyap. Tiba tiba terdengar sayup,sayup suaranya seperti orang menangis, pelahan-pelahan suara itu, semakin terdengar nyata dan menusuk kuping, hingga Ho Tiong Jong tanpa terasa menjadi bergidik.

Suara tangisan itu seperti telah keluar dari mulutnya si wanita yang berada dibawah pohon, Ho Tiong Jong dengan hati berdebaran mengikuti terus gerak-geriknya wanita aneh itu.

Sebentar lagi wanita itu menundukkan kepalanya, kemudian tekuk lututnya menghadap lurus kedepan, Dua tangannya dilonjorkan dan sepuluh jarinya dibuka lebar.

Perlahan-lahan dari ujung jari-jarinya wanita itu ada keluar sinar lemah berwarna hijau. la tertawa, tapi tertawanya itu seperti mengandung perasaan yang kurang puas, dengan hasil latihannya belum sempurna, sinar hijau yang keluar dari sepuluh jarinya masih lemah, belum memuaskan hatinya.

Sinar itu adalah yang dinamai api setan, ia rupanya sedang meyakinkan ilmu nyeleweng, ilmu gaib yang dapat membikin celaka sesamanya.

Tengah ia sedang memainkan api senjatanya, tiba dari luar rimba ada meluncur sebuah batu besar kearahnya dibarengi dengan teriak-kan seseorang.

Wanita itu tidak jadi kaget diserang dengan batu yang tidak kurang dari lima puluh kati beratnya, ia menggunakan api senjatanya untuk menyambuti, begitu batu itu kebentur dengan api bikinannya, lantas saja sang batu nyeleweng dari tujuannya dan jatuh diatas lapangan rumput yang hijau.

Kemudian dengan cepat-cepat ia menyimpan kembali api senjatanya, dua tangannya diulur kekepalanya untuk membereskan rambutnya yang riap-riapan dan disanggul rapih sebentar lagi tampaklah wajahnya yang cantik luar biasa, sehingga Ho Tiong Jong yang berada diatas pohon menjadi melongo saking kagum.

Pada saat wanita itu sudah beres menyanggul rambutnya, tampak mendatangi kearahnya seorang pemuda sambil cengar cengir dan berkata.

"Bagus bagus, memang ilmumu. "Telapakan tangan setan- sangat lihay, cuma sayang wanita yang termasyhur cantik bernama ie Ya dengan gelar Li-lo-sat sudah mengorbankan dirinya menjadi mayat hidup karena meyakinkan ilmu setan itu, ha ha ha... "

Pemuda itu pengawakannya tegap. bahunya lebar dan pinggangnya langsing. Sayang alisnya besar dan kasar, sedang hidungnya melesak. hingga tampak nyata mukanya yang buruk. umurnya ditaksir kira-kira dua puluh lima tahun-

Ho Tiong Jong tertegun ia pikir, berani benar pemuda itu terhadap pendekar wanita yang menguasai daerah Huang-ho (sungai kuning) bernama le Ya yang bergelar Li lo-sat (Wanita telengas), bahkan dengan seenaknya saja menyindir dengan kata-katanya, siapakah gerangan anak muda yang berwajah buruk itu.

Li- lo-sat ie Ya selama beberapa tahun ini namanya terkenal dikalangan kangouw sebagai Li-mo-tao atau Kepala Wanita Setan, ia bukan saja parasnya sangat cantik, tapi kepandaian silatnya sangat tinggi. ia malang melintang dalam dunia kang ouw menuruti sesuka hatinya, kalau diwaktu marah ia dapat membunuh orang dengan mata tidak berkesiap. ia marah dan gembira sesenang hatinya saja, Banyak pendekar dalam kalangan kang-ouw yang sungkan berurusan dengan wanita aneh ini.

Ho Tiong Jong sudah lama mendengar nama wanita telengas itu, tapi belum melihat bagaimana macam orangnya, Kini dengan mata kepala sendiri ia melihatnya, Ternyata Li- lo-sat Ie Ya ada sangat cantik dan menggiurkan siapa yang melihatnya. Entah, bagaimana macamnya kalau ia sedang marah?

Li-lo-sat Ie Ya ketika mengetahui siapa yang datang, dengan tersenyum berkata:

"Aku kita siapa, tidak tahunya Khoe-ya (tuan Khoe). Apakah Khoe- ya sudah lama datang? Lo Pocu bagaimana, apakah tidak datang?"

"Ya, ayah telah meninggalkan benteng "jawab orang itu, "dikalangan kangouw terus onar tidak habisnya, Bagatmana tentang kau ini, apa baik-baik saja? Apa kau tak pernah mendengar tentang ayahku ada dimana."

"Tidak." jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Pemuda wajah jelek itu mengawasi paras nya le Ya yang cantik menarik.

"Aku juga datang kesini hanya sebentaran saja."

"Ah, apa betul-betul katamu?" menyela si pemuda sambil bertindak maju menghampiri si cantik. Tangannya diulur hendak memegang tangan yang putih mulus, tapi le Ya cepat menarik tangannya, hingga tidak sampai terpegang.

Pemuda itu itu merangkak hendak menubruk dan memeluk sicantik, tapi le Ya dengan gesit sudah bisa menghindarkan dirinya.

"IIHhh... Siauw pocu suka main-main," katanya sambil bersenyuman genit.

"le Ya, kau benar-benar sangat cantik, kenapa kau selalu menjauhkan diri dariku.. ? oh, kau

cantik benar le Ya... " matanya beringas, seolah-olah hendak menelan korbannya.

"Siauw Pocu kau terlalu memuji aku," jawab le Ya dengan wajah ramai senyuman, "tapi kau tak tahu kalau dalam Seng keepo ada nona Seng yang kecantikannya seratus kali melebihi aku. Nah, sebentar kalau kau sudah melihatnya, kau lantas akan melupakan wajah ku yang buruk. Hi hi hi" le Ya tertawa genit, sambil menekan mulutnya.

"Hmm mana ada wanita yang melebihi kecantikanmu, Aku tak percaya, eh, le Ya apa kau

hendak terus-menerus berlaku kejam tidak memberi kesempatan padaku untuk memeluk pinggangmu yang ramping dan-.. "

"Masih belum, Siauw Pocu... " le Ya menyelak.

"Belum bagaimana?"

"Belum sampai waktunya, hi hi hi... "

Pemuda itu melengak. semakin dipandang wajahnya Ie Ya yang genit menarik semakin mengobarkan napsunya untuk memeluk dan memberikan beberapa ciuman hangat kepada iblis wanita itu.

Keadaan pun disitu ada sangat sepi dan ada kesempatan baik untuk ia melakukan sesuatu menuruti napsu hatinya terhadadap si genit apa mau ia sedang menjalankan tugas yang memaksa ia harus pergi dari situ.

Memikir akan tugasnya, seketika itu napsunya telah tertekan dan lumer sendirinya, ia mengelah napas, " Ya h, sudahlah aku harus pergi sekarang, Harap lain kali kita bisa bertemu muka lagi disini, Selamat tinggal, sampai ketemu lagi Ie Ya... " Kata-katanya belum habis, orangnya sudah melesat dan menghilang dari pemandangan-

"Sungguh hebat kepandaiannya dia" Ho Tiong Jong diam diam berkata dalam hatinya sendiri, sementara itu ia melihat Te Ya berdiri mengawasi perginya si orang she Khu sambil tolak pinggang.

Bibirnya yang halus mungkin memperlihatkan senyuman mengejek.

"Hmm... " kedengaran ia berkata sendirian, "Macammu yang seperti kodok buduk. Jangan harap dapat menggerakkan hatinya Li-lo sat Ie Ya... "

Tiba-tiba ia melihat dibawah seperti ada bayangan orang yang berada diatas pohon, ia cepat mendongakkan mukanya mengawasi keatas dan melihat benar saja ada manusia diatas pohon- ia perdengarkan tertawanya yang aneh, badannya berbareng melesat ke atas, hingga tidak jauh dari dahan di mana Ho Tiong Tong tadi merebahkan dirinya. Saat itu sipemuda sedang repot membuka tali yang mengikat dirinya dengan dahan pohon tak tahu kalau Li-lo-sat le Ya sudah berada dibadapannya.

Matanya si iblis wanita berkilat-kilat menakutkan, ia marah benar, sebab adegan barusan antara ia dan Siauw Pocu (kepala benteng muda) tentu telah dilihat dengan nyata oleh orang-orang yang sekarang berada dihadapannya, ia sudah demikian beringas, napsu membunuhnya timbul seketika.

Tapi Tiba-tiba Ho Tiong Jong mendongakkan mukanya memandang kepadanya membikin semua amarahnya telah terbang entah kemana, ia berdiri kesima, karena melihat wajah yang cakap tampan dari si pemuda dihadapannya.

"Apa mungkin ada orang begini cakap?" ia menanya dalam hatinya sendiri.

Ho Tiong Jong sementara itu sudah menjadi ketakutan menghadapi wanita telengas itu, tapi dengan ramah tamah si iblis wanita datang mendekati dan menanya dengan lemah lembut. "Kau siapa berada di atas pohon? Apa dengan sengaja kau mengintai aku barusan?"

Ho Tiong Jong melihat le Ya tidak bersikap bengis, sebagaimana yang ia duga semula hatinya menjadi tenangan

"Aku Ho Tiong Jong," jawabnya.

Li-lo-sat ie Ya berpikir sejenak. "Oh, kau yang telah bertanding dengan Sepasang orang ganas"? Meskipun dalam pandanganku dua setan itu tidak ada artinya, tapi kau berani menempur mereka sesungguhnya harus dipuji juga nyalimu yang besar, sebab mereka dalam kalangan kangouw terkenal kejam dan ganas serta banyak yang rubuh ditangannya, hingga mereka menjadi sangat sombong."

"Ya, aku Ho Tiong Jong yang menempur mereka, ini bukannya aku sengaja, rapi karena terdorong oleh perasaan ingin menolong orang yang diperbuat sewenang-wenang oleh mereka maka aku terpaksa turun tangan."

"Nah baik, sekarang kau jawab pertanyaanku. Kenapa kau berada diatas pohon ini? Kau tentu menyaksikan dan mendengarkan pembicaraan kami dengan Siauw Pocu, bukan? Lekas jawab" nada suaranya agak dingin dan sikapnya juga berubah bengis.

Ho Tiong Jong tidak menjawab lantas hanya terus membuka tali yang mengikat dirinya, setelah bebas, ia menatap wajahnya ie Ya.

Roman bengis dan nada suara dingin barusan entah bagaimana telah menjadi hilang tanpa bekas diawasi si anak muda.

"Betul- betul dia cakap " demikian suara hatinya berkata sambil tundukan kepala. Sesaat kemudian ia dongak lagi dan balas mengawasi si pemuda yang masih terus memandang padanya.

"orang she Ho, lekas dijawab pertanyaanku." katanya dengan suara lemah.

Ho Tiong Jong tertawa manis, "Aku berada disini tidur lantaran mabuk." jawabnya.

"Apa perbuatanmu dengan si orang she Khoe itu secara kebetulan aku telah mendengar dan melihatnya. tapi betul-betul bukan sengaja aku mengintai."

ie Ya merah selebar mukanya, ia merasa jengah sendirinya. "Kau... " hanya ini yang meluncur dari mulutnya.

Sementara itu Ho Tiong Jong sudah lompat turun dari atas pohon, tapi sebelum ia berdiri tegak Li-losat ie Ya sudah berdiri dihadapannya dengan pedang terhunus ditangannya, wajahnya yang pucat tampak dingin sekali.

Napsu membunuhnya timbul lagi, tapi lenyap lagi ketika matanya yang berkilat-kilat bentrok dengan matanya si pemuda yang jernih diantara mukanya yang cakap tampan-

"celaka" ia kata dalam hatinya sendiri. Mana aku tega membunuh dia yang secakap ini? oh, kemana perginya ketelengasanku... ia jadi gelisah tak dapat mengambil putusan, Akhirnya ia berkata pada Ho Tiong Jong, "orang she Ho, kau sudah mendengar dan menyaksikan percakapanku dengan siauw Pocu, aku harap kau suka pegang rahasia, tidak menceritakan kepada orang lain, Apa kau suka berjanji ?"

"Aku suka berjanji." jawab Ho Tiong Jong sungguh-sungguh.

"Bagus, seorang laki-laki akan memegang janjinya dengan betul." le Ya kata, sambil memasukkan pula pedang nyakedalam sarungnya . Mendadak Ho Tiong Jong ingat sesuatu.

"Hei, apa kau tahu tentang ilmu silatnya orang yang bernama Khoe Tok dengan julukan si "Siluman dan anak muridnya?" ia menanya. Li-losat le Ya agak kaget mendengar ditanya demikian-

Hatinya yang telah terpincuk oleh kecakapannya Ho Tiong Jong membuat ia ingin lama-lamaan pasang omong dengan pemuda itu. Maka ia sambil mengawasi wajah yang tidak membosankan dari sipemuda, ia berdiam lama juga sebelum memberikan jawabannya, Ho Tiong Jong tidak sabaran- Tapi sebelum ia menegur lagi le Ya sudah menjawab katanya.

"Yang kau maksudkan bukankah ong Boe Kie si Tangan Telengas dan dua saudara oet ti yang terkenal namanya? Aku memang tahu ilmu silatnya mereka berapa tinggi mereka amat sombong. tidak memandang mata kepada orang lain seolah-olah dirinya punya kepandaian sudah tidak ada yang menandinginya, Memang mereka punya kepandaian ada lebih tinggi sedikit dari "Sepasang orang ganas ^, cuma saja diantara mereka semua ada bangsa berengsek, tidak ada satu yang boleh dipilih " Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya

Pikirnya, tiga musuhnya itu lihay lihay kepandaiannya, maka ia harus waspada menghadapinya. Saat itu ia sudah hendak meneruskan perjalanannya, maka ia ambil selamat berpisah dari Li lo-sat ie Ya.

"Nona ie, biarlah sampai disini saja kita berpisahan ." "Hei, kau ada urusan apa yang penting yang dapat aku membantunya." "Oh, tidak ada apa-apa, selamat tinggaL"

Ho Tiong Jong sudah lantas angkat kaki dari hadapan Li lo-sat ie Ya, hingga si iblis wanita menjadi melongo karenanya.

Ho Tiong Jong percepat tindakannya. dalam sekejapan sudah menghilang dari pemandangan le Ya. waktu itu sudah jam tiga malam, bulan sedang terangnya, maka Ho Tlong Jong tidak begitu takut masuk keluar rimba. Tapi apa mau ketika ia melewati satu tempat yang sangat sunyi, ia jadi jerih juga. Sebab disitu selainnya terdengar berkreseknya cabang-cabang pohon yang beradu satu dengan lain, adalah suaranya burung hantu terdengar menyeramkan.

Ia menabahkan hatinya dan berjalan terus, pengharapannya kalau-kalau ia dapat menjumpai salah satu orang, rasa takutnya pasti akan hilang.

Apa celaka, justru ia jalan melewati tempat yang banyak kuburan malang melintang, hingga hatinya semakin dak dik duk saja. ia berhenti beristirahat di bawahnya sebuah pohon yang rindang, Matanya celingukan melihat ke kanan kiri, tiba-tiba ia seperti melihat ada seorang berbaju putih berdiri di bawahnya sinar rembulan yang terang.

Mukanya tak dapat dilihat tegas, Ketika ia meneliti orang berbaju putih itu hanya seorang diri saja, Tapi sebentar setelah ia alihkan pandangannya ke lain jurusan sejenak dan melihat lagi kepada orang berbaju putih tadi ternyata ia sudah menghilang entah pergi kemana.

-ooo00dw00ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar