Jilid 14 (Tamat)
amat berbahaya bagi Kian .. Akan tetapi. Kian Kl juga menekuk dua lututnya sehingga tubuhnya merendan, lalu dia mendorongkan kedua pak tangannya menyambut. Dia . gunakan- ilmu Thaj-lek-jiu (Tangan tenaga Besar) yang dia pelajari dari diang Hongsan Siarau, akan tetapi saH tenaga saktinya' jauh lebih dibandingkan tenaga mendiang Ho Siahsu. Kalau dia mengerahkan selu sirifcangnya, akan berbahayalah bagi sete'mata nyawa Gu Kian. Kian yang ingin mendapatkan ilmu yang tinggi dari Coat ben kwi, tentu
6*ak mau mengg nak seluruh te yang akan dapat membunuh Gu Kian. membatasi tenaganya, akan tetapi ^ lebih kuat daripada tenaga sakti Gu, yang sudah dia ukur dan kdtahui t' nya ketika tadi berulang kali me tenaga.
"Wuuuttttt desssssir Dua terapak tangan itu bertemu dan aki nya, tubuh Gu Kian
terdorong ke be kartg sampai tujuh langkah! Akan te Kian Kl juga terdorong mundur tiga la kah. Tentu saja Kian Kl sengaja biarkan dirinya mundur tiga langkah
u maksudnya hanya agar tampak bah-' dia lebih unggul sedikit dibandingkan Kian sehingga akan pantas menerima ajaran Coat-beng Tok-oang yang dia
ka dari Coat-beng4cwi. Wajah Gu Kian menjadi pucat* £ha rasa terkejut, .penasa an da* *nsr«h — L Apalagi ketika dia mendengar i m Lian bertepuk tangan dan berseru. 'L ha t, ayah Chou Suheng dapat me-alahkan Gu Suheng Dia pantas mener i pelajaran ilmu tertinggi dan ayah!" Akan tetapi watak Coat-beng kw mang aneh. Tadinya dia yang ingin «u apakah Kian Kl cukup tangguh dan t untuk menerima pelajaran Unu'yang rat darinya. Kini, melihat betapa Kian K i dapat menandingi, bahkan mengalah > n Gu Kian, muridnya yang dia bang lokan, dalam hatinya timbul penasaran! Gu Kian yang merasa malu karena kalahkan Kian Ki, kekalahan adu telaga yang jelas tampak karena dia mundur tujuh langkah sedang Kian Ki hanya undur tiga langkah, sudah mencabut uang-to (sepasang golok) dari punggungnya. "Suhu, perkenankan teecu menguji dengan senjata!"
Sebelum Coat-beng-kwi menja Kim Lian mendahului bangkit dan nudingkan telunjuknya ke arah muka Kian. "Gu Suheng, apaKah engkau malu? Engkau disuruh ayah untuk uji Ilmu silat Chou Suheng dan da pertandingan tadi sudah jela»'bahwa e kau kalah dalam segaia-ga a a K cepat, kalah tangguh, dan kalah ! tenaga dalammu. Setelah menguji ka sepatutnya engkau melaporkan k ayah bahwa Chou Suheng pantas nerima pelajaran tertinggi dari ayah. engkau malah menuruti kemarahan iri hati, kini hendak menggunakan jata Begitukah sikap seorang tokoh Be kauw yang disegani orang?"
Menghadapi serangan kata-kata dari Kim Lian, Gu Kian tidak bicara, hanya menunduk dan salah ka Kini mendengar Coat beng-kw kata.
"Kian Ki, engkau ternyata cukup
u patut menjadi muridku. Akan tetapi, menjadi penasaran melihat murid uvng Hongsan Siansu dapat menga kan muridku. Maka, biar aku yang nguji sendiri sampai di mara kehebatanmu. Bersiaplah!" Ketua Beagkauw itu ni bangkit dari kursinya.
Ayah, bukankah ujian yang dilakukan Suheng sudah cukup?" seru Kim Lian hawatir. "Kim Lian, engkau anak kecil, jangan *ut»ikutln ayahnya membentak dan Kim Lian cemberut manja*
Cu Yin yang juga merasa khawatir ikan keselamatan kian Ki, segena berkata. "Maaf, Locianpwe. Chou Kongcu datang menghadap Locianpwe adalah tuk mohon diberi pelajaran ilmu, karena kami yakin bahwa Locianpwe me« tki kesaktian yang amat hebat. Kalau hou Kongcu merasa iebih lihai daripada Locianpwe, pasti dia tidak akan mohon imbingan Locianpwe. Locianpwe sudah menerimanya sebagai murid, bagaietana «-karang Locianpwe akan turun tangan sendiri? Kalau sampai dia tewac di tangan Locianpwe, apakah har ini ti akan menodai nama besar Locian yang terhormat?"
Muka kakek itu berubah merah matanya melotot memandang Cu 'Bocah perempuan! Kalau tidak i bahwa engkau ini murid Hwa Hwa ucapanmu Itu menjadi alasan cukup ku untuk membunuhmu. Siapa akan bunuh Chou Kian K i yang sudah kuter menjadi muridku? Aku hanya ingin m uji kekuatannya, apakah cukup un menerima ilmu Coart-beng Tok-cl Kian Ki, bersiaplah engkau, sambut kulanku ini f" Kakek itu dengan gerakan ringan cepat sekail melompat ke depan Kian lalu memukul dengan dorongan kanannya. Angin pukulan dahsyat nyambar ke arah dada Kian Ki. P ini cepat menyambut dan mengera sinkangnya dan menggunakan kedua ngannya untuk menyambut dengan dor an pula.
"Syuuuttt..... desss&s !'!." Perte kedua tenaga itu seolah mengguncan
9 urun ruangan. Kian KI mengerahkan
iaga yang lebih kuat daripada ketika i<* menyambut pukulan yang dilontarkan u Kian tadi. Akan tetapi tetap saja >«-mbatasi tenaganya, tidak mengerahkan t urunnya. Akibat benturan dua tenaga kti yang amat kuai itu, t ibu Kian Ki
dorong mundur lir. . langka'1* akan h tapi dia tidak roboh. Akan tetapi Coat- ng-kwi juga ncrasa a bei pa tubuh-iya terguncang. Hai ru n e unjukkan iS.»hwa pemuda itu U-Uh m ki tenaga > ng cukup kuat, jawh lebih kuat dari-i-ida tenaga Gu Kian dan sudah cukup »uat untuk mempelajari ilmu Coat-beng Tok-ciang.
Ketua Bengkauw itu mengangguk-ngguk, diam-diam dia merasa kagum dan girang karena benar seperti yang katakan «uterinya tadi, murid barunya m akan semakin mengangkat nama besarnya di dunia persilatan. Dia jauh lebih dapat diandaikan daripada Gu Kian, apa-agi dia adalah keturunan keluarga Kera-aan Chou!
"Bagus, engkau telah lulus dari ujian,
Kian Ki. Mulai sekarang, engkau kuberi pelajaran iimu4imuku yang -pa tinggi."
Kian Ki merasa girang sekail dan menjatuhkan diri berlutut di depan Coat-beng-kwl. "Terima kasih. Suhu. T akan menaati semua petunjuk Suhul"
Cu Yin ikut gembira, apalagi ke ia diperbolehkan tinggal di perkampun Bengkauw sebagai pengikut atau peli Chou Kian Ki. Yang merasa penasa iri hati, dan marah yang terpendam lah Gu Kian. Dia merasa benci ' kepada Kian Ki, akan tetapi karena rurrya sudah menerima pemuda bangsa itu menjadi murid, pula karena dia tahu bahwa Klan Ki memiliki ilmu pandaian yang tinggi, maka dia ha menyimpan dendam kebenciannya da hati. Co Kim Lian juga merasa r _ karena dara remaja ini diam-diam t tarik kepada Chou Kian Ki. Akan te ia juga tidak senang bahwa Cu Yin perbolehkan ayahnya tinggal di situ.
Mulai hari itu, Kian Ki dlgembl oleh Coat-beng-kwi, dan karena dia te iikl dasar yarid amat kuat, bahkan ngnya tanpa diketahui Coat-be sendiri felaH1 Wncapai kekuatan bahkan tidafc1 kalah dibandingkan gan slnkang Ketua Bengkauw itu, a dia dapat menguasai ilmu-ilmu u itu dengan mudah.
Pagi Itu udara di puncak Bukit Cerna di Pegunungan Cin-ling-san amat ce-h. Matahari pagi mulai memancarkan yanya yang keemasan gemilang, mem-
ngunkan alam dari tidurnya. Halimun ng semalam menyelimuti bumi perlahan-lahan meninggalkan bumi, terbawa gin dan perlahan membubung ke atas «"-olah disedot sinar matahari. Kedingln-* nya yang lembab meninggalkan embun r bun bergantungan di ujung daun-daun an rerumputan. Alangkah indah dan enda tangkan kebahagiaan menyambut hari baru dengan menikmati keindahan alam yang serba, baru itu. Bukan kel an yang diulang-ulang dan dikenang, rena keindahan, yang disimpan ingatan untuk diulang-ulang meo, putu
Dan jauh di bawah bukit te suara sapi menguak dan kambing embek, pertanda bahwa fajar telah ganti pagi dan para penggembala menggiring hewan ternak mereka ke dan kandang menuju ke padang nur Rumah-rumah di bagian bawah, di dusunan yang hanya tampak genteng saja dari puncak, mulai tampak meng kan asap, pertanda bahwa para ibu sibuk di dapur, menjerang air un membuat minuman penghangat atau yang mempunyai persediaan, tidaknya membuat bubur untuk kel nya.
Di atas puncak Bukit Cemara itu, depan sebuah pondok sederhana r~._ bersih, duduk Thai Kek Siansu di a' sebuah batu bundar yang lebar dan rata permukaannya. Di situlah serin kakek itu duduk bersamadhl atau me
11 keindahan yang terbentang di de-ya, dikelilingi puncak-puncak bukit di urungan itu, dan lembah-lembah yang nifauan. Biasanya pia hanya duduk Tang diri saja, tertera* dalam' kebesar-alam, menjadi batfian dari semua _zhan alam itu. rean tetapi paoa hari ku, di ofc£erinya, juga di atas buah batu yang rata permukaannya, kuduk Si Han Lin. Pemuda itu baru saja ' ang di puncak itu pada waktu fajar >di, menunggang burung rajawali yang mi bertengger di atas pondok, tampak- .
a beristirahat setelah melakukan pe-bangan jauh dan melelahkan. Sejak menghadap gurunya pada waktu i ar tadi, setelah menjerang air dan
>- -nNjetkan air teh untuk gurunya, Han i m duduk di depan gurunya dan dia men
-makan semua pengalamannya, tentang r^mberontakan dan perang itu. Setelah < a selesai bercerita, Thai Kek Siansu
hela napas panjang. "Ya Tuhan, betapa menyedihkan men-iengar cerita tentang perang! Perang i r rupakan puncak kekejaman manusia apalagi perang saudara, bunuh me dalam puncak nafsu kebencian an bangsa sendiríl Padahal, manusia ad mahluk termulia di antara semua luk hidup, yaf)g dikaruniai hati akal kiran sehingga
^apat membedakan n yang baik can mjioa yang buruk, d kebe)basan untuk memilih. Melihat si sifat yangn mulia dan paling baik antara segala mahluk, dapat dimenga bahwa Yang Maha Kuasa menghendii agar manusia menjadi pemimpin dua menjadi pengatur dunia, dan hidup se manusia menjadi pembantu kek Tuhan, menjadi penyalur berkat dunia seisinya. Akan tetapi celaka, nal nafsu daya rendah menguasai man meracuni hati akal pikiran sehingga jadilah segala macam bentuk kejaha dan kekejaman di antara manusia sen Betapa menyedihkan !1'
"Suhu, teecu juga yakin bahwa Tu menciptakan segala sesuatu di dunia tentu mempunyai maksud yang baik."
Tentu saja. Han Lin. Tiada satu ciptaanNya yang tidak ada manfaa
Wmua yang tampak di dunia ini, hasil i taan Tuhan, semua itu bermanfaat. L ha t saja, adakah sesuatu yang tidak da manfaatnya bagi yang lain? Bahkan tanah pun bermanfaat secara mutlak, batu-batu, pasir dan semua barang yang disebut barang mati tak bergerak itu ada manfaatnya. Sarnpah yang dianggap paling rendah tingkatnya itupun bermanfaat bagal pupuk. Lalu kini yang hidup na-un tak bergerak seperti tumbuh-tumbuhan. Semua tumbuh-tumbuhan itu berguna bagi yangn lain, bahkan «nenghidupkanl Bayangkan saja kalau tidak ada, tumbuh-tumbuhan yang perlu untuk dimakan manusia, dimakan ^matang, dan untuk keseimbangan alam.
Kalau ada tumbuh-tumbuhan yang pada saat sekarang ini belum diketahui manfaatnya» hal itu hanyalah karena manusia belum menemukan manfaatnya, akan tetapi akan datang saatnya manfaatnya ditemukan. Kemudian mahluk hidup bergerak seperti binatang. Adakah binatang yang tidak ada manfaatnya? Sedikitnya bermanfaat seka 1 bagi manusiai Bahkan ada yang djmanfaatkan air susunya, kulitnya* dagingi tulangnya! Semua ada manfaatnya, na itu, alangkah menyedihkan kalau manusia hidup yang sama sekali t h ada manfaatnya bagi manusia atau m luk lain! Setiap orang manusia berke* jiban untuk membantu terputarnya kesejahteraan bagi dunia seisinya. Mal perang merupakan perbuatan yang ai terkutuk dari segolongan manusia dan su pasti sekali Tuhan tidak menghendaki^
"Suhu, mengapa banyak manusia jadi jahat? Mengapa manusia saling rebut kekuasaan, harta, dan sebagainya'
"Karena pada umumnya kita manu! selalu mengejar kesenangan dunia, Lin. Apapun yang diperebutkan, baik kekuasaan, harta benda, wanita dan kan memperebutkan kebenaran sekail1 semua yang diperebutkan itu kita anggai sebagal sumber kesenangan. Kita selall Ingin memiliki semua itu, kalau semua itu untuk kita, menjadi milik klti Maka terjadilah perebutan yang menli bu I kan kekejaman dan bunuh meml karena kebencian. Kita lupa bahwa segt
suatu yang terdapat di dunia m adalah iilldc Tuhan! Bahkan diri kita masing- ng ini pun jnilik Tuhan! Kalau Sang llik hendak mengambil kembali mllik-
tya, termasuk diri kita, siapa yang data* mencegahnya? Keluarga kita, isteri m anak- anak kita, semua Itu milik i han. K i ta hanya mempun y a i, hanya pengakuan saja sebagai punya kita, akan Jetapi pada hakekatnya adalah milik hah semata! Demikian pula harta ben-kedudukan, dan sebagainya. Semua u merupakan anugerah atau pemberian ri Tuhan yag harus kita syukuri dan ta pergunakan sesuai dengan kehendak ya, yaitu dengan jalan mempergunakan mua anugerah itu demi kesejahteraan
e sama manusia. Kita t idak boleh t er-
at dengan semua itu, karena sesungguh ya semua itu hanya dipinjamkan saja epada kita oleh Tuhan sebagai r pemilik tunggali*1
Biarpun dulu Han Lin pernah mendengar pengertian itu, namun ucapan guru-ya itu merupakan pupuk dalam sanubari ya, menambah kekuatan iman dan kepasrahan hatinya kepada Tuhan Yi Maha Esa.
"Suhu, apa yang Suhu maksudkan ngan mempergunakan semua anugerah demi kesejahteraan sesama manusia?"
"Han Lin, anugerah Tuhan kepada kl1 dapat berupa kepandaian, kedudukan tini gi. tenaga kuat, kekayaan, dan sebagal nya. Sepatutnya kita mensyukuri sen itu dengan cara menjadi penyalur beri anugerahNya itu Yang berlebihan ke| dalan, menyalurkannya kepada yang Dibutuhkan kepandaian, yang berkeduduk. tinggi juga menyalurkannya demi kepe tingan mereka yang perlu dilindungi demikian pula yang kuat menyalur' kekuatannya dengan membela yang lei... dan perlu dibela, yang berkelebihan kt kayaan dapat menyalurkannya untuk menu bantu mereka yang miskin dan mer butuhkannya, dan selanjutnya* Dengi demikian, maka para penyalur berk, karunia Tuhan Itu menjadi pembanti pembantu Tuhan yang baik dan pati menerima karunia Itu."
"Akan tetapi, Suhu. Banyak orj
« mengeluh, mengatakan bahwa apa ing dapat mereka salurkan kepada orang |in kalau mereka sendiri tidak memiliki 11 ndalan, kedudukan, atau kekayaan, |W mereka itu lemah, seperti misalnya rang kakek atau nenek yang miskin bodoh?" Thal Kek Slansu tersenyum lebar ngga tampak giginya yang masih kap dan putih bersih. Sepasang mata-i yang bersinar lembut berseri. "Pertanyaan itu memang masuk akal. tftakah hanya orang berpangkat, orang kuat, orang pandai, dan orang kaya saja yang menjadi penyalur berkat Tuhan, arti menjadi pembantu Tuhan?
Tentu «a tidak, Han Lin. Seorang nenek tua >*ng tidak terpelajar, lemah, dan miskin .'»-kalipun dapat menyalurkan berkat Tu-kan, yaitu melalui sikap terhadap sesama unusia. Sikap yang tulus, jujur dan bjfk, ramah dan manis budi, merupakan
pemberian yang jauh lebih berharga daripada emas. Apa artinya dapat memberi mas kepada* orang lain akan tetapi pemberian itu disertai sikap yang mengejek,
marah, dan menghina? Akan tetapi taf pemberian apa pun Juga, setiap o< akan merasa senang menerima sikap ramah dan manis budi. Sikap yang inipun merupakan berkat Tuhan menandakan adanya sentuhan Kasihi lam hati nenek tua itu."
"Suhu, teecu mohon dijelaskan «fl tang Kasih yang Suhu maksudkan, y% menyentuh hat i sanubari nenek misi itu. Mengapa teecu melihat bahwa Kj seperti yang Suhu maksudkan itu j< sekali tampak berada di hati manu* Teecu melihat lebih banyak kebei menghuni hati manusia daripada Kasih.
'Sesungguhnya demikian, Han Li Kasih hanya dapat menjadi pengl batin kita kalau kita selalu dekat den] Tuhan. Kasih itu merupakan Sinar Tuhan dan Sinar itu dapat menyinai batin kita apabila batm kita tidak U tertutup dan digelapkan oleh nafeu-nal daya rendah yang mementingkan di «endlrU Manusia tidak mungkin dai belajar mengasihi atau belajar baik. gala kebaikan itu adalah buah dari Kasl
au Kasih menghuni batin kita* maka Isu daya rendah tidak akan tferfcya, ari lumpuh dan Kasih itu merupakan *uk yang melahirkah pikiran, ucapan, hn perbuatan yang sudah pasJti baik dan nar, yaitu baik dan benar. ba£i orang
nn, bukan bagi dirinya sendiri karena k dan benar bagi diri sendiri adalah licik dan palsu."
"Suhu, bagaimana kalau ada orang m melakukan perbuatan jahat kepada i ta yang amat menyakitkan badan dan tin kita?"
MHan Lin, satu di antara buah Kasih lah mengampuni kesalahan orang lain pada kita. Dengan dasar Kasih, meng-rnpunl merupakan hal yang amat mudah. )an mengampuni merupakan kewajiban nutlak dari setiap orang, karena haknya ah kita terima* yaitu pengampunan gl kesalahan kita dari Tuhan Maha engasih. Bukankah kita selalu mohon *ngampunan dariNya? Bagaimana Tuhan lapat mengampuni bagi kesalahan kita kalau kita sendiri tidak mau mengampuni esa lahan orang terhadap kita? Ini namanya mau menang sendiri dan mau sendiri dan itu merupakan kejahatan!1*
"Suhu, di dunia ini begitu terdapat orang yang menderita duka tapa dalam hidupnya. Selama teecu lakukan perjalanan, lebih banyak menjumpai orang yang berduka dar yang bersuka. Mengapa dalam kehi ini demikian banyak kedukaan?"
Han Lin, adanya duka karena suka, seperti adanya susah karena senang. Keduanya yang berlawanan tidak dapat dipisahkan, seperti si tidak dapat dipisahkan dari malam k na keduanya merupakan kembar! Senang atau susah hanya merupakan pikiran yang dipengaruhi nafsu yang bentuk si-aku dirugikan, dia susah, na segala sesuatu itu tidak langg selalu berubah, maka timbullah senang mempermainkan manusia. Se perasaan Itu, susah senang, kecewa deng segala macam marah, benci, i dengki, semua disebabkan oleh penga nafsu yang menguasai hati akal piki sehingga membuahkan perbuatan jahat**
"Kalau begitu, jika Kasih datang dari i han, maka nafsu itu datang dari Se lan dan kita pe,riut . membuang semua Mfsu, Suhu?"
Thai Kek Sian»u tertawa Jftrpbut. "He-i» , sama sekali tidak demikian, Han Lin. Nafsu ada pada setiap orang rnanusia ak dia dilahirkan, maka nafsu juga n erupakan pemberian dari Tuhan agar nafsu melayani kebutuhan manusia hidup ti dunia ini.
Tanpa adanya nafsu, manual a tidak dapat hidup di dunia. Nafsulah ng mendorong manusia sehingga dapat c m buat segala sesuatu yang dibutuhkan talam kehidupan ini. Nafsu yang membuat manusia dapat menikmati kehidupan. ' anpa adanya kenikmatan dalam makan ang dipengaruhi nafsu dalam selera akan, manusia tidak akan suka makan, (demikian dengan nafsu yang mempenga ruhi hal-hal lain. Akan tetapi, juga nafsu ang mencelakakan manusia, yaitu apabila tafsu daya rendah berbal ik menjadi ma ikan dan kita manusia menjadi pelayan ya. Kalau sudah begitu, maka manus a berpikir, berbicara, dan bertindak sesuaidengan dorongan nafsu yang memben si-aku dan kegelapan nafsu daya menutupi jiwa sehingga Sinar Kasih nan tidak dapat meneranginya."
"Kalau begitu, kita perlu mengend kan nafsu, Suhu?"
Thai Kek Siansu menghela napas jang. "Sulit sekali bagi kita ma untuk mengendalikan nafsu hanya me andalkan hati akal pikiran saja, Han Li Karena hati akal pikiran sendiri f' bergelimang nafsu. Satu-satunya kekua an yang akan mampu mengendal i nafsu daya rendah hanyalah Kekua Tuhan semata. Dan agar Kekuasa Tuhan dapat bekerja, satu-satunya k mungkinan adalah apabila kita mendeka kan diri kepadaNya."
"Bagaimana agar Tuhan dekat deng kita, Suhu?"
"Hanya apabila kita dekat denganNy Dekat dengan Tuhan berarti memili iman sepenuhnya kepada Tuhan, t barulah lengkap apabila kita percaya berserah diri, pasrah kepadaNya denga sepenuh dan selengkapnya, dengan ha
(uing sabar dan rela menerima apa pun t ng terjadi dan datang kepada kita de n keyakinan bahwa segala yang ter-I i di luar kekuasaan kita untuk meng ' ahnya itu adalah sesuai dengan ke t»ndak Tuhan! Kepasrahan yang mutlak dah yang mendekatkan kita dengan uhan karena Dia mengasihi orang yang - riman penuh kepasrahan. Kalau sudah gitu, kekuasaanNya akan menyinari wa kita sehingga nafsu daya rendah kembali bekerja sesuai dengan tugas m ereka, yaitu menjadi pelayan kita."
'Bagaimana teecu harus menjawab alau ada yang bertanya apakah sikap pasrah itu tidak membuat kita malas berusaha sehingga tidak akan mendapatkan kemajuan dalam kehidupan kita?"
"Sikap demikian itu salah sama sekali! Tuhan menciptakan kita manusia lengkap dengan segala anggauta badan termasuk hati akal pikiran uan naisu-nafsunya. Karena itu, sudah semestinya kalau kita pergunakan semua alat pelengkap ang auta badan itu, kita pergunakan sesuai dengan fungsi masing-masing. Kekuasaan Tuhan sendiri bekerja tiada hent» 3*1 gg seluruh alam semesta da berlungsi dengan baik. Itulah yang sebut sejalan dengan Tao (Jalan), adalah Kekuasaan Tuhan, Kodrat T Siapa menyalahi kodrat, dia mem dosa yang akan dipikul akibatnya. K butuh makan, haruslah mencari mak itu, bahkan kalau sudah dapat dan ' makan, tetap saja kita harus be^cer yaitu mengunyah dan menelan makan Sesudah makan memasuki lambung, te saja anggauta badan kita berupa lam itu bekerja menghancurkan makanan setiap tetes darah kita juga beker Karenanya, kita manusia harus beru:: sekuat tenaga, itu merupakan kewajiL niutlak, akan tetapi sebagai dasarnya, ki harus pasrah kepada Tuhan karena bag manapun kita berusaha, hasil akhirn berada di Tangan Tuhan. Karena it nastl yang ditentukan Tuhan haruslah k" syukuri, besar atau kecil, manis atau p pahit. Karena segala hal yang terja telah ditentukan Tuhan dan apa pun y terjadi dengan kita, karena itu keputu
|tya, sudah pasti yang terbaik bagi kita."
Sunyi- sekali di sekitar puncak. Hening -kali. Tidak ada sedikit pun angin se-NiJir. Daun-daun pohon tidak ada yang g yang, bahkan semua suara terhenti, iidak tampak lagi burung terbang di i Hara. Seolah segala sesuatu ikut mendengarkan apa yang diucapkan Thai Kek Siansu kepada muridnya itu.
Semenjak pagi itu, Han Lin tinggal rsama gurunya, memperdalam ilmumu yang sudah dikuasainya dan memperkuat iman dan penyerahannya kepada Tuhan dengan latihan penyerahan, ditemani oleh Thai Kek Siansu.
Setelah menjadi murid Ketua Beng-uw, Chou Kian Kl berhubungan dekat dengan Co Kim Lian. Gadis remaja ini memang sejak pertama telah tertarik oleh ketampanan Kian Ki, lebih-lebih etika- melihat betapa Kian Ki dapat mengalahkan Gu Kian! la tahu M diam-diam ayahnya dahulu mengharu agar ia menjadi jodoh Gu Kian mungkin akan diangkat menjadi penj ketua. Akan tetapi setelah bertemu Kt, baru Kim Lian menyadari bahwa tidak mencinta Gu Kian dan tidak in menjadi isterinya.' Rasa sukanya k; Kian Ki makin bertambah melihat si Kian Ki yang baik dan sopan kepadan dengan sikapnya yang lembut dan angg seperti yang biasa menjadi sikap bangsawan. Membandingkan Gu K' dengan Kian Ki, ia melihat seperti ekor burung gagak dengan seekor bu merak! Mulailah Kim Lian bergaul dengan Kia Ki, bahkan setiap kali latih silat, ia selalu memilih Kian sebagai mitra tandingnya, padahal dah selalu Gu Kian yang menemaninya.
Melihat keadaan Kian Ki yang a akrab dan mesra dengan Kim Lian, Cu Yin merasa tidak senang. Cu memang tidak pernah mencinta Kian hanya untuk teman bersenang-sen saja menuruti hawa nafsunya, la y
L ah mulai bosan dengan Kian Ki, di-L mbah lagi melihat keakraban pemuda Inngsawan itu dengan Kim Lian, kini merasa I k betah tinggal di perkampungan Y' g- kauw. Rasa tidak betah dan tidak ng ini semakin bertambah ketika i iat-beng-kwi memperlihatkan sikap F ayunya, bahkan sempat pernah menatakan bahwa Coat- beng-kwi akan » nang kalau Cu Yin suka menjadi selir-i a yang jumlahnya sudah belasan orang mi! la ingin pergi dari perkampungan I ng-kauw, akan tetapi Coat- beng-kwi tidak memberi ijin, juga Kian Ki tidak mbolehkannya. Biarpun kini dia mulai enjauhi Cu Yin, bagi Kian Ki, Cu Yin »asih amat penting dan berguna. Wanita ng banyak pengalaman dan cerdik itu atut dijadikan pembantunya yang boleh percaya. Pula, kalau Cu Yin pergi ke udian menyebar berita bahwa dia kini berada di Hek-hwi- san, di pusat Beng-auw, mungkin Kerajaan Sung akan me girim pasukan dan orang- orang sakti ntuk menangkap atau membunuhnya. Pada suatu malam, ketika Cu Yin duduk termenung dalam kamarnya dei hati kesal, daun pintu kamarnya dikt, orang. Ketika daun pintu dibukanya, melihat Coat-beng-kwi dengan mi merah dan agaknya setengah mabuk masuki kamarnya, ta cepat mundur menjauh.
"Lai Cu Yin, malam ini aku ingin di sini." kata Coat-beng-kwi sambil nyeringai.
Cu Yin mengerutkan alisnya. "Loci; pwe, berkali-kali sudah saya katai bahwa saya tidak mau melayani keing an Locianpwe. Harap Locianpwe keli karena tidak baik kalau dilihat orj Locianpwe memasuki kamar saya."
"Huhl Siapa berani mencegah memasuki kamar s apapun juga? AU, kubunuh dia! Dan engkau jangan sela! menolak, manis, jangan sampai kesah anku habis!" Setelah berkata demiki; Ketua Bengkauw itu menjulurkan tanj kanannya untuk menangkap. Cu Yin pat melompat ke belakang menghini akan tetapi alangkah kagetnya kar* tangan itu tetap saja dapat mencei
Lrram pundaknya. Kiranya lengan itu tupat mulur (memanjang) seperti karet |n hendak meronta, akan tetapi jari ta p^an Coat-beng-kwi menekan dan tiba ' ba tubuhnya menjadi lemas tak ber Saya! Dengan ringan, tangan Coat-beng-kwi mengangkat tubuh Cu Yin dan di a dekat pembaringan, lalu ditelentangkan di atas pembaringan. Cu Yin menjadi marah sekali, la me-
ang sudah sering bergaul dengan pria, ikan tetapi belum pernah ia dipaksa atau iperkosa. Bahkan ia yang memaksa pria
enuruti kehendaknya. Ia marah dan hawatir, merasa dihina.
"Locianpwe, kalau Locianpwe melan-utkan, kelak saya akan melapor kepada bo Hwa Hwa Moli bahwa Locianpwe memperkosa saya!"
Tiba-tiba saja pegangan Coat-beng-kwi mengendur. Dia tampak ragu-ragu, mendengus marah, lalu memaki. "Anak setan !" Dan keluarlah Coat-beng-kwi dari
kamar itu.
Cu Yin merasa lega, akan tetapi juga sedih, la menutupkan pintu kamarnya lalu duduk di atas kursi dan menangis merasa sedih karena setelah ia tc membujuk Ketua Bengkauw untuk m rima Kian Ki sebagai murid, kini se' balasan Kian K i malah menjauhinya akrab dengan Co Kim Lian. Juga ia rasa sedih dan marah karena Ketua kauw mulai mengejar-ngejarnya. Ta masih berhasil menggertaknya untuk laporkan kepada gurunya, akan te bagaimana kalau kemudian ketua kauw itu menjadi nekat dan memak memperkosanya? la akan merasa te sekali. Dan semakin sedih hatinya rf ingat bahwa tidak mungkin ia melari diri dari situ karena jalan menuruni b penuh dengan perangkap dan jeb yang amat berbahaya dan dapat mene kannya! Teringat akan semua ini, Cu menangis.
"Tok-tok-tok!" Tiba-tiba daun kamarnya diketok lagi dari luar. debar rasa jantung Cu Yin karena] mengira bahwa tentu Coat-beng-kwi datang lagi dan mungkin sekali ini akan menghiraukan gertakannya dan
aksanya untuk menuruti keinginannya* t m-diam ia mencabut pedangnya <1un «p untuk menyerang Ketua Bengkauw u. Kini ia mulai membenci orang-orang . ng selama ini ia kagumi dan suka. la nci Kian Ki, benci Coat-beng-kwi, dan mbenci serta menyesali kehidupannya - ng sudah-sudah, la mulai menyadari w hwa semua perbuatan Jahat dan keji i ng selama Ini ia lakukan pada akhirnya l endatangkan akibat yang buruk kepadanya. Biarlah, kalau perlu ia mati di tangan Coat-beng-kwi untuk menebus se-i ua dosanya J Mulai sekarang ia harus mengubah jalan hidupnya. "Tok-tok! Cu Yin, bukakan pintunya!" Cu Yin menyimpan kembali pedangnya dan bernapas lega. Itu suara wanita dan kalau ia tidak keliru, itu suara Co Kim Lian. Mau apa gadis itu mengunjunginya?
Cu Yin membuka daun pintu dan Kini Lian melangkah masuk. Begitu :a masuk dan memandang Cu Yin, Kim Lian ber kata. "Hemmm, engkau menangis, Cu Yin?"
Cu Yin tidak dapat menyembunyikan keadaannya. Ia mengusap air mata masih membasahi pipinya dan berka
"Aku aku tidak betah tinggal di s'
Kim Lian. Duduklah, ada keperluan kah engkau datang ke kamar ini?"
"Aku tahu kenapa engkau menan Cu Yin. Aku melihat tadi ayahku ma ke sini dan keluar lagi dalam keada marah-marah."
Cu Yin menghela napas. "Kim L* aku aku sudah tidak tahan lagi. tidak betah
tinggal di sini."
"Kalau begitu, kenapa engkau tid pergi saja meninggalkan Hek-kwi-san?" "Bagaimana mungkin, Kim Lian? tidak bisa meninggalkan bukit yang pe alat rahasia jebakan yang berbahaya i Aku akan terjebak dan mati sebel dapat turun ke bawah." Kim Lian tersenyum mengejek. "EJ kau benar ingin pergi? Meninggalk Chou Kongcu? Bukankah engkau a setia kepadanya?"
"Aku mg n pergi, meninggalkan muanya! Dia tidak peduli lagi kepada Aku ingin pergi meninggalkan tem
akan tetapi bagaimana mungkin?" "Kalau memang ingin pergi, apa sukarnya? Aku dapat membawamu turun t t tanpa bahaya."
"Aih, benarkah, Kim Lian? Benarkah i gkau mau menolongku? Kalau begitu, »r ari' kita pergi, tolong aku dengan men-l*di penunjuk jalan yang aman dari je-kikan!" "Tidak sekarang, akan tetapi nanti r, enjelang pagi. Bersiaplah, aku akan menjemputmu menjelang pagi nanti." Setelah berkata demikian, Kim Lian tersenyum dan meninggalkan kamar itu.
Malam itu Cu Yin sama sekali tidak t dur. Setelah membungkus semua pakai-ya dengan kain ia lalu duduk melamun. Terkenanglah ia akan semua pengalaman idupnya sejak ia meninggalkan tempat ggal gurunya, Hwa Hwa Moli, di pun-ak Ang- hwa-san. Kenangan akan semua pengalamannya itu sungguh kini tampak emalukan dan menyedihkan. Ia memarkan dirinya diperhamba nafsu-nafsu-ya sehingga mencampakkan semua per-mbangan, hanya bertindak menuruti ke
inginan dirinya untuk bersenang-se** belaka. Kini timbul perasaan sesal { malu. Tadinya ia tinggal di puncak A hwa-san bersama Hwa Hwa Moli, gu nya, dan Pek Bian Cit suci-nya seperguruannya). Saif< gurunya ma sucinya itu keduanya merupakan wani wanita pembenci pria. Perasaan m benci kaum pria ini ditanamkan hf Hwa Moli kepada dua orang murioV sehingga Lai Cu Yin,.seperti juga sucin
dasar hatinya membenci kaum . Kalau ia kemudian mempermainkan hal itu bukan terdorong rasa suka a cintanya, melainkan terdorong na semata. Karena itu. setelah ia mer bosan dengan seorang pria, la tidak gan-segan untuk membunuhnya atau ninggalkannya begitu saja! Hal ini lakukan setelah ia meninggalkan Ang-san dan mulai merantau. Kini ia m menyadari akan semua perbuatannya l jahat dan ia mulai merasa meny malu dan muak kepada diri sendiri.
Pada waktu menjelang pagi, sete terdengar ayam berkeruyuk, Kim L
engetuk pintu kamarnya. Cu Yin mei.g-gendong buntalan pakaiannya, lalu im engikuti jejak kaki Kim Lian menuruni puncak sehingga ia selamat tiba di kaki
ukit Hek-kwi-san. "Kalau engkau ingin tiba di bagian kaki Pegunungan Beng-san ini engkau pergilah menuruni lereng di kaki Bukit
ek-kwi-san ini ke selatan. Bagian selatan itu merupakan bagian paling mudah ntuk menuruni Pegunungan Beng-san," demikian Kim Lian berkata, lalu gadis tu pergi mendaki bukit dan naik lagi ke puncak H ek-kwi-san.
Cu Yin merasa berterima kasih sekali, la lalu melanjutkan perjalanan menuju ke, arah selatan, menuruni bukit-bukit dari Pegunungan Beng-san yang luas itu. Matahari mulai menumpahkan sinarnya yang lembut, mengusir halimun putih yang menghalangi pandangan mata.
Akan tetapi ketika Cu Yin tiba di sebuah jalan tebing yang curam, tiba-tiba ia mendengar teriakan orang dari arah belakangnya, la cepat menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya, la melihat Kian M dan Kim Lian be cepat menghampirnya. Hatinya ml tidak enak. Ia tahu bahwa* Kian Ki J setuju kalau ia pergi meninggalkan I kwl-san. Bagaimana sekarang dia d mengejarnya? Ah, pasti Kim Lian *, memberitahu! Apa sih niat hati g remaja itu? Cu Yin sama sekali t' mengira bahwa Kim Lian adalah se gadis amat cerdik. Diam-diam Kim merasa tidak suka kepada Cu Yin datang bersama Kian Ki dan ta menjadi teman akrab pemuda yang kaguminya itu. Maka ia ingin agar Yin pergi dari Hek-kwi-san, dan seff ia sendiri yang menjadi penunjuk j sehingga Cu Yin dapat menuruni Setan Hitam dengan selamat, la mendaki lagi dan memberitahu k Kian Ki bahwa Cu Yin telah melar diri dari situ!
Tentu saja Kian Ki kejut dan marah. Dia tidak ingin Cu pergi karena hal itu membahayakan selamatannya. Maka, bersama Kim dia segera melakukan pengejaran. J saja mudah bagi Kim Lian untuk
tahui ke arah mana Cu Yin pergi karena la sendiri yang menunjukkan kepada Cu Yjn agar la lari ke arah selatan.
Setelah berhadapan dengan Cu Yin, Kian Ki berkata dengan suara ketus. "Cu Yin, engkau hendak pergi ke mana? Beraninya engkau pergi meninggalkan Hek-kwi-san tanpa memberitahu kepadaku!"
"Chou Kongcu," kata Cu Yin dengan suara memohon. "Biarkan aku pergi. Engkau sudah berhasil mencapai keinginanmu menjadi murid Ketua Bengkauw. Aku sudah tidak betah lagi tinggal di sana, maka biarkanlah aku pergi."
"Tidak! Engkau harus kembali ke puncak Hek-kwi-san I Engkau tidak boleh pergil" bentak Kian Ki marah.
"Suheng, kalau ia dibiarkan- pergi, ia dapat membuka rahasia Bengkauw dan mengabarkan bahwa engkau berada di Bengkauw," kata Kim Lian.
"Cu Yin, hayo engkau ikut dengan kami, kembali ke perkampungan Bengkauw!" sekali lagi Kian Ki membentak.
Cu Yin mengerutkan alisnya. Kini ia menyadari bahwa Kim Lian memang sengaja mengatur agar Kian Ki ma kepadanya dan memaksanya kembali.
"Tidak, sampai mati pun aku t sudi kembali ke sana!" Cu Yin berka lantang. "Kalau begitu terpaksa aku gunakan kekerasan kepadamu!" Kian berseru dan dia
menerjang maju he menangkap lengan Cu Yin. Gadis ini j sudah marah sekali, maka begitu menai lengannya mengelak, ia langsung mencabut pedangnya yang memakai ro ronce merah. Melihat gadis itu menge" dan mencabut pedang hendak meta Kian K i memuncak kemarahannya. K tadi dia hanya ingin membawa kera Cu Yin karena bagaimanapun juga masih membutuhkan Cu Yin yang cer dan juga dapat menjadi kekasih y menyenangkan, kini dia menganggap ga itu sebagai musuh. "Singgggg !" Tampak sinar hit berkilat ketika Klan Ki mencabut H kong-kiam.
"Perempuan rendahi Kau bosan hid; bentaknya dan dia segera menyer
-ngan pedang hitamnya. Cu Yin rn» F»t ngkis dan balas menyerang. Terjadi l- rkelahian mengadu silat pedang yang trru. Kim Lian hanya menonton, dalam tutinya merasa gembira sekali. Siasatnya V-rhasil. Ia ingin agar Kian Ki mem-nci Cu Yin dan sekarang pemuda itu kan ingin membunuh Ang-hwa Niocu al Cu Yin! Kalau Kian Ki sudah mem-I' nuh Cu Yin berarti ia tidak mempunyai t ngan lagi untuk mendapatkan cinta K muda putera pangeran itu.
Biarpun Cu Yin melawan mati-matian, namun kini tingkat kepandaiannya kalah ksuh dibandingkan tingkat kepandaian ► an KI. Dalam hal ilmu pedang, raung -h n ia tidak kalah, juga dalam hal gin- ng (ilmu meringankan tubuh) yang mem-)uat ia mampu bergerak cepat, kecepat nnnya tidak kalah banyak dibandingkan Kian Ki.
Akan tetapi ia kalah jauh da Lam hal tenaga sakti sehingga setiap kali aedang mereka bertemu di udara, pe-g Cu Yin terpental dan ia merasa telapak tangannya tergetar dan nyeri. Namun ia tetap melawan dengan gigih dan mati-matian. Ia memang sudah kat. Dan pada harus kembali ke Be kauw dan menjadi bahan penghin lebih baik mati saja di tangan Chou K Ki pemuda yang tidak mengenal budi i Ia sudah membantu perjuangan ayah K Ki mati-matian, bahkan la yang m~ usahakan agar Kian Ki diterima men mur id Bengkauw, akan tetapi kini K Ki berusaha untuk membunuhnya!
Karena kalah jauh dalam kekua sin-kang, maka lewat tiga puluh ju saja Cu Yin mulai terdesak dan me lelah sekali karena untuk menangkis dang lawan ia harus mengerahkan luruh tenaganya. Apalagi kini Kian menyelingi gerakan pedang di tari kanannya dengan dorongan tangan yang mengandung hawa pukulan dahs Beberapa kail Cu Yin terhuyong ke kang. Tanpa disadarinya, ia m mundur sampai di tepi tebing yang ram. Melihat ini, tiba-tiba Kian Ki seru nyaring dan setelah menyi pedangnya, dia merendahkan tubu dan mendorong dengan kedua tangan
tawa pukulan yang amat dahsyat nif-ambar dan mendorong tubuh Cu Yin hingga terpental ke belakangi Cu Yin
> enjerit ketika merasa tubuhnya me ang ke bawah.
Kian Ki melompat ke tepi tebing dan enjenguk ke bawah, diikuti oieh Kim an yang merasa girang melihat Cu Yin terjerumus jatuh ke jurang yang demi-an curamnya. Akan tetapi ketika mereka menjenguk ke bawah, tidak tampak pa-apa saking dalamnya jurang Itu. Mereka yakin bahwa tubuh Cu Yin pasti hancur terjatuh dari tempat sedemikian ingginya.
Melihat Kian Ki seperti termenung, eolah menyesali tindakannya terhadap Cu Yin, Kim Lian lalu menggandeng tangannya dan menariknya bangkit.
"Sudahlah, Chou Suheng. Gadis yang genit itu telah binasa, untuk apa dipikirkan lagi? Untung ia telah tewas karena kalau ia kembali ke Bengkauw, ia hanya akan mendatangkan kekacauan saja. Kau tahu, dengan genitnya ia telah mencoba untuk merayu ayahku."
Kian Kl menatap tajam wajah rj Lian. "Ah. benarkah?"
"Apakah engkau tidak percaya ku, Chou Swheng? Aku melihat ketika ia mencoba untuk merayu ayahki
Kian Ki mengerutkan alisnya. "Her sungguh tak tahu malu1" katanya maral "Sudahlah, Suhepg* Untuk apa mjkirkan orang seperti ia? Bukankah sini ada aku? Mari kita pulang!" Kj| Lian menggandeng tangan Kian Kl mereka segera kembali mendaki Bi Setan Hitam dan tidak lagi mempeaj kan Lai Cu Yin yang mereka yakini tu sudah mati di dasar jurang.
Ong Su dan istennya menerima datangan Ong Hui Lan dengan gi namun juga terharu. Mereka tei karena sudah mendengar akan kegagaU perjuangan Pangeran Chou Ban untuk merebut kekuasaan dan membai
mbah Kerajaan Chou, akan tetapi me-«ka merasa girang melihat puteri merc-U dalam keadaan selamat.
Bekas Kepala Kebudayaan Kerajaan hou itu juga merasa heran melihat ,r i terinya datang bersama seorang pe " uda yang diperkenalkannya sebagai Liu » in, murid S auwlimpai. Karena Hui Lan gin bicara urusan yang penting dan iwat dengan orang tuanya, maka dengan lembut' gadis itu minta kepada* Liu Cin Agar ia mendapatkan kesempatan bicara «endlrl dengan orang tuanya.
"Cin-ko, silakan engkau beristirahat lan menanti di ruangan tamu. Aku ingin 1 icara dengan ayah ibuku."
Lui Cin tersenyum dan berkata. "Jangan repot-repot mengurus diriku, Lan-' noi. Biarlah aku bermalam di rumah penginapan saja dan besok pagi aku akan datang ke sini dan berpamit. Paman dan ibi, maafkan saya, saya mohon diri."
Ong Su dan stennya mengangguk dan tereka merasa suka melihat pemuda yang gagah dan bersikap sopan itu. Setelah Liu Cin keluar dari rumah itu,
barulah Hui Lan merasa bebas nl bicara dengan orang tuanya.
"Ayah. dan Ibu, keadaan di kota sungguh terbalik dari apa yang bayangkan semula." "Apa maksudmu?' tanya Ong Su.
"Pangeran Chou Ban Heng yang ti diangkat menjadi Jenderal Penasel Perang Kerajaan itu hendak melakui pemberontakan secara keji sekali, menyuruh para pembantunya yang ter< dari orang-orang kangouw golongan untuk membunuh pejabat-pejabat merintah yang adil dan bijaksana, j pendukung Jenderal Chou Ban
-Heng| diri dari para penjahat besar.. Sei saya memang ingin menyesuaikan j membantu gerakan/ Jenderal Chou' Heng, akan tetapi, malapetaka menii diriku sehingga saya terpaksa pergi ninggalkan keluarga Chou, Ayah."
Ong Su dan isterinya bertukar dang dengan heran. "Malapetaka? maksudmu, Lan-ji (anak Lan)?1' t; ibunya khawatir.
Mendengar pertanyaan ibunya,
I m menubruk, merangkul ibunya dan t enangrs tersedu-sedu. Tentu saja ayah itan ibunya terkejut sekali melihat
«ah puten mereka itu. Sebagal orang ua yang berpengalaman, mereka men- amkannya dulu agar Hui Lan melam-. laskan rasa dukanya sampai reda melalui tangisnya. Setelah tangis gadis itu me-teda, ibunya berkata lembut.
"Hui Lan, engkau adalah seorang ga-s yang memiliki kegagahan. Hentikan mgismu dan ceritakan kepada kami apa ng telah terjadi." "Ayah, Ibu pada suat u
malam..... u Kian Ki mem..... perkosa saya " Ong Su membelalakkan matanya dan
Nyonya Ong merangkul pu terinya.
"Tapi, engkau telah mempelajari ilmu liat dari Tiong Ci Cinjin sampai ber-ahun- tahun!" Ong Su membentak. "Engkau bukan seorang gadis yang lemah dan mudah diperkosa begitu saja1 Apakah engkau tidak bisa melawan jahanam itu?1 Ong Su marah sekail.
"Ayah, jahanam itu menggunakan obat bius. Saya terbius sehingga tidak sadar," kata Hui Lan sambil menahan tangisn "Setelah saya sadar, saya segera meny rang dan hendak membunuhnya. Ak tetapi, dia memiliki ilmu kepandai silat yang lebih tinggi daripada ak Ayah. Saya tidak berdaya "
"Keparat busuk Chou Kian Ki itu Akan tetapi, bukankah engkau telah me jadi tunangannya, calon jodohnya? K napa dia melakukan perbuatan terku itu?" "Karena saya menentang perbuat a kejam yang dilakukan mereka, ma* mereka sengaja mengatur hal itu. Ten dengan harapan agar aku, setelah perkosa, terpaksa mau membantu merek Akan tetapi aku tidak sudi, Ayah. Se telah malapetaka itu terjadi, saya makin membenci mereka. Saya lalu larikan diri meninggalkan rumah
Keluar ga Chou. Tahukah Ayah dan Ibu i~ yang dilakukan si jahanam Chou Kian K itu? Dia mengejar saya bersama seorang wan i t a iblis cabu 1 bernama Ang-h w J Niocu Lai Cu Yin. Dia hendak memaksa saya kembali ke rumahnya. Sebelum mal
reka muncul, saya saya tadinya hen- dak membunuh diri di hutan itu. Akan tetapi lalu datang pemuda yang tadi bersama saya, Ayah, yaitu Liu Cin me- nyelamatkan saya dan menasehati saya agar jangan membunuh diri. Dia menya- darkan saya bahwa kalau saya sakit hati dan ingin membalas dendam, saya harus memperdalam ilmu silat. Saya menurut dan ingin mencari guru lagi, lalu mun- cullah jahanam Chou Kian Ki dan wanita cabul itu. Saya melawan, dibantu Liu Cin. Kami kalah dan saya nyaris ter- tawan. Akan tetapi muncul seorang pen- dekar sakti, yaitu Si Han Lin dan dialah vang menyelamatkan kami, mengusir Chou Kian Ki dan Lai Cu Yin."
Ong Su dan isterinya semakin marah kepada Chou Kian Ki dan mereka minta kepada Hui Lan untuk melanjutkan ceritanya. Hui Lan menceritakan semua oe-i galamannya betapa bersama Liu Cin ia mempelajari ilmu berpasangan, yaitu Thian-te Im-yang Sin-kun sehingga tingkat Kepandaian mereka memperoleh kemajuan pesat.
Kemudian ia dan Liu Cin membantu Kerajaan Sung menentang m berontakan Chou Ban Heng yang diduk tokoh-tokoh sesat dunia kangouw sehi pemberontakan itu dapat dihancur bahkan Chou Ban Heng tewas di pertempuran.
"Demikianlah, Ayah dan Ibu. harap Ayah dapat mengerti meng saya membantu pemerintah Kera Sung dan menentang Chou Ban dan jahanam Chou Kian Ki itu." Ayahnya mengangguk-angguk. "He, kalau mereka sejahat itu, memang t patut untuk dibantu. Agaknya men sudah nasib Kerajaan Chou habis ri yatnya sampai di sini. Jadi, pemuda Cin itu menjadi sahabat baikmu ya telah menolong dan membelamu. Hemir katakan, apakah engkau suka padanya?'
Ditanya demikian, wajah Hui menjadi kemerahan. Sambil menundukk mukanya ia menjawab. "Saya mengagu dan suka padanya. Ayah. Dia seor* yang jujur, baik budi dan murid Siau iimpaj yang gagah perkasa."
"Dan dia mencintamu?" Ong Su n jar.
Hui Lan semakin menunduk, la hanya pat menjawab dengan anggukan kepala -a. Biarpun Liu Cin) tidak mengatakannya secara terang-terangan, akan tetapi gala gerak-gerik, ucapan, dan pandang ata pemuda itu jelas menunjukkan bahwa pemuda Itu mencintanya.
"Hui Lan, apakah dia mengetahui bahwa engkau telah telah diperkosa
rang?" tanya ibunya dengan khawatir.
Hui Lan menggelengkan kepalanya. Saya belum menceritakan hal itu, Ibu. Hanya kepada Ayah dan Ibu saja saya
m beri tahu akan hal itu."
"Engkau tidak boleh menceritakannya, Hui Lan!" kata ibunya.
"Ini tidak benar!" Ong Su mencela terinya. "Kalau dia benar-benar mencintamu dan ingin berjodoh denganmu, dia bahkan harus tahu benar akan keadaan dirimu.
Engkau harus Derttrus-terang menceritakan hal itu kepadanya, Hui Lan. Kecuali kalau engkau tidak ingin menjadi isterinya, jangan ceritakan!"
"Akan tetapi, kalau dia tahu anak kita bukan perawan lagi, tentu dia t mau menikah dengan Hui Lan!" bal Nyonya Ong. "He mm, itu tandanya bahwa tidak sungguh mencinta Hui Lan. deknya* kalau engkau juga mencint dan ingin menjadi istennya, engkau h menceritakan keadaanmu itu, Hui Lan
"Saya memang akan menceritakan Ayah. Akan tetapi hal itu akan s lakukan setelah saya dapat memb jahanam Chou Kian Ki! Saya baru 3 menikah setelah dapat membunuhnya!"
"Tidak, Hui Lan, jalan pikiranmu! tidak betul! Mengapa engkau membias dirimu diracuni dendam? Kalau ena mengejar Chou Kian Ki dan dapat nemukannya, belum tentu engkau da^ membunuhnya, karena dia mungkin -sudah mempunyai kawan- kawan y' lebih tangguh lagi. Engkau bahkan m bahayakan dirimu."
"Akan tetapi perbuatannya yang kutuk itu harus dihukum. Ayah!"
"Apa dia kurang mendapat hukum; Usaha pemberontakan ayahnya gagal d
' rtcur, ayahnya sendiri tewas, mungkin keluarga orang tuanya dihukum, dia sen ri menjadi pelarian dan buruan peme r intah, kawan-kawan pendukungnya bina ka. Apakah Itu bu' an merupakan hukuman yang amat berat baginya? Dia sudah lerhukum, Hui Lan. Engkau tidak perlu iagi memikirkannya. Sebaiknya mengatur dirimu sendiri. Engkau sudah cukup dewasa, dan kalau ada kecocokan dengan Liu Cin, sekaranglah saatnya engkau berterus terang kepadanya dan e'ihat bagaimana tanggapannya. Kalau keadaan « rimu itu tidak membuat cintanya ber--bah, aku dan ibumu yang akan mem-i icarakan urusan perjodohan ini karena dia sudah yatim piatu. Kalau cintanya ber->bah, berarti dia tidak berharga bagimu lan sebaiknya engkau putuskan hubunganmu dengannya!"
Setelah mempertimbangkan pendapat ayahnya dan melihat kebenarannya, Hui Lan mengambil keputusan untuk membuat pengakuan kepada Liu Cin.
Atas permintaan Hui Lan, mereka berdua pada suatu sore keluar dari kota
Nan-king dan mendaki sebuah bukit ke Dari atas bukit itu mereka dapat i lihat kota Nan-king dari atas. Sunyi situ karena hari sudah sore. Tidak s orang lain mengganggu percakapan me ka.
"Cin-ko, engkau tentu heran meng^ aku mengajak engkau berjalan-jalan pergi ke tempat ini.1'
"Engkau agaknya hendak membic kan sesuatu yang penting, yang ti boleh didengar orang lain, Lan-moi. narkah dugaanku?"
Hui Lan mengangguk. "Benar, C ko. Ingatkah engkau betapa dulu 1 menggantung dan hendak membunuh dir
"Tentu saja aku ingat. Bagaimana dapat melupakannya? Peristiwa itu rupakan hal yang paling mengerikan y pernah kulihat sepanjang hidupku!"
"Dan ingatkah engkau betapa nekat hendak memperdalam ilmuku aku dapat membunuh jahanam Chou Ki?"
Kembali Liu Cin mengangguk. "Dan tahukah engkau mengapa
emikian putus asa hendak bunuh-diri dan demikian besar dendamku kepada jahanam Chou Kian Ki?"
"Hem m m, maukah engkau menceritakan hal yang dulu kau rahasiakan itu kepadaku, Lan-moi?"
"Tadinya memang hendak kurahasia- an, aka tetapi setelah aku bicara de- ngan ayah dan ibuku, aku mengambil keputusan un tuk membuka rahasia itu kepadamu, Cin-ko. Engkau tentu tahu bahwa aku telah dltunangkan dengan Chou Kian Ki dan oleh ayah dikirim ke kota raja untuk membantu Chou Ban Heng yang menurut ayah tadinya di- anggap seorang pejuang yang hendak membangun kembali Kerajaan Chou. Akan tetapi setelah berada di sana dan melihat cara-cara yang dilakukan Chou Ban Heng yang membunuhi para pejabat yang ter- kenal baik dan bijaksana, aku menentang mereka. Kemudian, pada suat u malam, aku terbius dan dalam keadaan tidak sadar karena terbius itu aku aku te-
lah diperkosa oleh si jahanam Chou
Kian Ki! Nah, legalah hatiku kini. Engkau tahu bahwa tadinya aku hendak mc bunuh Chou Kian Ki karena aku t diperkosanya, aku.»., aku bukan pera lagi, Cin-ko."
Hui Lan menahan tangisnya, la C mau tampak lemah, tidak mau disa~ minta dikasihani oleh Liu Cin. la n nanti dengan tenang, siap mengha tanggapan bagaimanapun dari Liu Cin.
Llu Cin tersenyum! Bukan seny mengejek seperti yang dikhawatirkan Lan, melainkan senyum yang tulus.
"Terus terang saja, Lan-moi. banyak memikirkan keadaanmu. Meli engkau hendak menggantung diri, bertekad membunuh Chou Kian Ki, sudah mengambil kesimpulan bahwa kau tentu mengalami penghinaan amat hebat, yang dilakukan Chou Ki. Dan penghinaan apakah yang I hebat bagi seorang gadis daripada perkosa7 Aku sudah menduga bahwa kau, entah bagaimana terjadinya, t diperkosa oleh jahanam itu." "Engkau sudah menduganya, Cii Dan engkau engkau tidak meman
cendah, tidak memandang kotor diriku?" Kini Hui Lan hampir tak dapat menahan angisnya.
Kembali Liu Cin tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Mengapa memandang rendah atau memandang kotor? an-moi, apakah kau kira aku sepicik
itu? Aku aku menghormatimu, aku
mencintamu dan keadaan dirimu itu ter-adl karena bukan kesalahanmu. Engkau enjadi korban kejahatan, bagaimana ungkin aku malah menghinamu? Sama kali tidak, Lan-moi, aku mengasihani mu." Keharuan dan kelegaan hatinya membuat Hui Lan tidak mampu lagi membendung air mata yang sudah sejak tadi emenuhi pelupuk matanya, la menangis tersedu-sedu. Liu Cin mendekati dan etika dia menaruh tangannya dengan embut di pundak gadis itu untuk meng-iburnya, Hui Lan menjatuhkan diri da-am pelukan Liu Cin, menangis di atas dada yang bidang itu. Ia merasa Jega dan bahagia, seolah ada batu besar yang eJama ini menghimpit dalam dadanya ini terangkat.
"Lan-moi, engkau tentu dapat mera kan betapa aku menghormati dan men hargaim karena aku cinta padamu, La moi." Liu Cin menahan agar suaran tidak terdengar sedih ketika dia mela utkan. "Akan tetapi, patutkah oran seperti aku mencintamu, Lan-moi?"
"Cin-ko I" Hui Lan membanta "Kenapa engkau berkata begitu? Aku yang tidak patut mendapatkan cint
'Tidak, Lan-moi. Engkau puteri orang yang terhormat, engkau mas' mempunyai ayah dan ibu. Sedangkan ak aku seorang yatim piatu yang tidak me punyai apa-apa, miskin dan papa "
"Cukup, Cm-ko. Jangan bicarakan ] itu lagi. Mari, mari kita menghadap ay dan ibu. Ayah ingin bicara dengan m Cin-ko."
"Bicara denganku? Tentang apa, L moi?" Liu .Cin bertanya, nadanya kag dan khawatir.
"Tentang kita " Hui Lan men gandeng tangan pemuda itu dan mere cepat menuruni bukit dan kembali
im kota Nan-king.
Atas persetujuan Ong Su dan isteri-a, Liu Cin dijodohkan dengan Ong Hui Lan. Karena Liu Cin merupakan seorang «muda yatim piatu, maka Ong Su lalu Menghubungi guru pemuda itu, ialah Ceng Im Hosiang yang kini berada di Siauw-n- pai (Kuil Siauwlim) dan hwesio ini di-.1 ggap sebagai wali dari Liu Cin. Tentu ia a Ceng In Hosiang merestuinya dan («rayaan pernikahan antara Liu Cin dan Hui Lan dirayakan di rumah keluarga Ong Su dengan meriah. Tentu saja para aba t diundangnya, di antaranya tidak ketinggalan hadir pula Si Han Lin, Bu Lng Hoat, dan Song Kui Lin.
Si Han Lin merasa semakin bei bahagia ketika dia berhasil membujuk Perwira Kwa Siong, ayah tiri Song Kui Lin, dan ibu gadis itu, untuk menjodohkan Kui Lin dengan Bu Eng Hoat. Seperti juga ha nya Liu Cin, Bu Eng Hoat yang ' piatu diwakili oleh gurunya, Thong Losu.
Sampai di sini pengarang mengak kisah Rajawali Sakti ini dengan har mudah- mudahan kisah ini ada man nya bagi para pembacanya. Kalau k an mengijinkan, pengarang akan meu kai kisah di mana akan muncul t tokoh dalam kisah ini, terutama sekali Han Lin, Chou Kian Ki dan yang lain. Sampai jumpa di lain cerita.
TAMAT