Si Rajawali Sakti Jilid 11

Jilid 11

Pangeran Chou K uang Tian meneri surat Ttu, membuka dan membaca Dia mengangguk-angguk dan alisnya kerut. "Hem m m, agaknya Perwira K Siong lebih tahu akan pengkhlnatan 3e derai Chou Ban Heng* Aku memang s dah curiga ketika melihat Hongtan Sur tadi karena dia adalah orang kepercayaa Jenderal Chou Ban Hengl Bagus sekal Ayahku menganjurkan agar engkau me bantu kami memperkuat Kerajaan *"" dari pemberontakan sisa-sisa orang y berniat mendirikan kembali Keraja Chou. Mari, engkau ikut denganku k istana, Song Kui Lin. Dan engkau g Si Han Lin. Aku menyeout nama kai begitu saja karena bagaimanapun jug kalian masih muda dan pantas menj anak atau keponakanku. Mari kita

l»«kat."

'Silakan Paduka perg*. ke istana ber-M Adik Kui Un, Pangeran. Saya sen-pi siap sedia membantu, akan tetapi iya ingin bebas dan akan tinggal di V*oh penginapan saja."

[ Pangeran Chou Kuang Tian maklum 14» watak para pendekar kangouw yarig mk suka terikat, maka ja menawarkan tatanya untuk ditunggangi Kui Lin. Dia »*tirl berjalan kaki ditemani Han Lin. ap ini saja membuat Han Lin dan M Ljn kagum sekali. Pangeran adik * wr ini benar-benar seorang yang bii 0isana dan sama teka)! tidak sombong, au mengalah kepada seorang wanita, enyuruh Kui Lin menunggangi kudanys sungkan dia sendiri malah berjalan akil

e&deral Chou Ban Heng tentu saja era mendengar betapa usahanya menyuruh bunuh Pangeran Mahkota meh] tiga orang sekutunya telah gagal, bahl| dua orang anggauta Hong-san-pang yi melaksanakan tugas pembunuhan itu «al tewas di tangan Pangeran Chou Ku* Tlaru Diam-diam dia telah mendenj berita ini dari gurunya, yaitu Hong* Siansu yang menceritakan betapa Hoi^ san Siansu, Kailon, dan Ang Hwa Ni < juga gagal membunuh Pangeran Cmt Kuang Tian karena munculnya Si Han LJ dan seorang gadis berjuluk Hek I Lihiej Peristiwa ini dengan sendirinya mau buat Jenderal Chou Ban Heng berhati hati dan dia memesan agar Horur»« Siansu jangan kembali ke kota raja ms lainkan siap di luar kota raya menur» gu perintah darinya. Demikian pul dengan Kailon dan Ang Hwa Niocu kai rena mereka telah dikenal oleh Pangerai Chou Kuang Tian sebagai tiga oran| yang menyuruh bunuh Pangeran Mahkota Thian Cu.

Akan tetapi kegagalan itu sama sekali tidak membuat Jenderal Chou Ban Heng gentar atau mundur. Dia tetap bersemai untuk menjatuhkan Kerajaan Sung baru berdiri selama sebelas tahun dan membangun kembali Kerajaan n yang telah jatuh. Cita-citanya un-merampas tahta kerajaan ini bukan Ikadar ambisi pribadi, melainkan terna sekail karena perasaan dendam ' hadap Kaisar Sung Thai Cu, kaisar krtama Kerajaan Sung. Kaisar Sung Thai K» dahulu adalah bernama Chou Kuang pin, masih semarga dengannya, karena merupakan keluarga jauh dari Kaisar Chou Ong. Chou Kuang Yin tadinya rang panglima yang kemudian membe tak, merampas tahta kerajaan, bahkan nggantl Dinasti Chou menjadi Dinasti fcVng. Padahal dia merupakan keponakan r marga dengan mendiang Kaisar Chou Ong. Jadi, sepantasnya dialah yang meng gantikan kaisar itu dan melanjutkan Di nasti Chou, Dendam inilah yang membuat Jenderal Chou Ban Heng bersemangat dan nekat untuk menggulingkan Kaisar Sung Thai Cu, bahkan membunuh Putera Mahkota Thian Cu yang kemudian gagal Itu.

Tentu saja Jenderal Chou Ban Hl-bukan hanya mengandalkan bdnKi Hongsan Siansu, Kailon, dan Ang H* Niocu untuk mencapai niatnya me* gulingkan Kaisar Sung Thal Cu. Dia sih mempunyai banyak pembantu pendukung yang lihai, di antaranya Kau lam Sinklam K wan In Su, !m Yang Tot dan terutama sekali puteranya sendu Chou Kian Ki yang kini memiliki k saktian melampaui tiga orang guru yaitu Hongsan Siansu, Kangtam Smkl dan lm Yang Tosu, setelah dia menerl gemblengan dari manusia sakti roendl Thian Beng Siansu. DI samping dua on. sakti dan terutama puteronya sendiri V Jenderal Chou Ban Heng masih mei. punya) belasan orang perwira y$rtg dtehuli merupakan bekas perwira Kerajaan Om dan dapat dibujukny untuk membangul kembali Kerajaan Chou dan memusu! kerafaan baru Sung Itu.

D) sini terbukti bahwa tidak ada $< suatu yang seluruhnya baik atau selufU nya buruk. Yang baik mendatangkan ya buruk, sebaliknya yang buruk mendatai

B* V B Mk. Sikap Chou Kuang Yin

.ih rlla menjadi kaisar pertama Di-Sung dengan nama Kaisar Sung Cu» adalah sikap lunak terhadap \ keluarga dan bangsawan Kerajaan Hal ini mungkin karena dia sendiri terhitung sanak keluarga Chou. Dia rima mereka yang menaluk, bahkan beri kedudukan terhormat kepada i pejabat tinggi Kerajaan Chou. n dia mengangkat Jenderal Chou Heng yang dahulu merupakan keluar dekat kaisar, menjadi Penasehat stan Perang dari Kerajaan Sung. lu, pada waktu Kerajaan Chou, dia h panglima yang bertugas di daerah itu mtu saja sikap Kaisar Sung Thai Cu mengandung maksud agar para bangsawan bekas pejabat tinggi Keraja^r"' Chou itu akan merasa senang dan/^tia kepada kerajaan baru Sung kareoa^ mereka sama sekali tidak dihukum atau dikucilkan, bahkan diberi pangkat dan kehormatan. Akan tetapi segi buruknya era muncul. Karena mereka itu berada di pihak kerayaan yang dikalal dan dijatuhkan, mereka masih dam kepada kerajaan baru dan seti mereka diberi kedudukan tinggi» Jusi mereka mendapatkan peluang untuk balas dendam mereka kepada pemer i an barui Kalau saja Kaisar Sung Thal tidak bersikap demikian, melainkan ( sikap keras kepada bekas para pe t tinggi Kerajaan Chou, kiranya mereka tidak mempunyai kesempatan uni menghimpun kekuatan karena gen mereka sedikit saja akan ketahuan mudah ditumpas!

Biarpun usahanya membunuh Pangei Mahkota gagal dan kini tidak ada sempatan lagi karena keamanan Pangei Mahkota dijaga kuat oleh Pangeran O K uang Tlan, namun Pangeran Chou Heng tidak mundur. Dengan kepandaii nya yang tinggi, kini bahkan Chou K K i sendiri diam-diam mengamuk dalam dua atau tiga hari sekali teni ada pejabat tinggi pemerintah yang sel kepada Kaisar Sung Thai Cu dibunuhnj Dia tidak meninggalkan bekas dan sai tinggi terbunuh di dalam kamar tanpa ada yang melihat siapa pem-hnyal Tentu saja bukan hanya dia k melakukan pembunuhan ini, melaln-juga Kanglam Sinkiam dan tm Yang let» yang keduanya setia kepada Keraja- Chou yang sudah jatuh. [ Kota raja menjadi gempar setelah ada kiasan orang pejabat tinggi tewas ter-II* n h dan tidak ada yang tahu ataumenduga siapa pelaku pembunuhan m.

Pangeran Chou K uang Tian tentu saja lidah menduga atau setidaknya dia curi-jVi terhadap Jenderal Chou Ban Heng. Akan tetapi tidak mungkin dia menuduh Ifcegitu saja tanpa ada buktinya Bahkan usaha Hongsan Siansu untuk membunuhnya Itu pun tidak dapat dia jadikan sebagal bukti terlibatnya Jenderal Chou I an Heng karena dari para penyel d knya dia mendengar bahwa kini Hongsan Slan-i tidak lagi berada di istana Jenderal hou Ban Heng. Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda melangkah lebar memasuki pintu

gerbang kota raja bagian selatan, l muda itu berusia sekitar dua pulug tl tahun, bertubuh tinggi besar, pakaian', sederhana terbuat dari kain kasar kuat. Wajahnya jantan dan gagah dei sepasang mata yang membayangkan jujuran dan keberanian. Biarpun usk masih muda, namun pemuda itu ti malu atau ragu untuk berjalan sai membawa tongkat! Sebetulnya, tentu t dia tidak membutuhton bantuan tongl untuk berjalan* Langkahnya tegap lebar seperti seekor harimau. Yang bawanya rt* bukan sembarang tong*-metainfcar» sebatang toya yang men; senjata ajrkfelerfiya.

Tiba-tiba dia melihat orang-ori yang berlalu lalang di jalan raya minggir ke tepi jalan. Ternyata depan datang serombongan perajurit kuda, dipimpin oleh seorang perwira g; gah yang rnenunggang kuda paling depan Agaknya sang perwira ml bangga sekal menunggang kuda yang tinggi dan ' ngan pakaian gemerlapan dia merat seolah seorang panglima besar. Wajahnj

i senyum bangga melihat di kanan jalan orang-orang berdiri dan mc-\gnya dengan kagum. Pasukan itu I dari dua losin oran£ perajurit. I ba tiba) seorang gadis remaja merang jalan sambil membawa sebuah mang berisi telur. Agaknya ia ter hendak mengantarkan sekeran-telur itu kepada warung langganan-dan karena ada pasukan hendak le-ii, ia mendahului menyeberang. Karena NHisa-gesa Ini, dua butir telur meng-Mkng dan jatuh ke atas jalan. Gadis ftja itu terkejut dan otomatis ia ber- seolah hendak memungut dua >i lr telur. Tentu saja sia-sia karena Iur Itu telah pecah. Karena berjongkok Itu maka perwira g menunggang kuda paling depan tahu- [nhu telah berada di dekatnya. Kuda g ditunggangi perwira itu kaget dan meringkik sambil mengangkat kedua kaki pan ke atas. Hampir saja perwira itu i uh» akan tetapi oto segera dapat me-iHuasai dan menenangkan kudanya. Me» ah dia karena kalau sampai dia tadi

terjatuh, dia tentu akan menjadi tertawaan para penonton.

"Gadis >ahat Apa kau sudah gila Cambuknya melecut ke arah gadis i "Tar-tar.««l" Gadis remaja Itu menjerit, keran a Itu terlepas dari tangannya yang berdarah dan tentu saja beberapa pu' butir telur dalam keranjang itu semual

, "Hai, jangan pukul anakku ** terdeng seorang laki-laki setengah tua berlari depan kuda sang perwira dan menud ~ kan telunjuknya menegur perwira sambil merangkul putennya.

M ngglr kau. pengemis busuki" Per wira itu kini marah sekail dan kembar cambuknya meledak-ledak, kini tubuh muka petani Itu yang dijadikan sasar Petani Itu

mengaduh-aduh, akan te*. Sang Perwira melanjutkan lecutan ca buknya. "Pergi kailan!" bentaknya.

Tiba-tiba cambuknya yang melec Itu tertahan dan ketika dia memanda ternyata ujung cambuknya itu telah kap oleh seorang pemuda tinggi be-yang membawa tongkat. Pemuda llah yang segera menolong ayah dan K Itu dengan menangkap ujung cam-

*

Ba gsat, lepaskan cambukku!" Per a itu menarik-narik dengan sekuat hfwiga. Akan tetapi cambuknya tetap pt tahan oleh tangan yang kuat dari pmuda tinggi besar itu. "Paman, bawalah anakmu minggir, ar aku yang menghajar anjing ini!" tanya. Petani itu merangkul anaknya |V terseok-seok mereka melangkah ke ppl jalan raya. "Jahanam busuk, berani engkau me-kaki aku anjing? Engkau bosan hidup" t* r w ra Itu marah sekali dan kini denga pkuat tenaga dia menarik cambuknya. Tiba tiba pemuda itu melepas ujung cambuk dan mengarahkannya kepada muka I- wira itu. Syuuut p akkk Muka perwira itu hantam cambuknya sendiri sehingga hropak bilur

merah melintang di wajah-po. Orang-orang yang melihat ini rnen jadi geli dan mereka tertawa, blarj sambil menahan suara tawa mereka sih tampak mulut mereka terbuka menyeringai!

Perwira Itu bagaikan kesetanan. Sai bil memaki-maki, kembali cambut melecut ke arah kepala pemuda ' Ketenangan pemuda itu luar biasa seki Dia menanti sampai ujung cambuk menyambar dekat lalu tangan kiri yJ memegang tongkat dia angkat seni ujung cambuk perwira Itu mengenai toj dan melibat, kemudian tangan menjangkau ke depan, menangkap kt perwira itu dan sekali tarik dengan takan kuat tubuh perwira itu tertai jatuh dari atas kuda dan cambuknya y< melibat toya Juga telah dapat diramr. lepas dari tangannya* Sebelum tubul perwira Itu dapat bangkit kembali, muda Itu memegang gagang cambuk ngan tangan kanannya lalu dia mencai bukl perwira itu sambil 'berseru.

"ku untuk gadis remaja tadi.^. tj tar tam—. IH* Ujung cambuk melui dan merotak lengan baju berikut ku)

bmi sang perwira.

P'lni untuk ayah gadis tadi..... <ar-pi t rrr !!" Kini ujung cambuk me-utl muka dan

dada sehingga perwira berkaok-kaok kesakitan. Dan ini untuk pengganti telur-telur i

% pecah..... tar-tar-tar-tan-r !" Baju Iwira itu robek-robek dan melihat v. knya

darah berlepota di bajunya pot diketahui bahwa kulit tubuhnya ^iu pecah-pecah tersayat cambuki Kejadian itu berlangsung cepat sekali gg para perajurit hanya bengong, n tetapi kini melihat perwira mereka ' ul gan dan merlntlh-rintlh di atas

>m)i, mereka segera maju menyerbu telah melompat turun oarl kuda mere* . Tanpa di komando mereka sudah meribut golok dan mengeroyok pemuda itu. Para penonton kini berlarian menjauhi, y t terlibat. Akan tetapi pemuda itu/ nya tersenyum dan setelah para p*> erbu dekat, dia mengamuk, menautkan cambuk perwira tadi m«»bagl-bagK^ i- tan. Ketika pengerowk«*/a semakin yak, dia melempar ^cambuknya dan memainkan toyanya yang berat itu ngan dahsyat. Ke manapun ujung t menyambar, tentu ada seorang penge yok terjungkal dengan tulang patah a muka bengkak matang birui

Tiba-tiba terdengar bentakan nyari "Tahan semua, berhenti jangan berkel Mendengar bentakan suara mi, perajurit yang belum roboh segera nahan senjata mereka dan cepat mu sambil membantu para kawan me yang terluka sehingga kini pemuda berdiri berhadapan dengan orang mengeluarkan bentakan tadi. Dia me seorang laki-laki tinggi besar gagah usia lima puluh tahun lebih, menge pakaian panglima yang gemerlapan, ngan kumis dan Jenggot pendek terpe hara rapi, turun dari atas kereta berada di dekat situ. "Hemmm, ada apa ribut-ribut 1 Apa yang telah terjadi?" tanya pangli yang bukan lain adalah Jenderal C San Heng itu kepada seorang pera terdekat* Perajurit itu memberi hor dan menjawab.

"Lapor, Jenderal! Pemuda ini telah i ikuli Perwira Tong, maka kami lalu heeroyoknya!"

Jenderal Chou Ban Heng tadi sudah hat kehebatan ilmu silat pemuda itu. memandang penuh perhatian lalu

tanya.

"Pemuda gagah, siapakah engkau dan ng pa engkau memukuli perwira tadi tt gga pasukan lalu mengeroyokmu?" Melihat sikap panglima yang gagah -i pemuda itu bersikap tegak dan hor-t. "Thai-ciangkun (Panglima Besar), n bernama Bu Eng Hoat. Saya tidak , berani memukul orang kalau tidak alasannya yang kuat. Ketika saya at di sini, saya melihat perwira ituJ ncambuki seorang gadis remaja yang yeberang dan telurnya terjatuh pecah gga gadis itu berdarah lengannya semua telur dalam keranjangnya < ah. Ayah gadis itu hendak melarang, on tetapi dia pun menjadi korban camkan yang sewenang-wenang dari per-ra itu. Tentu saja saya tidak dapat embiarkan dia bersikap seperti itu, kejam dan sewenang-wenang menu rakyat kecil, maka terpaksa saya me ei Akan tetapi dia malah melecut* saj maka saya melawan dan memberi ha) kepadanya. Akan tetapi anak lalu mengeroyok saya. Demikianlah, clangkun."

Chou Dan Heng menoleh kepada a] dannya, seorang perwira yang masih da 'Tangkap Perwira- Tong dan anak buahnya, masukan ke sel. harus diberi hukuman berat telah bertindak sewenang-wenang kepada i ya t!"

"Baik, Jenderall" Perwira Itu membcr hormat dan pergi.

"Bu Eng Hoat, aku merasa kagi kepadamu yang muda dan gagah peri Mari, naiklah ke dalam keretaku, ingin bicara denganmu."

Bu Eng Hoat mengangguk dan mengikuti jenderal itu memasuki kerei K ita pernah bertemu dengan Bu Ei Hoat ketika dia menyerang Ang Nlocu Lal Cu Yin akan tetapi kemudi; Ltu Cin yang belum mengenal orai

am apa adanya Ang Hwa Nlocu mem-m wanita Itu sehingga Bu Eng Hoat raksa meninggalkan mereka karena k mungkin dapat mengalahkan mereka dua* Pemuda ini adalah murid Thong png Lesu, pendeta Lama Tibet yang i lu bersama Tiong Gl Cinjm dan Louw ng Tojin, pernah mengadakan pertemu-di puncak Bukit Naga Kecil dan di *a mereka bertiga yang memperbin-sn&kan soal agama dan lain-lain ber-Bmu dengan Thai Kek Siansu. Hal itu i» Jadi kurang lebih sebelas atau dua be-m* tahun yang lalu. Tiga orang sakti lari tiga agama itu tertarik ketika me-hat Thai Kek Siansu mempunyai seorang « id. Mereka bertiga lalu masing-masing jin mencari seorang murid. Thong Leng usu yang mengembara mencari murid bertemu dengan seorang anak laki-laki im piatu berusia sebelas tahun berita Bu Eng Hoat. Dia mengambil anak }iu sebagai murid dan setelah dia mengitarkan Umu-ilmunya kepada Bu Eng [k>at selama kurang lebih sepuluh tahun* lalu menyuruh muridnya itu turur gunung dan terjun ke dunia ramai, tindak sebagai pendekar. Dia Juga mt berikan sekantung uang emas simpa nya kepada pemuda itu dan mem agar di manapun dia berada, Bu Hoat selalu mempertahankan dan me bela kebenaran dan keadilan, menanta kejahatan. Demikianlah, Bu Eng Hai merantau, membawa toyanya dan di panjang perjalanannya dia selalu men tang ke ahatan dan membela me yang lemah tertindas. Dia melihat bet dunia penuh dengan manusia-man sesat yang hanya mementingkan sendiri, mengumbar hawa nafsu meng kesenangan tanpa pantang me ak segala cara yang jahat demi mem oleh apa yang mereka inginkan. Ban sudah gerombolan penjahat yang dia * mi sehingga dalam waktu kurang I setahun saja namanya terkenal seba seorang pendekar muda yang baru mur di dunia kangouw. Permainan toyan yang amat kuat disegani banyak ora sehingga dia memperoleh julukan Si tung Eng-hiong (Pendekar Tongkat Sakti

Setelah duduk di dalam kereta ber a Jenderal Chou Ban Heng, barulah Eng Hoat mengetahui bahwa dia ber-- n dengan seorang jenderal yang kedudukan tinggi. Dia merasa kagum Ika panglima itu mengecam para pe t tinggi yang suka bersikap sewenang

"Mereka Itu menjemukan sekail1" de> ion antara lain Jenderal Chou Ban f*ng berkata. "Sayang aku tidak mem-i^yal kekuasaan untuk bertindak ter jlep mereka. Hanya Kaisar yang mam-I menindak mereka akan tetapi mereka pandai bermuka- muka sehingga Kaisar ganggap mereka itu pejabat-pejabat g bijaksana dan baik.

Terutama sekail ang She Liong yang menjadi Menteri budayaan itu, sungguh, membikin hatiku \*k dan Jengkel sekali kalau mengingat on kelallmannya" Jenderal Chou Ban ng mengerutkan alisnya yang tebal dan lukanya berubah merah. Bu Eng Hoat tertarik. "Apa yang d akukan Menteri She Liong itu, l-ciangkun?"

leiumni, biarpun seorang pende1 seperti engkau tidak akan dapat met usiknya, orang muda' Dia Itu menj; kepercayaan Kaisar, gedungnya ar j ketat. Entah berapa banyaknya sav ladang milik para petani di luar «i raja yang dia rampas, dan antah ( banyak anak gadis orang yang dia menjadi penghiburnya. Ah\ pe** tidak ada satu pun bentak kefoh&tsi yang tidak pernah dia lakukani Hemrro kalau saja aku

menjadi seorang muda c memiliki kesaktian, tentu sudah lai jahanam itu kubunuhl1' "Jahanam Itu patut diberi hajat kata Bu Eng Hoat dengan hati panas.

"Hemmrn, jasamu terhadap negara bangsa akan besar sekali kalau engl dapat memberi hajaran kepada jahai Liong Itu sehingga dia tidak akan mai mengganggu rakyat lagi" kata 3eftoV.. Chou Ban Heng "Bu Ing Hoat, apakaj engkau belum mendapatkan tempat inap? Bagaimana kalau engkau sementara tinggal di rumahku?

*1 Bu Eng Hoat belum mengenal kei

al Itu, dan gurunya pernah berian kepadanya agar dia berhati-hati mi berkenalan dengan para bangsawan wna mereka Itu biasanya suka menaatkan tenaga orang fcangouw untuk lentingan mereka sendiri. Maka me-att keramahan jenderal Ini yang meng-Kknya naik keretanya, kemudian me-b^arkan tempat tinggal di rumahnya, Bs nreholak.

"Terima kasih, Tr^i-ciangkun, saya V*n bermalam di rumah penginapan saja ir leWh leluasa dan tidak merasa sung

Baiklah, kalau begitu." Jenderal k» Heng lalu memerintahkan kusir tirtanya untuk menuju ke rumah Fp*pan L ok Koan yang P antara rumah-rumah pengi/upan besar p mewah di kota raja. Kdmah peng papan Lok Koan Itu memiliki rumah takan di bagian depan/dan juga memiliki sebuah po*koan (terapat perjudian) di labelah kirinya.

Karena biaya penginapan situ mahal, maka yang menginap ha IValah tamu-tamu hartawan dari luar

kota, pedagang-pedagang atau pem daerah yang dat ng ke kqta raja.

. "Kita tunggu di kereta sebent kata jenderal itu kepada Bu Eng H lalu kepada kusirnya dia mengutus $ si kusir memesankan kamar untuk! Eng Hoat. Kusir Itu pergi dan tak lama ke an dia datang kembali dan melapor ba* kamar untuk pemuda itu sudah terse yaitu kamar nomor lima di loteng. Eng Hoat mengucapkan terima kasih turun dari kereta dan menuju ke r penginapan itu karena kereta itu ber di tepi jalan raya di depan halaman mah penginapan Lok Koan.

Begitu memasuki pendapa yang di samping rumah makan, Bu Eng mulai merasa ragu. Rumah pengi itu besar dan mewah. Tentu sew mahal sekali, pikirnya. Dia harus m hemat uang bekal pemberian gur karena kalau sampai kehabisan hal akan merepotkannya. Akan tetapi sec pelayan tergopoh-gopoh keluar meny but ya.

Melihat pemuda itu berpaka sederhana dan hanya membawa ia g tongkat dan sebuah buntala Jan dari kain kasar yang gendong , pelayan itu termangu heran, akan pl memaksa diri tersenyum menyam-

telamat datang, Kongcu. Kami me-erhormat dan senang sekali me-but kedatangan Kongcu." Bu Eng Hoat tercengang. Dalam per rtnya merantau selama ini, belum Mh ada ya g menyebutnya Kongcu tn Muda). Ada yang menyebutnya «hons atau That- hiap (sebutan para dekar) setelah dia melakukan sesuatu »k salatnya menentang para penjahat menolong orang. Sekarang pelayan ig pakaiannya bahkan lebih bagus dari-ia pakaiannya sendiri, tentu saja dia njadi sungkan. Dia memandang pelayan ngah tua itu lalu berkata ragu sam-berhenti melangkah dan memandang arah pendopo yang mewah, yang me 1 indah dengan adanya lukisan-lukisan ah, tirai-tirai sutera dan pot-pot bu-i besar terukir indah.

"Ah, Paman, agaknya saya telah masuk. Rumah penginapan bu megah bagi saya. Saya hendak . kamar "di rumah penginapan yang hana dan murah saja/1 Setelah 1 demikian dia membalikkan tubuhnya dak keluar lagi. Akan tetapi pelayan lari mendahului dan menghadangnya bil menjura dengan hormat.

"Maaf, Kongeu, kalau pany: kami kurang baik. Saya akan kepada kepala pengurus rumah an Lofc Koan untuk menyambut ser

*Ah, )engafs Paman! Bukan maksudku, hanyaw. rumeh ini tarbn%pau~~ mahal Tiba-tiba pelayan itu lertowa. harap Kongeu tidak main-main. K tidak usah

membayar sekeping pun boleh tinggal di rumah penoinapan Koan berapa lama pun, kami akan layani sebaik mungKIn dan Kongeu dak pesan makan apa persiapkan dengan baiki"

Bu Bng Hoat memandang . Gilakah pelayan ini? Ataukah dia 1

<g mimpi? "Apa.—» apa maksudmu, «n? Aku tWek menjaprtl "Kongeu, tadi yang terhormat 3en-I Chou Ban Iseng mengutus kusirnya, tarikan agar kami menyambut i dengan baik, memberi kbmar *ah dan menyediakan semua keper Kongeu, berapa lama pun Kong k 1 di smi."

^apU.~, biayanya tentu besar sekali tidak akan terbayar olehku.1* "Ain, Kongeu main-mainl Kalau Senti Chou yang memerintahkan, siapa « tidak akan menaati? Soal biaya, Apapun tentu akan dibayar oleh beliau. IC£agcu tidak usah khawatir. Mori, 5 silakan'"

ulah Bu Eng Hoat mengerti dan diam dfo rrierasa seriang. Siapa yang > senang mendapatkan kamar di ho-mewah berikut makan setiap hari, * waktu yang tidak terbatas lame-, tanpa membayar sekeping pun? Akan npl cfl samping perasaan senang Ini, perasaan curiga dan khawatir. Apa r>ya jenderal itu bersikap demikian baik dan royal terhadap dirinya? maunya? Dia fer Ingat akan pesan nya dan dia bersikap waspada dan haj hati sekail* Akan tetapi setelah dua malam t i gal di hotel Lok Koan, tidak terji sesuatu dan jenderal itu pun tidak ganggu, bahkan tidak pernah bunginya. Pada malam ke tiga, Hoat duduk termenung di dalam kamj nomor lima yang mewah den letaknya loteng rumah penginapan Lok Koan

Jendela kamarnya dia buka dan dari dalam kamar dia dapat melihat jajaran genteng- genteng di rumah di dekat i itu. Teringat dia akan percakapannya , dan Jenderal Chou Ban Heng dalam kereta. Menteri Kebudayaan Liong! Tiba dia teringat akan pejabat tinggi she Liong yang amat jahat, tukang peras dan tindas rakyat, suka mempermainkan gadis orang, kejam dan sewenang yang. Kalau dia sudah mendengar berita seperti itu tidak turun tangan memberi hajaran kepada pejabat lalim itu, percuma saja dia belajar ilmu silat bertahun-tahun kepada gurunya.

Gurunya, Thong Leng Losu yang gagah perkasa tentu akan merasa malu dan marah kepadanya! Kemarin siang dia sudah berjalan-jalan mencari tahu di mana letak gedung tempat tinggal Menteri Liong. Ternyata gedung besar itu tidak ter ketat, tidak seperti yang digamb.* Jenderal Chou. Baginya, tidak akan I menyusup masuk ke dalam gedung dilihatnya hanya dijaga belasan perajurit di gardu penjagaan, di gerbang halaman gedung itu. Dia teri akan ucapan Jenderal Chou yang gf perkasa itu. "Kalau saja aku me seorang muda dan memiliki kesak tentu sudah lama jahanam itu kub Demikian jenderal itu berkata, mana dengan dia? Apakah dia akan diamkan saja pejabat tinggi yang itu mengganggu rakyat? Bagaimana' di antara pesan gurunya, Thong Losu, kepadanya ketika dia hendak1 rangkat mengembara?

"Wi bin m kok, hiap ci tai cia juang demi rakyat dan negara, I yang paling utama)!" Dan sekarang buka kesempatan baginya untuk me' nakan perintah suhunya itu.

Mem Menteri Liong yang lalim berarti telah berjuang demi kepentingan r dan negara! Setelah berpikir demij

%0 11 g Hoat lalu berkemas, mengenakan Ttalan yang ringkas, kemudian sambil Kubawa toyanya dia keluar dari jen i kamarnya, menutupkan daun jendela I luar setelah meniup padam lampu km kamarnya, kemudian dari loteng

i dia melayang ke atas genteng rumah l«lah, kemudian dia mempergunakan t kang berlompatan dari wuwungan ftrti.ih rumah ke wuwungan rumah di ►.(. Dia berlompatan dengan cepat F ringan sehingga tidak menimbulkan tftr.i dan berlari-

larian menuju ke rumah

ii i ti r i Liong!

Setelah tiba di dekat gedung "yang dike-i gi pagar tembok itu, dia mendekam di

«iipat gelap dan mengamati sekelilinginya. nl.im itu sudah agak larut dan suasananya ,myi sekali. Seperti dugaannya, penjagaan iiJung itu tidaklah terlalu ketat. Hanya ada lx rapa orang pera n irit tampak duduk di i «s bangku panjang di luar gardu dekat itu gerbang, ada pula beberapa orang ig agaknya bermain kartu di dalam iiilu. Ada pula yang meronda mengeli-r»gi gedung membawa lentera.

Dia menanti sampai bagian di belaka gedung itu dilewati petugas ronda, kemm an sekali melompat dia telah berada atas pagar tembok. Melihat kc dalam, t nyata di bagian belakang gedung itu t dapat sebuah taman bunga yang tidak t lalu besar. Dia cepat melompat turun P sejenak bersembunyi di balik segerombo Kui-hwa (Bunga mawar). Dari jauh dat dua orang peronda. Mereka meronda deng santai saja.

Agaknya memang mereka sari sekali tidak mencurigai sesuatu dan n rasa aman. Setelah dua orang pero" itu lewat jauh, mulailah Bu Eng H bergerak mendekati gedung.

Setelah yakin«keadaannya aman melompat ke atas wuwungan gedun» merangkak dengan hati-hati, mulai men intai ke bawah mencari di mana adany Menteri Liong1 Setelah agak lama men-l cari dan hanya menemukan kamar-kamar di mana penghuninya telah tidur, dan dia tidak dapat membedakan mana yang menjadi kamar Pembesar Liong, akhirnya dia melihat cahaya lampu menyinari lubang jendela sebuah kamar. Cepat dia

ffigintai dan dia melihat bahwa kamar ndalah sebuah ruangan baca, semacam aan karena di sana terdapat vak buku di almari, ruangan yang luas ' di tengah ruangan itu terdapat se y meja yang lebar. Seorang laki-laki ngah tua berusia sekitar lima puluh m, bertubuh tinggi kurus dengan jeng-1 »n kumis terpelihara rapi, pakaian- santai sebagaimana biasa pakaian ink tidur, wajahnya membayangkan mbutan^ akan tetapi biarpun wajah-belum keriput, rambutnya sudah 11 ir putih semua. Laki- laki itu sedang 't baca kitab di bawah penerangan >tpu meja yang cukup besar. Bu Eng » 11 mendengar laki-laki itu membaca ngan suara yang cukup kuat sehingga >at terdengar jelas olehnya. Kun-cu souw ki wi ji neng, Put goan houw ki gwe!" Eng Hoat mengenal bacaan itu se-gai pelajaran dalam kitab Tiong Yong r i Guru Besar Khong Cu yang berarti: "Seorang Budiman bertindak sesuai dengan kedudukannya, dia tidak menginginkan apa-apa bukan menjadi bagiannya.

Kemudian laki-laki setengah tua melanjutkan bacaannya.

"Dalam keadaan kaya atau misk senang atau susah, dia selalu dapat u nyesuaikan diri dengan lingkunganny Karena itu seorang Budiman selalu hid tenteram bahagia dan dapat menerii apa adanya."

Laki-laki itu berhenti sejenak, ag nya dia ingin mendalami maksud pelajaran itu, kemudian melanjutkan.

"Berkedudukan tinggi dia tidak mer hina bawahannya. Berkedudukan re dia tidak menjilat-jilat atasannya, memperbaiki diri sendiri dan tidak me harapkan mendapat apa-apa dari orai lain. Karena itu, dia tidak pernah me/ benci siapa pun. Ke atas dia tidak nuntut Tuhan, ke bawah dia tidak nyalahkan orang lain."

Kembali dia merenungkan pelajar itu lalu melanjutkan. "Maka dari i seorang Budiman senantiasa berada dala keadaan tegak dan tenteram menari

m Beng (Karunia Tuhan). Sebaliknya wig Siauw-jin (Manusia berbudi ren-senantiasa melakukan perbuatan jahat membahayakan orang lain mendapatkan apa-apa yang bukan |.*Ji haknya!"

Laki-laki itu kini bersandar di kursi- dan menghela napas panjang, ter-m>-«g seolah mengenang kembali apa j telah dibacanya, yaitu sebagian dari Kl Tiong Yong f asal U. Biarpun guru-m seorang Pendeta Lama Tibet, ber-hia Buddha dan dia mendapat pelajar-[ u-ntang agama itu, namun gurunya L< memberinya kitab-kitab lain untuk I» ya, di antaranya, kitab Tiong Yong Wk mengandung pelajaran dari Guru Br Khong Cu, sehingga Bu Eng Hoat Bm mengenal apa yang dibaca oleh laki setengah tua itu. i t- laki itu menghela napas pan-

. "Hayaaa " Dia mengeluh. "Siapa

vang tidak tahu akan semua pelajaran pekerti dalam segala agama? Siapa-orangnya yang tidak tahu bahwa KKanggu, menyakiti, merugikan orang

lain adalah perbuatan jahat dan menol menyenangkan, dan menguntungkan ora lain adalah perbuatan baik? Siapa y tidak tahu bahwa dalam hidupnya setiap orang manusia harus menghara kan perbuatan jahat dan memperbany perbuatan baik? Akan tetapi sunggu celaka, di mana-mana orang melakuka perbuatan jahat! Di mana sih terdaj? manusia yang pantas disebut Kuncu (B diman) sekarang ini? Aku melihat 1 empat penjuru dipenuhi orang-crang ya menjadi hamb nafsunya sendiri dan s gala tindakannya hanya menyebar jahatan!" Kembali dia menghela napas.'

Eng Hoat merasa heran dan dia diam dia bertanya-tanya siapa gerang orang setengah tua ini. Mendengar sem ucapannya, tidak mungkin orang seper ini berwatak jahat! Dia mulai tering akan niatnya mengunjungi tempat i, Dia harus menemukan Menteri Lt yang kabarnya lalim dan jahat itu.

Tiba-tiba dia mendengar daun pin ruangan itu diketuk dari luar. Laki-' setengah tua itu menoleh ke arah pin

mi bertanya dengan suara bernada kesal arena keasyikannya terganggu. "Siapa itu?" "Saya, Loya (Tuan) " jawab suara

hrnnita. "Masuk!"

Daun pintu dibuka dan seorang wanita I- layan memasuki ruangan dengan sikap i'fmat lalu berjongkok memberi hormat.

"Ada apa?" tanya laki-laki itu, suaranya lembut dan sabar.

"Loya, saya diutus Hujin (Nyonya) mtuk mengingatkan Paduka bahwa ma-nm telah larut, agar Loya beristirahat

ena kata Hujin besok pagi Loya harus menghadiri persidangan para menteri di htana Sribaginda Kaisar."

' Hemmm, tidak perlu diingatkan aku tidak akan melupakan kewajiban itu. Sudah, keluarlah dan katakan kepada Hujin bahwa aku sed-j"* membaca kitab."

"Baik dan ampunkan kalau saya roeng-Kanggu, Loya." "Sudahlah, engkau tidak bersalah, hanya diutus Hujin. Pergilah."

Pelayan itu memberi hormat lalu keluar dari ruangan dan menutupkan daun pintu. Diam-diam Bu Eng Hoat terke' Kiranya laki-laki inilah Menteri Lio Tidak salah lagi.

Siapa lagi kalau bu Menteri Liong yang besok pagi har menghadiri persidangan para menteri istana? Inikah Menteri Liong yang ka nya lalim dan jahat itu? Akan tet rasanya tidak mungkin! Ucapannya t penuh kebijaksanaan, dan sikapnya te hadap pelayan wanita tadi juga Jemb dan penuh kesabaran. Orang yang begi rasanya lebih banyak baiknya daripa buruk budinya.

Tiba-tiba daun pintu ruangan itu ter buka lagi, kini terbuka dengan sentaka dan sesosok bayangan hitam berkeieba masuk. Eng Hoat melihat seorang yan berpakaian hitam, mukanya ditutupi kain. hitam pula, memegang sebatang tongkat baja dan dengan kecepatan luar biasa dia menyerang Menteri Liong!

"Menteri jahanam, mampus kau!" bentak suara laki-laki di balik kain hitam itu dan tongkat bajanya sudah menyam-

dahsyat. Menteri itu mencoba untuk lak, namun kalah cepat.

Wuuuttttt bukkk!!" Dia terpukul

tubuhnya roboh terbanting dengan sekali. Eng Hoat cepat melompat k*<ik melalui jendela yang terbuka. ["Pembunuh!" bentaknya dan dia cepat ►n erang pembunuh itu dengan toya-m Akan tetapi, ketika orang itu me-kffkis, Eng Hoat merasa betapa toya- terpental dan kedua tangannya yang n cgang toya terasa panas. Dukkk!" Pada saat dia terkejut itu, i arah belakangnya menyambar hawa ulan dahsyat. Eng Hoat membalik dan igelak, akan tetapi dia melihat perangnya, juga seorang yang memakai eng kain hitam, menjauh dan pada t itu si pemegang toya yang tadi yerang Liong Taijin menghantamkan nya demikian 1. iat ke pangkal le-nya sehingga tanpa dapat dicegahnya i, toya di tangan Bu Eng Hoat ter--as! Eng Hoat cepat melompat dan lawan dengan tangan kosong. Penye-gnya dari belakang tadi sudah metaat pergi dan kini dia menghadapi n ibunuh yang memegang toya. Ternyata lawannya itu bukan hanya miliki tenaga yang amat besar, akan Unpi juga memiliki ilmu silat yang aneh K tangguh sekali. Bu Eng Hoat harus hi gerahkan seluruh tenaga dan kegesit- mya untuk melawan dengan tangan wong. Dia sama sekali tidak sempat k mengambil toyanya kembali karena «jata itu terpental dan menggelinding sudut ruangan.

Agaknya suara gaduh itu menarik rhatian para perajurit yang berjaga talam itu. Terdengar langkah banyak ki berlarian menuju ke ruangan itu dan rdengar suara mereka. Daun pintu ru-ngan itu didorong terbuka dari luar dan lasan orang perajurit menyerbu masuk, elihat ini, pembunuh bertopeng kain liitam itu melompat keluar dari ruangan  enyusul temannnya yang sudah pergi Irbih dulu.

Bu Eng Hoat menjadi bingung. Para ajurit kini menyerbu kepadanya. Dia |Hin maklum bahwa memberi penjelasan. kepada mereka adalah tidak mungkin dia tidak dapat menghindarkan lagi ngeroyokan atas dirinya. Maka dia cepat melompat keluar dari jendela u berlari cepat menghilang dalam kegeU an malam memasuki taman.

Beber* orang perajurit masih mengejarnya, al tetapi setelah dia melompat pagar te» bok di belakang taman, para pengejar ii terpaksa berhenti karena mereka tidi mengetahui ke arah Bu Eng Hoat melar kan diri. Dengan jantung berdebv tegari Bu Eng Hoat kembali ke dalam kam* nomor lima di loteng hotel Lok Koai duduk di atas pembaringan dan terme nung. Dia merasa bingung dan juga penasaran bercampur penyesalan. Tentu dia disangka sebagai pembunuh Menteri LiJ ong itu karena dia terlihat berada di kamar itu. Adapun pembunuhnya malah lari lebih dulu, apalagi dia mengenakan! topeng kain hitam. Dia merasa menyesaf karena kini dia merasa sangsi apakah sudah sepatutnya Menteri Liong dibunuh?! Benarkah dia seorang pembesar lalim1 yang jahat? Tidak ada buktinya untuk. |

, bahkan melihat sikapnya ketika mem i kitab, rasanya sukar membayangkan menjadi seorang pembesar yang se-nang-wenang dan jahat! Karena malam itu telah larut, hampir i, dan dia merasa lelah, pangkal le-|/tn kanannya yang tadi terkena harian toya terasa nyeri, maka Eng Hoat merebahkan diri dan jatuh pulas.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi " kali sepasang orang muda memasuki halaman hotel Lok Koan. Mereka adalah I lu Cin dan Ong Hui Lan. Ketika kembali ke kota raja, Hui Lan teringat akan nasib buruk yang menimpa dirinya ketika ia tinggal di istana Jenderal Chou Ban Heng, di mana ia diperkosa oleh Chou Kian Ki setelah terbius.

Kalau menuruti gejolak perasaan dendam kebenciannya, ingin ia segera mendatangi gedung itu lan membunuh Chou Kian K i untuk membalas dendamnya. Akan tetapi Hui bukan seorang gadis yang bodoh, la t bahwa Chou Kian K i merupakan seor lawan yang sakti dan sukar dikalahk Ia sendiri sekarang mendapatkan i baru, akan tetapi ilmu Thian-te Im-y Sin-kun itu baru akan mencapai punc kehebatannya kalau dimainkan bersa pasangannya ketika berlatih, yaitu Cin. Untuk dapat mengalahkan C Kian Ki, ia harus melawan bersama L Cin. Selain itu, juga ia mengetahui wa di gedung Jenderal Chou Ban H itu terdapat orang-orang yang tin( ilmunya. Ia tidak boleh gegabah kal tidak ingin gagal. Pula, kalau ia terbu nafsu, tentu akan menimbulkan kecurig an hati Liu Cin. Pemuda itu belum ta' bahwa kebenciannya kepada Chou K i K i bukan hanya karena ia tidak s, menjadi stennya, melainkan karena ( muda itu telah memperkosanya. Ti mungkin ia menceritakan malapeta yang menimpa dirinya itu kepada or lain, apalagi kepada Liu Cin yang tahu dan merasa bahwa pemuda itu ja

)mta kepadanya dan sebaliknya ia pun I" tarik, kagum dan suka sekali kepada iu Cin. la bahkan hampir berani menguji bahwa ia juga jatuh cinta kepada muda yang telah berulang kali me ong dan membelanya itu. Karena ia tidak ingin dikenal orang, mi t lagi dikenal anak buah Jenderal Chou Vii Heng, maka pagi itu Hui Lan meng-jnk Liu Cin untuk mencari kamar di lotel Lok Koan. Seorang pelayan se-pngah tua cepat menyambut mereka, fviayan itu kagum melihat pasangan ini. '"mudanya berusia sekitar dua puluh dua Ahun, berpakaian serba kuning sederhana i imun bersih dan rapi, tubuhnya tinggi p dan wajahnya gagah. Dari dua bajang tongkat pendek yang tergantung di ggungnya, pelayan itu dapat menduga wa pemuda ini tentu seorang pendekar kangouw. Gadisnya juga mengagum-* m sekali. Wajahnya bui?*, ratanya lembut namun tajam, tubuhnya ramping terbungkus pakaian yang sederhana pula,

1.1 m pak pendiam, dan di punggungnya pak tergantung sebatang pedang dengan ronce-ronce berwarna hijau. Sul guh seorang gadis yang cantik dan gag tentu seorang pendekar wanita.

"Selamat datang dan selamat p Tuan dan Nona!" sambut pelayan itu mah. "Jiwi (Anda berdua) hendak men wa sebuah kamar?" Jelas bahwa pelay itu menganggap mereka sepasang sua isteri maka menawarkan sebuah ka untuk mereka berdua.

Dengan wajah berubah kemerahan Lan berkata singkat.

"Kami butuh dua buah kamar!" "Ah, maafkan saya. Baiklah, Tuan Nona, kami masih ada beberapa b kamar di loteng. Mari, silakan!"

Dua orang muda itu mengikuti pel yan dan mereka mendapatkan dua bi kamar di atas loteng, di bagian uj dari deretan kamar loteng yang berj lah dua belas buah itu. Karena mer telah melakukan perjalanan jauh se: malam tadi, keduanya laWu mandi, sar an pagi dan mengaso dalam kamar r sing-masing. Mereka berjanji akan kelu dari kamar setelah cukup beristirah

b lepaskan lelah dan kantuk. [ Sementara itu, pagi-pagi sekali para k I bat tinggi gempar karena berita ten-i terbunuhnya Menteri Kebudayaan Li-tersiar cepat. Pangeran Chou Kuang Ti-). menjadi marah dan merasa penasaran kali. Banyak terjadi pembunuhan terhadap a pejabat setia, akan tetapi pembunuhan ' hadap Menteri Liong ini sungguh mem-|u.it dia terkejut dan marah. Menteri long terkenal, bukan saja setia terhadap usar, akan tetapi juga sebagai seorang g bijaksana dan budiman, diakui oleh mua orang. Siapa yang begitu kejam lembunuh seorang yang baik budi seperti '►enteri Liong?

Seperti kita ketahui, Song Kui Lin mi berada di istana dan membantu Pameran Chou Kuang Tian menjaga ke-anan istana. Pagi itu, Kui Lin sudah enghadap Pangeran Chou Kuang TiarT, menuhi panggilannya* Setelah duduk berhadapan dengan I angeran itu, Kui Lin berkata. "Paduka ntu memanggil saya karena berita tentang pembunuhan terhadap Menteri Lione

itu, bukan?"

"Hem, engkau juga sudah menden, akan berita itu?"

"Semua orang dalam istana membi r akan berita itu, Pangeran."

"Akan tetapi belum ada yang men tahui soal ini." Pangeran Chou Kua Tian mengambil sehelai kertas dari * bajunya dan menyerahkannya kepada Ki Lin. "Tadi aku terbangun oleh suara jendela dan ketika aku membuka ende ada pisau dengan surat ini tertancap1 daun jendela. Bacalah!"

Kui Lin membaca tulisan di atas k tas itu. Tertulis dengan huruf yang r dan garis serta lekukannya indah, ta bahwa penulisnya seorang ahli sastr Surat itu pendek saja.

PEMBUNUH MENTERI LIONG T1N GAL DI HOTEL LOK KOAN KAM/f NOMOR LIMA DI LOTENG

"Pangeran, siapa yang menginmka surat ini?"

Pangeran Chou Kuang Tian men gelengkan kepalanya. "Aku tidak tah

an tetapi pagi tadi perwira penyelidik U sudah melapor bahwa Menteri Liong i bunuh oleh pukulan benda keras dan di mar itu terdapat sebuah toya, mungili milik pembunuh yang entah bagai-«na dapat ditinggalkan di sana. Serang, aku mengutusmu untuk menyeli-bki siapa yang berada di kamar nomor i a di loteng Hotel Lok Koan itu, Kui m. Tangkap dia dan bawa pasukan pe-fcawal!"

"Pangeran, saya lebih suka bekerja ndiri daripada harus membawa pasukan ngawal yang hanya membuat saya repot saja."

Pangeran itu menatap wajah Kui Lin. |,)ia sudah mengenal gadis yang berwatak lincah, keras dan pemberani serta juga memiliki ilmu silat yang tinggi itu.

"Baiklah, pergi tangkap orang itu. Akan tetapi berhati-hatilah, Kui L11T, karena kalau benar dia pembunuhnya, dia tentu merupakan lawan yang tangguh dan berbahaya." Kui Lin mengangguk dan cepat ia keluar dari istana. Para pengawal istana sudah mengenal siapa gadis be serba hitam yang cantik ini. Mereka bahwa Song Kui Lin adalah seorang dekar wanita yang biarpun masih n namun sangat lihai dan galak sehi tak seorang pun di antara para peraj istana berani bersikap kurang ajar padanya. Apalagi mereka semua bahwa gadis itu adalah orang keperca an Pangeran Chou K uang Tian.

Dengan cepat Kul Lin menuju Hotel Lok Koan. Karena hari itu pagi, maka baru sedikit di antara tamu yang sudah bangun dan sebag makan di rumah makan bagian drT hotel. Seorang pelayan setengah tua yr tadi melayani dan menyambut kedatan Liu Cin dan Ong Hui Lan, berlari menyambut. Dia merasa gembira ba sepagi itu' dia telah menyambut orang gadis yang cantik jelita.

"Selamat datang dan selamat p Nona!" dia memberi hormat sambil m.-bungkuk. "Apakah Nona ingin menye sebuah kamar?"

Kui Lin mengerutkan alisnya. G

memang paling tidak suka melihat ng bersikap merendah dan bermanis |»\a buatan. Ia menilai sikap orang li £ menjilat-jilat itu palsu dan hanya (l- ai sebagai *openg belaka. Orang seti n itu berbahaya. Gadis itu tidak tahu t wa sikap orang seperti itu tidak selu palsu, melainkan terdorong oleh saan rendah diri (minder). "Aku memang mencari kamar, yaitu ar nomor lima di loteng hotel ini!" anya tegas.

Pelayan itu mengerutkan alisnya. >an tetapi, Nona. Kamar nomor lima i sudah ada yang menyewa!" Lalu di-mbungnya cepat. "Dia malah agaknya lum bangun dari tidurnya." "Hemmm, siapa dia? Orang macam fa dia?" Kui Lin bertanya tidak sabar. "Dia seorang pemuda gagah dan tam-

|.. n, Nona "

"Cepat bawa aku ke kamar itul Aku ^iigin bertemu orangnya!"

Pelayan itu meragu. "Akan tetapi ya tidak berani mengganggu tamu yang ang tidur, Nona. Apakah Nona ini saudaranya, sahabatnya, atau kek.. Pelayan itu tidak melanjutkan kata I kasihnya" ketika melihat betapa sepa. mata yang indah itu tiba- tiba mentor

"Apa katamu? Hayo * lanjutkan! itu kek kek ?"

"Eh, maksud saya kek apa Nona keponakannya?"

"Ngawur! Cerewet! Hayo cepat tu jukkan padaku di mana kamar norr lima di loteng itu!" Kui Lin membenT dan menyambar lengan pelayan itu. i rasa betapa pergelangan lengannya se ti dijepit besi sehingga tulangnya ter nyeri, pelayan itu menyeringai.

"Baik baik ampunkan saya...I

dan dia lalu bergegas melangkah ke ar tangga yang menuju ke loteng setel Kui Lin melepaskan lengannya.

Setelah tiba di depan pintu ka nomor lima, pelayan itu mengetuk dai pintu. Selama menjadi pelayan belu pernah dia berani mengganggu tamu h tel itu yang berada dalam kamar. Ak tetapi sekarang karena dia takut kepa Kui Lin yang pegangan jari- jari tanga

yang mungil itu seperti cepitan besi,

« memberanikan diri. "Tok-tok-tok !"

Pada saat itu, Bu Eng Hoat masih [Kir pulas karena memang baru men-11 g fajar tadi dia dapat tidur pulas. » n tetapi sebagai seorang ahli silat ing peka, ketukan di pintu kamarnya 1m cukup untuk membangunkannya. Dia bangkit duduk, seketika sadar sepenuhnya »ni pertama kali melihat bahwa dia Mur dengaa pakaian lengkap berikut sedunya dia segera teringat akan peris-wa semalam. Dia menjadi waspada dan emandang ke arah pintu kamar itu. "Ya, siapa di luar?" tanyanya dengan tenang. "Saya, Kongcu, pelayan hotel. Ini ada orang nona inRin bertemu dengan Kong-feu!" Mendengar ini, hati Eng Hoat menjadi lega dan lebih tenang, walaupun tentu »aja dia merasa heran bagaimana di tempat asing ini ada seorang nona hendak bertemu dengan dia! Karena baru saja bangun tidur dan yang akan menemuinya adalah seorang nona, maka otot» tanpa disengaja kedua tangannya mei kan pakaian dan rambutnya. Setelah rapi dia lalu melangkah ke ointu membukanya.

Bu Eng Hoat tercengang ketika buka pintu dia melihat seorang g cantik manis berdiri di depannya de pandang mata tajam penuh selidik! tidak mengenal gadis ini dan saking rannya dia sampai tidak dapat bers Dia mengira bahwa tentu gadis itu alamat dan mengira dia orang lain.

"Siapa namamu?!" Kui Lin memben dengan galak. Sebetulnya ia sendiri cengang ketika melihat munculnya orang pemuda tinggi besar berpaka sederhana dan berwajah ganteng, jan dan bersih. Tadinya ia mengira berhadapan dengan seorang laki-laki tampang pembunuh yang menyeramk Bentakannya yang galak sebagian unt menyembunyikan rasa herannya.

Kalau tadinya Eng Hoat merasa gum kepada gadis yang cantik manis i kini dia mengerutkan alisnya. Ada gadis ini, pikirnya. Belum mengt-«\ t akan tetapi sikapnya begini galak! " na, mengapa engkau menanyakan i.\ku? Kita tidak saling mengenal dan engkau yang mengganggu tidurku, turnya kalau engkau yang memper-Mlkan namamu kepadaku."

"Mengapa? Jangan berpura-pura bodohi kau pembunuh!" [ "Aku tidak membunuh siapapun juga." f "Bohong! Engkau semalam membunuh f teri Kebudayaan Liong!" Bu Eng Hoat tertegun. Kiranya urusan i bunuhan atas diri Menteri Liong? Ba-> miana gadis ini dapat mendakwanya?

ikah gadis ini semalam melihat dia ada di ruangan perpustakan Menteri ng? "Aku tidak membunuh siapa pun!" Eng it berkeras karena dia memang tidak mbunuh menteri itu. Pada saat itu tampak belasan orarg n enaiki tangga dan yang paling depan .1 alah seorang perwira yang segera meng-f mpin Kui Lin dan berkata. "Lihiap, inilah toya yang ditemukan di

ruangan pembunuhan." Dia adalah j wira dari istana yang disuruh Panjj Chou Kuang Tian menyusul Kui Lin n ajak sepasukan perajurit dan men» bukti toya yang diterima oleh pangj itu dari penyelidiknya. Kui Lin mener toya itu, memegangnya di kedua taiv nya lalu menatap wajah Bu Eng Hoal.

"Engkau jelas berbohong. Hayo kan, toya ini milik siapa?"

Eng Hoat menggangguk mantap, memang milikku!" Dia menjulurkan k tangan untuk mengambil senjatanya dari tangan Kui Lin. Akan tetapi Kui cepat mengelak dengan sikap mema kuda-kuda dan siap menyerang.

"Heiittt! Jangan main-main! H jawab, ke mana semalam engkau per Hayo jawab!" Bu Eng Hoat menggaruk-garuk ke nya. Bukan main gadis ini, bertanya ngan nada seorang hakim memer terdakwa, atau seorang isteri menur»' suaminya. Dia merasa geli juga, m bayangkan dirinya menjadi suami gadis ini menjadi isterinya yang me "I ngkau jelas berbohong. Hayo katakan, toya ini milik siapa?"

riksa Ingin mengetahui ke mana sema suaminya pergi! "Aku..... aku " sukar dia menjaw

"Alaaaaa , akui saja sejujurn

Semalam engkau pergi ke gedung Mentf Liong, bukan? Engkau membunuh Ment Liong dan ini toyamu tertinggal di angan itu. Hayo mengaku saja, bukti sudah jelas!"

Bu Eng Hoat menghela napas panjat "Tidak akan kusangkal. Aku memang t malam pergi ke gedung Merteri Lior akan tetapi aku tidak membunuhnya

"Bohong lagi! Malam-malam ke sa bawa senjata bahkan senjatanya terti gal di sana dan Menteri Liong tew Kalau engkau tidak membunuhnya, v; kah engkau datang ke sana mau jala jalan lalu tersesat, begitu? Hayo m nyefah, atau terpaksa aku akan men gunakan kekerasan menghajarmu ieT dulu!"

Bu Eng Hoat 'mengerutkan allsn yang tebal. Hatinya mulai merasa pan Gadis ini menuduhnya secara keras tan memberi kesempatan kepadanya unti mberi keterangan. Watak pemuda ini tiang keras.

"Heh, gadis sombong! Kamu ini siapa i, lagakmu seperti seorang hakim! Ada j apakah engkau hendak menangkap u?" dia bertanya marah.

Eh-eh, aku ditugaskan oleh Istana 'l ik menjaga keamanan dan menangkap n jahat dan pembunuh macam kamu!" "Engkau menuduh aku bohong, engkau mdiri yang bohong! Tidak mungkin Is-Lma mempunyai petugas seorang anak prempuan kecil macam kamu!"

"Keparat! Aku adalah Hek I Lihiap >ng Kui Lin, kepercayaan Keluarga itana, tahu? Hayo engkau menyerah, lau harus kuparahkan dulu kedua kaki-

iu?"

"Siapa takut kepadamu? Mau tangkap *u? Cobalah kalau engkau mampu!" Bu I ng Hoat tiba-tiba menyerang dengan ksud untuk merampas toya dari tangan |<idis itu. Gerakannya cepat dan kedua ngannya mendatangkan angin yang cukup kuat. Namun Kui Lin yang sudah siap cepat mengelak. Kesempatan itu diperguna^ Eng Hoat untuk melompat dan menur1 loteng itu.

"Bangsat, jangan lari!" Kui Lin j melompat dan melayang turun menge Akan tetapi setelah tiba di halaman ya luas dari hotel itu, Eng Hoat berhen dan menanti Kui Lin. "Siapa hendak lari? Aku bukan pen cut. Aku tidak lari melainkan meno tempat yang luas. Nah, engkau bot maju mengeroyokku. Aku tidak bersa dan aku tidak sudi menyerah!"

Mendengar ini, Kui Lin menoleh mengangkat tangan kirinya menyet para perajurit pengawai yang sudah bo lari turun dari loteng.

"Kalian tidak boleh melakukan pen royokan. Biarkan aku sendiri yang nangkap pembunuh ini!" teriaknya perwira itu lalu memberi isarat ke, anak buahnya untuk mengepung saja laman itu agar si pembunuh tidak da melarikan diri.

Kini Kui Lin yang berhadapan deng Bu Eng Hoat berkata sambil tersenyu

K' gejek. "Nah, aku tidak akan melaku «i pengeroyokan! Sebaiknya engkau yerah saja sebelum aku mematahkan dua kakimu!"

"Bocah sombong! Aku tidak bersalah, pu bukan pembunuh, maka aku tidak Ikan menyerah kepadamu!" Lalu dia me-1« bahkan dengan senyuman mengejek, fcngkau boleh menggunakan senjataku h u, aku akan melawanmu dengan tangan ipsong!" Kui Lin semakin marah. "Ini tongkat |" ngemismu, aku tidak butuh!" Lalu se-lr ah melemparkan tongkat itu yang diterima oleh Bu Eng Hoat, Kui Lin h e loloskan pedang sabuknya dan tampak rahaya pedang itu berkilauan.

"Hemmm, dengan pedangku ini, mungkin bukan hanya kedua kakimu yang patah, melainkan lehermu yang akan putus. Maka, sebelum terlanjur mampus, katakan siapa namamu!"

"Aku tidak pernah menyembunyikan nama. Aku Bu Eng Hoat yang selalu nkan menentang segala bentuk kejahatan termasuk wanita galak sewenang-wenang seperti kamu!" Bu Eng Hoat sudah dengan tongkatnya.

"Haaaiiittttt !!" Tiba-tiba Kui

mengeluarkan pekik melengki.ig dan mulai menyerang. Tubuhnya berga cepat, dan pedangnya sudah meluncuw depan menusuk ke arah dada lawan. 1 dang sabuk milik Song Kui Lin ini ada pemberian gurunya, Louw Keng T<1 Tampaknya hanya sebatang pedang tF sekali sehingga dapat dilipat seba sabuk. Pedang itu lemas dan lentur, a' tetapi setelah dipegang oleh Kui ¿1 pedang itu seolah menyatu dengan ( ngannya sehingga dengan penyaluran t naga saktinya, ia dapat membuat peda itu menjadi kaku dan kuat seperti bc tebal yang mampu menembus batu k rang dan mematahkan besi!

Melihat tusukan yang secepat kil itu, Bu Eng Hoat segera menangkis ngan tongkatnya.

"Tranggggg !' Pertemuan ant

pedang dan tongkat itu membuat kedu nya tergetar. Diam-diam mereka t kejut karena dari pertemuan perta

|i 4a mereka itu saja mereka sudah ft tahui bahwa lawan mereka me-ki tenaga dalam yang amat kuat. Kembali Kui Lin menyerang, kini nya membacok dari atas ke arah % »la lawan, lalu kaki kirinya menyusul-¡1 tendangan ke arah perut lawan. Se- igan ini amat berbahaya karena lawan i.incing perhatiannya untuk menghadapi i angan pedangnya yang datang dari i sehingga tendangan susulan itu yang "pakan serangan inti pada saat lawan dang mencurahkan perhatiannya ke

Akan tetapi dengan tangkas sekali Hg Hoat menggerakkan tongkatnya de-,m jurus "Menyangga Langit Menekan imi", ujung tongkat kirinya menangkis dang lawan dari bawah dan ujung tong-.it kanannya menangkis tendangan kaki_ awan dengan cara m^r^kan.

"Cringgg dukkk'" Kembali serangan

m Lin gagal, bahkan kaki kirinya yang rtemu dengan tongkat terasa agak iyeri. la marah sekali dan makin mem-rgencar serangannya. Akan tetapi Bu

Eng Hoat tidak tinggal diam. Karen.i maklum bahwa gadis muda itu b benar amat hebat dan ganas, maka lain mengelak dan menangkis, dia mulai membalas dengan dahsyat. Ter lah pertarungan yang amat seru hebat, membuat mereka yang meny kannya menjadi bengong dan kagum, mikian cepatnya gerakan dua orang mj yang sedang bertanding itu sehingga dan mereka tidak tampak jelas. Y tampak hanya dua sosok bayangan ] bungkus gulungan sinar pedang dan I tongkat! Bagi mereka yang ilmu silat belum mencapai tingkat tinggi, t tidak dapat mengikuti jalannya per dingan dan tidak tahu siapa di an mereka yang menekan atau terta Apalagi mereka yang tidak paham i! silat bahkan mungkin melihat pertand an itu sebagai sepasang penari yang dang menari saja!

Akan tetapi Liu Cin yang berada situ pula dengan Hui Lan, terbangun suara gaduh itu dan ikut menonton, rasa khawatir. Liu Cin maklum bah

I nrang yang bertading itu memiliki I m la t yang tinggi dan keadaan mere- mbang. Bukan tidak mungkin se-3K di antara mereka akan roboh terberat atau Kahkan tewas. Tentu saja tidak menghendaki hal ini terjadi. , begitu tiba di pekarangan itu dia ra mengenal pemuda yang memain-sepasang tongkat itu. Pemuda yang ruh dia temui ketika pemuda itu me-fr mg Ang Hwa Niocu Lai Cu Yin! Sepit dia bergaul dengan Ang Hwa Niocu Cu Yin dan mengetahui orang ma-.., apa adanya wanita itu, baru dia hu bahwa pemuda itu berada di pihak n.ir. Pemuda itu adalah seorang pen- ar yang mendengar akan kejahatan i Hwa Niocu membunuhi para pemuda ka berkeras hendak membunuh wanita lis itu.

"Hui Lan, pemuda itu bukan pem-> h. Aku mengenal dia sebagai seorang idekar yang menentang kejahatan." >vik Liu Cin. "Hemmm, kalau begitu, gadis itu Jiilak boleh membunuhnya. Kita harus melerai perkelahian itu dan men kesempatan kepada pemuda itu ui membela diri dan memberi keteranga

Biarpun Liu Cin dan Hui Lin b suami isteri. bahkan bukan sepasang kasih resmi karena sampai kini Hui masih belum berani mengaku bahwa mencinta Liu Cm, namun di antara dua orang itu terdapat hubungan b; yang amat erat. Mereka amat peka sama lain dan hal ini terjadi setC mereka berdua melatih ilmu Tr a -te yang Sin- kun bersama-sama. Maka s kata-kata tadi sudah merupakan ke katan dan keduanya lalu melompat tengah halaman di mana Bu Eng i dan Song Kui Lin sedang bertanding se

"Kalian berhentilah berkelahi!" Liu Cin dan Hui Lan hampir berbar Liu Cin menghadang di depan Bu Hoat sedangkan Hui Lan menghadang Lin. Terpaksa dua orang yang se bertanding itu menahan senjata masi masing dan berlompatan mundur.

Melihat dua orang yang tidak dike nya akan tetapi yang memiliki gera'

mi itu melerai. Kui Lin mengira bah mereka tentu merupakan teman-Mu si pembunuh. Maka ia cepat ber- * langkap mert* a' Mereka tentu ka-k si pembunuh ini!"

.'«rwira tadi cepat mengerahkan para ;urit untuk menyerang Bu Eng Hoat, Cin, dan Ong Hui Lan sehingga ter-hn tiga orang ini membela diri dan

gkisi senjata para perajurit yang un mengeroyok.

liu Eng Hoat sendiri tidak mengenal Hui Lan, akan tetapi begitu melihat Cin, dia segera teringat. Inilah pe-n fa yang dulu membela Ang Hwa < u, iblis betina pembunuh banyak pe-Kla itu ketika dia menyerangnya. Ten-saja dia merasa heran karena tadinya mengira bahwa tentu Liu Cin me-kan -seorang sesat pula maka memita iblis betina seperti Ang Hwa Niocu. kan tetapi mengapa sekarang muncul rrsarha seorang gadis cantik membela-

Karena Liu Cin dan Hui Lan tidak

bermaksud menentang para pera' maka mereka berdua hanya melindi diri saja. Akan tetapi segera lebih nyak perajurit datang mengepung, menuhi halaman hotel itu. Mereka tadinya menonton sudah bubar melar dan menjauhkan diri karena khawatir libat.

Tiba-tiba terdengar suara lem namun berpengaruh karena mengan getaran kuat. "Tahan semua senjata! Lin-moi, h kan perkelahian!!"

Mendengar suara Han Lin, Kui segera berhenti, memutar badan me dang kepada kakak angkatnya itu de cemberut.

"Lin-ko, engkau ini bagaimana Mengapa menahan kami menangkap pembunuh ini? Semestinya engkau m bantu kami menangkap mereka!!"

Sementara itu, melihat Han Lin, Cin dan Ong Hui Lan juga menjadi rang sekali. "Han Lin !" Mereka berseru den

berbareng. Hui Lan lalu mengham

n Lin dan berkata. "Han Lin, kami i.in pembunuh dan tidak melakukan Lihatan. Kami berdua hanya ingin me-bi dan mencegah orang ini disakiti m dibunuh karena menurut keterangan i Cin, orang ini tidak bersalah dan uin pembunuh."

"Bohong! Bu Eng Hoat ini jelas telah mbunuh Menteri Liong dan aku telah erl tugas oleh Pangeran Chou Kuang n untuk menangkapnya, tapi dihalangi i orang ini! Lin-ko, engkau harus mem-tuku menangkap mereka bertiga." "Nanti dulu, Lin-moi. Agaknya ada salah pahaman di sini. Suruh para pe-turit itu mundur dan mari kita semua uk ke ruangan rumah makan yang song itu untuk membicarakannya. Di na kita lihat, kalau memang ada yang salah baru ditangkap, dan sebagai ng gagah, yang merasa bersalah harus rani mempertanggung-ja wabkan per-uatannya!" Ucapan Han Lin yang lembut un tegas dan sikapnya yang halus itu dak ada yang membantah. Kui Lin me-yuruh perwira tadi menarik mundur pasukannya dan mereka berlima lalu masuki ruangan rumah makan yang kosong karena semua tamunya tadi larikan diri. Bahkan tidak ada sec pun pelayan tampak karena mereka mua juga pergi bersembunyi. M segera mengambil tempat duduk mei Hngi sebuah meja bundar yang kosong.

"Nah, sekarang mari kita bicara ngan sejujurnya. Lin-moi, engkau bercerita, mengapa engkau hendak nangkap saudara ini." Han Lin men kepada Bu Eng Hoat. Song Kui Lin cemberut, akan te ia bercerita juga. "Lin-ko, semua W tahu semalam telah terjadi peris yang menggemparkan, yaitu Menteri L yang bijaksana terbunuh dalam kaf gedungnya. Menurut penyelidikan, si p bunuh ketinggalan toyanya di dalam angan perpustakaan di mana Menteri Li terbunuh. Kemudian Pangeran Chou Ku Tian menerima surat pemberitahuan wa si pembunuh berada di kamar n lima di loteng hotel ini. Beliau mengui aku untuk menangkap si pembunuh. m aku datang si pembunuh Bu Eng bot ini, maka aku hendak menangkap-* akan tetapi dia melawan, maka kami

i kelahi."

"Hemmm, adikku. Boleh saja engkau ki n urigai orang, akan tetapi sebelum » nyatakan dia bersalah, engkau harus kin betul dan harus memberi kesem-tan kepadanya untuk membela diri. karang aku ingin bertanya kepadamu, )<< Eng Hoat, harap engkau sejujurnya i-nceritakan apakah engkau membunuh rnteri Liong dan apa alasanmu maka igkau pergi mengunjunginya dan toyamu le r tinggal di ruangan rumahnya?" katanya »-<nnbil menatap tajam wajah Bu "Eng 'kiat.

Mendengar cerita gadis cantik manis Lmg galak itu, mengertilah Bu Eng Hoat Lihwa gadis itu memang benar utusan Tungeran Chou Kuang Tian dan memang" tidak dapat disalahkan kalau gadis itu merasa yakin bahwa dia pembunuhnya k rena memang toyanya tertinggal di tempat pembunuhan!

"Baik, aku akan bercerita sejujurnya.

Terserah kalian mau percaya ata tidak. Memang dunia ini aneh, terka cerita yang sesungguhnya tidak diperc orang seperti pernah kualami bebe waktu yang lalu," Bu Eng Hoat berhj sebentar memandang kepada Liu Cin. Cin tersenyum mengangguk maklum j rena dulu pun dia lebih percaya cerl Ang-hwa Niocu yang bohong dan jaT daripada cerita pemuda ini yang seba" nya. Bu Eng Hoat melanjutkan.

"Aku adalah seorang perantau y memenuhi perintah guruku untuk me tang kejahatan di dunia kangouw. Ket aku memasuki kota raja aku mendei? bahwa Menteri Kebudayaan Liong ada seorang pejabat tinggi yang lalim, koi^ suka menindas rakyat mengandalkan" kuasaannya, menumpuk kekayaan, meras rakyat dan mempermainkan bani anak gadis orang. Nah, mendengar j malam tadi aku sengaja mengunju gedungnya. Akan tetapi ketika aku mq intai di ruangan perpustakaan, aku lihat dia membaca kitab-kitab suci melihat kata-katanya sendiri, aku me l ragu karena ucapannya yang keluar lah ucapan seorang yang bijaksana, ntu saja aku tidak gegabah menyerang t.<ti membunuhnya sebelum aku tahu ngan jelas dia itu manusia bagaimana. Jnda saat itu, tiba-tiba seorang yang Iwpakaian hitam dan mukanya ditutupi bin hitam melompat ke dalam ruangan lu dan dengan toyanya dia menyerang jn membunuh Menteri Liong. Aku terajut, akan tetapi terlambat menolongnya. Ketika aku melompat ke dalam dan c nyerang pembunuh itu, dia menangkis kn dalam perkelahian singkat, aku harus fnengakui bahwa dia memiliki kepandaian v ng hebat. Tenaganya kuat sekali se-1 £ga dia mampu membuat toyaku ter-lipas dan terlempar ke sudut ruangan. I'ada saat itu terdengar suara gaduh dan a perajurit pengawal berdatangan. Melihat pembunuh itu melarikan diri, akil l»un terpaksa melarikan diri dengan niat n>engejarnya. Namun dia lenyap dan aku pun terpaksa pulang ke kamar hotel ini dan merasa amat menyesal karena aku tidak mampu menyelamatkan Menteri

Liong. Nah, itulah ceritaku, terserj kalian mau percaya ataukah tidak." "Mana bisa percaya " Kui Lin

dak membantah akan tetapi Han mengangkat tangan menyuruh gadis diam. Kui Lin menutup mulutnya a tetapi masih cemberut sambil mengerl galak kepada Bu Eng Hoat.

"Nah, sekarang tiba giliran kalian, L Cin dan Hui Lan."

"Aku girang sekali dapat berte denganmu di sini, Han Lin. Akan tef biarlah dia yang bercerita karena a tadi hanya mengikuti Liu Cin untuk lerai perkelahian itu." kata Hui Lan.

Liu Cin bercerita. "Sebelumnya k ingin berterima* kasih padamu, Han Lf Kami telah menemui Thian te Siank dan berhasil mendapatkan petunjuk beliau. Terima kasih. Sekarang akan f Ceritakan tentang campur tangan kati tadi. Kami berdua kebetulan menye dua buah kamar di hotel L ok Koan i dan tadi kami mendengar ribut-r' Ketika kami keluar, kami melihat dara ini sedang dituduh sebagai pe

/ili dan hendak ditangkap. Aku pernah «t mu dengan dia, yaitu ketika dia be-npa waktu yang lalu menyerang Ang-V' Niocu dan hendak membunuh wanita li. Sayang sekrii ketika itu aku mem-i Ang-wa Niocu karena aku condong >fi bela seorang wanita yang hendak B»nnuh seorang pria. Akhirnya baru aku Btiihui bahwa wanita itulah yang jahat j saudara ini adalah seorang pendekar Kug menentang kejahatan. Maka, me-T>.»t dia dituduh sebagai penjahat dan Smbunuh, aku tidak percaya lalu meng->ik Hui Lan untuk melerai. Akan tetapi, ku i berdua yang hanya ingin melerai jangka penjahat pula lalu dikeroyok liukan."

"Habis, kalian melindungi tersangka mbunuh, tentu saja aku menjadi curi-i " kata Kui Lin yang masih cemberut irena Han Lin agaknya tidak mau memolanya.

"Lin-moi, tenang dan bersabarlah. ^ iri kita semua menghadap Pangeran hou Kuan Tian dan biarlah beliau yang memutuskan Saudara Bu Eng Hoat ini bersalah ataukah tidak."

"Bagus, kami berdua juga ingin kali menghadap Pangeran Chou Ki Tian karena ada hal-hal penting perlu kami laporkan kepada beliau." Liu Cin dan Hui Lan hanya mengan menyetujuinya.

"Mari, Saudara Bu, agaknya kita mua masih segolongan yang suka negakkan kebenaran dan keadilan, me tang kejahatan. Kalau merrang eng merasa tidak bersalah, tentu eng bersedia untuk menghadap Pangeran Kuang Tian yang bijaksana." kata Lin kepada Bu Eng Hoat.

"Tentu saja aku bersedia karena memang tidak merasa membunuh." ja Bu Eng Hoat dengan sikap gagah. Lin melirik padanya dan cemberut, tetapi Bu Eng Hoat yang mengang gadis ini lucu, tersenyum simpul.

Mereka berlima lalu meninggal tempat itu dan menuju ke istana. Kar mereka datang bersama Kui Lin y sudah dikenal baik para per ajun t pe< wal, maka mereka dapat masuk ta

ngan dan langsung menghadap Pa-At\ Chou Kuang Tian yang sudah 'unti untuk menerima mereka di rutan tamu yang luas. Sang pangeran flu saja sudah menerima laporan peria pembantunya tentang hasil penangan atas diri pemuda di Hotel Lok n yang disangka sebagai -pembunuh teri Liong itu. Dia hanya dilapori wa penangkapan itu tidak jadi ditakuti dan para pemuda perkasa itu meng-"kan perundingann yang tidak didengar-> orang lain.

Melihat Kui Lin datang berlima dan antara mereka terdapat pula Si Han n, Pangeran Chou Kuang Tian menjadi iung dan melihat pemuda yang sudah a kenal kelihaian dan kebijaksanaannya , hatinya merasa lega. Dengan singkat Kui Lin melaporkan ' yang terjadi ketika ia hendak me-kap Bu Eng Hoat «.ampai muncul Liu in dan Ong Hui Lan yang melerai, kemudian muncul pula Si Han Lin yang mghentikan pertempuran. Han Lin lalu memperkenalkan mereka

satu demi satu. Tadi dalam perjal dia sudah mendengar pengakuan Bu Hoat bahwa dia adalah murid T Leng Losu.

"Pangeran, kami berlima sesunggfl masih orang-orang sealiran, karena antara guru- guru kami terdapat ja' persahabatan yang erat, bahkan guru kami semua merupakan pendu ker jaan baru Sung yang setia. Bu Hoat ini adalah murid Locianpwe Tj Leng Losu, seorang pendeta Lama . yang berilmu tinggi dan bijaksana. Liu ini adalah murid tunggal dari Ceng Hosiang, tokoh Siauwlimpai yang 1 Adapun Ong Hui Lan ini adalah Locianpwe Tiong Gi Cinjin datuk berjuluk Tung-kiam-ong (Raja P Timur) dan ia adalah puteri dari Kepala Kebudayaan Kerajaan Chou tinggal di Nan-king."

Pangeran Chou Kiiang Tian menjg guk-angguk senang. Tentu saja dia ngehal Ong Su, ayah dari Ong Hui L

Setelah Pangeran Chou mend kesaksian Bu Eng Hoat tentang £

pnhan atas diri Menteri Liong yang dia "ikan dan yang dia tidak mampu men-i I nya, pangeran itu mengerutkan

|»nya.

"Nanti dulu, Bu Eng Hoat. Menteri iig terkenal sebagai seorang pejabat tfgi yang bijaksana dan baik budi, titi pernah mengganggu rakyat, bahkan 11 dan tangannya selalu terbuka untuk antu rakyat. Dari mana engkau ndengar bahwa dia seorang pembesar lm yang pantas dibunuh?" Bu Eng Hoat menghela napas panjang, iya sendiri masih bingung, Pangeran. >gini ceritanya. Ketika saya memasuki ta raja, di jalan saya melihat seorang rwira dengan pasukannya menyiksa rong anak perempuan dan ayahnya ig dianggap menghalang jalan. Saya lu menghajar pasukan itu dan datang rang panglima yang baik hati. Dia ng memintakan maei dan dis mengajak ya naik ke dalam keretanya. Dari pem- iraannya, saya menilai bahwa dia se-g panglima yang bijaksana. Dialah .mg membentahu kepada saya bahwa banyak pejabat tinggi yang lalim di raja, di antaranya yang paling jahat lah Menteri Liong.

Karena itu, mengambil keputusan untuk me hajaran kepada Menteri Liong itu. A tetapi, ternyata sekarang bahwa Men Liong malah seorang pejabat tinggi bijaksana. Saya tidak tahu siapa bunuh yang amat lihai itu. Sungguh merasa menyesal telah percaya ke rangan panglima itu."

“Hemmm, ada satu hal yang kuan aneh dan sampai sekarang masih m bangkitkan kecurigaanku kepadamu, Eng Hoat. Engkau seorang perantau melihat keadaanmu engkau bukan seor yang kaya raya. Akan tetapi terny engkau dapat menyewa sebuah kamar loteng Hotel Lo Koan yang paling dan paling mahal di kota raja!" Wajah Bu Eng Hoat menjadi kemerajj an. Hatinya merasa mendongkol sel-kepada gadis yang galak itu, walaup wajahnya yang manis sejak semula arti menarik hatinya. "Panglima itu pula yang telah m wakan sebuah kamar untukku." "Siapakah panglima yang amat baik |l terhadapmu itu, akan tetapi yang «»< er i t akan keterangan yang menyesat-j> tentang Me.ueri Liong?" "Namanya adalah Panglima Chou Ban

'K-"

Mendengar disebutnya nama ini, Pa-rran Chou Kuang Tian tersenyum. Ih, pantas kalau begitu!" seru Song Kui u Juga Liu Cin dan Ong Hui Lan sair, pandang penuh arti. "Pangeran, Chou Ban Heng itu adalah «Tang yang merencanakan pemberontak-».
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

1 komentar

  1. Cetakannya kok kutu kupret gini ya