Pembunuhan Zodiak Tokyo Jilid 2 : Spekulasi Bertambah

ADEGAN 1 SEDIKIT SULAP

"Jadi, apakah menurutmu Takegoshi sempat mengunjungi Yasukawa di Kyoto?” Kiyoshi bertanya padaku dengan suara rendah.

"Tidak. Aku rasa dia meninggal sebelum bertemu Yasukawa.”

“Gila, catatan ini jelas menjawab beberapa pertanyaan, bukan? Seperti mendapat durian runtuh. Dan hanya kita yang tahu soal ini!”

"Ya, luar biasa! Aku sangat beruntung kenal denganmu!”

"Hmm. Kalau Van Gogh punya teman, mereka akan mengatakan hal yang sama tentang dia tampa mengetahui bakatnya yang sesungguhnya. Apakah buku-buku itu menyebutkan sesuatu tentang Yasukawa?”

"Ya, tapi catatan Takegoshi memberikan lebih banyak informasi kepada kita.”

"Kau tahu, aku mendapat kesan dari catatan Takegoshi maupun Heikichi—bahwa sepertinya catatan tersebut ditulis dengat tujuan untuk dibaca oleh umum.”

"Aku setuju.”

"Dan Takegoshi memutuskan untuk tidak membakarnya. Aku rasa dia tidak mampu melakukannya,” Kiyoshi  berkata sambil berdiri. “Tapi betapa menyedihkan hidupnya. Tak mungkin membaca pengakuan itu tanpa merasakan penyesalannya yang mendalam. Sebagai peramal nasib, aku sudah mendengar segala macam suara sejak membuka kantor di sini. Kau tahu seperti apa suara kota ini? Penuh jeritan! Semua gedung itu kelabu dirundung kesedihan. Aku kadang berkata pada diri sendiri, "Sudah cukup mendengarnya, sekarang kau harus membantu. Kita tidak boleh membiarkan diri kita tertekan lagi. Ini saatnya melangkah ke depan.” Kiyoshi kembali duduk. “Takegoshi ingin ada orang yang memecahkan misteri itu, walaupun reputasinya bisa rusak. Sudah kewajiban kita untuk memecahkan kasus ini.”

"Tentu saja.”

"Jadi, setelah mendapatkan informasi ini, mari kita mulai menganalisis kasusnya. Tapi ada sesuatu yang tidak kupahami—aku sudah mendengar semua penjelasanmu dan membaca semua catatan Takegoshi—tapi aku masih belum mengerti.”

"Tentang apa?”

"Mengapa orang mencurigai wanita-wanita Umezawa dalam pembunuhan Heikichi. Ketika dia dibunuh, Masako dan semua gadis itu, kecuali Tokiko, berada di rumah. Jika mereka membunuh Heikichi, mereka tidak mungkin mengaturnya seolah-olah pembunuhan itu terjadi di balik pintu terkunci. Jika mereka bertingkah seakan tidak tahu apa-apa, pembunuhan dengan teknik biasa-biasa saja pun sudah cukup.”

“Ya, tapi para penyelidik pasti sudah membongkar kebohongan mereka. Dan kita masih menghadapi misteri jejak kaki itu.”

"Ada beragam cara untuk mengakalinya. Jejak kaki itu bisa saja palsu. Dan teori menarik tempat tidur ke atas—yah, itu agak mustahil dilakukan. Coba pikir: tingkat kesulitannya, badai saljunya, kekuatan yang dibutuhkan, dan tidak ada jaminan bahwa Umezawa sudah tidur. Itu tidak akan berhasil.”

"Tunggu sebentar! Kau awalnya salah satu pendukung teori itu. Sekarang kau benar-benar membuatku bingung. Jadi, bagaimana kau menjelaskan tali dan botol racun yang ditemukan di rumah utama? Apakah menurutmu si pembunuh meninggalkan benda-benda itu agar kecurigaan mengarah kepada para wanita?”

"Bisa jadi.”

"Menurutmu siapa yang mungkin melakukannya? Seseorang yang mereka kenal—seperti Yoshio atau Ayako, atau Tae? Siapa?”

"Bisa saja orang asing—pencuri, misalnya.”

"Apa?!

"Aku belum tahu pasti.”

"Kau harus melakukan lebih baik dari itu, atau kita tidak akan sampai ke mana-mana. Mudah saja bagimu mengkritik para penyelidik, tapi kita punya satu kekurangan, penahanan Masako didasarkan pada penyelidikan tempat kejadian perkara, yang tak akan pernah bisa kita lihat. Jadi, mari kita kembali ke ketiga orang tadi. Tae tidak pernah mendekati rumah Umezawa sejak perceraiannya. Yoshio dan Ayako mungkin melakukannya—untuk memastikan Masako dicurigai—tetapi sudah tentu mereka tidak akan membunuh putri mereka sendiri. Tidak ada orang lain lagi.”

"Meskipun begitu, perbuatan ini dilakukan oleh manusia seperti kau atau aku. Mengapa kasus ini begitu sulit dipecahkan?”

"Menurut pendapatku, tinggal dua kemungkinan saja. Yang pertama adalah sesuatu yang berada di luar kemampuan nalar kita hingga saat ini...”

“Sihir?”

"Ayolah, Kiyoshi, kau tahu aku tak akan pernah berkata begitu. Yang aku maksud adalah, pembunuhan ini dilakukan oleh orang luar—atau beberapa orang luar—seseorang di luar anggota keluarga. Surat untuk Takegoshi mungkin tidak palsu, agen rahasia itu bisa jadi sudah menunggu kesempatan untuk membunuh keluarga Umezawa. Jika benar demikian, kasus ini sudah berada di luar kendali.”

"Tapi kita sudah menyingkirkan kemungkinan itu, bukan?” Kiyoshi menukas.

"Oke. Ya, kurasa sudah. Teori lainnya adalah Heikichi sebenarnya tidak pernah dibunuh. Dia menghilangkan diri dengan menggunakan semacam tipuan dan meninggalkan jejak kakinya sendiri di salju. Dia punya kembaran, yang tidak berjanggut. Dia membunuhnya, memukulinya sampai tidak bisa dikenali. Dengan begitu, keluarganya tidak akan bisa mengenali dia. Ini bisa menjelaskan mengapa dia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam studio. Dengan bersembunyi di sana selama berhari-hari, dia menyusun rencana yang sempurna hingga ke detail-detailnya. Ketika kematiannya sudah dipastikan, dia bisa melakukan segalanya seperti lelaki siluman—membunuh putri-putrinya, menciptakan Azoth, menjalani kehidupan baru. Menurutmu kenapa lelaki introver seperti dia pergi minum-minum? Untuk mencari kembarannya! Dia tidak ingin istrinya mengetahui studio rahasianya yang lain, jadi dia menjebaknya agar dijebloskan ke penjara. Ya, itu jawabannya! Itu masuk akal!”

“Hmm, lumayan juga. Jika Heikichi pembunuh tunggal, kasus ini bisa lebih mudah dipecahkan. Tapi terlalu banyak hal yang masih tidak cocok. Salah satunya, sulit dipercaya keluarga itu tidak bisa membedakan Heikichi dengan orang yang mirip Heikichi.”

"Apa lagi?”

"Bukankah dia ingin menyelesaikan karya seumur hidupnya? Mengapa lukisan kedua belas dibiarkan tidak selesai?”

"Untuk memberi kesan bahwa dia dibunuh.”

"Sudah kukira kau akan mengatakan itu.”

"Atau Azoth secara esensial telah menjadi lukisan kedua belasnya.”

"Aku akan melanjutkan. Pertanyaan berikutnya: mengapa Kazue dibunuh?”

"Karena Heikichi menginginkan rumahnya sebagai tempat menciptakan dan menyimpan Azoth...”

“Tidak!” sergah Kiyoshi dengan emosi. "Aku yakin dia akan mencari tempat yang lebih baik di dekat Gunung Yahiko. Polisi bisa saja mengawasi rumah Kazue. Itu yang kaukatakan padaku sebelumnya, jadi tolong jangan melantur lagi! Sebelum kematiannya, Kazue menggoda Takegoshi. Apakah menurutmu itu bagian dari rencana Hekichi? Apa kira-kira tujuannya? Dia bisa saja membuang mayat-mayat itu sendiri.”

"Lebih baik memanfaatkan seorang polisi muda ketimbang melakukan pekerjaan itu sendiri.”

"Tapi bagaimana dia membujuk Kazue, putri tirinya, untuk tidur dengan orang asing?”

“Dia bisa mengarang cerita atau memeras putrinya dengan suatu cara.”

"Dua pertanyaan sulit lagi. Untuk apa Heikichi meninggalkan catatan? Jika dia masih hidup setelah melakukan kejahatan itu, catatan tersebut bisa membahayakannya. Dan bagaimana dia bisa keluar dari studio yang dikunci dari dalam? Itu pertanyaan yang paling sulit.”

"Tepat sekali,” aku menyahut. “Aku akan fokus pada pertanyaan terakhir. Aku rasa itu akan menjadi kunci  untuk memastikan apakah aku percaya Heikichi benarbenar dibunuh atau tidak. Kita tidak tahu siapa lagi yang mungkin menjadi tersangka. Sulit bagiku untuk percaya bahwa satu keluarga mengalami tiga kasus pembunuhan yang pelakunya berbeda-beda. Menurutku ketiga pembunuhan itu dilakukan oleh orang yang sama. Kau mengerti, begitu dia sudah tidak terlihat, dia hanya membutuhkan sedikit sulap. Aku akan mencari tahu bagaimana dia melakukannya.” "Yah, semoga beruntung!”

ADEGAN 2 KUNJUNGAN YANG TIDAK SOPAN

Setelah kembali ke rumah, aku pergi tidur, tapi benakku tak mau berhenti berputar. Tak peduli apa kata Kiyoshi, sekarang aku yakin Heikichi tidak dibunuh. Aku tahu pasti tentang hal itu. Aku tak bisa menemukan cara lain untuk menjelaskan misteri tersebut. Dia pasti membunuh kembarannya, dan kemudian... berjalan keluar dari studio? Tidak, dia tidak mungkin mengunci pintu dari luar. Bagaimana kalau Masako dan putri-putrinya yang membunuh si kembaran—yang sudah terkunci di dalam— dan mengira mereka sedang membunuh Heikichi?

Ya, pasti begitu!

Agar bisa membangun gedung apartemen di atas tanah mereka, Masako dan putri-putrinya berencana membunuh Heikichi, tetapi ternyata mereka membunuh orang yang salah. Setelah itu Heikichi mengancam Kazue, salah satu pelaku pembunuhan, dengan mengatakan dia akan melaporkan mereka ke polisi... dan kemudian memaksanya merayu si polisi jika ingin tetap selamat.

Ya, alur ceritanya cocok sekali!

Teori Takegoshi tidak bisa memecahkan misteri pembunuhan Kazue, tapi teoriku bisa. Heikichi mengetahui kejahatan yang dilakukan para wanita itu, dan mengancam Kazue! Lalu kenapa dia membunuh Kazue? Yah, sedari awal dia memang tidak bermain dengan kekuatan penuh. Jadi, dia tidak membutuhkan alasan khusus untuk membunuh Kazue. Orang yang tidak percaya Heikichi telah mati menduga dia menggunakan adiknya Yoshio sebagai kembarannya. Tetapi menggunakan orang asing jauh lebih mudah dilakukan. Setelah pembunuhan itu selesai, Heikichi bisa menghilang: dia bisa melarikan diri ke suatu tempat dan melanjutkan rencananya menciptakan Azoth...

Aku harus menemukan bukti bahwa dia masih hidup setelah peristiwa pembunuhan itu. Dengan begitu, aku akan benarbenar siap untuk menyangkal argumen Kiyoshi. Ya! Mulai besok, aku akan memainkan peran Sherlock Holmes dan Kiyoshi akan menjadi Dr. Watson!

Puas dengan keputusan yang kubuat, aku akhirnya jatuh tertidur.

Keesokan harinya, aku bertanya pada Kiyoshi apakah dia sudah punya teori baru. Dia hanya mengerang. Jadi, aku memaparkan teoriku kepadanya, menantikan kekagetannya.

"Kau masih berpendapat wanita-wanita itu menarik tempat tidur ke langit-langit?” dia langsung menyahut dengan pedas. "Membunuh kembarannya? Bagaimana cara Heikichi menyimpan seorang pria asing di dalam studio? Wanita-wanita itu tinggal di sampingnya, mereka pasti sudah menyadari kalau ada sesuatu. Berdasarkan teorimu, Heikichi harus menunggu sampai kembarannya tumbuh janggut, sambil mengajari dia menggambar!”

"Mengajari dia menggambar?”

"Tentu saja. Bagaimana kalau kembarannya tidak bisa menggambar? Bagaimana kalau para wanita itu melihat  dia menggambar timun padahal dia sedang menatap labu? Menggelikan sekali!”

Kiyoshi bersikap provokatif, dan aku mulai tersinggung. "Jadi, bagaimana kau menjelaskan kasus Kazue?” aku menantangnya. "Kau tidak tahu, bukan? Takegoshi juga tidak. Aku yakin kesimpulanku benar —setidaknya sampai kau bisa menawarkan teori yang lebih baik.”

Kiyoshi terdiam. Dia pasti terkejut melihat tanggapanku. Jadi, aku melanjutkan, "Kalau Sherlock Holmes pasti sudah bisa memecahkan kasus ini, dan melanjutkan ke kasus berikutnya. Coba lihat dirimu, berbaring di sofa seharian. Kenapa kau tidak bisa lebih agresif seperti dia?”

"Sherlock Holmes? Siapa itu?” tanya Kiyoshi, berhenti sebentar untuk memberi efek, "Oh, maksudmu pria Inggris yang lucu itu—pembohong, barbar, dan pecandu kokain yang selalu keliru membedakan kenyataan dengan khayalan?”

Aku tak percaya apa yang kudengar. Sekarang aku benar-benar marah dan aku berteriak, “Dan kau ini apa? Detektif terbaik di dunia? Berani-beraninya kau menertawakan dia. Berani-beraninya kau menyebut dia barbar. Berani-beraninya kau menyebut dia pembohong.”

"Oh, kau ini tipikal orang Jepang yang salah arah, Kazumi. Nilai-nilai yang kauanut sepenuhnya berdasarkan pada politik.”

"Aku tidak butuh kritikmu, terima kasih. Tolong jelaskan mengapa menurutmu Holmes itu pembohong. Dan mengapa kau menyebut dia barbar?”

"Yah, ada begitu banyak contoh yang bisa dipilih... Coba aku tanya... Apa kasus Sherlock Holmes kesukaanmu?"

"Aku suka semuanya!”

“Pilih salah satu.”

"Baik... Sabuk Berbintik. Itu kesukaan Arthur Conan Doyle sendiri, dan juga kisahnya yang paling terkenal.”

"Oh, yang itu! Kasus paling aneh dari semua kasusnya! Kisahnya tentang seekor ular, betul? Kalau kau menyimpan ular di dalam brankas, sebentar saja dia akan mati karena kekurangan oksigen. Dan seandainya dia tetap bertahan hidup, ular tidak minum susu. Apa kau pernah melihat reptil menyusui bayinya? Hanya mamalia yang melakukan itu. Dan bagaimana dengan pria yang bersiul memanggil ular? Pada kenyataannya ular tidak dapat dilatih. Mereka tidak punya telinga, jadi bagaimana mereka bisa menuruti perintah seorang pria? Ini masalah logika. Holmes itu bodoh atau bagaimana? Karena peristiwanya sangat tidak masuk akal, aku harus menyimpulkan bahwa kisah itu dikarang oleh Dr. Watson. Dia menulisnya seolah-olah dia berada bersama Holmes, tapi mungkin Holmes hanya mencomot ide itu dari sesuatu yang pernah dia dengar. Holmes kecanduan kokain, dan dia bisa saja menceritakan pada Watson kisah-kisah lama yang terlintas di pikirannya. Bahkan, melihat ular merupakan petunjuk kuat bahwa orang tersebut sedang berhalusinasi.”

"Holmes mampu menebak pekerjaan dan kepribadian seseorang pada pandangan pertama. Dia jauh lebih instingtif dibandingkan kau."

"Oh, aku tak tahan membaca tebakannya! Benar-benar memalukan! Contohnya, dalam Kasus Muka Kuning, si klien menemukan sebuah pipa rokok, dan Holmes menebak siapa pemiliknya. Menurut Holmes, pemiliknya mengistimewakan pipa tersebut, karena dia memperbaikinya dengan ongkos yang hampir sama dengan harga pipa itu sendiri. Holmes juga mengatakan pemiliknya kidal karena dia menyalakan pipa dengan api lampu, bukan dengan korek api, dan memegang pipa di tangan  kirinya. Sehingga pipa terbakar di sebelah kanan, menurut Holmes. Tetapi, jika pipa itu begitu berharga bagi pemiliknya, dia pasti akan sangat berhati-hati agar jangan sampai terbakar. Selain itu, kalau kau mengisap pipa, tangan mana yang akan kaugunakan? Kau akan memilih untuk menggunakan tangan yang tidak dominan, terutama jika kau merokok sambil mengerjakan hal lain. Banyak orang kidal lebih suka memegang pipa dengan tangan kanan mereka. Jadi, kita tidak bisa memastikan apakah pria itu kidal atau tidak. Hanya Watson yang menelan mentah-mentah penjelasan Holmes yang meragukan. Yah, mungkin itu hanya lelucon —atau contoh selera humor yang buruk.

“Apa lagi? Holmes pakar dalam hal menyamar, benar? Dia berpakaian sebagai wanita tua, mengenakan wig kelabu dan alis palsu, membawa payung, dan pergi berjalanjalan. Kau tahu berapa tinggi Holmes? Lebih dari 180 sentimeter! Sudah tentu wanita tua itu akan terlihat seperti pria—atau monster! Semua orang di London pasti akan tertawa sampai berguling-guling di lantai dan berseru, “Itu dia si konyol Sherlock Holmes! Cuma Watson yang tidak mengenalinya.

"Watson mengatakan Holmes bisa jadi petinju yang sangat kuat. Dari mana dia tahu? Mungkin Holmes, yang kecanduan kokain, kadang-kadang mengamuk dan memukulinya. Dr. Watson yang malang! Tapi dia tidak dapat meninggalkan Holmes, karena Holmes menyediakan semua bahan untuk ceritanya. Watson pasti berusaha keras membuat Holmes senang. Setiap kali Holmes kembali dari berjalanjalan, Watson harus berpura-pura tidak mengenalinya. Begitulah cara Watson mencari nafkah. Apa? Ada apa denganmu, Kazumi?”

“Berani-beraninya kau berkata begitu? Kau telah melanggar sesuatu yang keramat! Kau akan mendapat karma sangat buruk, teman!”

"Bah! Dan, omong-omong, kaubilang aku kalah dari Holmes dalam hal menebak kepribadian seseorang, tapi kau salah besar. Aku sudah mempelajari astrologi, yang kuyakini merupakan cara terbaik untuk memahami kepribadian seseorang. Aku juga mempelajari penyakit kejiwaan, dan, tentu saja, astronomi. Untuk mengetahui kepribadian seseorang, yang paling baik adalah menanyakan waktu kelahirannya. Beberapa klien tidak tahu pasti kapan mereka lahir. Nah, aku bisa dengan mudah menebak tanggal lahir mereka dari kepribadian dan penampilan mereka. Seperti kaulihat sendiri, tebakanku hampir selalu benar. Dan begitu aku memperoleh informasi tersebut, aku bisa mengeksplorasi kepribadian seorang klien. Meskipun Holmes lahir di Inggris, dia tidak mempelajari astrologi. Sayang sekali. Astrologi dapat membantunya melakukan pekerjaan yang lebih baik.”

"Aku tahu kau sangat paham tentang kepribadian seseorang,” aku menyahut, "tapi kau tahu apa tentang astronomi?”

"Mana mungkin aku bisa jadi astrolog kalau tidak tahu tentang astronomi? Oh, aku mengerti, kau tidak percaya karena tidak pernah melihatku meneropong dengan teleskop. Yah, sebenarnya aku punya, tapi benda itu tidak berguna di Tokyo, satu-satunya yang bisa kita lihat di tempat ini adalah butiran kabut campur asap. Tetapi aku bisa mendapatkan informasi terbaru. Aku beri contoh. Kita semua tahu Saturnus memiliki sebuah cincin yang mengelilinginya. Apakah kau tahu planet lain yang serupa itu dalam sistem tata surya?”

"Tidak ada yang lain.”

"Kau salah. Itu yang mereka katakan berpuluh-puluh tahun lalu. Asal kau tahu, orang Jepang dulu percaya  bahwa seekor kelinci sedang membuat kue beras di bulan. Kau sudah tidak percaya hal itu lagi, bukan?”

Aku menolak menjawabnya.

"Aku harap kau tidak tersinggung, Kazumi, tapi dalam setiap menit yang berlalu, riset ilmiah membuat kemajuan. Cepat atau lambat, sekolah dasar akan mengajarkan pada anak-anak bagaimana gelombang elektromagnetik berjalan di alam semesta dan bagaimana gravitasi, waktu, dan ruang saling berhubungan. Tidak lama lagi, anak-anak itu akan melihat kita seperti melihat dinosaurus. Tetapi, kembali ke sistem tata surya, Uranus punya cincin. Demikian pula Yupiter. Fakta-fakta ini baru saja ditemukan. Aku memiliki hak istimewa untuk mendapatkan informasi baru semacam itu.”

Walaupun Kiyoshi terlihat serius, bagiku ceritanya terdengar meragukan. "Kuakui kau tahu banyak tentang Holmes dan astronomi,” kataku, "jadi siapa yang kauanggap detektif terbaik? Apakah kau pernah membaca serial Bapa Brown?”

"Siapa? Aku tidak tahu apa-apa soal agama Kristen.”

"Bagaimana dengan Philo Vance?”

"Apa? Mobil van jenis apa itu?”

"Miss Jane Marple?”

"Seperti sirup mapel, begitu?”

"Inspektur Kepala Maigret?”

"Apakah dia polisi yang bertugas di Meguro?”

“Hercule Poirot?”

"Kedengarannya seperti nama minuman keras.”

“Detektif Dover?”

"Maksudmu ikan itu? Tidak."

"Aku tidak tahu harus berkata apa. Kau tidak pernah membaca satu pun cerita detektif, tapi kau tetap berkeras bahwa kisah Sherlock Holmes itu konyol.”

"Aku tidak bilang aku membencinya. Bahkan dia salah  satu detektif yang paling aku sukai. Aku suka selera humornya. Kita tidak akan tertarik pada orang yang bertingkah seperti komputer, bukan? Holmes memperlihatkan kepada kita sifat manusia yang sesungguhnya. Dalam hal itu, dia sangat hebat.”

Pujiannya membuatku terkejut, bahkan jika itu hanya sindiran. Aku sedikit tersentuh. Saat melihatku tersenyum, dia buru-buru menambahkan, "Tapi ada satu hal tentang dia yang benar-benar tidak bisa aku tolerir: keterlibatannya dengan pemerintah Inggris selama Perang Dunia I. Dia menyetujui penangkapan mata-mata Jerman, dan pada saat yang sama mengabaikan fakta bahwa Inggris juga memiliki mata-mata. Seperti kaulihat dalam film Lawrence of Arabia, Inggris bermuka dua dalam menghadapi diplomasi Arab. Dan lihat bagaimana mereka memperlakukan Cina dalam Perang Opium. Bagaimana mungkin Holmes mengabdikan tenaganya untuk negara yang begitu tidak terhormat? Dia seharusnya jangan melibatkan diri dalam kejahatan politik mereka. Kau bisa bilang bahwa dia terdorong oleh rasa cinta pada negaranya, tetapi keadilan harus mengalahkan patriotisme. Reputasinya rusak pada tahun-tahun terakhirnya. Ketika dia dan Moriarty jatuh ke air terjun, Holmes pasti telah terbunuh. Orang yang kita kenal sebagai Sherlock Holmes setelah kejadian tersebut adalah penipu yang dimanfaatkan Inggris untuk propaganda. Kalau mau jujur, kita bisa melihat...

Kuliah Kiyoshi disela seseorang yang mengetuk pintu dengan kasar. Sebelum kami menjawab, tamu itu sudah memasuki kantor. Dia pria bertubuh besar dengan setelan berwarna gelap, usianya sekitar empat puluh tahun.

"Apakah kau Mr. Mitarai?” dia bertanya padaku.

"Tidak, bukan,” aku menjawab gugup.

Saat berpaling ke arah Kiyoshi, dia menarik keluar tanda pengenalnya dari saku, seperti seorang usahawan memamerkan dompetnya. Dengan suara rendah, dia memperkenalkan diri. Namanya Takegoshi.

Begitu mengenali tanda pengenal tersebut, Kiyoshi mengubah sikapnya. "Jadi, Anda dari kepolisian! Wah, ini kejutan tak terduga! Apakah salah satu dari kami mendapat surat tilang parkir? Bolehkah saya melihat tanda pengenal Anda dengan lebih saksama? Baru kali ini saya melihat yang sungguhan.”

"Kau tidak tahu cara berbicara pada orang yang posisinya lebih tinggi, ya?” Takegoshi berbicara dengan dramatis. "Zaman sekarang, anak muda sudah tidak peduli pada etika. Itu sebabnya kami sangat sibuk, asal kau tahu.”

"Menurut etika, seorang tamu akan menunggu sampai dia dipersilakan masuk ke dalam kantor. Bukannya menyelonong begitu saja. Anda mau apa? Katakan cepat. Kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu kami, atau waktu Anda.”

"Apa? Luar biasa! Kau tahu siapa saya? Apa kau selalu bicara seperti itu pada orang lain?”

"Hanya pada orang yang tidak mengerti sopan santun seperti Anda. Katakan apa keperluan Anda. Dan kalau Anda ingin diramal, segera beritahukan tanggal lahir Anda.”

Takegoshi terkejut, tetapi dia tidak mengubah perilakunya yang arogan. "Kau bertemu adik saya, bukan?” dia berkata. Ada kemarahan dalam suaranya. "Namanya Masako Iida. Saya tahu dia datang menemuimu.”

"Ah!" balas Kiyoshi, sekonyong-konyong menaikkan suaranya. "Dia bilang dia punya kakak, dan yang dimaksud pasti Anda! Saya tidak menyangka! Bapak ini pasti dibesarkan dalam situasi yang sangat jauh berbeda dari adiknya, benar tidak, Mr. Ishioka?”

"Saya tidak tahu mengapa dia mendatangi peramal nasib murahan seperti kau. Dia membawa catatan ayah kami kemari, bukan? Jangan menyangkal!”

"Saya belum menyangkalnya.”

"Adik ipar saya yang memberitahu. Catatan itu adalah bukti penting. Saya minta dikembalikan!”

"Karena sudah selesai membacanya, saya mungkin bersedia mengembalikannya kepada Anda, tetapi apakah adik Anda akan setuju?”

“Dia tidak akan peduli. Saya minta kaukembalikan catatan itu kepada saya sekarang juga!”

"Jadi, Anda belum berbicara pada adik Anda tentang hal ini. Nah, apakah dia benar-benar menginginkan saya menyerahkan catatan itu kepada Anda? Apa yang akan dikatakan Bunjiro Takegoshi kalau dia masih hidup? Saya rasa saya tidak bisa mengembalikan catatannya, walau seandainya Anda meminta dengan sopan.”

"Kau bajingan tak tahu diri! Kau pasti tahu saya bisa bertindak.”

"Tindakan macam apa yang akan Anda lakukan? Pastinya sesuatu yang menyenangkan. Menurutmu apa, Mr. Ishioka? Memborgol tangan kami?”

"Perilakumu sangat jauh dari apa yang diajarkan kepada saya. Kau harus belajar sopan santun, Nak.”

"Saya tidak semuda yang Anda kira,” jawab Kiyoshi sambil menguap.

“Saya serius. Ayah saya tidak akan beristirahat dengan tenang kalau kau terus bermain detektif-detektifan dengan catatannya. Penyidik kriminal bukanlah permainan ruang tamu. Hanya akan berhasil kalau kau mau berjalan ke sana kemari.”

"Apakah yang Anda maksud Pembunuhan Zodiak Tokyo?”

"Pembunuhan Zodiak? Apa sih itu, judul buku komik?  Orang langsung terpesona pada sesuatu yang terdengar sensasional, lalu bertingkah seakan-akan mereka detektif swasta. Mereka pikir itu mudah dan menyenangkan, tapi pekerjaan seorang detektif sungguhan sangat serius. Kami profesional—tidak seperti kalian—dan catatan tersebut dibutuhkan untuk penyelidikan kami.”

"Kalau yang dibutuhkan hanya berjalan ke sana kemari, maka menjadi detektif adalah pekerjaan yang paling tepat untuk putra seorang penjual sepatu. Tetapi Anda melupakan sesuatu yang sangat penting —kerja otak. Jika kecerdasan adalah syarat untuk menjadi detektif yang baik, apa jadinya dengan Anda, hah? Saya pikir Anda tidak berhak mendapakan catatan ini. Namun saya akan mempertimbangkan untuk menyerahkannya kepada Anda. Tetapi saya ragu. Anda tidak akan bisa memecahkan kasus ini, kecuali dengan menggunakan otak Anda— karena kalau tidak, saya peringatkan Anda, Anda akan kehilangan muka.”

"Memperingatkan saya? Itu tidak perlu. Kami detektif profesional yang sangat terlatih. Kau pasti tahu, penyelidikan kriminal tidak semudah berjalan-jalan di hutan.”

"Mengapa Anda terus-menerus mengulangi hal yang sama? Saya sama sekali tidak pernah mengatakan tugas penyelidikan itu mudah. Anda sendiri yang mengungkit masalah berjalan ke sana kemari. Lucu juga bagaimana kerja otak tidak masuk dalam pertimbangan Anda. Rupanya lebih mudah untuk membiarkan sepatu Anda yang berjalan.”

"Apakah kau bermaksud mengatakan saya tidak punya otak?” Takegoshi mulai menaikkan suaranya. "Saya belum pernah bertemu orang sekasar kau! Coba lihat dirimu. Kau bertingkah seperti tunawisma! Kau dan para tunawisma itu hanya pandai bicara dan mengomel seperti perempuan tua. Yah, mungkin begitulah caramu  mencari nafkah, tetapi abdi negara tidak punya kemewahan semacam itu. Kami mempunyai kewajiban kepada masyarakat. Dan kalau kau memang begitu pintar, aku ingin tahu, apakah kau sudah menemukan si tersangka?”

Kiyoshi terdiam sebentar, lalu berbicara terus terang, "Tidak, belum.” Dia kelihatan tenang, tapi aku bisa melihat dia frustrasi.

"Nah, betul kan? Kau ini tidak berguna!” Takegoshi tertawa penuh kemenangan. "Sudah saya duga kau tidak punya penjelasan apa pun. Saya hanya bertanya karena tingkahmu begitu sombong dan sok hebat. Coba lihat dirimu. Kau hanyalah seorang... pemula!”

"Saya tidak peduli Anda berkata apa, tetapi saya ingin mengajukan permintaan profesional kepada Anda. Saya minta waktu sebelum Anda membeberkan catatan ayah Anda kepada khalayak. Anda bisa mendapatkan kembali catatan itu hari ini, walaupun pada akhirnya itu mungkin tak akan banyak berpengaruh pada Anda. Dan karena catatan ini memuat peristiwa memalukan bagi ayah Anda, mungkin Anda sebaiknya merahasiakannya. Luangkan waktu untuk membacanya sendiri dan memahaminya.”

"Baik. Saya memberimu waktu tiga hari.”

"Terlalu cepat. Dan saya rasa itu tidak memberi Anda cukup waktu untuk merenungkannya.”

“Satu minggu kalau begitu.”

“Baiklah, satu minggu.”

"Apakah kau bermaksud mengatakan...?”

"Ya, saya bermaksud mengatakan pada Anda bahwa saya akan memecahkan kasus ini dalam satu minggu. Paling tidak, saya akan membuktikan ayah Anda tidak bersalah, jadi Anda tidak perlu membeberkan catatan itu sama sekali.”

"Walaupun kau belum punya satu pun tersangka? Itu mustahil!”

“Saya bilang satu minggu. Saya akan memecahkan kasus ini dalam satu minggu. Hari ini Kamis, tanggal 5, jadi Anda akan menunggu sampai Kamis minggu depan tanggal 12, sebelum bertindak lebih jauh dengan catatan itu. Betul?”

"Saya akan menyerahkan catatan itu kepada atasan saya hari Jumat tanggal 13.”

"Terima kasih. Kami tidak ingin membuang waktu Anda. Anda bisa keluar melalui pintu yang sama seperti masuk tadi. Omong-omong, apakah Anda lahir pada bulan September?”

“Benar. Dari mana kau tahu? Apakah adik saya yang memberitahu?”

"Itu sangat mudah dilihat. Saya juga bisa melihat bahwa Anda lahir antara pukul delapan dan sembilan malam. Baiklah, ini catatan ayah Anda. Ambillah, dan silakan pergi.”

Takegoshi membanting pintu saat keluar. Kami bisa mendengar dia mengentakkan kaki sepanjang lorong.

"Kau sudah gila, ya?” aku berkata pada Kiyoshi. "Kau benar-benar yakin bisa mengetahui semua jawabannya hari Kamis depan?”

Dia tidak mengatakan apa-apa, yang membuatku semakin gelisah. Terkadang keyakinan diri berlebihan membuat dia kehilangan akal sehat.

"Apa yang kaupikirkan?” aku bertanya.

"Saat kau berbicara, aku hanya merasakan ada sesuatu yang tersambung. Aku tidak tahu apa itu, tetapi rasanya menyerupai deja vu. Aku pasti mengetahui sesuatu. Ini tidak seperti teka-teki. Ini sesuatu yang sangat sederhana... Aku tak bisa mengingatnya... Aku mungkin salah... Syukurlah, kita punya waktu satu minggu. Omongomong, apakah kau membawa dompetmu?”

"Ya...

"Apakah uangmu cukup untuk pengeluaran selama empat atau lima hari?”

"Aku rasa cukup.”

"Bagus. Aku harus segera pergi ke Kyoto. Apakah kau mau ikut denganku?”

"Kyoto? Sekarang? Tapi aku tidak bisa pergi mendadak...”

“Kalau begitu, kita bertemu lagi setelah aku kembali. Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa memaksamu ikut denganku.”

Begitu dia berbalik memunggungiku, ditariknya sebuah tas perjalanan dari bawah meja.

"Tunggu! Tentu saja aku akan ikut denganmu!” aku berseru.

Aku rasa saat itulah Kiyoshi mulai mencurahkan seluruh energinya untuk kasus ini. Begitu sudah membuat keputusan, dia bertindak dengan sangat cepat, kadang hanya mengikuti dorongan hati, seperti sambaran kilat. Kami meraup peta Kyoto dan buku Pembunuhan Zodiak Tokyo, lalu bergegas meninggalkan kantor.

Sembilan puluh menit kemudian, kami sudah berada dalam kereta api supercepat ke Kyoto...

BAKTERI DI KERETA API SUPERCEPAT  "Menurutmu bagaimana Takegoshi Jr. bisa tahu adiknya datang menemuimu?” Aku bertanya pada Kiyoshi, saat kami sudah nyaman di dalam kereta.

"Aku rasa Mrs. Tida pasti merasa bersalah karena berbicara denganku tanpa seizin suaminya. Setelah pulang ke rumah, dia mengakui apa yang telah dia lakukan, dan suaminya menghubungi kakak iparnya.”

"Kedengarannya suaminya orang jujur.”

“Bisa jadi. Atau mungkin dia takut pada preman itu.”

"Ya. Takegoshi Jr. memang bajingan yang tidak tahu sopan santun. Menurutmu ayahnya juga seperti itu?—pasti tidak ya?”

"Oh, semua polisi sama saja. Mereka pikir sebagai polisi mereka sangat berkuasa, dan mereka berkeliaran dengan lagak seperti shogun, seakan-akan ini masih zaman feodal. Si adik tidak minta izin pada kakaknya sebelum membuka rahasia ayah mereka kepada orang asing. Itu pasti membuat Takegoshi Jr. marah—tata cara masa sebelum perang yang dilanggar dalam masyarakat modern.”

"Aku pikir orang Jepang memang cenderung untuk patuh berlebihan pada pihak yang berkuasa.”

"Yah, di antara semua orang Jepang yang aku kenal, Takegoshi Jr. adalah yang paling arogan. Kau bisa memajangnya di museum untuk memperlihatkan contoh seorang autokrat picik.”

“Tidak heran adiknya ingin merahasiakan catatan itu darinya. Aku bisa memahami perasaannya.”

"Oh, benarkah?” kata Kiyoshi, sekonyong-konyong menatapku tajam. “Katakan padaku, apa yang dia rasakan?”

“Bagaimana?”

"Aku ingin tahu. Apa yang dia rasakan saat menemukan catatan ayahnya?”

“Dia ingin melindungi rahasia ayahnya, dan karena itu  memutuskan untuk memperlihatkannya kepadamu, dengan harapan kasus ini akan dipecahkan tanpa ribut-ribut.”

"Ayolah, jangan naif!” Kiyoshi menyela omonganku. "Kalau begitu, mengapa dia memberitahu suaminya bahwa dia datang menemuiku? Dia ingin suaminya memecahkan kasus ini. Dia mungkin menunjukkan catatan itu kepada suaminya, tetapi suaminya tidak bisa memikirkan jawabannya, jadi dia membawanya kepadaku. Jika aku memecahkan kasus ini, dia bisa mengklaim prestasi itu untuk suaminya—dan DOR, karier suaminya pun melesat. Menurutku dia sudah merencanakan semuanya.”

"Apakah kau tidak terlalu berlebihan? Dia tidak kelihatan seperti...”

"Orang yang penuh perhitungan? Aku tidak bilang dia jahat, hanya saja wajar bagi seorang wanita menikah untuk berpikir demikian.”

"Sepertinya kau menganggap semua wanita punya agenda tersembunyi. Itu tidak adil.”

"Kebanyakan pria terobsesi dengan pemikiran bahwa semua wanita harus patuh dan tak berdaya. Apakah itu adil?”

Aku tak bisa mengatakan apa-apa.

"Kau dan aku tidak akan pernah sepakat mengenai hal ini,” dia melanjutkan, “seperti halnya seorang modern tidak akan pernah bisa meyakinkan seorang samurai mengenai nilai lebih pendingin udara.”

"Hah? Kau masih berpendapat bahwa kaum wanita itu licik?”

"Tidak semuanya. Mungkin ada satu wanita yang baik di antara seribu.”

"Satu di antara seribu? Oh, yang benar saja, tak bisakah kau mengubah perbandingan itu menjadi satu di antara sepuluh?”

"Tidak mungkin,” Kiyoshi menjawab dan tertawa.

Aku tidak bersuara selama beberapa saat.

"Nah, apakah kita sudah meneliti semua fakta mengenai kasus ini?” tanya Kiyoshi ketika kereta melaju semakin kencang. "Kita tahu tentang Masako, istri kedua Heikichi. Bagaimana dengan istri pertamanya, Tae? Apa latar belakangnya?”

"Nama gadisnya Fujieda. Dia lahir dan dibesarkan di dekat Rakushita, di Sagano, Kyoto.”

"Kyoto? Bagus, kita bisa melampaui dua-tiga pulau dalam sekali dayung.”

"Dia anak tunggal. Sewaktu dia remaja, keluarganya pindah ke Imadegawa di Subdistrik Kamigyo dan membuka toko yang menjual kain brokat Nishijin. Sayangnya, bisnis tidak terlalu bagus, kemudian ibunya jatuh sakit dan tidak bisa meninggalkan tempat tidur. Tidak ada seorang pun yang bisa mereka mintai tolong. Ayahnya punya kakak laki-laki, tetapi dia tinggal di Manchuria. Ibunya meninggal, toko mereka bangkrut, dan ayahnya menggantung diri. Dalam surat wasiatnya, dia mengatakan Tae harus mencari pamannya di Manchuria dan meminta bantuan keuangan. Tetapi Tae memilih untuk pergi ke Tokyo. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa menghapuskan utang orangtuanya.”

“Dia mungkin melepaskan hak-haknya atas warisan orangtuanya.”

"Hak atas warisannya?”

"Ya, dengan demikian dia tidak mewarisi apa pun, bahkan utang orangtuanya.”

"Begitu. Aku tidak tahu ada yang seperti itu. Baiklah, di Tokyo, dia bekerja di sebuah butik kimono sebagai pegawai yang menetap. Saat dia berusia dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun, bosnya—yang mungkin bersimpati dengan keadaannya—bertindak sebagai makcomblang dan mengenalkannya kepada Yoshio Umezawa, adik Heikichi. Dan Yoshio kemudian mengenalkan Tae kepada Heikichi.”

"Mereka menikah, dan nasib baik tampaknya tersenyum pada Tae, tetapi belakangan Heikichi mendepaknya,” Kiyoshi menambahkan, melanjutkan kisah tersebut.

"Ada orang yang tidak pernah beruntung. Aku rasa Tae menerima takdir hidupnya sebagai penjual rokok di Hoya.”

"Jika kau mempelajari astrologi, kau akan tahu betapa tidak adilnya hidup ini. Ada informasi lagi tentang dia?"

"Aku rasa hanya itu. Oh, ini mungkin tidak ada hubungannya dengan kasus pembunuhan Azoth, tetapi dia mengoleksi banyak sekali dompet shingen—kau tahu, tastas sutra kecil yang ditenteng wanita saat mereka mengenakan kimono. Menurut para tetangganya di Hoya, impian Tae adalah kembali ke Rakushisha dan membuka butik yang menjual dompet asli.”

"Tetapi Tae mewarisi tanah milik Heikichi. Setelah perang, dia pasti mendapat banyak uang dari penjualan tukisan-lukisan Heikichi.”

"Ya, benar, tetapi dia jatuh sakit dan tidak membelanjakan uang itu untuk dirinya sendiri. Dia memakainya untuk membayar para pengurus rumah tangga dan memberi hadiah untuk para tetangga yang bersikap baik kepadanya, dan dia juga menawarkan hadiah atas kepala orang yang melakukan pembunuhan Azoth. Dia mungkin bisa saja membuka butik di Rakushisha, tetapi menyadari kondisi kesehatan yang buruk serta faktor umur, dia tetap tinggal di Hoya sampai akhir hayatnya.”

"Begitu. Apa yang terjadi pada tanahnya?”

"Luar biasa sekali. Salah seorang kerabatnya, yang tidak pernah dekat dengannya, tiba-tiba mendatangi Tae yang sudah mendekati ajal. Wanita itu cucu paman Tae di Manchuria. Kemungkinan dia menetap dan merawat Tae selama beberapa waktu. Tae memasukkan nama wanita itu dalam surat wasiatnya. Hanya kisah itu yang terus-terusan dibicarakan para tetangga saat pemakaman Tae, karena Tae telah begitu bermurah hati kepada mereka.”

"Lalu, seseorang yang sama sekali tidak mendapatkan uang, membunuhnya! ...Cuma bercanda. Bagaimana dengan Yasue Tomita, pemilik galeri De Medicis? Ada informasi tambahan tentang dia?”

“Dia berasal dari keluarga kaya. Hanya itu yang aku tahu.”

"Bagaimana dengan Ayako, istri Yoshio?”

"Nama gadisnya Yoshioka. Dia lahir di Kamakura, dan memiliki seorang kakak laki-laki. Yoshio dikenalkan kepadanya oleh pembimbingnya, seorang pria berayah pendeta. Kau butuh informasi lagi?”

“Tidak, itu mungkin cukup. Ayako bukan wanita yang punya masa lalu, ya?”

"Begitulah yang aku tahu.”

Kiyoshi duduk diam sambil memandang ke luar jendela dengan dagu bersandar pada tangannya. Saat itu hari sudah gelap, dan jendela bagaikan cermin yang memantulkan kecemerlangan interior kereta.

"Aku bisa melihat bulan,” Kiyoshi berujar pelan. "Aku juga bisa melihat beberapa bintang. Ah, senang rasanya bisa menjauhkan diri dari asap dan kabut Tokyo. Kau bisa lihat bintang yang tak pernah berkedip itu, tepat di sebelah bulan? Nah, itu sebenarnya bukan bintang-itu planet Jupiter. Kalau kau bisa melihat bulan, maka kau akan bisa mengetahui lokasi planet dengan mudah. Hari ini tanggal 5 April dan bulan berada dalam Cancer,  sebentar lagi bergerak memasuki Leo. Jupiter juga berada dalam Cancer pada 29 derajat. Bulan bergerak seperti halnya planet. Kau tahu, mengamati pergerakan planet setiap hari membuatmu sadar betapa kecil dan remehnya kehidupan kita sehari-hari. Kita berdebat. Kita bertarung. Kita berjuang. Kita bersaing untuk meningkatkan kekayaan kita. Coba lihat alam semesta. Pergerakannya begitu dinamis, bagaikan jam raksasa. Bumi hanyalah satu roda penggerak dalam perangkat roda gigi jam tersebut, dan manusia tidak jauh berbeda dibandingkan bakteri. Jutaan demi jutaan bakteri menjalani kehidupan singkat mereka dengan bertempur dalam peperangan yang remeh. Mereka tidak berhenti untuk berpikir bahwa tanpa mekanisme alam semesta, kita semua tidak akan ada. Coba lihat apa yang dilakukan manusia—mereka saling bunuh demi simpanan uang di bank, yang tidak akan mereka belanjakan sampai mereka mati. Tidak masuk akal,” Kiyoshi berbicara dengan serius, tetapi tibatiba dia terkekeh. "Nah, ini ada satu bakteri yang begitu bersemangat menghadapi masalah konyol dan remeh. Dia sedang menaiki 'kereta peluru ke Tokyo, berusaha memamerkan kemampuan pada bakteri gemuk arogan lainnya.”

Aku tertawa.

"Orang menjalani hidup mereka dengan terus-menerus berbuat dosa,” kata Kiyoshi dengan lebih santai.

"Omong-omong, apa tepatnya yang akan kita lakukan di Kyoto?” aku bertanya.

"Kita akan mendatangi Tamio Yasukawa. Kau memang ingin menemuinya, bukan?”

"Yah, tentu saja, kalau bisa.”

"Dia berusia akhir dua puluhan pada tahun 1936, jadi sekarang umurnya pasti sekitar tujuh puluh tahun, kalau dia masih hidup. Cepat sekali waktu berlalu.”

"Ya, memang. Ada yang lain?”

“Sejauh ini, hanya itu yang bisa aku pikirkan. Kita akan tinggal dengan seorang temanku yang bernama Emoto. Dia orang yang baik. Kau akan menyukainya. Umurnya baru dua puluh lima tahun, tapi sudah menjadi juru masak yang sangat terlatih.”

"Bagaimana kau bisa mengenalnya?”

"Aku pernah tinggal di Kyoto beberapa tahun lalu. Kyoto kota yang hebat. Setiap kali mengunjunginya, aku merasa terinspirasi. Kota ini punya semacam energi istimewa, dan, tentu saja, merupakan satu dari sedikit kota yang tidak dibom saat perang. Jadi, di sana ada Kyoto baru, yang tidak menyerupai kota modern mana pun, dan ada juga Kyoto lama, dengan kuil-kuilnya, rumahrumah tradisional, dan geisha. Rasanya seperti kembali ke masa ratusan tahun lalu—seperti ke London milik Sherlock Holmes tercintamu itu, hanya saja ini di Jepang!”

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar