Jilid 31
Dia tidak ingin memegang jabatan atau kedudukan karena dia melihat betapa kedudukan diperebutkan mati-matian oleh keluarga kaisar
Dia sendiri adalah keponakan kaisar, pute ra mendiang Pangeran Li Seng Tek, kakak dari Kaisar Tang Tai Cung (Li Si Bin), dan sampai meninggalnyapun mendiang ayahnya tidak pernah ikut dalam perebutan kekuasaan Justeru karena tidak ingin terlibat dalam perebutan, maka dia dimusuhi oleh mereka yang berusaha merebut kedudukan kaisar dan Pangeran Li Seng Tek te was keracunan tanpa ada yang mengetahui siapa yang meracuninya
Peristiwa ini membuat Li Cu Kiat semakin tidak senang dengan dudukan dan dia le bih suka menjadi seorang yang bebas dari tugas yang mengikat, namun dia selalu bertindak kalau ada pejabat atau perajurit yang melakukan penyelewengan
Karena dia tidak congkak, lihai dan tidak memperebutkan kedudukan, tidak haus balas jasa, maka semua pejabat di kota raja maupun di daerah, segan dan takut kepadanya
Kaisar Tang Tai Cung yang mengenal baik watak ponakannya, amat suka kepadanya dan percaya akan segala laporannya, maka biarpun tidak nenduduki jabatan
Pangeran Li Cu Kiat mempunyai kekuasaan besar, ditakuti oleh para petugas
Itulah sebabnya maka dia berani memanggil panglima untuk dite gur mengenai perbuatan regu penjaga tadi, Kui Eng berjalan menuntun kudanya
Karena jalan raya di kota raja itu mulai ramai dengan orang berlalu-lalang, maka ia tidak menunggangi kudanya, melainkan dituntun dan ia berjalan-jalan mengagumi keadaan kota raja yang ramai dan di kiri jalan raya terdapat banyak toko
rumah makan, dan ada pula beberapa buah rumah penginapan yang cukup besar
Karena ia tidak ingin tinggal di ruman penginapan yang te rlalu ramai, Kui Eng lalu menuntun kudanya ke sudut kota dan berhenti didepan sebuah rumah penginapan yang berdiri agak menyendiri di sudut kota
Rumah penginapan itu nampak tidak te rlalu bising, dan memiliki pekarangan yang besar
Bahkan di sebelah kirinya te rdapat sebuah rumah makan yang agaknya menjadi satu dengan rumah penginapan itu
Ketika la menuntun kudanya memasuki pekarangan, seorang pelayan te rgopoh menyambutnya,
Selamat pagi, nona
Apakah nona mencari kamar yang bersih dan baik?
Kui Eng mengangguk
Sediakan sebuah kamar yang bersih, beri makan dan minum kuda ini dan rawat baik-baik, kemudian suruh pelayan menyediakan air hangat untuk mandi.
Baik, nona.
Pelayan Itu menerima kendali kuda dari Kui Eng, berte riak memanggil te mannya dan mempersilakan Kui Eng mengikuti pelayan yang datang berlarian untuk diantar ke kamarnya dan dilayani semua kebutuhannya
Setelah mandi dan berganti pakaian, merasa segar tubuhnya, Kui Eng lalu meninggalkan kamarnya
Ia menaruh buntalan pakaiannya di kamar, akan tetapi membawa kotak perhiasannya karena ia tidak ingin kehilangan bekal itu, juga membawa pedangnya dan iapun pergi ke rumah makan di s ebelah
Kui Eng tidak tahu betapa seorang laki-laki berusia kurang le bih empatpuluh tahun mengamatinya dari luar rumah penginapan ketika ia keluar dari pekarangan rumah penginapan itu dan memasuki rumah makan
Laki-laki yang tubuhnya pendek te gap itu kini juga memasuki rumah makan dan duduk di sudut, dari mana dia dapat memandang ke arah Kui Eng dari belakang
Gadis itu tanpa menduga sesuatu, duduk menghadapi meja dan memesan makanan dan air te h
Kemudian ia makan minum dengan santai dan te nang, tidak tahu betapa laki-laki tadi minum arak dan selalu memperhatikannya walaupun dengan sikap yang tidak menyolok Sehabis makan, Kui Ing meninggalkan rumah makan dan pergi berjalan-jalan
Ia tidak tahu ke mana harus mencari Thian Ki
Ia hanya tahu bahwa Thian Ki disuruh ayahnya untuk mencari dan merampas kembali pedang Liong-cu kiam, akan te tapi di samping tugas ini, juga Thian Ki pergi mengunjungi Huang-ho Sin-liong Si Han Beng di dusun Tang-cun untu k minta pertolongan pendekar itu mengusir hawa beracun dari tubuhnya
Ia tidak tahu apakah sekarang Thian Ki telah tiba di kota raja ataukah belum
Karena ia sekarang te lah tiba di Kota raja, kenapa ia tidak membantu kakak tiri atau juga suhengnya itu untuk merampas kembali pedang Liong-cu-kiam milik ayahnya
De ngan demikian , ia akan meringankan tugas Thian Ki Ia berjalan-jalan dan mengagumi kota raja
Ada keharuan mendalam di lubuk hatinya
Kota raja ini juga merupakan te mpat kelahirannya
Dan ayahnya pernah menceritakan dan menggambarkan keadaan kota raja ini, bahkan memberi tahu di mana letak istana yang dahulu ditinggali ayahnya ketika menjadi pangeran
Mengingat betapa ayahnya dahulu seorang pangeran di kota raja ini
dan ketika ia masih kecil, iapun tinggal di sini, semacam keharuan menyelinap di hatinya
Ia tidak dapat mengingat te mpat ini karena ketika te rjadi perang, ketika ayahnya membawa ia dan ibunya pergi mengungsi, usianya baru kurang dari dua tahun
Akan te tapi, ayahnya pernah membuat gambaran te ntang kota raja dan kini ia pergi menuju istana yang dahulu pernah menjadi te mpat tinggal ayanya, pernah menjadi tempat ia te rlahir! Jantungnya berdebar te gang ketika ia tiba di jalan raya depan rumah gedung itu
Sebuah gedung yang besar dan megah
Jantungnya te rasa te rasa seperti diremas ketika ia teringat kepada ayahnya
Ayahn ya dahulu seorang pangeran dan tinggal di dalam is tana ini! Dan sekarang Ayahnya tinggal di dusun sebagai seorang petani! Ibunya, dan keluarga lain te rbunuh
Kehidupan keluarga ayahnya hancur le bur
Ingin sekali ia memasuki istana itu, melihat-lihat di sebelah dalamnya, melihat kamar ibunya di mana ia dahulu dilahirkan! Akan tetapi, bagaimana mungkin
Tempat itu kini tentu ditempati seorang pembesar lainnya dan di depan rumah itu te rdapat sebuah gardu penjagaan di mana terdapat lima orang perajurit penjaga
T'entu tempat tinggal orang penting
Memasukinya tidak mungkin, karena ia te ntu akan dihalangi oleh petugas jaga
Akan tetapi malam nanti, ia dapat melaksanakan niatnya
Ia dapat menggunakan kepandaiannya untuk menyelinap masuk, sebagi pencuri akan tetapi bukan untuk mencuri sesuatu
Ia hanya ingin masuk ke istana itu, melihat-lihat di sebelah dalamnya, melihat bekas kamar ibunya
Itu saja!
Kui Eng berdiri di luar pekarangan is tana itu sampai lama, tidak tahu betapa laki-laki pendek te gap itu mengikutinya sejak dari rumah makan tadi
Kini Kui Eng berjalan lagi dan menuju ke gedung is tana yang terkurung pagar te mbok yang tinggi dan te rjaga kuat
Memasuki daerah te rlarang ini merupakan pekerjaan yang lebih sulit lagi
Kalau Thian Ki akan mengambil Liong-cu kiam dari gedung pusaka, dia harus dapat melewati pagar te mbok dan para penjaga dan setelah tiba di lingkungan istana, baru dapat mencari gedung pusaka yang te ntu te rjaga ketat pula
Kui Eng menghela napas
Betapa sukarnya dan betapa bahayanya melaksanakan tugas merampas Liong-cu-kiam itu
Bagaimanapun juga, ia ingin membantu Thian Ki, melaksanakan perintah ayahnya
Ia tidak akan bertindak te rgesa-gesa dan tanpa perhitungan
Ia akan menyelidiki dulu keadaan para penjaga, bagaimana pula sistim penjagaan itu agar setelah mengenal keadaan ia akan dapat memasuki lingkungan is tana dan mencari pedang pusaka milik ayahnya di gedung pusaka
Setelah puas berjalan-jalan mengelilingi kota raja menjelang sore Kui Eng kembali ke rumah penginapan untuk beristirahat
Ia tidak tahu bahwa laki-laki pendek tegap tadipun te rnyata menyewa sebuah kamar te pat di sebelah kamarnya! Malam itu bulan purnama muncul dengan indahnya
Langit bersih sehingga bulan dapat menerangi seluruh permukaan bumi, mendatangkan suasana yang amat indah dan sejuk
Kui Eng keluar dari kamarnya dan setelah makan malam, ia kembali berjalan-jalan menikmati keindahan malam di kota raja
Tidak lupa ia kembali melewati bekas istana ayahnya, kemudian juga melewati pintu gerbang komple ks istana
Karena malam itu indah, maka sebagian besar penduduk kota raja berada di luar rumah, tidak ingin melewatkan keindahan malam bulan purnama sia-sia belaka De ngan hati gembira Kui Eng akhirnya kembali ke rumah penginapan dan memasuki kamarnya
I a merasa lelah juga setelah sehari semalam berjalanjalan, dan segera merebahkan diri di atas pembaringan
Sesosok bayangan yang berkelebat di luar je ndelanya, walaupun hanya sekejap mata, cukup membuat Kui Eng merasa curiga
Ia te ringat akan pengalamannya di pintu gerbang kota raja pagi tadi, maka begitu melihat bayangan berkelebat di luar je ndela kamarnya, iapun menjadi waspada
De ngan hati-hati dipakainya kembali sepatunya, dibereskannya rambut dan pakaiannya Kalau bayangan tadi hanya seorang yang berjalan di luar pintu kamarnya, te ntu ia tidak akan curiga karena te mpat itu merupakan rumah penginapan umum di mana banyak tamu bermalam dan te ntu ada saja orang yang le wat di depan kamarnya
Akan te tapi, gerak bayangan itu demikian cepat dan hal ini saja menunjukkan bahwa yang tadi le wat di luar jendelanya bukan orang berjalan, melainkan orang yang bergerak cepat dan tidak te rdengarnya langkah kakinya membuktikan bahwa bayangan itu adalah seorang yang berkepandaian tinggi
Setelah mengambil pedangnya dari atas meja, tidak lupa mengikatkan kotak perhiasan di pinggangnya, Kui Eng meniup padam lilin di atas meja, lalu duduk di pembaringan, Ia mengerahkan te naga sin-kangnya, mencurahkan perhatian pada pendengarannya dan tahulah ia bahwa di luar je ndelanya terdapat seseorang
Hai ini ia ketahui dari pernapasan orang itu yang dapat ia tangkap melalui pendengarannya
Beberapa kali Kui Eng menguap dan sengaja mengeluarkan suara agar te rdengar dari luar, kemudian perlahan-lahan ia mengeluarkan suara pernapasan berat seperti orang yang mulai te rti dur
Sete ngah jam kemudian, ia bahkan mengeluarkan dengkur halus
Pancingannya berhasil
Terdengar suara jendela berkeretek dan daun jendela ttupcn te rbuka dari luar
Sesosok bayangan meloncat bagaikan seekor kucing ke dalam kamarnya
Semua ini dapat dilihatnya karena dari luar kamarnya te rdapat sinar lampu gantung yang membentuk bayangan orang itu
Orang itu menghampiri pembaringannya dengan golok di tangan dan dia mengayun golok membacok ke arah dirinya yang tidur telentang! Trangggg .................!!
Bayangan itu te rkejut bukan main ketika goloknya ditangkis oleh gadis yang disangkanya sudah pulas itu
Dia meloncat k? belakang, lalu meloncat keluar kamar melalui jendela yang te rbuka
Kui Cng tentu saja tidak mau melepaskannya, tanpa mengeluarkan suara gaduh agar tidak menarik perhatian orang dalam rumah penginapan, iapun melompat dan melakukan pengejaran
Orang itu sudah melompat ke dalam taman di samping rumah penginapan, dan Kui Eng mengejarnya
Kalau saja malam Itu tidak te rang bulan, akan sukarlah bagi Kui Eng untuk mengejar orang itu
Akan te tapi karena bulan terang, gadis perkasa ini dengan mudah dapat melihat bayangan orang dan iapun mengejar dengan cepat sekali
Orang itu agaknya hafal benar dengan keadaan kota raja, lari memasuki lorong-lorong sempit
Malam sudah larut dan suasana sudah sepi
Kui Eng te rus membayangi orang itu yang melarikan diri ke ujung kota raja, di mana te rdapat sebuah bukit kecil dan setelah menyeberangi sebuah je mbatan, bayangan itu lari mendaki bukit kecil
Keparat, pengecut, hendak lari ke mana kau?
Kui Eng mengerahkan te naganya dan sebentar saja telah dapat menyusulnya
Mereka kini berhadapan karena yang dikejarnya berhenti dan dengan golok besar di tangan menghadapi Kui Eng
Di bawah sinar bulan purnama, Kui Eng dapat melihat bahwa orang pendek tegap itu berusia kurang lebih empatpuluh tahun, wajahnya bengis dan tubuhnya kokoh
Siapa engkau dan apa maksudmu memasuki kamarku dan hendak membunuhku?
bentak Kui Eng marah karena tadi je las bahwa orang ini hendak membunuhnya
Laki-laki pendek itu tersenyum
Engkau seorang pemberontak atau mata-mata musuh yang berbahaya, karena itu aku harus membunuhmu!
katanya tanpa memberi penjelasan lagi dia sudah menyerang dengan goloknya
Gerakannya cepat dan kuat dan golok besar yang berat iti menyambardengan desir angin dan mengeluarkan suara berdesing
Namun, dengan mudah Kui Eng mengelak, lalu membalas dengan tusukan pedangnya
Orang itu mengeluarkan seruan kaget karena dalam segebrakan saja, pedang gadis itu hampir saja memasuki lambungnya! Dia tadi dengan kaget melempar tubuh kebelakang dan setelah dia meloncat bangun lagi, dia menjadi agak pucat karena maklum bahwa yang dihadapinya adalah seorang gadis yang benar-benar amat lihai! Tidak aneh kalau adi knya, komandan regu penjaga pintu gerbang berikut belasan orang anak buahnya dihajar oleh gadis ini! Tadi, mendengar peristiwa di pintu gerbang yang mengakibatkan adiknya bukan saja dihajar seorang gadis akan te tapi juga atas perintah Pangeran Li Cu Kiat adiknya berikut regunya dijatuhi hukuman dia menjadi marah sekali
Marah terhadap gadis itu yang dianggap telah mencelakai adiknya
Maka diapun mencari gadis itu untuk membalas dendam, membunuhnya dan merampas harta yang dibawanya
Akan tetapi, siapa kira, dia berte mu batunya
Haiiittt.......!!
Dengan nekat diapun menggerakkan golok besarnya, menyerang kalang kabut
Namun, tingkat kepandaiannya masih jauh le bih rendah kalau dibandingkan tingkat kepandaian Kui Eng
Gadis ini telah menguasai ilmu-ilmu ayahnya dan telah menjadi seorang gadis yang amat lihai
Dalam waktu belasan jurus saja, si pendek telah te rluka pangkal le ngan kirinya dan juga paha kanannya
Kui Fng memang sengaja tidak hendak membunuhnya karena ia ingin sekali mengetahui siapa orang ini dan mengapa pula memusuhinya, padahal ia tidak mengenal orang itu sama sekali
Ia hanya ingin merobohkannya dan memaksanya mengaku
Akan te tapi, orang pendek itu tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya dan melanjutkan larinya sambil terpincang-pincang, menuju ke atas bukit
Kui Eng mengejar dan membayanginya
Kalau menghendaki, te ntu dengan mudah ia dapat menyusul dan merobohkannya
Akan te tapi ia hanya membayangi karena ia merasa yakin bahwa orang ini mungkin hanya nenjadi pesuruh saja, ada orang lain yang menyuruhnya untuk membunuhnya dan agaknya ia berada di puncak bukit ke mana orang itu hendak melarikan diri
Hatinya merasa tegang ketika melihat sebuah pondok di puncak bukit itu
Pondok sunyi akan tetapi terawat, menunjukkan bahwa memang benar disitu terdapat penghuninya dan orang yang dikejarnya berlari memasuki pekarangan rumah itul
Suhu, toloooooooongggg......!.
Si pendek itu berseru ketika tiba di pekarangan rumah
Mendengar ini, Kui Eng cepat meloncat dan tiba di depan orang itu, maklum bahwa pondok itu adalah te mpat tinggal guru penyerangnya
Ketika Kui Eng hendak menggerakkan pedang menyerang
dari belakangnya te rasa olehnya angin menyambar
Ia te rkejut dan menarik kembali pedangnya lalu melompat ke samoing untuk menghindarkan diri
Ternyata di sana telah berdiri seorang laki-laki berpakaian tosu, berusia kurang le bih enamuluh tahun, bertubuh tinggi kekar mukanya merah, memiliki kumis dan jenggot putih yang tipis dan di dada jubahnya te rdapat lukisan pat-kwa (segi delapan) dengan tanda imyang dite ngahnya
Tosu itu menarik kembali ujung le ngan bajunya yang lebar yang tadi dia pergunakan untuk menyerang Kui Eng
Nona, perlahan dulu, jangan sembarangan membunuh orang!
kata tosu itu, suaranya lembut dan sikapnya berwibawa, wajahnya dingin namun senyumnya menyelimuti kedinginan wajahnya sehingga nampak ramah
Kui Eng mencibir
Hemm, musang berkedok domba!
ejeknya
Engkau menasihati orang agar jangan sembarangan membunuh, akan te tapi engkau menyuruh muridmu berusaha untuk membunuhku secara pengecut!
Siancai.......!!
Tosu itu berseru dan melipat kedua le ngan di depan dada
Apa maksudmu nona
Pinto (saya) tidak menyuruh siapapun membunuh orang
Pinto adalah Im Yang Sengcu, sahabatnya Kaisar
Sribaginda Kaisar saja percaya kepada pinto, bagaimana mungkin pinto menyuruh membunuh orang?
Kembali Kui Eng tersenyum mengejek
Totiang, tidak perlu lagi berpura-pura
De ngar baik-baik
Tadi, aku tidur di dalam kamarku di rumah penginapan dan muridmu ini mencokel jendela, melompat masuk dan menyerangku dengan goloknya
Apa lagi artinya itu kalau bukan hendak membunuhku
Masihkah engkau sebagai gurunya masih berpu-pura lagi
Tentu engkau yang menyuruhnya, dan aku yang ingin tahu mengapa kalian hendak membunuhku yang tidak kalian kenal sama sekali?
Tosu itu memang Im Yang Seng-cu, tosu yang menjadi sahabat Kais ar Tang Tai Cung
Kaisar pula yang memberi ijin kepadanya untuk menguasai bukit di sudut kota itu dan di situ didirikan pondok untuk dia melakukan samadhi
Orang pendek itu adalah seorang di antara muridmuridnya atau pengikutnya, juga kaki tangannya, yang bernama Phoa Gu
Phoa Gu ini kebetulan sekali kakak dari komandan regu yang pagi tadi dihajar oleh Kui Eng
Dia Ingin membalas dendam dan hal ini adalah kehendaknya sendiri dan di luar tahunya Yang Seng-cu, oleh karena itu mendengar tuduhan Kui Eng
dia mengerutkan alis nya dan kini dia memandang kepada murid atau anak buahnya itu
Phoa Gu, apa artinya ini
Benarkah engkau hendak membunuh nona ini?
Kini Im Yang Sengcu baru melihat hetapa muridnya itu telah mengalami luka-luka berdarah pada pundak atau pangkal lengan dan pahanya
Suhu, memang benar teecu (murid) ingin membunuhnya akan te tapi iblis betina ini ternjata lihai sekali.
Phoa Gu
kenapa engkau hendak membunuhnya?
Suara lm Yang Seng-cu terdengar marah
Suhu
ia seorang iblis betina yang kejam
Bukan saja ia telah menyiksa adik teecu yang bernama Phoa Ci
akan tetapi la pula yang melapor kepada Pangeran Li Cu Kiat sehingga adik teecu bersama semua regunya mendapat hukuman berat
Teecu hendak membalas dendam kepadanya dan harap suhu membela teecu.
Aih-aih, sekarang aku mengerti!
Kui Eng berseru dan wataknya yang keras dan berani membuat ia tidak perduli bahwa orang itu berada bersama gurunya
Kiranya engkau adalah kakak dari babi gendut kurang ajar itu
Memang aku telah menghajarnya dan aku pula yang menyebabkan dia dlhukum oleh atas annya
Aku masih bersikap murah karena adikmu itu sesungguhnya pantas kalau kubunuh!
Coba lihat dan dengar, suhu! Perempuan ini te rlalu kejam dan sombong
Kalau tidak dibunuh, ia akan menimbulkan kekacauan di kota raja
Bahkan ia telah berhasil merayu Pangeran Li Cu Kiat sehingga pangeran itu membelanya, membuat ia menjadi semakin sombong! Mungkin wanita ini yang oleh suhu disebut-sebut sebagai siluman yang kelak akan menguasai istana.
Hei, jahanam busuk, tutup mulutmu yang menyebar fitnah busuk! Engkaulah yang patut dibasmi!
bentak Kui Eng dan kini ia sudah bergerak menyerang dengan tangan kosong kepada si pendek bernama Phoa Gu itu
Phoa yang mendadak bangkit semangatnya karena di situ te rdapat suhunya, menyambut serangan Kui Eng dengan sambaran golok besarnya
Akan te tapi sekali ini, Kui Eng tidak berniat untuk mengampuninya, la sudah tahu mengapa si pendek ini hendak membunuhnya tadi, maka melihat golok menyambar, ia miringkan tubuh dan sekali tangannya bergerak, te rdengar suara
krek
dan tulang le ngan kanan Phoa Gu patah oleh sabetan tangannya yang dimiringkan
Aduhhh..........J
Golok itu terlepas dan Phoa Gu menyeringai kesakitan sambil memegan lengan kanan yang patah tulangnya dengan tangan kiri
Kui Eng sudah mengambil keputusan untuk membunuh saja Phoa Gu yang curang dan palsu itu
Ia melangkah maju dan tangannya menampar ke arah kepala orang itu
Dukkk!!
Tangan Kui Eng berte mu dengan ujung le ngan baju yang mengandung te naga kuat sehingga Kui Eng te rkejut dan memandang kepada tosu yang menangkisnya dengan mata mencorong
Hemm
kiranya benar pepatah yang mengatakan bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari!
Kalau gurunya sesat, tentu muridnya menjadi jahat
Totiang maju membantu murid yang menyeleweng, berarti totiang juga bukan orang baik.
Siancai......, mulutmu sungguh lancang, nona, dan engkau masih muda akan tetapi engkau sombong sekali
Katakanlah murid pinto bersalah, akan tetapi pinto yang berhak menghukumnya
Bagaimana mungkin pinto membiarkan saja orang lain hendak membunuh murid pinto di depan hidung pinto sendiri
Sudahlah, nona
Kita habiskan urusan sampai di sini saja
Pinto tidak ingin bermusuhan dengan seorang gadis yang masih kekanak-kanakan sepertimu
Silakan pergi menuruni bukit ini.
Enak saja engkau bicara, totiang!
Kui Eng mjadl marah dan penas aran sekali
Tanpa kesalahan apapun, ketika memasuki pintu gerbang kota raja, babi gendut adik kerbau ini menghinaku, hendak merampok harta dan kudaku, bahkan kurang ajar sekali hendak menggerayangi tubuhku
Aku menghajarnya, berikut anak buahnya, kemudian muncul pangeran yang menghukumnya Salahkah aku dalam urusan itu
Kemudian, kerbau ini memasuki kamarku seperti maling, menggunakan goloknya membacok aku yang sedang tidur
Untung aku dapat menangkis nya dan mengejarnya sampai ke sini
Salahkah aku kalau sekarang aku hendak membalas dan membunuhnya
Dan engkau membelanya, melindunginya!
Im Yang Sengcu juga menjadi marah ju ga
Dia seorang yang te rpandang, bahkan Kaisar Tang Tai Cung menghargainya sebagai seorang sahabat dan penasihat
Semua orang di is tana, bahkan di kota raja menghormatinya Akan tetapi gadis ini bersikap demikian tinggi hati, tidak menghormatinya sama sekali, bahkan mengeluarkan kata-kata keras dan mencelanya!
Nona
pinto Im Yang Sengcu adalah sahabat dan penas ihat Kaisar! Engkau berani bersikap seperti ini terhadap pinto
Kalau pinto tidak mengalah, sebagal seorang tingkatan lebih tua te hadap seorang gadis muda, apa kaukira sekarang engkau masih dapat bernapas
Siapakah engkau ini yang begini sombong?
Totiang, urusan antara manusia tidak dite ntukan oleh kedudukannya, melainkan oleh benar dan salah
Totiang boleh jadi berkedudukan tinggi, siapa perduli akan hal itu
Yang penting adalah benar atau salah, bukan kedudukan tinggi atau rendah
Namaku adalah Cian Kui Eng, dan bagiku, siapapun dia kalau bersalah tentu akan kute ntang, tidak perduli pangkatnya!
Siancai .........
engkau she Cian
Hemmm, mengingatkan pinto akan keluarga Kerajaan Sui yang te lah lenyap
Menurut perbintangan, istana kerajaan Tang terancam oleh wanita dari marga Cian keturunan keluarga Kerajaan Sui
Hemm, nona Cian Kiri Eng, te rpaksa pinto harus menahanmu
Kalau kelak menurut pemeriksaan, engkau tidak bersalah, pasti kami bebaskan
Kemunculanmu di kota raja mendatangkan keributan, memang engkau patut dicurigai.
Tosu jahat! Engkau membela muridmu dan hendak menangkap aku?
bentak Kui Eng
Engkau seorang pendeta, membela pembunuh dan perampok?
Pinto tidak membela siapa-siapa, akan tetapi demi keamanan kerajaan, pinto harus menangkap engkau dan menyelidiki dulu, apa maksudmu datang ke kota raja ini.
Tosu busuk!
bentak Kui Eng dan iapun menerjang tosu itu
Im Yang Seng-cu mengelak karena maklum bahwa pukulan gadis itu sama sekali tidak boleh dipandang ringan
Justeru kelihaian gadis itu yang diketahuinya ketika dia tadi menangkis serangan Kui Eng kepada muridnya, yang membuat dia menjadi curiga
Bukan semata membela muridnya kalau dia kini ingin menangkap Kui Eng melainkan kecurigaan itulah
Baru saja ada orang-orang berusaha membunuh Kaisar, maka kehadiran seorang gadis yang begini lihai di kota raja, apa lagi yang berani menghajar para penjaga pintu gerbang, memang patut dicurigai
Wuuuttt .....plakkk
ketika dia membalas serangan gadis itu dengan sambaran ujung le ngan bajunya yang mengirim totokan ke arah dada, Kui Eng menangkis dan keduanya te rdorong ke belakang
Im Yang Seng-cu terkejut bukan main, dan Kui Eng juga menjadi semakin penasaran melihat kehebatan lawan, iapun maju lagi dan menyerang dengan ilmu silat Sin-liong-ciang-hoat (Silat Naga Sakti) yang merupakan ilmu andalan ayahnya
Memang hebat sekali ilmu silat ini
Ge rakannya bagaikan seekor naga bermain-main di angkasa
Im Yang Sengcu juga seorang yang lihai sekali, banyak pengalamannya
Kini, melihat ilmu silat gadis itu, diam-diam dia te rkejut
Ilmu silat yang amat dahsyat, pikirnya
Karena merasa bahwa kalau hanya mengandalkan ilmu silatnya sendiri, akan sukar baginya untuk mengalahkan gadis itu, maka begitu melihat para pembantu yang juga menjadi muridnya berdatangan dari dalam dan mengepung gadis itu, dia tidak melarang mereka, bahkan Im Yang Seng-cu yang ingin menangkap gadis yang baginya amat mencurigakan itu lalu mulai mengeluarkan suara bernyanyi! Itu merupakan tanda bagi para muridnya yang kemudian sambil mengepung dan bergerak mengeliling gadis yang masih saling serang dengan Im Yang Seng-cu untuk mulai bernyanyi pula
Suara nyanyian mereka aneh karena suara mereka tidak senada, namun lagunya sama
Lagu sama yang dinyanyikan oleh sembilan orang yang nada suaranya berbeda-beda itu mendatangkan kepeningan hebat di kepala Kui Eng
Dia te rkejut sekali, berusaha mengerahkan sin-kang untuk melawan pengaruh nyanyian aneh itu
Namun hanya menolong sedikit dan gerakan tangannya mulai kacau
Kui Eng terkena tamparan ujung le ngan baju lawan, dan untung sin-kangnya kuat sehingga totokan dengan lengan baju itu tidak membuatnya roboh, hanya te rgetar sedikit
Ia te rhuyung dan cepat ia meloncat ke belakang sambil mencabut pedangnya! Kui Eng mengamuk, memutar pedangnya dan para murid Im Yang Seng-cu menjadi jerih dan mundur
Kesempatan ini dipergunakan oleh Kui Eng untuk melarikan diri dari puncak buktt itu
Kejar! Tangkap.......!!
Im Yang Seng-cu berseru dan bersama anak buahnya, dia melakukan pengejaran
Sambil melakukan pengejaran, sembilan orang itu tetap bernyanyi
Nyanyian ini bukan sembarang nyanyian, melainkan nyanyian yang mengandung kekuatan sihir dan suara inilah yang menyiksa Kui Fng
Kalau ia tidak memiliki sin-kang yang kuat, te ntu ia sudah roboh karena pusing oleh suara nyanyian itu, Suara itu seolah te rus mengejarnya, seolah mereka berada dekat sekali di belakangnya
Padahal, mereka itu tidak dapat te rlalu dekat menyusulnya karena dalam hal ilmu meringankan tubuh, para murid Im Yang Seng-cu jauh ketinggalan dibandingkan Kui Eng
Mungkin Im Yang Seng-cu sendiri akan dapat menyusul Kui Eng
akan te tapi tosu ini maklum akan kelihaian Kui Eng sehingga dia tidak berani sembarangan menyusul seorang diri saja tanpa bantuan para muridnya
Kui Eng merasa bingung, la sudah tiba di kaki bukit kecil itu akan te tapi mereka masih te rus mengejamya
Kembali ke rumah penginapan tiada gunanya karena ia tahu bahwa tosu itu memiliki pengaruh besar
Menurut pengakuannya, dia adalah panasihat dan sahabat kaisar, tentu kekuasaannya besar
Akan tetapi ke mana ia harus melarikan diri
Keluar dari kota raja pada malam hari begini tidak mungkin, te ntu menimbulkan kecurigaan dan ia akan dikeroyok oleh para penjaga
Entah bagaimana, kakinya membawanya lari menuju ke istana bekas tempat tinggal ayahnya! Ketika berada di belakang pagar tembok rumah itu, ia melompat dan untung baginya bahwa te rnyata rumah itu hanya dijaga di bagian depan saja, tidak ada penjaga meronda di sekelilingnya, la tiba di taman bunga yang gelap dan sunyi, lalu ia cepat menyelinap di antara pohon bunga, menghampiri rumah besar itu
Teringatlah ia bahwa memang mempunyai niat untuk mengunjungi bekas rumah ayah ibunya ini dan menengok kamar ibunya di mana ia dilahirkan! Kebetulan sekali la berlari dan bersembunyi di situ
Akan te tapi ia harus berhatihati karena siapa tahu, penghuni istana itu juga akan memusuhinya
Ketika ia herindap-indap menyelinap ke bagian belakang istana, ia melihat penerangan menyorot keluar dari sebuah kamar
Agaknya penghuni kamar itu belum tidur dan lampu yang te rang dari dalam kamar itu menyorot keluar melalui celahcelah jendela
Ia menghampiri jendela dan mengintip
Jantungnya berdebar te gang, akan tetapi juga lega ketika melihat bahwa yang duduk membaca kitab di dalam kamar itu adalah seorang pemuda tampan yang bukan lain adalah pangeran yang pagi te lah mrmbelanya ketika ia dikepung penjaga di pintu gerbang! Ah, kiranya pangeran itu yang kini penghuni bekas istana ayahnya!
Tiba-tiba pangeran itu menoleh ke arah jendela dan Kui Eng cepat menyelinap ke samping agar jangan nampak bayangannya
Namun, sedikit kelihatan di luar je ndela itu sudah cukup bagi pangeran Li Cu Kiat yang lihai untuk mengetahui bahwa di luar je ndelanya terdapat orang yang mengintainya
Siapa itu di luar jendela?
tegurnya halus
Kalau engkau musuh, tidak mungkin karena aku tidak pernah mempunyai musuh
Kalau engkau pencurl, engkau salah masuk karena rumah ini biarpun besar, tidak mempunyai barang berharga untuk dicuri
Kalau engkau sahabat, masuklah
Plntu kamarku tidak dikunci dan aku siap menerima kunjungan seorang sahabat setiap saat.
Mendengar urapan itu, Kui Eng berpikir, yakin bahwa pangeran ini bukan orang jahat, bahkan bukan orang sembarangan, gagah dan adil
Dan dia seorang pangeran
Kalau ia membutuhkan bantuan, kiranya hanya pangeran ini yang akan membantunya karena te ntu kekuasaannya tidak kalah dibandingkan kekuasaan Im Yang Seng-cu
Tidak ada salahnya untuk mencobanya, karena ia tak tahu siapa lagi yang akan mampu menolong dari ancaman tosu yang lihai itu Maka, dengan jantung berdebar penuh ketegangan, ia lalu menghampiri pintu kamar itu dan perlahan-lahan mendorong daun pintunya te rbuka, Ia melihat pangeran itu masih duduk seperti tadi membaca kitab dengan punggung membelakangi pintu
Kui Eng memandang kagum
Betapa te nangnya! Betapa tabahnya! dan penuh kepercayaan kepada diri sendiri
Maafkan aku, pangeran.
Pangeran Li Cu Kiat tersentak kaget dan bangkit berdiri sambil memutar tubuhnya
Matanya te rbelalak dan bersinar-sinar, wajahnya berseri ketika dia mengenal siapa yang membuka pintu dan menegurnya
Sungguh sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa bayangan yang nampak di luar jendela adalah gadis yang pagi tadi menimbulkan kekagumannya di pintu gerbang kota raja
Kalau yang muncul itu seorang raksasa misalnya, dia tidak akan sekaget itu, namun kejutan ini bukan tidak menyenangkan hatinya
Dia dapat segera mengatasi kekagetannya dan te rsenyum ramah
Aih, kiranya engkau, nona
Selamat malam dan silakan duduk
Angin apakah gerangan yang meniupmu malam-malam begini datang berkunjung melalui je ndela?
Wajah Kui Eng menjadi kemerahan
Tentu saja ia merasa salah tingkah karena te rsipu dan rikuh sekali
Seorang gadis berkunjung ke kamar seorang pemuda, malam-malam tanpa diundang seperti maling
Bayangkan itu!
Sekali lagi maaf
Pangeran
Saya ....
aku....
te rpaksa melakukan ini ....
aku .......dikejarkejar.......
Tiba-tiba nampak bayangan berkelebat, Kui Eng cepat membalikkan tubuh dan siap siaga menghadapi serangan
Akan tetapi ia te rbelalak melihat bahwa yang berkelebat masuk itu seorang nenek tua renta yang memegang sebatang tongkat kepala naga
Nenek itu tentu sudah hampir delapanpuluh tahun usianya, akan te tapi melihat gerakannya ketika memasuki kamar itu, jelas dapat diduga bahwa nenek ini memiliki kepandaian tinggi
Cu Kiat, apa yang te rjadi
Siapa nona ini
Tadi aku melihat bayangan berkelebat di taman bunga, kiranya nona ini yang masuk?
Nenek itu mengerutkan alisnya dan kelihatan tidak senang kali, memandang kepada pangeran itu dengan pandang mata bengis
Nenek......aku....
aku......
Pangeran itu sendiri nampak gugup melihat munculnya nenek galak itu begitu tiba-tiba, padahal dia yakin bahwa neneknya amat sayang kepadanya, bahkan neneknya inilah yang memanjakannya dan neneknya pula yang mengajarkan ilmu silat kepadanya
Neneknya adalah seorang wanita yang sakti
Dahulu ketika mudanya ia adalah seorang pendekar wanita yang disegani orang
Bahkan Kaisar Tang Tai Cung yang lihai itupun hormat dan segan kepada bibinya ini
Melihat sikap pangeran itu yang ketakutan, Kui Eng segera berkata
Nenek, semua ini bukan kesalahan pangeran
Ia tidak tahu apa-apa, akulah yang masuk ke sini tanpa ijin.....
Huh! Kalau begitu, tentu engkau bukan orang baik-baik!
Berkata demikian, nenek itu menggerakkan tongkatnya ke arah kepala Kui Eng
Serangan itu sedemikian cepat dan kuatnya sehingga mengejutkan hati Kui Eng, namun dengan sigapnya ia dapat meloncat ke samping dan menghindarkan diri dari hantaman tongkat berkepala naga itu
Akan tetapi, biarpun hantamannya luput, tongkat itu seperti hidup saja telah membalik dan menotok ke arah dada Kui Eng
Kembali gadis ini menghindar cepat sambil menyabetkan tangannya menangkis
Tongkat itu te rpental, akan tetapi kembali melayang balik dan kini menyambar dengan sapuan pada kedua kaki Kui Eng
Gadis itu meloncat ke atas
Nenek, tahan dulu
.
!
Pangeran Li Cu Kiat meloncat ke depan dan menghalangi neneknya menyerang terus
Minggir kau
Cu Kiat! Ia mampu menghindarkan diri dengan mudahnya dari rangkaian jurusku Naga Menyusup Tiga Langit, berarti ia seorang penjahat yang amat lihai dan berbahaya!
kata nenek itu sambil melintangkan tongkatnya di depan dada dan memasang kudakuda yang kokoh kuat
Sabarlah, nek, harap nenek bersabar dan dengarkan dulu keteranganku
Nona ini memang lihai sekali, akan te tapi ia sama sekali bukan penjahat!
Nenek itu mengerutkan alisnya
Bukan penjahat
Lalu kenapa malam-malam begini masuk ke sini tanpa ijin seperti pencuri.
Tadi ia telah minta maaf dan sedang menceritakan mengapa ia datang malam-malam begini
Karena terpaksa, katanya dikejar-kejar, akan tetapi belum selesai bercerita, keburu nenek muncul dan marah-marah
Sebaiknya kalau kita dengark penjelasannya, nek
Duduklah, nek
dan kau juga nona.
Pangeran itu lalu menutupkan daun pintu kamarnya yang besar dan luas
Baik
aku dengarkan
Akan te tapi penjelasanmu itu haruslah benar, kalau bohong, awas kau! Keluarga kami memang tidak suka bermusuhan dengan siapapun, akan itu bukan berarti bahwa kami takut menghadapi orang jahat!
Nenek itu mengomel
Kui Eng tidak marah, bahkan ia memandang kagum kepada nenek itu
Sudah begitu tua namun masih gagah, dan sikapnya yang keras itu tiada bedanya dengan sikap ayahnya
Keras kepala, berani namun juga jujur dan tidak suka mengakui kelemahan sendiri!
Nah, sekarang ceritakan, nona
kenapa engkau malam-malam begini datang ke sini?
tanya Pa ran Li Cu Kiat dengan sikap yang lembut
Seperti kukatakan tadi
Pangeran, aku terpaksa melakukan ini
Harap maafkan kelancanganku ini
Kalau tidak terpaksa sekali, aku tidak berani ..
ah, sudahlah, aku bukan seorang cengeng yang suka merengek-rengek meminta ampun
Aku sedang dikejar-kejar ole h Im Yang Sengcu dan beberapa orang anak buahnya.
Nenek dan cucunya itu terkejut, saling pandang, kemudian mereka memandang wajah gadis itu dengan penuh keheranan
Si dukun le pus itu?
nenek itu berseru dan sebutan ini saja sudah menunjukkan bahwa nenek ini tidak suka kepada Im Yang Sengcu
Mau tukang sihir itu mengejar-ngejarmu?
Dia hendak menangkapku.
Akan te tapi kenapa dukun le pus itu hendak menangkapmu?
nenek itu mengejar
Nek, sebaiknya kita membiarkan nona ini bercerita dari awal agar semuanya te rjawab,
kata pangeran itu dan neneknya mengangguk tak sabar
Pangeran, semua ini masih ada hubungann dengan peris tiwa pagi tadi di pintu gerbang
Kui Eng memulai dan nenek itu sudah menyambarnya lagi
Peristiwa apa pagi tadi di pintu gerbang?
Kui Eng tanu bahwa watak nenek yang keras ini tidak daoat dibantah lagi dan ia harus menceritakan semuanya dengan je las
Pagi tadi, aku menunggang kuda memasuki pintu gerbang kota raja,
Kui Eng mulai bercerita
Tiba-tiba komandan regu yang se perti babi dan belasan anak buahnya menghadangku
Aku diajak masuk gardu penjaga dan di situ, si babi hendak merampas barang-barang perhiasanku dan merampas pula kudaku
Bukan itu saja, dia hendak menggerayangi tubuhku dengan alas an hendak menggeledah karena mencurigai aku......
Jahanam keparat! Komandan regu macam itu harus dihajar sampat rontok semua giginya!
teriak nenek itu
Sudah kulakukan itu nek,
kata Kui Eng
Apa .....?
Nenek itu te rbelalak
Kui Eng te rsenyum
Sudah kulakukan itu, sudah kuhajar dia dan kurontokkan semua giginya
juga kupatahkan kedua tulang le ngannya dan semua anak buannya kuhajar dengan cambuk kuda.......
Bagus! He h-heh-heh-heh, bagus sekali!
Nenek bersorak gembira
Dalam keributan itu
muncul pangeran.....ini dan dia menangkap si babi dan semua anak buahnya dan menyuruh hukum mereka.
Bagus! Ini baru cucu nenek namanya!
nenek itu memuji dan mengetuk-ngetukkan tongkatnya atas lantai
Harap kaulanjutkan, nona.
kata Pangeran Li Cu Kiat Kui Eng lalu menceritakan tentang peristiwa tadi, munculnya seorang bernama Phoa Gu yang hendak membunuhnya dengan golok dengan mencokel jendela kamarnya
Aku berhasil menangkis serangannya dan dia melarikan diri
Kubayangi dia karena aku ingin tahu siapa yang menyuruhnya
Dia lari ke bukit itu dan tiba di depan tempat tinggal Im Yang Seng-cu
Ketika aku hendak membunuh Phoa Gu, Im Yang Sengcu mencegah dan ternyata Phoa Gu itu adalah muridnya .....
Wah
dukun le pus tukang sihir itu! Sejak semula aku memang sudah tldak suka dan tidak percaya padanya
Akan te tapi, Sribaginda agaknya telah kena disihir sehingga mempercayai dukun le pus itu
Membuatkan obat panjang umur sampai seribu tahun
Phuah, omong kosong
Jadi, dia yang menyuruh muridnya untuk membunuhmu?
Agaknya bukan dia
Dari pembicaraan mereka, aku mengetahui bahwa Phoa Gu itu adalah kakak si komandan regu yang sengaja hendak membalas dendam kepadaku, bukan disuruh oleh gurunya
Biarpun demikian, Im Yang Sengcu tetap melindungi muridnya itu, bahkan kemudian berkeras hendak menangkap aku dengan alasan bahwa dia mencurigai aku sebagai mata-mata musuh atau pemberontak
Kami bertanding
Setelah dia tidak mampu mengalahkan aku, lalu dia mengerahkan anak buahnya dan menggunakan nyanyian sihir
Aku tidak tahan mendengar suara itu dan terpaksa melarikan diri dan mereka mengejar-ngejarku
Itulah sebabnya aku nekat masuk ke sini dan menyembunyikan diri.
I m Yang Sengcu tidak mampu mengalahkanmu, nona
Bukan main, kalau begitu engkau adalah seorang gadis yang lihai sekali !
seru Pangeran Li Cu Kiat kagum
Hem
engkau memang seorang gadis pemberani
Siapa namamu?
Nenek Itu bertanya
Sebelum Kui Eng menjawab te rdengar langkah kaki te rgesa menghampiri ruangan itu
Pangeran Li Cu Kiat memberi is yarat kepada Kui Eng untu k berdiam diri dan diapun menghampiri pintu yang tertutup
Siapa di luar?
tanyanya
Pangeran, maafkan kalau hamba mengganggu
kata suara seorang penjaga yang biasa bertugas jaga di luar gedung bersama te man-temannya
Totiang Im Yang Seng-cu datang dan ingin menghadap paduka
Dia dan rombongannya hamba persilakan menunggu di ruangan tamu.
Pangeran itu memandang neneknya, lalu berkata
Baik, katakan aku akan menerimanya dan suruh dia menunggu sebentar.
Baik, pangeran,
kata penjaga itu yang segera pergi keluar kembali
Terdengar langkah kaki le mbut menghampiri ruangan itu dan Pangeran Li Cu Kiat yang sudah hafal akan langkah itu, bergumam,
I bu datang.
Dia lalu membukakan pintu sebelum terketuk dan masuklah seorang wanita cantik yang berusia mendekati lima puluh tahun dengan sikap anggun
Wanita cantik itu tidak heran melihat ibunya berada dikamar pute ranya, akan te tapi ia te rbelalak memandang kepada gadis cantik yang berada di kamar pula
Cu Kiat
apa artinya Ini
Siapa gadis ini?
Nenek itu berkata kepada cucunya,
Cu Kiat pergilah menemui dukun le pus itu
Aku yang akan menerangkan kepada ibumu, dan aku nanti menyusul
Cu Kiat mengangguk, kemudian diapun keluar dari dalam kamar itu, langsung menuju ke ruangan tamu
Nenek itu dengan singkat bercerita kepada pute rinya tentang Kui Eng dan seperti juga pute ranya dan ibunya, wanita itu segera memperlihat sikap melindungi dan membela Kui Eng
Tosu itu memang kurang ajar
Karena mendapat angin dari adinda Kaisar, dia menjadi besar kepala
Aku memang selalu curiga bahwa dia te ntu akan berusaha untuk memperbesar kekuasaannya di is tana
Sebaiknya kalau ibu menemani Cu Kiat, biar aku yang membawa nona ini bersembunyi di kamarku.
Nenek itu mengangguk, kemudian iapun keluar dari kamar cucunya
Ketukan tongkatnya berdetak-detak ketika ia menuju ke ruangan tamu yang berada di bagian depan gedung itu
Melihat munculnya Pangeran Li Cu Kiat, Im Yang Sengcu lalu bangkit dari te mpat duduknya dan memberi hormat dengan merangkapkan kedua tangan depan dada
te rsenyum ramah dan berkata dengan suara sopan
Harap paduka suka memaafkan pinto, pangeran, kalau pinto mengganggu waktu paduka malam-malam begini karena pinto mempunyai keperluan penting sekali untuk dibicarakan dengan paduka.
Pangeran Li Cu Kiat membalas penghormatan itu
memandang ke arah belasan orang anak buah tosu itu yang juga membungkuk dengan hormat, lalu dia berkata dengan suara yang mengandung te guran
Totiang, untuk menghadap dan bicara dengan aku perlukah totiang membawa anak buah sebanyak ini?
Pangeran Itu memandang kepada belasan orang pengikut Im Yang Sengcu dan melanjutkan,
Atau barangkali belasan orang inipun mempunyai keperluan penting untuk dibicarakan dengan aku?
Melibat sikap dan mendengar suara yang nada penuh teguran itu, Im Yang Sengcu lalu memberi is yarat kepada anak buahnya dan berkata,
Kalian menunggu di luar saja!
Belasan orang itu memberi hormat kepada Pangeran Li Cu Kiat lalu keluar dari ruangan itu
Nah, sekarang ceritakan, keperluan penting apakah itu yang hendak totiang bicarakan dengan aku
Setahuku, selama ini kami sekeluarga tidak mempunyai urusan dengan totiang.
Slancai, harap paduka pangeran suka memaafkan kalau pinto mengganggu
Sesungguhnya, demi keamanan dan keselamatan paduka sekeluargalah maka pinto memberanikan diri datang menghadap malam-malam begini
Ketahuilah bahwa pinto dan para murid sedang mengejar seorang wanita jahat, seorang yang kami curigai sebagal mata-mata musuh atau pemberontak.
Pangeran Li Cu Kiat mengerutkan alisnya
Totiang, apa hubungann ya totiang mengejar penjahat dengan keluarga kami?
Kami mengejar penjahat itu dari bukit kami dan ia melarikan diri lalu masuk ke dalam pekarangan istana paduka ini, dan lenyap disini
Hemm, totiang!
Li Cu Kiat berkata penasaran
Apakah totiang hendak mengatakan bahwa penjahat itu tinggal di istana kami?
Ah, mana pinto berani menuduh seperti itu
Pinto hanya mengatakan bahwa ia lari dan menghilang di sini
Karena khawatir ia mengganggu keselamatan keluarga paduka, maka pinto memberanikan diri menghadap untuk memberi tahu kepada paduka.
Pada saat itu terdengar bunyi ketukan tongkat nenek pangeran itu dan orangnya muncul dari pintu dalam
Melihat nenek ini, Im Yang Seng-cu cepat bangkit berdiri dan memberi hormat
Baru dua kali dia pernah berte mu dengan nenek itu dan dia tahu bahwa Kaisar sendiri menghormati bibinya ini, maka diapun selalu menghormati nenek yang agaknya meremehkan dirinya itu
Song-twanio (Nyonya Besar Song)
Selamat malam
Maafkanlah pinto mengganggu ketenangan istana twanio malam Ini.
Nenek Itu mendekat, memandang penuh perhatian lalu berkata
Aih
kiranya dukun le pus ahli sihir Im Yang Sengcu yang datang
Apakah engkau hendak meramalkan nasib cucuku
Cu Kiat, serahkan saja nasib keluarga kita kepada Tuhan dan jangan mempercayai omongan segala macam tukang ramal dan tukang sulap!
Mendengar ucapan yang nadanya mengejek dan merendahkan dirinya itu, wajah I m Yang Seng-cu menjadi merah dan hatinya mendongkol bukan main
Kalau tidak ingat bahwa nenek ini adalah bibi Kaisar dan selain itu juga lihai, tentu sudah didampratnya nenek itu
Twanio, kedatangan pinto ke sini dengan maksud baik, untuk menjaoa keamanan dan keselamatan keluarga twanio
Hendaknya diketahui bahwa pinto mengejar seorang penjahat dan ia lari masuk dalam istana twanio ini.
Apa katamu
, Penjahat masuk ke rumah kami
Cu Kiat, kebohongan apa ini yang dikatakannya?
Nek, totiang ini mengatakan bahwa ia mengejar seorang gadis yang katanya merupakan seorang mata-mata musuh atau pemberontak.
I m Yang Seng-cu, jaga mulutmu baik-baik!
Nenek itu marah dan mengamangkan tongkatnya
Kau mau bilang bahwa kami memberontak?
Ah, tidak sama sekali, twanio
' Im Yang Sengcu berseru kaqet
Pinto hanya mengatakan bahwa pinto telah mengejar seorang gadis dan ia telah melarikan diri
Ketika pinto mengejarnya untuk menangkap dan menyeretnya ke pengadilan, ia melarikan diri dan meloncati pagar tembok istana ini
Karena khawatir ia melakukan kejahatan dan mengganggu keluarga twanio, maka pinto memberanikan diri menghadap untuk memberi tahu.
Engkau mengejar-ngejar seorang gadis dan tidak mampu menangkapnya
Aneh! Dan bagaimana pula engkau mengatakan bahwa gadis itu jahat
Apa saja yang telah ia lakukan?
tanya pula Nyonya Song, nenek itu
Nyonya Song ini dahulunya seorang pendekar wanita
Puterinya menikah dengan Pangeran Li Seng Tek kakak Pangeran Li Si Bin yang kini menjadi kaisar dan mempunyai seorang anak laki-laki, yaitu Pangeran Li Cu Kiat
Gadis itu mencurigakan sekali, dan kejam, twanio,
kata Im Yang Seng-cu
la telah mengamuk dan melukai banyak perajurit, bahkan hampir saja ia membunuh murid pinto .......
Ah, kiranya engkau mengejar-ngejar gadis yang dikeroyok oleh para penjaga pintu gerbang tadi pagi, totiang?
Li Cu Kiat berseru
Kalau begitu, engkau keliru besar
Akulah yang menyebabkan para penjaga itu dihukum, karena mereka bertindak sebagai perampok, bukan sebagai perajurit kerajaan.
Hemm, kalau muridmu membela regu yang bertindak seperti perampok, berarti muridmu itu juga jahat, dan kalau sekarang engkau membela muridmu itu, sungguh membuat kami curiga bahwa engkau bukanlah orang baik-baik, Im Yang Seng-cu!
kata pula si nenek
Mendengar ini, Im Yang Sengcu bangkit berdiri dan matanya mencorong marah
Berani sekail nenek dan cucunya ini menghinanya!
Pangeran dan Twanio, tidak ada gunan ya lagi kita berdebat, kalau benar ji-wi (kalian) tidak menyembunyikan gadis pemberontak itu, buktikan dan biarkan pinto dan para murid pinto melakukan pencarian dan penggele dahan di dalam rumah ini!
Dukkk!!
Tongkat nenek itu dihentakkan di atas lantai sehingga lantai itu berlubang
Keparat kau dukun le pus! Coba, hendak kami lihat apakah engkau berani melakukan penggele dahan di rumah kami! Kupukui kepalamu sampai lumat!
Pangeran Li Cu Kiat juga berdiri menghadapl tosu itu
Im Yang Seng-cu siapapun te rmasuk engkau tidak boleh bertindak sewenang-wenang te rhadap kami! Hanya Sribaginda Kaisar saja yang boleh memerintahkan penggeledahan.
Ananda Kaisar sekalipun akan berpikir dua kali untuk menghinaku!
nenek Song berte riak
Dan engkau, dukun le pus, tukang sulap dan sihir ini berlagak di depanku
Hayo pergi kau, atau kukemplang kepalamu sampai hancur berentakan!
De ngan muka sebentar merah sebentar pucat, Im Yang Sengcu menahan kemarahan hatinya
Baik, akan pinto laporkan kepada Sribaginda Kaisar bahwa rumah ini melindungi seorang pemberontak!
katanya sebelum pergi
Laporkan, dan kami akan melaporkan bahwa kau melindungi regu yang menyeleweng dan bertindak sebagai perampok! Ingin kami lihat, engkau atau kami yang akan didengarkan oleh Pamanda Kaisar
kata Pangeran Li Cu kiat marah
Im Yang Sengcu berdiri dengan muka merah dan mata mencorong
Hampir saja dia tidak dapat nhan kemarahannya
Ingin rasanya menerjang dan membunuh orang-orang yang berani memandang rendah dan menghinanya itu
Akan tetapi dia maklum bahwa kalau dia melakukan hal itu
maka bencana besar akan menimpanya
Belum tentu dia akan mampu mengalahkan nenek dan cucunya itu
Andaikata dapat mengalahkan dan membunuh merekapun dia akan memikul tanggung-jawab besar terhadap Kaisar
Dengan marah diapun membalikkan tubuhnya pergi dari situ tanpa pamit lagi
Di luar.dia memberi isyarat kepada para muridnya untuk pergi
Di sebelah dalam rumah gedung itu
Kini Kui Eng duduk berhadapan dengan mereka bertiga, Pangeran Li Cu Kiat, ibunya, dan neneknya
Setelah mendengar bahwa Im Yang Sengcu telah dapat diusir pergi, gadis itu cepat mengangkat kedua tangan di depan dada
Terima kasih banyak atas pertolongan sam-wi (kalian bertiga) Tanpa pertolongan itu, mungkin aku sudah te rtawan mereka.
Hem, gadis muda
Engkau sungguh pemberani, mengingatkan aku akan masa mudaku dahulu
Engkau berani memasuki kota raja, melawan regu penjaga, bahkan berani menentang Im Yang Sengcu, dan berani pula memasuki rumah kami untuk berse mbunyi
Siapakah engkau sebenarnya
Dan mengapa engkau datang ke kota raja?
N enek Song bettanya dan bersama puteri dan cucunya, ia memandang tajam penuh selidik
Kui Eng menghela napas panjang
Tidak pantas kalau ia merahasiakan dirinya terhadap keluarga yang te lah menyelamatkannya ini
Mungkin akibatnya akan tidak menguntungkan baginya kalau ia mengaku, akan te tapi ia tidak akan bersikap pengecut, yang hanya karena ingin mengamankan diri sendiri harus bersikap pengecut dan tidak jujur terhadap para penolongnya
N amaku Cian Kui Eng.....
Marga Cian ......?
' Nenek Song berseru kaget dan te ringat akan ukiran huruf CIAN di dinding bagian depan istana itu
Nah, mulai sudah, pikir Kui Eng
Sudah kepalang, ia harus melangkah te rus
Benar, aku bermarga Cian, aku lahir di dalam gedung ini dan ayahku adalah bekas Pangeran Cian Bu Ong.
Ahhh.......!!
Seruan ini keluar dari tiga mulut itu dan mereka bertiga memandang wajah Kui Eng dengan mata terbelalak kaget
Jadi kalau begitu ....
engkau ini benar-benar pemberontak ....
atau anak pemberontak
Cian Bu Ong adalah seorang pemberontak!
kata Nyonya Janda Li Seng Tek, ibu Cu Kiat
Kui Eng memandang nyonya itu dengan sikap te nang namun sinar matanya mengandung penas aran,
Maaf, bibi
Andaikata Kerajaan Tang ini dijatuhkan orang luar, kemudian Pangeran Li Cu Kiat putera bibi ini
melakukan perlawanan untuk merebut dan mendirikan lagi Kerajaan Tang yang jatuh, tentu kerajaan baru akan menudingnya sebagai seorang pemberontak
Akan tetapi, demi keadilan, benarkah dia seorang pemberontak
De mikian pula dengan ayahku
Ketika Kerajaan Sui jatuh, ayah bangkit dan berusaha untuk mendirikan kembali kerajaan itu
Jahatkah perbuatan ayah itu
Bagi Kerajaan Tang, mungkin dia dianggap perusuh dan pemberontak, akan te tapi bagi Kerajaan Sui, ayah dianggap sebagai seorang patriot pejuang sejati!
Pangeran Li Cu Kiat memandang kagum kepada gadis itu
Gadis yang hebat, pikirnya
Dan ucapannya itu mengandung kebenaran mutlak
Dia sendiri muak dengan perebutan kekuasaan, di istana
Akan tetapi, bagaimanapun juga, berarti ayahmu itu memusuhi kami keluarga Tang!
seru ibunya
Dan kau.....
kau pute rinya, tentu engkau memusuhi pula kami .....
Kui Eng menggeleng kepalanya
Sama sekali tidak, bibi
Ayah telah menyadari bahwa Kerajaan Sui telah jatuh dan musna, bahwa memang sudah ditakdirkan bahwa tanah air dan bangsa dipimpin oleh kerajaan baru, yaitu Kerajaan Tang
Ayah telah menerima kenyataan ini dan buktinya, sampai kini ayah tidak pernah membuat gerakan lagi
Aku sendiri masih seorang anak kecil berusia dua tahun ketika pergantian kekuasaan terjadi, dan aku sama sekali tidak mencampuri urusan itu.
Aih, jadi engkau ini pute ri Cian Bu Ong
Aku masih ingat
Ketika aku masih berkecimpung di dunia persilatan, Cian Bu Ong merupakan seorang pendekar muda yang gagah perkasa, di samping kedudukann ya sebagai seorang pangeran dan panglima
Jadi dia sekarang telah dapat menerima kenyataan yang ditakdirkan Tuhan
Bagus sekali! Di mana dia sekarang?
tanya nenek Song
Ayah bersama ibu kini pergi merantau ke Himalaya,
jawab .Kui Eng
Nona, kami gembira sekali mendengar bahwa engkau dan ayahmu tidak memusuhi keluarga Kaisar Tang
Akan te tapi, kalau boleh kami mengetahui, apakah engkau mempunyai kepentingan khusus berkunjung ke kota raja ini
Barangkali kami dapat membantumu?
Tentu saja.Kui Eng tidak mau mengaku bahwa ia hendak membantu Thian Ki untuk mencari dan merampas Liong-cu-kiam dari gudang pusaka kerajaan,
Aku sedang mencari suhengku.
Ah, suhengmu juga berada di kota raja
Siapakah namanya7 Siapa tahu aku akan dapat membantumu mencarinya,
kata Cu Kiat
Melihat sikap dan perhatian puteranya terhadap gadis itu nyonya Li dan nenek Song saling pandang dan te rsenyum
Sudah lama mereka berdua membujuk Li Cu Kiat untuk segera menikah, akan tetapi pangeran yang usianya sudah duapuluh lima tahun ini sellu menolak dengan mengatakan bahwa dia belum tertarik kepada wanita
Dan sekarang, melihat sikapnya
jelas bagi kedua orang wanita itu bahwa Pangeran Li Cu Kiat agaknya jatuh hati, atau setidaknya amat kagum dan te rtarik kepada Cian Kui Eng
Suheng bernama Coa Thian Ki
Aku sendiri tidak tahu apakah dia s ekarang berada di kota raja ataukah tidak, akan te tapi ketika pergi, dia merencanakan untuk berkunjung ke kota raja
Karena ayah dan ibu juga pergi merantau ke barat, aku merasa kesepian di rumah sendiri lalu pergi menyusul dan mencari suheng di sini
Tidak kusangka bahwa di pintu gerbang aku diganggu oleh para penjaga sehingga urusannya menjadi berkepanjangan sehingga merepotkan pula kepada keluarga di sini.
Tidak sama sekali, nona
Kami adalah keluarga yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan
Kami sama sekali tidak merasa repot dengan adanya peris tiwa yang menyangkut dirimu,
kata Cu Kiat
Benar sekali, Kui Eng
Kami membelamu karena engkau benar dan untuk sementara ini, sebaiknya kalau engkau bersembunyi dulu di sini
Aku yakin Im Yang Seng-cu tidak akan tinggal diam dan terus mencarimu,
kata Li Hu-Jin (Nyonya Li)
Dan selama tinggal di sini, jangan takut kalau dukun le pus itu berani datang mengganggumu, akan kukemplang kepalanya dengan tongkatku
kata pula nenek Song penuh semangat
Kui Eng berterima kasih sekali
Tak disangkanya bahwa penghuni baru bekas rumah keluarga ayahnya merupakan keluarga bangsawan tinggi yang begini baik terhadap dirinya
Terima kasih atas kebaikan bibi sekeluarga,
katanya kepada Nyonya Li
Akan tetapi, aku sudah menyewa kamar di rumah penginapan ujung kota, dan pakaianku juga masih tertinggal di sana.
Jangan khawatir, nona
Aku akan menyuruh seseorang mengambilnya
Kalau engkau mengambilnya sendiri, aku khawatir Im Yang Sengcu dan anak buahn ya sudah menantimu di sana.
Benar, Kui Eng
Untuk sementara ini, engkau sebaiknya bersembunyi dulu di sini dan jangan keluar
Biar Cu Kiat yang mencarikan suheng mu,
kata N yonya Li
Aih, kenapa sih mesti takut kepada dukun le pus itu
Kalau engkau ingin mengambil sendiri pakaianmu di rumah penginapan, mari kute mani, Kui Eng, dan hendak kulihat dukun le pus itu akan berani berbuat apa!
' Nenek Song berkata dengan penas aran
Ah, aku tidak berani merepotkan dan membuat lelah nenek.
kata Kui Eng
Jangan, nek
Sebaiknya kita tinggal diam dan melihat perkembangannya, tidak perlu membuat ribut dengan Im Yang Sengcu
Aku akan menyuruh orang sekarang juga mengambil pakaian nona Cian Kui Eng.
Akan te tapi, orang suruhan Pangeran Li Cu Kiat itu kembali dan mengabarkan bahwa buntalan pakaian Kui Eng telah dirampas oleh Im Yang Seng dan pemilik rumah penginapan tentu saja tidak berani menentang kehendak tosu sahahat kaisar itu.
Nyonya Li segera menyuruh buatkan pakaian untuk Kui Eng
Ketika gadis ini hendak mengganti dengan uang, ibu pangeran itu menolak dengan ramah
Tentu saja Kui Eng merasa semakin te rharu dan hutang budi kepada keluarga bangsawan yang amat baik dan ramah kepadanya itu
Bahkan nenek Song yang keras hati itupun bersikap amat dan baik kepadanya
Terutama sekali Pangeran Cu Kiat
Sikapnya demikian penuh perhatian dan ramah, juga dari pandang mata pangeran itu KuiEng dengan hati berdebar dapat melihat sikap yang amat mes ra
Mudah saja menduga bahwa pangeran itu telah jatuh cinta kepadanya! oodowoo Biarpun usianya baru empat puluh tahun le bih, namun Kaisar Tang Tai Cung sudah nampak le bih tua dari pada usianya yang sebenarnya
Dia kelihatan seperti orang yang berusia lima puluh tahun saja
Hal ini tidaklah mengherankan kalau diingat betapa sejak muda sekali, dia adalah pejuang yang gigih, yang menghadapi banyak sekali masalah, bahkan te rancam banyak bahaya maut
Kemudian, setelah berhasil menumbangkan Kerajaan Sui dan mengangkat ayahnya, mendiang Kaisar Tang Kao Cu menjadi Kaisar pertama dari Kerajaan Tang, kembali sebagai Pangeran Li Si Bin dia menghadapi banyak cobaan
Perebutan kekuasaan antara saudara-saudaranya, pemberontakan dan pengkhianatan, silih berganti mengganggu kerajaan baru itu dan semuanya mengandalkan dia seorang untuk membersihkannya
Setelah dia menjadi Kaisar Tang Tai Cung(627 - 649), diapun masih selalu dirundung malang
Kalau dulu yang berebutan kekuasaan adalah para saudaranya, kini para pute ranya mulai melanjutkan perebutan kekuasaan di antara keluarga kaisar itu
Terpaksa dia bahkan menghukum pute ra-pute ranya sendiri yang memperebutkan kedudukan pangeran mahkota! Semua cobaan inilah yang membuat Kaisar Tang Tai Cung nampak tua
Pada hal, dia adalah seorang laki-laki perkasa yang memiliki, ilmu silat dan ilmu perang hebat dan jarang bandingannya
Malam itu
Kaisar Tang Tai Cung menerima sahabat dan panasihatnya
yaitu Im Yang Seng-cu dan mereka berdua minum arak di dalam taman,di sebuan pondok indah di taman itu
Mereka berhadapan menghadapi meja yang penuh makanan dan anggur, dan di depan mereka te rbentang kolam ikan yang bes ar di mana tumbuh banyak bunga te ratai merah dan ikan beraneka warna berenang di permukaan air
Indah sekali! Lampu-lampu dengan kap lampu warna-warni menambah keindahan kolam itu
Bagaimana, totiang, sudah berhasilkah engkau dengan pembuatan obat panjang usia yang kupesan itu?
Sribaginda Kaisar Tang Tai Cung bertanya setelah mereka minum beberapa cawan anggur
Dan bagaimana pula dengan janjimu untuk mengajarkan aku cara membuat emas?
Tosu itu mengangguk-angguk dan mengelus je nggotnya yang tipis dan putih semua sambil te rsenyum
Jangan khawatir, Sribaginda Hamba dang membuat obat panjang usia itu sesuai dengan ilmu rahasia yang dahulu diajarkan oleh Tujuh Manusia Dewa Hutan Bambu
Akan te tapi, pembuatan emas itu membutuhkan kesabaran dan kematangan Sribaginda
Kalau saatnya sudah tiba dan obat itu sudah sempurna, tentu akan hamba serahkan kepada paduka, dan sekali paduka menggunakan obat itu maka seperti yang ditulis oleh Manusia Dewa Hutan Bambu, maka rambut putih akan menjadi hitam, gigi ompong akan tumbuh kembali, kekuatan tubuh akan kembali besar
Yang menggunakan obat itu tidak akan pernah tua, yang sudah tua akan menjadi muda kembali dan dia akan hidup abadi dan tidak pernah mati.
Sepasang mata Kaisar Tang Tai Sung bersinarsinar penuh harapan
Totiang, janji itu te rlalu muluk! Benar-benarkah ada obat yang khasiatnya sehebat itu?
Im Yang Sengcu mengerutkan alisnya
Sribaginda
syarat terpenting bagi seorang manusia untuk membuat obat itu manjur adalah kepercayaan! Obat seperti itulah yang dipergunakan para dewa dan malaikat sehingga mereka tidak pernah tua, tidak pernah mati
Bersabarlah dan tentu hamba akan menghaturkan kepada paduka setelah obat itu selesai hamba sempurnakan
Hamba harus berpuasa dan bersamadhi selama beberapa pekan lagi supaya obat itu dapat sempurna.
Ah, terima kasih, totiang
Budi totiang besar sekali dan kami akan memberi anugerah apa saja yang totiang kehe ndaki
Dan bagaimana dengan janji totiang untuk mengajarkan cara pembuatan emas itu
o)0o-dw-o0(o