Jilid 30
Bu Giok Cu menjadi marah sekali
Bocah sombong kau.......!
Akan tetapi suaminya sudah menyentuh lengannya menyabarkan
Suami isteri itu sama sekali tidak tahu betapa wajah Siong Ki berubah mendengar tuduhan bahwa dia jahat, pengkhianat dan pemberontak itu
Orang ini telah mengetahui rahasianya, pikirnya terkejut sekali
Engkau yang jahat! Engkau bohong dan melakukan fitnah! Dia berbohong, suhu dan subo!
kata Siong Ki
Dia tidak tahu bahwa sejak tadi Thian Ki memperhatikan, sehingga Thian Ki melihat pula betapa wajah Siong Ki tadi berubah agak pucat dan nampak kaget dan gelisah
Si Han Beng sendiri cukup waspada untuk melihat sesuatu yang ganjil dan tidak beres dalam pemunculan pemuda itu, dalam tuduhan- tuduhannya terhadap muridnya
Nanti dulu, sobat muda!
kata Si Han Beng dan suaranya berwibawa, sinar matanya mencorong memandang wajah tampan itu
Engkau menuduh muridku jahat, pengkhianat dan pemberontak
Apa alas anmu menuduhnya sekeji itu
Tanpa alasan dan bukti yang kuat, bagaimana kami dapat percaya bahwa murid kami melakukan seperti yang kautuduhkan itu?
Alasannya
Buktinya
He m, tanyakan saja kepada muridmu yang brengsek itu, Huang-ho Sinliong
Atau engkau juga te lah mengajarkan kepadanya bagaimana untuk menjadi pengecut, tidak berani bertanggung jawab?
Jahanam, engkau menabur fitnah yang bukanbukan kepadaku!
Siong Ki menggertak karena tanpa ada buktinya, tak mungkin ada orang yang mengetahui bahwa dia pernah berusaha membunuh kaisar di is tananya, bahwa dia adalah kaki tangan Pangeran Li Seng Cun yang memberontak
Fitnah
Hemm, kiranya engkau memang seorang pengecut besar
Aku sendiri yang mencegahmu dan Bi Tok Siocia Ouw Ling menyerbu kamar kaisar dan hendak membunuh Sribaginda Kaisar
Bahkan ibuku juga te was di tanganmu, karena tusukan pedangmu
Mana pedangmu yang tumpul itu, itulah buktinya!
Wajah suami isteri pendekar itu berubah mendengar ucapan ini
Murid mereka bekerja sama dengan wanita iblis Bi Tok Siocia menyerang kaisar!
Juga Siong Ki te rkejut bukan main dan wajahnya menjadi pucat s ekali
Sekarang dia ingat bahwa ada dua oran g wanita yang menghalangi dia dan Ouw Ling ketika menyerang kaisar, dan seorang di antara dua wanita itu adalah orang yang kini berdiri di depannya, menyamar sebagai seorang pemuda.!
Bohong kau........
!!
Siong Ki membentak nyaring dan diapun sudah menerjang ke depan, membacokkan pedangnya ke arah pemuda itu
Kini dia tidak se perti tadi yang hanya membela diri, kini dia menyerang untuk membunuh, maka dia mencerahkan seluruh tenaganya dan pedang itu menyambar dahsyat ke arah kepala pemuda itu
Si Han Beng dan Bu Giok Cu masih lemah, tenaga mereka masih belum pulih, maka mereka tidak berdaya mencegah
Sedangkan Thian Ki dan Cin Cin masih bingung, tidak tahu harus berbuat apa
Pemuda tampan itu menggerakkan pedangnya menangkis
Tranggg.........!!
Pedang di tangan pemuda itu te rpental jauh, terlepas dari pegangannya dan ujung kaki Siong Ki sudah menendang dan membuatnya roboh te rjengkang
Orang ini harus mati, pikir Siong Ki karena rahasia tentang dirinya akan dibuka
Kalau hal itu terjadi, bukan saja dia akan berhadapan dengan kedua orang gurunya, bahkan dengan pasukan keamanan pemerintah yang tentu sedang memburunya!
Siong Ki, jangan..........!!
bentak Bu Giok Cu ketika melihat murid itu menerjang lagi untuk memberi serangan mematikan kepada tubuh pemuda yang sudah te rjengkang itu
Akan tetapi, nyonya yang menghadang ini terdorong oleh tangan kiri Siong Ki dan Bu Giok Cu te rhuyung ke belakang
Si Han Beng yang juga tahu bahwa dia sendiri tidak mempunyai tenaga, cepat berseru
Thian Ki cegah dia!
Thian Ki maklum apa yang harus dia lakukan, sekali melompat dia sudah menghadang dan dia mendorong dengan kedua tangannya ke arah Siong Ki
Bukan dengan te naga dari hawa beracun, melainkan dengan tenaga sinkangnya
Wuuuuuttt......dessss!
Siong Ki berseru kaget dan terhuyung ke belakang
Siong Ki, perlahan dulu
Paman dan bibi melarangmu membunuhnya!
kata Thian Ki
Sementara itu, pemuda tampan tadi te rjengkang ke dekat Si Han Beng dan pendekar ini hendak membantunya bangun, melihat pemuda itu terkena te ndangan dan menyeringai kesakitan
Akan tetapi pemuda itu menepiskan tangannya yang hendak membantunya bangkit
Hemm, aku sudah kalah
Huang-ho Sin-liong Si Han Beng dan Bu Giok Cu, kalian sepasang pendekar besar yang namanya te rkenal di seluruh dunia kangouw
Kalian bunuhlah aku agar sebelum mati aku dapat menyaksikan sendiri, betapa kalian yang bernama besar ini tiada lain hanyalah dua orang pengecut besar, tidak bertanggung jawab, bahkan kini membantu murid kalian yang pemberontak.!
Sobat, berulang kali engkau memaki kami pengecut tidak bertanggung jawab! Apa maksudmu?
Si Han Beng merasa penasaran sekali dan ingin mengetahui
Bagus, engkau masih berpura-pura, Huan g-ho Sin-liong
Engkau dan is te rimu membiarkan anak kalian diculik orang, tak pernah berusaha merebutnya kembali, bukankah itu merupakan sikap pengecut yang tak bertanggung jawab
Orang macam apa itu
Dan sekarang, kalian mempunyai murid yang jahat dan pengkhianat, membantu pemberontakan Pangeran Li Seng Cun dan nyaris membunuh kaisar, sehingga ibuku yang melindungi kaisar tewas oleh pedang murid kalian yang bagus ini!
Jahanam kau........!!
Siong Ki mengeluarkan te riakan seperti binatang buas yang marah sekali dan dia sudah menerjang maju, tidak memperdulikan suhu dan subonya
Akan tetapi sejak tadi Thian Ki waspada dan selalu memperhatikan gerak-gerik Siong Ki, maka begitu melihat pemuda itu meloncat dan menerjang, diapun bergerak ke depan menyambut
Melihat ini, Cin Cin juga melompat ke depan dengan pedangnya menyambar pedang Siong Ki pada saat Thian Ki mendorongnya dengan te naga sinkangnya
Trangg
Pedang di tangan Siong Ki terpental
Sebetulnya, kalau saja dia tidak didorong oleh Thian Ki yang membuat tubuhnya terhuyung, tidak semudah itu pedangnya dapat te rpental oleh pukulan pedang Cin Cin
Cin Cin, mundurlah,
kata Thian Ki dan dia menghampiri Siong Ki dengan sikap tenang dan sabar
Siong Ki, ingat, segala persoalan dapat dibicarakan
Engkau tidak boleh menentang kehe ndak gurumu
Mari kita bicara baik-baik........
Dia bohong! Bocah sinting itu bohong! Suhu dan subo tidak semestinya percaya omongan seorang tukang fitnah macam dia!
te riak Siong Ki marah
Sementara itu, Si Han Beng dan Bu Giok Cu menjadi pucat wajah mereka mendengar kata-kata pemuda itu
Mereka terbelalak, bahkan Bu Giok Cu menekan dadanya dan terhuyung ke belakang, seolah-olah ucapan pemuda itu menusuk jantungnya.! Si Han Beng juga te rbelalak memandang kepada pemuda itu
Siapa......siapa.....ibumu........?
I buku bernama Kwa Bi Lan, wanita yang jauh le bih baik terhadap diriku daripada orang tuaku sendiri, walaupun ia te lah menculik diriku dari tangan ayah dan ibu kandungku yang tidak berani bertanggung jawab, yang membiarkan saja aku diculik orang......
Dan kini
pemuda
itu menangis te rsedu-sedu
Lan Lan......!!
Bu Giok Cu menjerit
Hong Lan........!
Si Han Beng juga berte riak
De ngan bercucuran air mata, suami isteri pendekar itu mengembangkan kedua le ngan hendak merangkul pemuda itu
Akan te tapi pemuda itu yang bukan lain adalah Hong Lan yang menyamar pria, meloncat ke belakang
Tidak........tidak ..
sebelum kalian menjelaskan kenapa kalian tidak merebut aku kembali dari tangan penculik, jangan sentuh aku .........!
Menyaksikan peristiwa hebat ini, Thian Ki dan Cin Cin terbelalak, kaget dan heran, dan terharu
Akan tetapi yang paling kaget adalah The Siong Ki
Seperti disambar petir rasanya ketika ia melihat kenyataan bahwa pemuda itu adalah seorang gadis , dan pute ri suhunya yang selama belasan tahun ini hilang! Dan justeru pute ri suhunya itu yang mengetahui rahasianya
Celaka, pikirnya dan dengan wajah pucat dia mengambil keputusan nekat
Kalau dia tidak cepat bertindak, tentu gadis itu akan membongkar segalanya dan dia tidak mendapatkan alasan lagi untuk menyangkal
Jahanam bohong kau!!
bentaknya dan kini dengan tangan kosong, dia sudah menerjang ke arah Hong Lan yang kebetulan meloncat ke belakang tadi dan berada dekat dengannya
Dia meloncat bagaikan seekor harimau menerkam dan kedua tangannya berubah merah! Ternyata dalam kemarahan dan kenekatannya, pemuda ini telah menggunakan ilmu Silat Hui-tiauw Sin-kun (Silat Sakti Rajawali Terbang) dan mengerahkan tenaga Ang-tok-ciang (Tangan Racun Merah) ke dalam kedua tangannya yang mencengkeram
Se betulnya, ilmu Ang-tok-ciang ini adalah ilmu sesat dari mendiang Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu yang pernah menjadi guru Bu Giok Cu dan telah mengajarkan ilmu sesat itu kepadanya
Bu Giok Cu sendiri, mengajarkan Ang-tok-ciang kepada Siong Ki bukan untuk dikuasai, melainkan untuk menambah pengetahuan murid suaminya itu agar mengenal ilmu sesat dari golongan hitam dan dapat menjaga diri
Tidak tahunya, diam-diam Siong Ki melatih dirinya dengan ilmu pukulan beracun itu dan kini dia sengaja menggunakan ilmu itu agar sekali cengkeram dapat membunuh Hong Lan
Dan dia telah menguasai ilmu silat Rajawali Terbang dengan baik, maka gerakannya itu hebat bukan main, bagaikan seekor rajawali, dia menyambar turun menyerang Hong Lan yang sedang lengah karena marah dan bersedih, sedang menangis
Pada saat yang amat gawat bagi keselamatan Hong Lan itu, di mana ayah ibunya yang sakti tidak berdaya karena mereka telah kehilangan te naga untuk mengobati Thian Ki dan belum pulih, te rdengar suara mele ngking nyaring dan tubuh Thian Ki sudah meloncat ke atas, menghadang serangan Siong Ki yang dahsyat sekali itu
Akan tetapi, karena tadinya Thian Ki tidak menyangka Siong Ki akan menyerang secara tiba-tiba kepada Hong Lan, dia agak terlambat sehingga tidak dapat menangkis atau membalas serangan itu, melainkan hanya membuat tubuhnya sebagai penghalang agar Siong Ki tidak dapat menyerang Hong Lan
Melihat tubuh Thian Ki menghalang di udara, Siong Ki menjadi marah bukan main
Semua kekecewaan, kemarahan, dan ketakutan tertumpah keluar kepada Thian Ki
Maka dengan gerengan buas, kedua tangan yang merah itu mencengkeram ke leher Thian Ki untuk mencekiknya! Kalau saja yang kena cengkeram itu leher Thian Ki, agaknya sukarlah baginya untuk menyelamatkan nyawanya
Akan te tapi, dalam keadaan tersudut itu, Thian Ki masih mampu menarik lehernya ke belakang sehingga cengkeraman itu mengenai pundak dan bahunya
Thian Ki.........!!
Cin Cin berseru dengan wajah pucat dan dengan pedang di tangan ia siap membantu kekasihnya
Matanya terbelalak melihat betapa kini kedua orang pemuda itu te rbanting jatuh dan kedua tangan merah Siong Ki itu masih mencengkeram pundak dan bahu Thian Ki
Jarijari tangan itu bagaikan cakar harimau, te lah menancap dan masuk ke dalam kulit pundak dan bahu, dan nampak Thian Ki menyeringai kesakitan
Tubuh mereka bergulingan di atas tanah, namun tetap saja cengkeraman kedua tangan itu te rus menempel di tubuh Thian Ki
Cin Cin mengejar dan siap untuk menyerang Siong Ki
Akan te tapi, dua orang pemuda itu berhenti bergulingan dan Thian Ki bangkit sambil mengerang kesakitan, sementara itu, Siong Ki menggeletak tak dapat bergerak lagi
Kedua tangan, bahkan juga mukanya, berubah menghitam dan te rnyata dia telah te was keracunan! Kiranya ilmu pukulan beracun Angtok-ciang yang dipergunakan mencengkeram itu bahkan memperkuat hawa beracun di tubuh Thian Ki, dan hal ini tidaklah aneh karena Ang-tok-ciang adalah ilmu yang dirangkai oleh mendiang Ban-tok Mo-li, jadi masih satu sumber dengan racun yang mengeram di tubuh Thian Ki
Oleh karena itu, biarpun hawa beracun di tubuh Thian Ki sudah berkurang, namun dengan masuknya racun Angtok-ciang melalui cengkeraman Siong Ki, hawa beracun itu bertambah kuat
Thian Ki tidak mengerahkan hawa beracun itu, akan tetapi ketika tubuhnya dimasuki racun Ang-tok-ciang, dengan sendirinya hawa beracun di tubuhnya bangkit dan menyambut, sehingga Siong Ki keracunan sedemikian hebatnya, sehingga dalam waktu beberapa detik saja hawa beracun telah merenggut nyawanya dan membuat mukanya menjadi hitam
Thian Ki........!
Cin Cin menghampiri kekasihnya dan Thian Ki te rsenyum, memandang ke arah pundak kiri dan bahu kanann ya yang luka berdarah, lalu menoleh ke arah tubuh Siong Ki, menghela napas dan berkata
Aku tidak apa-apa, Cin Cin, tapi dia......
Bukan salahmu, Thian Ki
Murid durhaka yang telah menyimpang dari jalan kebenaran telah menerima hukumannya,
kata Si Han Beng
Sementara itu, Bu Giok Cu dengan air mata masih bercucuran mendekati Hong Lan
Kau....kau...
Hong Lan anakku....?
Gadis berpakaian pria itupun menangis, akan tetapi kembali ia melangkah mundur ketika ibu kandungnya mendekatinya
Nanti dulu, aku ingin mendengar dulu kenapa seorang ayah dan ibu kandung membiarkan saja anaknya diculik orang
Kenapa ayah ibu kandung tidak menyayang anaknya, bahkan si penculik amat sayang seperti ibu sendiri
Kenapa?
Hong Lan, anakku
Marilah kita masuk ke dalam rumah dan kami akan menceritakan kepadamu....
kata Si Han Beng
Tidak!
jawab Hong Lan tegas
Sebelum mendengar sebabnya, aku tidak akan masuk ke rumah kalian
Aku tentu akan membenci kalian dan tidak akan mau mengakui ayah ibu yang membiarkan anaknya diculik orang tanpa mencarinya
Aku harus mendengar dulu apa sebabnya, baru akan kupertimbangkan apakah kalian pantas menjadi ayah ibuku atau tidak.
Si Han Beng menghampiri isterinya
Kau...
ceritakanlah ...
katanya kepada is terinya
Akan tetapi Bu Giok Cu hanya menangis
Ibu ini merasa hatinya seperti diremas-remas, akan tetapi iapun tidak dapat menyalahkan puterinya
Ia dapat merasakan betapa sakit rasa hati puterinya itu setelah mengetahui bahwa ayah ibunya sama sekali tidak pernah mencari ia yang sejak kecil diculik dan dilarikan orang
Melihat keadaan mereka, Thian Ki berkedip pada Cin Cin lalu berkata kepada Si Han Beng dan Bu Giok Cu,
Paman dan bibi, sebaiknya kalau Cin Cin dan aku le bih dulu membawa je nazah Siong Ki ke dalam dan mengurusnya bersama para pembantu, sedangkan paman dan bibi bicara di sini.
Si Han Beng mengangguk dan merasa kagum akan kebijaksanaan pemuda itu
Tadipun, kalau tidak ada Thian Ki yang mengorbankan diri, mungkin puteri mereka telah tewas di tangan Siong Ki! Thian Ki, dibantu oleh Cin Cin, lalu mengangkat je nazah Siong Ki ke dalam rumah, meninggalkan suami isteri itu bertiga saja dengan Hong Lan
Hong Lan masih berdiri dengan kedua pipi basah air mata, akan tetapi sikapnya tegak dan menentang, pandang matanya penuh rasa penas aran, sehingga setiap kali bertemu pandang dengan pute rinya, Bu Giok Cu kembali tak dapat menahan tangisnya
Diam-diam Si Han Beng memperhatikan puterinya dan dia melihat bahwa ada suatu ketinggian hati seperti sikap seorang bangsawan tinggi pada puterinya
Pandang mata itu, seperti pandang mata seorang puteri!
Hong Lan, kami berdua memaklumi sikapmu ini
Memang kalau dipandang sepintas lalu, kami seperti bukan orang tua yang baik dan menyayang anak
Akan tetapi engkau perlu mengetahui sebabsebabnya
Nah, dengarlah baik-baik
Enambelas tahun yang lalu atau lebih, ketika itu engkau baru berusia dua tahun dan diajak bermain-main oleh Siong Ki, murid kami tadi, engkau diculik orang dan Siong Ki ditotok sehingga tidak dapat bergerak
Penculik itu adalah Kwa Bi Lan, masih te rhitung sumoiku sendiri.
Si Han Beng lalu menceritakan te ntang hubungannya dengan Kwa Bi Lan, mengapa Kwa Bi Lan menaruh sakit hati kepadanya
Kwa Bi Lan telah menjadi isteri suhu Sin-tiauw Liu Bhok Ki, juga gurunya sendiri
Setelah suhu Liu Bhok Ki meninggal dunia, Kwa Bi Lan mendendam kepadaku karena ia menganggap bahwa akulah penyebab kematian suhu.
Si Han Beng menghela napas panjang
Sebetulnya, riwayat itu tidak akan diceritakan kepada siapapun juga dan akan dibawanya sampai mati, akan te tapi sekali ini dia harus menceritakan segalanya dengan gamblang kepada pute rinya, kalau dia menghendaki pute rinya itu kembali kepadanya
Sinar mata Hong Lan masih tetap keras dan penuh rasa penas aran, akan tetapi ia tidak memotong cerita pendekar itu
Sebetulnya, dahulu sebelum aku berte mu dengan ibumu ini, suhu menghendaki agar aku berjodoh dengan Kwa Bi Lan
Akan tetapi aku berte mu dengan ibumu dan kami menikah
Agaknya suhu marah sekali dan Kwa Bi Lan kecewa
Kemudian, Kwa Bi Lan menjadi isteri suhu yang sudah puluhan tahun menduda
Setelah suhu meninggal dunia, Bi Lan pergi mencari kami ke sini
Ia marah-marah dan mengatakan bahwa suhu meninggal dunia karena kecewa dan menyesal kepadaku, yaitu karena aku tidak menurut kehendak suhu dan menikah dengan ibumu
Ketika ia datang berkunjung, engkau baru berusia dua tahun
Akupun merasa menyesal sekali dan berduka atas kematian suhu
Nah, biarpun Kwa Bi Lan meninggalkan kami dengan baik-baik, te rnyata diam-diam ia masih mendendam dan ia membawamu lari untuk membalas dendamnya itu.
Akan te tapi kalian yang berilmu tinggi kenapa tidak mengejar dan merebutku kembali?
Hong Lan masih penasaran karena juste ru kenyataan inilah yang membuat ia merasa penasaran sekali
Anakku, jangan engkau menyalahkan ayahmu
Ketika Kwa Bi Lan menculikmu, ia meninggalkan tulisan di atas tanah bahwa kalau kami melakukan pengejaran dan berusaha merebutmu, ia akan membunuhmu
Kami tidak berdaya......
Kami mengetahui bahwa Kwa Bi Lan bukan seorang jahat
Akan tetapi, dendam sakit hati dapat membuat seseorang menjadi mata gelap
Kami tidak berani melakukan pengejaran karena takut kalau-kalau ia melaksanakan ancamannya
Justeru karena yakin ia bukan orang jahat itulah yang membuat kami te rpaksa merelakan engkau dibawa pergi, dengan harapan sekali waktu ia akan sadar dan mengembalikanmu kepada kami
Dan kami didik Siong Ki agar setelah dewasa dia dapat pergi mencarimu
Dia tidak akan dikenali Kwa Bi Lan
Bahkan baru-baru ini kami menyuruh dia pergi untuk mencarimu.
Pandang mata Hong Lan mulai berubah lunak
Ia mulai mengerti mengapa ayah dan ibu kandungnya tidak melakukan pengejaran untuk merampas ia kembali dari tangan penculiknya
Ia kini mengerti
Kwa Bi Lan pernah mencinta ayah kandungnya dan karena tidak dibalas cintanya, bahkan ayah kandungnya yang sudah dijodohkan dengannya itu memilih gadis lain menjadi isterinya, maka Kwa Bi Lan mendendam
Apalagi setelah suaminya, yaitu gurunya sendiri, meninggal dunia karena kecewa terhadap Si Han Beng, dendam Kwa Bi Lan makin mendalam
Kemudian, agaknya setelah hilang dendamnya, Kwa Bi Lan sudah te rlanjur menyayangnya sebagai puteri sendiri, maka tidak mau mengembalikannya
Bahkan Kwa Bi Lan agaknya akan merahasiakan terus keadaan dirinya itu kalau saja tidak menghadapi ajalnya
Hong Lan, anakku
Aku ibumu, aku yang mengandungmu dalam perut selama sembilan bulan, aku yang melahirkanmu dengan taruhan nyawa, bagaimana mungkin aku tidak sayang padamu, ana kku
Semenjak engkau dilarikan Bi Lan, setiap malam aku menangis, aku bersembahyang, mohon kepada Tuhan agar engkau diberi keselamatan dan kesehatan
Kemudian, akhir-akhir ini, membayangkan engkau telah dewasa, aku bersembahyang setiap akan tidur, mohon agar engkau diberi kebahagiaan........aku
aku tak pernah hentinya menyayangmu, Hong Lan.......
Bagaikan air bah yang le pas dari bendungan, Hong Lan menjerit dan menubruk Bu Giok Cu
I bu ........!
Me reka berdekapan sambil menangis berciuman dan Bu Giok Cu menengadah, memandang langit dengan air mata bercucuran akan te tapi mulut te rsenyum te bar, bibirnya gemetar mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
Terima kasih......te rima kasih
Tuhan ...aku telah menemukan kembali anakku........Hong Lan........ah, Hong Lan anakku.......
Dan ibu yang te rlalu bahagia ini tak dapat menahan lagi dirinya yang memang sudah kehabisan tenaga sin-kang, ia le mas dan pingsan dalam rangkulan Hong Lan
I bu.......! Ibuuu...........
!
Hong.Lan menengok ke arah Si Han Beng yang masih berdiri sambil mengusap air matanya sendiri dengan punggung tangan
Ayah.......! Ini ibu bagaimana.........?
Si Han Beng menghampiri dan memegang pergelangan tangan isterinya
I bumu te rguncang perasaannya, mari kita bawa ia masuk, Hong Lan.
Ayah........!
Hong Lan membiarkan Si Han Beng memondong isterinya, dan Hong Lan memegangi le ngan ayahnya, ikut masuk ke dalam rumah dimana ia dilahirkan
Tak lama kemudian mereka semua telah duduk di ruangan dalam rumah itu
Jenazah Siong Ki telah dikebumikan dengan bantuan para tetangga secara sederhana
Hong Lan yang sudah bertukar pakaian wanita, ikut pula berkabung karena iapun te rharu mendengar cerita ayah ibunya betapa dulu, ketika ia masih kecil Siong Ki yang mengasuhnya, menggendongnya dan mengajaknya bermain-main
Hong Lan, sekarang ceritakan te ntarg dirimu, sejak engkau dibawa pergi oleh Kwa Bi Lan, tanya Bu Giok Cu sambil memegangi tangan pute rinya yang duduk di sebelahnya
Setelah kini berpakaian wanita, Hong Lan nampak cantik jelita, mirip sekali dengan ibunya
Di ruangan itu duduk pula Cin Cin dan Thian Ki yang luka-luka di pundak dan bahunya te lah diobati
Hong Lan telah diperkenalkan kepada Thian Ki dan Cin Cin, dan ia merasa kagum sekali mendengar bahwa Thian Ki adalah pute ra kakak angkat ayahnya dan memiliki kepandaian yang lihai sekali
Bahkan tadipun kalau tidak ada Thian Ki, mungkin ia telah tewas di tangan Siong Ki
Juga ia kagum kepada Cin Cin yang cantik manis, dan ikut gembira mendengar bahwa kedua orang itu telah bersepakat untuk menjadi suami isteri
Ceritanya panjang, ibu,
kata Hong Lan dan ketika ia memandang ibunya, terpancar sinar kasih sayang dalam matanya yang membuat Bu Giok Cu te rharu sekali
Lalu ia menceritakan pengalamannya ketika menjadi puteri Kwa Bi Lan
Diceritakannya betapa kemudian Kwa Bi Lan berte mu dengan Pangeran Li Si Bin dan ditarik menjadi pengawal pribadi pangeran mahkota itu
Betapa kemudian mereka saling jatuh cinta dan Kwa Bi Lan menjadi isteri atau s elir Pangeran Li Si Bin sampai sekarang
Aihh, kalau begitu Kwa Bi Lan menjadi selir Kaisar dan bagaimana dengan engkau?
tanya Bu Giok Cu, kagum mendengar riwayat perjalanan hidup Kwa Bi Lan yang aneh itu
Karena ia selalu menganggap aku sebagai anaknya, maka dengan sendirinya akupun diakui oleh Sribaginda Kaisar sebagai puterinya.
Hebat.....!
Cin Cin yang sudah bergaul akrab dengan Hong Lan berseru sambil memandang kagum
Kalau begitu engkau ...
eh
paduka...
adalah seorang pute ri istana, puteri Sribaginda Kaisar?
Cin Cin tidak main-main, melainkan bersungguh-sungguh
Hong Lan memandang kepada Cin Cin dan te rsenyum anggun, maklum bahwa gadis yang buntung tangan kirinya itu tidak mengeje k atau main-main, melainkan bersungguh-sungguh
Me mang benar, selama belasan tahun ini aku dikenal sebagai Puteri Li Hong Lan, pute ri kaisar yang oleh Sribaginda disayang dan dianggap pute ri sendiri, walaupun beliau tahu bahwa aku bukan pute rinya, bahkan tahu pula bahwa aku bukan pute ri mendiang ibu Kwa Bi Lan
Akan tetapi, setelah aku mengetahui bahwa aku bukan puteri kaisar, bukan pula puteri ibu Kwa Bi Lan, aku lalu berpamit meninggalkan istana dan Sribaginda memberi ijin dan restu
Sekarang, aku bukan lagi pute ri kaisar, enci Cin, melainkan Si Hong Lan biasa saja puteri ayah dan ibuku.
Ahh, kalau begitu, doaku selama ini setiap malam kepada Tuhan dikabulkan!
seru Bu Giok Cu
Anakku bukan saja sehat dan selamat, bahkan diangkat derajatnya menjadi puteri istana, pute ri kaisar!
Akupun ikut bangga dan bersyukur, Hong Lan, te ntu selama ini engkau hidup mulia, terhormat, dan bahagia
Apalagi Kwa Bi Lan dan Sribaginda kaisar menyayangmu.
Hong Lan menghela napas panjang
Perkiraan orang luar te rhadap kehidupan pute ri istana sungguh jauh berbeda dengan kenyataannya, ayah.
Tanpa canggung-canggung lagi bekas pute ri istana itu menyebut ayah dan ibu kepada orang tuanya, sebutan yang baru pertama kali ini ia ucapkan te rhadap orang tua kandungnya
Me mang ketika masih kecil, aku berbahagia karena hidup te rhormat, segalanya te rcukupi, berenang kemewahan, hidup dibangunan yang megah dan indah, mengenakan pakaian indah dan perhiasan serba mahal, makanan yang dihidangkan serba le zat
Akan tetapi semua itu akhirnya membosankan, apalagi setelah aku mulai mengerti, ayah
Di istana itu terdapat banyak sekali persaingan, permusuhan, kepalsuan dan perebutan kekuasaan
Ayahanda,...
eh, maksudku Sribaginda Kaisar dikelilingi penjilat-penjllat, para thai-kam yang mencari muka, para selir yang te rlalu banyak dan saling berlomba mengambil hati kaisar, para pejabat yang saling bersaing untuk menarik perhatian kaisar
Pendeknya, ibu....
maksudku Bibi Kwa Bi Lan dan aku mulailah merasa tidak berbahagia
Sudah lama aku mendambakan kebebasan di luar istana, akan tetapi sebagai puteri kaisar, te ntu saja Sribaginda tidak mengijinkan
Untung bahwa Sribaginda sendiri adalah seorang ahli silat yang lihai, maka beliau memperbolehkan aku belajar ilmu silat
Akhir-akhir ini, bibi Kwa Bi Lan sering makan hati karena ia benar-benar mencinta kaisar, akan tetapi perhatian kaisar te rlalu te rpecah dan sibuk sehingga kadang-kadang kaisar seperti lupa kepada bibi Kwa Bi Lan.
Si Han Beng mengangguk-angguk
Aku dapat membayangkan semua itu
Memang tak dapat disangkal bahwa tidak ada kesenangan tanpa kesusahan
Apa yang tadinya menyenangkan, dapat menjadi membosankan bahkan menyusahkan
Seorang hartawan lambat laun tidak lagi dapat merasakan kenikmatan hartanya, melainkan menderita karena hartanya, takut berkurang, takut le nyap, takut ditinggalkan
Aku dapat mengerti, Hong Lan.
Lalu bagaimana terjadinya pemberontakan yang melibatkan Siong Ki itu
Kami ingin sekali mendengarnya,
kata Bu Giok Cu
Sebelum melanjutkan kisahnya, Hong Lan minum dulu air te h dari cangkir di atas meja
Semua orang memandang kagum
Tanpa disadarinya, agaknya bekas puteri istana ini masih belum terbebas dari kebiasaan kehidupan di dalam istana, ketika ia mengambil cangkir, ketika mengangkatnya ke bibir, ketika meneguk air teh, semua dilakukan dengan gerakan lengan, tangan dan jari yang seolah-olah menari, begitu teratur dan lembut! Hong Lan sendiri tidak menyadari ini
Yang melakukan pemberontakan adalah Paman...eh
Pangeran Li Seng Cun, adik dari Sribaginda Kaisar sendiri
Dia merencanakan pemberontakan dengan jalan membunuh Sribaginda dan dia menyuruh The Siong Ki dan Bi Tok Siocia yang melakukan usaha pembunuhan itu
Untung aku mengetahui rencana itu ketika kaki tangan mereka, seorang dayang dan seorang thai-kam, mengadakan pembicaraan dan aku memberitahu kepada Bibi Kwa Bi Lan
Kami mengatur siasat melakukan penjagaan dengan teliti pada malam yang dite ntukan
Kemudian muncullah dua orang berkedok kain hitam menyerbu kamar Sribaginda Kais ar
Kami melawan mereka akan te tapi ternyata mereka lihai bukan main
Bibi Kwa Bi Lan bahkan terluka ole h pedang di tangan The Siong Ki, akan tetapi dalam keadaan te rluka, ia masih terus mengejar Bi Tok Siocia yang memasuki kamar Kaisar
Karena para pengawal berdatangan, The Siong Ki yang dapat kusingkap topengnya dengan pedangku, sehingga aku mengenal wajahnya, melarikan diri
Aku tidak mengejar, melainkan membantu ibu di dalam kamar, di mana Bi Tok Siocia telah dikeroyok oleh bibi Kwa Bi Lan dan oleh Sribaginda sendiri
Aku membantu mereka dan akhirnya Bi Tok Siocia te was oleh pedang bibi Bi Lan
Akan te tapi bibi Kwa Bi Lan juga roboh karena luka itu dan sebelum tewas itulah ia membuka rahasia diriku, bahwa aku bukan pute ri kaisar, bukan pula pute rinya dan menyuruh aku bertanya kepada Kaisar siapa orang tua kandungku
Kemudian, Sribaginda Kaisar yang memberitahu bahwa aku adalah pute ri ayah dan ibu, akan te tapi beliau tidak dapat menjelaskan kenapa aku diculik Bibi Kwa Bi Lan dan mengapa pula ayah dan ibuku yang dikabarkan sebagai pendekar-pendekar sakti tidak mencari dan merebutku kembali
Hal ini membuat aku merasa penas aran dan sakit hati sekali, maka aku lalu berpamit dari Sribaginda kaisar dan datang ke sini dengan maksud untuk menegur dan mencela ayah dan ibu karena hatiku sakit sekali
Akan tetapi, tanpa kuduga di sini aku berte mu dengan The Siong Ki yang mengaku murid ayah dan ibu
Tentu saja aku menjadi semakin kecewa karena ternyata penjahat yang hendak membunuh Sribaginda kaisar itu adalah murid ayah, karena itulah maka aku bersikap seperti tadi
Harap ayah dan ibu suka memaafkan aku yang kurang ajar dan tidak berbakti.
Bu Giok Cu merangkulnya
Engkaulah yang sepantasnya memaafkan kami, anakku
Semua sudah berlalu, disesalpun tiada gunanya
Kami sendiri sungguh tidak mengira bahwa Siong Ki dapat te rsesat seperti itu
Ketika dahulu dia berada di sini, dia merupakan anak yang baik, rajin bekerja dan taat
Siapa kira, setelah berada di luar dia mau saja diperalat pemberontak.
Si Han Beng menggeleng-geleng kepalanya
Agaknya dia memang seorang yang le mah, sehingga mudah saja dipengaruhi orang lain
Aku yakin bahwa dia te ntu dipengaruhi oleh Bi Tok Siocia
Aku sudah mendengar tentang puteri datuk sesat Ouw Kok Sian itu
Sudahlah, tidak baik membicarakan orang-orang yang sudah meninggal dunia
Se moga Tuhan memperingan hukuman atas dosa-dosa mereka.
Kini Hong Lan memandang kepada Thian Ki
Sejak peristiwa perkelahian yang menyebabkan te wasnya Siong Ki itu, ingin sekali ia bertanya, akan te tapi kesempatan belum ada karena le bih penting membicarakan te ntang dirinya dan orang tuanya yang baru berte mu
Kini kesempatan itu te rbuka setelah semua riwayat diceritakan
Ayah dan ibu, aku merasa heran sekali bagaimana The Siong Ki dapat tewas secara mengerikan
Padahal, aku melihat dia yang menyerang dan mencengkeram pundak dan bahu toa-ko Coa Thian-Ki ini.
Dara ini menyebut Thian Ki toa-ko(kakak) setelah diperkenalkan dan tahu bahwa Thian Ki adalah pute ra kakak angkat ayah kandungnya
Se dangkan toako hanya te rluka saja
Ilmu hebat apakah yang dikuasai Coa-toako ini?
Bukan ilmu hebat, melainkan sebuah kutukan, siauw-moi,
kata Thian Ki sambil menarik napas panjang
Ehh! Kutukan bagaimana?
Hong Lan kini sudah menemukan kembali kelincahannya karena ia merasa berbahagia dapat bersatu kembali dengan ayahbundanya, dan iapun berte mu dengan Thian Ki dan Cin Cin yang segera dapat menarik perhatiannya dan te lah menjadi akrab dengan mereka
Ketahuilah, Hong Lan
Kakakmu Thian Ki ini adalah seorang tok-tong, anak beracun yang sekarang te ntu saja menjadi manusia beracun
Di dalam tubuhnya terdapat hawa beracun yang a mat dahsyat, sehingga banyak sudah orang-orang yang lihai, baiknya mereka itu orang-orang jahat, yang te was ketika menyerangnya, sejak dia masih kecil,
kata Bu Giok Cu
Adik Hong Lan, kau lihat tangan kiriku
Inipun akibat hawa beracun di tubuh Thian Ki,
kata Cin Cin tertawa
Akhirnya, Hong Lan pasti sekali waktu akan bertanya juga te ntang tangannya, pikirnya
Tiada salahnya sekarang saja menceritakan untuk mengusir perasaan tidak enak, seolah merupakan senda-gurau
Wahhh.......! Tunanganmu sendiri yang membuat tanganmu buntung
Bagaimana pula ini?
Hong Lan bertanya heran dan kehe ranannya demikian sungguh-sungguh, membuat ia nampak manis seperti seorang anak kecil
Semua orang te rsenyum melihat sikapnya
Ketika itu, kami juga berkelahi dan belum bertunangan
Aku mencengkeram pundaknya dan tanganku menjadi hitam keracunan
Dan untuk menyelamatkan nyawaku, te rpaksa Thian Ki membuntungi tangan kiriku dengan pedang
Kalau dia tidak melakukannya, te ntu aku sudah te was seperti halnya Siong Ki padi tadi.
Bukan main! Kalian saling berkelahi sampai seorang di antara kalian buntung tangan kirinya, kemudian kalian bertunangan
Tentu cinta di hati kalian benar-benar murni!
kata pula Hong Lan dan ucapan ini saja menunjukkan bahwa gadis bekas puteri bangsawan istana ini memang berwatak lincah jenaka
Akan tetapi, dengan memiliki tubuh beracun seperti itu, berarti Coa toako menjadi seorang pendekar yang hebat dan sukar dikalahkan
Kenapa tadi toako mengatakan bahwa kelebihan itu merupakan sebuah kutukan
Aku tidak mengerti.
Wajah Thian Ki menjadi muram
Aku bahkan datang menemui ayah ibumu untuk mohon pertolongan mereka mengobatiku agar aku dapat te rbebas dari hawa beracun ini, siauw moi
Dan malam tadi mereka telah melakukannya.
Itulah sebabnya mengapa tadi paman dan bibi tidak dapat melindungimu dari Siong Ki, adik Hong Lan
Mereka semalam telah menghabis kan tenaga sin-kang untuk mencoba mengobati Thian Ki,
kata Cin Cin
Kini barulah Hong Lan mengerti
Tadi iapun memang merasa heran melihat betapa ayah ibunya yang dikenal sebagai sepasang pendekar sakti, seperti tak berdaya ketika dirinya diancam oleh serangan maut Siong Ki, murid mereka sendiri
Kiranya ayah ibunya te lah kehabis an tenaga karena semalam mengobati Thian Ki
Ayah, Ibu, maafkan kalau aku menyangka yang bukan-bukan,
katanya dan pandang matanya demikian le mbut sehingga suami isteri itu mendekati dan merangkulnya penuh kasih sayang
Kami memang telah berusaha, akan tetapi hanya mampu mengusir sebagian saja dari hawa beracun di tubuhnya
Kami tidak berhasil membebaskannya
Hawa beracun itu dahsyat bukan main,
kata Si Han Beng
Akan tetapi, kenapa sih e ngkau berkeras untuk melenyapkan hawa beracun itu dari tubuhmu, toako
Bukankah hal itu bahkan menguntungkan sekali
Apakah barangkali racun itu membahayakan keselamatan dirimu sendiri?
Hong Lan bertanya heran
Thian Ki menghela napas dan melirik kepada kekasihnya, Cin Cin yang menundukkan mukanya mendengar pertanyaan bekas pute ri kaisar itu
Me mbahayakan diriku sih tidak, hanya.........
Dia tidak mampu melanjutkan karena merasa sungkan untuk bicara tentang itu
Hanya kenapa, toako?
Hong Lan mendesak
Bu Giok Cu yang mengerti akan kesungkanan Thian Ki berkata,
Hong Lan, kalau hawa beracun itu tidak dapat dienyahkan dari dalam tubuhnya, maka selamanya dia tidak dapat menikah
Wanita yang menjadi isterinya tentu akan mati keracunan.
Aihh..........!
Hong Lan berseru kaget dan kini ia memandang kepada Thian Ki dan Cin Cin dengan sinar mata mengandung iba
Kalau ayah dan ibu gagal, lalu apakah tidak ada jalan lain untuk menyembuhkan Coa-toako?
Ayahnya menghela napas
Racun itu amat hebat, ditanamkan di tubuhnya sejak dia masih kecil sekali, sehingga hawa beracun itu telah menyusup ke dalam jalan darahnya, sehingga darahnya juga mengandung racun
Berbahaya sekali! Agaknya hanya kesaktian kedua orang sukongmu (kakek gurumu) yang akan mampu mengusir hawa beracun itu dengan sin-kang mereka
Akan te tapi, kedua orang kakek gurumu itu, Pek I Tojin dan Hek Bin Hwesio, telah lama menghilang dari dunia persilatan dan tak seorangpun tahu di mana mereka berada
Mungkin mereka berdua kini berada di pegunungan Himalaya sebagai pertapa-pertapa
Atau kalau mungkin te rdapat obat penawar racun yang paling langka di dunia ini dapat ditemukan...
Ayah! Pernah ayahanda.....eh, Sribaginda Kais ar bercerita kepadaku te ntang obat penawar segala racun yang kini menjadi milik istana, menjadi satu di antara benda pusaka
Bahkan menurut Sribaginda Kaisar, tidak ada keracunan yang tidak dapat dipunahkan oleh obat itu
Katanya obat itu te rbuat dari katak merah pemakan ular berbisa
Sribaginda mendapatkannya dari seorang sakti yang bernama Im Yang Seng-cu, yang kini menjadi penasihat dan sahabat Sribaginda Kais ar.
Suami is teri itu saling pandang
Sebagai dua orang kang-ouw yang berpengalaman, mereka pernah mendengar te ntang katak merah, seekor binatang langka dan ajaib yang kabarnya menjadi pemakan ular berbisa dan katak itu sendiri mengandung bisa yang demikian kuat, sehingga merabanya saja dapat membunuh seorang manusia, akan te tapi racunnya itu dapat pula memunahkan segala macam racun di dunia ini
Kami telah mendengar tentang katak ajaib itu,
Hong Lan
Akan te tapi, obat itu menjadi pusaka istana......
kata Bu Giok Cu
Mungkin obat itu dapat menyembuhkan Thian Ki
Akan tetapi bagaimana......?
tanya pula Si Han Beng
Hong Lan sudah meloncat kegirangan
Wah, mudah saja, ayah dan ibu
Telah kuceritakan tadi bahwa ayahanda.....eh, Sribaginda Kaisar amat sayang kepadaku dan beliau menganggap aku sebagai pute rinya sendiri
Bahkan ketika aku memohon diri untuk meninggalkan istana dan mencari ayah dan ibu, beliau menawarkan untuk memberi hadiah kepadaku, dan apa saja yang kuminta akan beliau berikan
Akan te tapi aku hanya minta diberi tahu siapa ayah dan ibu kandungku
Nah, kalau aku yang minta obat itu, aku yakin beliau pasti akan memberikan kepadaku.
Tapi engkau baru saja tiba, bagaimana mungkin aku dapat membiarkan engkau pergi lagi?
Bu Giok Cu memprotes
Aku dapat memberi surat kepada Sribaginda Kaisar, ibu
Aku mempunyai cap te rse ndiri dan beliau akan mengenal tanda tangan dan capku itu.
Bagus! Kalau begitu, tulislah surat itu dan biar Thian Ki sendiri yang pergi ke kota raja dan menghadap Sribaginda, menyerahkan suratnya dan mene rima obat itu,
kata Si Han Beng gembira
Baik, akan segera kulakukan ayah!
kata Hong Lan gembira karena mendapat kesempatan untuk membantu Thian Ki, pemuda yang te rnyata merupakan kakak angkatnya, bahkan yang baru saja telah menyelamatkan nyawanya
Nanti dulu, siauw-moi!
kata Thian Ki dan semua orang melihat betapa pemuda itu menjadi muram wajahnya, tidak seperti yang lain, yang merasa gembira mendengar te ntang obat yang dapat memberi harapan menyembuhkan Thian Ki
Eh, kenapa, toako?
Siauw-moi, paman dan bibi, te rima kasih atas kebaikan kalian, dan juga Lan-moi yang ingin memintakan obat ke istana untuk menolongku
Akan te tapi, harap maafkan saja, aku ...tidak mungkin dapat menerima pemberian dari Sribaginda Kais ar.
Tentu saja semua orang merasa heran, bahkan te rmasuk Cin Cin yang memandang kekasihnya dengan sinar mata penuh pertanyaan
Thian Ki, kau sungguh aneh sekali
Kenapa engkau tidak mau menerima pemberian dari Sribaginda Kaisar ?
tanya Si Han Beng
Maaf, paman, sebetulnya hal ini merupakan rahasiaku, akan tetapi karena kalau aku tidak membuat pengakuan tentu akan menimbulkan dugaan yang bukan-bukan, biarlah aku akan berte rus terang
Paman dan bibi adalah orangorang yang kuhormati, juga adik Hong Lan seperti adikku sendiri yang kusayang, maka biar aku berte rus terang
Aku mempunyai sebuah tugas dari suhu, yaitu agar aku mengambilkan pedang pusaka yang dulu milik suhu, akan tetapi sekarang telah terjatuh ke tangan pemerintah kerajaan dan pedang pusaka itu kini menjadi pusaka istana kerajaan
Maka, aku te rpaksa harus pergi ke kotaraja dan berusaha untuk mencuri pedang pusaka istana, bagaimana mungkin aku menerima pemberian dari Sribaginda Kaisar
Aku merasa malu untuk menerimanya, paman.
Semua orang te rdiam dan memandang kepada Thian Ki penuh kagum
Sukar dicari orang yang memiliki kejujuran seperti dia
Hong Lan yang lebih dulu bicara dan bertanya
Toako, apakah nama pedang pusaka milik gurumu yang kini menjadi pusaka istana itu?
Pedang itu disebut Liong-cu-kiam (Pedang Mestika Naga).
Ah, aku tahu pedang itu! Bahkan pernah aku meminjamnya untuk berlatih silat pedang
Jadi itukah pedang pusaka milik suhumu
Siapa sih suhumu itu, toako?
Suhuku adalah juga ayah tiriku, dahulu dialah Pangeran Cian Bu Ong.
Hong Lan te rbelalak
Ahhh......! Pemberontak itu?
Lan Lan, jangan katakan begitu,
kata Bu Giok Cu memperingatkan
Kenapa, ibu
Bukankah benar bahwa Pangeran Cian Bu Ong, saudara dari mendiang Kaisar Yang Ti dari dinasti Sui, pernah memimpin pemberontakan dan sudah ditumpas oleh pasukan pemerintah?
Si Han Beng mengerutkan alis nya, khawatir kalau Thian Ki te rsinggung
Akan te tapi, pemuda itu bahkan te rsenyum menatap wajah adik misannya
Engkau memang benar, siauw-moi
Bagi engkau yang sejak kecil menjadi puteri Kaisar Kerajaan Tang, tentu saja mendengar dan menganggap bahwa Cian Bu Ong seorang pemberontak
Akan tetapi coba bayangkan bahwa engkau seorang pute ri kerajaan Sui, pasti engkau akan menganggap dia seorang patriot dan pejuang yang mempertahankan kerajaannya, dan bahkan Sribaginda kaisar yang sekaranglah yang kau anggap pemberontak
Tidakkah begitu?
Hong Lan tertegun
Ia seorang gadis yang te rpelajar dan cerdik, di istana selain ilmu silat juga mempelajari ilmu sastra dan sudah membaca banyak kitab sehingga ia maklum apa yang dimaksudkan Thian Ki
Iapun mengangguk dan menghela napas panjang
Kerajaan memang merupakan medan perte ntangan dan menjadi sumber perebutan kekuasaan
Yang menang dipuja-puja, yang kalah dimaki-maki
Engkau benar, toako dan maafkan ucapanku tadi
Jadi, Liong-cu-kiam itu dahulu milik gurumu
Kalau begitu, kiranya sudah sepantasnya kalau dia menginginkannya kembali kepadanya
N ah, engkau tidak perlu mencurinya, toako, sungguhpun dengan kepandaianmu, aku yakin engkau akan berhasil mencurinya.
Kalau tidak mencuri, lalu bagaimana.....
Jangan khawatir
Aku bukan han ya akan minta obat bagimu dari Sribaginda Kaisar, akan tetapi juga minta Liong-cu kiam itu
Aku yakin, ayahanda ..
ah, sudah terbias a aku menyebut beliau ayahanda
Jadi selalu saja keliru......
Tidak apa engkau menyebut beliau begitu, Lan Lan
Kami ikut bangga bahwa Sribaginda Kaisar mau menganggap anak kami sebagai pute rinya,
kata Si Han Beng serius
'Aku yakin beliau akan memberikan obat dan pedang itu kepadamu, toako
Tunggu, akan kubuatkan surat itu.
Gadis itu lalu berlari memasuki kamarnya
De mikianlah, pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Thian Ki dan Cin Cin sudah berangkat meninggalkan dusun Hong-cun, diantar oleh ayah ibu dan anak itu sampai ke luar dusun
Thian Ki dan kekasihnya, Cin Cin, melakukan perjalanan menuju ke kota raja dengan hati lapang dan penuh harapan, karena Thian Ki membawa surat dari Hong Lan yang ditujukan kepada Kais ar sendiri.! Sementara itu, Hong Lan yang baru saja berte mu dengan orang tua kandungnya, menikmati kebahagiaan hidup bersama mereka di dusun yang te nte ram itu, jauh dari kemewahan istana, jauh pula dari semua persaingan dan permusuhan
Terasa olehnya betapa tenang dan penuh damai kehidupan di rumah orang tuanya di dusun itu, dan kalau mengingat akan kehidupan di istana, te rasa betapa panas dan tegangnya kehidupan dan lingkungan keluarga di is tana itu
Apalagi ia kini digemble ng oleh ayah ibunya dengan ilmu silat tinggi, membuat Hong Lan merasa berbahagia sekali
-ooo0dw0ooo- Gadis penunggang kuda yang memasuki pintu gerbang kota raja itu memang cantik je lita dan menarik perhatian orang, terutama bagi para pria
Kudanya juga merupakan kuda pilihan, tinggi besar dan te ntu amat mahal harganya
Gadis itu sendiri usianya sekitar duapuluh tahun, tubuhnya semampai dengan pinggang yang ramping sekali
Rambutnya agak keriting, digelung ke atas dan diikat sutera merah
Pakaiannya dari sutera halus menunjukkan bahwa ia seorang gadis yang kaya
Sepasang matanya bersinar-sinar
Biarpun ia cantik menarik, akan tetapi sinar matanya itu, ditambah sebatang pedang yang berada di punggung, membuat orang tidak berani sembarangan mengganggunya
Biarpun peris tiwa pemberontakan Pangeran Li Seng Cun te lah lewat beberapa bulan lamanya, namun akibatnya masih nampak, terutama di pintu gerbang kota raja
Kini, pintu gerbang itu dijaga ketat ole h belasan orang perajurit, dan setiap orang yang keluar masuk diamati dengan seksama
Terutama sekali mereka yang nampak asing dan bukan penghuni kota raja, diamati dan kalau perlu dihentikan dan diperiksa dengan teliti
Berhenti!
Empat orang penjaga telah berdiri menghadang di depan kuda gadis itu, memalangkan tombaknya sehingga kuda itu te rkejut dan meringkik, mengangkat kedua kaki depan ke atas
Orang-orang yang berlalu lalang memandang khawatir, takut kalau-kalau gadis cantik itu akan terjatuh dari atas punggung kudanya
Akan te tapi gadis itu masih berdiri tegak dan menarik kendali untuk menenangkan kudanya, dan ia memandang tajam kepada empat orang penjaga itu
Kalian mau apa menghadang perjalananku?
tanya gadis itu, suaranya merdu akan tetapi tajam dan marah
Nona, turunlah
Kami ditugaskan untuk memeriksa setiap orang asing yang masuk ke sini dan mencurigakan, dan kami curi ga te rhadap nona
Turunlah agar kami tidak perlu menggunakan kekerasan!
kata seorang berpakaian perwira yang baru keluar dari dalam gardu penjagaan
Orang ini bertubuh pendek bulat, perutnya gendut dan usianya sekitar tigapuluh tahun, di pinggangnya tergantung golok besar
Karena maklum bahwa ia berada di kota raja maka gadis itu yang bukan lain adalah Cian Kui Eng, melompat turun dari atas punggung kudanya lalu menuntun kudanya mengikuti perwira itu menuju ke gardu penjagaan
Atas perintah perwira itu dengan tenang dan sabar Kui Eng mengikatkan kendali kuda di depan gardu penjagaan, kemudian sambil menggendong buntalan pakaiannya, ia mengikuti perwira gendut itu memasuki gardu
Ia dipersilakan duduk di bangku, menghadapi meja dan di seberang meja itu duduklah si perwira yang memandang kepadanya dengan mata yang liar, seperti hendak melahap tubuhnya
Kui Eng melihat beberapa orang perajurit di luar gardu menjenguk masuk dan mereka itu menyeringai dan cekikikan kurang ajar
Kui Eng menyabarkan hatinya
Ia meninggalkan rumah karena merasa tidak betah tinggal di rumah, karena seminggu setelah Thian Ki pergi, ayah dan ibunya juga pergi ke Himalaya untuk mencari Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah) untuk mengobati Thian Ki
Di rumah sendiri ia tidak tahan dan iapun pergi menyusul Thian Ki ke kota raja
Akan tetapi, karena baru sekarang ia mendapat kesempatan untuk merantau seorang diri, perjalanan itu dilakukan Kui Eng secara lambat dan ia berhenti di setiap te mpat yang dianggap menyenangkan
Pernah ia melakukan perjalanan ketika mengikuti orang tuanya dan Thian Ki pergi berkunjung ke kuil te mpat tinggal Lo-Nikouw
Akan te tapi perjalanan bersama keluarga itu tidak begitu menggembirakan seperti kalau melakukan perjalanan seorang diri, di mana ia dapat menentukan apa saja yang akan dilakukannya, merasa bebas
Perjalanan sampai ke kota raja itu makan waktu berbulan-bulan karena Kui Eng suka singgah di mana-mana, bahkan ketika tiba di sebuah telaga besar yang indah, ia tinggal di situ hampir sebulan lamanya
Banyak pengalaman dijumpainya, banyak pula gangguan, akan te tapi dengan mudah ia dapat mengatasi semua gangguan itu mengandalkan ilmu silatnya yang kini telah mencapai tingkat tinggi sekali
Kalau hanya tokohtokoh kang-ouw biasa saja, jangan harap akan mampu menandingi pute ri bekas Pangeran Cian Bu Ong ini! Ditambah pula dia lincah, tabah dan cerdik
Karena banyak mendapat gangguan dari para pria di dalam perjalanan, maka sikap para penjaga di pintu gerbang kota raja itu tidak membuat ia serasa heran atau terlalu marah
Ia tahu bahwa sebagian besar pria memang kurang ajar dan kalau melihat wanita cantik lalu timbul kegenitan mereka!
Nah, aku sudah berada di sini
Apa yang hendak kauperiksa?
tanya Kui Eng, agak je ngkel juga melihat perwira itu hanya menggerayangi tubuhnya dengan pandang matanya yang berminyak itu
Oh, heh-heh......
perwira gendut itu tersenyum menyeringai memperlihatkan deretan gigi yang malang melintang dan kacau berwarna hitam kekuningan
Nona, kami harus memeriksa buntalan pakaianmu itu
Kami tidak ingin ada pemberontak yang menyelundup ke dalam kota raja
Semua pemberontak harus dibasmi!
katakata te rakhir ini dikeluarkan dengan penuh semangat
Kui Eng te rsenyum mengejek
Periksalah, aku bukan pemberontak, aku seorang pelancong yang ingin melihat kota raja.
Sebelum aku memeriksa buntalanmu, lebih dulu aku harus mencatat siapa nama nona dan tinggal di mana, datang dari mana dan hendak kemana.
Namaku Cian Kui Eng,
kata gadis itu singkat
Berapa usia nona tahun ini?
Apa perlunya menanyakan usia segala!
bentak Kui Eng
Ah, harus itu!
kata si perwira gendut
Untuk melengkapi pendaftaran mereka yang dicurigai! Kami hanya melaksanakan perintah atas an.
Kui Eng menghela napas, menyabarkan dan menenangkan hatinya
Duapuluh tahun,
jawabnya singkat dan perwira itu menuliskan nama Kui Eng dan usianya di dalam buku pendaftaran
Caranya menulis kanpun bergaya, penuh aksi seolah dia seorang sastrawan sedang menuliskan sajak indah!
Tempat tinggal?
Di dusun Ke-cung, kaki bukit Kim-san lembah Huang-ho.
Kembali perwira itu menuliskan alamat
Kemudian dia mengangkat mukanya dan menyeringai lagi
Sudah bersuami?
Wajah Kui Eng menjadi merah padam
Huh, apa-apaan ini bertanya sudah bersuami atau belum
Tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemeriksaan!
Aih-aih, jangan marah dulu, nona
Kami tidak ingin ada pembunuh yang menyelundup ke kota raja seperti wanita yang berniat membunuh Sribaginda itu
Untung ketahuan dan ia sudah te rbunuh
Kami harus teliti memeriksa setiap orang yang mencurigakan, laki-laki maupun wanita
Nah, sekarang jawab sejujurnya, apakah engkau sudah bersuami dan kalau sudah, siapa nama suamimu dan sekarang dia berada di mana
Kenapa nona melakukan perjalanan seorang diri?
Aku belum bersuami!
jawab Kui Eng, kini agak ketus
Hemm, sungguh aneh
Seorang gadis duapuluh tahun, cantik jelita seperti nona, berharta pula melihat pakaian dan kuda nona, masih belum bersuami
Sungguh sayang.....
Cukup! Aku tidak ingin mendengar pendapatmu!
bentak Kui Eng
Cepat selesaikan pemeriksaan ini, aku sudah tidak sabar lagi!
Heh-heh, baik-baik nona
Sekarang aku he ndak memeriksa buntalanmu ini.
Dia meraih buntalan di atas meja yang tadi diletakkan oleh Kui Eng dan membuka buntalan itu
Dia mengaduk-aduk pakaian Kui Eng dan beberapa kali berkata lirih
Hemm, harum...
harum wangi........
sehingga wajah gadis itu menjadi kemerahan
Kemudian, dia menemukan peti hitam kecil dan membukanya
Matanya te rbelalak ketika dia melihat perhiasan emas permata yang serba berkilauan dan amat berharga, yang menjadi bekal perjalanan Kui Eng
Wah, nona membawa harta begini banyak! Dari mana nona mendapatkan harta ini?
tanyanya liril dan matanya dipicingkan
Apa perdulimu
Ini adalah perhiasan milikku sendiri
Tidak bolehkah orang memiliki perhiasan dan membawa ke manapun ia kehendaki?
Tentu saja, kalau sudah jelas miliknya
Akan tetapi nona kami curigai, karena itu, kami tahan dulu dan sekarang, kami harus memeriksa pakaian di tubuh nona, siapa tahu nona masih menyembunyikan sesuatu di balik baju nona!
Berkata demikian, perwira gendut itu bangkit, memutari meja dan kedua tangannya dijulurkan ke depan, siap untuk menggerayangi tubuh Kui Eng dengan alasan hendak menggele dahnya
Plakk-plakk!
Kui Eng menggerakkan tangan menangkis dan perwira itu mengeluh dan te rhuyung ke belakang, mengaduh kesakitan karena kedua le ngannya yang ditangkis oleh tangan yang mungil itu seolah-olah akan patahpatah tulangnya
Tentu saja dia menjadi marah
Ah, ternyata engkau memang benar pemberontak!
berkata demikian, perwira itu kini menerjang dan menubruk dengan kedua le ngan te rbuka seperti seekor beruang hendak menerkam mangsanya
Kui Eng juga sudah marah
Perhiasan dan kudanya hendak dirampas, dan tubuhnya hendak digerayangi
Ia lupa diri, lupa bahwa ia berada di gardu penjagaan pintu gerbang kota raja, lupa bahwa kalau ia mengamuk, mungkin ia akan ditangkap sebagai pemberontak
Kemarahan membuat ia lupa segala dan melihat perwira gendut itu menerkamnya secara kurang ajar, iapun menggerakkan kedua tangannya, dengan jari tangan terbuka, kedua tangan itu bergerak cepat sekali
Krek-krek-prakkk!
Perwira itu te rjengkang dan mengaduh-aduh dengan suara lucu karena mulutnya berdarah, giginya rontok semua dan kedua tulang lengannya patah
Auh.....ahhh......pemberontak......ah.......aduuhh ........tangkap.............!!
teriaknya, mengaduh-aduh dan bangkit berdiri mengejar Kui Eng yang melangkah keluar, lengannya di ayun-ayun akan tetapi tak dapat diangkat karena nyeri, dan mulutnya berdarah
Melihat keadaan perwira itu, para penjaga cepat mengepung Kui Eng yang sudah memanggul buntalan pakaiannya di pundak
Mereka maklum bahwa gadis itu telah menghajar perwira mereka, maka tanpa dikomando lagi, belasan orang perajurit penjaga sudah mengepung dan berlomba untuk menangkap gadis cantik itu
De ngan tangan kiri memanggul buntalan, tangan kanan memegang cambuk kuda
Kui Eng menghadapi pengepungan belasan orang perajurit penjaga itu dengan sikap tenang, akan tetapi sepasang matanya yang indah jeli itu mencorong marah
Tubuhn ya tidak bergerak sedikitpun, kepalanya tidak menoleh ke kanan atau kiri, hanya matanya saja yang bergerak, mengerling ke kanan kiri seperti mata seorang penari yang lincah
Begitu para pengepungnya, belasan orang itu, mulai bergerak, te rdengar suara cambuknya meledakle dak
Akan tetapi cambuk kuda itu kini bukan untuk melecuti kuda, melainkan melayang dan menyambar-nyambar ke arah kepala belasan orang itu
Segera terdengar suara para pengeroyok itu mengaduh-aduh dan banyak di antara mereka yang mukanya berdarah dan babak celur disayat ujung cambuk
Tentu saja belasan orang penjaga itu menjadi te rkejut dan marah sekali
Terutama pemimpin regu itu, dengan suara pelo karena giginya rontok semua dia berteriak-te riak
Bunuh pemberontak itu! Bunuh iblis betina itu!
Dan semua penjaga sudah mencabut s enjata masing-masing
Ada yang memegang golok, pedang atau tombak
Tar-tar-tarrr.......!!
Cambuk itu mele dak-ledak dan banyak senjata tajam dan runcing beterbangan te rlepas dari tangan yang menggenggamnya
Melihat para pengeroyok yang belum roboh mundur dan memandang je rih
Kui Eng bertolak pinggang
Hemm, kalian ini perajurit pemerintah, ataukah perampok-perampok?
Pada saat itu terdengar derap kaki kuda dan seorang penunggang kuda datang menguak para penonton yang sudah semakin banyak berdiri di dekat pintu gerbang
Dengan sigapnya, penunggang kuda itu melompat turun dari atas punggung kuda dan menerobos masuk kepungan belasan orang perajurit yang sudah mulai kecil nyalinya menghadapi Kui Eng itu
Heii, apa yang te lah terjadi di sini!
bentak menunggang kuda itu
Melihat penunggang kuda yang baru tiba, komandan regu yang giginya rontok itu menjadi te rkejut dan semua anak buahnya nampak ketakutan
Maaf..........pangeran.....ini.....eh, gadis ini seorang pemberontak!
kata komandan regu dengan suara pelo
Penunggang kuda itu menengok ke arah Kui Eng pada saat gadis itupun menengok dan memandang kepadanya
Dua pasang mata berte mu dan memandang penuh perhatian
Kui Eng melihat bahwa penunggang kuda yang disebut pangeran itu adalah seorang pria muda, berusia kurang le bih duapuluhlima tahun, akan tetapi wajahnya bersih, cerah dan penuh senyum, te rutama sepasang matanya yang bersinar-sinar penuh semangat hidup
Wajah itu tampan dan menyenangkan karena nampak tidak angkuh seperti kebanyakan para bangsawan, dan biarpun pakaian pangeran itu seperti pakaian seorang te rpelajar, longgar dan rapi, namun sebatang pedang yang berada di punggungnya menunjukkan bahwa pangeran ini juga suka akan ilmu silat
Mendengar ucapan komandan regu itu, sang pangeran yang bertubuh tinggi te gap itu mengerutkan alisnya dan diapun bertanya kepada Kui Eng
Nona benarkah apa yang dikatakan komandan regu tadi bahwa engkau seorang pemberontak?
Kui Eng meruncingkan mulutnya berjebi, gerakan yang biasa ia lakukan tanpa disadari kalau ia marah, dan gerakan mulut ini membuat ia nampak manis menggemaskan
Engkau seorang pengeran
Sudah sepatutnya kalau engkau malu mempunyai seregu perajurit seperti mereka itu
Aku seorang pemberontak
Aku datang memasuki kota raja sebagai seorang pelancong dan apa yang mereka lakukan
Si kerbau gendut itu hendak merampas perhiasanku, juga merampas kudaku
Bukan itu saja dengan dalih melakukan penggele dahan, dia hendak menggerayangi tubuhku! Dia tidak kubunuhpun masih te rlalu ringan baginya!
Wajah tampan itu berubah merah sekali dan Kui Eng sudah siap untuk menyambut kemarahan pangeran itu kepadanya
Akan tetapi ternyata kemarahan itu tidak ditujukan kepadanya
Mata yang tadinya membayangkan keramahan dan senyuman itu tiba-tiba kini mencorong penuh wibawa ketika dia menoleh dan menghadapi seregu penjaga yang menjadi ketakutan
Katakan, benarkah apa yang dituduhkan nona ini
Jawab yang betul!
bentaknya kepada komandan regu
Orang gendut itu menjadi pucat dan matanya te rbelalak, dia menggoyang tangan kanan yang patah tulangnya itu, lalu menggeleng kepala
Tldak.....tidak, pangeran.....!
Hemm, kalau tidak, lalu mengapa nona ini menghajar kalian
Katakan, apa sebabnya?
bentak pula pangeran itu, mendesak
Hamba......hamba tidak tahu.....ia pemberontak .......
tahu-tahu ia mengamuk....
jawaban ini tentu saja ngawur saking takutnya
Hemm, aku belum gila, kalau tanpa hujan tanpa angin datang-datang aku menghajar kalian!
kata Kui Eng
Hayo jawab yang benar, jangan bohong!
bentak pangeran itu
Nona ini benar, tanpa sebab tidak mungkin ia menghajar kalian! Aku akan suruh siksa dulu kalian semua?
Komandan regu itu dan anak buahnya segera menjatuhkan diri berlutut
Mereka nampak ketakutan sekali karena pangeran ini terkenal dengan kekerasannya kalau menghadapi anak buah yang bersalah
Ampun, pangeran ....
kami .....
kami mencurigainya dan hendak menahan untuk sementara barang-barangnya, dan hendak menggeledahnya, akan te tapi tiba-tiba ia mengamuk ....
Kui Eng mengeluarkan kotak kecilnya dan membuka di depan pangeran itu
Nampak perhiasannya berkilauan
Nah, inilah yang akan mereka sita, juga kudaku di sana itu, kemudian si gendut babi ini mencoba untuk menggerayangi tubuhku
Salahkah aku kalau menghajarnya
Dia lalu mengerahkan anak buahn ya untuk mengeroyokku.
Keparat!
Pangeran itu membentak dan tubuh belasan orang itu menggigil ketakutan
Ketika ada seorang perwira lewat dan memberi hormat kepada pangeran itu, sang pangeran berkata,
Cepat panggil seregu penjaga pengganti dan jebloskan mereka ini ke dalam tahanan
Laporkan kepada panglima agar dia menemuiku
Orang-orang jahat ini harus dihukum berat untuk menjadi contoh para perajurit lainnya!
Belas an orang yang berlutut itu minta-minta ampun, akan te tapi pangeran itu tidak menghiraukan mereka lagi
Dia membungkuk kepada Kui Eng,
Nona, maafkanlah kami
Memang kami kurang te rtib, sehingga ada anak buah yang menyeleweng seperti mereka
Akan tetapi, kami pasti akan menghukum mereka
Nah, sekarang nona boleh melanjutkan perjalanan tanpa gangguan.
Kui Eng diam-diam merasa kagum bukan main
Ayahnya juga seorang bekas pangeran, dan ayahnya juga berwatak keras
Akan te tapi, ayahnya tidak selembut pangeran ini
Ayahnya masih memandang rendah orang-orang bawahan, akan tetapi pangeran ini sikapnya demikian sopan dan le mbut, walaupun wibawanya je las nampak ketika dia memarahi seregu penjaga itu
Iapun memberi hormat dengan mengangkat kedua tangan depan dada
Pangeran, terima kasih atas kebaikanmu, dan maafkan sikapku yang kasar tadi.
Pangeran itu mengangguk, dan mengikuti Kui Eng dengan pandang matanya ketika gadis itu menuntun kudanya yang bagus, memasuki pintu gerbang
Kui Eng tidak tahu betapa pangeran itu mengikutinya dengan pandang mata penuh kekaguman
Pangeran itu memang te rkenal sebagai seorang pangeran yang le mbut hati dan ramah, tidak congkak, namun dia dapat bersikap keras terhadap anak buah atau para prajurit yang melakukan penyelewengan
Diapun terkenal sebagai seorang pangeran yang memiliki ilmu silat tinggi, namun dia menolak ketika pamannya, yaitu Kaisar Tang Tai Cung, memberi kedudukan kepadanya
Pangeran ini bernama Pangeran Li Cu Kiat
-ooo0dw0ooo-