Jilid 29
Mendengar pertanyaan itu, Si Han Beng dan Bu Giok Cu saling pandang dan Si Han Beng memberi is yarat dengan anggukan kepala kepada is terinya, tanda bahwa dia setuju kalau isterinya menceritakan tentang keadaan pute ri mereka kepada Thian Ki dan Cin Cin
Malapetaka telah menimpa keluarga kami, Thian Ki dan Cin Cin
Sejak anak kami berusia dua tahun, ia telah diculik orang dan sampai sekarang kami belum pernah melihat anak kami itu.
Biarpun ia seorang wanita gagah perkasa, namun menceritakan tentang pute rinya itu, mau tidak mau Bu Giok Cu merasa berduka dan suaranya te rdengar agak gemetar
Mendengar itu, Cin Cin menjadi penasaran sekali
Akan tetapi bagaimana mungkin hal itu te rjadi, bibi
Paman dan bibi adalah suami isteri yang berkepandaian tinggi! Siapa orangnya berani main-main seperti itu, berani menculik pute ri paman dan bibi
Katakan, siapa orangnya dan aku akan membantu paman dan bibi mencari puteri bibi itu sampai dapat!
Akupun siap untuk membantu paman dan bibi mencari penculik itu!
kata Thian Ki
Penculiknya seorang wanita yang bernama Kwa Bi Lan,
kata Si Han Beng
Cin Cin memandang heran
Dan selama ini paman dan bibi tidak pernah berhasil menemukan kembali pute ri paman itu?
Bu Giok Cu yang menjawab setelah menghela napas panjang
Kami berdua memang tidak pernah mencarinya.
Tapi, kenapa, bibi
De ngan ilmu kepandaian bibi yang tinggi, apalagi ada paman
Apa sukarnya mencari penculik itu, membunuhnya dan merampas kembali pute ri bibi
Kenapa bibi dan paman tidak pernah mencarinya?
Thian Ki juga ikut menatap wajah suami is teri itu bergantian dengan pandang mata penuh kehe ranan dan pertanyaan
Kembali suami isteri itu saling pandang, kemudian Bu Giok Cu menghela napas panjang, lalu berkata
Baiklah, kalian berdua adalah keluarga He k-houw-pang, bukan orang luar dan biar akan kuceritakan apa yang te lah terjadi belasan tahun yang lalu dan kenapa kami tidak pernah mencari puteri kami.
Ia lalu menceritakan tentang Kwa Bi Lan yang te rhitung su-moi dari suaminya
Kemudian Kwa Bi Lan menjadi isteri gurunya sendiri, mendiang Sintiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki
Liu Bhok Ki marah dan penas aran kepada Si Han Beng yang mengecewakan hatinya, karena Si Han Beng yang tadinya diharapkan menikah dengan Kwa Bi Lan malah menikah dengan Bu Giok Cu tanpa memberi tahu
Liu Bhok Ki berduka dan menjadi sakitsakitan sampai meninggalnya, dan Kwa Bi Lan merasa sakit hati kepada Si Han Beng
Nah, untuk membalas sakit hatinya itulah, Kwa Bi Lan datang dan menculik Hong Lan, anak kami
Kami tidak berani mengejar, karena ia mengancam bahwa kalau kami mengejar, ia akan membunuh anak kami.
Sampai di sini, nyonya itu tidak kuasa lagi mencegah menetesnya beberapa butir air mata
Akan te tapi, tentu ada cara untuk merampas kembali pute ri bibi.
kata Thian Ki
Apalagi sekarang tentu ia telah menjadi seorang gadis yang dewasa.
Jangan khawatir, paman dan bibi
Kalau Thian Ki sudah mendapatkan kebebasan dari hawa beracun di tubuhnya, kami berdua akan mencari pute ri bibi sampai dapat dan kami tidak akan berhenti mencari sebelum kami berhasil!
kata Cin Cin penuh semangat
Thian Ki membenarkan dan diapun menyanggupi untuk mencari dan mengajak kembali Si Hong Lan kepada orang tuanya
Aku khawatir ia tidak akan lagi mengenal kami,
kata Bu Giok Cu
Mudah-mudahan saja Kwa Bi Lan dapat menjadi pengganti ibu yang baik
Ia bukan seorang jahat, bahkan ia seorang pendekar wanita yang tangguh, murid Siauw-limpai
...
Murid Siauw-lim-pai
Seperti ayah tiriku.....
kata Cin Cin
Si Han Beng mengangguk
Me mang Kwa Bi Lan adalah keponakan dari ayah tirimu yang bernama Lie Koan Tek itu, Cin Cin.
Ahh.......!
Gadis itu berteriak kaget
Kalau begitu, le bih mudah lagi! Aku akan bertanya kepada ayah tiriku, tentu dia mengetahui dimana adanya Kwa Bi Lan dan aku akan mengambil pute ri bibi darinya!
Bu Giok Cu te rsenyum
Terima kasih, Cin Cin
Biarpun sejak lama engkau menjadi murid Tunghai Mo-li, ternyata engkau tidak kehilangan watak pendekar dari orang tuamu
Sukurlah, karena aku sendiri dahulu juga menjadi murid seorang datuk sesat, yaitu Ban-tok Mo-li mendiang nenek Thian Ki
Akan tetapi, rasanya tidak begitu mudah bagi kami untuk mendapatkan kembali anak kami, karena sekarang tentu ia telah dewasa dan kalau ia sudah menganggap Kwa Bi Lan sebagai ibunya, ia tidak mengenal kami lagi.
Akan tetapi hal itu dapat dijelaskan kepadanya, bibi!
bantah Cin Cin
Sudahlah,
kata Si Han Beng
Hal itu tidak perlu diributkan lagi
Kami memang amat rindu kepada anak kami, akan te tapi kami sudah tidak mengharapkan ia mengenal kami sebagai orang tuanya
Kalau kami dapat melihat ia dalam keadaan sehat dan selamat, juga berbahagia, kami sudah ikut merasa berbahagia
Sekarang sebaiknya kalian berdua beristirahat
Kami berdua akan samadhi dan menghimpun te naga sin-kang
Malam nanti baru kami akan mencoba untuk membantu Thian Ki mengusir hawa beracun dari tubuhnya
Thian Ki, engkau tinggal di kamar tamu di depan, dan Cin Cin di kamar anak kami yang sampai sekarang masih kami pelihara baik-baik dan kami persiapkan kalau-kalau anak kami itu pulang.
Thian Ki dan Cin Cin merasa te rharu sekali mendengar ucapan pendekar itu karena dalam ucapan itu te rkandung harapan dan kedukaan yang mendalam, namun sengaja ditekan
Setelah suami isteri itu memasuki kamar mereka untuk bersamadhi, Thian Ki tinggal berdua saja dengan Cin Cin
Mari kita keluar, di samping rumah melihat taman yang indah dan hawanya sejuk,
kata Thian Ki
Tanpa menjawab Cin Cin mengikutinya
Mereka memasuki taman
Suasana sunyi dan taman itu memang menyejukkan badan dan hati
Thian Ki mengajak Cin Cin duduk di bangku dalam taman
Keduanya duduk dan berdiam diri sampai lama
Akhirnya Cin Cin yang bicara, suaranya lirih
Thian Ki, kenapa engkau lakukan itu?
Lakukan apa?
Thian Ki mengangkat muka menengok dan karena gadis itu pun sedang memandangnya , maka dua pasang mata berte mu dan bertaut
Yang kau katakan kepada subo dan kepada paman dan bibi tadi......
Ya.........?
Thian Ki mendukung
.......bahwa engkau.......cinta padaku dan mengharapkan akan menjadi ..
isterimu....
gadis itu tidak kuasa menahan debaran hatinya yang te gang dan malu, dan ia menundukkan mukanya
Padahal, Cin Cin adalah seorang gadis yang biasanya lincah jenaka, periang dan gembira lagi pandai bicara, walaupun semenjak tangan kirinya buntung, ia menjadi lebih pendiam
N amun hal ini bukan karena buntungnya tangan, melainkan karena Thian Ki yang menyebabkan buntung
Cin Cin, apakah ucapanku itu menyinggung perasaan hatimu
Maafkan kalau aku menyinggungmu............
''Bukan begitu maksudku, akan tetapi kenapa engkau lakukan itu
Kenapa engkau mengucapkan k ta-kata itu?
sepasang matayang je li dan tajam sinarnya itu menatap wajah Thian Ki penuh selidik
Akan te tapi Thian Ki menyambut tatapan mata itu dengan tenang dan jujur
Kenapa, Cin Cin
Aku tidak mengerti mengapa engkau masih bertanya kenapa.
Thian Ki, berterus teranglah
Apakah engkau mengatakan kepada subo bahwa engkau mencinta ku, hanya untuk membela daku dari kemarahan Subo
Kemudian engkau mengatakan kepada paman dan bibi bahwa engkau mengharapkan aku menjadi isterimu hanya agar mereka mau membebaskanmu dari hawa beracun?
Sepasang mata Thian Ki terbelalak lebar, ia te rkejut bukan main karena tidak menyangka sama sekali bahwa ke sana arah pertanyaan Cin Cin tadi
Cin Cin! Seperti itukah buruknya penilaianmu te rhadap diriku
Engkau......tidak percayakah engkau kepadaku?
Thian Ki, aku hanya menghendaki kepastian
Jawablah pertanyaanku tadi.
Demi Tuhan, Cin Cin
Aku memang cinta padamu! Aku memang mengharapkan engkau menjadi isteriku! Atau, engkau menghendaki aku bersumpah?
Thian Ki, apakah perasaan cintamu itu te rdorong oleh perasaan iba dan menyesal karena engkau telah nembuntungi tangan kiriku?
Kembali sepasang mata itu memandang penuh selidik
Thian Ki merasa hatinya perih sekali
Cin Cin, kenapa engkau begitu te ga mengajukan pertanyaan seperti itu
Ingatan bahwa tangan kirimu buntung karena aku selama hidupku akan mendatangkan perasaan sesal di hatiku
Akan tetapi bukan karena itu aku mencintamu dan ingin berjodoh denganmu
Sebelum tangan kirimu buntungpun, ketika pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta padamu
Justeru karena cintaku kepadamu maka aku membuntungi tangan kirimu, untuk menyelamatkan nyawamu
Setelah tanganmu buntung perasaan duka dan sesal itu bahkan memperdalam rasa cintaku
Cin Cin, kalau e ngkau tidak menganggap aku te rlalu hina dan rendah, aku......, sekali lagi kepadamu kunyatakan bahwa aku cinta padamu dan bahwa aku ingin sekali berjodoh denganmu, menjadi suamimu dan kita hidup bersama selamanya, Cin Cin.
Sepasang mata yang je li itu kini menjadi basah, dan ketika ia membuka mulut bicara, suaranya te rdengar lirih dan gemetar
Thian Ki, aku.....aku yang hina dan rendah, aku tidak pantas menjadi isterimu, aku......aku hanya seorang gadis buntung......
Hushhh........
Thian Ki meraih dan memegang tangan kanan gadis itu, lalu menutupkan tangan kirinya ke depan mulut Cin Cin, mencegah gadis itu bicara lebih banyak
Anak bodoh, engkau adalah gadis paling hebat, paling cantik, dan paling kucinta di dunia ini.
Thian Ki.......!
Kini Cin Cin menangis sesenggukan di atas dada Thian Ki
Akan te tapi hanya sebentar
Mereka berdua maklum bahwa di taman itu, keadaan mereka akan mudah dilihat orang lain
Juga Cin Cin menangis karena bahagia, maka ia dapat menekan perasaannya dan kini mereka duduk berdampingan
Tangan kiri Thian Ki tak pernah melepaskan tangan kanan gadis itu yang digenggamnya erat-e rat dan telapak tangan mereka yang saling genggam itu menyalurkan getaran kasih yang hangat dan mes ra, yang hanya dapat dirasakan dan dimengerti ole h mereka berdua
Mereka berdua hening sampai lama, hanya saling pandang dan saling lirik
Biarpun matanya masih basah, kini Cin Cin sudah tersenyum manis
Cin Cin, engkau masih hutang kepadaku dan harus kau bayar sekarang juga, tidak boleh ditunda-tunda lagi agar hatiku tidak menjadi gelisah
Gadis itu membelalakkan matanya yang indah, yang masih basah
Hutang kepadamu
Aku hutang
Hutang apa, Thian Ki?
Thian Ki tersenyum
Betapa indahnya mata itu, seperti telaga yang amat dalam penuh rahasia dan bibir itu, betapa manisnya kalau sedang setengah te rbuka karena keheranan itu
Cin Cin, aku sudah mengaku cinta dan ingin memperisterimu, akan tetapi engkau sama sekali belum menjawabku
Nah, itulah hutangmu kepadaku, bayarlah sekarang juga!
Wajah itu menjadi merah sekali, merah sampai ke lehernya, dan mata itu nampak gugup dan salah tingkah, bibir itu gemetar seolah sukar mengeluarkan suara, dan Cin Cin yang biasanya lincah jenaka, gembira dan tabah, kini nampak seperti seorang gadis yang le mah, pemalu, dan cengeng!
Aku......aku...
ah, Thian Ki, haruskah .
.aku..
.
Apakah......engkau tidak dapat merasakan...........!?
Ia mencoba menghindari jawaban yang dituntut Thian Ki itu
Ah, tidak bisa! Engkau harus menjawab, Cin Cin
Akupun menghendaki kepastian
Bagaimana kalau engkau sebenarnya tidak cinta padaku dan tidak ingin menjadi isteriku, akan tetapi hanya karena kasihan kepadaku dan sungkan untuk menolak
Nah, kau tahu betapa pentingnya jawabanmu bagiku
Jangan.....jangan pandang aku seperti itu, sukar bagiku untuk menjawab kalau engkau memandangku.......
Thian Ki tersenyum
Aku harus memandangmu agar dapat melihat apakah jawabanmu sejujurnya atau hanya berbohong!
I hh! Engkau ..
kejam sekali, engkau te ga membuat aku menjadi salah tingkah begini...?
Thian Ki menggenggam tangan gadis itu
Jawablah, Cin Cin
Aku bahkan berani mengaku cinta di depan orang-orang lain
Sekarang, hanya ada kita berdua, pengakuanmu han ya akan kudengar sendiri.
Cin Cin menyerah
Ia menundukkan mukanya dan berkata lirih seperti hanya berbisik saja, namun te rdengar amat merdunya dalam te linga Thian Ki
Thian Ki, sejak perte muan kita pertama, akupun sudah jatuh cinta padamu
Aku cinta padamu dan aku ingin menjadi isterimu......
Cin Cin....!
Kembali Thian Ki mendekapnya dan sejenak mereka tenggelam ke dalam perasaan yang menyatu
Tiba-tiba mereka saling melepaskan rangkulan karena telinga mereka yang te rlatih mendengar langkah orang
Cepat mereka menengok dan mereka melihat seorang pemuda berjalan menghampiri mereka
Kalau Thian Ki memandang heran karena tidak mengenal pemuda itu
Cin Cin bangkit dengan cepat dan matanya menyinarkan kemarahan
Sebaliknya, pemuda itupun nampak te rkejut bukan main ketika mengenal Cin Cin
Cin Cin......!
Pemuda itu berseru kaget
Bagus engkau datang, The Siong Ki
Aku memang mencarimu untuk menantangmu! Engkau telah berani melukai ibuku dan menyerang ayah tiriku
Nah, mari kita selesaikan urusan kita di sini!
Cin Cin menantang dan melangkah maju menghampiri
Akan te tapi pemuda itu, Siong Ki memandang bingung
Melihat di dalam taman ada seorang pemuda dan seorang gadis duduk di bangku taman dan berpelukan, dia yang baru saja datang menjadi heran dan curiga, maka segera memasuki taman untuk menegur
Tidak tahunya, gadis itu adalah Cin Cin! Dia tidak ingin berkelahi dengan gadis yang lihai itu, apalagi di situ terdapat suhu dan subonya
Seperti kita ketahui, The Siong Ki yang bekerja sama dengan Bi Tok Siocia Ouw Ling telah gagal ketika membantu pemberontak dan pengkhianat, yaitu Pangeran Li Seng Cun
Mereka bukan saja gagal membunuh kaisar, bahkan Ouw Ling te was dalam usaha itu, dan Siong Ki berhasil lolos dari istana dan melarikan diri, kembali ke dusun Hong-cun, te mpat tinggal suhu dan subonya
Sungguh tidak disangkanya sama sekali akan berte mu dengan Cin Cin di taman gurunya itu
Cin Cin, maafkan aku
Memang tidak kusangkal bahwa aku pernah menyerang ibumu dan ayah tirimu
Akan tetapi semua itu terjadi karena aku salah duga
Aku mengira bahwa Lie Koan Tek itulah yang telah membunuh ayahku dalam penyerbuan ke He k-houw-pang dahulu
Aku hanya ingin membalas dendam atas kematian ayahku
Aku sekarang menyadari bahwa bukan dia yang membunuh ayahku, dan harap engkau suka memaafkan aku.
Enak saja minta maaf! Engkau sudah melukai ibuku dan minta maaf begitu saja
Kalau pada waktu engkau menyerang mereka aku tidak muncul dan mencegahmu, mungkin sekarang engkau telah membunuh ibuku dan ayah tiriku!
Itu hanya merupakan salah sangka
Maafkan aku, Cin Cin
Atau kalau engkau masih penasaran dan hendak membalaskan luka ibumu, nah, kauboleh lukai aku, aku tidak akan membalas
Ingat, kita masih sama-sama keluarga He k-houwpang dan kita sama-sama menderita karena penyerangan kepada Hek-houw-pang itu.
Melihat kekasihnya marah-marah dan sikap pemuda itu yang kini dia kenal sebagai The Siong Ki yang pernah dikenalnya belasan tahun yang lalu ketika dia ikut ayah ibunya ke Hek-houw-pang nampak mengalah dan minta maaf, Thian Ki segera melerai
Sudahlah, Cin Cin
Siong Ki benar, semua itu te rjadi karena salah sangka, dan dia sudah minta maaf.
Melihat Thian Ki yang nampak a krab dengan Cin Cin dan kini ikut pula bicara, bahkan menyebut namanya begitu saja, timbul perasaan tidak senang dalam hati Siong Ki
Timbul perasaan tinggi hatinya dan dengan ketus dia bertanya
Siapakah engkau yang berani mencampuri urusan kami?
Thian Ki merasa heran mendengar ucapan yang bernada tinggi hati dan angkuh itu
Sungguh tidak patut murid Naga Sakti Sungai Kuning bersikap seperti itu, akan tetapi dia tersenyum dan menghampiri Siong Ki
Siong Ki, lupakah engkau kepadaku
Aku senasib dengan engkau dan Cin Cin, kehilangan ayah ketika Hek-houw-pang diserbu
Aku Coa Thian Ki!
Siong Ki mele barkan matanya
Coa Thian Ki
Kau pute ra Paman Coa Siang Lee itu?
Sekarang Siong Ki bersikap ramah
Siong Ki........!
Pemuda itu terkejut dan wajahnya berubah pucat mendengar suara suhunya
Dia menole h dan cepat menjatuhkan diri di depan suhu dan subonya yang te lah berada di situ
Suami isteri pendekar itu telah mendengar suara mereka dan keduanya memasuki taman
Melihat sikap Cin Cin yang marah, Si Han Beng segera menegur muridnya
Siong Ki, apa yang telah kami dengar dari Cin Cin itu
Engkau te lah menyerang pendekar Lie Koan Tek dan juga ibu Cin Cin, bahkan telah melukainya
Lupakah engkau akan pesan kami ketika engkau pergi, tidak boleh memusuhi pendekar itu sebelum melakukan penyelidikan dengan seksama dan tidak boleh mendendam kepada siapapun?
Ampun, s uhu, dan subo, teecu telah melakukan kesalahan karena terburu nafsu dan diamuk duka dan dendam atas kematian ayah
Teecu telah bersalah dan teecu siap menerima hukuman dari suhu berdua.
kata Siong Ki dengan nada sedih
Tadi ketika Thian Ki melerai, hati Cin Cin sudah mulai dingin dan ia dapat memaafkan Siong Ki
Kini, melihat kedua orang guru pemuda ini nampak marah, Cin Cin semakin merasa kasihan kepada Siong Ki
Bagaimanapun juga, yang diserang Siong Ki bukanlah ibunya, melainkan Lie Koan Tek dan ibunya membela suami, maka sampai te rluka
Dan penyerangan Siong Ki te rhadap Lie Koan Tek tidak dapat te rlalu disalahkan karena pemuda itu mengira bahwa ayah tirinya yang membunuh ayah pemuda itu
Siong Ki, kembalikan pedangku!
terdengar Bu Giok Cu berkata dan suaranya juga tidak ramah
De ngan muka pucat Siong Ki mele paskan tali sarung pedangnya dan menyerahkan pedang Sengkang-kiam (Pedang Baja Bintang) kepada subonya
Bu Giok Cu tanpa berkata apa-apa, menerima pedang itu dan mencabutnya dari sarung, memeriksa pedang itu, kemudian memasukkannya kembali dan memasangkan di punggungnya sendiri
Hemm, pedangku kupinjamkan kepadamu sebagal bekal agar engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik
Lalu, apa hasilnya selama engkau pergi ini
Hanya untuk menyerang dan melukai ibu Cin Cin dan ayah tirinya
Itu saja?
Tentu saja Siong Ki tidak berani menyinggung te ntang pekerjaannya membantu pangeran yang memberontak dan usahanya membunuh kaisar namun gagal itu
Ia teringat akan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari puteri gurunya yang diculik orang belasan tahun yang lalu
Bahkan ketika Si Hong Lan
puteri Suhunya itu diculik oleh Kwa Bi Lan, dia yang semestinya bertanggung jawab, karena ketika itu, dia yang baru berusia enam tahun yang mengasuh Hong Lan yang berusia dua tahun
Maaf
subo......
Lancang! Siapa memberi ijin engkau menyebut subo kepadaku?
bentak Bu Giok Cu
Maaf.....
maafkan saya
bibi......
saya sudah berusaha semampu saya mencari jejak mereka, akan tetapi belum berhasil.
Sudahlah,
kata Si Han Beng
Engkau beristirahatlah, atau boleh menemani Thian Ki dan Cin Cin
Kami hendak melanjutkan bersamadhi di kamar dan nanti kalian bertiga boleh makan malam di ruangan makan, kami tidak ingin diganggu sebelum hari menjadi gelap.
Setelah berkata demikian, Si Han Beng dan isterinya meninggalkan taman dan masuk kembali ke dalam rumah
Karena ia sendiri sedang merasa berbahagia dan hatinya senang karena baru saja ia dan Thian Ki sudah saling membuka rahasia hati masingmasing yang saling mencinta, maka hati Cin Cin menjadi tak tega dan ia sudah dapat memaafkan Siong Ki sepenuh hatinya
Apalagi melihat betapa Siong Ki dimarahi oleh kedua orang gurunya, iapun merasa kasihan
Tentu engkau disuruh mencari pute ri paman Si Han Beng yang diculik orang itu, bukan?
tanya Cin Cin kepada Siong Ki
Pemuda itu menjatuhkan diri di atas bangku taman dan menghela napas panjang berulangulang
Memang hatinya sedang kesal bukan main
Usahanya di kota raja gagal, bahkan hampir saja dia tidak dapat meloloskan diri dari is tana
Dan diapun belum berhasil mendapatkan pute ri gurunya yang hilang itu
Me mang nasibku yang buruk
Dahulu, adik Hong Lan diculik oleh Kwa Bi Lan ketika sedang kuajak bermain-main di taman ini
Aku baru berusia enam tahun dan tak berdaya, ditotok oleh Kwa Bi Lan
Dan sekarang, suhu menugaskan aku untuk mencari puterinya, akan tetapi aku sama sekali tidak berhasil menemukan jejak Kwa Bi Lan
Sudah kutanyakan ke seluruh penjuru, kepada para tokoh kangouw, namun tidak ada yang dapat memberitahu dimana adanya Kwa Bi Lan, seolah ia le nyap ditelan bumi bersama anak yang diculiknya.
Aku yang akan dapat menemukannya, Siong Ki
Aku dan Thian Ki akan membantu paman dan bibi menemukan kembali anak mereka,
kata Cin Cin
Cin Cin, engkau tahu di mana adanya Kwa Bi Lan yang menculik pute ri suhu?
tanya Siong Ki heran
Aku juga belum tahu, akan te tapi dapat kutanyakan kepada ayah tiriku
Kiranya dia mengetahui atau dapat menduga di mana adanya wanita itu kerena Kwa Bi Lan adalah keponakan ayah tiriku.
Ah, begitukah?
kata Siong Ki gembira
Kalau begitu, aku yakin bahwa akhirnya engkau dan Thian Ki yang akan mampu mengembalikan adik Si Hong Lan kepada suhu!
Kini Siong Ki kelihatan gembira sekali
Memang hatinya bergembira karena le ga
Biarpun kedua orang gurunya tidak puas dengan kegagalannya menemukan Hong Lan, akan tetapi mereka tidaklah terlalu marah kepadanya
Dan kini ternyata Cin Cin telah memaafkannya
Tidak ada sesuatu yang dapat dia khawatirkan lagi
Peristiwa di istana kerajaan itu tentu tidak akan diketahui gurunya, dan dia kini te lah aman berada di rumah gurunya
Karena gembira, maka dia lalu mengajak Thian Ki dan Cin Cin bercakap-cakap, saling menceritakan pengalaman masing-masing
Akan te tapi tentu saja cerita mereka itu terbathas, hanya yang seperlunya saja diceritakan
Siong Ki te ntu saja menyimpan rahasia, sedangkan Cin Cin yang bagaimanapun juga tidak sepenuhnya melupakan perbuatan Siong Ki, juga tidak mau menceritakan semua keadaan dirinya
Demikian pula dengan Thian Ki
Sikap Siong Ki yang tadi te rdengar angkuh itu saja sudah membuat dia tidak menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada pemuda ini
Karena dia menghadapi pengobatan yang akan dilakukan Si Han Beng dan Bu Giok Cu, Thian Ki berpamit dari kedua orang itu untuk melakukan samadhi di kamarnya, sebagai persiapan menerima bantuan pengobatan dari suami isteri pendekar itu dengan mengumpulkan hawa murni ke dalam tubuhnya
Cin Cin yang memaklumi keadaan kekasihnya dan mengharapkan Thian Ki sembuh atau terbebas dari hawa beracun itu, menyetujui
Iapun mengajak Siong Ki untuk bercakap-cakap di dalam taman itu menanti lewatnya siang hari
Siong Ki memang seorang yang pandai membawa diri
Dia bersikap sopan dan ramah, bahkan akrab sekali sehingga semakin menipis kesan buruk atas diri pemuda itu dalam hati Cin Cin
Maafkan aku, Cin Cin, kalau pertanyaanku ini menyinggung perasaanmu
Kalau engkau tidak suka menjawab, anggap saja pertanyaanku ini tidak pernah ada.
Dia menghentikan kata-katanya sambil memandang wajah gadis itu untuk memberi kesempatan kepada Cin Cin mengambil keputusan
Cln Cin mengerutkan alis nya
Pemuda aneh, akan te tapi juga ia merasa te rtarik untuk mengetahui pertanyaan apa gerangan yang akan diajukan pemuda itu
Katakanlah, aku tidak akan te rsinggung, asal engkau tidak sengaja hendak menyinggung atau menghinaku.
Cin Cin, aku ingat benar sekarang ketika kita masih sama-sama menjadi sahabat, bahkan saudara seperguruan di He k-houw-pang
Ketika itu, aku ingat bahwa kedua tanganmu masih utuh
Maaf kan aku.....tangan kirimu.....
Cin Cin tersenyum
Ia merasa heran sendiri karena semenjak tangan kirinya buntung, setiap kali ada orang menyinggung te ntang tangan itu, ia merasa jengkel dan marah, bahkan banyak orang sudah ia buntungi tangannya hanya karena orang itu menyinggung te ntang cacatnya itu
Akan tetapi sekarang, ia sama sekali tidak merasa tersinggung
Ia tidak tahu bahwa hal itu te rjadi karena pengakuan cinta dari Thian Ki tadi
Kebencian dan kemarahannya karena tangannya buntung adalah kebencian yang timbul karena kekecewaan bahwa pemuda yang dicintanya yang melakukannya
Kini, tangannya yang buntung sama sekali tidak membuat ia menyesal lagi!
Tangan kiriku ini, Siong Ki?
tanyanya sambil te rsenyun dan ia mengangkat lengan kirinya yang buntung sebatas pergelangan tangan
Ujung le ngan itu terbungkus sutera putih
Ah, tangan kiriku dipenggal pedang se hingga buntung.....
Ahh! Siapa jahanam yang melakukannya
Cin Cin
Aku akan membantumu membalas dendam atas perbuatannya yang kejam itu!
Senyum di bibir Cin Cin mengembang
Tidak perlu, Siong Ki, karena orang yang membuntungi tangan kiriku adalah Thian Ki sendiri.
Ehh
Bagaimana pula ini
Kenapa Thian Ki membuntungi tangan kirimu, padahal kulihat...
Dia menghentikan ucapannya karena merasa te rlanjur bicara
Kami memang saling mencinta dan telah bersepakat untuk menjadi suami isteri, Siong Ki
Pembuntungan tanganku ini telah terjadi beberapa waktu yang lalu.
Tapi.....kenapa
Sungguh aneh kalau dia mencintamu akan tetapi membuntungi tanganmu!
Justeru karena dia mencintaku maka dia membuntungi tangan kiriku, Siong Ki
Karena kalau dia tidak melakukan itu, te ntu sekarang aku sudah tidak berada di dunia lagi, sudah mati.
Ehh
Kenapa begitu
Apa yang te lah terjadi?
Tentu saja Siong Ki menjadi semakin penasaran dan heran
Panjang ceritanya, Siong Ki,
Kata Cin Cin
Ketika itu, aku memenuhi permintaan guruku untuk membunuh guru dan ayah tiri Thian Ki .....
Maksudmu Cian Bu Ong?
Benar
Cian Bu Ong yang dimusuhi oleh guruku
Thian Ki hendak melindungi ayah tirinya, dan aku mencengkeram pundaknya, tidak tahu bahwa dia seorang tok-jin (manusia beracun) sehingga tangan kiriku yang mencengkeram itu bahkan keracunan
Melihat itu Thian Ki cepat membuntungi tangan kiriku karena kalau tidak, racun akan menjalar naik dan nyawaku tidak akan dapat diselamatkan lagi.
Luar biasa sekali! Kalau tidak mendengar sendiri darimu, bagaimana aku dapat percaya
Engkau sudah dibuntungi tangan kirimu oleh Thian Ki dan sekarang engkau bahkan memilihnya menjadi calon suamimu!
Akan tetapi, dia melakukannya untuk menyelamatkan nyawaku, dan akulah yang mencengkeram pundaknya.
Siong Ki mengangguk-angguk
Hemm, jadi Thian Ki adalah seorang manusia beracun
Mengerikan.
Dia dijadikan tok-tong oleh mendiang neneknya, ketika dia masih kecil
Hal itu bukan kehendaknya dan kini justeru dia datang mencari paman Si Han Beng dan isterinya untuk minta pertolongan mereka agar suka membantunya membebaskan dirinya dari pengaruh hawa beracun itu.
Cin Cin membela kekasihnya
Siong Ki mengangguk-angguk
Dan suhu sudah menyanggupinya?
Sudah, paman dan bibi akan berusaha mengobatinya malam nanti, sekarang paman dan bibi sedang melakukan siu-lian (s amadhi) untuk menghimpun kekuatan.
Siong Ki berdiam diri sampai lama, alisnya berkerut
Betapa lihainya Coa Thian Ki
Tubuhnya mengandung hawa beracun yang amat ampuh! Bahkan Cin Cin yang demikian lihainya, setelah mencengkeram Thian Ki, tangannya sendiri keracunan hebat dan kalau tidak dibuntungi, akan te was! Kalau saja dia yang mempunyai tubuh beracun seperti itu, alangkah senangnya! Tidak akan ada yang mampu mengalahkannya, dan dia akan dapat menjadi jagoan nomor satu di dunia ini
Akan tetapi, Thian Ki berusaha keras hendak melenyapkan pengaruh hawa beracun itu, agar tubuhnya tidak beracun lagi! Sungguh gila! Melihat pemuda itu te rmangu dan te rmenung, Cin Cin tersenyum
Siong Ki, apa yang kau pikirkan?
tanyanya
Sungguh aku merasa heran bukan main, Cin Cin
Thian Ki dapat menjadi tok-tong itu sungguh luar biasa sekali! Belum te ntu seorang anak dari sejuta orang dapat seberuntung dia
Akan tetapi, memiliki tubuh yang demikian lihainya, yang dapat membuat dia menjadi seorang lawan yang sukar dikalahkan dan amat berbahaya, sepatutnya dia bahagia dan bangga
Akan tetapi kenapa dia malah hendak membebaskan dirinya dari hawa beracun di tubuhnya itu?
Setelah bercakap-cakap dengan Siong Ki, Cin Cin merasa akrab kembali dengan pemuda yang di waktu kecilnya adalah teman bermainnya itu, maka iapun tidak ragu lagi untuk berte rus terang
Siong Ki, Thian Ki bukan seorang yang haus akan kemenangan, tidak ingin menjadi jagoan yang paling kuat di dunia persilatan
Dia ingin menjadi manusia biasa, jatuh cinta dan dicinta, kemudian menikah dan membentuk keluarga
Sedangkan kalau tubuhnya masih beracun seperti sekarang ini, dia tidak mungkin dapat menikah.
Eh, kenapa begitu
Apa salahnya kalau dia menikah?
Kalau dia menikah, isterinya akan te was keracunan,
kata Cin Cin singkat
Hampir saja Siong Ki mengeluarkan suara hatinya dalam katakata bahwa dia tidak akan perduli apakah wanita yang diperis terinya akan tewas, dia bahkan akan dapat berganti-ganti isteri, dengan tubuhnya yang demikian ampuh, apapun akan dapat diraihnya! Biarpun Siong Ki dapat menahan diri dan tidak mengucapkan suara hatinya, namun Cin Cin yang hendak membela kekasihnya, seolah dapat mendengar isi hati Siong Ki dan iapun berkata, bukan tidak ada kebanggaan te rkandung dalam suaranya
Sebetulnya, tanpa diobatipun, Thian Ki akan dapat membebaskan dirinya dari pengaruh racun itu kalau ia sudah memperisteri banyak wanita dan menewaskan mereka
Akan te tapi Thian Ki bukanlah seorang yang jahat seperti itu
Dia tidak ingin menyebabkan kematian siapapun, apalagi kematian seorang wanita yang menjadi isterinya
Dia akan berupaya agar tubuhnya bebas dari pengaruh hawa beracun, barulah dia mau menikah
Kalau usahanya itu gagal, dia le bih senang selama hidupnya tidak menikah dan tidak menewaskan siapapun yang tidak berdosa.
Siong Ki hanya mengangguk-angguk, a kan tetapi di dalam hatinya dia mencela Thian Ki sebagai seorang yang bodoh sekali
Cin Cin lalu meninggalkan pemuda itu untuk pergi mandi karena hari telah sore
Siong Ki ditinggalkan seorang diri dalam lamunannya
Betapa jauh perbedaannya sekarang setelah dia kembali ke rumah gurunya
Dahulu, sebelum dia pergi, dia merasa bahwa tempat itu seperti te mpat tinggalnya sendiri
Dia merasa betah dan senang tinggal di situ, senang membantu kedua orang gurunya bekerja di sawah ladang sebagai petani atau naik perahu mencari ikan di sungai
Akan tetapi sekarang, setelah mengalami banyak peristiwa dalam perantauannya, dia merasa betapa tidak menyenangkan hidup di dusun yang sunyi itu
Tidak ada keramaian, tidak ada kemewahan, tidak ada kesenangan sama sekali! Terutama sekali setelah dia mengalami kemesraan dengan mendiang Bi Tok Siocia Ouw Ling, kini dia merasa kehilangan sesuatu dalam hidupnya
Bagaikan seseorang yang mulai ketagihan candu, dia merasa tidak sanggup hidup bersunyi diri jauh dari seorang teman wanita! Setiap kali dia membayangkan kemesraan dengan Ouw Ling, timbul desakan gairah yang membuat dia menderita sekali, bagaikan seorang kelaparan dan mulailah timbul pikiran bermacammacam untuk dapat melampias kan dorongan gairahnya yang berkobar
Hati akal pikiran merupakan te mpat yang amat penting bagi nafsu, karenanya nafsu bersarang di sana
Hati akal pikiran kita sudah bergelimang dengan nafsu, oleh karena itu apapun yang kita pikirkan, selalu diboncengi nafsu yang selalu mendesak untuk dipenuhi tujuannya, yaitu kesenangan
Segala macam perasaan, senang susah, iri benci dengki timbul melalui pikiran yang mengenang atau membayangkan segala peristiwa yang lalu atau yang akan datang
Batin tidak akan diguncang gelombang perasaan itu kalau pikiran tidak mengenang atau membayangkan
Segala macam perasaan senang, susah, marah, benci dan sebagainya itu tidak akan timbul ketika kita sedang tidur atau pingsan, karena pikiran tidak bekerja
Itulah sebabnya mengapa para arif bijaksana sejak jaman dahulu mengatakan bahwa musuh kita yang paling berbahaya adalah pikiran sendiri, karena pikiran kita sendirilah sumber segala kesengsaraan batin
Tak dapat disangkal
Dari pikiran timbulnya se gala macam perasaan itu, akan te tapi pikiran pula merupakan alat kita yang te rpenting
Hati akal pikiran inilah yang membuat kita menjadi manusia, berbeda dengan mahluk lain
Kalau harimau mempertahankan hidupnya dengan cakar dan taringnya, kita mempertahankan hidup dengan hati akal pikiran kita
Karena hati akal pikiran yang memegang peranan utama dalam kehidupan kita
maka nafsu menjadikan sebagai sarangnya
Kalau tadinya hati akal pikiran disertakan kita untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan hidup kita, oleh nafsu diubah menjadi alat untuk mengejar kesenangan
Pengejaran kesenangan inilah yang menimbulkan semua konflik, semua pertentangan, dimulai dari perte ntangan dalam batin sendiri, lalu tercurah keluar menjadi pertentangan antara manusia, antara golongan, antara bangsa
Sungguh tolol Thian Ki!
Siong Ki memaki dalam hatinya
Kalau saja dia yang menjadi tok-tong! Dan ada jalan yang lebih menyenangkan untuk membebaskan diri dari pengaruh hawa beracun, walaupun keinginan inipun gila, kenapa memilih cara yang le bih sukar dan tidak menyenangkan
Kalau dia, tentu akan memilih cara yang menyenangkan itu, membuang hawa beracun itu melalui kesenangan menggauli wanita
Berapa banyaknya wanita yang akan te was menjadi korban keracunan, apa salahnya
Bukan sengaja membunuh, melainkan suatu cara pengobatan
Siong Ki lalu memasuki kamarnya di samping
Dia merasa berte rima kasih juga bahwa suhunya dan subonya tidak te rlalu memarahinya, bahkan kamarnyapun masih te rawat bersih, juga tidak diberikan kepada Thian Ki sebagai tamu yang menempati kamar tamu di belakang, sedangkan Cin Cin diberi kamar yang selalu dirawat akan tetapi tidak pernah dipakai, yaitu kamar yang dipersiapkan kalau-kalau pute ri suhunya pulang.! -ooo0dw0ooo- Mereka semua makan malam bersama karena ketika Si Han Beng dan Bu Giok Cu keluar dari kamar, tiga orang muda itu belum makan, masih menanti mereka
Wajah suami isteri pendekar itu nampak kemerahan dan bercahaya, menunjukkan bahwa saat itu tenaga sakti mereka terkumpul dan mereka berada dalam keadaan yang amat kuat
Mereka berlima makan malam tanpa banyak cakap
Setelah selesai makan malam, kembali suami isteri itu memasuki kamar mereka dan baru beberapa jam kemudian mereka keluar dan mengajak Thian Ki ke dalam ruangan kosong di samping kiri rumah itu, sebuah ruangan yang juga dipergunakan untuk berlatih silat
Ruangan itu bersih dan udaranya segar karena terdapat banyak je ndela dan pintu angin yang menembus ke taman
Siong Ki pamit kepada gurunya untuk berkunjung kepada kenalan-kenalan di dusun itu, dan Cin Cin ikut pula memasuki ruangan itu, mempersiapkan diri kalau-kalau kedua suami isteri itu dalam mengobati Thian Ki membutuhkan bantuannya
Si Han Beng menyuruh Thian Ki duduk bersila di atas lantai
Dia sendiri duduk di depan pemuda itu dan isterinya duduk bersila pula di belakang Thian Ki
Thian Ki, apa saja yang telah kaupelajari dari mendiang nenekmu untuk menguasai hawa beracun dari tubuhmu itu
Ceritakan sejelasnya.
Paman, sebelum nenek menggemble ngku selama hampir dua tahun, aku tidak dapat menguasai hawa beracun yang liar, sehingga setiap kali menggerakkan kaki tangan, te ntu hawa beracun itu bekerja dan aku bahkan tidak berani berlatih silat dengan sumoi karena takut kalaukalau hawa beracun bekerja mencelakainya
Selama hampir dua tahun, mendiang nenek melatihku cara untuk menguasai hawa beracun itu dan akhirnya aku berhasil mengendalikannya
Tanpa pengerahan sin-kang tertentu, hawa beracun itu tidak akan melukai orang
A kan tetapi, paman, hal itu tidak berarti bahwa aku telah bebas dari hawa beracun itu
Kalau ada yang menyerangku dengan tangan kosong, secara otomatis, diluar kemampuanku untuk mencegahnya, hawa beracun itu bekerja, seperti yang terjadi pada Cin Cin.
Si Han Beng mengangguk-angguk, lalu menyuruh pemuda itu membuka bajunya
Kini Thian Ki bertelanjang dada
Sekarang coba kerahkan sin-kang yang dapat menggerakkan hawa beracun pada tubuhmu.
Thian Ki mengerutkan alisnya
Harap paman dan bibi jangan menyentuh tubuhku, apalagi menekan,
pesannya
Suami isteri itu agak menjauh, kemudian Thian Ki mengerahkan sinkangnya
Cin Cin te rbelalak melihat betapa dari tubuh Thian Ki mengepul uap hitam dan tiba-tiba ia merasa kepalanya pening
Melihat Si Han Beng dan Bu Giok Cu menyalurkan sin-kang, Cin Cin juga cepat mengerahkan tenaga menyalurkan sinkang untuk menolak pengaruh hawa beracun yang seolah memenuhi ruangan itu
Cukup, Thian Ki.
kata Si Han Beng
Thian Ki menghentikan pengerahan sin-kangnya dan uap hitam itupun makin menipis dan akhirnya menghilang
Berbahaya sekali!
Bu Giok Cu berseru sambi memandang kagum
Me ndiang nenekmu memang ahli racun yang hebat dan ia telah berhasil membuat engkau seperti yang dikehendakinya, Thian Ki
Aku te lah melihat ilmu silatmu ketika engkau menandingi Tung-hai Mo-li, dan aku percaya bahwa dengan hawa beracun di tubuhmu itu, kalau engkau menghendaki dan mempergunakannya, kiranya tidak ada seorangpun tokoh persilatan yang akan mampu mengalahkanmu
Bahkan mereka te rancam maut keracunan.
Maaf, paman dan bibi
Aku tidak ingin menjadi manusia beracun seperti itu
Aku ingin menjadi manusia biasa, berkeluarga, mempunyai keturunan
Maka, aku mohon dengan sangat, sudilah paman dan bibi menolongku.
Kami akan berusaha, Thian Ki
Akan tetapi kurasa tidak akan mudah, melihat betapa hebatnya hawa beracun di tubuhmu tadi
Sekarang, kami akan mencoba dulu dan ingin mengetahui, racun macam bagaimana yang membuatmu menjadi tok-tong
Aku dan bibimu akan mempergunakan sin-kang untuk menepukmu dari depan dan belakang
Engkau kendalikan hawa beracun itu dan pergunakan kekuatan itu untuk menolak.....
Tapi itu berbahaya sekali bagi paman dan bibi! Tidak, aku tidak berani......
Thian Ki, jangan membantah pamanmu,
kata Bu Giok Cu dengan nada menegur
Dan jangan pandang rendah kepada kami
Kami akan menggunakan sin-kang melindungi diri dari hawa beracun.
Benar, Thian Ki, asal engkau tidak mengerahkan seluruh hawa beracun itu, kami tidak akan te rancam bahaya
Kami hanya ingin menguji dan mengetahui kekuatannya, baru akan dapat menentukan dengan cara bagaimana membantumu.
Baiklah, paman.....akan te tapi, harap paman dan bibi berhati-hati
Kalau sampai paman dan bibi keracunan, selama hidup aku tidak akan dapat memaafkan diriku sendiri.
Mendengar ini, Cin Cin tidak tahan untuk tinggal diam saja
Kekasihnya perlu didukung dan dibesarkan hatinya
Thian Ki, kenapa engkau masih banyak ragu
Paman Si Han Beng dan bibi Bu Giok Cu yang memerintahkan, engkau hanya tinggal menurut saja
Kalau te rjadi apapun, siapa yang akan menyalahkanmu
Juga, mereka adalah sepasang pendekar yang berilmu tinggi, tidak dapat disamakan dengan orang-orang yang pernah te was oleh hawa beracun di tubuhmu.
Mendengar ucapan kekasihnya itu, agak berkurang kekhawatiran hati Thian Ki
Baiklah, paman dan bibi
Aku sudah siap.
Si Han Beng saling pandang dengan is terinya
Memang mereka sudah membicarakan tentang usaha penyembuhan itu dan sudah mengatur sebelumnya sehingga kini keduanya sudah tahu apa yang akan mereka lakukan
Thian Ki, sambutlah, kami menyerang kedua pundakmu dengan tamparan ringan.
Suami is teri itu bergerak secara berbareng, Si Han Beng yang berada di depan Thian Ki menepuk pundak kirinya dengan tangan kanan sambil mengerahkan sinkang yang berhawa dingin, sebaliknya isterinya, Bu Giok Cu, menampar pundak kanan Thian Ki dengan tangan kanan sambil mengerahkan sin-kang yang berhawa panas
Gerakan mereka cepat dan dari telapak tangan mereka sudah menyambar hawa yang dingin dan panas ke arah kedua pundak Thian Ki
Pemuda itu mengendalikan hawa beracun di tubuhnya dan menyalurkannya ke pundak, namun te ntu saja dia berhati-hati dan hanya mempergunakan sebagian kecil saja dari tenaganya yang mematikan itu
Plak! Plak!
Thian Ki merasa betapa pundak kirinya te rgetar oleh hawa yang amat dingin, sedangkan pundak kanannya diguncang hawa panas
Ketika kedua tangan itu menampar pundaknya, kedua tangan te rpental ole h tenaga dari hawa beracun dan suami isteri itu cepat sudah menarik kembali tangan mereka
Thian Ki melihat betapa telapak tangan kanan Si Han Beng berwarna Hitam! Tanpa menengokpun dia dapat menduga bahwa te ntu tangan Bu Giok Cu sama juga, keracunan
Paman.......! Bibi.......!
serunya kaget
Akan tetapi, ketika dia dalam keadaan duduk bersila itu meloncat ke samping, berdiri dan memandang kepada dua orang suami isteri yang kini duduk bersila saling berhadapan karena tidak lagi terhalang dirinya, dia melihat mereka memejamkan mata dan membuat gerakan
Satu Tangan Menyangga Langit
dan dari te lapak tangan mereka itu mengepul uap hitam
Hanya beberapa menit saja mereka mengerahkan sin-kang dan semua warna hitam itu lenyap dari tangan mereka tadi
Cin Cin memandang kagum bukan main, juga Thian Ki tertegun dengan hati yang le ga bukan main
Tadi dia sudah terkejut dan khawatir bukan main melihat betapa tangan suami isteri pendekar itu menjadi hitam setelah menepuk pundaknya
Akan te tapi ternyata mereka memiliki kekuatan sin-kang yang dahsyat, yang mampu mengusir hawa beracun itu dari tangan mereka
Giranglah hatinya dan dia merasa yakin bahwa suami isteri inilah yang akan mampu menolongnya, membebaskan dirinya dari hawa beracun
Paman dan bibi sungguh hebat!
serunya dan diapun bersila kembali di tengah antara suami isteri itu
Akan te tapi suami isteri itu saling pandang dan Si Han Beng menghela napas
Thian Ki, mendiang nenekmu yang telah membuat e ngkau menjadi toktong memang seorang yang amat lihai dalam hal racun, dan tidak ada duanya di dunia kang-ouw
Racun di tubuhmu amatlah hebatnya, bergerak otomatis, mengimbangi keadaan sin-kang lawan yang menyerangmu
Tadi aku mempergunakan sinkang berhawa dingin, sedangkan bibimu menggunakan sin-kang berhawa panas, akan tetapi akibatnya sama saja, kami berdua keracunan
Kami akan berusaha, akan tetapi jangan terlalu memastikan bahwa kami akan berhasil sepenuhnya
Nah, sekarang kendurkan semua urat syarafmu, sedikitpun jangan melawan te naga kami
Kami akan membantumu mendorong keluar hawa beracun dari tubuhmu.
Baik, paman,
kata Thian Ki dengan pasrah
Kini suami isteri itu menjulurkan kedua tangan dite mpelkan ke dada dan punggung Thian Ki
Mereka mengerahkan tenaga sin-kang, perlahanlahan, makin lama semakin kuat
Thian Ki merasa betapa hawa yang hangat menyusup ke dalam tubuhnya
Perlahan-lahan, uap hitam mengepul keluar dari tubuhnya, te rutama dari mulut dan hidungnya
Dia merasa pening dan ada dorongan untuk menentang, untuk melawan dua te naga sakti yang menyusup ke dalam tubuhnya itu
Dia maklum bahwa sekali dia menuruti dorongan ini, suami isteri itu akan terancam bahaya maut
Oleh karena itu, dia menekan dorongan itu yang semakin kuat saja sehingga dia harus menggigit giginya
Peluh membasahi seluruh tubuhnya yang te rgetar hebat karena ada perang dalam dirinya sendiri
Kesadarannya menuntut agar dia te tap mengendurkan seluruh urat syaraf di tubuhnya, meniadakan bentuk perlawanan sedikitpun, akan tetapi dilain pihak, ada suatu keinginan kuat yang mendorongnya untuk melakukan perlawanan
Dia merasa kepalanya pening, tubuhnya sebentar panas sebentar dingin
Cin Cin memandang dan te rtegun, penuh kekaguman, juga penuh kekhawatiran te rhadap kekasihnya dan kedua suami isteri itu
Ia maklum bahwa cara pengobatan itu amat berbahaya, baik bagi yang diobati maupun bagi yang mengobati
Akan te tapi ia tidak berdaya mencampuri, dan hanya dapat memandang dengan te rpukau, seperti patung, bernapaspun ditahannya agar jangan banyak menimbulkan suara
Akan te tapi diamdiam ia harus mengerahkan tenaganya pula karena uap hitam yang keluar dari tubuh Thian Ki membuatnya pening
Bahkan akhirnya ia tidak tahan lagi dan keluar dari ruangan itu, hanya menonton dari luar, dimana udaranya jernih
Kurang le bih setengah jam suami isteri itu mengerahkan sin-kang untuk membantu Thian Ki te rbebas dari hawa beracun
Akhirnya Bu Giok Cu mengeluh dan melepaskan kedua tangannya, disusul oleh suaminya
Suami isteri itu masih bersila, memejamkan mata dan nampak le mas
Mereka kini duduk diam dan menghimpun hawa murni
Bukan han ya suami is teri itu yang kehabis an tenaga, juga Thian Ki nampak pucat dan le mas, seluruh tubuhnya penuh keringat
Diapun masih duduk bersila dan tidak ada lagi uap hitam mengepul dari tubuhnya! Dia juga harus mengimpun hawa murni untuk memulihkan te naganya yang bagaikan te rsedot keluar bersama uap hitam tadi
Dia merasa le mah lunglai, kepalanya tetap pening
Melihat tidak ada uap hitam lagi mengepul dari tubuh Thian Ki, Cin Cin berani memasuki ruangan itu dan mendekati mereka
Hatinya berdebar girang karena ia mengira bahwa tentu kekasihnya sekarang telah terbebas dari hawa beracun itu
Iapun memandang dengan penuh kagum dan juga te rharu kepada suami isteri yang gagah perkasa itu
Mereka telah mempertaruhkan keselamatan sendiri, bahkan kini kehabisan tenaga untuk menolong Thian Ki
Betapa mulia budi suami iste ri pendekar itu
Si Han Beng membuka matanya dan menghela napas panjang
Agaknya helaan napas itu menyadarkan pula is terinya yang membuka mata
Suami isteri itupun seperti Thian Ki, agak pucat dan kelihatan lelah bukan main
Bukan main......!
Bu Giok Cu berkata sambil menggeleng-geleng kepala kagum memandang kepada Thian Ki yang masih bersila di depannya, membelakanginya
Thian Ki membuka matanya, kemudian menggeser duduknya ke belakang, menghadapi suami isteri itu dan dia berlutut kepada mereka
Terima kasih paman dan bibi
Budi paman dan bibi takkan kulupakan selama hidupku.
Aih, Thian Ki, jangan perkata begitu.
kata Si Han Beng
Kami bahkan merasa menyesal bahwa kami te lah gagal membersihkan hawa beracun dari tubuhmu, mungkin hanya beberapa bagian saja
Hawa itu te rlampau kuat.
Thian Ki maklum karena dia juga merasa bahwa hawa beracun di tubuhnya belum bersih, baru sebagian saja yang terusir pergi
Mungkin hanya mengurangi keampuhannya saja sehingga kalau tubuhnya dipukul orang, si pemukul itu hanya te rkena racun yang tidak begitu berbahaya lagi
Namun, tetap saja tubuhnya masih mengandung racun dan hal ini tidak memungkinkannya untuk menikah
Kurasa hawa beracun itu telah membuat darahmu juga beracun, Thian Ki, harus ditemukan obat untuk mencuci darahmu.
kata Bu Giok Cu
Karena pekerjaan itu amat melelahkan, menguras habis tenaga suami isteri itu dan Thian Ki, maka mereka bertiga lalu kembali ke kamarmasing masing untuk beristirahat dan menghimpun hawa murni untuk memulihkan te naga
Malam itu Cin Cin gelisah di dalam kamarnya
Ia tak dapat tidur nyenyak karena selalu te ringat akan kekasihnya, Coa Thian Ki
Ia maklum bahwa kekasihnya itu belum te rbebas sama sekali dari hawa beracun, seperti yang didengarnya dari percakapan dengan suami isteri tadi seusai pengobatan
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cin Cin sudah bangun, mencuci badan lalu memasuki taman untuk mencari udara segar karena tubuhnya te rasa agak le su karena kurang tidur
Ternyata ia mendapatkan Thian Ki sudah berada di taman, berlatih silat! Pemuda itu nampak berlatih silat tangan kosong, gerakannya gesit dan mantap sekali, pukulan kedua tangannya mendatangkan angin
Memang hebat ilmu tangan kosong pemuda ini
Dia telah menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan oleh bekas pangeran Cian Bu Ong, juga dia telah mewarisi ilmu-ilmu yang diajarkan oleh ibunya dan neneknya
Kini dia memainkan ilmu silat tangan kosong yang diajarkan gurunya atau ayah tirinya, yaitu Sin-liong-ciang-hoat (Ilmu Silat Naga Sakti)
Ge rakannya gagah sekali, kedua tangan dibuka, jari-jari membentuk cakar naga
Agaknya te naga Thian Ki sudah pulih kembali
Ketika pemuda itu mengakhiri ilmu silatnya, dia mengangkat kedua tangan yang membentuk cakar naga itu ke atas, mengerahkan te naga saktinya dan kedua tangannya berubah kehitaman sampai sebatas pergelangan dan ada uap hitam mengepul dari jari jari tangannya
Dia menghentikan gerakannya, kedua le ngannya te rgantung lemas dan lunglai seolah kehabisan tenaga dan dia menundukkan mukanya yang nampak kecewa
Thian Ki.....!
Cin Cin menghampiri
Thian Ki yang agaknya berada dalam keadaan berduka itu sadar dari lamunannya dan dia mengangkat mukanya, dan sebentar saja wajahnya telah berseri kembali
Eh, sepagi ini engkau sudah bangun, Cin Cin?
Engkau malah sudah berlatih silat, Thian Ki
Bagaimana dengan hawa beracun di tubuhmu?
Cin Cin berpura-pura mengajukan pertanyaan ini, padahal tadi ia melihat sendiri bahwa kedua tangan itu masih berwarna hitam ketika Thian Ki mengerahkan tenaga sin-kang
Thian Ki tersenyum
Berkat bantuan paman dan bibi, sudah banyak berkurang hawa beracun itu.
Thian Ki, kepadaku engkau tidak perlu menyembunyikan
Berterus-teranglah saja bahwa hawa beracun itu belum hilang dan engkau belum te rbebas, bukan
Aku semalam sudah mendengar ucapan Paman Si Han Beng, juga tadi aku melihat kedua tanganmu berubah hitam.
Thian Ki menghela napas lalu duduk di atas bangku
Cin Cin juga duduk di sampingnya
Engkau benar, Cin Cin
Memang sudah banyak hawa beracun yang keluar, akan tetapi itu bukan berarti bahwa aku te lah bebas sama sekali
Bias anya, kalau aku mengerahkan te naga seperti tadi, mengendalikan hawa beracun itu ke arah le ngan, tanganku menghitam dari jari tangan sampai ke s iku
Sekarang masih menghitam, akan tetapi hanya sampai di pergelangan tangan saja dan ini berarti bahwa biarpun sudah berkurang, akan tetapi belum bersih betul
Benar seperti yang dikatakan bibi Bu Giok Cu, hawa beracun te lah membuat darahku beracun, maka kalau hanya dengan dorongan sin-kang saja, tidak mungkin dapat dibersihkan
Darah yang beracun itu akan menambah kekuatan hawa beracun lagi, maka haruslah dite mukan obat yang dapat membersihkan darahku dari racun
Cin Cin, kebetulan sekali kita dapat bicara berdua
Setelah aku melihat keadaan diriku, kurasa belum te rlambat bagimu untuk menjauhkan diri dariku, Cin Cin.
kalimat terakhir ini diucapkan dengan suara gemetar
Cin Cin terbelalak memandang wajah pemuda itu
Thian Ki, apa maksud ucapanmu ini
Jelaskan!
Ia nampak marah
Sejenak mereka saling pandang dan Thian Ki yang le bih dulu menundukkan pandang matanya
Cin Cin, agaknya keadaan diriku ini tidak dapat dipulihkan, tidak dapat disembuhkan dan aku akan menjadi orang beracun selamanya......
Aih, kenapa engkau mendadak menjadi begini cengeng dan le mah, Thian Ki
Ini tidak pantas bagimu
Engkau tidak boleh putus asa!
Kata Cin Cin bersemangat
Aku tidak putus asa, Cin Cin, aku akan te tap berusaha sampai aku berhasil menemukan obatnya
Akan tetapi, aku tidak berhak mengikatmu, Cin Cin
Kita memang saling mencinta, akan tetapi dengan keadaanku seperti ini, bagaimana mungkin
Aku tidak ingin melihat engkau kelak kecewa dan sengsara karena aku tidak berhasil sembuh
Maka, sebelum terlambat, sebelum ikatan di antara kita semakin kuat, sebaiknya kalau engkau meninggalkan aku
Engkau berhak hidup berbahagia, dengan calon jodoh lain yang normal, bukan manusia beracun seperti aku.
Sejenak Cin Cin mengamati wajah pemuda itu dengan kaget, heran dan tidak percaya, kemudian ia menangis
Cin Cin, kenapa
Kenapa engkau menangis........?
Cin Cin mengusap air matanya, matanya mencorong marah
Thian Ki, engkau sungguh kejam! Tega benar engkau menikam hatiku dengan ucapanmu itu
Kaukira aku ini seorang wanita macam apa, begitu dangkal cintanya, begitu palsu dan mementingkan diri sendiri
Thian Ki, aku mencintamu dengan setulus hatiku, apa dan bagaimana keadaanmu, aku akan te tap mencintamu
Andaikata kita kelak tidak dapat menikah, aku bersedia hidup sebagai sahabat selamanya, dan aku akan tetap mencintamu
Andaikata kelak kita menikah dan aku mati keracunan, akupun tidak akan menyalahkanmu dan aku rela, aku akan te tap mencintamu
Dan engkau sekarang.........engkau menganjurkan agar aku meninggalkanmu?
Gadis itu menangis lagi
Thian Ki merasa te rharu dan juga berbahagia sekali
Ternyata cinta gadis ini kepadanya membesarkan hatinya
Diapun memegang tangan kanan gadis itu dan berkata dengan sungguhsungguh
Cin Cin, maafkan aku
Sungguh mati, aku mengeluarkan kata-kata itu demi cintaku kepadamu, karena aku tidak ingin melihat engkau menderita
Biarlah aku sendiri yang menderita akan te tapi jangan engkau, orang yang paling kusayang di dunia ini, ikut pula menderita karena keadaan tubuhku
Maafkan aku, Cin Cin, kini aku semakin yakin bahwa dengan engkau disampingku, aku akan menghadapi apapun juga dengan tabah
Biarlah kita hadapi bersama, suka sama dinikmati, duka sama ditanggung.
Cin Cin menghentikan tangisnya dan ketika Thian Ki merangkulnya, ia berbis ik di dekat telinga pemuda itu
Thian Ki, bagiku, penderitaan di sampingmu merupakan suatu kebahagiaan, sebaliknya, kebahagiaan tanpa engkau akan merupakan penderitaan.
Thian Ki semakin terharu
De ngan lembut dia memegang kedua pundak gadis itu, mendorongnya untuk dapat melihat wajahnya dan sambil menatap wajah itu dengan sinar mata yang penuh kasih sayang, diapun berkata lirih
Cin Cin, demi Tuhan cinta kasihmu yang begini tulus dan mendalam tidak akan sia-sia, tidak akan sia-sia........
Aku tahu, Thian Ki, kita saling mengetahui isi hati masing-masing dan semoga Tuhan melindungi kita
Sekarang, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?
Aku ingin memenuhi pesan guruku, juga ayah tiriku, yaitu mendapatkan pedang pusakanya yang berada di gudang pusaka kerajaan
Aku harus melakukan itu, dan harus berhasil, untuk membalas segala budi kebaikannya kepadaku dan kepada ibuku
Setelah berhasil, aku akan memperkenalkan engkau kepada ibuku dan ayah tiriku, dan mengakui kepada mereka bahwa engkau adalah calon is teriku.
Berkata sampai di situ Thian Ki tertegun
Baru dia teringat bahwa ayah tirinya telah menjodohkan dia dengan Cian Kui Eng! Dan terkenang dia kepada sumoinya atau juga adik tirinya itu bahwa Kui Eng juga mencintanya, bukan sebagai adik kepada kakak, melainkan sebagai seorang wanita kepada seorang pria
Sejenak dia menjadi gelisah akan tetapi segera terhapus kegelisahan itu begitu dia menatap wajah kekasihnya
Engkau kenapa, Thian Ki?
tanya Cin Cin yang melihat perubahan sejenak tadi pada wajah kekasihnya
Tidak apa-apa, aku hanya te ringat bahwa aku mempunyai sebuah tugas lagi yang harus kulakukan, demi membalas budi kebaikan paman Si Han Beng dan bibi Bu Giok Cu.
Aku tahu, mencari dan membawa kembali pute ri nereka, bukan?
Cin Cin memotong,
aku akan membantumu sekuat tenagaku, Thian Ki.
Pada saat itu, te rdengar suara ribut-ribut dari depan rumah dan dis usul s uara beradunya senjata tajam yang nyaring
Tentu saja Thian Ki dan Cin Cin terkejut sekali dan mereka berloncatan dan berlari keluar dari taman menuju ke pekarangan luar
Dan di sana, mereka melihat dua orang sedang berkelahi dengan seru dan mati-matian
Setelah dekat, mereka mengenal Siong Ki yang sedang berkelahi dengan seorang pemuda yang bertubuh kecil, berwajah tampan sekali dan gerakan pedangnya je las menunjukkan bahwa orang ini memiliki dasar ilmu silat Siauw-lim-pai
Namun, sekali pandang saja tahulah Cin Cin dan Thian Ki, bahwa pemuda tampan itu tidak akan dapat menandingi Siong Ki yang jauh le bih unggul ilmu pedangnya, sehingga kini pemuda itu te rdesak oleh sinar pedang yang dimainkan Siong Ki
Namun, pemuda itu nampaknya bertekad untuk menyerang mati-matian, sehingga Thian Ki khawatir kalau-kalau Siong Ki akan lupa diri dan membunuh orang
Tahan senjata......!!
te riaknya dan diapun meloncat ke depan, ke tengah-tengah medan pertandingan
Mendengar angin yang dahsyat menyambar, pemuda itu te rkejut dan melompat mundur
De mikian pula Siong Ki juga menahan pedangnya ketika melihat munculnya Thian Ki dan Cin Cin
Sabarlah, Siong Ki dan engkau juga, sobat
Kalau ada persoalan dapat dibicarakan dan didamaikan
Kenapa kalian sepagi ini sudah saling serang mati-matian seperti itu
Siong Ki, siapakah sobat ini dan mengapa kalian bertanding matimatian?
tanya Thian Ki
Siong Ki mengamati pemuda di depannya itu dengan alis berkerut dan sinar mata marah dan penas aran
Orang sinting ini datang ingin bertemu dengan suhu dan subo dengan nada suara yang merendahkan, ketika kuberitahu bahwa suhu dan subo masih tidur, tiba-tiba saja ia menyerangku dan hendak membunuhku.
Jahanam keparat, memang aku akan membunuhmu!
bentak pemuda itu dan dia sudah hendak menyerang lagi
Dari cara dia bicara, dari sikapnya, Thian Ki merasa bahwa pemuda ini bukanlah orang kangouw biasa saja
Kata-katanya, walaupun sedang marah dan merupakan makian, tetap saja menggunakan kata-kata yang halus, dengan pengucapan yang te ratur, seperti seorang bangsawan!
Tahan dulu, sobat,
katanya sambil memberi hormat kepada pemuda itu dengan merangkapkan kedua tangan depan dada
Agaknya terjadi kesalah pahaman di sini
Tahukah engkau siapa pemuda ini?
Thian Ki menuding ke arah Siong Ki
Dia adalah The Siong Ki, murid dari paman Si Han Beng yang berjuluk Huang-ho-Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)...........
Kalau begitu, Huang-ho Sing-liong adalah seorang jahat yang memiliki murid jahat!
pemuda itu membentak marah
Orang gila!
Siong Ki sudah marah lagi, akan tetapi sebelum dia melakukan sesuatu, te rdengar suara dari dalam rumah
Siapakah yang mengatakan bahwa kami jahat?
Dan Si Han Beng bersama isterinya telah muncul dari pintu depan
Suami is te ri ini masih nampak agak pucat dan lemah, tanda bahwa mereka belum dapat memulihkan tenaga yang malam tadi te rkuras habis ketika mereka mencoba untuk mengobati Thian Ki
Apa yang te rjadi di sini?
tanya Bu Giok Cu melihat muridnya berdiri dengan sebatang pedang di tangan, berhadapan dengan seorang pemuda tampan yang kelihatan marah-marah dan yang juga memegang sebatang pedang di tangannya
Paman dan bibi, agaknya te rjadi kesalah pahaman antara Siong Ki dan tamu ini,
kata Thian Ki
Siong Ki, apa yang te rjadi?
tanya Si Han Beng dengan suara te gas karena guru ini masih merasa kecewa melihat muridnya pulang tanpa hasil mencari pute rinya, bahkan te lah melukai ibu Cin Cin
Suhu, teecu sendiri tidak mengerti
Orang ini tadi muncul di pekarangan dan te ecu segera menemuinya dan menanyakan maksud kunjungannya
Dia hendak bertemu dengan suhu dan subo, dan ucapannya terdengar kasar, bahkan tidak menghormati suhu dan subo
Teecu menjawab bahwa suhu dan subo masih belum bangun dari tidur dan menyuruh dia pergi agar tidak mengganggu, karena sikap dan kata-katanya yang tidak menghormat
Eh, tiba-tiba dia mencabut pedang dan menyerang teecu, bukan sekedar menguji kepandaian, melainkan dengan sungguh-sungguh akan membunuh te ecu.
Mendengar laporan muridnya itu, Si Han Beng memandang penuh perhatian kepada tamunya, dan Bu Giok Cu sudah tidak sabar lagi
Orang muda, engkau masih muda dan tampan, kenapa begini pemarah
Setidaknya, jelaskan dulu kenapa engkau hendak membunuhnya dan apa pula keperluanmu mencari kami berdua.
Pemuda itu menatap wajah Si Han Beng dan Bu Giok Cu bergantian, kemudian, dengan suara mengandung kemarahan dia berkata,
Aku harus membunuh jahanam busuk ini! Apalagi setelah te rnyata dia ini murid Huang-ho Sing-liong Si Han Beng, dia harus mati di tanganku! Kalau kalian suami isteri hendak membelanya, boleh! Biar aku mendapat kenyataan bahwa nama besar Huang-ho Sin-liong hanyalah nama kosong belaka, dia bukan seorang pendekar budiman yang bijaksana, melainkan seorang yang pengecut, tidak bertanggung-jawab, juga mempunyai murid yang jahat, pengkhianat dan pemberontak!
-ooo0dw0ooo-