Naga Beracun Jilid 19

Jilid 19

Karena itu, berbahagialah orang yang dapat menikmati apa yang telah dimilikinya

Tidak te rseret nafsu daya rendah yang tiada putusnya menarik kita untuk selalu mengejar sesuatu yang belum kita miliki, membuat kita menjadi angkara murka dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada

Kalau sudah begini, hiduppun merupakan penderitaan, kekecewaan, kebosanan, yang takkan berhenti

Orang yang kaya raya, yang sebelum kaya membayangkan betapa akan bahagianya setelah dia dapat menjadi kaya, mulai menderita karena kekayaannya

Bermacam masalah yang meresahkan, membingungkan dan menyedihkan timbul karena adanya kekayaan yang berlimpah

Orang yang berpendidikan tinggi, yang berpengetahuanpun tidak sebahagia seperti yang dibayangkan ketika dia sedang mengejar ilmu pengetahuan itu

Dia seperti terhimpit oleh ilmu pengetahuannya sendiri

Demikian pula orang yang berkedudukan

Tadinya kedudukan dianggap sebagai sarana utama untuk mencapai kebahagiaan, akan tetapi setelah kedudukan diperolehnya, justeru kedudukannya itulah yang menjadi penghalang bagi kebahagiaannya

Kita te rbelenggu oleh apa yang kita kejar, karena kita diperhamba oleh apa yang kita kejar sendiri

Bu Couw Hwa segera merasakan kepahitan oleh kenyataan bahwa jalan hidupnya tidaklah semulus seperti yang ia citakan

Ia hanya mendapatkan sedikit perubahan dari peris tiwa dalam kamar mandi itu

Ia dipindahkan dari kedudukan pembersih kamar mandi menjadi dayang sebelah dalam

Akan te tapi, kenaikan kedudukan ini tidak ada artinya baginya

Kini hanya diketahui semua penghuni bagian pute ri itu bahwa ia adalah seorang di antara dayang yang pernah mendapat 

kehormatan

melayani kaisar! Itu saja

Hanya beberapa kali saja ia dipanggil untuk melayani kaisar di tempat tidurnya

Setelah itu, Kaisar Tang Tai Cung seolah melupakannya! Dan yang lebih menggelisahkan hatinya, selama beberapa kali melayani kaisar itu, ia tidak berhasil mengandung

Akan te tapi, Bu Couw Hwa adalah seorang wanita yang sejak kecil memiliki hati yang keras dan semangat yang besar

Ia tidak pernah turun semangat, bahkan segala kegagalan dianggapnya sebagai pupuk bagi semangatnya untuk mencapai apa yang dicitakannya

Kalau perlu, ia berani menempuh segala cara dan jalan demi tercapainya cita-citanya

Setelah melihat betapa Kaisar Tang Tai Cung yang pembosan itu acuh saja te rhadap dirinya, iapun mencari sasaran lain

Banyak memang pria yang dapat dijadikan sasaran olehnya

Para pengawal atau komandan pengawal, bahkan pejabat-pejabat tinggi yang dekat dengan kaisar dan sering bertemu dengannya

Namun, ia bukanlah seorang wanita yang mudah puas

Citacitanya setinggi langit

Segala macam pria yang berkedudukan tinggi itu tidak ada artinya baginya

Ia harus mencapai puncaknya! Orang ke dua setelah Kaisar Tang Tai Cung yang dianggapnya akan mampu mengangkatnya ke te mpat tertinggi, adalah Pangeran Li Hong, putera mahkota! Pangeran ini berusia duapuluh tahun, tentu saja jauh lebih menarik daripada ayahnya, Kaisar Tang Tai Cung yang sudah berusia empatpuluh tahun

Kembali Bu Couw Hwa mengatur siasat

Sebagai seorang dayang yang dipercaya membersihkan kamar-kamar, te ntu saja banyak kesempatan baginya untu k menyambar barang-barang berharga yang berserakan dan tidak pernah diteliti oleh para permais uri dan selir

Mudah saja bagi Bu Couw Hwa untuk mencuri barang-barang perhiasan berharga dan benda-benda ini ia pergunakan untuk mendekati para thai-kam

De ngan menyogok sana sini akhirnya para thaikam dapat mengatur suatu pertemuan yang seolah-olah tidak disengaja antara ia dan Pangeran Mahkota Li Hong di dalam taman

Pada suatu malam te rang bulan, ketika Pangeran Mahkota Li Hong sedang berjalan-jalan seorang diri di taman besar istana, hanya ditemani dua orang thai-kam kepercayaan, tiba-tiba ia mendengar suara yang-kim (s iter) yang nyaring

Lalu suara itu disusul kemerduan suara seorang wanita yang bernyanyi

Mendengar ini, Pangeran Li Hong menghentikan langkahnya dan mendengarkan

Nyanyian itu amat terkenal, nyanyian rakyat yang menceritakan tentang seekor burung merak yang merindukan seekor burung dewata, betapa sang merak merasa rendah diri dan buruk dibandingkan sang burung dewata, namun betapa rindunya untuk berdekatan dengan raja burung itu

Entah karena is i nyanyian itu atau merdunya suara dan yang-kim atau karena malam te rang bulan di taman mendengar nyanyian itu merupakan perpaduan yang amat indah, namun pangeran yang masih muda itu merasa tertarik dan kagum se kali

Siapa yang bernyanyi itu?

tanyanya sambil memandang ke arah sebuah pondok kecil mungil yang berada di dalam taman, darimana suara itu te rdengar

Tentu saja dua orang thai-kam itu tahu siapa pemilik suara itu, karena merekalah yang mengatur perte muan ini, akan tetapi mereka tidak mau mengaku dan mengatakan bahwa mungkin seorang dua oran g dayang yang sedang bertugas di situ membersihkan pondok yang menjadi te mpat peristirahatan para puteri

Akan te tapi itu hanya dugaan hamba saja pangeran,

kata pula orang kedua, 

s etahu kami tidak ada dayang is tana yang memiliki suara semerdu itu dan keahlian memainkan yang-kim seindah itu.

Tentu saja hati sang pangeran menjadi semakin te rtarik, maka ketika dua orang thai-kam itu mengajak dia untuk mengintai melalui belakang pondok, diapun tersenyum dan mengikuti mereka

Semua ini memang sudah diatur oleh Bu Couw Hwa dan dua orang thai-kam itu

Ketika sang pangeran bersama dua orang thai-kam mengintai melalui pondok belakang, mereka melihat seorang gadis cantik jelita sedang duduk seorang diri memainkan yang-kim karena nyanyian itu telah selesai

Gadis itu cantik manis dan jari-jari tangannya yang le ntik bergerak menari-nari dengan indahnya di atas yang-kim, mukanya agak diangkat seolah gadis itu sedang memandang bulan di langit dengan mata yang redup sayu, dengan mulut yang setengah terbuka

Bukan main indahnya penglihatan itu

Melihat seorang gadis cantik jelita bermain yang-kim, di taman bunga dalam te rang bulan, sungguh suatu keindahan seperti yang te rkandung dalam sajak yang indah

Hati sang pangeran seketika terpikat

Suasana itu mendatangkan ketentraman dan kelembutan yang penuh damai, menimbulkan gairah romantika yang syahdu dan darah mudanya bergejolak

Melihat bahwa gadis itu mengenakan pakaian seperti seorang dayang, maka keberanian sang pangeran meningkat

Kalau wanita itu seorang selir ayahnya, te ntu saja dia tidak akan berani menggodanya

Akan te tapi seorang dayang hanyalah seorang pelayan, walaupun banyak selir berasal dari dayang

Bersama dua orang thai-kam yang di percayanya itu, diapun memasuki pondok itu dari pintu belakang dan menghampiri gadis yang masih memainkan yang-kim lirih-lirih sambil melamun

Nona, suaramu indah sekali.

Pangeran Li Hong memuji setelah berada dekat di belakang gadis itu

De ngan permainan sandiwara yang baik sekali, gadis itu mele paskan yang-kimnya saking kaget, memutar tubuhnya, te rbelalak dan membuka mulut secara manis sekali, mengangkat kedua tangan ke atas, lupa bahwa baju depannya setengah terbuka sehingga nampak sebagian dadanya yang mulus dan putih, lalu menjatuhkan diri berlutut

Yang mulia Pangeran......, hamba...

hamba mohon maaf......hamba tidak tahu akan kehadiran paduka...

hamba siap menerima hukuman mati..

  katanya dengan suara yang merdu dan seperti orang yang ketakutan, suaranya berdesah dan berbisik

Pangeran Li Hong tertawa, semakin kagum karena setelah berada dekat, dia melihat bahwa gadis ini memang cantik sekali dan keharuman khas keluar dari tubuhnya

Padahal gadis ini baru selesai bekerja agaknya, setelah membersihkan pondok itu dan beris tirahat, tentu tidak mempersiapkan diri, tidak mempersolek diri

Bajunyapun setengah te rbuka dan rambutnya kusut

Sama sekali dia tidak pernah mimpi bahwa kekusutan pada diri Bu Couw Hwa itu adalah kekusutan 

teratur

Ha-ha-ha, nona, jangan takut

Engkau tidak bersalah apa-apa, aku tadi hanya te rtarik oleh suaramu yang merdu dan permainan yang-kimmu yang indah

Aku ingin mendengar le bih banyak

Mainkanlah yang-kim itu dan bernyanyilah untukku.

Aiih, ampunkan hamba, pangeran

Bagaima hamba berani memperdengarkan suara hamba yang parau dan permainan yang-kim hamba yang ngawur

Hamba hanya seorang dayang.......

Jangan merendahkan dirimu, eh, siapa namamu?

Bukan main girangnya rasa hati Bu Couw Hwa

Perhatian dari pangeran itu menunjukkan bahwa siasatnya mulai berhasil

Umpannya mulai disambar kakap! 

Nama hamba Bu Couw Hwa, pangeran.

Bagus, Couw Hwa, atau kusebut saja engkau Hwa Hwa!

Pangeran itu tertawa lagi, girang karena wajah gadis itu demikian cerah dan ramah sehingga menimbulkan suasana yang gembira

Dia lalu memerintahkan kedua orang thai-kam

Cepat ambilkan arak dan makanan, aku ingin makan malam di sini

Hwa Hwa, maukah engkau melayaniku makan malam di s ini?

Mau

Aiiih, pangeran

Hamba merasa seperti kejatuhan bintang, mendapat kehormatan besar sekali

Tentu saja hamba suka sekali

Biar hamba bersihkan dulu meja dan dan hamba ganti dengan kain penutup yang baru!

Dengan gerakan lincah, le nggang yang membuat pinggulnya yang bulat besar seperti menari-nari, gadis itu mengerjakan persiapan untuk makan malam sang pangeran

Setiap gerak geriknya diikuti pandang mata pangeran muda itu yang menjadi semakin te rpesona

Aku harus dapat menaikkan harga diriku,

demikian sambil membersihkan dan merapikan meja, gadis itu berpikir

Kalau kujual murah, te ntu akhirnya sebentar saja dia akan lupa padaku.

Bu Couw Hwa memang cerdik luar biasa

Ia mempergunakan siasat memikat pangeran mahkota bukan sekedar merupakan petualangan cinta belaka

Sama sekali tidak! Ia memiliki tujuan yang le bih inggi lagi, mempunyai cita-cita yang muluk

Usahanya te rhadap Kaisar gagal setengah jalan, maka kini ia menempuh jalan lain, melalui Pangeran Mahkota! Tak lama kemudian, pangeran itu makan minum di dalam kamar, dilayani Bu Couw Hwa, kemudian gadis itupun beberapa kali memainkan yang-kim dan bernyanyi, bahkan mengajak pangeran itu bercakap-cakap tentang seni suara dan seni sastra, karena iapun pandai membuat sajak atau syair berpasangan yang mengandung makna dalam

Mendengar bahwa usia gadis itu baru menjelang tujuhbelas tahun, sang pangeran menjadi semakin kagum

Akan te tapi ketika dia mulai  memperlihatkan gejolak berahinya, dengan le mbut Bu Couw Hwa menolaknya

Dengan halus dan le mbut.! Tentu saja sang pangeran menjadi penas aran bukan main

Penolakan yang halus itu sama sekali tidak membuatnya marah, bahkan membuat berahinya semakin berkobar seperti api disiram minyak

Wanita muda itu tetap bersikap manis, bersikap amat menyayang dan hormat sehingga sang pangeran merasa dimanja

De ngan sikapnya, Bu Couw Hwa jelas menyatakan perasaan hatinya yang jatuh cinta kepada junjungan itu

Kerling matanya, senyumnya, gerakan tubuhnya, suaranya, semua jelas membayangkan bahwa ia mencinta sang pangeran

Akan tetapi kalau pangeran itu hendak menyentuhnya, ia dengan halus dan sopan menjauhkan diri dan pandang matanya nampak sayu dan sedih.! Ia seperti jinakjinak merpati yang membuat pangeran menjadi semakin terpikat

Akhirnya setelah jelas bahwa wanita itu tidak bersedia melayaninya bercinta, sang pangeran meninggalkan te mpat itu, diantar senyum dan kerling penuh kasih ole h Bu Couw Hwa

Dalam perjalanan kembali ke tempat tinggalnya sendiri itulah sang pangeran menyatakan keheranannya

I a begitu dekat, akan te tapi begitu jauh,

ratap pangeran itu kepada dua orang kepercayaannya

I a seperti menantang, akan tetapi selalu menghindar

Ia jelas mencintaku, akan te tapi tak ingin kujamah

Mengapa begitu, seolah ia menyiksaku?

 Dua orang thai-kam itu saling lirik dan te rsenyum, diam-diam kagum sekali kepada gadis itu

Seorang wanita muda yang luar biasa, seperti minuman arak yang amat baik, le mbut memabokkan, akan te tapi tidak te rasa oleh yang mabok

Tepat seperti yang telah diatur oleh Bu Couw Hwa yang te lah menyogok mereka dengan banyak benda berharga, mereka lalu berkata bahwa dayang itu pernah menjadi dayang kesayangan Kaisar, bahkan telah beberapa kali mendapat kehormatan melayani kaisar

Mungkin karena ia tidak ingin membuat paduka melakukan kesalahan, maka ia sengaja menahan diri dan menghindar, yany mulia,

kata mereka

Ahh......begitukah

Sungguh ia seorang wanita yang baik dan le mbut hati, setia dan juga tidak ingin melihat aku melakukan kesalahan

Akan tetapi ia hanya seorang dayang, belum diangkat menjadi selir ayahanda kaisar, bukan?

Demikianlah, yang mulia

Ia masih belum menjadi selir yang sah.

Kalau begitu, ia masih seorang dayang, dan bukan suatu pelanggaran dosa kalau terjadi hubungan antara kami,

pangeran yang sudah te rgila-gila itu membela diri

Me mang sesungguhnya demikian, pangeran

Apa lagi yang mulia Sribaginda te rlalu sibuk sehingga hampir melupakannya, karena itulah maka ia tadi menyanyikan lagu kerinduan

Paduka dapat menduga, siapa yang disebut sebagai burung Hong yang dirindukannya?

Siapa lagi kalau bukan Sribaginda?

Dua orang thai-kam itu tersenyum

Yang mulia Pangeran, ia menjadi kekasih Sribaginda hanya selama beberapa kali saja dan menurut keterangannya hal itupun te rjadi selagi Sribaginda dalam keadaan te rlalu banyak minum anggur, sehingga pertama kalinya terjadi di kamar mandi di mana Bu Couw Hwa bertugas membersihkan kamar mandi

Tidak, bukan Yang Mulia Sribaginda Kaisar yang dimaksudkan sebagai burung Hong yang dirindukannya dalam nyanyian tadi, melainkan paduka.

Ehh

Bagaimana engkau bisa tahu?

pangeran itu bertanya, curiga

Yang Mulia, pernah ketika bertemu dengan hamba, ia mengatakan bahwa betapa bahagianya hamba menjadi pelayan paduka, selalu dekat dengan paduka

Nah, bukankah itu suatu bukti bahwa diam-diam ia memuja paduka

Pula, bukankah nama burung itu sama dengan nama paduka?

Bukan main girangnya hati Pangeran Li Hong mendengar ini

Dan selanjutnya, atas bantuan dua orang thai-kam itu yang mengharapkan banyak hadiah, diaturlah pertemuan-pertemuan selanjutnya antara Pangeran Li Hong dan Bu Couw Hwa

Bu Cou w Hwa cerdik luar biasa

Ia bersikap jatuh cinta dan te rgila-gila kepada sang pangeran

Akan te tapi, ia mohon agar hubungan itu dirahasiakan, katanya untuk menjaga agar jangan sampai kaisar mendengar dan akan menyalahkan mereka

Juga dari kedua thai-kam itu ia menerima ramuan obat untuk mencegah agar dalam hubungannya dengan sang pangeran, ia tidak sampai hamil

Ia memikat dan mengikat cinta kasih sang pangeran, dan untuk itu ia bersikap cerdik sekali

Ia sengaja menjual mahal, sengaja tidak selalu memenuhi permintaan sang pangeran untuk mengadakan perte muan, dengan berbagai alasan yang masuk akal

Hal ini ia lakukan untuk membuat sang pangeran tetap rindu kepadanya

Setelah semalam melayani dengan seluruh kemampuannya untuk membuat sang pangeran mabok kepayang, ia s elalu menjauhkan diri sampai berminggu-minggu

Hal ini membuat Pangeran Li Hong yang masih muda itu benar-benar menjadi te rgila-gila

Bu Couw Hwa mulai membuat ikatan-ikatan, seperti seekor laba-laba menjaring seekor belalang, dengan benang-benang halus lembut namun kokoh kuat sehingga sang belalang tidak merasa bahwa ia masuk ke dalam perangkap! -ooo0dw0ooo- 

Sudahlah, Thian Ki

Engkau tidak salah

Gadis itu yang mencari gara-gara sendiri

Kalau ia tidak berniat membunuhmu dan mencengkeram pundakmu, te ntu ia tidak akan keracunan dan kalau engkau membuntungi pergelangan tangannya, hal itu kaulakukan justru untuk menyelamatkan nyawanya dari kematian

Kenapa engkau menyesali diri seperti ini, berhari-hari tidak mau makan minum sampai tubuhmu menjadi kurus kering, wajahmu pucat dan engkau seperti seorang yang kehilangan semangatnya?

tegur ibunya, Sim Lan Ci yang te lah mendengar semua te ntang pertandingan antara suaminya dan Kam Cin, kemudian tentang Kam Cin menyerang pute ranya sehingga gadis itu keracunan dan pergelangan tangannya dibuntungi pute ranya untuk menyelamatkan nyawa gadis itu

Thian Ki tidak menjawab, hanya menundukkan mukanya

Sejak peristiwa itu, dia tidak pernah dapat melupakan bayangan Cin Cin dengan tangan kirinya yang buntung, tak dapat melupakan betapa dia yang membuntungi tangan gadis itu, dan selalu wajah Cin Cin ketika memandang kepadanya untuk yang te rakhir kali membayanginya sampai ke dalam mimpi

Hal ini membuat dia merasa menyesal bukan main

Apalagi kalau dia teringat ketika pernah bersama ayah bundanya menjadi tamu di rumah Cin Cin

Kedukaan ini membuat dia lupa makan lupa tidur

Selain engkau tidak bersalah, Cin Cin itu jahat bukan main, koko! Kenapa orang seperti itu koko ingat terus

Ia telah menghina kita, ia telah berniat membunuh ayah, bahkan membunuhmu

Apakan engkau takut kalau ia mendendam kepadamu karena engkau membuntungi tangannya

Jangan takut, aku akan membantumu membasminya kalau ia berani mencoba untuk membalas dendam!

kata Kui Eng dengan hati panas

Entah bagaimana ia sendiri tidak tahu, setelah ia mengetahui bahwa ia bukan anak kandung Sim Lan Ci, tidak mempunyai hubungan keluarga atau darah dengan Thian Ki, pandangannya te rhadap pemuda itu berubah sama sekali

Sejak kecil ia memang amat sayang kepada kakaknya ini, akan tetapi sekarang, setelah mengetahui bahwa Thian Ki bukan apa-apa melainkan orang lain, kesayangannya sebagai adik te rhadap kakak kandung berubah menjadi cinta kasih seorang wanita terhadap pria! Maka, melihat Thian Ki begitu murung dan berduka karena seorang gadis lain, apa lagi gadis itu musuh besar ayah kandungnya, ia merasa cemburu dan marah

Thian Ki memandang adiknya sejenak, lalu menunduk lagi dan menghela napas panjang, dia tidak menjawab

Dia menyadari bahwa dia tidak bersalah tentang buntungnya tangan Cin Cin, namun betapapun juga, buntungnya tangan itu adalah karena dia

Gadis itu keracunan karena tubuhnya beracun dan biarpun dia menyelamatkan nyawa gadis itu dengan membuntungi tangannya, tetap saja dialah yang membuntungi tangan itu! Dan dia tidak mungkin dapat melupakan sinar mata dan tarikan wajah Cin Cin ketika gadis itu memandang kepada le ngannya yang buntung dengan mata terbelalak dan mulut ternganga! 

Thian Ki, aku merasa kecewa dan malu melihat sikapmu ini!

tiba-tiba terdengar suara Cian Bu Ong yang menggele gar dan penuh kewibawaan

Sikapmu ini hanya pantas dimiliki seorang lakilaki yang lemah dan cengeng! Segalanya sudah te rjadi dan sebagai laki-laki yang gagah engkau harus berani menghadapi kenyataan, harus berani bertanggung-jawab atas semua  yang te lah kaulakukan! Engkau tidak pantas disebut orang gagah kalau bersikap seperti ini, memalukan saja

Pada hal, sekarang engkau te lah selesai belajar dan sudah tiba saatnya engkau te rjun ke dunia persilatan sebagai seorang pendekar, sebagai seorang gagah agar tidak sia-sia semua pelajaran yang telah kaupelajari selama ini

Agar tidak sia-sia engkau hidup sebagai seorang manusia di dunia ini.

Ucapan Cian Bu Ong itu seperti sengat lebah, seperti siraman air dingin, membuat Thian Ki te rsadar

Dia mengangkat mukanya yang pucat dan memandang kepada ayah tirinya, juga gurunya, dan diapun menjatuhkan diri berlutut di depan ayah tirinya dan ibunya, kedua matanya basah, akan tetapi dia tidak menangis

Ayah, ibu, maafkan aku yang le mah ini

Semua kata-kata ayah, ibu dan adik Kui Eng benar

Sekarang aku menyadari bahwa sikapku ini sungguh sikap seorang pengecut yang hendak melarikan diri dari kenyataan hidup

Maafkan aku.

Ibunya, Sim Lan Ci, memaklumi apa yang te rdapat di hati puteranya, maka iapun merangkul pute ranya dengan hati terharu

Sejak kecil, ia sendiri dan mendiang suaminya, Coa Siang Lee, yang mendidik anak ini agar menjauhkan diri dari segala kekerasan, sengaja tidak mengajarkan ilmu silat bahkan menanamkan dalam hatinya agar menjauhi kekerasan

Akan tetapi ia dijadikan seorang tok tong (anak beracun) oleh mendiang neneknya yang bermaksud agar sang cucu kelak menjadi seorang jagoan tanpa tanding! Karena sudah terlanjur memiliki tubuh beracun, sehingga di luar kehendaknya beberapa orang tokoh dunia persilatan te was ketika mencoba untuk membunuh dan menyerangnya, maka kemudian setelah menjadi putera tiri Cian Bu Ong, Thian Ki belajar ilmu silat tinggi

Namun, ia tahu bahwa di dasar hati Thian Ki masih te rdapat kelembutan itu

Dia tidak ingin melukai orang, apa lagi membunuhnya

Dan kini, secara terpaksa dia membuntungi tangan Cin Cin, seorang gadis yang pernah akrab dengannya ketika masih sama-sama kecil

Sudahlah, anakku

Bangkitlah dan jangan lagi membiarkan dirimu te nggelam dalam penyesalan dan kedukaan

Ayahmu benar

Engkau seorang laki-laki yang seharusnya bersikap gagah dan jantan,

kata ibu ini

Thian Ki bangkit dan duduk kembali

Ketika dia mengangkat muka memandang ayah tirinya, ibunya dan Kui Eng, matanya sudah mengeluarkan sinar, tidak lagi muram dan layu seperti sebelumnya

Yang terpenting adalah pengamatan diri, Thian Ki

Carilah dalam dirimu sendiri dan lihat kenyataan apa yang te lah terjadi

Kalau dalam peristiwa itu engkau merasa bahwa engkau telah melakukan kesalahan, maka engkau harus berte kad untuk mengubah kesalahan itu dan tidak mengulanginya kelak

Sebaliknya, kalau engkau tidak merasa melakukan suatu kesalahan, jangan engkau takut menghadapi segala akibatnya

Dalam peristiwa yang telah terjadi itu, aku tidak melihat kesalahan dalam tindakanmu Akan te tapi andaikata akibatnya tidak menguntungkan, andaikata gadis itu mendendam kepadamu, engkau harus berani menghadapi kenyataan itu dengan modal utama, yaitu keyakinan bahwa engkau tidak melakukan kesalahan

Itu saja!

Thian Ki mengangguk-angguk

Terbayang semua peristiwa itu

Mula-mula dia turun tangan untuk mencegah Cin Cin membunuh ayah tirinya, yang tadinya sudah mengalah terhadap gadis itu

Tentu saja perbuatannya ini tidak salah karena tidak mengandung niat buruk di hatinya ketika dia menyelamatkan ayahnya

Akan tetapi Cin Cin bahkan menyerangnya

Diapun hanya membela diri, sama sekali tidak bermaksud untuk melukai gadis itu

Akan tetapi kenyataannya menjadi lain dari yang dia kehe ndaki

Gadis itu mencengkeram pundaknya, dan di luar kesadarannya, tanpa disengaja karena otomatis hawa beracun di tubuhnya bergerak tak te rkendali untuk melindungi pundak yang dicengkeram, tangan Cin Cin keracunan

Racun itu akan menjalar dan menewaskan Cin Cin, tanpa ada obat yang akan mampu menolongnya

Oleh karena itu, dia cepat membuntungi tangan beracun itu demi keselamatan nyawa Cin Cin

Memang tidak ada kebencian mendorong semua perbuatannya itu

Hanya nasib yang menentukan demikian

Sudah digariskan

Sudah menjadi kehendak Tuhan

Dia harus berani menghadapi segala akibatnya

Dia teringat akan sikap ayah tirinya

Ayah tirinya menghadapi pula akibat dari perbuatannya ketika muda, yaitu mengenai urusan pribadinya dengan Tung-hai Mo-li Bhok Sui lan

Dan kini ayah tirinya menanggung akibatnya

Akan te tapi dengan sikap yang gagah, tidak ingin melibatkan keluarganya

Semua akibat ditanggungnya sendiri, tanpa memperlihatkan penyesalan atau kecengengan

Sesal dan duka hanya mendatangkan kekeruhan pikiran dan hati, sama sekali tidak ada manfaatnya, sama sekali tidak akan dapat mengubah keadaan

Dia bahkan harus bertindak te gas untuk meluruskan yang bengkok, menjernihkan yang keruh

Dia harus dapat menemukan Cin Cin dan memberi penjelasan

Sukur kalau gadis itu dapat melihat kenyataan, kalau tidakpun dia harus berani menghadapi apa saja yang akan menjadi akibat dari peris tiwa itu

Memang segala sesuatu Tuhan yang menentukan akan tetapi dia harus berikhtiar, harus berusaha ke arah kebaikan dan melalui jalan kebenaran

Terima kasih, ayah

Kini aku mengerti benar dan harap ayah suka memberi tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Wajah bekas pangeran itu berseri

Thian Ki memang bukan keturunannya, bukan darah dagingnya, namun dia merasa sayang kepada anak ini, menaruh harapan besar dalam diri anak ini

Engkau sudah selesai belajar, Thian Ki

Pada saat ini, semua ilmuku sudah kuberikan kepadamu

Dalam hal ilmu silat, engkau sudah setingkat denganku, hanya mungkin kalah pengalaman s aja

Akan te tapi kekalahan itu dapat kau tutup dengan keadaan dirimu yang mengandung hawa beracun

Kalau kita berkelahi benar-benar, aku sendiri tidak akan mampu mengalahkanmu

Nah, sekarang untuk apa engkau yang sudah dewasa ini menghabis kan waktu sia-sia saja di tempat ini

Terjunlah ke dunia kang-ouw, perlihatkan dirimu sebagai seorang manusia yang berguna, bagi diri sendiri, bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi rakyat.

Jadilah seorang pendekar yang berbudi baik, anakku

Kau bela yang le mah te rtindas, kau te ntang yang kuat dan jahat, akan tetapi ingat, jangan sekali-kali engkau te rlibat dalam urusan pemerintah, jangan te rlibat dalam urusan pemberontakan,

kata ibunya yang mengerling ke arah suaminya

Cian Bu Ong tidak merasa tersinggung, bahkan te rsenyum le bar dan menghela napas dalamdalam

I bumu benar, Thian Ki

Dahulu aku dikuasai nafsu yang membuat aku bercita-cita te rlalu muluk, tidak mau melihat kenyataan bahwa Kerajaan Sui telah runtuh dan Kerajaan Tang telah bangkit dan lahir menjadi penggantinya

Tidak ada yang kekal di dunia ini

Kerajaan demi Kerajaan bangkit dan jatuh, seperti juga manusia, satu demi satu lahir dan mati

Tidak mungkin menentang garis yang sudah ditentukan oleh Thian (Tuhan)

Usahaku melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan baru Tang hanya mendatangkan malapetaka bagi keluargaku, bagi aku sendiri dan banyak orang lain

Biarlah keadaanku itu menjadi contoh bagimu.

 

Thian Ki, engkau te ntu masih ingat akan pesan nenekmu, bukan

Nah, jangan lupa, dalam perantauanmu mencari pengalaman, pergilah engkau ke dusun Hong-cun di tepi Sungai Kuning, te mui kakak-angkat mendiang ayah kandungmu, yaitu Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng dan isterinya yang bernama Bu Giok Cu

Dari merekalah engkau akan dapat memperoleh keterangan di mana adanya Pek I Tojin dan He k Bin Hwesio, dua orang yang akan mampu membebaskanmu dari hawa beracun di tubuhmu

Atau mungkin juga suami isteri itu akan mau dan mampu menolongmu.

Baik, ibu, akan kuperhatikan pesan ibu.

Nah, sebaiknya engkau berkemas dan siap untuk segera berangkat meluaskan pengalamanmu, Thian Ki,

kata pula ayah tirinya

Aku akan ikut pergi merantau bersama kakak Thian Ki!

tiba-tiba Kui Eng berkata

Suami is teri itu saling pandang dan Sim Lan Ci cepat berkata

Aih, tidak mungkin engkau melakukan perjalanan bersama Thian Ki, Kui Eng!

Kui Eng mengangkat muka memandang wajah ibu tirinya, lalu wajah ayahnya dan melihat betapa ayahnya menggele ng kepala

Kui Eng mengerutkan alisnya, cemberut dan berkata, 

Hemm, aku mengerti apa yang dipikirkan ayah dan ibu! Aku sudah berusia duapuluh tahun dan aku mengerti bahwa tidak pantas bagi seorang gadis melakukan perjalanan berdua saja dengan seorang pemuda, apalagi kalau mereka itu bukan saudara  sekandung

Akan te tapi, ayah dan ibu

Bukankah sejak kecil aku sudah menganggap koko sebagai kakak kandungku sendiri

Semua orangpun.menganggap kami berdua kakak beradik, maka apa salahnya melakukan perjalanan berdua?

Sim Lan Ci yang merasa bahwa gadis itu bukan pute ri kandungnya, merasa tidak berdaya dan iapun hanya memandang kepada suaminya, menyerahkan keputusannya kepada suaminya

Cian Bu On menggele ng kepalanya dan suaranya te gas ketika akhirnya dia berkata, 

Kui Eng, engkau tidak boleh pergi mengikuti kakakmu

Dia hendak meluaskan pengalamannya dan te rutama sekali, hendak mencari penawar hawa beracun di tubuhnya

Apalagi, dengan adanya rencana kami, ayah ibumu, maka makin tidak boleh kalian'melakukan perjalanan berdua.

Kui Eng masih mengerutkan alisnya

Aih, ayah sungguh aneh

Rencana apa yang menyebabkan aku tidak boleh pergi bersama koko?

Suami isteri itu kembali saling pandang

Mereka berdua sudah sepakat untuk menjodohkan kedua orang anak mereka itu

Hanya ada hal yang membuat mereka sangsi dan sampai sekarang, setelah Thian Ki berusia duapuluh s atu tahun dan Kui Eng berusia duapuluh tahun, mereka belum dapat memberi tahu mereka, karena keadaan Thian Ki

Dalam keadaan bertubuh seperti itu, penuh dengan hawa beracun, mereka tahu bahwa Thian Ki tidak boleh mendekati wanita

Siapapun yang berhubungan sebagai suami isteri dengan dia, pasti akan tewas! Kini, Kui Eng sudah dewasa benar, bagaimanapun juga, gadis itu dan juga Thian Ki harus diberitahu

Bagi Kui Eng, agar gadis itu tahu bahwa ia sudah mempunyai calon suami, dan bagi Thian Ki, hal itu tentu akan menjadi pendorong agar dia cepat mencari orang yang dapat membersihkan hawa beracun dari tubuhnya

Setelah saling pandang dengan is terinya dan mendapat isyarat persetujuannya, Cian Bu Ong dengan suara mantap berkata, 

Rencana kami adalah untuk menjodohkan kalian menjadi suami isteri.

He ning sejenak, kehe ningan yang mencekam karena kedua orang muda itu terkejut bukan main mendengar keputusan yang keluar dari mulut Cian Bu Ong itu

Terlalu tiba-tiba datangnya, merupakan kejutan yang tak pernah mereka duga

Bagi Kui Eng, merupakan kejutan yang menyusup ke jantung dan tulang sumsumnya, karena diamdiam ia memang sudah jatuh cinta sebagai seorang wanita terhadap seorang pria kepada pemuda yang selama ini ia anggap sebagai kakak kandungnya itu

Akan tetapi, karena iapun sama sekali tidak menyangka bahwa ayah dan ibunya merencanakan perjodohan itu, iapun terkejut dan sejenak ia te rtegun, lalu wajahnya yang manis itu berubah menjadi merah sekali

Tanpa dapat ditahan lagi, ia menoleh memandang kepada Thian Ki dan kebetulan pemuda itupun menoleh kepadanya

Sejenak dua pasang mata berte mu pandang dan segalanya nampak berobah dalam pandang mata mereka setelah mendengar keputusan itu

Kui Eng tidak dapat menahan lagi dan menunduk dengan wajah makin memerah sampai ke lehernya, sedangkan Thian Ki juga menundukkan mukanya yang menjadi merah

Aiih, ayah..........!

Kui Eng yang menjadi salah tingkah itu merasa tidak kuat untuk berada disitu le bih lama saking malunya

Sambil mengeluarkan suara yang te rdengar seperti setengah tawa dan setengah isak, iapun melompat pergi meninggalkan ruangan itu, memasuki kamarnya sendiri

Tinggal Thian Ki yang masih duduk menundukkan mukanya di depan ayah dan ibunya, seperti orang bingung dan tidak tahu harus berkata apa

Thian Ki, bagaimana pendapatmu dengan keputusan ayahmu?

tiba-tiba ibunya bertanya untuk menuntun kembali pemuda itu ke dalam ketenangan! Thian Ki mengangkat muka memandang ibunya, lalu ayahnya, kemudian dia menghela napas panjang

Selama ini, belum pernah masuk dalam gagasannya te ntang diri Kui Eng, apalagi sebagai calon isteri

Bahkan belum pernah dia memikirkan wanita, tahu bahwa dia sama sekali tidak boleh berdekatan dengan wanita

Mendengar bahwa dia ditunangkan dengan Kui Eng membuat dia te rkejut dan heran, juga bingung mengapa ayah ibunya mengambil keputusan seperti itu

Dia memang sayang kepada Kui Eng, amat sayang kepadanya

Namun, kasih sayangnya itu adalah kasih sayang seorang kakak kepada adiknya

Dia sudah tahu bahwa Kui Eng bukan adik tiri, bukan pula adik sendiri, melainkan orang lain, tidak ada hubungan darah sama sekali, akan tetapi karena mereka berdua bergaul sejak kecil, maka dia sudah te rlanjur mencinta Kui Eng sebagai adiknya

I bu, bagaimana mungkin ini

Tubuhku.....

Tubuhmu dapat dibersihkan dari racun asal engkau dapat memperole h pertolongan pamanmu Naga Sakti Sungai Kuning, Thian Ki,

ibunya memotong

Tentu saja pernikahanmu dengan Kui Eng baru akan kami rayakan dan res mikan setelah engkau te rbebas dari hawa beracun itu.

Aku sendiri akan ikut berusaha mencarikan obat bagimu, Thian Ki

Aku mendengar bahwa di daerah perbatasan sebelah barat, di pegunungan Himalaya terdapat semacam rumput merah yang dinamakan Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah) dan yang dapat membersihkan tubuh dari segala macam pengaruh racun

Aku akan mencarinya di sana, sedangkan engkau mencari dan mengunjungi Naga Sakti Sungai Kuning.

Akan tetapi, ayah dan ibu

Bukan hanya itu yang yang menjadi pikiranku

Semua orang te lah menganggap bahwa aku dan Eng-moi adalah kakak beradik, bagaimana mungkin kami berjodoh

Apa nanti pendapat dan anggapan orang-orang kalau mendengar hal itu!

Cian Bu Ong te rtawa bergelak dan memandang kepada is terinya

Ha-ha-ha, betapa sama benar bantahanmu itu dengan bantahan ibumu

Lama kami memperbincangkan hal ini dan pendapat ibumu sama pula dengan apa yang kau katakan tadi

Akan tetapi akhirnya ibumu menyadari

Kuharap engkau akan dapat menyadari pula, Thian Ki

Kehidupan kita adalah milik kita pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain

Hidup kita tidak dapat kita gantungkan kepada pendapat orang lain, Thian Ki.

Maaf, ayah

Memang benar demikian, akan tetapi mungkinkah kita hidup tanpa memperdulikan anggapan umum

Kita hidup di masyarakat, ayah, bagaimana mungkin kita mengabaikan pendapat dan peraturan umum

Kalau umum menganggap aku dan Eng-moi kakak beradik, lalu mereka mendengar bahwa kami menjadi suami isteri, bukankah hal itu akan aib yang menodai nama baik keluarga kita semua?

Ha-ha-ha, terlampau picik pandangan itu, Thian Ki

Pendapat dan hukum yang berlaku pada masyarakat tentu saja berdasarkan kenyataan, jadi kenyataan inilah yang harus kita pegang

Bagaimana kenyataannya antara engkau dan adikmu

Kalian bukan saudara, tidak ada hubungan darah sama sekali

Itulah kenyataannya! Kalau umum berpendapat lain, itu adalah kesalahan mereka sendiri

Apakah kalau umum berpendapat keliru, kitapun harus ikut-ikutan dan menganggap benar saja kekeliruan mereka itu

Tidak, Thian Ki

Yang te rpenting bagi kita adalah bahwa kita harus memiliki pendirian

Kalau kita memang benar, dan hal ini tidak dapat kita berbohong kepada diri sendiri, maka kita tidak perlu takut akan pendapat umum

Andaikata seluruh dunia menudingmu sebagai pencuri, hal itu adalah masalah mereka asalkan engkau tidak pernah mencuri

Sebaliknya, andaikata tak seorangpun mengetahui bahwa engkau mencuri, namun itu menjadi masalahmu kalau engkau benar-benar melakukan pencurian

Mengertikah engkau, Thian Ki?

Aku mengerti, ayah

Akan tetapi, pendapat umum te ntang kami ini bukan fitnah, melainkan timbul karena selama ini aku dan Eng-moi bergaul sebagai kakak beradik

Jadi kalau mereka menganggap kami kakak beradik, itu bukan kesalahan mereka.

Kembali Cian Bu Ong te rtawa

Hal itu mudah saja diubah

Mulai sekarang, engkau jangan menyebut ayah kepadaku, melainkan suhu (guru)

Dan sebaliknya, Kui Eng menyebut ibumu bukan lagi ibu, melainkan subo (Ibu guru)

Kenyataannya memang demikian, bukan

Engkau adalah muridku, dan Kui Eng juga banyak menerima pelajaran dari subonya

Dan mulai sekarang, umum akan kami beritahu bahwa kalian bukan kakak beradik

Nah, beres, bukan?

Thian Ki tidak dapat membantah lagi

Memang ayahnya atau suhunya itu benar

Yang penting adalah kenyataannya, bukan dugaan atau sangkaan orang, Betapapun juga, dia masih nanar

Kui Eng menjadi tunangannya dan kelak menjadi   isterinya

Sukar sekali membayangkan hal ini te rjadi dan mulai detik itu, te rjadi perubahan besar dalam pandangannya terhadap Kui Eng

Sekarang berkemaslah, Thian Ki

Engkau harus pergi mengunjungi pamanmu Si Han Beng di Hongcun

Makin cepat engkau te rbebas dari racun itu semakin baik,

kata ibunya

Kapan engkau akan berangkat?

tanya ayahnya atau yang mulai sekarang harus dia sebut sebagai gurunya

Teecu akan berangkat secepatnya, besok pagipagi, suhu.

kata Thian Ki tanpa ragu menyebut guru kepada orang yang selama ini disebutnya sebagai ayah

Cian Bu Ong te rtawa girang

Sebutan ini menunjukkan betapa taatnya pemuda ini, juga menandakan bahwa pemuda ini menerima usul dia dan isterinya

Bagus, aku girang sekali, Thian Ki

Engkaulah muridku yang amat membesarkan hatiku.

Terima kasih, suhu.

Mari aku membantumu berkemas, Thian Ki,

kata ibunya

Ibu dan ana k itu lalu memasuki kamar Thian Ki, mempersiapkan keberangkatan pemuda itu untuk merantau

Selain mempersiapkan buntalan pakaian dan uang secukupnya, juga ibu itu membekali banyak nasihat kepada pute ranya, menceritakan tentang para tokoh dunia kangouw, te ntang peraturan orang-orang kangouw dan memesan agar dia berhati-hati

Engkau harus berhati-hati dan waspada te rhadap tiga macam orang, ana kku

Mereka kelihatan sebagai orang-orang yang le mah, namun kalau mereka sudah berkepandaian, mereka merupakan lawan-lawan yang amat berbahaya

Mereka adalah para pengemis, para pendeta dan para sastrawan, baik pria maupun wanita

Jangan sekali-kali memandang rendah kepada orang-orang yang nampaknya le mah

Orang-orang yang bertubuh kokoh kuat biasanya mengandalkan kekuatan mereka dan lawan macam ini mudah ditanggulangi

Akan te tapi orang-orang yang kelihatan le mah tadi dapat mengalahkan kekuatan otot dan tulang.

De mikian antara lain ibu itu berpesan kepada puteranya

Saya masih ingat akan semua pesan ibu dan suhu, ibu

Harap ibu jangan khawatir karena ibupun tahu bahwa aku tidak suka bermusuhan.

Kalau engkau berhasil bertemu dengan pamanmu Si Han Beng dan bibimu Bu Giok Cu, sampaikan salam ibumu dan engkau boleh menceritakan semua keadaan ibumu semenjak ditinggal mati ayahmu

Mereka adalah pendekarpendekar yang gagah perkasa dan budiman dan dari mereka engkau akan dapat menerima banyak petunjuk.

Sejak memasuki kamarnya, Kui Eng tidak pernah kelihatan lagi oleh Thian Ki, seolah gadis itu sengaja menghindar darinya

Hal ini meresahkan hati Thian Ki

Dia merasa seolah dialah yang menjadi sebab gadis itu merasa canggung dan malu

Bagaimanapun juga, tidak mungkin dia dapat pergi sebelum berpamit kepada gadis yang disayangnya sejak mereka masih kanak-kanak itu

Kalau dia membayangkan kembali semua itu, ketika mereka masih kanakkanak, ketika mereka bermain bersama, berlatih silat bersama, bahkan ketika Kui Eng suka marah dan manja, dan dia selalu mengalah sebagai seorang kakak yang menyayang, menjaga dan melindunginya, memang sukar sekali membayangkan kelak mereka menjadi suami iste ri! Bahkan ketika keluarga itu makan malam, Kui Eng tidak muncul dan menurut ibunya, Kui Eng merasa lelah dan makan di dalam kamarnya dilayani pembantu dan tidak meninggalkan kamarnya

Cian Bu Ong hanya te rtawa senang mendengar ini karena sikap Kui Eng itu dianggapnya bahwa gadis itu malu-malu kepada Thian Ki dan sikap malu-malu seorang gadis kepada calon suaminya diartikan bahwa Kui Eng tidak menolak dan suka menjadi calon isteri Thian Ki

Akan te tapi Thian Ki sendiri merasa khawatir walaupun hal ini tidak diucapkannya

Sim Lan Ci tahu akan isi hati puteranya walaupun pemuda itu tidak mengucapkan sesuatu

Maka, pada malam hari itu, ia mengetuk pintu kamar pute ranya

Ketika Thian Ki membuka daun pintu dan melihat ibunya yang datang berkunjung, dia hendak bicara, akan tetapi Sim Lan Ci memberi is yarat agar pute ranya tidak mengeluarkan suara, lalu la berbisik, 

Kalau engkau ingin menemui Kui Eng dan berpamit, cepat pergilah ke kebun belakang.

Setelah berbisik demikian, ibu ini kembali ke kamarnya

Kebun belakang itu sunyi, namun cuaca amat indahnya karena bulan sudah berada di atas kepala dan langit bersih

Sinar bulan yang le mbut menyapu permukaan bumi dan bermain-main pada daun-daun pohon, mendatangkan perpaduan yang manis antara cahaya lembut dan bayangbayang kelabu

Kui Eng duduk di atas bangku panjang, melamun dan menengadah memandangi bulan yang dite mani beberapa buah bintang yang suram di sana-sini

Eng-moi.......

Thian Ki yang menghampiri dari belakang itu kini berdiri sekitar empat mete r dari te mpat gadis itu duduk, memanggil lirih agar degup jantungnya yang menggetarkan suaranya tidak kentara

Kui Eng tidak merasa kaget dan ia menoleh, berkata lirih, 

Koko........?

lalu menundukkan mukanya

Thian Ki merasa aneh

Biasanya, Kui Eng adalah seorang gadis yang lincah, je naka, berani dan galak

Akan te tapi sekarang menjadi begitu jinak dan malu-malu

Diapun membayangkan gadis itu seperti biasanya, seperti adiknya dan dengan hati ringan dia mendekati, lalu duduk di ujung bangku seperti biasa kalau mereka duduk di situ bersamasama

Eng-moi, engkau kenapakah'

Thian Ki bertanya

Engkau tidak enak badan dan lelah?

Kui Eng mengerling dari bawah karena mukanya masih menunduk, jari-jari tangannya utak-atik memilin ujung bajunya

Siapa bilang?

I bu,

kata Thian Ki

Dan engkau besok akan pergi pagi-pagi, koko?

Benar, siapa bilang?

I bu.....eh, maksudku subo, ibumu........

kata gadis itu maka tahulah Thian Ki bahwa ibunya telah memberitahukan segalanya, juga bahwa mulai saat itu Kui Eng harus menyebut subo kepada ibunya

Dan ia pula yang memberitahu bahwa engkau nampak gelis ah dan ingin sekali berte mu denganku

Benarkah?

Kini Kui Eng mengangkat muka memandang

Dua pasang mata berte mu dan keduanya merasa aneh sekali, seperti saling berhadapan dengan seorang yang asing dan baru pertama kali dijumpai dan dikenal

Benar, Eng-moi.

Kenapa

Mau apa engkau ingin berte mu denganku?

Kui Eng, bagaimana aku dapat pergi sebelum pamit darimu Eng-moi, kenapa sejak ayah.......

eh, suhu mengumumkan perjodohan kita, engkau lalu bersembunyi dan tidak mau berte mu denganku

Eng-moi, aku akan merasa susah sekali kalau persoalan itu membuat engkau marah dan tidak suka kepadaku.

Aku tidak marah, juga bukan tidak suka kepadamu.

Lalu kenapa engkau seperti menjauhkan diri sejak tadi, Eng-moi

Dan kalau ibu tidak memberi tahu, agaknya engkau tidak akan keluar

Ibu pula yang memberi tahu bahwa engkau berada di sini maka aku datang menemuimu.

Kui Eng kembali menunduk dan di bawah sinar bulan yang le mbut kuning kehijauan, nampak perubahan pada warna muka gadis itu

Kenapa, Eng-moi?

Thian Ki mendesak

Pertanyaan ini dijawab dengan pertanyaan pula oleh Kui Eng.

Koko, katakanlah apakah engkau sayang kepadaku?

Kalau saja pertanyaan ini diajukan Kui Eng kemarin, tentu Thian Ki akan menyambutnya dengan tawa dan menggoda

Sekarang, te rdengarnya demikian aneh pertanyaan itu.! Akan tetapi, Thian Ki menenangkan hatinya yang te rguncang dan berdebar, lalu tersenyum

Tentu saja, Eng-moi

Aku sangat sayang kepadamu.

Engkau sayang kepadaku setelah apa yang dikatakan oleh ayah tadi?

Kini gadis itu kembali mengangkat muka dan sinar matanya seperti hendak menembus keremangan cuaca dan menembus dada Thian Ki menjenguk isi hatinya

Tentu saja, Eng-moi

Bagiku, menjadi calon jodohmu atau bukan, aku tetap sayang kepadamu

Di dunia ini hanya ada tiga orang yang kusayang, yaitu ibuku, suhu, dan engkaulah.

Dan Cin Cin?

tiba-tiba gadis itu bertanya

Thian Ki terkeiut dan juga heran

Cin Cin

Ah, kau maksudkan Kam Cin itu

Aku hanya kasihan kepadanya, Eng-moi

Kenapa engkau sebut dia?

Aku hanya bertanya.

Tidak, aku tidak menyayang orang lain seperti sayangku kepada kalian bertiga.

Sayangmu kepadaku masih seperti yang sudah sudah?

Tentu.

 

Seperti sayangnya seorang kakak kepada adiknya.

Eh, ya, tentu.......

Dan engkau tidak cinta padaku?

Kalau saja Thian Ki bercermin pada saat itu dan melihat wajahnya sendiri, te ntu dia akan melihat betapa wajahnya nampak bodoh dan tolol saat itu

Matanya te rbuka le bar dan kosong, mulutnya   te rnganga dan wajahnya seperti wajah seorang anak kecil yang ditanya tentang soal hitungan yang sulit

Ehh........ohh......apa sih bedanya antara sayang dan cinta

Aku jadi bingung, Eng-moi.

Kui Eng mengerutkan alisnya dan wajahnya nampak kecewa sekali

Mulutnya cemberut

Ia sendiri tidak mengerti, karena iapun tidak mempunyai pengalaman

Hanya terasa benar oleh kewanitaannya bahwa besar sekali bedanya antara kedua perasaan dalam hatinya terhadap Thian Ki sebelum dan sesudah ia mendengar bahwa pemuda itu bukanlah kakak kandungnya, bahkan bukan pula kakak tirinya, melainkan orang lain yang tidak ada hubungan darah sama sekali

Sejak itulah ia memandang Thian Ki dengan mata dan hati yang berubah, dan kesayangannya sebagai adikpun berubah pula

Kalau tadinya ia membayangkan Thian Ki sebagai seorang kakak yang baik dan dapat diandalkan, sesudah itu ia selalu membayangkan Thian Ki dengan jantung berdebar, mulai ia memperhatikan dan  menemukan ketampanan dan kejantanan dalam diri pemuda itu.! Cinta kasih asmara memang aneh

Jelas jauh bedanya antara cinta antara kakak beradik dengan cinta antara seorang wanita dan seorang pria

Cinta antara pria dan wanita adalah cinta asmara, cinta yang mengandung berahi satu kepada yang lain, berbeda dengan cinta seorang adik wanita te rhadap kakak prianya yang jauh dari perasaan berahi

Hal ini memang sudah merupakan pembawaan, merupakan anugerah dari Tuhan yang disertakan kepada setiap orang manusia, pria maupun wanita

N afsu atau gairah berahi memang ada pada setiap orang, bahkan pada setiap mahluk, karena nafsu berahi itu mutlak penting bagi kelangsungan hidup setiap mahluk itu sendiri

Nafsu berahi yang mendorong dua mahluk berlainan jenis untuk saling te rtarik, saling mendekati, kemudian,saling mencinta

Nafsu berahi mendorong seorang pria dan seorang wanita untuk bersatu sehingga dari persatuan ini te rlahir keturunan dan perkembangan-biakan pun tidak akan terputus

Tidak demikian dengan cinta antara pria dari wanita yang menjadi saudara kandung

Kalaupun timbul gairah berahi di antara keduanya, maka jelas bahwa hal itu tidaklah wajar bagi manusia, tidak semestinya dan kalau dilanggar te ntu akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik

N afsu, dalam bentuk apapun juga, kalau sudah menguasai manusia, tentu akan menyeret manusia ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak wajar dan tidak benar

Di samping semua daya rendah yang menimbulkan nafsu, pada manusia disertakan pula akal budi

Akal budi inilah yang membuat kita dapat mengerti mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk

Akal budi ini yang membuat manusia menjadi mahluk yang paling tinggi derajatnya di antara segala mahluk di dunia ini, juga menjadi mahluk yang paling kuat dan paling kuasa

Tanpa akal budi, manusia akan menjadi mahluk yang paling le mah, kita tidak akan menang melawan seekor kucing sekalipun, karena kucing masih memiliki taring dan kuku tajam

Apalagi melawan binatang yang le bih kuat dan le bih besar

Kitapun tanpa akal budi akan mudah sakit dan mati karena kita tidak akan mempunyai te mpat dan pakaian untuk berlindung

Akal budi bekerja sama dengan nafsu daya rendah yang menjadi pendorongnya, memungkinkan kita membuat s egala macam benda keperluan hidup kita di dunia ini, memungkinkan kita menikmati hidup ini

Akal budi pula yang membuat kita dapat membedakan segala sesuatu, mempertimbangkan segala sesuatu, dan akal budi yang melahirkan Ilmu-Ilmu, peradaban, kebudayaan dan lain sebagainya yang menjadi isi kehidupan manusia

Kalau engkau cinta padaku, koko, engkau tentu tidak akan meninggalkan aku, engkau tentu tidak akan suka berpisah dariku,

kata Kui Eng dengan suara lirih

Itukah sebabnya mengapa engkau murung dan ingin ikut pergi denganku?

tanya Thian Ki

Kui Eng mengangguk

Sejak aku mendengar bahwa di antara kita tidak ada hubungan darah sama sekali, aku.....aku tidak ingin berpisah darimu, koko

Dan itu pula yang membuat aku......

merasa benci kepada Cin Cin

Aku tidak ingin engkau mengasihi gadis lain, memikirkan gadis lain, melindungi gadis lain

Aku hanya ingin engkau untukku seorang.............

Thian Ki tertegun

Itukah cinta

Dia tidak mengerti

Dia belum merasakan hal yang seperti dirasakan oleh Kui Eng te rhadap dirinya

Belum te rasa olehnya keinginan agar Kui Eng tak pernah berpisah darinya, atau agar Kui Eng menjadi miliknya, hanya untuk dia seorang

Barangkali belum bersemi apa yang dinamakan cinta itu di hatinya terhadap Kui Eng

Atau barangkali dia yang bodoh

Bagaimanapun juga, dia harus dapat menjawab dan memberi alasan, karena pandang mata Kui Eng te tap menuntut agar dia menjawab, apakah dia juga mencinta Kui Eng seperti yang dirasakan gadis itu kepadanya

Eng-moi, engkau te ntu tahu bahwa aku pergi untuk meluaskan pengetahuan dan menambah pengalaman

Juga aku perlu sekali mencari adik angkat mendiang ayahku, yaitu Naga Sakti Sungai Kuning, paman Si Han Beng, untuk minta tolong agar hawa beracun di tubuhku dapat dipunahkan

Engkau te ntu sudah tahu pula bahwa selama hawa beracun ini tidak lenyap dari tubuhku, aku tidak bolen menikah

Oleh karena itu, sebelum keadaanku ini te rtolong, aku sama sekali tidak dapat memikirkan tentang perjodohan.

Kui Eng mengangguk, lalu menundukkan mukanya, menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan yang membayang di mukanya

Aku mengerti, koko

Jadi, engkau akan pergi

Kapan engkau akan pergi?

Aku sudah berkemas, siap berangkat, besok pagi-pagi.

Besok pagi-pagi

Ahh......!

Kui Eng te rkejut

Aku akan merasa kesepian sekali, koko

Ketika engkau kami tinggalkan di rumah nenekmu dahulu itu dan kita saling berpisah hampir dua tahun, aku merasa tersiksa setengah mati

Dan sekarang, engkau yang akan meninggalkan aku, dan aku tidak boleh ikut denganmu......

Suara gadis itu menjadi gemetar seperti akan menangis

Eng moi, aku tidak akan lama pergi

Setelah berhasil, aku pasti akan segera kembali.

Engkau tidak akan melupakan aku, bukan

Engkau berjanji tidak akan melupakan aku?

Thian Ki tersenyum dan memegang pundak gadis itu, seperti yang sudah-sudah kalau dia menghibur gadis ini

Jangan khawatir, aku tidak akan pernah melupakanmu.

Kui Eng te risak, bangkit lalu berlari meninggalkan Thian Ki yang masih sempat mendengar ia te risak

Sampai lama pemuda ini duduk di atas bangku, berulang kali menghela napas panjang

Kini dia yakin bahwa Kui Eng mencintanya, dan mengharapkan kelak menjadi isterinya! Dia merasa bangga dan senang, akan tetapi juga bingung dan ragu

Dia merasa senang dan bangga dicinta seorang gadis hebat seperti Kui Eng, akan tetapi adakah perasaan cinta yang sama dalam hatinya terhadap Kui Eng

Dia sudah te rlanjur menyayangnya seperti seorang adik! -ooo0dw0ooo- Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Thian Ki sudah berpamit kepada ibunya dan suhunya

Kedua orang tua itupun pagi-pagi sekali sudah bangun, karena mereka hendak melihat Thian Ki pergi

Thian KI menggendong sebuah buntalan yang cukup besar, terisi pakaian dan uang, di punggungnya

Pemuda ini tidak pernah membawa senjata walaupun dia telah mempelajari cara menggunakan delapanbelas macam senjata dengan mahir

Suhu dan ibunya duduk di beranda ketika pemuda itu berpamit

Dia menjatuhkan diri berlutut di depan kaki kedua orang tua itu, mohon diri dan mohon doa restu

De ngan kedua mata basah, Sim Lan Ci mengelus kepala pute ranya

Kini baru ia menyadari bahwa pute ranya telah menjadi seorang pemuda dewasa, telah menjadi seorang pria yang gagah dan yang siap untuk terjun ke dalam dunia ramai seorang diri, siap untuk mandiri dan sudah dibekali kepandaian yang hebat

Dia tidak merasa khawatir

Puteranya kini menjadi seorang yang amat lihai, jauh le bih lihai dibandingkan ia sendiri, atau mendiang ayah pemuda itu

Mungkin kini telah memillki kepandaian setingkat dengan gurunya

Thian Ki, doa restuku selalu menyertaimu

Engkau berhati-hatilah, nak

Jangan sekali-kali engkau takabur

Walaupun engkau kini te lah menguasai banyak ilmu silat yang cukup untuk membela diri, namun ingatlah selalu bahwa di dunia ini terdapat banyak sekali orang jahat yang selain amat lihai, juga suka mempergunakan sias at yang curang dan licik

Jangan menonjolkan diri dan mencari permusuhan

Aku doakan semoga engkau dapat berte mu dengan pamanmu Si Han Beng

Syukurlah kalau dia dapat mengobatimu sampai engkau te rbebas dari racun, karena kalau engkau te rpaksa harus mencari Pek I Tojin atau He k Bin Hwesio pekerjaan itu sungguh amar sukar

Ke dua orang sakti itu bagaikan dewa, sukar dicari bayangannya

Dan jangan lupa singgah di dusun Ta-bun-cung mengunjungi keluarga Coa yang memimpin He k-houw-pang, menengok keadaan keluarga mendiang ayah kandungmu.

Baik, ibu

Semua nasihat dan pesan ibu akan kulaksanakan,

jawab Thian Ki

Semua pesan ibumu memang harus kautaati, Thian Ki

Engkau te ntu masih ingat akan nama  nama dan keadaan para tokoh di dunia persilatan seperti yang pernah kuceritakan kepadamu,

kata Cian Bu Ong

Engkau boleh merantau untuk meluaskan pengalaman dan menambah pengetahuan, akan tetapi ada satu hal yang aku ingin engkau lakukan untukku.

Selama menjadi putera tiri dan murid bekas pangeran itu, belum pernah Cian Bu Ong menyuruh Thian Ki melaksanakan suatu tugas te rtentu, maka kini mendengar ini, Thian Ki merasa girang sekali

Katakanlah, suhu

Apakah yang harus kulakukan untuk suhu?

biarpun masih agak merasa janggal dan kaku, Thian Ki mulai memanggil bekas pangeran itu dengan sebutan suhu, tidak lagi ayah seperti yang sudah, memenuhi permintaan Cian Bu Ong yang menjodohkannya dengan Cian Kui Eng

Hanya ada satu pekerjaan yang ingin kulihat engkau melakukannya untukku, akan te tapi pekerjaan ini cukup berbahaya, Thian Ki

Ketahuilah, dahulu ketika aku masih menjadi seorang pangeran, aku mempunyai banyak pusaka

Akan te tapi di antara semua pusaka itu, yang paling kusayangi adalah sebatang pedang yang disebut Liong-cu-kiam (Pedang Mustika Naga)

Ketika terjadi perang dan kota raja diserbu, semua benda pusaka milikku itu terampas musuh

Aku te lah mendengar bahwa pedangku Liong-cukiam itu kini berada di gudang pusaka is tana kaisar, menjadi satu di antara benda-benda pusaka rampasan

Nah, aku minta agar engkau singgah di kota raja, mencoba untuk mengambil kembali pedangku Liong-cu-kiam itu dari gudang pusaka di kota raja.

Aih, akan tetapi itu berbahaya sekali!

kata Sim Lan Ci cemas

Suaminya tersenyum

Kalau saja bukan isterinya te rcinta yang mengatakan demikian, mungkin bekas pangeran ini akan marah

Seruan itu sama saja dengan memandang rendah muridnya, anak tirinya bahkan calon mantunya! 

Thian Ki bukan kanak-kana k lagi dan aku yakin dia akan mampu melakukannya

Kalau saja aku sendiri tidak dikenal ole h banyak orang di kota raja, agaknya te ntu aku sendiri yang akan mengambil benda pusakaku itu.

Suhu, aku akan melaksanakan pesan suhu itu

Ibu, harap jangan khawatir

Aku akan berhati hati sekali karena aku tahu bahwa di kota raja, apalagi di gudang pusaka, te ntu penjagaannya kuat sekali.

Setelah menerima pesan dan nasehat kedua orang tua itu, Thian ki berangkat

Kedua orang tua itupun berpesan wanti-wanti agar perantauannya ini paling lama dua tahun, dia harus pulang

Sebetulnya, hati Thian Ki agak berat untuk berangkat karena dia belum melihat Kui Eng keluar menemuinya

Kenapa gadis itu tidak keluar dan melihat dia berangkat

Apakah Kui Eng marah kepadanya karena dia hendak pergi meninggalkannya

Untuk bertanya kepada ibunya atau gurunya te ntu saja dia merasa malu, karena kini Kui Eng bukan lagi sebagai adiknya, melainkan tunangannya, calon iste rinya

Ketika dengan hati agak berat dia meninggalkan dusun dan keluar dari pintu gerbang dusun itu, hari masih pagi sekali dan cuaca masih agak remang, hawanya dingin dan suasana masih amat sunyi karena para penduduk dusun belum berangkat ke sawah ladang mereka

Tiba-tiba wajahnya berseri ketika ia melihat sesosok bayangan berdiri menghadang perjalanannya, di luar dusun itu

Eng-moi.........!!

dia berseru sambil melangkah cepat menghampiri gadis itu yang berdiri di tengah jalan

Eng-moi, pantas saja sejak tadi aku tidak melihat engkau muncul dari kamarmu

Kiranya engkau malah s udah berada di sini!

Gadis itu te rsenyum

Memang manis sekali Kui Eng

Sepagi itu, biarpun belum mandi, belum bersolek, rambutnya masih kusut, demikian pula pakaiannya belum diganti yang baru, namun kecantikannya nampak le bih asli, tanpa bedak tanpa gincu

Koko, apakah engkau mengharapkan aku keluar menemuimu?

Tentu saja

Bukankah aku akan pergi

Hatiku merasa tidak enak sekali tadi, terpaksa meninggalkan rumah sebelum sempat berpamit denganmu yang kukira masih tidur.

Hati Kui Eng merasa gembira bukan main

Koko Thian Ki, tahukah engkau bahwa malam tadi aku tidak pernah tidur barang sekejappun

Dan tadi, le wat tengah malam, aku sudah turun dari pembaringan dan diam-diam aku sibuk di dapur.

Lewat tengah malam sibuk di dapur

Untuk apa?

tanya Thian Ki heran

Untuk membuat ini!

katanya dan gadis itu memperlihatkan bungkusan-bungkusan kepada Thian Ki, wajahnya tersipu namun berse ri gembira

Aku menyembelih ayam dan menggorengnya, memasaknya seperti kesukaanmu, dan memanggang roti......untuk bekalmu di jalan, koko

Turunkanlah buntalanmu itu agar kumasukkan bungkusan ini ke dalam buntalanmu.

De ngan hati terharu Thian Ki menurunkan buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada Kui Eng

Gadis itu membuka buntalan, menaruh bungkusan makanan ke dalam buntalan dan tibatiba ia berkata dengan suara yang sedih

Koko, engkau akan pergi merantau seorang diri

Bagaimana kalau pakaianmu kotor dan robekrobek

Siapa yang akan mencuci pakaianmu dan menjahit yang robek

Aih, kalau aku boleh pergi bersamamu, te ntu aku yang akan mencuci pakaianmu, memasakkan makanan untukmu, dan menjahit pakaianmu yang robek.

Thian Ki menerima kembali buntalan pakaiannya dan menalikan di punggungnya seperti tadi

Tercium olehnya bau masakan daging ayam yang sedap, dan te rasa betapa bungkusan makanan yang kini berada dalam buntalan di punggungnya itu masih hangat

Eng-moi, engkau baik sekali

Terima kasih atas kebaikanmu ini, Eng-moi

Aku pergi takkan lama

Ibu dan suhu memesan agar paling lama a ku pergi dua tahun, harus sudah pulang.

Dua tahun

Aih, lama amat, koko! Aku.....lalu aku bagaimana............?

Mendengar suara gadis itu tergetar seperti hendak menangis, Thian Ki yang tidak ingin diantar tangis segera berkata sambil tersenyum

Aih adik yang manis, mana kelincahanmu yang biasa

Engkau biasanya lincah jenaka dan tidak cengeng............

Akupun tidak cengeng!

Kui Eng berkata dan membalikkan tubuh, berdiri membelakangi Thian Ki

Koko, engkau berangkatlah, pergilah!

Eng-moi, jagalah ibu dan suhu baik-baik selama aku tidak berada di rumah

Nah, Eng-moi, aku pergi sekarang

Selamat tinggal.

Kui Eng tidak menjawab, bahkan tidak lagi menengok

Karena mengira bahwa gadis itu tidak mau melihat dia pergi, Thian Ki melangkah meninggalkannya

Akan te tapi baru lima langkah, dia berhenti dan membalikkan tubuhnya

Dia mendengar tangis tertahan dan ketika dia menengok, dia melihat gadis itu menangis, mencoba untuk tidak bersuara, akan te tapi kedua pundaknya bergoyang-goyang, kepalanya menunduk dan kedua tangannya menutupi mukanya

-ooo0dw0ooo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar