Catatan Pembunuhan sang Novelis Jilid 7

Jilid 7 : Masa Lalu (Bagian Kedua)
CERITA ORANG-ORANG YANG MENGENAL MEREKA

Cerita Hayashida Junichi

Jadi kunjungan Anda ada kaitannya dengan kasus itu? Oh, begitu. Tapi apa yang ingin ditanyakan? Saya tidak yakin bisa memberikan informasi yang berguna, apalagi tentang masa lalu. Lagi pula masa-masa SMP itu terjadi lebih dari dua puluh tahun lalu, bukan? Ingatan saya memang lumayan, tapi jujur saya tidak begitu ingat masa-masa itu.

Saya harus mengaku bahwa baru belakangan ini saya sadar ada penulis bernama Hidaka Kunihiko. Memang memalukan, tapi sudah beberapa tahun terakhir ini saya tidak pernah membaca buku. Saya tahu itu tidak baik, karena dengan bisnis salon yang saya kelola, saya harus bisa membahas berbagai topik dengan tamu yang datang. Tapi apa boleh buat, saya terlalu sibuk. Ya, sebenarnya saya juga baru tahu bahwa Hidaka Kunihiko pernah menjadi teman sekelas saya setelah kasus itu. Lalu setelah surat kabar membahas karier, baik Hidaka Kunihiko maupun Nonoguchi Osamu, barulah saya ingat. Ya, paling tidak saya masih sempat membaca surat kabar. Tentu saja berita itu membuat saya kaget, apalagi karena menyangkut kasus pembunuhan. Ya, saya masih ingat pada Nonoguchi dan Hidaka. Sebenarnya Nonoguchi itu bukan tipe yang keberadaannya mencolok, makanya saya tidak tahu bagaimana mereka bisa bersahabat baik.

Dulu julukan untuk Nonoguchi adalah ”Noro”. Anda tahu huruf Kanji dari "guchi” sama dengan bentuk huruf Katakana 20”, bukan? Kami menjulukinya ”Noro”"4 karena Nonoguchi orangnya agak tidak peka.

Ya, sejak dulu dia memang selalu suka membaca buku. Saya masih ingat jelas karena pernah jadi teman sebangkunya. Entah apa yang dibacanya karena saya tidak tertarik, yang jelas bukan hanya manga. Wali kelas kami menyukainya karena dia mahir membuat karangan dan ulasan. Ya, saya sih tidak heran karena wali kelas itu adalah guru bahasa Jepang. Yang namanya sekolah memang seperti itu.

Perundungan? Ya, ada. Belakangan ini media massa sering sekali membahasnya, padahal hal itu sudah terjadi sejak dulu. Memang ada yang bilang dulu hal itu tidak dianggap kejam, padahal jelas perundungan adalah perbuatan kejam.

Ah, ya. Saya baru saja ingat dulu Nonoguchi selalu jadi korban perundungan. Benar... benar. Dia selalu jadi sasaran, mulai dari bekal makanan yang diutak-atik, uang yang diambil, sampai kejadian dia dikurung dalam ruang penyimpanan peralatan pembersih. Memang sangat keterlaluan, tapi dia memang tipe orang yang mudah jadi korban perundungan di sekolah.

Kain yang dipakai untuk membungkus tubuhnya? Itu kain
 Kata "Noro” ini berasal dari kata "noroma” yang bisa berarti lamban atau tidak peka.  yang digunakan di dapur. Ya, saya memang pernah dengar soal itu. Pokoknya semuanya tidak masuk akal. Siraman asam hidroklorin dari jendela? Hmm, mungkin memang pernah terjadi. Pada dasarnya SMP kami memang bukan SMP yang berkualitas baik, jadi perundungan seperti itu sudah jadi makanan seharihari.

Hmm, sebenarnya pertanyaan ini sulit dijawab, tapi sejujurnya saya juga pernah melakukan perundungan, walau tidak sering. Biasanya siswa-siswa nakal di kelas yang selalu menyuruh kami supaya ikut-ikutan. Apa boleh buat, tapi akan timbul ketegangan jika kami menolak. Rasanya benar-benar tidak nyaman karena sebenarnya kami tidak ingin melakukannya, tapi kami ada pada posisi lemah. Sekali saya pernah memasukkan kotoran anjing ke dalam sepatu, padahal saat itu di sebelah saya ada siswi yang sekaligus ketua kelas, tapi dia berpura-pura tidak melihat perbuatan itu. Keterlaluan. Kalau tak salah namanya Masuoka. Bagi siswa-siswa yang nakal, melakukan tindakan penindasan adalah suatu hal yang menyenangkan, tapi akan jauh lebih menarik jika mereka bisa membuat siswa-siswa biasa atau mereka yang tergolong rajin untuk ikut mengotori tangan mereka. Begitulah opini saya sekarang tentang hal itu.

Fujio? Ya, saya masih ingat. Tentu saja waktu itu saya tidak berkomentar terang-terangan, tapi entah berapa kali saya membayangkan bagaimana seandainya dia tidak ada. Tidak, saya jamin bukan hanya saya yang berpikiran begitu, para guru pun pasti punya pikiran sama. Bicara tentang istilah ”di luar perikemanusiaan”, dia adalah orang yang sanggup menyiksa orang lain dengan cara yang tak pernah bisa dibayangkan. Tidak seorang pun yang bisa mengabaikan kekuatan dan postur tubuhnya yang lebih besar daripada orang dewasa. Dia menjadi besar kepala karena siswa-siswa nakal lainnya selalu mengikutinya demi alasan keamanan. Tidak ada yang bisa mengendalikannya. Anda benar. Dialah dalang di balik segala tindak perundungan itu, termasuk mengatur supaya semua uang yang dirampas anak buahnya dari para siswa baik-baik diberikan padanya. Sama saja dengan yakuza.

Saat Fujio meninggalkan sekolah, kami sangat gembira karena itu berarti kembalinya hari-hari penuh kedamaian. Dan memang benar. Suasana di sekolah pun menjadi lebih baik. Tentu saja masih ada kelompok siswa nakal yang tersisa, tapi tidak bisa dibandingkan dengan saat Fujio masih ada.

Saya tidak tahu alasan dia berhenti sekolah. Menurut gosip, dia dikirim ke panti rehabilitasi karena telah menganiaya siswa sekolah lain, tapi yang terjadi sebenarnya tidak sesederhana itu.

Sejak tadi Anda terus bertanya soal Fujio. Boleh saya tahu apa kaitannya dengan kasus pembunuhan itu? Bukankah sudah jelas bahwa Hidaka dibunuh karena mencuri karya Nonoguchi?

Soal kelompok perundung? Wah, saya tidak tahu bagaimana keadaan mereka sekarang. Mungkin saat ini mereka sudah menjadi anggota masyarakat yang normal. Daftar nama siswa waktu itu? Ada, tapi alamat yang tercantum masih yang lama. Anda tidak keberatan? Baik, tunggu sebentar. Biar saya ambilkan.

Cerita Nitta Harumi

Siapa yang memberitahu Anda tentang saya? Hayashida? Ternyata dia juga ada di kelas itu, ya? Ah, maaf. Karena saya tidak begitu ingat akan masa-masa itu.  Benar. Nama saya sebelum menikah adalah Masaoka. Dulu saya adalah salah seorang ketua kelas karena jabatan itu dipegang oleh satu siswa dan satu siswi. Sebenarnya tidak banyak yang saya lakukan selain menjadi perantara antara guru dengan siswa, juga memimpin acara diskusi. Ah, benar. Istilahnya homeroom. Sudah berapa tahun ya saya tidak mengucapkan kata itu? Apalagi saya tidak punya anak.

Maaf, tapi saya nyaris tidak ingat tentang Hidaka-kun dan Nonoguchi-kun. Walau sekolah itu adalah sekolah campuran laki-laki dan perempuan, biasanya saya selalu bersama temanteman perempuan, jadi saya tidak begitu tahu apa yang terjadi pada para siswa. Mungkin memang ada kasus perundungan, tapi saya tidak menyadarinya. Seandainya saya tahu? Ya, sekarang saya memang tidak bisa berkomentar, tapi saya pikir saya akan melaporkannya pada guru.

Hmm, sebentar lagi suami saya pulang. Bisakah kita hentikan pembicaraan ini sampai di sini saja? Saya sama sekali tidak bisa memberikan informasi yang bermanfaat. Selain itu ada seseorang yang meminta supaya saya jangan pernah menyebutkan bahwa saya pernah bersekolah di sana. Ya, saya khawatir itu akan menimbulkan masalah, jadi suami saya pun tidak saya beritahu. Saya mohon.

Cerita Tsuburaya Satoshi

Hidaka dan Nonoguchi? Dan Anda jauhjauh datang kemari untuk menanyakan itu? Silakan masuk. Eh? Anda yakin mau berbicara di pintu depan saja? Baiklah.

Saya ingat mereka berdua. Itu jelas. Kendati sudah sepuluh tahun pensiun, saya masih ingat semua siswa yang pernah  saya ajar. Saya ingat betul pada mereka karena mereka berdua adalah siswa saya tepat setelah saya ditugaskan mengajar di SMP itu, setelah setahun sebelumnya mengalami situasi sulit.

Betul, betul. Nilai Nonoguchi memang selalu bagus untuk mata pelajaran bahasa Jepang. Memang tidak setiap saat dia mendapat nilai seratus, tapi setidaknya mendekati. Sebaliknya, Hidaka tidak meninggalkan kesan yang mendalam.

Anda bilang Nonoguchi pernah mengalami perundungan? Wah, itu tidak mungkin. Memang ada siswa-siswa nakal, tapi saya tidak pernah dengar dia pernah jadi korban. Oh, jadi Hayashida yang bilang begitu? Benar-benar di luar dugaan karena saya sama sekali tidak tahu. Tidak, saya sama sekali tidak menutup-nutupinya. Untuk apa sekarang saya melakukan itu? Malah saat itu saya justru cemas karena Nonoguchi sempat bergabung dengan kelompok siswa-siswa nakal. Orangtuanya bahkan sempat berkonsultasi dengan saya. Saya lantas memperingatkannya secara tidak langsung.

Tapi yang paling membantu Nonoguchi pada masa-masa itu adalah temannya. Tentu saja saya bicara tentang Hidaka. Walau tidak terlihat dari penampilannya, sebenarnya Hidaka itu lakilaki yang berpendirian teguh dan membenci segala sesuatu yang menyimpang. Sedikit saja ada sesuatu yang dianggapnya tidak masuk akal, dia tidak akan segan-segan mengajukan protes, bahkan pada guru sekalipun.

Kalau tak salah waktu itu Tahun Baru saat mereka berdua main ke rumah saya. Saya rasa Hidaka-lah yang mengajak Nonoguchi. Walau mereka tidak mengatakan apa-apa, saya yakin kunjungan itu adalah cara mereka menyatakan penyesalan karena selama ini telah merepotkan saya. Karena saat itu saya  percaya mereka adalah sahabat dekat, maka agak di luar dugaan ketika pada akhirnya mereka melanjutkan ke SMA yang berbeda. Padahal secara umum nilai-nilai mereka sejajar sehingga memungkinkan untuk masuk ke SMA yang sama.

Anda ingin tahu pendapat saya tentang kasus ini? Jelas saya terkejut. Di mata saya, baik Hidaka maupun Nonoguchi bukan tipe orang yang sanggup melakukan hal seperti itu sehingga saya jadi bertanya-tanya apa yang salah.

Cerita Hirosawa Tomoyo

Putra Nonoguchi-san? Ya, saya kenal dia karena kami bertetangga. Kadang dia datang ke toko saya untuk membeli roti. Dulu kami punya toko roti di daerah itu, tapi sudah tutup sepuluh tahun lalu.

Oh, jadi ini mengenai kasus pembunuhan itu? Ah, begitu? Ya, sangat mengagetkan. Siapa sangka anak-anak itu bisa melakukan perbuatan seperti ini... Benar-benar sulit dimengerti.

Anda ingin tahu seperti apa Osamu-chan saat masih anakanak? Hmm, bagaimana menjelaskannya, ya... Tidak seperti anak-anak lain, wajahnya selalu terlihat muram. Mungkin istilahnya pemurung.

Saya ingat saat dia masih duduk di bangku awal SD. Ada kalanya dia terus tinggal di rumah, padahal saat itu bukan musim liburan sekolah. Yang dikerjakannya hanya memandang langit dari jendela lantai 2. Saya yang waktu itu ada di bawah mencoba memanggilnya.

”Selamat siang, Osamu-chan. Apa kau sedang terkena flu?” Tapi bukannya menjawab, anak itu malah buru-buru menarik diri dari jendela dan menutup tirainya. Tentu saja saya tidak menganggap itu sesuatu yang buruk, karena saat bertemu di jalan pun, dia akan pindah ke sisi lain supaya tidak perlu bertatap muka.

Belakangan baru saya tahu bahwa anak itu sedang mogok ke sekolah. Saya tidak tahu detail-detailnya, tapi beredar gosip bahwa itu salah orangtuanya. Seingat saya, ayah Osamu-chan hanya pegawai biasa, tapi mereka suka kehidupan mewah. Ditambah lagi sikap mereka yang terlalu melindungi putranya. Ibu Osamu-chan pernah berkata seperti ini:

"Sebenarnya saya ingin putra kami bisa bersekolah di SD swasta yang mutunya lebih baik. Apa boleh buat, kami terpaksa menyekolahkannya di tempat yang sekarang karena tidak punya koneksi ke SD swasta. Padahal saya tidak mau dia bersekolah di tempat yang disiplinnya kurang.”

Semula saya ingin balas berkomentar bahwa sayang sekali bahwa dia menganggap sekolah itu tidak cukup baik dalam masalah disiplin. Sebagai tambahan, putra-putri saya juga bersekolah di sana. Dalam kasus Nyonya Nonoguchi, mungkin pekerjaan suaminya yang membuat mereka harus pindah kemari. Kalau tidak salah, dulu mereka memang tinggal di daerah yang lebih mewah.

Ya, saya tidak heran jika penyebab anak itu tidak mau ke sekolah justru karena orangtuanya. Memang begitulah anakanak, selalu harus mengikuti kemauan orangtuanya.

Belakangan orangtua Osamu-chan sepertinya khawatir karena anak itu sarna sekali tidak mau ke sekolah, tapi mereka tidak bisa memaksanya. Justru Kunihiko-chan yang berhasil membuatnya kembali ke sekolah. Ya, Hidaka Kunihiko yang belum  lama ini terbunuh. Rasanya agak aneh kalau saya memanggilnya Kunihiko-san karena saya sudah mengenalnya sejak kecil.

Setiap pagi Kunihiko-chan selalu datang menjemput Osamuchan. Saya tidak tahu bagaimana situasi sebenarnya, tapi mungkin karena mereka satu sekolah, guru sekolah itu yang meminta bantuan Kunihiko-chan membawa Osamu-chan.

Kunihiko-chan memang anak yang baik. Setiap pagi saya melihat dia yang tadinya berjalan di sisi kanan jalan arah berlawanan dengan saya, pasti akan pindah ke sisi kiri dan menyapa saya dengan suara keras. Beberapa waktu kemudian, Osamuchan juga ikut bersamanya. Lucunya sementara Kunihiko-chan masih menyapa seperti biasa, Osamu-chan hanya mengangguk diam. Selalu seperti itu.

Tidak lama kemudian, Osamu-chan mulai masuk sekolah dengan teratur. Bisa dibilang berkat bantuan Kunihiko-chan-lah dia berhasil melewati masa SMP, SMA, hingga masuk universitas. Saya tidak mengerti mengapa kasus pembunuhan itu bisa terjadi...

Ya. Saya sering melihat mereka bermain berdua. Ada seorang anak lagi dari toko futon yang juga sering ikut mereka. Sepertinya Kunihiko-chan yang lebih sering mengajak bermain. Wajar bukan bila saya menganggap persahabatan mereka sangat erat?

Kebaikan hati Kunihiko-chan tidak hanya ditujukan pada Osamu-chan. Pada dasarnya dia baik pada siapa saja, terutama pada anak-anak yang lebih kecil. Jadi maaf kalau saya terkesan ngotot, tapi kejadian itu memang sulit dipercaya. 

Cerita Matsushima Yukio

Hidaka dan Nonoguchi...

Maaf, tapi tubuh saya rasanya lemas begitu mendengar tentang kasus itu. Apalagi saat mendengar nama mereka, saya lantas teringat pada masa lalu. Tapi kelihatannya Anda sudah tahu tentang saya, ya. Dulu saya memang sering bermain dengan mereka dan kami sering dimarahi karena mengambil selimut baru dari gudang rumah orangtua saya yang juga merangkap sebagai toko penjual peralatan tidur.

Saya sering bermain bersama mereka karena saat itu tidak ada anak lain di lingkungan kami, tapi jujur saya tidak begitu akrab dengan mereka. Setelah duduk di level kelas yang lebih tinggi, saya sering pergi ke tempat yang lebih jauh dan bermain bersama teman-teman lain.

Hubungan di antara mereka? Bagaimana, ya... Rasanya ada sesuatu yang berbeda dari definisi "sahabat baik”. Bahkan disebut sebagai teman sejak kecil pun tidak pas.

Ah, jadi begitu pendapat bibi di toko roti?

Hubungan persahabatan mereka tidak seimbang. Ya, Hidaka selalu bersikap seperti pemimpin. Begitu menurut saya. Mungkin itu karena dia merasa dirinyalah yang telah membantu Nonoguchi yang awalnya tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan sekolah. Tentu saja dia tidak pernah menyatakannya secara lisan, tapi dia selalu memimpin Nonoguchi. Pernah suatu kali kami bertiga pergi menangkap kodok, dan bahkan di saat itu pun Hidaka selalu menginstruksikan apa yang harus dilakukan Nonoguchi, misalnya memperingatkan kalau tempat itu berbahaya, harus mencari tempat berpijak yang aman, sampai tentang mencopot sepatu segala. Dibandingkan memerintah, saya cenderung menganggap dia sedang mengasuh Nonoguchi. Usia mereka  sama, tapi hubungan mereka lebih menyerupai kakak dan adik, bukan bos yakuza dengan anak buahnya.

Nonoguchi sendiri bukannya tidak kesal dengan perlakuan Hidaka. Kadang-kadang dia mengomel di depan saya karena tidak berani bicara langsung dengannya.

Tadi saya bilang saya tidak pernah lagi bermain bersama mereka setelah berada di level kelas yang lebih tinggi, namun sebenarnya sejak saat itu mereka juga tidak lagi bersama-sama. Salah satu alasannya karena Nonoguchi mengikuti bimbingan belajar dan otomatis dia tidak punya waktu untuk bermain. Nah, alasan lainnya adalah ibu Nonoguchi yang tidak menyukai Hidaka. Saya tahu itu karena secara tidak sengaja mendengar ibu Nonoguchi bicara seperti ini padanya (Nonoguchi):

"Pokoknya kau tidak boleh lagi bermain dengan anak dari rumah itu.”

Nada bicara ibu Nonoguchi tegas, ditambah ekspresi wajahnya yang menakutkan. Dari caranya bicara, saya langsung tahu yang dimaksud "anak dari rumah itu” adalah Hidaka. Sebagai anak-anak, tentu saya heran kenapa Nonoguchi tidak boleh bermain dengan Hidaka. Sampai sekarang tidak jelas apa alasan ibu Nonoguchi sampai melarangnya seperti itu. Ya, saya juga tidak bisa menebak.

Mengenai alasan Nonoguchi mogok sekolah? Memang tidak ada informasi yang jelas, tapi saya yakin itu karena Nonoguchi tidak cocok dengan suasana sekolah, ditambah lagi dia nyaris tidak punya teman. Ah, ya. Sempat beredar juga kabar dia akan pindah ke sekolah yang lebih bagus. Tapi kabar itu lenyap setelah akhirnya dia tidak jadi pindah.

Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Sebenarnya saya nyaris sudah tidak ingat karena semua ini terjadi puluhan tahun yang lalu. Saya memang tidak bisa sembarangan membahas orangorang yang hanya saya kenal semasa kanak-kanak, tapi kasus itu memang sungguh di luar dugaan. Maksud saya Hidaka. Dia memang selalu menjadi sosok pemimpin bagi Nonoguchi, tapi dia tidak pernah memperlakukannya seperti anak buah. Dia juga memiliki rasa keadilan yang kuat. Jadi saat mendengar dia sampai meminta Nonoguchi menjadi penulis bayangan... entahlah. Mungkin karakternya memang sedikit berubah setelah dewasa, dan dalam kasus ini berkembang ke arah yang buruk.

Cerita Takahashi Junji

Wah, aku sampai terkejut. Siapa sangka kunjungan Tuan Detektif ada hubungannya dengan kasus itu? Sebenarnya aku baru ingat aku pernah sekelas dengan mereka setelah membaca di surat kabar, tapi kusangka kasus itu tidak ada kaitannya denganku karena dulu hubungan kami tidak dekat. Tadi Anda bilang tentang sastra? Wah, sampai sekarang aku tidak pernah berjodoh dengan topik itu. Ya, mungkin sampai sekarang juga masih begitu.

Nah, apa yang ingin Anda tanyakan? Oh, tentang masa sekolah? Maaf, tapi aku tidak punya kenangan menyenangkan tentang masa-masa itu. Bisa-bisa Anda malah mengerutkan wajah kalau mendengarnya.

Siapa yang memberitahu Anda tentang aku? Ah, Hayashida? Dia itu... sejak dulu memang selalu banyak bicara. Begitulah. Dan karena belakangan topik ini sedang ramai dibahas di surat kabar sebagai masalah sosial, aku tidak bisa bicara terang-terangan. Tapi kuakui bahwa dulu aku pernah terlibat perundungan.  Hehehe. Ya, namanya juga anak-anak. Tapi kurasa itu tidak penting. Ya, memang itu bukan alasan yang baik, tapi saat anak-anak itu kelak terjun ke dunia masyarakat, mereka pasti akan berhadapan dengan hal-hal tidak menyenangkan dan kebencian. Jadi anggap saja itu sebagai gladi resik. Aku yakin itu sudah jadi semacam pengetahuan umum di kalangan anakanak, tapi kenapa baru akhir-akhir ini diributkan?

Kalau Anda ingin tahu lebih banyak, ada cara yang lebih baik daripada bertanya padaku. Tentu saja aku tidak keberatan bicara. Tapi masalahnya, selain aku sudah lupa banyak hal seputar masa itu, aku juga payah kalau harus bercerita secara runut. Bisa saja mendadak aku tidak tahu apa yang sedang kubicarakan.

Yang kumaksud cara lebih baik itu adalah membaca buku. Ya, buku yang mencantumkan nama Hidaka. Eeeh, sebentar, apa judulnya, ya? Judulnya susah diingat karena sulit. Eh? Ah, benar. Judulnya Daerah Bebas Perburuan! Itu dia. Wah, ternyata Tuan Detektif juga sudah tahu? Kalau begitu kenapa masih ingin menemuiku segala?

Ya, aku memang tidak pernah baca buku. Tapi gara-gara kasus itu, aku jadi penasaran dan memutuskan untuk mengintip isinya. Hahaha! Aku sampai pergi ke perpustakaan untuk pertama kalinya, lho. Bahkan aku sempat gugup di sana.

Dari petunjuk yang kutemukan dalam cerita itu, aku langsung menduga buku itu menceritakan saat kami masih duduk di bangku SMP, ditambah Fujio yang dijadikan model salah satu karakter. Aku sampai berpikir jangan-jangan ada bagian tentang aku juga.

Anda juga sudah membacanya, Tuan Detektif? Oh, begitu. Ceritaku hanya sampai di sini, tapi yang tertulis di novel itu adalah fakta. Tidak, aku serius. Walau disebut novel, isinya sama persis dengan yang pernah terjadi. Tentu saja ada perubahan nama-nama, tapi yang lainnya tetap sama. Aku yakin dengan membaca novel itu, Anda akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan hal-hal yang kami sendiri sudah lupa juga ada di sana.

Novel itu menyebut-nyebut tentang tubuh korban yang hanya ditutupi kain dan yang ditinggalkan sendirian di gedung olahraga, bukan? Waktu itu aku yang jadi pemimpinnya, dan tugas itu memang menguras tenaga. Ya, memang bukan perbuatan yang patut dibanggakan, tapi itu adalah masa ketika kami begitu menikmati berbuat kenakalan. Dan semuanya dilakukan atas suruhan Fujio. Dia memang selalu memerintah teman-temannya untuk melakukan perbuatan itu karena dirinya tidak pernah turun tangan langsung. Aku tak pernah berniat menjadi pengikutnya, tapi memang banyak hal menarik yang kualami begitu bergabung.

Lalu tentang Fujio yang menyerang siswi SMP lain. Aku tidak tahu banyak tentang kasus itu. Serius. Tapi benar bahwa dia tertarik pada gadis berperawakan mungil dengan rambut panjang itu. Fujio itu walaupun badannya besar, sebenarnya dia itu punya kecenderungan lolicon, dia lemah pada tipe gadis manis dan imut-imut. Hal itu juga disebutkan dalam novel. Saat membaca bagian itu, aku sampai berpikir si penulis punya pengamatan tajam. Bahkan, mungkin aku tidak akan heran jika ternyata Fujio sendiri yang menulisnya.

Ah, benar. Di novel juga disebutkan tentang Fujio yang tiba-tiba menghilang seorang diri. Coba pikir, biasanya dia memang selalu menyelinap ke luar kelas di tengah jam pelajaran keenam. Tapi kali ini dia pergi bukan di tengah jam pelajaran  keenam, melainkan langsung seterusnya. Itulah mengapa Fujio nyaris tak pernah hadir saat sesi pertemuan kelas. Novel itu juga menjelaskan dengan tepat ke mana dia pergi. Rupanya dia pergi ke jalan yang biasa dilewati siswi cantik itu dan aku yakin dia tidak mengajak teman-temannya. Karena itulah tidak ada yang tahu ke mana dan apa yang dilakukannya. Mungkin dia diam-diam mengintai siswi itu sambil menyusun rencana untuk menyerangnya, tepat seperti yang disebutkan dalam novel. Kalau dipikir-pikir, tindakannya itu memang menyeramkan.

Dia hanya membawa satu teman saat menyerang siswi itu. Aku tidak tahu siapa orangnya. Itu benar. Untuk apa aku melindunginya sekarang? Dan jelas bukan aku pelakunya. Aku memang banyak melakukan hal-hal buruk, tapi aku tidak pernah membantu menyerang wanita. Percayalah padaku.

Seperti Anda bilang, di novel Daerah Bebas Perburuan digambarkan bahwa banyak teman Fujio yang menyaksikan penganiayaan itu: satu orang memegang siswi itu, seorang lagi memotretnya menggunakan kamera delapan mili, sedangkan sisanya menonton. Tapi sebenarnya hanya ada satu orang yang menemaninya. Ya, dia hanya membantu memegang siswi itu. Lalu soal kamera. Yang digunakan adalah kamera polaroid, bukan kamera delapan mili. Aku dengar Fujio sendiri yang memotretnya. Entah apa yang terjadi pada foto itu. Di novel disebutkan bahwa Fujio hendak menjual foto itu pada yakuza, tapi entahlah. Aku tak pernah melihat foto itu walaupun ingin, karena foto itu sendiri tidak pernah jatuh ke tanganku.

Mungkin ada seseorang yang tahu soal foto itu. Namanya Nakatsuka. Dia itu tak ubahnya tangan kanan Fujio yang melakukan segala pekerjaan kotor, tapi sebagai gantinya selalu kecipratan untung. Jika benar ada foto, kurasa dialah yang akan ditugaskan Fujio untuk menyimpannya, walau aku tak yakin dia masih menyimpannya sampai sekarang. Sebentar, rasanya aku tak punya alamat kontaknya. Nama lengkapnya Nakatsuka Akio. Huruf ”Aki” dari istilah tahun Showa', ditambah huruf ”o” dari kata ”Otto” yang berarti ” suami”.

Jadi Nonoguchi tidak memberitahukannya pada Anda? Dasar, padahal aku yakin dia tahu cukup banyak. Dia menulis buku itu justru karena tahu, bukan? Hah, dia belum bicara apa-apa? Pasti ada sesuatu yang sulit dijelaskan olehnya. Mengapa sulit dijelaskan? Ya, mungkin karena cerita itu tidak terlalu menyenangkan dan tidak bisa dibanggakan.

Anda menganggap itu karena dia pernah mengalami perundungan? Sebenarnya periode perundungan yang Nonoguchi alami tidak terlalu lama karena sejak awal yang diincar Fujio bukan dia, melainkan Hidaka. Alasannya karena Fujio menganggap Hidaka itu kurang ajar. Sebenarnya peristiwa itu terjadi karena Hidaka tidak mau menuruti keinginan Fujio. Terbiasa dipuja-puja pengikutnya, Fujio yang tidak terima terus memikirkan ide-ide penindasan yang lebih ekstrem. Novel itu juga menyebutkan kejadian serupa.

Benar. Orang yang kami paksa memakai kain itu adalah Hidaka. Ya, siraman hidroklorin dari jendela itu juga ditujukan padanya. Nonoguchi? Saat itu dia sudah bersama kami. Benar. Dia memutuskan bergabung dengan kami. Dia juga salah satu anak buah Fujio dan sering menyuruh-nyuruh kami.

Anda bilang mereka adalah sahabat baik? Itu mustahil. Tapi entah setelah kelulusan. Saat membaca artikel tentang kasus

S Karakter Kanji pertama dari istilah tahun Showa (FAFI) yaitu "Sho” (FG) bisa juga dibaca “Aki”.  itu, aku mendapat kesan artikel itu menggambarkan mereka adalah sahabat baik yang mungkin berubah setelah SMA. Tapi sepengetahuanku itu tidak pernah terjadi. Nonoguchi-lah yang selalu mengadukan ini-itu tentang Hidaka pada Fujio. Andai Nonoguchi tidak ada, mungkin Fujio tidak akan merundung Hidaka sedemikian intens.

Jadi begitu tahu tokoh utama novel Daerah Bebas Perburuan itu adalah siswa SMP bernama Hamaoka, aku yakin itu adalah Hidaka. Tidak salah lagi. Walau ada yang bilang penulis sesungguhnya adalah Nonoguchi, kurasa Hidaka dijadikan tokoh utama karena novel itu diterbitkan atas namanya. Hmm? Anda ingin tahu siapa karakter di novel itu yang mewakili Nonoguchi? Ya, sebenarnya aku tak yakin, tapi kurasa dia salah seorang dari anggota grup perundung itu.

Kalau dipikir-pikir unik juga, ya. Novel yang ditulis pelaku perundungan justru diterbitkan menggunakan nama si korban. Apa yang sebenarnya terjadi?

Cerita Mitani Koichi

Sebentar lagi saya harus mengikuti rapat, jadi tolong dibuat sesingkat mungkin. Saya tidak paham apa yang ingin Anda tanyakan. Ya, saya memang pernah dengar tentang bagaimana polisi menggali kembali masa lalu pelaku kejahatan, tapi saya baru bertemu dengan Nonoguchi pada masa SMA.

Oh, jadi Anda menyelidikinya sejak masa dia duduk di bangku SD? Wah, wah... Saya benar-benar tidak paham apa pentingnya hal itu.

Saat itu Nonoguchi hanya siswa SMA biasa. Kami sering mengobrol karena selera kami pada buku dan film lumayan mirip. Ya, saya tahu dia ingin menjadi penulis. Sejak saat itu, dia selalu menegaskan bahwa penulis adalah pekerjaan yang akan dilakukannya pada masa depan. Biasanya dia suka menulis cerita-cerita pendek di buku catatan dan membiarkan saya membacanya. Saya tidak begitu ingat isi ceritanya, tapi sebagian besar berterna fiksi-ilmiah. Sangat menarik. Setidaknya, saat itu saya sangat menikmati membacanya.

Alasan Nonoguchi memilih SMA itu? Tentu karena mutu pelajarannya yang lebih tinggi. Tunggu sebentar. Saya ingat Nonoguchi pernah bilang sebenarnya ada satu SMA lagi dengan mutu serupa di dekat rumahnya, tapi dia tidak ingin ke sana. Saya ingat betul karena dia berkali-kali mengulanginya. Ya, saya rasa dia memang serius saking seringnya menyinggung hal itu.

Alasan dia tidak menyukai SMA yang satu lagi? Saya tidak begitu ingat, tapi mungkin karena lingkungannya yang jelek atau kualitas siswa yang buruk. Begitu juga komentarnya tentang sekolah lamanya. Ya, yang saya maksud adalah SD dan SMP tempatnya dulu belajar. Dia sering sekali menjelek-jelekkan tempat itu.

Tidak, saya jarang mendengarnya bercerita tentang temannya di SMP. Mungkin pernah, tapi hanya secara sambil lalu. Mungkin karena tidak ada yang meninggalkan kesan? Saya juga tak pernah mendengar nama Hidaka Kunihiko dari mulutnya. Baru setelah kasus itu saya tahu bahwa mereka adalah teman sejak kecil.

Dia baru banyak bicara kalau sedang menjelek-jelekkan sekolah dan kota tempat tinggalnya. Menurutnya, penduduk kota itu tidak berkelas dan kualitas sekolahnya juga payah. Saya ingat saya sempat lelah karena ucapannya yang berlebih-lebihan.  Padahal sebelumnya saya tidak keberatan, tapi setiap kali dia menyinggung topik itu, saya langsung jadi kesal. Siapa pun pasti akan menganggap kota tempatnya lahir dan dibesarkan sebagai tempat terbaik, bukan?

Dia bilang, "Sebenarnya itu bukan rumahku. Tapi kami terpaksa pindah ke sana karena pekerjaan ayahku. Seharusnya dalam waktu dekat kami pindah lagi. Dengan kata lain, rumah yang sekarang hanya tempat singgah sementara. Karena itulah aku tidak mau beramah tamah dengan tetangga sekitar atau bermain dengan anak-anak di sana.”

Saya sering bilang saya tidak peduli dia akan tinggal di mana karena kesannya dia hanya mencari-cari alasan. Tapi sepertinya rencana pindah itu tidak terlaksana saat kami masih berteman.

Saat diingatkan tentang itu, dia bilang, "Waktu di SD sebenarnya aku punya satu kesempatan untuk pindah sekolah. Aku sampai mendesak kedua orangtuaku untuk memindahkanku dari sana dengan alasan aku tidak bisa mengikuti suasananya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Aku tidak tahu bagaimana detail-detailnya, namun rupanya mereka menganggap tidak baik jika aku sama sekali tidak ke sekolah. Kejam sekali, bukan? Gara-gara itu setiap hari aku dilanda depresi. Lalu karena ada anak tetangga usil yang setiap hari datang untuk mengajakku ke sekolah, aku terpaksa menurutinya. Benar-benar merepotkan.”

Saya pikir bagus sekali jika ada anak tetangga sebaik itu, tapi yah, bagi Nonoguchi, pendapatnyalah yang paling benar.

Setelah lulus SMA, saya tidak bertemu lagi dengan Nonoguchi. Sebentar, sebenarnya pernah sekali, tapi setelah itu kami tidak pernah saling kontak. Novel karya Hidaka Kuhiniko? Sebenarnya saya belum pernah membacanya. Saya suka membaca novel, tapi rasanya tidak begitu cocok dengan novel detektif. Saya lebih suka ceritacerita misteri yang tidak membebani pikiran. Misalnya Trouble Mystery.

Tapi akibat kasus ini, saking penasaran akhirnya saya membeli salah satu novel karya Hidaka. Saya jadi berdebar-debar setelah tahu bahwa pengarang aslinya adalah Nonoguchi.

Novel itu judulnya Noctiluca. Ceritanya tentang penderitaan seniman karena istrinya berselingkuh. Ada bagian-bagian sulit yang tidak saya pahami, tapi ada beberapa bagian yang membuat saya berpikir "pantas saja”. Maksud saya adalah hal-hal yang membuat saya berpikir ini adalah karya Nonoguchi. Kepribadiannya seakan tersebar di seluruh buku, khususnya tentang hal-hal yang tidak berubah sejak dia masih anak-anak.

Eh? Ah, begitu rupanya? Jadi Noctiluca itu karya asli Hidaka Kunihiko? Wah, jadi begitu, ya. Saya jadi malu. Hmm, hal itu memang sulit dimengerti pembaca amatir seperti saya.

Maaf, sampai di sini saja. Saya harus mengikuti rapat.

Cerita Fujimura Yasushi Benar, saya adalah paman Osamu. Ibunya adalah kakak perempuan saya.

Yang saya maksud dengan "mengembalikan keuntungan hasil penjualan” bukan dalam bentuk uang. Bagi kami, yang penting adalah membicarakan masalah itu dengan baik-baik supaya semuanya jadi jelas.

Tentu saja perbuatan Osamu membunuh Hidaka-san tidak  bisa dimaafkan. Dia pasti mengakui perbuatannya karena ingin menebus kesalahannya dengan sepantasnya.

Tapi sebelumnya masih ada beberapa hal yang harus diperjelas. Tidak mungkin Osamu melakukan pembunuhan itu tanpa alasan kuat. Dengar-dengar dia punya banyak masalah dengan Hidakasan, salah satunya karena dia diminta menjadi penulis bayangan untuk menulis novel menggantikan Hidaka-san. Akhirnya saya pun kehilangan kesabaran karena dalam kasus ini pihak sana juga ikut bersalah, bukan hanya Osamu. Aneh sekali kalau hanya Osamu yang harus menerima hukuman. Lalu bagaimana dengan pihak yang satu lagi?

Saya memang tidak tahu banyak tentang penulis, tapi sepertinya nama Hidaka Kunihiko cukup populer, ya? Pasti dia sudah masuk golongan pembayar pajak terbesar. Nah, dari siapa dia memperoleh uang itu? Jelas dari hasil penjualan novel yang ditulis Osamu. Apakah Anda tidak merasa aneh bila keluarga Hidaka terus menyimpan uang itu sementara hanya Osamu yang harus menanggung hukuman? Bagi saya jelas itu aneh. Jika saya adalah mereka, uang itu akan saya kembalikan. Itu wajar.

Tentu saja pihak sana juga punya alasan sendiri. Karena itulah saya sudah minta bantuan pengacara untuk menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya. Tujuan saya melakukannya hanya demi menolong Osamu, bukan karena menginginkan uang itu. Berapa pun jumlah yang dikembalikan, itu adalah uang Osamu, bukan saya.

Boleh saya tahu mengapa Anda mengunjungi saya, Tuan Detektif? Yang sedang kami hadapi ini adalah masalah sipil, dan saya rasa tidak ada kaitannya dengan pekerjaan Anda. Ah, jadi Anda datang bukan untuk urusan ini? Tentang kakak perempuan saya? Ya, memang. Dia pindah bersama keluarganya ke kota itu tidak lama setelah Osamu lahir dan membangun rumah di lahan yang dibeli dari kerabat suaminya dengan harga murah. Pendapatnya tentang kota itu? Ya, seperti Anda bilang, dia memang tidak terlalu menyukainya. Dia pernah mengeluh bahwa dia tidak akan membangun rumah di sana karena sebelumnya sudah tahu bagaimana kondisi kota itu. Sepertinya menjelang kepindahannya ke kota itu, dia sernpat berkeliling untuk mengecek kondisi lingkungan sekitar sehingga punya kesan seperti itu.

Entah alasan apa yang membuatnya tidak menyukai kota itu. karena dia selalu memperlihatkan raut wajah tidak senang setiap kali saya menyinggungnya. Akhirnya saya pu menghindari topik itu.

Tuan Detektif, mengapa Anda menanyakan semua itu? Apakah ada kaitannya dengan kasus pembunuhan itu? Saya paham Anda harus menyelidiki kasus itu dari berbagai sisi, tapi apakah tidak berlebihan jika Anda sampai harus menanyakan tentang kakak saya? Ya, sebenarnya saya tidak keberatan menjawab karena nanti akan terbukti bahwa tidak ada sesuatu di balik itu.

Cerita Nakatsuka Akio

Nonoguchi? Siapa dia? Aku tidak kenal nama itu.

Teman sekelas di SMP? Hmm, begitu ya. Aku sudah lupa. Belakangan ini aku juga tidak pernah membaca surat kabar. Kasus pembunuhan penulis? Mana kutahu?

Oh, jadi si penulis dan pelaku pembunuhan itu keduanya teman sekelasku? Terus kenapa? Itu bukan urusanku. Percuma  mengajakku bicara. Aku sedang menganggur dan harus pergi mencari pekerjaan. Tolong jangan mengganggu.

Hidaka? Hidaka yang itu? Jadi dia penulis yang terbunuh itu? Ah, aku ingat dia. Wah, ternyata dia, ya. Yang namanya manusia memang tidak pernah tahu bagaimana dia akan mati... Lalu kenapa malah aku yang ditanyai tentang masa kecilnya? Anda sendiri yang bilang penyelidikan itu dilakukan untuk menangkap pelaku.

Huh, rupanya gaya penyelidikan detektif zaman sekarang memang aneh-aneh. Sudahlah, aku malas kalau harus membahas cerita masa lalu!

Ya. Hidaka pernah beberapa kali mengalami perundungan. Alasannya konyol, yaitu karena dia dianggap arogan dan suka menentang. Sementara siswa-siswa lain yang lebih lemah hanya perlu sedikit gertakan untuk mengeluarkan uang seribu atau dua ribu yen, Hidaka tetap berkeras tidak mau melakukannya. Karena itulah kami hanya menargetkan dia. Ya, Hidaka itu memang pemberani, walau aku baru bisa mengakuinya sekarang.

Anda ini keras kepala juga, ya. Sudah kubilang aku tak kenal Nonoguchi. Eh? Tunggu sebentar. Nonoguchi? Yang namanya terdiri atas dua huruf Kanji ”no” dan satu ”kuch?”? Ah, benar. Si Noro. Nama keluarganya Nonoguchi. Ya, aku ingat dia. Dia itu ”dompet”-nya Fujio. Ya, dompet. Tempat menyimpan uang itu. Mentang-mentang selalu memberi uang, dia langsung diperlakukan seperti anak buah. Si anak brengsek satu itu memang pengecut.

Setelah Fujio dikeluarkan dari sekolah, kami pun terceraiberai. Noro juga tidak pernah lagi hadir di pertemuan kami.

Anda ingin tahu tentang kasus penganiayaan siswi SMP itu? Aku sendiri tidak begitu tahu. Sungguh. Saat itu aku memang orang yang paling dekat dengan Fujio, tapi dia tidak mau menceritakannya secara rinci. Setelah kejadian itu, kami jarang bertemu. Belakangan baru kudengar dia dikurung di rumah.

Bukan, bukan aku. Orang lain yang bersama Fujio saat dia menyerang siswi itu. Sungguh. Aku tidak tahu siapa dia.

Hei, lalu apa hubungannya insiden lama itu dengan kasus pembunuhan ini? Tidak, aku hanya agak penasaran karena korbannya adalah Hidaka. Aku tidak ingat kapan tepatnya, tapi dia pernah mengunjungiku dan bertanya apakah aku tahu sesuatu tentang insiden penyerangan Fujio pada siswi SMP itu. Kapan, ya... mungkin dua atau tiga tahun lalu?

Oh, ya. Anda bilang penulis novel itu menjadikan Fujio sebagai model karakter? Tadi aku memang tidak ingat karena jarang membaca buku, tapi itu berarti Hidaka sudah jadi penulis saat mengunjungiku. Hmm, coba waktu itu aku minta uang kompensasi lebih banyak, ya. Ya, pokoknya aku menceritakan semua yang kuketahui padanya. Hidaka sendiri sepertinya juga tidak mendendam padaku. Sudah kubilang aku nyaris tak tahu apa-apa tentang insiden penyerangan itu, tapi dia mendesakku kalau-kalau ada sesuatu yang kuingat. Kurasa dia mengira akulah yang bersama Fujio saat penyerangan itu terjadi.

Foto? Apa maksud Anda?

Siapa yang bilang aku menyimpannya?

...Ya, aku memang pernah menyimpannya. Fujio memberikan sehelai foto itu padaku sebelum dia ditangkap. Kualitas gambarnya tidak begitu bagus. Tak masalah bukan kalau aku masih menyimpannya? Lagi pula aku tidak berniat memanfaatkannya.

Wah, aku sendiri bingung kalau ditanya kenapa masih me nyimpannya. Mungkin karena memang belum sempat membuangnya. Coba Anda periksa rumah Anda sendiri, pasti Anda akan menemukan satu atau dua lembar foto masa kecil, bukan? Tidak, aku sudah tidak menyimpan foto itu. Aku langsung membuangnya tidak lama setelah kunjungan Hidaka. Ya, aku sempat memperlihatkan foto itu padanya. Dia sudah jauh-jauh datang kemari, kenapa tidak sekalian saja kuberikan sesuatu? Waktu ditanya apa dia boleh meminjam foto itu, aku mengiyakannya. Tapi dua atau tiga hari kemudian, foto itu dikirim kembali dalam amplop disertai pesan bahwa dia punya kebijakan untuk tidak menyimpan foto atau semacamnya. Lalu amplop itu kubuang begitu saja ke tempat sampah. Hanya itu.

Setelah itu aku tak pernah bertemu lagi dengan Hidaka. Dan foto itu sendiri hanya ada selembar, aku tidak tahu jika masih ada yang lain.

Nah, sampai di sini saja.

Cerita Tsujimura Heikichi

Maaf, saya Sunae, cucu Tuan Tsujimura. Karena saat ini kondisi pendengaran kakek saya tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara normal, biar saya yang menerjemahkannya. Tidak, tidak masalah. Dengan begini pembicaraan kalian akan lebih lancar dan pihak kami pun akan merasa terbantu.

Hmm, usianya? Mungkin 91 tahun. Kondisi jantungnya baikbaik saja, tapi sepertinya otot-otot kakinya yang bermasalah. Tidak, justru pikirannya masih jernih. Tapi masalah pendengarannya memang merepotkan.

Sampai lima belas tahun lalu beliau masih bekerja sebagai pembuat kembang api. Alasannya berhenti bukan karena usia, melainkan karena rnasalah permintaan pasar. Setelah ditiadakannya festival kembang api di tepi sungai, nyaris tidak ada lagi pekerjaan untuk beliau. Tapi keluarga kami justru menganggap memang sudah waktunya beliau pensiun. Ditambah lagi ayah saya tidak mewarisi usahanya.

Buku apa ini? Wah, Api Semu? Bukankah itu novel karya Hidaka Kunihiko? Tidak, saya tidak tahu. Saya rasa tidak ada di antara anggota keluarga kami yang pernah membacanya. Anda ingin bertanya pada Kakek? Baiklah, mari kita coba. Tapi saya tidak yakin akan berhasil.

..Rupanya Kakek tidak tahu tentang novel ini. Sudah beberapa puluh tahun terakhir ini dia tidak pernah membaca buku. Memangnya ada apa dengan novel ini? Ah, jadi ceritanya tentang pembuat kembang api?

.Kakek bilang ada orang-orang yang menulis topik yang jarang dibahas. Tapi pekerjaannya memang bukan tipe yang dilirik orang pada umumnya.

Wah, jadi Hidaka Kunihiko pernah tinggal di sekitar sini? Oh, begitu. Benar, bengkel kerja Kakek dulu memang ada di samping kuil. Ah, jadi waktu masih kecil Hidaka Kunihiko pernah datang ke sana, melihat bagaimana Kakek bekerja, lalu menggunakannya sebagai bahan tulisan novel setelah dewasa? Pasti Kakek telah menimbulkan kesan mendalam baginya.

..Menurut Kakek, dulu memang ada anak-anak yang sering bermain di bengkelnya. Beliau sudah memperingatkan anak itu supaya tidak mendekat karena tempat itu berbahaya, tapi karena melihat anak itu begitu bersemangat, akhirnya dia diizinkan masuk ke bengkel dengan syarat tidak boleh menyentuh benda-benda yang ada di sekitarnya.  Anda ingin tahu berapa anak-anak yang seperti itu? Mohon tunggu sebentar.

..Kakek bilang bukan "beberapa orang”. Justru seingat beliau hanya ada satu anak. Namanya? Coba saya tanyakan.

...Kakek tidak tahu siapa namanya. Ya, tapi itu bukan karena lupa, melainkan karena sejak awal beliau memang tidak tahu. Karena ingatan Kakek masih cukup baik, saya rasa memang begitulah yang terjadi.

Bagaimana, ya... Kakek memang masih ingat hal-hal masa lalu, tapi entahlah. Kita coba saja.

... Ternyata Kakek masih ingat! Beliau bilang kalau ada fotonya beliau pasti akan mengenalinya. Anda membawa foto itu? Nah, biar saya perlihatkan foto itu padanya.

Wah, apa ini? Album kelulusan SMP? Ya, Kakek bilang seharusnya anak itu ada di kelas ini, tapi masalahnya anak yang datang ke bengkelnya itu jauh lebih kecil. Waduh, membingungkan juga, ya. Sayangnya sulit bagi saya untuk menjelaskannya pada beliau. Jangan-jangan beliau ingin berkata anak itu tidak sebesar ini? Baik, saya akan mencoba menjelaskan padanya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar