4 Ways to Get a Wife Bab 05 : Imun yang luar Biasa

Bab 05 : Imun yang luar Biasa

Jung Won pikir dirinya tidak akan bertemu lagi dengan lelaki itu. Setidaknya sampai tadi malam ia masih berpikir seperti itu. Namun, sebuah telepon dari bank pagi ini membuat Jung Won mau tidak mau terpaksa menemui Geon Hyeong lagi. Jung Won seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Kemudian, tanpa perlu dijelaskan pun, ia tahu bahwa lelaki itu ada di balik semua kejadian ini. Satu hal yang Jung Won tidak mengerti adalah mengapa lelaki itu ikut campur dalam urusannya dan mengacaukan kehidupannya.

Sebenarnya, apa yang ada di otak laki-laki itu sampai ia berbuat seperti ini?

“Laki-laki ini, sepertinya ia sudah gila.”

“Siapa?”

Bibi yang paling tua di kantin bertanya penasaran pada Jung Won yang bergumam seorang diri dengan wajah kesal sambil menggenggam telepon genggamnya crat-erat. Sebagai ahli nutrisi yang masih muda di kantin itu, Jung Won dikenal sebagai seseorang yang ambisius, baik hati, dan murah senyum. Seandainya saja ia mempunyai anak laki-laki, pasti ia sudah meminta Jung Won untuk menjadi menantunya. Namun, wajah Jung Won kali ini benar-benar terlihat menyeramkan. Scandainya ia sedang berpacaran pun, wajahnya itu tidak terlihat seperti wajah orang yang sedang jatuh cinta.

“Ada seorang laki-laki gila.”

“Siapa laki-laki itu?”

Siapa? Hm, entah bagaimana ia bisa menjelaskan tentang laki-laki itu. Sepertinya tidak ada kata yang tepat untuk menjelaskan seorang laki- laki yang suka bertindak semaunya sendiri itu. Jung Won berpikir keras berusaha mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan Geon Hyeong, sementara seketika saja, perhatian para wjumwma di dapur itu tertuju pada kisah Jelak? Jung Won.

“Aigu, sepertinya ahli nutrisi kita ini sedang jatuh cinta.”

“Jatuh cinta apanya. Lelaki ini sudah punya wanita lain.” Begitu Jung Won menggelengkan kepalanya dengan panik, para ajumma ita serentak langsung memasang wajah geram. Melihat cskpresi mereka, Jung Won yang sedang pusing pun mau tidak mau tertawa geli.

“Bibi, hari ini aku pulang duluan ya. Menu untuk besok kan janchi guksu'2 saja, jadi sekarang sepertinya tidak ada pekerjaan lagi.”

Karena menu &atsu 18 untuk hari ini sudah terjual habis, maka otomatis waktu makan malam pun telah selesai. Untungnya, besok adalah akhir pekan dan mereka hanya perlu menyiapkan satu jenis masakan sehingga tidak banyak yang perlu disiapkan sebelumnya.

“Ya, sepertinya tidak ada pekerjaan lain lagi. Pergilah, tidak usah khawatir.”

“Terima kasih.”

“Hati-hati.”

Para gjumma di dapur ita sungguh-sungguh memperingatkannya, namun peringatan itu seolah tidak terdengar oleh Jung Won.

Jung Won benar-benar tidak habis pikir dengan telepon mendadak tadi pagi. Manajer bank itu yang meneleponnya langsung. Bahkan, manajer bank itu meneleponnya secara pribadi dan mengatakan bahwa semua utangnya telah dilunasi, lalu disertai dengan ucapan “senang berbisnis dengan Anda”. Manajer bank itu bahkan juga mohon bantuannya untuk ke depannya nanti. Meskipun Jung Won telah menjelaskan berulang kali bahwa itu bukanlah uangnya, manajer bank yang sopan itu terus-menerus mengucapkan terima kasih secara berlebihan.

Kenapa ia berterima kasih padaku? Setelah dipikir-pikir dan dicek berulang kali, barulah Jung Won sadar bahwa Kim Geon Hyeong-lah yang berada di balik semua ini. Sebenarnya, apa yang diinginkan lelaki itu dan mengapa ia melakukan hal ini? Setiap bertemu dengannya, Jung --Note 12Janchi guksu— mi yang terbuat dari tepung terigu dan dicampur dengan ait kaldu ikan teri untuk kuahnya.--3Katsu— hidangan khas Jepang berupa irisan daging yang digoreng dengan dibalut remah roti. Won selalu berharap bahwa itu adalah yang terakhir kalinya dan kini 1a sudah muak harus berurusan lagi dengan lelaki itu.

Ketika ia mendapat telepon tadi pagi yang mengatakan bahwa seluruh utangnya telah lunas, tentu saja dalam hati ia benar-benar merasa seperti mendapat rezeki yang tidak terduga. Bahkan, hati kecilnya seolah berbisik padanya untuk pura-pura tidak tahu mengenai apa yang ada di balik semua ini. Namun, lelaki itu bukanlah orang yang rela berbuat baik dan membantu orang lain begitu saja.

Lelaki itu jauh lebih kejam daripada iblis dan pasti ada sesuatu yang harus dibayar di balik kebaikannya itu. Jelas kalau perbuatannya ini ibarat umpan yang bisa saja langsung mencekik Jung Won sampai mati jika ja memakannya. Berurusan dengan utang bank rasanya masih lebih baik daripada berurusan dengan lelaki ini, karena setidaknya ia bisa mengetahui apa yang akan dilakukan oleh bank terhadap dirinya. Sementara itu, ia sama sekali tidak bisa menduga apa yang akan dilakukan oleh lelaki ini jika ia berurusan dengannya.

Jung Won mengernyitkan dahinya, membayangkan harus menemui lelaki itu lagi. Kemudian, ia kembali teringat dengan buket bunga saat itu.

Sebenarnya, apa yang ada di otak laki-laki itu?

&

Jung Won yang sudah bertekad bulat menemui lelaki itu akhirnya tiba di kantor lelaki si pembuat masalah itu. Namun, Jung Won tidak bisa beranjak selangkah pun dari lobi gedung itu. Meskipun Jung Won menjelaskan dengan tenang mengenai hubungannya dengan Geon Hyeong dan membujuk karyawan resepsionis itu dengan sungguh- sungguh, kelihatannya karyawan itu tidak percaya kalau direktur mereka memiliki kenalan seorang wanita berkaus kumal dan bercelana jins itu.

Baiklah. Meskipun Jung Won tidak ingin mengakuinya, memang inilah perbedaan jarak antara dirinya dan lelaki itu. “Tolonglah, bagaimana kalau Anda coba mencieponnya dulu? Katakan saja Kang Jung Won ingin bertemu dengannya, pasti 1a akan menemuiku.”

“Maaf sekali, tapi Anda tidak bisa menemuinya jika tidak membuat janji sebelumnya.”

“Tapi aku harus menemuinya.”

Karyawan resepsionis itu memang terlihat kesal, namun Jung Won juga rasanya sudah tidak bisa bersabar lagi. Kalau ia tidak menyelesaikan masalah ini hari ini, pasti za akan merasa tidak tenang selama akhir pekan. Ia tidak bisa tenang dan menunggu masalah apa lagi yang dilakukan oleh lelaki itu. Kalau tahu akan seperti ini, seharusnya ia membawa saja kartu nama teman lelak Geon Hyeong yang 1a terima waktu ita. Namun, kartu nama itu masih tersimpan begitu saja di dalam tas mahal itu.

Setelah Yung Won membujuk dan merayu-rayu di meja resepsionis, akhirnya karyawan cantik itu mau tidak mau mengangkat teleponnya. Ekspresinya tiba-tiba berubah dan :a segera bangkit dari duduknya dan memperhatikan wajah Jung Won sambil tetap menempelkan gagang telepon itu di telinganya. Seketika itu, perlakuan karyawan resepsionis dan petugas keamanan lainnya yang menjaga ketat kantor itu terhadap Jung Won langsung berubah 180». Jung Won menghela napas lega melihat ekspresi panik dan terkejut di mata mereka.

“Maaf, kami tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya. Mari saya antar Anda ke tempat beliau.”

“Tidak perlu meminta maaf...”

Sebelum Jung Won menyelesaikan ucapannya, karyawan resepsionis yang sudah meletakkan teleponnya itu bergegas mengantar Jung Won menuju ke hift. Meskipun Jung Won kim merasa lega, perlakuan karyawan resepsionis yang terlalu baik itu juga membuatnya tidak nyaman.

Jung Won lalu menggenggam cincin di kalungnya dan

menenangkan dirinya. Kau pasti bisa, Kang Jung Won. Kau pasti menang dalam pertarungan dengan lelaki itu. Tidak, sama sekali tidak ada alasan mengapa aku harus kalah menghadapinya. Kenapa ia semaunya saja membayarkan utang orang lain? Lalu, sebesar apa bunga yang ingin ia terima, yang akan semakin memberatkan beban utang wanita itu?

Puas mendengar kabar dari sekretarisnya, Geon Hyeong meletakkan teleponnya dan menghadap ke lawan bicara di hadapannya. Kakek dan neneknya yang berusia lebih dari 80 tahun itu tetap sangat cerewet dan keras kepala. Meskipun sesungguhnya mereka sudah pensiun, pengaruhnya di Goryo Grup dan bahkan di dunia finansial masih cukup besar. Geon Hyeong pun tahu apa alasan kedua orang ini datang menemuinya seperti ini. Alasan yang sama dengan mengapa ibu tirinya dan Direktar Oh sering mengunjungi kantornya belakangan ini.

“Apa kau yang menyebabkan batalnya pernikahan putri pengusaha ita?”

“Bukan.”

“Lalu kenapa kejadian seperti itu bisa terjadi?”

Mendengar desakan kakeknya, Geon Hyeong tampak ragu sejenak. Sebenarnya, ia bisa menduga bagaimana hal itu bisa terjadi. Namun, itu bukanlah sesuatu yang patut diketahui oleh kakeknya.

“Yang pasti, itu bukan karena diriku.”

“Syukurlah. Perusahaan ayahnya benar-benar kacau saat ini. Untunglah kita tidak perlu mendapat salah paham gara-gara kejadian ini.”

“Lalu, siapa wanita yang menjadi pasanganmu kemarin? Bibi- bibimu banyak membicarakan tentangnya. Ibumu juga sudah bertemu dengannya kan?”

“Ya. Tapi aku juga tidak tahu pasti. Karena Gcon Hycong tidak mengenalkannya.”

Nyonya Oh berkata dengan nada seelegan mungkin sambil menatap wajah Geon Hyeong yang datar. Begitu melihat wanita itu, ia tahu bahwa wanita itu memang cocok dengan Gcon Hycong. Tidak berkelas, tidak tahu sopan santun, dan tidak punya kekuatan apa-apa.

“Sejak kapan kau memedulikan wanita yang menjadi kekasihku?”

“Sejak kau membawanya ke acara resmi seperti itu. Siapa dia?”

“Kalian lihat saja sendiri.”

Geon Hyeong langsung menyahut dan berdiri begitu terdengar suara ketukan halus di pintu ruangannya. Pasangan suami istri Kim yang tidak mengerti maksud ucapan Geon Hyeong awalnya menyipitkan mata, namun seketika itu, rasa ingin tahu terpancar dari mata mereka. Perlahan Geon Hyeong berjalan menghampiri sekretarisnya yang mengantar Jung Won. Wajah Jung Won terlihat sangat marah dan emosi saat itu.

“Apa-apaan kau ini?”

“Jangan marah-marah seperti itu.”

Selama berada di dalam lift, Jung Won telah menyiapkan dirinya untuk menyerang lelaki itu. Ia harus berbuat seperti itu. Sedikit rasa simpati atau toleransi bisa sangat berbahaya saat menghadapi lelaki itu. Oleh karena itu, Jung Won berusaha bersikap setegas dan segalak mungkin kepada lelaki itu, yang sayangnya saat itu ia tidak sedang seorang diri.

“Kau sendiri yang datang ke sini, bukan aku yang memanggilmu.”

Geon Hyeong memanfaatkan Jung Won yang ragu karena terkejut melihat ada orang lain di ruangannya dan berbisik pelan di telinganya.

Lalu kenapa? Memangnya kenapa? Emosi Jung Won hampir saja naik kembali, namun ia langsung terdiam melihat orang-orang yang memandang ke arahnya.

“Ini dia wanita yang tadi Kakek tanyakan.”

Jung Won terbelalak mendengar kata “kakek? yang keluar dari mulut Geon Hycong. Scorang kakek dan nenek yang tidak salah lagi adalah keluarga Geon Hyeong, menatap Jung Won tajam dan perlahan menghampirinya. Seorang wanita yang kemarin ia temui di acara pernikahan itu juga memandangnya. Ada apa ini? Mengapa mereka berkumpul di sini? Apa jangan-jangan lelaki ini sudah menduga kalau hari ini aku akan datang menemuinya? Rasa panik yang kini menekan rasa marahnya membuat Jung Won menatap Geon Hyeong yang tetap terlihat tenang dan santai, tidak ada kepanikan sedikit pun di wajahnya.

“Hei, Geon Hyeong ssi.”

“Tenang saja. Untung kau datang.”

Geon Hyeong berkata dengan lembut, tetapi Jung Won sama sekali tidak bisa tenang. Rasa amarah Jung Won mendadak lenyap melihat tatapan tajam dan penuh rasa ingin tahu dari anggota keluarga Geon Hyeong yang tertuju kepadanya. Jung Won kini benar-benar merasa malu dan bingung. Rasanya ia ingin segera pergi dan menghilang dari tempat ita, namun tangan Gcon Hyeong yang memegang bahunya erat seolah tidak mengizinkannya pergi. Jung Won yang tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya duduk di kursi yang distapkan oleh Geon Hyeong dan barulah tangan lelaki itu lepas dari bahunya. Seketika itu juga, udara dingin di ruangan itu meresap ke tubuh Jung Won.

“Jadi, kau adalah kekasih Geon Hyeong?”

“Tadi kan sudah kukatakan.”

“Aku tidak bertanya padamu.”

Begitu Geon Hycong menjawab pertanyaan Direktur Kim, Nyonya Hwang langsung menyahutnya dengan serius. Barulah Geon Hyeong terdiam, sementara Jung Won semakin meringkuk ketakutan. Meskipun wanita ini kini merasa gugup dan ketakutan, Geon Hyeong yakin bahwa Jung Won bisa melewati situasi ini dengan baik karena wanita ini adalah wanita yang pemberani dan tegar. Kalau wanita ini berani melawan Geon Hyeong, pasti ia juga berani menghadapi kakek Geon Hyeong. Mungkin saja kedatangan Jung Won yang tidak terduga hari ini justru akan mempermudah masalah ini. Bagi dirinya sendiri dan bagi Shin Hee. Tentu saja ini akan merugikan wanita itu, namun Geon Hyeong sama sekali tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

“Nama saya Kang Jung Won.” Setelah membungkukkan badan sambil mengucapkan salam, Jung Won menatap wajah kakek dan nenek Gcon Hycong. Begitu melihat wajah mereka, pikiran pertama yang terlintas di benaknya adalah pasti lelaki itu mirip dengan ayahnya. Lalu, apabila lelaki itu tua nanti, pasti ia akan terlihat sama seperti kakek tua dengan tatapan mata tajam yang ada di hadapannya saat ini.

“Ehem, lalu, siapa orangtuamu?”

Seolah mengabaikan ucapan salam Jung Won yang sopan itu, Nyonya Hwang, istri Presiden Kim, langsung melontarkan pertanyaan yang tempo hari pun sempat Jung Won dengar di acara pernikahan itu. Bagi orang-orang ini, latar belakang orangtuanya sepertinya sangat penting.

“Ya?”

“Kau ini membuatku tidak sabar. Masa kau tidak mengerti pertanyaanku. Barusan kan kutanya, apa pekerjaan orangtuamu.”

Sebuah pertanyaan formalitas. Melihat penampilan Jung Won yang mengenakan kaus lusuh dan celana jins yang sobek itu saja, seharusnya mereka bisa mengira apa pekerjaan orangtuanya.

“Kedua orangtua saya sudah meninggal dunia.”

Nyonya Hwang bertanya dengan sebal, dan Jung Won yang panik segcra menjawab pertanyaan itu. Begitu mendengar jawaban Jung Won, helaan napas kecewa langsung keluar dari mulut Nyonya Hwang. Nenek lelaki ini secara tidak langsung telah mempermalukan Jung Won. Ternyata, sifat anggota keluarga lelaki ini benar-benar sama tidak sopannya dengan lelaki ini. Ternyata, yang namanya hubungan sedarah tidak hanya memengaruhi fisik saja, tetapi juga memengaruhi sifat seseorang.

“Lalu, apa pekerjaanmu?”

“Saya bekerja di kantin Universitas Kyung Hwan.”

“Kantin? Masih lebih baik kau membuat skandal dengan Shin Hee.”

Mendengar jawaban yang tidak terduga itu, Presiden Kim dan istrinya menatap Geon Hyeong sambil berdecak kecewa. Jung Won yang diremehkan dan dicemooh secara terang-terangan itu menarik napas pendek dan menggenggam kalung cincin ibunya sambil menenangkan dirinya.

Ibu, apa benar kalau aku mengurapkan kata sabar tiga kali, maka aku bisa menahan diri untuk tidak membunuh orang-orang ini? Saat ini, jangankan tiga kali, 30 kali pun sepertinya tidak cukup.

“Jadi, sebenarnya...”

“Oh ya, apa pekerjaan ayahmu sewaktu beliau masih hidup?”

Jung Won baru saja hendak membuka mulut dan menjelaskan situasi ini, namun lagi-lagi mereka mengabaikan ucapannya. Benar- benar orang yang suka berbicara semaunya dan hanya mau mendengarkan hal-hal yang ingin mereka dengar. Sama persis seperti lelaki ini. Ternyata, bukan hanya penampilannya saja yang mirip. Jung Won menghela napas putus asa. Mau bagaimana lagi? Kalau ia tidak ingin berkelahi dengan orang-orang ini, maka tidak ada cara lain selain bersabar dan menahan diri.

“Dulu belau bekerja di sebuah taman. Pernah bekerja di perkebunan buah juga sebentar.”

“Bekerja di taman itu sebagai tukang kebun maksudmu? Astaga, bekerja di kebun buah-buahan lagi. Ternyata kau tidak belajar banyak ya di kampung seperti itu.”

“Ya. Meskipun saya memang tidak memiliki pendidikan yang tinggi, kedua orangtua saya dulu pernah mengajarkan tentang apa itu sikap kurang ajar dan tidak menghargai orang lain.”

Mendengar jawaban Jung Won yang pelan tetapi pasti itu, suasana ruangan kantor itu mendadak hening sejenak. Keheningan yang sangat singkat itu kemudian diakhiri dengan decakan heran dari Presiden Kim.

Presiden Kim menatap Jung Won dengan wajah tidak percaya.

Berani-beraninya anak ini.

Sementara itu, Geon Hyeong meneguk kopinya sambil tersenyum.

Dalam hati ia merasa senang dan puas karena rasa frustrasinya saat menghadapi wanita ini kimi juga dialami oleh kakek dan neneknya. Geon Ilyeong memang bukan orang yang mudah diatur dan begitu pula dengan Jung Won. Meskipun Geon Hyeong juga tidak tahu apa yang sebenarnya :a harapkan dari wanita ini, sikap Jung Won yang berani itu berhasil membuat Geon Hyeong merasa puas.

“Ternyata kau belajar tentang sesuatu yang sangat penting juga. Tapi, kedua orangtuamu sepertinya tidak mengajarkan bagaimana bersikap sopan kepada calon keluarga pasanganmu.”

“Karena mereka tidak sempat melihatku tumbuh dewasa dan siap menikah untuk memberitahu hal itu. Tetapi mereka memberitahuku bahwa bersikap sopan itu bukan berarti rela dihina dan dunjak-injak. Meskipun begitu, aku minta maaf kalau ternyata sudah tidak sopan kepada kalian.”

Jung Won menundukkan kepalanya dengan kaku sementara Presiden Kim dan istnnya saling berpandangan. Direktur Oh dan Nyonya Oh pun terlihat sangat terkejut. Jung Won mungkin tidak memahaminya, tetapi bagi orang-orang yang sudah terbiasa cepat dalam membaca situasi ini, kata “calon keluarga” yang terlontar dari mulut Presiden Kim berarti zim mengenai pernikahan mereka. Nyonya Oh terlihat puas, sementara Geon Hyeong hanya memandang Jung Won dengan tatapan yang sulit dimengerti. Jung Won pun tidak mengerti arti tatapan yang tertuju pada dirinya itu.

“Aku maklum. Menemui keluarga calon suami untuk pertama kalinya memang bukan hal yang mudah.”

Rasanya ia tidak perlu memaklumiku seperti ini, batin Jung Won. Lalu, keluarga calon suami? Mengerikan sekali ucapannya itu.

Jung Won baru saja hendak membantah ucapan itu ketika tangan Geon Hyeong yang besar memegang tangannya yang tertangkup di atas lututnya. Seolah memerintahkannya untuk tetap diam. Diam? Yang benar saja.

“Bukan itu maksudku.”

“Iya, memang. Lain kali, sebaiknya kau lebih menjaga sopan santun jika bertemu dengan orang yang lebih tua.”

“Kalau begitu, kapan kalian akan menikah?” Jung Won berulang kali meyakinkan dirinya bahwa “pernikahan yang dimaksud bukanlah pernikahannya dengan lelaki ini. Namun, ekspresi wajah orang-orang yang ada di ruangan itu, kecuali dirinya sendiri, sepertinya tidak berkata seperti itu.

Tidak mungkin. Pernikahan ini sama sekali tidak boleh terjadi dan tidak akan terjadi.

“Masih terlalu cepat untuk membicarakan hal ini.”

Mendengar jawaban Geon Hyeong, Jung Won semakin menatapnya geram yang lagi-lagi tidak digubris oleh lelaki itu.

“Lalu kau akan tinggal bersama kami?”

“Tidak.”

Bantahan Jung Won itu sesungguhnya adalah bantahan atas keseluruhan perrikahan ini. Namun, ibu Gcon Hycong kelihatannya tidak memahaminya seperti itu.

“Benar juga. Bukan hal itu yang penting saat ini.”

“Oh ya, aku dengar vila yang kau tempati sekarang sedang direvonasi, sekalian saja didesain agar cocok untuk rumah pengantin baru.”

Geon Hyeong baru saja membicarakan masalah renovasi vila itu minggu lalu dengan Jason, dan hanya mereka berdua yang mengetahui hal im. Ia hanya tersenyum pahit ketika mengetahui bahwa Nyonya Oh sudah mengetahui rencana renovasi yang bahkan sama sekali belum dimulai itu. Memang tidak ada yang tidak luput dari tangan ibu tirinya itu. “Boleh juga.”

Orang ini benar-benar! Meskipun masalah renovasi vila ataupun pernikahan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Jung Won, ia tetap saja merasa tidak tenang dalam pembicaraan itu.

“Biar nanti kuutus orang untuk mengurus masalah itu. Lalu, selama itu, kau tinggal di ramah saja dulu. Setelah ada kasus Shin Hee kemarin, kau harus hati-hati. Jangan sampai ada gosip lain lagi.” Nyonya Oh berkata kepada ibu mertuanya scolah mengabaikan pendapat Gcon Hycong. Pada akhirnya, sebisa mungkin mercka ingin membatasi dan mengontrol ruang gerak Geon Hyeong.

“Kau pasti tidak nyaman kalau tinggal di hotel kan?”

“Jangan, 1a tidak boleh tinggal di hotel. Bagaimana kalau ada kasus lagi seperti saat itu? Membuat malu keluarga saja.”

Nyonya Hwang yang teringat kasus ketika Geon Hyeong mengadakan perjalanan bisnis ke New York segera menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Dircktur Oh.

New York. Saat itu ada seorang wanita asing yang tiba-tiba menunggu di kamar hotelnya. Kemudian, dari cerita wanita yang diusir dari kamar hotelnya itu muncul gosip bahwa kelakuannya sama seperti kelakuan ayahnya dulu. Entah bagaimana caranya, kejadian yang berlangsung tidak lebih dari lima menit itu bisa sampai ke telinga kakeknya. Mungkin hanya Direktur Oh yang tahu rahasianya.

Toh gosip seperti itu sudah sering menimpanya. Oleh karena itu, kah ini pun Gcon Hycong tidak terlalu memusingkan gosip ringan seperti itu dan tetap berencana tinggal di hotel. Namun, segalanya akan berubah jika Jung Won ada di sisinya. Geon Hyeong tersenyum sambil menatap Jung Won yang sejak tadi duduk dengan gelisah sambil memelototinya. Wanita ini ternyata sangat berguna sekah.

“Aku berencana tinggal di rumah Jung Won.”

Lelaki ini bicara apa barusan?

Kenapa kau tinggal di rumah kami? Memangnya kau ini siapa? Benar-benar tidak tahu diri. Mendengar rencana Geon Hyeong yang tidak masuk akal ita, Jung Won kembali menoleh dan menatapnya tajam. Seperti biasanya, Geon Hyeong tidak memedulikan tatapan tajam itu.

“Tidak baik kalau pasangan yang belum menikah tinggal serumah. Kau tinggal di rumah saja dulu.”

“Di rumah Jung Won, adik-adiknya saja ada tiga orang. Kalian tidak perlu khawatir. Kemarin rumah mereka pun sempat kemasukan pencurt, jadi Jung Won pun akan lebih tenang kalau aku tinggal di sana.” Tidak sama sekali. Never. Kemasukan pencuri apanya? Tidak mungkin ada pencuri yang masuk ke rumah yang tidak ada apa-apanya itu. Meskipun begitu, tidak akan kubiarkan lelaki yang seperti hariman ini masuk ke rumahku. Jung Won segera menyikut tubuh Geon Hyeong yang tidak bergerak sedikit pun. Ia hanya mengangguk dengan lembut sambil menatap Jung Won dengan malas.

Jangan khawatir. Tidak akan ada masalah apa-apa.

Tatapan matanya yang dalam seolah berkata seperti itu. Jung Won rasanya ingin mengatakan bahwa keberadaan Iclaki itu saja sudah menjadi masalah baginya, namun situasi tidak memungkinkannya berkata seperti itu. Beberapa saat kemudian, akhirnya keluarga Geon Hyeong pergi meninggalkan ruangan kantor itu saat Jung Won masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.

Tubuhnya rasanya seperti dihantam oleh bom. Setelah tinggal mereka berdua di dalam ruangan itu, barulah Jung Won mengambil segelas jus yang ada di hadapannya dan langsung meneguknya sekaligus sampai habis. Ternyata, ia lebih gugup daripada yang ia sangka sampai ia merasa haus luar biasa. Mungkin di dalam tubuhnya sekarang ada api yang berkobar-kobar dengan hebat. Rasanya ia mengerti kenapa orang sampai bisa melakukan pembunuhan.

Di dalam hatinya, Jung Won berdoa dan mengucapkan berbagai mantra sekaligus.

Semoga hari ini aku tidak menuekik leher orang ini. Semoga aku tetap bisa bersabar dan menahan diri seperti yang telah kulakukan sampai detik ini.

“Cepat jelaskan.”

“Kau kan sudah dengar tadi.”

Geon Hyeong tidak terlihat panik sama sekali, malah wajahnya terlihat senang.

Orang ini sebenarnya sadar tidak sih dengan perbuatannya? Kelihatannya ia sadar sepenuhnya dan jelas ini semua adalah rencananya. Jung Won yang tidak tahan melihat sikap Geon Hyeong yang tidak peduli dan tidak tahu malu ita mengernyitkan dahinya dan menatapnya tajam. “Bukankah im sangat keterlaluan? Barusan keluargamu menyuruh kita menikah.”

“Jangan khawatir. Orang-orang sepertiku tidak akan menikah dengan warita seperti kau.”

“Tentu saja. Orang-orang sepertiku juga tidak akan menikah dengan lelaki seperti kau. Tidak akan.”

Geon Hyeong berbalik membelakangi Jung Won yang tidak mau kalah dengannya dan tersenyum kecil. Ia selalu senang melihat sikap wanita ini yang gigih dan berani. Lalu, orang-orang sepertiku'? Konyol sekali.

Geon Hyeong merasa konyol sendiri dengan ucapannya tadi dan dalam hatinya ia bertepuk tangan atas jawaban Jung Won padanya yang sama konyolnya. Geon Hyeong dan Shin Hee sepertinya berhasil menemukan wanita yang sesuai selera Gcon Hycong saat itu. Kecuali satu hal.

“Tahu tidak, kau ini tidak lulus di syarat nomor satu?”

“Apa maksudmu?”

Scjak menginjakkan kakinya di tempat ini, Jung Won benar-benar merasa seperti masuk ke dunia lain. Meskipun lelaki ini menggunakan bahasa Korea, Jung Won sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakannya.

“Syarat pertama dari wanita yang kuinginkan adalah wanita yang tidak suka marah-marah. Pasti ia sengaja melupakan hal itu. Sengaja ingin menyusahkanku.”

“Siapa?”

“Sudahlah. Kau tidak perlu tahu.”

Lelaki yang sesaat tampak senang dan matanya bersinar cerah itu tiba-tiba kembali bersikap dingin dan tak acuh pada Jung Won.

“Aku juga tidak ingin tahu. Tapi aku benar-benar penasaran dengan rencana saat ini. Sebenarnya kenapa kau melakukan hal ini padaku?”

“Kalau dari awal kau tidak muncul di sini hari ini, mungkin hal ini tidak akan terjadi.”

“Kalau dari awal kau menjelaskan hal ini padaku, pasti hal im tidak akan terjadi.” Hah. Benar-benar. Padahal aku sudah menolongnya dan tidak meminta balasan apa-apa. Padahal lelaki ini yang seenaknya mencium Jung Won dan memohon-mohon bantuannya. Tetapi sekarang, ia malah bersikap seolah kalau awal dari semua masalah ini adalah Jung Won. Apalagi, sekarang ia malah melemparkan semua tanggung jawab atas semua kejadian ini pada Jung Won.

“Tadi ita kesempatan yang bagus untukku. Kalau bukan karena kau, mungkin mereka sudah salah paham denganku tadi.”

Lelaki itu menganggukkan kepalanya dengan tidak peduli dan mengakui kesalahannya sendiri. Kurang ajar. Bagaimana mungkin aku bisa sampai merasa kasihan dan simpati barang sejenak kepada orang seperti ini, sesal Jung Won.

“Salah paham apa?”

“Mereka pikir aku yang menyebabkan batalnya pernikahan Shin Hee.”

“Sepertinya itu bukan salah paham.”

Mendengar kritikan tajam Jung Won, Geon Hycong hanya mengangkat bahunya seolah tidak ingin berkomentar apa-apa. Tingkahnya yang tidak mengiyakan dan tidak membantah itu sepertinya ia pelajari dari temannya yang berdarah campuran itu.

“Pokoknya aku tidak peduli. Kau selesaikan saja masalah ini sendiri.”

“Meskipun aku memohon lagi padamu?”

“Aku kan sudah pernah mengabulkan permohonanmu satu kali. Sekarang tolong dengarkan permohonanku.”

Jung Won berkata dengan tenang. Ia benar-benar tidak ingin berurusan lagi dengan lelaki ini. Setiap bertemu dengannya, Jung Won selalu merasa tidak nyaman, marah, dan seolah berada dalam bahaya. Rasanya seperti terseret ke tengah laut dalam yang dasarnya sama sekali tidak terlihat tanpa menggunakan peralatan kcamanan sama sekali. Jung Won tidak tahu apakah Geon Hyeong mengerti perasaan seperti ini, meskipun pasti lelaki itu tidak peduli bagaimana perasaannya.

“Aku... Tolong jangan ganggu aku lagi. Aku ini orang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kim Geon Ilyeong.” “Kau masih tidak tahu? Kalau sekarang kita sudah memiliki hubungan khusus?”

Mendengar ucapannya yang tenang namun memojokkan itu, Jung Won secara refleks langsung menggelengkan kepalanya. Hubungan khusus apanya? Bagi Jung Won, ia sudah terlalu banyak membuang- buang waktunya untuk berurusan dengan lelaki ini.

“Uang yang sudah kau gunakan untuk membayar utangku akan segera kukembalikan begitu rumah itu terjual.”

“Lalu kau akan tinggal di mana?”

“Kami akan pindah ke desa dan tinggal di rumah bibi ayahku. Adik- adikku pun akan sekolah di sini sampai akhir semester ini saja.”

Jung Won mengatakan rencananya dengan yakin dan sungguh- sungguh. Ia sudah memilih jalan hidupnya yang sama sekali tidak akan berurusan lagi dengan lelaki ini. Namun, Geon Hyeong tidak bisa melepaskan wanita itu begitu saja. Ia dan Shin Hee sama-sama membutuhkan wanita itu.

“Aku membutuhkanmu.”

“Tidak. Yang kau butuhkan bukan aku, melainkan wanita yang lari dari pernikahannya itu. Yoo Shin Hee. Sebaiknya kau berbicara dengannya, jangan bersikap seperti ini.”

Sclama beberapa detik, tatapan mata Gcon Hycong terlihat panik mendengar ucapan tegas Jung Won. Namun, ia segera memasang wajah datarnya kembah.

“Sudah terlambat.”

“Tidak. Masih belum terlambat. Wanita itu kan juga tidak jadi menikah. Sebaiknya kau segera menemuinya dan menahannya.”

Di mata Jung Won yang seorang outsider dalam hubungan kedua orang itu pun, terlihat jelas bahwa keduanya masih memiliki perasaan khusus. Oleh karena itu, kedua orang itu jugalah yang harus menyelesaikan masalah yang ada di antara mereka. Jung Won sama sekali tidak berniat untuk ikut campur dalam masalah percintaan mereka.

“Menurutmu, kami berdua akan bahagia jika tetap bersama?” “Bukankah orang akan merasa bahagia bersama orang yang dicintainya?”

“Tidak. Tidak akan seperti itu. Jelas ia akan semakin menderita jika bersamaku.”

“Kenapa?”

Jung Won tidak bisa menahan diri untuk tidak melontarkan pertanyaan. Ia memang tahu kalau orang ini sering membuat masalah, suka bersikap semaunya, dan keras kepala. Namun, meskipun lelaki ini adalah lelaki yang pang payah bagi Jung Won, bisa saja ta menjadi lelaki yang terbaik bagi seseorang. Misalnya bagi Yoo Shin Hee, yang sampai rela membatalkan pernikahannya karena mencintai lelaki ini. Geon Hyeong menundukkan kepalanya seolah memohon lagi pada Jung Won. Padahal, 1a bukan orang yang mudah menundukkan kepalanya di hadapan orang lain seperti ini, kecuali kalau menyangkut masalah wanita yang dicintainya.

Geon Hyeong yang hendak menjawab pertanyaan Jung Won kemudian mengalihkan pandangannya.

Seandainya ia sudah bertekad untuk melarikan diri bersama Shin Hee, bisa saja ia sudah melakukan hal itu saat in. Namun, Geon Hyeong masih memikirkan ibu Shin Hee yang telah memohon padanya. Ia dan Shin Hee memang memiliki sifat yang serupa, namun mereka memiliki jalan masing-masing yang harus mereka tempuh.

“Kau punya pacar ya?”

“Tidak.”

“Atau calon suami?”

“Tidak ada. Tapi bukan itu yang penting saat ini.”

“Penting. Karena aku tidak ingin mengejar wanita yang sudah menjadi milik orang lain.”

Untuk kali ini, Jung Won setuju dengan jawaban Geon Hycong. Meskipun ia adalah orang yang mencari istri dengan iklan di koran, setidaknya ia masih mempunyai perasaan. Apabila Jung Won memikirkan status “anak di luar nikah” yang melekat dan mengganggu lelaki ini, terkadang ia bisa memahami tindakannya ini. “Meskipun begitu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi.”

Jung Won tidak suka membohongi orang lain. Apalagi, berbohong bersama lelaki ini.

“Kalau begitu, apa kau tidak bisa membantuku? Agar aku bisa hidup tanpa salah paham seperti ini dan kau pun tidak perlu pindah ke desa.”

“Iu...”

“Pasti ada jalan keluarnya jika kita saling membantu.”

Gcon Hycong segera berusaha membujuk Jung Won sebelum wanita itu sempat melanjutkan kalimatnya. Lelaki ini ternyata memang orang yang tidak akan menyerah jika sudah menetapkan tujuannya.

“Masalahnya tidak sesederhana itu.”

“Kenapa?”

Kenapa? Memangnya orang ini tidak memikirkan apa saja yang telah ia perbuat padaku sampai detik ini? Satu hal yang pasti, Jung Won tidak bisa memercayai lelaki ini. Meskipun ia sempat goyah melihat tatapan mata Gcon Hycong yang terlihat sangat terluka, scjak awal pun lelaki imi bukanlah orang yang bisa dipercaya. Mulai dari iklan di koran dan permohonannya yang tidak masuk akal, sampai ancaman di sela-selanya. Oleh karena itu, kali ini pun Jung Won tidak punya alasan untuk tidak menolaknya.

“Aku tidak mengerti kenapa aku sampai harus melakukan semua ini.”

“Karena tanpa disadari, kita sudah saling terlibat satu sama lain.”

Mendengar jawaban itu, Jung Won membelalakkan matanya. Keterlibatan dirinya dengan lelaki ini adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi dan tidak akan terjadi kembali.

Bukankah mereka sama-sama mengetahui makna buket bunga berwangi lembut saat itu?

Sementara di hati kecilnya, Jung Won merasa sangat tertolong karena adik-adiknya tidak harus menjadi gelandangan yang tinggal di

pinggir jalan. Bila membayangkan hal itu, sepertinya tawaran lelaki ini pun tidak terlalu buruk. Namun, membayangkan harus tinggal serumah dengan lelaki ini, belum lagi harus melakukan segalanya sesuai dengan keinginan lelaki ini. Tanpa sadar Jung Won mengernyitkan dahinya, sementara Geon Hyeong tersenyum kecil seolah bisa membaca isi

&

Isi perjanjian mereka cukup sederhana. Pura-pura menjadi

pikiran Jung Won.

kekasihnya sampai wanita yang dicintainya itu benar-benar melakukan pernikahan.

Isi perjanjian itu memang tidak terlalu berarti bagi Jung Won, namun bagi Geon Hyeong sepertinya sangatlah penting. Selain itu, tawaran Geon Hyeong itu membuat seluruh masalah ekonomi Jung Won terselesaikan dengan mudah. Namun yang pasti, hal ini membuat Jung Won merasa tidak nyaman. Ibu Jung Won pernah memberitahunya untuk tidak menjual kebenaran demi uang, namun saat itu Jung Won dan Gcon Hycong sedang membuat suatu kebohongan bersama-sama.

“Kita sudah melakukan kesalahan. Kita berdua. Kalau seperti ini, berarti aku telah melanggar peraturan keluargaku,” sesal Jung Won sambil mengingat kembali isi peraturan keluarganya.

“Peraturan keluarga itu lagi?”

“Peraturan nomor 19, jangan membohongi orang lain karena membohongi orang lain sama saja dengan membohongi diri sendiri dan itu adalah perbuatan yang memalukan.”

“Di peraturan keluargamu itu tidak ada peraturan yang menyuruh untuk menolong orang yang sedang kesusahan?”

Gcon Hyeong segera meyakinkan Jung Won begitu :a terlihat ragu.

“Ada. Peraturan nomor 15, jika ada orang yang kesulitan...”

“Nah, kalau begitu, berartt kau tetap mematuhi peraturan keluargamu itu kan?” Gcon Hycong segera menganggukkan kepalanya seolah tidak ada masalah lagi padahal Jung Won belum menyelesaikan ucapannya. Dari awal, lelaki ini tidak tertarik dengan peraturan keluarga atau semacamnya. Yang penting, dirinya bisa memanfaatkan wanita ini untuk kepentingannya. Itu saja.

“Pintar sekali kau ini.”

“Memang.”

“Ya, aku tahu.”

Jung Won mendengus dan tertawa mencemooh mendengar jawaban Geon Hyeong yang jujur.

Geon Hyeong tahu bahwa dirinya memang pandai. Saat ini, yang tidak diketahui oleh Jung Won adalah apakah keputusannya ini benar- benar pilihan yang tepat. Keputusan yang cukup ceroboh dan terburu- buru. Selain itu, cukup berbahaya dan materialistis. Meskipun selain jalan keluar yang buruk ini masih ada jalan keluar yang lain, Jung Won terlalu terlena dengan keuntungan yang ada di depan matanya. Persis seperti tikus desa yang terpancing oleh sepotong keju yang diletakkan di atas perangkap. Tidak lama lagi ia akan tinggal satu rumah dengan lelaki itu selama lebih dari sepuluh hari. Kimi ia harus membayar semuanya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar