4 Ways to Get a Wife Bab 01 : lamaran Pernikahan Terbuka

Bab 01 : lamaran Pernikahan Terbuka

“Iya, sebentar lagi sampai.”

Jung Won mengayuh sepedanya dengan penuh semangat sambil berteriak melalu carphone-nya kepada orang yang meneleponnya. Keranjang sepeda gadis itu penuh berisi bunga sebesar rangkulan tangan, bunga yang khusus disiapkan oleh seorang profesor holti- kultura dari rumah kacanya.

Butuh waktu 10 menit dengan sepeda untuk menuju ke kantin mahasiswa tempatnya bekerja. Hujan deras yang tiba-tiba turun layaknya badai di negara tropis sekejap kemudian terhenti. Di sela sinar matahari yang malu-malu mulai menampakkan dirinya, yang tersisa hanyalah rintikan air hujan tipis yang terbang tersapu angin bagaikan kabut.

Wangi rumput dan tanah yang terbawa oleh udara lembap saat itu memenuhi paru-parunya. Berbeda dengan wangi tanaman pakis di dalam rumah kaca yang sangat lembap, Jung Won sangat menyukai wangi segar yang muncul sctelah hujan im.

Sampai minggu lalu pun, cuacanya benar-benar tidak menentu. Terlalu dingin untuk dikatakan musim semi. Bahkan terkadang masih turun salju. Kemudian, tiba-tiba cuaca menghangat dan seolah sudah menunggu waktunya tiba, seketika saja alam sekitarnya berubah menjadi warna hijau lembut. Tidak lama lagi, gunung, tanah lapang, dan bukit pasti akan dipenuhi rumput hijau dan bunga-bunga.

Jung Won sangat menyukai udara musim semi seperti ini, dan setelah melewati belokan jalan setapak dengan tembok batu berlumut ita, ia akan sampai di tempat favoritnya.

Jung Won menghentikan sepedanya sejenak dan membuka tudung jas hujannya. Ia memandang kc arah bukit padang rumput liar itu. Hwaniwon, inilah tempat yang menurutnya paling indah di kampus yang luas ini. Meskipun tanda-tanda musim semi masih sulit ditemukan, tampak bunga adonis berwarna kumng cerah yang sudah merekah bahkan sejak salju masih turun minggu lalu. Tanaman jahe di sekitar pagar juga sudah menunjukkan tunasnya yang berwarna hijau kekuningan. Tidak lama lagi, bunga roc& jasmine putih dan bunga Pseudostellaria beterophyila akan muncul menandai datangnya musim semi. Mungkin akan muncul bersamaan dengan pangerannya juga.

Wajah Jung Won bersemu merah seolah ada orang lain yang mengetahui isi hatinya dan ia segera menoleh ke sekelilingnya. Tidak ada yang tahu kalau Kim Jae Hyun, orang yang ia sebut pangeran dari Departemen Holtikultura itu sering berada di tempat ini, selam di ruang penelitiannya.

Ketika pertama kali melihatnya di Hwaniwon, rasanya seolah ada cahaya yang bersinar dari balik punggung orang itu. Sejak saat itu, Jung Won kadang-kadang melirik Hwaniwon di waktu-waktu seperti ini, saat matahari mulai meninggalkan bukit itu.

Entah apakah karena hujan, Jung Won tidak bisa menemukan jejak keberadaan pangerannya itu dan ia mengembuskan napas kecewa. Baru saja aa hendak membalikkan badannya kctika sekilas matanya menangkap bayangan seseorang di salah satu sisi bukit itu. Jelas orang itu bukan pangerannya. Orang itu dengan bodohnya menginjak -injak padang bunga itu. Kalau seperti itu terus, bisa-bisa kuncup bunga corydalis dan katakuri yang akan mengubah bukit ini menjadi warna ungu akan mati sebelum berkembang.

“Hei.”

Seolah mendengar teriakannya, lelaki itu menghentikan langkahnya dan memandang Jung Won. Tidak. Jung Won hanya merasa seolah lelaki itu memandanginya. Sinar matahari yang biasanya menyinari pangerannya dengan hangat itu entah kenapa kali ini terlihat seperti cahaya pintu neraka yang menyinari punggung laki-laki itu. Wajahnya tidak terlihat jelas.

“Kalau kau seperti itu terus, nanti bunga-bunga itu mati.”

Lelaki itu sepertinya tidak mendengar ucapan Jung Won. Apa dia anak baru? Tidak, anak baru juga tidak mungkin berani seenaknya pergi ke sana-kemari. Siapa pun dia, yang pasti ia harus dilaporkan. Jangan mentang-mentang bunga-bunga itu tidak kelihatan, lantas ia bisa beralasan tidak sengaja menginjaknya.

Jung Won tidak suka melihat bunga-bunga liar yang sudah bertahan melewati musim dingin dan kerasnya angin musim semi ini harus mati gara-gara satu orang bodoh ini. Ja segera mengempaskan sepedanya dan berlari menuju ke bukit itu melewati jalan setapak kecil, berusaha tidak menginjak rumput-rumput yang masih baru tumbuh. Sementara itu, laki-laki itu tetap menginjak dan menghancurkan padang bunga itu sambil menyembunyikan dirinya di balik sinar matahari.

“Benar-benar orang itu.”

Jung Won berjalan tergesa-gesa sambil mendirikan kembali rumput- rumput yang terinjak itu dengan kesal. Bahkan beberapa tangkai bunga yang sudah mekar malah patah.

Heran, ada juga ya orang sebodoh itu, batin Jung Won.

Melihat tangkai bunga yang patah, mata Jung Won berapi-api dan menatap lelaki itu dengan tajam. Merasa harus menegurnya, ta berjalan semakin cepat ke arah lelaki itu ketika tiba-tiba air pancuran untuk menyiram padang itu berputar otomatis.

Sinar matahari dan percikan air itu membentuk pelangi kecil, dan Jung Won yang membuka tudung jas hujannya terpaksa menerima guyuran air seperti air terjun di atas kepalanya. Air dingin yang mengalir turun ke lehernya membuatnya menggigil kedinginan.

Huh, ajossi' petugas taman ini pasti lupa mematikan mesin penyiram tanaman ini karena hujan yang turun mendadak tadi.

Sial. Ini semua gara-gara laki-laki itu. Sambil menelan semua makian yang hampir keluar dari mulutnya, Jung Won memandang ke sekelilingnya, mencari lelaki itu dengan tatapan kesal. Namun, lelaki itu telah menghilang. Hanya tampak sinar matahari yang menembus percikan air penyiram tanaman itu. --Note 1 Ajossi— sebutan untuk pria setengah baya/ yang sudah menikah (Paman)—

Para staf administrasi Universitas Kyung Hwan mengantar Direktur Kim Gcon Hycong, peserta rapat komite yang tidak mereka duga sebelumnya menuju ke ruang rapat dengan langkah tergesa-gesa. Mereka memang sudah mendapat kabar bahwa direktur itu sudah tiba sejak tadi. Namun, mereka sempat panik mencarinya ke seluruh penjuru kampus karena tidak bisa menemukan orang itu. Entah apa alasan Direktur Kim Geon Hyeong menghadiri rapat ini. Padahal, seperti rapat-rapat komite sebelumnya, rapat hari im pun hanya membicarakan masalah perekrutan profesor dan laporan akhir tahun yang dokumennya pun sudah selesai dilaporkan padanya. Meskipun demikian, yang terpenting adalah tidak boleh sampai ada satu kesalahan atau masalah apa pun.

Para staf semakin khawatir karena rapat kerja sama dengan universitas asing itu ternyata selesai satu jam lebih lama dari yang telah dijadwalkan. Untung saja, Direktur Kim Geon Hyeong dari Goryo Grup itu tidak berkomentar apa-apa dan langsung menandatangani dokumen-dokumen yang ada. Kemudian, ia melangkah dengan tenang keluar dari ruang rapat, masih dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.

Setelah :a pergi, barulah para staf administrasi dan manajer di universitas itu bisa bernapas lega. Kim Geon Hyeong dari Goryo Grup itu memang selalu membuat orang di sekelilingnya merasa terintimidasi. Kalau ia menjadi musuh, maka ia akan membuat lawannya merasa tidak tenang seumur hidup dan bisa dikatakan bahwa ia termasuk salah satu orang yang tidak ingin dijumpai. Alasannya menghadiri rapat komite tadi tidaklah penting. Yang penting adalah sekarang ia sudah pergi dari tempat ini.

Sudah lewat 1 jam 10 menit dari waktu yang dijanjikan. Wanita yang scjak tadi menunggu Kim Gcon Hyeong kim duduk di hadapannya dengan kesal. Sebelum Geon Hyeong sempat meminta maaf, Shin Hee sudah menatapnya tajam dengan wajah penuh tekad. Shin Hee memang seperti ini sejak kecil, tidak suka bersabar dan menunggu sesuatu. Melihat sifatnya yang sama sekali tidak berubah, Geon Hyeong diam-diam tersenyum pahit. Ternyata, ada juga yang tidak berubah di duma ini. Meskipun demikian, saat ini ada scscorang yang harus berubah.

“Kenapa kau terlambat?”

“Tadi aku ada urusan.”

“Cobalah beralasan. Mungkin aku bisa memaafkanmu.”

“Sudahlah. Aku tidak perlu itu.”

Geon Hyeong tetap menyahut dengan datar kepada Shin Hee yang berkata tajam padanya. Ja tidak bisa beralasan apa-apa. Toh, meskipun ia mengatakan bahwa tadi ia mencari petunjuk tentang ayahnya, Shin Hee tidak akan percaya. Geon Hyeong tanpa sadar kembali tertawa pahit mengingat betapa kepergian ayahnya membuatnya sangat putus asa.

“Apa-apaan kau. Kenapa tertawa? Kau pikir kau ini hebat?”

“Kalau kau tidak suka menungguku, harusnya kau pergi saja.”

Mendapat jawaban asal seperti itu, tatapan mata Shin Hee semakin tajam. Namun memang itulah alasan keterlambatan Geon Hycong yang sebenarnya. Ia berharap Shin Hee tidak sabar menunggunya dan pergi meninggalkannya. Oleh karena itu, ia tadi sengaja menghabiskan waktu di tempat itu.

“Jadi, kau benar-benar ingin mengikuti perkataan ayahku?”

“Kau juga ingin seperti itu kan?”

“Kim Geon Hyeong!”

Wanita itu tidak pernah berpikiran seperti itu. Kalau saja Kim Geon Hyeong menyatakan perasaannya pada dirinya, 1a bisa saja mengabaikan ayahnya yang menentang hubungan mereka. Kalau saja Kim Geon Hyeong mengulurkan tangan padanya, ia siap pergi mengikuti laki-laki itu ke mana pun. Namun, laki-laki ini malah mengabaikannya seperti in! Memperlakukannya dengan dingin! Shin Hee benar-benar tidak habis pikir.

“Jangan berteriak seperti itu.”

“Kau seharusnya tidak membuatku berteriak seperti ini. Kau pikir ucapanmu tadi masuk akal?” Geon Hyeong sama sekali tidak tertawa atau marah mendengar gerutuan Shin Hee yang penuh emosi. Wajahnya yang tampak tidak peduli ita semakin membuat Shin Hee merasa kesal.

“Tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan denganku? Padahal sudah kukatakan kalau aku akan menikah dengan laki-laki lain, dan hanya itu saja yang kau ucapkan padaku?”

“Itu kan pilihanmu sendiri. Toh aku juga tidak bisa mendekatimu lagi. Laki-laki itu boleh juga menurutku, pasti ayahmu menyukainya.”

Napas Shin Hee seolah berhenti mendengar sindiran Geon Hycong yang dilontarkan masih dengan wajah tanpa ekspresinya. Ia terlihat sangat yakin. Sejak dulu, bahkan sampai sekarang pun, banyak pihak yang menentang hubungan mereka. Contohnya saja, Nyonya Oh yang khawatir kalau Gcon Hyeong mendapat kekuasaan karena pernikahan mereka. Begitu pula dengan orangtua Shin Hee yang tidak bisa menerima status anak di luar nikah”. Ibu Shin Hee sudah memohon- mohon padanya dan ayahnya pun mengatakan akan memutuskan hubungan keluarga mereka jika Shin Hee tetap bersikeras. Gcon Hyeong pun tidak memaksa wanita itu untuk meninggalkan segalanya. Sewaktu ia kecil, Shin Hee adalah satu-satunya perempuan yang mengulurkan tangan kepadanya. Sekarang adalah gilirannya menjaga wanita ini.

“Jadi, kau benar-benar ingin berpisah denganku?”

“Yang mengajak kita berpisah itu kau.”

Geon Hyeong berkata terus terang dengan pelan, membuat amarah dan emosi Shin Hee semakin memuncak sampai ke ubun-ubun.

“Benar. Tapi kau juga tidak pernah berusaha menahanku kan!”

“Aku tidak yakin bisa sepenuhnya menjagamu.”

“Omong kosong. Lebih baik kau mengajakku kabur bersamamu. Karena itu baru benar-benar seperti Kim Gcon Hyeong yang kukenal.”

Shin Hee memang sudah siap pergi melarikan diri dengan Geon Hyeong. Namun, Geon Hyeong malah menerima saja perpisahan mereka tanpa ragu sedikit pun. Geon Hyeong pun tahu persis betapa hal ini membuat Shin Hee semakin emosi. “Sampai sekarang, aku tidak pernah melarikan diri seperti itu. Aku juga tidak bisa melarikan diri. Meskipun itu demi Yoo Shin Hec sekalipun, hal itu tidak akan berubah.”

“Apa maksudmu? Jadi, aku ini bukan yang pertama bagimu? Kau tidak puas hanya dengan memilikiku saja?”

Geon Hyeong meletakkan cangkir kopinya dengan perlahan ke atas meja. Laki-laki ini memang selalu bertindak rapi dan tenang dalam segala hal. Seperti saat ini. Tatapan matanya kepada Shin Hee sama sekah tidak bergetar sedikit pun.

“Mungkin.”

Geon Hyeong yang menyahut pelan itu terlihat sungguh-sungguh. Orang ini, apa perasaannya berubah? Apakah rasa cintanya saat itu kini sudah menghilang begitu saja? Rasanya sulit untuk percaya bahwa ada yang lebih penting daripada Yoo Shin Hee bagi Kim Geon Hyeong. Terserah bagaimana dengan orang lain, tetapi hal ini tidak boleh terjadi pada Kim Geon Hyeong.

“Kau yakin tidak akan menyesal jika aku menikah dengan laki-laki itu?”

“Tentu saja.”

“Baiklah. Aku akan menikah dengannya. Lalu, kau akan menikah dengan wanita seperti apa?”

“Yang pasti, wanita itu bukan Yoo Shin Hee.”

Ia berkata tegas sambil menatap Shin Hee dengan lurus.

Astaga. Rupanya Geon Hyeong sungguh-sungguh. Ja sudah menyerah dan melepaskan Shin Hee. Laki-laki itu sudah pergi meninggalkan wanita yang sama sekali belum siap akan perpisahan ini. Wanita itu tidak pernah membayangkan hidupnya tanpa laki-laki ini. Sementara, laki-laki itu pasti juga dulu seperti itu. Tidak, pasti ia sudah tahu akan jadi seperti im. Wanita itu dulu tetap yakin akan mempertahankan hubungan mereka, meskipun mendapat tentangan keras dari ayahnya. Namun, betapa menyedihkan dan sia-sia rasa cinta mereka. Shin Hee kembali mengumpulkan harga dirinya yang sudah hancur. “Menurutmu, kau bisa mencari waruta yang lebih baik dariku?”

“Yah, kau ini juga sebenarnya tidak terlalu “bagus”. Sckarang, aku ingin menghindari wanita yang suka bertindak semaunya dan sering marah-marah.”

Geon Hyeong menatap Shin Hee dengan tenang.

Shin Hee semakin merasa tidak percaya mendengar jawaban Geon Hyeong.

Ini hanya alasan belaka. Pasti ada alasan yang lain. Menyadari hal ini, Shin Hee menatap Geon Hycong dengan tajam sementara Gcon Hyeong mengangkat kembali cangkir kopinya dengan ekspresi wajah yang tetap tidak berubah. Selama ini, Geon Hyeong sama sekali tidak pernah marah terhadap sikap Shin Hee. Ia sama sekali tidak pernah membantah ketika Shin Hee marah-marah padanya. Ia dulu adalah laki- laki yang selalu memenuhi semua kemauan wanita itu. Namun sekarang, ia berkata kalau itu alasannya ingin berpisah? Untuk pertama kalinya, Shin Hee tidak bisa mengerti Geon Hyeong.

“Oke. Wanita yang pendiam dan tidak pernah marah-marah. Lalu, apa lagi? Kau mau wanita yang usianya juga jauh lebih muda?”

“Tidak. Kalau terlalu muda, nanti aku sendiri yang capek.”

“Hm, kalau tidak punya pekerjaan, pasti nanti ja akan terlalu fokus padamu. Apalagi kalau sedang sakit, pasti nanti kau akan kepikiran terus. Tapi kalau kualitasnya jauh lebih baik dariku, nanti kau meremehkanku, itu juga tidak boleh.”

Setelah susah payah menenangkan diri, Shin Hee menyebutkan ciri wanita yang menjadi selera Geon Hyeong. Sampai saat ini, wanita yang sesuai dengan selera Geon Hyeong hanyalah Yoo Shin Hee seorang. Lalu, sekarang ia malah ingin mencari wanita lain?

Baiklah, akan kucari wanita seperti itu. Lalu, silakan menjalin hubungan dengan wanita itu. Lihat saja, apa ia benar-benar bisa melupakanku? Apa ada wanita yang lebih baik dari Yoo Shin Hee bagi Kim Geon Hyeong? Silakan saja cari di seluruh penjuru dunia ini.

Shin Hee yakin kalau Geon Hyeong tidak akan bisa menemukan wanita seperti itu dan pada akhirnya akan kembali pada dirinya. Shin Hee tahu ia hanya perlu menunggu sampai laki-laki itu bisa berpikir dengan jernih kembali.

“Sudahlah. Bukan itu masalah yang penting saat ini.”

“Tidak. Masalah ini sangat penting bagiku. Aku ingin mencarikan wanita lain yang cocok untukmu. Wanita usia 25 sampat 30 tahun, fisik sehat, penampilan rapi, cukup pintar dan punya pekerjaan yang cukup baik. Ini saja?”

“Wanita yang tidak suka cemburuan dan melarangku macam- macam. Juga tidak tamak. Oh ya, aku juga tidak suka wanita yang bodoh.”

Geon Hyeong menyatakan syarat tambahannya dengan tegas dan tersenyum tipis. Namun, Shin Hee tahu kalau laki-laki im tidak sungguh-sungguh tersenyum. Segala sesuatu memang berubah sciring berjalannya waktu. Lelaki ini bukanlah Kim Geon Hyeong yang Shin Hee kenal dulu.

Sewaktu kecil, ia termasuk anak yang manis. Sopan kepada anak perempuan yang lan. Sclalu menanggapi segala Icluconnya dengan hangat. Shin Hee selalu menyukai segala hal tentangnya, tetapi sekarang ia malah pergi meninggalkan dirinya.

Dasar Kim Geon Hyeong, masa kau tidak sadar juga betapa aku ingin bersamamu kembali? Shin Hec rasanya ingin menunjukkan kembali betapa berharga dirinya bagi Geon Hyeong.

“Baiklah. Akan kucarikan wanita seperti itu.”

“Oke.”

Shin Hee berdiri dan menatap tajam Geon Hyeong yang kelihatannya sama sekali tidak berniat menarik kata-katanya. Geon Hyeong menatap sosok belakang Shin Hee yang pergi meninggalkannya seorang diri. Yah, sepertinya ini cukup.

Dulu ia sempat berpikir, selama hati Shim Hee masih ada untuknya, ia juga tidak akan memedulikan tentangan dari siapa pun. Kalau saja ibu Shin Hee tidak memohon dengan wajah seolah rela berlutut di hadapannya, mungkin ia akan memegang tangan Shin Hee dan pergi bersamanya dari tempat ini. Namun, Shin Hee tidak seperti dirinya. Ia adalah wanita yang ceria dan tidak pernah disakiti. Rasanya di dunia ini perlu juga ada sctidaknya satu orang yang scumur hidupnya seperti itu. Wanita itu kini telah menghilang dari hadapannya dan ia yakin kalau masalah percintaan seperti ini tidak akan menghampiri hidupnya lagi

&

Bagi Jung Won yang selalu sibuk dengan aktivitasnya sehari-hari, isi

untuk yang kedua kalinya.

koran harian yang dipenuhi dengan berbagai kejadian dan peristiwa bukanlah sesuatu yang penting. Masalah dimulai ketika adiknya yang penuh rasa ingin tahu namun sering berbuat asal itu melihat sebuah iklan di koran tersebut. Kalau tahu masalahnya akan jadi seperti im, lebih baik ia tidak membawa pulang koran yang biasa ada di kantin itu. Meskipun ia menyesal, apa daya, semuanya sudah terlambat.

“Kang Hee Won, kau tidak habiskan makananmu? Kang Sung Won, berhenti dulu main game-nya. So Hee, wortelnya dimakan juga, dong.”

“Eonn2. Eonni, lihat imi.”

“Apa itu?”

Dengan was-was, Jung Won menerima koran yang diulurkan adiknya dengan tatapan penuh makna. Sebenarnya, iklan yang terpampang di koran tidak terlalu besar. Namun, meskipun hanya terdiri dari beberapa baris, isinya cukup menarik perhatian pembaca. --Note 2 oonni- panggilan untuk kakak perempuan, disebutkan oleh perempuan--

Dicari Isrti Kontrak

  • Persyaratan: Usia antara 25—30 tahun, fisik sehat dan penampilan rapi. IO di atas 130. Memiliki pekerjaan tetap.
  • Kesepakatan: Diberikan uang kontrak dan upah per tahun standar lulusan universitas. Disediakan pakaian dan pembantu rumah tangga. Setelah kontrak selesai, akan diberikan keuntungan khusus seperti belajar di luar negeri
  • Perhatian: Bukan kontrak seumur hidup. Masa kontrak maksimal tiga tahun. Kontrak akan diperbarui setiap tahun. Tidak diperbolehkan adanya kontak fisik atau keluhan apa pun.
Lampirkan CV, surat keterangan kesehatan, dan sertifikat tes IO. Wawancara akan dilakukan setelah lulus seleksi dokumen.

 “Apa-apaan ini? Ada-ada  saja ada orang yang mengiklankan hal- hal seperti ini.”

Sebelumnya, ia sering melihat iklan lowongan pekerjaan untuk jangka pendek seperti pegawai, tenaga pengajar, pegawai magang, dan lain-lan. Namun, baru kali ini ia melihat ada iklan lowongan untuk mencari “istri kontrak”. Kalau sampai iklan seperti ini mulai sering muncul di media massa, dunia ini akan semakin mengerikan.

Heran, siapa sih yang berani mempermainkan suatu pernikahan yang dilandaskan rasa cinta dan kepercayaan seperti imi? Meskipun katanya manusia zaman sekarang sudah lebih realistis dan materialistis, ini benar-benar keterlaluan. Dan berbahaya juga. Seolah teringat sesuatu, Jung Won buru-buru mengalihkan pandangannya pada Hee Won. Namun, kedua mata adiknya yang indah itu telanjur bersinar penuh semangat, seolah tidak bisa lepas dari iklan pernikahan kontrak itu.

“Eonni, tapi im lumayan juga, kan? Katanya diberi upah tahunan scsuat standar lulusan universitas. Ada uang kontraknya juga. Kira-kira berapa ya?”

“Kang Hee Won, kau ingat kan kalau kau ini baru berusia 20 tahun?”

Iklan ini memang sempat membuat Jung Won terkejut dan panik, tetapi untung saja batasan umur yang diminta minimal 25 tahun. Entah berapa umur pengantin laki-lakinya, tetapi umur minimal yang diminta cukup tinggi juga.

“Iya, aku tahu. Umurku memang belum cukup. Sayang sekali, ya kan?”

“Kang Hee Won!”

“Nuna3, kalau ingin menjadi Miss Korea, Nya harus bersih dari skandal. Jadi, tidak boleh ikut-ikutan yang seperti in.”

Melihat wajah Hee Won yang murung dan kecewa, Sung Won segera memperingatkannya dengan lembut sambil mengambil koran dari tangan zura-nya itu. --Note 3 Nuna— panggilan untuk kakak perempuan, disebutkan oleh laki-laki--

“Benar. Skandal itu memang tidak bagus bagi wanita.”

Tidak sempat ia heran mendengar So Hee yang masih duduk di bangku kanak-kanak itu mengetahui arti kata “skandal, Jung Won kembali memperingatkan Hee Won dengan wajah serius.

“Orang gila saja yang mau ikut-ikutan seperti ini. Kau jangan berpikir yang macam-macam.”

“Aku tahu. Tapi kan, belum pasti juga kapan aku bisa jadi selebriti.”

Setelah mendengar saran dari adik-adiknya dan nasihat dari kakaknya, barulah Hee Won kembali teringat dengan mimpinya dan mata indahnya kembali bersinar gembira.

“Syukurlah kalau kau sadar akan hal itu. Ya sudah. Sekarang cepat makan.”

“Tidak mau. Nanti aku gemuk. Aku ini kan calon Miss Korca.”

“Kau ingat tidak peraturan nomor satu di keluarga kita?”

“Kesehatan yang paling penting.”

Sung Won menyahut sambil menyendok nasinya sementara Hee Won hanya mengernyit sebal. Melihat Jung Won yang memoelototinya, So Hee pun dengan terpaksa memakan wortel yang tadi ia sisihkan.

“Tapi, Eonni, bukan berarti kalau banyak makan itu sehat, lho.”

“Kalau makan yang benar, pasti sehat.”

Seperti biasanya, mendengar ucapan Jung Won yang scolah tidak bisa dibantah itu, mau tidak mau Hee Won kembali melanjutkan makannya. Jung Won melirik sekilas pada koran yang terlipat di tepi meja makan. Kemudian, tetap dengan tatapan khawatir, ia kembali berkata dengan tegas pada Ilee Won.

“Kang Hee Won, kau ingat peraturan nomor 46 di keluarga kita?”

“Tidak boleh menjual badan.”

“Oke. Aku mengerti. Sudahlah, Eonri, cukup!”

Untuk mencegah timbulnya masalah akibat perpaduan antara iklan koran yang berbahaya dan rasa ingin tahu Hee Won yang kelewat tinggi itu, Jung Won mengomel tanpa henti pada Hee Won. Sampai-sampai Hee Won mengangkat tangannya seolah sudah cukup mengerti ucapan kakaknya itu. Peraturan keluarga. Suatu pelajaran sangat berharga yang diwariskan oleh kedua orangtua mereka yang sudah meninggal duma. Saat ini, buku catatan kumal berisi 68 lembar nasihat dari orangtua yang mengkhawatirkan mereka itu benar-benar menjadi suatu kekuatan bagi Jung Won dan adik-adiknya.

Setelah adik-adiknya meninggalkan ruang keluarga mereka yang sempit, Jung Won duduk seorang din sambil menghela napas panjang. Saat ini, bukanlah Hee Won yang menjadi masalah. Jung Won menatap surat peringatan yang dikirim dari bank sambil mengernyitkan dahinya. Seandainya saja ia bisa menghubungi pamannya, yang diam-diam menjadikan rumah itu sebagai jaminan, mungkin ia tidak akan seputus asa sepcru ini. Namun, sudah setahun berlalu sejak pamannya itu menitipkan anak perempuannya, So Hee, pada Jung Won dan menghilang begitu saja. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa mereka terpaksa kehilangan rumah dan menjadi gelandangan. Ia sudah mendatangi beberapa bank namun seperti yang sudah 1a duga, :a selalu mengalami penolakan.

Di peraturan nomor 49 memang tertulis bahwa sesuatu yang gratis bisa membahayakan, tetapi saat ini ia rasanya ingin sekali tiba-tiba menang undian atau lotere. Ia ingin menyelesaikan masalah ini sc- cepatnya.

“Ibu, apa yang harus kulakukan? Sudah tidak ada waktu lagi. Aku pun tidak punya uang. Tolonglah kami.”

Wajah ibunya di dalam pigura yang diletakkan di atas rak buku hanya tersenyum bisu. Ketika Jung Won berusia 12 tahun, ia terpaksa kehilangan kedua orangtuanya karena kecelakaan. Setelah beberapa belas tahun berlalu pun, malam itu masih merupakan malam yang paling menakutkan dalam hidup Jung Won. Meskipun kejadian itu sudah berlalu, kekhawatiran masih tetap ada. Jung Won semakin mengerutkan dahinya menatap amplop merah dari bank yang tampak mengerikan itu. &

Iklan singkat di koran yang menarik perhatian Hee Won dan mengejutkan Jung Won itu rupanya membawa efek samping yang tidak kalah mengejutkan.

Seperti halnya Jung Won, ada orangtua yang bertindak tegas pada keluarganya, ada orang dewasa yang mencemaskan hidup ini, dan ada juga yang menikmati hidup ini. Namun, orang yang paling banyak disoroti mengenai iklan singkat itu tidak lain tidak bukan adalah Kim Geon Hyeong dari Goryo Grup.

“Apa-apaan ini?”

“Syaratnya cukup detail juga, mulai dari CV sampai surat kesehatan.”

Geon Hyeong menatap lembaran koran yang disodorkan saat bridfing singkat tadi sambil menaikkan alisnya. Sementara Jason, sekretarisnya itu, tetap memasang senyum lebar sambil membaca isi iklan di koran tersebut.

“Lalu?”

“Kau yang memasang iklan ini?”

Mendengar pertanyaan Jason, Geon Hyeong memandang lembaran koran itu dan Jason secara bergantian dengan ekspresi “apa anak ini sudah gila”. Jason yang seolah tahu jawabannya dari raut wajah temannya itu hanya menghela napas ringan.

“Orang yang dimaksud dalam iklan ini adalah kau. Sepertinya ada seseorang yang ingin menghadiahkan seorang istri padamu.”

“Kau sudah gila rupanya.”

Tanpa sadar ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Geon Hyeong ketika mendengar penjelasan Jason. Kemudian, kurang dari 10 detik kemudian, Geon Hyeong mengerutkan wajahnya seolah teringat sesuatu dan Jason menunggu perkataan Geon Hyeong selanjutnya dengan tatapan “sudah kuduga”.

“Yoo Shin Hee.”

Jason bersiul singkat mendengar ucapan geram Geon Hyeong itu. Memangnya seburuk apa ia memperlakukan Shin Hee, sampai wanita itu membesar-besarkan masalahnya seperti ini? Gawat memang kalau sudah mempermainkan perasaan scorang wanita.

“Sudah banyak lamaran yang masuk.”

“Orang-orang sudah gila juga rupanya.”

“Aku juga berpikir seperti itu, tapi sepertinya orang-orang tidak merasa seperti itu.”

Tidak hanya melalui Internet, surat lamaran yang datang melalui pos juga semakin menumpuk.

“Biar kubereskan, daripada nanti malah menjadi skandal dan menimbulkan masalah. Kalau sampai keluargamu tahu, bisa-bisa mereka pingsan.”

“Atau mungkin mereka sudah pingsan sekarang.”

Gcon Hyeong menyahut singkat sementara Jason menggeleng- gelengkan kepalanya dengan ngeri membayangkan hal itu.

Berbagai pihak yang selalu memperhatikan gerak-gerik Kim Geon Hyeong tidak mungkin akan melewatkan begitu saja kesempatan baik untuk menjatuhkannya dari posisinya sekarang. Kali ini, Gcon Hycong benar-benar masuk perangkap Shin Hee. Tidak, ini baru awalnya saja. Ia tahu pasti kalau Shin Hee bukanlah wanita yang dengan polosnya akan menyerah begitu saja. Namun, apakah iklan istri kontrak ini tidak keterlaluan?

Geon Hyeong tetap berpikir keras sambil mengerutkan dahinya. Meskipun demikian, ia juga tidak bisa memutar kembali waktu. Ia sendiri tahu pasti kalau dirinya tidak akan kembali lagi pada Shin Hee. Geon Hyeong sudah berjanji pada ibu Shin Hee dan ia ingin menjaga janjinya itu seumur hidup.

Akan tetapi, jelas bahwa masalah ini akan cukup menyusahkan dirinya. Orang-orang yang tidak menyukainya pasti bersorak gembira mendengar berita skandal yang tidak terduga ini. Lalu, Nyonya Oh dan kakaknya, Direktur Oh, pasti akan menemuinya untuk membicarakan masalah ini. Seperti saat itu, ketika rasa bersalah Geon Hyeong atas ibunya menghilang. Kenangan lama yang muncul kembali setelah sekian lama itu membuat wajah Geon Hyeong murung. Masih teringat jelas di benak Gcon Hycong suara pclan mereka dalam perbincangan saat itu, ketika dirinya bertekad akan memberikan balasan setimpal pada kedua orang itu suatu saat nanti. Tatapan mata Geon Hyeong kembali berubah sedingin es mengingat hal tersebut.

Seperti yang telah ia duga, hanya dalam waktu delapan jam setelah iklan itu tersebar di koran, Nyonya Oh dan Direktur Oh datang menghampirinya. Dengan perhitungannya yang tepat dan akurat, Geon Hycong menghadapi kedua orang itu dengan wajah tegas, tanpa rasa gentar sedikit pun.

Sekarang apa lagi yang dinginkan oleh orang-orang yang tamak seperti hyena ini?

Mereka adalah orang-orang yang putus asa berusaha mencari kelemahan Kim Geon Hyeong selama 10 tahun belakangan ini, mulai dari menggugat masalah warisan, sampai masalah asal-usul dirinya. Mereka akan menggunakan segala cara untuk menggeser Geon Hyeong dari posisi “calon penerus perusahaan” baik dengan rumor belaka maupun skandal seperti ini.

“Silakan katakan apa keperluan kalian.”

Tanpa ucapan salam, Geon Hyeong langsung menuju ke pokok pembicaraan. Rasanya 1a tidak tahan kalau harus berbasa-basi menanyakan kabar mereka selama ini.

“Kau membuat masalah lagi rupanya. Kalau orang lain tahu, pasti situasinya akan semakin kacau.”

“Tidak akan seperti itu. Toh masalah seperti ini tidak hanya timbul sekali dua kali saja.”

Geon Hyeong menyahut dengan cuek dan beram kepada kedua orang yang memperhatikannya tanpa rasa khawatir sedikit pun.

Bulan lalu, ketika ia melakukan perjalanan bisnis ke New York, seseorang menghadiahinya seorang wanita telanjang di kamar hotelnya. Lalu, enam bulan sebelumnya, ada wawancara seorang wanita yang mengaku-aku mengandung anak darinya yang dimuat di sebuah majalah wanita. Ada juga rumor yang mengatakan dirinya menggunakan obat-obatan terlarang dan ada juga yang mengatakan bahwa dirinya menerima uang suap. Gcon Hyecong pun tahu siapa yang menjadi dalang atas semua kejadian tersebut. Oleh karena itu, masalah iklan kontrak seperti ini sebetulnya bukan masalah baginya. Banyak kejadian lain yang sepertinya sesuai untuk anak laki-laki dari pria playboy dan aktris wanita pembuat skandal.

“Meskipun begitu, kejadian ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Orang-orang di posisi kita sekarang inilah yang justru harus lebih berhati-hati.”

“Jadi, sekarang apa yang harus kulakukan?”

Geon Hyeong kembali melontarkan pertanyaan “sebenarnya apa yang kalian inginkan?” Tentu saja Geon Hyeong sebenarnya sudah tahu apa jawaban mereka. Ia hanya ingin memastikan sekali lagi. Pertanyaan yang sudah jelas seperti ini hanyalah umpan yang ia lontarkan pada kedua orang itu.

“Batalkan saja pelantikan direktur di rapat komite kali ini. Kau kan tinggal menolak saja. Kalau begitu, kami juga akan tutup mulut mengenai masalah ini.”

Akhirnya, jawaban itu diucapkan juga. Kalau seperti ini, baru pertarungan mereka lebih terasa. Geon Hyeong tersenyum sinis menghadapi ancaman mereka yang akan menyebarkan dan mengakui bahwa iklan ini adalah benar jika ia tidak membatalkan pelantikan itu.

“Bagaimana kalau sebaliknya?”

“Apa?”

“Kalau kalian menyetujui pelantikan ini, aku akan membiarkan kalian menyebarkan iklan itu.”

“Apa maksudmu? Jangan-jangan, kau...”

Nyonya Oh menggantungkan ucapannya dengan wajah curiga. Ia tidak mengerti apa maksud Gcon Hycong sesungguhnya. Ia penasaran dengan apa yang akan Geon Hyeong rela lakukan demi pelantikan itu.

“Meskipun aku tidak tahu wanitanya seperti apa nanti, aku ingin serius mencari pasanganku.”

“Huh. Kalau begitu, itu sama sekali tidak berguna bagi kami.” “Oh ya? Ya sudah, kalau kaan memang berpikiran seperti itu. Semoga saja orang yang memasang iklan ini juga berpikiran seperti itu.”

Geon Hyeong mengangguk-angguk perlahan sambil mengangkat cangkir di atas mejanya. Nyonya Oh dan Direktur Oh saling berpandangan menanggapi ucapan terakhir Geon Hyeong.

Benar juga. Tidak mungkin kedua orang ini tidak tahu siapa yang dimaksud dalam iklan ini.

Shin Hee, jadi ini yang kau inginkan? Oke. Aku akan melakukan apa yang kau inginkan dan apa yang harus kulakukan.

Geon Hyeong terpaksa harus menahan malu demi membuat seseorang menyesal.

“Tidak masuk akal.”

“Shin Hec sudah bertunangan dengan laki-laki lain.”

“Lalu? Bukankah kalian berdua yang paling tahu bagaimana hubungan kami?”

Geon Hyeong mengingatkan kembali kalau Direktur Oh kenal dekat dengan Presiden! Yoo, salah seorang pengusaha dari perusahaan Donghae C&T5.

Direktur Oh terlihat panik mendengar sindiran Geon Hyeong yang blak-blakan itu.

Apa anak ini benar-benar berenwana akan menikah dengan Shin Hee? Meskipun keluarga Shin Hee menentang hal ini, seorang Geon Hyeong bisa saja nekat melakukan tindakan yang ekstrem. Kim Geon Hyeong dan Yoo Shin Hee. Mereka tidak boleh sampai bersatu. Shin Hee adalah anak perempuan semata wayang dari seorang pengusaha bisnis hasil laut. Keluarga mereka juga tahu bagaimana industri hasil laut itu bisa menyokong Geon Hyeong saat ini. Sekarang, sesuatu yang paling mencemaskan mereka adalah pernikahan antara putri pengusaha kaya raya dengan Geon Hycong. Pernikahan Geon Hyeong ini membuat semua orang di keluarganya, kecuali Presiden Kim, cemas. Apakah --Note 4 Chairman 5 C&T — Construction and Trading--

pernikahan ini akan membuat kedudukan Geon Hycong semakin kuat? Dan, wanita itu adalah Yoo Shin Hee?

“Jadi, kau serius akan menikah dengan wanita yang kau temui dari iklan di koran itu?”

“Jangan berpikir terlalu jauh. Urutannya kan bertemu dulu, lalu menjadi pasangan kekasih kan?”

“Apa-apaan kau ini. Tidak ada gunanya melakukan hal seperti itu.”

“Toh aku juga tidak terlalu membutuhkan bantuan Nyonya Oh di rapat pemegang saham nanti. Meskipun tidak mudah, aku yakin orang lain juga lebih membutuhkan orang yang bisa menghasilkan uang, bukannya hanya menghasilkan rumor belaka.”

Geon Hyeong memotong berbagai protes Nyonya Oh dengan tegas. Direktur Oh dan Nyonya Oh lalu saling berpandangan sejenak dan sibuk memutar otak. Sementara itu, Geon Hyeong menunggu keputusan mereka dengan santai. Nyonya Oh lalu mengarahkan tatapannya pada Geon Hyeong.

Ia sadar kalau ucapan Gcon Hyeong tadi benar. Mau diganggu seperti apa pun, anak itu tidak akan menyerah dan mundur begitu saja. Para pemilik saham itu juga pasti tidak akan melepaskan begitu saja Geon Hyeong yang selalu membawa hasil memuaskan. Namun, kalau sampai ia rcla pura-pura menjalin hubungan dengan wanita yang tidak memiliki kekuasaan, maka satu hal bisa dipastikan. Bahwa paling tidak, ia tidak bisa menikah dengan Yoo Shin Hee. Kalau seperti itu, maka kesimpulannya pun sudah jelas.

Nyonya Oh akhirnya menyatakan akan menyetujui pelantikan Geon Hyeong sebagai direktur perusahaan dengan syarat ia tidak boleh menikah dengan Shin Hee. Sementara itu, Geon Hyeong berjanji akan bertanggung jawab terhadap citra Goryo Grup yang ikut tercemar akibat iklan ini. Ia juga mengatakan Yangan khawatir dengan tegas kepada ibu Shin Hee yang meneleponnya sekali lagi untuk menanyakan kepastian keputusannya. Dunia sepertinya memang menentang hubungannya dengan Shin Hce. Sampai hari pernikahan Shin Hee, atau sampai ia menemukan pasangan lain, orang-orang ini tidak akan berhenti berusaha menjatuhkan mereka. Mungkin iklan singkat di koran itu justru bisa memenuhi keinginan semua orang.

Toh pada akhirnya Shin Hee juga tidak bisa menjadi pendampingnya. Toh awalnya ia juga tidak terlalu memusingkan masalah iklan ini. Apa pun yang ia lakukan, tidak ada yang merugikannya. Apa pun yang ia lakukan, memang tidak ada lagi cinta untuk dirinya.

“Memangnya, kenapa Shin Hee sampai bisa melakukan hal ini padamu?”

“Sudahlah. Tidak usah ikut campur.”

“Kaupikir aku bisa tidak ikut campur? Kau benar-benar... melepaskan Shin Hee?”

“Iya. Aku menyerah.”

Mendengar nada bicara Gcon Hycong yang datar, Jason semakin memperhatikannya dengan saksama seolah ingin membaca isi hatinya.

Jason sudah memperhatikan kedua orang itu sejak mereka berumur 20 tahun. Ia menyaksikan langsung bagaimana Kim Geon Hyeong yang sebelumnya sangat kesepian itu bertemu dengan Yoo Shin Hee yang sangat sempurna dan menjalin hubungan sebagai kekasih. Dulu mereka adalah pasangan yang tidak pernah bertengkar sekali pun. Ia tidak pernah melihat pasangan yang selalu berusaha melakukan yang terbaik seperti Geon Hyeong. Namun sekarang ia mau menyerah? Entah bagaimana dengan Shin Hee, tetapi sepertinya sulit untuk percaya bahwa Geon Hyeong mengatakan hal itu. Orang yang selama iri tidak mengenal kata menyerah itu sekarang malah mau menghapus scscorang yang paling ia sayangi dan jaga dari hatinya.

“Kalau memang itu sudah keputusanmu, aku tidak bisa berkata apa- apa lagi. Tapi, kau juga tidak perlu sampai melakukan hal itu kan?” Jason mengernyit membayangkan Gcon Hycong akan menjalin hubungan dengan wanita yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya. Hanya gara-gara iklan di koran itu. Gila.

“Sebenarnya apa rencanamu? Paling tidak kan aku harus tahu supaya bisa membantumu juga.”

Geon Hyeong hanya menggeleng menyahut pertanyaan Jason yang sudah tidak sabar. Ia tidak memiliki rencana apa pun. Ia hanya memilih jalan yang terbaik bagi Shin Hee dan dirinya sendiri. Geon Hyeong juga tahu apa yang sebenarnya ingin Shin Hee sampaikan pada dirinya melalui iklan koran yang menghebohkan ini. Suatu isyarat yang menyuruhnya untuk kembali, tetapi Geon Hyeong juga tidak bisa kembali pada wanita itu. Perpisahan merupakan hadiah pernikahan terbaik yang bisa 1a berikan untuk Shin Hec.

“Tidak ada maksud apa-apa.”

“Jadi, kau mau berpacaran dengan wanita yang tidak kau kenal?”

“Bukan itu yang penting saat ini. Kalau itu yang mereka semua inginkan, aku tidak peduli siapa pun wanitanya.”

Geon Hyeong berkata dengan tegas. Ia tidak peduli siapa pun orangnya, asalkan bukan Shin Hee. Lagi pula, saat iri dirinya dan Shin Hee harus menuju ke jalan mereka masing-masing. Ia masih punya tujuan yang harus dicapai, sementara Shin Hee sudah memiliki laki-laki lain. Meskipun meninggalkan luka, pilihan ini tidak boleh ia sesali. Sekarang, pelantikan direktur merupakan sesuatu yang tidak bisa ia hindari untuk mencapai tujuannya. Seperti yang telah ia katakan pada Direktur Oh, ia memang bisa menjalani pelantikan ini tanpa bantuan mereka. Namun, gangguan yang muncul bahkan sebelum ia bisa menjalankan perusahaan ini cukup membuatnya kesal.

“Meskipun iklan ini untuk mencari istri, kau tidak berencana untuk menikahi wanita yang kau temui dari iklan im kan?”

“Tergantung bagaimana orangnya nanti.”

Geon Hyeong menanggapi ucapan Jason yang sebenarnya bukan sebuah pertanyaan, melainkan hanya sekadar untuk memastikan dengan serius. Jawaban itu pun bukan jawaban yang dinginkan oleh Jason. Bagaimanapun, Jason yakin kalau tidak mungkin Geon Hycong akan melakukan tindakan bodoh dengan menikah secara terpaksa seperti itu. Geon Hyeong yang ia kenal adalah Geon Hyeong yang pandai dan penuh perhitungan.

“Bisa saja wanita itu tidak memiliki apa-apa.”

Jason memperingatkannya. Jason memang yakin dan tahu segala hal mengenai Geon Hyeong, namun terkadang ia tidak bisa mengerti jalan pikiran temannya itu. Satu hal yang pasti, jika Geon Hyeong sudah bertekad akan melakukan sesuatu, maka tidak ada yang bisa menahannya. Ia pun tahu kalau Geon Hyeong selalu menjaga janji yang telah ia ucapkan.

“Justru lebih baik kalau wanita itu tidak memiliki apa-apa.”

“Apa maksudmu?”

“Lebih mudah untuk memutuskannya. Dan mudah untuk diajak kompromi.”

Jason berdecak mendengar jawaban yang sinis dan penuh perhitungan itu.

“Daripada seperti itu, lebih baik kau berpacaran sungguhan. Dengan wanita baik-baik. Seperti orang lain.”

“Aku ini berbeda dengan orang lain.”

Tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun, Gcon Hycong bergumam pelan mendengar saran temannya itu. Sementara, wajah Jason semakin lama semakin kesal dan tidak sabar.

Semua orang tahu bahwa Geon Hyeong berbeda dengan orang lain. Mulai dari kelahirannya, bakatnya, sampai sifatnya. Namun, Jason sekarang hanya ingin Geon Hyeong bisa hidup seperti orang lain, apalagi dalam hal memilih istri yang akan menjadi pendamping hidupnya. Tetapi, bagi temannya yang tidak bisa menaruh kepercayaan dan penghargaan pada wanita itu, mencari wanita pendamping bukanlah sesuatu yang mudah. Entahlah, apakah iklan itu benar-benar bisa membawa seorang wanita yang baik dan tepat atau tidak. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar