Kesatria Berandalan Bab 5

Bab 5

Dikejar, diburu mau ditangkap dan dibunuh. Menghajar habis-habisan 6 orang pemecah gunung.

Kie Yam-ke kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh, dia sudah berkelana kemana-mana, hari ini sampailah di sebuah kota kecil di bawah kaki Tai-san, karena sudah lapar tidak tertahankan, begitu menemukan sebuah kedai arak kecil, dia segera melangkah masuk.

Kedainya benar-benar kecil, hanya ada 4 buah meja, salah satu mejanya pincang lagi dan disandarkan di samping tembok. Kie Yam-ke duduk di samping meja ini, tiga meja lainnya tampak sudah penuh.

Kie Yam-ke minta seteko arak murahan, sebab kedai ini hanya menjual semacam arak ini saja, sepiring mantou (bapau tidak berisi tapi manis rasanya), sepiring daging kepala babi asin, sepiring kacang tanah, dan dia mulai makan.

Dia sudah lapar sekali karena semalaman berjalan di jalan gunung, sebentar saja arak, sayuran, dan mantou sudah habis dilahapnya. Sambil menyandar di tembok kekenyangan sambil menghela napas, dia bersiap-siap membayar lalu pergi lagi,

Saat inilah seorang laki-laki yang bertubuh kekar bagaikan seekor lembu masuk ke dalam kedai arak ini. Matanya menyapu pada 4 buah meja yang sudah penuh dengan tamu, keningnva berkerut, mulut bersungut-sungut ingin mundur kembali.

Tapi terdengar seseorang memanggilnya dengan suara riang:

"Lie Ta-gu!"

Mungkin orang yang bertubuh kekar ini bernama Lie Ta- gu, begitu mendengar panggilan itu dia terkejut cepat-cepat mencari sumber suara. Terlihat olehnya seorang pemuda berumur 27 tahun-28 tahunan sedang duduk dekat tembok, mukanya terlihat kelelahan setelah berjalan jauh, dia mengenakan baju hitam, bermuka jernih bersih, rambutnya diikat di atas kepala, sedang tersenyum dan mengangguk- angguk kepadanya. Keadaan yang tiba-tiba begini membuat dia tidak terpikir siapa orang yang memanggil dia, maka dengan bengong dia berjalan ke meja itu sambil bertanya:

"Kau yang memanggil?"

Tapi sebentar saja matanya jadi bersinar, dengan selangkah maju ke depan, dia merentangkan dua lengan yang kekar dengan suara lantang berseru:

"Ternyata kau Kie Yam-ke!"

Kie Yam-ke berdiri, juga merentangkan lengan menyongsong dia. Sebentar saja dua orang ini sudah kencang berpelukan, menggunakan kepalan saling beradu punggung lawannya, saking senangnya hingga meloncat- loncat dan tertawa, tidak perduli lagi dengan tamu-tamu meja lain yang menyorotkan pandangan aneh pada mereka.

Mereka terlalu gembira, bertemu kenalan lama di kampung lain siapa tidak akan terharu dan senang? Apalagi Kie Yam-ke yang sedang berkelana orang diri, bisa bertemu teman baik di tempat asing, senangnya bukan main.

"Kie Yam-ke, kau bukan di Yang-ciu? Gimana bisa sampai terdampar ke kampung terpencil seperti ini?"

Setelah saling duduk, Lie Ta-gu yang merasa gembira, terus memegang sebelah tangan Kie Yam-ke.

Kie Yam-ke juga erat-erat memegang tangan Lie Ta-gu.

Dengan tertawa berkata:

"Yang-ciu memang ramai, tapi lama-kelamaan juga jenuh, maka aku keluar untuk jalan-jalan. Tidak disangka bisa bertemu denganmu di kota kecil di kaki Tai-san ini, sungguh aku senang sekali!"

Lalu menyambung lagi:

"Selama ini bagaimana kabarmu? Kenapa bisa di tempat ini? seingatku waktu aku meninggalkan ibukota kau masih disana."

Sambil tertawa renyah Lie Ta-gu berujar: "Ingatanmu baik sekali, setelah kau meninggalkan ibukota, kelompok temanku juga terpencar. Aku seorang diri di ibukota juga tidak kerasan, tidak bisa kemana-mana. Akhirnya aku memutuskan untuk balik ke kampung halaman, kota kecil ini adalah kampung halamanku. Sudah lama sekali aku tinggal disini, semua baik-baik saja, makanan sehari-hari sih tidak kurang, tapi tidak bisa dibandingkan dengan Yang-ciu kota besar begitu."

"Masih ingat tidak, ketika kita beramai-ramai berkumpul diatas jembatan gantung?" Kie Yam-ke amat gembira memandang rupa kasar tapi penuh bersahaja ini. Sorotan mata Lie Ta-gu segera cerah, dia menepuk pahanya berkata:

"Tentu, tidak akan lupa, saat itu, gerombolan kita anak muda berkumpul di tengah kota besar, minum-minum sambil bernyanyi-nyanyi, kita melakukan dengan suka- suka, tidak berpura-pura, tidak perlu menutup-nutupi, kita bebas menjunjung kesatriaan dan keadilan, bebas dan merdeka, senang luar biasa!"

Tiba-tiba matanya menjadi redup, dengan suara rendah berkata:

"Tapi sejak kau pergi, teman-teman yang lain pun terpencar, aku balik lagi ke tempat ini, aku merasa kesal sekali, sering terkenang masa-masa bahagia dulu!"

Sorotan mata Kie Yam-ke pun agak bimbang. Dia menepuk-nepuk bahu Lie Ta-gu berkata:

"Ta-gu, bukankah kita sudah bertemu lagi? Ayo, kita minum sepuasnya!"

Mata Lie Ta-gu menjadi cerah kembali, dengan senang berkata:

"Betul, harus minum sepuasnya! Minum sepuasnya! karena hari ini aku gembira sekali!"

Maka mereka menyuruh pelayan kedai menyiapkan lagi sayur dan arak. Mereka berdua juga tidak menggunakan cawan tapi diganti dengan mangkuk besar. Kelakuan dulu yang bebas, terus terang dan blak-blakan itu muncul lagi. Kau semangkuk, Aku emangkuk minum sampai 7-8 mangkuk.

"Ta-gu! Beberapa tahun ini kau usaha apa?" setelah minum lumayan banyak, Kie Yam-ke memandang muka memerah Ta-gu mulai bertanya. "Orang seperti aku ini bisa usaha apa? Masih tetap yang aku bisa, yaitu membuka tempat perjudian kecil-kecilan untuk mencari sesuap nasi."

Belum habis Ta-gu berkata, Kie Yam-ke menyela: "Sama, aku di Yang-ciu juga membuka beberapa tempat

perjudian untuk hidup."

Lie Ta-gu tertawa senang, katanya:

"Kau lebih hebat, masalah ini aku sudah tahu, mengandalkan kepandaianmu, mau berusaha apapun tidak sulit, tidak usah memandang pentingnya harta kekayaan!"

Kie Yam-ke tertawa getir, berkata:

"Ta-gu, sekarang aku baru merasa pentingnya uang!" Sambil membelalakan mata Lie Ta-gu bertanya: "Yam-ke, bagaimna ceritanya?"

Dengan tertawa kikuk Kie Yam-ke berkata:

"Sebab sekarang aku hanya memiliki uang 2 tail saja. Tapi harus pergi ke banyak tempat, kalau sampai kehabisan uang, bukankah harus kelaparan dan tidur di emper toko?"

"Yam-ke, bukankah dari dulu kita sahabat yang amat akrab?" kata Lie Ta-gu sambil tertawa lepas.

"Betul, akrab sampai boleh berkorban untuk membela sahabat!" angguk Kie Yam-ke.

"Beres!! " Lie Ta-gu antusias berkata, "Kita sahabat akrab, kalau sahabat harus saling membantu. Yam-ke, bagaimana pun aku akan membantumu. Jangan cemas dengan masalah keuangan! Ayo! Kita minum 3 mangkuk lagi!" dia mengangkat mangkuk mengajak minum. Kie Yam-ke pun orang yang berjiwa terbuka dan lapang dada. Dia juga mengangkat mangkuk, arak di minum sampai habis diteguknya, dua orang itu minum 3 mangkuk lagi berturut-turut.

Setelah 3 mangkuk, keduanya sudah agak mabuk, dibawah ajakan Lie Ta-gu, Kie Yam-ke memutuskan tinggal beberapa hari di kota kecil ini.

Lie Ta-gu membayarkan bon-bon makan minum, saling merangkul meninggalkan kedai minum itu.

Rumah Lie Ta-gu di utara kota kecil ini, rumah tembok yang terpisah, lumayan kokoh, di depan rumah ada halaman yang berpagar tembok pula.

Lie Ta-gu belum berkeluarga, masih hidup seorang diri, orang tuanya sudah meninggal, jadi tidak ada beban, tidak ada kungkungan hidupnya lumayan nyaman.

Lie Ta-gu mengajak Kie Yam-ke duduk di tengah rumah, dia juga duduk di atas sebuah bangku, memandang Kie Yam-ke, tiba-tiba dia bertanya:

"Yam-ke, kau punya masalah?"

Tampaknya Lie Ta-gu orangnya serampangan, tapi hatinya teliti, dia sudah melihat dari muka Kie Yam-ke yang lelah dan kusut itu, tentu ada apa-apanya.

Kie Yam-ke pun tidak merahasiakan pada Lie Ta-gu, hanya tadi tidak leluasa berbicara dalam kedai arak, melihat dia bertanya, maka tidak segan-segan lagi dia mengangguk- angguk:

"Betul, betul bermasalah! Ta-gu, bukan aku tidak percaya padamu "

Lie Ta-gu memotong perkataan Kie Yam-ke: "Yam-ke, kalau keberatan jangan diceritakan." "Ta-gu, aku membunuh orang di Yang-ciu!" Kie Yam-ke terus terang berkata, "Sebab itu, aku terpaksa meninggalkan Yang-ciu!"

Lie Ta-gu tampak maklum, katanya:

"Menurut adatmu, orang yang kau bantai pasti amat jahat dan kurang ajar!"

Kie Yam-ke menghela napas panjang, lalu menceritakan, dia membantai Yo-kun Liu Yam-yo dan malam-malam masuk ke rumah orang terkaya di Yang-Ciu yang bernama Kian jit-san, membunuh anak tunggalnya Kian Ta yang mengakibatkan terbunuhnya kekasih dia, Siau-ih. Dari semula sampai terakhir dia membeberkan pada Lie Ta-gu.

Akhirnya dengan tertawa getir dia berkata: "Sekarang aku adalah seorang pembunuh. Tentu pihak yang berwajib telah menempelkan poster dimana-mana, dan menggambar mukaku untuk menangkap aku!"

Lie Ta-gu dengan tenang mendengar cerita Kie Yam-ke, lalu memukul pahanya dengan suara tegas berkata:

"Sungguh puas! Jahanam itu patut dibantai! Kalau jatuh padaku pasti aku pun akan melakukan hal yang serupa! Yam-ke, kau tenang saja diam disini, disini tempat terpencil, orangnya sedikit, yang berwajib tidak akan sampai kemari, tidak akan ada bahaya. Tunggu setelah masalah ini mereda, yang berwajib tidak lagi gencar menangkap dirimu, waktu itu terserah kau mau disini atau mau pergi, begitu saja!"

Dengan amat berterima kasih Kie Yam-ke berkata: "Ta-gu, aku tidak mau kau terseret masalah ini!" Sambil membelalakan mata Lie Ta-gu berkata: "Jangan bicarakan soal terseret tidak terseret. Kita kan teman akrab. Sudah cukup, jangan bicara lagi, kalau diteruskan sama dengan tidak menganggap aku sebagai teman baik, teman akrab lagi!"

Kie Yam-ke dari kalangan berandalan, mengerti sekali orang-orang gembel lebih mengutamakan rasa setia kawan. Hidup mati dianggap masalah ringan, kalau dia berkata lagi, itu sama dengan tidak menganggap dia teman baik, teman akrab, maka dengan cerah dan segar dia berkata:

"Kalau begitu aku tidak sungkan-sungkan lagi numpang tinggal disini!"

Lie Ta-gu baru senang dan tertawa lepas:

"Ini baru teman baikku, teman akrabku!" Lalu dia berkata lagi, "Yam-ke, nanti aku akan membawa teman- temanku untuk dikenalkan padamu supaya ramai dan meriah!"

Dengan senang hati Kie Yam-ke berkata: "Baik, aku juga ingin berkenalan dengan mereka."

Lie Ta-gu orang yang tidak sabaran, dia segera berdiri dan berkata:

"Kau duduk-duduk dulu, aku pergi beritahu anak-anak tutup setengah hari tempat perjudian itu. Siapkan makanan dan arak, kita bergembira ria nanti!"

Selesai berkata orangnya pun sudah keluar, seperti angin sekejap saja sudah tidak kelihatan lagi.

"Masih tetap seperti dulu, ceroboh, tidak sabaran tapi menyenangkan!"

Kie Yam-ke memandang sampai Lie Ta-gu menghilang di kejauhan, lalu bergumam sendiri.

ooo0dw0ooo Duduk sendiri di dalam rumah, pikiran Kie Yam-i datang bergelombang, terpikir masalah yang timbul dalam waktu dekat ini bagaikan bermimpi buruk:

"Siau-ih....Siau-ih   " Dia memanggil dalam ..hati, depan

mata samar-samar muncul bayangan Siau-ih mg malu- malu, sepasang mata memendam perasaan, ayu, dan molek, hatinya merasa amat pedih dan sakit. Siau-ih demi dia tidak terancam oleh Liu Yam-yo, memilih mengorbankan dirinya. Memang dia telah membantai Liu Yam-yo juga telah membunuh Kian Ta dengan tangan sendiri, tapi tetap tidak bisa membuat Siau-ih hidup kembali. Dan sesudah bisa membalaskan dendam untuknya, sebuah percintaan selesai sudah. Sebenarnya bukan selesai tapi dipendam dalam hati yang paling dalam.

Siau-ih telah meninggal, Kian Ta pun dibunuh. Yang- ciu, sudah tidak ada yang perlu dia rindukan lagi. Sebenarnya dia pun tidak mungkin tinggal di Yang-ciu lagi, kalau tidak dia bisa ditangkap, terpaksa dia angkat kaki meninggalkan Yang-ciu yang ramai dan meriah, juga meninggalkan saudara baiknya di alam baka seperti Lu Pau, Siau Li-cu dan lain-lain, pergi mengembara. Tapi di manakah dia bisa tinggal?

Terpikir sampai disini, dia menghela napas panjang. Memang dia bisa tinggal disini untuk beberapa waktu,

tapi nanti... Dia tidak berani berpikir lagi, dia tidak tahu dimana dia harus tinggal dan hidup.

Dunia memang besar, tapi dia merasa bimbang tidak ada pegangan.

Dalam keadaan bingung, dia berdiri sambil berjalan ke halaman luar. Halaman   sepi    hanya    dia   seorang    yang    berdiri.

Tangannya dibalik tubuh menerawang ke langit biru.

Tiba-tiba dia menunduk memandang pagar yang setinggi setengah tubuh itu dengan tenang berkata:

"Teman di luar pagar, berdirilah, berjongkok terus nanti kaki bisa kesemutan, kalau bertarung akan rugi sendiri."

Segera terdengar suara tertawa yang riuh dari balik pagar, bersamaan dengan suara itu, muncul 6 orang yang mengenakan jubah kuning berambut merah, tinggi besar seperti tower besi setengah tiang, setiap orang memegang kampak besar, terpisah berdiri di dua sisi luar pagar, dua belas sorotan mata yang tajam itu semua terkumpul di tubuh Kie Yam-ke.

Postur tubuh Kie Yam-ke yang tinggi tegap hanya mencapai pundak mereka saja, bisa dibayangkan tinggi besarnya mereka.

Mata Kie Yam-ke menyapu sekali pada 6 orang raksasa ini, seraya berkata:

"Kai-san-liok-teng, Coh bersaudara?" (6 orang penghancur gunung)

Emam orang itu dengan riuh menjawab:

"Betul, itu kami bersaudara!" suaranya keras bagaikan geledek.

Lalu 6 orang besar ini berbareng mengayunkan kampaknya. Pagar pendek yang menghadang mereka bagaikan terbuat dari kertas, runtuh semua. Sekali melangkah 6 orang itu sudah masuk ke dalam halaman, berdiri mengelilingi Kie Yam-ke!

Diam-diam Kie Yam-ke terkejut, tapi matanya tidak dikedipkan. 'Kai-san-liok-teng' Coh bersaudara sangat tersohor di dunia persilatan, mereka menggemparkan daerah Tai-hang- san, dengan kebesaran namanya, tidak ada orang berani berbuat macam-macam pada mereka.

Adapun urutan 6 bersaudara itu adalah:

'Kai-san-pek-lek-hu' (Kampak halilintar pemecah gunung) Coh Liong.

'Kai-san-sin-lek-hu' (Kampak sakti pemecah gunung) Coh Jio.

'Kai-san-lie-tee-hu' (Kampak pemecah gunung pembongkar tanah) Coh Houw.

'Kai-san-sen-thian-hu (Kampak pemecah gunung penggetar langit) Coh Pa.

'Kai-san-po-long-hu (Kampak pemecah gunung pembuyar gelombang) Coh Sai.

'Kai-san-coan-hong-hu (Kampak pemecah gunung penahan angin puyuh) Coh Long.

6 bersaudara ini karena postur tubuhnya tinggi besar, tenaganya luar biasa, sangat berbeda dengan orang pada umumnya. Mereka juga tidak diketahui berguru pada siapa, dan dari aliran mana, setiap orangnya menggunakan kampak yang berat sekali. Satu seri jurus kampak 'Kai-san' karena tenaga besar sekali tampak cukup memecah gunung, membelah tanah, buas tidak tertahankan, orang-orang tidak berani mengusik mereka. Enam bersaudara ini secara khusus berlatih bersama jurus kampak 'Kai-san-liok-teng' kekuatannya sangat dasyat, siapapun yang menantang pasti hancur lebur.

Pernah satu kali, 6 orang itu bersama-sama memecah bukit. Betul saja, puncak bukitnya sampai ambles bermeter- meter dalamnya, membuat orang-orang yang melihat tercengang sampai tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi di depan mata. Sejak itulah 6 bersaudara mendapat gelar 'Kai-san-liok-teng'.

Saudara paling sulung dari 'Kai-san-liok-teng' Coh Liong bersuara bagaikan suara godam memukul, katanya:

"Kau Kie Yam-ke? Di Yang-ciu yang membunuh anak tunggal orang terkaya itu?"

Kie Yam-ke tetap tenang dibelakang, dengan asal-asalan berkata:

"Betul itu aku!"

Suara Coh Pa yang menggetarkan gunung, dengan lantang berkata:

"Tidak disangka kau sangat berani. Di depan kami berenam sedikit pun tidak gemetar."

Dengan alis mengangkat Kie Yam-ke berkata:

"Kita sama-sama manusia, bukan setan bukan iblis, apa yang perlu ditakuti?"

Coh Long bagaikan angin puyuh dengan suara kasar dan cepat berkata:

"Apa kau tidak takut mati?" Kie Yam-ke mengangkat bahu:

"Lebih baik susah hidup daripada mati, siapa yang mau

mati, tentu kalianpun tidak mau bukan? Kalau hal mati itu susah dikata, paling sedikit aku tidak ingin mati juga tidak takut mati!"

Coh Jio dengan aksi berkata: "Perduli kau mau tidak mau mati, takut atau tidak takut mati, hari ini kau pasti mati!"

Kie Yam-ke berkata:

"Betulkah? Tetapi kenapa? Aku yang rendah percaya belum pernah kenal kalian, belum pernah berlemu, apa lagi ada perselisihan, bukan?"

Dengan keras Coh Houw berkata:

"Karena kau telah membunuh Kian Ta. Orang tuanya Kian Jit-san memberi hadiah 50 ribu tail perak, bersumpah ingin mengambil kepalamu. Kami bersaudara demi uang perak yang berkilau-kilau sudah pasti mau membunuh kau, memenggal kepalamu untuk ditukar dengan uang!"

Ternyata demi membalas dendam anaknya, dari hadiah dari 30 ribu tail sudah dinaikkan menjadi 50 ribu tail, untuk membujuk orang-orang Bu-lim kalau ingin mendapatkan hadiah ini harus mengejar dan menangkap Kie Yam-ke. Jurusnya memang ampuh, 'Kai-san-liok-teng' Coh bersaudara tidak sayang jauh-jauh dari Tai-hang-san mengejar dan mencari sampai kesini.

Sebab setelah membantai Kian Ta, Kie Yam-ke malam itu juga meninggalkan Yang-ciu, sama sekali tidak mengetahui Kian Jit-san tidak sayang uangnya. Berani membeli kepala Kie Yam-ke dengan harga semahal itu, mendengar dari mulut Coh Houw, hatinya menjadi resah, dia berpikir, 'mulai sekarang, kelihatannya kehidupanku tidak akan tentram lagi seumur hidup!' mukanya pura-pura tenang berkata:

"Tidak disangka kepalaku begitu berharga, lebih tidak disangka lagi kalian berenam yang menyandang nama besar, demi 50 ribu tail perak, mau dibujuk oleh Kian Jit- san yang hina itu untuk membunuh orang seprofesi, amat disayangkan dan amat menyedihkan!"

Coh Sai seperti singa menggaur dengan keras berkata: "Kie Yam-ke, kalau kau mengerti baik-baiklah

menyerahkan diri, kalau tidak, dengan jurus kampak 'Liok-

teng' dijamin kepalamu akan berpisah dengan tubuhmu!" Kie Yam-ke tersenyum, dengan acuh berkata:

"Kalian berenam terlalu banyak bicara, kenapa belum juga segera mengambil kepalaku?"

Coh bersaudara sama-sama memekik keras, seperti langit mau runtuh, bumi mau terbelah, bergerak serempak. Sama- sama mengangkat kampak bergaya akan memecah gunung membelah batu.

Gerakan keenam bersaudara ini membuat Kie Yam-ke tidak bisa berkutik, jangankan bertarung, melihat keadaannya saja orang yang agak gentar sudah terkencing- kencing lemas di tempat.

Gaya Coh bersaudara mengangkat kampak, persis enam orang jenderal utusan dewa turun ke bumi, sangat menakutkan!

Jangan melihat Kie Yam-ke santai-santai saja, sebenarnya sekujur tubuhnya, dari atas kebawah, sudah mendapatkan tekanan yang amat sangat, terus datang menghanpiri dirinya.

Kie Yam-ke mengeluarkan mistar Liang-thian-ci yang hitam mengkilap.

Saat itu pula Coh bersaudara menghantamkan satu ayunan kampak yang akan membuat bumi dan langit berubah warna, jurusnya adalah "Pan Gu Kai-lhian- tee"(Pan Gu membelah bumi dan langit)! Jurus "Liok-teng-kai-san" adalah jurus kampak yang paling dahsyat!

Sejak Coh bersaudara terjun ke dunia persilatan, ini kali ke duanya mereka memakai jurus "Pan Gu Kaili lian-tee", yang pertama ketika melawan Kim-kong taysu, Kim-kong Taysu mirip dengan Coh bersaudara, Romannya beringas dan bertubuh tinggi besar persis sebuah patung yang kokoh. Kepandaiannya kabarnya hanya sedikit di bawah dari Hong-tiang Siauw-lim-sie. Telapak Tay-pan-ji, telunjuk Kim-kong, kepalan sakti seratus langkah, dan lain-lain keahlian langka Siauw-lim-sie, sudah dilatihnya dengan sempurna. Tapi saat bentrok dengan Coh bersaudara ini, menghadapi "Pan Gu Kai-thian-tee" yang dimainkan bersama ini! Kim-kong Taysu berhasil dibelah menjadi 9 potong, langsung mati di tempat itu juga, dengan ini terlihat betapa hebatnya jurus "Pan Gu Kai-thian-tee" ini.

Tokoh no 2 Siauw-lim-sie, Kim-kong Taysu saja tidak kuat menahan jurus "Pan Gu Kai-thian-tee"ini, tapi Kie Yam-ke sama sekali tidak menghindar, pun tidak menepi, mistar hitam mengkilap membuat sebuah lingkaran sinar hitam, menyongsong 6 buah kampak yang datang menghantam kepalanya!

Hanya dengan mistar yang pendek dan enteng, menahan 6 buah kampak pembelah bumi yang beratnya ratusan kati, persis bagaikan Tang-pi-tang-ce (Lengan Belalang menahan Kendaraan) kalau bukan Kie Yam-ke memang mau mencari mati, pasti Kie Yam-ke sudah gila!

Timbul kejadian aneh, Kim-kong Taysu dari Siauw-lim- sie, seorang pengawal Budha yang hebat kepandaiannya, tidak mampu menahan pukulan "Pan Gin Kai-thian-tee" tapi Kie Yam-ke secara ajaib dan luar dugaan berhasil menahan! 6 buah kapak besar secara paksa dapat di tahan dan dikurung oleh Kie Yam-ke, sedikitpun tidak dapat dihantamkan!

Kalau bukan dihadapi oleh mereka 6 orang bersaudara, sampai mati pun tidak ada yang percaya, sebuah mistar kecil dapat mengurai ayunan 6 buah kapak besar bahkan terhadap jurus kampak "Pan Gu Kai-thian-tee"

Coh bersaudara yang mengayunkan kampaknya, melihat Kie Yam-ke tidak tahu diri berani menantang dengan mistarnya yang kecil, muka mereka terlihat berseri-seri, mereka yakin Kie Yam-ke pasti tidak akan bisa lolos!

Ketika terdengar 2 macam logam beradu, 6 kampak bagaikan menghantam tembok besi, lengan mereka semua tergetar hingga kesemutan. Mereka seakan melihat hantu saja, tawanya membeku, mukanya segera berganti dengan rasa tercengang dan terkejut!

Anak muda yang penampilan biasa-biasa saja ternyata bisa mengungguli Kim-kong Taysu dari Siauw-lim-sie, malah dengan enteng saja menahan jurus yang mematikan ini!

6 orang bersaudara ini membelakan mata yang sebesar kelengkeng, dengan perasaan takjub memandang Kie Yam- ke yang lebih pendek dari mereka itu!

Sebenarnya Kie Yam-ke pun ragu-ragu, apa dia sanggup menahan jurus "Pan Gu Kai-thian-tee" yang dahsyat tiada tandinganya ini? tapi apa boleh buat, jurus yang dikeluarkan mereka sudah menutup semua jalan mundurnya, menghindarpun sudah terlambat, dalam Keadaan yang gawat, demi mencari kehidupan dalam bahaya, Kie Yam-ke terpaksa dia menahan dengan mistarnya. Memang dia bisa bertahan, tapi sebelah lengannya tergetar hingga terasa sakit dan kaku, darah di dalam dada seperti bergolak, dia mengambil nafas panjang, memaksakan diri bertahan terus.

Kepahitan ini hanya bisa ditelan sendiri olehnya.

Coh bersaudara tidak mau sudah begitu saja, mereka menambah tekanan pada kampak mereka.

Kie Yam-ke bertambah payah, bagaikan menopang sebuah gunung besar, keringat sebesar kacang kedelai sudah bercucuran di dadanya.

Kalau Coh bersaudara terus menambah tenaganya, pertahanan Kie Yam-ke pasti akan runtuh.

Ini adalah pertarungan yang amat besar perbedaannya, keringat Kie Yam-ke sudah bercucuran, terus menetes kebawah.

"Kie Yam-ke kami bersaudara terlalu meremehkanmu, jurus maut yang tidak sanggup ditahan oleh Kim-kong Taysu dari Siauw-lim-sie, ternyata kau sanggup menahannya. Tapi kau tetap harus MAMPUS!" Coh Liong bersaudara seperti geledek.

"Kita lihat, dia masih sanggup bertahan berapa lama lagi?" Coh Long bersaudara bagai rubah.

"Ini hanya masalah waktu, cepat atau lambat 50 ribu tail yang berkilau-kilau pasti menjadi milik kita!" Coh Pa ganas seperti macan tutul kelaparan.

"Kie Yam-ke terimalah nasibmu, relakanlah demi tujuan kami!" Coh Jio berkata dengan jujur "kami akan mengakhirimu disini"

"Karena kau sanggup menahan jurus "Pan Gu Kai-thian- tee" kami, matipun kau tidak perlu menyesal, paling tidak kau lebih hebat dari Kim-kong Taysu dari Siauw-lim-sie" Coh Houw seperti macan mengaum.

"Kau orang pertama yang sanggup menahan jurus "Liok- teng-ku-teng" (6 orang berkumpul di puncak) Coh Sai terus mengaum.

Sesudah 6 orang itu masing-masing selesai bicara, keringat Kie Yam-ke mengucur terus, mukapun memerah.

Detik setelah mereka berenam selesai bicara, Kie Yam-ke seperti sudah mendapat jalan, tiba-tiba dia memekik keras, rupanya dia sudah tidak mau bertahan lagi, tubuhnya segera memendek ke bawah!

6 kampak besar Coh bersaudara pun mengikuti gerakannya, turun menghantam!

Kali ini Kie Yam-ke seperti sulit lolos dari nasib tubuhnya dihantam kampak!

Muka Coh bersaudara serentak berseri.

6 kampak serempak menghantam tubuh Kie Yam-ke yang sudah berjongkok di tanah, tapi tubuh Kie Yam-ke secepat kilat tiba-tiba bergulung bagaikan sebuah bola. Saat 6 kampak sudah mendekat ke tubuhnya, dengan lebih cepat sedikit dia bergelinding dari celah-celah kampak itu menuju arah Coh Long dan Coh Sai.

6 kampak tajam itu bersama-sama menghantam, menimbulkan suara yang menakutkan, bumi seperti terbelah, debu berterbangan, dalam waktu yang bersamaan terdengar jeritan berturut-turut yang memekikan telinga dari Coh Sai dan Coh Long, tubuh mereka oleng ke samping dan roboh "BENGCG, BENGGG" mengikuti suara terlempar mereka terduduk di tanah, ketika itu sebuah bayangan hitam melejit dan menggelinding keluar. Hantaman 6 kampak Coh bersaudara ini betul-betul mengerikan, dimana mulut kampak menghantam tanah, segera muncul 6 buah celah retak yang dalam dan panjang, kalau tubuh Kie Yam-ke yang terhantam, pasti terpotong jadi 7-8 bagian.

Untung, dia dengan cerdik bisa menghindar dan dapat lolos dari tekanan mereka.

Kepala Kie Yam-ke masih bercucuran keringat. Tapi dia sudah berdiri di belakang Coh Sai dan Coh Long. sedang menyeka keringatnya.

Coh Sai dan Coh Long tidak bisa berdiri, paha mereka berlumuran darah.

Antara paha dan betis mereka tersapu putus dan remuk oleh mistar, saat ketika Kie Yam-ke menggelinding kearah mereka!

Betul Kie Yam-ke sudah terlepas dari bahaya. Tapi ketika sorot matanya melihat ke tempat dimana dia berdiri tadi, diam-diam hatinya menciut, mukanyapun berobah, dia menghela nafas dalam-dalam.

Kie Yam-ke memandangi 6 orang yang berdiri dengan mendesak, katanya:

"Teman, bawa pergi saudara kalian yang terluka. Persoalan ini kita hentikan sampai disini saja, bagaimana?"

4 orang yang tidak terluka sama-sama terkejut dan bengong, memandang dia seperti seorang siluman. Mereka masih belum percaya Kie Yam-ke dapat menghindar dengan tidak kurang sesuatu apa terhadap serangan mereka bersama. Tapi kenyataan yang ada di depan mata, mereka tidak bisa tidak harus percaya. Coh Liong bagaikan naga melengking, bersuara: "Kie Yam-ke, kalau hari ini kami tidak bisa membunuhmu, bagaimana kami dapat melanglang buana di sungai telaga nanti?"

Perkataanpun belum selesai, sebuah kampak bagaikan halilintar dengan cepat dibabatkan, menyabet pinggang Kie Yam-ke.

Kampak Coh Jio pun ikut menyabet kepala Kie Yam-ke! Kampak Coh Houw diayunkan miring membabat dada Kie Yam-ke! Sedangkan kampak Coh Pa terayun menyabet punggung Kie Yam-ke!

4 orang itu masing-masing menghantam satu sabetan, sebentar saja Kie Yam-ke dikurung rapat lagi di tempatnya!

Tapi Kie Yam-ke memang hebat, entah dengan cara apa seperti siput berputar, sudah tidak ada mampu berkelit secepatnya dari sambaran Coh Liong ke arah pinggangnya, mistar dipukulkan "CRINGG!!"mengenai mulut kampaknya Coh Jio. Kampaknya pun sontak sebagian, dan kampak besar ini pun terlontar keatas. Dalam waktu bersamaan, satu kaki Kie Yam-ke menyepak gagang kampak Coh Houw, mistar dari atas ke bawah membuat Vi lingkaran, saat kampak Coh Pa mengenai pundak dan punggungnya, mistar hanya lebih cepat sedikit menggores pergelangan lawannya, Coh Pa merasa tangan yang memegang kampak menjadi kaku dan kampaknya terlepas, mulut kampak yang menempel dengan dibahu tergelincir ke tanah, menancap dalam ke tanah dan hanya menyisakan gagangnya saja.

Hanya sekejap mata Kie Yam-ke dengan ajaib udah mengurai serangan yang dahsyat dari 4 orang Coh bersaudara dan melukai Coh Pa. Jurus dan gaya yang menakjubkan ini membuat Coh Liong dan lainnya berhenti tanpa sadar, tidak berani menggempur lagi. 3 orang dari 6 sudah terluka, dihitung orang dan kekuatannya sudah hilang setengah. Tadi 6 orang bersatu saja tidak sanggup melukai Kie Yam-ke, kalau sekarang memaksa bertarung lagi, sama dengan mencari mati. Sambil menanggung malu Coh Liong berniat untuk mundur.

"Teman-teman coba dengar perkataan Cayhe, berdasarkan kedudukan dan nama besar kalian di sungai telaga, apa artinya demi uang 50 ribu tail perak tapi nama kalian tercoreng? Kalian pergilah!" saat ini Kie Yam-ke dengan tenang memandang Coh Liong dan lainnya yang masih tidak bisa menentukan tindakannya.

Seumur hidup mereka baru pertama kali ini mereka menghadapi orang yang hebat seperti ini. Juga pertama kali bertarung mengalami kekalahan, dalam hati timbul perasaan ngeri dan takut.

6 bersaudara itu saling pandang, saling memahami isi hati sendiri. Dari isyarat mata sudah saling paham. Maka Coh Liong angkat bicara:

"Kie Yam-ke kau hebat, sampai kami 6 bersaudara harus menerima kekalahan. Boleh tahu siapa gurumu, dan dari aliran mana?"

Dari pembicaraan Coh Liong, Kie Yam-ke sudah bisa menangkap maksud mereka akan mundur. Tapi tidak enak langsung angkat kaki jadi bertanya dulu asal usul dan gurunya, agar pantas untuk mundur, maka dengan tertawa asal dia berkata:

"Teman-teman aku berasal dari kalangan berandalan di kota Yang-ciu, belakangan puluhan tahun bergumul di ibukota. Lalu kembali lagi ke Yang-ciu, sebelum kalian mengejar aku, tentu sudah menyelidiki dulu dengan baik, Aku tidak perlu lagi bercerita, soal guru.... maaf, aku tidak bisa memberitahu kalian"

Air muka Coh Liong berobah-robah, dengan tertawa payah dia buka suara:

"Anda orang hebat yang tidak mau menampakan diri, kami bersaudara menerima kekalahan di bawah tanganmu, jalan masih panjang pada suatu hari kita bertemu pula!"

Selesai berkata dia menyuruh Coh Jio dan Coh Houw masing-masing memapah 1 orang, lalu pergi dengan cepat.

Kie Yam-ke tidak berkata apa-apa, berdiri diam ampai tidak tampak bayangan mereka lagi, dia masih berdiri disitu tidak bergerak, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Lie Ta-gu membawa beberapa orang temannya dan kembali dengan gembira, masih jauh dia melihat Kie Yam- ke berdiri sudah memekik-mekik "Yam-ke!!"

Kie Yam-ke terbangun dari melamun, melihat muka dan diri Lie Ta-gu yang mekar dan jujur, diam-diam dia mengambil suatu keputusan, dia tersenyum memanggil Lie Ta-gu dan kawan-kawannya yang datang mendekat.

Begitu masuk halaman Lie Ta-gu sudah tidak ibar dengan keras berkata pada Kie Yam-ke:

"Kie Yam-ke ini teman-temanku" satu per satu diperkenalkan pada Kie Yam-ke dan ke-4 orang itu masing- masing membawa bungkusan makanan dan seteko arak.

Lie Ta-gu tergesa-gesa menarik lengan baju Kie Yam-ke dengan keras dan berkata:

"Ada daging, ada arak, kita harus minum sepuasnya Yam-ke!" dia segera masuk ke dalam. Baru beberapa langkah berjalan, dia melihat di depannya seperti jurang saja, cepat-cepat dia berhenti. Dengan bingung dia berbalik muka dan bertanya dengan cepat:

"Yam-ke ada apa ini? Apa ada orang menguntit dan mencarimu sampai kemari?"

Kie Yam-ke memandang tanah di halaman yang pecah- pecah dan tenggelam itu dengan tenang dia mengangguk:

"Betul tadi ada orang yang mencariku kemari, tapi semua sudah pergi lagi!"

Dengan amat kuatir Lie Ta-gu bertanya: "Siapa saja mereka?"

"Kai-san-liok-teng Coh Bersaudara!" Kie Yam-ke berkata sambil mengerutkan alis.

Dia mengerutkan alis sambil berpikir akan ada banyak orang yang mencarinya sampai kemari.

Begitu mendengar, air muka Lie Ta-gu berubah. Cepat- cepat bertanya:

"Coh bersaudara yang merajalela da Tai-hang-san itu?" Kie Yam-ke mengangguk.

Tiba-tiba Lie Ta-gu merasa gembira memegang satu lengan Kie Yam-ke berkata:

"Yam-ke katanya Coh bersaudara sangat hebat, mereka punya kampak tajam yang mampu membelah gunung, memecah batu, kalau bisa dipukul mundur olehmu seorang, malah ada yang sampai cedera segala, berarti kau sangat hebat, aku sangat gembira!"

Lie Ta-gu sudah melihat noda darah di tanah, maka dia tahu ada orang yang cedera. 4 orang teman-teman Lie Ta-gu mendengar Kie Yam-ke seorang diri sanggup memukul mundur 6 orang Coh bersaudara, semua menjadi kagum padanya.

Kie Yam-ke melihat Lie Ta-gu amat antusias dan polos, hatinya terharu, dia juga membalas memegang kencang- kencang lengan Lie Ta-gu.

Selanjurnya Lie Ta-gu bertanya:

"Yam-ke, apa mereka datang mencarimu demi uang hadiah dari yang berwajib?"

Kie Yam-ke mengeleng-gelengkan kepala:

"Bukan, uang dari yang berwajib hanya sedikit, mereka tertarik, tapi demi 50 ribu perak dari Kian Jit-san, mereka kemari ingin mengambil kepalaku"

"Keji sekali, mereka sama sekali tidak peduli rasa setia kawan dunia persilatan! " Lie Ta-gu marah dan memekik- mekik, "kenapa kau tidak bunuh saja mereka semua?"

Kie Yam-ke mengeluh, sebelah tangannya ditumpangkan di atas pundak Lie Ta-gu berucap:

"Kalau sudah dibunuh bagaimana? Perbuatan ini tidak bisa menyelesaikan semua masalah, hanya akan menambah dosa saja. Kalau dugaanku tidak salah, akan ada orang demi 50 ribu tail perak, datang kemari mau mengambil kepalaku lagi"

Sambil membelalakan mata Lie Ta-gu berkata: "Yam-ke, jangan terlalu kuatir, orang-orang yang tergiur oleh upah 50 ribu tail itu kalau datang lagi mencari masalah aku belah saja menjadi 2 potong"

Kie Yam-ke terharu, berkata:

"Ta-gu, ini yang disebut Lai-cia-put-san, san-cia-put-lai (yang datang tidak baik, yang baik tidak datang) yang akan datang mencari kemari pasti bukan orang lemah, apalagi aku telah mengalahkan Coh bersaudara, jika kabar ini sampai tersiar luas ke sungai Telaga yang datang kesini pasti yang lebih kuat lagi, tentu tokoh-tokoh yang sulit diatasi, Ta-gu aku tidak mau kau terlibat, aku mau segera pergi dari sini!"

Lie Ta-gu terkejut, meloncat dan memekik:

"Yam-ke ini sama dengan tidak menganggap aku teman!"

Dengan menepuk-nepuk bahu Lie Ta-gu dengan enteng Kie Yam-ke berkata:

"Ta-gu, justru kaulah teman baikku, maka aku tidak ingin melibatkanmu menjadi korban, kau harus tahu ke depan pasti orang-orang yang sulit dihadapi akan datang, aku tidak mau kau kehilangan nyawamu demi aku"

Dengan bandel Lie Ta-gu berkata:

"Biar gampang atau susah dihadapi, pokoknya kau teman baikku, teman sedang kesulitan, masa aku tidak peduli?"

Kie Yam-ke terharu, dengan suara meninggi berkata: "Ta-gu ada yang perlu aku tanyakan"

Lie Ta-gu membelalakan mata memandang Kie Yam-ke. "Kungfumu melebihi Coh bersaudara tidak?"

Lie Ta-gu tidak mengerti mengapa Kie Yam-ke bertanya begitu, dengan bingung dia memandang Kie Yam-ke, lalu dengan terus terang berkata:

"Kungfuku yang seperti kucing kaki 3 begini, sama sekali tidak mampu menerima satu jurus pun dari salah satu Coh bersaudara itu!" Kie Yam-ke mengangguk:

"Ta-gu maafkan aku yang bicara sembarangan, dengan kungfumu yang seperti ini, sama dengan membuang nyawa, kau kira aku tega?"

Lie Ta-gu terperanjat, setelah dipikir-pikir betul juga kalau dirinya memaksa menahan Kie Yam-ke tinggal disini itu hanya tenang sebentar saja, setelah Coh bersaudara datang mencari masalah, pasti berturut-turut ada orang datang lagi, dirinya tentu tidak akan membiarkan saja kalau dia bertarung, akibatnya harapan hidup dirinya menjadi tipis sekali. Kie Yam-ke akan susah kalau aku mati, tidak ada kebaikan untuk masalah ini. maka dia harus membiarkan Kie Yam-ke pergi saja. Akhirnya dengan berat hati dia berkata:

"Baiklah, aku merelakan-mu pergi. Tapi kau harus minum puas dulu bersama kami!"

Kie Yam-ke memegang kedua tangan Lie Ta-gu dengan suara terharu berkata:

"Baiklah, kita minum sampai sepuasnya!" Berpegangan tangan mereka bersama masuk ke dalam rumah.

4 orang teman Lie Ta-gu sudah menyiapkan makanan dan arak, 6 orang duduk mengelilingi meja dan makan dan minum sepuasnya.

ooo0dw0ooo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar