Ilmu Pedang Pengejar Roh Jilid 04

Jilid 04

Kata Liu Er, “Apakah semua ini adalah karena perempuan itu?”

“Benar, tebakanmu sangat benar, tapi beberapa hari ini si marga Li sudah tidak datang lagi, coba kalian tebak, apa alasannya?”

“Apakah dia membawa perempuan itu melarikan diri?”

“Kau hampir separuh benar,” jawab Jin sambil tertawa dingin, “Ada pepatah yang mengatakan: dalamnya hati orang sulit ditebak. Dia mengambil perempuan itu dan menjadikannya ”

Lu Yue-juan mendengar semuanya, hal ini benar-benar membuatnya marah, yang bermarga Jin itu mengatakan bahwa Tuan Wang adalah bos dari toko sutra. Baru satu tahun lalu Tuan Wang tinggal di kota ini.

Yang bermarga Li tidak lain adalah Li Hao. Lu Yue-juan merasa kepalanya menjadi besar, selanjutnya si marga Jin mengatakan apa tidak didengarnya lagi, kemudian si marga Jin pun pergi dari sana.

Lu Yue-juan pun mengikutinya, dan mencegatnya, kemudian hanya dengan uang sedikit dan beberapa patah kata, Lu Yue-juan sudah tahu apa yang sudah terjadi....

= ooOOoo =

Bulan sabit menggantung di atas langit, sinarnya lembut seperti riak air, bintang-bintang berkilauan, katak di kolam sedang bernyanyi, mengeluarkan suara yang indah. Jangkrik pun sepertinya tidak mau kalah dengan suasana malam yang indah itu.

Bayangan seseorang seperti burung malam masuk kedalam hutan, dia meloncat melewati tembok. Dengan ringan dia melayang melewati tembok itu, dia mendarat di sebuah pohon besar, daun-daun menutupi tubuhnya.

Di sana ada sebuah rumah kecil, terdiri dari tiga buah kamar, di kamar utama lampu masih menyala. Orang itu langsung masuk keatas rumah, kedua kakinya mengait ke atap rumah, dia bisa melihat keadaan di dalam, di bawah sinar bulan terlihat bahwa orang itu tak lain adalah Lu Yue-juan.

Begitu dia tahu kelakuan Li Hao selama ini, benar-benar telah membuatnya marah. Menurut informasi dari pelayan yang bernama Yin, Lu Yue-juan tahu dimana tempat tinggal perempuan yang bernama Chui Yun itu. Dia tahu Li Hao pasti berada di sana, dia akan membuat perhitungan dengan Li Hao.

Dia berusaha meredam kemarahannya. Dalam hati dia berpikir, “Sepertinya si marga Li itu sejak dulu membohongiku, dia tidak pernah berpikir akan sehidup semati denganku. Kalau tidak, mengapa hanya dalam waktu beberapa bulan saja dia sudah seperti begitu. Dia juga banyak akal, lidahnya seperti pegas bisa ditarik dan diulur. Bila tidak ada bukti yang kuat dia pasti tidak akan mau mengakuinya. Mungkin dia akan membohongiku dengan cara lain.”

Setelah dia yakin langkah apa yang akan diambil, dia beristirahat di tempat yang sepi. Begitu hari sudah gelap dia kembali ke kota.

Disana adalah kamar tidur. Walaupun perabot rumah tidak terlalu banyak, tapi terlihat sangat bersih. Semuanya lengkap, cermin, meja rias dan lainnya.

Di dekat dinding masih ada sebuah tempat tidur yang dipasang kelambu. Tampak laki- laki dan perempuan yang sedang telanjang bulat dan mereka saling berpelukan, mereka adalah.... Hanya melihat sebentar saja, wajah Lu Yue-juan memerah. Segera badannya digulingkan keatas, tapi jantungnya bergetas kencang. Apakah laki-laki itu adalah Li Hao? Lu Yue-juan juga tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Lu Yue-juan mencoba menenangkan dirinya. Dia kembali menurunkan badannya. Kali ini dia melihat dengan jelas, laki-laki itu adalah Li Hao. Seorang perempuan genit sedang berada dalam pelukannya.

Lu Yue-juan sangat marah. Baru saja dia berniat akan menurunkan badannya, dia mendengar perempuan itu dengan manja berkata, “Suamiku, kapan kau baru bisa tinggal disini? Kau hanya datang dengan sembunyi-sembunyi, aku tidak tahu berapa lama harus terus menunggumu.”

Li Hao memeluknya lebih erat lagi dan tertawa, “Aku berada disini, kenapa? Apakah kau masih tidak puas dengan permainan tadi?”

Perempuan itu berkata, “Kau baru saja beristirahat sebentar, sudah harus kembali ke rumah si kumal itu, aku tidak ”

“Sayangku, hari ini aku tidak akan pulang, aku akan memelukmu semalaman, apakah itu cukup?”

“Bohong, kau datang kesini dengan menunggang kuda, sudah bersiap-siap akan pulang malam ini. Kau mengira aku ”

Li Hao tertawa dan berkata, “Hari ini aku tidak akan pulang.” “Apakah benar?”

“Kau kira aku rela kembali kesana? Aku beritahu ini kepadamu, si perut buncit itu sangat membosankan. Kalau dia sedang manja, aku ingin muntah rasanya.”

“Kalau begitu kenapa kau harus pulang?” perempuan itu naik ke tubuh Li Hao dan berkata, “Berjanjilah kepadaku, kau tidak akan kembali lagi kesana.”

Li Hao menarik nafas dan berkata, “Aku terpaksa harus kembali karena kita harus membeli perabot rumah dan semua itu berasal dari uangnya. Sayang, kau tenang saja, nanti aku akan ”

Tiba-tiba terdengar suara pintu didobrak. Lu Yue-juan dengan marah sudah berdiri di depan pintu dan membentak si marga Li, “Keluar kau!”

Chui Yun kaget dan masuk ke dalam pelukan Li Hao.

Li Hao juga terkejut, keringat dingin mulai membasahi dahinya. Dia mendorong Chui Yun ke sisi, kemudian memakai baju dan berkata, “Adik Juan, aku ”

Lu Yue-juan marah dan berkata, “Siapa Adik Juan? Kau lebih rendah dari seekor anjing, kau mau membohongiku dengan kata-kata apa lagi?”

Karena marah suara Lu Yue-juan menjadi serak. Air mata sudah meneteskan dari sudut matanya.

Li Hao berlutut di bawah, dengan wajah yang patut dikasihani dia berkata, “Adik Juan, aku bukan orang! aku bukan orang! Maafkanlah aku sekali ini saja karena kita adalah suami istri ”

Kemudian Li Hao menampar dirinya sendiri.

Melihat keadaan ini, hati Lu Yue-juan sudah mulai luluh. Dia berpikir, “Memang benar kami ini adalah suami istri, apalagi aku akan mempunyai seorang anak, apakah dia harus lahir dan tidak mempunyai.  ”

Dia terdiam lagi, akhirnya dia menarik nafas dan berkata, “Hitung-hitung aku sial bertemu denganmu yang seperti binatang, bangunlah ”

“Terima kasih, Adik Juan,” Li Hao berdiri dan mengenakan baju.

Terdengar Lu Yue-juan membentak, “Suruh perempuan itu memakai baju dan keluar dari rumah ini. Seisi rumah ini dibeli dengan memakai uangku, aku tidak butuh rumah ini. Di depanku, bakarlah rumah ini.”

Hati Li Hao bergetar, dia berkata, “Adik Juan, kau jangan terlalu mendesak, aku ”

“Kenapa, apakah kau ingin mencari siasat lain lagi? Mimpi kau!”

Chui Yun melihat Lu Yue-juan yang tidak terlalu menekannya, dengan cepat dia sudah mengambil baju dan langsung dipakainya.

Tiba-tiba Lu Yue-juan merasa dibelakangnya ada suatu gerakan aneh, hatinya bergetar karena dia melihat Li Hao dengan golok meloncat ke arahnya. Dia kaget, dengan cepat dia menundukkan badan. Dengan jurus Singa Tidur Menggigit Pedang, tapi bersamaan dengan itu, perutnya terasa sakit dan gerakannya pun menjadi agak lamban. Rambutnya sudah dijambak oleh Li Hao, dan pinggangnya....

Ilmu silat Li Hao jauh di bawah Lu Yue-juan, tapi karena Lu Yue-juan sedang hamil, badannya terasa berat dan gerakannya tidak lincah, apalagi semua terjadi begitu tiba- tiba. Walaupun hanya satu jurus, Lu Yue-juan sudah tertangkap oleh Li Hao.

Li Hao tertawa dengan aneh dan berkata, “Heh kumal, berani kau memerintah Tuan Li, kau benar-benar tidak tahu diri. Hari ini kau harus menyaksikan Tuan Li bermain cinta dengan Nona Chui Yun! Biar kau juga ikut menikmatinya.”

Dia melempar Lu Yue-juan seperti sampah ke bawah tempat tidur.

Chui Yun melihat Lu Yue-juan sudah tertangkap, dia sangat gembira. Sekarang dia sudah tidak takut lagi, dia melihat Lu Yue-juan tepat tersungkur di dekat kakinya. Segera dia mendekat, dia ingin menampar Lu Yue-juan....

Li Hao melihat gerakannya, dia merasa kaget dan berteriak, “Chui Yun, hati-hati. ”

Tapi semua sudah terlambat.

Walaupun Lu Yue-juan terlempar hingga membuat badannya terasa sakit, tapi juga membuatnya marah.

Dia melihat Chui Yun datang menghampirinya untuk menyerang, dia menahan tubuhnya yang sakit dan dia sudah mengeluarkan serangan.

Tangan Lu Yue-juan sudah dikeluarkan. Chui Yun merasa tenggorokan manis, darah sudah menyembur keluar dari mulutnya. Tubuhnya melayang dan jatuh dengan menabrak tiang tempat tidur.

Tempat tidur bergoyang kencang. Pedang Li Hao yang tergantung di dinding terjatuh disisi Lu Yue-juan.

Lu Yue-juan yang sedang hamil tua terjatuh hingga tidak bisa bangun, tapi Lu Yue-juan tidak melihat. Dia hanya memihat Nona Chui Yun muntah darah.

Li Hao mengkhawatirkan keadaannya dan juga sangat marah kepada Lu Yue-juan. Dia berteriak, “Kau  ”

Segera Li Hao menyerang Lu Yue-juan dengan golok. Lu Yue-juan melihat wajah Li Hao. Lu Yue-juan tahu bahwa Li Hao sekarang ingin membunuh dirinya. Dia mengambil pedang dengan jurus Naga Malas Memuntahkan Air, pedang sudah ditusukkan ke dada Li Hao.

Li Hao melihat ada kilauan benda yang datang, dia ingin menghentikan gerakan tubuhnya, tapi sudah tidak ada waktu lagi, pedang sudah masuk ke dalam dadanya dan darah pun bermuncratan.

Mata Li Hao membelalak seperti mata ikan yang sudah mati. Sampai mati pun dia tidak menyangka bahwa Lu Yue-juan yang selalu lembut, penurut dan menerima semuanya dengan pasrah bisa membunuhnya....

Lu Yue-juan sudah berada di luar kota. Dia membalikkan tubuh untuk melihat sekali lagi, rumah sudah terbakar, hanya dalam waktu sekejap api sudah membesar.

Dia tertawa kecut juga menghela nafas, tapi dia tetap berjalan terus. Dia merasa sangat lelah, tubuh yang tadi terlempar masih terasa sakit.

Apalagi perutnya, nyawa yang berada di dalam perut sepertinya sedang marah. Dengan sekuat tenaga bayinya memberontak.

Hatinya terasa sakit, setelah dia diperkosa karena terpaksa, dia menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Dia berpikir hanya ingin meneruskan sisa hidup ini. Tapi akhirnya Lu Yue-juan malah tetap membunuhnya.

Kelak bagaimana dengan hidupnya? Di depannya semua begitu menakutkan, entah apa yang akan terjadi nanti.

Ada suara kentongan yang berbunyi, tanda bahwa penduduk disana sudah mengetahui ada kebakaran dan mengumpulkan orang untuk membantu....

Lu Yue-juan tidak membalikkan kepalanya lagi, dia hanya tahu sepasang manusia seperti anjing itu sudah terbakar hangus, tidak ada orang yang bisa mengenali wajah mereka lagi.

Dia tertawa kecut. Tertawa sedihnya hanya terlihat sebentar, sisanya hanya ada kepahitan. Dia tahu dia tidak akan bisa pulang dengan berjalan kaki.

Di sisi jalan itu ada sebuah hutan yang kecil. Dengan terhuyung-huyung dia masuk ke dalam hutan. Dia ingin beristirahat sebentar. Hanya dalam waktu singkat awan hitam sudah menelan bulan yang bersinar. Bumi dan langit menjadi gelap. Angin dingin mulai berhembus, bintang yang tersisa dilangit sepertinya tahu akan ada bencana yang datang. Bintang-bintang itu mengedip- ngedipkan sinarnya, angin berhembus lagi.

Bintang-bintang tertelan oleh kegelapan malam, mereka seperti ingin menghindar dari bencana ini, tiba-tiba mereka menghilang.

Angin berhembus lebih kencang lagi. Di dalam tiupan angin mulai disertai titik air berarti sudah turun hujan.

Hujan seperti dikejutkan oleh angin. Mereka mengeluarkan suara, suara ini seperti tangisan setan.

Tiba-tiba di tempat jauh terlihat ada cahaya, seperti ingin menyobek awan hitam ini. Dia datang dari jauh lewat di atas kepalanya. Seperti seekor ular putih yang turun dari langit kemudian mengeluarkan suara yang sangat keras.

Di tempat jauh sebuah pohon cemara yang sudah tua terbakar. Tapi semua ini hanya terjadi sebentar, air hujan segera memadamkan api.

Lu Yue-juan hanya terkena sedikit hujan, dia sudah masuk ke dalam hutan itu. Petir dan hujan membuat badannya gemetar. Angin semakin kencang, pohon-pohon pun bergoyang, hujan terus turun dengan deras.

Suara angin, tanah, hujan bercampur baur membuat Lu Yue-juan tidak bisa melihat sekelilingnya dengan jelas. Di dalam hutan seperti banyak setan sedang menjerit dan menangis.

Lu Yue-juan baru pertama kali mengalami perasaan seperti ini. Dia takut dan tubuhnya gemetar tapi dia tidak bisa menghindari semua ini, tidak ada cara lain, terpaksa dia memenjamkan mata menerima apa semuanya dengan pasrah.

Hujan lebat biasa datang dengan cepat, pergi pun cepat, hanya dalam waktu singkat, hujan mulai reda.

Tidak ada setengah jam, awan sudah terusir ke pojok langit. Di langit sudah muncul bulan sabit, bintang bintang seperti anak-anak dengan nakal mengedipkan matanya. Malam yang dingin dan basah, tapi udara terasa lebih bersih dan segar.

Tapi Lu Yue-juan yang duduk di bawah pohon tidak bisa berdiri lagi, belum pernah rasa sakit begitu menyiksanya. Keringat sebesar biji kacang keluar dari dahinya. Walaupun dia tahu tidak akan ada orang yang menolongnya, tapi dia tetap berteriak karena sakit.

Suaranya sedih dan sangat dikasihani dan teriakannya semakin kencang, seperti teriakan Akhirnya suaranya berhenti, digantikan dengan suara tangisan bayi.

Bayi itu seperti tidak suka dengan keadaan disana. Tangisannya semakin kencang seperti sedang memprotes.

Lu Yue-juan dengan pedang yang baru membunuh ayahnya memotong ari-ari bayi dan membuka selembar bajunya untuk membungkus si bayi. Kemudian dengan lembut Lu Yue-juan menggendongnya ke dalam pelukannya yang hangat.

Dalam pelukannya ada nyawa kecil yang ditunggu-tunggu kelahirannya tapi wajah Lu Yue-juan sama sekali tidak terlihat senang atau tersenyum.

Kedua mata Lu Yue-juan memandang ke tempat yang jauh. Dia seperti tidak melihat apa pun suka, sakit, sedih, senang, semua tidak terlihat olehnya.

Pagi hari Mama Wang masuk ke dalam rumah. Seorang bayi mungil sudah tertidur di sisi Lu Yue-juan.

Mama Wang kaget dan berkata, “Nyonya, kapan kau melahirkan?”

Lu Yue-juan terbangun oleh suara pintu yang terbuka, dengan lemah dia berkata, “Kemarin malam.”

"Apakah Tuan tidak berada di rumah?”

Lu Yue-juan menghela nafas dan berkata, “Semalam dia tidak pulang.”

Mama Wang tidak bertanya lagi, dia hanya merasa terkejut dan berkata, “Nyonya melahirkan di rumah sedangkan dia bersenang-senang di luar. Ada keperluan apapun harus bisa ditunda dulu.”

Tapi melahirkan pada kandungan tujuh bulan bukan hal yang mengejutkan juga tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa, tapi kenapa bayi ini lahir lebih awal. ?

Walaupun kaget, Mama Wang tetap dengan tekun mengurus Lu Yue-juan. Melihat Li Hao tidak pulang lagi, Mama Wang datang pagi dan pulang malam, mengurus Lu Yue-juan degan telaten. Walaupun perkataan terima kasih tidak pernah terucap dari mulut Lu Yue-juan, tapi dia tetap datang mungkin semua ini karena uang.

Hari ke-empat, Mama Wang tidak datang, Lu Yue-juan terpaksa harus mengurus dirinya sendiri.

Yang menguntungkan baginya adalah meskipun dia melahirkan di bawah hujan deras dan pada malam hari, tapi ibu dan anak ini tidak sakit.

Selama tiga hari berturut-turut, Mama Wang tidak datang. Hari ke-empat malam, Mama Wang seperti seorang pencuri masuk ke dalam kamar kemudian menutup pintu kamar dan mendekati Lu Yue-juan, dia bertanya, “Apakah selama dua hari ini keadaan Nyonya baik-baik saja?”

“Untung ada Mama Wang, aku masih bisa melewati dengan baik.” "Dua hari ini aku tidak datang, mungkin. ”

Lu Yue-juan tersenyum dan berkata, “Semua orang kadang-kadang pasti ada perlu, Mama Wang tidak perlu merasa sungkan.”

"Tidak,” kata Mama Wang, “Karena Nyonya, aku tidak. ”

Tanya Lu Yue-juan, “Ada apa denganku, sampai membuat Mama Wang tidak bisa datang kesini?”

Mama Wang ragu kemudian menjawab, “Selama dua hari ini, apakah Tuan pulang?” Hati Lu Yue-juan bergetar, tapi dia tidak bicara, hanya mengangguk.

Tiba-tiba Mama Wang menghela nafas dan berkata, “Benar-benar tidak disangka, aku tidak akan membohongi Nyonya lagi. Aku mengira Tuan sangat baik, ternyata dia melakukan hal seperti ini.  ”

Lu Yue-juan sudah tahu Mama Wang akan mengatakan apa, tapi Lu Yue-juan berpura- pura terkejut dan bertanya, “Mama Wang, memangnya ada apa dengan Tuan?”

Mama Wang menceritakan tentang peristiwa kebakaran, kemudian berkata, “Di kantor polisi, para polisi dengan teliti memeriksa. Meskipun laki-laki dan perempuan itu terbakar hingga hangus tapi menurut pemeriksaan, laki-laki itu sebelum terbakar sudah tertusuk di dadanya. Tusukan itu sangat sadis, dada dan punggung, kedua tulangnya sudah putus. Sedangkan perempuan itu, tulang dada masuk kedalam paru-paru. Mungkin dia ditendang oleh kaki. Begitu diselidiki ternyata perempuan itu adalah istri muda yang dibeli oleh Tuan Wang. Dan yang laki-laki itu adalah Tuan Li.”

Lu Yue-juan lebih tahu dari siapa pun apa yang sudah terjadi disana, tapi dia pura-pura terkejut dan bertanya, “Mengapa bisa dia?”

Mama Wang takut karena dia baru melahirkan dan akan merasa kaget. Segera dia menasihati Lu Yue-juan, “Nyonya, jangan terlalu bersedih. Orang yang menyeleweng harus mati, mempunyai istri secantik ini di luar masih berani mencari perempuan. Katanya sebelumnya ini dia sudah membeli rumah, kemudian mencari istri muda Tuan Wang. Apa yang sudah dilakukan oleh Tuan Li?”

Lu Yue-juan sama sekali tidak merasa sedih, dia hanya pura-pura menggosokkan mata kemudian menarik nafas. Dia berharap Mama Wang bisa menceritakan lebih banyak lagi, tapi dia juga khawatir Mama Wang adalah suruhan polisi untuk mencari tahu, karena itu Lu Yue-juan hanya diam, menunggu Mama Wang menceritakan kisah selanjutnyanya.

Mama Wang menarik nafas lalu dia berkata, “Kemudian semua ini diselidiki oleh polisi, akhirnya kecurigaan mereka jatuh di Tuan Wang dan Nyonya, polisi memanggilku kemudian menanyaiku. Mereka seperti harimau dan serigala begitu mengagetkanku....

aku tidak takut kepada mereka karena sudah terbukti bahwa Nyonya saat itu sedang melahirkan di rumah, apakah bisa berjalan sejauh puluhan kilometer hanya untuk membunuh orang? Apalagi aku bisa membuktikan selama beberapa hari ini Nyonya selalu berada di rumah, tidak ada orang yang datang, mana bisa tahu sepasang anjing laki-laki dan perempuan itu berada dimana?”

Lu Yue-juan menghela nafas panjang lalu dia berkata, “Terima kasih Mama Wang sudah membelaku.”

Kata Mama Wang lagi, “Semua sudah lewat, sekarang semua kecurigaan jatuh pada Tuan Wang. Kecuali orang rumah, tidak ada orang luar yang bisa membuktikan bahwa dia tidak pernah datang kesana? Malah ada dua orang yang bisa membuktikan bahwa pengurusnya yang bermarga Jin sebelum terjadi pembunuhan pernah datang kesana untuk mencari tahu. Sekarang kepolisian sudah membawanya kekantor polisi. Kali ini Kepala Polisi Lu sendiri yang datang. Kelihatannya Tuan Wang harus dipenjara, kalau tidak dia harus menghabiskan banyak uang agar dirinya bisa bebas.”

Tiba-tiba Lu Yue-juan berkata kepada Mama Wang, “Mama Wang, tolong kau suruh seseorang untuk menuliskan surat dan mengantarkannya ke kantor polisi. Walaupun suamiku mati dengan cara begitu memalukan tapi dia telah dibunuh oleh Bos Wang, dia harus mengganti uang kepadaku.”

“Apa yang Nyonya katakan itu benar, aku akan pergi kesana,” kata Mama Wang.

Kantor polisi Wu Shan membereskan semua masalah dengan sangat teliti dan Bos Wang terpaksa menyumbangkan banyak uang kepada kantor polisi. Sampai keadaan menjadi berobah.

Sore hari, diam-diam Mama Wang masuk ke kamar Lu Yue-juan dan berteriak, “Nyonya, hal yang buruk telah terjadi.”

Lu Yue-juan terpaku dan bertanya, “Apa yang terjadi?”

Mama Wang bertampang sedih dan menjawab, “Tidak tahu apa sebabnya, Bos Wang dilepaskan dari kantor polisi dan empat orang polisi mengikutinya pulang ”

Lu Yue-juan tertawa dan berkata, “Apa anehnya, dengan uang dia bisa membeli polisi, apa hubungan semua ini dengan kita?”

“Tidak!” kata Mama Wang, “Tidak semudah itu. Tadi kantor polisi memanggilku lagi. Polisi bertanya kepada keluarganya, pengurus Jin mengatakan bahwa sebelum terjadi pembunuhan itu ada seorang perempuan yang menanyakan tampat tinggal laki-laki dan perempuan itu. Wajah dan perawakan perempuan itu seperti Nyonya, tapi aku tetap mengatakan bahwa pada malam itu Nyonya melahirkan di rumah. Polisi tidak mendapatkan bukti, maka itu aku dilepaskan.”

Dengan hati-hati Mama Wang bertanya, “Nyonya, jujurlah bicara, apakah malam itu Nyonya pernah kesana?”

Lu Yue-juan menggelengkan kepala dan tertawa, “Mengapa Mama Wang harus bertanya seperti itu, menurutmu apakah aku bisa pergi kesana?”

Mama Wang mengangguk dan berkata, “Aku juga berkata seperti itu, tapi pada saat aku keluar dari kantor polisi, ada beberapa polisi yang mengatakan bahwa mereka harus segera membawa Nyonya kekantor. Tapi Tuan Wang takut karena kalian adalah janda dan anak yatim, tidak baik bila datang kerumahnya, karena itu akan merusak Hong Shui-nya. Dia melarang polisi-polisi itu membawa Nyonya kerumahnya, tapi. ”

Lu Yue-juan terkejut kemudian terpaku, Mama Wang terus mengatakan semua yang sudah tidak ingin didengar lagi. Mama Wang melihatnya begitu terkejut dan bertanya, “Nyonya, ada apa denganmu?”

Lu Yue-juan menenangkan diri dan menjawab, “Ada pepatah yang mengatakan: emas asli tidak perlu takut dengan api. Aku tidak takut kepada mereka tapi tanpa alasana kita pergi ke kantor polisi, itu juga tidak pantas.”

Kata Mama Wang, “Apa boleh buat, kalau kita memang harus pergi ke pengadilan.” Dia berkata lagi, “Aku tidak mau berlama-lama disini nanti orang-orang akan mengatakan bahwa kita bersekongkol menyusun rencana terlebih dulu.”

Mama Wang dengan cepat meninggalkan Lu Yue-juan. Lu Yue-juan hanya bisa tertawa dengan kecut.

Hari kedua, polisi datang ke rumah Lu Yue-juan untuk menangkapnya. Ternyata dia sudah pergi meninggalkan rumah itu.

Lu Yue-juan menggendong bayinya berjalan di jalan besar. Dia tidak berniat untuk meninggalkan bayinya, walaupun bayi ini mengalir darah Li Hao, dia tidak akan meninggalkannya. Tapi itu tidak mengganggu perasaan Lu Yue-juan terhadap bayi itu, dia adalah darah daging Lu Yue-juan juga.

Tapi dia mempunyai rencana untuk membuang bayinya, membuangnya kesisi jalan, tapi dia tidak tega melakukannya. Dia tidak mempunyai rumah dan hidup sendiri, bagaimana dia bisa membawa bayi yang baru lahir ini?

Sekarang dia merasa serba salah. Kantor polisi sudah mengeluarkan selebaran untuk menangkapnya.

Seorang perempuan membawa seorang bayi yang baru berumur satu bulan, bagaimanapun juga akan sangat menarik perhatian orang. Apalagi bayi itu menyusu kepada ibunya, bila tidak anak ini pasti akan mati. Bila meminta bantuan kepada orang, otomatis mengantarkan dirinya ke penjara.

Dia pernah berpikir untuk pergi ke Lu Quan Guan mencari Biksu Yuan Chen, tapi bila paman gurunya bertanya dari mana datangnya bayi ini, bagaimana dia harus menjawabnya?

Satu-satunya cara adalah mencari orang agar mau mengadopsi bayi ini, siapakah yang bisa dia percayai? Sekarang dia sudah merasa lapar, bayi yang sedang tidur ini sepertinya mulai terbangun. Akhirnya dia memutuskan mencari tempat untuk beristirahat.

Waktu itu ada seorang biksu datang dari kejauhan, dia berpakaian berwarna abu. Pikir Lu Yue-juan, “Aku bisa menitipkan bayi ini kepada biksu itu supaya menjadikan anak ini sebagai murid Budha. Bila dia sudah besar, dia tidak akan seperti ayahnya ”

Dia menatap bayi itu dengan lama, tidak lupa melihat tanda dibelakang lehernya, kemudian dia meletakkan bayi itu di pinggir jalan dan dia pun segera berlari masuk ke dalam hutan.

Yang datang adalah seorang biksu muda, usianya belum mencapai 30 tahun, dia sangat tampan, badannya pun tegap. Waktu itu dia sedang berjalan dengan tergesa- gesa, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi.

Ada bayi yang sedang menangis di dalam sebuah keranjang, bayi itu menangis dengan sekuat tenaga. Biksu itu tampak ragu tapi dia tetap mendekat dan menggendong bayi itu. Dia berteriak, “Anak siapa yang tertinggal disini?”

Tapi dia tertawa sendiri karena bayi ini bukan barang mana bisa tertinggal begitu saja disana, pastilah bayi ini dibuang oleh seseorang.

Bila sudah dibuang walaupun bayi itu berteriak-teriak, tidak akan ada yang mau mengakuinya.

Ini benar-benar dosa. Bayi yang berada dipelukannya semakin keras tangisannya, suaranya semakin keras, seperti dia....

Biksu itu tampak ragu tapi kemudian dengan cepat dia berlari, langkah kakinya cepat, dia berlari seperti angin, hanya dalam waktu singkat sudah tidak terlihat bayangannya lagi.

Lu Yue-juan merasa hatinya sangat kacau, dia seperti terbebas dari segalanya, tapi juga merasa bebannya seperti bertambah....

Hatinya bergetar. Biksu ini adalah orang dunia persilatan, bila bayi itu sudah besar pasti akan belajar ilmu silat, dia berharap bayi tidak akan seperti....

Sekarang dia mulai merasa menyesal, dia berlari kejalan tadi untuk mencari bayi yang tadi ditinggalkan, tapi bayangan biksu itu tidak terlihat lagi. Lu Yue-juan seperti sakit berat, dia berjalan dengan tidak bersemangat, dia selalu dihantui dengan rasa bersalah.

“Ma Zao-ling adalah murid Biksu Yuan Chen yang paling hebat, dia tidak memiliki rumah juga tidak mempunyai pekerjaan. Hanya dia sendiri yang pergi ke Wisma Bai- ma, maka dia meninggalkan Yu-quan-guan. Sekarang semua masalah sudah selesai, dia pasti sudah kembali ke Yu-quan Guan. Hanya dalam waktu beberapa bulan ini, aku berturut-turut mengalami musibah. Sekarang bentukku adalah manusia tapi tidak seperti manusia, setan pun tidak seperti setan, bagaimana aku bisa bertemu dengannya? Aku tidak bisa pergi ke Yu-quan-guan. Tapi bila tidak ke Yu-quan-guan mengapa aku harus meninggalkan anakku? Ma Zao-ling dan gadis desa itu tampak begitu akrab, mungkin sekarang sudah ”

Karena Lu Yue-juan terus berpikir sambil berjalan, pikirannya sangat kacau. Dia hanya berjalan dan berjalan, apa yang ada di sekelilingnya, dia tidak melihat juga tidak mendengar.

Di depan, datang dua orang laki-laki yang menunggang kuda, mereka melewati Lu Yue- juan.

Tidak jauh dari sana, salah seorang dari mereka berkata, “Perempuan tadi pasti dia.” Laki-laki yang satu lagi pun segera berhenti dan berkata, “Siapa?”

“Nona Besar Lu.” Yang berkata adalah Yu Wen-bing.

Yang satu lagi adalah si Enam Jari, Guo Shi Luo. “Apakah kau tidak salah melihat?” “Tidak!” jawab Yu Wen-bing, “Kita kembali lagi untuk membalaskan dendam adikku.”

Kata Guo Shi Luo, “Tidak, itu tidak baik. Hari itu kita sudah meminta Ma Zao-ling agar melepaskan kita, masa sekarang kita malah menangkap Lu Yue-juan?”

Kata Yu Wen-bing, “Sekarang dia sedang menjadi buronan polisi, kita ”

Kata Guo Shi Luo, “Itu urusan polisi, kita jangan ikut campur.”

“Tidak!” kata Yu Wen-bing, “Aku bukan ingin ikut campur. Kita hanya melapor kepada polisi, supaya yang menangkapnya tentu adalah polisi. Dengan begitu aku bisa membalaskan dendam adikku, bukan kita yang menangkapnya. Kalau ada apa-apa, kita tidak akan disalahkan.” Kata Guo Shi Luo, “Kalau kau ingin melakukan itu, semua terserah padamu ”

Sepoci teh dan tiga cangkir arak sudah masuk ke perut Lu Yue-juan. Sekarang dia merasa lebih baik.

Dalam hati dia berpikir, “Sudahlah, kelak bayi itu akan menjadi orang apa, semua akan ditentukan oleh Tuhan. Apalagi itu masih harus terjadi puluhan tahun lagi. Tapi sekarang aku ” dia tertawa kecut.

Waktu itu di kejauhan datang beberapa ekor kuda. Mereka mengikat kuda-kuda itu di luar pintu dan masuk ke dalam.

Mereka berempat adalah polisi, begitu melihat keadaa disana, sorot mata sudah tertumbuk

pada Lu Yue-juan.

Ada yang berkata, “Dia ada disini!”

Di dalam keadaan ribut itu, mereka berempat mulai mengelilingi Lu Yue-juan. Salah satu dari polisi itu mengeluarkan sehelai kertas dan berkata, “Nyonya, kau sudah membunuh orang di sebuah toko emas. Hayo ikut kami ke kantor polisi sekarang!”

Yang satu lagi membawa rantai ingin mengikat Lu Yue-juan.

Waktu mereka masuk, Lu Yue-juan sudah tahu bahwa orang-orang itu datang untuk menangkap dia. Sekarang dia sedang berpikir dengan cara apa dia akan mencegah mereka membawanya ke kantor polisi.

Dia berdiri dengan perlahan dan berkata, “Kelihatannya kalian adalah polisi, mengapa kalian menuduh aku sebagai pembunuh?”

Orang yang memegang gambar itu berkata, “Karena wajahmu sama dengan gambar ini, apakah kau masih akan membantahnya?”

Lu Yue-juan tertawa dan menjawab, “Di dunia ini banyak orang yang wajahnya mirip, mungkin kalian salah melihat karena aku belum pernah pergi ke toko yang kalian sebut dengan toko emas itu.”

Polisi itu mulai ragu dan berkata, “Apakah kau bukan bermarga Lu yang tinggal di kota Shuo Long?”

“Lebih-lebih aku tidak tahu kota Shuo Long itu berada dimana?” Orang itu tampak ragu, tapi yang satu lagi berkata, “Benar atau salah, lebih baik dibawa ke kantor polisi dulu!”

Lu Yue-juan terpaku kemudian dia tertawa, “Masuk akal juga, tapi kalian harus tahu aku bukan pembunuh, mana boleh mengikatku dengan rantai.”

Sambil berkata tangannya terbuka, ternyata di dalam genggaman tangannya sudah tersimpan uang.

Begitu melihat uang itu, ekspresi wajah polisi-polisi itu berubah dengan wajah tertawa mereka berkata, “Baiklah, tapi Nyonya tidak boleh melarikan diri.”

Kata Lu Yue-juan, “Aku tidak akan lari, bila aku ingin lari, apakah aku bisa melakukannya?”

Mereka menerima uang itu dan membawa Lu Yue-juan berjalan menuju kantor polisi.

Lu Yue-juan berjalan semakin lambat, hatinya sedang memikirkan bagaimana caranya dia bisa melarikan diri dari polisi-polisi itu, membunuh empat orang polisi ini sangat mudah diatasi, tapi hal ini malah membesarkan masalah yang sudah ada, dia akan sulit berkelana di dunia persilatan.

Salah satu dari polisi itu berkata, “Nyonya, berjalanlah lebih cepat! Bila Nyonya berjalan seperti ini, kapan kita bisa sampai ke kantor polisi?”

Lu Yue-juan tertawa dan berkata, “Benar juga, kalian adalah laki-laki dan kalian menunggang kuda. Aku hanya seorang perempuan, mana bisa ikut larinya kuda kalian. Jujur bicara, aku sudah merasa lelah!”

Seorang polisi yang kurus berkata, “Nyonya, menurutku lebih baik kau dan kakak kedua menunggang pada kuda yang sama. Dia mahir menunggang. Dia bisa memelukmu dengan erat, pasti kau tidak akan terjatuh.” Kemudian dia tertawa genit.

Salah seorang polisi yang benama Qing Er berkata, “Adik, bila kau ingin dia naik ke atas kudamu, terus terang saja, jangan mendorong semuanya kepadaku.”

Kata Xiao San, “Bagaimana Nyonya, naiklah ke atas kudaku, kita bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan.”

Lu Yue-juan berpikir dalam hati dia sangat marah, “Anjing buta, ingin mencari kesempatan. Bila terjadi apa-apa pada kalian, jangan salahkan aku, karena kalian yang mencarinya sendiri.” Lu Yue-juan tertawa dan menjawab, “Bila naik kuda kalian kelihatannya lumayan juga tapi bila aku duduk di depan tidak akan enak dilihat orang. Bagaimana kalau aku duduk dibelakang saja?”

Xiao San sudah gelisah dan tidak sabar lagi. Dalam hati dia berpikir, “Suruh dia naik dulu, bila kudanya sudah berlari dan dia tidak bisa mengimbanginya, waktu itu tetap bisa....” segera dia berkata, “Sama saja, asalkan kau merasa bisa, tidak masalah bagiku.”

Awalnya jalan itu datar, kemudian jalanan semakin menanjak, kedua sisi jalan hanya pegunungan.

Xiao San ingin mengambil kesempatan ini, dia sengaja tertinggal paling belakang. Hanya sebentar, tangannya sudah kembali kebelakang.

Lu Yue-juan merasa marah juga kesal. Melihat dijalanan itu tidak ada orang dan saat itu Xiao San sedang membalikkan badan, Lu Yue-juan segera mendorong pundak Xiao San dan Xiao San pun terjatuh dari kudanya.

Lu Yue-juan segera mengambil kekang kuda dan berlari sekencang-kencangnya. Tiga orang polisi itu merasa kaget melihat keadaan itu, mereka segera mengejarnya.

Sejak kecil Lu Yue-juan sudah belajar ilmu silat, boleh dikatakan dia tumbuh besar di atas kuda. Sekarang dia menunggang kuda dan berlari dengan cepat, apakah ketiga orang itu bisa mengejarnya?

Jarak dengan mereka semakin jauh.

Waktu Lu Yue-juan sangat senang, tiba-tiba tiga buah pisau terbang meluncur kepadanya, dengan cepat dia menghentikan kudanya.

Kudanya berdiri dengan kedua kaki di atas, dua buah pisau sudah melewati perut kuda itu, tapi pisau yang lainnya sudah menancap di leher kuda, darah pun mengalir.

Hanya berlari beberapa meter saja kuda itu langsung roboh. Hampir Lu Yue-juan terguling, dia segera meloncat dan berdiri. Kemudian berlari ke atas gunung.

Jalan satu-satunya hanya melarikan diri tidak ada pilihan lagi, bukan dia takut kepada tiga polisi itu, tapi dia harus berhati-hati.

Tapi mereka bertiga terus mengejarnya. Walaupun kuda mereka bagus, tapi karena harus mendaki jalan gunung, terpaksa mereka turun dari kuda dan berjalan kaki. Lu Yue-juan sudah sampai di puncak, dia berhenti dan merasa kaget karena di depannya terbentang jurang.

Begitu melihat jurang itu, tidak terlihat ujung jurang, ketiga polisi itu sudah tiba disana. Karena tidak ada orang lain, maka Lu Yue-juan merasa agak tenang.

Yang bernama Qing Er berteriak, “Ternyata kau adalah si pembunuh itu, kau mau lari kemana sekarang?”

Lu Yue-juan tertawa dingin dan berkata, “Kalian dengar, akulah yang membunuh mereka berdua, mereka pantas mati. Sekarang aku sudah berada disini, jujur aku katakan kepada kalian. Bila kalian bertiga ingin menangkapku, kalian hanya mencari mati!”

Tangan kanannya digetarkan, tiga buah panah seperti kilat keluar dan semua ditujukan ke pohon pinus itu.

Mereka bertiga sangat kaget, tapi mereka tetap memegang senjata masing-masing dan menyerang. Lu Yue-juan tidak ingin melukai mereka tapi dia juga tidak bisa melayani mereka dengan tangan kosong. Terpaksa dia melepaskan lagi senjata panahnya.

Mereka bertiga begitu tahu akan ada senjara rahasia yang menyerang, maka mereka berlaku sangat hati-hati untuk menghindari senjata itu.

Dua buah panah bisa ditepis, tapi salah satu panah mengenai tangan salah satu dari mereka bertiga.

Walaupun' hanya satu orang yang terluka, tapi kedua temannya tidak berani mendekat. Mereka hanya dari jauh melihat, tapi tidak berani beranjak dari sana.

Waktu ini, datang seseorang, walaupun dia mengenakan baju polisi tapi dia berjalan sangat cepat, dapat dilihat bahwa ilmu silatnya pasti sangat tinggi.

Lu Yue-juan melihat dari jauh, hatinya bergetar. Dia tahu sekarang mereka berempat, Xiao San terjatuh tidak mungkin dia bisa mengejar dengan cepat.

Dia ingat pada tiga buah pisau terbang yang menyerangnya, dia tahu hari ini dia tidak akan dengan mudah melarikan diri lari lagi. Dengan cepat dia mengambil golok yang terjatuh.

Walaupun dia tidak begitu mahir menggunakan golok tapi daripada tangannya tidak memegang senjata apa pun lebih baik memegang golok. Golok hampir berada di tangan tiba-tiba ada senjata rahasia yang datang menghampirinya. Lu Yue-juan merasa kaget, dia menghindar ke pinggir. Orang itu sudah berada di depannya, tangannya membawa sepasang kaitan.

Sepasang kait itu mulai dimainkan yang satu diarahkan ke tenggorokannya, yang satu lagi diarahkan ke perutnya, serangannya sangat lihai. Karena Lu Yue-juan tidak memegang senjata apa pun, terpaksa dia mundur beberapa langkah.

Ketiga orang polisi itu melihat orang yang datang itu bukan teman mereka, tapi mereka segera membantunya.

Dengan tergesa-gesa Lu Yue-juan melepaskan panah tangannya, tapi semua panah ini bisa ditangkis oleh orang yang membawa kait itu. Orang itu menyerang lagi, terpaksa Lu Yue-juan mundur.

Tidak disangka, kakinya sudah tiba di ujung jurang, tubuhnya seperti batu, dengan cepat dia jatuh ke jurang.

Lu Yue-juan hanya mendengar suara angin lewat didepan telinganya. Semua bergerak dengan cepat, membuat matanya merasa lelah.

Hatinya bergetar, dia berpikir, “Habislah nyawaku ”

Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu. Dia merasa tubuhnya sakit, sakit yang tidak tertahankan. Dia pun pingsan.

Setelah lama dia baru sadarkan diri. Walaupun tubuhnya terasa sakit tapi dia tahu dia tidak mati.

Begitu membuka mata, ternyata dia tersangkut disebuah pohon besar. Pohon cemara yang tumbuh dari celah jurang.

Hati Lu Yue-juan tertawa kecut, “Aku tersangkut pohon ini. Tapi memanjat ke atas pun tidak bisa, apalagi turun, aku akan mati kelaparan disini.”

Dia melihat ke bawah jurang, sangat terjal dan dasar jurang tidak terlihat, dari jauh pohon itu hanya seperti sebatang rumput.

Hatinya gelisah dan juga kecewa, tapi juga merasa sangat beruntung. “Aku tidak mati, malah tergantung di sini, ini adalah keberuntunganku. Kalau aku benar-benar terjatuh, aku akan menjadi daging cincang.” Hari semakin larut, tiba-tiba dia mendengar ada suara yang berbunyi SHA....SHA....

walaupun suara itu tidak besar tapi karena berada di tengah antara jurang dan lembah maka suara itu terdengar sangat jelas.

Dia merinding, “Apakah ini adalah suara kera nakal? Kalau kera itu datang untuk bermain, ini adalah hal buruk.”

Dia ingin melihat, tapi apa pun tidak bisa terlihat.

Tiba-tiba ada bunyi lain. Ada benda yang terjatuh kepohon ini. Karena itu pohon menjadi bergoyang.

Tiba-tiba ada suara orang berkata, “Hai. pegang tali ini, turunlah ke bawah!”

Lu Yue-juan merasa sangat kaget, tapi itu benar-benar suara orang, mengapa di dalam jurang ini ada orang? Mungkinkah itu setan? Setan dari orang yang pernah terjatuh disini. Tapi dia segera merobah pikirannya itu.

Dia melihat tidak jauh dari posisinya sekarang tampak sebuah pegangan. Di ujung pegangan itu terikat seutas tali. Dia sudah tahu yang berbicara tadi bukan setan melainkan orang. Orang dari dunia persilatan.

Keinginan untuk bertahan hidup membuatnya tidak banyak berpikir. Segera dia memegang tali itu. Dia pun mulai turun dari pohon cemara itu.

Dia merasa pusing, tubuhnya meluncur ke bawah sepanjang beberapa puluh meter. Dia kaget dan berteriak, dia marah kepada dirinya. Saat penentuan hidup atau mati, dia merasa akan pingsan.

Untung tangannya tidak melepaskan tali itu. Tapi dia juga sadar dia tidak bisa menyalahkan otaknya yang tidak mau bekerja sama, melainkan karena tubuhnya terlalu lemah. Badan lemas, terjatuh di atas pohon cemara membuat tulangnya terasa sakit.

Tiba-tiba dengan kaget dia melihat, ternyata yang dia pegang itu bukan tali melainkan rotan.

Rotan itu masih ada duri-duri kecil, rotan mengandalkan duri-duri kecil itu untuk merambat dan bertumbuh. Tapi orang tidak suka dengan duri kecil ini.

Tangan Lu Yue-juan berdarah karena tertusuk duri, tapi Lu Yue-juan tetap memegang dengan erat, kepalanya terasa berat, tubuhnya serasa melayang. Jarak tanah semakin dekat, tiba-tiba dia merasa tangannya kosong, dia kehilangan keseimbangan, dia seperti naik ke atas awan. Dia kaget dan berteriak, mata pun dipejamkan.

Waktu itu dia mendengar ada yang berteriak, tapi suaranya sangat jauh, tapi juga seperti ada disisi telinganya. Terdengar suara 'PAK', dia sudah berada di bawah, yang jelas dia tahu dia bukan jatuh ke atas tanah.

Tanah itu terasa lembek. Hanya bergerak sebentar, semua berhenti. Lu Yue-juan tidak sadarkan diri.

Tapi dia masih mendengar ada yang berkata, “Anak yang malang, mengapa kau bisa menjadi seperti ini. ”

= oo OO oo =

Hari berganti hari, Minggu dan Bulan terus berjalan, tahun demi tahun tidak terasa telah berlalu.

Tidak terasa Empat Puluh Tahun telah terlewat dengan begitu saja.

Ruangan pertama tampak terang dan tinggi, catnya sangat indah. Di ruangan itu berdiri empat orang laki-laki, semuanya berbadan tegap dan sehat.

Di tengah ruangan itu terdapat sebuah huruf Wu (silat) yang ditulis dengan ukuran besar dan tergantung disana.

Huruf itu ditulis dengan sangat indah dan bertenaga, dapat dikenali bahwa kaligrafi ini dibuat oleh seorang yang terkenal.

Dari ruangan itu tercium harumnya teh, ternyata mereka sedang menjamu seseorang dengan hormat tapi juga meriah.

Yang menjadi tuan rumah adalah seorang laki-laki yang berumur sekitar empat puluh tahunan, berbadan tegap dan gagah, wajahnya kelihatan segar, mempunyai alis tebal, jenggotnya terurai sampai di dadanya.

Dia adalah ketua kantor Biao Zhen Yuan Lan Zhou, bernama Meng Ju-zhong.

Sedang yang sekarang berbicara adalah seorang laki-laki yang berumur 50 tahun, dia tampan, berbadan sehat dan mempunyai cambang. Dia adalah ketua Kantor Biao Lan Zhou Wei Yuan, bernama Qing Yong-lu, di dunia persilatan dia dijuluki si Kait Perak Tidak Terkalahkan.

Dia berkata, “Adik, bisnis kantor Biao ku sudah lama sepi, aku bermaksud untuk menutup kantor ini, tapi banyak orang yang berasal dari kantor Biao sudah lama ikut denganku, mereka sulit dibubarkan, hal ini membuatku menjadi serba salah.”

Meng Ju-zhong tertawa dan berkata, “Ini ada salahku juga, kantor Biao Zhen Yuan ku semakin sukses, secara otomatis aku sudah merebut pelanggan Kakak.”

“Bukan begitu, Adik adalah seorang yang bisa mengurus kantor Biao sehingga pelanggan pun puas dengan pelayanan yang diberikan olehmu, jadi mereka pasti akan kembali lagi mencari kantor Biao mu. Ini bukan salah Adik.”

“Walaupun begitu, tapi karena kita berada di dalam profesi yang sama, jadi benar-benar menyulitkan ”

Kata Meng Ju-zhong, “Dulu aku hidup dengan susah, Kakaklah yang membantuku, sekarang aku sudah sukses, aku ingat dengan kebaikan yang dulu diberikan oleh Kakak, ada pepatah yang mengatakan: 'minum air jangan lupakan sumber mata airnya' Kakak sekarang sedang berusaha membangun usaha lagi, jangan menutup kantor Biao mu, karena dengan begitu berarti kau akan mengundurkan diri dari dunia persilatan, apakah Kakak akan menyukai kehidupan seperti itu?”

Qing Yong-lu menghela nafas dan berkata, “Aku melakukan ini karena terpaksa, maka aku baru mempunyai pikiran seperti itu.”

“Kalau begitu bila Kakak ingin menutup kantor Biao Zhen Yuan, aku akan mengeluarkan uang sebanyak 10,000 tail perak untuk membantu Kakak membereskan masalah yang belum diselesaikan.”

Jawab Qing Yong-lu, “Adik, ini akan merepotkanmu. Kantor Biao Wei Yuan termasuk rumahnya pun hanya berharga beberapa ribu tail perak saja, aku tidak berani mengambil keuntungan darimu. Apalagi. ”

Kata Meng Ju-zhong, “Aku tidak mau orang lain mengira aku menelan kantor Biao Wei Yuan, lebih baik aku mengeluarkan uang agak banyak, lagi pula kita sudah lama berteman, hal apapun adalah urusan kita kedua.”

“Kebaikanmu aku terima, tapi menurutku lebih baik aku menutup kantor Biaoku, hal ini tidak sulit kulakukan, papan nama kantor ini akan dicopot dan orang-orang kantor Biao Wei Yuan akan kuserahkan kepadamu, maka persoalan ini pun selesai sudah. Hanya saja aku tidak tega melihat usaha ayahku begitu mudah hancur di tanganku, teman- teman dunia

persilatan pun akan menertawakanku, aku hanya berharap ”

Kata Meng Ju-zhong, “Aku mengerti maksud Kakak, apa yang bisa kubantu untuk Kakak?”

Wajah Qing Yong-lu memerah, dia berkata lagi, “Sebenarnya aku malu untuk mengatakannya, aku dengar ada seseorang yang bernama Xu Bai Wan, akan menyelesaikan perdagangannya disini, dia ingin kembali ke Yang Zhou bersama dengan keluarganya tak lupa membawa sejumlah uang, dia sudah menghubungi adiknya untuk mengantarkan mereka kembali kesana.”

“Benar, dia juga pernah menghubungiku.” “Kakakmu ini ingin. ”

Meng Ju-zhong berkata, “Ternyata Kakak menginginkan order ini.” dia diam sebentar kemudian melanjutkan lagi, “Memang Xu Bai Wan adalah orang yang sangat kaya, tapi dia juga sangat pelit, bukan karena aku menginginkan uangnya yang banyak, tapi dia mempunyai dua orang pesilat tangguh, senjata mereka adalah golok sakti dan sepasang tombak, dia memandang enteng kepada kita dari kalangan kantor Biao. Dia hanya ingin membayar 50% dari ongkos perjalanan.”

“Sepertinya itu sangat sedikit.”

Kata Meng Ju-zhong, “Walaupun ini adalah bisnis, tahun kemarin Tuan Xu meminta agar mengirimkan uang sebanyak 5,000 tail ke Luo Yang, sepeser pun Tuan Xu tidak membayar biaya perjalanan, benar-benar seperti kerja bakti.”

Qing Yong-lu mengangguk, “Uang adalah benda, tidak perlu terlalu serius menanggapi masalah ini, Adik adalah orang yang dikagumi oleh teman-teman yang lain.”

Meng Ju-zhong berkata lagi, “Kali ini perjalanan Tuan Xu ke Yang Zhou sangat jauh dan juga berbahaya, aku takut di tengah perjalanan nanti akan terjadi sesuatu.”

“Kalau begitu, lebih baik Adik tolak saja perjanjian ini.”

“Aku belum sempat melakukannya, aku hanya akan mengundurkan waktunya selama beberapa hari, supaya dia menaikkan harga. Apakah Kakak menginginkan bisnis ini?” “Adik, bila jujur bicara, sepertinya kantor Biao Wei Yuan belum sanggup menerima pekerjaan seperti ini, tapi beberapa tahun ini bisnis kantor Biao Wei Yuan pun sangat sepi, aku hanya ingin Adik membagikan sedikit pekerjaan untuk kami, hanya ”

Kata Meng Ju-zhong, “Kita adalah sahabat, bila ada masalah bisa kita rundingkan jalan keluarnya.”

“Menurutku, lebih baik Adik menerima tawaran dari Tuan Xu, aku akan mengumpulkan semua orang yang berada di kantor Biao Wei Yuan dan tolong pinjami aku satu atau dua orang pesilat tangguh, kami akan menggunakan bendera Biao Zhen Yuan dalam melakukan perjalanan ke Yang Zhou, masalah keuntungan kita akan bagi hasil 40% : 60%, dan Adik mengambil bagian yang paling besar.”

Meng Ju-zhong tampak berpikir, kemudian dia tertawa dan berkata, “Bila Kakak mempunyai pikiran seperti itu, aku akan ikut saja, hanya untuk masalah bagi hasil, aku tidak bisa menerimanya.”

“Apakah bagianmu terlalu kecil? Atau kau tidak setuju dengan usul ini?”

Jawab Meng Ju-zhong, “Bukan begitu, tapi maksudku bagian yang lebih besar lebih baik Kakak saja yang menerimanya.”

“Tidak, aku hanya akan menerima separuh.”

= oo OO oo =

Di sebuah kamar rahasia yang sangat sempit. Lampu bersinar dengan redup, wajah orang-orang disana tidak bisa dilihat dengan jelas, jendela pun tertutup oleh kain yang sangat tebal, sedikit cahaya tidak bisa keluar dari sana, atau melihat ke dalam kamar itu, kamar itu seperti sebuah gudang.

Di bawah cahaya lampu, ada suara dingin berkata, tapi suara ini terdengar mantap, “Ketua, aku sudah menyuruh seseorang menemui Wang Kuai, dia setuju untuk merampok, jadi order dari Tuan Xu kita terima saja.”

“Boleh diterima, tapi semua ini harus ada perencanaan.” “Kenapa? Apa yang sudah terjadi?”

“Tadi siang Qing Yong-lu datang kesini.” “Untuk apa dia datang ke sini?”

“Di kantor Wei Tian Yuan sedang tidak ada pekerjaan, istri dan anak dari anggota kantor Biao Wei Yuan akan mati kelaparan bila mereka tetap tidak ada kerjaan.”

“Sudah dua kali kita menolong mereka, nama kantor Biao Wei Yuan sudah terpuruk, mereka pantas mati kelaparan, apakah dia setuju bila kantor Biao-nya diambil oleh kita?”

“Tidak, dia masih mempertahankannya, dia malah ingin bergabung dengan kita dan berbisnis dengan Tuan Xu.”

“Bagaimana kau menjawabnya?” “Aku menyetujuinya?”

“Ini tidak boleh kau lakukan!” “Mengapa tidak boleh?”

“Dengan susah payah kita menunggu kambing gemuk ini masuk ke dalam perangkap, apakah kau akan melepaskannya? Kambing gemuk ini berharga 200,000 tail perak.”

“Tentu aku tidak akan melepaskannya, Tuhan telah memberi kesempatan, dengan mudah aku akan menelan kantor Biao Wei Yuan.”

“Apakah rencanamu dengan siasat sebuah batu mematikan dua ekor burung, akan berhasil?”

“Aku menginginkan golokku terkena darah, membunuh beberapa orang tidak menjadi masalah

bagiku.”

“Benar, suruh Qing Yong-lu yang menanggung semuanya, kita tidak memerlukan banyak orang.”

“Hanya ada tukang golok saja sudah cukup.”

“Kalau begitu kita harus menambah beberapa orang lagi untuk menyerang mereka.”

“Aku sudah memperhitungkannya, ilmu silat Qing Yong-lu lumayan tangguh, hanya beberapa orang saja tidak akan bisa melawannya.” “Ketua, menurutku, orang yang bermarga Liang itu kerjanya hanya makan tidak pernah bekerja, kali ini kita harus menyuruhnya bekerja.”

“Benar, Liang Zi-qi, ilmu silatnya lumayan bagus, dalam beberapa tahun ini aku melihat dia menjadi penakut, dia sudah tidak seperti dulu. Dia dulu sangat lincah, kali ini keuntungan kita sangat banyak, dia tidak boleh gagal melaksanakan misi ini.”

“Apakah dia mempunyai niat jahat?”

“Sulit untuk dikatakan, lebih baik bila kita berhati-hati!”

“Ketua, menurutku, kali ini biarkan dia yang pergi, ini adalah kesempatan untuk mengujinya, dia berteman dengan si marga Qing, kali ini kita perintahkan dia untuk merampok si marga Qing, kita lihat apakah dia mau melakukannya atau tidak, bila dia tidak mau, sekalian saja kita keluarkan dia supaya jangan terus menjadi penghalang di kantor Biao kita.”

“Rencanaku memang seperti itu, tapi bila sampai pada waktunya dia tidak mau melakukan, bukankah malah akan merepotkan kita?”

“Kalau begitu, kita siapkan dulu rencana yang matang, kita cari Han Wu-niang, bila ada dia dan muridnya, maka akan lebih mudah melakukan tugas ini.”

“Tapi aku tidak ingin terlalu merepotkannya.”

“Aku tahu diantara Ketua dan dia pernah terjalin cinta yang sulit dilupakan, ide ini berasal dari dia juga, bisnis ini begitu besar, apakah dia tega berpangku tangan?”

“Bila kau benar-benar tidak ingin merepotkannya, biar aku sendiri yang turun tangan, paling banter identitasku terungkap, tapi itu tidak apa-apa bagiku, toh pada akhirnya mereka akan mati semua, bila ada orang yang masih hidup pun tidak akan tahu apa- apa.”

“Tidak, lebih baik kita berhati-hati, jangan ceroboh dalam hal ini.” “Tapi kita harus mencari cara.”

“Baiklah, kau suruh Peng Zhi-xiao pergi ke kuil Bai Yun, tapi perintahkan dia agar hati- hati dalam berbicara, jangan sembarangan berkata, karena dia dan Chun Hong sedang berpacaran, jangan sampai terdengar oleh nyonya.”

= ooOOoo = Dengan suasana ramai kereta dan kuda meninggalkan kota Lan Zhou, 20 ekor kuda lebih membawa emas, perak, dan lainnya.

Di punggung keledai terpasang bendera kantor Biao Zhen Yuan, bendera itu bergambar seekor burung phoenix berwarna ungu yang sedang terbang.

Bendera ini sangat terkenal di dunia persilatan. Dengan adanya bendera ini, maka perjalanan mereka akan menjadi lancar. Tidak ada seorang pun yang berani menghalangi perjalanan mereka, orang-orang dari dunia hitam atau pun putih, tidak ada yang berani mengganggu.

Di belakang keledai masih ada tiga buah kereta kuda yang beratap. Kereta pertama dinaiki oleh Nyonya Xu, kereta kedua diisi oleh istri muda Tuan Xu, dan kereta ketiga diisi oleh putri Tuan Xu.

Tujuh orang kantor Biao menunggang kuda yang berperawakan tinggi dan gagah, Mereka terlihat sangat berwibawa.

Tiga puluh orang lebih menunggang kuda dibelakang mereka mereka tampak bersemangat.

Empat ekor kuda lagi ditunggangi oleh Tuan Xu dan dua pengawalnya, serta seorang pengurus yang bernama Xu Zhong. Semua pelayan dan pembantu sudah dibubarkan.

Begitu banyak orang dan membawa banyak barang, kantor Biao Zhen Yuan lah yang pertama kali menerima order ini. Sudah satu jam lebih mereka pergi dan sudah menempuh 30-40 kilo meter.

Qing Yong-lu mendekati Tuan Xu dan mengobrol dengan santai, “Kakak Xu, kali ini aku dan kantor Biao Zhen Yuan bergabung, apakah kau setuju dengan gerakan penggabungan ini?”

Tuan Xu kira-kira berumur lima puluh tahun, sedikit gemuk, tubuhnya tidak terlalu tinggi, wajahnya selalu berwarna merah, sekali melihat orang pun sudah tahu bahwa dia adalah seorang pedagang, dia pun sangat kaya, semua orang persilatan mengetahuinya, ilmu silatnya pun sangat tinggi.

“Ketua Qing, jujur bicara, begitu aku melihat kau sendiri yang memimpin pengawalan ini, aku malah menjadi malu, kantor Biao Wei Yuan sangat terkenal di Lan Zhou, apalagi Ketua Qing terkenal dengan sepasang kaitnya, bukan aku tidak percaya kepada kantor Biao mu, hanya saja karena kantor Biao Zhen Yuan sudah terkenal di dunia persilatan, maka tidak ada yang berani mengganggunya, uang tidak menjadi masalah, tapi saat ini aku membawa istri, istri muda dan putriku kembali ke Yang Zhou, aku tidak mau ditengah perjalanan nanti mengalami hambatan, karena itu aku mencari kantor Biao Zhen Yuan. Sekarang ada bendera bergambar burung phoenix berwarna ungu yang membuka jalan dan ada Ketua Qing yang memimpin, aku tidak bisa lagi mengajukan permintaan lainnya.”

“Benar,” kata Qing Yong-lu, “Kantor Biao Wei Yuan ini sudah lama berdiri di Lan Zhou, sejak jaman ayahku hingga sekarang aku yang mengurusnya, semua ini sudah berlangsung selama 30-40 tahun, walaupun kantor Biao ku ini tidak begitu terkenal, tapi setidaknya masih lumayan, hanya saja dalam beberapa tahun ini beberapa kali mengalami kegagalan, barang yang kami bawa selalu hilang, anak buahku pun banyak yang mati, karena itu uang yang dikumpulkan oleh ayahku habis ditanganku, bila tidak mengingat bahwa kantor ini didirikan oleh keringat dan darah ayahku, aku sudah membubarkannya.”

“Ketua Qing, aku ingin berkata sesuatu kepadamu, ada pepatah yang mengatakan: 'orang yang satu profesi pasti akan saling bertentangan.' Walaupun Lan Zhou lumayan besar, tapi disana ada tiga buah kantor Biao, usaha ini benar-benar tidak mudah. Kantor Biao Yong Tai dipimpin oleh Liang Zi-qi, bisnisnya sangat sepi, tapi dia tidak merebut pelanggan dari kantor Biao lainnya, kantor Biao Zhen Yuan memiliki anak buah sangat banyak, bisnisnya berjalan dengan lancar, keuangannya sangat kuat, apalagi ada bendera burung phoenix yang menjadi petunjuk jalan, mereka benar-benar sangat makmur. Kau terjepit diantara mereka untuk mencari sesuap nasi, keadaan ini benar- benar sangat sulit.”

“Tuan tidak salah berpendapat seperti itu, tapi Tuan Meng adalah orang yang sangat baik dan dia pun terkenal di dunia persilatan, seperti sekarang, di jaman seperti ini mana ada yang mau berbisnis dengan cara bagi hasil? Walaupun hasilnya akan dibagi dua, sebenarnya dia telah membantuku mencari sesuap nasi.”

Kata Tuan Xu, “Kau harus ingat sebelum kantor Biao Zhen Yuan dibuka Meng Ju-zhong pernah bekerja dikantor Biao Wei Yuan selama beberapa tahun.”

“Benar, dia memang bernasib baik, suami istri mendirikan lapangan pekerjaan yang lain, apalagi istri Pendekar Lu mempunyai ilmu silat yang tinggi, hanya dalam beberapa tahun dia sudah bisa membuat bendera phoenix ungu menjadi simbol kejayaan, sekarang mereka sudah terkenal.”

Kata Tuan Xu, “Kalau begitu papan nama Biao Zhen Yuan sebenarnya adalah usaha dari Pendekar Lu?” “Benar, boleh dikatakan seperti itu, tapi Meng Ju-zhong sendiri pun mempunyai nama, namanya bukan sekedar isapan jempol.”

Tuan Xu tertawa dan berkata lagi, “Ketua Qing, aku adalah seorang pedagang, ada pepatah yang mengatakan: 'sesama pedagang sering menipu.' Aku selalu banyak pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, aku harap kau jangan marah mendengar pendapatku ini.”

Dia berkata lagi, “Bendera phoenix ungu memang ternama, selama mereka menjalankan pekerjaan tidak pernah gagal, mereka belum pernah dirampok, situasi di dunia persilatan sangat berbahaya dan juga penuh dengan kelicikan, bahkan ada peristiwa yang tanpa sebab terjadi begitu saja, kau harus berpikir dengan matang, menurutku kali ini setelah selesai menjalankan pekerjaan ini, lebih baik kau tutup kantor Biao mu.”

Qing Yong-lu berpikir dengan lama, kemudian dia berkata, “Aku pun pernah berpikir seperti itu, aku ingin sebelum menutup kantor Biao, aku ingin bisa melakukan pekerjaan terakhirku dengan lancar, hal ini dapat membuat perasaan seseorang menjadi lebih baik.”

“Kalian adalah orang dunia persilatan, harga diri kalian pasti berusaha untuk mempertahankan kantor Biao ini, aku setuju dengan pendapatmu.”

Mereka melakukan perjalanan sudah dua hari, pada hari kedua dini hari, barisan kereta sudah meninggalkan kota Tian Shui.

Orang yang menunggang kuda sangat banyak begitu pula dengan kudanya, selama perjalanan hanya terdengar derap langkah kuda, membuat jalanan itu penuh dengan debu.

Baru beberapa langkah berjalan, di depan sana terlihat ada sebuah gunung, gunung itu tidak begitu tinggi, seperti seorang petani menumpuk padinya disana.

“Tuan Xu, gunung ini dinamakan dengan Gunung Tumpukan Gandum,” kata Qing Yong-lu.

Xu Bai Wan tertawa dan berkata, “Benar, gunung ini sangat aneh, melihat gunung itu badanku menjadi merinding.”

Qing Yong-lu tertawa dan berkata, “ memang Bintang Macan Hitam Wang Kuai juga tinggal di daerah sini, dia sering merampok pedagang, caranya pun sangat sadis.” “Ketua jangan takut, jangan lupa bendera yang kita pasang sekarang adalah bendera phoenix ungu,” kata Tuan Xu.

“Sudah beberapa tahun ini aku selalu gagal mengantarkan barang, begitu menyebut nama-nama orang dunia persilatan golongan hitam, aku masih sering merasa ketakutan,” Qing Yong-lu menertawakan kebodohannya sendiri, kemudian dia berkata lagi, “Bila hanya ada Wang Kuai, bukan aku ingin menyombongkan diri sendiri, kalau dia berani merampok, dia hanya akan mengantarkan nyawanya saja, empat tahun yang lalu bila bukan karena dia melarikan diri dengan cepat, hari ini dia tidak akan terlihat.”

“Aku percaya, bila tidak ada phoenix ungu pun, begitu mendengar nama si Kait Perak yang tak terkalahkan, mereka akan ketakutan.”

“Kakak, jangan menertawakanku!”

Walaupun pada awalnya Qing Yong-lu menjawab seperti itu, tapi dia memang sangat percaya diri.

Tuan Xu berkata lagi, “Sebenarnya orang dunia hitam sering mengatakan bahwa ayah dan ibulah yang memberi makan kepada kalian.”

Qing Yong-lu terpaku dan berkata, “Apakah artinya itu?”

“Bukankah ada bukti yang kuat, bila di dunia persilatan tidak ada mereka, siapa yang akan datang mencari bantuan kepada kantor Biao mengantarkan barang, bila tidak semua kantor Biao akan gulung tikar.”

“Kakak benar-benar berpandangan luas.”

Mereka melanjutkan perjalanan lagi, mereka mulai masuk kepegunungan, sepanjang jalan pemandangan yang terbentang sangat indah, dari jauh terlihat ada jurang yang dalam, lembah sepi namun tampak indah.

Tak lama kemudian mereka memasuki tempat yang paling berbahaya.

Pada saat mereka sedang berjalan, terdengar didepan mereka ada suara ledakan, kemudian ada kilat yang menukik tajam, ini adalah suara ledakan bom.

Bom ini digunakan oleh orang-orang dunia persilatan untuk memberi tanda. Semua orang kantor Biao sudah mengetahui tentang hal ini yang menandakan bahwa para perampok bersiap-siap menyerang. Benar saja, pertama terdengar siulan panjang, kemudian terdengar balasan siulan dari sekitar tempat disana. Dari balik batu besar, muncul 60-70 orang yang tampak kasar, mereka masing-masing membawa senjata dan berteriak mulai menyerang mereka.

Pemimpin mereka adalah seseorang dengan tubuh tinggi besar, wajahnya hitam penuh dengan jambang, tangannya memegang tombak panjang.

Orang yang berada disisinya berperawakan pendek dan gemuk, matanya berwarna kuning dan berambut merah, wajahnya terlihat bengis, penuh dengan jambang. Tangannya memegang pentungan yang terbuat dari tembaga.

Orang yang satu lagi berwajah bersih dan tampan, tangannya memegang pedang. Mereka bertiga dijuluki Long Nian San Xiong (Tiga Jagoan dari Long Nian).

Orang persilatan dan orang kantor Biao tidak takut kepada Long Nian San Xiong.

Segera Qing Yong-lu turun dari kudanya dan mengeluarkan kaitan panjang, terdengar Zheng Kang membentak, “Semua diam di tempat! Kalian siapa?

Datang dari mana? Apakah kalian tidak melihat bendera phoenix ungu ini?”

Para perampok tidak berhenti melangkah, mereka malah mengelilingi kereta-kereta itu.

Laki-laki yang berwajah hitam itu tertawa terbahak-bahak, dengan dingin dia berkata, “Teman, apakah kalian tidak tahu bahwa aku adalah Bintang Macan Hitam, apakah kalian tidak mengenali kami? Jangan menakuti kami dengan bendera itu, aku sudah tahu kalau itu adalah bendera, bendera itu hanya mainan anak-anak.”

Laki-laki berwajah hitam itu tidak lain adalah Lao Da (kakak tertua) Wang Kuai. Yang berambut merah adalah Lao Er (kakak kedua) Song Wen Liang dan yang satunya lagi adalah Lao San (kakak ketiga) si Kupu-kupu Ni Jing Hua.

Yang pertama menyerang mereka adalah Song Wen Liang dengan pentungan tembaga miliknya. Dia menyerang ke arah Zheng Kang, senjata mereka saling beradu, mereka pun bertarung.

Ni Jing Hua adalah kupu-kupu si pemetik bunga, didunia persilatan dia terkenal sebagai penjahat cabul.

Begitu melihat ada kereta yang beratap, dia sudah tahu bahwa di dalamnya pasti ada perempuan-perempuan, dia segera membawa beberapa orang anak buahnya berjalan ke arah kereta kuda. Tapi golok sakti Huang sudah berjaga-jaga disana, akhirnya mereka pun terlibat pertarungan.

Tuan Xu berteriak, “Ketua Qing, bila kita memukul ular harus memukul kepalanya, lawanlah Wang Kuai, aku akan membantumu!”

“Tidak,” sepatah demi sepatah kata Qing Yong-lu berbicara, “Coba Kakak lihat kesana!” Suaranya terdengar berat, seperti orang yang tertekan.

Semua anak buah yang dibawa oleh Qing Yong-lu sudah bertarung dengan perampok- perampok itu, keadaan benar-benar sangat kacau, tapi musuh yang berada dibarisan terbelakang hanya tersisa tiga orang, mereka mulai berjalan dengan perlahan menghampiri mereka. Wajah ketiga orang itu ditutupi dengan kain, mereka terlihat sangat santai.

Di dunia persilatan bila terjadi pertarungan sengit, orang yang paling ditakuti adalah orang seperti mereka, begitu tenang dan santai, mereka pasti memiliki ilmu silat yang tinggi.

Tuan Xu yang berpengalaman melihat keadaan seperti ini hatinya menjadi bergetar. Qing Yong-lu berteriak, “Li Yu Gang, kau hadang dulu Wang Kuai!”

Orang yang bernama Li Yu Gang adalah seorang laki-laki kurus, tangannya memegang tongkat, ilmu silat yang dimiliki olehnya sangat aneh, dia dijuluki Tie Guai Li, dia adalah orang penting dikantor Biao Wei Yuan, dia memiliki ilmu silat yang paling tinggi di antara orang orang kantor Biao Wei Yuan.

Li Yu Gang langsung mendekati Wang Kuai sambil memegang tongkatnya dengan erat, dia menghampiri Wang Kuai kemudian menyapu tongkatnya ke pinggang Wang Kuai.

Wang Kuai terkejut, kemudian dia pun melawan, benar-benar terjadi pertarungan yang sengit.

Ketiga orang yang wajahnya ditutup pun mulai mendekati mereka, Qing Yong-lu berkata, “Kalian bertiga sobat dari mana? Apakah kalian ingin menangkap ikan di air keruh?”

Mereka tidak menjawab.

Orang yang pertama sudah menyerang Qing Yong-lu, kemudian Qing Yong-lu pun memainkan kaitnya dan mulai menyerang dan juga bertahan. Tapi ilmu golok musuh sangat aneh, dengan mudah dia bisa menghindari kait Qing Yong-lu, pertarungan itu begitu rumit membuat orang sukar melihat dengan jelas, kedua kaitan Qing Yong-lu meleset, dia melihat ada kilauan yang berniat menyabet ke arah leher, dia mundur beberapa langkah.

Kedua kaitnya dimainkan untuk melindungi tubuhnya, dalam hati dia berpikir, “Sejak kapan orang dunia hitam bertambah pesilat tangguh?”

Dia melihat golok orang itu bagian depan sangat tipis tapi bagiam belakang tebal, di atas golok itu terukir tujuh buah bintang.

Qing Yong-lu tahu golok ini, dia bertambah heran, Qing Yong-lu berteriak, “Tuan, tolong beritahukan namamu!”

Qing Yong-lu tetap memainkan kedua kaitnya, dia semakin hafal dengan gerakan dan jurus golok ini. Dia ingat dengan ilmu golok keluarga Liang.

“Siapakah dia? Apakah dia. Tapi tidak mungkin dia, tapi yang bisa ilmu golok ini bukan

hanya dia, yang bisa memainkannya dengan begitu mahir dan lancar bisa dihitung dengan jari.”

Perjuangan antara hidup dan mati tidak dapat ditunda lagi, apalagi lawan menyerang begitu kejam dan ganas.

Walaupun hati Qing Yong-lu dipenuhi dengan kecurigaan tapi tangannya tetap bergerak dengan cepat, tubuhnya seperti kumpulan cahaya.

Tuan Xu saat ini pun sedang bertarung dengan dua orang lainnya yang wajahnya ditutup, mereka pun sedang bertarung dengan sengit.

Walaupun Tuan Xu adalah seorang pedagang dan sangat kaya, tapi ilmu silat yang pernah dipelajari olehnya dulu tidak pernah ditinggalkan.

Lawan pun menggunakan golok, golok itu berukuran kecil tapi kekuatannya besar. Dia pun memakai ilmu golok keluarga Liang, mereka bertarung dengan sengit, tapi diantara mereka tidak ada yang kalah atau pun menang.

Wang Kuai bukan lawan yang seimbang untuk Liang Yu Gang, walaupun Wang Kuai adalah setan pembunuh orang yang sadis dan kejam, tapi ilmu silatnya tidak begitu tinggi, baru saja berjalan kurang lebih 40 jurus, dia sudah tidak dapat bertahan lagi, dia berteriak, “Hei marga Qing, mengapa kau belum mulai membunuh? Mengapa perempuan jalang itu belum datang? Apakah dia sedang menemani laki-laki lain?” Karena dia berteriak dan tidak berkonsentrasi, tombaknya dipukul oleh tombak Li Yu Gang, tombak Wang Kuai pun lepas dari pegangannya, Wang Kuai berteriak dan mundur.

Li Yu Gang mengejarnya, kelihatannya Wang Kuai akan terbunuh tapi sebuah sinar kilat dengan cepat datang dan ada suara yang begitu menusuk telinganya.

Li Yu Gang sangat terkejut, segera dia menunduk dan sebuah pisau terbang lewat di depan telinganya, dia merasa sangat beruntung, tapi pisau kedua sudah menyusul dengan cepat, menancap di pundak kanannya, karena merasa sakit tongkatnya pun terlepas dari tangannya.

Wang Kuai tertawa terbahak-bahak, segera dia mengambil tongkat panjang dan mendekati Li Yu Gang, karena bahu Li Yu Gang masih tertancap pisau, dia tidak bisa melawan lagi, terpaksa dia melarikan diri.

Terlihat ada lima orang yang wajahnya ditutup kain ikut terlibat dalam pertarungan, tubuh mereka kecil, sepertinya mereka adalah perempuan.

Orang yang terakhir terlihat sangat berwibawa, tangan kanan memegang pisau terbang, pisau itu sangat kecil dan tipis, di bawah cahaya matahari tampak berkilauan.

Matanya bersorot dengan kejam, seperti binatang buas melihat mangsa yang akan dilahapnya, empat orang perempuan ada memegang pedang, serangan mereka cepat dan ganas.

Mereka terlibat dalam pertarungan, diantara orang kantor Biao sudah ada dua orang yang mati terbunuh.

Dua buah tombak dimainkan oleh Shang Yuan-long dengan mahir, banyak musuh mati di ujung tombaknya, tiba-tiba ada dua orang perempuan yang wajahnya ditutup datang menghampirinya, karena melihat mereka adalah perempuan, dia menjadi tidak bersemangat, perempuan-perempuan itu menyerang Shang Yuan-long, serangan pedang yang satu baru dilancarkan sudah disusul dengan pedang kedua, hal ini membuat dadanya tergores, dia berteriak dan mundur.

Dua orang perempuan itu terus mendesaknya, mereka begitu kompak, punggung Shang Yuan-long sudah terkena sabetan lagi dan darah pun mengalir dari punggungnya.

Perempuan itu terlihat sangat bersih, dia takut bila darah Shang Yuan-long mengenainya, setelah berhasil melukai lawannya dia langsung mundur. Li Yu Gang saat itu sedang berlari ke arah mereka, mereka pun bertabrakan, karena tenaga Li Yu Ganglebih besar, perempuan itu terpental hingga beberapa meter, tapi Li Yu Gang sendiri pun hampir jatuh. Saat itu Wang Kuai sudah tiba disana, tapi dia terlambat.

Seorang perempuan lagi melihat temannya tertabrak hingga terpental, dia marah. Dengan cepat dia sudah berada di hadapan Li Yu Gang, hanya terlihat ada darah yang mengalir diiringi dengan suara teriakan, perut Li Yu Gang sudah terbelah menjadi dua, usus pun berhamburan keluar, tubuhnya yang besar langsung roboh dan tidak terbangun lagi.

Wang Kuai berteriak memuji perempuan itu, “Nona, ilmu silatmu sangat bagus, bunuhlah beberapa orang lagi!”

Perempuan itu tidak menghiraukan Wang Kuai, dia membantu temannya berdiri.

Dari arena pertarungan itu terdengar suara teriakan secara berturut-turut, suara itu berasal dari anak buah kantor Biao ada pula yang berasal dari anak buah Wang Kuai.

Walaupun Qing Yong-lu tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini, tapi dia sudah tahu siapa mereka itu.

Qing Yong-lu mundur beberapa langkah, dia berteriak, “Apakah kau adalah Kakak Liang?”

Orang yang wajahnya ditutup itu terpaku, tapi kejadian itu hanya berlangsung sebentar, kemudian dia menyerang lagi dengan cepat dan dahsyat.

“Kakak Liang, aku tahu itu adalah kau, kita adalah teman lama, mengapa kau memperlakukanku seperti ini? Walaupun aku adalah orang yang kasar, tapi aku tidak pernah mencelakai Kakak.... Katakan saja bahwa kau adalah Kakak Liang, biar aku mati tidak dengan penasaran,” sambil menyerang Qing Yong-lu berteriak.

Orang itu tetap tidak menjawab, dia terus menyerang Qing Yong-lu, tapi jurus yang dikeluarkan semakin melambat.

Qing Yong-lu mengeluarkan serangan, dengan golok tujuh bintangnya orang itu bertahan terhadap serangan Qing Yong-lu, tapi jurus ini adalah jurus tipuan, tangan kirinya mendekati golok, tangan kanan menyerang kewajah orang itu, tampak cahaya berkilau, kain yang menutupi wajah orang itu pun robek menjadi dua, sekarang wajahnya terlihat dengan jelas, orang itu berteriak dan mundur. Seperti dugaan Qing Yong-lu dia adalah Liang Zi-qi, dia adalah ketua kantor Biao Yong Tai Lan Zhou.

Walaupun dia sudah menebak siapa orang itu, tapi reaksi Qing Yong-lu tetap terkejut, dia berteriak, “Kakak Liang, ternyata benar dirimu!”

Liang Zi-qi merasa malu dan juga menyesal, dia hanya terpaku di tempat, tiba-tiba ada suara perempuan yang berkata, “Hei marga Liang, aku akan membantumu!”

Hanya terdengar suara senjata beradu, perempuan itu sudah melemparkan pisau terbangnya ke arah Qing Yong-lu.

Qing Yong-lu merasa tidak tenang, sehingga dia tidak berkonstrasi penuh, mendengar ada suara senjata yang ditembakkan, dia ingin menghindar tapi terlambat.

Pisau terbang itu sudah menancap di dadanya, darah segera keluar seperti mata air.

Qing Yong-lu mencoba menahan rasa sakitnya, dia berteriak, kemudian mundur beberapa langkah, kaitnya pun terjatuh, sorot matanya penuh dengan kemarahan, membuat matanya menjadi berkilat gelap, dia melihat ke arah Liang Zi-qi dan berkata, “Kakak Liang, cepat bunuh aku! Aku masih merasa berharga bisa mati ditanganmu.”

Dari sudut mata Liang Zi-qi tampak ada air mata yang menetes, dia menggelengkan kepalanya, tiba-tiba dia menusuk ke arah jantung Qing Yong-lu....
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar