Bab 17

Li Poh-hoan tidak mengerti, dia bertanya: "Siapa lagi yang tahu?"

"Liong Siang-yang akan tahu." Jawabnya, "dia pun telah berhasil melatih jurus rahasia Sin-ie-tay-hoat dari Tong-to- bun, makanya aku dengan dia bisa berbicara menggunakan pikiran."

"Kalau begitu apa yang kita perbincangkan, apa yang kita pikiran disini, dia juga bisa tahu?"

Hal ini membuat Li Poh-hoan sangat terkejut. Dia bukan terpikir 'bahaya', tapi terpikir dua orang ini bisa saling berhubungan melalui pikirannya, wajah dan kepintaran mereka juga begitu serasi.

Coba tanya siapa yang sanggup merebut Pu-couw-siancu dari tangannya Liong Siang-yang?

Pu-couw-siancu menggelengkan kepala: "Dia tidak akan tahu, kecuali aku sengaja membiarkan dia tahu. Selain ini aku pernah belajar Yang-yan-hoan-sim-kang, maka hubungan batinku dengan kakakku sejak lahir jadi terputus, tentu saja Liong Siang-yang juga tidak bisa tahu pikiranku."

Li Poh-hoan jadi merasa sedikit lega, dia berkata: "Kelihatannya aku masih ada kesempatan, tadi hatiku mendadak seperti berhenti, itu disebabkan oleh rasa putus asa. "

Pu-couw-siancu terdiam sejenak lalu berkata: "Seharusnya kau lebih mengkhawatirkan hal lainnya, baru betul, tapi kau malah hanya memikirkan perasaan! Kau seperti remaja delapan belas tahun saja, bukan ketua perkumpulan yang gagah perkasa yang berambisi menguasai dunia!" Li Poh-hoan tertawa pahit dan berkata:

"Jika bisa sekalian demi seorang lain, bukan hanya untuk diri sendiri, menguasai dunia persilatan baru sangat berarti. Aku sungguh berpikir demikian!"

Pu-couw-siancu tidak segera menjawab.

Tapi sepuluh ujung jarinya mengeluarkan hawa panas, masuk ke dalam sepuluh jalan darah Li Poh-hoan.

Sepuluh hawa panas ini ada yang lemah ada yang kuat, ada yang keras ada yang lembut.

Saat masuk ke dalam mula-mula dihadang oleh tenaga dalam Li Poh-hoan, tapi segera menjadi satu tanpa ada hambatan.

Jelas Li Poh-hoan sudah melepaskan segala pertahanannya, seluruh rubuhnya sudah menjadi benteng yang tanpa ada pertahanan.

Jika dia sekarang mau mengambil nyawanya, sangat mudah seperti membalikan telapak tangan.

Tapi dia tidak melakukannya, Dia hanya tersenyum pahit.

"Aku tidak tahu kenapa aku bisa melepaskan dirimu? Aku pernah mengutus orang membunuhmu, aku merencanakan jebakan untukmu, tapi ketika aku mendapatkan kesempatan yang sangat bagus, aku malah tidak bisa melakukannya?"

Li Poh-hoan memeramkan mata tidak bicara.

Karena hawa panas yang dikeluarkan dari ujung jarinya, dengan cepat memulihkan tenaga dalam-nya malah menambahnya. Jelas dia dengan rela menghabiskan tenaga dalamnya sendiri, melalui jarinya menyalurkan tenaga dalamnya......

Dia berguman kembali:

"Walaupun Liong Siang-yang tidak tahu arah tujuan hatiku, tapi dia bisa mengetahui aku sudah mengeluarkan perasaan hatiku sekali, maka dia akan berusaha secepatnya mencari aku. Dia akan menggunakan kesempatan baik ini mengerahkan Sin-ie-tay-hoat, mengendalikan pikiranku. Jika pikiranku sudah dikendalikan oleh dia, aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan aku akan menjadi bawahan dia, atau menjadi selir dia. "

((8-dxw-8))

Benar saja Liong Siang-yang dengan cepat menemukan ruangan yang masih ada sinar lampunya.

Dia berdiri di luar ruangan beberapa saat.

Akhirnya sorot mata dia melihat kesekeliling lagi, lalu menatap tajam pada wajah cantik Pu-couw-siancu yang sedang duduk di sisi meja.

Pu-couw-siancu tersenyum. Tapi senyumnya terlihat sedih.

Liong Siang-yang melangkah masuk ke dalam ruangan, wajahnya yang seperti wanita cantik itu tampak keheranan dan gembira, dia tidak mendesak terlalu dekat," dia berhenti dalam jarak delapan kaki lebih.

"Cepat sekali kau menemukan aku." Pu-couw-siancu berkata, "aku sungguh kagum."

"Kelihatannya kau sangat lelah, kenapa bisa begitu?" kata Liong Siang-yang. "Nada bicaramu dan tingkah lakumu tiba-tiba berubah menjadi sangat hormat dan sungkan, apakah kedudukan kita sudah bertukar, beritahu aku dulu, kenapa kau tampak begitu lemas? Apakah tadi kau bertemu dengan musuh?"

"Musuh di dalam hatiku. Aku tidak perlu bertemu dengan dia, dia selalu mengikuti aku."

Liong Siang-yang menjadi sangat senang dan berkata: "Ooo begitu, tidak heran setelah aku memeriksa nya, di

dalam kamar tidak ada bekas pertarungan. Jika musuhnya

ada di dalam hatimu, itu bagus sekali!" "Bagus bagaimana?"

"Paling tidak aku bisa membantumu, jika orang lain pasti tidak bisa membantumu!"

Pelan Pu-couw-siancu menggelengkan kepala.

"Tidak bagus, walaupun kata-katamu masuk akal, namun ketika pikiranku sedang kelelahan karena bertarung dengan musuh, saat itu kau tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, akan mengunci pikiran ku."

Dia berpikir sejenak lalu berkata lagi:

"Ku rasa kalau aku menjadi orang yang tidak punya pikiran, bukankah itu sama dengan menjadi budakmu?"

Liong Siang-yang menggoyangkan kepala dan topinya jatuh, rambutnya yang panjang menjumtai ke bawah, lalu melangkah ke depan tiga langkah.

Wajah dia berubah menjadi pucat seperti es, sepasang matanya menyorot sinar dingin.

Muka dia yang tampan berubah menjadi menyeramkan, tampak seperti dukun jahat. Suaranya pun jadi tajam dan dingin, menambah keseramannya.

Dia berkata:

"Biar kucoba saja sekarang, aku suka mengunci pikiran orang lain, jika pada pikiranmu, maka aku akan lebih suka lagi!"

Sinar lampu seperti ada tenaga misterius, warna nya tiba- tiba berubah dari kuning padam menjadi hijau putih, membuat orang dan segala sesuatu di dalam ruangan seperti disinari oleh sinar yang menyeramkan dan dingin.

Api lampu tiba-tiba membesar lalu tiba-tiba mengecil bergoyang-goyang, menimbulkan banyak bayangan yang menyeramkan.

Sepasang tangan Pu-couw-siancu menekan meja, tubuhnya duduk dengan tegak, laksana seorang dewi.

Setiap dewi berkonsentrasi, selain dilindungi oleh roh dewa, berusaha menangkal serangan setan.

Selama di dunia masih ada setan-setan, maka harus mendirikan altar dan segala keperluannya, supaya tubuh berwarna ini bisa bertahan.

Jika hanya sihir yang menyerang, maka di saat berkonsentrasi tidak ada pikiran, pikirannya bersih dan tenang, kebanyakan sihir itu tidak bisa masuk.

Jika Pu-couw-siancu benar-benar seperti dewi yang berkonsentrasi, dan juga mencapai taraf benar-benar tenang, tentu saja dia tidak perlu takut pada sihirnya Liong Siang- yang.

Sayang dia tidak bisa mencapai taraf seperti itu, maka warna wajahnya mendadak menjadi putih pucat, saling berhadapan dengan wajahnya Liong Siang-yang. Bersamaan waktu itu sepasang tangannya perlahan mulai gemetar. Tampak dia berusaha keras supaya sepasang tangannya yang cantik itu tidak gemetar, tapi dia tidak mampu menahannya.

Jika dia mampu menahan sepasang tangannya tidak gemetar terlalu keras itu sudah bagus sekali.

Saat ini sinar dingin dari sepasang mata Liong Siang- yang terasa semakin dingin, wajahnya pun dingin menakutkan. Sorot matanya ditujukan pada Pu-couw- siancu, hidungnya mengeluarkan suara dengus-an yang aneh.

Suara anehnya masuk ke dalam telinga Pu-couw-siancu, dia merasakan seperti dipukul oleh palu besar, dan seperti bor tajam menusuk telinga.

Jiwanya jadi terasa sangat sakit.

Waktu di dalam ruangan seperti membeku, dalam situasi angker ini.

Sangat mungkin hanya dalam sekejap, juga mungkin sudah berlalu lama.

Pokoknya mala petaka yang tidak bisa dilihat atau diraba ini, dalam perasaan tidak ada mulanya, juga tidak ada akhirnya.

Masalah apa saja (termasuk kebahagian atau mala petaka) jika tidak ada permulaannya, maka hanya bingung saja yang ada.

Jika merasa tidak ada akhirnya, maka kese-nangan pun bisa berubah menjadi tidak bisa menerima-nya.

Maka tidak perlu dikatakan lagi malapetaka, kesedihan dan lain-lainnya. Ternyata kita manusia semua karena ketakutan terhadap kemusnahan dan kematian yang tidak bisa diketahui sehingga berusaha mati-matian mencapai keabadian. Tapi di luar dugaan, kita juga tidak begitu mengerti sifat abadi itu apa.

Ketika kita benar mendapatkan keabadian, tidak peduli itu kegembiraan atau kesusahan, pasti berubah jadi hal yang tidak bisa diterima.

Maka pelepasan yang sungguh-sungguh, sebenarnya adalah di luar batas keabadian.

Jika kau bisa membayangkan bagaimana keada-an di luar batas keabadian itu, maka kau boleh mencoba membayangkan. Tapi jika tidak bisa, itu pun tidak perlu sedih dan putus asa.

Karena itu sebenarnya tidak bisa dilukiskan oleh huruf, bahasa, pikiran dan lain-lain manusia!

Gemetarnya sepasang tangan Pu-couw-siancu tampak bertambah keras.

Dialisnya ada tetes keringat, sorot matanya tampak putus asa dan sedih.

Liong Siang-yang tertawa licik sambil melangkah maju. Dia tahu secara garis besar dia sudah mengendalikan Pu-

couw-siancu, hanya perlu menghampirinya, hanya perlu

menyentuh tubuhnya bagian mana saja, maka berhasillah dia.

Dan selanjutnya pikirannya akan dikendalikan, selanjutnya jiwanya akan diborgol, selamanya jadi budak Liong Siang-yang, selamanya diperintah dia, sama sekali tidak akan bisa melawan. Satu-satunya sisa pikiran dia, semuanya diguna kan untuk berjalan.

Maka di dalam waktu kritis ini, begitu ada sesosok bayangan seperti daun jatuh ke tanah, tanpa bersuara tanpa peringatan turun di belakang tubuhnya, dia masih tidak merasakannya.

Dia bukan tidak merasakan sama sekali, tapi sudah terlambat satu kedipan mata.

Dia melihat sepasang tangan Pu-couw-siancu mendadak tidak gemetar lagi, di dalam hati dia jadi terkejut, dari keadaan itu di dalam hati segera sadar keadaannya ada yang tidak beres.

Bagaimana Pu-couw-siancu bisa dalam keadaan terkendali, mendadak timbul perlawanan?

Satu-satunya jawaban adalah dia mendapatkan bantuan.

Tapi tenaga semacam ini sepertinya tidak mungkin datang dari dirinya sendiri, kalau begitu datangnya pasti dari luar, datang dari orang lain.

Baru saja dia berpikir begitu, tiba-tiba hatinya muncul perasaan terkejut dan ketakutan yang belum pernah terjadi, tapi juga sedikit mengenalnya.

Dari mana datangnya? Siapa orang yang bisa menimbulkan perasaan takut ini?

Ketuanya hari itu pernah berkata..... sayang baru sekarang dia teringat. tidak mudah menghadapi Pu-couw-

siancu Cui Lian-gwat, jika ingin benar-benar bisa mengendalikan dia, paling sedikit dia harus giat belajar sepuluh tahun lagi. Tapi, jika hanya mau membunuh dia, hanya menginginkan kedudukan dia, maka kesempatannya besar sekali!

Ketuanya memang tidak berat sebelah, dia memang menunjukan keadaan sebenarnya.

Mengingat kembali hal itu, akhir-akhir ini, jelas dia ada kesempatan membunuhnya, tapi dia selalu melepaskan begitu saja, kenapa?

Oh langit? Apakah sebenarnya jiwaku diam-diam sudah dikendalikan oleh dia?

Sorot matanya kembali normal, sampai warna wajahnya pun ada kemerahan.

Pokoknya, dia sudah kembali lagi ke 'manusia' bukan 'dukun'.

Bersamaan waktu itu, dia merasakan punggung sampai dadanya entah kapan seperti telah ditembus oleh sebuah benda dingin, sehingga dia merasa dingin sekali dan sakitnya sampai ke tulang.

Dia tidak pernah mengalami hal ini, namun yang aneh adalah dia tahu perasaan aneh dan sakit ini, pasti ditimbulkan oleh pedang yang menakutkan.

Jika pedang itu tidak muncul di depan mata di dadanya, pasti ditusukan dari belakang punggung, dan masuk ke dalam tubuhnya.

Maka dada dan punggungnya menjadi ber-lubang sehingga terasa dingin dan sakit.

Siapa yang menggunakan pedang ini?

Bagaimana orang ini bisa melakukannya tanpa diketahui? Jurus pedang apa ini?

Wajah Pu-couw-siancu pun sudah pulih kembali menjadi segar, kecantikannya membuat orang tidak berani menatap dia.

Dia berkata sambil tersenyum, suaranya sangat lemah tidak bertenaga:

"Coba ceritakan, Li Poh-hoan, aku sungguh berterima kasih padamu!"

Liong Siang-yang tidak perlu memalingkan kepala, di dalam kepalanya sudah terbayang seorang laki-laki berbaju putih yang sangat tampan.

Hanya saja entah pedang itu sekarang sudah kembali ke sarungnya lagi atau belum?

Apakah sudah dikepitlagi di keteknya? Ternyata dua jam sebelumnya, di atas jalan raya itu, yang menimbulkan perasaan dingin dan takut adalah hawa membunuh dari pedang Li Poh-hoan. Tidak heran saat dia tadi merasa takut, juga ada perasaan seperti yang pernah dirasakannya!

Di belakang dia terdengar suara Li Poh-hoan yang nyaring dan kuat dan berkata:

"Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya kau sendiri yang mengalahkan Liong Siang-yang! Aku hanya menusukan pedang saja!"

Pu-couw-siancu berkata:

"Hai... jangan bicara begitu. Aku punya kemampuan apa bisa menggerakan pedangmu ?"

Liong Siang-yang masih berdiri tegak, tidak jatuh kebawah, juga tidak ada wajah yang menunjukan seperti orang akan mati, dia menyela: "Li Poh-hoan, sebagai Pangcu satu perkum-pulan. Ku dengar ambisimu ingin menguasai dunia sangat besar. Berita yang ku dapatkan itu salah tidak?"

"Tidak!" jawaban Li Poh-hoan sangat terus terang, "sekarang kau menyinggung hal ini, apa ada gunanya?"

"Aku merasa kau tidak pantas diam-diam menyerangku dari belakang. Jika kau hanya bisa menggunakan cara ini untuk menghabisi musuh-musuhmu, mungkin orang-orang di dunia tidak akan tunduk padamu!"

"Benar juga kata-katamu. Tapi apakah kau sudah lupa di jalan raya di luar kota, kita pernah diam-diam bertarung satu kali?"

"Aku tidak lupa, lalu kenapa?"

"Jujur saja pertarungan kali itu, aku sudah kalah. Hanya saja kau tidak tahu!"

Liong Siang-yang keheranan dan berkata:

"Kau sudah kalah? Tapi sebenarnya kita belum benar- benar bertarung kan?"

"Memang benar belum benar-benar bertarung. Tapi setelah kau menghabisi Un Ci-eng, tenaga dalam-mu sudah berkurang tidak sedikit, dan di saat itu aku malah tidak bisa membunuhmu, malah kehabisan tenaga dalam, terpaksa diam-diam aku meninggalkan tempat itu. Jadi sebenarnya aku pernah kalah sekali."

"Aku masih kurang mengerti!"

"Kau mengerti atau tidak sudah tidak penting. Sebab tidak peduli kau menggunakan cara apa ingin mengumpulkan tenaga untuk menyerang terakhir kalinya, pasti akan gagal semua. Aku tahu serangan terakhirmu menggunakan senjata api, ini semua tidak ada bedanya dengan diam diam menyerang orang dari belakang. Aku juga tahu kau^ ingin sekali melakukan tindakan besar mati bersama-sama. Tapi menyesal sekali, aku tidak meng-izinkan mala petaka ini terjadi!"

Saat ini wajah Liong Siang-yang mendadak jadi pucat, sorot matanya memudar, pikirannya putus asa dan ketakutan.

Dia berguman:

"Li Poh-hoan, siapa kau sebenarnya? pikiran dan tindakanmu jelas seorang ketua perkumpulan besar. Tapi cara dan siasatmu malah seperti seorang pembunuh bayaran kelas satu!"

Jawab Li Poh-hoan:

"Kalau begitu kau bolah menganggap aku sebagai seorang pembunuh bayaran kelas satu saja!"

Liong Siang-yang roboh ke bawah, sepasang matanya sudah tertutup, nafasnya sudah berhenti.

Pu-couw-siancu memperingati Li Poh-hoan: "Orang yang menakutkan ini sudah mati!" Li Poh-hoan tetap berkata:

"Liong Siang-yang, supaya kau tahu saja, sebenarnya aku terlahir sebagai seorang pembunuh bayaran kelas satu, sebab darahku yang mengalir bersifat demikian! Jika kau tahu asal-usulku, maka kau sedikit pun tidak akan keheranan!"

Lampu di atas meja belum padam. Tetap mengeluarkan sinar kuning, suasananya menyedihkan! Tapi saat tangan Li Poh-hoan memegang tangan mulusnya Cui Lian-gwat, di dalam hati kedua orang itu timbul api muda dan api harapan.

Sehingga di dalam relung hati mereka, ruangan ini tidak lagi dingin menyedihkan, tapi adalah harapan dan kehidupan di kemudian hari......

# # #

Kecantikan Pu-couw-siancu, senyumannya, penampilannya dan lain-lain, hanya ada satu di antara sepuluh ribu, sulit dilukiskan.

Tapi wanita yang sama secantik semenarik seperti dia....

sebenarnya digambarkan persis sama dengan dia juga boleh. Di dunia ini masih ada satu lagi.

Yaitu kakak kembarnya Cui Lian-hoa.

Setelah Cui Lian-hoa mengalami siksaan dan mala petaka, juga kemiskinan, kesendirian dan lain-lainnya, akhirnya dia bisa lega, paling sedikit sekarang ada seorang Hoyan Tiang-sou w yang gagah perkasa di sampingnya.

Pesilat tinggi dunia persilatan ini jika ditaksir usianya sepertinya lebih kecil dari dia.

Tapi dia adalah pesilat tinggi dunia persilatan, dari ahli- ahli golok yang ada di dunia persilatan, tidak kurang puluhan ribu ahli golok yang hebat-hebat, tapi dia adalah salah satu yang terhebat.

Orang ini membuat orang-orang menjadi teringat akan To-ong (Raja golok) Pouw Kang-ong.

Dahulu Pouw Kang-ong dengan Hiat-kiam (Pedang darah) dari Yan-pak bersama-sama tiada tandingannya di dunia. Tapi jika kedua orang pesilat tanpa tandingan di dunia ini bertarung, siapa sebenarnya yang benar-benar tanpa tandingan di dunia?

Pertanyaan ini sangat menarik, ratusan juta orang-orang di dunia persilatan sering diam-diam memperkirakannya.

Hanya saja masalah seperti ini tidak bisa hanya memperkirakan saja, lalu mendapatkan jawabannya.

Maka beberapa tahun lalu To-ong Pouw Kang-ong dan Hiat-kiam dari Yan-pak mendadak meng-hilang, selanjutnya kedua orang itu tidak ditemukan lagi, maka masuk akal jika banyak orang mencurigai di antara kedua orang itu pasti ada hubungannya.

Selain itu, diantara mereka, masih terselip seorang yang disebut Opas nomor satu dunia Tiong-liu-ti-cu (Di tengah air mengalir di hadang tiang) Beng Ci-siu.

Orang inipun dalam waktu bersamaan ikut menghilang, dan prestasi opas nomor satu ini selama beberapa tahun, tidak ada satu perkara pun yang tidak bisa dia pecahkan, tentu saja dia tidak mau membiar-kan To-ong dan Hiat- kiam kedua pesilat tinggi ini meraja lela di dunia persilatan.

Sehingga menghilangnya para pesilat tinggi ini, menjadi perbincangan seru di kalangan orang-orang persilatan!

Saat ini Mo-to Hoyan Tiang-souw di dunia persilatan hampir diakui sebagai orang yang mampu menggantikan kedudukannya To-ong Pouw Kang-ong.

Sayangnya dia bukan keturunannya Pouw Kang-ong, maka walau dia lebih lihay, tapi muncul dari golongan yang berbeda.

Seperti pepatah berkata:

"Setiap generasi di dunia selalu muncul genius silat.  " Di dunia yang ramai oleh manusia, waktu berputar tanpa berhenti, memang selalu muncul orang genius, gelombang belakang mengejar gelombang di depannya, setiap saat selalu begitu.

Maka di dunia tidak berhenti-hentinya ada permasalahan, kenangan yang tidak ada batasnya!

Banyak sekali orang yang tersisih ke belakang gelombang waktu, bagaimana tidak mengenang masa lalu sehingga mengeluh?

Hoyan Tiang-souw mengepit Mo-to, di bawah sinar mentari musim semi, diam memandangi wanita yang seperti dewi itu.

Hati dia terasa sakit sekali, pengalaman ini tidak pernah dia alami selama hidupnya.

Dia sebenarnya dewi atau iblis?

Dia sebenarnya punya ilmu silat atau tidak?

Dia sungguh dihina orang dan tidak mampu melawan? Cui Lian-hoa dengan kaku melangkah di pinggir sungai,

kelihatannya setiap saat bisa jatuh ke dalam sungai.

Maka Hoyan Tiang-souw segera menghampirinya, dengan tangannya yang amat kuat menangkap lengannya.

Saat ini walau pun dia berada di pinggir jurang yang amat curam, tapi bisa dipastikan dia tidak akan jatuh ke bawah, apa lagi hanya di pinggir sungai kecil?

=V v V v V=

Di atas air sungai yang tenang dan jernih, tercermin satu bayangan wajah yang sangat cantik. ' Dia mengambil air sungai dan dibasuhkan ke wajahnya. Saat air sungai turun menimbulkan jipratan air, membuat bayangan yang amat cantik itu terpecah.

Sebenarnya kehidupan manusia seperti itu.

Segala sesuatu yang paling bagus, paling cantik, juga hanya 'bayangan palsu' saja, begitu dihantam atau diganggu oleh kekuatan luar, maka segera pecah dan menghilang.

Cui Lian-hoa menghela nafas:

"Hoyan Tiang-souw, jika di dalam jiwamu tidak ada aku, bukankah itu akan lebih bebas dan tidak ada beban? Bukankah itu akan lebih bersinar?"

Suara Hoyan Tiang-souw selamanya seperti geledek, tapi sekarang kedengaran walau pun masih memekakan telinga, tapi mengandung kelembutan.

"Aku tidak mengerti, kau tahu aku tidak banyak membaca buku, pengalamanku pun tidak luas!"

"Lalu kenapa kau membawa golok datang ke selatan." Cui Lian-hoa berkata, "Apa tujuannya? Kau sepertinya telah membunuh banyak orang, juga bermusuhan dengan tidak sedikit musuh kuat, untuk apa semua itu?"

"Tidak untuk apa-apa. Asalkan orang yang pantas mati, orang yang tanpa alasan jelas menghadang jalanku, juga bukan orang yang baik-baik, aku juga akan membunuhnya!"

"Hay! To-ong Pouw Kang-ong dulu meraja lela di dunia, tidak ada lawannya, juga tidak meraja lela seperti itu. "

"Kalau begitu coba kau beritahu aku!" suara Hoyan Tiang-souw sangat tulus, "aku harus bersikap bagaimana? Apakah jika bertemu dengan orang-orang yang menghina dan mencelakai orang lain, aku tidak boleh turun tangan?" Cui Lian-hoa terkejut sekali, berkata: "Bicara apa itu? kenapa kau tidak boleh turun tangan?"

Hoyan Tiang-souw menjadi gelisah:

"Membunuh orang tidak boleh, tidak turun tangan juga tidak boleh! Kalau begitu kau suruh aku bagaimana?"

Cui Lian-hoa berpikir sejenak, pelan-pelan melihat ke atas langit, juga pelan pelan menghela nafas, baru dia berkata:

"Saat ini aku baru benar-benar mengerti, sebab masalahmu sudah berubah menjadi masalahku, sehing-ga aku benar-benar terlibat dan harus memutuskan."

Dia menurunkan pandangannya ke wajah Hoyan Tiang- souw, sorot matanya lembut sekali seperti tiupan angin di musim semi. Dia berkata lagi:

"Dulu aku hanyalah orang luar, maka masalah yang aku pikirkan tidak begitu mendetail, juga tidak bisa merasakan keadaanmu, tapi sekarang aku sudah tahu."

Tahu dan mengerti satu hal, tapi bagaimana melakukannya, itu hal lain lagi.

Dengan lembut dia berkata lagi:

"Kau sebisanya jangan membunuh orang, tidak mencari musuh itu yang paling bagus, karena itu sangat berbahaya sekali. Orang dulu berkata tinggi gunung ada yang lebih tinggi lagi, sungguh sedikit pun tidak salah. Tapi jika sampai terdesak tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ingin tidak membunuh orang juga tidak bisa, saat itu kau tentu saja harus berkonsentrasi penuh, supaya bisa? melaksanakan tugas menyelamat-kan diri atau' menyelamatkan orang lain." Hoyan Tiang-souw menghela nafas panjang, kelihatannya di dalam hatinya juga bukan tidak pernah tidak ada pertanyaan ini, hanya saja dia bisa menahan diri tidak banyak memikirkannya saja.

Sekarang jika Cui Lian-hoa sudah berdiri di pihaknya, dia mengatakan sendiri mendukung diri-nya, maka tidak ada pertanyaan lagi?

Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi? Semangat dia jadi menggelora, dia bersiul panjang ke langit, suaranya menggetarkan lapangan liar.

Saat "ini di dalam hatinya merasa senang sekali. Cui Lian-hoa memeluk tangan dia yang kekar kuat, tersenyum lembut berkata:

"Aku masih punya beberapa rahasia ingin memberitahukan padamu, tapi waktunya bukan sekarang! Aku senang sekali melihat kau gembira, dan melihat semangatmu yang menggelora itu. Apakah kau tidak pernah merasa ketakutan!"

Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala: "Betul, tapi aku juga sangat mudah marah. Asalkan lawan bukan orang baik-baik, atau dia menggunakan akal busuk, tidak menggunakan cara terang-terangan mencelakai aku, maka aku tidak akan bisa menahan diri, akan marah sekali, saat itu golokku akan dicabut keluar!"

Cui Lian-hoa tersenyum, mengangkat tangan-nya mengusap dengan lembut wajah muda yang penuh dengan brewok pendek dan keras, tangan mulus dia hampir saja terluka olehbrewoknya.

Tapi dia merasa sangat senang juga nyaman. Dia berkata: "Kelihatannya jurus golokmu, semakin kau marah semakin lihay. Ini sungguh hal yang sangat aneh dan misterius, jika aku ingin tahu kenapa bisa begitu, di dunia ini mungkin hanya ada satu orang yang bisa menjelaskannya."

Hoyan Tiang-souw keheranan dan berkata: "Siapa orang itu?"

Di dalam hati Cui Lian-hoa muncul satu wajah Cin Sen- tong yang bersih berusia setengah baya itu.

Tapi dia tidak mengatakannya, buat apa mengatakan keadaan hati gadis remaja yang dulu diam-diam mencintainya?

Cin Sen-tong itu adalah opas paling kuat nomor satu dunia di jamannya.

Walaupun dia telah mengundurkan diri beberapa tahun, tapi generasi penerusnya di dunia persilatan sudah tidak ada orang yang mengenal dia.

Tapi di dalam hati Cui Lian-hoa, selamanya tidak bisa melupakannya, juga tidak tahan jika teringat pelayan yang sangat cantik Li Hong-ji (sebenarnya dia adalah ketua perkumpulan Sin-jiu (Tangan dewa) di Hang-ciu, tapi karena sesuatu hal, menjadi pelayannya Cin Sen-tong) yang ada disisi dia.

Dimana mereka sekarang berada? Bagaimana keadaan mereka?

Hari-hari keperkasaannya yang menggempar-kan dunia persilatan, apakah masih muncul di dalam mimpinya Cin Sen-tong?

Hoyan Tiang-souw berkata: "Kau tidak mau mengatakannya, aku pun tidak akan bertanya, tapi ada satu hal aku harus tanyakan padamu!"

Cui Lian-hoa sedikit terkejut dan kebingungan berkata: "Kau tanya saja! Kau mau tanya apa?" Tiba-tiba Hoyan

Tiang-souw mengerutkan alisnya, tampak dia merasa

kesulitan, seperti berkata pada dirinya sendiri:

"Tidak bisa, jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya, apa gunanya aku menanyakan?"

Wajah dan suaranya Cui Lian-hoa, seperti ada semacam tenaga aneh yang membuat orang tidak bisa, tidak tega dan tidak percaya.

Sebenarnya 'bersumpah' sama sekali tidak ada hubungannya 'asli atau palsu', ada orang tidak bisa berbohong sejak lahir, makanya bersumpah atau tidak sama saja, sebab kata-katanya pasti jujur.

Tapi ada orang sejak lahir tidak pernah berkata jujur, walaupun setiap katanya di ikuti sumpah, tapi tetap saja bohong, kata-katanya pasti tidak akan berubah menjadi kata-kata jujur.

Mengenai apakah bersumpah bisa mengikat orang? Juga berbeda-beda pada masing-masing orang.

Tapi kebanyakan orang tidak terlalu sulit mengingkari sumpah, makanya orang yang sudah lama di dunia persilatan, selalu tidak mau mempercayai sumpah orang.

Hanya saja Hoyan Tiang-souw sudah seratus persen mempercayainya.

Dia ingin sekali mengeluarkan hatinya untuk dipelihatkan padanya. Dia buru buru berkata:

"Tidak perlu bersumpah, aku pasti percaya padamu, pasti akan percaya padamu!" "Kalau begitu kau tanyalah!"

Hoyan Tiang-souw hampir lupa apa yang tadi dia ingin tanyakan? Maka dia berpikir-pikir lagi sejenak baru berkata:

"Apakah kau kadang-kadang bisa berubah menjadi sangat jahat? Maksudku adalah kau sekarang ini sungguh seperti dewi yang paling baik hati paling cantik dan paling nyata. Tapi apakah kau kadang-kadang bisa berubah menjadi sangat jahat?"

Di dalam hati Cui Lian-hoa terasa sangat pahit.

Yang membuat dia berpikiran demikian tidak salah lagi, pasti Cui Lian-gwat.

Hay! Adik yang dulu pikirannya bisa saling berhubungan dan sifatnya baik dan lincah, kenapa sekarang berubah menjadi orang asing yang sangat menakutkan? Dia yang dulu, sekarang sudah pergi entah kemana?

"Aku tidak akan berubah menjadi jahat." Dia menenangkan diri sesaat baru menjawab, "tapi aku masih ada aku satunya lagi, aku yang ini bisa bagaimana? Aku tidak tahu!"

Hoyan Tiang-souw teliti memikirkan, kepala-nya segera menjadi pusing, dia merasa kata-katanya yang seperti kata- kata agama Budha ini, pasti sulit dimengerti.

Maka dia mengangkat tangan tanda menyerah dan berkata:

"Baiklah, hal ini dibicarakan lain hari saja.   "

Dia berhenti dan berpikir sejenak, mendadak sebuah senyuman muncul di wajahnya yang muda dan kasar itu, semakin melebar, laksana gelombang di air. Dia berkata:

"Mendadak aku ingat sekarang seharusnya waktunya makan. Dulu begitu perutku lapar, dengan mudah sekali aku menyelesaikannya, rumah makan besar boleh, tukang mie di pinggir jalan juga boleh, pokoknya aku bisa mengisi penuh perutku. Tapi sekarang sedikit berbeda!"

Cui Lian-hoa tertawa sambil berkata: "Perkataanmu seperti seorang ahli philosophy saja, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"

"Sekarang aku terpikir makan nasi, jadi dengan sendirinya terpikir selera makanmu. Dan juga bersama- sama denganmu, tentu saja paling bagus makan di rumah makan besar yang bersih dan megah."

"Tempat yang bersih dan megah tentu saja akan lebih romantis! Sekarang yang aku tahu hanya kau sangat baik padaku, tapi sepertinya kau masih ada maksud lain?" Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala: "Dari masalah makan ini, aku jadi teringat kata katamu tadi. Kau berkata di dalam kehidupanku jika kehilanganmu, tentu akan lebih bebas merdeka, aku lihat di dalam masalah makan nasi ini saja, sudah membuktikan perkataanmu tadi betul sekali." Cui Lian-hoa tersenyum manis: "Sebenarnya tidak hanya satu hal makan nasi saja? Mungkin kau sudah merasakannya, juga bisa membayangkannya?"

Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw menjulurkan sepasang tangannya, dengan mantap tapi lembut memeluknya.

Dia tidak pernah memeluk wanita.

Tapi hal ini sepertinya tidak perlu diajarkan orang.

Dia memeluknya dengan baik, membuat dia selain merasakan hangat dan aman, masih merasakan rangsangan dari seorang laki-laki.

Dia masih bisa menundukan kepala mencium bibirnya yang merah lembut, dan saat ini bumi langit dan kesibukan manusia, sudah tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggu mereka......

=XoXoX=

Musim semi yang hangat dan bunga mekar di Kang-lam, perbedaannya seperti bumi dan langit dibandingkan dengan cuaca yang dingin di utara.

Hoyan Tiang-souw yang terbiasa hidup di utara memang sangat merasakannya.

Sampai orang yang sudah lama tinggal di Kang-lam, melihat bunga-bunga mekar di lapangan liar, juga bisa dengan sendirinya terpikir kesusahan hidup di utara yang dingin tandus, terpikir indahnya Kang-lam di musim semi!

Sekarang yang merasakan perasaan ini adalah Pu-couw- siancu Cui Lian-gwat, dia sendiri sudah berubah menjadi seorang nyonya setengah baya yang berwajah kuning.

Ilmu merubah wajahnya sungguh hebat, wajau pun mata cantik dan bibir munggilnya masih tetap sama, tapi karena warna wajahnya kuning kering, rambut dan pakaiannya berubah, maka kelihatannya seperti seorang wanita kampung setengah baya.

Sorot mata dia menatap tajam ke bawah satu pohon bunga Tho yang sedang mekar, di sana ada seorang wanita cantik berpakaian biasa, namun lebih cantik lebih mencolok mata dibandingkan dengan bunga Toh.

Tentu saja Cui Lian-gwat mengenal wanita cantik ini, walaupun sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi kakak kembar yang pikirannya bisa ber-hubungan, bagaimana mungkin dia bisa melupakan-nya? Cui Lian-hoa berada di bawah pohon bunga Toh, matanya melihat ke permukan air danau yang beriak, tubuhnya sedikit pun tidak bergerak, bengong seperti sedang memikirkan sesuatu!

Lalu muncullah Hoyan Tiang-souw yang bertubuh gagah perkasa itu.

Tangan kiri dia memegang golok pusaka, tangan kanan di julurkan memeluk Cui Lian-hoa dengan lembut, membisikan entah perkataan apa, lalu kedua orang itu tertawa terkekeh-kekeh.

O00-dw-00O

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar