Asmara Pedang dan Golok Bab 13

Bab 13

Yu-poan-kui-li yang menggunakan senjata Sam-ciat-kun dengan keras berteriak:

"Aku kesal sekali......" dia menggetarkan sepasang tangannya, Sam-ciat-kun menyerang laksana angin, terbang berputar datang menyapu.

Tadi karena dia tidak bisa memecahkan pertahanan Ku- mu, maka buru-buru merubahjurus-nya.

Siapa tahu di tengah jalan Hui-kong-kui-li datang menabrak, tenaga serangan tongkat ini amat luar biasa, juga bukan jurus hebat meminjam tenaga lawan, jurus keahlian mereka biasanya, maka dia tahu luka Hui-kong-kui-li pasti parah sekali.

Semua masalah ditimbulkan oleh Ku-mu, maka amarahnya pun tentu dilampiaskan pada Ku-mu.

Tapi ketika dia sekuat tenaga menyerang, telinganya malah mendengar perintah mundur dari Gin-sie-kui-li.

Perintah itu dikeluarkan dari perubahan suara siulan, orang luar sama sekali tidak mengerti juga tidak bisa menduga.

Yu-poan-kui-li mendengar perintah ini, sekali berteriak, dia mengerahkan tenaga sepasang tangan, memaksa menghentikan serangan tongkatnya yang dahsyat itu.

Kui-can-kui-li dan Sang-cian-kui-li telah lebih dulu mundur dari pada dia, dengan lancar meloncat ke pinggir sejauh tujuh delapan kaki.

Tapi Yu-poan-kui-li tidak bisa leluasa. Walaupun dia menggunakan tenaga dalamnya yang tinggi memaksa menarik kembali serangannya, tapi tidak menyerang orang lain, bukan berarti lawan pasti tidak akan menyerang.

Ku-mu yang tadinya tidak bergerak, mendadak kakinya menendang.

Yu-poan-kui-li berteriak, tubuhnya terpental, jika tidak ada dinding menahannya, siapa pun tidak dapat menduga tendangan Ku-mu bisa menendang dia seberapa jauhnya.

Tapi setelah Yu-poan-kui-li menabrak dinding lalu jatuh ke lantai, wajahnya menjadi pucat, sepasang matanya tidak bersinar, sekali melihat sudah tahu lukanya sangat parah.

Gin-sie-kui-li menghentikan siulannya, semua suara juga berhenti.

Maka suara rintihan yang baru keluar jadi terdengar. Yang merintih tidak hanya satu orang, tapi dua orang,

Yu-poan-kui-li dan Hui-kong-kui-li.

Tapi tidak peduli pihak musuh atau pihak sendiri, atau Pu-couw-siancu, semua tidak melihat pada orang yang terluka.

Sepasang mata Gin-sie-kui-li menatap pada Ku-mu dan berkata:

"Kami akan pergi dari sini, kau mau apa?" Tuan Ku-mu menggeleng gelengkan kepala: "Tidak baik."

"Kenapa tidak baik?"

"Karena pertama kalian tidak akan pergi, kedua aku pun tidak mengizinkan kalian pergi. Alasan kalian tidak mau pergi aku tidak peduli. Tapi aku tidak mengizinkan kalian pergi, tentu ada alasannya."

"Alasanmu kami juga bisa tidak mempeduli-kannya." "Jika demikian, kalian pergi saja, kenapa harus bertanya

padaku?" kata Ku-mu.

"Kau punya alasan apa? Kau mau apa?"

"Jika kau tanya aku, maka aku akan menjawab. Karena kalian diundang olehku sehingga datang kesini jadi pengawalku, tugas ini masih belum selesai, maka tidak boleh pergi. Jika kalian tidak menepati janji dan tidak bisa dipercaya, hari ini aku tidak bisa membunuh kalian, itu bukan berarti selamanya tidak bisa mem-bunuh kalian."

Usaha khusus seumur hidup dia adalah memperkenalkan pembunuh bayaran pada pelanggan.

Maka saat dia masih memerlukan, tentu saja tidak ada masalah sama sekali.

Orang seperti dia yang berilmu tinggi, dan khusus berusaha di bidang ini, mungkin bisa dianggap orang yang paling tidak boleh membuat dia marah.

Gin-sie-kui-li tidak berani tidak memikirkannya dengan serius, sejenak baru berkata: '

"Tidak bisa, kami tetap akan pergi. Tapi aku juga beritahu padamu, hari ini walau tidak bisa membunuhmu, bukan berarti selamanya tidak bisa membunuhmu!"

Dia mengangkat sepasang gembrengannya, melangkah mundur satu langkah.

Lima orang Kui-li lainnya yang tidak terluka pun melakukan hal yang sama gerakan mengundurkan diri. Tapi "Weeng weeng!" dua suara terdengar, dua gembrengan baja di tangan Gin-sie-kui-li secepat kilat terbang menyerang, yang satu menyerang dari depan.

Yang saru lagi terbang berputar, terbang dari belakang tubuh Ku-mu, pinggiran gembrengan tajam yang berkilat- kilat memotong titik penting di punggung Ku-mu.

Jika satu serangan gembrengan dari depan, Ku-mu mungkin tidak sulit menghadapinya.

Tapi Kim-keng-kui-li, Kui-can-kui-li, Cu-tai-kui-li, Sang- cian-kui-li, Touw-tiok-kui-li juga bersama-sama menyerang, maka keadaannya tentu sangatberbeda.

Tombak emas Touw-tiok-kui-li membelah angin datang menusuk, membobol kekuatan lawan, ketajamannya tidak bisa ditahan.

Senjata yang digunakan Kim-keng-kui-li adalah pedang dan tameng emas, menerobos menimbulkan angin yang dahsyat.

Ceng-lim-liok-soh nya Cu-tai-kui-li berputar di udara, membuatribuan kilatan hijau.

Dan masih ada kapak bajanya Kui-can-kui-li dan golok sabitnya Sang-cian-kui-li, juga dengan dahsyat mengancam.

Tuan Ku-mu masih tetap berdiam dengan jurus Wie-go- tok-cun.

Kenyataannya dia terus berposisi seperti ini, saat berkata dengan lawannya, juga dia tidak pernah berubah.

"Kenapa tidak baik?"

"Karena pertama kalian tidak akan pergi, kedua aku pun tidak mengizinkan kalian pergi. Alasan kalian tidak mau pergi aku tidak peduli. Tapi aku tidak mengizinkan kalian pergi, tentu ada alasannya." "Alasanmu kami juga bisa tidak mempeduli-kannya."

"Jika demikian, kalian pergi saja, kenapa harus bertanya padaku?" kata Ku-mu.

"Kau punya alasan apa? Kau mau apa?"

"Jika kau tanya aku, maka aku akan menjawab. Karena kalian diundang olehku sehingga datang kesini jadi pengawalku, tugas ini masih belum selesai, maka tidak boleh pergi. Jika kalian tidak menepati janji dan tidak bisa dipercaya, hari ini aku tidak bisa membunuh kalian, itu bukan berarti selamanya tidak bisa mem-bunuh kalian."

Usaha khusus seumur hidup dia adalah memperkenalkan pembunuh bayaran pada pelanggan.

Maka saat dia masih memerlukan, tentu saja tidak ada masalah sama sekali.

Orang seperti dia yang berilmu tinggi, dan khusus berusaha di bidang ini, mungkin bisa dianggap orang yang paling tidak boleh membuat dia marah.

Gin-sie-kui-li tidak berani tidak memikirkannya dengan serius, sejenak baru berkata: '

"Tidak bisa, kami tetap akan pergi. Tapi aku juga beritahu padamu, hari ini walau tidak bisa membunuhmu, bukan berarti selamanya tidak bisa membunuhmu!"

Dia mengangkat sepasang gembrengannya, melangkah mundur satu langkah.

Lima orang Kui-li lainnya yang tidak terluka pun melakukan hal yang sama gerakan mengundurkan diri.

Tapi "Weeng weeng!" dua suara terdengar, dua gembrengan baja di tangan Gin-sie-kui-li secepat kilat terbang menyerang, yang satu menyerang dari depan. Yang satu lagi terbang berputar, terbang dari belakang tubuh Ku-mu, pinggiran gembrengan tajam yang berkilat- kilat memotong titik penting di punggung Ku-mu.

Jika satu serangan gembrengan dari depan, Ku-mu mungkin tidak sulit menghadapinya.

Tapi Kim-keng-kui-li, Kui-can-kui-li, Cu-tai-kui-li, Sang- cian-kui-li, Touw-tiok-kui-li juga bersama-sama menyerang, maka keadaannya tentu sangat berbeda.

Tombak emas Touw-tiok-kui-li membelah angin datang menusuk, membobol kekuatan lawan, ketajamannya tidak bisa ditahan.

Senjata yang digunakan Kim-keng-kui-li adalah pedang dan tameng emas, menerobos menimbulkan angin yang dahsyat.

Ceng-lim-liok-soh nya Cu-tai-kui-li berputar di udara, membuat ribuan kilatan hijau.

Dan masih ada kapak bajanya Kui-can-kui-li dan golok sabitnya Sang-cian-kui-li, juga dengan dahsyat mengancam.

Tuan Ku-mu masih tetap berdiam dengan jurus Wie-go- tok-cun.

Kenyataannya dia terus berposisi seperti ini, saat berkata dengan lawannya, juga dia tidak pernah berubah.

Posisi dia ini kelihatannya sangat sederhana, tapi seluruh tubuhnya dari atas ke bawah seperti ada semacam tenaga yang tidak terlihat melindunginya.

Keadaan itu bagi Gin-sie-kui-li yang punya dua puluh tujuh macam serangan gembrengan terbang jadi tidak bisa mengancamnya, akhirnya dengan mengguna kan jurus Coan-thian-siau-seng, Siang-hui-toh-beng (Langit berputar memotong bintang, sepasang gembrengan terbang merebut nyawa), dia melemparkan sepasang gembrenga melakukan serangan menyeluruh.

Dua buah gembrengan baja itu dengan cepat terbang berputar di udara mengeluarkan suara "Weng weng!", tiba- tiba berada di depan lalu ke belakang, tiba-tiba di kiri lalu di kanan menyerang Ku-mu.

Tapi setiap kali gembrengan baja hampir menyentuh Ku- mu, selalu di saat terakhir itu terbang miring keluar.

Ku-mu tidak bergerak malah seperti tidak terjadi apa- apa.

Jika tubuh dia bergerak menghindar, mungkin malah menjadi tidak baik.

Lima macam senjata lain, keadaannya juga hampir sama, setiap kali mendekati tubuh Ku-mu, selalu meleset berubah arah.

Tiga jurus baru saja lewat, tiba-tiba Ku-mu tidak berdiam lagi seperti patung ayam.

Pisau salju di tangan kanannya mendadak menyabet ke bawah, serangan ini terbagi dua, menyabet depan dan menyabet belakang.

"Breng breng!" dua buah gembrengan baja menyapu.

Dia merasakan tenaga dalam yang disalurkan dari gembrengan sangat kuat dan tidak putus-putus-nya, hampir membuat kakinya bergerak, hatinya jadi tergetar.

Tubuh Gin-sie-kui-li menembus bayangan bermacam- macam senjata, di udara menangkap dua buah gembrengan baja itu.

Dia merasa gembrengannya sudah tidak bertenaga, hatinya juga tergetar, dia tahu jika tidak tepat waktu menangkapnya, kedua gembrengannya pasti jatuh ke lantai. Saat ini pisau salju di tangan kiri Ku-mu menotok ke timur memukul ke barat, satu jurus dengan delapan gerakan, pertama memukul miring tombak emas, lalu bersamaan menotok kapak baja, golok sabit di sebelah kiri, sekali menyikut ujung pedang di angkat keatas.

Sikutnya mengenai tameng Kim-keng-kui-li, ujung pedang memukul keluar Ceng-lim-liok-soh.

Dia menggunakan jurus Pat-kun-hiong-hui (Delapan kuda perkasa terbang) gerakan seperti air mengalir, lancar dan bertenaga kuat pula.

Jika yang menggunakan jurus ini adalah Li Poh-hoan atau Hoyan Tiang-souw, Pu-couw-siancu pasti tidak merasa aneh.

Jurus hebat yang bertenaga kuat ini, malah muncul dari seorang kakek tua berwajah kering, sungguh membuat orang merasa tidak serasi.

Pisau salju Ku-mu hanya mengeluarkan lima gerakan untuk menahan serangan lima orang Kui-li, masih ada tiga gerakan digunakannya untuk balas menyerang.

Serangan yang ke barat secepat kilat, tapi di tahan oleh Ceng-lim-liok-soh nya Cu-tai Kui-li.

Tapi serangan yang mengarah ke utara, telah mendesak Sang-cian-kui-li hingga terpaksa mundur ke belakang sejauh beberapa depa.

Satu serangan lagi, begitu sinar berkelebat, mendesak Touw-tiok-kui-li berturut-turut mundur delapan langkah, tombak emas di tangannya sudah putus menjadi dua, dan jatuh ke lantai.

Walaupun Touw-tiok-kui-li tidak terluka, tapi sakit di hatinya sulit digambarkan. Dengan kata lain, semangat juang dia sudah jatuh. Hawa keberingasan juga sudah menghilang.

Gin-sie-kui-li segera bersiul pendek tiga kali.

Semua orang yang masih bisa berdiri segera berkumpul di dalam radius satu tombak.

Mereka menyusun barisan yang perubahannya tidak menentu.

Orang yang masih bisa berdiri hanya ada enam orang, termasuk tombak emas di tangan Touw-tiok-kui-li yang tinggal setengah potong lagi.

Mereka tidak pernah mengalami kejadian sial yang memalukan seperti ini, sehingga wajah setiap orang selain kusut juga berat dan konsentrasi penuh.

Gin-sie-kui-li berdiri ditengah-tengah. .

Lima orang lainnya bergerak-gerak di sekeliling nya, barisannya bergerak tidak menentu, sulit bisa melihat di mana penyerang utamanya!

Sepasang tangan Tuan Ku-mu turun ke bawah, kepala sedikit miring, punggungnya membungkuk seperti udang.

Sekali melihat seperti seorang pemalas dan seorang yang telah kalah.

Satu-satunya yang masih membuat orang tidak berani menganggap dia telah kalah, adalah sepasang matanya yang bersinar-sinar, sebab bagaimana pun orang yang kalah pasti tidak mungkin bersorot mata yang menakutkan orang seperti ini.

Pu-couw-siancu berkata dengan suara merdu: "Jurus Se- jin-to-kiau-cui adalah jurus hebat (Tinggal sendiri kurus kering dan sengsara), aku ingat jurus ini adalah salah satu dari tiga jurus pedang Khu-hweesio dari Ceng-seng. 'Langit di atas bumi di bawah hanya aku sendiri terhormat,' adalah jurus Pedang dewa yang paling rahasia dari Bu-tong. Sebenarnya kau sudah mempelajari berapa banyak jurus hebat dari berbagai aliran!"

Ku-mu menjawab:

"Walaupun kau bisa menyebutkan asal-usul jurus pedangku, tapi mereka tetap saja tidak bisa memecahkannya."

Pu-couw-siancu sambil tertawa berkata: "Ku lihat belum tentu. "

Perkataannya belum habis, dia sudah melayang ke samping barisan para Kui-li itu, mengangkat lengan mulusnya dan jarinya menotok.

Kim-keng-kui-li sangat terkejut dan mengang-kat tamengnya, dalam sekejap tameng emas sudah berubah lima kali.

Tapi dalam Coan-sen-pian-cie ada It-cie-cian-pian, jika dibandingkan kecepatan dan banyaknya perubahan, mungkin jika dia menganggap dirinya nomor dua, maka tidak ada orang yang menganggap dirinya nomor satu.

Pu-couw-siancu bergerak pulang dan pergi, kecepatan geraknya seperti setengah langkah pun tidak pernah bergerak.

Tapi setelah melihat Kim-keng-kui-li roboh, membuktikan dia bukan saja sudah bergerak dan menyerang, malah telah menjatuhkan Kim-keng-kui-li.

Dia tertawa dan berkata: "Walaupun aku seorang wanita, tapi seumur hidup tidak pernah diam-diam menyerang. Aku harap kalian jangan marah sebab kali ini aku melanggarnya."

Gin-sie-kui-li marah dan berkata:

"Apakah kami harus menjadi senang?"

"Tentu saja! Lei-liu-ho-bi-tin ( Barisan di dalam enam berkumpul satu rahasia) kalian sudah dipecah-kan, kalian pasti mencari jalan untuk mundur. Sehingga kalian mungkin masih bisa hidup, kau pikir pantas tidak untuk kalian merasa senang?"

Gin-sie-kui-li sangat marah dan berteriak, meng adukan kedua gembrengannya hingga mengeluarkan suara keras.

Lalu sepasang gembrengan terbang keluar dari dalam barisan.

Sepasang gembrengan dia bisa terbang dan dikendalikan sekehendak hatinya, semua orang tahu.

Maka Ku-mu dan Pu-couw-siancu berdua segera mengawasinya.

Dua gembrengan itu benar saja berbelok di udara, sambil mengeluarkan suara "Wceng weeng!", malah bukan menyerang salah satu di antara mereka, tapi terbang keluar pintu.

Saat ini seluruh Kui-li juga bersama-sama bergerak, dengan kecepatan yang sulit dibayangkan, masing-masing membopong seorang yang terluka, dalam sekejap menghilang di luar pintu.

Dua gembrengan baja itu memang berhasil mengalihkan perhatian.

Artinya berhasil mengalihkan perhatiannya Ku-mu dan Pu-couw-siancu, sehingga mereka bisa dengan aman melarikan diri, malah masih bisa membawa temannya yang terluka.

Ku-mu menegakan tubuhnya kembali, berkata: "Kenapa Siancu membantu aku mengusir mereka?"

Pu-couw-siancu tersenyum dan berkata: "Bukan aku lebih suka padamu dari pada mereka, tapi Lei-liu-ho-bi-tin mereka membuat aku pusing. Tadi jika aku adalah kau, pasti tidak tahu bagaimana harus menghadapi mereka, maka jika aku ada kesempatan, lebih baik segera menghancurkan barisan ini." Ku-mu berkata:

"Tidak peduli apa penjelasannya, kau tetap saja telah membantu aku! Tentu saja aku harus berterima kasih padamu."

Pu-couw-siancu menganggukan kepala: "Tentu saja harus begitu!"

"Aku akan menyewa dua orang pembunuh bayaran nomor satu yang pasti mampu membunuh Li Poh-hoan dan Hoyan Tiang-souw, gratis untuk Siancu, sebagai tanda terima kasihku!"

"Kau lakukan ini bukankah itu bisnismu rugi? Aku tidak bisa terimanya!"

"Siancu sudah menanam budi padaku, buat apa membicarakan masalah untung atau rugi?" Pu-couw-siancu berkata:

"Kita bicarakan dulu. Mmm......bagaimana kalau begini saja? Jika hari ini aku tidak bisa mem-bunuhmu, baru kau berterima kasih padaku dengan cara tadi, setuju?"

"Jika kau berhasil membunuhku, di dunia ini masih ada siapa lagi yang sanggup menyewa pesilat tinggi yang bisa membunuh Li Poh-hoan dan Hoyan Tiang-souw? usulanmu sangat tidak bagus!"

Pu-couw-siancu sambil tersenyum berjalan menghampiri dia, sampai jaraknya kurang lebih lima kaki baru berhenti dan berkata:

"Tapi aku tahu usulanku ini tidak ada yang lebih bagus lagi, sebab kau sudah bisa menundukan Giam-lo-kang-pat- kui-li, sedangkan mereka bisa pun dikalahkan aku, makanya aku terpaksa menggunakan cara menyerang secara diam-diam membantumu mengalahkan mereka.

Sekarang tinggal kita berdua, dan aku jadi bisa menghadapimu, kenapa aku tidak menggunakan kesempatan ini? Apakah aku akan membiarkan kau mencari pembunuh bayaran lain untuk menundukkan aku?"

Kata Ku-mu:

"Aku bersumpah selanjutnya dan selamanya tidak akan bermusuhan denganmu, juga tidak berani tidak sopan padamu."

"Kata-kata ini sedikit terlalu berlebihan. Tidak, kau jangan harap ada kesempatan menghadapi aku lagi. Kecuali. "

Dia berpikir kata-kata selanjurnya. Dalam mata Ku-mu menyorot harapan, hatinya berpikir, tidak peduli sesulit apapun syaratnya atau sangat menakutkan, dia akan menyanggupi saja dulu!

Ternyata tuan Ku-mu selalu sangat berhati-hati, maka terhadap ilmu silatnya Pu-couw-siancu sudah menyelidikinya dengan jelas sekali.

Diam tahu benar dia adalah orang yang mampu mengalahkan dirinya. Jika dia adalah penakluk dirinya, tentu saja dia tidak berani bersepekulasi!

Maka orang yang berkedudukan seperti tuan Ku-mu pun terpaksa harus mencari jalan keluar!

Wajah Pu-couw-siancu tersenyum-senyum, kecantikannya membuat orang mabuk, tapi perasaan sesat seperti ada juga seperti tidak ada, membuat hati orang berdebar-debar.

Dia berkata:

"Kecuali kau sudah mati, aku baru bisa tidur nyenyak. "

Setelah berkata seluruh tubuhnya menjelma jadi asap ringan, menerjang ke arah tuan Ku-mu.

Dalam sekejap di sekeliling malah di atas langit dan di bawah bumi bisa melihat jari cantiknya.

It-cie-cian-pian benar-benar jurus jari yang tiada duanya di dunia, Ku-mu jadi mengeluh karenanya......

Keluhan terhenti dan kesepian di luar jendela. Orang yang mengeluh adalah Hoyan Tiang-souw.

Di sebuah gang di kota Nan-king. Dari benteng belakang rumah dia melihat ke dalam, tepat melihat bayangan sesosok bertubuh cantik di dalam jendela.

Lalu melihat wajah dia yang sedikit bingung.

Hoyan Tiang-souw sendiripun tidak bisa membedakan keadaan hatinya benci atau rindu.

Hay... Cui Lian-hoa, kau kelihatan begitu cantik begitu lembut. Kau pernah membuat aku yang tidak pernah melarikan diri, malah terburu-buru melarikan diri, tapi kenapa kau mengutus orang diam-diam ingin membunuh aku?

Apa salahku sehingga timbul rasa ingin membunuh? Selain saat di tepi See-ouw aku buru-buru melarikan diri, aku tidak pernah satu kali pun berdosa padamu. Dan apakah melarikan diri dosanya harus mati?

Di bawah sinar lilin yang tidak begitu terang, Cui Lian- hoa tetap saja cantik dan bercahaya.

Tentu saja dia tidak mendengar suara hati Hoyan Tiang- souw.

Kenyataannya dia tidak tahu, dia mengintip diluar benteng.

Begitu Biauw Cia-sa pergi, perginya lama sekali, membuat Cui Lian-hoa jadi merindukan dan sangat mengharapkan dia kembali. ?

Karena dua anak buah yang diutus dia, selain diberi tugas untuk mengawasinya dengan ketat, saat ini perlahan seperti sudah berubah. Mata dan tawa mereka sudah terlihat niat yang tidak baik.

Jika Biauw Cia-sa kembali, mereka tentu tidak berani sembarangan bertindak, tapi jika dia masih belum kembali, masalahnya jadi sulit dikatakan.

Pintu kamar pelan-pelan dibuka.

Seorang muda bertubuh tegap sambil meme-gang pegangan pedang, melihat-lihat ke dalam kamar.

Akhirnya sorot matanya tidak berpindah lagi, setelah menatap pada wajah cantik Cui Lian-hoa.

Cui Lian-hoa menundukan kepala, juga diam diam duduk di kursi sebelah jendela. Hati dia gelisah dan khawatir, siapa pun bisa melihat dari wajahnya.

Jika dia tahu Hoyan Tiang-souw baru saja mau pergi, mungkin dia tidak bisa lagi berpura-pura atas keadaan hatinya! Dengan kata lain, dia pasti lebih gelisah dan khawatir.

Laki-laki muda itu akhirnya masuk ke dalam kamar, berdiri di depan Cui Lian-hoa tiga kaki.

Cui Lian-hoa terpaksa mengangkat kepala melihat dia. Di dalam hatinya mendadak dia merasakan keserakahan dan keegoisan laki-laki ini.

Dia memikirkan namanya dan memanggilnya: "Li Liong, kau punya julukan tidak?" Suara laki-laki muda itu sangat kuat, jawabnya: "Ada, julukanku Tui-hong-kiam- khek (Jago pedang pengejar angin), begitu aku mencabut pedang dan menyerang, banyak orang tidak bisa melihat bayangan pedangku."

"Julukan ini sangat enak didengar. Tapi dengan kemampuanmu, kenapa mau diperintah oleh seorang wanita, apa dia memberi banyak uang padamu?"

Li Liong teringat Biauw Cia-sa, wajahnya segera menjadi dingin.

Amarah dan ketakutan di dalam hatinya tampak di wajahnya.

Cui Lian-hoa dengan lembut berkata:

"Tindakan wanita ini selalu sulit diduga, bisa saja dia mendadak masuk ke dalam. Kulihat jika kau sudah menerima bayaran dari orang, paling bagus menuruti kata- kata dia, jangan masuk ke dalam kamar ini, juga jangan bicara denganku." Li Liong dengan keras mendengus dua kali, mendadak dengan lesu berjalan keluar.

Tapi Cui Lian-hoa tidak lega terlalu lama.

Seorang laki-laki kurus kecil berwajah licik sudah masuk ke dalam kamar.

Wajahnya yang licik, membuat hatinya jadi sangat tegang.

Tentu saja dia tahu asal-usul orang luar biasa ini, dia adalah pesilat tinggi dari perguruan Cakar Elang marga Lu namanya Tong.

Ilmu Cakar Elang dia sudah dipelajari sampai tingkat ke tujuh, tinggal satu tingkat lagi maka sampai pad a tingkat paling atas.

Bicara ilmu Cakar Elang di masa sekarang, orang ini memang bukan pesilat tinggi nomor satu, tapi paling sedikit bisa dianggap nomor dua.

Tui-hong-kiam-khek Li Liong mungkin seorang pesilat tinggi dalam ilmu pedang.

Jurus pedang pengejar angin dan ilmu Cakai Elang dari Bu-tong, Cui Lian-hoa pernah melihatnya.

Di dalam hati dia berpikir, walaupun dia belurr kehilangan ilmu silatnya, dengan ketenaran Tuo-cengsiau, tetap saja lebih baik dia jangan berurusan dengannya.

Oleh karena itu dia ingin sekali tahu, orang yang seperti Li Liong dan Lu Tong pesilat tinggi yang memiliki ilmu silat aliran lurus, walaupun julukannya belum tenar, tapi kenapa memilih bekerja pada Biauw Cia-sa bukannya pada orang lain?

Tentu saja dia juga sadar kenapa dirinya bisa ketakutan dan tegang. Semua itu karena mereka adalah 'laki laki', dan dia sendiri justru memiliki wajah yang disukai laki laki.

Tadinya mereka orang jahat atau bukan, dia tidak tahu.

Tapi walaupun orang baik-baik, jika mereka tidak tahan dari godaan kecantikan sehingga menjadi lupa diri dan memaksa, orang baik-baik juga menjadi orang jahat!

Senyum licik Lu Tong, membuat dia tidak tampak seperti seorang ahli ilmu silat luar. Dia berkata: "Ku lihat Li Liong keluar dari sini!" Cui Lian-hoa sambil menundukan kepala: "Benar! Dia tadi ingin berbincang-bincang dengan aku, tapi begitu dia menyebutkan Biauw Cia-sa, gairahnya langsung hilang, sampai berkata pun tidak, langsung pergi keluar."

Benar saja, wajah Lu Tong pun menjadi gelap karena nama Biauw Cia-sa.

Dia seperti ingin pergi juga, tapi setelah mata-nya berkedip-kedip sejenak, mendadak dia tertawa bengis dan berkata:

"Biauw Lo-pan-nio sudah lama pergi, walau pun aku berharap dia pulang dengan selamat, tapi rada khawatir dia tidak bisa pulang!"

Cui Lian-hoa sengaja menyebut nama Biauw Cia-sa, tapi kelihatannya tidak bisa membuat Lu Tong takut, di dalam hati dia menjadi semakin tegang.

Perasaannya memberitahu dia, malam ini dia bakal kesulitan menghadapi Lu Tong.

Mendadak dia teringat dua gedung tinggi 'Chun-hong' dan 'Hoa-goat' di Yang-ciu, dua gedung tinggi yang megah dan berwibawa. Yang disebut di depan adalah keluarga dunia persilatan Kiam-liu (Pedang Liu).

Yang disebut dibelakang adalah rumah dia, juga satu keluarga dunia persilatan, dengan ilmu Tuo-ceng-siau telah menggemparkan dunia persilatan ratusan tahun.

Dua keluarga besar dunia persilatan ini bersama-sama disebut Chun-hong-hoa-goat-lou.

Waktu itu mereka sangat disegani dan damai, sekarang zaman sudah berubah sangat jauh, kejadian di masa lalu seperti di planet lain......

Tidak tahan dengan pelan dia mengeluh. Lu Tong mengerutkan alis dan berkata:

"Yang harus mengeluh bukan kau tapi aku. Kau tahu tidak, separah apa aku melatih sepasang tanganku ini? Aku beritahu, mulai usia dua belas tahun aku berlatih ilmu silat, sampai sekarang sudah berusia tiga puluh dua tahun, sudah dua puluh tahun penuh aku dengan susah payah melatihnya!"

Cui Lian-hoa keheranan dan berkata:

"Kau bersusah payah berlatih, tentu saja itu sangat bagus, kenapa kau bukan merasa senang malah mengeluh?"

Lu Tong dengan kesal berkata:

"Aku sendiri merasa akhirnya sedikit berhasil, tapi aku belum ternama, juga belum kaya, tapi malah bertemu dengan Biauw Cia-sa pelacur ini!"

Cui Lian-hoa berkata:

"Dia kenapa? Bukankah dia majikan kalian?" "Hemm, majikan? Dia itu brengsek. Jika dia tidak menggunakan racun ulat, aneh jika aku tidak merobeknya hidup-hidup!"

Saat ini Cui Lian-hoa baru sadar.

Tapi hati Lu Tong tampak tidak jujur juga, mengalami karma ini tidak perlu dikasihani.

Lu Tong kembali berkata:

"Aku pernah mencari beberapa tabib ternama, mereka juga telah mengetahui aku terkena racun aneh, tapi tidak mampu mengobatinya. Maka aku terpaksa jadi bawahannya.

Aku terpaksa setiap hari mendoakan dia sehat dan selamat, jika tidak, aku tidak bisa mendapatkan obat penawarnya setiap bulan."

Cui Lian-hoa berkata:

"Kali ini dia sudah pergi selama dua puluh hari, sampai sekarang masih belum pulang, tidak mengherankan hatimu jadi risau!"

"Dia mungkin tidak akan kembali lagi, jadi aku terpaksa harus berpikir-pikir. Aku bertanya pada diriku sendiri, jika nyawaku tinggal tiga hari lagi, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku menghabis-kan waktu yang tinggal tiga hari lagi?"

Cui Lian-hoa dengan lembut berkata: "Jangan terlalu pesimis, aku percaya Biauw Cia-sa bisa pulang tepat waktu." Lu Tong berkata:

"Jika dia bersembunyi, sengaja menunggu racunku kambuh dan mati, baru dia pulang, kalau begitu bukankah hidupku sia sia?"

Cui Lian-hoa bertanya hati-hati: "Kalau begitu tiga hari ini kau ingin bagaimana melewatinya?"

"Harapan aku tidak besar." Lu Tong kata, "jika tidak ada kesempatan bertarung dengan Biauw Cia-sa, tiga hari ini aku hanya berharap bisa selalu memeluk mu, terus bersenang-senang denganmu."

Mata cantik Cui Lian-hoa terkejutnya sampai membeku.

Setelah beberapa saat, mendadak dia berkata: "Di benteng belakang seperti ada suara aneh, kau dengar tidak?"

Lu Tong dengan tajam menatapnya, dalam matanya semakin menyorot sinar yang panas.

Dia berkata:

"Kau tidak perlu berusaha mengalihkan perhatianku, jika nyawaku tinggal tiga hari, kenapa aku tidak menikmati dirimu sepuasnya?"

Cui Lian-hoa tertawa pahit dan berkata: "Nasibmu kurang beruntung, sia-sia saja memiliki kemampuan tinggi tapi tidak bisa tersohor, walaupun sangat menyedihkan. Tapi nasibku juga tidak beruntung, selalu kesepian dan menyedihkan, tidak lebih baik dari padamu!"

Dia mengeluh dalam-dalam dan berkata lagi:

"Kalian laki-laki kenapa begitu menganggap penting masalah ini? Kenapa harus menghina kaum perempuan seperti itu?"

Lu Tong sedikit tertegun, lalu tertawa bengis. Dia berkata:

"Tidak perlu dibicarakan lagi. Laki-laki adalah laki-laki, di seluruh dunia sama, mungkin setelah usiaku lewat lima enam puluh tahun, baru memikirkan hal ini. Tapi sekarang masih tidak bisa!" Siapa pun orangnya jika merasa nyawanya hanya tinggal tiga hari lagi, pikirannya pasti sedikit tidak normal, itu kejadian alami yang masuk akal.

Di dalam keadaan begini, beberapa orang bisa sangat terpukul, tidak ada gairah pada segala hal. Selain orang macam begini, mungkin pilihan masing masing orang berbeda.

Lu Tong berharap dalam tiga hari, sepuasnya melampiaskan kesenangan di atas tubuh wanita ini.

Pikiran ini sebenarnya juga tidak ada yang aneh.

Hanya saja jika sasarannya bukan Cui Lian-hoa yang cantik seperti dewi, apakah gairah dia masih bisa sebesar ini?

Cui Lian-hoa mengerutkan tubuhnya dan mengerutkannya lagi, sepertinya sekarang hawanya akan menurun, makanya tubuh dia merasa sangat dingin. Di dalam hati merasa kesepian dan tidak ada yang menolong!

Lu Tong mengadukan giginya dengan kuat dan mengeluarkan suara yang amat serius. Dia berkata:

"Kau katakan, mau atau tidak mau, satu kata sudah cukup!"

Cui Lian-hoa menggelengkan kepala dan mengeluh sedih:

"Aku tidak mau. Tapi aku tidak mau pun tidak bisa merubah nasib. "

Lu Tong tertawa bengis dan berkata: "Betul, perkataanmu malah betul sekali!"

Tiba-tiba pintu kamar terdengar suara ketukan, "Took took!". Di dalam mata Lu Tong menyorot sinar ganas, sepasang lengan pelan-pelan dibentangkan seperti kepiting, ke dua telapak tangannya juga mendadak mengembang besar.

Ilmu pukulan orang ini sungguh luar biasa.

Cui Lian-hoa sedikit terkejut karenanya, walau pun tenaga dalamnya sudah hilang, tapi ketajaman matanya masih ada, makanya pasti tidak salah lihat.

"Siapa diluar?" kata Lu Tong dingin. Pintu kamar "Kreek!" dibuka.

Di depan pintu muncul pemuda berperawakan tegap beralis tebal, matanya seperti mata macan.

Di bawah ketek kirinya mengempit sebilah golok, sarung goloknya sangat kuno.

Lu Tong dengan dingin kembali bertanya: "Siapa kau?"

Suara si pemuda itu seperti geledek: "Aku adalah Hoyan Tiang-souw."

Lu Tong membelalakan sepasang matanya, dengan teliti memperhatikan pesilat tinggi yang baru saja terjun ke dunia persilatan tapi namanya sudah tersohor di seluruh dunia persilatan.

Dia melihat dengan teliti, Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak bergerak membiarkan dia memperhatikannya.

Tapi perasaan Cui Lian-hoa berbeda, dia merasa pemuda ini sangat percaya diri, dia tidak takut musuh mencari kelemahannya, kapan pun waktunya tetap sama.

Namun tidak peduli dia jagoan bagaimana, dia pernah buru-buru melarikan diri di depannya. Laki laki benar-benar hewan yang aneh!

Dia mulai tersenyum, berpikir mesra di dalam hati. Terdengar Lu Tong berkata:

"Aku pernah mendengar nama besarmu, aku tahu Mo-to mu sangat hebat, tapi kau lebih beruntung dari padaku, kau tidak bertemu dengan Biauw Cia-sa."

Senyum Hoyan Tiang-souw juga ganas dan menakutkan.

Dia berkata:

"Aku pernah bertemu dengan dia, malah pernah bertemu dengan orang yang lebih lihay dari dia, orang itu adalah pesilat tinggi yang lebih tinggi dari dia di Lam-kang Tok- kiam-bun, orang menyebutnya Pek-jiu-cian-kiam To Sam- nio."

"Apakah To Sam-nio lebih lihay dari Biauw Cia-sa?

Bagaimana akhirnya dia?" Hoyan Tiang-souw berkata:

"Dia tidak apa-apa, akhirnya aku tidak memper sulit dia."

Jika kau bisa mempersulit seseorang, tentu saja ilmu silat mu lebih tinggi dari pada lawan, baru bisa. Tiba-tiba Lu Tong merasa senang katanya:

"Kau tidak takut pada racun ulat dia? Apakah kau bisa membebaskan orang yang terkena racun ulat mereka?"

"Aku tidak bisa!"

Lu Tong segera menundukan kepala:

"Jika kau tidak bisa. Terpaksa aku bertanya, apa tujuanmu datang kemari! Tapi aku perkirakan kau pasti datang untuk Cui Lian-hoa, perkiraan aku salah, tidak?" Sekarang Hoyan Tiang-souw baru bisa melihat pada Cui Lian-hoa dengan jelas, saat dua orang saling pandang, hati dia tanpa ada sebab merasa sedih.

Sorot matanya kembali pada Lu Tong, berkata: "Tidak salah, aku datang demi dia."

"Apakah kau mau membawa dia pergi?"

Mata macan Hoyan Tiang-souw melotot, sinar berkilat terpancar. Dia berkata:

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Jika kau seorang Enghiong, jika kau ingin tersohor di dunia persilatan, bagaimana bisa tidak berbicara dan hatinya sempit?"

Lu Tong tertegun sejenak, mendadak dia jadi bersemangat, dengan keras berkata:

"Betul, baik, aku akan berkata jujur, aku tidak akan biarkan kau membawa pergi Cui Lian-hoa.

Aku beritahu satu hal di depan, yaitu nyawa aku mungkin hanya tinggal tiga hari, maka aku tidak takut kalah, juga tidak takut mati. Jika aku tidak memberitahu, maka itu bukan kelakuan seorang laki-laki sejati."

Hoyan Tiang-souw seperti tidak mendengar, dia berpaling melihat pada Cui Lian-hoa.

Pantaskah bertarung nyawa demi wanita ini?

Nyawaku tidak sehina debu, tidak seharusnya mempertaruhkan nyawa pada wanita yang mengutus orang untuk membunuhku. Tapi kelihatannya dia telah kehilangan ilmu silatnya, dia pasti tidak mau dihina oleh Lu Tong......

Lu Tong berkata dengan marah: "Apa kau mendengar kata-kataku?"

"Ssst," Pek-mo-ci-to keluar dari sarung golok-nya tiga inci.

Hoyan Tiang-souw menepak-nepak sarung goloknya, sorot matanya kembali melihat wajah Lu Tong, hawa amarah keluar dari ujung alisnya, tampang nya sangat ganas.

Dengan suara seperti geledek berkata: "Nyawamu hanya tinggal tiga hari bagus, tinggal tiga jam juga bagus, aku tidak peduli. Pokoknya kau tidak berhak menghina orang. Kau berhak men-cabut pedang bunuh diri sendiri, tapi tidak boleh menghina Cui Lian-hoa." 

Wajah Lu Tong dari sedikit merah menjadi merah padam, sorot matanya mengikuti perubahan, wajahnya bertambah tajam.

Lalu dia menganggukan kepala:

"Bagus, kau hebat, orang lain takut pada Mo-to mu, tapi aku tidak takut. Sebab pada suatu hari nanti aku pasti mencarimu, jika nyawaku tidak tinggal tiga hari lagi!"

Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw mencabut golok-nya, bukan saja sinar berkelebat memenuhi ruangan, dan tubuh dia juga sudah berada di depan Cui Lian-hoa.

Dengan demikian Lu Tong harus menjatuhkan dia dulu, baru bisa menghadapi Cui Lian-hoa.

Dia tahu. Lu Tong berkali-kali menekankan nyawanya tinggal tiga hari, tujuannya untuk melemahkan semangat tempur dia.

Sebab siapa pun orangnya jika menghadapi seorang musuh yang kuat dan menjelang ajalnya, pasti akan berpengaruh besar pada semangat tempurnya. Menghadapi musuh seperti itu, tentu saja tidak bisa dengan bebas melawannya.

Inilah siasat Lu Tong.

Walaupun kata-katanya jujur tapi itupun salah satu cara menggempur hati lawan.

Amarah Hoyan Tiang-souw bertambah karena ini, maka dia tidak tahan mencabut Mo-to nya.

Jarang sekali dia melakukan hal ini.

Biasanya dia mencabut golok setannya saat musuh sudah menyerangnya, dengan semangat tinggi dalam satu jurus membunuh musuh.

Justru karena dia sudah terbiasa bertarung dengan cara bergerak belakangan tapi mencapai tujuan lebih dulu, maka sekali marah dia telah mencabut goloknya keluar, setelah itu dia malah jadi tidak tahu harus bagaimana menyerangnya.

Tentu saja dia tidak bisa mengayunkan golok-nya memenggal kepala lawan, sebab hal itu sangat tidak biasa.

Apalagi jika dia sampai tidak bisa menentukan hasilnya dalam satu jurus, di dalam hati dia sedikit banyak ada perasaan terhina.

Kebetulan begitu Mo-to keluar dari sarung goloknya, hawa di dalam ruangan mendadak turun, hawa membunuh dingin menusuk tulang.

Maka Lu Tong tidak sabar lagi, mendadak dia mengangkat kedua sikutnya, dua telapak tangan dibuka lebar, sepuluh jari tangan sudah mengembang seperti lobak.

Dalam teriakannya tangan kiri mengeluarkan jurus Seng- ih-tou-hoan (Bintang berpindah berubah mengecil), sedang tangan kanan mengeluarkan jurus Ku-kiam-ceng-sim (Pedang kuno dengan perasaan dalam).

Dua jurus ini membuat hawa sampai cara dan tenaganya sama sekali berbeda.

Seng-ih-tou-hoan di tangan kiri, bukan saja seperti waktu berlalu, selain tidak ada perasaan juga bergerak sangat cepat, siapa pun jangan harap bisa menghadangnya, jangan harap menariknya.

Ku-kiam-ceng-sim di tangan kanan, seperti ingin mengutarakan isi hati tapi tidak jadi, mau berjalan tapi tidak melangkah, bolak balik tidak henti-hentinya.

Cui Lian-hoa melihat dengan jelas, dalam hatinya terkejut sampai tidak tahan memujinya.

Dia sadar jurus yang digunakan Lu Tong adalah jurus hebat yang sudah menggemparkan dunia dari perguruan Cakar Elang, yang satu keras yang satu lembut, penuh perasaan tapi juga berhati dingin......

Tapi hati dia yang penuh perasaan dan sensitif segera sadar, tidak seharusnya dia memuji, tidak peduli ilmu silat Lu Tong sehebat sebagus apa, juga tidak seharusnya dipuji.

Maka dia segera terkejut, berteriak:

"Hati-hati, Hoyan Tiang-souw, kau hati hati. "

Di bawah ancaman bayangan sepuluh jari yang datang dari segala arah, Hoyan Tiang-souw berturut turut mundur delapan langkah.

Karena pujian wanita cantik seperti dewi itu, semangat Hoyan Tiang-souw jadi menurun, dia merasa dirinya tidak berguna.

Kenapa dia mau membelanya? Jika dia sedikit pun tidak menaruh hati pada-ku?

Untung teriakan terkejut dan peringatannya kembali membalikan keadaan.

Jika dia sedikit pun tidak ada perhatian, buat apa mengatakan dia hati-hati?

Semangat Hoyan Tiang-souw yang turun jadi naik lagi, semangatnya tambah membara, semangat tempurnya jadi seperti gelombang pasang menggelora.

"Traang!" seperti naga bersiul macan meng-gaum, sinar Mo-to menyilaukan mata, seperti sorot sinar matahari, membuat orang tidak bisa membuka mata.

Mo-to tidak menyerang tidak apa-apa, tapi begitu menyerang langsung terlihat hasilnya, artinya memastikan siapa yang mati siapa yang hidup.

Terlihat Mo-tonya bergerak seperti kilat, pertama menahan dulu jurus Seng-ih-tou-hoan nya Lu Tong.

Lalu mengeluarkan ledakan keras, sinar golok melesat kemana-mana, laksana ribuan aliran air berkumpul di lembah, salah satu sinar menyabet ke arah lima jari kanan Lu Tong.

Dalam sekejap Lu Tong sudah merubah dua belas macam cara mencengkram.

Wajah dia juga mengikuti serangan golok itu jadi dingin dan ketakutan.

Di dalam ribuan mimpinya sepanjang hidup, tidak pernah dia bertemu dengan musuh sekuat dan semantap ini.

Musuhnya jelas tidak peduli kalah atau menang, juga tidak peduli mati atau hidup, selalu hanya satu jurus, hanya satu jurus sudah menentukan nasib selanjutnya. Musuh yang berperilaku seperti ini, kenapa masih bisa hidup sampai hari ini? Kenapa bisa melanjutkan hidup dalam beribu-ribu pertempuran?

Lu Tong hanya bisa berpikir sampai disini, mendadak telapak tangan kanannya terasa dingin. Walaupun masih belum terasa sakit, tapi dia sudah tahu lima jari tangan kanannya......

O)))oodwoo(((O
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar