Persekutuan Pedang Sakti Jilid 22

Jilid 22

"TOA SUHENG tak perlu banyak bicara lagi dengannya, biar kuhadiahkan sebilah pisau terbang untuk mereka!"

Sambil berkata dia pun bersiap sedia melontarkan pisau terbang tersebut kemuka. "Tunggu dulu ji sumoay!" tiba tiba Kam Liu cu mencegah dengan setengah membentak. "Mengapa toa suheng menghalangiku?"

Kembali Kam Liu cu mengamati kedua mayat itu dengan seksama, kemudian bisiknya: "Bisa jadi dibalik kesemuanya ini masih terselip siasat lain."

"Jadi kau anggap mereka berdua bukan anggota selat Tok seh sia ?"

"Lebih baik kita maju kedepan dan memperhatikan mereka dengan lebih seksama lagi."

Kedua orang itu segera berjalan memasuki hutan gersang, mendekati peti mati itu diatas dada kedua sosok mayat tadi, segera dijumpai selembar kertas kuning yang tertempel disitu.

Ketika diamati lebih seksama lagi maka terbacalah diatas kertas itu tertera beberapa huruf yang berbunyi:

"Tewas diujung pisau terbangnya Thian sat bun."

Kam Liu cu segera berpaling dan memandang sekejap kearah Liu Leng poo, katanya kemudian
 
"Apakah ji siaumoay berhasil menentukan sesuatu gejala yang mencurigakan?"

"Tampaknya kesemuanya ini sengaja di persiapkan untuk menjebak kita. Sudah jelas Liong Cay thian sedang menggunakan siasat meminjam pisau membunuh orang.

Entah siapakah kedua orang itu?"

Rupanya setelah mendekati kedua sosok mayat itu, mereka baru dapat menyaksikan dengan jelas bahwa kedua orang yang berada dalam peti mati itu sudah di dandani orang dengan melabur wajah mereka dengan kapur putih, sehingga kalau diliat dari kejauhan, wajah mereka pucat menyeramkan.

Sebaliknya bila ditinjau dari pakaian yg dikenakan kedua orang tersebut, yang di sebelah kiri mengenakan jubah panjang berwarna hijau sedangkan yang di sebelah kanan memakai baju merah keperak-perakan, tampaknya seorang wanita.

Ketika mereka berdua melihat Kam Liu cu dan Liu Leng poo berjalan mendekat, sepasang bahu mereka segera bergerak-gerak berusaha meronta.

Ternyata sepasang tangan mereka telah dibelenggukan diatas tubuh masing masing dengan berapa utas tali yang kuat. Tak heran kalau mereka tak mampu bergerak sedikitpun jua.

Setelah mengamati kedua orang itu dengan seksama, Liu Leng poo segera berseru tertahan :

"Aaah! Rupanya mereka adalah Bwee hoi kiam Thio Kun kay kakak beradik, heran, mengapa mulut mereka pun disumbat orang dengan kapas...?”

"Benar, mereka adalah Thio tayhiap kakak beradik mengapa mereka bisa di permainkan orang macam begitu?

Ji sumoay cepat kau putuskan tali temali yang membelenggu tubuh mereka berdua."

Liu Leng poo segera menggerakan tangannya membebaskan diri dari belenggu tubuh kedua orang itu.

Thio Kun kay kakak beradik segera menggerakkan tangannya membebaskan diri dari belenggu, setelah mengeluarkan kapas dari mulut masing masing mereka menggerakkan pula keempat anggota badannya untuk melemaskan otot otot yang telah kaku sebelum melompat keluar dari dalam peti mati.

Kata mereka kemudian sambil memberi hormat;

"Thio Kun kay kakak beradik mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan yang telah diberikan Kam tayhiap. Kami telah dipermainkan oleh penjahat."

"Mengapa kalian berdua bisa sampai di sini?" tanya Kam Liu cu kemudian.

"Sebetulnya kami berdua datang kemari mengikuti susiok, tapi belum lama memasuki gua sudah terkena sergapan musuh sehingga ditawan mereka."

"Jadi susiok kalian Thian cu totiang pun telah datang?

Apakah kalian datang kemari untuk membantu saudara Wi yang tertawan oleh pihak Tok seh sia?"

Bwee hoa kiam hio Kun kay segera manggut-manggut.

"Kami berdualah yang pulang kegunung memberi laporan, maka suhupun memerintahkan kepada susiok untuk datang memberi pertolongan."

"Bagaimana ceritanya sampai kalian berdua tertawan? Dapatkah kalian menjelaskan secara terang-terangan?" Thio Kun kay berpikir sebentar kemudian baru katanya:

"Yang datang kemari bersama susiok adalah empat kakek seperguruan dari angkatan 'Keng' tapi berhubung semua orang belum pernah datang kebukit Kou lou san maka tak diketahui dimanakah letak selat Tok seh sia tersebut! Ketika mencapai bukit sebelah depan situ kamipun bertemu dengan seorang pemburu."

"Apakah dia yang memberi petunjuk kepada kalian agar datang kemari?" tanya Liu Leng poo.

"Betul, dia bilang selat Tok seh sia letaknya sangat rahasia dan keempat penjurunya dikelilingi tebing yang curam, katanya cuma ada dua jalan untuk menuju kesitu, satu diantaranya berada dibalik hutan kering ini."

"Jiko, apakah kau lupa dengan dua patah katanya yang berbunyi: "Hutan kering tiada jalan setapak, berapa li memasuki bukit awan?" seru Lak jiu im eng Thio Man pula.

"Yaa, tampaknya daya ingatanmu memang lebih baik, benar dia memang berkata begitu." Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Ketika kami serombongan sampai didalam hutan kering ini betul juga ditengah hutan situ kami berhasil menemukan sebuah tugu batu."

Ketika berbicara sampai disini, diapun menuding kearah belakang peti mati itu.

Mengikuti arah yang ditunjuk, kedua orang itu berpaling, benar juga dibelakang kedua peti mati itu berdiri sebuah tugu batu, diatas tugu itu tertera dua baris kata-kata yang amat besar, dan isinya memang berbunyi demikian:

"Hutan kering tiada jalan setapak berapa li memasuki bukit awan" "Apakai tugu batu ini merupakan pintu masuk mereka?"

tanya Kam Liu cu kemudian,

"Ketika kami sampai disini mengikuti susiok kami tahu kalau sudah tiba ditempat tujuan, tapi kami tak tahu apakah tugu batu itu mesti digeser sebelum menemukan pintu masuknya."

"Oleh karena itu kamipun beramai-ramai mendorong dan menggeser batu tadi siapa tahu tugu batu itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula, kemudian entah siapa yang menyentuh alat rahasia secara tak disengaja, ternyata tugu batu itu bergeser dengan sendirinya hingga muncul sebuah gua, susiok kamipun segera masuk kedalam gua itu lebih dulu."

"Apakah Thio tayhiap kakak beradik berjalan dipaling belakang?" tanya Liu Leng-poo kemudian.

"Perkataan lihiap memang benar, kami berdua memang mempersilahkan para suheng dari angkatan 'Keng' untuk berjalan lebih dulu dimuka." sahut Thio Kun kay.

"Apakah ada orang yang secara tiba-tiba turun tangan serta menyergap kalian berdua dari belakang?"

"Setelah semua orang memasuki gua itu, atas perintah susiok setiap orang wajib menjaga jarak antara lima sampai delapan depa untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan hingga tidak menjadi saling berdesakan satu sama lainnya."

"Ketika kami baru berjalan seperminum teh lamanya, mendadak kudengar adikku yang berada di belakang mendengus tertahan, cepat-cepat dia membalikkan badan sambil melakukan pemeriksaan, siapa tahu baru saja kami membalikkan tubuh, pinggangku sudah terasa kaku, jalan darahkupun telah ditotok orang."

Sambil berpaling ke arah Kam Liu cu, Liu Leng poo segera berkata sambil tertawa "Toa suheng. Nyata sekali kelicikan dari kebusukan hati Liong Cay thian, dia sengaja mendandani Thio tayhiap kakak beradik sebagai mayat hidup yang disiapkan didalam peti mati, seandainya kita sampai turun tangan dan salah melukai mereka tadi itu berarti kitalah yang membunuh mereka berdua. Atau dengan perkataan lain kita termakan oleh siasat meminjam golok membunuh orangnya."

"Sebaiknya bila mereka berdua tidak sampai terbunuh oleh kita berdua, maka merekapun bisa memakai keterangan dari kedua orang saudara ini untuk memancing kita masuk perangkap atau dengan perkataan lain termakan oleh siasat pancingannya. Nyata sekali bahwa dia memang mempersiapkan siasat berganda ini secara cermat dan lihay sekali " "Apa si siasat meminjam mulut memancing orang itu?"

tanya Lak jiu im eng Thio Man dengan perasaan kaget bercampur keheranan. Liu Leng poo tertawa.

"Bukankah kalian telah memberitahukan kepada kami bagaimana cara memasuki pintu gua itu

? Nah, disinilah terletak tujuan yang utama dari Liong Cay thian dengan memerankan kalian sebagai mayat hidup, padahal tempat ini bukanlah Tok seh sia yang kalian duga semula."

Thio Kun kay segera merasakan tubuhnya bergetar keras sesudah mendengar penjelasan itu, serunya tertahan :

"Tempat ini bukan selat Tok seh sia? Lantas tempat apakah ini...? "

"Tentu saja tempat ini merupakan perangkap yang telah dipersiapkan Liong Cay thian secara matang."

"Kalau begitu susiok kamipun sudah terjebak pula oleh perangkap mereka?" seru Thio Kun kay semakin terkejut.

"Aku rasa tak bakal meleset dari dugaan kami." sambung Kam Liu cu segera, "Ban kiam hweecu dan rombongan yang memasuki selat sejak semalam pun hingga kini belum ada kabar beritanya."

"Waaah, kalau begitu tentu lebih banyak ancaman bahayanya daripada kemujuran?" seru Thio Kun kay semakin panik.

-oo0dw0oo-

"Aku pikir meskipun orang-orang yang telah memasuki selat itu sudah tertawan semua, hingga kini keselamatan mereka belum sampai merupakan suatu ancaman." kata Liu Leng poo lagi.

"Apakah Wi siauhiap terkurung pula didalam sana?"

tanya Lak jiu im eng Thio Man tiba-tiba, wajahnya nampak gelisah dan sangat tidak tenang.

Kam Liu cu segera tertawa setelah mendengar perkataan itu :

"Sesungguhnya orang yang kalian jumpai waktu itu tak lain adalah Lan Kun pit yg sedang menyamar sebagai saudara Wi, kini Lan Kun pit sendiripun sudah berhasil di tolong."

Mencorong sinar terang dari balik mata Lak jiu im eng Thio Man setelah mendengar ucapan tersebut, cepat-cepat dia bertanya :

"Kam tayhiap, tahukah kau di manakah Wi siauhiap sekarang?"

Dengan pandangan seperti sengaja tidak sengaja Kam Liu cu melirik sekejap kearah Liu Leng poo, lalu sahutnya sambil tertawa :

"Sebelum malam tiba nanti, kalian pasti akan bersua dengannya, dan sekarang kami harus melakukan pemeriksaan lebih dulu atas batu tugu ini."

Selesai berkata, dia segera berjalan menuju kebatu tugu itu dengan langkah lebar.

Setelah mendapat janji bahwa sebelum hari gelap nanti ia sudah dapat bersua dengan Wi Tiong hong, Lak jiu im eng Thio Man kelihatan jauh lebih tenang dan berlega hati, mereka bertiga pun mengikuti di belakang Kam Liu cu mendekati batu tugu yang dimaksud.

Dengan suatu pemeriksaan yang teliti dan seksama Kam Liu cu memperhatikan sekejap sekeliling batu tugu itu, ternyata batuan itu terbentuk persegi yang terbuat dari batu hijau, tak nampak sama sekali suatu tanda atau bekas yang mencurigakan.

Tanpa terasa dia mengulapkan tangannya dan siap untuk meraba....

"Toa suheng, jangan kau raba dengan tangan telanjang !" mendadak Liu Leng poo mencegah,

"Aku masih ingat dengan jelas." kata Lak jiu im eng Thio Man kemudian dengan keras, "beberapa orang suheng kami dari angkatan 'Keng' melakukan dorongan dan tarikan

disekitar batu tugu itu, bahkan ada pula yang mencoba untuk menariknya ke atas entah bagaimana kemudian ternyata terbuka pintu gua yang amat besar disini."

Liu Leng poo tidak menanggapi keterangan tersebut, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit menjangan yang berwarna putih dan dikenakan di atas tangannya, lalu sambil berjongkok dia mulai meneliti batu tugu itu dengan seksama.

Sementara itu matahari sudah condong ke barat, hutan kering yang gundul memantulkan sinar yang panas menyengat dan menyinari batu tugu itu dengan jelas.

Dari tulisan "Hutan kering tanpa jalan setapak, berapa li memasuki bukit awan", Liu Leng poo segera menemukan bahwa pada hurup "ji" atau memasuki kelihatan bersinar dan lebih licin permukaannya, seakan-akan orang sering meraba huruf tersebut khususnya.

Sebagai seorang yang teliti penemuan tersebut membuat Liu Leng poo segera mengerti bahwa tombol rahasia untuk membuka pintu rahasia disitu terletak pada huruf "ji"

tersebut.

Berpikir sampai disini, diapun segera meraba huruf "ji" tadi dengan towelan ujung jarinya.

Rabaan tersebut dilakukan sangat ringan dan sama sekali tidak dibutuhkan tenaga yang terlalu besar, namun begitu rabaannya selesai, mendadak dari bawah tugu itu berkumandang suara gemuruh yang amat keras.

Pelan-pelan batu tugu itu bergeser kesebelah kanan dan muncullah sebuah lubang bawah tanah yang gelap gulita dibalik pintu gua terdapat undak-undakan baru yang menjorok turun kebawah sana.

Dengan perasaan girang Kam Liu cu segera berseru, "Ji sumoay, ternyata kau memang hebat!" Liu Leng poo tertawa dingin sahutnya,

"Toa suheng, coba kemarilah dan tengoklah!" "Apa yang berhasil kau temukan?"

Ia mendekati lorong bawah tanah itu, pada undak-undakan yang pertama segera dijumpai sebuah papan yang bertuliskan;

"Bila anda memiliki keberanian, silahkan memasuki jebakan." Kam Liu cu segera tertawa terbahak-bahak:

"Haaah, haaaah...bila ingin menggunakan siasat memanasi hati orang untuk menghadapi aku orang she Kam, maka cara tersebut tak akan memberikan manfaat apapun."

Sedangkan Liu Leng poo sengaja berseru dengan menghadap kedalam gua itu.

"Malam nanti kita akan datang lagi, sekarang lebih baik ditutup kembali, dari pada dibukanya pintu gua ini akan mengejutkan mereka yang bercokol didalam sana."

Habis berkata dia mendorong kembali batu tadi, pelan pelan pintu gua itupun merapat kembali.

Sambil bangkit berdiri Liu Leng poo berkata kemudian:

"Toa subeeg ayoh kita pergi sekarang."

Mereka berempat segera berjalan meninggalkan tempat itu dan keluar dari hutan gersang. Didalam perjalanan kembali, tiba-tiba Kam Liu cu berkata ;

"Ji Sumoay, apakah kau tidak kuatir perkataanmu tadi akan terdengar mereka?" Sambil mencibirkan bibirnya Liu Leng poo segera tertawa, dia balik bertanya.

"Kau anggap pintu batu itu benar-benar aku yang mendorong sehingga menutup kembali?" "Jadi bukan kau?" Kam Liu cu balik bertanya dengan perasaan terkejut.

"Pintu batu itu hanya bisa dibuka dari luar tak dapat ditutup dari luar, sudah barang tentu orang yang bersembunyi dibalik lorong itu yang menutupnya kembali."

"Lantas apa sebabnya kau memberitahukan kepadanya bahwa malam nanti kita akan melakukan tindakan?"

Kembali Liu Leng poo tertawa, "Bila kita tidak masuk pada saat ini berarti kita baru akan bergerak menjelang malam nanti, tak usah kukatakan pun mereka dapat menduga sendiri lantas apa salahnya bila sengaja kuutarakan lebih dahulu.?"

"Didalam soal ini aku merasa kurang setuju." kata Kam Liu cu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Sekali lagi Liu Leng poo tertawa ringan: "Aku tahu Liong Cay thian adalah seseorang yang banyak menaruh curiga inilah yang dibilang palsu itu benar, benar itu sesungguhnya palsu."

Berbicara sampai disini, dia segera berpaling kearah Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik sambil katanya lagi:

"Lebih baik kalian berdua ikut bersama kami menuju ketebing Thian long peng, di sana kita dapat merundingkan persoalan ini bersama sama."

"Jika perkataan enci Liu memang benar mari kita ikut bersama mereka!" ajak Lak jiu im eng Thio Man, Setelah keluar dari hutan gersang, keempat orang itu segera kembali ke tebing Thian long peng.

Wi Tiong hong, So Siau hui serta Thio lohan Khong Beng hweesio dan si naga tua berekor botak To Sam Sin belum kembali kemarkas, bahkan sipena baja Tam See hoa yang ditugaskan kebawah gunung pun belum kembali.

Tentu saja waktu itu matahari belum turun gunung waktu yang tersedia masih cukup panjang.

Ketika Ma koan tojin menyaksikan Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik datang bersama Kam Liu cu berdua cepat-cepat dia maju menyambut sambil katanya.

"Rupanya Thio tayhiap kakak beradikpun telah menyusul kemari, maaf kalau pinto tidak menjemputmu dari kejauhan."

"Thio ki co totiang dari Bu tong pay telah memasuki lembah pula semalam." Kam Liu cu menerangkan, "aku kuatir mereka sudah terkurung disana."

Dengan rasa kaget Ma koan tojin berseru

"Jadi Thian ki cu totiangpun baru semalam memasuki lembah? Kalau begitu waktunya hampir bersamaan dengan keberangkatan Kiamcu kami. "

Secara ringkas Thio Kun kay berdua pun menceritakan kembali pengalamannya yang baru dialami.

Setelah mendengar penuturan tersebut. Ma koan tojin segera berkata sambil menghela napas,

"Aaai... kalau begitu selat Tok seh sia gadungan ini benar-benar sudah dipasang dengan pelbagai alat rahasia serta jebakan-jebakan menakutkan, sehingga diantara

mereka yang memasukinya, delapan sampai sembilan puluh persen tentu terperangkap." Liu Leng poo tertawa.

"Akulah yang mengundang kehadiran Thio tayhiap kakak beradik kemari, sekarang kita harus merundingkan bersama bagaimana caranya memasuki selat tersebut dan bagaimana pula keadaan didalam lembah itu, buat apa sih kalian membicarakan masalah yang sama sekali tak ada sangkut pautnya ?”

Kam Liu cu tahu kalau sumoaynya ini seorang yang teliti dan pintar, dia bukan termasuk seorang yang suka berbicara secara langsung dan blak-blakan, ketika secara tiba-tiba ia mengucapkan beberapa patah kata itu kontak saja dia menjadi tertegun.

Sementara itu Ma koan tojin telah berkata :

"Perkataan lihiap memang tetap sekali."

Liu Leng poo tertawa, kemudian sambil berpaling ujarnya kembali "Thio tayhiap baru saja keluar dari lembah, sedang kamipun ingin sekali mengetahui keadaan didalam lembah yang seharusnya, bersediakah Thio tayhiap untuk memberikan keterangan dengan sejelas- jelasnya?"

Sekali lagi Kam Liu cu dibuat tertegun, pikirnya lagi :

"Bukankah Thio Kun kay kakak beradik sudah tertawan oleh musuh ketika baru saja memasuki gua dimana akhirnya mereka di dandani sebagai mayat hidup. Tapi kalau di dengar dari pembicaraan ji sumoay agaknya dia seperti mencurigai kedua orang ini?"

Sementara itu Bwee hoa Kiam Thio Kun kay telah menjawab,

"Kami berdua sudah kena disergap hingga roboh tak sadarkan diri ketika baru saja memasuki gua. Bukan saja tidak mengetahui secara jelas keadaan didalam gua itu, bahkan lorong yang menghubungkan gua itupun tak sempat terlihat secara jelas. Bukankah pengalamanku telah kuutarakan tadi?"

"Betulkah demikian?" jengek Liu Leng poo tiba-tiba sambil senyum tak senyum.

"Perkataan jikoku memang benar" Lak jau Im eng Thio Man segera menyambung "Baru saja memasuki lorong dibawah tanah jalan darah kami sudah ditotok. sampai kalian datang tadi jalan darah kami baru dibebaskan sudah barang tentu kami tidak akan mengetahui keadaan yang sebenarnya didalam lembah itu."

"Adik cilik, aku percaya kau memang tidak tahu, tapi Thio tayhiap bisa jadi mengetahui lebih banyak lagi."

Paras muka Thio Kun kay segera berubah hebat, serunya segera dengan nada tak senang: "Apakah Liu lihiap menaruh curiga kalau aku sengaja menyembunyikan keterangan?" Ssmentara itu Kam Liu cu telah berpikir kembali:

"Thio Kun kay adalah seorang jago bu tong pay yang cukup ternama didalam dunia persilatan tindakan dari ji sumoay memang terlalu kelewat batas."

Berpikir demikian, diapun mendongakkan kepalanya siap berbicara lagi,

Tapi Liu Leng poo segera memberi tanda dengan kerdipan mata agar dia jangan berbicara dulu, kemudian sambil tertawa merdu katanya lebih iauh:

"Benarkah Thio tayhiap tidak secara sengaja menyembunyikan suatu keterangan?"

"Semua pengalaman dan musibah yang kami berdua alami telah dibeberkan semua, apalagi yang lihiap curigakan?" "Yang ingin kutanyakan ada1ah soal Thio tayhiap pribadi, jangan kau sangkut pautkan dengan adik kecil ini."

"Lihiap!" ujar Thio Kun kay kemudian dengan wajah tak senang hati. "Kau sengaja membeda-bedakan kami dua bersaudara, sebenarnya apa maksudmu?"

Liu Leng poo tertawa dingin: "Dan apa pula maksud Thio tayhiap dengan tidak bersedia membeberkan keadaan yg sesungguhnya didalam lembah?"

Ketika Lak jiu im eng Thio Man menyaksikan Liu Leng pon cekcok sendiri dengan jikonya, buru buru dia berseru:

"Enci Liu, jiko ku benar-benar tidak tahu!" "Adik cilik, Kau tak usah membantunya berbicara.

Sebentar lagi kau toh akan mengerti sendiri." kata Liu Leng poo sambil tersenyum manis, Bwee hoa kiam Thio Kun kay nampak semakin gusar lagi segera teriaknya:

"Tampak Liu lihiap menaruh curiga terhadap kami berdua biarpun susiok kami sudah terperangkap didalam lembah, Bu tong pay kami tidak butuh bantuan kalian, Hmmm... Adikku ayoh kita pergi saja."

Sehabis berkata, ia segera bangkit berdiri

Lak jiu im eng Thio Man menjadi serba salah dibuatnya, sebentar dia memandang kakaknya sebentar lagi memandang Liu Leng poo, lalu serunya dengan ragu-ragu

"Jiko..."

"Adikku tak usah banyak bicara lagi, ayoh berangkat!" tukas Thio Kun kay sambil mengulapkan tangannya.

Kam Liu cu tidak menyangka kalau kedua orang itu bakal ribut sampai sejauh itu, baru saja dia ingin berbicara....

Liu Leng poo telah berseru kembali sambil tertawa dingin :

"Lebih baik Thio tayhiap sedikit tahu diri, setelah kau datang kemari, tak akan segampang itu untuk pergi kembali!"

Sekali lagi paras muka Thio Kun kay berubah hebat, mendadak ia cengkeram pergelangan tangan kiri Lak jiu im eng Thio Man sambil serunya!

"Ayoh kita pergi!"

Dia segera menyeret gadis itu dan keluar dari ruangan gua...

Lak jiu im eng Thio Man segera merasa cengkeraman jikonya begitu kuat bagaikan jepitan baja, membuat pergelangan tangannya yang tercengkeram menjadi sakit sekali. Tanpa terasa dia kena terseret sehingga maju beberapa langkah ke depan.

Dengan gelisahnya cepat-cepat dia berteriak lagi ; "Jiko kau. " Tanpa menggeserkan tubuhnya dari posisi semula, Liu Leng poo telah berkata lagi sambil tertawa,

"Dia bukan jiko mu !"

Lak jiu im eng Thio Man menjadi terkejut sekali, mendadak dia menghentikan langkahnya seraya berpaling ke arah Thio Kun kay.

Sementara itu Thio Kun kay telah mencengkeram pergelangan tangan kiri Thio Man semakin kencang, sementara tangan yang lain cepat-cepat ditempelkan ke atas punggung gadis itu, katanya kemudian sambil tertawa seram :

"Barang siapa berani menghalangi kepergianku, akan kuhancurkan isi perutnya lebih dulu!"

"Kau bajingan laknat, siapakah kau sebenarnya?" jerit Lak jiu im eng Thio Man dengan geramnya.

Liu Leng poo masih kelihatan amat tenang, katanya kemudian sambil tertawa merdu : "Kau tak akan dapat meloloskan diri dari sini lebih baik bebaskan adik kecil itu."

Thio Kun kay gadungan segera melayangkan pedangnya dan memandang sekejap ketiga orang itu tampak Liu leng poo Kam Liu cu maupun Ma koan tojin telah mengambil posisi mengurung dari jarak satu kaki, namun tak seorangpun diantara mereka yang berani berusaha untuk menyerobot si nona dari cengkeramannya.

Maka setelah tertawa dingin katanya,

"Tak usah kuatir aku tak akan melukai jiwanya, asal kau bersedia menghantarku menempuh sekian jauh, otomatis aku akan membebaskan dirimu, nah sekarang ikutilah aku tanpa membantah."

Pelan-pelan Liu Leng poo mengeluarkan sebilah pisau terbang tipis dari sakunya, lalu membentak keras !

"Berhenti, kusuruh kau membebaskan dirinya, apakah kau dengar?"

"Sekarang aku akan menghitung sampai bila kau belum juga melepaskan dirinya, pisau terbang hwe hong to dari Thia sat bun segera akan berbicara, aku yakin kau pasti pernah mendengar tentang kelihayan pisau terbang ini bukan?"

Setelah berhenti sejenak, dia kembali berteriak keras : "Satu...Dua.."

Sejak melihat Liu Ling poo meloloskan pisau terbangnya tadi, Thio Kun kay gadungan sudah nampak gugup dan panik, tiba-tiba dia mendorong tubuh Lak jiu im eng Tnio Man dengan telapak tangan kanannya seraya membentak keras : "Ayoh cepat jalan!"

Oleh dorongan tersebut, terpaksa Lak jiu im eng Thio Man bergerak menuju kemuka,

Tetapi pada saat itulah mendadak terdengar Kam Liu cu membentak sambil tertawa terbahak-bahak ; "Roboh kau!!!"

Rupanya menggunakan kesempatan disaat seluruh perhatian Thio Kun kay gadungan tertuju ke pisau terbang ditangan Liu Leng poo, secara diam-diam ia telah mengeluarkan ilmu totokan dari udara kosong untuk menghajar jalan darah pada tubuhnya.

Tak ampun lagi Thio Kun kay gadungan segera terkena totokan dan roboh terjungkal ke atas tanah.

Lak jiu im eng Thio Man sendiri pun cepat-cepat membebaskan diri dari cengkeraman tangan lawan dan melompat ke samping.

Menanti lawan sudah roboh, Ma koan to jin baru berseru memuji : "Ilmu tenaga dalam yang dimiliki Kam tayhiap memang hebat sekali!"

Pelan-pelan Kam Liu cu berjalan menuju ke samping Thio Kun kay gadungan lalu mencopot topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.

Serentak sorot mata dari Liu Leng poo, Ma Koan tojin serta Lak jiu Im eng Thio Man ditujukan keatas wajah orang itu.

Ternyata orang itu berwajah bersih dan lembut seperti wajah perempuan, tapi usianya di antara dua puluh dua tahunan.

Kam Liu cu menjadi tertegun setelah menyaksikan hal ini, serunya kemudian dengan kening berkerut,

"Mirip sekali dengan seorang wanita!" Liu Leng poo manggut-manggut.

"Betul, dia memang seorang wanita. Sewaktu masih berada didalam hutan gersang tadi, aku berdiri sangat dekat dengannya dan lamat-lamat dapat ku endus bau harum semerbak yang memancar keluar dari badannya, lalu ketika keperhatikan gayanya sewaktu berjalan, ternyata dia tak bisa melangkah tegap sebagaimana layaknya kaum lelaki, maka aku pun segera yakin kalau dia adalah seorang wanita yang sengaja berperan sebagai Thio tayhiap untuk mengelabuhi kita."

"Selain putri Liong Cay thian, belum pernah kudengar kalau di dalam selat Tok seh sia masih terdapat perempuan lain." kata Kam Liu cu selanjutnya.

"Yaa, aku sendiripun merasa bahwa orang ini amat mencurigakan."

Sembari berkata dia lantas berjongkok dan menggeledah seluruh isi saku perempuan itu, segera ditemukan sebutir bola besi sobesar buah tho dan kantong kecil yang indah.

Liu Leng poo segera menekan bola besi itu dan tiba tiba... "Criiing" memancar keluar serentetan cahaya berwarna keperak-perakan. Ternyata bola besi itu merupakan sebilah senjata panjang yang mirip pedang bukan pedang, golok bukan golok, tapi tipis dan tajamnya luar biasa.

"Itu adalah golok besi tipis." seru Kam Liu cu. Liu Leng poo manggut-manggut, ketika dia menekan kembali tombolnya, secara otomatis golok perak itu menyusup kembali dan berubah lagi jadi sebuah bola besi.

Ketika da mencoba untuk memeriksa isi katung kecil itu, ternyata isinya berupa dua buah botol kecil terbuat dari porselen, belasan batang paku beracun serta sebuah lencana besi berwarna hitam gelap.

Liu Leng poo memperhatikan sekejap lencana besi itu, kemudian sambil di lontarkan kearah Kam Liu cu katanya:

"Toa suheng, coba kau lihat benda ini.."

Kam Liu cu segera menerimanya serta diperhatikan dengan seksama, mendadak paras mukanya berubah hebat, serunya tertahan.

"Jangan-jangan dia adalah anak murid dari perguruan Kiu siang bun.." "Ya, kemungkinan besar memang benar,"

Tiba-tiba Ma koan tojin merasakan seluruh tubuhnya bergetar keras, selanya.

"Apakah perguruan Kiu siang bun yang Kam tayhiap maksudkan adalah..."

Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak perempuan yang jalan darahnya tertotok itu sudah melompat bangun, menyerobot kembali lencana besi itu, lalu secepat kilat panah yang terlepas dari busurnya melesat keluar dari dalam gua.

Perubahan yang terjadi amat mendadak, sama sekali diluar dugaan siapa pun, di tambah lagi perempuan itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, membuat semua orang menjadi gelagapan dibuatnya. Sambil membentak keras, Liu Leng poo segera bersiap sedia melakukan pengejaran.

Tapi Kam Liu cu cepat-cepat menggoyang-goyang tanganaya sambil mencegah: "Ji sumoay, tak usah dikejar, biarkan dia pergi!"

Dengan kening berkerut Liu Leng poo segera berseru dengan perasaan mendongkol

"Hmm, dalam posisi saling berhadapan muka pun, dia berhasil meloloskan diri dari cengkeraman kita, kali ini kita benar benar sudah dipecundangi orang!"

"Bagi yang belum pernah dipecundangi orang apa salahnya kalau dipecundangi sekali ini?" kata Kam Liu cu sambil tertawa terbahak-babak, "Kalau dibilang memalukan, sesungguhnya akulah yang mesti malu, bukan saja jalan darah yang kutotok berhasil dia bebaskan, malahan berhasil pula menyerobot benda yang berada ditanganku."

Setelah mendengar perkataan itu, semua orang baru tahu kalau lencana besi itupun kena diserobot kembali.

Dengan wajah serius Kam Liu cu berkata lebih jauh:

"Anak murid dari perguruan Kiu siang bun ternyata bisa muncul ditempat ini, tampaknya persoalan yang kita hadapi sekarang tak boleh dianggap enteng." "Hmmnn, mungkin saja siluman tua Kiu siang masih teringat dengan dendam sakit hatinya terhadap suhu dimasa lampau, sehingga dia sengaja bersekongkol dengan pihak selat Tok seh sia untuk menghadapi perguruan Thian sat bun kita."

"Ji sumoay, kita tak boleh sembarangan berbicara sebelum duduknya persoalan menjadi jelas." buru-buru Kam liu cu mencegah.

"Bukankah duduknya persoalan sudah tertera jelas didepan mata? Apa lagi kita pun sudah berhasil menemukan papan tulisan yang khusus ditujukan kepada kita? Hmm...mereka malah berulang kali berkoar hendak menjumpai Thian sat bun kita, apakah hal ini bukan bukti yang jelas?"

"Pada mulanya aku masih mengira kesemuanya ini merupakan siasat busuk dari Liong Cay thian kalau dipikirkan sekarang, bukankah sudah jelas kelihatan bahwa siluman tua Kiu siang lah yang berniat ustuk menghadapi Thian sat bun kita?"

Kam Liu cu mengerutkan dahinya rapat-rapat:

"Apakah ji sumoay sudah lupa dengan putusan dari suhu dia orang tua? berulang kali dia telah berpesan agar kita jangan mencari gara-gara lagi dengan mereka andaikata bertemu dengan orang-orangnya?"

Kembali Liu Leng poo mendengus,

"Tapi dalam peristiwa ini bukan kita yang mengusik orang lain, justru orang lainlah yang mencari gara-gara lebih dulu dengan kita."

Ma koan tojin adalah seorang jago berpengalaman, dia tidak mengetahui perselisihan apakah yang sebetulnya sudah terjadi antara pihak Thian sat bun dengan Kiu siang bun, karena itu diapun merasa tak enak untuk ikut menimbrung di dalam percekcokan antara kakak adik seperguruan ini.

Sebaliknya Lak jiu im eng Thio Man belum pernah mendengar kalau didalam dunia persilatan terdapat perguruan yang bernama Kiu siang bun, timbul rasa ingin tahu didalam hatinya sehingga tak tahan lagi segera tanyanya:

"Enci Liu, mengapa aku belum pernah mendengar tentang perguruan Ku siang bun??" Kam Liu cu segera berkata.

"Perguruan Kiu siang bun sudah banyak tahun tak pernah melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, biarpun dari saku perempuan tadi kita berhasil mendapatkan sebuah tanda kepercayaan dari perguruan Kiu siang bun, tapi benarkah dia berasal dari perguruan tersebu, toh tidak kita ketahui."

Lak jiu im eng Thio Man masih ingin bertanya lagi, tapi pada saat itulah dari luar gua telah muncul seorang jago pedang berpita hijau..

Ma koan tojin segera maju menyongsong kedatangannya seraya bertanya, "Apakah saudara Lo berhasil meramu obat?"

"Hamba telah berhasil meramunya.." Jago pedang berpita hijau segera memberi hormat. Selesai berkata dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam sakunya dan segera diangsurkan kedepan.

Setelah menerima bungkusan obat itu, Ma koan tojin berkata lagi.

"Sudah merepotkan saudara Lo sekian lama, sekarang silahkan beristirahat di luar." Jago pedang berpita hijau itu mengiakan dan siap mengundurkan diri dari situ.

Mendadak Kam liu cu berseru, "Lo cuangcu, tunggu sebentar."

Jago pedang berpita hijau itu segera menghentikan langkahnya setelah mendengar perkataan itu, sambil menjura kearah Kam liu cu katanya,

"Kam tayhiap, ada urusan apa?"

Sambil menunjuk keujung baju sebelah kirinya, Kam liu cu berseru, "Sepanjang jalan tadi apakah saudara Lo telah bertemu dengan seseorang?"

Ketika jago pedang berpita hijau itu mengangkat pergelangan tangan kirinya, dia segera menjumpai sebatang jarum telah menancap di situ. Pada gagang jarum tertera selembar kupu kupu berwarna hitam yang terbuat dari kertas.

Perlu diketahui, semua jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee adalah jago-jago lihay yang memiliki ilmu pedang sangat hebat, ilmu silat mereka sudah

cukup disebut jago kelas satu dalam dunia persilatan, otomatis pengetahuan mereka pun amat luas.

Dalam sekilas pandangan saja dia sudah mengenali kalau kupu-kupu hitam di ujung jarum tersebut merupakan lambang dari seorang jago persilatan, tapi nyatanya orang itu berhasil menancapkan jarumnya di ujung baju tanpa dirasakan sama sekali olehnya.

Tanpa terasa dengan wajah bersemu merah sahutnya:

"Mungkin lantaran terburu-buru melakukan perjalanan, sehingga tidak kuketahui kalau ada orang yang telah berbuat usil terhadap diriku."

Seraya berkata dia segera mencopot jarum berkupu-kupu hitam itu dari ujung bajunya. Kam Liu cu bermaksud menghalangi perbuatannya itu, sayang keadaan sudah terlambat. Jago pedang Berpita hijau itu membalik kupu-kupu hitam tadi dan tiba-tiba membaca: "Kiu siang tiada tandingannya."

Mendadak kakinya menjadi lemas lalu roboh terjungkal keatas tanah..

Ma koan tojin menjadi amat terkejut setelah menyaksikan kejadian ini, serunya tertahan: "Apakah dia keracunan?"

Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat Kim Liu cu melompat ke samping tubuhnya, kemudian merobek selembar kain dan diambilnya jarum berkupu-kupu hitam dari tangannya.

"Toheng, cepat berikan obat penawar racun itu kepadanya." perintah Liu Leng poo segera, "Kalau sampai terlambat mungkin tak akan tertolong lagi!"

"Apakah obat ini dapat menawarkan racun tersebut?"

tanya Ma koan tojin sambil memegang bungkusan obat yang baru diramu itu.

"Pil emas penolak racun dari Lam hay bun mampu menawarkan segala jenis racan di dunia ini. Aku yakin pasti berkasiat."

"Tapi mungkinkah obat ini adalah pil emas penolak racun?"

"Sekalipun tak sampai diolah lebih lanjut, tapi bahan dasarnya tak bakal salah."

Ma koan tojin tidak banyak berbicara lagi, cepat-cepat dia membuka bungkusan kertas itu, ternyata isinya adalah sebungkus besar bubuk obat berwarra hitam.

Tak sempat banyak berpikir lagi, dia segera mengambil sedikit bubuk obat itu lalu di cekokkan kedalam mulut si jago pedang berpita hijau itu.

Sementara itu Lik jiu im eng Thio Man telah menuang secawan air matang, Ma koan tojin segera menerima cawan tersebut dan pelan-pelan dilolohkan kedalam mulut orang itu.

Kam Liu cu sendiri dengan berhati-hati segera memeriksa kupu-kupu hitam tadi seraya membolak-baliknya berulang kali. Pada punggung kupu-kupu itu memang tertera empat huruf besar yang berbunyi.

"Kiu siang bu tek" atau Kiu siang tanpa tandingan.

Tanpa terasa lagi dia menghela napas panjang sambil katanya:

"Aaaai... tampaknya memang ulah dari anak murid perguruannya.."

"Masa baru sekarang kau mau percaya?" sela Liu Leng poo sambil mengerling sekejap kerahnya.

Daya kerja obat penawar racun itu memang sangat hebat, tak selang seperminum teh kemudian jago pedang berpita hijau itu sudah mendusin kembali dari pingsannya.

Setelah menghembuskan napas panjang dan bangun duduk, gumamnya. "Ooooh, sungguh lihay racun tersebut!"

Melihat ia telah mendusin, cepat-cepat Ma koan tojin berseru:

"Saudara Lo coba kau atur pernapasan, apakah ada sesuatu yang masih kurang beres?"

Jago pedang berpita hijau itu menurut dan segera memcoba untuk mengatur pernapasan, tak lama kemudian ia sudah bangkit berdiri seraya katanya:

"Hamba telah sembuh sama sekali." Selesai berkata dan memberi hormat, ia segera mengundurkan diri dari situ. Ma koan tojin sendiri dengan girang segera berseru.

"Waah, nampaknya bubuk obat ini memang benar-benar pil emas penolak racun dari Lam hay bun."

Pelan-pelan Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya keatas angkasa dimana sinar senja telah membiaskan cahaya kemerah-merahan, setelah menghela napas panjang katanya:

"Hari sudah mulai gelap, mengapa sampai sekarang mereka belum juga kembali?"

"Ji sumoay, apakah kau kuatir bila terjadi sesuatu atas diri mereka?" tanya Kam Liu cu. "Ya bisa jadi telah terjadi hal-hal yang tak diinginkan.."

"Kalau begitu biar aku pergi memeriksanya."

"Seandainya terjadi sesuatu, biar toa suheng pergi kesana pun tak bakal akan menjumpai apa-apa."

"Tapi-kan paling tidak harus kuperiksa bagaimanakah keadaannya..." Habis berkata tergesa-gesa dia keluar dari gua.

Tak selang berapa saat kemudian si pena baja Tam See hoa beserta kedua orang jago pedang berpita hijau telah kembali kedalam gua.

Tam See hoa segera menjura kepada Liu Leng poo seraya katanya;

"Aku dan kedua orang kiamsu sudah setengah harian lamanya menjaga dibawah bukit, namun tak seorang manusia pun yang kami jumpai, karenanya terpaksa kembali ke sini uatuk memberi..."

Liu Leng poo tertawa.

"Orang-orang Bu tong pay sudah memasuki selat semalam, sudah barang tentu saudara Tam tak akan bertemu dengan siapa-siapa."

Sementara itu kedua orang jago pedang berpita hijau itu sudah memberi hormat sambil mengundurkan diri.

Kini langit sudah semakin gelap.

Wi Tiong hong, Thio lo han Khong beng hweesio maupun rombongan dari si naga tua-berekor botak To Sam sin belum juga tampak kembali ke gua.

Liu Leng poo segera dapat merasakan betapa gawatnya situasi yang mereka hadapi.

Ma koan tojin yang dihari-hari biasa pandai mengendalikan perasaan sendiri dan tak pernah memperlihatkan sikapnya kepada orang lain, kali ini nampak juga amat gelisah, lama-kelamaan dia mulai tak tenang duduk serta mondar mandir tiada hentinya.

Liu Leng poo tetap membungkam, saat itu Ma koan tojin turut membungkam, mereka berdua duduk disitu sambil membisu dalam seribu bahasa.

Lak jiu im eng Thio Man serta pena baja Tam See hoa tak berani mengganggu, terpaksa mereka berduapun duduk membungkam diri.

Suasana dalam gua itupun jadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.

Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba muncul bayangan manusia yang berkelebat lewat dari luar gua, ternyata Kam Liu cu, dan kakek Ou muncul pada saat yang bersamaan.

Dari munculnya si kakek Ou seorang diri, Liu Leng poo segera sadar bahwa suatu musibah telah menimpa Wi tiong hong serta So siau hui, Namun ia tetap membungkam diri.

Dengan napas tersengal dan wajah sangat gelisah kakek Ou segera berseru,

"Nona Liu, kali ini aku si tua betul-betul telah dipecundangi orang, aku benar-benar malu untuk memberi laporan kepadamu. Jangan lagi memberi laporan, kesempatan untuk beradu jiwa dengan merekapun tak berhasil kusalurkan, karena tak sesosok bayangan setanpun yang kujumpai, akhirnya saking mendongkolku, semua pepohonan dihutan itu sudah ku obrak abrik."

Liu leng poo mengerti bahwa orang tua ini sedang dipengaruhi emosi, sehingga didalam marah dan gelisahnya perkatan yang disampaikan menjadi tak jelas.

Maka setelah tersenyum katanya kemudian,

"Silahkan lotiong duduk dulu sebelum berbicara, apakah Wi siauhiap serta nona So telah tertimpa musibah?"

Kakek Ou duduk dengan wajah masih mendongkol, setelah menghembuskan napas panjang ia baru berkata.

"Perkataan nona memang benar, saudara Wi serta nona kami tahu tahu saja hilang lenyap dengan begitu saja, coba bayangkan, aku situa yang mendapat tugas untuk melindungi mereka secara diam-diam apa tidak menjadi panik dibuatnya?"

"Harap lotiang menceritakan kembali kejadian yang sebenarnya kepada kami, siapa tahu dari ceritamu itu kita berhasil menemukan tanda-tanda yang bisa jadi petunjuk?"

Kakek Ou berpikir sejenak, kemudian katanya:

"Setelah meninggalkan tempat ini, kami lantas berangkat menuju kesebelah timur, saudara Wi dan nona kami berjalan di muka sedangkan aku yang mendapat perintah dari nona Liu secara diam-diam mengikuti dibelakang mereka hingga pihak lawan tak berhasil mengetahui jejakku.."

"Mungkin sistim ini telah kita terapkan secara keliru sehingga berakibat terjadinya peristiwa ini." kata Liu Leng poo dengan kening berkerut.

Kakek Ou segera berkata lebih lanjut.

"Dalam keadaan beginilah kami berjalan melalui beberapa bukit tanpa menemukan sesuatu yang mencurigakan, bahkan sesosok bayangan manusia pun tidak kami jumpai, hingga akhirnya sampailah kami dalam sebuah selat yang sempit, saudara Wi serta nona kami langsung memasuki selat tersebut. Berhubung selat itu gundul dan gersang, tak sebatang pohon pun yang tumbuh disitu, terpaksa aku mengikuti mereka dari kejauhan saja.

Siapa sangka dua tikungan kemudian tahu-tahu bayangan tubuh mereka sudah hilang lenyap tak berbekas."

"Menunggu aku menyusul kedalam lembah tersebut dari balik hutan yang tumbuh disitu kudengar suara bentakan-bentakan keras dari saudara Wi, aku segera sadar kalau sudah terjadi sesuatu yang tak diharapkan, maka cepat-cepat menyusul pula kedalam hutan itu, siapa tahu suasana didalam hutan itu amat sepi, hening dan sama sekali tak terjadi sesuatu apa pun."

"Apakan kau tidak salah mendengar kalau suara tersebut adalah suara bentakan dari saudara Wi?" tanya Liu Leng poo.

"Tidak salah...sudah jelas suara itu adalah suara bentakan dari saudara Wi yang berasal dari dalam hutan, tapi anehnya tak seorang manusiapun yang tampak. Aku telah melakukan pemeriksaan atas seluruh dasar lembah itu tanpa berhasil menemukan sesosok bayangan manusia pun.

Peristiwa sedemikian anehnya ini baru pertama kali ini kujumpai, hampir saja aku menjadi gila saking cemasnya.."

Liu Leng poo termenung sebentar, kemudian katanya lagi;

"Apakah lotiang tidak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan didalam hutan itu?" Kakek Ou menggelengkan kepalanya berulang kali:

"Tidak.. suasana didalam hutan itu sangat tenang, bahkan setiap batang rumput dan pepohonan yang tumbuh

disana pun, kelihatan sangat tenang. Tak ada yang bisa dilihat atau pun dicurigakan." Liu Leng poo segera berpaling kearah Kam Liu cu, kemudian katanya pula;

"Apakah toa suheng berhasil menemukan Ou lotiang didalam selat tersebut?"

"Benar. sepanjang jalan kulakukan sampai diselat tersebut, dan kakek Ou ternyata masih berada di sana."

"Tentunya toa suheng telah melakukan pemeriksaan pula disekitar lembah itu, apa yang berhasil kau temukan?"

Kam Liu cu segera mengangkat bahunya; "Tatkala aku sampai disitu. Seluruh lembah tersebut boleh dibilang sudah porak poranda tak karuan lagi bentuknya, sedangkan Ou lotiang dengan wajah penuh amarah masih saja melepaskan pukulan kiri kanan membabat pepohonan yang berada dalam hutan tersebut, dalam posisi yang begitu porak poranda, bagaimana mungkin aku bisa melakukan pemeriksaan?"

Mendengar keterangan ini Liu Lem poo ikut

mengernyitkan alis matanya ia berpikir "Aaaai... Padahal kalau hutan itu tidak di porak porandakan mungkin saja akan ditemukan hal-hal yang mencurigakan, kalau sudah begini, semua pertanda pasti sudah hancur berantakan." Tiba-tiba Kam Liu cu melayangkan pandangannya sekejap keseluruh ruangan gua, kemudian katanya,

"Apakah rombongan dari Khong beng hweesio serta saudara To juga belum kembali?"

Liu Leng poo tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali.

Tiba-tiba suasana didalam gua itu menjadi hening kembali, sampai lama sekali belum juga terdengar suara, agaknya semua orang sedang memikirkan masalah besar yang sedang mereka hadapi sekarang ini.

Lebih kurang seperminum teh kemudian, kakek Ou tak dapat menahan diri lagi, sambil menggosok-gosok tangannya dia berseru.

"Nona Liu, menurut pendapatmu apa yang mesti kita lakukan sekarang..?"

"Tak disangkal lagi Wi siauhiap serta adik dari keluarga So telah terperangkap oleh jebakan musuh."

"Andaikata didalam hutan itu memang terdapat jebakan, mengapa aku tak dapat melihatnya?"

"Mungkin setelah mereka berdua terperosok kedalam perangkap, permukaan tanah itu menutup kembali seperti sedia kala, sudah barang tentu lotiang tak akan menemukannya."

Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata lebih jauh:

"Biarpun Wi siauhiap dan adik dari keluarga So ikut terjebak oleh perangkap lawan, tapi dengan demikian jumlah yang tertawan meliputi Ban kiam hweecu, Pau kiam suseng serta Thian ki cu totiang sekalian dari Bu tong pay, itu berarti untuk menurut dugaanku, bisa jadi kita akan mengalami serangan musuh yang amat tangguh pada malam nanti!"

"Benar juga perkataan Liu lihiap, pinto sendiripun mempunyai firasat yang sama." sambung Ma koan tojin,

"Tiga kelompok orang orang kita yang dikirim hari ini tak serombongan pun yang kembali dengan selamat, sudah

dapat dipastikan mereka pun berniat untuk menangkap juga kita semua yang berada dibukit Kou lou san ini."

"Jika mereka berani datang, hal ini lebih baik lagi." seru kakek Ou dengan gusar, "Akan kusuruh mereka roboh satu persatu diatas tanah, Bila tidak mampu berbuat demikian, jangan panggil aku Ou Lotoa!!"

Liu Leng poo segera mendongakkan kepalanya dan berseru:

"Sejak lotiang mendemonstrasikan kelihayanmu dengan merobohkan semua pohon yang berada didalam lembah tersebut, pihak lawan pasti sudah mempertinggi kewaspadaannya.."

"Waktu itu aku sedang diliputi amarah yang tak terkendalikan. Tapi apa sangkut pautnya dengan rencana mereka untuk melakukan penyerbuan malam nanti?" "Tentu saja erat sekali hubungannya, setelah mereka berhasil menjebak Ban kiam hweecu serta Buyung congkoan, Kemudian di susul pula dengan tertangkapnya Wi siauhiap, Khong beng taysu dan To hu congkoan sekalian pada hari ini, mereka pasti sudah

memperhitungkan bahwa yang masih tersisa disini tinggal Ma koan totiang, toa suheng dan aku bertiga, itu berarti mereka pasti akan mengirim beberapa orang jago yang berkepandaian amat tinggi untuk menghadapi kami malam nanti."

"Tapi setelah lotiang memperlihatkan kelihayan sinkangmu dengan mengobrak-abrik pepohonan didalam hutan, atau dengan perkataan lain seolah-olah kita sudah memberitahukan kepada mereka bahwa pada malam nanti akan dilakukan perubahan. Itulah sebabnya bila musuh tidak datang pada malam nanti, mungkin keadaannya

masih mendingan, tapi begitu datang menyerang, sudah pasti dibalik penyerangan mereka terdapat pula siasat lain”.

"Apakah Liu lihiap telah berhasil menemukan cara yang terbaik untuk menghadapi serangan lawan ini?" tanya Ma koan tojin.

Liu Leng poo segera menggelengkan kepalanya berulang kali:

"Orang kuno bilang Tahu diri sendiri tahu keadaan lawan, setiap pertarungan baru akan meraih kemenangan.

Lama sudah aku putar otak untuk mencoba menduga rencana busuk apakah yang akan dipersiapkan lawan, tapi usaha ini tak berhasil, tentu saja aku pun tak tahu bagaimana mesti menanggulangi terjangan mereka malam nanti."

"Kebanyakan orang Tok seh sia pandai menggunakan racun," kata kakek Ou, "Ohya. Apakah kiamcu yang pergi meramu obat telah kembali?"

"Sudah, dia sudah kembali."

"Kalau begitu kita tak usah kuatir mereka mempergunakan racun lagi Totiang, tolong kau bagikan obat tersebut kepada semua orang agar ditelan lebih dulu."

"Yaa.." kata Liu Leng poo pula, "kalau memang obat tersebut bisa digunakan untuk mencegah keracunan, untuk menjaga segala sesuatu yang tak diinginkan memang paling baik kita telan obat itu lebih dulu, tapi menurut pendapatku, seandainya ada musuh tangguh yang menyerang kita malam nanti, kesempatan mereka untuk menggunakan racun tidak banyak.."

"Tapi mungkinkah bagi orang-orang Tok seh sia itu untuk meninggalkan kebiasaan mereka dengan memilih jalan beradu tenaga untuk melawan kita?" tanya kakek Ou.

"Tentu saja mereka pun tak akan beradu otot dengan kita, tapi bisa jadi mereka akan menggunakan segala macam permainan licik atau busuk untuk menghadapi kita"

"Permainan licik atau permainan busuk? Aaa yang kau maksudkan?"

"Pernahkah lotiang mendengar seorang jago yang bernama Kiu siang poo..?" tanya Liu Leng poo kemudian, Dengan sepasang mata melotot kakek Ou segera berseru: "Tidak banyak jago persilatan yang kukenal, tapi seringkali kudengar tentang si nenek siluman ini. Mengapa nona menyinggung tentang siluman tua itu secara tiba-tiba?"

Secara ringkas Liu Leng poo segera menceritakan perbuatan dari anak murid Kiu siang bun yang telah menyaru sebagai Thio Kun kay tadi..

-oo0dw0oo-

Selesai mendengar penuturan tersebut, kakek Ou segera berkata,

"Yaa, siluman tua itu memang rada hebat dan sesat, mungkinkah ia sudah bersekongkol dengan Liong Cay thian?"

"Kejadian yang sejelasnya tentu saja tak dapat kita duga, tapi bila ditinjau dari munculnya anak buah nenek siluman itu ditempat ini, jelas sudah kalau dia telah bersekongkol dengan pihak Tok seh sia."

Mencorong sinar tajam dari balik mata Kakek Ou, dia memandang sekejap kesemua orang, lalu katanya.

"Andaikata malam nanti si nenek siluman itu muncul sendiri, aku tak percaya dengan tahayul dan pasti akan mengajaknya bertarung mati-matian. Padahal jumlah kekuatan kita pun tidak sedikit. Kecuali si nenek siluman itu, sisanya masih dapat dihadapi kalian semua, tak ada salahnya bila kita sambut serangan musuh diluar gua saja."

Sebagaimana diketahui, julukannya adalah panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit selatan, boleh dibilang dia terhitung jago kelas satu didalam Lam hay bun, jadi perkataannya itupun bukan bualan belaka.

Liu Leng poo segera berkata:

"Ilmu silat yang lotiang miliki sangat hebat, boleh dibilang kau termasuk jago kelas satu didalam dunia persilatan, tapi kalau berbicara tentang kemungkinan yang bakal terjadi malam nanti, kebetulan sekali apa yang lotiang duga justru berkebalikan dengan jalan pemikiranku. "

Sejak keberhasilan Liu Leng poo dalam merencanakan serbuan ke selat Tok seh sia tempo hari, tampaknya kakek Ou- sudah menaruh perasaan kagum dan percaya terhadap kemampuan nona ini, dia segera menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa setelah mendengar ucapan tersebut, katanya kemudian:

"Kalau toh nona sudah mempunyai rencana yang bagus, mengapa tidak kau utarakan agar akupun ikut mendengarkannya?"

Liu Leng poo tertawa.

"Lotiang tak perlu menempelkan emas di wajahku, rencana bagus apa sih yang berhasil kuperoleh? Cuma saja didalam keadaan serba salah dan kehabisan daya semacam ini, rasanya cara itu memang rada baik kalau digunakan untuk menghadapi ancaman lawan."

"Enci Liu, rencana apa sih yang berhasil kau peroleh?" seru Lak jiu im eng Thio Man pula sambil berkerut kening, "Sudahlah, kau tak usah jual mahal, cepatlah dibeberkan keluar."

"Sesungguhnya rencana ku ini tidak terhitung sangat hebat dan jitu, tapi rasanya kecuali cara tersebut memang tidak terdapat rencana lain yang lebih baik lagi."

Ia berbicara pelan-pelan, dan setiap penghuni gua itu mendengarkan dengan seksama, sinar mata semua orang telah ditujukan ke atas wajahnya.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar