Persekutuan Pedang Sakti Jilid 14

Jilid 14

TAPI DIA SEGERA MERANGKAK bangun dan kabur

lagi dengan langkah terbirit birit tapi belum jauh dia lari, mendadak orang itu membalikkan tubuhnya dan berjalan balik kembali.

Tingkah lakunya ini betul betul sangat aneh sehingga tanpa terasa gampang memancing perhatian orang, ketika dia berlarian kembali ketempat semula tiba tiba kaki nya menjejak ketanah, lalu tubuhnya masuk kedalam perut bumi dan lenyap dengan begitu saja.

Setelah memandang sampai kesitu, Kam Liu cu baru berkata:

“Ternyata mulut masuk menuju keselat Tok seh sia betul betul berada diseberang sana, posisi gua batu dimana kita berada sekarang letaknya agak tinggi, tempat semacam ini memang merupakan tempat yang paling cocok untuk mengamati gerak gerik mereka.”

Tiba tiba bayangan manusia berkelebat dari depan gua batu itu, Liu Leng poo segera membentak sambil bersiap siap mengayunkan tangannya. Kam Liu cu segera membentak.

“Ji sumoay, yang datang adalah Ou lotiang.”

Sebelum Wi Tiong hong dan Tam See hoa sempat menyaksikan bayangan tubuhnya terdengar kakek Ou telah berkata sambi tertawa.

“Akhirnya kita berhasil juga menemukan tempat yang benar.”

Bersamaan dengan selesainya perkataan tersebut, kakek itu berjalan masuk kedalam. “Benarkah mulut masuk mereka ternyata diseberang sana?” tanya Tam See hoa.

“Benar, didepan sana merupakan gua Pek seh tong yang termashur, ternyata mulut masuk mereka terletak dibalik sebuah sumur yang telah mengering.”

(Goa Pek see tong merupakan tempat pesiar yang amat termashur dibukit Kou lou san, terutama di musim semi atau gugur, banyak orang yang berpelancong ke situ. hingga sekarang sumur kering itu masih tetap utuh).

“Masa selat Tok Seh sia terletak didasar sumur kering itu?” tanya Wi Tiong hong keheranan.

Liu Leng poo yang bermata tajam mendadak

menyaksikan dalam genggaman kakek Ou seakan akan memegang sesuatu, dia segera menegur : “Lotiang benda apa sih yang berada dalam

genggamanmu itu?”

“Benda ini baru saja kudapatkan dari depan situ coba kita periksa bersama, benda apakah ini ...” ujar kakek Ou sambil menyodorkan benda tersebut ke muka.

Ternyata benda yang berada di tangan kanan berupa sebuah batu gunung sebesar kepalan, sedangkan benda yang berada di tangan kirinya berupa sebuah tabung bambu kecil.

Kam Liu cu menerima tabung bambu tersebut dari tangannya, kemudian berkata :

“Tabung bambu ini mirip sekali dengan tabung yang biasanya digunakan untuk mengirim surat lewat burung merpati lotiang memungutnya dari mana?”

“Perkataan Kam lote memang benar, surat itu dikirim oleh Tok Hay ji dengan burung merpatinya, tapi burung itu berhasil kutimpuk sehingga rontok.”

“Apakah kau timpuk dengan batu ini?” tanya Liu Leng poo sambil memperlihatkan batu tersebut.

“Tidak, batu itu diletakkan orang tadi ditepi jalan berhubung aku merasa curiga dengan benda ini maka sekalian kubawa kemari.”

Dengan berhati hati sekali Kam Liucu mengeluarkan selembar kertas dari dalam tabung itu dan dibukanya, dibawah sinar rembulan tampak kertas itu berisikan beberapa tulisan yang berbunyi demikian ;

Wi Tiong hong sudah tertawan di dalam Selat Wi Tiong hong merasa sangat keheranan setelah membaca tulisan itu, tak tahan lagi ia lantas bertanya:

“Apa apaan mereka ini?”

Kam Liu cu termenung sebentar, kemudian sahutnya:

“Kalau ditinjau dari nada pembicaraannya, berita ini seperti akan disampaikan kepada seseorang, tapi bukankah Tok Hay ji adalah murid dari Seh Thian yu? Tidak mungkin dia sedang bersekongkol dengan seseorang, kalau begitu dia sedang memberi laporan kepada Sah Thian yu.”

“Kedudukan Hek sat sang kun (Malaikat bintang hitam) Sah Thian yu dalam selat Tok seh sia tidak terhitung rendah kata Tam See hoa,. untuk menyampaikan berita lewat burung merpati tentang ditangkap nya Wi Tiong hong pun seharusnya tak usah dilakukan ditengah malam buta, bukankah siang haripun masih terdapat banyak waktu dan kesempatan?”

Kam Liu Cu manggut manggut,

“Perkataan dari saudara Tam memang benar,

kemungkinan besar didalami tubuh Tok seh sia sendiri sudah menjadi perbedaan pendapat sehingga masing masing orang mempunyai rencana dan tindakan yang berbeda, bahkan ke empat raja langit pun saling tidak menaruh kepercayaan, itulah sebabnya setelah Wi Tiong hong berhasil ditangkap, Tok hay ji segera melaporkan kejadian ini kepada gurunya malam hari juga.”

“Tapi aku toh bukan seseorang yang termashur, mengapa mereka harus berbuat demikian?” tanya Wi Tiong hong.

Kam Lou cu kembali tertawa.

“Jangan lagi saudara Wi sudah menjadi seorang gagah yang dikenal oleh setiap jago persilatan, cukup melihat dari Lou bun si dan mutiara penolak pedangmu saja sudah lebh dari cukup bagi mereka untuk mengincar dirimu.”

Dalam pada itu Liu Leng poo yaag mengamati

bongkahan batu gunung itu beberapa saat lamanya, mendadak menyerahkan benda itu ke tangan Kam Liu cu seraya berkata:

“Toa suheng coba kalian lihat.” Sambil menerima batu itu Kam Liu cu turut mengamatinya sejenak, baru saja dia hendak bertanya

Tiba tiba kakek Ou menegur.

“Apakah nona telah berhasil menemukan nya.” Liu Leng poo tertawa.

“Tentu saja aku dapat melihatnya, jahat sekali bajingan itu, rupanya dia telah mengukirkan tulisan yang kecil dan lembut diantara bongkahan batu yang menonjol dan melekuk tak merata itu. akibatnya aku harus memperhatikan sekian lama sebelum berhasil

memahaminya.” “Diatas batu itu terdapat tulisan? Nah kalau begitu tak salah lagi, aku justru menyaksikan bocah keparat tadi berlagak melepaskan sepatunya kemudian menggunakan kesempatan tersebut mengeluarkan batu tadi dari dalam saku dan diletakkan di atas tanah, kemudian baru membalikkan badan berjalan kembali, dalam sekilas pandangan saja aku sudah merasa kalau kejadian seperti ini amat mencurigakan, itulah sebabnya batu tersebut aku bawa serta.”

Baru saja berkata demikian, terdengar Kam Liu cu memegang bongkahan batu tersebut sedang membaca :

“Pendeta asing Ki kong berhasil melatih Tok jiu eng.”

Membaca sampai disitu Kam Liu cu berseru tertahan, kemudian katanya:

“Sungguh aneh, sudah terang berita ini bermaksud akan disiarkan ketempat luaran kalau didalam selat Tok seh sia seperti telah terdapat mata matanya.”

“Bila ada orang yang menyusup sebagai mata mata kejadian semacam ini adalah lumrah,” kata Liu Lengpoo.

“Ehmm aku rasa lebih baik batu tersebut dikembalikan ke tempat semula saja, mari kita saksikan manusia macam apakah yang muncul disitu untuk memungut batu tersebut..?”

“Benar juga perkataan ini, kita memang seharusnya mengembalikan batu ini ke tempat semula.”

Setelah menemukan mulut masuk menuju selat Tok seh sia, kakek Cu nampak gelisah sekali dia segera mengambil kembali batu itu dari tangan Kam Liu cu kemudian katanya:

“Biar aku saja yang mengambalikan batu tersebut ketempat semula. ”

Kemudian setala mendongakkan kepala nya dan melihat keadaan cuaca, dia melanjutkan;

“Sekarang sudah hampir mendekati kentongan ke tiga lebih baik kalian berempat istirahat dulu disini, biar aku yang masuk sendirian untuk melihat keadaan.”

“Biar aku saja yang menemani lotiang.” Wi Tiong hong segera berseru.

“Kalau toh mulut masuk menuju ke selat sudah ditemukan, bila harus pergi, kita harus pergi bersama sama,” sambung Kam Liu cu pula dengan cepat.

“Toa suheng.” sambung Liu Leng poo, “menurut pendapatku. memang paling baik bilamana kakek Ou pergi dulu seorang diri.”

“Apa pendapatmu ji sumoay?” Liu Leng poo segera tertawa.

“Malam ini cuma kakek Ou seorang yang boleh pergi meninjau keadaan disitu.” Kemudian sambil berpaling kearah kakek Ou, dia berkata lebih lanjut :

“Cuma lotiang hanya diperkenankan menyelidiki jalan masuk sama makin memahami jalanan didalam sana semakin baik lagi, dan yang terpenting adalah menjaga agar jejakmu jangan sampai ketahuan semakin dapat merahasiakan jejakmu semakin baik lagi, sekalipun berhasil menemukan nona So dan sekalipun hanya sekali turun tangan maka kau akan berhasil menyelamatkan jiwanya, lebih baik janganlah kau lakukan secara gegabah…”

“Jisumoay, kau …”

Sebelum Kam Liu cu menyelesaikan kata katanya Liu Leng poo telah menukas kembali. “Aku sudah mempunyai persiapan sendiri.”

Kakek Ou nampak tertegun, lalu serunya :

“Nona, apa rencanamu selanjutnya. dapatkah kau jelaskan kepadaku. ?”

“Diantara kami beberapa orang, boleh dibilang ilmu silat yang lotiang miliki paling tinggi, apabila kau yang diberi tugas untuk melakukan penyelidikan ke dalam tubuh musuh, sudah bisa dipastikan kau dapat menyelesaikan tugas ini secara baik tanpa diketahui oleh lawan.”

Kakek Ou manggut manggut.

“Didalam soal ini aku percaya dapat melakukannya secara baik dan jitu.” Setelah tertawa Liu Leng poo berkata lebih jauh.

“Tapi andaikata kau berusaha menyelamatkan nona So dan jejakmu sampai ketahuan musuh, sudah pasti mereka akan memperkuat penjagaan dan kesiap siagaannya, maka bila hal ini sampai terjadi dan apabila kita hendak masuk ke dalam lagi untuk menyelidiki kabar berita tentang ayah Wi tayhiap, bukankah hal tersebut akan mendatangkan banyak kesulitan?”

“Oleh sebab itu aku telah menemukan suatu rencana yang bagus sekali disamping dapat menyelamatkan nona So dari ancaman, lagi pula kita dapat pula menyelidiki kabar berita tentang ayah Wi sauhiap yang didaga berada disini.

Selain daripada itu gerakan kita juga tak akan sampai mengganggu pihak lawan sehingga meningkatkan kewaspadaan dan kesiap siagaan mereka tapi kesemuanya ini akan berhasil apabila pada malam ini lotiang berhasil mendapatkan berita secara tepat dan sementara waktu tidak melakukan suatu gerakan apa pun.”

“Apabila rencana yang nona persiapkan ini benar benar ada harapan untuk berhasil sudah barang tentu aku akan melaksanakan sesuai dengan perintahmu itu.” kata kakek Ou.

Sedangkan Kam Liu cu segera menambahkan pula:

“Ji sumoay ku ini mesti muda namun mempunyai otak yang cukup gemilang kalau toh ia sudah berkata demikian aku pikir hal tersebut tidak bakal salah lagi.”

“Selain daripada itu lotiang harus ingat baik baik akan satu persoalan lagi,” kembali Liu Leng poo berkata lebih jauh, “ditinjau dari nama selat mereka sebagai selat pasir beracun, bisa jadi mereka telah menyebarkan racun jahat disekeliling selat mereka, sekalipun lotiang telah menelan pil pek tok kim wan sehingga kebal terhadap segala macam racun, namun paling baik jika memperhatikan sekali lagi dengan seksama, harus diketahui secara pasti mana yang ada racunnya dan mana yang tidak ada ..”

“Itu mah gampang, aku membawa jarum untuk mencoba racun, sekali diperiksa saja sudah ketahuan hasilnya.”

“Kalau memang demikian lebih baik lagi, rencana ini akan berhasil atau tidak, semuanya tergantung pada usaha lotiang didalam perjalanan kali ini, nah sekarang lo tiang boleh berangkat dulu.”

“Tapi nona belum membeberkan racun itu?”

Liu Leng poo segera mencemberut seraya merunya :

“Rahasia langit tidak boleh dibocorkan, saat ini masih belum waktunya untuk di utarakan, lebih baik lotiang berangkat lebih dulu.”

“Baik aku akan menuruti perkataan nona.”

Selesai berkata dia lantas berkelebat keluar dari gua, dibawah cahaya rembulan hanya tampak sesosok bayangan manusia melambung diangkasa dengan gerakan yang sangat cepat, dalam waktu singkat bayangan tubuh tersebut sudah lenyap dari pandangan mata.

Melihat kesemuanya itu, Kam Liu cu segera memuji sambil menghela napas:

“Tampaknya tenaga dalam yang dimiliki kakek Ou sudah hampir mengimbangi kemampuan dari guru kita.”

“Aaah, belum tentu, apabila suhu benar benar mengeluarkan ilmunya, biarpun di siang hari juga akan terlihat setitik bayangan samar saja, padahal saat ini bukan di siang hari bolong, melainkan dibawah sinar rembulan saja.”

Sementara itu Tam See hoa yang duduk disisinya sedang berpikir didalam hati

“Entah macam apakah guru mereka itu? Tapi kalau didengar dari nada pembicaraan mereka, tampaknya kepandai silat yang di milikinya masih jauh lebih hebat daripada kepandaian yang dimiliki panglima sakti berlengan emas Ou swan…”

Sebaliknya bagi Wi Tiong hong yang tempo hari ketika berada diperusahaan An wan piaukiok dalam kota Sang siau pernah mendengar suara Thian sat nio namun tak pernah melihat orangnya, padahal berada di tengah hari bolong, maka dia tidak nampak kaget atau tercengang walaupun sudah mendengar pembicaraan dari Kam Liu cu berdua. Berhubung kakek Ou sedang berangkat memasuki selat Tok seh sia, kini semua orang memusatkan perhatiannya untuk mengawasi sumur kering di kaki bukit seberang.

Padahal jarak dari tempat persembunyian mereka masih amat jauh, jangan lagi tempatnya, sumur kering itu sendiripun tidak nampak, dengan sorot mata mereka yang tajam, yang terlihat pun hanya daerah disekitarnya saja.

Kurang lebih setengah kentongan sudah lewat, akan tetapi kakek belum nampak juga, semua orang mulai habis sabarnya dan merasa tidak tenang.

Liu Leng poo segera berkata.

“Hingga sekarang kakek Ou belum juga menampakan diri, jangan jangan dia tidak mempercayai perkataanku dan turun tangan menolong orang lebih dulu? Andaikata sampai begitu semua rencanaku bisa porak poranda.”

“Aku rasa tidak mungkin,” kata Kam Liu cu sambil tertawa, “aku tahu, orang tua tersebut sangat jujur dan polos, apalagi sebelum berangkat tadi ia telah memberikan persetujuannya, tidak nanti ia akan berubah pikiran ditengah jalan.”

“Jangan jangan jejaknya ketahuan orang.” tanya Tam See hoa dengan perasaan kuatir pula.

“Hal ini lebih lebih tidak mungkin, dengan kepandaian silat yang dimiliki kakek Ou, asal dia bertindak dengan berhati hati saja, tidak mungkin kawanan penjaga tersebut akan menemukan jejaknya.”

Tiba tiba dari kaki bukit seberang muncul sesosok bayangan manusia. “Kakek Ou telah keluar!” seru Wi Tiong hong cepat.

“Bukan!” Kam Liu cu segera menggoyangkan tangannya berulang kali. Belum habis dia berkata tampak sesosok bayangan manusia muncul kembali dikaki bukit itu.

Dalam pada itu bayangan hitam yang berada didepan telah mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya untuk kabur. Sebaliknya orang yang berada dibelakang juga mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya lari menuju ke luar bukit.

Arah yang dituju ke dua orang itu sama sekali berbeda, namun langkah kaki mereka sangat cepat agaknya hendak menempuh perjalanan jauh ....

Kalau ditinjau dari kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki tenaga dalam yang dimiliki ke empat orang itu, maka tenaga dalam yang dimiliki Kam Liu cu terhitung paling sempurna otomatis ketajaman mata nya juga paling menonjol, setelah mengamati kedua sosok bayangan tersebut berapa saat dia lantas berbisik :

“Gerakan tubuh dari kedua orang ini hanya seikat lebih unggul daripada Tok Hau ji, agaknya mereka adalah anggota perguruan Tok seh sia ..”

“Toa Suheng, apakah kau dapat melihat wajah mereka dengan jelas?” tanya Liu Leng poo lagi.

“Jaraknya terlampau jauh sehingga sukar untuk melihat raut wajah mereka, hanya saja orang yang kabur lebih dulu tadi mengenakan jubah panjang berwarna biru, usia nya sudah agak lanjut, sedangkan yang belakangan berpakaian hitam, dandanannya seperti dandanan orang Tok seh sia

.,..”

Dari kaki bukit sana kembali muncul sesosok bayangan manusia

Gerakan tubuh dari orang ketiga ini benar benar sangat cepat, begitu munculkan diri secepat sambaran petir dia langsung meluncur ke arah punggung bukit.

Sambil tertawa Kam Liu cu segera berseru :

“Kali ini yang muncul adalah kakek Ou!”

Baru selesai dia berkata, terasa ingin berdesir dan kakek Ou sudah masuk ke dalam gua batu itu sambil menegur :

“Apakah kalian sudah menanti dengan gelisah?” Buru buru Liu Leng poo berkata :

“Lotiang, silahkan duduk lebih dahulu sebelum berbicara, bagaimana dengan keadaan di dalam sana?”

Kakek Oa tertawa.

“Apa yang nona tugaskan kepadaku untukku

dilaksanakan, beruntung sekali dapat kukerjakan semua, bahkan didalam perjalananku kali ini tidak kecil yang berhasil kudapatkan.”

“Jejak lotiang tidak sampai ketahuan mereka bukan?” Kakek Ou segera tertawa tergelak:

“Haahh haahhh kalau aku bertindak berhati hati, tentu saja hanya aku yang bisa melihat ke arah mereka. Oya, apa sih yang ingin nona ketahui secepatnya? Harap kau bertanya kepadaku.”

“Aku rasa lebih baik lotiang saja yang berbicara sendiri, sebab apa yang kami tanyakan belum tentu sempat kau lihat atau kau dengar, bukankah begitu?”

Kakek Ou manggut manggut.

“Baik, aku akan bercerita semenjak menelusuri jalan masuk mereka, tampaknya mereka mempunyai dua buah jalan untuk masuk keluar, dari sumur kering tersebut adalah untuk jalan turun yang merupakan sebuah lorong rahasia, lorong tersebut berhubungan dengan selat mereka bagian belakang. ”

“Benarkah dibawah sumur kering itu terdapat sebuah selat?” tanya Liu Long poo keheranan.

“Tentu saja ada selatnya, lagi pula daratan dibawah sana sangat luas dan lebar mungkin jalan tembus yang lain langsung berhubungan dengan selat bagian muka, berhubung singkatnya waktu aku tidak sempat lagi melakukan pemeriksaan kesana.”

“Bagaimana keadaannya sesudah turun dari sumur kering itu?” kembali si nona bertanya.

“Dibawah sumur kering itu merupakan sebuah lorong bawah tanah yang sangat gelap dan banyak tikungannya, setelah berjalan sejauh tiga lie lebih dalam keadaan tidak sadar kita akan sampai didasar bumi. Tempat itu merupakan sebuah gua batu yang mungil dan indah, seperti gunung gunungan saja, didalamnya terdapat banyak lubang yang berbentuk seperti gua, bagi mereka yang tidak mengetahui jalanan, paling gampang tersesat disitu. Setelah melewati gua batu itu, asalkan kita ingat baik baik setiap kali menjumpai gua setelah berada didalam kita memilih yang sebelah kiri, kemudian ketika keluar memilih yang kanan, maka kalian tak akan tersesat lagi.

“Oya, masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah diatas gua gua batu itu sudah ditaburi bubuk beracun sebelum masuk kalian harus menutupi mulut dan hidung dengan kain lagi pula jangan sampai tersentuh, asal ini bisa terpenuhi, kalian pun tidak akan sampai keracunan.” “Bagaimana keadaannya setelah masuk lebih ke dalam.”

Karena semua orang sedang memperhatikan dengan seksama, maka hanya Liu Leng poo seorang yang selalu mengajukan perkataannya.

“Setelah memenuhi gua batu itu maka akan muncul sebuah selat sempit yang di apit oleh dua buah tebing curam, tak sampai setengah lie kemudian kita akan sampai disebuah tempat yang ditaburi dengan pasir putih yang sangat halus.”

“Apakah pasir putih itu merupakan racun?”

Sambil menepuk lututnya kakek Ou ber seru sambil tertawa.

“Perkataan nona tepat sekali, pasir lembut itu memang merupakan bubuk beracun yang sangat hebat, namun

sepanjang jalan menembusi tempat tersebut aku telah mempersiapkan batu cadas yang cukup banyak, setiap jarak satu kaki, kuletakan sebuah batu disitu, asalkan kita lewati bawah dinding tebing sebelah kanan, maka tempat itupun bisa kita tembusi dengan mudah.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :

“Setelan keluar dari selat tersebut maka kita akan sampai dibelakang bukit selat Tok seh sia, tempat itu merupakan sebuah hutan bambu yang luas, dan selanjutnya adalah istana racun tempat kediaman Tok seh suacu.

“Disekeliling hutan bambu itu terdapat empat lima buah rumah batu, disitulah berdiam jago jago dalam selat yang berkedudukan agak tinggi.

“Disekitar tempat itu masih terdapat pula rumah batu yang berbentuk agak besar, disitulah berdiam para anak buahnya. Pada dasar selat bagian barat merupakan tempat yang agak terpencil dan datar, mungkin di situlah para tawanan disekap.”

Sembari berkata dia mempergunakan tangannya untuk melukiskan peta selat tersebut dengan jelas, kemudian disertakan pula dengan penjelasan penjelasan seperlunya.

Sementara pembicaraan masih berlangsung mendadak dia melompat bangun sambil menerjang ke belakang gua batu itu sambil bentaknya:

“Siapa disitu?”

Tampaknya Kam Liu cu telah merasakan pula akan hal tersebut, paras mukanya berubah hebat, hampir bersamaan waktunya dengan kakek Cu, ia melompat bangun pula cuma gerakan kakek Ou jauh lebih cepat selangkah, tahu tahu dia sudah menerjang ke muka.

Ciiitt.. ujung kaki kakek Ou tahu tahu sudah menginjak sepasang tikus, tikus yang terkejut itu cepat cepat kabur memasuki lubang.

Kakek Ou kelihatan agak tertegun namun tidak mengucapkan sepatah katapun.

Sekilas perasaan kaget dan termenung sempat menghiasi wajah Kam Liu cu, sambil mengangkat kepalanya diapun bertanya:

“Lotiang, tiada orang bukan?” “Oooh, hanya tikus, tentu saja tak ada orang.”

Kam Liu cu yang mendengar perkataan itu segera berpikir didalam hati :

“Sudah jelas aku mendengar suara napas seorang, mana napas tikus pun sama dengan manusia?”

Hanya saja perkataan tersebut tidak sampai di utarakan keluar, sebab setelah kakek Ou mengatakan tiada orang, berarti hal ini tidak bakal salah lagi.

“Lotiang, lanjutkan ceritamu.” kata Liu Leng poo kemudian. Kakek Ou duduk kembali kemudian meneruskan;

“Tampaknya Lan Kun pit telah di cekal mereka dengan semacam obat beracun, obat beracun itu kalau dibilang memang lihay sekali dapat membuat seseorang membeberkan semua rahasia yang diketahuinya ...”

“Kau telah melihatnya?”

“Tentu saja dapat melihatnya, didalam ruangan itu hanya terdapat dia bersama Liong Cay thian yang duduk berhadapan, sikap mereka seperti sahabat karib yang sedang berbincang bincang saja, ternyata tujuan Liong Cay thian

yang sesungguhnya adalah Lou Bun si dan mutiara penolak pedang. Tidak kusangka pula Lan Kun pi ternyata membeberkan semua rahasianya bagaimana dia menerima perintah dari Kiu tok kaucu untuk menculik nona kami, tatkala aku beranjak pergi tadi, kebetulan ia sedang bercerita sampai disini.”

“Bagi Lirong Cay thian, kabar berita macam ini terhitung penting juga artinya,” kata Liu Leng poo.

“Benar. Sesungguhnya tong Cay thian memang tidak mengetahui kalau di dalam dunia persilatan terdapat manusia yang bernama Kiu tok kaucu lebih lebih tidak tahu kalau Kiu tok kaucu sedang mengumpulkan jago jago lihaynya dengan maksud hendak merebut kembali Tok seh sia tersebut.

“Terutama sekali persekongkolan La Kun pit dengan Kiu tok kaucu, nampaknya kejadian tersebut sangat mengejutkan hatinya.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba tiba kakek Ou berseru tertahan lalu tanyanya : “Barusan apakah kalian melihat ada dua orang berjalan keluar dari sumur kering itu?” “Ya, sudah melihatnya, siapa si mereka?”

Sambil tertawa sahut kakek Ou :

“Yang berada didepan adalah Lan Simhu sedangkan yang dibelakang adalah seorang anak buah Liong Cay thian.”

“Lan Simhu pun telah datang kemari?” tanya Kam Liu cu keheranan. “Tentu saja bukan sungguhan.” kata kakek Ou tertawa, “sesungguhnya yang memegang peranan sebagai Lan Sim hu itu cuma penyaruan dari seorang pelindung hukum she Lau atas perintah Liang Cay thian.”

“Apa yang hendak mereka perbuat?”

“Tentu saja ke dua orang itu sedang melaksanakan tugas yang disampaikan kepada mereka orang yang berperan sebagai Lan Sim hu itu ditugaskan untuk menyusup ke tubuh Kiu tok kau Sedangkan anak murid nya yang satu adalah membawa surat pribadi dari Liong Cay thian untuk berangkat ke Im lan guna menjumpai Lan Sim hu yang asli.”

“Aaah benar, setelah berhasil menyandera Lan Kun pit, tentu saja ia dapat pula mengancam Lan sim hu agar berpihak kepadanya.”

“Ucapan nona memang benar, Lan Sim hu cuma

mempunyai seorang putra kesayangan, sudah barang tentu dia akan termakan oleh ancaman tersebut.”

“Kakek Ou apakah masih ada yang lain.”

“Bukankah aku keluar dari tempat tersebut mengikuti dibelakang mereka? Apa yang telah kulihat dan apa yang telah kudengar kesemuanya ini apakah belum cukup?”

Liu leng poo manggut manggut.

“Ya, memang sudah lebih dari cukup, semua yang kau sampaikan barusan sudah lebih dari cukup bagi kita semua.”

“Nah, sekarang nona harus menuturkan pula rencanamu itu.” kata kakek Ou cepat: Setelah tersenyum Liu leng poo berkata :

“Rencanaku ini dinamakan Gi hoa cit ok (memindah bunga menyambung kayu ) dengan yang asli mengacau yang palsu.”

“Maaf, otakku kelewat sederhana, lebih baik nona jangan memakai istilah yang sulit, sampaikan saja kepadaku secara jelas,” kata kakek Ou sambil tertawa.

Liu Leng poo memandang sekejap ke wajah semua orang, kemudian katanya lagi sambil tertawa:

“Langkah pertama dari rencanaku ini adalah menolong orang lebih dahulu biar Wi sauhiap yang memerankan Lan Kun pit dan aku memerankan nona So menyusup ke dalam selat Tok seh sia. kemudian kita tukar dulu peranan Wi Tiang hong gadungan dan nona So asli dengan kami berdua.”

“Buat apa kita mesti menyelamatkan Lan Kun pit?” protes Kam Liu cu segera.

“Lan Sim hu merupakan seorang tokoh persilatan yang amat termashur namanya di wilayah im lam, diapun mahir didalam penggunaan racun, apabila dia sampai di biarkan sekongkel dengan orang orang Tok seh sia, bagi segenap umat persilatan hal ini merupakan sesuatu yang amat merugikan. Bila kita culik keluar Lan Kun pit ini maka hal ini berarti pula mengurangi pembantu yang sangat tangguh bagi pihak selat Tok seh sia ...”

“Setelah berhasil menculiknya keluar kita harus menyimpan dirinya dimana?”

“Soal ini kita bicarakan dikemadian hari saja toh yang penting bagi kita lebih banyak keberuntungannya daripada kerugian.”

“Baiklah, kami akan menuruti rencanamu itu dengan menculiknya ketuar lebih dulu.”

“Sementara itu Toa suheng harus berperan sebagai Lan Sim hu .” kembali Liu Leng poo berkata.

“Aaah, hal ini tidak benar, surat yang dikirim Long Oay thian belum disampaikan ke alamat, mana mungkia Lan Sim hu bisa muncul segera..?”

“Kiu tok kaucu telah menampakkan diri di sekitar bukit Kou lou san, otomatis Lan Sim hu sudah memperoleh berita pula, kini putra nya sudah tertawan dan ia datang hendak menolongnya, apakah tindakan ini keliru benar?

“Selain itu kau toh bisa saling tawar menawar dengan Liong Cay thian untuk membicarakan pertukaran syarat, dan akhirnya sampaikan pula kabar kepadanya bahwa Kiu Tok kaucu telah datang pula, bahkan berhasil mnaklukkan Tok kau ji lo.. .”

“Baik. aku akan berperan sebagai Lan Sim bu.” “Bagaimana dengan diriku?” Kakek Ou segera berseru. “Nona menyuruh aku berperan sebagai siapa?”

“Kau orang tua tidak usah berperan sebagai siapa pun, asalkan nona So telah diselamatkan maka urusaa lotiang telah selesai.”

“Aaah mana boleh jadi,” seru kakek Ou segera, “kalian semua masih berada didalam selat, masa aku harus pergi lebih dulu?”

“Ketika menyusun rencana tadi, aku berpikir demikian, yakni langkah pertama adalah menolong orang, setelah menyelamatkan nona So, maka lotiang harus

melindunginya hingga sampai kembali ke Lam hay, ini berarti langkah pertama selesai.” Kam Liu cu segera tersenyum, diam diam pikirnya;

“Siasat dari Ji sumoay ini memang bagus sekali, So Siau hui mencintai saudara Wi secara diam diam, dia memang merupakan satu satunya musuh cinta bagi sam sumoay apabila menggunakan kesempatan ini dia menyuruh pangliama sakti berlengan emas mengantarnya pulang kembali ke Lam hay, berarti tindakannya ini sekali tepuk mendapat dua lalat, cuma kuatirnya bila kakek Ou tidak setuju. ”

Sementara itu kakek Ou sudah bertanya.

“Nona bagaimana dengan rencana langkah ke dua mu? Dapatkah kau utarakan juga keluar?”

“Langkah ke dua adalah membantu Wi sauhiap untuk menyelidiki kabar berita tentang ayahnya, kita akan melihat kesempatan dan mengikuti perkembangan situasi, jadi sulit untuk dibicarakan sekarang.

Tapi kami bertiga masing masing mempunyai

kedudukan yang berbeda, biarpun berdiam dalam selat Tok seh sia untuk sementara waktu, rasanya juga tak bakal ada persoalan.

Seandainya berita tentang beradanya ayah Wi sauhiap dalam selat Tok seh sia cuma berita kosong belaka, setiap saat kami pun bisa angkat kaki dari situ, sebaliknya bila ayah nya memang berada dalam selat Tok seh sia, dengan tenaga gabungan kami bertiga, rasa nya juga masih mampu untuk menyelamatkan nya keluar dari sana.”

Wi Tiong hong merasa berterima kasih sekali setelah mendengar ucapan mana, segera ujarnya:

“Perencanaan nona memang benar benar amat sempurna, aku merasa berterima kasih sekali…”

“Apa yang dipikirkan Ji sumoay memang bagug sekali, tapi diaataranya masih ada persoalan lain.” kata Kam Liu cu.

“Persoalan sih tak ada, cuma tiada tempat untuk menyimpan Lun Kun pit saja, bila dugaanku tidak salah, kemungkinan besar Lan Kun pit sudah diracuni oleh Tok seh siau sehingga kehilangan pikiran dan kesadarannya.

Setelah kita berhasil menolong dirinya nanti, kita bisa menyuruh dia berperan sebagai manusia biasa saja, harap saudara Tam sudah mengurusnya selama satu dua hari, setelah kami keluar kembali nanti, urusan tersebut baru kita bicarakan lebih jauh.”

Tam See hoa sadar, diantara beberapa orang itu boleh dibilang ilmu silat yang dimilikinya paling cetek, mendengar ucapan mana buru buru serunya;

“Tentang tugas ini, aku yakin masih bisa melaksanaan dengan sebaik baiknya.”

“Tatkala aku masuk kedalam tadi, nona kami sudah tidur, entah dia sudah kehilangan kesadarannya atau belum? Kata kakek Ou dengan nada kuatir.

“Kalau toh Liong Cay thian sudah tehu kalau nona So adalah putri kesayangan dari Lam hay bun, aku pikir besok pagi diapun pasti akan mengutus orang pergi ke Lam hay, dengan maksud menjadikan nona So sebagai seorang sandera, menurut pendapatku cara yang terbaik adalah mencekokkan pula obat penghilang pikiran kepadanya.”

“Bukankah lotiang pernah berkata pula, tiap orang hanya mempunyai sebutir pil Pek tok kim wan? Itulah sebabnya bila orang sudah menyelamatkan dirinya nanti, kau harus segera berangkat pulang ke Lam hay.”

Kakek Ou tertawa terbahak bahak; “Haah . haah. haah. . apabila non kami benar benar sudah dicekoki obat pelenyap pikiran, aku yakin pihak Tok seh sia tentu mempunyai pula obat penawar racunnya, mengapa aku mesti meninggalkan yang dekat memilih yang jauh?”

Liu Leng poo masih ingin berkata lebih lanjut, namun sambil tertawa Kam Liu cu telah menukas;

“Ji sumoay tak usah dibicarakan lagi rupanya Ou lotiang sudah bertekad tak akan pergi dulu apalagi setelah kita masak nanti cuma tinggal saudara Tam seorang yang berada diluar.

“Ditambah pula dia harus menerima seorang beban lagi dan hilang kontak dengan kami, dia pasti akan kerepotan dibuatnya, aku rasa dengan kepandaian silat yang dimiliki Ou lotiang dia justru dapat masuk keluar selat Tot seh sia dengan sekehendak hati sendiri, malah kebetulan sekali kalau Ou lotiang tetap disini, dia dapat membantu dari luar maupun dalam...”

Tidak sampai perkataan tersebut selesai diutrakan, kakek Ou segera menukas sambil tertawa;

“Apa yang diucapkan Kam lote menang benar, biar aku dan Tam lote mencari sebuah gua sebagai tempat tinggal sementara, ehmm tempat inipun bagus sekali, letaknya ditempat yang tinggi dan bisa melihat keadaan dengan jelas, biarlah aku yang masuk kedalam sekali setiap malam untuk membuat kontak dengan kalian bila ada suata pergerakan kita pun bisa saling bantu membantu.”

Setelah mendengar perkataan dari toa suhengnya kemudian mendengar pula perkataan dari kakek Ou, Liu Leng poo segera merasa bahwa ucapan itu ada benarnya juga, maka sambil tertawa katanya.

“Kalau toh lotiang ingin tetap tinggal di sini untuk membantu kami, tentu saja hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat kebetulan sekali bagi kami.”

“Aku telah memikirkan kembali satu persoalan,” tiba tiba Wi Tiong hong berkata ragu ragu.

“Apa yang telah kau pikirkan?”

“Siasat nona memang bagus sekali, tapi kecuali aku Wi Tiong hong harus berperan sebagai Wi Tiong hong gadungan yang tak perlu penyaruan muka lagi, Kam toako dan nona harus merubah sama sekali raut wajah kalian, apakah penyaruan tersebut tidak akan meninggalkan titik kelemahan yang bisa membongkar kedok penyaruan kita?

Sebab…”

Liu Leng poo segera tersenyum, tukasnya:

“Soal ini kau tak usah kuatir, toa suheng mahir sekali didalam ilmu penyaruan muka, biarpun harus berperan sebagai apa saja dia bisa melakukannya dengan sempurna, ketika pertama kali kau bersua dengannya, bukankah kau temukan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bisul besar, bahkan diatas jidatpun terdapat bisul yang besar sekali?

“Coba kau lihat sekarang, apakah dia berbisul? Sekalipun ilmu penyaruan muka ku kurang sempurna, namun untuk berperan sebagai nona So, aku masih dapat berperan dengan sempurna sekali hingga kau sendiripun tidak akan mengenalinya lagi.”

Wi Tiong hong segera merasa kalau nama Kam toako nya yang sering disebut Liu cu (si bisul) tak enak didengar dengan keheranan tanyanya kemudian. “Kam toako, mengapa kau bisa dinamakan Liu cu? “

Kam Liu cu segera tertawa tergelak.

“Haaahh... haaah... haahh. .. berhubung aku sering berperan sebagai pengemis bisulan yang suka bermain ular, lama kelamaan nama Kam Liu cu menjadi terbiasa, nama asli ku pun jadi tidak dikenal siapa pun.”

“Kam toako, lantas siapa sama aslimu?” tanya Wi Tiong hong lebih lanjut. Kam Liu cu kembali tertawa.

“Lebih baik kau menyebut Kim Liu cu saja aku merasa gelar ini jauh lebih baik daripada nama asliku.”

Liu Leng poo yang berada disisinya segera mengerling sekejap kearahnya sambil mengomel. “Dia bernama Kam Khi hong, Liu cu.. Liu cu.. Hmm, betul betul tak sedap didengar.”

Wi Tiong hong tahu, kedua orang kakak beradik tunggal perguruan ini saling cinta mencintai, tidak heran kalau perempuan tersebut merasa tidak senang hati karena orang persilatan selalu memanggil Kam Khi hong sebagai Kam Liu cu.

Sementara pembicaraan masih berlangsung, fajar sudah hampir menyingsing. Setelah mengangkat kepalanya Liu Leng poo segera berkata.

“Toa suheng, semua benda kebutuhan ku belum siap sedia, apakah kita perlu pergi ke kota terdekat untuk melengkapinya?”

“Tentu saja harus pergi,” sahut Kam Liu cu sambil melihat waktu, “biar aku pergi seorang diri, sekalian akan kusiapkan rangsum untuk kalian semua.”

Setelah bangkit berdiri, kembali katanya:

”Harap kalian tunggu sebentar, siaute hanya pergi sebentar saja.” Selesai berkata buru buru dia turun gunung.

Makin lama matahari semakin meninggi, cahaya matahari yang bersinar keemas emasan mendatangkan suasana segar bagi setiap orang.

Tiba tiba dari jalan gunung diseberang sana muncul sesosok bayangan manusia yang makin lama semakin mendekat.

Liu Leng poo segera berbisik;

“Mungkin orang tadi datang untuk memungut batu gunung tersebut.”

Sementara itu bayangan manusia tadi sudah semakin mendekat ternyata orang itu adalah seorang hwesio kecil berusia empat lima belas tahunan dengan setengah berlarian dia menuju ketempat batu gunung itu diletakkan kemudian setelah memungutnya kembali membalikkan badan dan berlalu dari situ.

Liu Leng poo segera melompat bangun dan berbisik kepada Wi Tiong hong. “Ayo kita kuntit kemana dia pergi.”

Wi Tiong hong mengangguk dan turut bangkit berdiri, ketika ia berpaling, tampak kakak Ou sedang bersemedi, sedangkan Tam See hoa sudah tertidur nyenyak didinding batu.

Karenanya dia tak berani mengusik mereka lagi, bersama Liu Leng poo kedua orang itu keluar dari gua dan menguntit hweesio kecil tersebut dari kejauhan.

Di kaki bukit sebelah depan situ terdapat sebuah hutan pohon siong, di balik hutan tadi terdapat sebuah kuil,

menurut papan nama yang terpancang, kuil itu bernama Liong heng sian si, Hwesio kecil itu sama sekait tidak menuju ke dalam kuil, melainkan sambil menundukkan kepalanya berjalan menuju ke sebelah barat bangunan kuil itu.

Liu Leng poo yang mengamati hwesio kecil itu dengan seksama, tiba tiba berbisik. “Dia seorang perempuan….”

Kalau seorang perempuan, berarti dia adalah seorang nikou kecil.

Mereka berdua segera mengikuti pula jejak nikou kecil tadi menuju kedepan sana mendadak nikou tersebut lenyap dari pandangan mata.

Ternyata disebelah barat bangunan kuil itu lebih kurang berjarak sepuluh kaki masih terdapat sebuah kuil kecil lagi yaag dibangun menempelkan bukit, papan nama yang tergantung didepan pintu bertuliskan tiga huruf besar yang berbunyi.

“Cun ti an.”

Pintu kuil itu setengah terbuka, berarti nikou kecil itu sudah masuk kedalam kuil tersebut.

Sementara mereka berdua masih termenung, tiba tiba pintu kuil dibuka orang dan muncul seorang nikou setengah umur yang segera menegur.

“Sicu berdua, apakah kalian datang untuk memasang hio? Silahkan masuk.” “Kita tak usah masuk,” bisik Liu Leng poo segera.

Wi Tiong hong mengangguk, maka sambil memberi hormat sahutnya kemudian.

“Kami hanya datang untuk berpesiar saja.” Nikou setengah umur ini tersenyum.

“Di dalam kuil kami tersedia siamsi yang cocok sekali, saban kali ulang tahun kuil kami banyak orang yang datang dari berpuluh puluh lie jauhnya untuk mengambil siamsi disini, mengapa kalian berdua tak mengambil siamsi lebih dulu sebelum pergi?” Tampaknya dia sedang berusaha keras untuk menahan ke dua orang itu agar tidak pergi dari situ.

Diam diam Liu Leng poo mendengus dingin katanya kemudian.

“Saudaraku, kalau toh suhu ini berkata demikian, mari kita masuk untuk melihat lihat keadaan!”

Berhubung kedatangan mereka kali ini adalah atas prakarsa dari Liu Leng poo, maka Wi Tiong hong menuruti perkataannya, dia pun mengangguk dan segera masuk ke dalam kuil.

Nikou setengah umur itu segera mengikuti pula kedua orang tamunya menuju ke dalam. Seorang nikou segera muncul sambil menghidangkan dua cawan air teh panas. “Silahkan minum the,” kata nikou setengah umur itu kemudian.

Nikou kecil yang membawa air teh itu segera meletakkan bakinya ke atas meja disisi dua buah bangku.

Liu Leng poo memandang sekejap ke arah ke dua cawan air teh itu, lalu tampiknya.

“Tidak usah, kami hanya datang untuk berpelesir saja, tak enak kalau mengganggu terlalu lama….”

Tiba tiba nikou setengah umur itu berseru dengan nada suara yang sangat berat.

“Aaaai, hal ini mana boleh? Kalau toh kalian sudah masuk kemari, kalian harus minum air teh dulu sebelum pergi.”

“Jadi maksud suhu kami harus minum teh ini lebih dulu sebelum pergi dari sini?” jengek Liu Leng poo sambil tertawa dingin.

“Benar, air teh itu khusus diseduh untuk kalian berdua, tentu saja kalian harus minum dulu sebelum boleh pergi dari sini.”

Sekali lagi Liu Leng poo tertawa cekikikan.

“Suhu, kau adalah seorang pendeta, mengapa sih ucapanmu kelewat berterus terang?”

Mendadak ia bergerak ke depan, kelima jari tangan kanannya yang dipentangkan lebar lebar segera diayunkan ke muka untuk mencengkeram pergelangan tangan nikou setengah umur itu.

Nikou setengah umur itu nampak terperanjat dan segera melompat mundur selangkah ke belakang, baru saja dia bersiap siap hendak menangkis, mendadak dari ruang belakang kedengaran suara orang mendehem dia pun segera menghentitkan gerakannya itu.

Kemudian dari belakang kuil berkumandang suara teguran yang dingin dan kaku. “Tanyakan dulu asal usul mereka.”

Nikou setengah umur itu mengiakan baru saja dia hendak membuka suara untuk bertanya... Sambil tertawa Liu Leng poo menjawab: “Lebih baik kalian menjawab lebih duluan. Sebagai pendeta mengapa kalian campurkan obat pemabok didalam air teh tersebut?”

Wi Tiong hong jadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya:

“Oooh, rupanya mereka sudah bermain gila dengan air teh ini, memalukan sekali. Ternyata aku tidak berhasil mengetahuinya!”

Sementara itu paras muka nikou setengah umur itu sudah berubah hebat tapi sebelum berkata, suara dingin kaku dari belakang kuil itu sudah berkumandang kembali:

“Tampaknya kepada kedua orang bocah ini, ada urusan apa mereka mendatangi kuil Cun ti an ini?”

Liu Leng poo merasa bergidik juga setelah mendengar ucapan orang di belakang kuil yang dingin dan kaku itu, sudah jelas orang tersebut memiliki kepandaian sakti yang luar biasa sekali, hal tersebut membuatnya sangat keheranan.

Ketika mendengar pertanyaan mana, dia pun menjawab.

“Sebenarnya kami hanya datang untuk berpesiar saja, justru suhu itulah yang memaksa untuk menahan kami disini siapa sih yang datang mencari Cun ti an kalian.”

Nikou setengah umur itu buru buru berseru:

“Mereka datang kemari dengan mengintil dibelakang siau sumoay.”

“Lebih baik ditanyakan dahulu sampai jelas,” perintah suara yang dingin kaku itu lagi.

Nikou setengah umur tersebut mengiakan, kemudian sambil mengangkat kepala nya dia berkata:

“Apa yang diucapkan guruku pasti sudah kalian dengar bukan? Nah, secepatnya kalian sebut asal usul perguruan kalian dan atas perintah siapa kalian datang ke kuil Cun ti an ini, asalkan kalian bersedia menjawab semua pertanyaan dengan sejujurnya, bisa jadi kami akan mengampuni nyawa kalian berdua.”

Dari nada pembicaraan orang tersebut Wi Tiong hong sama sekali tidak mendengar nada pembicaraan dari seorang pendeta, tanpa terasa dia berkerut kening dan membentak ;

“Apakah setiap orang yang memasuki kuil Cun ti an bakal mampus..?” “Tepat sekali,” nikou setengah umur itu tertawa dingin,

“setelah kalian mendatangi kuil Cun ti an berarti kalian sudah mencari kematian buat diri sendiri.”

Liu Leng poo tertawa terkekeh :

“Aku justru rada tidak percaya dengan ocehanmu itu.”

Nikou setengah umur itu segera menarik mukanya kemudian berkata dengan gusar. “Jadi kalian tidak bersedia untuk mengaku terus terang?”

“Bukankah kalian pun enggan berterus terang?” Liu Leng poo balas mengejek sambil tertawa.

Nikou setengah umur itu memandang sekejap Liu Leng poo, lalu serunya : “Kalau begitu kau harus menerima ganjaran yang setimpal !”

Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya kedepan dan menyentilkan jari tangannya berulang kali desingan angin tajam segera mendera menyambar tubuh Liu Leng poo.

Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian ini segera mengayunkan pula telapak tangan kanannya bersiap sedia melancarkan bacokan.

Tiba tiba Liu Leng poo berbisik dengan ilmu menyampaikan suaranya :

“Harap, Wi sauhiap jangan turun tangan lebih dulu, biar aku saja yang mencobanya.”

Ternyata dia dapat mengenali sentilan jari tangan dari nikou setengah umur itu menggunakan ilmu To lo yap ci dari perguruan Sah bun, ilmu tersebut termasuk ilmu totokan udara kosong yang amat hebat.

Diam diam terkejut juga Liu Leng poo, dia kuatir Wi Tiong hong tidak tahu keadaan sehingga menderita kerugian besar, itulah sebabnya dia lantas menghalangi niatnya tersebut, disanmping dia sendiri menghimpun tenaga dalamnya dan melepaskan sebuah pukulan ke depan.

Setelah melancarkan serangan dengan jari tangannya, sebenarnya nikou setengah umur itu hendak mengatakan.

“Roboh kau…” namun ia segera melihat Liu Leng poo dengan senyuman dikulum masih berdiri di situ tanpa terpengaruh sama sekali.

Hal ini membuatnya segera mendengus dingin, tapi bersamaan waktunya pula dia merasakan angin serangan jarinya terpancing hingga miring ke samping.

Dalam kagetnya diapun membentak:

“Tidak kusangka kau memiliki kepandaian yang cukup tangguh juga.”

Bersamaan dengan ucapan tersebut, tubuhnya segera maju ke muka dan sepasang tangannya melancarkan serangan bersama sama.

Cepat nian serangan yang di lancarkan itu tangan kiri cakar tangan kanan ilmu jari, ke dua duanya merupakan ancaman yang luar biasa hebatnya.

Liu Leng poo yang berpengetahuan luas dapat menyaksikan bahwa tangan kanan nya masih tetap mempergunakan ilmu To lo yap ci, angin serangannya menderu, sebaliknya tangan kirinya mempergunakan ilmu cakar Hian pang jiau.

Tanpa terasa lagi dia berseru tertahan kemudian miringkan badannya kesamping untuk menghindari serangan cakar kiri lawan, sedangkan tangan kanannya cepat di rentangkan didepan dada dan tangan kiri nya dengan ilmu menggiring kenyataan membalik kehampaan dia pancing serangan musuh melaju ke arah lain.

Bersamaan dengan gerakan ini tangan kanannya yang sudah dipersiapkan di depan dada segera dilontarkan ke muka.

Gerakan serangannya ini boleh dibilang sangat cepat dan sedikit sekali ada jago persilatan yang sanggup menahan ancaman nya tersebut, namun nikou setengah umur itu toh masih sanggup menghindarkan diri dengan memutar tubuhnya sangat kencang seperti perputaran sebuah gangsingam.

Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian tersebut diam diam mereka terkasiap, segera pikirnya :

“Ilmu silat yang dimiliki orang ini ternyata tidak berada dibawah kepandaianku sendiri, mengapa dia pun dapat mempergunakan kepandaian macam begini?”

Baru saja mereka berdua memisahkan diri, terdengar suara yang dingin kaku dibelakang kuil itu berkumandang lagi :

“Jika kudengar dari angin pukulannya, mirip sekali dengan ilmu pukulan pemecah angin dari kuil Cing ih an di Gobi, coba kau tanyakan kepadanya apakah dia adalah murid dari Cing ih an?”

Semakin mendengar perkataan itu Liu teng poo merasa semakin terkejut, padahal dalam dunia persilatan belum pernah ada orang yang mengenali asal usul perguruan nya.

Sungguh tak disangka olehnya orang yang berada didalam kuil itu meski hanya mendengarkan angin pukulannya saja namun dapat menebak asal usul perguruannya secara tepat dari sini dapatlah disimpulkan kalau kepandaian silat yang dimiliki orang itu benar benar luar biasa sekali.

Tapi berhubung gurunya tidak senang dibicarakan orang, maka sahutnya kemudian. “Bukan!”

Suara yang dingin kaku itu kembali mendengus berat berat :

“Hm, muridku, bekuk perempuan itu dan lepaskan yang seorang lagi, suruh guru mereka datang sendiri ke Cun tian untuk meminta orang.”

Perkataan ini benar benar suatu perkataan yang sangat tekebur.

Liu Leng poo sadar bahwa musuhnya tidak mudah dihadapi, namun tak urung berkerut juga keningnya setelah mendengar perkataan ini, sambil tertawa dingin seru nya :

“Aaaah belum tentu demikian!”

“Soh hwat!” suara dingin kaku itu kembali membentak,

“gunakan dulu tehnik mematahkan untuk menghadapi perempuan tersebut.”

“Tecu terima perintah.” sahut nikou setengah umur itu sambil membungkukkan badannya memberi hormat.

Dengan suatu gerakan yang cepat dia menerjang kehadapan Liu Leng poo kemudian dengan menggerakkan telapak tangannya yang putih mulus dia lepaskan sebuah bacokan kilat ke muka. Sementara itu meskipun diluarnya Liu Leng poo mengatakan belum tentu, padahal ia sudah meningkatkan kewaspadaannya setelah menyadari bahwa manusia bersuara dingin kaku yang berada diruang belakang itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi.

Dia pun sempat mendengar orang itu memerintahkan muridnya menghadapi dia dengan tehnik mematahkan, tapi ilmu apakah itu? Hebatlah kepandaian tersebut?

Tatkala melihat nikou setengah umur itu mendesak datang secara tiba tiba sambil melancarkan sebuah bacokan tanpa terasa dia mundur selangkah kebelakang.

Ternyata serangan yang dilancarkan lawan nya ini meski disertai dengan tenaga serangan yang maha dahyat, namun jurus serangan yang digunakan cuma jurus Ngo teng kay san atau Ngo teng membuka gunung yang sederhana sekali.

Mungkin gurunya yang setelah menggantikan jurus tersebut sebagai tehnik mematahkan...

Perlu diketahui, juga Ngo teng membuka bukit merupakan sejenis ilmu kera yang mengandalkan tenaga besar, orang yang menggunakan serangan tersebut harus memiliki tenaga yang besar sekali, jadi tidak cocok untuk digunakan kaum wanita.

Bagi seorsng ahli silat, dalam sekelas pandangan saja dapat diketahui seseorang berisi atau tidak, sudah barang tentu Liu Leng poo tak akan memandang sebelah mata pun terhadap jurus serangan Ngo teng membuka bukit dari nikou setengah umur itu.

Dia segera mengayunkan tangan kanannya dan

menyambut serangan lawan dengan keras melawan keras.

Dalam waktu singkat kekuatan dari kedua belah pihak telah saling bertemu satu sama lainnya.

Sebenarnya telapak tangan nikou setengah umur itu terpentang rapat disaat melancarkan serangan tadi, namun sekarang ke lima jari tangannya bagaikan golok saja melakukan sayatan tajam, desingan angin yang dahsyat langsung saja membelah pergelangan tangan Liu Leng poo.

Dalam waktu singkat Liu Leng poo merasakan tenaga serangan lawan mendadak saja berubah menjadi sangat tangguh seperti sayatan golok tajam saja, begitu tajamnya sehingga sukar untuk dipentalkan, kenyataan ini kontan saja membuat hatinya terkesiap.

Namun berada dalam keadaan demikian tidak ada kesempatan lagi baginya untuk berubah jurus, terpaksa pergelangan tangannya direndahkan kemudian melanjutkan dengan jurus semula. “Plaaaakkk!”

Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu, tubuh ke dua orang itu sama sama tergetar munduar sejauh setengah langkah.

Liu Leng poo merasakan telapak tangan sendiri seakan seakan menghantam diatas mata golok yang tajam saja, tangannya mendesir dingin dan lamat lamat terasa sakit sekali, tanpa terasa pikirnya;

“Entah ilmu pukulan beracun apakah ini?” Berpikir begitu, tanpa terasa dia tertawa penuh marah, tangan kiriya kembali digerakkan dengan jurus Ju ti seng (Memetik bintang diangksa) untuk mencengkeram batok kepala nikou setengah umur itu. .

Dengan cekatan Nikou setengah umur itu berkelit ke kiri, lalu tangan kanannya dengan jurus Ju bwee ngo hian (memetik harpa lima sinar) dia tangkis serangan dari Liu Leng poo itu kemudian dengan pentangkan ke lima jari tangannya dia sapu punggung tangan lawan.

Liu Leng poo benar benar sangat gusar, dengan mengerahkan tenaga dalam yang dimilikinya dia segera melancarkan serangan belasan dengan mempergunakan punggung tangannya.

Kembali suatu bentrokan kekerasan terjadi sehingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras.

“Plaaak!”

Tenaga dalam yang dimiliki nikou setengah umur itu nampaknya tak mampu melebihi kemampuan Liu Leng poo, dia segera tergetar mundur ke belakang.

Akan tetapi Liu Leng poo sendiri pun terdorong mundur sejauh setengah langkah, lagi lagi tangannya terasa dingin sekali.

Nikou setengah umur ini membentak dingin, tubuhnya membayangi ke muka lebih lanjut. Kemudian sebuah serangan dilancarkan dari sayap kiri.

Ilmu yang dgunakan olehnya ini dilakukan dengan cepat dan luar biasa sekali.

Terpaksa Liu Leng poo harus membalikkan badan dan balas melancarkan sebuah sapuan dengan jurus bayangan samping merentang miring.

Tangan kiri nikou setengah umur itu segera menyapu kesamping untuk menangkis serangan Liu Leng poo kemudian diantara berkibar nya ujung baju, tahu tahu dia sudah menyelinap kehadapan Liu Leng poo dan sepasang telapak tangannya secara beruntun melepaskan empat buah pukulan berantai.

Keempat buah serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, tenaga serangan yang disertakan dalam ancaman itu pun sangat kuat sehingga timbulan suara desingan angin serangan yang sangat kuat...

Tampaknya Liu Leng poo tidak mengira kalau musuh dengan tenaga dalam yang jauh lebih rendah daripada kemampuannya justru menempuh permainan jarus yang bersifat kekerasan, diam diam ia mendengus dingin, sepasang tangannya digerakkan berulang kali untuk menyambut keempat buah serangan lawan itu.

“Plaaak, plaaak, plaaak, plaaak!”

Empat kali benturan keras bergema menyusul benturan demi benturan yang terjadi secara tiba tiba saja Lu Leng poo merasakan sesuatu gejala yang tidak beres.

Sesungguhnya tenaga dalam yaag dimiliki jauh mengunguli musuhnya, namun entah mengapa keempat serangan yang jelas dilancarkan dengan sepenuh tenaga dan berniat hendak memberikan pelajaran kepada musuhnya ini, ternyata tidak mampu menunjukkan segenap kemampuannya itu.

Rupanya serangan yang dilontarkan dengan kekuatan penuh itu, dalam kenyataan tinggal tujuh bagian saja.

Atas kejadian ini, meskipun sudah terjadi empat kali benturan keras, namun hasilnya berimbang, kedua belah pihak sama sama tergetar mundur sejauh setengah langkah.

Pada saat itulah tiba tiba dari belakang ruangan terdengar lagi suara orang yang mendehem.

Mendadak nikou setengah umur itu mundur lalu menerjang kembali ke depan, sepasang lengannya direntangkan untuk menangkis ke dua belah tangan Liu Leng poo, sementara gerakan tubuhnya yang maju kemuka juga bertambah cepat secara tiba tiba, entah mengapa, dalam sekejap mata dia sudah menyerobot masuk, kedalam jangkauan lengan Liu Leng poo.

Kemudian sepasang tangannya dari serangan telapak berubah menjadi serangan jari satu dari kiri yang lain dari kanan secepat kilat menotok jalan darah Ji keng hiat di bawah sepasang payudara Liu Leng poo …

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar