Pembunuh Gelap Jilid 12

Jilid 12

Tiba2 saja. mulutnya dipentangkan, menyemburkan arak yang belum lama diminum. ditujukan kearah papan itu.

Semua orang belum mengerti, dan tiba-tiba saja terdengar suara plep . . plep . . .plep . . . setelah terjadi hujan arak, papan itu timbul tulisan yang berbunyi:

Menegakkan keadilan dan kebenaran ! Mengatasi kesulitan dan perselisihan !

Itulah motto semboyan Su-hay-tong sim-beng.

Semua orang bersorak, ilmu kepandaian menyembur arak membuat tulisan si pengemis Air Hujan memang luar biasa, patut mendapat pujian.

Dibawah tepukan tangan itu dengan sikapnya yang puas, wakil pengemis tersebut kembali ketempat duduknya.

Ia berhasil mendemontrasikan ilmu kepandaiannya secara gemilang.

Giliran acara kedua.

Seorang tua yang kurus tampil kedepan dia adalah wakil utama Ceng-shia-pay yang menetap di Su-hay-tong-sim-beng. Si Pedang Tolol Thio Ceng Liong.

Yang diartikan dengan Pedang Tolol adalah bentuk pedangnya yang lebih lebar dari ukuran pedang biasa bukanlah orangnya yang tolol. Thio Ceng Liong telah mengeluarkan Pedang Tololnya, tentu hendak mendemontrasikan keistimewaan dari Pedang Tolol itu, memberi hormat kepada semua orang, dan ia mulai angkat bicara:

"Saudara2 sekalian, para Duta Istimewa Berbaju Kuning dan bengcu yang kami muliakan, sebelum kami mendemontrasikan ilmu kampungan kami, dengan ini kami hendak mengajukan suatu pertanyaan."

Ia terhenti sebentar, memandang kepada semua orang. Para penonton mengerti akan sikapnya Thio Ceng Liong. Mereka diam.

Melihat tidak ada orang yang memberikan tanggapan, langsung Thio Ceng Liong menghadapi Hong-lay Sian-ong.

"Bengcu." Ia memanggil, "Kami mengharapkan jawaban bengcu yang sejujur-jujurnya."

"Katakanlah." Berkata Hong-lay Sian-ong ramah.

„Suatu hari. dimisalkan bengcu menghadapi suatu permukaan air yang lebar, diantara seratus tombak, bagaimana bengcu melewatinya ?"

"Ada dua cara. kesatu ialah menerjang air, berenang keseberang, cara agak kurang sempurna. Tentu-basah kuyup. Dan cara kedua adalah melempar dua belah papan, dengan menggunakan papan2 itu sebagai tempat pantulan, hanya dua kali lompatan, dengan mudah dapat tiba disebrang."

Thio Ceng Liong memandang semua orang.

"Sudah saudara2 dengar?" Ia berkata kepada mereka. "Didalam ilmu silat, bengcu kita adalah jago tanpa tandingan, setelah itu, baru 12 Duta Istimewa Berbaju Kuning, bagi kita orang, para wakil dari semua aliran hanya dapat menduduki urutan di-bawah mereka. Tapi untuk melewati permukaan air yang lebar, bengcu kitapun menggunakan cara itu."

Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor Dua, si Bocah Tua Koo Sam Ko terjengkit, ia berteriak: "Hei, mungkinkah kau dapat mempunyai cara yang lebih baik ?" Thio Ceng Liong menganggukkan kepala.

"Nah, saksikanlah." Ia berkata sambil melemparkan Pedang Tololnya,

Pedang gepeng lebar itu meluncur kearah depan secepat itu juga, Thio Ceng Liong melejitkan diri dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, ia menyusul lajunya pedang.

Sret. . . ujung kakinya telah menempel diatas pedang itu. dengan demikian, seolah-olah terbang diatas udara bebas, mengendarai pedang, meluncur pergi.

Disinilah letak kegunaan Pedang Tolol !

Semua orang bersorak, Thio Ceng Liong telah mendemontrasikan ilmu meringankan tubuhnya, dan sekalian mempertontonkan bagaimana menggunakan pedang Tololnya.

Cara lebih bagus dari dua cara yang disebut oleh Hong-lay Sian- ong.

Pemimpin pengacara demontrasi, Duta Nomor Tiga, Pendekar Windu Kencana Toan In Peng menganggukkan kepala.

"luar biasa." Ia memberikan pujian.

Kemudian memandang Hong-lay Sian-ong dan berkata: "Bengcu, Thio Ceng Liong dapat menggunakan ilmu biasa secara

luar biasa patut mendapat penghargaan."

Itu waktu, Thio Ceng Liong telah turun dari pedang tunggangannya, menghampiri Hong-lay Sian-ong ?

Siraja silat menggapaikan tangan, kepada semua orang berkata: "Wakil Ceng-shia-pay, Thio Ceng Liong patut mendapat pujian.

Tidak sedikit dari kita orang yang mempunyai ilmu meringankan tubuh sepertinya, tidak sedikit dari kita yang mempunyai tenaga dalam yang luar biasa-, dapat melempar pedang seperti apa yang telah didemontrasikan. tapi siapakah yang pernah memikirkan tentang penggabungan dari dua macam itu! Disinilah letak kepintarannya. Untuk menghargai creation ini, bagaimana bila kita memberi nama ilmu Ceng-liong Kiam-sut, inilah untuk menghargai namanya." 

Semua orang setuju, lagi2 mereka bertampuk sorak!

Dibawah penghormatan mereka, Thio Ceng Liong menyimpan Pedang Tolol, ia kembali ketempat duduk para wakil Ceng-shia-pay lainnya.

Hong-lay Sian-ong memandang kearah Lu Ie Lam yang tidak jauh dari mereka. Ia berkata: "Lu tat-su, tolong wakili diriku memberi arak penghormatan kepadanya."

Lu Ie Lam palsu meninggalkan bengcu itu, menghampiri Thio Ceng Liong, atas nama Hong-lay Sian-ong, ia mengucapkan selamat kepada hasil ciptaan ilmu silatnya.

Setelah memberi arak keselamatan kepada Thio Ceng Liong, si Lu Ie Lam palsu sudah siap kembali,

Disaat ini, seorang wakil berbaju kuning menyenggol dirinya. dengan satu tanda isyarat, orang itu menganggukkan kepala.

Lu Ie Lam palsu mengenali kepada 'orang sendiri' itulah komplotannya yang hendak memberi intruksi baru.

Diapun menganggukkan kepala, tanda mengerti dan tidak segera mendampingi Hong-lay Sian-ong. Dia mengikuti dibelakang orang itu.

Seorang wakil Khong-tong-pay yang mengagumi kepandaian Lu Ie Lam menemukan kesempatan untuk mengikat tali persahabatan dengan si Duta Nomor Delapan, dikala Lu Ie Lam palsu lewat dari dirinya wakil itu mengangkat cawan arak, dan berkata:

"Lu tat-su, aku mengucapkan selamat kepadamu Mari kita ber- toas."

Lu Ie Lam palsu menolak tawaran itu. "Tunggu sebentar" Ia berkata. "Aku harus kebelakang, perutku sangat mulas." Setelah itu. ia mengejar orang berbaju kuning.

Tiba di-semak2 pohon, itulah teman, dua orang menghentikan langkah kaki mereka.

"Ada apa?" Bertanya Lu Ie Lam palsu.

Dengan suara perlahan, orang berbaju kuning itu berkata: "Sudah beres:"

"Bagus." Berkata, Lu Ie Lam palsu. "Tidak ada orang yang melihat?"

"Tidak ada. Ilmu kepandaian Yu Cu Ceng terlalu cetek, dikala membawanya lompat turun, kakinya mengalami cedera. jalannya agak pincang. Tapi hal itu tidak mengganggu jalannya usaha. Mereka sudah berada didalam perjalanan menuju kemarkas besar kita."

"Bagus. Akan kuberi tahu hal ini kepada Toa-cungcu dan Su- chungcu."

Mereka berpisah cepat.

Dikala melewati wakil partay Khong-tong-pay Lu Ie Lam palsu bertaos dengan mereka. Itulah suatu penghargaan.

Merekapun berpisah cepat.

Lu Ie Lam kembali ketempat duduk para Duta Istimewa Berbaju Kuning, ia mengirim dua kerlingan mata, masing2 ditujukan kapada Thiat-teng Hwesio dan Koan Su Yang.

Itulah suatu tanda isyarat, bahwa tugas telah diselesaikan.

Itu waktu, giliran wakil Bu-tong-pay yang berdemontrasi, dua tosu dengan pedang ditangan bersilat dengan gesit, mereka mempertontonkan ilmu pedang Bu-tong-pay yang ternama.

Setelah dua tosu Bu-tong-pay kembali ketempat duduk mereka.

Giliran Hek-ie-kauw yang menunjuk gigi. Demontrasi didalam suasana pesta untuk memeriahkan suasana, hal ini sudah sangat maklum. Dan lain tujuan dari acara itu ialah, memberi dorongan kepada mereka yang berlatih kurang rajin, agar dapat memilih ilmu yang hebat untuk dijadikan lebih mendalam. Agar tidak dikalahkan oleh musuh.

Bagi Orang yang bersangkutan, itulah waktu yang bagus untuk menonjolkan ilmu kepandaian mereka agar tidak dipandang rendah oleh wakil2 lainnya.

Demikian, acara demontrasi itu diteruskan.

Setelah wakil2 dari golongan yang terakhir kembali ketempat duduk, Acara itupun sudah hampir selesai.

Acara terakhir adalah pertandingan catur diantara Hong-lay Sian- ong dan Thiat-teng Hwesio.

Acara ini ditetapkan didalam kamar Hong-lay Sian-ong.

Dikala Orang2 telah bubaran. Hong-lay Sian-ong dan para Duta Istimewa Berbaju Kuning memasuki kamarnya.

Mereka segera siap untuk meneruskan pertandingan diatas papan catur.

Didalam kamar Hong-lay Sian-ong berkumpul 8 orang. Mereka adalah Hong-lay Sian-ong, Duta Pertama Oe-tie Pie-seng, Duta Nomor Tiga Toan In Peng, Duta Nomor Enam Koan Su Yang. Duta Namor Tujuh Siang-koan Wie, Duta Nomor Delapan Lu Ie Lam dan Duta Nomor Sembilan Thiat-teng Hwesio dan Duta Nomor Sepuluh Lam-hay Sanjin.

Yang jelas, 3 dari 8 orang itu adalah komplotan tukang beset kulit manusia.

Inilah suata hal yang berada diluar dugaan Hong-lay Sian-ong.

Bagaimana dengan hasil pembunuhan gelap yang telah direncanakan oleh Ai Tong Cun dan Ai See Cun?

Dapatkah Hong-lay Sian-ong menolong diri dari bahaya itu? Bagaimana pula keadaan It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw? Siapakah tokoh ajaib ini?

Mari kita mengikuti cerita dibagian selanjutnya.

Didalam kamar Hong-lay Sian-ong sesak dengan orang2 yang hendak menonton pertandingan catur. Mereka adalah Duta2 Istimewa Berbaju kuning.

Duta nomor 1, nomor 3, nomor 6, nomor 7, nomor 8 dan nomor

10.

Duta nomor 2, si Bocah Tua Koo Sam Ko tidak mempunyai minat kepada permainan catur. Ia tidak menyertai rombongan itu.

Duta nomor 5 Tong-yang Cinjin dan Duta nomor 11 Tok-gan Sin- kay sedang melakukan tugas diluar, mereka tidak dapat turut serta.

Duta nomor 12, Cu In Gie adalah seorang wanita, ia tidak mau mencampurkan diri dengan sekian banyaknya laki2, maka juga tidak turut menonton pertandingan catur.

Hong-lay Sian-ong dan Thiat-teng Hwesio telah duduk berhadap- hadapan. Dimeja telah terpasang papan catur.

Pertandingan dimulai.

Hong-lay Sian-ong menjulurkan tangan, mengambil biji dan mulai membuka pertandingan. Semua orang menonton disamping kedua orang itu.

Thiat-teng Hwesio tidak segera mengadakan perlawanan, ia berpikir lama sekali. Betul2 telah mempunyai pegangan kuat, baru mengambil biji. mengadakan perlawanan.

Tanpa pikir, Hong-lay Sian-ong mulai mengadakan serangan2 biji caturnya.

Seperti juga langkah pertama, langkah kedua si-hwesio tukang pegang lampu besi sangat lambat sekali, belet, cara memikirnya melebihi orang biasa, tangannya diletakkan dipelipisnya.

Seolah-olah orang yang sedang duduk semedhi. Itulah cara untuk mengulur waktu. Duta Pertama, si Pendekar Gembira Oe-tie Pie-seng tertawa berkakakan.

"Ha, ha, ha.. . . hwesio tukang pegang lampu, kau sedang mengadu apa? Inilah pertandingan catur bukan mengadu pikiran." Gelak Oe-tie Pie-seng berkumandang diseluruh ruangan.

Thiat-teng Hwe-sio mendelikkan matanya.

Jangan kau mengganggu ketenangan orang." Ia membentak. "Kau memang agak sentimen."

"Ha, ha ... . Permainan catur babak pertamamu sungguh luar biasa." Berkata lagi Oe-tie Pie-seng' "Jalan yang terbentang dihadapanmu hanya ada dua jalan, mengapa berpikir begitu lama?"

"Hei, kau yang bermain, atau aku ?" Thiat-teng Hwesio meneruskan perdebatan itu. Lupalah untuk meneruskan pertandingan,

"Kukira ia sudah mabuk." Berkata Oe-tie Pie-seng.

"Disihilah letak kegagalanmu." Berkata Thiat-teng Hwesio, "Memain catur tidak dapat disamakan dengan melatih ilmu silat. Setiap langkah harus mendapat perhatian yang Sempurna, salah meletakkan biji catur, berarti kekalahan. Permainan caturmu tidak mendapat kemajuan."

Oe-tie Pie-seng menganggukkan kepala, Ia dapa menyetujui kritik tersebut.

Dilarang Duta Nomor Satu itu hendak membuka mulut lagi, Duta Nomor Tiga Toan In Peng sudah mencegah:

"Sudahlah. Jangan kau mengganggu permainan catur orang." Oe-tie Pie-seng bungkam.

Thiat-teng Hwesio berpikir lama sekali, baru ia mengangkat biji catur, menjalankan permainan.

Hong-lay Sian-ong bergerak tanpa pikir, biji2 caturnya sangat hidup sekali. Semakin lama, cara berpikirnya Thiat-teng Hwesio semakin luar biasa, seolah-olah sedang menghadap soal yang paling rumit. Sangat lama sekali.

Hal ini mudah dimengerti. Tujuan Thiat-teng Hwesio bukan diatas papan catur, tentu mengalami kekacauan.

Berbeda dengan lawannya, Hong-lay Sian-ong dapat bermain tenang. Ia telah menyiapkan cara2 untuk menghadapi musuh. Disebelahnya ada Lu Ie Lam yang selalu membikin penjagaan, apa lagi yang harus ditakuti?

Tentu saja. Hong-lay Sian-ong tidak tahu, bahwa Lu Ie Lam yang berada disebelahnya bukanlah Lu Ie Lam dipagi hari.

Oe-tie Pie-seng tidak tahan mengutarakan pendapatnya:

Huh, permainan seperti ini tentu memakan waktu lama, bilakah dapat berakhir ?"

Pendekar Pedang Kayu Koan Su-yang berkata: "Kukira sampai pagi hari."

Oe-tie Pie-seng berkata:

"Seorang yang pintar tentu akan istirahat dahulu." Ia mulai menguap, "Aku hendak tidur." Ia berkata. Tubuhnya bergerak, meninggalkan tempat itu.

Didalam ruangan itu berkurang satu Duta Istimewa Berbaju Kuning.

Jumlah penonton hanya 5 orang.

Thiat-teng Hwesio masih bermain lambat2an, itulah permainan seorang yang menghendaki kemenangan.

Situasi catur semakin menguntungkan biji2 Hong-lay Sian-ong. Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor Tujuh Pendekar Pedang

Duta Siang-koan Wie menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya

berpikir: "Permainan apakah ini ?"

Menonton beberapa waktu lagi, karena tidak sanggup menerima ujian Thiat-teng Hwesio yang mengutuk waktu, diapun pergi meninggalkan ruangan pertandingan itu.

Kepergian Siang-koan Wie sangat menggirangkan Hwesio lampu besi itu.

Disana hanya tinggal 6 orang, 3 untuk kekuatan Su-hay-tong- sim-beng, dan 3 lagi kekuatan tukang beset kulit manusia.

Menyusul kepergian Duta Nomor Satu Oe-tie Pie-seng dan Duta Namor Tujuh Siang-koan Wie, Seorang lagi hilang sabar, dia adalah Duta Nomor liga Toan In Peng.

Setelah memberi tahukan niatnya kepada orang2 yang masih berada ditempat itu, Toan In Peng keluar dari kamar Hong-lay Sian- ong.

Kekuatan Su-hay-tong-sim-beng semakin lemah lagi.

Penonton pertandingan catur hanya tiga orang, mereka adalah Duta Namor 6 Koan Su Yang, Duta Nomor 8 Lu Ie Lam dan Duta Nomor 10 Lam-hay San-jin.

Hong-lay Sian-ong telah mengetahui satu dari dua Duta Istimewa Berbaju Kuning yang palsu.

Itulah Thiat-teng Hwesio.

Wie Tauw mengatakan, ada dua Duta Istimewa BerbajU kuning palsu, kecuali Thiat-teng Hwesio Hong-lay Siah-ong tidak dapat menduga seorang lainnya"

Diantara tiga penonton pertandingan catur. Lu Ie Lam adalah orang kepercayaahnya, tentu Hong-lay Sian-ong tidak mempunyai prasangka buruk.

Kecurigaan jatuh kepada dua orang, bila bukan Koan Su Yang, tentu Lam-hay San-jin.

Untuk menentukan siapa ditemani mereka yang menjadi manusia imitasi, itulah soal mudah, siapa yang belum meninggalkan kamarhya, itulah musuh.

Hong-lay Sian-Ong memandang kepada ketiga penonton:

"Malam telah larut, kalian masih hendak menonton sehingga babak akhir?"

Koan Su Yang bangkit berdiri, ia berkata: "Hwesio tukang pegang besi ini memain dengan

asal2an. tentunya tidak senang ditonton orang. Aku meminta diri."

Dan Duta Nomor Enam inipun pergi. Penonton pertandingan hanya dua orang, itulah Lu In Lam dan Lam-hay San-jin.

Hong-lay Sian-ong memandang Lu Ie Lam, seolah berkata,

"Nah, kini telah terbukti, siapa yang menjadi Duta Istimewa palsu!"

Didalam hati Bengcu Su-hay-tong-sim-beng itu menunjuk pasti, bahwa seorang Duta Istimewa Berbaju Kuning, imitasi lainnya adalah Lam-hay San-jin.

Melirik kearah Duta nomor 10 itu, didalam hati berkata dingin: "Hm, jangan kau berpura-pura. aku telah siap sedia, menunggu

datangnya seranganmu."

Itu waktu, Lam-hay San-jin sedang memusatkan semua perhatian kepada papan catur.

Menyenggol tangan Lam-hay San-jin, Hong-lay Sian-ong berkata: "Eh, kau hendak menonton sehingga pagi?"

"Tidak menjadi soal." Berkata si Raja Setan, "Tiddak mungkin hwesio tukang pegang lampu besi mempunyai kekuatan untuk duduk sehingga pagi hari."

Hong-lay Sian-ong tertegun maksud tujuannya menjajal perubahan wajah orang, Bila Lam-hay San-jin seorang musuh, mendengar teguran tadi. pasti ia terkejut, besar kemungkinannya mempercepat gerakkan yang telah dipersiapkan oleh komplotannya.

Kenyataan tidak seperti itu.

Sikap Lam-hay San-jin sangat tenang.

Hong-lay Sian-ong mengalihkan pandangannya ke-arah Lu Ie Lam, dan berkata kepada orang itu:

"Lu-tat-su juga hendak menongkrong sehingga pagi?"

Hong-lay Sian-ong tahu pasti, malam ini, Lu Ie Lam akan selalu mendampingi dirinya, yang tidak mungkin Duta Berbaju Kuning itu pergi meninggalkan dirinya. Kata2 tadi dimaksud, untuk menghilangkan kecurigaan musuh2 mereka, didalam hal ini, Hong- lay Sian-ong menduga kepada Thiat-teng Hwesio dan Lam-hay San- jin.

Pertanyaan ini membingungkan Lu Ie Lam palsu sama sekali ia berpikir, dan akhirnya memberikan jawaban yang membingungkan Hong-lay Sian-ong.

"Boleh juga." Demikian manusia imitasi itu berkata: "Lihat saja sebentar lagi, bila kenyataan tetap seperti ini. "

Hampir Lu Ie Lam palsu membongkar penyamarannya.

Cepat-cepat Thiat-theng Hwesio berkata: "Kalian berdua jangan pergi. Menemani kita bermain catur, tentu mendapat pelajaran yang berarti ."

Lam-hay San-jin yang menonton dengan tekun berkata: "Pelajaran apa ?"

"Lihatlah permainan caturku, betapa majunya. Sehingga dapat melawan bengcu. Bila kalian mau memperhatikan setiap langkah permainanku, pasti dapat mendapat kemajuan." Berkata Thiat-teng Hwesio. Ia mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

"Phui." Lam-hay San-jin hampir meludah. "Permainan caturmu yang acak-acakan ini hendak dipertontonkan kepada orang? Tidak tahu malu."

"Permainan yang acak-acakan?" Berkata Thiat-teng Hwesio. "Apa yang sedang kau perhatikan? Bukankah sedang mempelajari ilmu permainan caturku?"

"Cis, siapa yang kesudian menonton permainan caturmu." Lam- hay San-jin bangkit dari tempat duduknya. Diapun pergi meninggalkan kamar itu.

Hong-lay Sian-ong semakin bingung. Mengetahui cara-cara Thiat- teng Hwesio yang mengusir Lam-hay San-jin secara halus, tentunya Duta Nomor Sepuluh itu bukan manusia palsu.

Mungkinkah dugaannya yang salah? Dimanakah lelak kesalahannya? Mungkinkah Duta Nomor Delapan Lu Ie Lam?

Hong-lay Sian-ong tertawa pada diri sendiri. Tidak mungkin.

Demikian ia berkata didalam hati.

Pikiran Hong-lay Sian-ong dikasih bekerja. Segera ia dapat mencari jalan keluar. Ia berpikir;

'Tentunya seorang Duta Istimewa Berbaju Kuning palsu lainnya tidak mempunyai waktu kesempatan untuk turun tangan-

Adanya Lu Ie Lam ditempat itu sangat mengganggu usaha mereka. Karena itu, tentunya sudah keluar, bersembunyi disuatu tempat yang tidak jauh, menunggu sampai Lu Ie Lam tidak betah, baru ia kembali.'

Disinilah letak kesalahan Hong-lay Sian-ong. Ia masih mempercayakan dirinya kepada Lu Ie Lam itu.

Berpikir sampai disini, karena Thiat-teng Hwesio masih belum menggerakkan bijinya, Hong-lay Sian-ong mamandang Lu Ie Lam. Dengan menggunakan gelombang tekanan tinggi, ia berkata:

"Lu-tat-su, adanya kau disini menakutkan musuh. Lebih baik kau keluar sebentar, agar memberi kesempatan kepada musuh untuk turun tangan." Lu Ie Lam palsu terkejut. Mungkinkah penyamarannya telah diketahui orang? Tidak mungkin. Hong-lay Sian-ong mengetahui adanya musuh. Tapi tidak tahu, dimana letak musuh itu.

mengikuti pesan yang diberikan kepadanya, iapun berbangku. "Akh, hwesio ini terlalu lama. Aku hendak pergi dahulu."

Demikian ia berkata.

Thiat-teng Hwesio tertawa.

"Eh, kau juga ingin pergi?" Ia bertanya.

"Aku hendak keluar sebentar." Berkata Lu Ie Lam palsu itu.

Dengan menggendong tangan dibelakangnya. Lu Ie Lam palsu meninggalkan kamar Hong-lay Sian-ong.

Bulan purnama telah mencorong ditengah langit, tidak ada selembar awan, udara amat cerah.

Beberapa wakil yang duduk didalam Su-hay-tong-sim-beng masih menggadangkan rembulan.

Menikmati udara sejuk dibawah Sinar bulan purnama.

Lu Ie Lam palsu memperhatikan keadaan itu, semakin lama, orang2 yang menikmati Suasana keindahan malam bertambah kurang.

"Kukira sudah waktunya untuk turun tangan." Demikian ia berkata seorang diri.

Dia masuk kembali kedalam kamar Hong-lay Sian-ong.

Itu waktu, pertandingan catur mulai meruncing. Itulah babak akhir yang menegangkan.

Lu Ie Lam palsu berteriak, "Luar biasa. Mulai saling makan!"

Hong-lay Sian-ong tertawa, ia masih belum sadar akan tangan maut yang sudah menjulur kearah dirinya.

"Memang luar biasa." Ia berkata. "Begitu kau ke luar. Thiat-teng tat-su dapat bergerak linca. Permainan caturnya menjadi sangat gesit."

Kemudian, dengan menggunakan tekanan suara gelombang tinggi, ia bertanya:

"Bagaimana keadaan diluar? Adakah gerakkan musuh?"

"Tidak ada." Berkala Lu Ie Lam palsu itu. Ia juga menggunakan tekanan suara gelombang tinggi. Hanya dapat didengar oleh orang yang bersangkutan.

"Heran, mungkinkah It-kiam-tin-bu-lim memberi keterangan palsu?" Kata2 inipun dikeluarkan tanpa suara biasa. Hong-lay Sian- ong masih menggunakan ilmu Toan-im-jit-bie.

Lu Ie Lam palsu juga menyuarakan dengan gelombang tekanan tinggi."

Bengcu boleh melegakan hati. adanya aku ditempat ini, mana mungkin mereka bergerak?"

Hong-lay Sian-ong, masih menggunakan ilmu Toan-im-jib-bie, ini penting, mengingat Thiat-teng Hwesio yang tidak boleh mengikuti percakapan mereka.

Dia sudah bicara lagi:

"Bukan maksudku menakut-nakuti mereka. Ada baiknya memancing mereka turun tangan lebih cepat."

Lu Ie   Lam   telah   berada   dibelakang   Hong-lay   Sian-ong.

Tangannya telah memegang pisau belati.

"Bengcu menghendaki diturun-tangani lebih cepat?"

"Lebih cepat mereka turun tangan berarti lebih cepat pula   "

Tangan Lu Ie Lam palsu memegang belati sudah diarahkan kepada jalan darah Leng-tay si Pendekar Kedewaan....

"Plep!"     Pisau itu memasuki daging dibagian jalan darah Leng-

tay Hong-lay Sian-ong.

Demikian kerasnya tusukan itu, hanya tinggal gagang belati yang terlihat.

Ilmu kepandaian Hong-lay Sian-ong telah mencapai tingkat tertinggi, betapapun lihaynya orang yang menyerang dari belakang, bila bukan menggunakan wajah Lu Ie Lam, tidak mugkin ia berhasil.

Lu Ie Lam adalah orang yang sangat dipercayai tentu tidak ada mengadakan penjagaan, karena kelengahan itulah, belati masuk kedalam punggung belakang.

Hong-lay Sian-ong berteriak keras, tangannya diayun kebelakang, . . .'hut'. . . memukul Lu Ie Lam palsu.

Orang itu telah bersiap sedia, bergitu berhasil menuyukan pisau belatinya, tubuhnya telah melejit, jauh kebelakang. Lari meninggalkan kamar Hong-lay Sian-ong.

Tiat-teng Hwesio bangkit dari tempat duduknya.

"Lu Ie Lam," ia juga berteriak. "Berani kau membunuh bengcu sendiri?"

Tubuh Tiat-teng Hwesio turut melesat keluar, meninggalkan kamar.

Dimalam gelap, teriakan Hong-lay Sian-ong dan bentakkan Tiat- teng Hwesio terdengar sangat nyaring.

Beberapa orang yang sedang menikmati keindahan malam bulan purnama terkejut, ber-bondong2 menuju kekamar Hong-lay Sian- ong.

Tujuh Duta Istimewa Berbaju Kuning mempunyai pendengaran yang melebihi manusia biasa, satu persatu telah berada ditempat itu.

Mereka bersampokan dengar Thiat-teng Hwesio.

Duta Pertama, si Pendekar Gembira Oe-tie Pie-seng berteriak: "Hwe-sio, apa yang telah terjadi?"

Dengan sikapnya yang uring2an, Thiat-teng Hwesio berkata: "Lu Ie Lam telah menjadi gila, ia membunuh bengcu kita."

Para Duta Istimewa Berbaju Kuning terkejut, wajah mereka menjadi pucat. Sementara, semua orang mengajukan pertanyaan.

"Dimana dia melarikan diri?"

Thiat-teng Hwesio menunjuk kearah barat, serta membuka mulut berkata:

"Kesana. Mari kita ber-sama2 mengadakan pengejaran."

Jurusan yang ditempuh oleh Lu Ie Lam palsu adalah arah timur, tapi Thiat-teng Hwesio menunjuk dan mengadiak orang2 mengejar kearah barat, arah yang bertentangan,

Oe-tie Pie-seng berlari, sebelum itu, ia meneriaki Lam-hai San- jin;

"Tolong kau melihat keadaan bengcu."

Dan mengajak semua orang. Oe-tie Pie-seng berkata, "Semua Duta Istimewa Berbaju Kuning lainnya mengejar musuh,"

Duta Nomar Satu Oe-tie Pie-seng, Duta Nomor Dua Kho Sam Ko, Duta Nomor Tiga Toan In Peng Duta Nomor Enam Koan Su Yang Duta Nomor Tujuh Siang-koan Wie, Duta Nomor Sembilan Thiat- teng Hwesio dan Duta Nomor Dua Belas CU In Gi bergerak cepat. Semua meluncur kearah barat, maksudnya mengejar Lu Ie Lam yang dikatakan sudah menjadi gila.

Duta Nomor Sepuluh Lam-hay San-jin menUju kearah kamar Hong-lay Sian-ong.

Adanya perintah Oe-tie Pie-seng yang meninggalkan Lam-Hay San-jin mengandung unsur penting.

Ternyata diantara sekian banyak Duta Istimewa Berbaju Kuning, hanya Lam-hay San-jin seorang yang mengerti ilmu ketabiban.

Kamar Hong-lay Sian-ong telah sesak dengan tubuh orang, mereka adalah para wakil semua aliran yang menetap di Su-hay- tong-sim-beng. Mendesak orang2 itu, Lam-hay San-jin berhasil mendekati bengcunya.

Hong-lay Sian-ong bertiarap diatas papan catur, sudah tidak bergerak, punggungnya tertancap pisau yang hampir ambles masuk semua, hanya terlihat gagang pisau itu.

Lam-hay San-jin mengerti Ilmu ketabiban, hanya sepintas lalu, ia dapat mengetahui betapa bahayanya tusukan pisau itu.

Pisau masuk ditempat jalan darah Leng-tay, mana mungkin dapat ditolong lagi ?

Napas Lam-hay San-jin dirasakan menjadi sesak.

Orang yang berada dikeliling Hong-lay Sian-ong adalah Siauw- lim-pay It-ie Tay-su, wakil Bu-tong-pay Kho-bok To-tiang, wakil Khong-tong-pay Bwe Jin dan lain2 orang lagi.

Munculnya Lam-hay San-jin menggirangkan orang2 itu.

It-ie Tay-su telah mendekat si Pendekar Laut selatan, dengan suara yang hampir tidak terdengar, ia berkata:

"Luka bengcu sangat berat, kita tidak berani mencabut pisau dipunggungnya, itulah jalan darah kematian. Sangat berbahaya."

Lam-hay San-jin menganggukkan kepala. Dengan hati2, ia memegang tangan sang bengcu, maksudnya hendak memeriksa denyut nadi orang.

"Lam-hay tat-su, kau datang?" Demikian Hong-lay Sian-ong tertawa nyengir.

Dari sinar mata sang bengcu yang masih bercahaya, Lam-hay San-jin semakin terkejut, Bila seorang yang menderita luka sangat berat memancarkan sinar mata seperti itu, berarti datangnya maut yang lebih cepat. tanda2 akan menghembuskan napasnya yang terakhir.

"Bengcu.....kau . . .kau . . ." Lam-hay San-jin tidak dapat meneruskan kata2nya. "Tidak perlu mengawatirkan keselamatanku," Berkata Hong-lay Sian-ong. "Aku tidak mengapa Tolong cabutlah pisau belati ini."

Lam-hay San-jin mengerti cara2 ketabiban, bila pisau yang mendam ditempat jalan darah Leng-tay itu dicabut, pasti napasnya Hong-lay Sian-ong terhenti, Sebaliknya, bila membiarkan pisau itu menutup darah yang hendak keluar, ia masih dapat memperpanjang hidup sang bengcu.

Mendengar permintaan Hong-lay Sian-ong itu, Lam-hay San-jin tidak berani menggerakkan tangan. Dengan suara gemetar, ia berkata:

"Bengcu. dengan alasan apa Lu-tat-su hendak membunuhmu ?" "Cerita terlalu panjang, keluarkanlah benda yang bersarang

dibelakang punggungku ini." Hong-lay Sian-ong mengulang permintaannya.

Lam-hay San-jin semakin gugup. "Jangan Jangan . . ." Ia hampir menjerit.

"Ha, ha ... " Hong-lay Sian-ong. "Cabutlah, Aku tidak akan mati,"

Menyaksikan caranya pisau yang masuk mendam ditempat jalan darah Lam-hay San-jin mau mengeluarkannya? Itulah tempat kematian, setelah darah muncrat keluar, siapa yang dapat memperpanjang jiwa sang pemimpin Su-hay-tong-sim-beng?

Dia kukuh tidak mau melaksanakan permintaan Hong-lay Sian- ong.

Masih Hong-lay Sian-ong memberi perintah untuk mengeluarkan pisau itu.

Dengan suara yang bersungguh-sungguh, Lam-hay San-jin berkata: "Sebentar. Biar kuambilkan jinsom, setelah itu perlahan- lahan akan kuusahakan mencabut pisau itu."

Jinsom adalah obat kuat yang termanjur.

Pendekar Raja Selatan Lam-hay San-jin siap mengambil jinsom. Mengetahui tidak dapat memaksa orang, Hong-lay Sian-ong mengeluarkan tarikkan napas panjang.

"Baiklah." Akhirnya ia menyerah, "Jinsom boleh diambil oleh orang lain. Kau lekas segera pergi ke Ceng-sim-lauw, membawa seseorang menghadap diriku."

Deri dalam saku bajunya, Hong-lay Sian-ong mengeluarkan sebuah batu kumala. itulah tanda kepercayaan dirinya. diserahkan kepada Lam-hay San-jin.

"Dengan tanda ini. kau dapat meminta orang dari tangan Hong Lauw Cu."  Berkata si raja silat itu.

Lam-hay San-jin menerima tanda kepercayaan Hong-lay Sian- ong.

"Bengcu menghendaki pemuda berkerudung hitam itu"

Ia menduga komplotan Su-khong Eng yang melukai sang bengcu, tentunya harus menuntut balas segera. Membunuh pemuda jahat tersebut.

Hong-lay Sian-ong menggoyangkan kepala. "Bukan dia. Orang yang harus dibawa menghadap datang adalah It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw."

"Aaaa . . .It-kiam tin-bu-lim Wie Tauw?"

Lam-hay San-jin terkenyut. Ia tidak tahu bahwa jago ajaib itu telah berada di Su-hay-tong-sim-beng.

Bukan saja si Pendekar Raja Selatan Lam-hay San-jin yang tidak tahu hal itu, semua orang pun sangat terkejut, tidak seorang dari mereka yang mengetahui kedatangan Wie Tauw.

"Betul." Berkata Hong-lay Sian-ong. "Pagi ini, ia berkunjung datang dan memberi tahu akan bakal terjadinya pembunuhan gelap yang hendak dilakukan kepada diriku. Aku tidak percaya seratus persen, dan juga hendak mengelabui mata musuh, maka mengurungnya didalam Ceng-sim-lauw. Tolong bawa dirinya segera." Lam-hay San-jin meninggalkan sang bengcu, dikala melewati It- ie Tay-su dan Kho-bok To-tiang, ia berkata kepada mereka:

"Jiwi berdua mempunyai jinsom yang bagus?"

"Didalam kamar pintu ada sebuah jinsom sepesial umurnya telah ribuan tahun." Berkata Kho-bok To-tiang

"Entah bagaimana cara penggunaannya?"

"Dipotong setipis mungkin, kemudian diseduh dengan air panas. Sangat mudah sekali." Berkata Duta Nomor 10, siRaja Selatan Lam- hay San-jin. "Tolong beri kepada bengcu."

Kho-bok To-tiang meninggalkan kamar itu, ia harus menyediakan jinsom untuk bengcunya.

Lam-hay San-jin menuju kearah Ceng-sim-lauw. Tugasnya mengambil It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw dari kamar tahanan.

Tiba di Ceng-sim-lauw. Lam-hay San-jin berteriak: "Hei, lekas bawa It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw."

Hong Lauw Cu sedang lelap tidur, ia dikejutkan oleh suara teriakan siRaja Selatan:

"Eh. ada apa?" Ia mengajukan pertanyaan.

Lam-hay San-jin memperlihatkan tanda kepercayaan Hong-lay Sian-ong. Ia berkata: "Atas perintah bengcu, aku mendapat tugas untuk membawa seorang tahanan Ceng-sim-lauw yang bernama It- kiam-tin-bu-lim Wie Tauw."

Hong Lauw Cu semakin terkejut.

"Lekas." Lam-hay San-jin membentak, ia tidak sabaran. Ia mengawatirkan keselamatan sang bengcu.

Hong Lauw Cu memilih kunci kamar, kemudian mengajak Lam- hay San-jin kekamar tahanan nomor 5, itulah kamar tahanan yang menyekap It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw.

Wie Tauw dibangunkan oleh adanya suara gerendel dibuka, segera ia tersentak bangun, dikala pintu terbuka, dia kenal kepada orang yang memasuki kamarnya, itulah Duta Nomor 10 dari Su-hay- tong-sim-beng pendekar Laut Selatan Lam-hay San-jin.

"Aaaaa. . . .Ternyata Pendekar Laut Selatan Lam-hay San-jin." Berkata Wie Tauw, "Selamat bertemu."

Wie Tauw menunjuk hormatnya.

Lam-hay San-jin membalas hormat itu.

"Atas perintah bencu, diharapkan kedatangan cong-piauw-tauw didalam kamarnya." Berkata si Raja Selatan.

Sinar mata Wie Tauw bercahaya terang.

"Sipembunuh telah berhasil ditangkap?" Ia menduga seperti itu. Lam-hay San-jin menggelengkan kepala.

"Dia telah melarikan diri." Ia berkata.

Wajah Wie Tauw berubah. Larinya si pembunuh gelap berati kekalahan bagi Su-tong-sim-beng, tentu ada sesuatu yang menimpa Hong-lay Sian-ong.

"Bagaimana keadaan bengcu?" Ia bertanya.

Lam-hay San-jin telah mengajak Wie Tauw meninggalkan kamar Ceng-sim-lauw.

Ia berkata: "Bengcu menderita luka, agak berat." "Aaaaaa. "

Mereka telah lari meninggalkan Ceng-sim-lauw.

Dikala tiba dikamar Hong-lay Sian-ong, Kho-bok To-tiang dari Bu- tong-pay baru selesai membawakan seduhan air jinsom, bersama- sama mereka memasuki ruangan.

Munculnya ketiga orang itu menggirangkan Hong-lay Sian-ong. Ia menyilahkan mereka mengambil tempat duduk.

"Wie cong-piauw-tauw," Berkata bengcu Su-hay-tong-sim-beng. "Aku meminta pertolongannya Lam-hay-tat-su untuk mengeluarkan pisau dibelakang punggungku yni, dengan kukuh Lam-hay tat-su menolak permintaanku. Inilah akibat dari kebandelan kepalaku, sehingga harus menerima kutukkan takdir."

Diperlihatkannya pisau belati yang hampir menembusi punggungnya itu.

Mata Wie Tauw terbelalak, dipentangnya lebar2, hal itu tidak mungkin terjadi, seseorang yang menderita luka dibagian jalan darah Leng-tay dapat bicara dengan senyuman menghias wajah.

Sungguh luar biasa

"Betapa lihay Hong-lay Sian-ong, dia masih berupa seorang manusia, dan ciri2 yang paling khas dari seorang manusia adalah mudah menderita.

Mungkinkah Hong-lay Sian-ong menerima tikaman maut itu tanpa menderita?

Wie Tauw lupa memberikan jawaban.

Kho-bok To-tiang menyodorkan cawan yang berisi air jinsom. Ia berkata.

"Bengcu, minumlah air jinsom ini dahulu."

Lam-hay San-jin juga mempunyai pendapat yang sama. ia berkata: "Bengcu. makanlah obat ini, baru menceritakan kejadian."

Hong-lay Sian-ong menerima cawan jinsom, tapi tidak segera diminum. Ia memandang Wie Tauw dan mengajukan pertanyaan kepada sitokoh ajaib kita.

"Wie cong-piauw-tauw, tahukah kau, siapa orang yang hendak membunuh diriku?"

It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw melihat wajah Hong-lay Sian-ong yang sangat dipaksakan, itulah tanda2 orang yang hendak pergi kelain dunia, Ia harus mengabulkan permintaan setiap orang yang sudah hampir mati, jiwa bengcu itu tidak lama lagi. Dengan sikapnya yang sangat patuh, ia bertanya: "Bengcu bermain catur dengan siapa?"

"Thiat-teng Hwesio." Berkata Hong-lay Sian-ong.

"Berapa orang yang menonton pertandingan itu? Siapa-siapakah yang menonton mereka?"

"Itu waktu, hanya Lu Ie Lam seorang."

Inilah suatu ujian, sebelum menghembuskan napasnya yang penghabisan, tentunya Hong-lay Sian-ong hendak menguji kepintaran otak dirinya. Dia adalah calon Duta Istimewa Berbaju Kuning yang ke tiga Belas. Wajib memberi suatu kesan yang laik.

Wie Tauw segera memberikan jawabannya:

"Orang yang melakukan pembunuhan gelap pasti Thiat-teng Hwesio."

Karena Wie Tauw tahu pasti, Lu Ie Lam bukan Duta Berbaju Kuning palsu. Disana hanya tiga orang, mereka adalah Hong-lay Sian-ong, Lu Ie Lam dan Thiat-teng Hwesio.

Hong-lay Sian-ong adalah manusia asli, Lu Ie Lam tdak mungkin palsu, dugaannya jatuh kepada Thiat-teng Hwesio.

"Salah." Berkata Hong-lay Sian-ong. Orang yang hendak membunuh diriku adalah Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor Delapan, si Pendekar Pengembara Lu Ie Lam."

"Aaaaaaa.     " Wie Tauw mengeluarkan teriakan heran, bingung

tidak mengerti, terkejut sekali. Hong-lay Sian-ong tertawa.

Jawaban Wie Tauw tidaklah mengherankan, dengan daya pikirannya yang mempunyai pengalaman hidup selama 102 tahun, dia tokh masih dapat dikelabui oleh Lu Ie Lam palsu itu. mana mungkin Wie Tauw dapat menduga?

"Wie tayhiap," Berkata lagi Hong-lay Sian-ong. "Bersediakah kau menerima jabatan Duta Istimewa Berbaju Kuning Su-hay-tong-sim-beng yang ke Tiga belas?"

Wie Tauw ter-mangu2, ia menganggukan kepalanya:

"Boanpwe dapat menerima jabatan tersebut, atas dasar persetujuan wakil2 dari partay aliran yang bernaung dibawah panji Su-hay-tong-sim-beng." Wie Tauw menambah keterangan.

"Tentu." Berkata Hong-lay Sian-ong.

Kemudian memandang semua orang yang memenuhi ruangannya, kepada mereka, bengcu itu berkata:

"Cuwie sekalian, hari ini. aku menetapkan It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw sebagai Duta Istimewa berbaju Kuning Nomor Tiga Belas, adakah yang tidak setuju?"

Ia meminta semua wakil dari aneka macam aliran yang tergabung didalam Su-hay-tong-sim-beng.

Itulah permintaan terakhir dari bengcu mereka. Demikian semua orang berpikir. Tidak ada yang mengajukan keberatan atas diangkatnya Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor Tiga Belas.

Kejadian yang mudah dimengarti. Nama sitokoh ajaib. Pedang yang Menundukkan Rimba Persilatan It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw telah menggemparkan seluruh dunia, tidak seorangpun yang tidak takluk kepada kepintaran dan keluar biasaannya.

Pengangkatannya sebagai Duta Istimewa Berbaju Kuning Su-hay- tong-sim-beng sudah berada didalam dugaan.

Apa lagi atas usul Hong-lay Sian-ong, sebelum sang bengcu menghembuskan napasnya yang terakhir. Tidak seorangpun yang mengajukan keberatan.

"Kami setuju menerima Wie cong-piauw-tauw sebagai Duta Istimewa Berbaju Kuning kita."

Demikian semua orang berkata serentak.

Hati Wie Tauw amat gembira. Itulah bukti kenyataan, semua orang mendukung dibelakang dirinya

Wie Tauw mempunyai kepintaran melebihi orang, rasa girangnya segera diselubungi oleh rasa khawatir.

Hong-lay Sian-ong menunjuk dirinya sebagai Duta Istimewa Berbaju Kuning, maksudnya sangat baik. Disamping itu, masih ada lagi maksud2 tertentu yang belum diutarakan oleh bengcu itu.

Membarengi teriakan2 semua orang, ia angkat bicara.

"Cuwie sekalian jangan terlalu cepat memberi putusan, dengarlah permintaan bengcu yang kedua."

Ia memandang Hong-lay Sian-ong.

Si Raja Silat Kependekaran tersenyum. ia memuji kecerdasan otak Wie Tauw.

"Wie tat-su tentunya dapat menduga tentang permintaanku yang kedua?" Ia bertanya.

Wie Tauw menganggukkan kepala.

"Inilah yang penting. Boanpwe kira, belum tentu mereka mau menerima kenyataan."

"Hidupku sudah hampir selesai. Sebelum aku menghembuskan napasku yang penghabisan, dapatkah kau memperlihatkan wajah dan nama aslimu?" Demikian Hong-lay Sian-ong berkata.

Wie Tauw telah bersiap sedia mendapat permintaan ini. Ia berpikir lama.

Semua orang terkejut. bingung, tanda tanya mengelilingi benar pikiran orang2 itu.

Permainan apakah yang sedang dipertontonkan oleh bengcu mereka?

Akhirnya Wie Tauw dapat mengambil putusan.

"Baik." Ia berkata. "Boanpwe bersedia mengembalikan wajab asli dihadapan bengcu, dan dihadapan semua wakil dari partay2 dan golongan2."

Hong-lay Sian-ong menunjuk ketempat tidurnia.

"Disamping pembaringanku ada sebaskom air bersih, dipersilahkan Wie tayhiap menggunakan air itu."

Dari dalam saku bajunya, Wie Tauw mengeluarkan bubuk obat, dengan air bersih yang telah tersedia, ia menolak kedok penyamarannya.

Didalam sekejap mata, It-kiam-tin-bu-lim. Wie Tauw telah lenyap dari hadapan mata semua orang!.

Disana telah bertambah seorang pemuda, sangat tampan, bersih dan cakap, itulah putra ex ketua partay Oey-san-pay, putra tunggal Ie Im Yang yang bernama Ie Lip Tiong.

Ie Lip Tiong ?

Dikala 'Wie Tauw' membalikkan kepalanya dan memandang semua orang, seluruh isi ruangan itu segera bergolak.

Beberapa orang mundur kebelakang, seolah-olah hendak melarikan diri dari kenyataan. Tidak terkecuali, wajah Hong-lay Sian-ong juga berubah.

Ie Lip Tiong muncul dihadapannya.

Ie Lip Tiong telah mengalami hukuman penggal kepala. Kejadian itu baru berlangsung dua bulan. Dari mana muncul seorang Ie Lip Tiong lagi?

Mungkinkah bertemu dengan setan penasaran ?

Semua orang menyesal atas kejadian itu. selalu dibayang- bayangi oleh wajah Ie Lip Tiong.

Dan dikala bayangan itu muncul dihadapan mereka, bagaimana tidak terkejut?

Hukuman yang dijatuhkan kepada Ie Lip Tiong sangat tidak adil. Tentunya arwah pemuda itu, sangat penasaran, dan bagi seorang yang mati penasaran, arwahnya tidak diterima oleh para malaikat, para iblls pun belum dapat menyediakan tempat. Dialam baka, setan itu akan gentayangan. Sering kali. kembali lagi kealam semula, tempat asalnya, itulah dunia kita.

Demikian cerita takhayul.

Mungkinkah betul2 terjadi kejadian yang seperti itu?

Bulu2 tengkuk semua orang bangun berdiri. Seolah-olah sedang berhadapan dengan hantu.

Hong lay Sian-ong bangkit dari tempat duduknya, dengan menudingkan tangan, bengcu itu berteriak:

"Kau . . . kau Ie Lip Tiong ?"

'It-khiam-tin-bu-lim Wie Tauw' itu menganggukkan kepala. Dia adalah penyamarannya ketua muda Oey-san-pay Ie Lip Tiong.

"Kau . . . Kau tidak mati?" Sekali lagi Hong-lay Sian-ong meminta kepastian.

"Maaf. Didalam keadaan terpaksa, boanpwe harus mengelabui Su-hay-tong-sim-beng." Ie Lip Tiong tidak berani bersikap kurang ajar.

Rasa girang menggantikan rasa kaget Hong-lay Sian-ong.

"Orang ... Orang yang menjalani hukuman penggal kepala itu . .

." Ia tidak dapat meneruskan kata-katanya.

Hong-lay Sian-ong sampai melupakan lukanya dipunggung bengcu ini, tepat dibagian jalan darah Leng-tay masih menghisap sebuah pisau belati, hanya gagang pisau yang terlihat sedikit, itulah suatu bukti, betapa dalam masuk pisau kedalam isi dagingnya.

Selama kejadian, ia tidak meninggalkan tempat duduk, karena munculnya wajah Ie Lip Tiong secara mendadak, ia bangkit berdiri.

Ie Lip Tiong memberi penjelasan: "Orang itu adalah pelarian Su- hay-tong-sim-beng, manusia jahat yang sering melakukan pembunuhan2. Si Gagak Hitam Tong Bun Cun." "Orang2 dari Boan-chiu Piauw-kiok yang menangkap Tong Bun Cun?" Bertanya Hong-lay Sian-ong.

"Bukan. Guru boanpwe yang menangkap orang itu." Berkata Ie Lip Tiong.

"Siapakah orang yang menjadi gurumu ?"

"Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor Empat, Hakim Hitam Can Ceng Lun."

"Aaaa . . . ."   Hong-lay Sian-ong mengerti akan duduk perkara itu.

"Ha, ha, ha, ha . . . ." Sang bengcu tertawa berkakakan. Kini ia mengerti, mengapa Can Ceng Lun meminta berhenti dari jabatannya.

Kini ia mengerti, mengapa Ie Lip Tiong masih belum mati.

Juga mengerti, mengapa It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw malang- melintang didalam rimba persilatan.

Semua wakil partay2 yang berada ditempat itu kenal baik, siapa adalah Ie Lip Tiong.

Sebelum Ie Lip Tiong menjalani hukuman mati, mereka benci pada pemuda itu, mereka menaruh dendam kepada pemuda itu. Duduk perkara karena adanya pitnah dari si pemuda misterius berkerudung hitam Su-khong Eng.

Atas persetujuan semua orang, Ie Lip Tiong dipaksa menjalani hukuman matinya.

Mendadak sontak muncul berita yang mengatakan masih ada seorang pemuda misterius berkerudung hitam, hal itu tidak mungkin terjadi. Bila pemuda berkerudung hitam bernama Ie Lip Tiong, setelah tertuduh menjalani hukuman mati, tentunya tidak ada pemuda berkerudung hitam lagi.

Bila masih ada seorang pemuda berkerudung hitam yang mengadakan pembunuhan? kepada anak murid lima partay besar, tentu orang itu bukan Ie Lip Tiong.

Mereka telah melakukan suatu kesalahan besar. Rasa menyesalnya kepada Ie Lip Tiong mengganggu ketenangan semua orang.

Hari ini terbukti bahwa Ie Lip Tiong belum mati.

Sipenjahat besar Tong Bun Cun telah menggantikan kedudukan Ie Lip Tiong. Dengan satu tipu muslihat yang sangat lihay, Ie Lip Tiong mempermainkan dan mengelabui hay-tong-sim-beng.

Suatu kejadian yang seharusnya mendapat teguran. Mengingat kesalahan semua orang yang telah dilakukan atas diri Ie Lip Tiong dahulu.

Mereka sangat menyesal.

Kesalahan Ie Lip Tiong dapat diberi pengampunan. Semua orang yang berada ditempat itu menjadi sangat gembira, tidak seorangpun yang menyalahkan langkah Ie Lip Tiong.

Hong-lay Sian-ong masih tertawa berkakakan; "Ha, ha, ha, ha "

Semua perhatian terarah kepada Ie Lip Tiong, tidak ada yang mengikuti gerakan Hong-lay Sian-ong.

Hanya seorang yang selalu mengawatirkan keselamatan bengcu itu. Dia adalah Duta Nomor Sepuluh, si Pendekar Laut Selatan Lam- hay San-jin.

Menyaksikan seluruh isi daging Hong-lay Sian-ong yang bergerak, karena bengcu itu tertawa gelak2, Lam-hay San-jin berkata gugup:

"Bengcu ....Bengcu . . . Jangan banyak ber-gerak2, hal itu akan mempercepat. "

Tentu saja, ia tidak berani mengucapkan kata2 akan mempercepat kematianmu. Dan kata2 peringatan itu terputus sampai disitu.

Hong-lay Sian-ong dapat menangkap akhir kata2 peringatan Lam-hay San-jin. Ia menganggukkan kepala.

Duta Nomor Sepuluh, si Laut Selatan Lam-hay San-jin sangat prihatin kepada kesehatan dirinya. Hal itu sudah pasti, semua orang Su-hay-tong-sim-beng juga menaruh perhatian besar kepada bengcu itu.

Hong-lay Sian-ong sangat tertarik kepada kecerdikkan Ie Lip Tiong. Menggunakan kesempatan ini, sekali lagi, ia hendak menguji kepintaran dan kecepatan bekerjanya otak pemuda luar biasa itu.

"Ie Lip Tiong." Ia memanggil. "Bagaimana penilaianmu kepada diriku?"

"Bengcu arip bijaksana, mempunyai kepintaran dan kecerdikan yang melebihi orang. Inilah suatu kebahagiaan bagi Seluruh anggauta Su-hay-tong-sim-beng. Sangat jujur dan berani mengambil putusan yang seharusnya diambil."

"Ha, ha, ha, ..." Hong-lay sian-ong tertawa.

"Boanpwe kira, ada baikrya untuk bengcu banyak istirahat.'"' Berkata Ie Lip Tiong.

"Tentu. Aku harus istirahat, tapi bukan sekarang" "Mengapa?"

"Pikirlah, bila kau tahu, aku tidak mungkin mati, bila kau tahu. aku masih panjang umur, mari kau membuka kedok penyamaranmu?"

Dimisalkan ada sebilah golok yang diletakkan dibatang lehernya, dan memaksa Ie Lip Tiong membuka kedok penyamaran, belum tentu ia mau melakukan hal itu.

Apa lagi hanya menggunakan kata2 biasa, mana mungkin Ie Lip Tiong menampilkan diri?

Ia akan hadir dengan Wajah It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw. Pertanyaan Hong-lay Sian-ong masuk kedalam lubuk, Ie tip Cong berkata:

"Terus terang. Bila bukan didalam keadaan terpaksa boanpwe belum mau membuka kedok penyamaran Ini."

"Ha, ha, ha, . , ." Hong-lay Sian-ong tertawa lagi, "Maka aku berlaku seperti orang yang sudah hampir mati. Aki berhasil memaksa kau membuka kedok penyamaranmu. Ha. ha, ha. . .

."

"Bengcu" Lam-hay San-jin memberi peringatan lagi.

"Aku tahu." Berkata sang bengcu. "Kau mengkhawatirkan keselamatanku? Jangan takut, paling sedikit, aku akan bertahan hidup sampai lima tahun lagi."

Ie Lip Tiong melirik kearah gagang pisau belati yang sudah hampir tenggelam didaging si raja silat, itulah tempat berbahaya. bagaimana mungkin memperpanjang umurnya sampai lima tahun lagi?

Betapa pun tinggi ilmu kepandaian Hong-lay Sian-ong, walaupun membiarkan belati yang sudah mendam dipunggungnya itu menempel terus-menerus, diapun itu tak mungkin dapat memperpanjang umur sampai satu tahun. Dengan alasan apa. ia mengatakan dapat hiduP 5 lahun lagi?

Semua orang ditempat itupun tidak mengarti, apa-apa yang dimaksudkan oleh raja silat itu?

Hong-lay Sian-ong menenggak air jinsom yang sudah berada ditangannya. Setelah itu. ia meletakkan mangkuk diatas meja.

"Lam-hay tat-su." Ia memandang kearah si Laut Selatan. "Jinsom telah kuminum. Kini kau boleh mengeluarkan senjata yang lengket dibelakangku ini. Sangat tidak enak sekali."

Perintah Hong-lay Sian-ong kepada Lam-hay San-jin telah berulang-kali. Tidak baik membentak terus menerus. Lam-hay San- jin maju, dengan tangan gemetaran, ia henkak mencabut pisau itu. Tiba2 ia menarik kembali tangannya. Dan berkata kepada sang bengcu;

"Bengcu, maafkan aku yang berani menentang perintahmu,

...tapi? . . sebelum kucabut pisau ini, .'.sebaiknya . , ,bengcu mengadakan . .."

„Ha, ha .... Kau tidak percaya, bahwa aku masih dapat hidup 5 tahun lagi? Kau hendak mengusulkan kepadaku, agar menunjuk pengganti baru? Bengryu baru yang harus mendapat berkahku?"

Dengan wajah merah, Lam-hay San-jin berkata gugup; "Demi kepentingan Su-hay-tong-sim-beng..."

"Baik!" Hong-lay Sian-ong menganggukkan kepala. Ia memandang semua orang dan berkata. "Dengarlah pesanku, tentu kalian mengharapkan adanya seorang Bengcu pengganti, setelah aku meningal dunia bukan? Maka dengar baik2. bengcu baru yang hendak kutunjuk, kecuali ditentang oleh semua orang, maka bengcu baru itu adalah -Hong-lay Sian-ong."

Semua orang tertegun. masing2 hampir tidak percaya kepada apa yang telah didengar olehnya.

Mungkinkah Hong-lay Sian-ong yang sudah hampir mati masih menghendaki kursi kedudukan bengcu? Mungkinkah ia sudah gila kepada kursi empuk? Sehingga harus dibawa mati?

Suasana itu menjadi tegang, sangat sepi sekali. Suasana seperti itu dipecahkan oleh suara tertawa Ie Lip Tiong:

"Ha, ha, ha. "

Tubuh si pemuda ayaib bergerak, mendekati Hong-lay Sian-ong. tangannya diulurkan, memegang gagang belati yang hampir tenggelam kedalam tubuh sang bengcu Su-hay-tong-sim-beng,

Gerakkannya cepat sekali,

'Sret', . . ia telah memyabut keluar pisau belati itu.

"Bengcu mengenakan pakaian apa?" Dengan tertawa, Ie Lip Tiong mengajukan pertanyaan.

Hong-lay Sian-ong juga tertawa.

"Keryepatan berpikirmu memang melebihi orang." Ia memuji kepintaran Ie Lip Tiong. "Aku mengenakan pakaian sebanyak tiga lapis, kecuali menjaga diri dengan pakaian Peng-jan Po-ie, akupun mengenakan pakaian dingin yang tebal, baru pakaian luar."

Peng-jan Po-ie adalah pakaian yang terbuat dari aneka macam bahan yang Istimewa, dapat menahan tembusannya senjata.

Disaat itu, dari luka pisau sudah mengalir darah. Lam-hay San-jin berteriak kaget:

"Celaka.... darah. . .darah. . . Bengcu.....kau mengeluarkan darah. "

Setelah menggunakan pakaian Peng-jan Po-ie, tidak seharusnya mengeluarkan darah lagi. Maka Lam-hay San-jin berteriak.

Hong-lay Sian-ong menggoyang-goyangkan tangannya, ia berkata:

"Tidak menjadi soal. Hanya luka kecil."

Kekuatan Lu tat-su memang luar biasa, walaupun menggunakan pakaian Peng-jan Po-ie, karena disertai tenaga dalam, pakaian itu berhasil ditembuskan. Hanya menderita sedikit luka kecil."

Untuk membuktikan kesehatan tubuhnya, Hong-lay Sian-ong bergerak-gerak, dibuka pakaiannya, mempertontonkan baju Peng- jan Po-ie.

Baju Peng-jan Po-ie adalah salah satu dari dua pusaka dunia.

Lain benda pusaka dunia adalah kitab Thian-tiok Sin-keng. Benda yang membuat drama kematian ayah Ie Lip Tiong, juga kematian siraja silat golongan sesat. Maha Raja Ngo-kiat Sin-mo Auw-yang Hui.

Setelah itu, Hong-lay Sian-ong membubarkan semua orang. "Cuwie Sekalian dipersilahkan istirahat, atas perhatian ini, aku mengucapkan terima kasih, esok hari, akan kuberikan gambaran yang lebih jelas dari duduknya kejadian dimalam ini."

Demikian Hong-lay Sian-ong berkata kepada semua orang. Wakil2 dari partay dan golongan2 itu menarik napas lega, luka

Hong-lay Sian-ong tidak menjadi soal. Masing2 meninggalkan kamar itu. Siap mendapat keterangan yang lebih terperinci diesok hari,

Dikamar Hong-lay Sian-ong tinggal tiga orang. Mereka adalah sang bengcu, Lam-hay San-jin dan Ie Lip Tiong.

Beberapa Saat kemudian, Hong-lay Sian-ong berkata:

"Ie piauw-tiauw, . . . eh, ?. . . kau adalah Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomer Tiga Belas, selanjutnya, aku harus menggunakan istilah tat-eh. Ie tat-su, adakah pertemuan2 yang baru?"

Tat-su berarti Duta Istimewa.

Ie Lip Tiong menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak ada." Ia berkata.

"Bagaimana penilaian dan pandanganmu atas tragedi ini?"

"Boanpwe masih belum percaya, bahwa Lu Ie Lam yang melakukan pembunuhan gelap, menikam bengcu sendiri dari belakang."

"Akupun tidak percaya," Berkata Hong-lay Sian-ong! "Tapi, kenyataan adalah demikian."

"Boanpwe tidak dapat mempercayai kenyataan." "Maksudmu?"

"Boanpwe kira, Lu Ie Lam yang menikam bengcU bukanlah Lu Ie Lam dipagi hari. "

"Dapatkah kau menunjukkah bukti ini?"

"Kadang kala, bukti itu tidak perlu." Berkata Ie Lip Tiong. "Bukti2 yang dipalsukan orang sering mengganggu jalannya perkara. Fakta2 yang telah dihapuskan akan menghilangkan semua bukti2 yang ada."

"Dapatkah kau mengemukakan beberapa letak kecurigaanmu ?" Bertanya lagi Hong-lay Sian-ong.

"Dipagi hari, kedatangan boanpwee hanya diketahui oleh Lu tat- su seorang. Dimisalkan dia bukan Duta Berbaju Kuning yang asli. Tentunya tidak memberi tahu kedatangan boanpwee, dan bengcu tidak tahu, seorang It-kiam-tin-bu-lim Wie Tauw naik kepuncak Ngo- lauw-hong, bukan?"

"Ng.    "

"Mengingat adanya fakta itu, Duta Nomor Delapan yang boanpwe jumpai dipagi hari adalah manusia asli."

"Aku dapat menyetujui pendapatmu." Berkata Hong-lay Sian-ong. "Bila kau berjumpa dengan Lu Ie Lam palsu, tentunya ditelikung olehnya, setidak-tidaknya orang itu menggunakan tipu daya, melakukan suatu yang tidak menguntungkan dirimu."

"Dari kejadian ini. kesimpulan boanpwe ialah, Lu tat-su dimalam hari bukanlah Lu tat-su yang boanpwe jumpai dipagi hari."

"Mungkinkah telah mengalami pembesetan kulit?" Hong-lay Sian- ong mengawatirkan keselamatan Lu Ie Lam. "Setelah menjengukmu didalam kamar Ceng-sim-lauw. tentunya ia telah jatuh kedalam tangan musuh."

"Lu-tat-su telah jatuh kedalam tangan musuh. Soal ini tidak dapat disangsikan lagi. Tapi belum mengalami pembesetan kulit. Kulit seseorang yang hendak dibeset dan dikeringkan harus disertai obat2an tertentu, agar kulit itu tetap segar sehingga dapat digunakan menjadi

baju manusia istimewa. Proses itu harus memakan waktu yang cukup lama. Dikala boanpwe digiring naik kemarkas Su-hay-tong- sim-beng, dikota Bu-ciang pernah muncul seorang Duta Istimewa Berbaju kuning Nomor Delapan lainnya. Itulah manusia sintetis dan orang yang melakukan pembunuhan gelap tadi, tentunya orang ini." Hong-lay Sian-ong mengerutkan alisnya.

"Didalam Su-hay-tong-sim-beng terdapat banyak Duta Istimewa Berbaju Kuning?" Ia mengutarakan khawatirnya.

"Paling sedikit tiga."

"Mungkin jumlah ini dapat bertambah lagi."

"Tentunya demikian. Musuh selalu bersembunyi ditempat-tempat tertentu, dikala ada orang yang meninggalkan gunung, mereka meringkusnya, membeset kulit tokoh2 penting kita, dikeringkan, dan digunakan untuk menyelundup masuk lagi."

"Kejadian ini harus segera dicegah." Berkata Hong-lay Sian-ong marah. "Aku harus mengadakan pembersihan yang besar2an."

Langkah apa yang diambil oleh Hong-lay Sian-ong?

Ie Lip Tiong sudah dapat menduga. Ia tidak meneruskan percakapan itu.

"Bengcu tidak merasa lelah?" Ia bertanya. "Mengapa?"

"Ada baiknya kita memeriksakan Lu tat su." Hong-lay Sian-ong setuju:

"Mari."

Ia berjalan keluar. Memandang Lam-hay San-jin dan berkata kepadanya.

"Lam-hay tat-su mempunyai waktu untuk menyertai kita orang?" Lam-hay San-jin menganggukkan kepala,

"Tentu." Ia berkata. "Mengikuti percakapan kalian, banyak sekali manusia2 palsu yang menggunakan Duta Istimewa Berbaju Kuning. Kukira, aku harus mendapat pemeriksaan pertama."

"Ha, ha,. .. " Hong-lay Sian-ong tertawa. "Tidak perlu. Aku percaya, bahwa Lam-hay tat-su adalah Duta Istimewa Berbaju Kuning yang asli."

Lam-hay San-jin belum puas, memandang Ie Lip Tiong, ia bertanya:

"Didalam soal ini, Ie tat-su mempunyai penilaian yang lebih dalam. Bolehkah aku bertanya, bagaimana harus mengetahui betul tidaknya dari seseorang yang dipalsukan oleh komplotan itu?"

"Pada punggung orang yang mengenakan kulit manusia buatan terdapat Kancing daging seperti ini. . . . " Ie Lip Tiong memperlihatkan kulit si Belibis Terbang Cia Cu Liang yang sudah dikeringkan, diberi obat khusus, sehingga tetap terlihat segar.

Memeriksa baju kulit manusia yang sangat luar biasa, wajah Lam-hay San-jin berubah.

"Cepat sekali. Pendekar Laut selatan telah menanggalkan pakaiannya, membalikkan punggung, dan diperlihatkan kepada Hong-lay Sian-ong.

"Silahkan bengcu periksa, adakah kancing daging yang melekat ditempat ini ?" Lam-hay San-jin ingin membuktikan kepada sang ketua, bahwa dirinya masih asli.

"Lekas pakai kembali pikaianmu." Berkata Hong-lay Sian-ong. "Sudah kukatakan, aku percaya kepada keaslianmu."

Lam-hay San-jin mengenakan pakaiannya. Ie Lip Tiong tertawa.

"Boanpwe juga wajib mempertontonkan diri?" Ia memandang Hong-lay Sian-ong.

"Haio, jangan banyak cerewet. Lekas kita memeriksa kamar Lu- tat-su." Hong-lay Sian-ong mengajak Ie Lip Tiong dan Lam-hay San- jin.

Mereka meninggalkan kamar ketua Su-hay-tong-sim-beng.

Dikala hendak mencapai tempat Lu Ie Lam, mereka menjumpai seseorang, dia adalah wakil Khong-tong-pay untuk Su-hay-tong-sim- beng, si Pedang Bulat Cie Thian Hang.

Hadirnya Cie Thian Hang mengherankan Hong-lay Sian-ong. "Saudara Cie, mengapa kau belum tidur?" Sang bengcu

mengajukan pertanyaan.

"Aku hendak tidur. Tiba2 ada sesuatu yang mencurigakan, maka bangun segera, harus kuberi tahu kejadian ini kepada bengcu."

"Apakah yang kau curigai?"

Cie Thian Hong betkata: "Dikala Lu tat-su memberi toas kepada Thio Ceng Liong, ia lewat disampingku. Maka aku mengajaknya bertoas juga. Itu waktu, ia menolak, dikatakan hendak pergi buang air, mengikuti seorang penjaga taman, ia meninggalkanku ter- gesa2."

"Dimanakah letak kecurigaan saudara Cie?"

"Tempat buang air berada dibelakang, tapi Lu-tat-su bukan menuju kebelakang. Mengucapkan beberapa patah kata kepada penjaga taman itu. Mereka ber-cakap2 ditaman bunga. Dan ditaman bunga tidak ada tempat untuk buang air besar."

"Bagus. Keterangan yang penting. Saudara Cie dapat menyebut nama penjaga taman itu?"

Cie Thian Hong memandang kearah empat keliling, kemudian, dengan suara perlahan berkata:

"Sipenjaga taman adalah wakil dari Hoa-san-pay yang bernama Khong Thian Yu."

"Saudara Cie jangan memberitahu rahasia ini kepada orang lain. Aku akan mengambil langkah penting kepada Khong Thian Yu itu."

Cie Thian Hong menganggukkan kepala, Ia meminta diri.

Hong-lay Sian-ong, Lam-hay San-jin dan Ie Lip Tiong memasuki kamar Lu Ie Lam. Ruangan itu sangat gelap, cepat-cepat Lam-hay San-jin menerangkan api penerangan. Memeriksa kamar itu, tentu saja tidak mendapatkan bukti-bukti yang mereka cari.

Lu Ie Lam digusur jatuh didalam kamar Koan Su Yang, tentu saja tidak ada bekas-bekas pertempuran.

Kamar Koan Su Yang seperti kamar-kamar Duta Istimewa Berbaju kuning lainnya. Sebelum mencurigai orang itu, mereka tidak mengadakan pemeriksaan.

Bila saja mereka memeriksa kamar-kamar itu merekapun sudah tidak menemukan Lu Ie Lam.

Lu Ie Lam telah digunyeng dan dibawa pergi, meninggilkan puncak Ngo-lauw-hong.

Bagaimana Ie Lip Tiong dan Hong-lay Sian-ong memecahkan rahasia Duta-Duta Istimewa Berbaju Kuning yang palsu?

Mari kita mengikuti cerita dibagian berikutnya....

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar