Pelenyap Sukma Jilid 5

Jilid 05

BANYAK ORANG berkumpul disuatu ruangan aula yang sangat luas, mereka adalah anggata2 dari Partai Raja Gunung.

Partay Raja Gunung adalah suatu partay rahasia yang masih terasing dari rimba persilatan, tindak tanduk partay ini bertentangan dengan hak2 asasi keadilan dan kebenaran. kacuali itu, dia menyembunyikan markas besar mereka.

Seseorang yang mengenakan pakaian dari kerudung serba hitam duduk diatas kursi singgasana, inilah kursi kebesaran partay Raja Gunung. Mengingat kekuasaan golongan ini yang belum terlalu kuat, dia merahasiakan dirinya

Untuk panggilan si orang berkerudung mereka menggunakan sebutan Lo-san-cu atau Raja Gunung, sebutan yang lazim untuk ketua Partay tersebut.

Orang berkerudung adalah kakek guru dari sipemuda misterius berkerudung hitam Su-khong Eng. Setelah penyamaran Su-khong Eng terbuka oleh umum, nama pemuda itu tidak misterius lagi.

Kemisteriusan berpindah kepada orang berkerudung yang kini menduduki kursi ketua Partay Raja Gunung.

Rentetan kisah2 hebat telah menjadikan Partai Raja Gunung sebagai suatu kekuatan asing dapat membayangi kekuatan Su hay tong sim beng.

Lebih dan pada itu, kekuatan Partai Raja Gunung sudah berakar kokoh diseluruh peloksok kota2 dan desa.

Kekuasaan Su hay tong sim beng terdesak. Su hay tong sim beng berarti Gabungan Tenaga Kekuatan didalam Rimba Persilatan, waktu perserikatan partay2 yang menampung semua inti kekuatan dunia Kang-ouw, suatu wadah penegak keadilan dan kebenaran didalam arti yang sebenar-benarnya.

Adanya Partay Raja Gunung yang mengganggu ketenangan dunia persilatan telah menarik perhatian Su-hay tong-sim-beng. Dengan menyerahkan tugas kepada Ie Lip Tiong, sang Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor 13 itu mengikuti jejak-jejak yang ada, demikian dia berhasil dimarkas Partay gelap itu.

Sayang Ie Lip Tiong mengalami kegagalan, dia jatuh dibawah tangan Tho It Beng. Kini, Ie Lip Tiong hadir sebagai seorang tawanan.

Kain penutup Ie Lip Tiong sudah dibuka, maka dia dapat mengikuti perkembangan di tempat tersebut.

Arah pertama tentu ditujukan kepada Lo san-cu, orang yang memegang pucuk pimpinan tertinggi dari partay liar itu.

Menurut apa yang Ie Lip Tiong ketahui, Lo-san-cu adalah kakek guru si pemuda berkerudung hitam Su-khong Eng yang misterius.

Su- khong Eng tidak misterius lagi. Semua orang, atau sedikit dikitnya banyak orang sudah tahu, siapa pemuda berkerudung hitam yang telah melakukan pembunuhan-pembunuhan kepada anak murid lima partay besar.

Ie Lip Tiong telah bebas dari tuduhan, dia berhasil membersihkan diri dari fitnah Su-khong Eng. Dengan kedudukannya sebagai Duta nomor tigabelas dari Su-hay-tong-sim-beng dia mempunyai kekuasaan yang kuat dan mendapat berkah dari semua orang.

Kemisteriusan berpindah kepada ketua Partay Raja Gunung.

Siapakah ketua Partay Raja Gunung yang mengenakan kerudung hitam itu?

Jawabannya sangat singkat: Lo-san-cu!

Lo-san-cu bukanlah nama aslinya, siapakah nama asli dari sang tokoh misterius?

Nah, cerita mulai dituturkan secara terperinci.

Lo-san-cu mempunyai kekuasaan yang sangat besar, diseluruh pelosok kota dan desa, dia memiliki banyak anak cabang anak cabang perusahaan yang dapat menghasilkan pemasukkan keuangan untuk golongannya.

Dari sekian banyak cabang perusahaan itu, terdapat juga rumah2 perjudian, rumah2 makan, rumah2 penginapan, perkebunan teh, perkebunan tembakau, perkebunan sayur mayur, persewaan kuda, persewaan kereta dan seribu satu macam cabang perusahaan lainnya lagi.

Perusahaan2 yang kita sebut diatas adalah perusahaan setengah legal dan perusahaan legal, ada juga usahanya yang illegal. Mengambil contoh, pembesetan kulit manusia, dikeringkan dan diperjual belikan itu.

Bilamana hanya perusahaan2 yang terang, Su hay tong sim beng tidak berhak untuk campur tangan.

Soalnya ada menyangkut ketentraman umum, salah satu usaha gelap dari partay Raja Gunung adalah usaha pembesetan kulit manusia.

Dengan melakukan pembesetan2 kulit manusia-manusia itu. Setelah diberi obat2 tertentu dan dikeringkan, kulit tersebut berupa suatu kedok penyamaran yang luar biasa, seseorang dapat mengubah dirinya menjadi bentuk dan orang mana yang disukai, cukup dengan mengenakan pakaian kulit manusia yang sudah dikeringkan.

Kecuali memeriksa kancing kancing kulit yang merekatkan bagian2 tubuh itu, tidak mudah membedakan kepalsuan dan keasliannya.

Untuk usaha jahat ini, Su hay tong sim-beng patut turun tangan. Tugas perintis pembuka jalan jatuh kepada Ie Lip Tiong.

Dan kini, Ie Lip Tiong sedang mengalami kegagalan. Dia jatuh kedalam tangan Partay Raja Gunung,

Dibelakang kursi kebesaran Lo-san-cu terdapat kursi2 lainnya, itulah kursi2 para hulubalang Partay Raja Gunung.

Diatas kursi2 tersebut duduk tokoh-tokoh pimpinan dan ranting pimpinan Partay Raja Gunung Mereka adalah orang2 yang mempunyai kedudukan bagus.

Kecuali itu, masih terdapat ratusan anak buah yang tidak berpangkat atau tidak berkedudukan, mereka berdiri disekitar ruangan aula itu.

Karena itulah, keadaan agak sesak.

Ie Lip Tiong memperhatikan ruang tempat yang dijadikan markas besar partay liar tersebut.

Kecuali dirinya, masih ada dua orang pesakitan lain. Mereka adalah Sepasang Iblis Gendut dan Kurus yang ternama, si lblis Gendut Keng Lie dan Iblis Kurus Eng Hian.

Keng Lie dan Eng Hian berlutut didepan kursi kebesaran. Agaknya, lo-san-cu sedang menyidangkan dua tokoh silat tersebut.

Lo-san-cu belum memberikan reaksinya

Dari tubuh Keng Lie dan Eng Kian, Ie Lip Tiong mengalihkan pandangan, memandang kembali kearah ketua partay Raja Gunung lo-san-cu, dan memperhatikan pembantu-pembantu tokoh misterius itu. Kini, Ie Lip Tiong memperhatikan orang orang yang berada dibelakang lo-san-cu.

Mata Ie Lip Tiong terbelalak, hatinya sungguh terkejut, ternyata dari orang orang penjaga keamanan dan pembantu lo-sau cu itu terdapat tokoh tokoh silat mandra guna, tokoh tokoh silat luar biasa yang seperti: Raja Gila See It Hu, Raja Siluman Bu Bee Beng. Raja Bisa Bak Liong, Raja Copet Sin Tauw Jin, Ai Tong Cun, Ai Lam Cun, Ai See Cun, Ai Pek Cun dan Su-khong Eng

Sebenarnya Ai Tong Cun dan Su-khong Eng telah menjadi tawanan Su-hay-tong-sim-beng, untuk mengikuti cerita yang lebih jelas, kita menceritakan kembaii kejadian lama.

Pada tiga bulan yang lalu:

Ai Tong Cun dan Ai See Cun menyeludup masuk kedalam markas su-hay tong sim beng digunung Lu San, dengan maksud mengadakan pembunuhan gelap kepada bengcu persatuan itu.

Disaat mana, ketua Su hay tong sim benn Hong lay Sian ong tidak tahu menahu, berkat pertolongan Ie Lip Tiong yang lebih mengenal seluk beluk gerakan Partay Raja Gunung, drama pertumpahan darah gelap dapat digagalkan.

Ai See Cun berhasil melarikan diri, Ai Tiong Cun jatuh kedalam tangan Su hay tong sim beng.

Bapak Su hay tong sim beng diadakan, mereka mengutuk perbuatan2 Ai Tong Cun dan sipembunuh gelap Su khong Eng.

Rapat meminta kepada Hong Say Sian-ong, agar bengcu Su hay tong sim beng itu memberi hukuman yang setimpal kepada kejahatan-kejahatan Su khong Eng dan Ai Tong Cun, menghukum gantung kepada kedua orang tersebut.

Putusan yang tergesa-gesa dapat mengakibatkan buruknya suasana, Hong lay Sian-ong tidak segera menutup sidang itu, dia menskors persidangan untuk beberapa waktu, meminta kepada publik dan para wakil partay-partay, golongan2 serta wakil-wakil perkumpulan2 yang ada ditempat itu mengadakan perembukan yang lebih masak, agar dapat memanfaatkan jalan sidang.

To Lip Tiong mendekati Hong lay Sian-ong, serta membisiki Ongcu itu: “Bengcu, Siang-koan Wie tatsu dan Lu Ie Lam tatsu mudah jatuh kedalam tangan mereka."

Hong lay Sian-ong menganggukkan kepala. Dia berkata: “Cu In Gie tatsu dan Can In Penrg tatsu juga berada didalam bahaya, besar kemungkinan sudah jatuh kedalam tangan komplotan tukang beset kulit manusia itu."

Tatsu berarti Duta lstimewa.

Dari 13 Duta lstimewa Berbaju Kuning, satu diantaranya sudah exsit, satu adalah duta baru yang belum mendapat kepercayaan semua orang, satu sedang melakukan tugas jauh, dua sudah mati dibawah kekejaman Partay Raja Gunung, dua sudah tertawan, dua sedang melakukan pengejaran, dan sisanya, hanya empat orang saja yang boleh dipakai sebagai tenaga kerja.

Duta lstimewa Berbaju Kuning yang sudah exsit adalah: Duta Nomor Empat, si Hakim Hitam Can Ceng Lun.

Satu duta baru adalah Ie Lip Tiong, tokoh misterius yang baru saja berhasil mencuci diri dari fitnah-fitnah jahat musuhnya. Dia belum mendapat kepercayaan penuh, kecuali Hong-lay Sian-ong dan berapa orang terbatas tokoh yang anti kepada dirinya, terutama anak murid dari lima partay besar, masih meragukan etikat baik jago muda dari Oey-san pay kita.

Dua Duta Istimewa Berbaju Kuning yang mati dibawah tanah komplotan Raja Gunung adalah Duta Nomor Enam, Koan Su Yang dan Duta Nomor Sembilan. Pendekar Lampu Besi, Thiat leng Hwe- sio. Mereka gugur di kala menunaikan tugasnya sebagai penjernih suasana, dikala hendak mengecek kebenaran bahwa Ie Lip Tiong itu bukan si Pembunuh Gelap yang asli.

Duta Istimewa Berbaju Kuning yang masuk dalam perangkap musuh adalah, Duta Nomor Delapan Lu Ie Lam dan Duta Nomor Tujuh Siang koan Wie. Duta2 yang melakukan pengejaran adalah Duta Nomor Tiga Toan In Peng dan Duta Nomor Dua Belas Cu In Gie.

Duta Nomor Sebelas, si Pengemis Mata Mata Satu Tok-gan Sin- kay sedang melakukan dinas luar, dia tidak hadir ditempat itu.

Disana hanya ada lima Duta Istimewa Berbaju Kuning, mereka adalah, Duta Nomor Satu Oe tie Pie seng, Duta Nomor Dua Koo Sam Ko, Duta Nomor Lima Tong yang Jin jin, Duta Nomor sepuluh Lam hay San jin dan Duta Nomor Tiga Belas Ie Lip Tiong

Tidak sedikit orang-otang yang mendukung duduknya Ie Lip Tiong sebagai Duta Nomor Tiga Belas, hal ini bukan berarti mendapat dukungan penuh, tidak sedikit juga dari mereka yang menolak adanya kejadian itu

Berhubung Hong-lay Sian-ong pernah menerima budi sipemuda, kepercayaannya tidak akan luntur lagi. Ie Lip Tiong dianggap sebagai orang terdekat, dia mempunyai maksud untuk menjadikan pemuda itu sebagai calon pengganti bengcu Su-hay tong-sim-beng.

Apa yang dipikirkan oleh Hong lay Siau ong tentu menjadi pikiran Ie Lip Tiong, mereka mempunyai satu pandangan yang sama.

Disaat itu, waktu istirahat telah selesai, sidang dibuka kembali. Hong lay Sian ong berkata kepada semua orang.

Setelah mendapat waktu yang cukup, para wakil dipersilahkan memberi saran2 baru.

Orang pertama yang angkat bicara adalah wakil Siauw lim pay It ie Tay su: “Kami atas nama Siauw lim pay meminta dengan sangat, agar Su hay tong sim beng memberi putusan yang tepat, dengan cara menggantung Ai Tong Cun dan Su-khong Eng."

Hong-lay Sian ong menganggukkan kepala.

It ie Tay su selesai mengucapkan suara partay Siauw lim pay, dia kembali ketempat duduk yang semula.

Giliran wakil partay Bu tong pay yang mengeluarkan pendapat. “Mengingat kedudukan partay kami sebagai korban terbesar dari pembunuhan2 gelap yang dilakukan oleh Su khong Eng, menimbang pentingnya membina suatu dunia persilatan yang aman dan makmur, mengikuti petunjuk semboyan dan motto Su hay tong sim beng yang bertekad melenyapkan semua kejahatan-kejahatan, dengan ini, kami, semua anak murid Bu tong pay mengajukan suatu tuntutan, yaitu: Segera menghukum penjahat penjahat kaliber besar yang seperti Ai Tong Cun dan Su khong Eng. Sekian."

Demikian suara dari wakil Bu tong-pay.

Beng-cu Su hay-tong-sim-beng, Hong-lay Sian-ong dapat menerima saran itu, dia mempersilahkan wakil tersebut duduk kembali.

Demikian seterusnya, para wakil dari partay dan golongan2 yang bernaung dibawah panji kebesaran Su-hay tong-sim-beng mengemukakan pendapat mereka.

Rata2 orang2 itu meminta segera menghukum dua tertuduh.

Tidak seorangpun yang bersedia menjadi pembela Ai Tong Cun dan Su-khong Eng.

Suara kemarahan umum tidak terkendalikan. “Bunuh Ai Tong Cun."

“Bunuh Su-khong Eng.'* “Gantung Ai Tong Cun." “Gantung Su-khong Eng."

“Basmi komplotan pembunuh itu."

“Beri hukuman yang setimpal kepada mereka."

“Hutang darah harus dibayar dengan darah pula. Darah lima partay kami tidak boleh dibuang secara percuma."

Demikian meluapnya kemarahan para wakil dari partay2 dan golongan2 itu, sehingga terjadi sedikit kepanikan diruang sidang Su hay tong sim beng.

Tok.... Tok.... Tok....

Hong lay Sian ong menutup acara perdebatan dan mrngetuk palu kebesaran Su tong sim beng

Dengan suara yang geram, setelah dia menghembuskan napasnya dalam2, Hong-lay Sian ong memberi putusan: “Bukan maksud Su hay-tong-sim-beng untuk melakukan pembunuhan, demikian kepada kawan seperjuangan, demikian pula terhadap musuh tidak sehaluan. Motto kami menegakkan keadilan dan kebenaran, menciptakar suasana yang tenang dan tentram, serta damai dan kasih diantara sesamanya. Kita tidak dapat membenarkan tindak tanduk partay Raja Gunung, kita tidak rnembenarkan pembesetan2 kulit manusia. Kita berhasi! menawan dua diantara otak komplotan jahat itu. bilamana musuh ini bersedia memisah kebenaran, bersedia diajak kerjasaama, bersedia berjalan disatu garis yang sudah ditetapkan oleh Su hay tong sim beng, kita tidak bersedia membunuh mereka. Apa mau dua otak tukang beset kepala manusia ini berkepala batu, mereka tutup mulut tidak bersedia membocorkan komplotan mereka, tidak bersedia membuang tingkah2 dan prilaku yang sesat. Tentu saja, diantara anak buah saudara atau murid saudara atau sanak famili saudara, atau sahabat baik saudara, dari jumlah pembunuhan yang di lakukan oleh Su-khong Eng kepada mereka. Dari dendam saudara2, kepada musuh yang tidak bersedia bertobat, kita wajib menarik kesimpulan bersama, yaitu: membunuh segera kepada Ai Tong Cun dan Su-kheng Eng. Demikian putusan bersama dari Su-hay tong sim-beng."

Sekali lagi publik berteriak: “Hidup Su-hay tong sim-beng." ‘Hidup Hong lay Sian ong." “Hidup bengcu kita.”

“Hidup keadilan dan Kebenaran” Mereka dapat menerima putusan Kong lay Sian ong.

Inilah hati nurani para jago dan pendekar golongan kesstria dan lurus.

Hong lay Sian ong menoleh kearah Duta Nomor Sepuluh Lam hay San jin.

“Dipersilahkan Lam hay San jin membawa dua persakitan dan buatlah persiapan untuk melakukan penggantungan."

Pendekar Laut Selatan Lam hay San jin segera melaksanakan perintah itu. Dia membawa Ai Tiong Cun dan Su khong Eng, Langsung dibawa ke pusat lapangan. Setelah diikat keras2, dia memandang kearah mimbar menunggu perintah berikutnya dari sang bengcu.

Itu waktu, Ie Lip Tiong mendekati Hong-lay Sian ong. “Bengcu," katanya. “Siang koan Wie tatsu, Lu Ie Lam tatsu, Toan In Peng tatsu dan Ciu In Gie tatsu masih belum kembali"

“Aku tahu." Jawab Hong lay Sian ong singkat.

Ie Lip Tiong berkata lagi: “Lu Ie Lam tatsu sulit meloloskan diri dari kekangan musuh."

Lagi2 Hong lay Sian ong tidak mengabaikan peringatan itu, dia hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menoleh kearah Duta Istimewa kita yang terbaru.

Maksud Ie Lip Tiong memberi peringatan itu adalah suatu kisikan halus, agar sang bengcu tidak segera memberi keputusan yang terlalu cepat. Hukuman mati kepada Ai Tong Cun dan Su-khong Eng mempunyai ekor yang berantai. Duta Nomor Delapan sudah jatuh kedalam tangan musuh, hal ini tidak perlu disangsikan lagi. Duta Nomor Tujuh Siang koan Wie belum tahu, bahwa Duta Nomor Enam Koan Su Yang sudah mati, sedangkan mereka melakukan perjalanan bersama, tentu saja Duta Nomor kita sudah terjerumus kedalam tangan musuh, mana dia tahu bahwa Duta Nomor Enam itu adalah duta palsu, itulah jelmaan Ai See Cun. Duta Nomor Tiga Toan In Peng dan Duta Nomor Duabelas Cu In Gie masih belum kembali dari tugas mereka untuk mengejar Siang- koan Wie dan Koan Su Yang palsu.

Adanya duta2 itu diluar lingkungan sidang masih membahayakan jiwa mereka.

Ie Lip Tiong tidak setuju kepada hukuman mati segera, dia tidak berani mengacungkan pendapat itu.

“Bengcu," Panggil lagi Ie Lip Tiong perlahan.

Kali ini Hong-lay Sian ong menoleh kearah sang duta baru. “Ada apa?'' Dia bertanya. sikapnya tidak puas, sangat tidak menaruh perhatian.

Ie Lip Tiong mengheia napas “Bengcu," Katanya lagi. “bilamana kita membunuh mati kepada Ai Tong Cun dan Su-khong Eng, besar kemungkinan bahwa mereka mengambil langkah yang sama, membunuh mati duta2 kita yang jatuh kedalam tangan mereka."

“Koan Su Yang tatsu dan Thiat-teng Hwe sio tatsu sudah mati dibawah tangan mereka." Berkata Hong-lay Sian-ong.

“Tapi Lu Ie Lam tatsu dan ketiga tatsu lainnya belum tentu sudah dicelakakan oleh mereka."

“Untuk melampiaskan kemarahan umum dan untuk membalas dendam atas kematian Koan Su Yang dan Thiat Teng Hwe so, kita harus segera membunuh kedua orang ini”

Hong lay Sian-ong menunjuk kearah Su-khong Eng dan Ai Tong Cun.

“Mereka dapat melakukan pekerjaan yang sama dengan segera." Berkata Ie Lip Tiong.

“Maksudmu?" Sang bengcu memandang tokoh ajaib yang pernah menggemparkan kota Tiang-an dan seluruh rimba persilatan itu.

“Bilamana bengcu bersedia memperpanjang jalannya hakuman mati, jiwa duta2 kita yang jatuh kedalam tangan merekapun tidak menderita bahaya kematian."

Hong-lay Sian ong menolak dengan getas: “Tidak mungkin,"

Ie Lip Hong gagal memberi bujukan, dia kembali ketempat duduknya, dengan kekecewaan yang tidak terhingga.

Pikirnya “Ternyata ketua Su-hay-tong-sim-beng yang didawa dewakan ini, Kong Lay Sian ong mempunyai pikiran yang cupat”

Ie Lip Tiong berpikir lagi “Bila aku yang diberi hak untuk mengatasi kesulitan ini, aku tidak segera menghukum kepada dua terdakwa keras itu Aku lebih mementingkan keselamatan jiwa pembantu pembantuku yang setia, didalam hal ini, jiwa2 Lu Ie Lam sekalian."

Ie Lip Tiong memang berjiwa seorang pemimpin, maka, belasan tahun kemudian, setelah Hong lay Sian ong meninggal dunia, kedudukan ketua atau bengcu Su hay tong sim beng itu jatuh kepadanya.

Inilah cerita dilain judul.

Pengacara penggantungan kepada dua terhukum jatuh ketangan Duta Nomor sepuluh Lam hay San jin.

Terlalu lama Lam hay San jin menunggu perintah sang bengcu, mata sang Duta Nomor sepuluh itu belum lepas dari gerak gerik Kong lay Sian ong.

Hong lay Sian ong berhasil menyisihkan Ie Lip Tiong, kini dia turun dari mimbar, langsung menuju kearah dua persakitan.

“Bagaimana?" Bertanya bengcu Su-hay-tong sim beng.

Ai Tong Cun memeramkan mata, dia tidak menjawab pertanyaan itu.

Su-khong Eng tidak kalah kepala batu, dengan senyumnya yang memandang rendah, dengan wajah yang tidak gentar untuk menghadapi kematian, dia juga tidak memberi jawaban.

“Kalian dengar," Bujuk raju lagi Hong-lay Sian-ong kepada mereka. “Bilamana kalian bersedia menyumbangkan tenaga, bila kalian bersedia menyebut, dimana letak markas besar Partay Raja Gunung itu, aku, Hong-lay Sian ong bersedia membikin pertimbangan."

Bujuk inipun diremehkan juga. Ai Tong Cun dan Su khong Eng adalah tokoh2 golongan B dan C. Tidak mudah untuk mengubah pendirian mereka.

“Baiklah." Akhirnya Hong lay Sian ong menghela napas. “Kuberi waktu lagi satu jam, agar kalian dapat berpikir lebih sempurna"

Ketua perserikatan Su hay tong sim beng itu kembali ketempat duduknya.

Para wakil dari partay2 dan golongan2 itu menantikan jalannya hukuman gantung dengan penuh kegelisahan.

Detik2 itu seperti berjalan agak lambat dari biasanya. Setengah jam telah dilewatkan.

Tiba2.......

Hong lay Sian ong menoleh kearah Ie Lip Tiong.

“Ie Lip Tiong tatsu," Dia memanggil ramah. “Bagaimana firasatmu tentang pengunduran waktu penggantungan?"

Mata Ie Lip Tiong berputar-putar, dia memperlihatkan senyumannya. Tidak menjawab pertanyaan itu.

Hong lay Sian ong sangat puas, ternyata, masih ada orang yang dapat memadai kepintarannya.

Dia tidak memaksa. Kini mengalihkan pandangannya kearah Ko Sam Ko.

“Koo Sam Ko tatsu, mengapa kau sangat gelisah?" Dia bertanya penuh humor. “Adakah yang kau sesalkan?"

“Apa lagi yang harus ditunggu?" Berkata Koo Sam Ko bersungut- sungut. Duta Nomor Dua ini menjadi begitu tidak sabaran, cepat naik darah dan uring2an.

Hong lay Sian ong memandang kearah Oe-tie Pie seng “Oe-tie Pie seng tatsu ada lain pendapat?" Dia meminta sedikit kesan dari sang Duta Nomor Satu itu.

“Tidak."' Jawab Oe-tie Pie-seng singkat.

Hong-lay Sian-ong duduk ditempatnya seperti sediakala, rnatanya lurus kedepan.

Te Lip Tiong dapat menangkap maksud tujuan Hong-lay Sian- ong, dia memperhatikan diatas awang2.

Betul saja, tidak lama kemudian, mulai terlihat bintik hitam yang bergerak datang.

Ie Lip Tiong mendekati ketuanya. “Bengcu," Dia memanggil perlahan. “Utusan yang kau nantilkan sudah datang."

Hong-lay Sian-ong meiirik kearah delapan penjuru. “Dimana?” Dia bertanya girang.

Disinilah letak kepintaran Hong-lay Sian-ong, dia tahu benar bahwa didalam anggauta2 Su-hay-sim-beng masih ada mata mata musuh. segala sesuatu gerakan dari kekuatannya tidak lepas dari penilaian partay Raja Gunung, sengaja dia mengulur waktu, se olah olah hendak menghukum Ai Tong Cun dan Su khong Eng, dengan maksud sebenarnya mengundang utusan perdamaian musuhnya.

Dia memperhatikan jalan2 yang menuju kearah puncak Ngo lauw hong.

Ie Lip Tiong telah menduga tepat isi hati sang bengcu, dia pernah berhubungan langsung dengan komplotan tukang beset kulit manusia itu. Didalam perkebunan teh Sang leng the chung, dia pernah melihat adanya rajawali besar yang dapat ditunggangi manusia, maka matanya ditujukan keatas.

Dia berhasil. Bintik hitam itu telah datang cepat, itulah seekor burung rajawali raksaksa, dengan penunggangnya seorang berkerudung hitam.

Kerudung hitam itu reolah olah sudah menjadi seragam Partay Raja Gunung.

Orang berkerudung hitam diatas punggung burung tidak meninggalkan binatang tunggangannya, dia menghadapi Hong lay Sian ong dan berkoar: “Meminta perhatian bengcu Su hay tong sim beng."

Hong lay Sian ong mengerahkan tenaga dalamnya, dan memberi jawaban: “Dipersilahkan tamu Su-hay tong-sim beng menghadap langsung."

“Terima kasih." Orang itu menolak.

“Katakan maksud tujuanmu, aku Hong-lay Sian-ong." Bengcu kita memperkenalkan diri.

“Hong lay Sian-ong, begitu beranikah kau menghukum gantung murid dan cucu murid lo-san-cu kita?” Berkata orang di atas punggung burung rajawali raksaksa itu.

Mereka bicara saling sahut, satu di bawah dan satu diatas, dengan burung tunggangan dari utusan partay Raja Gunung yang terbang bergeser perlahan.

“Aku tidak mengerti." Berkata Hong lay Sian ong membawakan sikap bodoh.

“Aku adalah utusan Lo san cu," memperkenalkan orang itu. “Atas perintah Lo san cu, kalian dilarang menghukum murid dan cucu muridnya."

Seperti apa yang kita sudah maklumi, Ai Tong Cun adalah murid Lo san cu. Su khong Eng adalah cucu murid kesayangan ketua partay Raja Gunung itu.

“Mengapa tidak mau membuka tutup kerudung hitammu itu?" Bertanya Hong-lay Sian ong kepada sang utusan Partay Raja Gunung “Hong lay Sian ong," Panggil orang itu dengan bahasanya yang kasar. “Kedatanganku hanya untuk berunding, bukan memperlihatkan wajah."

“Malu barangkali?"

“Huh, kedudukanku setaraf dengan apa yang kini kau punyai, mengapa harus malu?"

“Mengapa kau tidak mau membuka tutup kerudungmu itu?"

“Atas perintah Lo san cu, kami, semua anggauta Partay Raja Gunung sebelum berhasil mencapai kedudukan yang kokoh dan kuat, belum diperkenakan untuk mempersilahkan wajah asli. Demikian, agar kalian tidak takut terkencing-kencing."

“Ha ha ha...” Hong-lay Sian ong tertawa. “Siapakah Lo san cu itu?"

“Belum waktunya kau tahu?" “Siapakah namamu?"

“Tidak perlu kau tahu." “Bagaimanakah kedudukanmu?"

“Kau menduduki salah satu dari duabelas Raja Silat golongan putih dan aku juga menduduki salah satu dari duabelas Raja Silat dari golongan hitam."

Ternyata utusan Partay Raja Gunung mempunyai kedudukan yang cukup tinggi.

Hong-lay Sian-ong berpikir, kemudian mengajukan kecurigaannya: “Menurut apa yang kutahu, diantara Raja2 Silat itu, tidak satupun yang tunduk kepada yang lain, kini kau ditugaskan oleh orang yang menamakan dirinya sebagai lo-san-cu itu, mungkinkah si Maha Raja Sesat Ngo-kiat Sin-mo Auw-yang Hui?"

Utusan Partay Raja Gunung diatas burung tidak membenarkan jawaban itu, dia mengajukan pertanyaan lain “Hong-lay Sian-ong, lupakah kepada kejadian lama?" “Kejadian apa yang kau maksudkan?"

“Drama Ngo-kiat Sin-mo Auw yang Hui dan ketua partay Oey- san-lay Ie Im Yang”

Ie Im Yang adalah ayah Ie Lip Tiong almarhum.

Hong-lay Sian ong menganggukkan kepalanya. “Inilah yang membingungkan diriku," dia berkata. “Seperti apa yang sudah kuketahui, si Maha Raja Sesat Ngo-kiat Siu-mo Auw-yang Hui itu sudah mati dibawah pedang Se Im Yang, dan, kecuali Ngo kiat Sin mo Auw yang Hui, siapakah tokoh baru yang dapat menundukkan kalian."

“Hal ini tidak perlu kau tahu."

Baik." Berkata Hong-lay Sian ong. “Katakanlah maksud kedatanganmu.'*

“Demikian perintah Lo san cu kami, bilamana kau membunuh anak dan cucu muridnya, kamipun membunuh Lu Ie Lam dan Siangkoan Wie"

“Hanya ini sajakah pesan kata2nya?'"

“Bukan Pesan berikutnya adalah bilamana kau membebaskan mereka. "

Orang berkerudung diatas burung itu menunjuk kearah Ai Tong Cun dan Su-khong Eng.

Dan dia meneruskan pembicaraannya: “Lo san cu kami bersedia membebaskan dua Duta Istimewa Berbaju Kuning kalian yang berada ditangan kami."

“Inilah cara tukar menukar tawanan perang." “Tepat."

Hong-lay Sian-ong tidak segera memberikan jawabannya. “Bagaimana?” bertanya lagi orang itu.

“Baik." akhirnya Hong-lay Sian-ong menganggukkan kepala. “Dimana kita mengadakan pertukaran orang?" “Dipuncak gunung Kiu-kiong-san."

“Aku tidak setuju." Hong lay Sian ong menolak “Maksudmu?"

“Letak Kiu-kiong-san terlalu jauh, bukan-mustahil kalian menyembunyikan orang disekitar daerah itu. Saran ini tidak dapat kuterima. Kami lebih setuju bila tawanan ditukar diatas puncak Han yang-hong."

Orang itu juga tidak dapat menerima saran Hong-lay Sian-ong, katanya: “Puncak Han Yang-hong terlalu dekat dengan markas kalian. Kami tidak dapat menerima."

“Kau tidak percaya kepada janji Su liay-tong-im beng?"

“Ha ha...." Orang itu tertawa berkakakan, “Seperti halnya kalian tidak percaya kepada kami, Partay Raja Gunung juga tidak percaya kepada orang."

“Partay Raja Gunung mana dapat disamakan dengan penegak keadilan dan kebenaran Su-hay tong-sim beng."

“Tugasku bukan untuk memperdebatkan persoalan ini." Berkata orang berkerudung diatas punggung burung itu. Sifatnya sangat angkuh.

Burung rajawali raksasa yang membawanya masih berputar putar rendah

Hong lay Sian ong berkata: “Maksudmu?"

“Letak tempat diganti di Telaga Pok-yang, bagaimana”

Atas saran ini, Hong lay Sian ong tidak keberatan. “Baik." Dia memberi kesanggupan

“Bagaimana dengan waktu harinya?" Bertanya lagi orang itu. “Besok lusa. Setuju?" Hong lay Sian ong harus berlaku tegas dan

cepat. “Baik. Selamat tinggal." Orang itu menepuk punggung burung, maka, sang binatang luar biasa mengeluarkan suatu pekikan panjang, menukik lurus keatas dan terbang meninggalkan puncak Ngo-lauw hong.

Sebentar kemudian, burung rajawali raksasa itu sudah menjadi suatu bintik hitam, dan akhirnya tidak terlihat sama sekali.

Demikian perundingan itu sudah selesai

Demikian sedikit cerita dari hadirnya Ai Tong Cun dan Su-khong Eng didalam markas besar Partay Raja Gunung.

Cerita ini disambung kembali.

Ie Lip Tiong berhasil tiba ditempat markas besar Partay Raja gunung, inilah tugasnya yang terberat.

Sayang, dia belum tahu pasti, dimana letak tempat ini. Dia didatangkan sebagai sebagai tawanan saja.

Ie Lip Tiong sedang memeriksa, kalau2 si Raja Silat Gila Sie It Hu dan Raja Silat Siluman Bu Bee Beng itu sebagai Raja-raja silat yang palsu, tapi dia kecewa, mereka adalah raja silat silat yang asli.

Kedudukan jago muda kita seperti telur diujung tanduk. Setiap saat dapat hancur dan berceceran ditanah.

Markas besar Partay Raja Gunung ditempatkan disuatu daerah yang terpencil dan terasing, disini mereka bebas mengadakan permusyawarahan.

Ie Lip Tiong memperhatikan dua tawanan lainnya, mereka adalah si Iblis gendut Keng Lie dan Iblis kurus Eng Hian.

Keng Lie dan Eng Hian adalah anggauta Partay Raja Gunung, mengapa harus bertekuk lutut seperti itu?

Orang yang berjasa didalam penangkapan Ie Lip Tiong adalah si Raja Silat Buaya Tho It Beng, kini dia membungkukkan setengah badan dan bertanya kepada ketua Partay Raja Gunung: “Lo-san-cu, semua jalan2 darah Ie Lip Tiong telah dibekukan. Agaknya terlalu lama, perlukah memberi sedikit kebebasan?""

“Bebaskanlah segala totokan yang mengekang dirinya" Berkata ketua Partay Raja Gunung itu.

Suaranya sangat lemah sekali, se olah olah orang yang kehilangan tenaga. “Hendak kulihat, bagaimana keistimewaannya It- kiam tin bu-lim Wie Tauw alias Ie Lip Tiong yang ternama, dapatkah dia meninggalkan ruang Pok hauw-tong kita tanpa izin”

Ruang Pek hauw tong berarti ruangan Macan Putih, itulah nama aula markas besar Partay Raja Gunung.

Tho It Beng menggerak gerakkan jari jemarinya, begitu cepat sekali, tanpa banyak kesulitani, dia telah membebaskan totokan2 yang mengekang jago kita.

Ie Lip Tiong mendapat kebebasan bergerak. Tapi bukan berarti mendapat kebebasan mutlak. Disana ada belasan jago mandraguna. Salah satu dari mereka sudah cukup untuk menundukkannya. Karena itulah, dia tidak berani banyak berkutik

Kini, arah sinar mata dari balik kerudung lo san cu terarah kepada Keng Lie dan Eng Hian.

“Dua manusia bernyali kecil." bentak lo san cu itu. “Bagaimana pembelaanmu atas segala tuduhan2 yang ada?"

Suara bentakan Lo san cu dikeraskan sebesar mungkin, toch masih tetap tidak bertenaga, seolah olah orang yang baru baik dari penyakit berat.

Mungkinkah Lo san-cu baru baik sakit?!

Ie Lip Tiong sangat memperhatikan persoalan yang sekecil ini, dengan demikian banyak berguna untuk pemecahan Partay Raja Gunung dikemudian hari.

Tuduhan yang dinyatakan kepada Keng Lie dan Eng Hian adalah Berkhianat kepada partay dan bersekongkol kepada musuh, bernyali kecil, melarikan diri dari tugas yang partay berikan kepada mereka. Dimasa mudanya, Keng Lie dan Eng Hian pernah dibabak belurkan oleh kakek guru Ie Lip Tiong. Itu waktu, nama Sepasang Iblis Gendut dan Kurus sudah menjadi buah tutur orang. Anak kecilpun segera berhenti menangis, manakala nama Keng Lie, Eng Hian atau julukan mereka disebut. Dari kejadian ini sudah menjadi bukti yang nyata dan gamblang, betapa seramnya dua tokoh silat ganas tersebut

Nyali dunia Kang-ouw telah diciutkan Sepasang Iblis Gendut dan Kurus Keng Lie Eng Hian.

Walaupun demikian, pertemuan keng Lie dan Eng Hian dengan Raja Silat Suci Hong Hian Leng berakhir dengan suatu drama yang mengenaskan, dengan kepala bercucuran darah sepasang iblis itu bertobat seribu ampun, dengan janji mengasingkan diri dan tidak melakukan keganasan lagi. Manakala dia tidak menepati janji itu, mereka akan menggorok leher sendiri.

Demikian Raja Silat Suci Hong Hian Leng memberikan pengampunannya

Raja Silat Suci Hong Hian Leng adalah guru Duta Istimewa Nomor Empat Can Ceng Lun.

Can Ceng Lun adalah guru jago muda kita Ie Lip Tiong. Itulah kakek guru Ie Lip Tiong.

Dikala Ie Lip Tiong menderita fitnah tidak terlepaskan, Su hay tong-sim beng telah memberikan putusan nekat dengan menghukum pancung jago muda itu. Dengan tuduhan melakukan pembunuhan2 kepada anak murid lima partay besar.

Orang yang mendapat tugas sebagai algojo adalah Can Ceng Lun.

Disini letak kesulitan Can Ceng Lun. Demi keadilan dan kebenaran, demi tugas dan demi jabatan yang dipikul olehnya, dia wajib menghukum murid sendiri.

Tingkah laku dan pribadi Ie Lip Tiong telah diketahui benar. Dia tidak percaya, bila mana sang murid sampai mau melakukan kejahatan kejahatan seperti itu membunuh secara membabi buta kepada setiap anak murid dari lima partay besar yang  dijumpa olehnya.

Hubungan guru dan murid itu bukan hubungan biasa, hukuman keluarga ini wajib memaksa dia melepaskan Ie Lip Tiong.

Can Ceng Lun mengambil putusan nekat. Dia melanggar disiplin dan memberi kebabasan kepada muridnya.

Dia melanggar sumpahnya sendiri

Karena itu, dia melepaskan jabatan sebagai Duta lstimewa Berbaju Kuning dari gerakan Su-hay tong-sim-beng.

Hal ini dilakukannya segera. Dikala meninggalkan gunung Lu- san, Duta Nomor Delapan Lu Ie Lam hampir mengalami hari naas, hampir merasakan pembesetan kulit manusia.

Orang yang menjadi becking dari komplotan pembesetan kulit manusia adalah Keng Lie dan Eng Hian.

Hanya menggunakan gertak sambel, dengan memperlihatkan tipu2 Raja Silat Suci Hong Hian Leng, Can Ceng Lun berhasil mengusir Keng Lie dan Eng Hian. Mencegah kematian. Lu Ie Lam.

Keng Lie dan Eng Hian melarikan diri, mereka masih takut kepada sumpah janji yang pernah diucapkan kepada Hong Hian Leng. Demikian mereka meninggalkan tugas yang Lo san cu berikan kepadanya.

Cerita pendek diatas adalah kupasan dari kejadian2 lama, mengapa sampai terjadi tuduhan2 kepada Sepasang Iblis Gendut dan Kurus itu.

Tuduhan berkhianat kepada partay, bersekongkol dengan musuh, bernyali kecil dan melarikan diri dari tugas terlalu berat.

Lo-san-cu memberi kesempatan kepada mereka untuk membuat pembalasan. Untuk mengikuti gambaran yang lebih jelas lagi. para pembaca lebih baik meneliti buku silat dibagian depan dengan judul nama PEMBUNUH GELAP.

Iblis Gendut Keng Lie membuat pembelaan lisan: “Lo-san-cu harap menjadi maklum, kami pernah berjanji dengan sumpah berat, tidak berjalan kembali didalam rimba persilatan. Hal ini telah kami beritahu kepada lo-san-cu, sebelum kami menjadi anggauta Partai Raja Gunung."

Iblis kurus Eng Hian juga membela diri. katanya: “Lo-san-cu maklum, setiap orang wajib memegang janji, apa lagi sumpah yang tidak boleh diingkari, dimisalkan orang yang tampil dihari itu bukan murid Hong Hian Leng, matipun, kami tidak akan melarikan diri."

Dengan pembelaan-pembelaan yang seperti itu, seolah-olah, Sepasang Iblis Gendut dan Kurus sangat memegang janji dan sumpah mereka.

Didepan Hong Hian Leng, mereka pernah bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya lagi kedalam dunia persilatan.

Kenyataan tidaklah demikian, mereka telah memasuki anggota Partay Raja Gunung dan membantu usaha usaha pembesetan kulit manusia.

Inilah suatu pelanggaran.

Untuk mencuci diri sendiri, mereka masih hendak menyangkal kepada kenyataan. Tentu saja dalih alasan yang sialic untuk diterima.

Terdengar lo-san-cu yang mengeluarkan suara dari hidung: “Seperti inikah pembelaan kalian?"

Sepasang Iblis Gendut dan Kurus saling pandang, alasan apa lagi yang dapat dikemukakan? Mereka tidak mempunyai alasan alasan yang lebih baik dari alasan tadi.

“Kami meminta pengampunan lo-san-cu." Demikian kedua orang itu bertekuk lutut kembali. Suaranya menjadi tidak lancar. Sebagai seorang pemimpin dari partay besar, lo-san-cu wajib memiliki kewibawaannya, memberi pengampunan kepada sepasang Iblis Gendut dan Kurus berarti menanam bibit ketidakpuasan, memberi alasan bagi mereka yang melanggar disiplin Partay Raja Gunung.

Terlihat orang berkerudung itu memandang seluruh anak buahnya, kemudian berteriak keras: “Dimana Ketua Dewan Mahkamah Agung kita?"

Seseorang berjenggot panjang, berkumis putih dengan matanya sepasang tidak disertai alis, sepintas lalu, kelihatannya sangat lucu. Dia tampil kemuka, segera dia memberi hormat. “Toan Bie selalu siap ditempat pos kedudukan yang ada.”

Orang tua tidak beralis adalah ketua Mahkamah Agung dari Partay Raja Gunung namanya Toan Bie.

Lo san cu berkata kepadanya, “Bagaimana hukuman kepada anggauta yang lari dari dinas tugasnya?"

Ketua Mahkamah Agung Toan Bie memberikan jawabannya yang sangat hormat: “Hukuman kepada anggauta kita yang melarikan diri diri tugas yang diberikan kepadanya adalah: Bertanding dengan harimau dikandang sang binatang. Orang persakitan segera bebas dari tuduhan, bilamana dia berhasil mengalahkan sang lawan."

“Dengar?" Bertanya lo-san cu kepada Keng Lie dan Eng Hian. “Kalian masih mempunyai kesempatan membela diri, bilamana dapat mengalahkan binatang2 itu. Berusahalah sedapat mungkin."

Kemudian, ketua Partay Rad, Gunung itu mengeluarkan perintah: “Segera jalankan hukuman"

Ketua Mahkamah Agung Toa Bie disertai dengan 4 laki berbadan tegap, berjalan mendekati Keng Lie dan Eng Hian. Mereka hendak membawa dua orang persakitan itu kearah kandang harimau

Lebih takut dari menghadapi dunia kiamat, Wajah Sepasang Iblis Gendut Kurus berkeringat keras, menggigil dingin, keringat2 sebesar kacang kedele berjatuhan ditanah. Lo san cu meninggalkan bangku kebesarannya, memandang Ai Pek Cun dan berkata “Ai Pek Cun, tutup kembali sepasang mata Ie Lip Tiong dan ajak dia ketempat hukuman kandang harimau."

Perintah itu segera dijalankan. Untuk mencegah terjadinya pecah rahasia markas besar mereka orang tawanan Partay Raja Gunung patut mendapat tutupan mata gelap.

Ai Pek Cun mendekati Ie Lip Tiong, di-awir awirkannya kain penutup mata yang berwarna hitam itu, dengan suara yang tidak enak didengar, dia mengeluarkan ejekan: “Hayo Kemari. Jangan mencoba untuk melarikan diri ya”

Didalam keadaan yang seperti itu mungkinkah Ie Lip Tiong dapat melarikan diri?

Dibawah pengawasan yang sangat ketat, dibawah giringan jago2 kelas istimewa, melarikan diri adalah suatu perbuatan yang sangat bodoh.

Ie Lip Tiong maju kedepan dengan tenang membalikkan badan, membiarkan Ai Pek Cun menutup kembali sepasang matanya.

“Langsung maju kedepan," Ai Pek Cun memberi perintah. “Dan taatilah segala perintahku.”

Ie Lip Tiong mengikuti petunjuk-petunjuk itu. Dia berjalan dengan tenang. Untuk menghilangkan kecanggungan suasana yang seperti itu, ditengah jalan ia berkata: “Lo-tong kee. bagaimana kau bahwa aku mengikuti dibelakang dirimu?"

Ai Pek Cun tertawa dengan dingin dia berkata: “Tidak perlu bohong kepadamu, terus terang kukatakan, bahwa aku tidak tahu bahwa kau mempunyai nyali begitu besar membayangi aku, sehingga ditempat yang terakhir."

“Bagaimana mereka mengetahui penyamaranku?" Bertanya lagi Ie Lip Tiong.

“Mudah saja, aku tidak tahu bakal dibayangi olehmu. Tapi kewaspadaanku terhadap sesuatu yang merugikan golongan, belum pernah dan tidak pernah lepas. Perhitunganku bukan mustahil terjadi, karena itu, setiap tiba ditempat pos-pos tertentu, aku memberi tahu kepada mereka, agar markas besar kami tetap terpelihara rahasia. Demikianlah mereka mencurigaimu. Ini yang dinamakan rusa yang diburu, harimau dibelakangmu."

“Hebat." Ie Lip Tiong memberikan pujian “Kau memang seorang pandai yang cukup kuat untuk dijadikan tandingan."

“Ha ha ha ha. ” Ai Pek Cun tertawa puas.

Dengan dituntun oleh Ai Pek Cun, Ie Lip Tiong diajak ketempat kandang harimau.

Berjalan lagi diantara 50 langkahan, Ai Pek Cun terhenti.

Terdengar suara gerendel dibuka, seperti memasuki ruangan terkunci kuat.

Hati Ie Lip Tiong berdebar keras

“Awas." Ai Pek Cun memberi peringatan. “Jalan mulai menurun kearah bawah. Kau harus berhati hati melangkah. jangan sampai jatuh."

Ie Lip Tiong dituntun memasuki tangga batu yang menurun.

Satu, dua, tiga, empat.... sepuluh, dua puluh... tiga puluh empat puluh.

Tepat empat puluh baru undakkan, jalan mulai mendatar kembali.

“Lo tong kee" berkata Ie Lip Tiong. “Aku telah mencium bau yang sangat anyir. Tentu kita telah tiba ditempat tujuan”

“Betul” jawab Ai Pek Cun sangat singkat. Sret....

Kain hitam penutup mata sudah ditaruk. Ie Lip Tiong mendapat kebebasan melihat pemandangan ditempat itu.

Dia telah berada didepan sebuah arena yang berbentuk bulat relur, dengan diameter pendek puluhan dan diameter panjang seratus meter, kurang lebih demikian, bentuk arena dilingkari oleh tembok tinggi, disekeliling tempat itu terdapat banyak tempat duduk. Ie Lip Tiong berada didepan salah satu dari tempat2 duduk itu.

Inilah arena pertandingan binatang di jaman kuno.

Memandang pusat arena, Ie Lip Tiong mengeluarkan keluhan napas dingin.

Disana, dibawah kaki Ie Lip Tiong, bertiarap seekor harimau belang, rata2 membawakan sikap mereka yang siap menyerang.

Sembilan ekor harimau belang itu, dengan sepasang kaki2 mereka, setelah menyaksikan kedatangannya serombongan yang bukan dari golongan hewan, iitulah para auggota Partay Raja Gunung. Setelah memberi pancaran sinar mata yang sangat bermusuhan, para binatang buas itu mulai mengorek-ngorek tarah.

Debu mengulak ditempat itu.

Iring2an lo-san-cu sudah berada dikeliling arena, masing2 sudah mengambil tempat duduk.

Sepasang Iblis Gendut dan Kurus, Keng Lie dan Eng Hian juga sudah berada ditempat itu.

Auman harimau belang bergema diseluruh arena lapangan tersebut.

Ketua Mahkamah Agung Toan Bee beserta anggauta2nya sudah membuka sebuah pintu rahasia dan mendorong dua orang pesakitannya.

Keng Lie dan Eng Hian hendak menolak pelaksanaan yang seperti itu, tapi mereka tidak berdaya sama sekali, kedua tangan dan kaki mereka berada didalam keadaan terikat, tidak dapat berkutik sama sekah.

Sebelum menutup pintu rahasia yang menuju kearah arena harimau belang itu, Toan Bie memutuskan ikatan kaki Keng Lie dan Eng Hian.

Hal inipun tidak banyak membantu kedua Iblis tersebut, dengan sepasang tangan tertelikung kebelakang, dengan tali2 yang kokoh dan kuat mengekang kebebasan sepasang tangan itu mungkinkah dapat menandingi 9 ekor harimau yang ganas?

Dilihat sepintas lalu, sembilan ekor harimau belang itu sudah lama tidak diberikan makanan, maka rasa rangsangannya kepada bau napas manusia sangat tajam sekali, pintu rahasia untuk melepas dua orang tawanan agak tersembunyi, toch mereka mengalihkan pandangan matanya kearah tempat ini, hidungnya diendus-endus, seolah olah hendak mencari tempat yang tepat.

Keng Lie dan Eng Hian menahan napas mereka, sedapat mungkin tidak terendus oleh binatang2 ahli makan manusia itu.

Ie Lip Tiong diberi kesempatan untuk menonton pertandingan besar, dua orang manusia yang berada didalam keadaan tangan terikat, diberi kewajiban bertanding dengan sembilan ekor macan ganas yang sudah lama lapar.

Inilah suatu ketidak adilan.

Betul2 jago muda kita tidak dapat menahan amarah, dia mengadakan protesnya, dengan suara yang keras, dia berteriak: “Tidak adil... Tidak adil. "

Lo san cu memandang kearah siperauda, dengan suaranya yang tidak bertenaga besar itu, dia mengajukan pertanyaan: “Apa yang kau maksudkan tidak adil itu?"

Ie Lip Tiong memberikan javvaban, suaranya masih gagah: “Tidak adil sangat tidak adil sekali. Dua lawan sembilan Inilah ke tidak adilan. Tangan mereka ditelikung ke belakang... Inipun tidak adil.... mereka tidak diberi kesempatan bergerak. Dengan sepasang tangan terikat seperti itu, mungkinkah dapat menandingi sembilan ekor binatang kurang ajarmu?"

“Ie Lip Tiong," Berkata Lo-san cu sabar “Kau terlalu meremehkan ilmu kepandaian Sepasang Iblis Gendut dan Kurus yang pernah menggemparkan rimba persilatan"

“Aku cukup tahu, sampai dimana keganasan harimau yang berada didalam keadaan lapar. Karena aku pernah mengalami kejadian yang seperti ini." Berkata Ie Lip Tiong, dia tidak mau menarik kembali protesnya yang sudah diproklamirkan.

“Mereka masih mempunyai sepasang kaki bebas, bukan?"

Berkata si lo-san-cu

“Kaki2 si Iblis Gendut dan Iblis Kurus hanya dapat digunakan untuk melarikan diri” Berkata Ie Lip Tiong

“Tidak ada yang melarang mereka untut menyepak harimau itu." Ie Lip Tiong bungkam

Lo san cu berkata lagi: “Apa lagi, mengingat keadaan posisi ke dudukan Sepasang Iblis Gendut dan Kurus itu, mereka bukanlah kawanmu. Tidak guna kau membela atau menjadi wakil berteriak ketidak adilan."

Perdebatan itu dicetuskan bilamana perlu, dan disimpan dalam, bilamana tidak perlu. Putusan lo san cu tidak bisa diganggu gugat, karena itulah, tiada guna Ie Lip liong meneruskan perdebatannya.

Hidung binatang buas itu lebih tajam daripada hidung manusia, sebentar kemudian, harimau2 belang mulai merayap kearah dua mangsanya.

Iblis Kurus Eng Hian mendekap ditempat gelap, tidak berani menghadapi kenyataan yang seperti itu.

Iblis Gendut Keng Lie memandang kearah lo-san cu, karena menganggap dirinya sangat berjasa didalam Partay Raja Gunung, dia masih mengharapkan pengampunan dari ketua partay tersebut. Harapan lain sudah tidak ada, dia berteriak: “Lo-san-cu"

Inilah penyakit bagi dirinya. Sembilan ekor harimau itu tidak pernah mengadakan pllihan kepada mangsa mangsa mereka. Tapi, mereka lebih senang dan lebih tertarik kepada benda yang dapat bergerak atau dapat berteriak. Iblis kurus Eng Hian diam mendekam, ini tidak menarik perhatian. Sang lblis Gendut Keng Lie berkoar, membuka suaranya yang lebar, tentu saja lebih menarik perhatian. Secara serentak, binatang2 itu menerjang kepadanya.

Kecepatan binatang binatang buas ini sangat mengejutkan.

Keng Lie berteriak seram, tubuhnya mencelat tinggi, dengan cara seperti ini, dia menghindari terkaman.

Sungguh sayang kedua tangannya tidak mempunyai kebebasan, maka dia tidak bisa membunuh atau melukai dari binatang binatang itu. Setelah mencelat tinggi, dia menginjakkan kaki ditempat lain, dikala jatuh, hampir dia ngusruk kedepan.

Disaat itu, harimau harimau belang sudali membalikkan badan mereka, tetap mengincar mangsanya.

Keadaan Keng Lie begitu menyeramkan.

Ternyata, seseorang yang berlompat atau berlari, mereka perlu mengadakan keseimbangan badan dan untuk mempertahankan adanya keseimbangan badan ini, adanya sepasang tangan sangat perlu sekali.

Alat yang dapat digunakan mengimbangi kestabilan badan itu berada didalam keadaan terikat, tentu saja kekuatan gerak Keng Lie banyak terganggu. Hampir2 dia sulit bergerak lagi.

4 ekor macan belang menterang kearah Keng Lie.

Si Iblis Gendut halus bergulingan lebih dahulu, setelah itu dia melejit jauh, betapa gesitnya dia bergerak, masih kalah gesit dengan gerakan bersama dari 4 ekor harimau belang itu. Salah seekor jari-jari kuku tajam dan sang binatang buas membuat goresan luka yang cukup berat. Darah merah muncrat ditanah.

Keng Lie meringis dan lari lagi.

Bau darah semakin mengganaskan para binatang liar, serangan2 para harimau belang semakin gencar.

Dari sembilan ekor harimau belang yang dikurung dalam arena pertandingan maut tersebut, 4 menyerang Keng Lie dan 5 diantaranya masih mengendus-endus bau lain yang belum dicapai oleh mereka.

Eng Hian mendekap dan menyudutkan dirinya seperti itu, tidak berani dia bernapas ini sangat menguntungkan dirinya. Maka, untuk beberapa waktu saja, dia dapat bebas dari gangguan para hewan liar itu

Bau amis darah Keng Lie lebih keras dari bau pernapasan dan keringat Eng Hian.

Auuuugggg..... Auuungggg..... Auunggg.... Auungggg....

Kelima ekor itu berganti arah, meninggalkan Eng Hian dan menerkam kearah Keng Lie.

Celakalah kedudukan si iblis Gendut Keng Lie itu. Hanya menghadapi 4 ekor saja sudah kewalahan, apa lagi disergap sekaligus, bagaimana dia dapat mempertahankan diri?

Keng Lie berlompat, bergulingan ditanah dan berlari keras, toch tidak berhasil menghindari macan yang datang dari 9 penjuru angin.

Terdengar satu jeritan panjang yang menyayatkan hati, dua ekor harimau belang berhasil menerkam manusia gendut tersebut.

“Aaaaaaaaa ”

Disusul oleh binatang2 lainnya, sembilan ekor harimau membagi bagi rejeki, mereka menyobek nyobek dan menyayat nyayat daging beserta isi dalam Keng Lie.

Demikian, tamatlah riwayat hidupnya orang yang tidak memegang janji.

Daging2 itu berceceran disekitar tempat arena lapangan pertandingan maut.

Suatu pemandangan yang cukup membangunkan bulu tengkuk.

Terdengar suara kunyahan tulang yang gemeretuk, sembilan ekor harimau itu mulai menggigit talang2 tubuh dan batok kepala lblis Gendut Keng Lie.

Suatu bukti yang nyata sekali, bagaimana akibatnya seseorang yang sangat senang kepada pembesetan kulit manusia. Keng Lie yang sudah berulang kali, mungkin ratusan atau ribuan korban yang mati dibawah tangannya, dia harus mati dibawah kekejamannya binatang2 peliharaan si Raja Gunung.

Tidak seorangpun yang menyayangkan kejadian itu, mengingat kekejaman Sepasang lblis Gendut dan Kurus didalam rimba perpersilatan.

Kematian yang sudah seharusnya.

Pada suatu hari, setiap manusia hidup wajib meninggaikan badan kasarnya. Inilah yang dinamakan kematian.

Tidak semua kematian orang itu sama, ada yang meninggalkan kesan baik dan dikenang orang. Ada juga yang mendapat caci maki dan dibenci, didendam lawan.

Kematian Keng Lie tidak perlu disayangkan juga tidak perlu dibuat urusan.

Yang kurang menyedapkan adalah: Kebuasan para binatang yang sangat keterlaluan itu. Bukan saja 9 ekor harimau belang yang buas-buas itu patut dicela. Para pemelihara algojo-algojo itupun tidak mempunyai rasa simpatik, mereka turut membunuh secara tidak langsung.

Otak dari terjadinya pembunuhan seperti ini adalah si Raja Gunung Lo-san cu.

Dendam Ie Lip Tiong kepada lo-san-cu semakin besar. Tiba-tiba dia bangkit berdiri.

Ai Pek Cun selalu mendampingi pemuda itu, melihat gerakan yang kurang baik dari Ie Lip Tiong, dia menekan pundak pemuda kita. Katanya: “Duduklah biar tenang."

Mungkinkah Ie Lip Tiong dapat duduk tenang? Sedari tadi, dia sedang berusaha, bagaimana menggagalkan usaha pembesetan kulit dan daging, serta penggergagotan tulang manusia yang seperti itu.

Dia tidak berhasil menemukan cara yang terbaik.

Manakala darah muda dari sesuatu generasi yang baru menampilkan dirinya bergolak, maka terjadilah sesuatu kekuatan hebat yang tidak terlihat.

Ie Lip Tiong tertahan duduk, tapi secepat itu pula, dia sudah lompat, menerjunkan dirinya kedalam arena pertandingan maut, langsung menghampiri Iblis kurus Eng Hian. Dia harus mencegah terulangnya kembali drama pembunuhan terkejam, sebelum para harimau itu selesai menggegares daging dan tulang Keng Lie.

“Heiii. "

“Eh. "

“Aaaaaaaaa "

“Apa yang hendak dilakukan olehnya?"'

Diatas panggung arena pertandingan maut itu, terdengar teriakan2 kaget dari orang2 Partay Raja Gunung.

Mereka tidak mengerti, mengapa Ie Lip Tiong mau melakukan pekerjaan nekat itu.

Kejadian yang berada diluar dugaan semua orang, juga berada diluar dengan Lo san-cu dan Ai Pek Cun.

Rata rata mereka bangkit dari tempat duduknya, untuk rnelihat dengan terlebih jelas lagi, bagaimana dan apa yang Ie Lip Tiong lakukan didalam arena binatang binatang buas itu.

Ai Pek Cun mendapat tugas menjaga Ie Lip Tiong, kini dia kehilangan orang tawanannya, inilah suatu kelalaian. Mengingat peraturan peraturan dari sang guru yang sangat keras, dia sudah siap terjun kebawah, menangkap Ie Lip Tiong kembali.

Lo san cu tahu akan maksud yang dikandung oleh murid itu, cepat cepat dia mencegah: “Ai Pek Cun, tidak perlu."

Inilah suatu pengampunan bagi Ai Pek Cun. Dia kembali berdiri tenang, memandang bayangan Ie Lip Tiong yang menuju kearah Eng Hian.

Lo san cu mengeluarkan ocehan seorang diri: “Kita dapat menonton pertandingan yang lebih seru dan lebih hebat."

Itu waktu, daging Keng Lie boleh dikata sudah berpindah kedalam perut perut 9 ekor harimau belang.

Tidak ada lagi rejeki yang harus dibagi2. Tapi para binatang buas itu belum puas, mereka tidak kenyang dengan gumpulan daging Keng Lie saja, jumlah mereka cukup banyak, senbilan jiwa, dan santapan itu hanya satu saja, tentu kurang menyenangkan.

Beberapa ekor sudah mulai mencari jejak Iblis Kurus Eng Hian yang belum ditemukan.

Eng Hian tidak mungkin tidak mengeluarkan napas, dan keringat2 yang mengetel jatuhl seperti lokomotip beruap itu membawa bau manusia yang merangsang.

Tiga harimau sudah mendekati lagi.

Disaat itu, Ie Lip Tiong juga sudah tiba. Mendampingi Eng Hian. Bau manusia bertambah keras.

Bayangan Ie Lip Tiong tertera jelas. 5 ekor harimau mendekati mereka.

Ie Lip Tiong masih bebas merdeka, totokan totokan jalan darah yang dilakukan oleh si Raja Buaya Tho It Beng kepadanya telah dibebaskan kembali, sepasang kaki dan sepasang tangannya dapat digunakan, karena itu, dia berani memasuki gelanggang pertandingan manusia dan harimau.

Seekor harimau mendekati jago kita, langsung menerkam dan menubruk.

Ie Lip Tiong mengendekkan pundak, bergeser kesamping, hanya sedikit, tapi cukup untuk mengelakkan serangan binatang itu, cepat sekali, tangannya diraihkan, disaat itu, tubuh harimau belang lewat disisi, tangan itu membidik tepat, berhasil menangkap ekor dari siganas.

“Wing   Bekkk”

Ie Lip Tiong membanting dan melempar binatang tidak beradap itu.

Begitu kebetulan, jatuhnya harimau yang dilempar oleh jago muda ini, tepat mengenai lantai arena pertandingan, saking kerasnya tenaga yang Ie Lip Tiong kerahkan, tidak ampun lagi, kepala itu hancur dan remuk, dengan isi otak berceceran, tamallah jiwanya sang binatang.

Dilain pihak, Ie Lip Tiong sudah menampar tiga harimau belang lainnya.

Tangan sipemuda begitu gesit, dengan cara yang sama, dia menangkap buntut harimau yang agak lengah, pelemparan yang kedua ini lebih cepat lagi, dijatuhkannya didepan kaki, sebelum dia melepaskan ekor binatang itu, sikepala belang sudah remuk ditanah

Dua ekor sekali tepuk

Ie Lip Tiong melepaskan ekor korbannya.

Hampir para penonton bertepuk sorak, bila tidak teringat, bahwa Ie Lip Tiong itu adalah orang tawanan mereka..

Betul-betul Ie Lip Tiong menggagahi arena pertandingan, tidak seekor lagipun dari sisa2 harimau belang itu yang berani mendekatinya.

Rata-rata, mereka sedang berpikir, seorang manusiakah yang satu ini? Mengapa mempunyai kehebatan yang menyeramkan.

Dengungan2 marah dari 7 ekor harimau belang itu berkumandang keras.

Ketua Partay Raja Gunung lo san cu mengeluarkan suara yang sangat menghina: “Ie Lip Tiong, hanya bisa membunuh mereka secara bergilir itu sajakah ilmu kepandaianmu?"

Dan 7 ekor harimau belang yang masih ada, dua menubruk kearah Ie Lip Tiong, lima menerkam kearah Iblis kurus Eng Hian.

Ie Lip Tiong tidak berlaku sungkan, dia juga bergerak. kecepatannya tidak kalah dari kecepatan meong meong belang yang besar itu. Dengan satu suara raungan yang memekakkan telinga, dia bergerak maju, dengan demikian, dia berada di tengah-tengah 7 ekor binatang buas yang hendak melakukan terjangan

Lagi2 langkah yang mengejutkan semua penonton, bukan para anggauta partay Raja Gunung saja yang terkejut, 7 ekor harimau belang itupun tercengang karenanya, mereka lebih bingung, makhluk dari manakah yang mempunyai sifat suara seperti ini?

Tarnyata, suara gerungan Ie Lip Tioig itu melebihi kekerasannya auman para binatang belang.

Karena itu, mereka ragu2 meneruskan tubrukkannya.

Inilah kesempatan, inilah yang Ie Lip Tiong harapkan. Sepuluh jarinya memain lancar, menyerang 7 ekor macan belang.

Berbarengan pada serangan Ie Lip Tiong itu, 7 ekor macan belang menubruk kearahnya.

Terdengar suara pletak, pletak yang seperti petasan, pertarungan sengit itu segera terhenti. 7 ekor harimau belang saling bergelimpangan, mereka jatuh dikeliling Ie Lip Tiong.

Jago kita memperlihatkan senyuman ewah nya, didalam satu gebrakkan dia menjatuhkan 7 ekor binatang buas

Inilah suatu jawaban atas cemoohan Lo-san-cu yang berani memandang rendah kepada dirinya.

Tujuh ekor macan berserakkan ditanah lapangan, tidak seekorpun yang mati, mereka masih menggeliat. perlahan lahan, ketujuh binatang itu merayap bangun kembali,. Yang aneh, satu persatu pula, mereka nguyung dan ngusruk ditempat yang semula. Serangan Ie Lip Tiong tepat mengenai kunci kelemahan para binatang itu, masing masing patah kuku kaki depan, tanpa adanya kuku2 ganas itu, mana mungkin mereka bangkit berjalan?

Masih ada dua ekor yang agak gagah, mereka lompat maju. maksudnya menerkam kepada musuhnya, tapi tidak berhasil, rasa sakit yang tidak terhingga memaksa kedua binatang belang itu terjerembab jatuh. Dan demikianlah, tujuh ekor binatang belang dikalahkan.

Ie Lip Tiong menunggu dengan tenang, tidak seekorpun yang dapat berlaku ganas lagi. Tidak seekor harimaupun yang menyerang dirinya.

Iblis Kurus Eng Hian tertoloug dari kematian digegares meong.

Semua penonton diatas arena pertandingao itu memperlihatkan sikap mereka yang memandang tinggi. Rata2 memberi salut tidak terlihat. Ini dapat dibuktikan dari sinar mata mereka yang bercahaya lain.

Perlahan-lahan, lo san cu bangkit dari tempat duduknya, kepada Ie Lip Tiong dia berkata: “Ie Lip Tiong, kau menang, Kini kau boleh lompat naik."

Ie Lip Tiong tidak segera menjalani perintah itu, dengan menudingkan jarinya kepada si Iblis Kurus Eng Hian, jago muda kita berkata: “Bagaimana dengan anak buahmu yang sudah bebas dari serangan ujian macan2 belangmu ini?"

“Dia tidak mempunyai sangkut paut dengan dirimu." Berkata lo san cu dingin.

Ie Lip Tiong berkata: “Bisakah kau menerima sedikit saranku?” “Kau hendak meminta pengampunan untuk dirinya?" Bertanya

sang ketua Partay Raja Gunung.

“Bukan." Berkata Ie Lip Tiong menggoyangkan kepala. “Harapanku adalah, janganlah melakukan sesuatu yang berada diluar batas prikemanusiaan" “Hanya itu sajakah permintaanmu?"

“Betul." Ie Lip Tiong menganggukkan kepala.

“Ha ha ha.... Kau belum pernah menyaksikan adegan2 yang luar biasa tentunya."

“Adegan-adegan yang luar biasa seperti manusia yang dicicil oleh para binatang buas, bukankah suatu pekerjaan mulia."

“Aku belum pernah melakukan pekerjaan yang mulia." berkata sang lo san cu.

“Lo san cu." Ie Lip Tiong menggunakan panggilan lazim itu. “Kau dapat menyatukan 12 raja2 silat dari golongan sesat yang berpandangan mata diatas jidat, ini satu bukti bahwa kau memiliki kewibawaan yang cukup sempurna. Bilamana kau dapat menggunakan kewibawaan itu secara baik, tentu suatu hadiah bagi umat manusia umumnya, tokoh2 rimba persilatan khususnya."

“Ha ha ha   " Ketua Partay Raja Gunung tertawa.

Para anggauta partay sesat itu mulai membuat persiapan, apa yang Ie Lip Tiong perlihatkan didepan sang ketua adalah suatu tindakan yang sembrono, belum pernah lo-san-cu mereka mendapat teguran pedas yang seperti itu. Bilamana sang pemimpin naik darah, jiwa Ie Lip Tiong akan mengalami siksaan yang lebih hebat dari apa yang sudah dialami oleh si Iblis Gendut Keng Lie.

Mereka menunggu perkembangan berikutnya dari kekurang ajaran Ie Lip Tiong.

Diluar dugaan, setelah sang lo-san-cu tertawa sekian lama, dia tidak menjadi marah. Dengan suaranya yang perlahan, ketua partay itu berkata: “Ie Lip Tiong. Kau adalah orang pertama yang berani

memaki diriku.... memang luar biasa.   sungguh luar biasa."

Ie Lip Tiong mengunci pembicaraan mereka, katanya: “Bagaimana putusan lo-san-cu kepada persakitan yang ini?”

Dia menunjuk kearah si lblis Kurus Eng Hian. Sekali lagi dia meminta ketegasan. Lo-san-cu menganggukkan kepala dia menoleh kearah murid- muridnya, dan berkata kepada Ai See Cun: ”Ai See Cun, beri kesenangan kepada si Eng Hian."

Ai See Cun menganggukkan kepala, dia lompat turun ke arena pertandingan gulat manusia dan binatang itu Kemudian mendekati si lblis Kurus Eng Hian.

“Eng Hian." Dia memanggil. “Kemari...”

Sang lblis Kurus Eng Hian tidak segera mentaati panggilan itu, dia berteriak kepada Ie Lip Tiong: “Ie Lip Tiong, kuberi tahu sesuatu rahasia besar, orang berkerudung yang menamakan dirinya sebagai Lo-san-cu itu adalah jelmaannya ”

Secepat itu pula, Ai See Cun sudah menggerakkan tangan, memukul kearah Eng Hian, maka. “Praakkkkk”. Batok kepala orang

persakitan itu hancur remuk.

“Aaaaaa. " Ie Lip Tiong menghela napas panjang.

“Hm " Terdengar suara lo-san cu bicara. “Ie Lip Tiong, rencanamu untuk mengelahui rahasia ini mengalami kegagalan lagi."

Eng Hian hendak membongkar rahasia kemisteriusan sang lo- san-cu, tapi dia tidak berhasil. Tangan maut Ai See Cun telah bergoyang lebih cepat dan mengambil jiwa sang rekan perjuangan didalam usaha pembesetan kulit manusia.

“Ie Lip Tiong," berkata lagi lo-san cu itu. “Jangan kau mencoba kagi melakukan sesuatu yang dapat mempercepat kematianmu. Hentikanlah usahamu yang tidak mungkin berhasil itu."

“Lo-san-cu." berkata Ie Lip Tiong. “Kesalahan Sepasang Iblis Gendut dan Kurus belum tentu harus menerima kematian mereka tapi, kau berlaku terlalu kejam, tentu saja dapat menjangkitkan ketidak puasan orang. Adanya mereka yang hendak membuka rahasia, inilah suatu yang menjadi buah jasa timbal balik dari perbuatanmu itu" “He he he, he.." Lo-san cu tertawa terkekeh-kekeh, tetap tidak bersemangat, kurang tenaga dalam. “Bagaimana penilaianmu kepada muridku yang ini?”

Dia mengartikan Ai See Cu.

Dari keempat murid lo san cu, para keluarga Ai yang terdiri dari Ai Tong Cun, Ai See Cun, Ai Lam Cun dan Ai Pek Cun itu. Ie Lip Tiong telah belajar kenal dengan tiga diantaranya, dan kini dia dapat menyaksikan kecepatan tangan Ai See Cun.

Memang tidak dapat dicela.

Tapi Ie Lip Tiong tidak gentar untuk menghadapi kematian. Dia berkata: “Jangan terlalu cepat menjadi besar kepala, suatu hari, aku pasti dapat menempur kalian."

“Ha ha ha ha. Di alam baka barang kali, kau hendak rnenempur

orang?” berkata Ai See Cun senang.

Ie Lip Tiong tidak membalas suara yang seperti itu

“Ha ha ha ha..." Lo-san cu tertawa panjang. “Ie Lip Tiong, kau memamerkan ilmu kepandaianmu, bukan kau menganggap dirinya pandai, bukan?. Baik untuk memberi kesempatan bekerja, aku bersedia melepas dirimu. Biar kita bertanding sekali lagi, tentu saja secara adil. Hendak kulihat, berhasilkah kau menemukan tempat ini?. Hendak kulihat, bantuan siapa yang dapat kau minta untuk menandingi jago jago pilihanku?”

Ie Lip Tiong memandang ketua partay golongan sesat itu, dia begitu curiga sekali, tentu saja, dia tidak percaya, bahwa sitokoh berkerudung bersedia melepaskan dirinya.

“Hei," Panggii lo san cu. “Tidak dengarkah kepada perintahku?" “Mungklnkah dapat dipercaya?” Ie Lip Tiong memperlihatkan

sikapnya yang menghina

“Mengapa tidak?" “Sekarang juga?" “Bukan. Kau harus menjalankan tahanan kerangkeng selama satu bulan, Kemudian, setelah bebas menjalani hukuman satu bulan itu, aku segera memberi perintah kepada orang untuk membebaskan dirimu."

“Aku adalah orang tawananmu." berkata Ie Lip Tiong. “Kecuali menurut tidak ada lain jalan”

“Bagus. Kau memang cukup gagah dan berani." Lo san cu memberi pujian.

“Triima kasih."

“Kudengar, Oe Im Yang itu mati dibawah keroyokannya lima ketua partay. Sebagai putra satu2nya, mengapa kau tidak mengadakan tuntutan balas kepada Siauw-lim pay, Bu tong pay, Hoa san pay, Khong tong pay dan Kun-lun-pay?"

“Didalam soal ini..."

“Lebih dari pada itu, bukan saja kau tidak mengadakan tuntutan balas. sebaliknya, kau telah mengabdi pada musuh, mengapa kau mau diberi jabatan sebagai Duta Istimewa Berbaju Kuning Su-hay- tong-sim-beng? Mengapa kau memusuhi Partay golong kami?"

“Untuk jelasnya, kuberikan perincian sebagai berikut, dendam permusuhanku dengan lima partay besar adalah dendam diantara sesama order keadilan dan kebenaran, karena itu, dendam tersebut tidak mungkin diperbesar atau diperdalam."

“Dengar," Berkata lagi lo san cu. “Aku juga salah satu korban dan kejahatan partay yang bernaung dibawah panji kebesaran Su-hay- tong-sim beng itu terutama 5 partay besar, maka, aku mengutus dirinya”

Dia menunjuk kearah Su-khong Eng. Dan meneruskan kata2 keterangan: “Dia adalah cucu muridku, dengan menggunakan tutup kerudung hitam, dia menjadikan dirinya sebagai seorang pemuda misterius berbaju hitam, dengan ilmu kepandaian yang dimiliki, dia dapat menuntut sedikit dendam." “Hiih, tidak tahukah kau, bahwa perbuatan cucu muridmu itu sangat merugikan nama baikku?” Berkata Ie Lip Tiong membuat perdebatannya. “Dengan adanya pembunuhan pembunuhan gelap yang seperti itu, karena orang orang yang dijadikan korban hanya terdiri dari anak anak murid lima partay besar, tentu saja mereka menduga kepadaku. Hampir aku binasa dibawah ketajaman golok guruku sendiri."

“Karena inikah, maka kau menerima jabatan Duta Istimewa Berbaju Kuning Su hay sim beng?”

“Lo san cu menduduki ketua satu golongan baru yang diberi nama Partay Raja Gunung, ratusan dan ribuan anak buah berada dibawah pimpinanmu, didampingi oleh para raja-raja silat dari golongan sesat, tentu tahu, bagaimana harus menghadapi seseorang yang melempar fitnah hebat, sehingga hampir-hampir kehilangan jiwa?"

“Hebat.... Hebat. "

Ie Lip Tiong berkata lagi: “Bilamana aku tidak menangkap biang kerok kekacauan ini apakah yang harus dijadikan jaminan hidup tenangku?”

“Hebat.... Hebat!. Karena itu kau merusak dan membakar perkebunan teh Sang leng the chung?. Karena itu, kau merampas uang2 rumah makan Hian kiok piauw?"

“Pikiran lo san cu juga bukan pikiran biasa" Ie Lip Tiong memberikan pujiaannya.

“Ie Lip Tiong" berkata lagi lo san-cu. “Kukira, pembalasanmu ini sudah cukup hebat, kau sudah berhasil mencuci diri, apa lagi yang kau mau? Mengapa menyatroni markas besarku?”.

“Lupakah lo san cu, bahwa aku telah menerima jabatan Duta Istimewa Berbaju Kuning Nomor Tiga Belas dari Su hay tong sim beng. Motto dari gerakkan Su hay tong sim beng adalah, Membina mastarakat yang adil dan makmur, menegakkan keadilan dan kebenaran, mengatasi kesulitan dan perselisihan, membersihkan dunia rimba persilatan dari kekotoran"

“Ha ha ha ha. Kau hendak membersihkan Partay Raja Gunung?

Ha ha ha ha. ”.

“Ha ha ha ha. " Ie Lip Tiong juga tertawa.

Didalam keadaan seperti itu, lebih baik dia menerima kematian yang lebih cepat, maka, sengaja dia mengolok olok lo san cu. Semakin gagah dia bicara, semakin takut musuh dibuatnya. Semakin berani dia merangsang, semakin gentarlah musuh untuk memberi hukuman kepadanya.

Lo san cu memandang kearah Su khong Eng.

“Su khong Eng." rnemanggil cucu murid kesayangan itu. “Bawa Ie Lip Tiong ke dalam penjara."

“Baik.” Su khong Eng menerima perintah.

Ie Lip Tiong dipenjarakan didalam markas besar Partay Raja Gunung

Dimanakah letak markas besar Partay Raja Gunung itu? Dengan maksud apa lo san cu mempenjarakan Ie Lip Tiong? Mengapa hanya satu bulan?

Betulkah dia melepas jago muda kita?

Bagaimana Ie Lip Tiong balik dan mencari kembali letak markas besar Partay Raja Gunung? Bagaimana dia mengobrak abriknya? Mari kita nantikan didalam jilid keenam.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar