Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 22

Jilid 22

LAK JIU IM ENG Thio Man tidak tega menyaksikan peristiwa itu berlangsung didepan matanya, dia menjerit kaget, kemudian menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan.

Namun pada saat yang kritis itulah mendadak dalam arena telah terjadi suatu perubahan besar.

Bukan ada turun tangan menghalau serangan maut tersebut, melainkan ditengah arena telah muncul sebuah jurus serangan aneh yang sukar dipercaya setiap orang.

Rupanya dalam keadaan kritis, Wi Tiong-hong segera melakukan gerakan aneh dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya melepaskan sebuah tolakan.

Jurus serangan yang dipakai adalah Giok wu-tiau thian (Giok wu memandang langit), sebuah jurus pembuka dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat aliran Bu tong pay.

Seharusnya jurus serangan ini bukan merupakan sebuah jurus serangan yang lihay.

Dia dipaksa oleh keadaan, apa lagi tak ada jurus serangan lain yang cocok untuk menghapi ancaman lawan, maka dia pun menggunakan pedangnya untuk menutul serangan musuh.

Tapi jurus aneh tersebut justru terletak disini, ketika tangan kirinya melakukan gerakan itulah, mendadak pedang pendek Lan Kun pit yang sedang melancarkan tusukan itu terhisap oleh segulung kekuatan yang maha dahsyat sehingga miring kesebelah kanan, sedangkan pergelangan tangan kanannya yang menggenggam pedang turut terhisap oleh kekuatan Wi Tiong hong itu hingga terseret kesamping.

Maksudnya semula ingin menusuk tubuh lawan, siapa tahu pertahanan tubuhnya sama sekali terbuka.

Kedua belah pihak sama-sama menerjang ke depan dengan cepat, pedang kutung dari Wi-Tiong hong dengan kecepatan luar biasa langsung menusuk keatas bahu kiri Lan Kun pit.

Semua kejadian tersebut berlangsung dengan kecepatan luar biasa, Wi Tiong hong sama sekali tidak menyangka kalau disaat terakhir pihak lawan akan membuyarkan serangannya, dalam tertegunnya buru-buru dia merendahkan pergelangan tangannya dan menarik kembali pedangnya kebelakang.

Tapi sayang sudah terlambat selangkah, kutungan pedangnya itu sudah keburu menyambar diatas bahu kiri Lan Kun pit sehingga darah segar bercucuran dengan amat derasnya.

Perubahan yang terjadi amat tiba-tiba ini tak sempat di ikuti dengan jelas oleh siapapun, menanti semua orang dapat melihat jelas, Lan Kun pit sudah mundur dengan membawa lukanya.

Seluruh ujung bajunya disebelah kiri basah kuyup oleh cucuran darah kental, paras muka Lan Kun-pit dari hijau berubah menjadi pucat, mendadak dia membalikkan badan dan mencabut kipas peraknya yang menancap diatas dinding, setelah itu sambil melotot penuh kebencian, katanya dengan suara dingin:

"Orang she Wi, aku orang she Lan mengucapkan banyak terima kasih atas kesudianmu mengampuniku, bila kita bersua kembali dilain waktu, aku orang she Lan pun pasti akan mengampuni pula dirimu satu kali !"

Selesai berkata dta membalikkan badan dan berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut, sementara darah masih meleleh keluar dari lengannya, namun ia sama sekali tidak menggubris. Padahal Wi Tiong hong sama sekali tidak mengetahui bagaimana kejadiannya sehingga dalam keadaan berbahaya tadi, dia malah berbalik merebut kemenangan.

Tapi kalau di dengar dari perkataan Lan Kun pit. agaknya dia telah berbelas kasihan kepadanya dalam serangan tersebut, kesemuanya ini membuat pikirannya, bertambah bingung.

"Sungguh memalukan, syukur aku bisa lolos dari ancaman bahaya maut" demikian ia bergumam.

Itulah sebabnya tatkala Lan Kun pit selesai berkata segera berlalu, untuk beberapa saat lamanya dia malah tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, dia hanya bisa memandang bayangan tubuhnya dengan wajah tertegun dan mulut melongo.

Lak jiu im eng Thio Man segera mencibirkan bibirnya sambil berseru:

"Huuuh, ngomongnya saja besar, kenyataannya tak berkemampuan apa apa . . ."

Dalam pada itu Wi Tiong hong telah membuang kutungan pedangnya ke tanah, kemudian menjura kepada Thio Man sambil berkata:

"Aku telah merusak pedang nona, kejadian ini sungguh membuat hatiku merasa tidak tenang."

Thio Man menatap pemuda itu lekat lekat kemudian tersenyum, sahutnya:

"Aaaah, hanya sebilah pedang saja terhitung seberapa. Apa gunanya mesti dibicarakan !"

Sementara itu Seh Thian-yu telah mendorongkan sinar matanya yang tajam, kemudian sambil tertawa terkekeh katanya :

"Wi sauhiap, jurus serangan Tang hui hud-jiu mu yang diimbangi dengan tenaga To im ciat yang sinkang mu benar-benar sangat hebat, hari ini siaute benar benar merasa terbuka mataku." Waktu itu, Thian Khi cu juga sedang merasa keheranan karena Wi Tiong hong menggunakan jurus pembukaan Giok cu tiau thian dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat untuk mengatasi tusukan pedang dari Lan Kun pit dan kenyataannya berhasil.

Tapi setelah mendengar perkataan dari Seh Thian yu tersebut diam-diam dia baru mengangguk.

"Aaaah, betul, mengapa aku lupa kalau toa suheng berasal dari perguruan Siu lo bun?" demikian dia berpikir, "bukankah ilmu To im ciat yang sinkang merupakan rahasia dari perguruan Siu lo bun?"

Berpikir sampai disini, maka semua rasa curiganya pun turut lenyap tak berbekas.

Padahal Wi Tiong bong sendiri sama sekali tidak mengetahui apa yang disebut To im ciat yang sin kang itu, tapi berada dihadapan Seh Thian yu dia tak banyak berbicara.

Dengan wajah memerah karena jengah katanya kemudian: "Pujian dari Seh totiang hanya membuat aku merasa malu saja. .

."

Su Siau hui sendiripun menunjukkan perasaan tercengang, dia

berpaling dan berbisik-bisik dengan empek Ou nya yang berdiri dibelakang.

Empek Ou tersebut hanya manggut manggut tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kam Liu cu juga hanya tersenyum sambil duduk ditempatnya, dia membungkam juga dalam seribu bahasa.

Pada saat itulah congkoan pedang pita hijau Buyung Siu seperti sengaja mengangkat kepalanya dan memandang sekejap kearah Ban-kiam Hwee cu.

Ban kiam Hwee cu segera manggut-manggut.

Buyung Siu tertawa nyaring, tiba-tiba dia menjura ke arah Wi Tiong hong sembari berkata: "llmu pedang yang dimiliki Wi sauhiap amat lihay, siaute yang bodoh ingin sekali memohon beberapa petunjuk darimu."

Wi Tiong hong tertegun setelah mendengar perkataan itu, buru buru dia menjura sembari berkata:

"Buyung congkoan, harap kau jangan mentertawakan kepandaianku amat rendah, mana mungkin bisa menandingi kelihayan congkoan?"

Apa yang dikatakan memang merupakan suatu kenyataan, sebagaimana diketahui Buyung Siu bergelar Pau kiam suseng, kesempurnaannya dalam permainan pedang tentu saja luar biasa sekali, tidak banyak jago persilatan yang sanggup bertahan sebanyak sepuluh jurus di ujung pedangnya itu...

Padahal Wi Tiong hong sendiri hanya pernah mempelajari ilmu pedang Ji gi kiam-hoat saja, apapun alasannya, dia merasa bukan tandingan lawannya ini.

Sambil tersenyum Buyung Siu segera berkata "Wi sauhiap, mengapa kau harus merendah? Dalam pertarungan yang barusan berlangsung setiap orang dapat menyaksikan kelihayanmu itu, dan siaute ingin sekali mohon petunjuk, bila Wi sauhiap menampik, hal ini sama artinya dengan tak sudi memberi muka untukku?"

Wi Tiong hong menjadi tersipu-sipu.

"Tapi siaute benar-benar bukan tandingan dari Buyung congkoan" katanya pelan.

Ban kiam Hwee cu yang duduk dikursi utama segera mencorongkan sinar tajamnya, kemudian ujarnya sambil tersenyum:

"Kalau toh Buyung congkoan sudah mengajukan permintaan tersebut, lebih baik saudara Wi menemaninya bermain berapa jurus, Sudah lumrah bila antara umat persilatan melangsungkan suatu pertandingan."

Kam Liu cu berkerut kening, dia segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Liu Leng-po. Liu Leng-po yang mengenakan kain cadar hitam segera kelihatan bergerak, agaknya ia sedang menancapkan sesuatu.

Dalam pada itu, Pau kiam-suseng Buyung Siu telah berseru kembali sambil tertawa nyaring:

"Perkataan dari Hwee-cu memang benar, silahkan Wi sauhiap menghadiahkan beberapa jurus untuk siaute, kita hanya membatasi sampai saling menutul saja, tentunya Wi sauhiap tidak keberatan bukan ?"

Setelah mendengar ucapan lawan ini, Wi Tiong hong tahu kalau dia tak bisa menampik lagi, sebagai seorang pemuda yang berdarah panas, tentu saja dia segan mengaku kalah.

Maka tanpa berpikir panjang lagi dia mengangguk, katanya: "KaIau toh Buyung congkoan telah berkata demikian, akupun

hanya akan menurut perintah saja, cuma kepandaian silat siaute amat rendah, mungkin belum lagi sepuluh gebrakan, aku sudah menderita kekalahan di ujung pedang Buyung congkoan, harap congkoan berbelas kasih kepadaku nanti."

Ucapan tersebut bukan kata-kata merendah karena berbicara soal kepandaian silat bila Wi Tiong hong sanggup bertahan sebanyak sepuluh gebrakan di ujung pedang Buyung Siu pun, hal mana sudah merupakan sesuatu yang tidak gampang.

Dengan sinar mata yang memancarkan cahaya tajam, Buyung Siau tertawa ter-bahak.

"Haa... haaaa... haaaaa... Wi sauhiap memang pandai merendahkan diri sudahlah, silahkan kau meloloskan pedangmu !"

Kembali Wi Tiong hong nampak ragu-ragu.

"Tapi pedangku ini meski berkarat dan nampak tumpul, padahal..."

Untuk menunjukkan bahwa pedangnya tajam, sewaktu bertarung melawan Lan Kun pit tadi pun tak berani memakainya, apalagi saat ini hanya saling mencoba kepandaian, tentu saja dia lebih lebih tak berani untuk menggunakannya.

Tidak menanti sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, Buyung Siu telah manggut-manggut sambil menukas:

"Yaaa, Wi sauhiap menggembol pedang It sin-kiam salah satu diantara tiga pedang kenamaan dari perguruan Siu lo bun. Meski nampak tumpul dan berkarat, sesungguhnya merupakan sebilah pedang mestika. Siaute meski tak becus, namun masih bisa mengenali benda ini. Dari sini bisa diketahui bahwa kejujuran dan kebijaksanaan Wi sauhiap sangat mengagumkan sekali."

"Di dalam pertarungan kita ini, masing-masing pihak hanya ingin saling mencoba kekuatan, yang dipentingkan adalah perubahan jurus serta kekuatan tenaga, silahkan saja Wi sauhiap menggunakan pedang mana dan tidak usah ragu-ragu."

Berbicara sampai disitu, tangan kanannya menggenggam  gagang pedangnya dan mencabut keluar sebilah pedang berpita hijau.

Senjata yang digunakan oleh seorang congkoan pedang pita hijau dari Ban-kiam hwee tentu saja bukan sembarangan senjata, begitu diloloskan segera terbias cahaya hijau yang menyilaukan mata.

Sesungguhnya Wi Tiong hong sendiripun tidak tahu tentang asal usul pedang mestika yang berbentuk tumpul dan berkarat itu.

Hari ini, setelah mendengar keterangan Buyung Siu, dia baru tahu kalau pedang ini bernama Jit sio kiam merupakan salah satu diantara tiga bilah pedang mestika perguruan Siu-lo bun.

Siu lo bun. tiga patah kata ini segera menimbulkan banyak kecurigaan dalam hatinya.

Lencana besi yang diserahkan Paman tak dikenal kepadanya itu adalah lencana Siu lo ci leng yang merupakan benda paling berpengaruh dalam dunia persilatan, pedang yang digunakan juga merupakan Jit siu kiam, salah satu diantara tiga bilah pedang mestika Siu lo bun.

Kemudian ilmu Cay im jiu yang dua kali dipergunakan olehnya ternyata dianggap semua orang sebagai ilmu Siu lo lip.

Hingga kini, asal usdulnya masih belum jelas, paman tak dikenal namanya juga tak pernah menampakkan diri, tampaknya bila pamannya itu berhasil ditemukan, maka rahasia dari asal usulnya juga bakal terungkap dengan sendirinya.

Namun kalau disimpulkan dari kesemuanya ini, bisa diduga kalau paman tak diketahui namanya yang telah mendidik dan memeliharanya sejak kecil itu ada sangkut pautnya dengan Sio lo bun.

Entah dimanakah letak perguruan Siu lo bun itu ? Untuk menemukan jejak pamannya, terpaksa dia harus mengunjungi perguruan Siu lo bun tersebut.

Sementara itu Buyung Siu telah meloloskan pedangnya, tapi ketika ia berpaling, dijumpai nya Wi Tiong-hong hanya menggenggam gagang pedang sambil berdiri termangu-mangu disitu, seakan-akan sedang memikirkan suatu persoalan.

Keadaannya ini kontan saja membuat semua orang merasa keheranan, mereka tak tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda tersebut sehingga membuat ia nampak tak tenang.

Buyung Siu mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Wi Tiong-hong lekat-lekat, kemudian tegurnya:

"Wi sauhiap, harap kau segera meloloskan pedangmu"

Wi Tiong hong segera sadar kembali dari lamunannya, merah padam selembar pipinya karena jengah. buru buru dia menjura seraya menyahut.

"Aku akan segera turut perintah !"

Dia segera mencabut keluar pedang berkaratnya itu dari dalam sarung . . . Kali ini semua orang sudah mendengar dari Buyung Siu bahwasanya pedang berkarat yang tidak menarik itu sebenarnya adalah Jit siu kiam, salah satu diantara tiga pedang kenamaan dari Siu lo bun.

Oleh sebab itu, sorot mata semua orang pun bersama-sama dialihkan ke arah pedang Wi Tiong hong.

Sementara itu. Wi Tiong hong telah mengangkat pedangnya sambil membuka pertahanan pedang ditangan kanannya diangkat tegak lurus ke atas dengan tangan kiri di silangkan ke depan dada.

"Silahkan Buyung congkoan !"

Inilah jurus pertama dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat yang disebut Giok ca tiau thiau.

Giok ca tiau tian merupakan suatu sikap memberi hormat sebelum melancarkan suatu serangan, atau berarti bermaksud untuk mengalah, sebab harus menunggu sampai pihak lawan membuka serangan, ujung pedang mana babru bergerak meldepaskan gerakana berikutnya.

Hal ini merupakan suatu sikap memberi hormat, dan kebanyakan perguruan kenamaan mempunyai jurus pembukaan semacam ini.

Buyung Siu segera membuat pula gerakan menghormati katanya sambil tersenyum:

"Ada bedanya di antara tamu dengan tuan rumah, harap Wi sauhiap tidak usah sungkan-sungkan"

"Kalau begitu maafkanlah kelancanganku!" kata Wi Tiong hong kemudian sambil memberi hormat.

Kaki kirinya maju setengah langkah dengan tangan kiri membuat gerakan, sedangkan pedang ditangan kanannya melancarkan sodokan namun belum merupakan suatu ancaman .. . .

Melihat itu, Buyung Siu mendehem pelan, kemudian serunya: "Berhati-hatilah Wi sauhiap !" Pedangnya didorong kedepan, setitik cahaya bintang dengan membawa suara desingan tajam langsung menusuk ke dada Wi Tiong hong.

Dimulut dia masih mengatakan ’apa bedanya antara tuan rumah dan tamu", padahal dia sama sekali tidak bersedia mengalah.

Di dalam kenyataan, walaupun jurus serangan yang dilancarkan olehnya itu bergerak agak lamban, namun justru tiba pada sasarannya jauh lebih awal daripada gerakan lawan.

Wi Tiong hong tentu saja tak berani berayal setelah menghadapi serangan pedang lawan yang begitu cepat, tangan kirinya melakukan pancingan, dan pedangnya membabat ke arah kanan dengan jurus Ki bong lu cau (angin puyuh menyapu rumput)

Gerak serangan yang dilancarkan oleh Wi Tiong hong inipun dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tapi sebelum batang pedangnya sempat menghantam ujung pedang musuh, pedang Buyung Siu sudah miring ke samping dan mengebas ke kanan.

Padahal Buyuug Siu sedang melepaskan tusukan ke depan, tentu saja dia tak akan membuyarkan ancamannya ditengah jalan tanpa sebab musabab tertentu, bukan saja hal ini tak akan membentuk gerak serangan, seakan-akan juga bukan atas dasar kemauan sendiri.

Tentu saja bagi pandangan para ahli persilatan yang hadir disitu, dalam sekilas pandangan saja mereka sudah tahu kalau keadaan mana tidak jauh berbeda dengan keadaan yang dialami oleh Lan Kun-pit tadi.

Rupanya disaat Wi Tiong hong menggunakan jurus Giok cau tiau thian tadi, secara diam-diam dia melakukan pula gerakan menghisap dengan tangan kirinya menggunakan ilmu Ti-im ciat yang sinkang.

Buyung Siau memang tidak malu disebut ahli ilmu pedang, gerarkan tubuhnya benar benar sangat enteng dan cekatan.

Baru saja gerak pedangnya terhisap oleh kekuatan Wi Tiong hong,   tubuhnya   yang   enteng   sudah   melambung   ke   udara bersamaan waktu-nya, menyusul kemudian melayang turun di samping kiri Wi Tiong hong.

"Wi sauhiap, kau memang benar benar amat dahsyat." pujinya sambil tersenyum.

Ujung pedangnya miring kesamping dan melepaskan sebuah bacokan lagi.

Pada hakekatnya Wi Tiong hong tidak pernah menyangka kalau dalam gerak serangan yang pertama pun dia telah berhasil menghisap ke samping pedang lawan.

Sementara ia masih tertegun, mendadak dari depan mata sudah menyambar tiba pedang lawan, cepat dia berputar ke kiri pedangnya membentuk gerakan melingkar dan mengunci ke arah sebelah kiri

Buyung Siu memang hebat sekali, pedangnya seperti seekor naga sakti saja, dalam waktu singkat pedangnya dari satu berubah jadi dua, dari dua berubah jadi empat, dalam waktu singkat muncul tujuh delapan jalur bayangan sinar yang mengurung seluruh tubuhnya. 

Wi Tiong hong tak berani gegabah, dia segera memusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi datangnya ancaman lawan yang sangat hebat itu.

ooOd^wOoo

DALAM waktu singkat kedua belah pihak telah bertarung enam tujuh gebrakan lebih, ternyata masing-masing pihak tak berhasil meraih keuntungan apa-apa.

Dengan suara keras Buyung Siu segera berseru:

"Wi Sauhiap, ilmu pedang Ji gi kiam hoat mu benar benar sudah hapal dan menguasai..."

Mendadak permainan pedangnya berubah, dalam waktu singkat cahaya tajam berterbangan dan hawa pedang menguasai seluruh jagad dalam waktu singkat seluruh tubuh Wi Tiong-hong sudah terkurung di balik selapis cahaya pedang yang tajam.

Wi Tiong hong merasakan dari sekeliling tubuhnya seakan muncul berpuluh bayangan pedang yang menyerang datang bersama-sama hawa pedang yang menderu-deru serta daya tekanan yang berat memaksa pedangnya hampir boleh dibilang tak mampu di kembangkan.

Tidak! pada hakekatnya dia tak tahu bagaimana caranya untuk mengunci datangnya ancaman tersebut.

Dalam gelisahnya, tanpa terasa dia mengerahkan segenap kekuataan yang dimilikinya, tangan kirinya diayunkan berulang kali, sementara pedangnya berputar kencang lalu dibabat kearah depan.

Inilah jurus Pit juang tong keng (menutup jendela membaca doa

) sesungguhnya merupakan jurus pedang pelindung tubuh, tapi berhubung bayangan pedang tibanya cari empat penjuru dengan daya tekanan yang berat, maka ia segera mendorongnya kearah muka.

Seharusnya cahaya pedang yang melingkar diluar tubuh akan mengembang keluar, dan seharusnya bila membentur dengan bayangan pedang lawan maka akan terjadi serentetan suara benturan yang gemerincing sebelum dapat membendung datangnya berpuluh bayangan padang yang menyerang tiba itu.

Siapa tahu disaat pedangnya sedang diayunkan itulah, selapis bayangan pedang yang semula amat menyilaukan mata tadi tahu- tahu lenyap tak berbekas, yang nampak hanya sebilah pedang yang berkilauan langsung menusuk kearah kiri mengikuti gerak serangannya.

Kini, Wi Tiong hong baru mengerti, rupanya gerak serangan lawan benar-benar sudah dibuyarkan oleh ayunan tangan kirinya tadi, jelas pula membuktikan bahwa tanpa disadari dia telah mengeluarkan ilmu To-im ciat yang sinkang lagi, keadaan ini sama pula dengan beberapa kali dia lancarkan pukulan Cay im jiu yang mengandung tenaga Siu lo, semuanya muncul secara otomatis tanpa disadari oleh dirinya sendiri.

Sebab didalam serangannya kali ini, di saat tangan kirinya diayunkan kedepan tadi, dia sudah merasakan datangnya bayangan pedang yang bertubi-tubi dan dari setiap bayangan mana terpancar keluar kekuatan yang kuat sekali.

Namun begitu ayunan tangannya dilepaskan, semua daya tekanan yang berlapis-lapis itu berubah menjadi segulung aliran berarus kuat yang segera terpancing kesebelah kiri mengikuti gerak hisapan tangan kirinya.

Gulungan kekuatan yang maha dahsyat itu dengan cepat membuat lengan kirinya tergetar hingga hampir saja menjadi kaku, jantungnya berdebar keras dan hampir saja tak mampu menahan diri.

Semua peristiwa itu berlangsung sekejap mata disaat tangan kirinya diayunkan ke kiri tadi, kekuatan maha dahsyat itupun turut meluncur ke depan dan kekuatan yang ibaratnya amukan ombak samudra itu langsung melbuncur ke tengahd udara.

Itulah bayangan pedang yang bergabung menjadi satu dan apa yang terlihat sebagai sekilas cahaya pedang yang meluncur ke tengah udara tadi.

Setelah membuktikan kalau ilmu To im Ciat yang-sinkang miliknya benar-benar hebat, kejut dan girang yang menyelimuti perasaan Wi Tiong hong pun sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Buyung Siu yang melancarkan serangkaian serangan dahsyat itu sama sekali tidak memperlihatkan rasa kaget barang sedikitpun meski semua ancamannya kena dihisap sampai membuyar, seakan akan tindakannya itu sudah berada dalam dugaannya.

Dengan senyuman dikulum, dia manggut-manggut seperti seseorang yang mengagumi, tubuhnya juga ikut melayang mundur selangkah ke belakang. Bagaimana juga gerak-gerik seorang jago pedang kenamaan memang berbeda dengan kebanyakan orang, coba kalau orang lain yang ilmu pedangnya kena dipangkas, niscaya dari-malu mereka akan naik pitam.

Buyung Siu segera melayang kedepan lagi mengikuti gerakan pedang tersebut, kemudian pedangnya diayunkan ke kiri dan kanan bersamaan waktunya, selapis cahaya pedang bagaikan amukan badai dalam sekejap saja telah mengurung seluruh tubuh mereka berdua.

Kini, kedua sosok bayangan manusia itu sudah terbungkus oleh selapis kabut berwarna hijau yang tebal, apa yang terlihat pun hanya dua sosok bayangan kabur yang sedang bergerak kian kemari.

Setiap orang yang hadir dalam arena dapat merasakan bahwa gerak serangan pedang yang dilancarkan Buyung Siu sekarang, tampaknya jauh lebih hebat daripada serangannya pertama.

Lak jiu im eng Thio Man melototkan matanya bulat-bulat, dia merasa amat tegang, kepada kakaknya Thio Kun kay dia berbisik:

"Jiko, ilmu pedang apakah?"

Bwee hoa kiam Thio Kun kay menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian bisiknya.

"Serangan pedang yang dilancarkan Buyung Siu kelewat cepat, itulah sebabnya muncul bayangan semu seperti ini."

"Menurut pendapatmu, mungkinkah dia akan menjumpai ancaman bahaya maut ..?"

Yang dimaksudkan "dia" tentu saja Wi Tiong hong.

"Mereka sudah berjanji hanya akan terbatas saling menutul, aku pikir jiwanya tak akan sampai terancam bahaya maut" sahut Thio Kun kay cepat.

Sementara mereka masih berbisik-bisik, tiba-tiba terdengar Buyung Siu berseru: "Wi siauhiap, hati-hati!"

Cahaya pedang bayangan hijau mendadak lenyap tak berbekas, Buyung Siu juga ikut melejit satu kaki lebih, pedangnya segera di ayunkan dan tampak serentetan cahaya hijau yang memanjang langsung meluncur ke tubuh Wi Tiong hong.

Kali ini, bahkan Kam Liu cu pun turut melompat bangun secara tiba-tiba, serunya kaget: "llmu pedang terbang.."

Padahal Wi Tiong hong hanya mengandalkan ilmu pedang Ji gi kiam hoat saja untuk bertarung melawan Pau kiam suseng Buyung Siu yang sudah mencapai puncak kesempurnaan dalam ilmu pedang pada hakekatnya keadaan tersebut bagaikan raksasa besar bertemu orang kecil.

nucapan dari Buyung Siu memang amat bisa dipercaya, dia telah berjanji hanya akan saling menutul belaka maka andaikata dia menyaksikan Wi Tiong hong tidak mampu untuk menahan serangannya tersebut maka dia akan segera membuyarkan serangannya sambil menarik kembali pedangnya itu.

Wi Tiong hong merasa kagum dan terkejut pikirnya kemudian: "Kalau toh kau bermaksud mengalah, mengapa pula harus

bersikeras untuk beradu kekuatan denganku ?"

Sementara itu, cahaya pedang yang mengitari disekeliling tubuh Buyung Siu telah membuyar, sepasang bahunya bergerak dan tubuhnya sudah meluncur satu kaki jauhnya.

Wi Tiong hong yang tidak mengetahui sebab musabab orang itu mengundurkan diri, tentu saja hatinya merasa amat keheranan.

Disaat dia masih tertegun itulah, tampak serentetan cahaya pedang berwarna hijau dengan membawa sinar yang menyilaukan mata sudah menembusi angkasa dan langsung meluncur ke arahnya.

Cahaya pedang belum sampai, segulung hawa dingin telah memancar keluar sehingga membuat tubuh orang terasa sakit. Pada saat itulah, mendadak terdengar Buyung Siu berbisik dengan ilmu menyampaikan suara:

"Wi sauhiap, cepat gunakan tangan kirimu untuk menghisap kekuatan pedang tersebut !"

Semua peristiwa itu berlangsung dalam waktu singkat, baru saja suara bisikan itu berkumandang, cahaya tajam berwarna hijau sudah menyelimuti didepan mata, hawa pedang yang kuat pun mengurung sekeliling tubuh Wi-Tiong hong seluas satu kaki lebih.

Pada hakekatnya Wi Tiong hong tidak diberi kesempatan untuk berpikir panjang lagi, terpaksa dia mengayunkan tangan kirinya membuat gerakan aneh dan menyambut datangnya cahaya pedang tarsebutr.

Kalau dibicarakan sesungguhnqya sangat aneh, hawa pedang yang sebenarnya mengembang sampai seluas satu kaki tadi, dibawah hisapan tangan kirinya, tahu-tahu lenyap tak berbekas.

Bahkan cahaya kehijau bijauan itupun mendadak lenyap tak berbekas dan muncul sebagai bentuk aslinya yakni sebilah pedang berwarna hijau...

Begitu cahaya lenyap, entah sedari kapan tahu-tahu Buyung Siu telah berada tiga depa dihadapan Wi Tiong hong, namun pedangnya yang kena terhisap oleh Wi Tiong hong, sekarang ujung pedang sudah miring ke arah kiri.

Miringnya saja masih tak seberapa, terdengar "Sreeet!" segulung cahaya pedang yang tajam yang kena terhisap kesamping tadi mengikuti arah sasaran ujung pedang ini meluncur ke depan dan menghantam ke arah atap.

"Blaammmm !" suatu benturan dahsyat menggelegar memecahkan keheningan, tiga batang kayu tiang di atas atap rumah tersapu oleh cahaya pedang tersebut dan segera patah menjadi dua bagian, tak ampun lagi seluruh atap roboh ke bawah. Kekuatan kedahsyatan yang terbentang di depan mata itu segera membuat semua orang yang hadir dalam arena merasa terkesiap sekali.

Buyung Siu memang tak malu disebut seorang congkoan dari perkumpulan Bankiam hwee, cukup dengan serangan pedangnya ini saja, dalam dunia persilatan sudah jarang sekali ada orang yang sanggup menghadapinya... Tentu saja semua orang lebih terperanjat lagi terhadap kemampuan Wi Tiong hong, pada hal usianya masih muda, namun ilmu silatnya sudah mencapai tingkatan yang begitu hebat, sehingga serangan pedang terbang yang merupakan ilmu pedang paling tinggi dalam dunia persilatan pun berhasil dipatahkan.

Buyung Siu segera memutar pedangnya sambil melompat mundur sejauh beberapa depa, kemudian sambil memandang ke arah Ban kiam hweecu dia manggut-manggut.

Kemudian serunya sambil tertawa nyaring:

"Wi sauhiap memang hebat sekali, siaute mengaku kalah !"

Ucapan tersebut ternyata diutarakan oleh congkoan pedang pita hijau dari Ban kiam hwee, Pau-kiam suseng Buyung Siu, sesungguhnya keadaan mana benar-benar mengejutkan hati.

Seorang jago kenamaan yang sudah termashur selama banyak tahun ternyata mengaku kaIah didepan kawanan jago lihay dari pelbagai perguruan, tindakan semacam ini benar-benar merupakan sesuatu yang luar biasa. Kalah, tentu saja dia yang menderita kalah.

Setiap orang yang hadir dalam arem dapat melihat kalau dia telah mempergunakan tiga macam ilmu pedang yang berbeda, namun semuanya berhasil diatasi dengan ilmu To im ciat yang sinkang yang digunakan Wi Tiong hong.

Ilmu To im ciat yang sinkang dari Wi Tiong hong lah yang membuat semua kepandaian saktinya tak berguna, tapi kalau berbicara soal kesempurnaan dalam menggunakan pedang tentu saja Wi Tiong hong sukar untuk melampaui dirinya. Thian Khi cu dari Bu tong pay serta Sip cu taysu dari Siau lim pay sama-sama merasa tercengang dan diluar dugaan.

Terutama sekali para jago dari Bu tong pay seperti Keng hian tojin, Thio Kun kay serta Thio Man, hampir semuanya mengulumkan senyuman gembira.

Sebab bagaimana pun Wi Tiong hong telah menggunakan ilmu pedang dari Bu tong pay untuk mengungguli Lan Kun pit dan Buyung Siu secara beruntun.

Peristiwa itu bagi pihak Bu tong pay boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang pantas dicatat sebagai suatu kejadian yang membanggakan.

Dari sekian banyak jago silat yang hadir dalam arena, hanya Kam Liu cu seorang yang menyaksikan bagaimana Buyung Siu melemparkan kerlingan mata terhadap Ban kiam Hwee cu dan manggut-manggutkan kepalanya...

Dengan kening berkerut dan alis mata berkernyit, dia lantas berpikir:

"Tindakan yang dilakukan Congkoan pedang pita hijau Buyung Siu ini sudah pasti mengandung maksud yang dalam."

Seperti diketahui tadi Wi Tiong hong berhasil mematahkan serangan pedang lawan karena dia memperoleh petunjuk Buyung Siu dengan ilmu sampaikan suaranya, maka saat mendengar Buyung Siu mengumumkan kekalahan yavg diderita jago pedang tersebut, dia segera mendongakkan kepalanya dengan tertegun.

Akhirnya dengan wajah memerah dia masukkan kembali pedangnya kedalam sarung dan berseru sambil menjura:

"Berkat sikap Buyung Siu congkoan yang sedia mengalah, aku baru dapat mempertahankan diri secara paksa, kalau tidak, sejak tadi aku sudah tidak mampu menahan diri, yang pantas menerima kalah sebenarnya aku." Dengan sinar mata yang tajam, Buyung Siu kembali memandang sekejap kearah kawanan jago yang hadir dalam arena, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya:

"Hia, .haa.. haaa... walau pun sudah unggul Wi sauhiap tak sombong, jiwanya besar dan orangnya bijaksana, siaute benar- benar merasa kagum dengan manusia seperti ini. Ya, apa yang diucapkan Wi sauhiap memang benar, berbicara soal ilmu pedang, sekali pun saudara berlatih berapa tahm lagi pun sulit mengungguli aku dalam perubahan jurus serangan, dalam bidang pengalaman dalam bertarung pun siaute jauh lebih unggul

"Namun Wi sauhiap menguasahi penuh ilmu sakti To im ciat yang sinkang, hal mana membuat serangan-serangan pedang siaute hampir semuanya kena dipatahkan dan tak mampu melukai Wi sauhiap, hal ini merupakan kenyataan yang tak terbantahkan, itulah sebabnya dalam hasil pertarungan yang berlangsung sekarang. tentu saja Wi-sauhiap berada dipihak yg unggul"

Dengan perasaan tidak tenang Wi Tiong hong segera berkata: "Pujian dari Buyung congkoan benar-benar membuat aku merasa

tak punya muka untuk berbicara lagi . ."

Belum habis dia berkata, Ban kiam hweecu sudah bangkit berdiri dan menukas:

"Apa yang dikatakan Buyung congkoan memang benar dan hal ini merupakan suatu kenyataan, harap saudara Wi jangan merendah lagi."

Berbicara sampai disitu, pelan-pelan dia meninggalkan tempat duduknya dan berkata lebih jauh sambil tersenyum:

"Saudara, sudah lama aku dengar orang bilang kalau ilmu To yang ciat im sinkang melupakan ilmu rahasia dari Siu lo bun, dan ini dibuktikan sewaktu saudara Wi mematahkan serangan ilmu pedang terbang dari Buyung congkoan, kehebatanmu sungguh membuat pandangan mata kami semakin terbuka dan merasa kagum sekali .

." Setelah berhenti sejenak, pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah semua orang yang hadir disana, kemudian katanya lebih jauh:

"Perkumpulan kami selalu menggunakan Ban kiam sebagai nama panggilan dan ilmu pedang sebagai tulang punggung, meski tak berani menyebutkan diri sebagai nomor satu di dunia, namun kalau dibandingkan dengan berbagai perguruan dalam dunia persilatan, aku rasa tidak selisih jauh sekali. . ."

Perkataan dari Ban kiam Hwee cu itu diutarakan cukup sungkan, namun paras muka Sip cu taysu dari Siau-lim-pay dan Thian Kicu dari Bu tong pay segera menunjukkan perubahan aneh.

Hal ini dikarenakan lima Tat mo kiam hoat dari Siau lim-pay dan Ji-gi-kiam-hoat dari Bu tong pay merupakan ilmu pedang kaum lurus dalam dunia persilatan.

Maka berdasarkan ucapan dari Ban kiam hwee-cu barusan seolah-olah dia hendak menerangkan kalau ilmu pedangnya jauh berada diatas kelihayan ilmu pedang dua partai tersebut.

Betul Sip cu taysu dan Thian Khi cu merupakan orang beribadah yang memiliki imam tebal, toh ucapan mana menimbulkan perasaan tak enak di dalam hati mereka.

Namun Ban kiam hweecu sama sekali tidak menggubris mereka, mungkin dia memang sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap pihak Siau lim-pay maupun Bu tong pay.

Terdengar ia berkata lebih jauh: "Oleh sebab itu aku pun turut terpancing rasa ingin tahu ku untuk bertanding berapa jurus pada dengan saudara Wi, entah bagaimanakah menurut pendapat saudara Wi ?"

Wi Tiong-hong jadi terkesiap, diam-diam dia lantas berpikir.

"Ban-kiam hweecu menyebut dirinya sebagai Ban kiam ci ong atau raja diraja dari selaksa pedang, itu berarti kesempurnaan ilmu pedangnya masih jauh melampaui kemampuan congkoan dari pedang pita hijau. "Betul kalau ilmu To im ciat yang sin kang yang kuyakini berhasil mematahkan serangan pedang lawan secara berulang-ulang, tapi pihak lawan adalah seorang ketua dari suatu perguruan, bila berhasil mengungguli dia ? Bukankah hal ini menjadi tak enak?"

Berpikir sampai disitu, dengan perasaan bimbang segera ujarnya. "Ilmu pedang yang dimiliki Hwee cu mana mungkin bisa

kuhadapi ? Aku tak berani menerima tantanganmu itu."

"Saudara Wi, buat apa kau merendah?" seru Ban kiam hweecu dengan angkuhnya.

Selesai berkata, tangan kanannya menggenggam gagang pedang dan pelan-pelan dicabut ke luar.

Begitu pedang tersebut lolos dari sarungnya, semua orang baru dapat melihat bahwa pedang yang digunakan oleh Ban kiam hweee cu ini, berwarna kuning emas cahaya berkilauan yang tajam segera memancar ke empat penjuru.

Tampaknya Bankiam hweecu amat menyayangi pedang emasnya itu, ketika diloloskan dari sarungnya, dia lantas membelai batang pedangnya dengan tangan kirinya yang putih.

Pelan pelan dia mengangkat kepalanya, lalu berkata: "Saudara Wi, loloskan pedangnya."

Wi Tiong hong mundur selangkah dan menjura berulang kali, serunya:

"Harap hweecu sudi memaafkan, aku tak dapat memenuhi keinginanmu itu..."

Ban-kiam-hweecu mendengus dingin, pedang emasnya digetarkan sampai mendengung nyaring. kemudian sambil mendongakkan kepala nya dia berkata pelan:

"Siaute telah mencabut pedangku, pedang yang sudah diloloskan bagaimana mungkin bisa disimpan kembali ? Tujuan kita toh hanya menjajal kepandaian ? Bila saudara Wi menampik lagi, hal mana sama artinya dengan tidak memberi muka untuk siaute !"

Wi Tiong hong menunjukkan sikap keberatan, katanya lagi dengan nada tergagap:

"Hwee cu. bila kau berkata demikian maka hal ini sama artinya dengan memojokkan orang dalam kesulitan, Aku tahu kalau ilmu silat yang kumiliki amat cetek, bagaimana mungkin bisa menandingi kehebatan hweecu ? Soal ini..."

Berkilat sepatang mata Ban kiam hweecu setelah mendengar ucapan mana, dia tertawa ringan.

"Saudara Wi tak usah menampik lagi, bila kau tidak mau meloloskan pedangmu lagi, siaute akan segera melancarkan serangan lebih dahulu!"

Karena dipaksa dan dipojokkan berulang kali, akhirnya Wi Tiong hong berpikir:

"Aku menampik karena sudah kucoba berulang kali kalau tenaga To im ciat yang sia kang bisa mematahkan serangan pedang, demi menjaga nama baikmu seandainya aku berhasil mengunggulimu. maka aku mengalah terus, hmmm... siapa tahu kau malah mendesakku. berulang kali, memangnya kau anggap aku takut kepadamu?"

Setiap anak muda memang selalu dipengaruhi oleh rasa ingin menang, maka setelah berpikir sebentar, dengan kening berkerut dia tertawa nyaring.

"Hwee cu, kalau toh kau memaksaku berulang kali, bila aku menampik terus keinginanmu ini, pastilah kau akan menganggap aku sebagai manusia yang berjiwa sempit !"

Tergerak wajah Ban kiam hwee cu yang berwarna semu kuning itu. tanyanya kemudian sambil tertawa.

"Jadi saudara Wi sudah setuju ?" "Ya. daripada menampik lebih baik menurut perintah saja, aku akan melayani keinginanmu itu"

Selesai berkata, dia lantas menggerakkan pergelangan tangan kanannya dan meloloskan pedang Ji siu kiam tersebut dari dalam sarungnya.

"Nah, begitulah baru kegagahan seorang enghiong sejati!" seru Ban kiam Hwee cu sambil memuji.

Wi Tiong hong segera mengambil posisi dan pelan-pelan mengangkat tangan kirinya keatas kemudian sambil mendongakkan kepalanya ia berkata:

"Silahkan hwecu melancarkan serangan!"

Ban kiam hwecu menggerakan pedang emasnya, sementara sepasang matanya memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati, ditatapnya wajah Wi Tiong hong lekat-lekat, kemudian katanya:

"Mungkin pedang emas siaute ini tak akan terpengaruh oleh hisapan tenaga dalam mu, harap saudara Wi suka berhati-hati!"

Selesai berkata, pergelangan tangan kanan nya segera diangkat ke atas, dan pedang emas nya tersebut langsung didorong sejajar dengan dadanya.

Kam Liu cu yang mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba saja teringat dengan penampilan dari congkoan pedang pita hijau Buyung-Siu tadi, rupanya penampilan tersebut merupakan maksud hati dan Ban kiam hwee cu, kemudian setelah berhasil membuktikan Buyung Siu pun manggut-manggut lagi kearahnya.

Dengan cepat dia berpikir:

"Jadi nampaknya mereka memang ada maksud untuk mencoba kepandaian silatnya!"

Dalam pada itu, Wi Tiong hong sudah memeluk pedangnya didepan dada sambil mengawasi Ban kiam hwee cu lekat-lekat, dia telah bersiap sedia menantikan datangnya serangan pedang dari lawan.

Maka disaat dia mendengar kalau pedang emas itu tak akan terpengaruh oleh hisapan ilmu To im ciat yang sinkang, dari hati kecilnya segera muncul perasaan antipati.

Pikirnya: "Pedang pendek beracun dari Lan Kun pit dan pedang dari Buyung Siu pun berhasil kuhisap tanpa menggunakan tenaga besar masa pedang emasmu itu tak akan terpengaruh oleh tenaga hisapanku?"

Semula dia bermaksud untuk menahan diri dan berupaya agar tak membuat malunya pihak lawan, sebab bagaimana pun juga orang itu adalah seorang ketua dari Ban Kiam hwee, bahkan dia pun bertekad dalam hati kecilnya bila keadaan tak terlalu memaksa, dia akan berusaha untuk tidak menggunakan tenaga hisapan pada tangan kirinya.

Tetapi setelah mendengar perkataan mana, tanpa terasa timbullah perasaan ingin mencari menang sendiri di dalam hatinya, pikirnya:

"Hmmm, kau mengatakan aku tidak mampu maka aku akan membuktikan kepadamu kalau aku mampu atau tidak mampu untuk menghisap pedangmu itu!"

Pada jurus pembukaan Giok cu siu thian dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat tersebut, seharusnya gerakan lengan kirinya melakukan serangan lebih dulu kemudian baru di susul dengan gerakan pedang.

Tiba-tiba saja satu ingatan melintas dalam benaknya, dia sengaja menggerakkan pedangnya lebih dulu, kemudian tangan kirinya baru melakukan gerakan.

Inilah yang dinamakan ada maksud menanam bunga, bunga tak mau tumbuh, tiada maksud menanam pohon liu, pohon itu menganak rimba. Disaat bertarung melawan Lan Kun pit dan Buyung Siu tadi, Wi Tiong hong melakukan gerakannya dengan tiada tujuan, nyatanya semua serangan pedang lawan, ternyata ilmu To im-ciat yang sinkangnya seolah-olah kehilangan kemampuannya.

Walau pun gerakan pedang dari Ban kiam-hweecu dilancarkan amat lambat, tapi berhubung daya hisapan dari Wi Tiong hong tidak mendatangkan kemampuan sebagaimana mesti nya. maka kendati pedang nya tak menyerang dengan cepat, toh setitik bayangan emas dengan cepat mendekati juga jalan darah penting di-depan dadanya.

Sekarang Wi Tiong hong merasa terkejut, merah padam selembar wajahnya karena jengah, tidak sampai tusukan pedang lawan tiba pada sasarannya, pergelangan tangan kanannya segera digetarkan, pedang Jit sin kiam tersebut langsung dibacokkan ke atas pedang emas Ban kiam hweecu.

Cepat cepat Ban kiam hweecu menarik pergelangannya dan tiba tiba mengerutkan kembali ancamannya.

"Bagaimana buktinya ?" dia lantas berseru sambil tertawa ringan.

Ucapan yang bernada mencemooh ini dengan cepat mengobarkan hawa amarah didalam dada Wi Tiong hong, dengan cepatnya pedang tersebut ditarik kembali kemudian sambit berputar satu lingkaran di depan dada, ia mendorong senjatanya ke luar.

"Bagus , . ." bentak Ban kiam hweecu.

Dimana pergelangan tangannya digetarkan, segera muncullah berkuntum-kuntum bunga emas yang memancar di angkasa.

Ditengah berkelebatnya cahaya pedang, tiba-tiba saja tubuhnya berputar kencang, begitu meloloskan diri dari tusukan pedang Wi Tiong hong, sebuah serangan balasan segera dilancarkan.

Serangan pedangnya yang semula melakukan tusukan dengan gerakan pelan, dalam waktu singkat telah berubah menjadi cepat sekali. Secara beruntun dia lancarkan lima buah serangan berantai, angin pedang menderu-deru dan seluruh angkasa seraya diliputi kabut yang sangat tebal.

Wi Tiong-hong tidak menyangka kalau serangannya yang ke dua ini bisa berubah menjadi begitu cepat, dalam terkesiapnya cepat- cepat dia mundur beberapa langkah ke belakang.

Pedangnya kembali diputar kencang, menggunakan jurus ot goan bu si, cepat-cepat dia lepaskan serangan ke muka.

"Traaaaaanngg...!"

Sepasang pedang saling membentur membuat kuda kuda Wi Tiong hong menjadi tergempur, tak tahan lagi badannya, mundur setengah lang kah ke belakang.

Bukannya mundur, Ban kiam hweecu malah mendesak maju ke depan, tiba-tiba dia menerjang ke muka, pedangnya berhenti secara tiba-tiba dan segera tegurnya:

"Saudara Wi, siapa gurumu ?"

W Tiong hong tak mampu untuk menjawab, sebab dia memang tidak mengetahui siapakah nama paman tak bernama yang telah mewariskan ilmu silat kepadanya itu.

Sesudah termenung sejenak, akhirnya dia baru menjawab:

"Aku memperoleh pelajaran ilmu pedang ini dari Thian goan totiang dari Bu tong pay, cuma diantara kami tiada hubungan sebagai seorang guru dan murid."

"Hmm, aku rasa bukan dia ?" jengek Ban kiam hweecu dingin. "Bila hwee-cu tidak percaya, buat apa mesti bertanya lagi ?" seru

Wi Tiong hong dengan gusar.

"Sekalipun tidak kau katakan, aku pun tahu..."

Pedang emasnya didorong kedepan, tubuh dan pedangnya meluncur bersama melancarkan serangan dahsyat. Kini Wi Thiong hong tak berani bertindak secara gegabah lagi, pedang Jit siu kiamnya digetarkan kedepan dan menyongsong datangnya ancaman lawan.

Sebagaimana diketahui dia hanya bisa memainkan ilmu Jit gi kiam hoat melulu, maka-menghadapi serangan lawan yang datang secara bertubi-tubi itu, terpaksa dia harus bergerak mengikuti gerakan pedangnya, sejurus demi sejurus berputar terus tiada hentinya.

Sementara itu serangan yang dilancarkan oleh Ban kiam hweecu tersebut kian lama kian bertambah cepat, Wi Tiong hong yang harus mengandalkan ilmu padang Ji gi kiam hoat untuk menghadapi ancaman tersebut, sesungguhnya sulit bagi dia untuk menghadapi- ancaman-ancaman mana.

Dalam gerak tangkisan mana, dia merasa dibalik gulungan bayangan pedang lawan terselip desingan angin guntur yang membetot sukma.

Tapi kalau dipandang dari luar, serangan itu pun tidak begitu tangguh, hanya sambung menyambung tiada habisnya, hingga sulit bagi orang untuk membendungnya.

Diam-diam ia menjadi terkesiap sekali, pikirnya:

"Kalau aku harus menghadapi cahaya pedang yang datang secara berantai seperti ini, maka lama kelamaan aku bakal tak mampu untuk menahan diri, lebih baik aku menyerempet bahaya dan memaksakan pertarungan kekerasan saja...

Berpikir demikian, dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya, lalu diantara getaran pergelangan tangannya, ujung pedang itu berputar dua lingkaran ditengah udara, kemudian sambil membentak keras pedangnya langsung menerobos masuk ke balik cahaya pedang yang berlapis-lapis dari Ban kiam Hweecu tersebut.

Inilah jurus Pau im bu yang dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat. "Traaang, traaaang..." Di tengah selapis kabut pedang yang menyelimuti angkasa, segera terdengar suara benturan nyaring yang amat memekik telinga.

Akibat dari benturan tersebut, Wi Tiong-hong segera tergetar mundur sejauh dua langkah.

Tetapi dia maju kembali setelah mundur, begitu mendesak ke hadapan Wi Tiong hong, ujarnya tertawa:

"Sudah jelas saudara Wi adalah murid dari Sian soat kiam kek, mengapa kau tak mau mengakuinya?"

oodOwoo

"SIAN soat kiam kek?" seru Wi Tiong hong keheranan, "aku belum pernah dengar nama Sian soat kiam kek tersebut."

"Dari Kan sam ceng yang barusan kau pergunakan, bukankah masih ada satu getaran yang belum kau gunakan?"

Pedangnya digetarkan lagi sehingga muncul bunga pedang yang menyelimuti angkasa, dia langsung mengurung seluruh tubuh Wi Tiong-hong...

Selama ini, Wi Tiong hong boleh di bilang belum pernah mendengar tentang Kan-sam-ceng, tapi kalau didengar dari nada ucapannya itu, agaknya tadi ia telah mempergunakan dua kali serangan menggetar

Padahal di dalam melancarkan serangannya tadi, pertama kali dia menggunakan jurus lt goan bu si dan pada kedua kalinya menggunakan jurus Pau im hu yang.

Betul kalau memang masih ada satu jurus lagi yang bernama Sam hoa ki teng atau tiga bunga mengumpul dipuncak, jurus itupun merupakan sebuah jurus serangan yang khusus dipakai untuk menggetarkan pedang atau senjata lawan. Ingatan mana melintas dalam benaknya, dia pun tak berani berayal lagi, pergelangan tangannya digetarkan ujung pedang Jit siu kiam sudah berputar tiga lingkaran di tengah udara untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut.

"Traaang..."

Sewaktu dia memutar senjata untuk ketiga kalinya, mendadak terasa getaran keras menggelegar diudara, kemudian pergelangan tangannya menjadi kaku dan pedangnya terlepas dari genggaman...

Dalam terkejutnya, buru-buru dia melompat mundur ke belakang.

Di dalam anggapannya, pertarungan itu merupakan suatu pertarungan adu kekuatan, apabila sudah dijanjikan hanya saling menutul dengan terlepasnya senjata tersebut dari cekalannya, sudah sewajarnya Ban kiam-hweecu pun menghentikan serangannya.

Siapa tahu ketika ia mendongakkan kepalanya, tampak Ban-kiam hweecu sudah menggetarkan pedang emasnya ditengah udara, kemudian tubuh berikut pedangnya menyerang maju ke muka.

Pedang emasnya itu menyebar ditengah udara bagaikan beribu- ribu cahaya emas yang berhamburan di tengah udara.

Pedang yang berada dalam genggaman Wi Tiong hong telah terlepas, sekarang dia berada dalam keadaan tak bersenjata, mimpipun tidak diduga olehnya kalau Ban kiam Hwee cu akan menyusulnya dengan serangan lain yang jauh lebih dahsyat.

Tindakan tersebut kontan saja membuat hatinya gusar bercampur terkesiap.

Tampak cahaya emas itu meluncur datang dengan amat cepatnya, dia segera mundur berulang kali, sementara tangan kirinya tanpa terasa melakukan gerakan untuk melancarkan hisapan, sementara tangan kanannya berputar membentuk satu lingkaran di depan dadanya dan "weess" sebuah pukulan telah dilontarkan. Menyaksikan pemuda itu lagi lagi melakukan gerakan menghisap. tanpa terasa Ban kiam bwee cu tertawa geli, ejeknya:

"Pedang naga mestika ini tak akan mempan untuk di hlsap dengan mutiara penghisap pedang.."

Baru saja dia selesai berkata, mendadak terasa ada segulung tenaga pukulan yang sangat dahsyat membacok datang, ternyata tenaga tersebut menghantam kearah pedangnya dan membuat serangan tersebut tahu-tahu terhenti ditengah jalan.

Dengan perasaan terkesiap, dia berpekik:

"Serangan yang dilancarkan orang ini ternyata mampu menahan serangan pedangku, ilmu pukulan macam apakah ini?"

Diam-diam ia menghimpun tenaga murninya, kemudian pedang emas itu melancarkan serangkaian serangan memantul ketengah udara.

Sekarang, dia telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya keujung pedang.

Tampak beribu-ribu buah benang emas mendadak memancarkan angin pedang yang dahsyat seperti anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur kedepan dan menyambar kemana-mana bagaikan hujan badai.

Wi Tiong hong mundur terus kebelakang berulang kali, dengan sekuat tenaga, ia melancarkan dua buah bacokan dahsyat untuk membendung serangan lawan, sementara tubuhnya melompat mundur ke belakang.

Darimana dia tahu kalau Ban kiam hweecu telah mengerahkan segenap tenaga dalamnya dan menyalurkan keujung pedang tersebut karena angin pukulannya berhasil menahan gerakan pedangnya tadi ?

Sekarang, Ban kiam hweecu telah mengeluarkan hawa pedang kiam khi nya ke ujung senjata tersebut, bayangkan saja, bagaimana mungkin Wi Tiong hong bisa membendung serangannya tersebut dengan kekuatan tenaga pukulannya.

Tampak beribu benang emas itu meluncar datang dengan cepatnya dan mendesak tiba secara bertubi-tubi, ia menjadi terperanjat sekali, tangan kirinya diputar kencang, kemudian membacok lagi dengan jurus Ngo ting kay san (Ngo ting membuka gunung).

Baru saja serangannya dilancarkan terasa desingan angin tajam hampir saja menyentuh telapak tangannya. setiap jalur benar emas itu semuanya terasa tajam bagaikan sayatan pedang, buru buru dia menarik kembali telapak tangan kirinya yang sedang melepaskan serangan tersebut.

Sementara dia menjadi sangat kaget, beribu benang emas yang membawa kilauan cahaya tajam tersebut sudah meluncur ke hadapan tubuhnya dengan kecepatan luar biasa.

Dengan demikian, depan belakang, kiri mau pun kanan tubuh Wi Tiong hong sudah terkurung rapat oleh cahaya pedang lawan.

Sementara itu, seluruh perhatian dari kawanan jago yang berkumpul diseluruh arena telah tertarik oleh permainan jurus Ban kiam ki hui (selaksa pedang menghimpun sinar) yang sedang digunakan oleh Ban kiam hweecu tersebut, mereka boleh dibilang terpukau oleh jalur-jalur benang emas yang terpancar dari pedang jagoan tersebut.

Wi Tiong hong yang dipaksa mundur berulang kali benar-benar dibuat marah sekali, menyaksikan datangnya cahaya emas yang menyambar ke hadapannya, padahal dia sama sekali tak bersenjata apa-apa, dia menjadi bingung dan tak tahu dengan cara apakah harus menyongsong datangnya ancaman tersebut.

Mendadak ia teringat kalau dalam sakunya masih terdapat sebatang pena baja (pena itu merupakan lencana pena baja yang merupakan tanda pengenal dari Thi pit pangcu), dalam keadaan begini tanpa berpikir panjang lagi dia merogoh kedalam sakunya dan mencabut keluar benda mana. Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, begitu pena tersebut digenggam, dalam benaknya pun terlintas pula jurus Hong-nong sam tian tau (burung hang mengangguk tiga kali) yang dilukis Thi pit pangcu dalam kotak tersebut.

Pada saat itu, pada hakekatnya dia tidak mempunyai waktu lagi untuk berpikir panjang, tangan kirinya segera melakukan gerakan aneh sambil maju ke depan, sementara pena baja ditangan kanannya menyongsong datangnya cahaya emas itu dan melancarkan sebuah serangan.

Sesungguhnya Ban kiam hwecu sama sekali tidak mempunyai maksud untuk melukai Wi Tiong hong, justru karena pukulan Siu lo ik yang dilepaskan si anak muda tadi terhenti ditengah jalan, maka dalam kejut dan terkesiap dia salurkan segenap hawa murninya ke ujung senjata.

Tatkala menyaksikan Wi Tiong hong terdesak mundur berulang kali tadi, dia pun berencana untuk menarik kembali serangannya.

Siapa sangka pada saat inilah Wi Tiong hong telah mengayunkan pergelangan tangannya dan tahu-tahu di tangannya telah bertambah dengan sebatang pena baja yang secara beruntun meledakkan tiga titik bayangan pena yang menyilaukan mata.

"Triiing Triing... Traang..!" Kalau pada dua dentingan yang pertama berasal dari benturan ujung pena dengan ujung pedang, maka pada benturan yang terakhir itu merupakan benturan nyaring yang memekikkan telinga.

"Trang..!" sekali lagi terdengar suara bunyi nyaring yang memekikkan telinga.

Hawa pedang dan cahaya emas segera lenyap tak berbekas, Ban kiam bweecu cepat mundur dua langkah dan menundukkan kepalanya untuk memeriksa senjata sendiri.

Tiba-tiba ia menjerit kaget. Ternyata pedang emas mestikanya yang tajam luar biasa itu pedang naga emas, kini sudah terpotong oleh babatan pena Wi Tiong-hong sehingga patah dan tinggal separuh.

Peristiwa ini bukan saja membuat Ban kiam kweecu merasa terperanjat sekali, Wi Tiong hong yang berada di hadapannya pun dibuat tertegun sampai berdiri termangu-mangu.

Setiap jago yang hadir dalam arena pun merasakan kejadian itu sebagai suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, rata-rata mereka menunjukkan rasa kaget dan tercengang yang luar biasa.

Ban kiam hweecu membelalakkan matanya lebar-lebar dan mengawasi tangan Wi Tiong hong tanpa berkedip, lewat berapa saat kemudian ia baru berkata dengan nada terkesiap:

"Lou bun si ? Benda yang berada ditangan mu itu adalah Lou bun si.?"

Dengan cepat Wi Tiong hong menggeleng.

"Bukan, pena milikku ini merupakan lencana pena baja, benda pengenal dari ketua Thi pit pang" sembari berkata, tanpa terasa dia mengangkat tangannya tinggi tinggi.

Dengan diangkatnya pena tersebut ke udara maka semua orang dapat menyaksikan dengan lebih jelas lagi,

Pada ujung pena baja yang berada ditangan Wi Tiong hong tersebut sudah jelas kena terpapas sebagian oleh ketajaman pedang Kim liong kiam sehingga nampak ujung pena lainnya yang berwarna kehijau hijauan..

Seh Thian yu yang menyaksikan hal tersebut segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaahh...haaahh..haaahh... ternyata memang Lou bun si yang asIi!"

Wi Tiong hong memeriksa lagi pena bajanya sekejap, kemudian sembari menjura kepada Ban kiam bwecu, dia berkata: "Aku benar-benar tidak mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga pedang mestika milik Hwe cu telah rusak."

-OooOdwOooO-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar