Pedang Karat Pena Beraksara Jilid 05

Jilid 05

ITULAH sebabnya begitu mendengar suhengnya memanggil dia lantas menarik kembali pedangnya dan bersama-sama Ko thian seng mengundurkan diri dari situ.

Dalam pada itu, perempuan berbaju hitam tadi sudah berada lima enam kaki didepan ruangan, mendadak diapun menghentikan langkahnya.

Beng Kian ho sebagai tuan ruman juga berdiri didepan ruangan dengan wajah serius, dalam anggapannya pihak lawan pasti akan mengatakan sesuatu setelah berhenti.

Siapa tahu meski sudah dinantikan sekian lamapun, perempuan berbaju hitam yang membawa baki perak itu masih tetap tidak maju maupun berbicara dia hanya berdiri disana tanpa bergerak barang sedikitpun jua.

Habis sudah kesabaran Beng Kian hoo, dengan wajah serius pelan-pelan dia berkata: "Sobat, sebenarnya apa tujuanmu?" Perempuan berbaju hitam itu masih saja membungkam dalam seribu bahasa. "Bu liang siu hud"

Mendadak Keng hian tojin bangkit berdiri, setelah memberi hormat kepada Beng Kian hoo, katanya.

"Kalau toh kedatangan Thian Sat nio disebabkan benda yang dibegal dari perusahaan Ban li piaukiok milik suteku, lebih baik biar pinto saja yang menanyai dia"

Begitu tojin itu berdiri, Keng jin tojin, Bwe hoa kiam Thio Kun kai serta Lakjiu im seng Thio Man turut bangkit berdiri pula.

Dengan demikian maka orang yang berada di meja perjamuan sebelah kiri telah bangkit berdiri. Sebaliknya di meja perjamuan sebelah kanan, hanya Ma koan lojin Thi lohan Kwong beng hwesio, si Naga tua berekor botak To Sam seng serta sastrawan berbaju hijau saja yang masih tetap duduk ditempat semula tanpa bergerak.

Berbarengan dengan berdirinya Keng hian tojin, si Golok pengejar angin Hee ho Nian segera tertawa seram seraya berkata.

"Heeeeh , , , heeeh . . heeeh . , . mengapa kita mesti memperdulikan siapakah Thian Sat nio itu, selamanya locu memang tak kenal rasa kasihan, kalau budak ingusan ini masih berani berlagak sok rahasia didepan kita lebih baik di habisi dulu nyawanya."

Sambil membentak keras tubuhnya segera menyerobot didepan Keng hian tojin dan menerjang keluar dari ruangan itu.

Si perempuan berbaju hitam itu masih tetap berdiri tak berkutik sehingga tetap ditempat semula, walaupun paras mukanya yang tertutup kain kerudung hitam itu tak nampak jelas, akan tetapi pada saat si Golok pengejar angin Hee ho Nian menerjang keluar dari ruangan tengah itu ia segera mendengus dingin-

Dengusan dingin itu dinginnya luar biasa, pada hakekatnya tidak mirip suara dengusan manusia, sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi siapapun yang mendengarnya. Mendadak . . . dia mengangkat lengan kanannya, kemudian mengeluarkan telapak tangannya yang berwarna putih dari balik ujung bajunya yang lebar.

Tangan itu kelihatan sangat indah, putih bersih dan lembut dengan jari-jari tangan yang ramping dan halus, diatas kukunya tampak pula cat kuku berwarna merah.

Cukup dilihat dari telapak tangan itu saja dapat diketahui kalau perempuan berbaju hitam itu selain masih muda, kemungkinan sekali wajahnya Cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.

Tiba-tiba perempuan berbaju hitam itu mengambil sebuah golok Liu yap-to sepanjang tujuh inci dari atas baki peraknya, kemudian segera dilemparkan ketengah udara.

Sekarang semua orang baru tahu, rupanya isi baki perak itu adalah pisau terbang, pisau terbang Liu yap bui to yang sudah pernah menyambar masuk kedalam ruangan.

Tapi, mengapakah dia melemparkan pisau terbang itu ketengah udara? Apa maksudnya ?? Suatu peristiwa aneh pun terjadi pada saat itu. Ternyata perempuan berbaju hitam itu memiliki suatu kepandaian ilmu melepaskan pisau terbang yang sangat lihay, ketika melemparkan pisau terbangnya tadi, senjata tersebut tertuju keatas tanpa menimbulkan sedikit suarapun, tapi ketika pisau itu berada ditengah udara, entah bagaimana berputarnya tahu tahu sudah meluncur kembali kebawah dengan disertai desingan tajam yang amat memekikkan telinga.

"Sreeeet. . ."

Serentetan cahaya bianglala berwarna perak secepat kilat menyambar ke muka dan menerjang ke dada si Golok pengejar angin Hee ho Nian.

Kang pak siang kiat merupakan gembong dari golongan hitam yang cukup termashur namanya di wilayah utara sungai besar, sebagaijagoan   kenamaan   yang   sudah   banyak   tahun   malang melintang dalam dunia persilatan, tentusaja reaksi dari si Golok pengejar angin Heeho Nian cukup cekatan.

Ketika ia menyaksikan si perempuan berbaju hitam itu mengambil pisau terbang sambil melemparkan ke tengah udara tadi, diam ia sudah waspada, maka tatkala dilihatnya pisau terbang itu tertuju ke dadanya- kontan saja ia tertawa terbahak bahak.

"Haaahhh . . . haaahhh , . . . haaahhh . . . rupanya kaU hanya memiliki kepandaian semacam ini. . ."

Sambil mengangkatpergelangantangannya, dia memutar golok Yan leng to miliknya sambil menyambut datangnya sambaran pisau terbang tadi.

Suara bentakan belum lagi habis diutarakan dengan mendadak terdengar suara benturan nyaring bergema memecahkan keheningan- . . "Traaang Traaang "

Menyusul berkumandang pula suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati.

Cahaya perak menyambar lewat lalu lenyap. secepat sambaran kilat pisau terbang liu yap-hui-to tadi sudah menembusi dada si Golok pengejar angin Hee ho Nian, kemudian setelah membentuk gerakan setengah busur melayang balik kembali keatas baki perak yang berada ditangan perempuan berbaju hitam itu.

Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, baru saja pisau terbang itu "Traang "jatuh kembali diatas baki perak. dipihak lain tubuh si Golok pengejar angin Hee ho Niaa telah roboh terjengkang diatas tanah dengan darah segar bercucuran membasahi seluruh permukaan tanah.

Padahal sewaktu bertarung melawan Tok Hay ji tadi, semua orang sempat melihat permainan golok berantai dari si Golok pengejar angin cepat bagaikan sambaran kilat dengan perubahan yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Siapa tahu dalam kenyataannya sekarang, dalam waktu yang begitu singkat dan cepat dia telah tewas diujung pisau terbang lawan,

Menyaksikan saudara angkatnya tewas, Si Dewa raja kuda Ku Tay tong menjadi berang, dengan sepasang mata berwarna merah menyala bentaknya keras-keras. "Budak keparat, serahkan selembar jiwamu"

Sepasang kakinya segera menjejak tanah sambil menubruk kearah perempuan berbaju hitam itu, begitu orangnya tiba golok pun tiba, dengan ganas dia menusuk dada perempuan berbaju hitam itu.

Kali ini semua orang tak sempat menyaksikan bagaimana caranya perempuan berbaju hitam itu turun tangan hanya terdengar desingan angin tajam yang menyertai kilatan cahaya tajam membelah angkasa, tahu-tahu pisau terbang itu kembali sudah beraksi.

cahaya perak berkelebat lewat, jeritan ngeri berkumandang saling menyusul, dan kemudian "Tiaang" pisau terbang tadi sudah melayang balik keatas baki perak.

Dewa raja kuda Ku Tay tong yang berperawakan tinggi besar itu tahu-tahu sudah roboh terkapar diatas tanah, darah segera menyembur keluar dari punggungnya.

Peristiwa ini benar-benar menggetarkan hati setiap orang, kontan saja paras muka semua orang berubah hebat.

Dengan sorot mata yang tajam tapi jeli, perempuan berbaju hitam itu memandang Sekejap ke arah dua sosok mayat yang terkapar ditanah itu, kemudian sambil mendengus jengeknya.

"Walaupun kau sanggup menghindari beribu ribu kali bacokan tetapi jangan harap bisa menghindari bacokan dari Thian Sat nio"

Suaranya dingin menyeramkan seakan-akan angin dingin yang berhembus keluar dari dalam gudang es, setiap patah kata dapat membekukan suasana, membuat setiap orang merasakan hatinya bergidik.

Paras muka Tok Hayji berubah manjadi pucat pias seperti mayat. sambil bersembunyi dipojok ruangan tengah, jeritnya berulang kali dengan suara-keras. "Pembantaian sudah dimulai... pembantaian sudah dimulai..."

"Siancay, Siancay ..."

Keng hian tojin merangkap tangannya didepan dada sambil menjura ke langit, kemudian dengan kening berkerut dia meloloskan pedangnya dari sarung dan menegur dengan suara nyaring.

"Nona, siapakah kau, hatimu sungguh amat keji dan buas, terpaksa pinto harus mencoba sampai dimanakah kekejaman dari pisau terbangmu."

Begitu dia meloloskan pedangnya, terdengar "criiing"

"criing" Keng jin tojin, Bwe hoa kian Thio Kun kai serta Lakjiu im eng Thio Man bersama-sama meloloskan pula pedangnya .

Suasana tegang segera menyelimuti seluruh ruangan, nampak suatu pertarungan sengit segera akan berlangsung disana.

Ma koan tojin yang selama ini memejamkan matanya dengan wajah hambar, mendadak mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap kewajah semua orang, kemudian bentaknya keras-keras.

"Toyu dariBu tong pay harap tunggu sebentar."

Keng hian tojin tertegun, kemudian sambil menjura dia bertanya. "To tiang masih ada petunjuk apa ?"

Ma koan tojin tertawa seram, katanya.

"Aku lihat dibelakangan perempuan ini tampak masih ada seorang jago lihay yang mengendalikan pisau terbang itu "

Mendengar perkataan itu, si Naga tua berekor botak To Sam seng segera tertawa ter-bahak. "Haahh .. . haaah - . . lohu tidak percaya dengan segala macam permainan setan"

Dia segera melejit ketengah udara, kemudian bagaikan seekor burung rajawali raksasa ecepat kilat dia meluncur ke bawah dan menerjang batok kepala perempuan berbaju hitam itu.

Keng hian tojin sebetulnya sudah tiba didepan pintu ruangan, tapi berhubung dilihatnya si Naga tua berekor botak sudah menyerang mendahului dia, terpaksa ia harus mengurungkan niatnya. "Blaaammm . . ."

Semua orang tak sempat melihat jelas apa yang terjadi, didepan ruangan telah terjadi suara benturan keras yang memekikkan telinga, menyusul kemudian tampak angin puyuh menderu-deru menyapu seluruh jagad.

Sambil melayang turun ke atas tanah, si naga tua berekor botak To Sam seng segera membentak keras.

"Bangsat, siapa yang telah menyergap lohu?"

Ternyata dalam waktu yang amat singkat, di-hadapan telah bertambah lagi dengan sesosok tubuh manusia.

orang itupun seorang manusia aneh berbaju serba hitam yang hanya nampak sepasang matanya saja.

Sejak beradu tenaga dengan musuhnya ditengah udara barusan, si Naga tua berekor botak To Sam seng sudah merasakan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu, diam-diam dia tertegun, kemudian dengan sinar memancarkan cahaya berkilat, dia tertawa terkekeh kekeh.

"Heehhh . . . heeeehhh . . . heeeehhh . . . bagus, bagus sekali

..."

Sambil bergelak maju kedepan, sebuah pukulan dahsyat kembali dilontarkan kedepan. Si Naga tua berekor botak To Sam seng sudah lama menjagoi wilayah Huan yang, tentu saja kepandaian silat yang dimilikinya luar biasa sekali.

Tampak tubuhnya melompat kedepan sejauh beberapa kaki, ketika telapak tangannya diayunkan kedepan, secara tepat sekali mengancam dada manusia aneh berbaju hitam itu.

Kelima jari tangannya setengah ditekuk dan kemudian dengan telapak tangan, ia cengkeram tubuh manusia aneh berbaju hitam itu, selain gerakan cepat, jurus ancamannya juga aneh, kesempurnaan tenaga dalamnya jarang sekali dijumpai di-dunia ini.

Melihat pihak lawan menerjang tiba, manusia berbaju hitam itu tidak berdiam diri belaka, sambil memutar badan diapun melepaskan sebuah bacokan kemuka.

Begitu pertarungan berlangsung, kedua belah pihak sama-sama saling menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, sedemikian cepatnya sehingga sukar untuk diikuti dengan pandangan mata, Dalam waktu singkat hawa pembunuhan menyelimuti seluruh arena, jangan toh terkena serangan secara telak. sekalipun tersambar oleh ujung baju masing-masingpun bisa jadi akan mengakibatkan suatu kematian yang mengerikan.

Pertempuran ini segera memancing perhatian dari semua orang yang berada dalam arena itu, melihat kelihayan dari jalannya pertarungan, semua orang segera menahan napas sambil membelalakan matanya lebar-lebar.

Bila menjumpai suatu gerakan yang indah atau hebat, semua orang bersorak memuji, tapi bila menjumpai keadaan yang menegangkan syaraf, semua orang membelalakan mata dengan pandangan terkesiap.

Ditengah ketegangan yang mencengkam seluruh jagat itulah, mendadak berkumandang suara desingan angin tajam memekikkan telinga, "Sreeeet. . ." Menyusul kemudian jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang dalam ruangan...

"Blaaamm"

seseorang kembali jatuh kelantai dan menemui ajalnya secara mengerikan-

"Traaaaag" itulah utara pisau terbang Liu yap to yang jatuh kembali keatas baki perak.

Semua orang merasakan hatinya tercekat dan buru-buru berpaling, ternyata yang jadi korban kali ini ialah cuan iman Li Goan tong wakil Congpiautau dari perusahaan An wan piaukiok ia dijumpai sudah terkapar ditanah bermandikan darah segar.

Tak bisu disangkal lagi, dadanya telah ditembusi oleh pisau tarbang Liu yap hui to, atau dengan perkataan lain, perempuan berbaju hitam itu lagi- lagi meminta korban.

Melihat adik seperguruannya tewas secara mengenaskan, Beng Kian ho menjerit keras, kemudian bentaknya.

"Budak keparat, lohu akan beradu jiwa denganmu!!"

Sepasang telapak tangannya segera diayunkan kedepan, kemudian kakinya menginjak tanah dan menerjang ke muka.

Ting ci kang menjadi terperanjat sekali setelah menyaksikan kejadian tersebut.

Ia tahu Beng Kiaa ho sebagai tuan rumah tentu takkan menggembol senjata, padahal perempuan berbaju hitam itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, dia kuatir sahabatnya itu tertimpa musibah.

Tanpa sangsi lagi dia mencabut keluar sebatang senjata Bin cong pitnya dan menerjang pula ke depan, teriaknya.

"Beng loko, serahkan saja budak ini kepada siaute" Semua kejadian itu berlangsung dalam waktu singkat, baru saja Beng Kian ho menerjang ke muka, mendadak terdengar seseorang membentak dengan suara merdu. "Kembali"

Segulung cahaya putih meluncur datang diri depan wuwungan rumah, namun tak nampak jelas bayangan apakah itu hanya terasa desingan angin tajam menyambar datang dan tahu tahu ia tak sempat untuk berkelit lagi.

Dengan gusar Beng Kian ho membentak keras, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan menghantam bayangan itu dengan sepenuh tenaga.

Pada saat itu, hawa amarah Beng Kian ho sudah mencapai pada puncaknya, tanpa perdulikan segala sesuatu lagi dia menyerang dengan sepenuh tenaga, kedahsyatannya cukup untuk menghancurkan sebuah batu gunung ...

Siapa tahu, baru saja tenaga serangannya dilontarkan kemuka, bagaikan menumbuk diatas sebuah benda yang amat lunak saja, ketika tubuhnya termakan oleh getaran lawannya yang pelan, badannya segera rontok kembali keatas tanah.

Dengan hati tertegun dia lantas mendongakkan kepalanya memperhatikan benda yang menyerang dirinya dari wuwungan rumah sebelah depan itu, ternyata dia adalah seorang manusia berbaju putih yang kurus kecil dan mengenakan pakaian serba putih dengan kain kerudung berwarna putih pula . . .

Ditangan orang berbaju putih itu membawa sebuah angkin (ikat pinggang) sepanjang belasan kaki yang menari-nari diudara seperti bianglala, waktu itu orang tapi sedang bertarung melawan Ting ci kang.

Bagaimanapun juga Beng Kian ho adalah seorang kenamaan, tentu saja dia enggan untuk bertarung dua lawan situ, dengan cepat dia meninggalkan lawannya itu dengan menerjang kearah si perempuan berbaju hitam. Siapa tahu baru saja dia menggerakan tubuhnya manusia berjubah putih itu sudah membentak keras. "Berhenti kau ini..."

Angkin warna warni itu mendadak menyambar kedepan diiringi suara desingan angin tajam kemudian dengan dahsyatnya menggulung ke-arah tubuh Beng Kian ho.

Ting ci kang membentak keras, pena emasnya ditutulkan kemuka denganjurus Hong hong tiam tau ( burung hong memangguk) selapis cahaya emas yang menyilaukan mata segera menyerang tubuh manusia berbaju putih itu.

pada saat yang bersamaan, Beng Kian ho melepaskan pula sebuah pukulan dahsyat kearah tubuh manusia berbaju putih itu.

Menghadapi dua ancaman yang datang dari dua arah yang berlawanan, manusia berbaju putih itu menggetarkan tangan kirinya, ujung angkin berwarna- warni itu segera menggulung kemuka mengunci datangnya ancaman totokan pena emas dari Ting ci kang sementara tangan kirinya digetarkan pula dengan mempergunakan ujung angkin yang lain untuk menghalau serangan Beng Kian ho serta mendesak mundur terjangan tubuhnya.

Ting ci kang tidak menyerah sampai disitu saja, sambil memutar senjata kembali dia menerjang temuka, pena emasnya dengan menciptakan bertitik cahaya tajam mengurung seluruh angkasa, kecepatannya bagaikan titiran air hujan.

Beng Kiam ho tidak ambil diam, sepasang telapak tanganyapun bekerja keras, dalam waktu singkat dia telah melancarkan lima buah serangan berantai.

Manusia berbaju putih itu segera menggerakkan sepasang tangannya berbareng angkin warna warni sepanjang beberapa kaki itu digerakkannya dengan gerakan sebentar memanjang Sebentar memendek, cahaya bianglala menyilaukan mata, dengan perubahan yang beraneka ragam dia hadapi serangan gabungan dari dua lawannya secara santai, seolah-olah ancaman dari kedua orang itu masih tak berarti baginya. Keng hian tojin adalah murid dari perguruan Butongpay, dia jadi orang teliti dan serius menghadapi semua persoalan.

Diam-diam dia telah memperhatikan keadaan disekitar arena, dan dijumpainya suatu peristiwa yang dirasakan aneh sekali.

Ketika si Naga tua berekor botak To Sam-seng menyerobot didepan untuk menerjang si perempuan berbaju hitam tadi, belum lagi berhasil mendekati sasarannya, tahu-tahu ditengah jalan orang itu sudah dihadang oleh seorang manusia berbaju hitam.

Kemudian menyusul Beng Kian ho dan Ting-ci kang ikut keluar dari ruangan, tapi keadaan yang mereka alamisama yaitu dihadang oleh seorang manusia berbaju putih.

Diam-diam ia lantas ia menarik suatu kesimpulan, agaknya setiap orang yang berada dalam ruangan itu, asal keluar meninggalkan ruangan itu tentu akan memperoleh hadangan, tujuan dari penghadangan mana sudah jelas adalah tidak membiarkan mereka keluar dari situ, padahal sudah ada tiga korban yang tewas diujung pisau terbang, sementara perempuan berbaju hitam yang berdiri di depan ruangan, berdiri tengah disitu sambil memegang baki peraknya.

Benarkah suatu pembantaian secara besar-besaran telah dimulai?

Benarkah pihak Thian Sat nio tidak mengijinkan seorang manusiapun diantara mereka meninggalkan ruangan ini dalam keadaan hidup?

Ditinjau dari semua yang telah berlangsung, perempuan berbaju hitam yang berdiri di muka ruangan sekarang adalah sipelaksana pembantaian tersebut, benarkah dia adalah Thian Sat nio-pribadi?

-ooodwooo-

Dengan wajah serius dan pedang tersoren di tangan pelan-pelan Keng- hian tojin berjalan menuruni anak tangga depan pelataran- Begitu dia melangkah kedepan, Keng jin to-jin dan Bwe hoa kiam kakak beradik mengikuti pula dibelakangnya.

Tujuan Kheng hian tojin adalah mengawasi gerik gerik lawan, oleh sebab itu dia bergerak sangat lambat, dia tahu tiga orang yang berada di belakangnya adalah sute dan sumoynya, mereka pasti saja tidak akan berani mendahului, itulah sebabnya segenap tenaga dalamnya dihimpun menjadi satu untuk mengamati empat penjuru, kemudian pelan menuruni anak tangga pertama.

Betul juga , pada saat itulah perempuan berbaju hitam yang berada dihadapannya itu menyambitkan pisau terbang yang berada diatas bakinya secara tiba tiba dan melemparkannya ke atas.

Dari Ma koan lojin tadi, Keng hian tojin telah mendengar kalau dibelakang perempuan itu masih ada orang lain yang mengendalikan pisau terbang itu secara diam-diam.

Maka begitu dilihatnya pihak lawan melepaskan pisau terbangnya, dia segera menghimpun segenap perhatiannya untuk mengawasi kearah pisau terbang tersebut dengan seksama,

Tapi langit amat cerah, hanya setitik awan putih yang menghiasi angkasa.

Tentu saja tak mungkin ada orang yang berada di angkasa, yang nampak olehnya hanyalah pisau terbang Liu yap hui to itu moIuncur ke tengah udara, setelah mencapai ketinggian tiga kaki, kemudian membalik dan menukik ke bawah.

Kejadian anehpun segera berlangsung sejak itu, tatkala pisau terbang tadi menukik sampai ketinggian satu kaki, mendadak gerakan pisau terbang tadi membentuk seperti gerakan busur, setelah melakukan suatu perputaran ditengah udara, desingan angin tajampun berkumandang memekikkan telinga.

cahaya tajam segera memancar keempat penjuru, desingan angin dingin menderu-deru, dengan keCepatan yang luar biasa melancur ke-arah dadanya. cukup mendengar desingan tajam yang memekikkan telinga, dapat diketahui kalau serangan tersebut benar-benar mengerikan sekali. Keng hian tojin amat terperanjat, lalu pikirnya.

Kalau dilihat dari keadaan tersebut, agaknya benar-benar ada orang yang mengendalikan gerakan pisau terbang itu secara diam- diam.

Waktu itu, pedang telah disilangkan di depan dada, segenap tenaga dalam yang dimilikipun telah dihimpun diujung pedangnya dengan tatapan mata tak berkedip dia mengikuti terus gerakan dari pisau terbang itu tajam-tajam.

Menanti ujung pisau terbang tadi sudah hampir mendekati dadanya, ia baru menggetarkan pergelangan tangannya dan menghantam ujung pisau terbang itu dengan ujung petangnya.

"Traaang ..." benturan nyaring memekikkan telinga.

Kali ini, ancaman dari pisau terbang tersebut berhasil dipikul mundur oleh tangkisannya, akan tetapi akibat dari bentrokan mana, Keng hian tojin merasakan lengannya menjadi kesemutan dan tubuhnya tanpa terasa mundur selangkah ke belakang.

Perempuan herbaju hitam itu mendengus dingin, tangannya kembali diayunkan kedepan, kali ini pisau terbang Liu yap to yang kedua telah dilontarkan ke angkasa.

Bukan hanya sebilah saja yang disambitkan ke udara kali ini, tampaknya karena dia melihat pihak Bu tong pay terdiri dari  orang maka secara beruntung dia lepaskan tiga bilah pisau terbang lagi.

Serangan itu benar menyambar tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, dalam waktu singkat cahaya perak menyelimuti seluruh angkasa, desingan tajam memekikkan telinga, empat bilah pisau terbang secepat kilat mengancam ke empat orang itu bersamaan waktunya.

Menyaksikan datangnya ancaman itu, Keng- hian tojin merasa amat terkesiap. Rupanya bukan cUma ke empat bilah pisau terbang itu saja yang datang mengancam, pisau terbang yang berhasil dipentalkan olehnya tadi pun setelah membentuk gerakan busur ditengah udara, sekali lagi menerjang kearahnya.

cepat- cepat dia berseru. "Sute sekalian berhati hatilah kalian - -"

Dalam keadaan tergopoh-gopoh dengan jurus Kim ciam hui tok (jarum emas terbang menyeberang) diayunkan ke muka, cahaya pedang segera memancar ke empat penjuru dan menyongsong datangnya ancaman pisau terbang tadi "Traaang, traaang, traaang"

menyusul kemudian berkumandang empat kali suara bentrokan nyaring memecahkan keheningan.

Keng hian Tojin, Bwe hoa kiam Thio Kun kai dan Lakjiu im eng Thio Man berhasil menangkis datangnya ancaman tersebut.

Tapi ditengah desingan nyaring yang beruntun itu, tiba-tiba terdengar pula sekali jeritan kaget serta sekali jeritan kesakitan yang memilukan hati.

"Traaang..." salah sebilah pisau terbang di antaranya telah berhasil menyelesaikan tugas pembantaiannya dan jatuh kembali diatas baki perak itu.

Percikan darah segar kembali membasahi seluruh permukaan lantai ruangan itu, kemudian terdengar seseorang roboh terkapar keatas tanah.

Mengikuti jeritan ngeri itu, dengan hati terkesiap semua orang buru-buru berpaling.

Ternyata yang menjerit kaget tadi adalah Lak jiu im eng Thio Man, walaupun ia berhasil menyambut datangnya ancaman pisau terbang itu, tapi berhubung tenaga pantulan yang memancar keluar dari ujung pisau terbang itu sangat kuat, serta merta tubuhnya digetarkan sampai mundur kebelakang berulang kali.

Padahal pada waktu itu dia baru saja menuruni anak tangga mengikuti para suhengnya, dasar pengalamannya memang cetek, meski pisau terbang itu berhasil disambutnya, dia lupa kalau dibelakang tubuhnya masih ada tiga buah trap undak undakan batu, tak ampun lagi dia terpeleset dan terjatuh ke bawah.

Saking kagetnya itulah dia lantas menjerit keras.

Sebaliknya orang yang menjerit kesakitan adalah pelindung hukum dari perkumpulan Thi pit pang, Ko thian-seng Lo Liang, dalam keadaan tak menduga, dadanya kena ditembusi pisau terbang itu dan terkapar diatas lantai dalam keadaan tak bernyawa lagi.

-ooodwooo-

SUASANA pertempuran di-pelataran disebelah kanan depan ruangan tengah masih berlangsungamat seru, Beng Kian hoo membetak berulang kali sambil melancarkan pukulan demi pukulan dengan kekuatan yang amat mengerikan.

Ting ci kang tak mau kalah, senjata pena emasnya juga diayunkan berulang kali menciptakan bertitik-titik bintang emas. Dari mereka berdua, yang satu adalah jagoan yang sangat lihay dari Siau limpay, sedang yang lain adalah murid kesayangan dari pendiri perkumpulan Thi pit pang, Thi pit teng kan kun (pena baja penenang jagad)-

Tapi dalam kenyataan, walaupun mereka berdua telah bekerja sama, jangankan melukai manusia berbaju putih itu, menjawil ujung bajunyapun tak dapat, masih untung saja mereka tak sampai menderita kekalahan secara tragis. Berbeda dengan situasi pertarungan dipelataran sebelah kiri.

Si Naga tua berekor batok To Sam seng yang mesti bertarung melawan manusia berbaju hitam itu lambat laun makin terdesak dibawah angin, bahkan pada akhirnya ia terdesak sedemikian parahnya Sehingga praktis tidak memiliki kekuatan lagi untuk melancarkan serangan balasan-

Dari sekian banyak jago yang hadir dalam ruangan saat itu nama nama besar Ma koan to jin, Thi Lo han Kwong beng hwesio dan si naga tua berekor botak To Sam leng boleh dibilang paling tenar, dan ilmu silat mereka juga yang paling tinggi.

Kini, Beng Kian ho dan Ting ci kang yang bersama-sama mengerubuti manusia berbaju hitam itu tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa.

Para jago dari Butongpay juga telah menyelesaikan pertarungan meski nyaris pisau terbang itu berhasil dipatahkan-

Kang pak siang kiat, cuan im cun Li Goan tong dan Ko thian seng Lo Liang empat orang telah menjadi korban diujung pisau terbang lawan-

Bila sekarang si naga tua berekor botak To sam seng terluka pula diujung telapak tangan manusia berbaju hitam itu sudah dapat dipastikan kekuatan dari kawanan jago yang berada di ruangan itu akan semakin minim.

Thi Lo han Kwong beng hwesio memandang sekejap kearah Ma koan tojin, mendadak sambil bangkit berdiri ujarnya.

"Toheng, tampaknya Jika kita tak segera turun tangan sehingga Tolo sicu terluka ditangan lawan, kita akan kehilangan seorang pembantu yang tangguh didalam pertarungan untuk menghadapi Thian Sat nio nanti."

Agak berubah paras muka Ma koan Tojin yang kurus dan seram itu, pelan-pelan ia mengangguk.

"Ucapan taysu memang benar, kepandaian silat yang dimiliki manusia berbaju hitam itu sangat lihay sedang si To lojin sudah mulai panik, menurut pengamatan pinto, jangan-jangan sebelum Thian Sat nio menampakkan diri, kita sudah terjepit lebih dulu posisinya. Baik, mari kita kerja sama untuk melenyapkan orang terlebih dahulu . ."

"Persoalan tak dapat ditunda-tunda lagi, biar pinceng yang turun tangan membantunya lebih dulu " seru Thi Lo han kemudian- Begitu selesai berkata tubuhnya yang gemuk segera melejit keudara dan menyambar kedepan dengan kecepatan tinggi, dalam waktu sekejap saja ia telah tiba dibelakang tubuh manusia berbaju hitam itu, serunya keras- keras.

"To lo sicu, jangan panik, pinceng akan membantu mu " sedahsyat hembusan angin puyuh, telapak tangannya diayunkan kedepan menghantam punggung manusia berbaju hitam tadi.

Tak usah membalikkan badanpun manusia berbaju hitam itu sudah tahu kalau orang yang melancarkan-serangan ialah Thi Lo han Kwong- beng hwesio, sambil mengejek sinis, sepasang kakinya menjejak tanah, kemudian dengan menghimpun tenaganya sebesar sembilan bagian, dia membalikkan badan sambil melepaskan pukulan-

Waktu itu, sebenarnya si Naga tua berekor botak To Sam seng sedang terdesak hebat, gerak geriknya hampir terbelenggu semua dan posisinya amat kritis.

Melihat Thi Lo han terjun ke arena untuk membantu pertarungan, semangatnya segera bangkit kembali, bentakan keras bergema berulang kali, permainan jurus serangannya segera berubah, diantara getaran telapak tangannya ia mulai melancarkan serangkaian serangan balaSan yang tak kalah dahSyatnya. Manusia berbaju hitam itu tertawa keras, serunya.

"Sekalipun kalian bertambah dengan beberapa orang lainpun, aku Kan Liu cu tak akan memikirkannya didalam hati."

Ternyata dialah yang bernama Kan Liu cu dari perguruan Thian sat bun ..."

Ditengah bentakannya yang menggeledek. benar juga , serangannya yang satu lebih dahyat dari serangan sebelumnya, semua serangan di sertai dengan kekuatan yang luar biasa, pertarungan adu kekerasan ini segera merubah situasi pertarungan makin lama semakin sengit. Perlu diketahui Thi Lo han Kwong beng hwesio dan si naga tua berekor botak To Sam seng adalah jago kenamaan dalam dunia persilatan.

Sebaliknya Kan Liu cu tak lebih hanya seorang anggota dari perguruan Thian sat bun, dalam kenyataan meski harus satu melawan dua, ternyata dia masih tetap tangguh bagaikan banteng bahkan sama sekali tidak nampak akan menderita kalah, kenyataan ini kontan saja menggetarkan hati kawanan jago lainnya.

Ditengah pertarungan yangamat sengit itu mendadak Kan Liu cu mengayunkan tangannya melepaskan sebuah pukulan dahyat.

Berhubung tak mungkin dihindari lagi, si naga tua berekor botak To Sam Seng dipaksa untuk mengayunkan telapak tangannya dan menyambut serangan tersebut dengan kekerasan-

"PIaaak . . " akibat dari benturan sepasang telapak tangan itu, si naga tua berekor botak To Sam seng merasakan kudanya gempur sehingga mundur lima langkah dengan sempoyongan, darah panaS didalam dadanya bergolak keras, dan darah segar segera menyembur naik lewat tenggorokan.

Sebaliknya Kan Liu-cu juga turut mundur selangkah akibat dari bentrokan itu meski tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna.

Belum sempat berdiri tegak. bagaikan harimau kelaparan Thi Lohan Kwong beng hwesio telah menerjang tiba sambil melancarkan sebuah pukulan dahyat.

Kan Liu cu tertawa terbahak-bahak sambil menghimpun tenaga dalamnya sebesar delapan bagian, dia balikkan badannya sambil menyambut datangnya ancaman dari Thi Lohan itu.

"Blaaam . . . " suatu benturan keras kembali berkumandang memecahkan keheningan, kuda-kuda mereka berdua sama-sama tergempur dan mundur selangkah, bekas telapak kaki yang dalam segera muncul diatas tanah. Kan Liu cu mundur dua langkah lagi kebelakang, kemudian tubuhnya berputar secepat sambaran petir tiba ia menerjang lagi kearah si Naga tua berekor botak sambil membentak keras.

"Mundur kau kedalam ruangan "

Akibat dari bentrokan kekerasan tadi, siNaga tua berekor botak To Sam seng menderita luka dalam, waktu itu dia sedang mengatur pernapasannya dan berusaha untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, melihat datangnya serangan tersebut, cepat cepat dia mundur beberapa langkah sambil mengegos ke samping.

Tentu saja Kan Liu cu tidak akan melepaskan musuhnya itu dengan begitu saja, sambil mengayunkan telapak tangannya ia mengejek sinis.

"Enggan mundur ? Kalau begitu berbaring saja."

Baru selesai dia berkata, mendadak terasa olehnya ada seseorang mendekati tubuhnya dari belakang.

Dengan sigap dia membalikkan badan sambil bersiap sedia, ternyata orang itu adalah Ma Koan tojin.

Tampak tosu bengis itu memperlihatkan wajah menyeringai mengerikan, lalu dengan suara menyeramkan katanya. "Sobat, agaknya kau sedikit tekebur "

"Haaahhh - - haaabhh - . . haaahh . . . sama sekali tidak tekebur, apakah kaupun ingin mencoba ?" seru Kan Liu cu sambil tertawa terbahak-bahak.

Dengan jurus Huang hong sau yap (angin puyuh menyapu daun), telapak tangannya yang besar secepat kilat menghantam kearah Ma koan tojin dengan disertai tenaga dalam. Ma koan tojin segera tertawa seram.

"Heeeh .. . heeeh .. . heeeh . . . sampai dimana sih kemampuan silat yang kau miliki sehingga berani tekebur didepan pinto . . . ?" ejeknya. Ujung bajunya segera dikebaskan kedepan untuk mengunci datangnya ancaman tersebut.

Pada waktu itu, kemarahan dari si Naga tua berekor botak To Sam seng sedang mencapai pada puncaknya, melihat Ma koan tojin turut serta didalam serangan tersebut, dia segera tahu kalau kasempatan baik tak boleh disia-siakan, dalam keadaan demikian ia tak ambil perduli lagi apakah isi perutnya sedang terluka atau tidak?"

Ditengah bentakan nyaring, telapak tangannya segera diayunkan kedepan menyergap tubuh Kan Liu cu.

Thi Lohan Kwong beng hwesio tidak diam belaka, diapun turut menerjang kedepan dan melancarkan serangan dahysat. Kan Liu cu tertawa seram, ejeknya.

"Mau main kerubutan, Silahkan IHmmm, kalau tidak kusuruh kalian saksikan kelihayan dari ilmu silat aliran Thian sat bun, kalian pasti tak akan mati dengan mata meram"

Belum habis ucapannya diutarakan tiga gulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menyerang tiba.

Kan Liu cu tertawa seram, telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan untuk memunahkan kebasan ujung bajudari Ma koan tojin, sementara tangan kanannya dengan jurus cun lui keng o ci (guntur disiang hari mengejutkan ular) menyerang Thi Lohan dan sebuah tendangan menyepak tubuh si naga tua berekor botak.

Dalam satu jurus serangan dengan tiga gerakan dahsyat, hanya didalam sekali perputaran badan diposisi semula ia telah berhasil mendesak mundur Ma- koan tojin, Thi Lo han Kwong beng hwesio serta si naga tua berekor botak To Sam seng sejauh satu langkah.

Ma koan tojin mendengus dingin menyusul tubuhnya mundur ke belakang mendadak tangan kirinya membentuk gerakan aneh sementara tangan kanannya diayunkan kemuka melepaskan sebuah bacokan. Tubuhnya tetap kaku tak berkutik. tapi diantara pergelangan tangannya, muncullah telapak tangannya yang kurus kering dari balik ujung bajunya, selapis cahaya putih keabu-abuan menyelimuti telapak tangannya itu.

Begitu serangan dilontarkan ternyata sedikitpun tidak membawa suara angin yang menderu, keadaan tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi suatu apapun.

Thi Lo han Kwong beng hwesio yang menyaksikan kejadian tersebut segera menghentikan pula tubuhnya tidak menyerang, pelan-pelan telapak tangan kirinya diangkat keatas.

Dalam waktu singkat tangan kirinya yang gemuk putih itu telah membengkak besar dan berubah menjadi hitam pekat, keadaan tersebut merupakan perbedaan yang amat kontras dengan telapak tangan Ma koan tojin yang kurus kering itu.

Si Naga tua berekor botak To Sim seng menyilangkan sepasang cakarnya didepan dada dengan mengawasi Kan Liu-cu tanpa berkedip. ia tiada hentinya menarik napas panjang, sinar matanya tajam menggidikkan hati, seakan-akan ia berniat untuk melancarkan suatu sergapan dan kalau bisa membunuh Kan Liu-cu dalam satu pukulan-

Menghadapi kepungan dari ketiga orang jago tersebut, Kan Liu- cu tetap berdiri tenang, ujarnya dingin.

"Tosu tua, ilmu Pek kut clang (pukulan tulang putih) yang kau yakini paling banter baru mencapai lima bagian kesempurnaan. sedang Het satjiu (pukulan malaikat hitam) dari si- hwesio lebih cetek lagi, paling banter baru mencapai tiga bagian, sekalipun digabungkan dengan tok liong jin (cakar naga beracun) dari si Naga tua berekor botak juga takkan mampu berbUat apa apa terhadap diriku"

"Sebatulnya pinto tidak ada nlat untuk membunuh eng kau, tetapi sayang ucapanmu kelewat menyakitkan hati orang, mau tak mau terpaksa pinto harus .." la tidak menyelesaikan ucapan tersebut, sambil membentak keras bayangan mautnya berkelebat lewat, empat sosok bayangan manusia mendadak tergabung menjadi satu dan bertarung dengan serunya.

Dalam waktu sing kat masing-masing pihak berusaha keras untuk saling merebut posisi yang menguntungkan, perubahan demi perubahan jurus serangan yang bertubi-tubi menciptakan pertarungan tersebut sebagai suatu pertarungan antara mati hidup yang mengerikan- 

Tampaklah empat sosok bayangan manusia saling menyambar bayangan hitam menyilaukan mata.

Semua ancaman tersebut dilepaskan dengan kecepatan tinggi, angin pukulan yang menderu menyapu seluruh jagat dan menerbangkan pasir dan debu, keadaan yang berlangsung diarena ketika itu cukup membetot sukma siapapun yang melihatnya.

Sungguh hebat dan seng it sekali pertarungan yang berkobar antara keempat orang itu, jurus-jurus serangan yang tangguh dan sakti dipergunakan semua untuk saling merobohkan, barang siapa kurang gesit atau terlalu lamban dalam bergerak. niscaya akan tewas tergelepar diatas tanah.

Kecuali mereka berempat menghentikan pertarungan itu bersama-sama, kalau tidak sulit rasanya untuk meng hentikan pertarungan itu ditengah jalan . . .

Padahal tiga orang diantara mereka adalah jago kelas satu dari kalangan hitam dalam dunia persilatan sedang yang dikerubuti tak lebih cuma seorang anggota perguruan Thian Sat bun belaka.

Waktu itu, Wi tiong-hong berdiri disamping Ko thian seng Lo iiang, dengan amat jelas ia menyaksikan pisau terbang berayun datang, belum sempat pedang diloloskan, badannya sudah kecipratan darah rekannya, hal ini membuat kemarahannya ssgera berkobar. "criing - ." dia segera meloloskan pedang karat yang sama sekali tiada pancaran sinarnya itu.

cahaya perak masih berkelebat lewat di depan mata dengan membawa suara desingan yang memekikkan telinga.

Pisau terbang yaog kena dipukul balik oleh orang Butong pay tadi, kini kembali meluncur tiba dengan keCepatan tinggi.

Lima buah pisau berwarna perak. secepat sambaran kilat meluncur datang . . . Dalam keadaan seperti ini, Keng hian tojin sama sekali tak sempat untuk mengurusi suara jerit kesakitan yang berkumandang datang dari belakang tubuh nya, dia terpaksa harus pusatkan segenap perhatiannya untuk mengawasi pisau terbang yang telah tertangkis tapi kembali meluncur datang itu . . .

Dalam perasaannya serangan pisau terbang itusemakin berat, makin lama semakin cepat, berapa besar tenaga tangkisan yang digunakan untuk memukul balik pisau tadi, mata sewaktu meluncur balik kembali, tenaga maupun kecepatannya juga turut berlipat ganda.

Sekarang, pisau terbang itu datang menyergap untuk ketiga kalinya, buru-buru dia menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya dan mengayunkan pedangnya membabat pisau terbang tersebut.

Keng jin tojin beserta IHwe hoa kiamThio-Kun kaisama-sama menganyunkan pedang masing-masing untuk melancarkan bacokkan, hanya Lakjiu im leng Thio man yang terpeleset kakinya sehingga terjatuh keatas undak-undakan batu belum sempat bang kit berdiri, cahaya pelangi yang menyinari mata langsung menyambar kedepan dadanya.

Melihat sambaran cahaya perak itu, tampaknya pisau terbang itu segera akan menembusi dadanya.

Nona Thio yang dihari hari biasanya selalu berhati kejam dan buas, kini sudah merasakan pergelangan tangannya kaku dan kesemutan, mana mungkin ia masih bertenaga untuk mengangkat pedangnya lagi?

Jangankan pertolongan orang lain, sekalipun ketiga orang suhengnya yang berada didepan matapun tak sempat menggubris dirinya waktu itu apa lagi bantuan dari orang lain?

Lakjiu im eng memang cukup keji, mendadak ia menggertak giginya dan memejamkan mata untuk menerima kematian.

Perduli amat apa yang bakal terjadi, ia sudah pasrahkan dadanya untuk ditembusi oleh pisau terbang tersebut.

"Trang.. . " tiba-tiba berkumandang suara benturan keras yang memekikkan telinga. Kemudian terdengar ada orang menjerit kaget, ada pula yang membentak keras.

Hancuran pedang bagaikan air hujan berhamburan ketanah, pisau terbang yang sedang mengganas pun turut rontok ketanah.

Seluruh wajah Keng hian tojin basah oleh keringat, secara beruntun ia mundur sejauh tiga langkah, pedang dalam genggamannya tahu-tahu tinggal separoh bagian.

Paras muka Keng hian tojin berubah menjadi pucat pasi seperti mayat napasnya tersengkal-sengkal seperti kerbau, dia sudah jatuh terduduk diatas undak-undakan batu, sedang kutungan pedangnya sudah mencelat terlepas diri genggamannya . .

Keadaan Bwee Hoa kiam Thio Kun kai paling mengenaskan, dengan sempoyangan ia mundur tujuh delapan langkah dari tempat berdirinya, pedangnya sudah terlepas dari genggaman, tangannya pecah dan bercucuran darah, seluruh lengan kanannya sudah tak mampu diangkat lagi saking kaku dan sakitnya.

Bagaimana dengan Lak jiu Im eng nona Thio Man? Apakah dadanya sudah ditembusi pisau terbang ? Ataukah sudah terkapar ditanah dengan beriumur darah segar ? Ternyata tidak. sejak dia terpeleset dan jatuh terduduk diatas undakkan batu, tubuhnya tak bergeser lagi, sampai sekarang pun ia masih duduk disana dengan keadaan segar bugar.

cuma saja, paras mukanya telah berubah menjadi kuning kepucat-pucatan karena ketakutan, sepasang matanya yang sebenarnya sudah terpejam rapat kini telah membuka kembali bahkan terpentang lebar-lebar serta memancar kaget bercampur keheranan.

Suara desingan yang amat tajam memekikkan telinga itu mendadak lenyap. cahaya tajam yang menyilaukan mata pun lenyap tak berbekas.

Tahu-tahu diatas permukaan lantai didepan undak-undakan batu telah tergeletak empat bilah pisau terbang yang sudah kutung menjadi beberapa bagian-

Didepan undak-undakan, kini bertambah pula dengan seorang pemuda berbaju hijau yang menyilangkan pedangnya didepan dada.

Dia, pah lawan yang telah menyelamatkan empat lembar nyawa dari Bu tong pay serta sekaligus merontokkan serangan dari ke empat bilah pisau terbang itu, tidak lain adalah Wi-tiong hong.

Ia turun tangan secara tiba tiba hanya dikarenakan rasa gusar dan mendongkol yang membara didalam dadanya, bahkan dia sendiripun sama sekali tak menyangka kalau empat bilah pisau terbang yang bisa bergerak melebihi naga sakti itu dapat dirontokkan hanya dalam sekali serangan saja.

Didalam ruangan gedung kini tak ada orangnya lagi, termasuk pula sastrawan berbaju hijau yang selama ini tak pernah berbicara, entah sejak kapan telah ikut keluar pula, sekarang dia sedang menggendong tangan sambil berdiri dibelakang Wi Tiong hong, sikapnya begitu santai seakan-akan sedang menonton keramaian saja.

Sementara itu, Lakjiu imseng Thio Man telah memungut kembali pedangnya dan pelan-pelan bangkit berdiri. Dia adalah seorang gadis yang berhati keras, tadi dia masih sempat bertarung melawan orang itu dan kini selembar jiwanya telah ditolong olehnya, kenyataan ini membuat wajahnya menjadi merah padam.

Dia hanya melirik kearah Wi tiong hong, kendatipun dihati dia pingin mengucapkan beberapa patah kata terima kasih, namun bibirnya merasa rikuh untuk mengatakannya keluar, terpaksa dia hanya mengangkat tangannya untuk membereskan rambutnya yang kusut.

Keng hian lojinpun merasa terkejut dan keheranan setelah menyaksikan kejadian itu, dengan kekuatan sendiri yang begitu besarpun ia gagal untuk membendung serangan pisau terbang tersebut, dia tidak menyangka Wi Tiong hong secara mudah dapat mematahkan serangan dari keempat bilah pisau terbang itU sekaligus

Dari sini bisa dinilai kalau kepandaian silat dari Toa supeknya betul-betul sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, buktinya pemUda itu belum sempat melangkahkan kakinya kedalam pintu gerbang Bu tong pay, tapi kepandaian silat yang dimilikinya telah berhasil mencapai ke taraf yang begini hebat.

Tapi entah bagaimanapun juga , dia toh anggota perguruan Bu tong pay juga, sedikit banyak dengan perbuatannya itu berarti dia telah mengangkat derajat serta nama baik dari Bu tong pay.

Setelah mengatur napas dan memulihkan kembali tenaga dalamnya, ia segera maju ke depan menghampiri Wi Tiong hong, sambil tertawa dan menjura sapanya. "Wi siau sute. . ."

Ternyata dia telah berganti sebutan dengan memanggilnya sebagai "Siau sute."

Perguruan Bu tong pay sudah mempunyai sejarah selama beratus-ratus tahun lamanya , orang persilatan yang pandai mempergunakan ilmu silat Bu tong pay juga amat banyak. tapi kalau bukan anggota perguruan Bu-tong pay, biasanya pihak Bu tong pay tak mengakuinya. Maka panggilan "Siau sute" dari Keng hian tojin ini boleh dibilang luar biasa sekali.

Tapi, belum selesai dia berkata, mendadak dari tengah udara diluar gedung telah berkumandang suara tertawa aneh yang menggidikkan hati.

Suara tertawa aneh itu amat menusuk pendengaran dan tak sedap didengar siapa saja dapat mengenali kalau suara itu adalah suara dari Thian Sat-nio.

Begitu suara tertawa itu berhenti, terdengarlah seseorang membentak dengan suara yang parau bagaikan bambu retak. "Semuanya berhenti "

Bentakan tersebut diutarakan dengan nada penuh kemarahan, membuat semua orang merasakan hatinya bergetar keras dan tanpa sadar, mereka yang sedang bertarung pun serentak menghentikan serangannya.

Beng Kian hoo dan Ting ci kang berdua masih tetap berdiri saling berhadapan dengan orang berbaju putih itu, mereka tetap bersiap sedia penuh untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Paras muka Mi koan tojio tampak suram, bersama Thi Lo han Kwong Beng dan Naga tua berekor botak To Sam seng mereka bertiga segera mengundurkan diri pula kesamping.

Keng jin tojin, Bwe hoa kiam Thio kun kai, Lakjiu im eng Thio Man pelan menggeserkan pula badan mereka bergabung dengan toa suhengnya Keng hian tojin.

Dalam waktu singkat, suasana didepan ruang gedung itu menjadi amat hening sehingga hampir boleh dibilang tak kedengaran sedikit suara pun.

Sikap yang tegang dan penuh waspada seakan-akan sedang menantikan tibanya bencana besar saja. Terdengar suara parau dari Thian Sat nio, kembali membentak keras.

"Bocah muda she Wi, karena kau tak tersangkut dalam suatu peristiwa ini, lo nio baik-baik memberi jalan kehidupan kepadamu dan suruh kau meninggalkan tempat ini siapa tahu kau begitu berani menentang aku, bahkan mematahkan pula pisau terbang milik lo nio "

Wi Tiong hong menyarungkan kembali pedangnya ke dalam sarung, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia menjawab.

"Thian Sat nio, dengan mengandaikan beberapa bilah pisau terbang, kau telah melakukan pembunuhan seCara brutal, itulah sebabnya kupatahkan keganasan pisau terbangmu itu, meski hal ini kulakukan tanpa maksud apa apa tapi setelah kupatahkan sekarang, mau apa kau?"

Bagaimanapun juga dia belum pengalaman di dalam dunia persilatan, meski ucapannya ketus, namun nada suaranya justru amat lembut. Thian Sat nio segera tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya. "Bocah keparat, kau berani mencari gara gara dengan lo nio ?" teriaknya keras-keras.

"Mengapa tidak?"

Thiao Sat nio mendengus dingin. "Hmm, tampaknya kau tidak takut mati?"

"Kalau tidak takut mati lantas kenapa ?"

"Bagus sekali, kau memang tidak takut mati, keluarlah dari situ dan jumpai aku diluar pintu rumah."

"Keluar yaa keluar, memangnya aku takut kepadamu?"

Selesai berkata, dia benar-benar melangkah keluar dengan langkah lebar.

Ting ci kang segera meloloskan pena emasnya dan menyongsong kepergian Wi Tiong hong. "Siau heng akan pergi bersamamu "

Dengan Cepat Keng hian tojin merampas pedang ditangan Lakjiu im-eng dan berseru pula sambil tertawa nyaring.

"Wi Siau sute, tunggu sebentar, pinto akan mengikuti dirimu pula"

Begitu dia melangkah pergi, Keng jin tojin dan Bwe hoa kiam bersaudara ikut beranjak pula.

suara dingin dari Thian Sat-nio kembali berkumandang.

"Hmm, kalian anggap kamu semua juga pantas untuk bertemu dengan aku ? Hei bocah muda aneh Wi, jika kau tidak takut mati, keluarlah seorang diri."

-oodwooo-

Wi Tiong Hong segera merasakan munculnya suatu semangat keberanian dari dasar hatinya dan langsung menerjang keatas sambil membusungkan dada ia segera berteriak keras. "Seorang diri ya seorang diri, memangnya aku takut ?"

Dengan cepat dia membalikkan badannya dan menjura kepada Keng hian tojin serta Ting ci kang, kemudian katanya.

"Totiang, Ting toako, harap berhenti sampai disini saja, kalau toh Thian Sat nio minta keluar seorang diri, biarlah keluar seorang diri untuk menjumpainya."

Ting ci kang memperhatikan wajah Wi Tiong hong dengan termangu, untuk sesaat dia merasa bahwa saudara yang baru dikenalnya ini benar-benar memancarkan suatu kemisteriusan yang sukar diduga dengan akal sehat.

Dia mengakui dirinya sebagai ahli waris Thian-Goan Cu dari Bu tong pay, apalagi baru terjun ke dalam dunia persilatan sudah barang tentu pemuda itu tak mungkin mempunyai hubungan dengan Thian Sat nio, tapi apa sebabnya Thian Sat niojustru meminta kepadanya untuk meninggalkan tempat itu sebelum pembantaian dilakukan ?"

Kali ini dia telah mematahkan serangan pisau terbang dari Thian Sat nio, akan tetapi Thian Sat nio masih meminta kepadanya untuk keluar seorang diri entah hal ini dikarenakan ada maksud jahat ataukah karena tujuan lain?"

Dengan cepat dia teringat dengan kepandaian silat yang dimiliki mereka semua, Sekalipun mereka menemani Wi Tiong Liong keluar dari gedung ini, tapi dengan kepandaian mereka yang jauh dibawah kemampuan Thian Sat nio pergi atau tidak sesungguhnya sama saja. 

Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia lantas menghentikan langkah kakinya, setelah ragu sejenak. dia pun mengangguk.

"Kalau memang saudara Wi hendak keluar seorang diri, silahkan, tapi kau mesti berhati-hati," katanya kemudian.

Lakjiu im eng Thio Man menjadi amat cemas mendengar ucapan itu, dia melirik sekejap kearah Wi Tiong hong kemudian tak tahan serunya. "Masa kita akan biarkan dia menyerempet bahaya seorang diri ?"

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar