Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Jilid 07

Jilid 07

Mulut Sat Kao mengeluarkan kata-kata seperti membaca mantera.

Tapi Wan Fei-yang tidak merasakan apa-apa, dia segera bertanya:

“Apa maksudmu?”

Sat Kao mulai memutar mangkoknya:

“Aku akan memberi tahu nama benda ini!” “Aku tidak mengerti!”

“Kau pasti tidak akan mengerti karena benda ini tidak mempunyai istilah yang cocok, tapi aku bisa memberitahu kegunaan benda ini padamu, ketahuilah benda ini sama dengan Cu-yu-hoan-kong-sut, aturan pakainya pun aku yakin hampir sama.”

“Apa sih Cu-yu-hoan-kong-sut, aku tidak mengerti.” (Ilmu cahaya bulat).

“Itu adalah sebuah teknik dari Mo-kauw. Karena kau pesilat dari aliran lurus, maka jika tidak mengerti itu pun tidak aneh!” kata Sat Kao sambil tertawa, “karena aliran lurus biasanya lebih keras kepala, aku yakin walaupun ini teknik dari Mo-kauw tapi kau pasti bisa mengenalinya, paling sedikit tahu benda apa ini.”

Wan Fei-yang mengangguk, kata-katanya memang masuk akal, harus mengenal tekniknya dulu baru ada cara untuk menghadapinya.

Sat Kao tertawa:

“Aku bisa tenang untuk masalah ini, kalau kau mengenal Hoan-kong-sut (ilmu cahaya bulat) kau harus tahu kalau teknik ini tidak berbahaya, hanya sebuah teknik untuk mencari tahu keberadaan musuh!”

“Apakah karena induk serangga itu berada di dalam tubuhku, maka dengan teknik ini kau bisa mengetahui keberadaanku?”

“Tapi induk serangga ini bisa membantuku mencapai tujuanku!” jawab Sat Kao.

“Sulit membuat orang percaya, tapi bukti sudah ada di depan mata, mau tidak mau kau harus percaya!” kata Wan Fei-yang.

Sat Kao mengangguk:

“Sebenarnya aku juga merasa ragu, sebab ini pertama kalinya aku mempraktekkan teknik ini!”

“Oh ya!” tanggap Wan Fei-yang.

“Sampai tadi pagi, benda ini baru ada reaksinya, sebelumnya aku sama sekali tidak merasa yakin benda ini ada gunanya!” jelas Sat Kao.

Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu tapi Sat Kao sudah berkata lagi:

“Pesilat tangguh seperti kau jika induk serangga ingin masuk ke dalam Leng-bo, pasti butuh waktu yang lama!” “Leng-bo?” untuk pertama kalinya Wan Fei-yang mendengar istilah ini, melihat reaksi Pei-pei, dia juga seperti pertama kali mendengar nama benda itu!

Sat Kao menjelaskan:

“Leng-bo, kalau diartikan dengan bahasa sederhana adalah tempat rohmu berada!”

“Roh ada jika sudah meninggal...”

“Salah...” Sat Kao memotong kata-kata Wan Fei-yang. “Roh orang yang sudah mati biasanya adalah roh setan,

menurut orang-orang jika manusia akan mati dia akan menjadi setan, maka disebut roh setan, roh adalah milik semua orang hidup!”

“Apa yang kau katakan tadi aku tetap tidak mengerti!” Sat Kao tertawa:

“Sebenarnya aku juga tidak begitu mengerti. Suhuku mengajarkan kepadaku bahwa roh adalah benda penting bagi seseorang, Leng-bo mengatur pikiran seseorang, jika bisa menguasai Leng-bo seseorang berarti dia bisa mengatur pikiran dan gerakan orang itu. Orang itu akan menjadi seperti mayat hidup atau berlaku seperti sebuah boneka idiot!”

Hati Wan Fei-yang menjadi dingin. Wajah Pei-pei pun tampak terus berubah-rubah, bertanya:

“Suhu, mengapa sebelumnya kau tidak menjelaskannya kepadaku?”

“Kalau Suhu menjelaskan semuanya kepadamu, apakah kau mau membawa induk serangga itu mendekati Wan Fei- yang?”

Pei-pei terpaku, Sat Kao menghembuskan nafas dan berkata: “Sebenarnya Suhu juga harus menanggung resiko sangat berbahaya!”

“Aku mengira induk serangga itu adalah tempat rohmu dan Leng-bo mu!” kata Wan Fei-yang.

“Boleh dikatakan seperti itu, kalau kau tahu dan menghancurkannya, mungkin aku akan mati, paling sedikit akan menjadi orang idiot, tapi takut akan kematian lebih besar dibandingkan rahasia yang terkandung, pasti aku tidak akan menjelaskannya!”

“Tentunya kau harus berpikir semakin banyak aku tahu maka ancaman terhadapmu akan semakin besar!”

Sat Kao tertawa lagi:

“Aku hanya memikirkan Pei-pei, sekarang bagiku kau sudah bukan ancaman apa-apa lagi!”

Hati Wan Fei-yang serasa terus tenggelam, dia sudah mengerti Sat Kao orang seperti apa. Jika tidak merasa yakin, dia tidak akan muncul di depannya, satu kali gagal bagi seorang Sat Kao sudah cukup. Yang pasti Sat Kao tahu sampai di mana ilmu silatnya, tapi sekarang dia sama sekali tidak menganggap keberadaannya, sama sekali tidak menaruh di depan matanya.

Dari sini dapat diketahui sejauh mana kekuatan induk serangga itu. Tentu saja Wan Fei-yang masih menaruh curiga, paling sedikit sampai saat ini dia merasa ada yang tidak nyaman!

Sat Kao melihat Pei-pei dan berkata:

“Dengan sifatnya yang jujur, sebenarnya aku tidak pantas menerima dia menjadi muridku, tapi kalau tidak menerimanya menjadi murid, belum tentu aku bisa mendapatkan kepercayaan dari Beng To.” “Beng To sangat berbakat, di antara sepuluh orang pun belum tentu ada satu yang seperti dia berpihak pada Mo- kauw. Aku rela mengorbankan nyawaku untuk menjadikan dia seorang pesilat tangguh, dia satu-satunya harapan dari Mo-kauw.”

“Aku tidak bisa berbuat apa-apa!”

“Terima kasih!” kata Sat Kao, “Mo-kauw memang Mo- kauw tapi aturan kami sangat ketat. Satu hari menjadi guru, harus benar-benar menjadi guru, jika aku yang menjadi guru ingin menghancurkan muridnya, dia pun harus merelakan nyawanya. Jika yang menjadi murid ingin menghancurkan gurunya, keadaan pun akan sama seperti itu, mungkin kelak Pei-pei akan berpikiran seperti itu. Keberhasilannya akan semakin besar.

“Suhu, aku...”

“Sifatmu terlalu jujur, aku tahu benar, mana mungkin aku bisa tenang!” Sat Kao menggelengkan kepala, “tapi pengetahuanmu tentang ini tidak banyak, kau tidak bisa membedakan mana yang baik atau jahat, kalau tidak, kau tidak akan masuk Mo-kauw!”

“Mo-kauw baik-baik saja!” kata Pei-pei.

“Seperti saat kau belajar ilmu guna-guna, kau tidak merasa bahwa ilmu guna-guna adalah ilmu yang jahat!”

“Aku tidak mengerti!”

“Semua orang tahu ilmu guna-guna adalah ilmu sesat, tapi kau sendiri tidak tahu!”

Pei-pei tetap kebingungan. Sat Kao berkata lagi:

“Belajar ilmu guna-guna, menaruh dan memelihara ulat- ulat, kecuali untuk mencelakakan orang, masih ada kegunaan apa lagi?” “Mencelakakan orang?”

“Lebih detail lagi, boleh dikatakan ilmu ini untuk memancing atau memaksa orang melakukan hal yang tidak mau dia lakukan” Sat Kao terus menjelaskan.

Akhirnya Pei-pei mengerti, tiba-tiba Wan Fei-yang menyela:

“Kata-kata ini seharusnya kau simpan dulu!”

“Kalau bisa terus kusimpan akan kusimpan mana mungkin aku tidak akan terus menyimpannya?” terlihat Sat Kao seperti terpaksa.

Wan Fei-yang baru mengerti:

“Karena aku...” hal yang terjadi berikutnya akan membuat Pei-pei merasa muak, “maka sebelumnya kau harus menjelaskan dulu, maka rasa muaknya akan berkurang!”

Sat Kao menghembuskan nafas:

“Walau berkurang sedikit, itu lebih baik dibandingkan bertambah!”

Wan Fei-yang harus mengaku apa yang Sat Kao katakan masuk akal. Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya dia merasa bebannya bertambah berat lagi.

Ini bukan pertama kalinya dia mengalami bahaya sudah beberapa kali dia mengalami ancaman kematian, paling sedikit dia tahu bahaya seperti apa yang akan menghadapinya dan dia akan mati karena apa, tapi kali ini dia tidak tahu apa pun.

Dia juga tidak tahu induk serangga yang masuk ke dalam tubuhnya seperti apa, dan di mana Leng-bo nya berada?

Dia tidak tahu apa-apa tentang ilmu guna-guna. Ketidaktahuannya jadi semacam ketakutan. Tapi dalam situasi apa pun Wan Fei-yang tetap tenang, sedangkan Pei-pei yang berdiri di sisinya tampak kalang kabut, di mata Pei-pei gurunya sudah menjadi seorang yang tidak dikenalnya.

Akhirnya dia mengerti jahatnya ilmu guna-guna. Tiba-tiba Pei-pei berteriak:

“Aku tidak akan mengijinkanmu melukai Wan-toako.” Sat Kao menggelengkan kepala:

“Tidak ada seorang pun yang ingin secara sengaja melukainya, yang penting harus melihat dia mau bekerja sama dengan kita atau tidak?”

“Aku tidak mau tahu, aku ingin kau melepaskan dia sekarang juga!”

“Kalau kalimat ini diucapkan Beng To, mungkin aku akan berpikir-pikir, tapi Beng To tidak akan berkata seperti ini!” kata Sat Kao.

Pei-pei mengeluarkan kulit kerangnya lagi, Sat Kao melihat itu, dia menggelengkan kepala:

“Pasti akan menjadi kacau, apakah kau lupa kalau benda ini tidak berpengaruh terhadap induk serangga yang berada di dalam tubuhnya!”

Pei-pei terpaku.

Sat Kao berkata lagi:

“Aku akan memberikan satu kesempatan lagi kepadanya, kesempatan terakhir, hanya dia...”

“Bagaimana?” Pei-pei terburu-buru menyela. Sat Kao melihat Wan Fei-yang:

“Menjadi murid Mo-kauw.” Wan Fei-yang tertawa:

“Jika Mo-kauw telah punya murid seperti aku, apakah tidak akan peduli pada hidup atau matinya Beng To lagi?” “Mo-kauw tidak akan melepaskan orang berbakat seperti Beng To, dia juga tidak akan mati, tanpa kekuatanmu pun dia akan sembuh, hanya butuh waktu yang lama!”

“Ilmu yang kau katakan didapatkan dari hasil Ih-hoa-ciap- bok, tentu saja melalui cara ini pula bisa menambah tenaga dalamnya!”

“Tentu saja! Ada kau yang membantu, ingin mencari orang seperti itu sangat gampang seperti membalikkan telapak tangan.”

“Apakah kau yakin aku akan menepati janji?” tanya Wan Fei-yang.

“Selama aku masih hidup, suatu hari kau akan menurut, jika aku mati, walaupun kau mengkhianati Mo-kauw, orang- orang dunia persilatan aliran lurus tidak akan menerimamu lagi karena sudah menjadi anggota Mo-kauw!”

“Aku tidak mengerti apa maksudmu?” “Aku juga tidak mengerti!” kata Pei-pei.

“Induk serangga itu adalah jaminan paling bagus! Jika serangga itu masih berada di dalam tubuhku, asal aku mengkhianati Mo-kauw, dia akan berulah di dalam tubuhku,” kata Wan Fei-yang sambil tertawa, “jika aku masuk Mo-kauw, walau pun aku tidak melakukan kejahatan tapi aliran lurus di Tionggoan tidak akan memaafkanku!”

“Mereka harus mengerti kesulitanmu!”

“Tidak mungkin, sekarang sudah ada yang terluka karena ilmu seperti Thian-can-sin-kang, aku sudah menjadi tersangka dan sulit untuk menjelaskan!”

“Mereka dari perkumpulan lurus, mengapa mereka tidak percaya kepada mu?”

Wan Fei-yang tertawa kecut: “Sikap perkumpulan lurus di dunia persilatan benar- benar tidak kumengerti, malah sikap Mo-kauw lebih cepat kumengerti.”

Mo-kauw selalu mempunyai tujuan sangat jelas, sedangkan perkumpulan lurus selalu menutup diri dan bersembunyi, Wan Fei-yang bukan sekali dua kali salah paham, hanya saja dia tidak patah semangat, selalu berusaha menjelaskan dan sangat beruntung, setiap kali bisa membereskan semuanya.

Tentu saja ada yang berkorban nyawa walau pun sebenarnya tidak perlu, maka setiap kali setelah ada kejadian itu, dia merasa lelah juga tidak bisa berbuat apa- apa.

Sampai sekarang dia sangat tahu jadi orang baik sulit dilakonkan, tapi dia tetap berusaha menjadi orang baik, karena orang yang dia temui banyak yang baik dia tidak tega melihat orang baik disiksa sampai mati.

Pei-pei tidak bisa melihat kebaikan hati Wan Fei-yang juga tidak mengerti seperti apa perasaannya.

Terhadap Wan Fei-yang dia kurang mengenal, dia hanya tahu Wan Fei-yang adalah orang yang baik, di mana dia bisa menitipkan diri seumur hidup kepada Wan Fei-yang, karena itu Pei-pei tidak ingin Wan Fei-yang sampai terluka. Apa lagi karena dirinya induk serangga itu bisa masuk ke dalam tubuh Wan Fei-yang.

Pei-pei menghadang di depan Wan Fei-yang, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, juga tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, yang dia ketahui dan siap melakukannya adalah dia akan melindungi Wan Fei-yang dengan nyawanya. Wan Fei-yang mengerti isi hati Pei-pei, kecuali merasa berterima kasih, semangat juangnya pun sangat tinggi. Dia memang sangat percaya diri pada kemampuan ilmu silatnya, dia pun kurang yakin apakah ilmu guna-guna Sat Kao begitu lihai?

Dia siap bertarung, apakah dengan tenaga dalam atau dengan ilmu silatnya, dia tidak bisa menyalahkan Sat Kao.

Bersamaan waktu tenaga dalamnya mulai terkumpul, bajunya bergerak-gerak seperti tertiup angin tapi tidak terasa ada hembusan angin, begitu mengenainya dia akan keluar menyerang.

Sat Kao melihat semua gerakannya tiba-tiba dia menggelengkan kepala:

“Kau sudah tidak mempunyai kesempatan sedikit pun.” “Tapi aku tetap harus berjuang!” tangan kanan Wan Fei-

yang diangkat ke arah Sat Kao.

Pei-pei melihat Wan Fei-yang juga melihat Sat Kao, dia menjadi kebingungan.

Akhirnya Sat Kao berdiri di atas batu, tubuhnya pendek tapi begitu berdiri di atas batu terlihat sangat tinggi juga besar.

Paling sedikit Wan Fei-yang dan Pei-pei memiliki perasaan seperti itu.

Terlihat Sat Kao mempunyai perasaan seperti berada di awang-awang, dia menunjuk Wan Fei-yang:

“Aku akan memberi waktu lagi untukmu berpikir!”

“Tidak perlu!” baju Wan Fei-yang tetap berkibar dia seperti sedang menari, lalu menyerang Sat Kao. Sat Kao membentak, bentakannya terdiri dari 2 suku kata, kata depannya rendah kata belakangnya tinggi, sangat kuat dan berwibawa. Begitu mendengar suara bentakan ini tubuh Wan Fei- yang berhenti di tengah-tengah udara. Reaksi nya benar- benar di luar dugaannya, sikapnya jadi berbeda, hatinya merasa terkejutnya dan takut.

Sat Kao membentak lagi, tangannya diayunkan dan telapaknya dibalik. Bersamaan waktu Wan Fei-yang jadi bersalto di tengah udara, kemudian kedua kakinya menapak turun, dia tampak tenang. Kalau tidak melihat gerakan Sat Kao, hanya melihat Wan Fei-yang, sulit melihat apa yang tidak benar telah terjadi.

Sat Kao membalikkan tangannya lagi, kedua kaki Wan Fei-yang yang baru menginjak tanah,

langsung mengikuti gerakan Sat Kao terbang ke atas, seperti anak panah yang dilepaskan ke atas.

Kecepatan dan ketinggiannya benar-benar di luar dugaan. Hal ini membuat Pei-pei terkejut hingga berteriak, Sat Kao pun merasa terkejut, dan tampak tertegun.

Waktu itu Wan Fei-yang tiba-tiba berhenti di tengah udara, kemudian dia seperti terlempar keluar.

Dulu semua gerakannya terlihat indah, tapi sekarang terlihat begitu lamban dan canggung. Seperti orang bodoh yang jatuh dari tempat tinggi.

Karena pikirannya sudah menghilang maka dia tidak takut jika sampai jatuh terbanting. Sekarang ekspresi Wan Fei-yang seperti itu.

Ilmu silat dan tenaga dalam Wan Fei-yang memang tinggi, tapi kalau terbanting dari ketinggian seperti itu tetap akan membuatnya cedera. Pei-pei berteriak terkejut dan berlari menyambut Wan Fei-yang yang terbanting.

Waktu itu tangan Sat Kao melayang lagi, tubuh Wan Fei- yang yang terjatuh tiba-tiba berputar, gerakannya seperti orang tolol menjadi lincah lagi, dia berputar di udara seperti sebuah kincir angin, segera terjatuh di sisi Pei-pei.

“Wan-toako...” Pei-pei memegang pundak Wan Fei-yang. Wan Fei-yang tidak bereaksi apa pun, tapi ekspresinya seperti sedang tertawa juga seperti tidak, Pei-pei dengan

cepat melihat Sat Kao.

Waktu itu ekspresi Sat Kao pun seperti itu seperti tertawa juga seperti tidak!

Pei-pei bengong, Sat Kao segera berkata:

“Dari luar Wan Fei-yang tidak terjadi perubahan, tapi rohnya sudah kuambil, dia sudah menjadi orang yang tidak mempunyai pikiran dan kosong, gerakannya semua sesuai dengan keinginanku.”

Dengan bingung Pei-pei melihat Sat Kao, Sat Kao berkata lagi:

“Seperti bermain sulap, sebenarnya sulit untuk dijelaskan, seperti ilmu Bi-cong, It-bi-tay-hoat. Seperti di Tionggoan, keluarga Lamkiong mempunyai Se-sim-sut (Ilmu menyerap hati), hanya saja ilmu ini berada d atas ilmu mereka yang harus menggunakan obat-obatan, atau dengan tusuk jarum, juga gampang terganggu oleh situasi yang terjadi di sekelilingnya, menghadapi orang yang disesatkan kita harus lebih memperhatikan dengan hati-hati, kalau tidak, dia akan terlepas kontrolnya malah bisa membuat celaka. Tapi teknik ini adalah mati, orang yang disesatkan dan orang yang sesat tidak ada kontak, tidak seperti teknik milikku, tidak perlu meminjam benda apa pun, tapi hanya berkomunikasi dengan induk serangga itu, asal jarak tidak terlalu jauh.

“Apakah jika terlalu jauh tidak akan bisa dikuasai?” tanya Pei-pei. Sat Kao mengangguk:

“Tentu saja, tapi mulai sekarang aku tidak akan jauh darinya!”

Pei-pei mencengkeram erat tangan Wan Fei-yang, Sat Kao melihat itu dan tertawa.

“Ke mana kau akan membawanya?”

Pei-pei tidak bersuara, Sat Kao tertawa dan menarik nafas:

“Walaupun kau berkeinginan seperti itu tapi bukan sekarang, lukaku memang belum sembuh, dengan kemampuan ilmu silatmu kau masih belum sanggup melawanku, aku bisa mengatur dan menguasai Wan Fei- yang, dia tidak akan membantumu, malah akan membantuku!”

“Aku tidak akan bertarung dengan Suhu!” kata Pei-pei, “aku juga berharap Suhu jangan berbuat kejahatan.”

“Ini bukan kejahatan, ini menyangkut masa depan kakakmu juga masa depan kalian suku bangsa Biauw!”

“Apakah tidak ada cara lain?”

“Ada, tapi sudah tidak ada waktu lagi, rahasia ini sudah tidak bisa ditutupi lagi. Para pesilat Tionggoan sudah tahu apa yang terjadi dari mulut Tong Ling, mereka akan sangat berhati-hati dan waspada, mungkin saja mereka akan menyerang kita dulu!” Sat Kao melangkah.

Tidak perlu dipesan Wan Fei-yang secara otomatis mengikuti Sat Kao dari belakang. Pei-pei yang masih mencengkeram pundak Wan Fei-yang terbawa oleh Wan Fei- yang, dengan cepat dia melepaskan tangannya dan mengejar Wan Fei-yang sambil memanggil:

“Suhu...”

Tapi Sat Kao tidak menoleh malah berkata: “Aku sudah memberitahumu, ilmu guna-guna itu sangat aneh, kalau sudah dimulai sulit untuk dihentikan di tengah jalan, kecuali guna-guna yang ditabur oleh orang itu, dia bisa menguasai semuanya!”

“Apakah Suhu tidak bisa menguasai induk serangga itu?” tanya Pei-pei dengan aneh.

“Kalau tidak, aku tidak butuh bantuanmu memisahkan induk serangga itu dariku, itu pun aku tidak sanggup melakukannya!”

“Bukankah sekarang kau sudah berada di sekitar induk serangga itu, dan induk serangga itu dengan gampang kembali ke tanganmu?”

Dengan cepat dia mengeluarkan kotak giok yang tadinya memang untuk wadah induk serangga itu. Sat Kao mengambilnya dan tertawa:

“Dari pada diam di dalam kotak ini, lebih nyaman kalau diam di dalam tubuh manusia!”

Pei-pei bengong melihat Sat Kao.

“Sekarang kecuali aku menginginkan induk serangga itu masuk ke dalam tubuhku dia akan melakukannya, kalau tidak, induk serangga itu tidak akan mau keluar dari dalam tubuh Wan Fei-yang.”

“Tapi aku tidak berani mengambil resiko, terlalu bahaya!” kata Sat Kao menggelengkan kepala.

“Mengapa berbahaya?” tanya Pei-pei.

“Karena induk serangga itu tidak merasa ragu-ragu sedikit pun, dia merasa nyaman berada di dalam tubuh Wan Fei-yang. Dipelihara dari awal sampai sekarang belum pernah aku merasa dia begitu tenang, dia senang tinggal di dalam tubuh Wan Fei-yang. Kalau aku memaksanya keluar, jika keadaannya tidak senyaman di dalam tubuh Wan Fei- yang, apa akibat selanjutnya?”

“Bukankah kau bilang induk serangga itu adalah Leng-bo milikmu. Seharusnya dia lebih merasa nyaman tinggal di dalam tubuhmu!” kata Pei-pei.

“Apakah benar seperti itu, aku tidak merasa yakin dan aku juga tidak tahu jika induk serangga itu berada di dalam tubuhku, apa yang akan terjadi nantinya. Semua orang ingin tahu, aku pun tidak terkecuali, tapi aku tetap harus bisa menekan keinginanku ini demi masa depan Mo-kauw, keinginan pribadi harus ditekan!” kata Sat Kao.

Pei-pei mendengar semua penjelasan itu dengan bengong, sekarang dia baru mengerti induk serangga itu bukan induk serangga milik Sat Kao dan celakanya Sat Kao juga merasa sedikit takut kepada induk serangga itu. Induk serangga itu sangat lihai, jika ingin dikeluarkan dari dalam tubuh Wan Fei-yang, pastinya Pei-pei pun tidak akan sanggup.

Jika Sat Kao tidak berani melakukannya siapa lagi yang berani melakukan itu? Pei-pei benar-benar bingung.

Dia tahu Sat Kao memang bukan orang Biauw, tapi ilmu guna-guna yang ada di suku Biauw, dikuasainya dengan sangat baik.

Karena itu Sat Kao mempunyai kedudukan seperti sekarang ini.

Ilmu guna-guna Sat Kao memang berada di atas ilmu para dukun yang ada di daerah Biauw, sebab sebelum masuk ke daerah Biauw, dia adalah pesilat tangguh yang sangat jarang dari Mo-kauw. Ilmu lweekang dan ilmu gwakangnya sama kuat. Dari buku-buku rahasia dari Mo-kauw, dia tahu pernah ada tetua Mo-kauw yang berlatih ilmu silat di perbatasan suku Biauw. dia tidak tahu apakah tetua ini berhasil atau tidak? Dia sudah berada di puncak dan tidak ada penerus, maka dia mengambil keputusan pergi ke daerah Biauw untuk mengadu nasib.

Sat Kao adalah seorang pesilat tangguh, ilmu lweekang dan ilmu gwakangnya sangat tinggi, dia sangat berbakat. Kalau kemampuannya tidak berada di atas dukun-dukun suku Biauw, itu baru aneh, apa lagi sebelumnya sudah ada seorang tetua Mo-kauw yang berhasil di daerah suku Biauw.

Tapi dia tetap mencari penerusnya dan Beng To adalah orang yang sangat cocok, walaupun dia kalah dari Wan Fei- yang hingga membuat Beng To putus asa. Tapi paling sedikit induk serangga itu sudah berada di dalam tubuh Wan Fei- yang, sehingga dia sanggup menguasai Wan Fei-yang. Karena itu dia mulai merasa bersemangat hanya saja tidak merasa gembira.

Pengorbanannya terlalu besar, walaupun dia siap mengorbankan segalanya tapi jika dia ingin menanggung beban berat seumur hidupnya, dia merasa sangat pusing juga repot.

Beban berat itu tidak lain adalah Wan Fei-yang.

Sebab induk serangganya berada di dalam tubuh Wan Fei-yang, maka Wan Fei-yang menjadi sebagian dari nyawanya.

Induk serangga itu adalah Leng-bo nya, jika induk serangga itu diserang dan terluka, itu sama seperti menyerangnya dan terluka, semua itu tidak ada bedanya. Memang dia tidak tahu kalau induk serangga itu terbunuh dampaknya sebesar apa tapi dia tetap tidak berani mencoba. Yang paling celaka adalah dari informasi yang diberikan oleh induk serangga itu, serangga itu senang berada di dalam tubuh Wan Fei-yang dan dia sangat berbahagia di dalam sana.

Dia pernah memberi perintah agar induk serangga itu meninggalkan Leng-bo nya Wan Fei-yang, dia malah mendapat penolakan berarti kecuali dia mengalami bahaya dan mengganggu keselamatan induk serangga itu, sehingga induk serangga harus keluar untuk menolong dia, kalau tidak, induk serangga tidak akan mau terlepas dari tubuh Wan Fei-yang.

Kalau Wan Fei-yang diserang dan nyawanya terancam, induk serangga itu akan ikut terganggu, dia akan menolong, kalau tidak induk serangga itu pun akan terancam.

Keadaan seperti ini benar-benar di luar perhitungan Sat Kao, membuatnya merasa serba salah, menangis salah tertawa pun salah, yang pasti dia tidak akan langsung menjelaskan kepada Pei-pei, tapi terkadang sengaja atau tanpa sengaja sering dibocorkan.

Pei-pei tidak tahu banyak mengenai ilmu guna-guna maka dia tidak mengerti maksud Sat Kao, dia hanya menasihati Sat Kao supaya melepaskan Wan Fei-yang dan menarik kembali induk serangga itu.

Sat Kao mengerti isi hati Pei-pei, dia hanya menarik nafas lalu berkata:

“Aku jamin jika aku masih hidup, Wan Fei-yang tidak akan mengalami bahaya, kalau tidak, aku sendiri pun akan sulit menjaga diri, terpaksa harus melihat perubahan darinya.”

Pei-pei mendengar dan melihat dengan bengong, tanpa bicara sepatah kata pun dia berjalan di belakang Sat Kao. Tiba-tiba Sat Kao menyanyi, Pei-pei belum pernah mendengar lagu ini, dia juga tidak mengerti isi lagu ini, dia hanya merasa lagu yang dinyanyikan Sat Kao penuh dengan kesedihan dan tidak berdaya.

Sebenarnya Sat Kao juga merasa jiwanya seperti berkobar.

Wan Fei-yang terus berjalan diiringi lagu itu, dia berjalan di belakang Sat Kao, wajahnya tidak ada ekpresi.

Setelah berjalan beberapa jauh Pei-pei tidak tahu lagu itu terus diulang-ulang oleh Sat Kao, nyanyiannya semakin rendah, terdengar oleh Pei-pei seperti sedang melafalkan mantera.

Akhirnya lagu pun berhenti, Sat Kao berjalan di tengah jalan, langkah Wan Fei-yang masih tetap sama seperti dia begitu pun dengan jaraknya masih seperti awal, sikapnya tidak berubah.

Akhirnya nyanyian itu berhenti, Pei-pei tetap memperhatikan Wan Fei-yang dan berteriak:

“Suhu! Paling sedikit kau harus membuatnya seperti dirinya yang dulu!”

“Maksudmu, dia harus mempunyai pikiran, perasaan, dan reaksi milik dirinya yang dulu?”

“Sekarang dia benar-benar seperti orang lain yang tidak kukenal!” kata Pei-pei.

“Dari sudut tertentu memang seperti itu!” kata Sat Kao, “apakah keadaan seperti itu tidak baik?”

“Sekarang aku mengerti seperti apa keadaannya!” Pei- pei berkata pelan-pelan.

“Kalau dia memberitahumu, dia akan sangat sedih, bukankah kau juga akan ikut sedih?” tanya Sat Kao. “Sebesar apa pun kesedihannya itu lebih baik dari pada tidak tahu apa-apa!” Pei-pei melihat Wan Fei-yang, “aku kira dia pun akan berpikir seperti itu!”

Cahaya matahari menyinari wajah Wan Fei-yang, tidak ada perubahan di wajah Wan Fei-yang tidak ada pantulan cahaya hidup, seperti sinar matahari yang menyinari batu atau kayu.

“Kalau dia sadar, dia akan memberontak, tidak baik bagi semua orang!” jelas Sat Kao.

“Kadang-kadang ada sebagian masalah tidak sanggup aku kuasai!” Sat Kao tertawa, “apakah kau kira aku tidak ingin melihat ekspresi di wajahnya?”

“Kau pasti mempunyai caranya!” seru Pei-pei.

“Untuk apa aku berbohong kepadamu, itu sama sekali tidak perlu, induk serangga itu sudah mengambil alih Leng- bonya, berarti serangga itu menjadi penguasa Wan Fei-yang, dia hanya serangga, apakah kau menaruh harapan besar kepadanya?”

“Maksudmu, kali ini benar-benar sudah tidak ada harapan lagi?” Pei-pei berkata dengan kecewa.

Sat Kao hanya tertawa, Pei-pei berkata lagi: “Kecuali kalau aku membunuhmu!”

Sorot mata Sat Kao tampak bercahaya:

“Itu memang satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini, tapi aku yakin kau tidak akan sanggup melakukan hal seperti itu!”

Dia masih terus berjalan Pei-pei menangis sejadi-jadinya, akhirnya dia ambruk ke bawah.

Dengan penuh rasa kasihan Sat Kao menatapnya, tapi dia masih terus melangkah, tidak menoleh ke belakang lagi. Nyanyian aneh itu terdengar lagi, perasaan tidak berdaya terasa lebih kental lagi.

Pei-pei menangis bercampur dengan nyanyian itu, seperti tidak mendengar lagu itu, sampai nyanyian itu sudah menjauh dan mulai menghilang, Pei-pei masih menangis.

Dia benar-benar sedih.

Sat Kao mengira Pei-pei akan menyusulnya, tapi setelah berjalan lama dia tidak melihat ada jejak Pei-pei.

Dia tidak merasa aneh, dia bisa melihat dan merasakan kesedihan Pei-pei, dia juga merasa Pei-pei tidak mempunyai akal dan sangat putus asa, dia tidak mau menyusul Sat Kao karena tidak tega melihat keadaan Wan Fei-yang.

Pei-pei bersifat jujur dan baik, dia juga sangat menghormati gurunya, tapi gara-gara berhubungan dengan Wan Fei-yang, dia mulai tidak menyukai gurunya, bagi gurunya memulihkan ilmu silat Beng To lebih penting dan menjadikan Beng To seperti iblis, itu adalah cita-cita gurunya.

Sat Kao mengira tidak ada orang yang sanggup merebut Wan Fei-yang dari tangannya, walau pun luka dalamnya belum pulih, Wan Fei-yang bisa melindunginya dengan baik.

Induk serangga itu membuatnya bisa menguasai Wan Fei-yang, dia bisa memperalat Wan Fei-yang untuk melakukan apa pun demi Mo-kauw, tapi jika orang dunia persilatan melihatnya, mereka akan mentertawakan Mo- kauw, hal ini bukan hal yang bisa membuat mereka bangga.

Sebab orang-orang Tionggoan mempunyai alasan dan akan bersama-sama menyerangnya, dan di antara orang- orang Tionggoan itu pasti akan ada yang yang mengerti ilmu hitam, mereka akan menghancurkan ilmu dukun miliknya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, tapi yang penting dia harus bisa memindahkan Thian-can-sin-kang milik Wan Fei-yang ke dalam tubuh Beng To sehingga dia bisa pulih dan ilmu silatnya maju pesat melebihi Wan Fei- yang.

Ilmu silat Wan Fei-yang sekarang nomor satu di dunia persilatan Tionggoan, jika Beng To menggantikan posisinya dia bisa menguasai dunia persilatan Tionggoan dengan gampang seperti membalikkan telapak tangan.

Beng To adalah murid Mo-kauw, jika Beng To menguasai Tionggoan, berarti Mo-kauw lah yang akan menguasai dunia persilatan Tionggoan, dia yang menjadi gurunya akan merasa bangga, murid-murid Mo-kauw akan menyerang Tionggoan, tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi, mereka akan berjaya.

Terpikir akan hal ini, darah Sat Kao mulai bergejolak, nada dalam lagu itu yang tadinya sedih berubah menjadi bersemangat.

Wan Fei-yang yang ikut di belakangnya tetap tidak berekspresi apa pun, sebenarnya dia tidak memiliki perasaan apa-apa, sekarang jika ada musuh yang lewat dan menyerangnya, dia pasti tidak bisa menghindarinya.

Tapi jika dia roboh, akan mengganggu keselamatan induk serangga itu, dan ada kaitannya dengan Sat Kao.

Hal inilah yang paling dikhawatirkan oleh Sat Kao, maka dia mengambil keputusan jika ilmu lweekang Wan Fei-yang sudah di sedot ke dalam tubuh Beng To dengan Ih-hoa-ciap- bok, dia akan mengurung Wan Fei-yang di tempat terpencil dan rahasia, sampai jiwanya berakhir. Kecuali kalau dia bisa mendapatkan cara aman dan memancing induk serangga itu keluar dari dalam tubuh Wan Fei-yang, waktu itu Wan Fei-yang lah yang harus mati.

Setelah induk serangga berada di dalam tubuh Wan Fei- yang, Sat Kao bisa mengatur nasib Wan Fei-yang.

Tapi Sat Kao hanya manusia bukan dewa, seseorang jika ingin menguasai nasib orang lain, itu bukan hal gampang.

Induk serangga yang sudah dipeliharanya selama bertahun-tahun pun tidak sanggup dikuasai olehnya, malah dia yang dikuasai oleh induk serangga itu, karena takut induk serangga itu tidak senang, dengan terpaksa dia harus mengurus Wan Fei-yang secara hati-hati, dia tidak lupa akan hal ini.

Jika seseorang ingin berpikir tenang bukan hal yang gampang, walau pun bisa sering menyimpang, semua menyangkut pengalaman, kepintaran, dan...

Pei-pei tidak mengejar mereka, dia mengerti apa tujuan Sat Kao sebenarnya, dia juga melihat tekad Sat Kao dengan sangat jelas, jika hanya dia seorang tidak akan bisa mengalahkan Sat Kao, tidak akan bisa merebut Wan Fei-yang dari tangan Sat Kao.

Jika menculik Wan Fei-yang itu sama tidak mungkin, sebab induk serangga yang berada di dalam tubuh Wan Fei- yang mempunyai kontak batin dengan Sat Kao, begitu Wan Fei-yang bergerak Sat Kao akan tahu.

Dengan pengalaman hidupnya yang sangat minim, Pei- pei jadi bingung, bagaimana caranya agar dia bisa menculik Wan Fei-yang, mungkin Sat Kao sudah tahu lebih dulu sebelum dia mendekati Wan Fei-yang. Setelah menangis pikirannya malah terasa tenang dan bisa berpikir lebih jernih, setelah berpikir dengan teliti, dia mengambil keputusan akan menculik Wan Fei-yang.

Kemudian dia teringat pada Tong Ling.

Pei-pei mengambil keputusan untuk kembali ke penginapan di mana kemarin mereka menginap, asal tahu Tong Ling singgah di mana, Pei-pei bisa mencarinya.

Dia masuk penginapan di mana Tong Ling menginap kemarin, dan melewati kamar itu.

Mengingat semalam dia bercinta dengan Wan Fei-yang di sebelah kamarnya, hati Pei-pei seperti diiris-iris pisau, dengan susah payah baru dia bisa berkonsentrasi dan mencari sesuatu di kamar Tong Ling, akhirnya di bawah bantal dia mendapatkan beberapa helai rambut Tong Ling.

Dia ingin tahu apakah rambut itu milik Tong Ling atau orang lain, bagi orang lain hal ini mungkin sulit tapi bagi Pei- pei ini hal yang gampang.

Awalnya dia meniup kulit kerang, membuat sekelompok serangga datang menghampirinya lalu dia menyuruh serangga-serangga itu membaui rambut Tong Ling, sekelompok serangga itu tidak ragu-ragu menelan rambut Tong Ling.

Pei-pei meniup kulit kerang itu lagi, sekelompok serangga itu terbang ke arah Tong Ling pergi.

Pei-pei segera mengejar kelompok serangga itu, seperti mendapat petunjuk dan terus berjalan.

Itulah ilmu guna-guna bagian mengejar, tidak gampang menguasai ilmu ini, butuh kesabaran besar, Sat Kao pun tidak berhasil seperti Pei-pei dalam hal ini. Tidak disangsikan lagi ilmu guna-guna ini sangat cocok bagi orang-orang seperti Pei-pei yang bersifat baik dan jujur, Sat Kao mengajarnya tepat pada tujuan.

Ilmu mengejar ini masing-masing perkumpulan mempunyai cara tertentu, ada yang mengguna kan tenaga orang banyak, ada yang menggunakan anjing pelacak, yang paling berhasil adalah menggunakan daya penciuman anjing, hidung anjing lebih tajam dari hidung manusia.

Bagaimana dengan daya penciuman serangga? Ilmu guna-guna menggunakan ilmu serangga mungkin tidak berbeda jauh.

Sekarang Pei-pei menggunakan ilmu ini, hasilnya tampak di atas hasil penciuman anjing, malah ada manfaat yang tidak terduga.

Siang malam Pei-pei terus mengejar Tong Ling, sebaliknya, Tong Ling yang masih kesal berjalan dengan tidak bersemangat, yang pasti tidak berjalan cepat, setelah dua hari saat sore Pei-pei sudah melihat Tong Ling.

Waktu itu Tong Ling sudah sangat lelah, Pei-pei melihat Tong Ling dan menjadi bersemangat lagi, sambil mengejar dia berteriak:

“Tong Ling!”

Tong Ling masih berjalan walau pun hari sudah sore, dia masih belum mencari penginapan, sampai-sampai dia lupa akan hal ini, dia merasa lelah dan kesepian yang sulit diungkapkan, tiba-tiba dia mendengar ada yang memanggilnya, dia merasa terkejut sekaligus senang.

Jauh dari kampung halaman lalu bertemu dengan teman, bagaimanapun juga ini merupakan hal yang menyenangkan, apa lagi sekarang ini. Tapi siapa yang memanggilnya? Tong Ling melihat Pei- pei yang sedang berlari mendekatinya, hatinya langsung terasa berat, dia ingin pergi dari sana tapi setelah dipikir-ikir, dia berubah pikiran.

“Walaupun sekarang ini aku masih berada di wilayah Biauw, aku tidak takut, untuk apa menghindar dari orang yang tidak tahu malu ini?”

Otaknya terus berputar, dia berhenti melangkah, dengan dingin melihat Pei-pei yang berlari mendekatinya, kedua tangannya memang tidak diletakkan di dalam kantong senjata rahasia, tapi dengan kecekatan yang dia miliki kalau ada yang perasaan tidak cocok, senjata rahasia dengan cepat akan dilemparkan keluar.

Setelah tiba di depan Tong Ling, Pei-pei masih merasa sangsi, setelah jelas melihat gadis itu memang Tong Ling, hatinya merasa agak tenang dan bersamaan waktu dia roboh tersungkur di kaki Tong Ling.

Tong Ling terpaku, sifatnya memang keras dan cepat marah, tapi begitu melihat keadaan Pei-pei yang jatuh tersungkur, dia sadar telah terjadi sesuatu, segera dia terpikir pada Wan Fei-yang.

Karena mereka sama-sama hanya mengenal Wan Fei- yang, kecuali Wan Fei-yang mengalami musibah, kalau tidak, tidak ada alasan Pei-pei mengejarnya sampai kemari.

Tindakan yang dilakukan Wan Fei-yang semalaman tidak dipikirkannya, jika terjadi sesuatu itu pantas didapatkannya, tidak perlu peduli padanya, Tong Ling berpikir seperti itu, tapi kakinya tidak bergeser sedikit pun, dengan dingin dia melihat Pei-pei.

Pei-pei berusaha bangun, dia mencengkeram kaki Tong Ling nafasnya ngos-ngosan, tidak sanggup bicara. “Ada apa denganmu?” Tong Ling tertawa dingin. Pei-pei bertambah bersemangat, berteriak: “Cepat tolong Wan-toako!”

Ternyata benar, Wan Fei-yang mengalami musibah!

“Ada apa?” walau pun Tong Ling ingin sekali tahu tapi ekspresinya tetap dingin dan datar, nada bicaranya pun dingin, dia menjawab:

“Dia senang berlaku cabul, apa ada yang tidak beres?” Pei-pei tidak menghiraukan, berkata lagi:

“Kalau kau tidak menolongnya, tidak akan ada yang sanggup menolongnya!”

Setangah menyindir, Tong Ling berkata:

“Apakah ada yang merebut Wan Fei-yang dari tanganmu?”

Pei-pei mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi, Tong Ling tertawa:

“Itu adalah masalahmu, dia adalah suamimu, apa hubungannya denganku?”

Pei-pei melihat Tong Ling, lalu dengan tegas berkata: “Asal kau mau menolong, aku sudah merasa puas, ke

mana pun kau akan membawanya aku tidak akan melarang, juga tidak akan merebutnya darimu!”

Wajah Tong Ling menjadi merah dia membentak: “Siapa peduli! Jangan sembarangan bicara!”

Pei-pei adalah gadis yang lurus:

“Aku tahu kau suka padanya!”

“Kalau kau sembarangan bicara lagi, aku akan menghajarmu! Kau kira aku perempuan tidak tahu malu?”

Pei-pei menggelengkan kepala:

“Suka pada seseorang tidak ada salahnya, yang salah aku tidak boleh cemburu kepadamu, tidak boleh terlalu percaya pada kata-kata Suhu, dengan cara itu kita akan menolong Wan Fei-yang!”

“Akhirnya kau mengaku dengan cara sesat mendekati Wan-toako!”

Pei-pei menangis:

“Kata Suhu asal aku mendekati Wan-toako, induk serangga itu akan masuk ke dalam tubuh Wan-toako, sesudah itu Wan-toako tidak akan menyukai gadis lain, hanya suka padaku seorang saja.”

Tong Ling tertawa dingin:

“Guna-guna lagi, dari awal aku sudah bilang, kalian dari suku Biauw tidak ada yang baik, semua memelihara serangga dan menabur guna-guna untuk mencelakai orang.”

“Belum tentu untuk mencelakai orang   ” bela Pei-pei.

“Kau masih ingin membela diri? Wan Fei-yang akan mati karena ulahmu itu!”

“Aku tidak tahu akan terjadi seperti itu, tapi dengan cara apa pun, induk serangga itu sulit diusir dari tubuh Wan- toako!”

“Apa yang terjadi?” Tong Ling benar-benar ingin tahu, bersamaan waktu dia merasa di jalan banyak pejalan kaki yang sedang mendekati mereka.

Dua orang gadis cantik, yang satu berlutut di bawah memohon, yang seorang berteriak, pasti menarik perhatian banyak orang.

Seorang laki-laki tegap dan kuat datang menghampiri mereka dan bertanya:

“Dua orang gadis kecil, siapa yang menghina kalian, beri tahu kepadaku ”

Tong Ling tertawa dingin.

“Jangan ikut campur urusan kami, pergilah ” Laki-laki itu terpaku.

“Aku kasihan kepada kalian, mengapa kau malah membentak dan berlaku tidak sopan, kau pasti sedang menggencet gadis kecil itu ”

“Aku menyuruhmu pergi!” Tong Ling yang ingin melampiaskan kemarahannya, sekarang jadi ada sasaran di depan mata, dia segera menyapu laki-laki itu dengan kakinya.

Walaupun laki-laki itu kuat, tapi dia hanya bertenaga kasar, kalah dalam tenaga, dia disapu dan terbang ke atas genting, setelah tahu apa yang terjadi, wajahnya menjadi pucat, karena gugup dia berdiri tidak benar lalu terpeleset dan terjatuh ke bawah.

Orang yang menonton keramaian sadar seperti apa kelihaian Tong Ling, maka dengan cepat mereka pun bubar.

Pei-pei berteriak lagi:

“Asalkan kau mau menolong Wan-toako   ”

Tong Ling terdiam, dia melepaskan kakinya dari cengkeraman tangan Pei-pei dan berjalan ke arah luar kota.

Pei-pei mengikutinya dari belakang sambil terus memohon, karena Tong Ling adalah satu-satunya harapan baginya.

Tong Ling tampak kebingungan, tapi langkah nya tidak berubah, tidak cepat juga tidak lambat, ekspresinya tidak berubah, dari luar tidak terlihat apa yang sedang dia pikirkan.

Setelah berada di luar kota, Tong Ling baru berhenti melangkah, dia duduk di atas sebuah batu besar, Pei-pei berada di belakang dan memohon lagi:

“Asal kau mau menolong Wan-toako, apa pun yang kau suruh, akan kukabulkan!” “Kalau aku ingin kau meninggalkan Wan-toako dan tidak memilikinya lagi, bagaimana?” tanya Tong Ling.

Ini hal yang sulit.

Pei-pei terpaku, setelah berpikir sebentar, dengan nada terpaksa dia menjawab:

“Asal dia selamat, tidak apa-apa.” Akhirnya Pei-pei mengangguk, Tong Ling melihatnya, dalam hati dia merasa tidak enak, sekarang dia merasa yakin sekali Pei-pei benar- benar menyukai Wan Fei-yang, demi Wan Fei-yang dia rela mengorbankan segalanya.

Dia tidak tahu bagaimana perasaan Wan Fei-yang kepada Pei-pei, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang setelah lama termangu, akhirnya dia berkata:

“Beritahu kepadaku dengan jelas, sebenarnya apa yang terjadi!”

Pei-pei menjelaskan semuanya, dia gadis yang teliti, walaupun dalam keadaan tidak tenang, dia tetap bisa menceritakan semuanya dengan apik.

Tong Ling merasa terkejut, dia tahu apa yang Sat Kao inginkan dan Wan Fei-yang akan mengalami hal apa.

Dia juga mengerti isi hati Pei-pei, dia juga menyadari kalau dia sepanjang perjalanan tidak terus-menerus menyindir Pei-pei, hal ini tidak akan terjadi.

Jadi sekarang dia pun harus ikut bertanggung jawab, maka hatinya mulai gelisah.

Pei-pei terus menundukkan kepala, setelah selesai bercerita, dia baru berani menatap Tong Ling, dia melihat Tong Ling yang tampak cemas tapi tidak bisa melihat apa isi pikiran Tong Ling, sekarang yang dia harapkan adalah Tong Ling setuju menolong Wan Fei-yang. Tong Ling melihat, dia mengerti apa pikiran Pei-pei, tiba- tiba dia merasa Pei-pei tidak terlalu menyebalkan, tidak pantas di benci.

Lama... Tong Ling baru menarik nafas:

“Aku benar-benar tidak pernah melihat ada orang yang begitu polos dan tidak dewasa!”

Pei-pei menggelengkan kepala, Tong Ling menghembuskan nafas:

“Aku tidak mengerti, apakah perempuan suku Biauw jika ingin mendapatkan hati seorang laki-laki selalu menggemakan segala cara asal bisa mencapai tujuannya dan tidak pernah memikirkan akibatnya di kemudian hari!”

“Seharusnya aku berpikir. Suhu dan Wan-toako adalah musuh ”

“Selamanya akan seperti itu!”

“Aku belum pernah melihat orang yang dikatakan musuh itu seperti apa? Juga belum pernah melihat dengan cara apa Suhu menghadapi musuhnya!”

“Sekarang kau baru bisa mengerti, bagaimana keadaanku sepanjang perjalanan!” kata Tong Ling menyindir.

“Aku bukan ingin bertengkar denganmu, hanya saja   ”

Pei-pei menggelengkan kepala, “aku tidak tahan melihat Wan-toako terus bicara dengan-mu.”

Tong Ling sangat mengerti isi hati Pei-pei, dia melayangkan tangan untuk memotong:

“Sudahlah, jangan diteruskan lagi!”

“Kalau begitu, kita akan membicarakan apa?”

Tong Ling jadi tertawa salah, ingin menangis juga salah, dia tahu dia tidak berpengalaman, sifatnya keras juga terburu-buru, gampang menimbulkan masalah, tapi jika dibandingkan dengan Pei-pei, dia merasa dirinya jauh lebih dewasa.

“Tentu saja kita bicarakan bagaimana cara menolong Wan-toako!” dia menggelengkan kepala, hatinya terasa kacau.

“Kau setuju   ” karena senang air mata Pei-pei menetes.

“Tapi itu bukan demi dirimu!”

Begitu kata-katanya terucap keluar, dia segera tertawa kecut, akhirnya dia sadar ternyata dia juga tidak dewasa.

Tapi Pei-pei tidak merasakannya, dia hanya berkata: “Asalkan kau mau menolong Wan-toako, asal Wan-toako

tertolong, aku sudah merasa senang!”

Tong Ling melihatnya dan menggelengkan kepala:

“Sat Kao pasti sangat berhati-hati menjaga Wan-toako, ingin menolong Wan-toako tidak begitu gampang!”

“Aku tahu mereka sekarang berada di mana.”

“Apakah Sat Kao tidak tahu bahwa kau tahu tempat itu!” tiba-tiba Tong Ling bengong, dia seperti teringat sesuatu dan berkata sendiri, “murid seperti dirimu tidak banyak, berani bersekongkol dengan orang luar untuk memberontak kepada gurunya, aku yakin semua ini di luar dugaannya.”

Pei-pei tertawa kecut:

“Semua ini terjadi karena diriku, maka aku juga yang harus membereskannya, asalkan bisa menculik Wan-toako, biar Suhu mengejar, aku akan berusaha menghadangnya!”

“Kau telah merusak rencana gurumu, jika dia marah, dia akan membunuhmu!”

“Biarkan dia membunuhku, paling sedikit tidak banyak orang yang akan terbunuh!” kata-kata ini benar-benar muncul dari dasar hatinya paling dalam. Tong Ling tidak melihat kepalsuan dalam diri Pei-pei, kebencian kepada Pei-pei jadi berkurang.

Dan dia bertanya:

“Apakah kau benar-benar tidak mengerti dengan masalah induk serangga itu?”

Pei-pei mengangguk.

Tong Ling mengerutkan alis:

“Kalau begitu, setelah Wan-toako lolos, tidak ada cara untuk membuatnya kembali sadar, dan ke mana pun dia pergi, gurumu pasti akan tahu!”

“Setelah Wan-toako lolos, baru kita pikirkan caranya!” jawab Pei-pei.

“Kalau ada kesempatan lebih baik bunuh gurumu!” tiba- tiba Tong Ling berkata seperti itu.

“Kita jangan membunuh Suhuku ” Pei-pei berteriak.

Tong Ling menatapnya:

“Gurumu bukan orang baik-baik, mati pun tidak perlu disayangkan!”

“Tapi dia tetap Suhuku!”

“Kalau disuruh memilih hidup dan mati, antara guru dan Wan Fei-yang, kau memilih siapa?”

Pei-pei bengong.

Tong Ling tertawa dingin:

“Keinginanmu hanya sepihak, tidak melihat situasi.” “Mengapa bisa terjadi seperti ini?” Pei-pei tampak

bingung.

Tong Ling menarik nafas:

“Semua hal yang berada di dunia ini selalu seperti itu, kalau kakakmu ikut menghadang, apa yang akan kau lakukan?”

“Aku harus bagaimana?” Pei-pei malah balik bertanya. “Harus bagaimana?” kata Tong Ling tertawa kecut, “apakah aku harus mengajarkan kepadamu cara membunuh kakakmu?”

Dia menarik nafas:

“Hal ini benar-benar merepotkan, sekarang tidak perlu mengambil keputusan dulu, kita bisa berjalan selangkah demi selangkah!”

“Apakah kita harus berangkat sekarang?” tanya Pei-pei. “Apakah kau masih kuat berjalan?”

Pei-pei mengangguk, kata Tong Ling:

“Siang malam kau terus berjalan, bisa bertahan sampai sekarang sudah terhitung sangat kuat, kalau dipaksakan kau akan roboh, kerepotanku akan bertambah, walaupun kau tidak bisa banyak membantu, tapi kau sangat mengenal situasi di sini, ada kau di sisiku, itu akan lebih baik!”

“Kalau sekarang tidak cepat-cepat ke sana, aku takut tidak akan keburu ”

“Aku tidak berkata tidak pergi sekarang,” Tong Ling berdiri, dia berjalan ke arah kota.

“Bukan ke arah sana!” teriak Pei-pei.

“Tidak perlu tegang seperti itu, aku ke sana untuk mencari benda pengganti berjalan.”

“Pengganti berjalan   “

“Apakah kau tahu benda itu bernama kereta kuda, yang satu lagi bernama kusir?”

Pei-pei mengangguk:

“Tapi kedua benda itu tidak ada hubungannya dengan mereka. ”

“Ada sejenis benda yang bisa mengubah hati mereka. “Apa itu?”

“Uang!” Kekuatan uang sulit ditolak, untung dia dibantu karena Tong Ling cukup mempunyai banyak uang.

Dengan harga sepuluh kali lipat dari harga biasa Tong Ling bisa langsung menyewa sebuah kereta bagus, cepat, juga nyaman untuk membawa mereka berangkat.

0-o-0 BAB 09

Kusir itu terlihat sangat berpengalaman, melihat kedua gadis itu, dia tahu mereka bukan orang sembarangan, maka dia tidak berani banyak bertanya, hanya mengerjakan tugas seorang kusir.

Dia juga tahu uang yang dia dapatkan bukan uang yang gampang didapatkan, kalau dia menolak untuk memberangkatkan mereka, mungkin kereta ini akan dihancurkan oleh kedua gadis itu.

Ketika Tong Ling melempar laki-laki ke atas genting, saat itu kusir itu berada di sana, apa lagi keadaan ekonomi keluarganya sangat membutuhkan uang.

Seorang laki-laki biasanya ingin keluarganya makan kenyang dan tenang, kesempatan di mana dia bisa mendapatkan uang tidak akan dia lepaskan.

Setelah menerima uang, dia menyerahkan kepada keluarganya dan segera membawa kedua gadis itu berangkat menuju tempat tujuan, tekniknya membawa kereta pun dikuasai dengan baik.

Jalanan rata maka kereta melaju sangat tenang, Pei-pei terlalu lelah, begitu berada di dalam kereta, dia langsung terlelap.

Melihat gadis polos itu, Tong Ling menghela nafas.

0-0-0

Akhirnya Sat Kao berhasil membawa Wan Fei-yang ke tempat sembahyang rahasia, sepanjang perjalanan Wan Fei- yang begitu menurut, setelah masuk tempat rahasia itu, Sat Kao baru benar-benar merasa merasa tenang. Gagal satu kali baginya bisa dikatakan terlalu rugi.

Beng To sedang beristirahat dan memulihkan lukanya di tempat itu tapi sampai sekarang pernafasannya masih belum pulih seperti dulu, walaupun dia bisa bergerak tapi tubuhnya terlihat sangat lemah.

Dia mulai merasa tubuhnya lemas, dia mulai curiga Sat Kao hanya menghiburnya, sebenarnya ilmu silatnya sudah musnah, dia bukan seorang pesilat tangguh lagi.

Tapi Beng To percaya dengan perhatian Sat Kao kepadanya dan dia juga percaya Sat Kao sedang mencari cara untuk memulihkan kondisinya, letak persoalan ada pada Wan Fei-yang, begitu melihat Sat Kao membawa Wan Fei-yang, Beng To segera bersemangat lagi.

Dia lebih mengerti ilmu guna-guna dari Pei-pei tapi tetap masih di bawah Sat Kao, melihat orang yang terkena guna- guna dan reaksinya seperti apa, dia bisa langsung tahu dia sudah melihat Wan Fei-yang berada dalam kekuasaan Sat Kao, Wan Fei-yang tidak akan berani membantah perintah Sat Kao, kapan pun Sat Kao bisa mengalirkan tenaga dalam Wan Fei-yang ke dalam tubuhnya.

Tenaga dalam Wan Fei-yang sangat tinggi, apa lagi ilmu yang mereka latih adalah ilmu sejenis, kalau dia bisa mendapatkan tenaga dalam Wan Fei-yang keuntungannya benar-benar tidak diragukan lagi, terpikir akan hal ini, Beng To mulai tersenyum.

Wajah Sat Kao pun tampak berseri-seri, tadinya dia sangat khawatir Beng To tahu keadaannya seperti apa dan akan melakukan hal bodoh, setelah melihat Beng To tetap berada di ruang rahasia, bebannya jadi terlepas sebagian.

Mulutnya segera berkomat-kamit, lantunan manteranya mulai terdengar, laba-laba beroman manusia segera keluar dari semua penjuru, laba-laba itu merayap ke tubuh Wan Fei-yang.

Orang yang berhati-hati seperti dia tidak banyak, laba- laba itu tidak diragukan lagi merupakan jaminannya.

Wan Fei-yang tidak bereaksi apa pun, dia membiarkan laba-laba itu merayap memenuhi tubuhnya, dengan cepat dia sudah menjadi orang aneh.

Laba-laba itu satu per satu diam di atas tubuh Wan Fei- yang.

Beng To melihat semua itu dengan jelas, dengan senang dia berkata:

“Marga Wan, kali ini aku ingin melihat sampai dimana kegagahanmu?”

“Dia tidak akan menjawab pertanyaanmu, Wan Fei-yang yang sekarang tidak berbeda jauh dengan orang mati!” jawab Sat Kao.

“Apakah tenaga dalamnya masih ada?”

“Kalau tidak ada, untuk apa aku dengan susah payah membawanya kemari!”

“Suhu benar-benar baik hati, apakah Suhu merasa lelah?”

“Aku tidak lelah, hanya saja sepanjang perjalanan aku khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan, siang malam kami terus berjalan.”

“Apakah induk serangga itu sudah berada di dalam tubuhnya?”

“Kalau tidak, dengan ilmu lweekangnya yang begitu tinggi, mana mungkin aku bisa menguasainya?” tangan Sat Kao secara tidak sengaja melayang dan Wan Fei-yang segera mendekati Beng To. “Ilmu dukun Suhu benar-benar sudah berada di puncaknya dan benar-benar membuatku kagum!”

“Kali ini kalau bukan karena Pei-pei, induk serangga itu tidak akan bisa mendekati Wan Fei-yang!”

“Oh ya, sekarang Pei-pei pasti sudah tahu apa yang terjadi!”

“Dia tidak ikut aku kembali, hal ini membuatnya menjadi benci kepadaku tapi aku terpaksa melakukannya!” jelas Sat Kao.

Beng To menggelengkan kepala:

“Anak perempuan tahu apa? Dia hanya menyukai Wan Fei-yang dan tidak ingin Wan Fei-yang terluka, maka bisa berlaku seperti itu, setelah lewat beberapa saat dia pasti akan lupa, dia akan kembali!”

Sat Kao tertawa kecut:

“Tampaknya kau yang menjadi kakak pun tidak begitu mengerti tentang dia, kali ini dia benar-benar serius!”

“Tidak ada cara lain, sebab kita tidak bisa melepaskan Wan Fei-yang!” kata Beng To.

“Ingin melepaskannya pun tidak bisa!” “Apakah karena induk serangga itu ”

“Kau benar-benar pintar!” Sat Kao sangat senang, “kalau Pei-pei mempunyai setengah dari kepintaranmu, dia tidak akan mau melakukan hal ini!”

Beng To tampak sedikit khawatir:

“Kalau tenaga dalamnya semua tersedot keluar, apakah induk serangga itu akan marah?”

“Seharusnya tidak, menurutku kalau tidak salah induk serangga itu tidak mau keluar karena ini pertama kalinya dia masuk ke dalam tubuh manusia, dia merasa lebih nyaman di dalam tubuh manusia dibandingkan di dalam kotak giok itu!” “Memang lebih nyaman, apakah setelah tenaga dalamnya disedot akan ada perubahan terhadap tubuhku, apakah akan membuat induk serangga itu merasa tidak nyaman?” tanya Beng To.

“Serangga yang berada dalam pengaruh guna guna, biasanya terhadap tenaga dalam yang ada di dalam tubuh tidak bereaksi apa pun, apakah induk serangga itu akan berlaku seperti itu? Sampai saat ini aku belum merasa yakin, tapi sewaktu mengambil tenaga dalam, kita harus lebih berhati-hati, jika terjadi perubahan, kita bisa berhenti tepat pada waktu!”

“Suhu!”

“Kalau begitu malah akan membuat repot “Kau adalah satu-satunya harapanku!”

“Aku akan berusaha, walaupun harus berkorban nyawa, aku tidak akan mengecewakan Suhu!”

Sat Kao menggelengkan kepala:

“Sebaliknya, setiap saat kau harus menyayangi nyawamu, kalau tidak, aku benar-benar tidak mempunyai harapan lagi!”

Beng To menundukkan kepala, Sat Kao berkata lagi: “Bakatmu berada di atas semua orang, kau adalah orang

berbakat dalam ilmu silat, orang seperti dirimu jarang ada, maka kau jangan meremehkan dirimu, dan dengan gampang bertarung hingga mengorbankan nyawa!”

“Bukankah murid sudah kalah oleh Wan Fei-yang?” “Karena     dia     lebih     awal     menguasai     ilmu     ini,

pengalamannya lebih banyak darimu, walaupun kau kalah darinya, tapi tidak berbeda jauh, kelak kau akan bisa melebihi kemampuannya, itu bukan hal yang sulit!” Sat Kao tertawa, “apa lagi mulai hari ini sudah tidak ada lagi orang yang bernama Wan Fei-yang, kelak tidak akan ada pesilat tangguh yang datang untuk bersaing denganmu!”

Akhirnya dari wajah Beng To bercahaya, dia juga tampak berseri-seri:

“Dengan cara apa Suhu membereskan Wan Fei-yang?” “Dengan Ih-hoa-ciap-bok menghisap tenaga dalam yang

ada di dalam tubuhnya hingga habis, kemudian menyembunyikan dia di sebuah tempat rahasia, lalu membuat induk serangga yang ada di dalam tubuhnya berpindah tempat ke tempat lain agar Wan Fei-yang bisa memulihkan ingatannya dan memancing dia menceritakan cara-cara berlatih Thian-can-sin-kang!”

“Tapi menurutku, dia harus dibunuh agar tidak terjadi bencana di kemudian hari!”

“Kau khawatir ilmunya akan pulih?” “Itu sangat mungkin!”

Sat Kao menggelengkan kepala:

“Dia adalah murid perkumpulan lurus, ilmu yang dipelajarinya tidak ada ilmu seperti Ih-hoa-ciap-bok jadi dia tidak bisa mengambil tenaga dalam orang lain untuk memulihkan tenaga dalamnya, kita pun tidak akan memberi kesempatan ini, apa lagi induk serangga itu masih suatu halangan.”

Tiba-tiba Beng To seperti teringat sesuatu, dia merasa sedikit menyesal:

“Aku masih ingat penghinaan sewaktu kalah di tangannya, aku ingin membalas dendam, aku lupa keberadaan induk serangga sangat berpengaruh kepada Suhu!”

“Kalau kau pindahkan Thian-can-sin-kang yang dia dapatkan dengan susah payah, itu juga balas dendam terbesar, membantunya memulihkan ingatannya, akan membuatnya tahu apa yang telah terjadi, hatinya akan sedih dan kesedihannya tidak terlukiskan, jika membunuh dia atau membiarkan dia jadi orang idiot, baginya malah menjadi semacam kemurahan hati!”

Ternyata Beng To tidak terpikir masalah ini, setelah tahu dia tertawa sambil bertepuk tangan:

“Kata-kata Suhu benar-benar mengejutkan orang yang sedang bermimpi, betul juga, membunuh dia baginya adalah semacam kemurahan hati, itu tidak ada artinya sama sekali!” “Kau biarkan dia tahu bahwa kau menggunakan Thian- can-sin-kang miliknya, sehingga bisa berjaya di dunia persilatan Tionggoan dan tujuan pertama adalah memukul...

Bu-tong-pai!”

“Ide yang bagus!” Beng To sangat gembira.

Sat Kao benar-benar tidak salah memilih orang, memang dari lahir Beng To sudah mempunyai sifat iblis, dia tidak terima dunia ini terlalu tenang.

“Apa lagi....” Sat Kao berkata, “Bu-tong-pai mengambil inti sari dalam penciptaan Thian-can-sin-kang, itulah seperti menjadi tamu di rumah sendiri, banyak hal bisa kita pelajari, kalau masih bisa menerobos, bukankah itu akan lebih baik?”

Beng To mengangguk:

“Aku tahu di luar langit masih ada langit, dan aku tidak akan berbuat sombong aku pasti akan bertambah giat belajar dan lebih maju lagi!”

“Inilah semangat orang yang belajar ilmu silat, kalau hanya maju selangkah demi selangkah saja sudah merasa cukup, pikiran ini paling tidak baik!”

Kata-kata Sat Kao memang masuk akal, tapi cara-caranya terlalu rendah dan keji. Di sinilah perbedaan antara golongan lurus dan golongan sesat.

Mata Beng To melihat Wan Fei-yang lagi, dia tertawa: “Aku memang kalah di tanganmu hingga terluka berat,

tapi aku harus berterimakasih kepadamu, setelah mendapatkan pelajaran ini, aku akan lebih berhati-hati!”

Tentu saja Wan Fei-yang tidak bisa menjawab, Beng To pun tidak berkata apa-apa lagi, lalu dia berkata kepada Sat Kao:

“Aku yang menjadi kakak pasti harus memikirkan adikku!”

Tiba-tiba Sat Kao terharu:

“Dunia begitu luas, kita bisa saling mengenal, itulah jodoh yang sangat hebat, apa lagi hubungan darah, kalau bukan karena terpaksa, jangan saling membunuh!”

“Murid mengerti!” Beng To mengangguk. Sat Kao menarik nafas lagi:

“Kau mengerti prinsip ini, namanya watak bawaan!” “Suhu seperti terharu?” Beng To mencoba-coba

menyelidik.

Sat Kao tidak menjawab, dia melangkah ke tempat lain, Beng To sangat tahu seperti apa sifat gurunya, dia tidak menjawab, berarti ada kesulitan yang membuatnya tidak mau menjawab atau ada rahasia yang tidak ingin orang lain tahu, maka dia tidak bertanya lagi.

Di tempat sama, banyak genderang besar juga kecil dan berbentuk aneh, Sat Kao duduk di sana dan berkata sendiri:

“Kalau Wan Fei-yang bisa sadar kembali, walau pun tidak bisa bersilat lagi, Pei-pei pasti akan merasa cukup puas.”

“Murid akan membuat mereka bisa hidup senang!” kata Beng To. “Wan Fei-yang tidak akan senang, tapi kita tidak bisa memperhatikan semua pihak!” kata Sat Kao.

“Asal Pei-pei senang, yang lain biarkan saja!” Sat Kao mengangguk:

“Mulai sekarang kau harus berhati-hati dan harus lebih berkonsentrasi, menyedot tenaga dalam Wan Fei-yang yang berbeda dengan yang dulu, dia lebih kuat, kalau tidak berhati-hati kau akan gagal, kau akan terganggu, nyawaku juga akan terancam!”

“Murid mengerti!” Beng To menarik nafas panjang, pikirannya dipusatkan dengan tenang menunggu Sat Kao menggunakan ilmu guna-guna.

Setelah semua siap, Sat Kao mulai memukul genderang besar juga kecil, sewaktu tangannya melayang lonceng yang menempel di tubuhnya ikut berbunyi, dari hama pelan menjadi cepat, menjadi sebuah musik aneh.

Laba-laba itu mengikuti alunan musik terus merayap, satu per satu mendekati Wan Fei-yang, setiap laba-laba membawa serat sarang laba-laba yang bercahaya.

Mata Sat Kao pelan-pelan dipejamkan.

Dia tidak perlu merasa khawatir dengan aksi laba-laba, dia hanya merasa khawatir dengan reaksi induk serangga, karena mereka bisa kontak batin, hanya berdasarkan perasaan dia bisa melihat reaksi induk serangga itu.

Dia tidak perlu melihat posisi genderang, setiap kali genderang ditabuh nadanya tidak pernah meleset.

Wan Fei-yang tetap tidak bereaksi apa-apa, seperti tidak ada perasaan apa pun, kalau bukan karena sarafnya mati rasa, pasti karena induk serangga itu sudah menguasai syarafnya, dia menyetujui gerakan Sat Kao. Mata Sat Kao memang terpejam tapi dari sudut mulut terlihat ada tawa, gerakan memukul genderangnya sangat ringan seperti orang yang sudah terlepas beban.

Suara genderang yang ringan, laba-laba pun bergerak dengan ringan dan lincah, benang sutra laba-laba terlihat lebih terang.

Beng To tidak merasakan perubahan suara genderang karena ekspresi wajahnya tidak mengalami perubahan yang berarti, kalau dia tidak bisa menguasa diri, mana mungkin dia disebut pesilat tangguh.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar