Tengkorak Maut Jilid 26

 
Jilid 26

SAMBIL menggertak gigi dia berpikir lebih jauh.

"Benar, pastilah penghianat ini yang melakukan perbuatan tersebut, setelah mencuri kitab pusaka dari gereja siau lim si, dia lantas membinasakan Lian hoan hwesio yang menjaga ruang penyimpan kitab sambil mencatut nama guruku.. pastilah tujuannya hendak menfitnah guruku sehingga beliau bermusuhan dengan pihak gereja siau lim si. Hmm Tahulah sudah aku sekarang, tampaknya sudah sekian lama dia mengincar kedudukan ketua tersebut, dan tak segan- segannya menggunakan pelbagai cara untuk melenyapkan setiap saingannya.." Baru saja dia berpikir sampai disana, dua sosok bayangan manusia telah melayang masuk kedalam gelanggang.

Begitu mengetahui siapa yang datang Han siong Kie merasakan hatinya tergetar keras sebab yang datang ternyata tak lain tak bukan adalah pengemis dari selatan dan padri dari utara, dua orang tokoh sakti dalam dunia persilatan.

Dipihak lain, pertarungan antara kelima orang tianglo itu melawan para pengawal berlangsung terus dengan serunya, dalam pertarungan tersebut ada empat orang pengawal baju hijau yang berilmu agak cetek sudah menggeletak menjadi mayat, sementara diantara pengawal2 baju kuning juga ada tiga orang sudah mundur dengan luka cukup parah.

setajam sembilu sorot mata Wi It beng, ia menyapu sekejap wajah pengemis dari selatan dan padri dari utara, kemudian sambil tertawa seram katanya: "Heehhh heehh heehhh luas sekali pengetahuan kalian berdua"

Pengemis dari selatan dan padri dari utara saling berpandangan sekejap. kemudian mereka berjalan menghampiri Han siong Kle.

Melihat itu, untuk kesekian kalinya Wi It beng tertawa seram, ia mengejek sinis: "Apakah kalian berdua sengaja datang ke mari untuk menghantar kematian.??"

Tanpa sadar pengemis dari selatan danpadri dari utara menghentikan langkahnya dan berpaling, sesudah mendengar ucapan itu, namun mulut mereka masih tetap membungkam. Han siong Kle tidak tahan lagi, dia segera membentak nyaring:

"Wi It beng, rupanya engkau yang telah mencuri kitab pusaka Toa boan yo sin kang dari gereja siau lim si, dan engkau pula yang telah membinasakan Lian huan hwesio kemudian menfitnah guruku.. Hmm Tak kusangka engkau begitu licik dan pandai memutar balikkan duduknya persoalan" "Heee heeeh heeeehh ucapanmu benar, memang akulah yang telah melakukan kesemuanya itu, lantas kau mau apa?" sahut Wi It beng sambil menarik muka.

"Hmm sekalipun engkau mampus seratus kalipun belum tentu bisa menebus semua dosa2mu itu"

Haaahh haaaahh haaaahh bocah yang tak tahu diri, kematianmu sudah berada di ambang pintu, berani benar engkau ngebacot terus tak karuan-.."

suatu jeritan ngeri berkumandang lagi memecahkan kesunyian, kembali seorang pengawal baju hijau menggeletak tak bernyawa. . .

Menyaksikan kejadian tersebut, Wi It beng sadar bahwa gelagat tidak menguntungkan dirinya, jika dibiarkan berlangsung terus, keadaan tersebut maka besar kemungkinannya semua pengawal andalannya akan mati di ujung toya kelima orang tianglo itu "Mundur semua" bentaknya kemudian dengan suara dingin-

-ooodwooo-

BAB 53

PADA hakekatnya kawanan pengawal istana itu sudah kewalahan menghadapi serangan gencar dari kelima orang tianglo tersebut, tapi mereka berusaha keras untuk mempertahankan diri sebab tak berani tunjukkan sikap jeri mereka dihadapan Tee-kun nya, karena itu seruan tadi bagaikan firman pengampunan menjelang kematian saja, cepat mereka mengundurkan diri kebelakang.

Sesudah kawanan pengawal itu mundur semua, barulah Wi It beng bergerak kedepan sambil secara beruntun melepaskan tiga buah pukulan berantai, dimana bayangan telapak berkelebat lewat disitulah terdengar dengusan berat menggema di udara, dalam waktu singkat kelima orang tianglo itu sudah terdesak hebat hingga mundur tercerai berai dengan sempoyongan.

Dipihak lain, Han siong Kie sedang memandang kearah Pengemis dari selatan dan padri dari utara dengan sorot mesa menyesal, katanya dengan suara lirih:

"Maaf engkoh tua berdua, aku minta kalian tak usah mencampuri urusan ini, sebab urusan ini adalah urusan rumah tanggaku sendiri"

"Urusan rumah tanggamu sendiri?" tanya pengemis dari selatan dengan sepasang mata melotot.

"Begitulah kenyataanya engkoh tua, harap engkau bisa memaklumi keadaanku ini"

"Tapi saudara cilik. tahukah engkau bahwa luka yang kau derita cukup parah?"

"Tidak menjadi soal, luka itu tak kuperhatikan sama sekali" sahut Han Siong Kie sambil tertawa getir, "bagaimana pun ku harap kalian berdua segera tinggalkan tempat ini?" .

Baik pengemis dari selatan maupun padri dari utara sama2 adalah jago persilatan yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun, tentu saja segala tata cara dan titik bengek tersebut dipahami olehnya, mereka tahu bahwa urusan rumah tangga orang lain tidak pantas dicampuri orang lain oleh karena itu sesudah saling berpandangan sekejap, akhirnya mereka berkata:

"Baiklah, kalau engkau sudah berkata demikian kami jadi tak baik untuk tetap berada disini.."

Berbicara sampai disitu mereka lantas putar badan dan berlalu dari sana.

"Hmm Memangnya kalian berdua hendak pergi dengan begitu saja?" tiba2 Wi It beng menegur kembali dengan mendengus dingin. "Ada apa?" tanya pengemis dari selatan dengan alis berkenyit. "memangnya engkau sudah penuju dengan aku sipeminta tua?"

"Tetapi sekali ucapanmu itu aku memang penuju sekali dengan dirimu. Bukankah kamu berdua sudah kenali ilmu Boan yo sin kang milik kaisarmu ?"

"Nah, itulah dia.. akan kuhantar kalian berdua untuk pulang kealam barat dengan kepandaian sakti itu, dari pada hidup didunia toh kalian bakal cerewet belaka?"

Dari ucapan itu jelaslah sudah kemana Wi It beng membawa pembicaraan tersebut, rupanya dia berhasrat untuk melenyapkan kedua orang jago itu berhubung perbuatan busuknya atas geteja siau lim si sudah ketahuan.

Bilamana ilmu silat yang dimiliki Han siong Kie tidak terlalu lihay, tak nanti ia keluarkan ilmu Boan yo sinkang tersebut tapi sekarang dia bertujuan lenyapkan Han siong Kie dan merampas lencana ok kui cupay untuk menegakan kembali kewibawaannya sebagai seorang Tee kun, terpaksa kepandaian simpanannya itu dikeluarkan. sementara itu Padri dari utara telah merangkap tangannya sambil berkata:

"Omitohud Kalau toh sicu memang berhasrat begitu, rasanya tiada perkataan lain yang bisa kukatakan lagi, bila ingin turun tangan silahkan saja segera turun tangan"

Pengemis dari selatan menyambung sambil tertawa tergelak:

"Haaah haaah haaah betul, memang tepat sekali ucapan tersebut, Kalau memang engkau sudah penuju pada diriku, akupun tidak akan banyak bicara, toh aku si pengemis tua sudah bosan hidup ... hayo ambillah nyawaku ini"

sudah tentu Han siong Kie tidak mengijinkan kedua orang tua itu terlibat dalam persoalan perguruannya sendiri, dengan gelisah bercampur gusar dia maju dengan sempoyongan, sambil menahan sakit dalam isi perutnya ia berseru kepada dua orang tokoh silat itu.

"Engkoh tua, locianpwe Disini sudah tak ada urusanmu lagi, aku harap kalian berdua segera tinggalkan tempat ini"

"Eeh... memangnya engkau tidak dengar bahwa orang lain tidak mengijinkan aku berdua tinggalkan tempat ini?" sahut pengemis dari selatan dengan mata melotot.

"Engkoh tua, loocianpwe Ketahuilah mencampuri urusan rumah tangga orang lain merupakan pantangan terbesar bagi umat persilatan, aku minta janganlah kalian bikin hatiku jadi susah dan serba salah"

"Kuakui kalau ucapan saudara cilik tidak salah, tapi engkau tua dan menyaksikan sendiri bahwa situasi yang kita hadapi sekarang sama sekali berlainan, aku rasa engkau sendiripun-."

"Engkoh tua, ataukah kalian hendak menunggu sampai saudara cilikmu ini mempersilahkan sendiri kepergianmu?" tukas anak muda itu secara tiba2.

sudah tentu maksud dari Han siong Kie mengusir dua orang sahabatnya itu bukan lantaran apa2, maksud yang sebenarnya adalah karena dia tak tega menyaksikan kedua orang sahabatnya ini ikut jadi korban di tangan lawan, jelas ilmu silat mereka masih belum sanggup menandingi lawannya, bila Wi It beng berhasrat membunuh mereka jelas itu bukan pekerjaan yang terlalu menyulitkan dirinya.

Wi It beng bukan orang bodoh, dia sendiripun tahu kalau akan maksud hati anak muda itu, kontan dia tertawa seram.

"Haaah haah haaah Manusia berwajah dingin, lebih baik tak usah buang waktu dan tenaga dengan percuma, ketahuilah nasibmu telah berada ditanganku, akulah yang akan menentukan kalian semua harus mampus sekarang juga atau tetap hidup dikolong langit " "Manusia bedebah, jangan tekebur lebih dahulu, ucapan semacam itu terlalu pagi kalau diutarakan pada saat sekarang " hardik Han siong Kie dengan gusarnya.

sekali lagi dia ayun lencana ok kui cuipay nya ketengah udara, segenap sisa kekuatan yang masih dimilikinya disalurkan kedalam lencana tersebut, tampaklah sekilas cahaya tajam langsung memancar kedepan dan mencapai sejauh satu kaki dari kedudukan pemuda itu.

Gerakan ini sangat taktis dan tepat, karena gegabah dan kurang perhatian Wi It beng seketika terkurung oleh cahaya tajam tersebut, sementara pikirannya jadi buyar, Han siong Kie telah melancarkan serangan mautnya dengan ilmu jari Tong kim ci.

Dengus tertahan memecahkan kesunyian, tak tahan wi It beng roboh terjengkang ke atas tanah.

Han siong Kie segera membentak keras:

"Tianglo berlima, dengarkan perintah segera perintahkan dua orang tamu ini untuk tinggalkan gelanggang"

Lima otang tianglo itu serentak mengiakan, lima belah toya berkepala setan langsung di sapu kedepan menggulung tubuh pengemis dari selatan dan padri dari utara.

Tentu saja Pengemis dari selatan dan padri dari utara tak ingin melibatkan diri dalam suatu pertarungan, tanpa menunggu ke lima orang tianglo itu mendekati tubuh nya, mereka sudah kabur tinggalkan tempat itu.

Menunggu dua orang jago tersebut sudah lenyap dari pandangan mata, Han siong Kie baru bisa menghembuskan napas lega, dia tarik kembali lencana mustikanya dari sisi maju kedepan untuk memeriksa keadaan luka Tee kun itu.

siapa tahu batu saja lencana nya ditarik kembali. Tiba2 Wi It beng loncat bangun kemudian memperdengarkan suara gelak tertawanya yang amat mengerikan. Betapa tercekatnya hati anak muda itu, dari gelak tertawa yang mengerikan itu, ia tahu bahwa luka yang diderita pihak lawan sama sekali tidak parah.. Apa yang telah terjadi ?

Rupanya pada saat itu luka yang diderita Han siong Kie sangat parah sekali, disamping itu diapun harus kerahkan dulu tenaga dalamnya kedalam lencana mutiara.. karena itulah meskipun angin serangannya dapat telak ditubuh lawan, namun tenaga serangan nya lemah sekali.

Padahal sekujur badan wi It beng terlindung oleh hawa sakti Boan yo sin kang, karenanya meskipun serangan tersebut bersarang telak di tubuh nya, namun hanya mengakibatkan sedikit lecet saja pada kulis tubuh nya.

selama ini dia masih tak mampu untuk bangkit, ini bukan akibat dari luka tersebut melainkan kekuatan tubuh nya lenyap sebab terpengaruh oleh sinar tajam itu.

Maka begitu Han siong Kie menarik kembali serangannya, kekuatan dalam tubuh Wi It beng pulih kembali. serentak dia loncat bangun.

Dengan mulut mengerikan karena terpengaruh oleh hawa napsu membunuh yang berkobar-kobar, selangkah demi selangkah Wi It beng bergerak maju kedepan.

Kelima orang tianglo itu bertindak cepat melihat ketuanya terancam, serentak mereka lintangkan toyanya didepan dada dan berdiri dibelakang anak muda itu. Han siong Kie ayun kembali lencana nya untuk mempengaruhi kekuatan lawan-

Tapi kali ini wi It beng telah membuat persiapan, secepat petir tubuh nya menghindar kesamping, kemudian sebuah pukulan Boan yo sinkang dilontarkan kedepan.

Desingan angin tajam memekikan telinga bagaikan gulungan ombak samudra ditengah hembusan angin puyuh langsung menerjang tubuh Han siong Kie serta kelima orang tianglonya. Han siong Kie berenam jadi terperanjat, tanpa berpikir panjang mereka ayun pula telapak tangannya untuk menyambut datangnya serangan tersebut.

"Blaaamm.." suatu ledakan keras menggelegar di angkasa, dengan sempoyongan kelima orang tianglo itu terdorong mundur sampai tercerai berai ke mana2, sebaliknya Han siong Kie yang sudah terluka termakan oleh serangan itu lukanya makin parah, sekali lagi dia muntah darah segar.

Wi It beng memang seorang jago yang tangguh, meskipun seorang diri harus menghadapi serangan gabungan dari enam orang, akan tetapi dia hanya dipaksa mundur sejauh tiga langkah.

Kilat tajam sorot mata Wi It beng melebihi tajamnya sembilu, tiba2 dia menyapu sekejap sekitar hutan ditepi hutan, kemudian tegurnya dengan lantang:

"Tokoh silat dari manakah yang telah berada disitu? Kalau sudah datang mengapa tidak segera munculkan diri?"

Mendengar seruan itu, semua jago yang ada dalam gelanggang sama2 alihkan sorot matanya ke arah hutan-..

Gelak tawa yang menyeramkan berkumandang dari dalam hutan, menyusul mana sesosok bayangan hijau bagaikan sukma gentayangan munculkaa diri dari hutan, begitu cepat gerak tubuhnya hanya sekejap mata ia sudah tiba dihadapan para jago.

orang itu bukan lain adalah seorang manusia berkerudung yang memakai baju warna hijau.

Mengetahni siapa yang muncul, bergetarlah perasaan Han siong Kie, diam2 peluh dingin membasahi tubuhnya.

Air muka Wi It beng sendiripun berubah hebat, tegurnya kemudian-"siapa engkau?" Manusia berkerudung itu tetap membungkam dalam seribu bahasa, tangan kanannya perlahan di ayun kedepan dan tahu2 sebuah tengkorak warna merah sudah muncul di depan mata.

"Haah.. Tengkorak maut?" seru Wi It beng dengan hati tercekat.

Paras muka kelima orang tianglo serta kawanan pengawalpun berubah hebat, mereka tak mengira kalau Tengkorak maut yang di segani tiap umat persilatan di daratan Tionggoan telah munculkan diri dalam saat begini.

Di antara sekian banyak orang hanya Han siong Kie seorang yang tahu bahwa tengkorak maut yang berada dihadapannya sekarang ini tak lebih hanya tengkorak maut gadungan, hatinya bergetar keras dan paras mukanya terpengaruh oleh emosinya.

Dalam sekejap mata suasana dalam gelanggang berubah jadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun-

Ditengah keheningan itulah tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, di susul seseorang berseru kesakitan.

Dengan sempoyongan Han siong Kia mundur kebelakang, darah segar meleleh terus dari ujung bibirnya.

Dalam sekejap mata itu pula lencana ok kui cupay telah berpindah tangan, kini benda tersebut telah berada ditangan tengkorak maut yang lihay itu.

Tindakan dari Tengkorak maut ini sama sekali berada diluar dugaan semua orang, siapapun tak menyangka kalau tokoh sakti itu sudi merampas ok kui cupay tanda kepercayaan dari Huan mo kiong.

Paras muka Wi It beng berubah hebat, tubuhnya gemetar menahan emosi. Jauh2 dari Thian lam menuju daratan Tionggoan, tujuan wi It beng adalah melenyapkan Han siong Kie serta merampas lencana ok kui cupay yang merupakan tanda kekuasaan dari istana Huan mo kiong, dan kini dikala lencana tersebut hampir terjatuh ke tangannya. Tahu2 sudah dirampas oleh Tengkorak maut, bisa dibayangkan betapa gusar dan gelisahnya jago ini.

"Tengkorak maut, hayo serahkan kepadaku benda itu" hardiknya keras2.

"Heehh heehhh heehhh apanya yang serahkan kepadamu?" jengek Tengkorak maut sambil tertawa seram.

"Apa lagi? tentu saja lencana ok kui cupay tersebut" "Haahh haahhh haaa... Wi It beng menurut apa yang

kuketahui, engkau tak lebih hanya seorang anggota murtad

dari aliran Thian lam dan lagi kedudukanmu sebagai Tee kun sudah terhapus, memangnya lencana ini masih menjadi milikmu??"

"Tutup mulutmu, Jawab saja, mau diserahkan kembali kepadaku atau tidak ?"

"Memangnya engkau mampu melakukan sesuatu yang luar biasa atas diriku ini? " ejek Tengkorak maut.

"Bangsat Rupanya engkau memang sudah bosan hidup," teriak Wi It beng dengan gusarnya. setelah membuat satu gerak melingkar di depan dada, sepasang telapak tangannya langsung dilontarkan ketubuh Tengkorak maut, bukan saja cepat sekali serangan itu, bahkan ganas dan keji.

"Waah.. kalau cuma mengandalkan ilmu kucing kaki tiga seperti ini masih jauh kalau ingin merobohkan aku"

Tiba2 ia melesat kedepan sejauh dua kaki, kemudian ejeknya dengan nada sinis. . "Wi It beng, manusia tolol sampai ketemu lain kali " Berbareng dengan berakhirnya ucapan tersebut, tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan yang lebat.

Betapa murkanya Wi It beng ketika ia lihat Tengkorak maut telah berlalu dengan begitu saja, ia berpaling dan melotot sekejap kearah Han siong Kie dan kelima orang tianglo itu dengan tatapan benci, kemudian dengan wajah menyeringai ucapnya:

"Baik..baiklah... akan kuselesaikan kalian lebih dahulu sebelum kubikin perhitungan dengan Tengkorak maut"

Keadaan Han siong kie ketika itu sangat lemah, jangan toh harus bertempur, untuk berdiri sendiripun sudah tak mampu.

Lima orang tianglo itupun merasa sedih bercampur gusar, kini ketua mereka telah terluka parah, itu berarti mereka berlima tak akan mampu menghadapi kelihayan wi It beng kendatipun turun tangan bersama2

Dari sikap musuhnya yang begitu seram, merekapun sudah tahu bahwa musuhnya tak akan melepaskan mereka berenam dengan begitu saja, asal mereka sudah mati maka perguruan Thian lam pasti akan terjatuh ketangan manusia biadab ini, itu berarti pula bahwa kejayaan dan kecermerlangan perguruan mereka harus berakhir sampai disini saja.

Walaupun sadar bahwa kepandaian mereka bukan tandingan lawan, namun mereka tak sudi menyerah kalah dengan begitu saja, mereka bersiap sedia melakukan perlawanan hingga titik darah yang penghabisan-

Diiringi bentakan nyaring, kelima orang tianglo itu segera putar toya kepala setannya dan menerjang Wi It beng dengan ganas.

"Bluuk..." suatu jerit kesakitan terdengar, Liok sau tan terhajar telak oleh serangan itu hingga mencelat kebelakang dan tewas seketika itu juga. Menyaksikan rekannya mati terbunuh, empat orang tianglo yang lain jadi semakin kalap. serangan mereka semakin gencar, toya saktinya diputar sedemikian rupa sehingga Wi It beng benar2 kena dikurung ditengah kepungan.

Kematiam rekan seperguruan yang berlangsung didepan mata membuat keempat orang tianglo itu benar2 teramat gusar, mereka sudah bertekad untuk beradu jiwa, maka setiap serangan yang dilancarkan Sebagian besar merupakan serangan adu jiwa yang sangat mengerikan-

Dalam waktu Singkat Wi It beng sudah di bikin ketitir hebat dan kalang kabut tidak karuan, posisinya amat terdesak sedang jiwanya terancam oleh mara bahaya.

Lambat laun Wi It beng jadi naik darah juga, ia tahu jika pertarungan dibiarkan berlangsung terus dalam keadaan begini, niscaya wibawa dan gengsinya akan merosot.

Suatu ketika ia mendengus dingin, kemudian sambil menerjang kemuka secara beruntun dia lancarkan delapan buah serangan berantai yang cukup gencar, hanya sesaat saja posisi diatas angin telah terjatuh kedalam genggamannya.

Jerit kesakitan tiba2 berkumandang lagi memecahkan kesunyian, dalam suatu sergapan kllat, Seng Thian pau tianglo kedua dari istana Huan mo-kiong ini tak sempat menghindarkan diri dari serangan. dadanya terhajar telak sehingga ia muntah darah segar, tak ampun lagi tubuhnya terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa.

Kematian dari rekannya yang kedua ini semakin membuat tianglo lain yang masih hidup jadi kalap. To It hui tianglo pertama, Ang Pat siu tianglo ketiga dan Sah Jin ho tianglo kelima dengan mata yang berapi-api dan muka menyeringai seram berulang kali membentak keras ibarat guntur yang menggelegar di angkasa.

Tiga batang toya baja mereka dengan diputar sedemikian rupa merupakan serangkaian bayangan serangan yang tajam dan tebal bagaikan awan yang memenuhi angkasa, di iringi desingan tajam serentak menyergap membabat dan menghantam batok kepala musuhnya.

Ketiga orang tianglo ini sudah mata gelap dibuatnya, mereka jadi nekad dan tak takut mati, dengan sendirinya serangan yang dilancarkan ketiga orang inipun jauh lebih dahsyat lagi.

Wi It beng tertawa terkekeh2, ia tak pandang sebelah matapun terhadap serangan2 musuhnya, dikerubuti lima orang pun dia sanggup melakukan pembantaian apalagi sekarang musuhnya tinggal tiga orang.. secara beruntun dia lepaskan dua belas buah pukulan dahsyat.

Begitu kedua belas buah pukulan itu dilancarkan kemuka, secara beruntun terdengarlah tiga kali jerit kesakitan menggema diangkasa, dalam waktu singkat dari antara lima orang tianglo yang gagah berani ada dua sudah mampus dan tiga lainnya menderita luka parah.

suasana untuk sesaat jadi hening dan sepi, kendatipun hawa napsu membunuh masih menyelimuti seluruh angkasa dengan tebalnya.

Wi It- beng tertawa seram, muka nya menyeringai hingga Kelihatan sangat mengerikan, selangkah demi selangkah ia maju kedepan menghampiri Han siong Kie.

Betapa gusar, benci dan penasarannya si anak muda itu, saking gelisahnya kembali dia muntahkan darah segar, pada saat seperti ini dia sudah kehilangan tenaga untuk melawan, padahal Wi it beng sambil tertawa seram maju semakin mendekat tampaknya kecuali meramkan mata sambil menunggu tibanya ajal, tiada jalan lain lagi yang bisa dia lakukan. Pada detik2 terakhir inilah bayangan kematian berkecamuk dalam benaknya..

Ia teringat kembali akan dendam berdarah nya yang belum terbalas, perintah gurunya yang belum terlaksana. Mati bukan berarti bisa melepaskan diri dari se gala2nya, kalau ia sampai tewas dalam keadaan demikian, maka dia akan mati dengan sepasang mata tidak terpejam.

sekarang ia mulai menyesal, menyesal apa sebabnya melayani pertarungan itu dengan kekerasan, andaikata kelima orang tianglonya setelah ditolong maka mereka segera mengundurkan diri, niscaya tidak beginilah keadaannya ....

Tanpa sadar peringatan dari orang yang ada maksudpun berkumandang kembali disisi telinganya:

" jangan lukai orang, setelah menyelamatkan jiwa kelima

orang tianglo itu, segeralah berlalu dari situ.."

Benarkah orang yang ada maksud adalah seorang manusia sakti yang bisa meramalkan semua kejadian yang belum berlangsung?

sementara itu Wi It beng sudah berhenti kurang lebih lima depa dihadapan si anak muda itu, telapak tangannya perlahan di angkat keudara dan siap melepaskan pukulan-..

Pada detik itulah dari tempat kejauhan tiba2 melayang tiba dua sosok bayangan manusia.

sangat kebetulan kemunculan bayangan manusia itu, Wi It beng yang telah siap melancarkan serangannya tiba2 membataikan kembali niatnya dan menurunkan kembali telapak tangannya itu.

Yang munculkan diri ketika itu adalah dua orang kakek berbaju kuning, mereka memiliki perawakan badan yang tinggi besar dan kekar, sepasang mata nya memancarkan cahaya tajam, itu menandakan kalau tenaga dalam yang mereka miliki telah mencapai puncak kesempurnaan.

Begitu mencapai permukaan tanah, dua orang kakek baju kuning itu segera memberi hormat kepada Wi It beng seraya berkata: "Pelindung hukum baju kuning dari Thian che kau khusus datang menghunjuk hormat untuk Tee-kun"

"Kalian berdua tak usah banyak adat" kata Wi It beng sambil putar badannya "ada urusan apa kalian datang kemari??"

"Hamba mendapat perintah dari kaucu untuk datang menghadap Tee kun, ada suatu masalah penting yang hendak dirundingkan dengan diri Tee kun" sahut salah seorang diantara kedua orang pelindung hukum baju kuning itu.

"Persoalan apa yang hendak kalian rundingkan??" "Berulang kali manusia berwajah dingin menyatroni dan

membuat keonaran didalam perkumpulan kami, hingga detik

ini sudah mendekati seratus orang anggota perkumpulan kami yang telah jatuh korban ditangannya, oleh sebab itu kaucu mengusulkan agar Tee-kun bersedia menyerahkan orang itu kepada kaucu kami, agar kami bisa menjatuhkan hukuman yang setimpal kepada dirinya. ."

"Tentang soal ini. "

Dengan cepat pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak Wi It beng, ia tahu bilamana Manusia berwajah dingin diserahkan kepihak Thian che kau, maka tindakannya ini akan mempengaruhi nama baik serta kewibawaan perguruannya, akan tetapi diapun merasa segan untuk bermusuhan dengan perkumpulan itu dalam posisi yang serba tidak menguntungkan ini, toh bagaimanapun juga tujuannya hanya melenyapkan bibit bencana dari muka bumi ?"

Kini lencana ok kui cui pay dari perguruannya sudah dirampas Tengkorak maut, itu berarti bila dia hendak mengembangkan pengaruh perguruannya maka ia masih harus meminjam kekuatan dan bantuan Thian che kau.. "

sesudah mempertimbangkan untung ruginya, diapun mengangguk dan menjawab nyaring. "orang nya boleh saja kalian bawa pergi, tapi terlebih dahulu aku harus musnahkan dulu ilmu silat yang dimilikinya"

"Terserah kebijaksanaan Tee-kun"

Han siong Kie masih sadar, dengan sendirinya diapun dapat mengikuti jalannya pembicaraan itu dengan jelas, meskipun setiap patah kata yang diucapkan lawannya amat menusuk perasaannya, membuat ia jadi gusar dan dadanya serasa mau meledak. akan tetapi sianak muda itu tak mampu berbuat apa2, dia hanya pasrah pada nasib belaka.

Dalam pada itu, Wi it beng telah memutar badannya menghadap kembali kearah Han siong Kie. setelah tertawa seram kata nya.

"Menurut peraturan sepantasnya kalau kusebut dirimu sebagai suheng.. haaahh .haaaahh.. haaahhh.. semoga saja sesaat lagi engkau dapat segera berangkat untuk berkumpul kembali dengan toa supek dialam baka sana."

"Binatang terkutuk, aku menyesal karena tak bisa menjatuhkan hukuman yang setimpal kepadamu!" seru Han Siong Kie dengan penuh kebencian "tapi hmm engkau tak usah keburu bersenang hati, barang siapa tidak jujur dan tidak setia kepada perguruan, suatu ketika dia pasti akan mati dalam keadaan mengerikan. percayalah saat ajalmu tidak terlalu lama"

"Heeehhh heeeehhh hheeeehhh suheng, sekalipun saat ajalku sebentar lagi akan tiba, sayang seribu kali sayang engkau tak dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri"

"sukma cousu selalu melindungi perguruannya, dia tak akan membiarkan engkau hidup lebih lama.."

"Bangsat lebih baik tutup saja bacot anjingmu." bentak Wi It beng dengan gusar. Dalam suatu bentakan keras dengan sodokan jari tangannya yang kaku bagaikan tombak ia menerjang kemuka dan mengancam jalan darah cacad ditubuh sianak muda itu.

"Blaang" ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, terdengar wi It beng mendengus berat, dengan sempoyongan dia mundur lima langkah kebelakang.

sekalipun Han siong Kie sudah menderita luka dalam yang cukup parah namun dengan bakat alamnya yang luar biasa serta daya tahannya yang kuat, serangan balasan yang dilepaskan dalam keadaan terluka itu tak bisa di anggap enteng. . .

Bagi Wi It beng sendiri serangan balasan tersebut tak pernah dibayangkan sebelumnya, dia tak menyangka dalam lukanya, pemuda itu masih sanggup melepaskan pukulan sedahsyat itu

sehabis melancarkan sebuah pukulan dengan menggunakan sisa kekuatan yang dimilikinya itu, luka yang diderita Han Siong Kie menjadi semakin parah, dengan sempoyongan dia mundur kebelakang, matanya jadi ber kunang2 dan kepala nya pusing tujuh keliling, darah segar kembali muntah keluar dari mulutnya.

Dari malunya Wi It beng jadi gusar, sepasang telapak tangannya segera diayunkan berbareng melancarkan bacokan kilat yang maha dahsyat.

Tiga orang tianglo yang menggeletak dengan menderita luka parah sempat mengikuti jalannya peristiwa ini dengan jelas, mereka sudah meronta bangun sambil bersiap siap memberikan pertolongan, tapi serangan lawan dilancarkan terlalu cepat, ketiga orang itu tak bisa berbuat lain kecuali menjerit kaget

"Tee-kun, harap ampuni jiwanya, kaucu kami membutuhkan dirinya dalam keadaan hidup2" teriak dua orang pelindung hukum baju kuning dari Thian che kau hampir bersamaan waktunya.

Tapi sayang jeritannya itu agak terlambat, Di tengah jeritan kesakitan, ibarat layang-layang yang putus benang, tubuh Han siong Kie mencelat ke udara dan meluncur kebelakang.

Mendadak satu kejadian aneh telah berlangsung didepan mata..

Dikala daya luncur dari tubuh Han siong Kie sudah habis dan badannya hampir menyentuh tanah, tiba2 entah bagaimana caranya tiba2 tubuhnya melayang kembali keudara dan meluncur kedalam hutan di tepi jalan raya itu..

semua jago berdiri terbelalak dengan mulut melongo saking kagetnya, semua orang tak mampu ber-kata2 menyaksikan peristiwa aneh itu, hanya dalam waktu singkat tubuh Han siong Kie yang kekar sudah melayang ke dalam hutan dan lenyap dibalik pepohonan.

sebagai jago2 silat kenamaan rasa kaget itu hanya sebentar menyelimati hati mereka, dengan cepat orang2 itu sadar pastilah ada seorang tokoh sakti yang sedang bersembunyi disana. .

Peluh dingin mulai mengucur keluar membasahi tubuh mereka, bayangkan saja dari jarak sejauh beberapa kaki ternyata tokoh sakti itu mampu menghisap sesosok tubuh yang kekar seperti itu, bilamana tenaga dalam orang itu tidak sangat hebat, mampukah dia melakukan hal seperti itu?

Belum lenyap rasa kaget yang menyelimuti hati semua orang, tiba2 pandangan mata nya jadi kabur dan tahu2 seorang kakek tua yang tinggi besar dengan jubah panjang warna kuning, berkaki telanjang dan berikat kepala warna perak munculkan diri ditengah gelanggang.

Perawakan tubuh kakek itu sangat tinggi besar, sekilas pandangan se-akan2 sebuah buklt kecil yang sedang bejalan. Manusia aneh itu mempunyai sepasang mata yang memancarkan sinar warna hijau, begitu tajamnya sorot mata orang itu membuat setiap jago yang terpandang oleh nya segera hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri.

Setelah menjapu sekejap orang-orang itu, akhirnya sinar mata manusia aneh itu berhenti diatas wajah Wi It beng.

Betapa pemberaninya Wi It beng tak urung mundur juga beberapa langkah ke belakang dengan badan gemetar keras, dengan pengalaman serta kepandaian yang dimilikinya, ia tahu bahwa manusia aneh itu bukan manusia sembarangan, ilmu silatnya boleh dibilang sudah mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga.

Sementara dia masih melamun, Manusia aneh itu sudah menegur dengan suaranya yang keras bagaikan geledek:

"Hey bocah cilik, kalau kulihat dari kopiah emasmu, jubah sutramu serta dandananmu yang tidak genah, tentunya engkau adalah ketua dari perguruan Thian lam bukan?"

"Bee.. betul " jawab Wi It beng dengan tubuh bergetar keras, "akulah ketua kaisar dari istana Huan mo kiong"

"Apa ? Kaisar ? Haaah haaah haaaah kaisar ? sungguh menggelikan"

Gelak tertawa itu keras sekali membuat seluruh permukaan tanah tergetar keras, pucat pias wajah kawanan jago yang hadir di situ, mereka merasakan darah panas bergelora dengan hebatnya didada, bahkan Wi It beng pribadipun merasa jantungnya berdebar keras.

Bisa dibayangkan bagaimana jadinya dengan ketiga orang tianglo yang sedang terluka parah, kontan mereka jatuh terduduk di atas tanah tak mampu berkutik lagi. Untungnya manusia aneh itu hanya sebentar tertawa nya, kalau tidak cukup hanya tertawa tergelak niscaya beberapa orang diantara mereka ada yang terluka parah.

Berdiri semua bulu kuduk digubuh Wi It beng, sambil memberanikan diri dia lantas menegur:

"Bolehkah aku tahu siapa nama besar mu?" "Haah.. Masa engkau tidak kenal dengan aku?" "Maaf, aku benar2 tidak kenal siapa engkau"

"Heehhh..heehh..heehh.. ketika aku masih berkelana dalam dunia persilatan, mungkin engkau masih belum menongol dari rahim ibumu, akulah Hun si Mo ong Raja iblis pengacau jagad, sudah pernah mendengar namaku ini"

Hun si Mo ong, suatu nama yang cukup menggetarkan hati siapapun yang mendengarkan, kontan para jago yang hadir dalam gelanggang merasakan badannya jadi lemas dan tak sanggup berkutik lagi.

Sejak enam puluh tahun berselang jejak Hun si Mo ong secara tiba2 lenyap dari dunia persilatan, kendatipun begitu nama besarnya selama puluhan tahun masih membekas dalam hati setiap umat persilatan, tidaklah heran kalau semua orang masih mengenali nama besar dari tokoh sakti tersebut.

Jago ini tersohor karena ilmu silatnya yang sangat lihay, perasaan girang ataupun gusar sukar diketahui orang, dan perbuatannya tak pernah menuju kearah kebaikan ataupun kejahatan- semua perbuatannya hanya berdasarkan perasaan hati sendiri.

Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, jarang sekali ada jago silat yang sanggup melayani tiga gebrakannya, maka dari itu baik jago dari golongan putih maupun jago dari golongan hitam pada menaruh rasa jeri kepada nya Enam puluh tahun berselang, diatas puncak Jit koan hong pada gunung Thay san telah diselenggarakan suatu pertemuan besar para orang gagah, beratus2 orang jago persilatan kelas satu yang ada dikolong langit telah berkumpul disana, dikala itu Hun si Mo ong hadir pula disana, hanya cutup di dalam dua gebrakan ia telah berhasil menghajar mampus jago silat nomor satu dikolong langit.

Atas kejadian itu para jago yang hadir disana jadi gusar hingga terjadilah pengerubutan secara massal, akan tetapi dalam seperminum teh saja, mayat telah bergelimpangan bagaikan bukit, darah berceceran membasahi puncak Jit koan hong...

sejak terjadinya peristiwa pembantaian ini tiba2 jejak Hun si Mo ong ikut lenyap dari peredaran dunia persilatan-

sungguh tak disangka setelah menghilang selama enam puluh tahun lamanya, tiba2 Raja iblis pengacau jagat yang lihay ini muncul kembali didalam dunia persilatan, bahkan turun tangan menyelamatkan jiwa Manusia berwajah dingin yang terancam bahaya, peristiwa ini boleh dibilang jauh diluar dugaan siapapun.

Tak seorangpun bisa memahami maksud dari gembong iblis ini, mereka cuma bisa berdiri melongo sambil memandang orang itu tanpa berkata- kata. suasana jadi hening, sepi tak seorangpun berani buka suara.

-00d0w00-

BAB 54

SESUDAH termenung beberapa saat lamanya, Hun si Mo ong kembali berkata:

" Enam puluh tahun berselang aku telah mengangkat sumpah, bahwasanya orang lain tidak mengganggu aku, maka akupun tidak akan mengganggu orang lain. Nah Anggap saja nasib kalian masih mujur, hayo cepat enyah dari tempat ini"

Hampir saja semua orang tidak percaya dengan pendengaran sendiri, siapa juga tak mengira kalau Hun si Mo ong yang kejam dan lihay ternyata sudah bertobat dan tidak melakukan pembantaian lagi.

seakan2 baru saja terlepas dari pintu neraka, kawanan jago itu segera melarikan diri terbirit2 dari sana.

Hun si Mo ong tertawa ter bahak2, menanti kawanan jago itu sudah lenyap dari pandangan, diapun berkelebat dan lenyap dari pandangan mata.

Tak jauh dari hutan itu, Han siong Kie tampak sedang berdiri sambil bersandar di atas sebuah dahan pohon-

Tak jauh disampingnya berdiri pula seorang perempuan yang cantik jelita bak bidadari turun dari kahyangan. dia bukan lain adalah malaikat hawa dingin Mo siu ing. Pada waktu itu Mo siu ing sedang tertawa ringan sembari berkata:

"Hey, manusia berwajah dingin Ketika berada dihutan penyeberangan pohon liu engkau telah menyelamatkan jiwaku, dan sekarang aku telah membayar budi kebaikanmu itu, berarti pula kita sudah impas, siapa pun tidak berhutang kepada siapa"

Han siong Kie sakit hati dan termenung tanpa berkata2, ia tak suka budi kebaikan dari orang lain, terutama dari kaum wanita, tapi dalam kenyataan berulang kali dia harus menerima budi kebaikan dari kaum perempuan, hal ini membuat ia habis daya dan tak mampu ber-kata2 lagi.

Melihat sianak muda itu membungkam, Malaikat hawa dingin Mo siu ing kembali berkata:

"Kita hanya berjumpa secara kebetulan saja, kebetulan aku dan guruku sedang berangkat menuju kebenteng maut, dan ketika kami lewat disini kulihat engkau sedang terancam bahaya.."

"Siapa gurumu?" tanya Han siong Kie agak tertegun. "Siapa lagi kalau bukan Hun si Mo ong??"

sekali lagi Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, tanpa terasa dia teringat kembali akan peristiwa dimasa lampau dimana Ang Nio cu terancam bahaya setelah dihajar sampai terluka parah oleh Tengkorak maut gadungan, untung Hun si Mo ong muncul secara tiba2 dia membuat Tengkorak maut gadungan melarikan diri karena ketakutan.

Ia tak mengira kalau Hun si Mo ong yang ditakuti banyak orang itu ternyata tak lain tak bukan adalah gurunya Malaikat hawa dingin Mo siu Ing.

"Jadi gurumu adalah Hun si Mo ong ?" tanya pemuda itu lagi dengan nada kurang percaya.

"Benar, engkau tak percaya??"

"Dan kalian hendak menuju ke benteng maut??"

"Tentu saja, kami hendak pergi kesana untuk menolong suamiku "

Pelbagai ingatan dengan cepat berkecamuk dalam benak Han siong Kie, kalau toh Hun si Mo ong adalah gurunya malaikat hawa dingin Mo siu ing, bahkan dia mampu membuat Tongkorak maut gadungan melarikan diri ter-birit2, dari sini dapatlah diketahui bahwa ilmu silatnya pasti tinggi sekali.

Bagaimana jadinya apabila mereka berangkat ke Benteng maut? Belum tentu Tengkorak maut yang asli mampu menandingi kekuatan mereka, jika dia sampai mati maka bagaimana dengan dendam sakit hatinya? bukankah harapannya akan lenyap tak berbekas?

Diam2 pemuda itu jadi panik, saat ini tenaga dalamnya belum pulih kembali jelas tak mungkin baginya untuk membicarakan soal balas dendam, lalu mampukah dia menghalangi orang lain agar jangan pergi dulu kesana..?

Tapi dengan cepat ia terbayang kembali betapa lihay dan aneh nya ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut. sekalipun tenaga gabungan dua orang tokoh sakti ini terhitung dahsyat, belum tentu usaha mereka akan mencapai kesuksesan.

Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tiba2 tampaklah sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul seorang manusia aneh yang tinggi besar telah munculkan diri didepan mata.

"Suhu, sudah selesaikah urusanmu?" Malaikat hawa dingin Mo Siu ing segera menegur dengan wajah berseri.

"Ehmm. Perbuatanku sangat terbatas sekali karena terikat oleh sumpahku, aku tak dapat membunuh orang lagi, terpaksa kububarkan orang2 itu agar berlalu dari sana"

Sekarang Han siong Kie baru tahu kalau manusia aneh yang berada dihadapannya bukan lain adalah Hun si Mo ong yang ditakuti setiap orang, ketika diketahuinya peristiwa Wi It beng sekalian tidak sampai dibunuh mati, pemuda itu bergirang hati karena dengan begitu maka dia masih punya harapan untuk menjatuhi hukuman yang setimpal kepada penghianat perguruannya itu.

Berpikir sampai disitu, anak muda itu segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Hun si Mo ong seraya berkata:

"Locianpwe, banyak terima kasih atas budi pertolonganmu ini"

"Haaahhh haaahhh haaahhhjangan kau anggap peristiwa itu sebagai suatu kejadian besar" kata Hun si Mo ong sambil tertawa tergelak, "Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyelamatkan jiwamu, oleh karena muridku pernah menerima pertolongan darimu dan dia temukan engkau sedang terancam bahaya maka ia minta bantuanku untuk menolong, jadi anggaplah pertolonganku bukan lantaran engkau, tapi lantaran permintaan dari muridku ini"

Berbicara sampai disini, diapun berpaling kearah Malaikat hawa dingin Mo siu Ing seraya berkata:

"coba kau lihat, bocah ini mirip sekali dengan suhengmu Ko Su ki "

"Benar suhu.." jawab Malaikat hawa dingin sedih. sekarang Han siong Kie baru tahu kalau pada mulanya

malaikat hawa panas dan malaikat hawa dingin adalah sesama

perguruan dimana dari saudara seperguruan akhirnya mengikat diri menjadi suami istri.

"Dia tak akan mati bukan?" terdengar Hun si Mo ong bertanya lagi.

"Tecu telah memberi sebutir Kui goan kim wan kepada nya, tecu rasa jiwa nya tidak terancam lagi"

"Kui goan kim wan ?" seru Hun si Mo ong cepat," Hey budak cilik, engkau benar2 sangat royal, tahukah engkau selama enam puluh tahun aku bekerja, hasilku hanya tiga butir pil Kui goan kim wan tersebut, engkau bukan saja sudah makan sebutir, sekarang kau hadiahkan pula sebutir kepadanya.. waah, terlalu royal"

Malaikat hawa dingin Mo siu ing tertawa jengah setelah mendengar teguran itu, cepat dia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain: "suhu, sekarang sudah waktunya buat kita untuk berangkat..."

"Baik..baik.. hayo kita berangkat"

Begitulah, tanpa berbicara lagi dua orang jago silat itu segera berlalu dari hutan tersebut, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandangan- Han siong Kie sendiripun tak mampu berkata2, dia hanya bisa memandang kepergian dua orang itu dengan pandangan melongo.

Malaikat hawa dingin Mo siu Ing yang gemar membunuh manusia ternyata rela menghadiahkan obat Kui goan kim wan mustika perguruanya untuk menyelamatkan jiwa Han siong kie, terhadap peristiwa itu pemuda kita merasa keheranan dan benar2 tak habis mengerti.

"Mungkinkah obat ini disebabkan karena Han siong Kie berhasil menemukan kabar berita tentang malaikat hawa panas Ko su ki ? Mungkinkah seumpama sianak mudaitu mengenangkan lembali dirinya akan kegagahan dan kegantengan suaminya dimasa lampau?

obat Kui goan kim wan benar2 terhitung sebutir obat yang sangat mujarab, dalam waktu singkat bukan saja rasa sakit ditubuh sianak muda itu sudah lenyap tak berbekas bahkan hawa murninya telah menghimpun kembali..

Dalam perkiraan si anak muda itu, sesudah kemunculan Hun si Mo ong yang disegani banyak orang itu, maka tak akan ada manusia yang berani mendekati wilayah itu, tapi dengan tenang dia lantas duduk bersila sambil bersemedi . Apa yang terjadi kemudian? Ternyata dugaannya itu keliru besar.

Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia dengan langkah yang sangat hati- hati sedang bergerak mendekati tempat pertapaannya.

Nun jauh dibelakang bayangan manusia itu tampaklah bayangan manusia itu sedang membuntuti bayangan manusia yang pertama. agaknya kedua orang itu mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda.

Mimpipun Han siong Kie tak menyangka kalau jiwanya waktu itu kembali terancam oleh mara bahaya, dengan kesempurnaan tenaga dalamnya ditambah pula kemujaraban pil Kui goan kiem wan, hanya dalam waktu singgkat ia sudah berada dalam keadaan tak sadar, kabut tipis berwarna putih mulai mengepul keluar dari ubun2nya menciptakan selapis kabut tebal diatas kepala nya.

Bila latihan ini berlangsung setengah jam lagi, niscaya luka dalam yang diderita sianak muda itu sudah sembuh sama sekali.

Bayangan manusia itu kian lama kian mendekat dan akhirnya ia berhenti dibelakang Han siong Kie, persis pada jarak jangkauan tangannya, siapakah bayangan itu? Dia tak lain adalah Tengkorak maut gadungan yang berhasil merampas lencana ok kui cu pay dari tangan Han siong Kie itu.

sementara itu pemuda Han siong Kie masih belum merasakan tibanya malaikat maut yang siap mencabut nyawanya, ia masih duduk bersemedi sambil menyembuhkan luka nya yang diderita.

Telapak tangan dari tengkorak maut gadungan telah diangkat tinggi2, ia siap melepaskan serangan mautnya, tapi entah apa sebabnya tiba2 telapak tangan yang telah siap melancarkan serangan maut itu diturunkan kembali, rupanya ia sedang mempertimbangkan perlukah mencabut nyawa sianak muda itu.

Jikalau ia menginginkan nyawa anak muda itu, maka dengan suatu gerakan yang amat sederhana, keinginannya itu pasti akan tercapai, namun dalam kenyataan ia telah membatalkan niatnya itu, atau mungkin dibalik kesemuanya ini dia mempunyai maksud atau tujuan yang lain

Dalam pada itu bayangan manusia yang lain telah melayang pula mendekati dibelakang Tengkorak maut gadungan, dengan gerakan tubuh yang enteng ia menyembunyikan diri dibelakang sebuah pohon yang besar.

Gerak gerik orang itu enteng dan gesit, sedikitpun tidak menimbulkan sedikit suarapun, malahan Tengkorak maut gadungan yang lihaypun sama sekali tidak merasa kehadirannya. dari sini dapat dibuktikan bahwa ilmu silat yang dimiliki pandatang itu luar biasa hebatnya.

suasana jadi hening, sepi, akan tetapi napsu memburuh yang tebal telah menyelimuti seluruh angkasa.

Kabut putih yang menyelimuti ubun2 Han siong Kie mulai menipis dan akhirnya lenyap menyusul mana pemuda itu sadar kembali dari latihannya, baru saja dia akan bangkit berdiri..

Mendadak sebuah telapak tangan telah menempel diatas ubun2nya, menyusul seseorang membentak dengan suara menyeramkan: "Jangan bergerak!"

Betapa terperanjatnya Han siong Kie, ia merasa sukmanya serasa melayang tinggalkan raganya, suara itu tidak terlalu asing baginya, sebab ia kenali sebagai suara dari Tengkorak maut gadungan.

Bisa dibayangkan sampai dimanakah rasa bergidik yang mencekam perasaan hati si anak muda itu, dalam hati dia lantas berseru. "Mati aku Habis sudah riwayatku kali ini.."

Tengkorak maut gadungan tertawa terkekeh kekeh dengan bangganya, ia berseru:

"Bocah keparat, ada satu persoalan hendak kuajukan kepadamu, aku harap engkau bersedia untuk menjawab dengan sejujurnya"

Sekalipun jiwanya terancam, akan tetapi Han siong Kie tak mau menyerah dengan begitu saja, dengan wataknya yang tinggi hati dan angkuh ia tak sudi menunjukkan kelemahannya dihadapan orang, dengan ketus ejeknya sinis:

"Tua bangka sialan, engkau manusia pengecut. Beraninya main sergap dikala orang tidak bersiap sedia, manusia macam apakah dirimu itu?" "Haaahhh haaahhh haahh keparat, terserah apa yang hendak kau katakan, pokoknya asal engkau bersedia menjawab pertanyaanku sejujurnya maka akupun bersedia pula memberi kesempatan kepadamu untuk melangsungkan suatu pertarungan yang seadil2nya"

"Aku tak sudi dipaksa atau diancam, percuma kalau engkau hendak paksa aku untuk menjawab pertanyaanmu itu".

"Bocah keparat, engkau jangan tekebur Ketahuilah, bila aku berniat untuk mencabut nyawamu maka perbuatan ini bisa kulakukan dengan gampang sekali"

" Kalau memang begitu, silahkan saja turun tangan " " Engkau tak takut mampus??"

"Hmm Aku manusia berwajah dingin tak akan sampai mengemis kehidupan kepadamu"

"Baiklah bocah keparat, anggap saja engkau memang bersemangat jantan, cuma sayang..."

"sayang kenapa??"

"Perguruan Thian- lam akan terputus ditanganmu" sekujur badan Han siong Kie gemetar keras, ia tahu bila

dirinya mati maka perguruan Thian lam akan hancur

berantakan, wi It beng pasti akan berbuat se wenang2 tanpa seorangpun berani menghalangi perbuatannya itu, dan akhirnya perguruan Thian lam akan musnah dengan sendirinya.

Pemuda itu jadi sedih dan sakit hati, tapi wataknya yang angkuh membuat anak muda itu tak sudi tunduk kepada orang lain.

setelah termenung sejenak diapun berseru:

"Tua bangka sialan, engkau tak usah banyak bicara lagi, kalau ingin turun tangan hayo cepatlah turun tangan" "Jadi engkau benar2 lebih suka mampus daripada hidup??" "Aku tak akan mengemis hidup darimu, banyak bicara tak

ada gunanya mau turun tangan hayo cepat turun tangan,

tak usah banyak bacot lagi."

"Kalau memang begitu yaa sudahlah "

Han siong Kie tak menggubris lawannya lagi, ia segera pejamkan matanya rapat2..

Tiba2 sekilas cahaya perak memancar ke angkasa, diiringi desingan angin tajam langsung menyambar kearah pohon besar dihadapannya.

Tengkorak maut gadungan menjerit kaget, mendengar itu Han siong Kie membuka matanya dan memandang kedepan.

Tampaklah sebuah lencana perak sebesar telapak tangan menempel diatas dahan pohon itu diatas lencana terukirlah gambar matahari, rembulan dan bintang.

sebelum ingatan kedua sempat melintas dalam benaknya,jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian. "Blaam sesosok tubuh segera tumbang keatas tanah dan tak berkutik lagi.

Betapa terperanjatnya Han siong Kie sukar dilukiskan dengan kata2, ia lompat bangun dan menengok kesamping, tampaklah Tengkorak maut gadungan sudah menggeletak tak bernyawa diatas genangan darah. tujuh lembar daun pohon menancap diatas kepalanya membuat kematian jago ampuh itu tampak mengerikan sekali.

Untuk sesaat sianak muda itu jadi tertegun dan tak mampu berkata-kata..

siapakah yang memiliki kepandaian selihay itu sehingga mampu membinasakan Tengkorak maut gadungan??

siapa pula pemilik dari lencana perak itu?? Mungkinkah Hun si Mo ong yang telah datang ? Karena sebelum ajalnya bukankah Tengkorak maut gadungan telah menjerit kaget??

Kecuali tokoh sakti itu, siapa lagi yang mampu membinasakan gembong iblis ini hanya didalam sekali gebrakan belaka??

Mungkinkah lencana perak itu adalah lambang dari Hun si, Mo ong?

Pelbagai ingatan berkecamuk menjadi satu didalam benaknya, dia merasa tidak sanggup untuk memecahkan kejadian yang sangat aneh ini, tapi ada satu hal ia merasa yakin, untuk kesekian kalinya kembali ia lolos dari cengkeraman malaikat elmaut, sekali lagi dia lolos dari kematian

"Nak. apa yang sedang kau lamunkan?" tiba2 suara teguran yang lembut dan penuh kasih sayang . berkumandang dari tak jauh dari sana.

Han siong Kie terkesiap, dengan cepat la kenali suara tersebut sebagai suara dari orang yang kehilangan sukma.

"cianpwe, engkaukah itu?" cepat pemuda itu berseru. "Nak, masa engkau tak dapat mengenali suaraku lagi?"

"sekalipun boanpwe tidak berjodoh untuk menjumpai raut wajah cianpwe, akan tetapi suara cianpwe sudah membekas dalam benakku, budi kebaikan yang telah cianpwe berikan kepadaku setinggi bukit dan setebal bumi, selamanya budi kebaikan ini tak akan kulupakan"

"Nak. aku tak suka mendengarkan perkataan2mu yang memandangkan balas budi ini"

Merah padam selembar wajah Han siong Kie karena jengah. "Apakah cianpwe yang telah membinasakan Tengkorak maut gadungan untuk melepaskan boanpwee dari ancaman bahaya maut??"

"Begitulah kenyataannya"

"Kesempurnaan tenaga dalam yang cianpwee miliki benar2 luar biasa sekali."

"Nak. dugaanmu itu keliru besar, bila tenaga dalamku dibandingkan dengan tenaga dalam yang dimiliki Tengkorak maut gadungan, maka kepandaianku masih kalah setengah tingkat"

Han siong Kie tercengang dan merasa tak habis mengerti, dengan nada keheranan segera serunya:

"Tapi..tapi toh kenyataannya dia mati dalam waktu singkat??"

"Dia bukan mati ditanganku, lebih cocok kalau dikatakan bahwa ia mati toh karena lencana tersebut."

Han siong Kie melongo dan tak habis mengerti, ujarnya lagi: "Mati karena lencana itu ? Boanpwe merasa tak mengerti.."

"Kemunculan lencana itu membuat konsentrasinya jadi buyar, karena itulah aku manpaatkan kesempatan yang sangat baik itu untuk membereskan jiwanya..."

"Masa lencana itu memiliki daya pengaruh yang begitu besarnya?"

"Benar nak. engkau tidak percaya?"

"Tentu saja boanpwe percaya, apa mungkin lencana itu adalah lambang khusus milik cianpwe?"

"Bukan, dugaanmu itu keliru besar" Han siong Kie semakin kebingungan dibuatnya, sesaat kemudian ia baru bertanya lagi: "Bolehkah boanpwe ketahui apa nama lencana itu?"

"Thian che leng"

"Lencana Thian che? kalau begitu kan lencana ini milik perkumpulan Thian che kau?"

"Dugaanmu tepat sekali, lencana itu memang milik perkumpulan Thian che kau"

"Jadi kalau begitu, Tengkorak maut gadungan menjalankan aksinya karena mendapat perintah dari pihak Thian che kau?"

"Boleh dikatakan begitu"

"Maksud cianpwe ucapan dari boanpwe ini tidak benar semuanya?"

"Nak. untuk saat ini lebih baik engkau tak usah mengetahui tentang persoalan ini, toh akhirnya engkau akan menjadi paham dengan sendirinya"

Han siong Kie terbungkam untuk beberapa saat lamanya, tiba2 ia jadi teringat kembali dengan ibunya, siang go cantik ong Cui ing, ia telah disergap oleh ibunya agar Tengkorak maut gadungan berhasil melarikan diri, kalau ditinjau dari situ dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Tengkorak maut gadungan adalah orangnya Thian che kau.

sekalipun begitu, kecurigaan yang mencekam dalam benaknya terasa semakin banyak, maka kembali ujarnya:

"Aku lihat ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut gadungan sangat tinggi dan luar biasa, masa manusia selihay inipun rela menjalankan perintah dari orang lain??"

"Diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia, dia memang lihay tapi diatasnya toh masih ada manusia yang jauh lebih lihay??" "Aku rasa tenaga dalam yang dimiliki Thian che kaucu tidak lebih tinggi beberapa kali lipat dari pada kepandaian silat Tengkorak maut gadungan"

"Thian che kaucu yang pernah kau temui itu tidak lebih hanya Thian che kaucu gadungan yang sengaja menyelimuti pandangan orang lain, kaucu yang asli sama sekali tak berada dalam perkumpulan"

"oooh.. Tapi apa sebabnya orang ini harus menyaru sebagai tengkorak maut gadungan??"

"Kan sudah kukatakan tadi, ia mendapat perintah dari orang lain"

"Mendapat perintah siapa ? Perintah dari Thian che kaucu

?"

"Nak.. pertanyaanmu sudah terlalu banyak"

"cianpwee menganggap bahwa aku tak pantas mengajukan

pertanyaan lagi??"

"Tentang soal ini ada beberapa soal diantaranya dewasa ini tak mungkin bisa kamu peroleh jawabannya "

"Kenapa??"

"Persoalan ini termasuk pula persoalan yang tak bisa kujawab, harap engkau bisa maklum"

Tak kuasa lagi Han Siong Kie menarik napas dingin, tapi dia pantang menyerah dengan begitu saja, kembali tanyanya:

"Kalau kutinjau dari dandanan orang yang menyaru sebagai Tengkorak maut ini bukan saja dandanannya sama bahkan ilmu silatnya juga sama bila dibandingkan dengan yang asli maka dia cuma kalah dalam soal kesempurnaan, bila dugaanku tak keliru semestinya antara yang asli dan yang paisu tentu mempunyai hubungan yang sangat erat." "Nak. aku rasa pembicaraan kita sudab cukup sampai disini dahulu, cepatlah kubur jenasah itu, makin dalam makin baik sehingga jejaknya tidak ketahuan siapapun "

Dengan perasaan apa boleh buat Han siong Kie memandang kearah mana berasal suara dari orang yang kehilangan sukma, kemudian mengangguk.

Diapun berjongkok dan mulai menegeledah saku Tengkorak maut gadungan, tapi hanya sesaat kemudian paras mukanya telah berubah hebat, ia berseru tertahan:

"Nak, apa yang sedang kau cari?" terdengar orang ada maksud bertanya:

"Aku sedang mencari lencana ok kui Cu-pay dari perguruanku "

"Percuma, tak usah kau cari lagi sebab lencana itu sudah tidak ada dalam sakunya lagi"

"Sudah tidak berada dalam sakunya lagi??"

"Benar, benda itu sudah dia serahkan kepada orang lain " "Maksudmu Thian che kaucu??"

orang yang kehilangan sukma tidak menanggapi pertanyaan itu, tapi kembali berseru: "Cepatlah turun tangan dan kuburlah mayat itu Jangan sampai meninggalkan jejak."

"Tapi lencana itu merupakan barang mustika yang menyangkut mati hidup perguruanku, bila cianpwee mengetahui jejaknya, tolong beritahulah kepadaku"

"Tentu saja akan kuberitahukan kepadamu tapi bukan sekarang."

Dengan sedih dan murung Han Siong Kie menghela papas panjang, dalam hati ia merasa penasaran sekali hingga rasa mendongkolnya sukar dikendalikan, tapi ia tak berani mengumbarnya . . Sesudah termenung sejenak, akhirnya dia memghimpun hawa murninya kedalam telapak tangan kanannya, kemudian dengan sekuat tenaga dibabatkan keatas tanah.

"Blaaang.." pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, sebuah liang sedalam beberapa kakipun segera terbentuk.

Baru saja liang itu terbentuk, suara dari orang yang kehilangan sukma kembali berkumandang datang .

"Lepaskan jubah dan kain kerudungnya, hancurkan raut wajah orang itu.."

Han siong Kie agak tertegun, tapi tugas itu segera dilaksanakan tanpa membantah.

Ketika sianak muda itu sudah menyelesaikan tugasnya, suara dari orang yang kehilangan sukma berkumandang lagi:

"Sekarang hancurkan lambang tengkorak yang ada disakunya itu, kemudian kuburlah bersama jubahnya diliang yang lain pendam jenasahnya kedalam liang itu, sesudah di uruk dengan tanah, gusakan ranting pohon untuk menghilangkan jejak yang ada di permukaan tanah."

Han siong Kie sama sekali tidak tahu permainan setan apakab yang sedang dilakukan Orang yang kehilangan sukma, dlapun tahu kalau banyak bertanya tak ada gunanya maka tanpa mengucapkan sepatah katapun semua pekerjaan itu dilaksanakan tanpa membantah.

Dalam hati kecilnya dia hanya berpikir terus, darimana asalnya orang yang bernama orang yang kehilangan sukma ini, ia juga tak tahu mengapa mereka berbuat begitu misterius, mengapa berulang kali mereka memberi bantuan kepadanya. Ketika semua pekerjaan telah selesai, maka pemuda itu bertanya lagi: " Cianpwe, apabila aku ingin tahu darimakah cianpwe mendapatkan benda yang paling berkuasa dari perkumpulan Thian che kau ini.."

"Ada apa?" tukas orang yang kehilangan sukma. "Apakah cianpwe tidak bersedia untuk memberikan

jawabannya?"

"Tepat sekali tebakanmu itu, untuk sementara satu pertanyaan itu tak bisa kujawab, anggaplah pertanyaan tersebut belum tiba saatnya bagiku untuk memberitahukan kepadamu. 0oh iya, nak. bukankah aku suruh engkau berkunjung ke benteng maut? Mengapa engkau tidak pergi ke sana?"

Mendengar pertanyaan itu, kontan saja Han siong Kie merasakan darah panas dalam dadanya bergelora, api dendam dan benci berkecamuk dalam benaknya membuat hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya

Tanpa sadar ia teringat kembali akan diri Tonghong-Hui, setelah masuk kedalam benteng maut, gadis itu tak pernah muncul kembali, menurut perjanjian hal ini menandakan bahwa ayahnya adalah pembUnuh yang telah membantai keluarganya dimasa silam. Dan tentu saja dia harus membalas dendam atas terjadinya peristiwa ngeri itu.

Pelbagai ingatan kembali berkecamuk dalam benaknya, dengan sedih bercampur pilu dia menyahut:

"Cianpwe, aku pasti akan berkunjung kesitu, boanpwe percaya masa bagiku untuk berkunjung kebenteng maut sebentar lagi pasti akan tiba"

"Kesempatan ? Apa maksudmu?"

"Terus terang kukatakan cianpwe, sebelum berkunjung kesitu boanpwe hendak mempelajari dahulu sejenis ilmu silat yang maha sakti.." "Maksudmu, bila ilmu silat yang kau latih itu berhasil kau kuasahi maka engkau akan berkunjung ke benteng maut untuk melakukan pembalasan dendam..?"

"begitulah maksud boanpwe"

"Nak, dikala aku tak dapat memberitahukan segala sesuatunya kepadamu, aku tak mampu mencegah engkau berbuat sesuka hatimu, tapi aku ada satu permintaan dan aku harap engkau tidak sampai membuatku jadi kecewa."

"Ucapan cianpwe terlalu serius, apa yang hendak disampaikan? Katakanlah terus terang" "

"Apabila engkau berkunjung lagi ke benteng maut dan sebelum melakukan pembalasan dendam, aku minta sampailah dahulu asal usulmu dan ceritakan pula kisah terjadinya pembantaian berdarah itu dan dimanakah peristiwa tersebut telah terjadi"

"sekalipun cianpwe tidak berpesan begitu boanpwe akan melakukan juga kesemuanya itu"

"Apakah engkau menyanggupi permintaanku untuk melakukannya walaupun berada dalam keadaan apapun?"

"Boanpwe bersedia"

Meskipun dimulut Han siong Kie lelah menyanggupi, namun hatinya merasa tercengang dan keheranan sebelum membalas dendam tentu saja dia akan menceritakan dulu sebab musabab terjadinya peristiwa berdarah itu, tapi mengapa orang yang kehilangan sukma berpesan secara serius kepadanya? Apa maksud dan tujuannya?

sementara dia masih termenung, orang yang kehilangan sukma telah berkata lagi dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang.

"Nak. bukankah engkau merasa curiga dan tak habis mengerti? Bukannya aku sengaja berbuat sok misterius pada hakekatnya terlalu banyak masalah yang tak boleh diungkapkan terlalu cepat, sebab kalau tidak maka akan mengakibatkan terjadinya peristiwa yang lebih fatal, aku minta engkau bersabar diri dan menunggu sampai tanggal mainnya?"

"Aku mengerti" sahut Han siong Kie.

-00d0w00-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar