Tengkorak Maut Jilid 22

 
Jilid 22

SETELAH berita itu tersiar, semua jago yang hadir dalam gelanggang terbungkam dalam seribu bahasa, kalau Mo tiong ci mo benar2 sudah tiada lagi didunia ini, berarti hutang darah mereka.."

seorang padri tua beralis putih bermuka merah ikut tampil kedepan, tegurnya dengan suara lantang:

"Omitohud Sian sicu, benarkah ucapanmu itu?"

"Aku rasa tiada kepentingan bagiku untuk membohong, boleh aku tahu siapa nama taysu?"

"Aku adalah Lian sian taysu, penguasa ruang Tat mo wan dari gereja Siau lim si"

"Boleh aku tahu, kedatangan taysu kali ini adalah untuk menegakkan kebenaran bagi umat persilatan, ataukah " "Masa siau sicu tidak tahu kalau antara gurumu dengan kuil kami terikat pula oleh suatu sengketa?"

Tercengang hati Han Siong Kie mendengar jawaban tersebut, sebab dalam catatan budi dan dendam dari Mo mo cuncu sama sekali tidak tercatat masalah sengketa antara gurunya dengan pihak gereja Siau lim si.

Dengan muka melongo karena keheranan cepat ia menegur:

"Sepengetahuanku, antara mendiang guruku dengan pihak Siau lim si tak pernah terikat oleh persengketaan apapun, dari mana bisa munculnya masalah dendam??"

Lian sian taysu mengernyitkan alisnya yang putih, kemudian sambil menatap sianak muda itu dengan pandangan tajam dia bertanya: "Jadi siau sicu betul2 tak tahu duduknya persoalan??"

"Benar, aku sama sekali tak tahu "

"Kalau memang begitu, aku harap siau sicu bersedia menerangkan dimana tempat tinggal gurumu semasa hidup dan dimana jenasahnya dikubur setelah mati.."

"Apa yang kau kehendaki??"

"Kami akan menggeledah tempat2 itu " "Menggeledah ? Apa yang hendak kalian geledah??" "Kami hendak mencari barang milik gereja kami yang

lenyap tak berbekas"

Han siong Kie semakin dibikin kebingungan dan tak habis mengerti, Ia tak tahu barang yang lenyap dari gereja siau lim si dan secara bagaimana tuduhan tersebut bisa terjatuh diatas nama gurunya atau mungkin gurunya benar-benar ...

Tapi ia masib ingat jelas tempat tinggal gurunya pernah diperiksa dengan seksama, kecuali seperangkat alat dapur tiada benda lain yang ketinggalan disitu. Karena itu dengan sepasang alis mata berkernyit kembali ia bertanya: "Taysu, apakah engkau bersedia untuk membeberkan duduk persoalan yang sebenarnya?"

Liau sian taysu tarik nafas panjang, kemudian menutur: "Empat puluh tahun berselang, Lian Hian sute yang sedang

bertugas menjaga ruang penyimpanan kitab dari gereja kami mati dibunuh orang bersamaan dengan kematian nya itu sejilid kitab ilmu silat yang berisikan pelajaran ilmu Toan pian yo sinkang ikut lenyap tak berbekas, sebelum kabur gurumu telah menyebutkan namanya. sejak peristiwa itu semua murid perguruan kami telah disebar untuk mencari jejak gurumu namun ia lenyap tak berbekas ibaratnya batu yang tenggelam ditengah samudra."

-00dw00kz00-

BAB 45

"AH Tidak mungkin.. aku tidak percaya." "Kenapa tak mungkin??"

"Tak mungkin mendiang guruku melakukan perbuatan seperti itu"

"Jadi siau sicu menyangkal tuduhan kami?" "Boleh kau anggap demikian"

Paras muka Lian sian taysu berubah hebat, empat orang rekannya ikut pula menunjukkan muka gusar.

"siau sicu, aku harap sukalah engkau berpikir tiga kali sebelum ambil keputusan" seru Lian sian taysu lagi dengan marah.

"Tidak berguna bagiku untuk berpikir tiga kali" Ia sangat percaya dengan kejujuran serta watak agung dari gurunya, apalagi dari pembicaraannya dengan mendiang sang guru maupun pembicaraannya dengan Pat lo sianseng, ia dapat menarik kesimpulan kalau gurunya adalah seorang jago yang mulia, tak mungkin dia melakukan perbuatan yang rendah seperti apa yang dituduhkan pihak gereja siau lim si.

Karena itu Han siong Kie yakin kalau apa yang dituduhkan pihak lawan, sama sekali hanya suatu fitnahan belaka.

Liau sian taysu makin gusar lagi mendengar jawaban dari sianak muda itu, ditatapnya lawan dengan pandangan tajam, kemudian menegur:

"Siau sicu, kalau engkau bersedia menyerahkan kitab pusaka Tai poan yo sinkang yang dicuri mendiang gurumu, akupun berjanji tak akan menyusahkan dirimu"

"Menyusahkan aku? Haahh haahh haah.. suatu lelucon yang sama sekali tak lucu"

Gelak tertawa itu penuh mengandung nada ejekan yang membuat siapapun jadi tak tahan.

Paras muka keempat orang hweesio dari gereja siau lim si sama-sama berubah hebat, agaknya mereka sudah tak kuat mengendalikan hawa amarahnya lagi.

Dengan muka merah padam karena marah Liau sian taysu melangkah setindak kedepan serunya dengan suara berat.

"siau sicu, kalau engkau tak mau menjawab dengan jujur lagi.."

"Engkau mau apa?" tantang sang anak muda.

"Terpaksa aku akan menggunakan kekerasan untuk paksa engkau menjawab dengan jujur"

"Haahhh... haahhh... haahhh hwesio gede, dianggapnya dengan andalkan kepandaian silatmu sudah cukup untuk merobohkan aku?" ejek Han siong Kie sinis, "jangan mimpi di siang hari belong coba jawab berdasarkan bukti apa kalian

selalu menuduh kalau mendiang guruku mencuri kitab pusaka kalian?"

"Sebelum berlalu dari gereja kami, mendiang gurumu telah menyebutkan namanya selain itu kepandaian silat yang dimiliki Liau huan sute sangat lihay kecuali seorang jago macam gurumu rasanya tak mungkin dapat merobohkan dia tanpa mengeluarkan banyak tenaga" 

"Hanya berdasarkan alasan itu saja, maka engkau lantas menuduh guruku yang melakukan pencurian??"

"Jadi siau situ merasa bukti itu kurang meyakinkan?" Liau sian taysu balik bertanya.

Meskipun hawa amarah yang berkobar dalam dada hwesio ini sudah tak terkendalikan lagi, namun sebagai seorang padri yang saleh, dia tak ingin menggunakan kata yang untuk menyinggung perasaan hati orang.

Han siong Kie tetap bersikap tenang, kembali ia berkata: "Apakah taysu tak pernah mempertimbangkan, mungkin

ada orang sengaja mencatut nama besar guruku??"

"Dengan nama besar yang dimiliki gurumu aku rasa tak mungkin ada orang yang berani mencatut namanya"

"Taysu tidak merasa kalau ucapan ini terlalu dipaksakan kebenarannya?"

"Apakah siau sicu bisa menunjukkan bukti yang menerangkan bahwa ada seseorang yang sengaja mencatut nama gurumu?"

Tertegun Han siong Kie setelah mendengar perkataan itu, untuk sesaat lamanya ia terbungkam.

Memang ia tak berani memastikan kalau perbuatan itu seratus persen bukan hasil karya gurunya, sebab pembelaan yang dia jelaskan hanya berdasarkan dari watak yang diketahui dari gurunya, mungkin saja dibalik peristiwa itu masih ada hal2 lain yang sama sekali tidak diketahui olehnya.

Tapi kini gurunya sudah berpulang kealam baka, bagaimana caranya untuk membuktikan kebenaran dari tuduhan tersebut?

setelah termenung dan berpikir beberapa waktu, akhirnya pemuda itu menjawab: "Mungkin suatu saat aku dapat memberikan buktinya"

"suatu saat? Hahh... haahhh... haahhh ketahuilah, peristiwa ini sudah berlangsung sejak empat puluh tahun berselang.."

setelah didesak terus menerus akhirnya Han siong Kie jadi naik darah dengan ketus ia menjawab:

"Kalau memang begitu, taysu mau apa??"

"Tiada yang kuharapkan, kecuali meminta dengan sangat kepada siau siau agar mengembalikan kitab pusaka itu kepada kami."

" Kalau aku tak mampu mengeluarkan kitab itu ?" "silahkan siau sicu tunjukkan dimana mendiang gurumu

menetap selama hidupnya dan dimana pula jenasahnya dikebumikan "

" Kalau akupun tak mau memberikan pengakuannya??"

Lima orang padri siau lim si yang berada dibelakang Liau sian taysu serentak mendengus gusar, mereka bersama menunjukkan sikap hendak melancarkan sergapan.

Rupanya Liau sian taysu sendiripun sudah dibuat kehilangan sabar, dengan muka berubah sahutnya:

"siau sicu. jangan kau anggap sikapmu ini bisa bereskan semua persoalan, kalau engkau tetap bersikeras, jangan salahkan kalau kami akan mengambil tindakan kekerasan" Pada saat itulah Kui Goan cu dari partai Kong tong maju dua langkah kedepan, timbrungnya dari samping.

"sicu, bagaimana pertanggungan jawabmu atas hutang darah dari perguruan kami??"

Dengan pandangan dingin Han siong Kie menyapu sekejap keenam orang imam tersebut, lalu jawabnya dengan dingin:

"Totiang, bukanlah dalam perguruanmu terdapat sejenis ilmu sesat yang dinamakan so hun toa-hoat (ilmu hipnotis pembetot sukma)?"

Kata2 "ilmu sesat" itu terasa amat menyolok sekali, bisa dibayangkan betapa gusarnya kawanan imam dari partai Kong tong ini, paras muka mereka berubah hebat, sorot mata mereka ber-api2 dan penuh dengan hawa kegusaran..

"sicu, apa yang kau maksudkan dengan perkataanmu itu?" tegur Kui Goan cu gusar.

"Jangan pikirkan soal lain, aku hanya berharap agar tootiang menjawab pertanyaanku tadi, ada atau tidak?"

"setiap umat persilat mengetahui kalau ilmu tersebut berasal dari perguruan kami, kenapa aku musti menyangkal?"

" Kalau begitu harap tootiang dengarkan baik2 jawabanku ini, disinilah alasan kenapa ketua partai Kong-tong angkatan kesembilan belas Cing siu tootiang beserta tiga puluh lima orang anak buahnya mati di bunuh oleh mendiang guruku"

Lima orang imam tua yang berada dibelakang Kui Goan cu serentak mendengus gusar, cepat mereka menyebarkan diri membentuk setengah lingkaran busur dan mengepung Han siong Kie ditengah kalangan, rupanya merekapun siap untuk turun tangan. suasana jadi tegang, setiap saat suatu perta rungan sengit bakal berlangsung disitu.. Keadaan sangat gaduh, kawanan jago dari golongan putih maupun golongan hitam yang tersebar disekitar tempat itu mulai bergerak pula kearah depan.

"sicu, coba terangkan ucapanmu itu dengan lebih jelas" teriak Kui Goan-cu dengan badan gemetar keras.

Han siong Kie tertawa sinis, dia sengaja mempertinggi suaranya sehingga setiap orang yang hadir dalam gelanggang dapat mendengar keterangannya dengan jelas.

"Untuk melatih ilmu sesat pembetot sukma itu, orang butuh seratus bocah lelaki dan seratus bocah perempuan sebagai bahan latihannya, benarkah ucapanku ini??"

Dengan hati tercekat Kui Goan-cu mundur selangkah kebelakang, jawabnya:

"Benar, tapi kepandaian tersebut merupakan suatu kepandaian yang terlarang bagi perguruan kami, tak seorangpun anggota perguruan kami yang diperolehkan mempelajari ilmu itu"

" Kalau memang begitu, kalau kuterangkan kepada tootiang, ketua partai Kong-tong angkatan kesembilan belas Cio-siu tojin berserta tiga puluh lima orang anggota perguruannya telah mengasingkan diri ke belakang bukit Ciong lay-san untuk mempelajari iimu sesat pembetot sukma itu, be-ratus2 orang bocah laki dan bocah perempuan menjadi korban keganasan mereka, perbuatannya itu kemudian ketahuan oleh mendiang guruku"

Paras muka enam orang imam dari partai Kong tong itu berubah semakin hebat, untuk sesaat mereka tertegun dan tak mampu berkata.

Kawanan padri dari gereja siau lim si juga agak tertarik oleh ucapan tersebut, tanpa sadar mereka alihkan sorot matanya kearah kawanan imam itu.. Para jago yang mengurung di sekitar gelanggang makin gaduh, rata2 mereka jadi ribut sendiri untuk memberikan penilaian atas kejadian itu.

Kalau apa yang dikatakan Han siong Kie memang suatu kejadian yang nyata, maka sudah sepantasnya kalau ketua partai Kong-tong angkatan kesembilan belas berserta ketiga puluh lima orang muridnya menemui ajalnya.

salah seorang imam yang berdiri dibelakang Kui Goan-cu tiba2 membentak keras:

"Manusia muka dingin, engkau jangan ngaco belo dan menfitnah seenaknya sendiri"

Han siong Kie alihkan sorot matanya yang tajam kearah wajah imam tua itu, tegurnya: "Apa maksudmu berkata demikian?"

"Hmm Engkau sengaja membuat cerita bohong untuk memfitnah mendiang ketua partai kami.. dianggapnya dengan cerita bohong mu itu maka perbuatan keji dari Mo tiong ci mo bisa ditutupi?"

"Ucapanmu memang tak salah, sudah terlalu banyak manusia yang dibunuh oleh guruku, karena itu orang sama2 menyebut Mo tiong ci mo kepadanya, tapi semua manusia yang dibunuh adalah manusia2 berdosa yang pantas menerima kematian"

"Manusia muka dingin, kau tak usah cerewet lagi, hutang darah bayar darah, hutang nyawa bayar nyawa"

Mengikuti berkumandangnya bentakan itu, delapan sosok bayangan manusia melintasi atas kepala kawanan jago yang lain dan melayang turun ke tengah gelanggang.

Delapan orang jago itu adalah pria setengah baya yang berjubah biru, mereka semua membawa senjata terhunus, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya. "Hmm Rupanya Tiong ciu pat kiam, delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu.." batin Han siong Kie di hati.

sementara itu delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu telah berdiri berjajar dibelakang kawanan padri dari gereja siau lim si, sorot mata mereka yang penuh rasa benci dan marah sama diarahkan keatas wajah Han siong Kie.

Menyusul tiga sosok bayangan manusia kembali melayang masuk ketengah gelanggang.

orang pertama adalah seorang kakek tua bermata tunggal, berambut merah dan berjenggot merah, tampangnya seram.

orang kedua adalah seorang pria setengah baya bermuka licik, bermata slang berhidung betet dan memakai jubah warna putih, diatas dadanya bersulamkan tujuh ekor burung walet warna hitam.

orang ketiga adalah seorang nenek tua berambut uban berjubah merah darah, dan membawa sebuah toya tersebut dari rotan yang besarnya seperti lengan bocah.

Han siong Kie sama sekali tidak kenal dengan ketiga orang itu, tapi tak dapat diragukan lagi semua orang yang hadir ditengah gelanggang saat ini adalah rata2 musuh besar yang punya dendam dengan mendiang gurunya.

Diantara banyak kasus dan kejadian yang dialami selama ini, banya persoalan yang menyangkut hilangnya sejilid kitab pusaka dari gereja siau lim si yang paling pusingkan kepalanya, sebab dalam catatan kitab antara budi dan dendam dari Mo mo cuncu, sama sekali tidak tercantum kejadian itu, sebaliknya pihak lawan bersikeras menuduh perbuatan itu dilakukan oleh gurunya.

sementara ia masih termenung pria setengah baya yang bermuka licik itu sudah mendehem ringan seraya berkata:

"Manusia muka dingin, bagaimana pertanggungan jawabmu atas hutang darah dari perkumpulan Jit yan pang?? " "Apa hubunganmu dengan perkumpulan tujuh burung walet?" tegur sang pemuda.

"Akulah ketua Jit yen pang yang baru, orang sebut Pek gi ko kek (tamu lewat berbaju putih) Khong Tiong beng"

"oh.. tentunya kedatanganmu adalah disebabkan karena kematian mendiang pangcu kalian dijalan raya kota Kay hong?"

"Tepat sekali ucapanmu"

"Mendiang ketua kalian coh Yu telah membantai seluruh sekeluarganya perkampungan Wan-keh ceng hanya disebabkan karena sedikit perselisihan dengan sin kun (Kepalan sakti) Wan su hau, coba jawab manusia berhati keji semacam dia pantas dijatuhi hukuman mati atau tidak?"

Ketua perkumpulan tujuh walet Khoag Tiong beng melototkan matanya bulat2, sambil tertawa seram serunya:

"Manusia muka dingin, kau anggap hanya andaikan cerita isapan jempolmu itu maka kawan2 persilatan yang telah hadir di gelanggang bersedia menghapuskan hutang berdarah mereka dengan begitu saja?" Han siong Kie ikut tertawa dingin.

"Aku hanya mengatakan apa yang telah terjadi, kalian bersikeras untuk cari gara2.. Hehh..heehh..heehh.. aku tak akan bertangung jawab atas akibat yang bakal terjadi"

Bicara sampai disitu ia tidak memperdulikan ketua dari perkumpula n tujuh walet lagi, kepada kakek bermata tunggal yang berambut merah dan berjenggot merah tegurnya: "Boleh aku tahu siapa engkau?"

"Satu2nya anggota Keng san sam jan ( Tiga manusia cacad dari bukit Keng san ) yang masih hidup, orang sebut Ci huat kui seng ( Dewa pangkat berambut merah)" Berdebar keras jantung Han siong Kie setelah mengetahui siapa lawannya, menurut catatan yang dia baca, tenaga dalam yang dimiliki Keng san sam jan katanya sangat sempurna, untuk memusnahkan dan manusia cacad itu tempo hari, gurunya Mo tiong ci mo barus bertempur dulu sebanyak ribuan jurus itupun akhirnya Ci hun kui seng yang berurutan paling buncit berhasil meloloskan diri dalam keadaan hidup.

Padahal kejadian itu sudah berlangsung empat puluh tahun lamanya, manusia cacad yang terakhir ini berani datang menuntut balas, itu berarti ia sudah memiliki ilmu simpanan yang cukup bisa di andalkan.

sekalipun begitu Han siong Kie sama sekali tidak gentar bahkan semangat tempurnya ma kin meningkat, sebab menurut catatan gurunya manusia cacad yang terakhir ini dianjurkan untuk dibunuh bila ada kesempatan yang tersedia. Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata:

"ci hun kui seng, tempo hari engkau dapat lolos dari jaring guruku tapi hari ini. Hmm Akan kuwakili mendiang guruku

untuk mengirim nyawamu pulang ke akherat"

Ci hun kui seng menengadah dan tertawa ter bahak2 dengan seramnya.

"Haahhh... haahhh haahhh manusia muka dingin- engkau

tak usah tekabur Hari ini aku akan membinasakan dirimu lebih dahulu, kemudian akan kucari tempat penguburan dimana jenasah setan tua itu dan menghancur lumatkan tulang belulangnya, Hmm Akan kulihat matipun dia tak tenang"

Paras muka Han siong Kie berubah hebat, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan seram dia berseru:

"Bangsat, engkau sudah ditakdirkan untuk mampus detik ini juga" Berbareng dengan selesainya perkataan itu, beberapa desiran angin jari yang tajam secepat kilat meluncur kedepan.

Ilmu jari Tong kim ci yang dahsyat dan dapat menembusi kerasnya emas dilepaskan dari jarak yang sangat dekat.

Jerit ngeri yang menyayatkan hati menggema memecahkan kesunyian, percikan darah berhamburan ke mana2, Ci huat Kui seng yang kosen dan jumawa seketika terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi..

Kejadian ini kontan menggemparkan seluruh gelanggang, sebagian besar kawanan jago yang hadir di gelanggang sama2 bergidik oleh kelihayan musuhnya, mereka sama sekali tak menyangka kalau Dewa pangkat berambut merah yang disegani banyak orang, akhirnya mampus ditangan anak muda itu dalam satu gebrakan belaka.

Kegaduhan tidak berlangsung lama, serentak delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu ayun senjatanya siap menyerang..

Enam imam tua dari partai Kong-tong pun ikut bergerak pula kedepan siap melepaskan serangan-.

Menyaksikan suasana telah berubah menegang, Ketua dari perkumpulan tujuh walet segera tersenyum licik, bukannya ikut terjun kedalam gelanggang dia malahan mundur lima depa kebelakang.

Lima orang hwesio tua yang berdiri dibelakang Liau sian taysu merapat antara yang satu dengan yang lain, merekapun menantikan saat yang tepat untuk melancarkan serangan-

Situasi benar2 amat tegang, setiap saat kawanan jago yang hadir disana siap menyerbu kedepan secara berbareng, mereka hendak mengerubuti pemuda itu dan sekalian membinasakan dirinya.

Dengan pandangan dingin Han siong Kie menyapu lawan2nya, sementara dalam hati dia berpikir: "Keadaan sudah makin menegang, rupanya hari ini terpaksa aku harus melakukan pembantaian secara besar2an"

Ditengah ketegangan yang meliputi seluruh kalangan  itulah, tiba2 sang nenek tua berbaju merah darah yang selama ini membungkam, mengetukkan toyanya keatas tanah dan berseru tajam:

"Manusia muka dingin, apakah engkau berasal dari satu aliran dengan malaikat hawa dingin Mo siu Ing??"

sorot mata semua orang tertuju kearah nenek tua itu, dalam hati mereka terkejut melihat kemunculan jago perempuao ini, apa gerangan yang menjadi dasar persengketaan antara makhluk tua itu dengan Mo tong ci mo??

Han siong Kie sendiripun merasa asing terhadap perempuan tersebut, sambil menahan diri dia lantas menyapa: "Boleh aku tahu siapa namamu??"

"Huh Kalau aku si nenek tuapun tidak kau kenal, apa gunanya engkau berkelana dalam dunia persilatan?" ejek sang nenek sambil mengikik seram. Han siong Kte mendengus sinis.

"Baik, akupun, tidak merasa perlu untuk mengetahui namamu, katakan saja apa tujuanmu kemari "

"Bocah keparat, engkau tak usah tekebur. pernah kau dengar nama besar dari Ang Nio cu (perempuan baju merah) Tonghong Leng?"

Han siong Kie berdiri tertegun, ia tidak menyangka kalau perempuan itu bersedia memberitahukan nama julukannya, cepat ia menjawab: "oooh...rupanya Ang Nio cu selamat bertemu...selamat bertemu"

"Hmm Aku sinenek tua tidak suruh kau menjilat pantat, hayo jawab saja apakah engkau berasal dari satu aliran dengan malaikat hawa dingin perempuan rendah itu??" "Tidak. aku bukan sealiran dengannya"

"Kentut busuk nenekmu, kalau bukan sealiran mengapa kau lepaskan dia pergi dari sini?? "

Hawa amarah yang telah sirap kembali membara dalam dada Han siong Kie, jawabnya ketus:

"Kalau benar sealiran, kau mau apa??"

"Bagus sekali, bawa aku untuk menemukan jejaknya " "Memangnya kenapa??"

"Ia telah membunuh dua orang muridku"

"Apa sangkut pautnya dengan aku? Memangnya kau tak dapat mencari sendiri??"

"Bocah keparat" maki Ang Nio cu dengan marahnya, "apa yang kuucapkan tak pernah dibantah orang, satu tetap satu, dua tetap dua, engkau berani membangkang perkataanku ? Hmm Hayo bawa aku pergi mencarinya"

"Kau anggap kekuatan ilmu silatmu sudah cukup untuk paksa aku menuruti kata2mu itu??"

"oooh jadi kau tak percaya ?Baik, kita buktikan saja siapa yang benar siapa yang salah "

Berbicara sampai disitu, Ang Nio cu Tonghong Leng segera ayun toya rotannya yang besar dan langsung digebukkan kemuka.

"Eeeh.. tunggu sebentar" cegah Han siong Kie.

"Kenapa ? Kau bersedia membawa aku untuk menjumpai malaikat hawa dingin??"

"Urusan ini lebih baik kita bicarakan nanti saja, aku hendak selesaikan dahulu persoalanku dengan kawan2 persilatan ini." Kepada Kui Goan cu dari partai Kong-tong ia menjura lalu berkata: "Bagaimana pendapat kalian tentang penjelasan yang sudah kuberikan tadi??"

"Bicara tanpa disertai dengan bukti yang nyata tak dapat diterima dengan begitu saja, kami tolak penjelesan dari sicu" sahut Kui Goan cu dengan muka hijau membesi.

"Bukankah ditempat kejadian tergeletak seratus bangkai bocah lelaki dan bocah perempuan ? Apakah bukti sebanyak itu masih belum cukup??"

seketika Kui Goan cu terbungkam dalam seribu bahasa, mukanya berubah jadi merah karena jengah, dengan ter sipu2 dia tundukkan kepalanya rendah2.

setelah rahasia ini terbongkar, nama perguruannya dengan sendirinya ikut ternoda, itu berarti mempengaruhi pula perkembangan partai Kong tong dalam masyarakat dimasa mendatang.

Untuk sesaat imam tua itu berdiri dengan wajah serba salah, mau mengaku takut, tak mengaku malu.

Untunglah pada waktu itu Khong Tiong beng, ketua dari perkumpulan tujuh walet telah menimbrung dengan suara seram:

"siapa hutang uang dia harus bayar dengan uang, siapa hutang nyawa dia harus bayar dengan nyawa, apa gunanya bersilat lidah tanpa hasil yang memuaskan ? Heehh.. heehh.. heeh.. kalau apa yang dia katakan benar, memangnya Mo tiong ci mo adalah seorang Hiap tiong hiap (pendekar diantara pendekar)?"

Lima orang imam tua yang berdiri dibelakang Kui Goan cu mendengus gusar kembali mereka desak maju selangkah kedepan.

situasi dalam gelanggang kembali diliputi oleh ketegangan yang menyesakkan napas, semua orang pusatkan perhatiannya mengawasi gerak gerik musuh, sementara hawa murni telah dihimpun siap melepaskan serangan gencar.

Dengan sorot mata yang bengis dan penuh napsu membunuh, Han siong Kie menyapu sekejap ketua perkumpulan tujuh walet, kemudian katanya:

"Jadi engkau sudah ambil keputusan untuk bereskan persoalan ini tanpa membedakan lagi mana benar mana salah?"

"Manusia coro, lebih baik tak usah banyak bacot lagi" sahut Ketua tujuh walet Kho Tiong beng dengan seramnya semua umat persilatan cukup memahami bagaimanakah karakter dari gurumu, banyak ngomong cuma membuang waktu dengan percuma, coba lihat semua jago persilatan yang telah hadir saat ini tak ada yang bukan untuk menagih hutang"

Kata2 yang mengandung nada menghasut serta menghangatkan suasana ini kontan mendapat sambutan meriah dari jago2 silat lainnya, kembali suasana diliputi kegaduhan. Menyaksikan keadaan itu, Han siong Kie segera berpikir didalam hati.

"Kalau kutinjau situasi yang terbentang didepan mata, rasanya persengketaan ini tak mungkin bisa dibereskan secara damai, mereka selalu ngotot mengatatan dirinya benar, padahal kenyataan menunjukkan kalau pihak merekalah yang salah, kalau begini caranya, bicara sampai tiga hari tiga malam juga tak ada gunanya, daripada membuang banyak waktu lebih baik selesaikan saja urusan ini dengan kekerasan, toh sebagai seorang ciangbunjin suatu perguruan besar, tak mungkin bagiku untuk pergi dengan begitu saja sebelum urusan ada penyelesaian."

Berpikir sampai disitu ia lantas berpaling kearah delapan pendekar pedang dari kota Tong ciu, lalu ujarnya: "Apakah kalian berdelapan juga tak mau menilai keadaan yang sebenarnya, tapi bersikeras mencari penyelesaian dengan kekerasan?"

Delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu mendengus dingin, pemimpin mereka Bu im kiam (Pedang tanpa bayangan) Tio Cu-peng menjawab dengan nada keras.

"Manusia muka dingin Hutang darah bayar darah, engkau tak usah banyak bicara lagi, sekalipun engkau bicara sampai lidahmu busuk juga tak ada gunanya"

Han siong Kie tidak menggubris orang itu lagi, sekarang dia berpaling kearah Liau sian taysu lalu bertanya: "Bagaimana pendapat taysu? "

"Aku merasa sangat tidak puas dengan jawaban yang sicu berikan " sahut padri itu cepat.

"Lalu bagaimana menurut pandangan taysu?."

"Asal sicu bersedia menyerahkan kembali kitab pusaka yang tercuri kepada kami, dengan segala senang hati aku akan mengundurkan diri dari pertikaian ini, dan soal kematian dari Liau lun sutepun tak akan kami ungkap kembali"

"Aku toh sudah memberikan jaminan kepada taysu bahwa perbuatan terkutuk itu bukan hasil perbuatan dari mendiang guru, tapi..."

"Dengan benda apakah sicu hendak memberikan jaminannya??"

Han siong Kie termenung dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian menjawab:

"Dalam setahun mendatang aku akan berusaha keras untuk mencari tahu siapakah yang telah melakukan perbuatan tercela itu, apakah taysu setuju dengan usulku tadi?"

"Bagaimana kalau usaha penyelidikanmu itu gagal?" "Kalau dalam batas waktu setahun aku gagal dengan penyelidikanku, maka aku akan naik kebukit siong san dan memberikan pertanggungan jawabku dihadapan ketua gereja kalian"

Meskipun kelima orang padri tua yang lain merasa amat gusar, tapi mengingat kemudian mereka, tak seorangpun yang buka suara, kendati begitu dari pancaran wajah mereka telah memperlihatkan kesemuanya itu.

Dengan pandangan tajam Liau sian taysu menyapu sekejap sekeliling gelanggang, lalu ujarnya dengan suara dalam.

"Kami telah bersumpah untuk menemukan kembali benda kami yang hilang, tentang janji setahun ini"

"Bagaimana?"

"Aku kuatir sicu tak akan bisa memenuhinya"

"Aku tidak mengerti dengan apa yang taysu maksudkan " "Kenyataan yang terbentang didepan mata sudah amat

jelas sekali, aku yakin kawanan umat persilatan yang hadir saat ini tak akan bubar sebelum tujuan mereka tercapai "

sekarang Han siong Kie baru mengerti dengan apa yang dimaksudkan- ia tertawa dingin.

"Heehh beehh heehh.. maksud taysu engkau kuatir kalau aku tak dapat meloloskan diri dari kerubutan mereka?"

"omintohud Kenyataan berkata begitu, aku kuatir harapanmu untuk lolos tipis sekali "

"Hmm Belum tentu begitu."

Liau sian taysu termenung sebentar, akhirnya dia mengangguk. "Baik, untuk sementara waktu kuterima syaratmu itu."

"sementara waktu ? Apa maksudmu??" "Aku baru akan berlalu dari sini setelah pertikaian ditempat ini beres."

Bicara sampai disitu dia lantas ulapkan tangannya kepada lima orang padri yang lain dan mengundurkan diri dari lingkar kepungan.

Dengan gemas dan penuh kebencian kelima orang padri tua itu melotot sekejap kearah Han siong Kie. lalu dengan perasaan hati yang berat mereka ikut mengundurkan diri

Dari sini dapat diketahui kalau mereka terpaksa menuruti kemauan Lian siau taysu karena kalah tingkat, andaikata padri itu tak hadir disitu mungkin mereka sudah turun tangan sedari tadi.

Begitu para jago lihay dari gereja siau lim si mengundurkan diri, delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu segera bergerak kemuka untuk mengisi kekosongan itu.

Han siong Kie tertawa sinis, ditatapnya sekejap kawanan jago itu dengan sorot mata tajam, kemudian ujarnya perlahan:

"Aku berharap kalau kalian semua berpikir tiga kali sebelum bertindak.."

"Guru yang hutang sang murid yang harus bayar, manusia hawa dingin tak usah banyak bicara lagi, hayo serahkan jiwa anjingmu" sambung Tamu lewat berbaju putih Kho Tiong beng secara licik, Han siong Kie naik darah, mukanya merah padam karena gusar. dengan suara keras hardiknya:

"Kho Tiong beng, janganilah menyebut orang lain atau menghangatkan suasana dengan kata2 yang tak sedap didengar, ketahuilah perbuatanmu itu sama sekali tak berguna"

sementara itu delapan pedang dari kota Tiong- ciu sudah habis sabarnya, mereka saling bertukar pandangan sekejap. kemudian delapan bilah pedang diiringi delapan desiran angin meluncur kedepan mengurung sekujur badan Han siong Kie. Enam orang imam dari partai Kong-tong pun ikut membentak keras, mereka maju berbareng sambil melancarkan sebuah pukulan gencar.

Meskipun serangan dilepaskan tidak bersamaan waktunya, namun ancaman tiba secara bcrbareng, dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangan gabungan yang dilepaskan empat belas orang jago lihay itu

Han siong Kie mendengus dingin, ibaratnya sukma gentayangan ia enjotkan badan dan tahu2 sudah lolos dari kurungan sinar pedang serta bayangan telapak lawan.

Bu In kiam Tio Cupeng yang menjadi menjadi pimpinan delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu membentak keras:

"Manusia muka dingin, sekalipun engkau tumbuh sayap. ini hari jangan harap bisa lolos dalam keadaan selamat"

Tubuhnya melesat kedepan, pedangnya dengan kecepatan yang sUkar dilukiskan dengan kata2 melancarkan dua belas bacokan berantai.

Kedua belah jurus serangan berantai itu dilancarkan ibaratnya sebuah serangan belaka, namun yang diancam adalah dua belas tempat jalan darah penting ditubuh musuhnya, cepat dalam serangan, tepat dalam sasaran, dia memang tak malu mendapat julukan sebagai pedang tanpa bayangan.

sepasang telapak tangan Han siong Kie bergerak cepat, angin pukulan men-deru2 secara bergelombang, dengan suatu gerakan yang sederhana tahu2 ia sudah membendung serangan lawan.

Dalam pada itu baru saja pedang tanpa bayangan Tio cupeng menyelesaikan serangan berantainya, dua bilah pedang yang lain telah menyergap pula dari samping kiri dan kanan. setelah pertarungan berkobar, Han siong Kie sadar kalau suatu pertempuran sengit tak dapat dihindari lagi, ia tahu sebelum ada penyelesaian tak mungkin musuh2nya akan menyelesaikan pertarungan dengan begitu saja.

sepasang telapak tangannya bergerak kekiri kanan dengan cepat dua gulung angin pukulan yang kuat bagaikan ambruknya gunung tay-san langsung melabrak jago2 yang ada disamping kiri maupun kanan.

-000dewi000-

BAB 46

"DUUK.. duuk.. dua pukulan gencar bersarang telak ditubuh kedua penyerang yang menyergap dari kiri dan kanan, dua orang anggota dari siong ciu pat kiam itu segera terhuyung kebelakang dengan badan terhuyung.

Untung pedang tanpa bayangan Tio Cupeng telah meluruk maju untuk menolong rekannya, hawa pedang berdesir menyayat badan, sambil melangkah maju kemuka ia sambut kedatangan lawan-

Waktu itu Han siong Kie belum sempat buyarkan serangan, tahu2 hawa pedang yang tajam telah menyambar tiba lebih duluan, dalam kagetnya cepat2 ia melayang mundur lima depa kebelakang.

sebagai pemimpin dari delapan pendekar Tiong ciu pat kiam tenaga dalam yang dimiliki pedang tanpa bayangan Tio Cupeng jauh lebih hebat dari pada tujuh pendekar lainnya, begitu gagal dalam serangan pertama, bagaikan bayangan tubuhnya ikut maju kedepan sementara serangan berikutnya dilancarkan pula kemuka.

Han siong Kie menghindar lagi kebelakang namun lima orang pendekar pedang yang lain bertindak cepat, mereka putar pedang sambil menyongsong kedatangan musuhnya. Lima pedang baru meluncur datang, dua tusUkan kilat melayang pula dari sudut kiri dan kanan-

Han siong Kie menghindar pula kebelakang, tiba2 ia putar telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan gencar, lima desiran angin jari menyambut datangnya terjangan pedang tanpa bayangan dan mengancam jalan darah kematiannya.

Pedang tanpa bayangan Tio Cupeng bukan seorang manusia bodoh, begitu ia lihat musuhnya melepaskan serangan balasan, dari posisi menyerang ia merubah diri ke posisi bertahan, Cahaya pedang berkilauan didepan tubuh melindungi seluruh badannya dari ancaman musuh.

"criing Criing ditengah dentingan nyaring, tahu2 pedang bajanya sudan termakan oleh desiran angin jari itu hingga patah jadi lima bagian-

Betapa terperanjatnya pedang tanpa bayangan menghadapi kejadian itu, sukmanya terasa melayang tinggalkan raganya, dengan muka pucat pias bagaikan mayat dan peluh dingin membasahi tubuhnya, cepat2 ia mengigos kesamping.

Han siong Kie memburu kedepan, sementara serangan kilat dari ketujuh orang pendekar pedang yang lain telah mengena disasaran yang kosong..

Han siong Kie mendengus gusar, sambil putar badan sepasang telapak tangannya bersilangan kesana kemari. dalam serangan tersebut ia gunakan tenaganya mencapai sepuluh bagian, gulungan angin puyuh yang maha dahsyat langsung menghancurkan pertahanan ketujuh orang pendekar pedang itu sehingga mereka bercerai berai dan sama2 kabur kebelakang untuk menyelamatkan diri

Kebetulan saat itu Han siong Kie berdiri didepan keenam orang imam dari partai Kong-tong, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun serentak keenam orang tosu itu melancarkan sebuah babatan maut kearah depan. Gabungan tenaga dari keenam orang imam itu sungguh maha dahsyat, jangankan manusia yang terdiri dari darah dan daging, batu cadas yang bagaimana keraspun tetap akan hancur bila termakan serangan tersebut.

Dalam keadaan tak siaga Han siong Kie tersambar tenapa gabungan itu sehingga tergetar maju delapan depa dengan sempoyongan, darah panas dalam rongga dadanya seketika terasa bergolak keras, untung tak sampai terluka dalam.

"Roboh kamu" tiba2 seseorang membentak nyaring.

Bersamaan dengan bentakan itu, Han siong Kie merasa sekujur tubuhnya sakit dan kesemutan seperti digigit serangga, paling sedikit ada belasan tempat yang mempunyai rasa yang sama..

sadarkan pemuda kita kalau itu sudah terkena serangan senjata rahasia yang amat beracun-

Dengan sempoyongan ia berpaling kebelakang, ia lihat orang yang menyergap tubuhnya dengan senjata rahasia itu tak lain adalah ketua dari perkumpulan tujuh walet, Kho Tiong beng adanya.

Ketua dari perkumpulan tujuh walet sendiri amat terkejut hatinya, tatkala ia lihat musuhnya sama sekali tidak roboh kendatipun sudah termakan oleh belasan batang jarum Jit sat sin bong (cahaya maut tujuh malaikat iblis) yang amat beracun, muka nya berubah jadi pucat pias dan peluh dingin mulai membasahi tubuhnya.

Perlu diketahui jarum Jit sat sin bong itu lembut sekali bagaikan bulu kerbau, sewaktu dilancarkan sama sekali tak bersuara, namun mengandung racun yang jahat sekali, sekalipun seseorang memiliki tenaga dalam yang tinggi, begitu terkena kobarannya pasti akan roboh dan binasa seketika itu juga. Namun lain keadaannya dengan Han sioag Kie, sekalipun sudah belasan batang Jit sat sin bong yang bersarang di tubuhnya, anak muda itu cuma gontai sedikit, sama sekali tidak menunjukkan tanda2 keracunan atau bakal roboh binasa..

Hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah Han siong Kie, dengan sorot mata bengis dan penuh perasaan benci ia tatap ketua perkumpulan tujuh walet tanpa berkedip.

Dipandang secara begitu, Kho Tiong beng jadi bergidik, dengan tubuh merinding ia mundur tiga langkah lebar kebelakang.

Han siong Kie pernah ganti tulang cuci otot dimata air To meh leng swan, dalam tubuhnya memiliki daya kekuatan untuk melawan pengaruh racun, karena itu dia tak sampai roboh sekalipun sudah termakan oleh belasan batang jarum beracun.

Kendatipun begitu, karena dahsyatnya daya kerja racun itu, tak urung tubuhnya terasa gatal bercampur kesemutan, kepalanya pusing dan perutnya jadi mual.

Dalam pada itu, lingkaran kepungan sudah makin mengecil beberapa kaki dari semula, situasi bertambah tegang.

Tiba2 Ang Nio cu Tonghong Leng yang selama ini selalu membungkam, mengetuk tanah dengan tongkat rotannya, kemudian membentak:

"Khong Tiong Beng, dimana martabatmu sebagai seorang ketua dari suatu perkumpulan besar? begitu rendahkah moralmu sehingga beraninya hanya main sergap dengan senjata rahasia beracun??"

Mula2 ketua perkumpulan tujuh walet agak tertegun, kemudian sambil tertawa licik jawabnya: "Tonghong cianpwe, untuk menghadapi anakan iblis seperti dia, masakah kita musti pakai peraturan bu-lim?"

Mungkin disebabkan Ang Nio cu Tonghong Leng berbicara bagi kepentingan Han siong Kie, tanpa sadar sorot mata semua orang ditujukan keatas wajah makhluk tua ini. Ang Nio- cu Tonghong Leng tertawa aneh.

"Heehh... heehh... heehh... Kho Tiong beng, engkau tak usah pura2 jual lagak, orang lain adu jiwa dengan mati2an, apa yang kau kerjakan? Engkau cuma bersembunyi disamping gelanggang seperti anak kura2, yang bisa kau lakukan hanya menyergap orang pakai senjata rahasia.. Huuh Memalukan"

Merah padam selembar wajah ketua perkumpulan tujuh walet setelah mendengar sindiran itu, ucapan lawan terialu menghancurkan derajatnya sebagai seorang ketua, ia tersipu2 dan merasa kehilangan muka.

Tapi sebagai seorang licik yang banyak akal, mukanya cukup tebal, hanya sebentar ia merasa jengah kemudian pulih kembali dalam ketenangan, katanya dengan dingin: "Apa maksud Tonghong cianpwe dengan ucapanmu itu??"

"Aku hanya ingin tahu, apakah dia bakal mampus oleh senjata rahasia beracunmu itu"

"Tentang soal ini... "

"Hayo, jawab sejujurnya, jangan coba main setan dihadapanku "

"Barang siapa terkena senjata rahasia Jit sat bong, mana ada yang bisa hidup dengan selamat?"

"Tapi dia toh sampai sekarang belum mampus??" "Apakah Tonghong cianpwe bermaksud untuk menolong

jiwanya..." tanya Khong Tiong beng agak ragu2.

"Benar, sampai sekarang aku nenek tua masih membutuhkan tenaganya untuk mengerjakan sesuatu" Ketua dari perkumpulan tujuh walet ini kontan tertawa seram.

"Heeeh... heeh... heeeeh sekalipun engkau hendak menolong, sayang rekan2 persilatan yang lain tidak sudi melepaskan bangsat itu dengan begitu saja" .

"Khong Tiong beng Engkau sendiri yang mencari mampus, jangan salahkan kalau aku bertindak kejam" tiba2 Han siong Kie membentak nyaring.

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, sepuluh gulung desiran anginjari meluncur keudara dan langsung menyergap tubuh ketua perkumplan tujuh walet.

Bentakan keras menggelegar pula di udara, untuk kesekian kalinya enam imam tua dari partai Kong tong melancarkan serangan maut mereka kearah sianak muda itu.

Cahaya tajam berkilauan, hawa pedang men-deru2, tujuh bilah pedang mustika dari Tiong ciupat kiam serentak menusuk pula kedepan.

Sementara itu Jit yan pangcu ( ketua dari perkumpulan tujuh walet) merasa sangat ketakutan sekali dikala itu serangan musuh menerjang datang, cepat2 ia meloncat keudara bermaksud untuk menghindarkan diri

Sayang walaupun ia bertindak cepat, serangan musuh meluncur datang jauh lebih cepat, bagian mematikan bisa dihindari bagian kaki susah lolos dari ancaman tak ampun lagi sepasang kakinya kena terhajar sampai berlubang besar, hingga mengakibatkan rasa sakit yang tak terhingga, sambil menjerit kesakitan ia terkulai kembali ke atas tanah.

Berhasil dalam serangannya, Han siong Kie melesat kesisi samping, dengan telapak tangan kiri dia bendung sergapan ketujuh bilah pedang musuh, sementara telapak tangan kanannya membendung pukulan gabungan dari enam tosu. Benturan yang memekikkan telinga menggeletar diangkasa, dengan sempoyongan Han siong Kie mundur kebelakang, hampir saja tubuhnya termakan oleh sambaran pedang musuh.

oleh benturan yang cukup keras itu, keenam orang imam tua dari Kong tong pay ikut tergetar pula hingga mundur selangkah kebelakang, tak terlukiskan betapa kaget dan ngerinya mereka atas kesebatan musuhnya..

Dipihak lain, anak buah perkumpulan tujuh walet telah menyerbu kedalam gelanggang, sebagian merintangi jalan maju musuh, sebagian yang lain menolong ketua mereka yang terluka..

Kegusaran Han siong Kie telah mencapai pada puncaknya, hawa napsu membunuh makin berkobar dalam benaknya, ia meluncur beberapa depa kemuka, sebuah pukulan dilontarkan dengan dahsyat membuat kawanan dari perkumpulan Tujuh walet yang sedang berusaha untuk menolong ketuanya kena tersapu hingga kocar kacir.

Api dendam telah membara dalam dada si anak muda itu, sehabis membubarkan kawanan jago itu, ia maju lebih ke depan, sebuah pukulan yang tak kalah gencarnya langsung dilontarkan ke atas tubuh Khong Tiong beng yang terkapar dalam keadaan luka.

Jeritan ngeri yang menyayatkan hati mendirikan bulu roma para jago, ketua perkumpulan tujuh walet kena terhajar telak oleh serangan maut itu sehingga batok kepalanya hancur berantakan, darah bercampur isi benak berhamburan dimana- mana, sukmanya melayang tinggalkan raganya.

Walaupun Han siong Kie memiliki kekuatan untuk melawan pengaruh racun, bagaimanapun untuk beberapa waktu racun itu tak mungkin buyar dengan begitu saja, apalagi berulang kali dia harus mengerahkan tenaganya untuk bertarung, sedikit banyak ada sebagian dari racun itu yang berhasil menyusup kedalam tubuhnya.

Anak muda itu merasa kepalanya pusing, pandangan matanya berkunang-kunang dan tubuhnya sempoyongan kesana kemari, hampir saja dia tak mampu berdiri tegak.

Kawanan jago yang hadir disekitar gelanggang rata2 adalah jago pengalaman, gejala itu tentu saja tak lolos dari pengamatan mereka, tahulah kawanan jago itu kalau musuhnya mulai keracunan.

Enam orang imam tua dari partai Kong tong saling berpandangan sekejap. kemudian tanpa mengeluarkan sedikit suarapun mereka lepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan.

..

Enam gulungang in pukulan yang gencar menciptakan suata desiran angin tajam laksana kilat menyambar kemuka dan menggulung tubuh Han siong Kie.

sementara anak muda itu sudah hampir tak kuat menahan diri, kepalanya semakin pusing, matanya berkunang2 dan konsentrasinya mulai buyar, merasa munculnya ancaman dari arah belakang, ia segera putar badan sambil melepaskan pula sebuah pukulan untuk menyambut serangan itu, walau demikian kekuatannya separuh lebih dari keadaan semula.

Ditengah benturan yang sangat keras, terdengar seseorang mendengus tertahan.

Dengan sempoyongan Han siong Kie tergetar mundur delapan depa kebelakang, darah segar memancar keluar dari ujung bibirnya.

Termakan oleh getaran yang cukup keras ini, bukan makin payah, kesadaran anak muda itu malah jauh lebih segar..

Tiong ciu Pat kiam bukan orang kemarin sore, tentu saja merekapun tak sudi membuang kesempatan yang sangat baik itu dengan begitu saja, tujuh bilah pedang ditambah dengan sepasang telapak tangan serentak menyergap datang dari tiga arah yang berlawanan.

Han siong Kie sudah menyadari keadaan yang dihadapinya, kecuali belasan orang jago lihay yang berada didepan mata, masih ada hampir seratus orang jago yang menanti kesempatan diluar gelanggang, tujuan mereka hanya satu yakni memusnahkan dirinya dari muka bumi.

Pada mulanya sianak muda itu menyangka asal ia beberkan kenyataan sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam kitab budi dan dendam dari Mo Mo cuncu, maka pertikaian antara mendiang gurunya dengan kawanan jago silat itu akan beres dengan sendirinya.

siapa sangka orang persilatan sukar diberi penjelasan, demi nama mereka tak segan-segannya mengingkari kenyataan, apalagi ilmu silat merupakan penyakit dari tiap manusia, makin tinggi ilmu silatnya makin banyak yang iri kepadanya, tentu saja orang2 itu berusaha menggunakan kesempatan baik ini untuk lenyapkan dirinya dari muda bumi. Dikala delapan pendekar pedang dari kota Tiong- ciu akan melancarkan serangannya lagi.

Tiba2 Han siong Kie menggigit bibir, dengan jurus Mo hwe liau goan (Api iblis membakar padang rumput), dia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya kemudian melontarkannya kemuka dengan sepenuh tenaga.

Bayangan telapak menyebar bagaikan lapisan awan, membawa gulungan angin pukulan yang dahsyat ibaratnya gulungan ombak ditengah samudra langsung mendobrak terjangan musuh.

Betapa hebatnya pukulan dahsyat tersebut, serbuan dari delapan pendekar pedang itu bukan saja berhasil dipatahkan, malahan mereka dipaksa untuk mundur dengan tercerai berai.

Bergidik hati para jago menyaksikan ketangguhan lawannya, padahal sianak muda itu sudah terkena senjata rahasia Jit sat sin bong dari ketua perkumpulan tujuh walet yang sangat beracun, kemudian termakan pula oleh pukulan gabungan dari enam imam partai Khong-tong, tapi kenyataan membuktikan lain, tenaga dalamnya sama sekali tidak menjadi berkurang karena peristiwa itu.

sepasang mata Han siong Kie berubah jadi merah membara, nafsu membunuh yang menyelimuti wajahnya makin menebal, setelah menyapu sekejap keseluruh gelanggang bentaknya dengan suara mendalam:

"sekali lagi aku akan peringatkan kepada kalian semua, ketahuilah orang2 yang dibunuh mendiang guruku semuanya mempunyai alasan untuk kematian, aku hanya mengharapkan agar kalian suka berpikir tiga kali sebelum bertindak. sebab kalau kalian main sergap tanpa pikir panjang, maka akupun tak akan ambil peduli atas akibat yang bakal terjadi pada kalian semua"

Baru saja pemuda itu menyelesaikan kata2nya, tiba2 dari kejauhan berkumandang suara pekikkan tajam yang sangat keras.

seluruh gelanggang jadi gaduh dan gempar oleh suitan tajam itu, mereka semua rata2 menunjukkan rasa kaget yang tak terkirakan.

Han siong Kie sendiripun mengerutkan dahinya, ia tak tahu siapa yang memperdengarkan suitan tajam tersebut, yang jelas semua jago yang hadir disitu rata-rata menunjukkan perubahan sikap yang menyolok.

Bersamaan dengan sirapnya suitan tajam itu, sesosok bayangan aneh yang berwarna warni melayang masuk ketengah gelanggang.

orang itu adalah seorang manusia aneh yang tak lengkap panca inderanya, ia kenakan jubah panjang berwarna warni. Kalau dikatakan manusia maka orang ini jauh lebih mirip sebagai makhluk setan yang berwajah seram.

Bibirnya sumbing dan membalik keluar hingga sebaris giginya yang putih kelihatan dari luar, hidungnya lenyap entah kemana dan yang tampak saat itu cuma dua buah lubang hitam yang hitam, sebuah codet besar membekas dari atas keningnya membelah hidung dan mencapai pipi sebelah kiri, mata kirinya lenyap tinggal kelopaknya yang kosong, biji matanya entah sudah kabur kemana, rambut yang beruban menggumpal jadi satu persis setumpukan rumput kering.

Cukup memandang tampangnya yang seram bagaikan setan sudah dapat membuat hati orang bergidik, Dengan sinar mata yang bengis, manusia aneh itu menyapu sekejap seluruh gelanggang kemudian tertawa seram tiada henti2nya.

kawanan jago persilatan perlahan sama2 mundur kebelakang, hanya sebentar saja dalam gelanggang hanya tinggal Ang nio cu Tonghong Leng seorang.

Perempuan gagah yang bernama Tonghong Leng itu segera tertawa mengikik dengan suaranya yang seram bagaikan jeritan kuntilanak lalu tegurnya dengan suara lantang: "Kang Tang hu, engkau belum mampus?"

Mendengar nama orang itu, diam2 Han siong Kie ikut merasa terperanjat, dia masih ingat dalam catatan budi dan dendam dari Mo Mo Cuncu, ia pernah membaca nama orang itu.

Disitu namanya tercatat sebagai Kui-bin long jin (manusia srigala bermuka seram) Kang Tang hu, menurut catatan, dulu dia punya seorang kekasih yang bernama Hek tin lo sat (Iblis perempuan berhati hitam) Kwansu koh, wataknya cabul dan perbuatannya kejam, sudah banyak pria muda yang kekar dan gagah dibunuh olehnya setelah sebelumnya "diperkosa" lebih dulu. Akhirnya Mo tiong ci mo mengetahui akan kebejadan moralnya ini, perempuan cabul itu diburu kemudian dibunuh.

Kekasihnya yakni manusia srigala bermuka setan Kang Tang hu jadi mendendam karena peristiwa ini, ia datang mencari gurunya untuk menuntut balas, namun dalam suatu duel yang sengit ia tak mampu menandingi kelihayan lawannya sehingga akhirnya kabur.

sementara itu Manusia srigala bermuka setan Kang Tang hu telah melotot gusar kearah perempuan baju merah Tonghong Leng, kemudian sambil tertawa seram katanya:

"Heeeh heehh heeehh Ang Nio cu, apakah engkau juga mempunyai sengketa dengan anakan kelinci ini??"

"Sengketa tak ada, tapi ada suatu persoalan kecil aku membutuhkan tenaganya "

"Kalau begitu bagus sekali, kitapun tidak usah ribut2 sendiri mengenai dirinya, toh dia cuma mempunyai selembar jiwa"

Han siong Kie sangat marah, sambil mendengus dingin serunya: "Manusia srigala bermuka setan, sebutkan apa maksud kedatanganmu"

Kang Tang-hu tertawa seram, ia menyapu sekejap pemuda itu kemudian dengan suara yang seram bagaikan jeritan setan sahutnya:

"Haaah... haaah... haaah sungguh tak nyana Mo tiong ci- mo telah menerima engkau sebagai ahli warisnya, Hmm sepanjang hidup belum pernah timbul rasa kasihan dalam hatiku, hei bocah "

"Apa yang kau maksudkan?" hardik pemuda itu.

"Tentang soal ini " tiba2 manusia srigala bermuka setan

berhenti sejenak, sambil berpaling kearah delapan pendekar pedang dari kota Tiong cu sekalian tiba-tiba hardiknya: "Disini tak ada urusan lagi, hayo pada menyingkir jauh2 dari hadapanku"

Delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu maupun enam imam tua dari partai Kong tong sama2 menunjukkan muka gusar setelah mendengar ucapan itu, tapi mereka tak berani bertindak sesuatu, akhirnya dengan uring-uringan mereka mundur dari lingkar kepungan dan menjauhkan diri dari gelanggang.

Menanti semua orang sudah mengundurkan diri, manusia srigala bermuka setan Kang Tang hu baru melanjutkan kembali kata-katanya: "Bocah muda, tiba2 saja aku tak ingin membunuh kau"

"Membunuh aku?" seru Han siong Kie sambil menunjuk keujung hidung sendiri " dengan andalkan apa kau ingin bunuh aku?"

sekali lagi Manusia srigala bermuka setan melolong aneh, katanya lebih jauh:

"Bocah muda, sebetulnya kedatanganku kesini untuk mencabut selembar jiwa kecilmu, tapi sekarang aku telah berubah pikiran, aku tak jadi membunuh kau lagi."

"Kenapa??"

"Aku ingin menerima engkau sebagai ahli waris " "Menerima aku sebagai murid ? Haaaahh... haaahh...

haaahh" tak kuasa lagi Han Siong Kie menengadah dan tertawa ter-bahak2, suaranya keras bagaikan palu yang beradu besi, bukan saja menggema diseluruh angkasa bahkan memekikan telinga setiap jago baik dari golongan putih golongan hitam yang hadir ditengah gelanggang.

"Hei bocab muda, apa2an kau ini?jangan menjerit jerit terus seperti setan penasaran" teriak Manusia srigala bermuka setan dengan suara keras. Han siong Kie tarik kembali gelak tertawanya, dengan muka serius serunya: "Hei manusia srigala bermuka setan yaug tak tahu diri, aku lihat engkau sedang baru mimpi disiang hari bolong, kulihat keadaanmu persis seperti burung pungguk merindukan bulan."

"Apa becah ? kau bilang apa? " jerit manusia serigala bermuka setan dengan mata jelalatan bengis. "engkau tidak bersedia jadi muridku ? Memangnya kau anggap badanmu sudah keras seperti baja??"

"Hmm Kunasehati dirimu, lebih baik janganlah menjadi burung pungguk yang merindukan bulan, sampai tuapun jangan harap keinginanmu itu bisa tercapai, kecuali kalau matahari bisa terbit dari sebelah barat"

"Bajingan cilik" maki Kang Tang-hu dengan marahnya " engkau terlalu menghina aku, ini hari kau harus mampus"

"Aah belum tentu begitu, memangnya kau yang kuasa atas nyawaku??"

"ooooh.. kamu tak percaya yaa ? Bagus, bagus.. mari kita buktikan saja siapa yang lebih tangguh."

Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dia menerjang maju kemuka, sepasang telapak tangannya siap diayun ketubuh lawan.

"Eei.. nanti dulu” tiba2 Han siong Kie berseru. "Bagaimana bocah ? Kau sudah menyesal dan mau turuti

kehendak hatiku??"

"Aku hanya ingin tanya, apakah maksud kedatanganmu kali ini adalab berkenaan dengan kasus terbunuhnya Hek sim lo sat (Iblis perempuan berhati hitam) Kwan su koh pada empat puluh tahun berselang?"

sinar bengis kembali memancar keluar dari mata Kang Tang hu yang tinggal sebelah dengan penuh kebencian jawabnya:

"Benar, selama empat puluh tahun siang maupun malam aku tak pernah melupakan peristiwa ini, sayang aku tak berhasil menemukan tempat persembunyian dari Mo tiong ci mo, dan kini dia sudah mampus maka hutang darah inipun akan kutagih atas dirimu"

"sebagai ahli waris mendiang guruku, memang pantas kalau aku yang bertanggung jawab atas semua perbuatan guruku dimasa hidupnya, tapi apakah engkau tahu apa sebabnya Hek sim lo sat bisa dibunuh oleh guruku?"

"Bocah keparat, kau tak usah banyak bacot lagi" jerit manusia srigala bermuka setan dengan suara lengking, "ini hari engkau akan kujagal lebih dahulu, kemudian akan kucari kuburan dari anjing tua itu dan menghancur lumatkan tulang belulangnya jadi abu, hanya berbuat begitulah rasa benciku selama ini bisa terlampiaskan"

Mendengar rencana lawannya yang bejad dan tak berperi kemanusiaan itu, hawa amarah dalam dada Han siong Kie kontan berkobar, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, ia menduga musuhnya ini tentulah seorang manusia bejad yang berhati bengis, terlintas dalam benaknya satu ingatan untuk membunuh mahluk aneh ini. Dengan suara dingin bagaikan es, dia lantas berseru:

"Manusia srigala bermuka setan, tahukah engkau? Apa yang barusan kau lakukan sama halnya dengan menggali liang kubur buat diri sendiri?"

"Huuh Cuma andalkan kekuatanmu seorang?" ejek makhluk aneh itu sinis.

Sembari berseru, sepasang jari tangannya yang runcing ibarat pancingan secepat sambaran kilat menyambar ke atas tubuh Ham siong Kie.

Serangan tersebut bukan saja sangat cepat, bahkan ganas dan tak kenal ampun, cukup menggidikkan hati siapapun yang menghadapinya. Situasi ditengah gelanggang ikut berubah jadi tenang bersamaan dengan gerakan serangan yang dilancarkan manusia srigala bermuka setan.

Han siong Kie melesat kearah samping dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata2, berhasil lolos dari cengkeraman musuh, dengan jurus Leng ku it si (Jurus pertama kura2 sakti) dia balas melancarkan sergapan, jurus yang digunakan ampuh, aneh dan ganas, sedikitpun tak kalah dengan kebagusan serangan musuh.

Agaknya manusia srigala bermuka setan tak pernah menduga kalau Han siong Kie memiliki ilmu silat setinggi itu, tak kuasa lagi ia menjerit kaget.

Cepat telapak tangan kirinya mengayun secara beruntun untuk musnahkan daya serangan lawan, sementara telapak tangan kanannya melepaskan sebuah babatan kilat ke depan.

Dengan ancaman yang ia terima berarti sia2 belaka Han siong Kie melepaskan serangannya, ingatan kedua belum sempat melintas. tahu2 telapak tangan kanan musuh telah tiba didepan dadanya, dalam keadaan begini terpaksa ia tarik kembali tangannya untuk menangkis dengan keras lawan keras..

"Duuk.." "dua gulung himpunan tenaga saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan keras, kedua belah pihak sama2 merasakan tubuhnya bergetar keras.

Secepat kilat Han siong Kie menggunakan taktik "mengisap" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat untuk mengisap telapak tangan musuh sehingga sama sekali tak mampu berkutik lagi, sementara telapak tangan kanannya yang senggang langsung menyodok keatas dada lawan.

Manusia srigala bermuka setan berusaha untuk menarik kembali telapak tangan kanannya, namun usaha itu gagal, sekarang ia baru tahu bahaya, dalam gugup dan kagetnya cepat dia putar tangan untuk menangkis. "Duuk.." sekali lagi empat buah telapak tangan saling beradu satu sama lainnya.

Han siong Kie segera salurkan hawa murninya keluar tubuh, ia bermaksud menggunakan taktik "getaran" untuk melontarkan balik kekuatan musuh yang sedang meluncur datang.

Siapa sangka manusia srigala bermuka setan pun mempunyai ingatan yang sama, dia sendiripun berusaha untuk melepaskan diri dari daya hisapan musuh. Dengan demikian maka kedua belah pihak sama2 melontarkan hawa saktinya keluar badan.

Suatu ledakan keras yang memekikan telinga menggeletar lagi di angkasa, kedua belah pihak terlempar mundur kebelakang dan mundur sejauh situ kaki lebih dengan sempoyongan. Posisi Han siong Kie jauh lebih tidak menguntungkan jika dibandingkan musuhnya, karena pertama dia sudah terhajar lebih dulu oleh tenaga gabungan dari enam jagoan Kong tong pay, kemudian terkena pula sambitan jarum rahasia dari Kho Tiong beng, itu ketua dari perkumpulan tujuh walet, sekarang setelah termakan oleh getaran keras itu, tak bisa dicegah lagi ia muntah darah segar, tubuhnya mundur dengan sempoyongan. suasana jadi gempar, para jago yang ada diluar gelanggang sama2 berseru tertahan.

Dalam pada itu manusia srigala bermuka setan telah menyadari betapa tangguhnya musuh yang sedang dihadapi, ia tak menyangka kalau kekuatan yang dimiliki Han siong Kie sekarang telah jauh melampaui kekuatan Mo tiong ci mo dimasa lampau, ingatan untuk menerima anak muda itu sebagai muridnya seketika tersapu lenyap dari benaknya.

Sekarang ia baru menyadari betapa bahayanya musuh ini jika dibiarkan hidup lebih jauh, ingatan jahat melintas dalam benaknya sambil berpekik nyaring ia maju beberapa kaki kedepan, segenap tenaga dalam yang dimilikinya dihimpun kedalam sepasang telapak tangan ketika dilontarkan kemuka, maka bisa dibayangkan betapa dahsyat dan mengerikannya kekuatan penghancur itu.

"Jangan kau bunuh bocah itu" tiba-tiba Ang Nio cu Tonghong Long berteriak keras:

-000dewi000-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar