Tengkorak Maut Jilid 12

 
Jilid 12

TAK kuasa lagi Han Siong Kie menghembuskan napas dingin, berita ini benar2 sukar dipercaya olehnya.

Seorang sastrawan setengah baya yang sekilas pandangan belum mencapai empat puluh tahun, ternyata adalah seorang jago persilatan yang telah berusia seratus tahun lebih.

Dengan serta merta timbul perasaan kagUm dan menghormat dalam hati kecil pemuda itu, tanpa sadar secara terus terang ia ceriterakan bagaimana dia sudah mendapatkan warisan ilmu silat diri Leng ku siangjin kemudian bagaimana berjumpa dengan Mo tiong ci mo yang telah wariskan tenaga dan kepandaian silatnya kepadanya.

Selesai mendengar kisah tersebut, Put to sianseng atau tuan awet muda menghela napas panjang, katanya:

"Aaai yaa memang kawan2 lamaku di masa lampau sebagian besar telah reyot dimakan usia aku yang tidak mati2pun sudah ingin cepat2 tinggalkan dunia ini Eaei bocah engkau memang amat hok ki secara beruntun telah mewarisi ilmu silat dari beberapa orang jago2 lihay dunia persilatan masa depanmu benar2 amat cemerlang!”

Han Siong Kie ter-sipu2 ia cuma bisa mengucapkan kata2 merendah untuk memberi tanggapan.

Beberapa waktu kemudian terdengar Put-lo sianseng menegur: “Eei bocah apakah engkau tidak menyesal mengangkat Mo tiong ci mo sebagai gurumu?”

"Menyesal? kenapa aku musti menyesal?"

"Engkau toh tahu musuh bebuyutan terdapat di mana2 seantero jagad?"

"Setelah aku bersedia menerima pelajaran yang diwariskan beliau kepadaku sudah sepantasnya kalau aku bertanggung jawab atas semua perbuatannya yang dilakukan tempo dulu sudah menjadi kewajibanku untuk menanggulangi semua resiko yang ada kenapa musti aku menyesal?"

“Bagus, anak muda! engkau memang bersemangat..!” “Ada suatu persoalan hingga kini aku kurang tahu, apa aku

boleh bertanya kepada locianpwee?"

“Coba katakan dulu apa yang ingin kau tanyakan?” “Sewaktu guruku sering kali melakukan pembunuhan dalam

dunia persilatan tempo hari apakah ia selalu membedakan mana yang lurus dan mana yang sesat?”

Put-lo sianseng termenung dan berpikir sebentar, kemudian menjawab :

“Ditinjau dari beberapa kejadian yang kuketahui, pihak korban memang sangat beralasan untuk dibunuh. tapi mecgenai soal selanjutnya aku kurang begitu tahu, sebab korban yang mati ditangannya banyak tak terhitung jumlahnya, mereka terdiri dari pibak kaum lurus maupun kaum sesat, kalau tidak kejam tak mungkin orang persilatan memberi julukan iblis diantara iblis kepadanxa.. tapi . masa ia tidak mengatakan sesuatu kepadamu?”

Han Sioog Kie menggeleng. "Sama sekali tidak..!” "Ooh yaa, engkau toh baru tiga hari mengingat hubungan guru dan murid dengan dia kenapa.."

“Sekarang aku sedang melaksanakan sebuah perintah dari guruku, dan tugas itu harus diselesaikan dalam waktu sepuluh hari!"

"Kenapa harus diselesaikan dalam sepuluh hari?” “Sebab guruku dia orang tua hanya mempunyai waktu

selama sepuluh hari untuk hidup di kolong langit!"

“Kerapa?” tanya Put-lo sianseng dengan muka berubah hebat.

“Ketika sedang melatih suatu jsnis ilmu silat, beliau mengalami musibah yakni jalan api menuju neraka yang mengakibatkan kedua belah kakinya lumpuh, setelah itu beliau pun wariskan segenap tenaga dalamnya kepadaku, maka.."

Bicara sampai disini, ia menghela napas dan membungkam. Put-lo sianseng pun menghela napas sedih.

"Aku ingin bertemu muka untuk terakhir kalinya dengan gurumu, sekarang ini berada dimana?” katanya.

Sebenarnya Han Siong Kie hendak menjawab, tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya :

“Aku tak boleh bicara, aku masih belum tahu Put-lo sianseng adalah seorang yang dapat dipercaya atau tidak, andaikata ucapannya hanya merupakan suatu jebakan bukankah berabe? keadaan suhu pada saat ini sudah cacad, lemah dan keadaannya tak jauh berbeda dengan msnusia biasa aku harus bersikap lebih ber-hati2,"

Berpikir sampai disini diapun lantas ber kata:

"Bagaimana kalau kuhantar engkau sehabis kulaksanakan tugasku? tempat itu sukar ditemukan!” "Oooh! engkau kuatirkan keselamatan gurumu, engkau tak percaya dengan kepribadianku? Haahh.. haahh.. haahh.. untuk mewujudkan rasa baktimu aku ingin turuti keinginanmu, tugas apa sih yang hendak kau lakukan?”

"Mencari pemilik benteng maut dan adu kepandaian dengan dirinya untuk memenuhi cita2nya ini guruku telah mengasingkan diri dan berlatih tekun selama empat puluh tahun lamanya!"

"Apa? engkau hendak adu kepandaian dengan mahluk aneh itu? gila.. sudah kau pikir masak2 tindakanmu itu?”

"Apa? mahluk aneh kau maksudkan?" seru Han Siong Kie dengan psrasaan agak tergerak.

"Benar dia adalah mahluk aneh dikolong langit"  "Kenapa tidak disebut saja iblis keji nomor satu dikolong

langit?" sela sang pemuda Put to sianseng menggeleng.

"Dia cuma tabiatnya dalam kenyataan sama sekali tidak keji"

"Tindak tanduk tengkorak maut membawa dunia persilatan mendekati jurang kehancuran, setiap orang diliputi perasaan ngeri dan takut se akan2 menghadapi hari kiamat, darah membanjiri permukaan bumi mayat bergelimpangan di mana2, apakah perbuatan ini tidak termasuk perbuatan seorang iblis keji?"

"Apa? tengkorak maut??"

"Benar lambang tunggal dari pemilik benteng maut" "Sudah puluhan tahun lamanya aku tak pernah muncul

dalam dunia persilatan, kali inipun baru beberapa hari turun gunung karena itu banyak persoalan yang tidak kuketahui benarkah telah terjadi peristiwa berdarah seperti itu?"

"Betul? setiap orang persilatan tentu akan berubah muka jika membicarakan persoalan tentang tengkorak maut" "Jadi makhluk aneh itu berani menggunakan tengkorak maut sebagai lambangnya untuk melakukan pembantaian secara menggila? "

"Benar dan beberapa waktu belakangan ini ia telah dua kali munculkan diri??"

"Tentang persoalan ini aku pasti akan lakukan penyelidikan duduknya perkara jadi jelas Nah sekarang marilah kita bicara pada pokok pembicaraan semula, apa hubunganmu dengan pemilik dari pesanggrahan Tong to siau cu ini?"

Han Siong Kie tidak langsung menjawab, ia termenung dan berpikir sebentar kemudian diambilnya keputusan untuk tidak menjawab sejujurnya ia menjawab.

"Seorang sahabat karibku yang bernama Han Siong Kie pernah menerima budi pertolongan dari Go siau Bi pemilik pesanggrahan ini, karena sahabatku telah meninggal maka aku mewakili sahabatku itu untuk membalas budi kebaikan ini"

"Ehmmm rasa setia kawanmu patut dipuji, tapi tahukah engkau apa sebabnya pihak perkumpulan Thian che kau berusaha membinasakan Go Yu Toe ketua dari perkumpulan Pat gi pang"

"Aku dengar katanya peristiwa berdarah itu berlangsung karena Go Yu Toe tak sudi menghadiri upacara ulang tahun dari ketua perkumpulan Thian cbe-kau?"

"Keliru, itu cuma alasan mereka yang sengaja di buat2" sahut Put to sianseng dengan cepat.

Han Siong Kie terperangah mendengar jawaban tersebut. "Lalu apa sebabnya yang utama?" ia bertanya.

Put to sianseng menghela napas panjang lalu dengan suara berat ia bertanya:

"Peristiwa itu terjadi karena sebuah benda mustika dunia persilatan-.." "Benda mustika dunia persilatan ? benda mustika apakah itu? aku kok belum pernah mendengar?? "

"Aaaai... benda mustika itu adalah sejilid kitab pusaka ilmu silat yang dinamakan Thian tok pit liok.

"ooooh... kitab pusaka Thian tok pit liok" ulang Han Siong Kie dengan perasaan kaget bercampur tercengang.

"Benar, engkau pernah dengar nama kitab itu??" Han Siong Kie mengangguk.

"Sebenarnya apa saja isi kitab pusaka itu? apakab loocianpwee mengerti???"

"Selain ilmu silat yang maha sakti, terdapat pula ilmu menyaru muka yang amat sempurna"

"Ooooh kalau toh ketua perkumpulan pat gi-pang memiliki kitab pusaka selihay itu, bukankah ilmu silat yang dimilikinya sudah mencapai puncak kesempurnaan? kenapa ia bisa dibunuh oleh seorang tongcu dari perkumpulan Thian che- kau? bukankah kejadian ini aneh sekali?"

"Yaa kalau kalau kitab pusaka itu benar2 dimiliki olehnya tentu saja urusan akan beres, apa lacur kitab itu justru tak pernah dimiliki olehnya"

"Lalu berdasarkan alasan apa ketua perkumpulan Thian che kau hendak merampas benda mustika itu dari tangannya?

"Kakeknya pernah memiliki kitab pusaka itu hanya saja kitab itu tak pernah diwariskan kepada keturunannya atau dengan perkataan lain ketua perkumpulan Thian che kau telah salah taksir"

Makin mendengar kisah itu Han Siong Kie merasa semakin keheranan- bukankah Put to sianseng sudah puluhan tahun lamanya tak pernah muncul dalam dunia persilatan, darimana dia bisa tahu seluk beluk duduknya persoalan ini sehingga demikian jelasnya? Karena rasa ingin tahu dan keheranan dia pun bertanya:

"Locianpwee, darimana engkau bisa tahu duduknya persoalan ini hingga begitu jelas?" Put lo sianseng tertawa tawa.

"Kalau dibicarakan mungkin malah membingungkan hatimu, anggap saja kejadian ini hanya suatu kebetulan saja"

Han Siong Kie membungkam setelah orang lain tak mau bicara, tentu saja diapun tak dapat bertanya lebih jauh, sambil memberi hormat segera ujarnya: "Locianpwee, kalau engkau tak ada urusan lagi, aku hendak mohon diri lebih dahulu"

"Jadi engkau tetap akan akan berangkat kebenteng maut?" "Benar, sampai ini hari masih tinggal waktu selama delapan

hari saja, aku harus segera menyelesaikan tugasku dan kembali untuk memberi kabar kepada guruku"

"Baik, kalau begitu berangkatlah lebih dahulu memang sayang pesanggrahan Teng too siau cu terbakar oleh karena kedatanganku yang agak terlambat, tapi aku merasa amat berterima kasih kepadamu karena engkau telah mewakili aku untuk menyingkirkan badut-badut dan manusia kurcaci itu dari muka bumi... sebelum engkau berangkat kebenteng maut, aku harap engkau bersedia mendengarkan nasehatku"

"Harap loocianpwee memberi nasehat"

"Lebih baik temuilah pemilik benteng maut dengan wajah aslimu dari pada terjadi hal2 yang tak diinginkan, makhluk aneh itu benar2 seorang manusia yang sangat aneh sekali.

"Muka asli. " dengan hati terkesiap Han Siong Kie mundur

dua langkah kebelakang.

"Benar, lepaskan topeng kulit manusia yang kau kenakan itu dan berangkatlah dengan muka aslimu" Sekujur badan Han Siong Kie bergetar keras karena terperanjat, ia tak mengira kalau Put lo sianseng bisa mengetahui jika ia mengenakan topeng kulit manusia untuk menutupi wajah aslinya, ketajaman mata semacam ini benar2 mengerikan sekali sebab dia yang sudah bergaul selama beberapa hari dengan Mo tiong ci mo pun bisa mengelabuhi mata gurunya, tak nyana jago tua tersebut bisa menebak jitu dalam sekali pandangan-Tanpa sadar dengan perasaan tak puas ia menegur:

"Locianpwee, ketajaman matamu memang luar biasa mengagumkan, tapi bagaimana caranya engkau mengetahui

.."

"Gampang sekali untuk mengetahui penyamaranmu itu, dari nada ucapanmu aku bisa tahu kalau engkau memang adalah seorang manusia yang angkuh dan ingin menang sendiri tapi wajahmu kaku dan sama sekali tak berperasaan se-akan2 orang gobiok, padahal biji matamu jeli dan lincah, dari situlah aku lantas ambil kesimpulan kalau engkau mengenakan topeng untuk menutupi wajah aslimu."

"Cianpwee memang lihay, aku merasa amat kagum " akhirnya pemuda itu mengakui kelihayan lawan.

Setelah memberi hormat berangkatlah pemuda itu meneruskan perjalanan.

Dua jam kemudian Benteng Maut yang penuh rahasia, seram dan mengerikan itu sudah nampak dari kejauhan.

-000d0w000-

BAB 25

GULUNGAN ombak sungai kejar mengejar dan memecah ditepian batu karang yang berserakan disana sini. Diatas Seluruh tebing batu karang yang kokoh, bertenggerlah Sebuah bangunan kuno yang antik, kokoh dan diliputi kegelapan, itulah Benteng Maut yang disegani dan ditakuti Setiap umat persilatan.

Dengan darah mendidih dan rasa dendam yang ber-kobar2 Han Siong Kie berdiri di tepi sungai memandang bangunan megah di hadapannya tanpa berkedip. pemilik benteng itu bukan lain adalah musuh besar yang telah membantai seluruh anggota keluarganya dan ini hari ia dengan kedudukan sebagai ahli waris dari Mo tiong Ci mo datang untuk mengadakan adu kepandaian-

Ia telah berjanji kepada gurunya untuk tidak membalas dendam dengan kepandaian sakti ajarannya, karena itu terhadap masalah balas dendam ia masih mempunyai pandangan yang samar ....

Sekarang ia sedang mempertimbangkan satu masalah, haruskah ia jumpai pemilik benteng maut dengan wajah asli atau wajah samaran??

Tidak akhirnya sianak muda itu mengambil keputusan, ia bertekad untuk masuk ke dalam benteng dengan wajahnya sebagai malaikat penyakitan, ia akan muncul dengan wajah aslinya jika hendak membalas dendam nanti.

orang yang kehilangan sukma pernah menganjurkan kepadanya agar menyambangi benteng maut dan menceritakan asal usulnya, tapi kenapa??

sampai sekarang ia tak dapat menjawab pertanyaan itu, dan barusan put to sianseng pun menganjurkan kepadanya agar berkunjung kebenteng itu dengan wajah aslinya, lalu kenapa ?? soal inipun ia tak dapat menjawab.

Tapi.. ia telah ambil keputusan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan gurunya dengan muka yang palsu. Apakah ilmu jari Tong kim ci dapat menundukkan ilmu kebal kim koan sin kang yang dimiliki lawan? hingga kini ia tak berani meramaikan, dan apakah ilmu pukulan Mo mo ciang hoat dapat mengalahkan jurus serangan lawan, ia sendiripun tak tahu.

Pemuda itu berpikir, andaikata ia tak mampu mengalahkan pihak lawan, bagaimana caranya untuk memberi jawaban dihadapan gurunya?

Mo tiong ci-mo sudah empat puluh tahun lamanya mengasingkan diri untuk melatih diri, jika ia kalah mampukah orang tua itu menahan rasa sesal serta pukulan batin yang sangat hebat itu?

Tidak. kekalahannya hanya bisa dikatakan sekali, keputus- asaan bagi gurunya, sebab rasanya mempunyai kesempatan hidup selama sepuluh hari saja, dia akan mati dengan hati menyesal dan kecewa..

Berpikir sampai disitu, pemuda tersebut segera mengepos tenaga, rasa ingin menang dan harus menang timbul dalam benaknya, ia berusaha menguasahi golakan batinnya yang ber kobar2..

seperminum teh kemudian, per-lahan2 ia baru melangkah keatas jembatan batu, ketika tiba didepan pintu gerbang, rasa dendam, harapan dan ingin menang berkecamuk makin keras, dan kali ini bertambah pula dengan rasa ngeri seram yang amat tebal.

Put-lo sianseng selalu menyebut pemilik benteng maut bagai makhluk aneh, makhluk aneh macam apakah dia?

Tengkorak maut berwarna merah darah yang tergantung menyeringai diatas pintu gerbang membuat darah panas Han Siong Kie kembali mendidih, ia teringat kembali dengan lambang tengkorak maut yang ditinggaikan diatas dinding perkampungan Han oleh sang pembunuh selesai melakukan pembantaian. Lambang itu menandakan kekejaman kesadisan, darah yang mengalir mayat yang bertumpuk serta pembantaian brutal..

Tiba2 satu ingatan lagi berkelebat dalam benaknya, ia teringat kembali dengan janjinya bersama malaikat dingin Mo siu Ing, jika ia berhasil menemukan kabar berita tentang malaikat panas Kosu Ki maka dia akan menangkan seluruh kitab pusaka tangan Buddha dan dapat melatih ilmu si mi sinkang yang maha sakti itu kemudian membalas dendam dan menghancurkan benteng maut.

Begitu kesengsem dengan lamunannya, hampir saja Han Siong Kie lupa kalau ia sedang berada ditempat bahaya.

Dalam pada itu dari atas daratan ditepi sungai dari tempat yang tersembunyi muncullah berpuluh2 pasang mata yang mengawasi setiap gerak gerik dari Han Siong Kie dengan pandangan tak berkedip. sorot mata mereka memancarkan sinar kaget, heran, tercengang dan dendam..

Nun jauh dari bukit karang itu terdapat pula sepasang mata yang sedang mengintai gerak geriknya, hanya saja sorot mata orang itu penuh mengandung rasa kuatir dan penuh

perhatian-

Tentu saja Han Siong Kie tidak merasakan kesemuanya itu, ia tak sadar kalau gerak geriknya dibawah pengawasan orang lain.

Bagaikan sebuah patung area sianak muda itu berdiri kaku didepan pintu benteng.

seperminum teh kemudian Han Siong Kie baru tarik kembali lamunannya dan kembali dalam kenyataan. .

Pemuda itu segera menghimpun hawa murninya, seperti apa yang dipesan oleh Mo tiong ci mo dengan suara lantang ia bersenandung nyaring: "Satu iblis muncul satu iblis lenyap. iblis diantara iblis bertemu dengan langit sakti"

Terhadap isi dari senandung tersebut Han Siong Kie sendiripun agak kurang paham, ia cuma menduga sebutan "langit sakti" kemungkinan besar adalah menggantikan nama pemilik benteng maut atau mungkin juga mempunyai maksud tertentu, namun ia tak sudi untuk putar otak memikirkan persoalan itu.

Setelah bersenandung satu kali dia ulangi untuk kedua kalinya:.. tiga kali.

suara gemericingan yang amat mencekat hati bergema memekakkan kesunyian pintu benteng maut yang misterius per-lahan2 bergeser kearah samping dan muncullah sebuah lubang gelap yang dalam dan sukar ditembusi dengan pandangan mata.

Han Siong Kie merasakan jantungnya bergetar keras, ia hendak menghadapi suatu keadaan yang sukar dibayangkan dengan kata2

Meskipun tenaga dalamnya amat sempurna, wataknya angkuh dan ketus tapi sekarang musuh tangguh yang harus dihadapi olehnya adalah Tengkorak maut yang mendatangkan kengerian serta keseraman bagi umat persilatan selama puluhan tahun belakangan ini, hal tersebut membuat pemuda itu tak mampu menguasahi ketegangan, kengerian serta keseraman yang menyelimuti perasaannya.

Benteng maut dianggap sementara orang sebagai istana kematian tempat tingal malaikat elmaut dan sekarang dia hendak memasuki benteng iblis yang selama puluhan tahun tak seorang umat persilatanpun berani mendekat atau memasukinya.

Ia rasakan napasnya jadi sesak, sekujur badannya bergetar keras dan tanpa sadar bulu kuduknya pada bangun berdiri Ia segera memikirkan tujuan dari kedatangannya sekarang, ia datang untuk menantang pemilik benteng maut sedang orang yang hendak ditantangnya ini bukan lain adalah musuh besar pembunuh keluarganya.

Maka sambil membusungkan dada berjalanlah sianak muda itu memasuki pintu benteng.

Segulung angin dingin berhembus lewat dari balik lorong yang dingin membuat ia bersin dan merinding.

Diam2 pemuda itu berpikir didalam hatinya, benarkah pertarungannya kali ini adalah suatu tantangan terhadap malaikat elmaut.

Dua kali Put to sianseng memperingatkan bahwa pemilik benteng maut adalah seorang makhluk aneh, hal ini menunjukkan bahwa Put to sianseng merupakan salah seorang di antara beberapa orang yang mengetahui latar belakang mengenai pemilik benteng maut tersebut.

sebelum ia berangkat gurunya Mo tiong ci mopun pernah berpesan kepadanya:

" engkau tak boleh melukai dirinya, pertarungan harus

diakhiri bila telah saling menutul. engkau tak boleh

menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam.."

Mungkinkah gurunya sudah merasa yakin bahwa ilmu jari Tong kim-ci nya mampu mengalahkan ilmu kim kong milik lawan?

sampai dimanakah kedahsyatan ilmu jari Tong kim ci tersebut, sewaktu berada ditengah jalan ia telah menjajalnya dan kenyataan membuktikan bahwa ilmu tersebut benar-benar merupakan suatu kepandaian ampuh yang maha dahsyat.

Tapi ingatan lain berkelebat dalam benaknya, menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut sukar dilukiskan dengan kata2, berita itu sangat mengurangi kepercayaannya pada kekuatan sendiri

Empat puluh tahun bukan suatu jangka waktu yang pendek, siapa tahu kalau ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut telah peroleh kemajuan yang pesat??

Lorong dibalik pintu gerbang terdiri dari lapisan batu cadas yang telah ditumbuhi lumut hijau, hawa lembab dan suasana yang gelap gulita menambah keseraman disitu.

Baru saja Han Siong Kie melangkahkan kakinya kedalam pintu benteng, serentetan suara yang tua dan seram bergema dari balik bangunan kuno tersebut. . "Hey bocah, hentikan langkahmu ?"

Han Song Kie terkesiap dan tanpa sadar hentikan langkahnya, ia dapat menangkap kalau ucapan tersebut disampaikan dengan ilmu cian li coan im atau menyampaikan suara seribu lie, suatu kepandaian ilmu menyampaikan suara tingkat tinggi. Sementara ia masih termenung, suara itu kembali berkumandang datang:

"Bocah cilik, nyalimu benar2 amat besar berant benar menyaru sebagai Mo tiong ci mo untuk menipu diriku"

Dari perkataan itu tak dapat diragukan lagi bahwasanya orang yang barusan berbicara bukan lain adalah pemilik benteng maut pribadi.

Setelah berhasil menguasahi pergolakan hatinya, Han Siong Kie menghimpun tenaga dalamnya kedalam pusar lalu berseru lantang. "Apakah engkau adalah pemilik benteng ini?"

"Benar ada apa?"

Han Siong Kie seketika merasakan darah panas dalam dadanya mendidih, sekarang ia baru yakin bahwa orang yang sedang diajak bicara bukan lain adalah musuh besar pembantai keluarganya. Tapi bocah muda itu berusaha untuk menahan sabar, maksud tujuan dari kedatangannya kali ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan Mo tiong ci mo kepadanya. Dengan suara dingin dan ketus ia segera menegur:

"Poocu berdasarkan apa engkau menuduh aku menyaru sebagai Mo tiong ci mo?"

"Heeehhh heeehhh heeehhh tahukah engkau akan peraturan dari benteng ku ini?"

"Peraturan soal apa??"

"Barang siapa berani ngintip benteng maut dia akan dijatuhi hukuman mati."

"Dari mana engkau bisa menduga aku mencuri lihat bentengmu??"

"Mengapa engkau berani menyaru sebagai iblis diantara iblis untuk memasuki..."

Han Siong Kie segera mendengus dingin. "Hmm benarkah Begitu?" ejeknya.

Pemilik benteng maut tertawa seram.

"Heeehh heeehh heeeehhh bocah cilik, aku ingin tahu darimana engkau bisa tahu akan kode rahasia yang telah kujanjikan dengan iblis diantara iblis pada empat puluh tahun berselang??"

"Hmm..poocu, kenapa engkau tak menduga kalau aku datang sedang melaksanakan perintah seseorang??"

"Melaksanakan perintah siapa??" "Perintah guruku"

"Siapakah gurumu??" "Iblis diantara iblis." "Apa? bocah cilik, kau jangan membohong, masa engkau adalah ahli waris dari iblis diantara iblis?"

"Benar, engkau tak percaya?"

"Kalau begitu dapat utarakan maksud tujuan dari kedatanganmu ini..."

Laksana kilat Han Siong Kie putar otaknya, ia teringat akan anjuran dari Manusia yang kehilangan sukma, dua kali perempuan itu anjurkan dirinya agar berkunjung kebenteng maut serta mengutarakan asal usulnya kenapa ia anjurkan dirinya berbuat begitu?

Andaikata ia hendak turuti anjuran tersebut, maka sekarang juga anjuran itu bisa dilaksanakan tapi setelah berpikir lebih jauh akhirnya dia ambil keputusan untuk tidak berbicara.

Tentu saja ia merasa bahwa perbuatannya yang menceriterakan asal usul sendiri dihadapan musuh besarnya adalah suatu perbuatan yang tolol, apalagi pihak lawan adalah iblis nomor satu dikolong langit, bagaimana akibatnya tentu saja siapapun dapat menduga. Maka dengan suara dingin ia berkata:

"Selama empat puluh tahun lamanya guruku tak pernah melupakan kekalahan yang dideritanya dimasa silam, dan sekarang aku hendak menuntut balas atas kekalahannya itu"

"Haahh...haahh..haahh... dalam suatu adu kepandaian, siapa menang siapa kalah sudah menjadi suatu kejadian yang jamak. apalagi kemenanganku diperoleh dengan andalkan kepandaian yang asli, heehh haahh haahh.., ia benar2 seorang yang berperasaan halus, bagaimana..? apakah ia tak mau datang sendiri untuk meneruskan pertarungan tempo hari?"

"Guruku tak mungkin akan datang kemari" "Kenapa? tanya pemilik benteng maut keheranan. "Jiwanya sudah hampir  melayang" "Apa? jiwanya sudah hampir melayang?"

"Benar, untuk melampiaskan rasa dongkolnya karena kekalahan tersebut, ia masih ada waktu selama beberapa hari untuk menantikan jawabanku"

Suaranya yang menyeramkan kian lama kian merendah dan memberat, seakan2 ucapan tersebut bukan muncul dari mulut seorang manusia hidup.

Dengan nada sedih dan bertambah lirih ia berkata : "Aku tak paham dengan maksud ucapan mu itu!"

“Guruku sedang menanti kabar dariku, empat puluh tahun komudian ilmu silat siapakah yang jauh lebih unggul!"

"Jadi makscdmu..!”

“Aku datang mewakili dirimu untuk memenuhi janjinya pada empat puluh tahun berselang, aku hendak adu kepandaian dengan diri poo-cu dan mari kita buktikan kepandaian silat siapakah yang jauh lebih lihay!"

“Oooh ! jadi engkau datang mewakili dirinya untuk memenuhi janji tersebut?”

"Dugaanmu tepat sekali!"

“Dan engkau akan menantang aku uttuk berduel?” “Tepat ucapanmu!"

“Haaah..haaah.,haaaah.." gelakan tertawa yang keras bagaikan gulungan ombak di tengah samudra bergema susul menyusul, suaranya keras, nyaring dan amat memekikkan telinga, membuat pikiran orang jadi kalut dan hatinya kacaau.

Suara tertawa iiu penuh mengandung hinan rasa pandang rendah dan sikap yang sombong. Gelak tertawa itu kian lama kian meninggi, golakan darah dalam dada Han Siong Kie pun ikut bergolak naik turun tiada hentinya, ia sadar bahwa gelagat tidak menguntungkan. buru2 hawa murninya disalurkan keseluruh badan guna melawan pengaruh suara tertawa yang tak sedap didengar itu..

Menanti gelak tertawa itu sirap, seluruh jidat dan tubuhnva telah basah oleh air keringat, ia mulai sadar bahwa tenaga dalam yang dimiiiki pemilik benteng maut benar2 sukar dijajaki.

Suara dari pemilik benteng maut berkumandang kembali, kali ini suaranya penuh mengandung rasa kaget dan terkesiap.

"Bocah cilik, sungguh tak nyana engkau sanggup menerima gelak tertawa ombak menggulungku yang lihay, engkau memang hebat !"

Han Siong Kie makin terkesiap, bukankah pihak lawan sama sekali tak bergerak dari tempatnya semula? darimana ia bisa tahu kalau isi perutnya sama sekali tidak terluka oleh pengaruh gelak tertawa itu? apakah ia memiliki ilmu memandang jauh yang l1bay?

Meskipuo hatinya tercekat dan jantungnya berdebar keras, namun diluaran ia tetap bersikap tenang.

“Aku sama sekali tidak kenal dengan apa yang dimaksudkan sebagai gelak tertawa ombak menggulung, aku cuma heran apa sebabnya poocu tertawa tergelak?"

"Ternyata iblis diantara iblis memerintahkan seorang bocah yang masih bau titik untuk memenuhi janjinya, ia benar-benar bermimpi di siang hari bolong. suatu perbuatan yang menggelikan.."

Mendengar ucapan tersebut hawa amarah segera berkobar dalam benak Han Siong Kie. ia tertawa dtngin.

"Poocu, engkau tidak msrasa bahwa ucapanmu itu terlalu sombong dan tekebur?” "Tekebur? engkau mengatakan aku tekebur? haahh haahh..haahh.. bocah! nyalimu yang besar sangat mengagumkan hatiku, di samping itu memandang diatas wajah iblis diantara iblis, engkau boleh segera tinggalkan tempat ini, karena engkau aku bersedia melanggar pantanganku yang telah kupegang teguh selama puluhan tahun lamaya.”

"Tak usah, poocu tak perlu melanggar pantanganmu sendiri!" tukas sang pemuda ketus.

“Oooh...lalu apa yang hendak kau lakukan?” “Aku tak ingin mengabaikan perintah suhuku.”

“Jadi engkau bersikeras akan menantangku untuk berduel?” “Itulah tujuan dari kedatanganku.”

“Heeeh heeehh heeehhh engkau benar2 tak tahu diri.” “Tahu diri atau tidak, itu urusan pribadiku”

“Bocab cilik yang masih ingusan, engkau masih belum pantas untuk berduel melawan Aku!”

Han Siong Kie semakin gusar, keberaniannya makin memuncak, tiba2 hardiknya:

"Jadi.. poocu hendak mengingkari janji?" "Mengingkari janji apa? aku tak pernah m;ngikat janji

dengan engkau?"

“Kalau memang begitu kenapa enggkau tak berani menerima tantanganku untuk diajak berduel?”

"Menantaag untuk berduel? heeehh heeehh heeebbh kalau iblis diantara iblis datang sendiri, mungkin saja aku bisa mempertimbangkan kembali "

“Aku datang mewakili guruku, apa bedanya dengan kehadiran ia pribadi?” “Tak usah banyak bicara lagi, ayoh segera tinggalkan tempat ini ! Mumpung aku masih belum berubah pikiran, kalau tidak ”

“Kalau tidak kenapa?”

“Engkau akan menyesal untuk selamanya.”

Kegusaran yang berkobar dalam benak Han Siong Kie tak dapat dikendalikan lagi. ia lupa kalau musuhnya amat lihay, segera bentaknya dengan tegas.

“Aku tak sudi menuruti kemauanmu kau mau apa?” "Tak mau? heh heeeehh heeehhh selama hidup baru

pertama kali ini kudengar ada orang berani berbicara sekasar itu dengan diriku!"

"Hmm ! Siapa tahu kalau lebih dari itu” jengek Han Siong Kie dengan bangga.

"Bocah keparat engkau benar2 tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi rupanya engkau sudah bosan hidup dikolong langit?”

"Hmm! jadi engkau tak berani menerima tantangan untuk berduel? tak nyana pemilik benteng maut yang tersohor tak lebih hanya seorang manusia pengecut!”

"Heehh...heehh..heeebh bukan pengecut atau tidak yang

pokok engkau masih belum pantas untuk berduel melawan aku!"

"Pantas atau tidak apa salahnya kalau poo-cu coba dulu?" "Bocah keparat kalau engkau memang sudah bosan hidup

ayo masuklah kedalam, aku menantikan kedatanganmu

disini!"

Han Siong Kie mendengus dingin tanpa ragu2 ia berjalan masuk kedalam istana tersebut. Pantulaa suara langkah kakinya dalam lorong batu yaog kosong menimbuikan suara yang menyeramkan seakan-akan ada beberapa orang yang jalan bersama.

Setelah melewati lorong batu itu dua kerat bangunan batu tsrbentang didepan mata, semua bangunan terbuat dari lapisan batu karang yang gelap. bangunan itu tak ada jendela, yang ada cuma sebuah pintu besi yang hitam dan telah berkarat, pintu itu tertutup rapat dan tak dapat melihat apa isinya.

Lumut hijau tumbuh dengan suburnya diatas bangunan rumah batu itu, sarang laba2 tergantung disana sini.

Udaranya lembab dan busuk mendatangkan rasa muak bagi siapapun yang mencium, lapisan batu diatas tanah sebagian besar telah tertutup oleh rumput ilalang.

Walaupun waktu menunjukkan tengah hari, namun suasana dalam benteng maut tetap gelap gulita bagaikan berada dineraka.

Han Siong Kie merasakan jantungnya yang berdebar, berdetak makin keras, ia tak tahu pemilik benteng maut mengandung maksud2 tertentu terhadap dirinya. ?

sunyi.. sepi.. keheningan yang mencekam bagaikan berada dikuburan menyelimuti seluruh benteng.

Han Siong Kie merasa dirinya seakan2 sedang memasuki sebuah kuburan kuno yang besar dan gelap. sedikitpun tak ada hawa manusia hidup..

Mendadak.. sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan mukanya.

Dengan cekatan Han Siong Kit meng hentikan gerakan tubuhnya, dengan cepat sorot matanya dialihkan kearah orang itu. Mendadak bulu kuduknya pada bangun berdiri, dengan badan merinding tanpa sadar ia mundur dua langkah ke belakang, tangannya disilangkan didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

sesosok makhluk aneh yang sukar dilihat paras mukanya, dengan rambut panjang yang terurai menutupi seluruh kepalanya, selangkah demi selangkah maju mendekat.

Manusiakah? atau setankah makhluk aneh itu?

Jelas dia adalah manusia karena terdengar suara langkah kakinya yang berat.

"Berhenti" bocah muda itu segera membentak keras.

Makhluk aneh itu tetap tidak menggubris, selangkah demi selangkah ia lanjutkan perjalanannya maju kedepan.

Satu ingatan dengan cepat berkelebat daiam benak pemuda itu,jangan2 makhluk aneh ini adalah..

Hatinya makin tegang dengan suara berat ia segera menegur: "Engkau adalah pemilik benteng maut?."

Makhluk aneh itu tidak menjawab, ia maju kedepan dengan langkah lambat.

Han Siong Kie mulai memghimpun segenap tenaganya dalam telapak ia siap melancarkan serangan apabila keadaan terlalu memaksa, sekali lagi tegurnya:

"Siapa engkau?"

Suaranya keras bagaikan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong.

Terhadap bentakan atau pun teguran dari Han Siong Kie itu makhluk aneh tersebut sama sekali tidak menggubris, kembali badannya menerjang kedepan.

Kegusaran yang berkobar dalam dada Han Siong Kie sukar dilukiskan dengan kata2, sepasang telapaknya laksana kilat melancarkan serangan kedepan, serangan tersebut di lancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat.

Makhluk aneh itu segera mengegos kesamping dan membentuk gerakan setengah lingkaran keatas permukaan dengan gerakan yang lincah ia meloloskan diri daya serangan tersebut.

Dari kelihaian yang dilakukan orang itu, semakin besar membuktikan bahwa makhluk aneh itu adalah manusia yang memiliki ilmu silat sangat lihay, tanpa sadar Han Siong Kie melanjurkan lidahnya.

Dengan menggunakan tangannya yang kurus, makhluk aneh itu menyingkap rambutnya yang kusut dan menutupi wajahnya itu, sepasang biji matanya yang tajam dan memancarkan sinar berkilauan melirik sekejap kearah Han Siong Kie, kemudian ber kaok2 aneh.

Suaranya aneh dan menyeramkan, tidak mirip tertawa tidak mirip pula suara menangis, membuat bulu kuduk semua orang tanpa terasa pada bangun berdiri

Dengan tar manggu2 Han Siong Kie memandang makhluk aneh yang tiba2 putar badan serta mengundurkan diri dari hadapannya, dalam sekejap mata manusia aneh itu sudah lenyap dari pandangan, ia merasakan suatu perasaan yang tak sedap.

Terutama pandangan dari manusia aneh itu, sorot matanya penuh memancarkan sinar dingin, seram dan menggidikkan, membuat perasaan hatinya tak tenang.

Beberapa saat kemudian ia melanjutkan kembali perjalanannya menuju kelorong sempit yang terbentang di antara bangunan rumah berbatu itu.

Tujuh delapan langkah baru saja lewat dua sosok bayangan manusia laksana kilat tiba2 menerjang keluar dari kedua belah sisinya, desiran angin tajam men-deru2 dan serasa menyayat badan.

Han Siong Kie merasa amat terperanjat, dia ayunkan telapaknya melancarkan dua buah pukulan yang amat dahsyat menyongsong datangnya ancaman dari kiri maupun kanan itu.

Benturan keras menggelegar diangkasa, dua sosok bayangan manusia itu terpental dan berhenti ditengah jalan.

sekarang Han Siong Kie dapat melihat jelas wajah dari dua sosok bayangan manusia itu, ternyata mereka adalah setan2 jelek yang bermulut lebar dan bergigi taring, begitu menyeramkan wajahnya hingga membuat bocah muda itu se- akan2 kehilangan sukma.

Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, setelah tertahan oleh pukulan lawan, dua sosok bayangan manusia berwajah setan itu melancarkan tubrukan kembali kearah depan, cakar setannya yang tajam langsung menyerang bocah muda itu habis2an..

Han Siong Kie amat terkesiap, buru2 ia keluarkan ilmu pukulan Mo-mo.ciang hoat untuk mempertahankan diri.

Dua orang setan jelek itu menyerang terus dengan gerakan2 yang nekad, mereka tak ambil peduli sampai dimana ketatnya pertahanan dari pemuda itu, terjangan demi terjangan dilancarkan terus dengan hebatnya.

"Blamm Blamm" dua benturan nyaring menggelegar diangkasa memecahkan kesunyian yang mencekam sekeliling tempat itu.

Han Siong Kie merasakan tulang telapaknya amat sakit seperti maupatah, ternyata pihak lawan memiliki tubuh yang keras bagaikan baja, baik pukulan maupun serangannya sama sekali gagal untuk merobohkan ke dua orang lawannya itu.

Dengan perasaan hati yang tercekat dan kaget, serta merta ia melayang mundursejauh tiga depa ke belakang dengan gerakannya yang tiba2 itu maka serangan cakar setan dari kedua orang setan itupun mengena disasaran yang kosong.

Ingatan kedua belum sempat berkelebat lewat, kedua orang setan jelek itu sudah saiing bertukar tempat dan sekali lagi melancarkan terjangan maut.

Kecepatan gerakannya, keanehan dari serangannya sangat jarang ditemui dikolong langit.

Kesalahan bukan terletak pada ketidak becusan Han Siong Kie, andaikata kedudukannya diganti dengan seorang jago lihay persilatan lainnya, niscaya orang itu sudah akan roboh ditangan sepasang manusia setan itupada serangannya yang pertama.

Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, sekali lagi sepasang manusia setan itu melancarkan terjangan maut, dalam keadaan terburu napsu cepat2 dia himpun tenaganya hingga sebesar sepuluh bagian, secara terpisah didorongnya satu kekiri yang lain ke kanan-

"Blaamm.. benturan dahsyat kembali bergeletar diangkasa, dalam benturan itu ke empat buah cakar setan dari sepasang setan jelek itu tertahan kurang lebih satu depa dari tubuh Han Siong Kie oleh getaran tenaga dalamnya, kedua belah pihak sama-sama berdiri kaku dan siapapun tidak melakukan pergerakan lagi.

Diam2 sianak muda itu mengucurkan keringat dingin saking terperanjatnya, ia hendak tarik kembali telapaknya untuk mengganti jurus, tapi ia sadar jika telapaknya ditarik kembali niscaya kedua orang setan jelek itu akan memanfaatkan kesempatan itu se-baik2 nya untuk mencengkeram tubuhnya.

Karena itulah terpaksa ia kerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk bertahan sedapat mungkin. Sepasang setan jelek itu menerjang makin hebat daya tekanan yang terpancar keluar berat bagaikan be ribu2 kati baja.

Han Siong Kie mengerahkan segenap kekuatannya untuk melawan serangan musuh di samping itu diapun mulai mempertimbangkan situasi disekelilingnya.

suatu ketika mendadak ia temukan sesuatu, ternyata dua orang setan jelek yang sedang melancarkan serangan kearahnya itu bukan lain adalah setan2an yang terbuat dari baja murni, tak aneh kalau kekuatan daya tekanannya begitu hebat bagaikan bukit kecil.

Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, keberaniannya semakin memuncak tapi daya tekanan yang terpancar keluar dari manusia besi itu kian lama sudah kian bertambah hebat.

pada saat itulah gelak tertawa pemilik benteng maut bergema datang disusul ia berseru.

"Haahh... haaahh... haaahh keparat cilik, akan kulihat engkau bisa bertahan sampai berapa lama kali ini aku akan memberi kesempatan kepadamu jika engkau bersedia undurkan diri dari sini maka aku tak akan mencelakai engkau lagi, katakan saja kepada gurumu kalau pemilik benteng maut masih sehat walafiat seperti sedia kala"

"Terima kasih atas maksud baikmu"

"Oooh jadi engkau sudah bertekad untuk tidak keluar dari benteng maut ini dalam keadaan hidup lagi?"

Han Siong Kie tertawa dingin tiada hentinya.

"Heehh heeehh heeehhh belum tentu begitu, sebelum kulaksanakan tugas yang di bebankan guruku, aku tak nanti akan mengundurkan diri dari sini" "Kalau memang begitu, andaikata engkau bertemu dengan gurumu dialam baka nanti jangan salahkan kalau aku tak kenal kasihan"

Teringat kembali akan budi kebaikan gurunya yang telah salurkan hawa murni miliknya kedalam tubuhnya, dan teringat pula kalau usia gurunya sudah amat terbatas, timbul kembali semangat yang berkobar dalam dadanya, tiba2 ia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya kedalam telapak, kemudian dengan gerakan " menggetar" dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat ia lancarkan suatu tolakan yang amat keras.

Keampuhan dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat ditambah pula dengan dua kali penemuan aneh yang dialami Han Siong Kie membuat tenaga dalam yang dimilikinya saat ini telah mencapai dua ratus tahun hasil latihan, tolakan yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga ini benar2 luar biasa sekali.

-oood0wooo-

Bab 26

“BLAAAMM Blaaamm” dua ledakan keras menggoncangkan seluruh permukaan bumi, sepasang iblis jelek yang terbuat dari baja itu terpental kesamping, alat kontrol yang mengendalikan kedua buah boneka itu hancur berantakan-

Ditengah percikan bunga api dan gugurnya pasir dan debu, dua buah dinding bangunan rumah tertunduk hingga roboh tak karuan-

Ditengah suara gemuruh yang amat keras terdengar dua jeritan ngeri bergema memenuhi seluruh ruangan-

Han Siong Kie merasa amat terperanjat mungkinkah dibalik ruangan batu itu terdapat jago silat yang disekap disitu?? sorot matanya segera dialihkan kearah dua deret bangunan batu yang terbentang didepan mata, ia lihat pintu besi tertutup rapat mungkinkah dibalik setiap pintu besi itu tersekap jago persilatan? mungkinkah mereka adalah jago2 persilatan yang melakukan penyelidikan terhadap benteng maut dan lenyap tak berbekas itu? atau mungkin mereka terdiri dari anak buah benteng maut??

"Heehh heeehh heeehhh keparat cilik, kau memang sangat hebat" seruan dari pemilik benteng maut bergema diangkasa, rupanya engkau lebih unggul satu tingkat di bandingkan dengan iblis diantara ibis dimasa lampau, tak kusangka engkau mampu menghancurkan sepasang malaikat pelindung benteng ku, meskipun begitu engkau masih belum "

"Belum kenapa?" tukas sang pemuda cepat.

"Engkau masih belum pantas untuk mengajak aku berduel" Han Siong Kie jadi mendongkol sekali, hingga menggertak gigi rapat2.

Teriaknya dengan nada penasaran:

"Hmm kau anggap dengan andalkan beberapa patah katamu yang tekebur serta beberapa kepingan besi rongsokanmu itu maka aku lantas pecah nyali menyerah kalah dan undurkan diri dari sini??"

"Haahh..haahh..haahh undurkan diri? engkau tak

memiliki kesempatan untuk berbuat demikian lagi, rumah2 batu itu akan menjadi tempat tinggalmu untuk selamanya" Han Siong Kie makin penasaran dalam pikirnya:

"Jangan sombong dulu, lihatlah kelihayanku akan kuobrak abrik sarang kura2mu dan akan kulihat engkau si kura2 akan kabur kemana..??"

sekali enjot badan ia menerjang masuk kedalam lorong tempat yang menembusi rentetan bangunan batu itu, dalam beberapa pusaran saja ia sudah berada ditengah lingkaran bangunan tadi.

Tampaklah bangunan batu berjajar disana sini, lorong besar kecil bersimpang siur tak menentu, meskipun ia sudah berlarian selama seperminum teh lamanya, namun tubuhnya masih tetap berputar2 dalam lingkungan rumah batu tadi.

Lama kelamaan pemuda itu sadar, ia pasti sudah terjebak dalam sebuah barisan "ki bun tin" yang lihay dan ampuh.

Dalam keadaan begini, ia enjotkan badan melayang naik keatas atap bangunan batu itu, sekilas memandang ketempat kejauhan pemuda itu tertegun dan berdiri kaku, hati nya terjelos.

Rupanya yang terlihat sepanjang pandangannya cuma bangunaa batu yang ber-deret2, tembok benteng telah lenyap bahkan suara gulungan ombak sungai pun sudah tak kedengaran lagi.

Sadarlah pemuda itu bahwa ia terjebak

Ia tak menyangka gerakannya selama ini lari kesana kemari sama sekali tak ada hasilnya, malahan tenaga dalamnya jauh berkurang karena perbuatan tersebut, ia loncat turun dari atap rumah batu dan ditemuinya ia masih berada ditempat semula.

Han Siong Kie jadi mendongkol sekali, dengan muka merah darah karena marah ia membentak keras:

"Huhh. mentang2 seorang pemilik benteng maut, tak tahunya cuma kura2 busuk yang andalkan kelihayan ilmu barisan untuk melindungi keselamatan jiwanya."

"Heeehh heeehh heeehh bocah muda, tak ada gunanya engkau mengonggong seperti anjing, bukankah suhumu iblis diantara iblis belum sempat mewariskan kepandaian semacam itu kepadamu? heehh heeeehhh heeehhh..." Gelak tertawanya amat sombong dan takebur sekali, membuat Han Siong Kie makin gusar bercampur mendongkol, hampir saja dadanya meledak saking tak tahannya.

Ia sama sekali tak mengira kalau pemilik benteng maut tak mau unjukkan diri untuk menerima tantangannya. tentu saja kejadian ini sama sekali berada diluar dugaan iblis diantara iblis, kalau tidak ia pasti akan memberitahukan rahasia serta cara untuk memasuki benteng maut tersebut.

Bagaikan seekor burung elang yang terkurung kabut tebal, Han Siong Kie menerjang kesana kemari secara membabi buta, walau bagaimanapun juga ia berusaha ternyata usahanya selalu gagal dan ia tak mampu meloloskan diri dari kepungan barisan tersebut.

Tiba2 satu ingatan aneh muncul dari dasar hati kecilnya, ia merasa bahwa benteng maut luasnya cuma beberapa puluh tombak belaka, apa salahnya kalau ia rusak bangunan rumah batu itu? jika bangunan tersebut ambrol bukankah barisan itu dengan sendirinya bakal hancur berantakan?

Teringat akan sistim tersebut tenaga murninya segera dihimpun dalam telapak lalu dengan sepenuh tenaga dibabat kearah bangunan batu yang berada dihadapannya.

Angin pukulan men-deru2 dan dengan dahsyatnya meluncur kedepan, tapi bagaimana hasilnya? se-akan2 menghantam udara kosong sama sekali tiada reaksi apapun yang di temuinya.

Rasa terperanjat yang dialami Han Siong Kie kali ini sukar dilukiskan lagi dengan kata2, barisan tersebut memang luar biasa dan membuat orang sukar untuk menduga mana yang nyata dan mana yang maya.

Dia menerjang maju semakin kedepan dengan tangannya ia meraba bangunan batu itu terasa dingin dan karat sedikitpun tidak palsu.. tapi apa sebabnya pukulan yang dilancarkan dengan begitu dahsyat sama sekali tidak mendatangkan reaksi apapun?

Untuk kedua kalinya ia himpun segenap kekuatan murninya kedalam telapak baru saja ia bersiap sedia melancarkan pukulan dahsyat kearah bangunan rumah batu itu. Mendadak sebuah telapak tangan tahu2 sudah menempel diatas bahunya.

Han Siong Kie amat terperanjat sekujur badannya gemetar keras baru saja dia akan bergerak.

"Jangan bergerak"

Teguran dingin dan ketus yang membuat bati orang bergeridik bergema dari arah belakang, pemuda itu kenal suara itu sebagai suara teguran dari pemilik benteng maut.

"Apa maksudmu berbuat curang?" pemuda itu segera menegur.

"Kau mau takluk tidak??"

"Takluk haaahhh haaahhh haahhh hanya mengandalkan permainan setan yang sama sekali tak ada harganya itu??"

"Oooh.. jadi engkau tidak takluk??" "Tidak"

"Bocah muda, engkau adalah manusia paling tekebur yang pernah kujumpai selama hidupku, apa yang harus kulakukan sehingga kau benar2 merasa takluk? tahukah engkau bahwa menurut peraturan benteng kami barang siapa telah memasuki benteng ku ini, dia selama hidup akan disekap dalam rumah batu dia harus mengakui sendiri kalau hati nya merasa takluk"

Han Siong Kie merasa agak tercengang, peraturan macam apakah itu tanpa terasa ia bertanya: "Siapa sih yang disekap dalam rumah2 batu itu? apakah mereka adalah jago2 persilatan yang pernah menerjang masuk kedalam benteng ini?"

"Benar tapi sekarang mereka harus disebut sebagai manusia2 tolol yang tekebur dan tak tahu diri"

"jadi mereka telah menyatakan takluk seratus persen serta rela disekap sepanjang masa??"

"Tentu saja"

"Tapi sayang aku tak mau takluk kepadamu"

"Hmm engkau tak dapat menentukan pilihanmu sendiri" "Jadi engkau hendak menggunakan cara yang begins

rendah dan memalukan untuk paksa orang menyerah kalah?"

teriak Han Siong Kie dengan penuh kegusaran-

"Memaksa Hmm, terhadap aku sih tak perlu terhadap orang persilatan macam apapun aku tak pernah menggunakan cara memaksa"

"Lalu bagaimana penjelasanmu tentang perbuatan yang kau lakukan pada saat ini?"

"setelah kuajukan beberapa buah pertanyaan akan kuberi kesempatan padamu untuk bertanding secara adil"

" Kalau begitu cepatlah bertanya"

"Benarkah engkau ahli waris dari iblis diantara iblis??" "Benar"

"Sebutkan siapa namamu?" "Malaikat penyakitan"

"Apa? engkau bernama Malaikat penyakitan??" "Tepat sekali ucapanmu itu"

"Aku ingin mengetahui nama aslimu" Pelbagai ingatan berkelebat dalam beriak Han Siong Kie, ia teringat kembali anjuran dari orang yang kehilangan sukma dimana ia berkunjung kebenteng maut dan menceritakan asal usulnya kenapa harus berbuat begitu? apakah sekarang juga harus membeberkan asal usulnya??

Tidak sekarang bukan saatnya yang tepat sekarang sedang melaksanakan tugas dari gurunya lain kali jika ia hendak menuntut balas bukan saja asal usulnya akan dibeberkan bahkan diapun akan menuntut balas dengan wajah aslinya. setelah berpikir sampai disini iapun lantas menjawab dengan nada dingin: "Aku tak punya selamanya aku menggunakan malaikat penyakitan sebagai julukanku"

"Heehh... heeehhh heehhh kalau engkau tak mau menjawab akupun tak akan memaksa, tahun ini kau berumur berapa?"

"Aku rasa tiada kepentingan bagiku untuk memberitahukan usiaku padamu"

"Bocah muda engkau terlalu keras kepala, sekarang putarlah tubuhmu"

Han Siong Kie merasakan bahunya jadi kendor dan telapak yang semula menempel diatas bahunya kini sudah dialihkan, laksana kilat ia putar badan-

Kurang lebib satu tombak dihadapannya berdirilah seorang manusia aneh berbaju hijau dan berkain cadar warna hijau, telapak kanannya nampak putih mulus bagaikan pualam sedangkan tangan kirinya hitam pekat bagaikan tinta bak.

Han Siong Kie seketika itu juga merasakan darahnya mendidih, ia kenali Telapak itu pernah menghajar tubuhnya sampai terluka parah, meskipun hanya sekilas pandangan namun ia tak akan melupakan untuk selama-lamanya.

Api dendam yang membakar dadanya hampir saja membuat pemuda itu tak dapat menguasahi diri, hampir saja ia menyebut nama aslinya untuk menuntut balas tapi akhirnya ia dapat menguasahi diri, sekarang belum tiba saatnya untuk membalas dendam, ia harus menyelesaikan dulu tugas yang dibebankan iblis diantara iblis kepadanya.

Jikalau ia tidak menggunakan ilmu sakti warisan dari gurunya dan hanya andalkan jurus serangan dari Leng ku sianjin belaka sudah jelas ilmu silatnya masih bukan tandingan lawan-

Bergerak secara gegabah berarti mendatangkan penyesalan yang tak terkirakan sepanjang masa, ia mengerti akan teori tersebut, jika usahanya untuk membalas dendam menemui kegagalan dan malahan mengakibatkan kematian bagi dirinya, bagaimana mungkin ia bisa bertanggung jawab terhadap dua ratus lembar jiwa keluarganya yang mati di bantai orang, serta kematian dari susioknya Telapak naga beracun Thio Lin-.

Kematian yang menyangkut keluarga Han dan keluarga Thio kecuali telah diketahui bahwa pembunuhannya adalah Tengkorak maut, masih ada sebuah teka teki yang menyelimuti peristiwa tersebut, dan teka teki itu kemungkina besar ada sangkut pautnya dengan tengkorak maut.

Sewaktu susioknya telapak naga beracun Thio Lin bunuh diri, ia menyatakan bahwa perbuatannya itu dilakukan karena melaksanakan perintah perguruan, ia berpesan kepadanya agar jangan menuntut balas, jangan mengebumikan jenasahnya, tapi kenapa?? kenapa harus begitu? apakah dalam permusuhan ini menyangkut soal dendam perguruan dari generasi yang lampau..?

Yang patut disayangkan ia sama sekali tak akan tahu perguruan dari ayahnya, kalau tidak dengan tanda terang itu mungkin saja duduknya persoalan dapat diketahui.

Mendadak.. ia teringat kembali akan orang yang kehilangan sukma, manusia misterius itu se-akan2 mengetahui semua persoalan yang menyangkut tentang kehidupannya, bahkan dia tahu dengan begitu jelas.

Diam2 ia pun mengambil keputusan, seandainya bisa lolos dari benteng maut dalam keadaan selamat, maka pekerjaan pertama yang akan dilakukan olehnya adalah mencari orang yang kehilangan sukma untuk membongkar rahasia itu, tapi jejak orang yang kehilangan sukma amat sukar diikuti, kemana ia harus menemukan dirinya?? Pemuda itu merasa murung dan risau sekali. sementara itu Pemilik benteng maut telah berkata kembali:

"Bocah cilik, sekarang aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk bertanding secara adil"

"Kesempatan untuk berduel??" seru Han Siong Kie sambil pusatkan kembali pikirannya.

"Heeehh... heeehh... heehh... engkau belum berhak untuk mengatakan berduel, anggap saja sebagai suatu percobaan ilmu"

"suatu percobaan ilmu??"

"Ehmm tepat sekali ucapanmu itu"

"Bagaimana caranya melakukan percobaan ilmu itu???" "Kita saling mengadu jurus sebanyak tiga gebrakan- jika

engkau berhasil menang maka kau boleh keluar dari benteng ini dengan bebas..."

"Andaikata kalah??"

"Engkau akan menjadi penghuni tetap dalam deretan rumah batu ini"

Diam2 Han Siong Kie merasakan hatinya terkesiap. "Maksudmu selamanya tiada kesempatan lagi bagiku untuk

keluar dari benteng ini?" "oooh... itu sih tidak, selama disekap engkau bebas melatih ilmu silatmu, bila engkau sudah mampu memecahkan tiga jurus seranganku, maka pada saat itulah engkau bebas berlalu dari benteng ini, cuma aku perlu beritahu kepadamu, selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah ada orang yang bisa keluar dari benteng ini dalam keadaan hidup"

Han Siong Kie tarik nafas panjang, ia rasakan hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri, dari ucapan tersebut dapat diambil kesimpulan kalau tenaga dalam yang dimiliki pihak lawan telah mencapaipada taraf yang tiada tandingannya lagi.

"Andaikata seri??" tanya sianak muda itu beberapa saat kemudian.

"Engkau tetap dipersilahkan berlalu dari sini dalam keadaan hidup,"

"Andaikata kedatanganku di kemudian hari tetap ada maksud tertentu dan memaksa engkau untuk berduel???"

Rupanya Pemilik benteng maut sama sekali tak mengira kalau Han Siong Kie Begitu berani mengajukan pertanyaan seperti itu, setelah terperangah beberapa saat ia berkata: "Bocah cilik, jadi engkau akan datang lagi dengan maksud2 tertentu??"

"Aku cuma mengatakan seandainya saja, tentu saja dalam keadaan seperti itu sering kali bisa muncul keadaan2 yang istimewa" ujar Han Siong Kie dengan nada hambar.

"Kalau memang demikian keadaannya, maka hal itu harus ditentukan dari maksud hatimu itu."

Han Siong Kie mengangguk, pikirnya:

"Suatu ketika aku pasti akan datang lagi kesini." Dengan suara berat dia lantas berseru: "Kalau begitu bagaimana kalau sekarang juga kita mulai dengan pertarungan tersebut??" Pemilik benteng maut mengangguk.

"Bocah muda, selama puluhan tahun belakangan ini baru pertama kali ini aku mengecualikan pantanganku"

"Mengecualikan pantangan begitu??" tanya sang pemuda dengan perasaan kurang paham.

"Ehmm benar" pemilik benteng maut mengangguk.

"Poocu telah mengecualikan pantangan apa begitu??" "Pertama, engkau tidak bersedia menyebutkan nama

aslimu serta usiamu, dan aku tidak menuntut lebih jauh.."

"Aku toh bergelar Malaikat penyakitan dan merupakan ahli waris dari iblis diantara iblis, apa itu tidak cukup??"

"Selain itu..."

"Apa lagi?" sela sang pemuda cepat.

"Engkau mengenakan topeng kulit manusia, tapi aku tidak punya niat untuk melepaskan kedokmu serta melihat paras aslimu, apakah tindakan ini bukan suatu keringanan bagimu?"

Dengan perasaan amat terperanjat HanSiong Kie mundur tiga langkah lebar kebelakang, setelah Put lo sianseng kali ini merupakan kedua kalinya ada orang mengetahuinya kalau dia mengenakan topeng kulit manusia, ketajaman mata manusia semacam ini memang benar2 mengerikan sekali.

"Hey bocah cilik sekarang lancarkanlah serangan" terdengar pemilik benteng maut berseru dengan suara berat.

Han Siong Kie terkesiap. ia merasakan hatinya jadi tegang sekali sebab jika ia tak sanggup melakukan perlawanan dalam tiga jurus serangan tersebut, maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata. Bukan saja ia akan disekap dalam ruang batu, harapannya untuk balas dendam akan musnah dan sepuluh hari kemudian gurunya iblis diantara iblis akan mati dengan membawa penyesalan.

Tugas dari gurunya, dendam berdarah membuat semangat jantannya ber-kobar2, ia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya kedalam sepasang telapak.

Ia akan menggunakan jurus serangan yang terampuh dan terdahsyat dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat untuk melancarkan serangan tersebut.

suasana diliputi keseraman, ketenangan membuat pemuda itu bergidik rasanya: "Hati2 poocu menghadapi serangan ini" teriak Han Siong Kie tiba2.

Ditengah bentakan keras ia gunakan jurus Mo ciang ciang liong atau telapak iblis menundukan naga melepaskan pukulan yang pertama, kedahsyatan angin serangannya benar-benar mengerikan.

Pemilik benteng maut menyilangkan telapaknya kemudian dengan menggunakan sebuah jurus serangan yang sangat aneh menyapu bersih datangnya ancaman yang amat hebat itu.

Han Siong Kie amat terperanjat, ingatan kedua belum sempat lewat hawa panas dan dingin tahu2 bagaikan guntingan pisau telah membabat pukulannya hingga lenyap. bahkan sisa tenaga bagaikan tindihan bukit karang menghantam dadanya.

Buru2 sianak muda ttu melepaskan pukulannya dan silangkan telapak untuk membendung datangnya ancaman tadi.

Blaamm benturan keras bergeletar di angkasa, pemuda itu rasakan darah panas dalam dadanya bergolak keras, tak kuasa lagi tubuhnya tergetar mundur lima langkah lebar kebelakang. "Hey bocah muda, dalam gebrakan ini engkau telah kalah" seru pemilik benteng maut dengan suara lantang.

Han Siong Kie mendengus dingin, tubuhnya menerjang maju kedepan, dengan jurus yang lebih ampuh yakni raja iblis menyambangi neraka, laksana kilat ia lancarkan serangan kedua.

Jurus raja iblis menyambangi neraka merupakan salah satu jurus terampuh diantara tiga jurus sakti ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, setelah dikembangkan kedahsyatannya mengerikan hati.

"suatu serangan yang amat bagus" puji pemilik benteng maut tanpa sadar.

Bukan mundur, ia malah maju kedepan, sepasang telapaknya diayun menyambut datangnya ancaman tersebut. "Duuukk"

serangan yang dilancarkan Han Siong Kie kali ini dengan telak berhasil menghantam dada lawan, ia rasakan telapaknya se akan2 membabat diatas sebuah dinding baja yang amat keras, telapaknya secara lapat2 terasa sakit sekali, ini membuat hatinya amat terperanjat.

Bukan begitu saja pada saat yang bersamaan diapun merasakan adanya pantulan tenaga yang balik menghantam tubuhnya dengan kecepatan bagaikan kilat begitu kerasnya hampir saja membuat pemuda itu muntah darah segar.

Di tengah dengusan berat tubuhnya mundur empat lima depa kebelakang dengan sempoyongan hampir saja ia roboh terjengkang di atas permukaan tanah.

Pada waktu yang bersamaan jari tangan kanan pemilik benteng maut tiba2 nyelonong masuk kearah jalan darah Tiong tong hiat di atas dada pemuda itu. Gerakannya cepat bagaikan bayangan, mengikuti gerakan maju mundurnya, sang ujung jari selalu menjaga pada jarak tiga cun.

Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras, otaknya mendengung dan pandangannya berkunang2.

Terdengar pemilik benteng maut berkata dengan suara dingin: "Dalam gebrakan kali ini, engkau kembali menderita kalah"

Habis berkata ia tarik kembali jari tangannya dan mengundukan diri sejauh satu tombak dari tempat semula.

Tentu saja andaikata pertarungan tersebut merupakan suatu duel kepandaian, sejak semula Han Siong Kie telah terkapar di atas tanah dalam keadaas tak bernyawa lagi.

-oood0wooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar