Tengkorak Maut Jilid 06

 
Jilid 06

JAWABAN ini benar2 berada diluar dugaannya dengan perasaan tajamnya sebagai seorang wanita tercetus kembali satu pertanyaan dari mulutnya: "Apakah disebabkan karena soal cinta?? ia sudah ada yang punya "

"juga bukan. "

Ketegangan yang mencekam hati Tonghong Hwie mulai mengendor, tapi dengan nada bimbang dan tidak habis mengerti kembali ia bertanya : "Lalu apa sebabnya???"

"Bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kadangkala kejadian yang berlangsung dikolong langit jauh diluar dugaan orang" "Jadi maksudmu kejadian ini adalah suatu kejadian diluar dugaan. "

"Bukan kejadian diluar dugaan tapi sudah merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dibantah2 lagi dan kenyataan inilah yang mungkin berada diluar dUgaanmu"

"Aku tidak percaya " jerit Tonghong Hwie keras2.

"Tentu saja pada saat ini kau tidak percaya, tapi menanti kau mempercayai akan kejadian ini, tragedi yang menyedihkan sudah terjadi".

"Kau maksudkan suatu tragedi?? " tanya Tonghong Hwie dergan suara gemetar.

"Tidak salah, suatu tragedi yang paling mengenaskan sepanjang sejarah manusia"

"Kau.. dari mana kau bisa tahu?? "

"Aku tak akan beritahu kepadamu.. soal ini tak mungkin kuberi tahukan kepadamu"

Air muka Tonghong Hwie berkerut kencang, dengan wajah penuh penderitaan ia bergumam:

"ooooh... tidak tidak mengapa?? mengapa ini musti terjadi??.. tidak tak mungkin hal itu jadi kenyataan, tidak mungkin, aku tak dapat kehilangan dirinya..".

"Nona Tonghong, seandainya pada saat ini dia sudah mati diujung telapak Tengkorak Maut, bagaimanakah sikapmu??"

Tonghong Hwie tercekat setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya ia menjawab dengan nada sedih:

"Aku tak akan hidup seorang diri dikolong langit " "Aaaai terkutuk"

suara itu mendadak sirap dan lenyap tak terbekas. "Eeeei... su Hun Jin, aku masih ada pertanyaan hendak diajukan kepadamu. su Hun Jin. ..su.Hun Jin "teriak

Tonghong Hwie keras keras.

Tapi tiada jawaban yang kedengaran lagi, orang yang kehilangan sukma telah pergi tanpa pamit tapi bayangannya justru sudah menanamkan suatu bayangan gelap yang paling menakutkan didasar hati kecil gadis cilik ini.

Dengan badan lemas tak bertenaga Tonghong Hwie bersandar disisi pohon, bagaikan baru saja mengalami suatu mimpi yang ngeri dan menyeramkan, ia mengenang kembali setiap patah kata dari su Hun Jin, ia membayangkan kembali kegantengan serta kegagahan saudara angkatnya Han Siong Kie kemudian membayangkan pula bahwa suHun Jin adalah

seorang wanita, agaknya ia sejalan dengan perempuan misterius yang mengaku sebagai Yoe sim Jim.

Maka iapun mengambil kesimpulan didalam hatinya, jelas kesemuanya ini adalah suatu rencana yang paling tak tahu malu, dan jelas hendak merebut Han Siong Kie dari tangannya.

Tetapi. kembali muncul persoalan dalam hatinya,

mengapa Yu sim Jin serta su Hun Jin bisa mengetahui rahasianya dengan begitu jelas?? disamping itu mengapa kemunculan Yu sim Jin bisa begitu kebetulan dan tepat pada saatnya untuk menolong Han Siong Kie?

suatu tanda tanya besar suatu teka teki yang diliputi misteri dan amat memusingkan kepala.

Malam yang gelap telah mencekam seluruh jagat, cahaya bintang muncul dari balik celah-celah daun memancarkan sinarnya yang redup.

Dalam keadaan begini yang dipikirkan Tonghong Hwie hanyalah engkoh Kie-nya, ia tidak memperdulikan malam yang gelap, pakaian yang robek terkait ranting dan udara yang dingin. Gadis itu berjalan..berjalan terus untuk menemukan jejak kekasih hatinya.

Sementara itu Han Siong Kie yang terhajar luka prah oleh pukulan maut si Tengkorak Maut seketika jatuh tak sadarkan diri, ia merasa bahwa jiwanya pasti akan lenyap pada saat itu.

Menanti ia mendusin kembali dari pingsannya, pemuda itu menemukan bahwa dirinya sedang berbaring di dalam sebuah gua, rasa sakit yang menyiksa tubuhnya telah lenyap tak berbekas. Ingatan pertama yang segera berkelebat di dalam benaknya adalah:

“Aku masih hidup!”

Sementara bau wangi yang tawar berhembus masuk ke dalam hidungnya..

Perempuan!

Oooh…kembali aku sudah ditolong oleh seorang perempuan!

Pertama kali ketika ia terhajar masuk kedalam sungai oleh Tengkorak Maut, Go Siau Bie telah menyelamatkan jiwanya, hal ini membuat hatinya sangat menderita sebab ia membenci kaum wanita tapi justru wanitalah yang telah menyelamatkan jiwanya.

Dan kini, kejadian tersebut kembali terulang!

Dengan cepat ia meloncat bangun dan bangkit berdiri….

oooOOOooo

BAB 12

PADA Jarak kurang lebih beberapa tombak dimulut gua berdiri sesosok bayangan putih yang membelakangi dirinya. Pelbagai ingatan segera berkelebat di dalam benak Han Siong Kie, akhirnya ia tak tahan dia buka suara:

"Apakah nona yang telah menolong diriku??"

"Boleh dibilang begitu, boleh dibilang pula bukan" jawab gadis itu dengan suara yang merdu, bahkan nada suara itu amat dikenal olehnya.

"Apa maksud ucapanmu itu?? " tanya Han Siong Kie dengan nada tertegun.

"Kau telah diselamatkan adik angkatmu Tonghong Hwie dari medan pertarungan, kemudian akulah yang membawa dirimu datang kemari, setelah itu seseorang yang lain mengobati luka yang kau derita"

Sepasang alis Han Siong Kie kontan berkerut, ia tidak menyangka kalau urusan itu diliputi oleh liku2 yang begitu banyak. sesudah berpikir sebentar kembali ia bertanya: "siapakah yang dimaksudkan oleh nona?"

"Orang yang kehilangan sukma"

"Orang yang kehilangan sukma??" ulang pemuda itu dengan hati keheranan.

"Sedikitpun tidak salah"

"Apakah dia adalah seorang angkatan tua didalam dunia persilatan?"

"Boleh dibilang begitu"

"sekarang dimanakah tokoh sakti itu?" "sudah berlalu sedari tadi"

"Nona, kau adalah "

Gadis berbaju putih itu lambat2 putar badan dengan jari tangannya yang halus ia tarik kain kerudung cutihnya lebih kebawah lalu tertawa merdu dengan suara yang lengking. "Hiihh...hiihhh... hiihhh... kau benar2 seorang pelupa bukankah kita pernah bercakap-cakap?? "

Diungkap tentang persoalan itu Han Siong Kie segera teringat kembali siapakah gerangan gadis ini, jantungnya segera berdebar keras serunya dengan penuh emosi: "Kalau dugaanku tidak salah maka nona pastilah Yu sim Jin siorang yang ada maksud???"

"Dugaanmu tepat sekali"

Dalam hati kecil Han Siong Kie sebera muncul kembali tingkah laku Yu sim Jin yang mencurigakan itu dia ingin membuktikan serta kesangsian yang menyelimuti dalam benaknya, pertama kali ia berjumpa muka dengan gadis misterius ini yang terlihat hanyalah bayangan punggung yang samar dan didalam perjumpaannya kali ini mereka hanya dihalangi oleh selapis kain kerudung yang tipis.

Apakah cantik atau jelek raut wajah dibalik kain kerudung itu ia tak ingin menebak maupun menduga sebab dalam pandangannya perempuan adalah racun dunia ia benci dan mendendam terhadap setiap perempuan yang ada dikolong langit.

setelah hening beberapa saat lamanya, iapun bertanya kembali: "orang yang kehilangan sukma itu pria atau wanita??".

"Wanita".

"Oooh..." Han Siong Kie berseru tertahan, suatu perasaan yang sangat tak enak menyelimuti benaknya, untuk kedua kalinya ia telah berhutang budi bahkan berhutang budi terhadap seorang wanita.

"Darimana nona bisa tahu kalau aku terluka hingga membawa aku datang kemari untuk mendapat pengobatan dari orang yang kehilangan sukma??..." "oooh, tentang soal ini?? dikemudian hari kaubakai tahu sendiri"

"Nona, rupanya dalam segala persoalan apapun kau tidak ingin memberitahukan kepadaku?..".

"Dikemudian hari mungkin akan kukatakan kepadamu, tapi sekarang hal itu tak mungkin kulakukan, sebab hal itu hanya akan merugikan dirimu dan sama sekali tak ada manfaatnya"

"Bukankah nona pernah menyampaikan berita tentang terjadinya penghianatan dalam tubuh Kay-pang kepada si padri dari utara?"

"Tidak salah, bahkan akupun telah menyembuhkan luka yang diderita pengemis dari selatan ketika ia menggeletak didalam kuil bobrok."

sekarang Han Siong Kie baru mengetahui apa sebabnya luka yang diderita pengemis selatan secara tiba2 telah sembuh seperti sedia kala, tapi dengan adanya kejadian ini persoalan yang membingungkan hatinya makin menebal, hingga akhirnya tak tahan lagi ia berkata:

"Bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu??"

"Aku hanya melaksanakan tugas atas perintah orang lain, mungkin aku tak dapat banyak memberikan keterangan kepadamu."

"Kau lakukan tugas atas perintah siapa?" "Orang yang kehilangan sukma."

"Jadi kalau begitu, semua perkataan yang nona sampaikan kepadaku tempo dulu juga atas perintah dari orang yang kehilangan sukma??"

"sedikitpun tidak salah." "Bolehkah aku berjumpa dengan orang yang kehilangan sukma?"

"Tidak boleh"

"Kenapa??? kenapa aku tak boleh bertemu dengan orang yang kehilangan sukma??"

"Sebab belum tiba saatnya"

Han Siong Kie semakin di buat sangsi dan tuk habis mengerti sebenarnya apa hubungan antara dia dengan orang yang kehilangan sukma? kenapa ia begitu jelas mengetahui sebala sesuatu mengenai dirinya, apakah maksud tujuannya?.

Ia merasa andaikata jejak seorang yang kehilangan sukma berhasil diketahui mungkin ia akan berhasil meraba atau mendapatkan sedikit keterangan sebab persoalan itu bisa ditanyakan kepada sipengemis dari selatan dengan pengalaman serta pengetahuannya yang luas mungkin banyak keterangan yang berhasil ia peroleh. sesudah termenung beberapa saat lamanya maka iapun bertanya lagi:

"Tahukah nona bagaimanakah basil pertarungan antara pengemis dari selatan serta padri dari utara melawan si Tengkorak Maut"

"Tahu, mereka berhasil lolos dari lobang jarum" "Apakah si Tengkorak Maut telah melepaskan mereka." "Tidak kemunculan seorang dedengkot dari Kay pang

secara mendadak telah mengejutkan si Tengkorak maut

hingga gembong iblis itu kabur"

Han Siong Kie amat terkejut, jago lihay macam apakah dari Kay pang itu hingga si Tengkorak maut yang tersohor akan kelihayannyapun bias kabur terbirit2. siapakah jago lihay itu?? iapun segera bertanya.

"Song chiat Koay yang telah lenyap sejak empat puluh tahun berselang, dia adalah paman guru si pengemis selatan. "Oooh. bukankah jago lihay itu telah berusia diatas ratusan tahun??"

"Dugaanmu iitu tepat sekali"

Tiba2 satu ingatan aneh muncul didalam benaknya. kalau memang song Thiat Koay sanggup membuat kabur si Tengkorak Maut sebelum munculkan diri, berarti tenaga lwekang yang dimilikinya tentu sangat lihay, andaikata ia dapat mengangkat dirinya sebagai guru.

sejak ia berhasil mendapatkan hawa murni yang disalurkan kura2 sakti kedalam tubuhnya lalu memperoleh pula ilmu silat peninggalan Leng Koe siangjien, seharusnya kepandaian silat yang dimilikinya sudah terhitung sangat lihay, tapi dalam kenyataan ia masih belum sanggup untuk menerima sebuah pukulan dari si Tengkorak maut.

Dari sini bisa dibayangkan kekuatan tubuh yang dimiliki manusia ampuh dari Kay pang itu pastilah sudah mencapai puncak yang tak terhingga.

Pemuda ini menyadari bahwa Yu sim Jin orang yang ada maksud tak nanti memberitahukan apa2 kepadanya, tetap berada disitu berarti cuma membuang waktu dengan percuma, ia segera mengambil keputusan untuk mencari jejak pengemis dari selatan lebih dahulu setelah itu baru mencari tahu asal-usul dari "orang yang kehilangan sukma" Berpikir sampai disini iapun segara memberi hormat sambil berkata:

"Budi kebaikan nona akan kuingat selalu di dalam hati, nah... sampaijumpa lagi dikemudian hari."

"Kau kau hendak pergi?"

"Benar oooh masih ada satu pertayaan lagi, sekarang

adik angkatku Tonghong Hwie berada dimana???"

"Mungkin dia masih menunggu kedatanganmu di tepi hutan sebelah depan sana" Han Siong Kie merasa amat terharu oleh sikap adik angkatnya Tonghong Hwie yang begitu memperhatikan dirinya, cinta kasih yang melebihi saudara sendiri ini membuat si anak muda tersebut ingin sekali cepat2 menemukan dirinya.. "saudara, tunggu sebentar" si orang yang ada maksud itu berseru.

"Masih ada perkataaa apa lagi yang hendak nona sampaikan kepadaku???"

"Bukankah didalam sakumu terdapat separuh dari sarung tangan Buddha Hoed Jiu Poo Jit.. "

Air muka Han Siong Kie berubah hebat, dengan hati terperanjat ia mundur satu langkah ke belakang, bentaknya:

"Dari mana kau dapatkan benda mustika itu??? " "Kau ingin berbuat apa??".

"Tak usah tebang dan jangan kuatir kalau aku ada maksud menginginkan benda itu, sewaktu kau masih tak sadarkan diri tadi benda tersebut telah kudapatkan. Ketika si orang yang kehilangan sukma sedang mengobati lukamu tadi, secara kebetulan saja ia menemukan bahwa kau membawa benda mustika dari dunia persilatan"

"Kalau memang begitu kuberitahukan kepadamu, benda itu adalah hadiah dari mendiang guruku"

"Siapakah gurumu???"

"Tentang soal ini maaf kalau aku tak dapat memberitahukan kepadamu"

"Baiklah kalau kau tidak ingin mengatakan, akupun tak akan memaksa. Cuma ada satu hal yang hendak kukatakan kepadamu, janganlah membiarkan benda mustika itu diketahui oleh orang Bu lim, sebab hal itu akan memancing datangnya pertikaian didalam dunia persilatan" "Kalau nona tidak mengatakan kepada orang lain, tentu saja tak seorangpun yang akan mengetahui akan peristiwa ini"

"Orang yang kehilangan sukma suruh aku menyampaikan pula sepatah kata kepadamu"

"Apa yang dia katakan???

"Dia minta kau segera pergi mengunjungi pemilik dari Benteng maut"

"Apa?? dia suruh aku pergi ke benteng Maut??

Orang yang ada maksud mengangguk tanda membenarkan.

"Bukankah nona pernah menyampaikan pesan kepadaku, bahwa ia melarang aku menuntut balas benteng maut ??" seru Han Siong Kie

"Aku bukan maksudkan menuntut balas, ia minta kau pergi berkunjung kepada pemilik Benteng Maut"

"Berkunjung sih pasti akan kulakukan, cuma tidak akan kulakukan pada saat ini."

"Kenapa?? "

"Aku harus menanti sampai aku memiliki kekuatan untuk menghancurkan benteng Maut, saat itulah aku pasti akan pergi kesana"

"Ia minta kau sekarang juga pergi berkunjung kesitu, kunjunganmu akan mendatangkan manfaat yang besar bagi usahamu untuk membalas dendam".

"Apakah ia memberikan penjelasan2nya?" "Tidak"

"Kalau begitu maaf, aku tak bisa menuruti keinginanmu itu." "Tahukah kau bahwa orang yang terlalu keras kepala akan mengakibatkan suatu mala petaka bagi dirimu sendiri"

"Selamanya aku melakukan pekerjaan menuruti keinginan hatiku, orang lain tak usah terlalu pusing kepala memikirkan diriku" seru Han Siong Kie dengan suara dingin, habis berkata ia enjotkan badan dan menerobos keluar lewat sisi tubuh orang yang ada maksud yang sedang berdiri di mulut gua.

"Budi kebaikan atas pertolongan yang telah kau berikan kepadaku suatu ketika aku pasti akan membalasnya"

Dengan gerakan tubuh yang sangat cepat laksana kilat ia berlalu dari situ.

"Heei...Han Sionng Kie" teriak orang yang ada maksud dengan suara keras. "Aku masih ada perkataan yang hendak kusampaikan kepadamu Han Siong Kie, kau jangan pergi dulu"

Tapi anak muda itu tetap tidak menggubris, tububnya semakin cepat meluncur kearah hutan tidakjauh dari situ.

Dalam hutan disisi sebuah pohon besar duduk melingkar bayangan manusia yang kecil mungil, Han Siong Kie yang melihat bayangan tubuh itu hatinya segera bergerak tubuhnya semakin cepat berkelebat menuju ke arah itu.

Tampaklah Tonghong Hwie adik angkatnya duduk bersandar dipohon dengan mata terpejam rapat, titisan darah kental masih menodai ujung bibirnya...

Han Siong Kie amat terperanjat buru2 ia berjongkok kesisi tubuhnya sambil berseru dengan nada kuatir: "Adik Hwie... adik Hwie... kenapa kau?"

Mendengar teriakan itu Tonghong Hwie membuka matanya kembali setelah mengetahui siapakah yang berdiri dihadapannya ia jadi sangat kegirangan:

"Engkoh Kie, akhirnya engkau kembali juga ke sisiku, aku mengira selamanya tak akan bertemu lagi dengan diri mu.. " "Apa??? kau bilang apa???..."

"Apakah luka yang kau derita telah sembuh??"

"sudah, aku telah sehat kembali seperti sedia kala" "Apakah si orang yang ada maksud yang telah

menyembuhkan lukamu?."

"Bukan, si orang yang kehilangan sukma yang telah mengobati lukaku"

"Apa??? orang kehilangan sukma??" jerit Tonghong Hwie amat terkejut.

Tiba2 ia menyadari akan kekhilapannya hingga tak sanggup membendung golakan dalam hatinya, cepat pengemis cilik ini berusaha untuk menenangkan hatinya.

"Dia...dia... apa yang telah dia katakan kepadamu?" tanyanya kembali setelah merandek beberapa saat.

“Tidak. aku sama sekali tidak bertemu dengan dirinya, bahkan bayangan tubuhnyapun tak sempat kulihat. orang yang ada maksudlah yang telah mengatakan kepadaku. "

"Ooooh... " sampai disini Tonghong Hwie baru dapat menghembuskan napas lega.

"Adik Hwie, apakah kau kenal dengan orang kehilangan sukma??" mendadak Han Siong Kie bertanya.

"Tidak... tidak kee.. kenal. cuma. cuma..." teringat akan perkataan yang telah disampaikan orang yang kehilangan sukma kepadanya, tanpa terasa seluruh bulu kuduk di tubuh Tonghong Hwie pada bangun berdiri, ia tak berani mengingatnya kembali sebab gadis ini merasa ngeri terhadap akibatnya.

sementara itu Han Siong Kie yang melihat sikap Tonghong Hwie yang gelagapan dan tidak tenang jadi tercengang bercampur keheranan, buru2 serunya. "Adik Hwie, cuma apa???"

"Tidak apa2, setelah kau dibawa pergi orang yang ada maksud, ia telah menyampaikan pesan kepadaku agar tetap menanti dirimu disini tanpa menunjukkan dirinya, karena itu aku sendiripun tak tahu macam apakah manusia yang menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma itu."

Mendadak pemuda itu teringat kembali akan darah kental yang menodai bibir adik angkatnya itu, ia lantas bertanya: "ooh adik Hwie, apakah kau terluka?" Tonghong Hwie mengangguk.

" Kau terluka ditangan siapa?? kembali pemuda itu bertanya.

"Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing"

"Apa?? kau dilukai oleh si malaikat berhawa dingin Mo siu Ing?? seru Han Siong Kie terperanjat.

"Benar...".

"Hmm suatu hari aku pasti akan menghajar dirinya sampai muntah darah untuk melampiaskan rasa sakit hatimu, kemudian akan kubunuh dirinya guna membasmi bibit bencana dari muka bumi" Tonghong Hwie tersenyum.

"Engkoh Kie, apakah kau sanggup menangkan dirinya??" ia bertanya. Mula2 Han Siong Kie tertegun, lalu dengan alis berkerut jawabnya: "Pokoknya suatu saat aku pasti akan berhasil oooh... benar, adik Hwie."

"Aku sudah beberapa kali menyaksikan kau bertarung melawan orang, pukulan telapak maupun tusukan senjata sama sekali tak dapat melukai dirimu, sebenarnya ilmu silat sakti apakah yang kau miliki?"

"Tentang soal itu... aku... aku.. "bicara sampai disitu ia segera menyingkap pakaiannya yang robek hingga nampak kaos putih yang berada dibalik bajunya. "Aku telah andalkan benda inilah hingga kebal terhadap pukulan maupun tusukan senjata"

"Benda apa sih itu?? "

"Kaos mustika pelindung badan tapi jangan kau katakan kepada siapapun lho kalau aku memiliki benda mustika ini"

"Aduuh aku hendak mengatakan kepada siapa?? lalu apakah kaos mustika pelindung badan itu mempunyai kegunaan yang lebih besar ?"

"Tentu saja " jawab Tonghong Hwie sambit tersenyum. "Aah kau sedang membohongi diriku?? "

"Tidak dari mana kau bisa mengatakan begitu ??"

“Aku memang memiliki kaos mustika pelindung badan, mengapa saat itu kau bisa terluka ditangan si Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing??"

"Ooooh, kiranya soal itu, kau musti tahu bahwa tenaga dalam yang ia miliki sangat lihay sekalipun kaus mustika pelindung badan yang kumiliki dapat kebal terhadap pukulan maupun tusukan senjata tetapi kegunaannya pun ada batasnya, andaikata aku bertemu dengan orang yang memiliki senjata mustika atau orang mememiliki tenaga dalam yang amat sempurna tentu lain ceritanya tetapi bicara sesungguhnya andaikata aku tidak andalkan kaus mustika pelindung badan ini mungkin sedari tadi jiwaku telah melayang diujung telapak si Malaikat berhawa dingin"

"Aku dengar katanya si Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing selamanya cuma bergebrak sebanyak tiga jurus saja melawan orang lain, bilamana lawannya sanggup menerima tiga buah pukulannya tanpa menemui ajalnya itu berarti bahwa ia telah lolos dari malaikat elmaut??" "Tidak salah, dan akupun sanggup menerima tiga buah pukulannya"

"Apakah kau ada permusuhan dengan dirinya?? kenapa ia turun tangan terhadap dirimu???"

“Setiap tahun si Malaikat hawa dingin pasti satu kali munculkan diri didalam dunia persilatan, ia baru akan berhenti membunuh bila korbannya telah mencapai seratus orang, setiap orang Bu lim yang berjumpa dengan dirinya berarti maut baginya” sambil berkata Tonghong Hwie berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi baru saja tubuh bagian atasnya di angkat separuh ia sudah menjerit kesakitan dan berbaring kembali diatas tanah.

Han Siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi kaget, buru2 serunya:

"Adik Hwie, biarlah aku periksa dulu keadaan lukamu kemudian baru kubantu dirimu untuk menyembuhkan luka dalammu itu"

sambil berkata tangannya segera bekerja hendak melepaskan pakaian yang dikenakan Tonghong Hwie.

Gadis itu jadi panik, buru2 ia halangi tangan Han Siong Kie sambil katanya "Tak usah Tak usah "

"Heei.. adik Hwie, apa maksudmu?? tanya Han Siong Kie dengan wajah tertegun.

Tonghong Hwie tertawa jengah, dengan ter sipu2 katanya: "Aku mempunyai kepandaian untuk menyembuhkan lukaku

sendiri.."

"Tapi tiada halangan toh kalau kuperiksa dulu keadaan lukamu itu?? memangnya kau adalah seorang gadis."

"Tidak" seru Tonghong Hwie. Ucapan ini sangat menyakitkan hatinya, membuat jantungnya berdebar keras dan wajahnya berubah jadi merah padam tapi berhubung gadis itu memakai obat penyaru yang tebal lagipula tertutup oleh lemak maka perubahan wajahnya ini tidak sampai di ketahui oleh Han Siong Kie.

sebenarnya gadis ini bersifat polos dan supel, ia pandai bergaul dan pandangannya luas. sejak bergaul dengan Han Siong Kie sikapnya semakin bebas dan tidak terhadang oleh sesuatu ganjalan apapun.

Tapi sejak rahasia kegadisannya dipecahkan oleh orang yang ada maksud, lalu "orang yang kehilangan sukma" pun mengatakan macam2, hal itu membuat sifatnya sama sekali berubah, perasaannya jadi amat halus dan mudah tersinggung.

Tentu saja pada saat ini ia tak dapat membocorkan rahasianya, sebab Han Siong Kie amat membenci kaum wanita, andaikata pemuda itu mengetahui bahwa dia adalah seorang gadis mungkin saja ia akan kabur dari sisinya. .

Bila hal ini sampai terjadi maka ia akan sangat menderita, pikirannya akan tersiksa, sebab sejak pertemuannya pertama kali gadis ini telah jatuh cinta kepadanya, ia telah mengambil keputusan untuk mempersembahkan dirinya untuk pemuda itu.

Tetapi, bayangan gelap lain yang amat menakutkan selalu menyelubungi hatinya, ucapan dari " orang yang kehilangan sukma masih mendengung terus disisi telinganya.

"Kau harus tahu diri dan mundur teratur sebelum terjerumus kedalam jurang kehancuran,selamanya terlalu romantis banyak akan mendatangkan penyesalan."

"Kenapa???" tanpa sadar ia berseru keras. Han Siong Kie jadi melongo, ia segera menatap wajah adik angkatnya sambil bertanya dengan nada tercengang, "Adik Hwie apa yang kau katakan??"

"oooh tidak apa2. " sahut Tonghong Hwie terpatah-patah "sekarang aku akan mulai menyembuhkan luka dalamku dengan simhoat ajaran perguruanku, tolong kau suka melindungi keselamatanku."

"Mari biar kubantu dengan begitu bukankah kau tidak akan terlalu payah..???"

"Tidak bisa jadi, andaikata ada orang datang kemari, bukankah kemudian kita bakal celaka??"

Han Siong Kie tidak bisa berkata lagi, terpaksa ia mengangguk:

sambil menggertak gigi Tonghong Hwie sebera bangkit dan duduk bersila, kemudian ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan untuk menyembuhkan luka yang sedang dideritanya.

Dengan tenang Han Siong Kie duduk menanti disamping, bayangan tubuh "orang yang ada maksud" gadis misterius itu terlintas kembali semua perkataan yang telah dia sampaikan "orang yang ada maksud" kepadanya, tetapi semakin dipikir ia merasa semakin bingung dan tak habis mengerti.

" orang yang ada maksud mengatakan, bahwa ia mendapat perintah dari orang yang Kehilangan sukma, untuk menyampaikan kata2 itu kepadanya, berarti persoalan "orang yang kehilangan sukma, tapi "su Hun Jin" suatu nama yang sangat aneh, siapakah dia?? Mengapa ia mengetahui seggla sesuatu mengenai dirinya dengan begitu jelas??

Mengapa orang itu secara sukarela datang mengobati luka yang sedang ia derita.

Mengapa orang itu selalu memperingatkan dirinya agar jangan menuntut balas terhadap Pemilik dari Benteng Maut. Mengapa secara tiba2 ia minta dirinya pergi mengunjungi s ipemilik dari Benteng Maut??"

Sebenarnya apa latar belakang dari kesemuanya ini??? Semuanya merupakan tanda tanya yang besar baginya,

teka teki yang memusingkan kepalanya.

Sementara Han Siong Kie masih termenung memikirkan persoalan itu, tiba2... sreet sreet suara langkah kaki manusia berkumandang dari tempat kejauhan.

si anak muda itu segera tersentak bangun dari lamunannya, dengan sorot mata yang tajam ia awasi arah dimana berasalnya suara itu, tapi hutan tersebut terlalu lebat, sulit baginya untuk dilihat.

Kian lama suara langkah manusia itu kian mendekat.

Han Siong Kie segera bangkit berdiri, tapi ketika dilihatnya dari ubun2 Tonghong Hwie mulai mengepulkan asap putih yang berarti semedinya telah mencapai pada puncaknya. ia segera batalkan niatnya untuk menengok asal mulanya suara tadi.

"Keparat cilik itu sudah terluka parah dan keadaannya payah sekali, setelah dibawa kabur oleh pengemis cilik itu jejaknya mendadak lenyap tak berbekas, padahal semua kantor cabang telah diperintahkan untuk melakukan penjagaan, masa ia bisa terbang ke langit."

"Aaah kebanyakan orang itu bersembunyi didalam hutan." "Tapi kita toh sudah setengah harian lamanya melakukan

pencarian tanpa hasil??"

"Baik atau buruk lebih baik kita geledah dulu seluruh hutan ini, kemudian baru pulang memberi laporan"

"Si manusia berwajah dingin telah membinasakan Jin Tongcu serta menggagalkan rencana kita .." Dari pembicaraan tersebut Han Siong Kie segera mengenali sebagai suara dari antek2 perkumpulan Thian chee Kauw, lagi pula kedatangan mereka untuk menggeledah hutan dan mencari adik angkatnya, napsu membunuh seketika bergelora dalam tubuhnya ia berpikir:

"Sewaktu aku terluka di tangan Tengkorak Maut bukankah para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw telah berlalu, dari mana mereka bisa tahu akan terjadinya ini. sreeet sreeet sreeeet suara langkah kaki manusia kian lama bergerak kian mendekat, jaraknya tinggal sepuluh tombak dari tempat semula dan secara lapat2 dari kerumunan hutan nampak bayangan manusia bergerak mendekat. satu ingatan berkelebat dalam benak pemuda she Han itu pikirnya:

"Aku tak boleh membiarkan mereka mendekati sekitar ini, adik Hwie tak boleh terganggu konsentrasinya hingga buyar..."

Begitu teringat sampai disitu, badannya segera siap meloncat keluar dari tempat persembunyiannya :

Mendadak.. terdengar suara jeritan lengking yang ngeri dan menyayatkan hati berkumandang memenuhi seluruh angkasa, membuat siapapun yang mendengar jadi ikut bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri

satu jeritan disusul oleh jeritan yang lain, bergema saling susul menyusul hingga sepuluh kali banyaknya.. kemudian suasana pulih kembali dalam kesunyian serta keheningan yang mencekam..

Han Siong Kie merasa amat terperanjat, cepat2 ia enjotkan badannya meluncur ke arah mana berasalnya suara jeritan ngeri tadi.. Tapi metelah melihat pemandangan yang terbentang dihadapannya, pemuda itu tertegun dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun

-0000000- BAB 13

TAMPAKLAH empat belas sosok mayat menggeletak malang melintang diatas permukaan tanah, keadaan mayat2 tersebut mengerikan sekali pada ubun2 masing2 korban nampaklah beras cengkeraman yang menghancurkan isi benak, ada yang menggeletak diatas genangan darah, ada pula yang bercampur baur dengan isi otak yang berhamburan di atas permukaan, keadaannya sangat menyeramkan hingga membuat pemuda kita jadi ngeri dan tercekat hatinya. Lama sekali Han Siong Kie tertegun gumamnya seorang diri: "Aaaah.. malaikat berhawa dingin Mo siu Ing pastilah perbuatannya.."

Dalam benaknya segera terlintas kembali pemandangan ngeri dihutan bunga Tho yang pernah dijumpainya belum lama berselang.

Membunuh orang begini kejam boleh dibilang sangat brutal dan melanggar perikemanusiaan. .

Para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw sebenarnya datang kehutan ini untuk mencari serta meringkus Tonghong Hwie bersama dirinya, siapa tahu mereka sudah dibunuh duluan oleh malaikat berhawa dingin.

Yang lebih aneh lagi ternyata tak nampak bayangan tubuh malaikat berhawa dingin Mo Siu Ing muncul ditempat itu, padahal jaraknya dengan tempat kejadian cuma terpaut sepuluh tombak belaka, tidak mungkin kalau jejaknya tak ketahuan olehnya. Dengan kekejian serta ketelengasan perempuan itu masa ia bisa dilepaskan begitu saja, suatu kejadian yang tak masuk diakal. Mendadak kembali terdengar desiran angin tajam menyambar datang memecah angkasa. Han Siong Kie terkesiap dan segera menghimpun hawa murninya siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan Sreeeet Sreeett Sreeet empat sosok bayangan hijau dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata 2 melayang turun di tengah kalangan mereka bukan lain adalah empat orang diantara kakek tua berbaju hijau dari perkumpulan Thian chee Kauw yang belum lama berselang mengerubuti saudara angkatnya pengemis dari selatan.

Air muka Han Siong Kie seketika berubah jadi dingin membeku dengan sorot mata memancarkan cahaya buas ia tatap wajah ke empat orang kakek berbaju hijau itu tajam tajam.

Sementara itu ke empat orang kakek berbaju Hijau tadi sudah menyapu sekejap mayat mayat yang bergelimpangan diatas tanah kemudian sama2 menjerit kaget wajah mereka unjukkan rasa ngeri dan keder yang hebat.

Beberapa saat kemudian salah satu diantara ke empat orang kakek itu tiba2 menuding kearah Han Siong Kie sambil berseru:

"Manusia berwajah dingin sungguh tak kusangka kau adalah ahli waris dari malaikat berhawa dingin Mo siu Ing"

Han Siong Kie melengak tapi dengan cepat ia dapat memahami maksud ucapan pihak lawan, pastilah keempat orang kakek itu menaruh curiga bahwa dialah yang telah turun tangan keji membasmi anak buahnya. Dengan nada ketus ia segera bertanya: "Apa katamu??"

"Sungguh brutal dan kejam perbuatanmu tak nyana hatimu sekeji serigala.."

"Oooh, ulangi sekali lagi perkataanmu itu, kubacok kalian sampai modar.." Keempat orang kakak berbaju hijau tadi serentak mendengus gusar, dengan tangkas mereka menyebarkan diri ke empat penjuru dan masing2 menempati satu posisi untuk mengepung si anak muda itu di tengah kalangan. Terdengar si kakek berwajah segi tiga tadi berkata kembali: "manusia berwajah dingin, hutang darah yang telah kau perbuatan pada hari ini..."

"Kentut busuk makmu" tukas Han Siong Kie sangat marah. "Pentang mata kalian lebar2 dan periksa dulu dengan jelas, siapa yang telah melakukan pembunuhan keji ini"

"Hmm kecuali kau, masa ada oraag lain yang mampu melakukan pembunuhan semacam ini??"

"Oooh, jadi kau bersikeras menuduh akulah yang telah menjagal cecunguk itu?"

"Bagus sekali kalau sudah berani membunuh orang, kenapa musti takut untuk mengakuinya"

Saking gusar dan mendongkolnya Han Siong Kie mendongak dan tertawa terbahak-bahak.

"Haah haah....haah... kalau begitu anggap saja memang akulah yang melakukan pembunuhan itu, kalian mau apa??"

"Hutang darah bayar darah. Hutang nyawa bayar nyawa serahkan jiwa anjingmu"

"Huuh kalau memang kalian sudah bosan hidup, ayoh majulah berbareng..."

Kakek berwajah segi tiga itu membentak keras, sepasang telapaknya diayun kedepan secara berbareng, dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kearah depan.

Han Siong Kie menyadari bahwa kekuatan hawa murni yang dimiliki ke empat orang kakek berbaju hijau ini rata2 jauh lebih besar daripada sikupu2 warna warni Lie In Hiang, dalam dunia persiatan mereka biasa dianggap sebagai jago lihay kelas satu.

Maka dari itu melihat datangnya ancaman, pemuda she Han tak berani bertindak gegabah, dia segera menghimpun delapan bagian hawa murninya, sambil membentak keras: "Bangsat ? kau memang sudah bosan hidup "

Angin cukulan bagaikan gulungan ombak ditengah hembusan badai menggulung kedepan menyambut datangnva ancaman tersebut.

"Blaaam. ditengah ledakan dahsyat suara dengusan berat berpekik membumbung di tengah angkasa, dengan wajah pucat pias kakek berwajah segitiga itu mundur ke belakang dengan sempoyongan ....

Hampir pada saat yang bersamaan tiga gulung angin pukulan yang sangat mengerikan laksana guntur yang membelah angkasa meluncur ke depan dan mengancam tubuh pemuda itu dari tiga arah yang berbeda..

Rupanya sejak semula Han Siong Kie telah menduga kalau pihak musuh pasti akan turun tangan secara berbareng, karena itu sehabis memukul mundur si kakek berwajah segi- tiga, bagaikan sukma gentayangan dengan tangkas ia berkelit ke samping dan berdiri di tempat kakek berwajah segitiga tadi berada.

Tindakan yang sama sekali tak terduga ini membuat ketiga orang musuhnya jadi melongo, angin pukulan yang dilancarkan secara berbareng itupun segera mengenai sasaran kosong.

Han Siong Kie tidak berpeluk tangan belaka bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang berkelit kesamping, sebuah pukulan yang maha dahsyat sekali lagi dilancarkan kearah depan. Blaam kembali terdengar dengusan tajam berpckik di

angkasa, kakek berbaju hijau yang tepat berada dihadapannya sebelum sempat tarik kembali pukulannya sudah termakan oleh dorongan angin puyuh yang melanda datang dari arah depan, tidak ampun lagi tubuhnya mencelat sejauh delapan depa kebelakang, darah segar muncrat keluar dari mulutnya, jelas ia sudah menderita luka dalam yang amat parah.

Menyaksikan kejadian ini, dua orang kakek yang lain jadi ngeri dan tercekat hatinya, dari serangan yang dilancarkan barusan mereka sudah tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki Manusia berwajah dingin jauh lebih tinggi satu tingkat daripada kekuatan dari pengemis Lam Kay.

Untuk beberapa saat lamanya mereka tak berani berkutik, apalagi turun tangan secara gegabah.

Pada dasarnya Han Siong Kie sudah menaruh rasa sentimen dan bencinya terhadap perkumpulan Thian chee Kauw, karena ibunya si siang Go cantik ong cui Ing telah kawin lagi dengan Thian chee Kauwcu ditambah pula rencana busuk mereka untuk mengangkangi perkumpulan Kay pang, membuat kebenciannya makin lama semakin menebal.

Dalam keadaan begini ia tak sudi mengampuni kedua orang korbannya, dengan kemarahan yang memuncak ia membentak keras:

"Kalian berduapun harus menerima sedikit pelajaran, agar di kemudian hari bisa tahu membawa diri"

Ditengah bentakan nyaring, sepasang telapaknya dibabat ke depan secara berbareng, secara terpisah dua gulung desiran tajam itu menyerang kedua orang kakek baju hijau itu.

Melihat datangnya ancaman yang demikian dahsyatnya, kedua orang kakek baju hijau itu tak berani menyambut dengan keras lawan keras. sreet. masing2 orang bergeser

delapan depa ke arah samping, kemudian putar badan dan balas menyerang dari arah kiri dan kanan. “Blaam Blaam” dua benturan keras bergeletar ditengah angkasa, kedua orang kakek itu sama2 terpukul mundur sejauh satu tombak lebih, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.

Han Siong Kie putar badan menubruk ke arah si kakek yang ada di sebelah kiri, jurus pertama dari ilmu pukulan kura2 sakti laksana kilat dilancarkan... "Modar kau"

Ditengah jeritan ngeri yang memekikkan telinga, kakek baju hijau yang berada di sebelah kiri sebera menggeletak ke atas tanah.

Kakek baja hijau yang ada di sebelah kanan jadi ketakutan setengah mati, ia merasakan sukmanya se akan2 terlepas dari raganya.

Dengan sebat Han Siong Kie putar badan ganti menyerang kakek baju hijau yang berada di sebelah kanan, jurus kedua dari ilmu pukulan kura2 sakti kembali dilancarkan.

“Blaam..” Ditengah benturan keras terselip jeritan ngeri karena kesakitan, sebelum kakek baju hijau itu sempat melihat jelas dengan cara apakah pihak lawanya turun tangan, tahu2 badannya sudah mencelat ke belakang sejauh satu tombak lebih. Tidak ampun ia muntah darah segar

Dalam waktu singkat ke empat orang kakek baju hijau itu telah diberesi oleh Han Siong Kle dengan gampang, hal ini membuat mereka jadi keder dan tak berani banyak bertingkah lagi.

Terdengar si kakek berwajah segi tiga berseru dengan wajah menyeringai seram:

"Manusia berwajah dingin, suatu ketika perkumpulan kami akan menuntut balas sakit hati ini kepada kalian guru dan murid"

Dengan gusar Han Siong Kie mendengus: "Hmm kalau kau berani menjejerkan lagi namaku dengan si malaikat berwajah dingin, saat ini juga aku akan bereskan kalian berempat hingga menggeletak di atas genangan darah"

Tiba2... serentetan suara yang dingin dan merdu berkumandang datang dari arah belakang.

"Manusia berwajah dingin, apakah nama dari malaikat berhawa dingin Mo siu Ing terlalu memalukan dirimu"

Han Siong Kie amat terkejut ketika mendengar seruan itu dengan cepat ia berpaling ke belakang kemudian dengan kaget mundur dua langkah lebar kebelakang.

Pada jarak kurang lebih dua tombak dihadapannya berdirilah seorang perempuan cantik berusia setengah baya, begitu cantik raut wajah perempuan itu bagaikan bunga botan yang sedang mekar, ketika itu ia sedang memandang kearahnya dengan senyum dikulum.

Terhadap kaum wanita boleh dibilang pemuda ini merasa mang kesal dan benci, tetapi kecantikan wajah perempuan itu cukup membuat jantungnya berdebar keras dan wajahnya bersemu merah.

Wajahnya terlalu cantik dipandang, begitu cantik bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan, terutama sekali sepasang biji matanya yang bening dan jeli sungguh menawan hati. siapakah perempuan ini???

Betapa lihaynya orang ini, ternyata ia sanggup mendekati tubuhnya hingga jarak dua tombak tanpa dirasakan olehnya.

Sementara itu dengan wajah pucat pias bagaikan mayat, keempat orang kakek berbaju hijau itu melingkari disisi kalangan dengan penuh ketakutan, tubuh mereka nampak agak menggigil menahan perasaan hatinya.

Perempuan cantik berusia setengah baya itu kembali tersenyum manis, begitu indah dan cantik bagaikan bunga yang baru mekar, untuk kesekian kalinya Han Siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras.

Kalau ditinjau dari nada suaranya tadi, semestinya orang itu adalah seorang gadis muda belia, sungguh tak nyana usianya telah mencapai tiga puluh tahunan.

Dengan cepat Han Siong Kie berusaha keras untuk menenangkan hatinya, dengan wajah yang dingin segera tegurnya: "siapakah kau??"

"Aku?? perempuan cantik itu tertawa cekikikan, "Akulah si malaikat berhawa dingin Mo siu Ing"

Han Siong Kie amat terperanjat hingga untuk beberapa saat lamanya ia berdiri menjublak dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. seorang iblis perempuan yang tersohor namanya dikolong langit ternyata adalah seorang perempuan cantik bagaikan bidadari, sungguh suatu kejadian yang tak dapat dipercaya.

"Benarkah kau adalah malaikat berhawa dingin Mo siu Ing??? sekali lagi pemuda itu menegaskan.

"Ooooh... kau anggap aku sedang berbohong??. Perkataan ini seketika membungkamkan mulut Han Siong

Kie, ia semakin menjublak.

sementara itu keempat orang kakek berbaju hijau itu telah saling berpandangan sekejap. kemudian putar badan dan siap meninggalkan tempat itu... "Ayoh kembali bentak Mo siu Ing tajam.

Suaranya lengking, tajam lagi merdu tetapi bagi pendengaran ke empat orang kakek tua itu tidak lebih bagaikan jeritan malaikat elmaut, masing2 bergidik. dan tanpa sadar menghentikan langkahnya, dengan pandangan ngeri bercampur takut mereka sama2 awasi wajah malaikat perempuan itu.

"Hiih..hiiih..hiiih.. Thian chee sat sia delapan bintang dari perkumpulan Thian chee Kauw, kenapa cuma datang empat orang?? mana yang lain??" tegur Malaikat hawa dingin sambil tertawa merdu.

Sekarang Han Siong Kie baru tahu kalau ke empat orang kakek baju hijau yang berada dihadapannya sekarang adalah empat orang diantara delapan bintang dari perkumpulan Thian chee Kauw.

Sementara itu perempuan tadi merandek sejenak. lalu berkata lagi:

"Sebelum memperoleh ijin dari aku si malaikat hawa dingin, kalian berani tinggalkan seenaknya... Hmm..."

Dengusan berat yang diperdengarkan membawa pengaruh yang amat besar, ke empat orang kakek itu semakin ketakutan hingga keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.

"Tetapi... anggap saja nasib kalian semua masih rada baik menurut kebiasaan aku tak akan membunuh lebih dari seratus orang, ke empat belas sosok mayat yang menggeletak diatas tanah kebetulan sudah genap mencapai angka seratus, itulah rejeki serta nasib baik untuk kalian..."

Sekarang Han Siong Kie baru tahu apa sebabnya ia bisa lolos dari tangan maut perempuan ini kiranya malaikat berhawa dingin telah membunuh korbannya genap sebanyak seratus orang.

"Tetapi " kembali perempuan itu meneruskan.

Ke empat orang kakek berbaju hijau itu tersentak kaget, rupanya perempuan itu belum selesai berbicara...

Sambil menuding ke arah Han Siong Kie ia meneruskan: "Selamanya aku tidak suka mengganggu kesenangan orang, apakah engkoh cilik ini suka melepaskan dirimu atau tidak aku tak berani memutuskan"

Ke empat orang kakek itu sama2 alihkan sorot matanya ke arah Han Siong Kie, sekarang mereka baru tahu bahwa manusia berwajah dingin bukanlah anak murid dari malaikat hawa dingin.

Han Siong Kie mendengus dingin, bentaknya: "Cepat enyah dari sini "

"Kalian boleh pergi tinggalkan tempat ini" sambung malaikat hawa dingin.

"Cuma aku ingin titip perkataan buat ketua kalian, katakan saja seratus jiwa korban pada tahun mendatang akan kuselesaikan dari tubuh anggota2nya, karena tadi kalian telah berkata bahwa kamu semua hendak menagih hutang darah, ucapanmu tadi merupakan pantangan terbesar bagiku"

Han Siong Kie yang ikut mendengarkan perkataan itu diam2 merasa ngeri, ucapan yang mengerikan semacam itu ternyata diutarakan oleh perempuan cantik ini dengan nada yang enteng, se-akan2 dia tidak anggap membunuh manusia adalah suatu perbuatan yang mengerikan.

Empat orang kakek berbaju hijau itu tak berani membantah, dengan wajah pucat dan jantung berdebar keras mereka putar badan dan se-cepat2nya tinggalkan tempat itu.

Menanti bayangan tubuh mereka berempat telah lenyap dari pandangan, malaikat berhawa dingin Mo siu Ing baru menoleh ke arah Han Siong Kie sambil tegurnya:

"Manusia berwajah dingin, siapakah pengemis cilik yang sedang menyembuhkan luka dalamnya di situ??"

"Dia adalah adik angkatku" jawab pemuda itu cepat, sementara dalam hati diam2 merasa terperanjat, kiranya iblis perempuan itu sudah tahu kalau mereka berdua berada disitu. "Ehmm, hebat juga saudaramu itu, ia sanggup menerima tiga buah pukulanku tanpa menemui ajalnya"

Ucapan ini seketika membangkitkan rasa dendam dan gusar dalam hati pemuda she Han itu, serunya ketus:

"Terima-kasih bunt hadiah yang telah kau berikan kepada saudara angkatku..."

"Kenapa sih??"

"Dan terima kasih pula atas hadiahmu untuk engkoh tua ku itu??".

"Pengemis dari selatan?"

Tiba2 Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing tertawa cekikikan hingga sekujur tubuhnya bergetar keras.

"Hiiih..hiiih..hiiih.. pengemis tua adalah engkohmu, pengemis cilik adalah adik angkatmu, jadi kalau begitu kaupun seorang gembel tukang minta2???"

Han Siong Kie mendongkol bercampur gusar, ia mendengus dingin: "Hmm aku telah menyanggupi permintaan mereka, tahukah kau permintaannya itu? "

"Apa coba katakan "

"Dengan cara yang sama akan kuhantam dirimu sehingga muntah darah segar.."

Mula2 malaikat hawa dingin Mo Siu Ing nampak melengak kemudian mendongkol dan tertawa seram:

"Haaah haaah haaah manusia berwajah dingin kau yang hendak melakukannya? dengan andalkan kekuatan apa kau hantam diriku hingga muntah darah segar???? "

"soal itu kau tak usah tahu pokoknya, akan kuhajar dirimu sampai muntah darah kemudian kucabut jiwamu untuk membasmi seorang iblis pembunuh berdarah dingin dari muka bumi" "Hiiih hiih hiiih manusia be^ajah dingin rupanya kau sedang mengigau disiang hari bolong???"

"Hmmm kalau kau tidak percaya silahkan untuk menjajal sendiri."

Napsu membunuh semakin tebal menyelimuti wajah perempuan itu, namun dengan suara yang lembut ia berkata lagi:

"Manusia berwajah dingin, janganlah kau anggap setelah aku genap membunuh seratus orang lantas aku tak bisa membunuh orang lagi, kau musti tahu bilamana perlu aku masih tetap sanggup membunuh seseorang"

"Perempuan berhati siluman gertak sambalmu tak akan membuat hatiku jadi jeri "

"Bocah muda aku kagum atas keberanianmu, dikolong langit dewasa ini hanya kau seorang yang berani bersumbar hendak menghajar aku si malaikat hawa dingin hingga muntah darah segar tapi mampukah kaupenuhi harapanmu itu sekarang masih merupakan suatu tanya besar"

Ia merandek sejenak kemudian tambahnya:

"Aaaah aku teringat sekarang masih ada seorang lagi yang berani mengatakan kata sesumbar seperti dirimu"

"Siapakakah orang itu??? Han Siong Kie cepat bertanya. "Tengkorak Maut pemilik dari benteng Maut"

"Oooh..jadi kaupun pernah dihajar sampai muntah darah oleh tengkorak maut??? "

"Siapa yang bilang" "Kau sendiri "

"Kapan aku pernah bicara begitu??" "Ooooh.. sekarang aku sudah tahu, tentunya sewaktu kau bertarung melawan tengkorak maut didalam kuil Bu.Hoo ditepi pantai Pek swie Tan tempo dulu, kau sudah menderita kekalahan"

"Eei.. dari mana kau bisa tahu kalau aku pernah bertempur melawan tengkorak maut? "

"Aku memperoleh kabar sewaktu tiba diluar kuil tersebut " "Hmmm Kalau begitu dugaanmu keliru besar.."

Han Siong Kte melengak dibuatnya mendengar ucapan itu. "Aku salah? kenapa? " tanyanya.

"Tengkorak maut yang bertarung dengan diriku itu hari bukanlah tengkorak Maut yang sesungguhnya"

"Ooooh.. jadi maksudmu dia Tengkorak Maut gadungan??" "Sedikitpun tidak salah"

Dengan hati tertegun, sangsi dan kebingungan Han Siong Kie mundur dua langkah lebar kebelakang, ia tak pernah mengira kalau Tengkorak Maut ternyata ada yang gadungan, sungguh suatu kejadian yang sangat aneh.

Lalu siapakah yang sebenarnya jadi musuh besar pembunuhan keluarganya?? Tengkorak maut yang sesungguhnya? ataukah tengkorak maut gadungan??...

Mengapa orang yang kehilangan sukma serta orang yang ada maksud melarang ia menuntut balas terhadap benteng maut? dan mengapa pula susioknya sitangan naga beracun Thio Lien sesaat membunuh diri melarang pula dirinya untuk membalas dendam?? sebetulnya latar belakang apa yang terselip dibalik peristiwa ini???

"Manusia berwajah dingin, apa yang sedang kaupikirkan?" tiba2 malaikat hawa dingin menegur. "Aku . , .aku sedang berpikir, ucapanmu itu patut dipercayai ataukah tidak"

"Terus terang kuberitahukan kepadamu, ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut asli sangat lihay, pada delapan belas tahun berselang kami suami istri berduapun hanya mampu menahan tiga buah pukulannya belaka, andaikata berduel satu lawan satu mungkin hanya satu jurus yang mampu kami terima.

sebaliknya Tengkorak Maut yang kutemui dalam kuil Bu Hoo tempo hari bisa kutahan serangannya hingga mencapai ratusan jurus dalam keadaan seimbang, akhirnya diapun yang ngeloyor pergi sendiri, karena itu aku berani mengatakan dengan tegas bahwa tengkorak maut itu adalah tengkorak gadungan. Disamping itu tengkorak maut yang sebenarnya sejak puluhan tahun berselang sudah tak pernah muncul kembali dalam dunia persilatan."

Han Siong Kie semakin kebingungan dibuatnya, tapi apa yang didengar adalah suatu kenyataan, baik yang asli maupun yang gadungan ia masih belum mampu untuk menandangi mereka.

Malaikat hawa dingin sendiripun mengakui bahwa dirinya hanya sanggup bergebrak sebanyak ratusan jurus dengan Tengkorak maut gadungan dalam keadaan seimbang, itu berarti pula bahwa dirinya sama sekali bukan tandingan lawan.

Berpikir sampai disini ia baru merasa menyesal kenapa bicara terlalu sesumba beberapa saat berselang.

Sementara itu itu senyuman manis telah tersungging kembali diujung bibir Malaikat hawa dingin tegurnya lirih:

"Manusia berwajah dingin, sungguhkah kau hendak ajak aku berkelahi??? " Han Siong Kie yang sudah terlanjur bicara dengan wataknya yang tinggi hati tentu saja tak mau menunjukkan kelemahan dihadapan orang, dengan dingin ia mengangguk. "Tentu saja" jawabnya.

"Apakah kau hendak mengajar diriku hingga muntah darah kemudian bunuh diriku untuk melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan??"

"Sedikitpun tidak salah, sekalipun aku belum mampu suatu hari aku dapat mewujudkan cita2ku ini"

"Bagus punya semangat, cuma seandainya hari ini kau tak dapat tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup lalu bagaimana??"

Dalam hati Han Siong Kie merasa hatinya tercekat, tapi diluaran ia tetap memandang sinis.

"Andaikata sampai terjadi begitu, anggaplah nasibku yang kurang mujur..."

"Manusia berwajah dingin "ujar Mo siu Ing dengan wajah serius, "aku berhasil menemukan jejakmu jauh sebelum berjumpa dengan wajah ke empat belas orang anggota perkumpulan Thian chee Kauw, bahkan aku sempat mendengar pula ucapan sombongmu terhadap si pengemis cilik itu, tapi tahukah kau mengapa aku tidak turun tangan membinasakan dirimu??"

"Kenapa?? "tanya Han Siong Kie dengan wajah dingin. "Sebab potonganmu, kegagahanmu pada dua puluh tahun

berselang, oleh sebab itu aku telah melanggar kebiasaan dan

tidak turun tangan terhadap dirimu"

"Sayang sekali aku tak sudi menerima kebaikanmu" "Hmm siapa yang senang menerima kebaikan?? jadi kau

sudah bulatkan tekad untuk turun tangan terhadap diriku pada hari ini??... " "Sedikitpun tidak salah, aku sangat mengharapkan petunjuk darimu... "

"Bergebrak sih mudah, cuma aku ada sebuah syarat yang harus kau setujui lebih dulu"

"Apa syaratmu itu??"

“Kalau kau mampu menyebut tiga jurus seranganku, maka sejak ini hari aku si malaikat hawa dingin kecuali membunuh mereka yang telah mencelakai suamiku, aku tak akan membunuh orang lain lagi"

Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak si anak muda itu, pikirnya:

"Engkoh tuaku pun sanggup menerima tiga buah pukulanmu, masa aku tak mampu untuk berbuat demikian??? "

Ia segera balik bertanya:

"Seandainya aku tak mampu untuk menyambut ketiga buah seranganmu itu??..."

"Kau harus angkat aku jadi gurumu"

"Aku tidak setuju " kontan Han Siong Kie berteriak dengan wajah berubah hebat.

"Kenapa?? apa kau punya keyakinan bahwa kau tak akan sanggup menerima tiga jurus seranganku?."

"Perduli apapun yang kau katakan, aku orang she Han telah bersumpah, tak akan mendekati kaum wanita. Apalagi mengangkat dirimu jadi guruku?? Hmm... tak usah yaah"

"Jadi kau tak mau menerima taruhan ini?" "Tidak mau"

"Seandainya aku menggunakan kekerasan?" "Kau tak akan mampu berbuat begitu" "Oooh, kau yakin aku tak bisa memaksa dirimu untuk menerima syarat tersebut?"

Han Siong Kie mendengus dingin dan tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan itu.

"Baiklah. kalau kau tidak percaya, cobalah sendiri kelihayanku ini.."

Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, Malaikat hawa dingin Mo siu Ing segera enjotkan badannya meloncat ke depan, telapak tangannya yang halus diayun menghantam ubun2 pemuda itu.

sekarang yang dilancarkan ini nampaknya amat lambat, padahal cepatnya sukar dilukiskan dengan kata2, lagi pula arah yang di tuju sangat aneh, membuat orang merasa bingung untuk menghadapinya.

Ingatan kedua belum sempat berkelebat didalam benaknya, bayangan telapak tahu2 sudah berada di depan mata. seandainya serangan ini bersarang telak di ubun2nya niscaya bakal hancur berantakan.

Dalam gugup dan kagetnya pemuda itu segera ayunkan telapaknya kedepan, tanpa ia sadari ayunan tersebut telah disertai pula dengan salah satu jurus ampuh dari ilmu kura2 sakti.

"Aaah... ditengah jeritan kaget malaikat hawa dingin Mo siu Ing tarik kembaci serangannya sambil bertukar gerakan, untuk kedua kalinya ia menghantam lagi ubun2 orang dengan kecepatan yang jauh lebih hebat.

Han Siong Kie silangkan sepasang telapaknya membendung datangnya pukulan tersebut, pada saat yang bersamaan badannya bergeser kearah belakang dengan suatu gerakan yang manis iapun berhasil meloloskan diri dari ancaman kedua. "Manusia berwajah dingin" seru Mo siu Ing tajam. "Kau betul2 sangat hebat, terimalah serangan yang terakhir"

Ditengah bentakan keras, malaikat hawa dingin Mo siu Ing mendorong sepasang telapaknya secara berbareng kearah depan, ketika sampai ditengah jalan mendadak serangan pukulan itu berubah jadi serangan mencengkeram, dari tangannya bagaikan burung elang laksana kilat mencekal pergelangan lawan.

Han Siong Kie segera memutar telapak kirinya melindungi badan, telapak kanan membabat dari atas kearah bawah, sementara tubuhnya ikut meloncat kearah belakang.. "Breeet.. ditengah suara robeknya pakaian, terselip jeritan kaget yang amat keras.

Pakaian bagian dada yang dikenakan Han Siong Kie tersambar robek oleh jari tangan lawan, sarung tangan mustika HudJiu Poo Pit yang disimpan dalam sakupun segera terjatuh keatas tanah.

"Apa ?? sarung tangan mustika Hud Jiu Poo Pit "-jerit malaikat hawa dingin dengan suara terperanjat laksana kilat tangannya menyambar keatas tanah.

Han Siong Kie sendiri jadi luar biasa kagetnya setelah melihat kejadian itu, ia merasa tiada kesempatan lagi baginya untuk merampas balik sarung tangan mustika tadi dalam gugupnya ia lancarkan sebuah babatan maut keatas tanah.

Tapi sayang seribu kali sayang.. walaupun serangan itu dilancarkan dengan kecepatan penuh, namn gerakannya tetap terlambat satu tindak. Tahu2 malaikat hawa dingin Mo siu Ing sambil mencengkeram sarung tangan mustika itu telah meloncat mundur sejauh beberapa tombak dari tengah kalangan.

"Aaah sarung tangan Hud Jiu Poo Pit, kitab pusaka tangan buddha. " Malaikat hawa dingin Mo siu Ing jadi lupa daratan dan bergumam tiada hentinya. sesudah diperiksa sejenak kembali ia bergumam seorang diri: "ooh. tidak betul, tidak betul sarung ini cuma tangan kanannya saja.."

Sekujur badan Han Siong Kie gemetar keras, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, dengan sorot mata berapi ia menatap tajam perempuan itu.

Sarung tangan Hud Jiu Poo Pit ini adalah benda peninggalan dari Leng Ku sanjin, seandainya benda itu sampai hilang dari tangannya, maka pemuda itu merasa malu terhadap arwah gurunya yang ada dialam baka.

Apalagi ia sudah tumpukan harapannya dalam membalas dendam diatas sarung tangan mustika itu, asal ia berhasil menemukan sarung tangan yang lain, dia baru berhasil mempelajari ilmu si Mi sinkang maka usaha nya untuk membalas dendam pasti bisa tercapai.

Dan kini setelah melihat benda mustika itu terjatuh ketangan orang lain, sudah tentu ia tak mau berpeluk tangan dengan begitu saja.

-ooo0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar