Jilid 05
MENDAPAT pertanyaan ini air muka Padri dari Utara segera berubah jadi keren dan serius, sahutnya
"siauw sicu, tahukah kau manusia2 macam apakah yang sedang bertempur didalam kuil Boe Hoe??"
"Tengkorak maut".
"Dan siapakah tandingannya?".
"Tentang soal ini, apakah Loocianpwe tahu??". Padri dari utara segera mengangguk.
"Ehmm, dia adalah si malaikat berhawa Im. Mi sioe Ing". "Apa?? si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing??" jerit Han
song Kie dengan hati terperanjat.
"secara bagaimana ia telah datang ke situ dan bertempur melawan Pemilik dari Benteng Maut??" "Kejadian ini hanya suatu kebetulan saja. Mungkin si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan perjalanan lewat pantai Pek swie Tham, ketika menyaksikan disisi jalan terdapat lambang Tengkorak Maut maka timbullah napsunya untuk bertempur melawan manusia paling menakutkan dari kolong langit ini, untung terjadi peristiwa ini kalau tidak seandainya kalian masuk ke dalam hutan sekalipun memiliki kepandaian yang lihay apakah kau mampu untuk mempertahankan hidupmu??."
"Malaikat berhawa Im, Mo sioe Ing berani menantang pemilik dari Benteng Maut untuk bertempur, aku pikir kepandaian silat yang dimilikinya pasti mengerikan sekali, beberapa hari berselang si pengemis dari selatan pun harus menderita luka dalam yang sangat parah didalam tiga buah gebrakan saja."
"Loocianpwee " terdengar Tonghong Hwie berseru dengan nada gemetar. " Apakah kau berhasil menjumpai raut wajah dari Tengkorak maut itu?"
"Bertemu sih tidak. cuma selama ini loolap selalu bersembunyi di sudut ruangan sambil menanti, ketika pemilik dari Benteng Maut itu sedang memencilkan dirinya " tiba2
padri ini berhenti sejenak untuk tukar napas kemudian tambahnya "Tetapi menurut penglihatan loolap. kejadian ini agak sedikit mencurigakan "
"Apakah keadaan dari Tengkorak Maut itu agak tidak beres
...." tukas Tonghong Hwie cepat.
Padri dari utara segera alihkan sinar matanya kearah pengemis cilik itu dan menatap wajahnya tajam2.
"siauw sicu, apakah kau tahu bagaimanakah raut wajah serta potongan badan dari pemilik Benteng Maut??"
"Kudengar dari orang lain yang mengatakan katanya dia adalah seorang manusia berkerudung abu2 berjubah lebar warna abu2 dengan telapak kanan berwarna putih bersih bagaikan kumala serta bertelapak kiri warna hitam bagaikan tinta bak..."
Mendadak seluruh tubuh padri dari utara tergetar keras tanpa sadar ia mundur satu langkah lebar ke belakang, sepasang matanya menatap wajah pengemis cilik itu tanpa berkedip membuat Tonghong Hwie yang dipandangi terus jadi malu dan tundukkan kepalanya dengan ter sipu2.
Beberapa kemudian padri itu baru berkata kembali: "Siauw sicu kau dengar dari siapa??? menurut
sepengetahuan loolap si pemilik dari Benteng Maut belum
pernah unjukan dirinya dihadapan orang asing????"
"Boanpwee hanya sempat mendengar pembicaraan itu tanpa sengaja, apa loocianpwee jumpai apakah persis seperti apa yang boenpwee katakan barusan...??? "
"Tentang apa ini... tentang soal ini... loolap sendiripun kurang begitu jelas, tapi yang pasti bayangan tubuhnya memang abu2.."
"Loocianpwee apakah kau telah berjumpa dengan pengemis dari selatan?" tiba2 Han Siong Kie menyela.
"Belum"
"Lalu dari mana loocianpwee bisa tahu kalau mereka akan berkumpul disini??"
"Dari mulut seseorang loolap mendapat tahu bahwa perkumpulan Kay-pang sedang melakukan pertemuan besar di tempat ini, maka loolap segera berangkat kemari untuk menghalangi niat sementara dari penghianat untuk merebut kedudukan kursi ketua"
"oh, siapakah yang menyampaikan berita ini kepada cianpwee??"
"seorang lisicu menyebut dirinya sebagai Yoe Sim Jien " "Yo Sim Jien??? kembali perempuan itu?? sungguh aneh" teriak Han Siong Kie dengan hati terkeiut.
"Apakah siauw sicu kenal dengan li sicu yang menyebut dirinya Manusia yang ada maksud ini???".
"Tidak kenal, cuma dia pernah ".
Berbicara sampai disini mandadak ia merandek dan tidak dilanjutkan lagi, karena ia tidak ingin mengutarakan tentang masalah asal usulnya serta apa yang diperingatkan "Yoe Sim Jien" kepadanya.
Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi tegang segera desaknya: "Dia pernah kenapa???".
"ooooh.. dia pernah menyampai pesan dari mendiang leluhurku kepada diriku " sahut sianak muda itu sambil tertawa rikuh.
Karena ia takut saudara angkatnya mendesak lebih jauh, cepat2 ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain dan ujarnya:
"Loocianpwee, bagaimana caranya kita akan menyelesaikan persoalan yang meliputi perkumpulan Kay-pang??".
"Setelah Loolap tiba disitu tadi, aku segera membubarkan kesembilan tiang loo serta ratusan anggota Kay pang untuk segera tinggalkan tempat itu, sebab kalau tidak akibatnya sukar dibayangkan dengan otak. seperempat jam setelah semua anggota Kay pang bubar Tengkorak Maut telah munculkan diri ditempat itu, puluhan orang anggota Kay pang yang tidak sempat kabur dari situ telah mendapat binasa ditangannya, aku rasa kalian tentu sudah menyaksikan sendiri bukan mayat mereka yang bergelimpangan didalam hutan "
Han siong Kie mengiakan. Terdengar Pak Ceng melanjutkan kembali.
"Seandainya simalaikat berhawa Im secara kebetulan tidak lewati ditempat itu, mungkin baik kau maupun aku tak akan sanggup menghadapi iblis tua yang berhati keji itu." "Aaah.. Locianpwee, masa si malaikat berhawa Im begitu berani untuk bergebrak melawan pemilik dari benteng maut?" seru Tonghong Hwie.
"Ehmm menurut penilaian loolap yang mencuri lihat jalannya pertarungan dari tempat persembunyian, paling banter simalaikat berhawa Im hanya bisa bertahan sampai lima puluh jurus lagi, lama kelamaan dia pasti akan menderita kalah"
Han siang Kie tetap sangat menguatirkan persoalan dalam tubuh Kaypang, ia harus mencari keterangan duduk perkara yang sebenarnya untuk memberikan pertanggungan jawab kepada engkoh tuanya, maka kembali katanya kepada sipadri utara:
"Locianpwee, dapatkah kau memberi keterangan dengan lebih jelas lagi?? agar dikemudian hari boanpwee pun bisa memberikan pertanggungan jawabku terhadap Pengemis dari selatan".
Padri dari Utara mengangguk.
"Kemarin selagi Loolap melakukan perjalanan tiba2 perjalananku dihadang oleh seorang li sicu yang memakai kain kerudung putih, ia mengaku bernama "Yoe Sim Jien", menurut li sicu tadi katanya si pengemis bintang langit Jien Jiet yang telah menduduki jabatan Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw telah mendapat dukungan dari kaucunya untuk merebut kursi jabatan sebagai ketua perkumpulan Kay pang, bahkan diapun membawa tanda pengenal bambu hitam milik pengemis dari selatan, Li sicu itu minta kepada lolap untuk datang kekuil Boo Hoo dipantai Pek swie Than sebelum tengah hari untuk merintangi jalannya rencana tersebut, kemudian melaporkanpula duduknya perkara kepada para Tiangloo... "
"Lhoo. sipengemis bintang langit toh seorang Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kaw kenapa dia bisa . . ."sela Toanhong Hwie. Belum habis ia berkata, sipadri dari utara telah menukas kembali:
"Pengemis bintang langit adalah suheng Te dengan ciangbunjin yang telah meninggal, berhubung ia telah melanggar pertarungan maka diusir dari perkumpulan tersebut dimana kemudian ia telah menggabungkan diri dengan pihak perkumpulan Thian chee Kauw, kali ini dengan mendapat dukungan yang penuh dari perkumpulannya ia diwajibkan merebut kursi jabatan ketua Kay pang dari rekan2nya, apa tujuan mereka?? tentu saja mereka ingin menggabungkan anak murid kay pang yang tersebar disegala penjuru kolong langit itu dibawah komando Thian chee Kauw. ."
"Kalau memang pengemis bintang langit sudah diusir dari perkumpulan, apakah dia berhak menduduki jabatan sebagai pangcu?"
"Pertama, ia sudah bersiap sedia menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya, dan kedua ia membawa bambu hitam milik pengemis dari selatan yang merupakan lambang tertinggi dari Kay pang, maka kesempatannya teramat besar untuk berhasil merebut kursi pangcu".
"Hmm urusan justru terjadi dikala pengemis dari selatan sedang menderita luka ditangan malaikat berhawa Im Mo Sioe Ing, kalau tidak rencana busuk dari pengemis bintang langit Jien Jit pasti akan kocar kacir tak karuan, dengan andaikan kepandaian dari Lam kay...”
"Itu sih belum tentu "sela Pak ceng dengan alis berkerut, Thian chee Kauw sangat bernapsu untuk menyukseskan rencana besarnya ini, mereka tidak sayang untuk mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menunjang usaha Jien Jit, kejadian yang telah berlangsung hanya suatu kejadian yang kebetulan saja, membuat rencana busuk mereka dapat terwujud dengan gampang...” "Apa yang masih aku tidak pahami adalah dari mana Yoe sim Jien bisa tahu akan duduknya persoalan itu dengan jelas??"
"Tentang soal ini mungkin hanya dia sendiri yang tahu" "Yang bikin kepala orang pusing dan tidak habis mengerti
justru adalah kemunculan si Tengkorak Maut dipantai Pek swie
Tham, ia muncul disaat yang sama serta turun tangan terhadap anggota perkumpulan Kay pang???..."
"Loolap sendiripun tak habis mengerti, apa sebabnya bisa terjadi seperti ini???"
"Tiga hari kemudian pengemis dari selatan akan datang sendiri ditempat ini untuk menyelesaikan persoalan itu"
"Tentang persoalan ini Loolappun sudah mendengar dari mulut Yoe sim Jien .."
Hampir saja Han song Kie mencelat ketengah udara saking kagetnya setelah mendengar perkataan itu teriaknya dengan suara keras:
"Darimana dia bisa tau akan pesoalan ini?? ucapan itu pengemis dari selatan hanya sampaikan kepada boanpwee seorang, dari mana dia bisa tahu akan hal ini???"
"sedikitpun tidak salah peristiwa ini memang membuat orang jadi bingung dan tak habis mengerti"
"suatu hari aku pasti akan membongkar teka teki ini" sambil gelengkan kepalanya padri dari utara menghela
napas panjang.
"Aaai... peristiwa yang menimpa perkumpulan Kay-pang kali ini, walaupun untuk sementara waktu bisa ditunda, tapi pokok persoalannya belum dapat diselesaikan sama sekali, karena pihak Thian chee Kauw secara terang2an sudah membuka kedoknya untuk mengangkangi perkumpulan tersebut, sebelum tujuan mereka tercapai jelas pihak mereka tak akan lepas tangan dengan begitu saja
"Anak murid perkumpulan Kay pang tersebar luas diseluruh kolong langit, apakah mereka tak becus semua??".
"Persoalan tak bisa dikatakan demikian, Kay pang adalah suatu wadah yang menyerupai sarang naga gua harimau, cukup andaikan kesembilan orang Tianglonya masing2 memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat, tetapi pihak Thian chee Kauw yang yang berhasil pula menjaring seluruh iblis dikolong langit untuk bergabung dengan mereka bukanlah suatu pertempuran berdarah, cepat atau lambat tak bisa dihindari lagi, persoalan yang paling membingungkan hati serangan ini adalah kehadiran si Tengkorak maut yang memusuhi pula pihak Kay pang, entah perbuatan ini disertai dengan suatu maksud atau hanya secara kebetulan saja".
"Jadi kalau begitu persoalannya hanya terletakpada si tengkorak maut??...".
"Tidak salah, karena itu walaupun sipengemis tua mengejar kemari juga tak ada gunanya" .
"Benarkah si tengkorak maut tiada tandingannya dikolong langit??"
"Dewasa ini memang demikian adanya"
Han song Kie menghembuskan napas panjang dan tidak berbicara lagi, otaknya ssgera beralih memikirkan pusaka sarung Buddha "Hoed Jiu Poo Jit" yang diperolehnya, asal ia berhasil menemukan sarung tangan yang sebelah lain, itu berarti ilmu see Mie sinkang akan berhasil dilatihnya...
Mendadak terdengar suara bantakan keras
berkumandang datang dari tempat kejauhan. Ketiga orang itu sama2 terperanjat dengan wajah serius Han siong Kie segera berkata. "Biar aku pergi memeriksanya" Habis berkata ia enjotkan badannya bagaikan segulung asap segera melayang kearah mana berasalnya suara tadi.
Tampaklah diatas jalan raya bayangan mausia berseliweran, bentakkan2 keras bergema tiada hentinya dari balik gerombol manusia itu...
Bagaikan sukma gentayangan tanpa menimbulkan sedikit suarapun Han siong Kie melay turun kurang lebih lima tombak dari kalangan pertempuran..
Tampaklah sesosok bayangan merah berdiri diantara kerumunan banyak orang, warna bajunya amat menusuk pandangan.
Dia bukan lain adalah kupu2 warna warni Lle In Hiang, Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw atau dengan perkataan lain sebagian besar manusia yang berada disitu bukan lain adalah anggota dari perkumpulan Thian chee Kauw.
Dengan pandangan yang tajam sianak muda itu alihkan matanya dari perempuan jalang itu ke arah kalangan pertempuran, tetapi dengan cepat ia berdiri tertegun di tempat itu.
Terlihatlah olehnya delapan orang kakek tua berbaju hijau sedang bertempur sengit melawan pengemis dari selatan.
Bukankah pengemis dari selatan telah terluka di tangan malaikat berhawa Im Mie Sioe Ing??? kemudian terhajar pula oleh pengemis bintang langit Jien Jiet yang berhianat hingga menderita luka parah dan jiwanya terancam bahaya?? kenapa secara tiba2 ia bisa muncul disini dan bertempur melawan orang???, selangkah demi selangkah siong Kie berjalan mendekati kalangan pertempuran.
Tampak olehnya belasan sosok mayat menggeletak diatas tanah, jelas mereka mati ditangan pengemis dari selatan. Han siong Kie alihkan sinar matanya ke arah lain, diantara gerombolan manusia ia jumpai seorang pengemis berusia pertengahan yang berwajah burik. berhidung alang dan bermata tikus sedang mengawasi jalannya pertarungan dengan seksama, satu ingatan dengan cepat berkelebat didalam benaknya, ia berpikir:
"orang itu pastilah sipengemis bintang langit Jien Jiet adanya, heboh yang terjadi dalam tubuh perkumpulan Kay pang kali ini sebagian besar adalah timbul karena gara2 penghianat ini, aku harus mewakili engkoh tua untuk menghajar mati srigala ini.”
Berpikir sampai disitu, badannya segera melesat ketengah udara, laksana kilat ia tubruk ke arah pengemis berusia pertengahan itu
Mimpipun pengemis tadi tak pernah menyangka kalau ada orang turun tangan terhadap dirinya dikala ia sedang memperhatikan jalannya pertarungan dengan penuh perhatian, ketika mendengar ada desiran angin tajam menyambar datang ia segera berpaling untuk melihat apa yang sebenarnya telah terjadi, tapi ingatan kedua belum sempat berkelebat lewat, tahu2 urat nadi pergelangan tangannya sudah kena dicengkeram oleh orang diikuti sebuah telapak lain telah menekan diatas jalan darah Beng bun hiatnya, ia jadi mati kutu dan tak berani berkutik lagi.
suasana seketika berubah jadi gempar, semua jago yang ada disitu pada berteriak kaget dan melompat mundur ke belakang.
si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun tak kalah kagetnya di bandingkan dengan orang lain melihat siapakah yang telah datang, ia segera menjerit lengking:
"Manusia berwajah dingin"
-ooodw0kzooo- BAB 10
BERHUBUNG dengan jeritan lengking dari Cie In Hiang, maka sinar mata semua orangpun dialihkan keatas wajah Han siong Kie.
sampai sipengemis dari selatan serta kedelapan orang kakek berbaju hijau yang sedang bertempur seng itpun tanpa terasa sudah menghentikan pertarungannya.
Manusia berwajah dingin, usianya belum mencapai dua puluh tahun, lagipula didalam dunia persilatan belum pernah mendengar disebutnya nama orang ini, maka air muka para jago lihay perkumpulan Thian chee Kauw rata2 menunjukkan kesangsian dan bingung.
Dengan andalkan kepandaian silatnya, mungkin sianak muda yang masih muda belia ini berhasil menghajar Lie In Hiang si kupu2 warna warni yang menjabat sebagai pimpinan Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw hingga muntah darah dan hampir saja jiwanya tercabut?? kejadian ini benar2 membuat orang tak habis percaya.
Didalam hati diam2 Han siong Kie merasa geli, tak disangka olehnya julukan " manusia berwajah dingin" yang diberikan saudara angkatnya secara bergurau kini mulai dikenal oleh kawanan jago Bu-lim.
Bagaimana gerangan si manusia berwajah dingin munculkan diri dan membekuk batang leher pengemis bintang langit?? tak seorang pun yang tahu.
si Pengemis bintang langit Jien Jit sendiri yang urat nadi pada pergelangan tangannya dicekal orang, sedikitpun tak berani bergerak ataupun melawan, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh badan. Han siong Kie melirik sekejap kearah Lie In Hiang, dengan pandangan dingin lalu tegurnya:
"Hey Lie In Hiang, sungguh tak nyana dengan begitu cepat kita telah saling berjumpa kembali".
selapis napsu membunuh melintas diatas wajah Lie In Hiang yang berubah hebat, ia tertawa dingin.
"Manusia berwajah dingin" sahutnya, akupun tak pernah menyangka kalau begitu cepat kau telah datang kemari untuk menghantar kematianmu.”
Han siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi.
Dalam pada itu si pengemis Bintang la ngit Jien Jit sudah berteriak pula dengan suara keras.
"Manusia berwajah dingin, tahukah engkau siapakah pun Tongcu???"
"Huuuuh kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay pang, bukankah begitu???."
sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras, setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak kembali:
"Manusia berwajah dingin, apa maksudmu menangkap diriku????"
Han siong Kie mendengus dingin, ia segera menoleh ke arah pengemis dari selatan yang berdiri ter manggu2 ditengah kalangan dan bertanya: "Engkoh tua, apa rencanamu terhadap manusia laknat ini???".
"Hmm sedari dulu ia sudah diusir dari Kay-pang, ia tidak terhitung anak murid perkumpulan kami lagi" sahut Pengemis dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu di hukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik, terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku sipengemis tua sih tiada pendapat".
"Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang"
Pucat pias seluruh wajah pengemis bintang langit setelah mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan tubuh gemetar keras teriaknya:
"Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka kau sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat"
"Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu menguatirkan diriku mengerti??"
Pengemis bintang langit jadi putus asa, ia segera alihkan sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu ke arah delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan.
"Manusia berwajah dingin, kau berani membunuh dirinya??" bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan gusar.
"Hmmm kenapa aku tidak berani?? setelah menjagal dirinya maka giliran akan tiba pada dirimu cepat kau telah datang kemari untuk menghantar kernatianmu”
Han Siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi.
Dalam pada itu si pengemis Bintang Langit Jien Jit sudah berteriak pula dengan suara keras.
"Manusia berwajah dingin tahukah engkau siapakah Pun Tongcu???"
"Huuuuh! kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay pang bukankah begitu???" Sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak kembali:
"Manusia berwajah dingin apa maksudmu menangkap diriku????"
Han Siong Kie mendengus dingin segera menoleh kearah pengemis dari selatan yang berdiri termanggu2 ditengah kalangan dan bertanya:
„Engkoh tua apa rencanamu terhadap manusia laknat ini??“.
"Hmm! sedari dulu ia sudah diusir dari kay pang ia tidak terhitung anak murid perkumpulan kami lagi“ sahut pengemis dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu dihukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik, terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku sipe- ngemis tua sih tiada pendapat "'.
„Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang“.
Pucat pias seluruh wajah Pengemis bintang langit setelah mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan tubuh gemetar keras teriaknya :
'Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka kau sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat!"
"Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu menguatirkan diriku! mengerti?“.
Pengemis bintang Langit jadi putus asa, ia segera alihkan sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu kearah delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan.
"Manusif berwajah dingin, kau berani membunuh dirinya??!” bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan gusar. "Hmmm! kenapa aku tidak berani?? setelah menjagal dirinya maka giliran akan tiba pada dirimu”
Air muka Lie In Hiarig seketika berobah jadi hijau membesi dengan sorot mata berapi api ia melotot kearah sianak muda itu.
Dengusan gusar segera berkumandang pula diantara kawatan jago cari perkumpulan Thian Che Kauw tujuh orang segera muncul kan diri dan mendesak kedepan mendekati tuduh Han Siong Kie.
Ketegangan dan napsu membunuh dengan cepat meliputi seluruh kalangan tersebut.
“Manusia berwajah dingin! "seru salah seorang diri delapan kakek berbaju hijau itu dengan suara menyeramkan ”Kalau engkau berani turun tangan terhadap Jien Tongcu maka perkumpulan Kay pang akan merasa pula pembalasan dendam yang hebat dari kami darah akan berceceran menodai seluruh perkumpulan tersebut!"
Ancaman ini betul2 hebat dan seketika menggidikkan hati Han Siong Kie ia sadar bahwa perkumpulan Thian-Chee Kauw adalah perkumpulan terbesar dikolong langit dewasa ini dengan jago lihay yang amat banyak seandainya mereka melakukan pertempuran terbuka dengan pihak Kay pang maka akibatnya sukar dibayangkan dengan kata-kata.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang berhati dingin, sekalipun berada dalam keadaan terdesak dan bingung, sikapnya diluaran masih tetap hambar dan tak pandang sebelah matapun terhadap semua orang.
Ia tak ingin mendatangkan kesulitan bagi pihak Kay pang, maka sinar matanya perlahan lahan dialihkan kearah Pengemis dari selatan maksudnya agar engkoh tuanya yang mengambil keputusan. Dalam pada itu ketujuh orang jago lihay tersebut sudah berada dua tombak dihadapan serangan dahsyat telah siap dilancarkan
Suasana jadi semakin tegang dan menyesakkan napas, semua orang merasakan hatinya berdebar keras.
Lima puluh orang lebih jago lihay dari perkumpulan Thian Chee Kauw sama2 alihkan sorot matanya menatap musuh2nya dengan tajam.
Seluruh rambut pengemis dari selatan yang berwarna keperak perakan itu sudah pada berdiri semua bagaikan kawat, kegusaran yang bergelora dalam memang sukar dikendalikan lagi, tetapi untuk beberapa waktu tak berani mengambil keputusan sebab ia tahu anggota Kay pang tersebar di mana2 seandainya pihak Thian chee Kauw sungguh melakukan pembunuhan maka akibatnya tentu hebat sekali.
Melihat musuhnya ragu2, sikakek berbaju hijau menjadi semakin bangga. sambil tertawa seram jengeknya :
"Hey, pengemis rudin, bukankah kau adalah seorang pimpinan tiang loo dari Kay Pang, kau harus tahu bahwa mati hidup perkumpulanmu tergantung pada keputusan yang akan kau ambil".
"Apa yang siap kalian lakukan terhadap kami??” hardik si pengemis dari selatan dengan mata melotot.
”Biarlah Jien Tongcu yang menjabat kursi ketua dari perkumpulan Kay-pang, maka perkumpulan kami akan hidup berdampingan secara damai dengan pihak Kay pang dalam cita2nya merajai Bu-lim serta pemimpin seluruh umat manusia yang ada dikolong langit."
Ucapan ini sangat menggusarkan hati pengemis dari selatan, sekujur badannya gemetar keras, sambil menggigit bibir teriaknya: "Permintaanmu tak bisa kami kabulkan, kecuali kau bisa melangkahi mayat dari aku si pengemis tua"
"sekalipun kau modar belum tentu persoalan ini bisa diselesaikan".
"Hmmm kau tak usah banyak bacot lagi, pihak Kay pang kami akan berjuang menentang kekerasan Thian chee Kauw sampai di manapun juga," dia kemudian kepada Han siong Kie bentaknya: "Bunuh bangsat itu".
Serentetan teriakan ngeri yang mengerikan bulu roma berkumandang memecahkan kesunyian, si pengemis bintang langit muntah darah segar dan menggeletak mati dalam keadaan mengerikan diatas tanah.
Pada saat yang bersamaan tujuh orang jago lihay serentak melancarkan pukulan dahsyat menggencet tubuh Han siong Kie, sementara delapan orang kakek berbaju hijan itu sekali lagi mengerubuti pengemis dari selatan.
Dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dan menerjang masuk kedalam kalangan pertempuran, mereka adalah sipadri dari utara serta pengemis cilik Tonghong Hwie.
seketika itu juga puluhan orang jago lihay menggerakkan tubuhnya menghadang jalan pergi padri itu, suatu pertarungan sengitpun dengan cepat berkobar.
si kupu2 warna warni Lie In Hiang paling benci terhadap pengemis cilik itu, melihat kehadiran Tonghong Hwie disitu ia segera membentak nyaring dan melancarkan satu babatan dari tempat kejauhan.
suatu pertempuran yang maha seru dan maha dahsyatpun segera berkobar ditempat itu, bentakan keras bergeletar memecahkan kesunyian, angin pukulan men-deru2, bayangan manusia berseliweran... Tiba2 terdengar jeritan kesakitan berkumandang diangkasa, darah segar muncrat di udara dan sesosok tubuh manusia roboh tak bernyawa lagi.
Pengemis cilik Tonghong Hwie dengan andalkan ilmu kebalnya yang tahan pukulan bergebrak seru melawan si kupu2 warna warni Lie In Hiang, untuk sementara waktu sulit untuk menentukan siapa menang dan siapa kalah.
Delapan orang kakek berbaju hijau yang mengerubuti sipengemis dari selatan, walau pun semuanya memiliki ilmu silat yang sangat lihay tapi berhadapan dengan jago kawakan yang sudah kenyang makan asam garam ini dibikin kewalahan juga.
sebaliknya kawanan jago yang mengerubuti padri dari utara merupakan kawanan jago di bawah kedelapan orang kakek berbaju hijau itu, korban yang berjatuhan kian lama kian bertambah banyak.
Di tengah pertarungan yang sedang berkobar itu ilmu silat yang dimiliki Han siong Kie boleh dikata paling tinggi dan paling hebat, ilmu pukulan Leng Koe sam sie nya betul2 hebat dan mengerikan, setiap kali serangan yang dilancarkan pasti membawa korban yang berjatuhan dalam waktu singkat empat belas sosok mayat sudah bertumpuk di hadapan tubuhnya.
Kenyataan segera menunjukkan bahwa posisi Han siong Kie sekalian jauh lebih unggul daripada kekuatan lawan, bilamana beberapa orang jago lihay itu bersatu padu dan turun tangan secara berbareng niscaya semua jago lihay yang tergabung dalam perkumpulan Thian Chee Kauw bakal musnah.
Mendadak... suitan nyaring yang amat memekikkan telinga berkumandang datang dari kejauhan.
Disusul sebuah benda berdarah yang amat menyolok mata meluncur datang dari tengah udara dan menggeletak di tengah kalangan. "Aaah..! tengkorak maut ."jeritan kaget segera bergema diseluruh penjuru, semua jago yang sedang bertempur dengan cepat menghentikan gerakannya.
Sesosok tengkorak yang belumuran darah menggeletak ditengah kalangan, suasana yang menyeramkan dan menggidikkan bati segera menyelimuti seluruh angkasa...
Pemilik dari Benteng Msut ternyata munculkan diri ditempat itu pada saat dan keadaan seperti itu, kejadian ini benar2 merupakan suatu kejadian yang sama sekali di diluar dugaan siapapun.
Tanpa sadar pengemis dari selatan, padri dari utara. Han Siong Kie serta Tong hong Hwie bergabuog jadi satu.
Sedangkan para jago lihay dari perkumpulan Thian Chee Kauw-pun berkumpul menjadi satu.
Dalam sekejap mata suasana ditengab kalangan berubah jadi hening...sunyi sekali hingga suara napas sendiripun kedengaran nyata.
Sepasang mata semua orang dingin memancarkan sinar kaget dan ketakutan serentak ditujukan kearah tengkorak berlumuran darah yang menggeletak ditengah kalangan, hanya seorang yang terkecuali, dia adalah Han Siong Kie.
Dengan sorot mata yang memancarkan rasa benci, penuh dendam dan dilapisi napsu membunuh ia menyapu seluruh kalangan dengan pandangan tajam.
Apakah tujuan dari kemunculan sipemilik benteng maut itu?? siapapun tak tahu. tapi mereka menyadari bahwa kemunculan siiblis yang mengerikan itu berarti ancaman kematian yang mnrggidikkan hati bagi setiap orang yang hadir di situ.
Tengkorak berlumuran darah dibawah sorot cahaya sang surya yang tajam memantulkan cahaya darah yarg mengerikan..... Bayangan maut. . kematian ... menyelimuti seluruh kalangan.
Tiba2 Han Siong Kie mendengus dingin selangkah demi selangkah ia mendekati tengkorak berlumuran darah itu.
Tongrorg Hwie jadi amat terperanjat, ia berteriak kaget dan segera menarik ujung baju sianak muda itu sambil berseru penuh ketakutan:
"Engkoh Kie, apa ...apa yang hendak kau lakukan??".
Pengemis dari selatan serta padri dari utara dengan sorot mata yang memancarkan rasa kejut bercampur tercengang tanpa terasa dialihkan pula kearah pemuda itu.
Terdengar Han siong Kie mendengus dingin, lalu jawabnya dengan nada penuh kebencian: "Aku hendak musnahkan dulu benda yang menyebalkan hati ini. "
"Jangan "seru pengemis diri utara hampir berbareng.. Dalam pada itu para jago dari perkumpulan Thian Chee
Kauw telah selesai berunding, mereka segera membimbing yang luka dan diam2 ngeloyor pergi dari situ, dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. Di tengah kalangan hanya tertinggal puluhan sosok mayat yang bergelimpangan diatas tanah.
Sesaat sebelum tinggalkan tempat itu, si kupu2 warna warni Lie In Hiang sempat melotot sekejap kearah Hansiong Kie dengan penuh kebencian sayang sianak muda itu sama sekali tidak menoleh.
Sepeninggalnya jago2 dari perkumpulan Thian Chee Kauw, si padri dari utara segera berbisik dengan suara lirih:
"Rupanya kedatangan si pemilik dari benteng maut adalah mencari satroni dengan pihak kita."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya pengemis dari selatan dengan nada tercengang. "Sewaktu berada dikuil Boe Hoo ditepi pantai Peks wie- Than tadi beberapa orang anak murid Kay pang telah menemui ajalnya ditangan iblis ini, dan sekarang para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw berhasil meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat, hal ini menunjukkan bahwa tujuannya adalah terhadap kita orang".
"Lalu apa tujuannya mencari kita???." "Darimana aku bisa tahu???."
Tonghong Hwie rupanya merasakan pula situasi yang amat tidak menguntungkan bagi pihaknya, ia segera berseru:
"Engkoh Kie, cianpwee berdua, kenapa kita tidak lekas tinggalkan tempat ini???".
"Tak mungkin bisa lolos dari sini" sahut padri dari utara sambil gelengkan kepala.
Mendadak Han song Kie melepaskan diri dari cekalan Tonghong Hwie, ia segera enjotkan badannya dan meluncur kearah tengkorak berlumuran darah itu Lam kay serta Pak
Ceng amat terperanjat menyaksikan tindakan nekat dari pemuda itu, untuk mencegah sudah tak sempat lagi, sedang Tonghong Hwie menjerit lengking dan ikut menubruk ke depan.
"Tengkorak Maut" terdengar Han siong Kie berteriak keras. "Ayoh tunjukkan dirimu."
Sambil berseru telapaknya langsung diayun membabat kearah tengkorak yang menggeletak diatas tanah...
Belum sempat angin pukulan yang dilancarkan pemuda itu mengenai sasarannya, mendadak dari balik batu cadas kurang lebih lima tombak dari sisi kalangan meluncur keluar sesosok bayangan warna abu2, telapaknya segera berputar mengejar batok kepala Han siong Kie. Merasakan datangnya ancaman, pemuda itu jadi gusar, pukulan yang ditujukan kearah tengkorak tadi segera berubah arah dan ganti membabat bayangan abu2 tadi.
Blaam.. termakan oleh angin pukulan yang maha dahsyat dari pemuda itu, gerakan luncur bayangan abu2 tadi segera tertahan sejenak.
Han Siong Kie bertambah kalap. telapaknya berputar dan siap melancarkan sebuah serangan lagi "Blaam. " Tiba2 menggulung datang suatu angin pukulan yang maha dahsyat menekan tubuhnya erat2.
si anak muda itu jadi terperanjat, sulit baginya untuk menghindarkan diri dari datangnya ancaman itu dalam gugupnya sang badan segera bergeser kesamping.
Tapi sayang gerakannya itu agak terlambat, angin pukulan yang maha dahsyat tadi dengan telak bersarang ditubuhnya.. pemuda itu menjerit tertahan dan tubuhnya segera mencelat kebelakang tepat terjatuh didalam pelukan Tonghong Hwie yang sedang memburu ke muka.
Lam kay serta Pak Ceng berseru kaget serentak mereka gerakan tubuhnya menubruk kemuka.
Bayangan abu2 itu mendengus dingin, perlahan2 ia maju menghampiri beberapa orang itu, dia adalah seorang manusia aneh berkerudung warna abu2 dengan perawakan tubuh yang tinggi kekar.
Se-olah2 tak pernah terjadi suatu apapun ia maju ketengah kalangan lalu menyimpan kembali tengkorak berlumuran darah yang menggeletak diatas tanah itu.
"Tengorak Maut" pengemis dari selatan segera menegur dengan penuh kegusaran "sebenarnya apa maksudmu datang kemari?" "Heeeh heeeha heeeh.. "tengkorak maut tertawa seram "Kalian berdua akan menyelesaikan dirimu sendiri, ataukah ingin menunggu sampai aku yang turun tangan sendiri.”
Padri dari utara mengerutkan dahinya, ia maju kedepan dan menegur:
”Omimobud bukankah sicu telah berjanji akan rnelepaskan kami dalam keadaan hidup mengapa sekarang kau ingkar janji apa ”
"Sewaktu berada dibenteng maut tempo dulu, bukankah kau “
Tengkorak maui tertawa seram, belum sempat padri itu menyelesaikan kata2nya ia telah menukas:
"Kau tak usah banyak bicara lagi, selamanya aku bertindak menuruti kemauanku sendiri, Hmm! siapa kesudian menggubris ingkar janji atau tidak kalian berdua lebih baik sedikitlah tahu diri dan segera bunuh diri dihadapanku.“
Dalam pada itu Tonghong Hwie beberapa kali hendak maju kedepan. tetapi setiap kali memandang wajah Han Siong Kie yang berada dalam keadaan tak sadarkan diri ia selalu urungkan kembali niatnya itu.
”Tengkorak maut!“ terdengar pengemis dari selatan membentak gusar.“Kau toh seorang pemilik benteng maut yang terhormat, sungguh tak nyana manusia semacam kau bisa mengucapkan kata2 seperti ini. Aku si pengemis tua serta hweesio tua itu memang sudah tua, matipun tak usah di sayangkan, tetapi kau harus terangkan dulu dengan alasan apa kau menghendaki jiwa kami berdua??“
”Alasan??? haaah.,..haaah haaah selama nya aku si
Tengkorak maut bertindak tanpa memperdulikan alasan atau tidak!.“
„Kalau begitu, silahkan kau mulai turun tangan!.” ”Hmmm! jadi kau paksa aku untuk turun tangan?.”
”Aku serta pengemis tua memang menyadari bahwa ilmu silat yang kami miliki terlalu cetek sekalipun harus mati ditanganmu juga tak bisa dibicarakan lagi tapi kalau suruh kami bunuh diri, Hmm! jangan bermimpi di siang hari
bolong.”
Mendengar perkataan itu Tengkorak maut segera tertawa seram.
"Baik, aku akan kabulkan keinginanmu itu." sambil berseru selangkah demi selangkah ia mendesak maju kedepan.
"Tunggu sebentar," tiba2 pengemis dari selatan berseru. "Apa yang hendak kalian katakan lagi??"
"Apakah kedua orang bocah yang berada disitu bisa dilepaskan dalam keadaan hidup?" tanya pengemis itu sambil menuding ke arah Tonghong Hwie serta Han siong Kie yang berada kurang lebih tiga tombak dari situ.
"Tentang soal ini. ” Tengkorak maut termenung dan
berpikir beberapa saat lamanya, kemudian mengangguk. "Baiklah"
Pengemis dari selatan segera berpaling dan serunya kepada Tonghong Hwie: " Cepat bawa dia meninggalkan tempat ini. "
Tonghong Hwie melirik sekejap kearah Tengkorak maut, tubuhnya bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat itu dibatalkan...
Melihat pengemis cilik itu masih tetap sangsi, Lam-Kay segera meloncat kepadanya sambil membentak:
"Apakah kau ingin mati bersama ditempat ini???". Tonghong Hwie jadi terkesiap. "Loocianpwee, aku...aku "
"Kau kenapa???" "saudaraku telah terpukul oleh iblis tua itu, isi perutnya sudah terluka parah, andaikata tenaga dalamnya tidak sempurna sejak tadi ia sudah bakal muntah darah dan mati"
"pernahkah kau mendengar akan kekejian dari ilmu pukulan Han Pok Ciang serta Pek Yang Kang."
Belum habis sipengemis dari selatan berkata Tonghong Hwie seperti telah teringat akan sesuatu, tiba2 ia menjerit: "Aduuuh celaka "
sambil membopong tubuh Han siong Kie buru2 dia enjotkan badan dan kabut dari situ.
Memandang bayangan punggungnya yang lenyap dari pandangan, pengemis dari selatan menghela napas panjang, selangkah demi selangkah ia balik lagi ke tempat semula
"Hey, bersiaplah kalian menyambut kematianmu" terdengar Tengkorak maut berseru sambil tertawa seram, "Aku akan mulai turun tangan".
Wajah Lam Kay serta Pak Ceng berubah jadi murung dan diliputi kesedihan, segenap tenaga lwekang yang dimilikinya segera di himpun kedalam telapak. siap menghadapi serangan maut dari lawannya.
Mereka sadar bahwa dengan kekuatan minim yang dimiliki mereka berdua masih bukan tandingan dari iblis sakti itu, tetapi mereka berdua tak mau menyerah kalah dengan begitu saja, sekalipun tahu bukan tandingan namun dengan paksakan diri mereka berusaha untuk melawan.
"Ayoh, silahkan kau mulai turun tangan" seru mereka berdua hampir berbareng.
Tengkorak Maut tertawa seram, per lahan2 sepasang telapaknya dikeluarkan dari balik jubah, telapak kirinya bewarna hitam pekat bagaikan tinta bak, sedang telapak kanannya putih bersih bagaikan kumala. inilah ilmu pukulan Han Pok ciang serta Pak Yang Kang yang maha dahsyat itu. Lam Kay serta Pak Ceng sama2 bergidik, mereka sadar bahwa kematian semakin dekat dengan mereka berdua..
Mendadak Tengkorak maut membentak keras, sepasang telapaknya bergerak cepat membabat kedepan, segulung angin pukulan berhawa panas dan segulung angin pukulan berhawa dingin segera meluncur kedepan menghamtam tubuh kedua orang jago itu.
Lam Kay seta Pak Ceng tidak ambil diam, merekapun membentak keras dan balas melancarlan sebuah babatan dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya.
"Blaam.” dua gulung angin pukulan saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan dahsyat yang menggeletar dimuka bumi, pasir dan debu berterbangan memenuhi seluruh angkasa, Lam Kay serta Pak ceng terdorong mundur delapan langkah kebelakang.
Darah panas terasa bergelora dalam dada masing2, namun tidak sampai membuat kedua orang itu muntah darah segar.
Pengemis dari selatan saling berpandangan sekejap dengan padri dari utara, agaknya kejadian ini jauh berbeda diluar dugaan meraka berdua, siapapun tidak menyangka kalau serangan pertama dari Tengkorak Maut ternyata tidak sedahsyat apa yang di bayangkan semula.
Belum sempat mereka berpikir panjang, tengkorak maut telah mendengus dingin.
serangan kedua telah dilancarkan lebih dahsyat lagi. Angin pukulan bagaikan tindihan bukit Tay-san menghantam tubuh kedua orang jago itu.
Laksana kilat pengemis dari utara bergeser lima depa ke samping lalu putar badan sambil melancarkan sebuah pukulan. Sepasang telapak Tengkorak Maut yang diluncurkan kedepan mendadak berpisah ke arah kiri serta kanan kemudian menyerang kedua orang itu dengan dahsyatnya.
Blaam Blam kembali terjadi bentrokan keras yang menggetarkan telinga, tubuh Lam Kay serta Pak ceng terpukul mundur lima langkah ke belakang, hampir saja darah segar muncrat keluar dari mulutnya.
Ditengah suitan tajam tubuh si Tengkorak maut mendesak lebih ke depan. Laksana kilat ia menyerang sipengemis dari selatan kemudian putar badan dan melepaskan kedua serangan ke arah padri dari utara.
Dua dengusan tertahan bergema di angkasa, kedua orang jago lihay itu muntah darah dan roboh keatas tanah.
Tengkorak maut tertawa seram, dengan wajah menyeringai perlahan-lahan ia maju ke depan, selangkah dua langkah kian lama tubuh iblis tua itu semakin mendekat.
Pengemis dari selatan segera mengepos tenaga, tapi darah segar kembali muntah ke luar dari mulutnya, diam2 ia membatin. " Habis sudah riwayat aku sipengemis tua."
Padri dari utara yang menyaksikan rekannya terancam bahaya maut dan jiwanya hampir melayang ditangan orang tak bisa berbuat apa2, sebab ia sendiripun sudah kehabisan tenaga dan tak sanggup melancarkan serangan lagi, hweesio ini sadar bahwa jiwanya sebentar lagi pasti akan menyusul rekannya, sebab gembong iblis itu tak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja.
Maut setiap saat mengancam jiwanya setiap detik jiwanya bisa melayang tinggalkan raganya.
Ting. Ting .. Ting.
Mendadak dari tempit kejauhan berkumandang datang suara dentingan tongkat besi membentur tanah, suaranya nyaring dan bergetar dalam hati. Air muka pengemis dari selatan segera berubah, sorot matanya berkilat dan rasa girang terlintas diatas wajahnya tapi hanya sebentar saja lalu lenyap kembali.
sesosok bayangan muncul dari kejauhan, "Ting Ting” suara dentingan tadi kian lama kian bertambah dekat kian lama kian menggetarkan telinga... setiap dentingan itu berbunyi, bayangan hitam itu bergerak semakin dekat hingga beberapa saat kemudian tampaklah orang yang baru saja munculkan diri itu hanya memiliki sebuah kaki.
"Pengemis tua kiranya dia yang datang kiranya betul2 dia..." terdengar padri dari utara berseru sambil kerutkan alisnya.
Pengemis dari selatan sendiri agaknya juga sudah melupakan keadaannya yang berbahaya serta terancam bahaya maut itu semangatnya segera berkobar kembali.
"ooooh dia adalah susiokku song Thiat Koay dia dia....
benarkah dia orang tua masih hidup dikolong langit??".
sementara itu si Tengkorak Maut telah menghentikan gerakan tubuhnya, ia tertawa ringan lalu putar badan dan kabur dari situ dalam beberapa kali enjotan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan
seorang pengemis tua berkaki tunggal yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang muncul dari tempat kejauhan, dalam genggamannya ia mencekal sebuah tongkat bambu yang memancarkan cahaya kilat. kepalanya tinggal ditumbuhi beberapa lembar rambut putih, sepasang matanya cekung tapi memancarkan cahaya yang menggidikkan.
sambil menahan rasa sakit dibadan, sipengemis dari selatan paksakan diri untuk bangkit berdiri dan jatuhkan diri berlutut dihadapan orang itu, sapanya: "Tio Hoei mengunjuk hormat kepida susiok.". Padri dari utarapun segera maju memberi hormat sambil menyapa pula:
"song sicu, sudah empat puluh tahun lamanya jejakmu lenyap tak berbekas, sungguh tak nyana kesehatanmu masih tetap seperti sedia kala"
Pengemis tua yang baru datang itu bukan lain adalah song Thiat Koay, paman guru dari pengemis Lam Kay, usianya sudah berada diatas seratus tahun, jejaknya pada empat puluh tahun berselang lenyap tak berbekas, sungguh tak nyana pada saat ini telah munculkan diri kembali disitu bahkan mengejutkan si Tengkorak Maut hingga kabur.
Pada empat puluh tahun berselang berhubung suatu persoalan kecil yang menyangkut perebutan nama dengan tongkat Tah Kauw Pang nya, si song Thiat Koay pernah menantang ketua dari delapan partai besar untuk bertempur seru diatas puncak gunung Thay san, alhasil dari delapan partai besar empat orang telah tewas dan empat orang terluka, peristiwa ini sangat menggemparkan dunia persilatan hingga kini masih tetap merupakan kebanggaan dari pihak Kay pang tetapi tidak lama setelah terjadinya peristiwa ini jejak pengemis tua itupun secara mendadak lenyap tak berbekas.
sementara itu dengan sorot mata yang tajam song Thiat Koay menyapu sekejap wajah Lam Kay lalu tegurnya:
"Apakah kau yang bernama Tio Hoei??" "Betul tecu adalah Tio Hoei"
"Haahh haahhh haahhh kaupun sudah tua, untuk bertempurpun sudah tidak mampu lagi. Dimana gembong iblis itu??"
"Ketika mendengar akan kehadiran susiok ia sudah kabur dari sini" "Hmmm ia begitu berani mengulurkan tangan iblisnya terhadap perkumpulan kami, aku song Thiat Koay tak akan mengampuni jiwanya"
"Kemunculan susiok dalam keadaan segar bugar merupakan suatu keberuntungan bagi perkumpulan Kay pang kita"
"Ehmmm sebenarnya aku tak mau mencampuri urusan keduniawian lagi tetapi di sebabkan tempat tinggalku terkena bencana alam dan longsor maka aku harus berpindah tempat, tanpa sengaja aku telah mendengar perkumpulan kita telah mengalami peristiwa besar karena itulah maka aku segera munculkan diri kembali. sekarang cepatlah kau kembali ke markas dan kembali segera pilih seorang pangcu..."
"susiok kau orang tua hendak pergi kemana???... "Aku hendak berangkat ke Benteng Maut untuk bikin
perhitungan dengan gembong iblis itu. Nah terimalah dua biji obat dan telanlah seorang satu"
sambil berkata ia keluarkan diserahkan ketangan pengemis dari selatan kemudian.. Tiiing di tengah suara dentingan nyaring tubuhnya sudah melayang dua puluh tombak lebih dari tempat semula, dan beberapa saat kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap tak berbekas.
Sepeninggalnya Song Thiat Koay, pengemis dari selatan dan padri dari utara saling berpandangan sekejap sambil tertawa getir, masing2 menelan sebutir pil mujarab peninggalan pengemis pincang tadi lalu duduk bersemedi diatas tanah.
seperminum teh kemudian kekuatan tubuh mereka telah pulih kembali seperti sedia kala, hal ini menunjukkan betapa mujarabnya obat tersebut. Tiba2 terdengar Padri dari utara berseru: "Eeei pengemis tua, aku merasa kejadian yang barusan berlangsung rada aneh dan mencurigakan" .
"Kejadian apa??"
-0000000-
BAB 11
"KITA toh sudah pernah menjajal sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang dimiliki si Tengkorak Maut, aku rasa agaknya kekuatan yang dimilikinya barusan jauh lebih lemah beberapa bagian dari apa yang pernah kita temui tempo dulu. Berulang kali ia menyatakan hendak menghabisi jiwa tua kita berdua, sudah tentu serangannya harus hebat dan mematikan, tapi dalam kenyataan ia sudah mengalah tiga gebrakan kepada kita."
"Betul, aku sipengemis tuapun mempunyai perasaan demikian" sahut pengemis dari selatan sambil berseru tertahan. "ucapannya permulaan tidak sesuai dengan perkataan belakangan, bahkan nada suaranya tidak benar."
"Lagipula dengan tenaga lweekang yang dimilikinya semestinya ia sanggul untuk bergebrak melawan susiokmu, apa sebabnya sebelum bertemu dengan bayangan tubuhnya, ia sudah kabur tak berbekas??"
"Benar, kalau kau tidak mengungkapkan pun tak sampai berpikir sampai disitu, peristiwa ini benar2 mencurigakan sekali".
setelah merandek sejenak, mendadak pengemis dari selatan berseru tertahan:
"Aduuuh celaka.. saudara cilikku telah terluka oleh pukulan Im kang dari iblis tua itu, kalau lukanya tidak segera disembuhkan niscaya jiwanya akan terancam bahaya, entah pengemis cilik itu sudah membawa dirinya pergi kemana.."
"Pengemis tua, aku lihat dewasa ini lebih baik kau kembali dulu kemarkas besar perkumpulanmu untuk menyelesaikan persoalan yang sedang kau hadapi, mengenai saudara cilikmu itu biarlah aku si hweesio yang mewakili dirimu untuk mencari jejaknya. sekalipun obat mujarab yang kumliki tidak sehebat obat yang kau miliki, rasanya aku masih sanggup untuk mengatasinya".
"Baik, kalau begitu mari kita segera berangkat."
Pengemis dari selatan segera bongkokkan badan menggeledah saku dari mayat pengemis bintang langit dan ambil kembali tanda kebesaran bambu hitam yang telah direbut penghianat tersebut, kemudian bersama padri dari utara segara melakukan perjalanan.
Dalam pada itu Tong hong Hwie sambil membopong tubuh Hansiong Kie yang terluka lari menuju ketempat yang sunyi.
setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya sampailah di sebuah hutan yang lebat, Tonghong Hwie segera meletakkan tubuh sianak muda itu keatas tanah dan memeriksa denyutan nadinya.
Dengan cepat ditemuinya ada delapan buah jalan darah penting dalam tubuhnya tidak tembus, andaikata jalan darah tadi tidak cepat dibebaskan dari sumbatan niscaya jiwanya bakal melayang atau paling sedikit tubuhnya akan berubah jadi cacad.
Berada dalam keadaan begini Tonghong Hwiejadi amat panik, keringat dingin mengucut keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Hawa murni yang dimilikinya dengan cepat disalurkan kedalam tubuh pemuda itu, ia berusaha untuk melancarkan kembali jalan darah Han siong Kie yang tersumbat. satu jam telah lewat dua jam telah lewat.
seluruh pakaian yang dikenakan Tonghong Hwie telah basah kuyup oleh keringat tenaganya terasa habis diperas tetapi keadaan Han song Kie masih tetap seperti sedia kala, sadarpun tidak
Pengemis cilik itu jadi lemas bercampur kuatir akhirnya tak tahan lagi ia menangis ter sedu2.
Mendadak.. sebuah tangan dengan enteng menepuk diatas bahunya.
Tonghong Hwie jadi terkejut dan berseru tertahan, ia segera meloncat bangun dan melayang satu tombak jauhnya dari tempat semula, ketika ia berpaling tampaklah seorang gadis berbaju putih yang berkerudung kain hitam bagaikan sukma gentayangan telah berdiri dihadapan Han siong Kle. "Kau. siapa kau??".
"Yoe sim Jien"
"orang yang ada maksud ??". "sedikitpun tidak salah"
Dengan hati tercekat Tonghong Hwie menatap wajah gadis misterius itu tanpa ragu2 mengucapkan sepatah katapun, dari mulut Han siong Kie serta padri dari utara ia pernah mendengar akan manusia misterius ini, tak nyana pada saat seperti ini orang tersebut telah munculkan diri dihbadapan mukanya.
Tampak Yoe sim Jien berjongkok dan memeriksa denyutan nadi Han song Kie, tiba2 ia berseru tertahan.
sementara itu Tonghong Hwie sedang mengharap Yoe sim Jien semoga dapat menyelamatkan selembar jiwa sianak muda itu, tapi begitu mendengar seruan tertahan orang, hatinya kontan terjelos, serunya dengan nada terperanjat. "Keee kenapa dia??? dia... dia..."
"Delapan buah jalan darah pentingnya telah tersumbat" "Nona kau... kau... menurut pendapatmu apakah dia masih
bisa tertolong" "Bisa... cuma . ."
"cuma kenapa???" tukas Tonghong Hwie dengan cepat...
"Tenaga yang kumiliki masih belum mampu untuk menolong jiwanya"
Air mata yang mengucur keluar dari kelopak mata Tonghong Hwie semakin deras, wajahnya berubah jadi amat kesal.
"Terpaksa aku.. aku harus menempuh bahaya untuk membawanya pergi".
"Pergi kemana??"
"Mencari seseorang untuk meogobati lukanya." "Apakah kau mempunyai keyakinan di dalam dua jam
orang yang hendak kau cari itu berhasil kau temukan??" "Tentang soal ini..." Yoe sim Jien tertawa kembali ujarnya:
"Meskipun aku tak sanggup untuk menyelamatkan jiwanya, tetapi aku bisa membawanya pergi berobat."
"Nona akan membawanya pergi kemana??" tanya Tonghong Hwie dengan wajah cemas.
"Eeei, kenapa?? kau merasa kuatir??" "Bukannya kuatir, cuma... cuma..."
"Cuma merasa berat untuk meninggalkan engkoh Kie mu bukan" sambung Yoe sim Jien sambil tertawa cekikikan.
Tonghong Hwie melengah kemudian dengan tersipu serunya: "Nona pandai amat kau bergurau..." "Bergurau?? aku toh mengatakan yang sesungguhnya, bukankah kau sangat mencintai dirinya ?? Hiih... hiih hiih... jangan kuatir, aku tak akan merebut engkoh Kie mu itu."
Dengan hati terkesiap Tonghong Hwie mundur dua langkah kebelakang, katanya dengan suara gemetar:
"Nona, apa yang kau katakan???"
"Aku bilang bahwa aku tak akan merebut dirinya dari tanganmu"
"saudara angkatku ini selama hidupnya tidak punya jodoh dengan kaum wanita, kalau kau bisa menaruh rasa simpatik terhadap dirimu, hal ini betul2 suatu kejadian yang aneh.”
"Aaah belum tentu begitu?"
" Kalau tidak percaya, apa salahnya kalau nona mencoba??"
"oooh jadi kau merasa cemburu??"
sekali lagi si pengemis cilik itu mundur satu langkah ke belakang, sepasang matanya terbelalak lebar2.
"Aku sama sekali tidak mengerti akan perkataan dari nona", serunya.
"Benar2 tidak mengerti atau pura2 tidak paham??" "Nona kau tegaskan sekali lagi sebenarnya apa maksud
tujuanmu."
"Menyelamatkan jiwanya . "
"Dari mana nona bisa tahu kalau ia terluka dan kau bisa tiba disini tepat pada waktunya??"
"Tentang soal ini kau tak usah tahu."
"Nona akan membawa dirinya pergi kemana??"
"Tentang soal ini kaupun tak usah tahu." Tonghong Hwie segera tertawa dingin. "Apakah kau rela menyaksikan dia menderita serangan panas dingin dan akhirnya mati pada dua jam kemudian??" seru Yoe sim Jien pula dengan suara dongkol.
"Apa?? kau telah mengetahui semuanya?" "tahukah kau luka apa yang diderita olehnya?"
"Hmm, ilmu pukulan Han Pok ciang serta Pek Yang Kang, cuma sayang orang yang melancarkan serangan tersebut belum berhasil melatih kepandaiannya hingga mencapai puncaknya, kalau tidak sejak tadi jiwanya tentu sudah melayang meninggalkan raganya."
"Kau..kau... sebenarnya siapakah kau??" "orang yang ada maksud?"
Tonghong Hwie adalah orang yang cerdik dan pandai menebak orang, tetapi pada saat ini dibuat melongo hingga tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, mungkin ucapan serta tindak tanduk Yoe sim Jien telah mengejutkan hatinya hingga hatinya tergentar mungkin..
"Eeei bukankah kau yang bernama Tonghong Hwie?" kembali Yoe Sim Jien menegur sambil tertawa ringan.
"sedikitpun tidak salah"
"Oooh kalau begitu sepantasnya kalau aku memanggil dirimu sebagai Nona Tonghong bukan begitu???"
Saking terperanjatnya Tonghong Hwie sampai tergentar mundur ke belakang dengan sempoyongan, punggungnya menempel diatas pohon dan mulutnya melongo tanpa sepatah katapun yang diucapkan keluar.
Perkataan lawannya bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat hatinya bergetar keras dan tercekat. Yoa siem Jien" simanusia misterius ini ternyata sanggup membongkar rahasia kegadisannya dengan tepat, membuat ia jadi tertegun dan tidak habis mengerti. Kembali terdengar Yoe Sim Jien tertawa enteng, katanya: "Nona Tonghong, waktu sudah tidak banyak lagi, kau tak
usah kuatir aku tak akan menceritakan rahasia ini kepada
siapa pun, termasuk engkoh Kie mu sendiri. Tetapi ada sepatah kata aku yang hendak memberitahukan kepadamu, lebih baik kau merahasiakan asal usulmu lebih ketat lagi. Nah selamat tinggal".
Selesai mengucapkan perkataan itu, ia mengempit tubuh Han Siong Kie yang tidak sadarkan diri dan berlalu dari situ.
Tonghong Hwie masih tetap berdiri kaku ditempat semula, setelah rahasianya dibongkar orang, ia merasa pikirannya jadi buntu dan hatinya bergetar keras, tindak tanduk orang yang ada maksud itu betul2 membuat kepalanya jadi pusing tujuh keliling Lama... lama sekali ia baru mendusin dari impian segera jeritnya: "Engkoh Kie"
Tubuhnya dengan cepat meluncur kearah mana lenyapnya bayangan tubuh Yoe Sim Jien tadi, tapi hutan yang lebat tetap sunyi, bayangan tubuh gadis misterius itu lenyap tak berbekas.
Ia merasa murung dan kesal... hatinya jadi bimbang dan kacau .. tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Dengan tanpa tujuan ia berputar dalam hutan itu mencari dan mengejar secara membuta se-olah2 baru saja kehilangan suatu benda yang disayanginya, seperti orang bodoh Tonghong Hwie berputar kesana kemari.
sambil berlari telinganya mendengung tiada hentinya kata2 dari Yoe sim jien tadi: "Bukankah kau amat mencintai dirinya??"
"Aku tak akan merebut dirinya" "Kau tidak cemburu dan iri hati" Suatu perasaan bergidik yang tak tahu dari mana munculnya tiba2 menyerang hatinya, ia semakin kalap dan jeritnya:
"Tidak bisa, aku tak dapat kehilangan dirinya, aku tak bisa hidup tanpa dia.."
"Nona Tonghong sedari dulu terlalu romantis akan membawa bencana bagi diri sendiri mengapa kau tidak bertindak cerdik dan memutuskan tali itu"
serentetan suara yang dingin tapi membawa kasih sayang berkumandang dari sisi tubuhnya.
Dengan hati terperanjat Tonghong Hwie melongok kesana kemari, tetapi tiada seorang pun yang ditemukan, dari suara pembicaraan orang itu jelas dia adalah seorang perempuan tapi bukanlah Yoe Sim Jien yang barusan berlalu.
Lalu siapakah dia?? dari mana pihak lawan bisa tahu akan persoalan yang sedang dipikirkan dalam hatinya?"
Belum sempat ingatan kedua berkelebat dalam benak pengemis cilik itu, suara tadi berkumandang datang:
"Nona Tonghong, sekarang dia masih belum tahu kalau kau adalah seorang gadis, cintamu hanya sepihak lebih baik mundurlah lebih dahulu sebelum masuk jurang, kalau tidak akibatnya sungguh menakutkan sekali"
suara itu seolah2 muncul dari tempat dekat namun dalam kenyataan jauh sekali, membuat orang sukar untuk meraba dengan tepat dari mana asalnya suara tadi.
Tanpa terasa seluruh bulu kuduk ditubuh Tonghong Hwie berdiri, tegurnya dengan suara gemetar:
"sii. .siapa ...siapa siapakah kau??". "Aku adalah Sun Han Jin".
"siapa ??? manusia yang kehilangan sukma??" "Benar, aku adalah si manusia yang kehilangan sukma "
Tonghong Hwie semakin ketakutan, ia merinding dan merasa hatinya tercekat.
Baru saja perempuan misterius "Yoe sim Jin" orang yang kehilangan sukma, bahkan orang itu mengetahui begitu jelas mengenai asal usul serta seluk beluknya, ia tak percaya kalau hal ini adalah suatu kenyataan sebab peristiwa ini sangat aneh dan diluar dugaan.
Ia merasa rahasia asal usulnya belum pernah diceritakan kepada siapapun, terhadap Han siong Kie saudara angkatnya pun ia cuma mengatakan namanya saja, disamping itu iapun merasa andaikata ia tidak mengatakan kepada siapapun maka tak seorang manusia didunia kangouw akan mengetahui tentang asal usulnya.
Tapi sekarang Yoe sim Jin serta su HanJin berhasil mengetahui tentang kegadisannya, serta berhasil menebak pula dengan jitu akan rahasia hati yang sedang dipikirkan, kejadian ini membuat gadis itu tidak habis mengerti dan merasa seram. Akhirnya sambil mengeraskan kepala ia bertanya:
"Kenapa kau dinamakan orang yang kehilangan sukma??" "sebab aku adalah seorang manusia yang sudah kehilangan
sukmaku".
"sudah kehilangan sukma bukankah itu berarti bahwa kau sudah jadi setan".
"Tidak aku masih mempunyai badan kasar dan jantungku masih berdenyut aku tetap seorang manusia"
"Kalau manusia yang sedang berbicara mengapa tau tidak unjukkan diri??"
"Aku tidak merasa berkepentingan untuk unjukkan diri".. "Lalu barusan apa yang kau katakan??". "Menasehati dirimu, janganlah masuk jurang secara nekad sebelum hancur total lebih baik mundur secara teratur".
"Kau suruh aku hapus bayangan Han siong Kie dari dalam benakku?? dan tidak lagi memikirkan dirinya?".
"Tidak. aku cuma berharap agar kau bisa menguasai rasa cintamu dengan pikiran yang sehat andaikata kau tak mau mendengarkan nasehatku, maka suatu hari kau akan hanyut dan tenggelam ditengah samudra cinta, sedang orang yang kau cinta ipun akan mengalami nasib yang sama" "
sekujur badan Tonghong Hwie gemetar keras, dengan penuh penderitaan ia berseru: "sebetulnya apa tujuanmu?? dalam hidupku terasa hambar tanpa kehadiran dirinya."
"Nona Tonghong, apa yang kau alami sekarang itu baru taraf pertama dari suatu penderitaan, kau harus menerimanya dengan keberanian yang paling besar. sekarang yang harus merasakan penderitaan itu hanya kau seorang, tapi dikemudian hari kalian berdualah yang akan mengalaminya bersama."
"Tapi. ..kenapa?""
"Perkawinanmu dengan dirinya akan merupakan suatu tragedi yang paling menyedihkan."
"Aku bertanya, kenapa??"
"Penjelasanku hanya bisa diberikan sampai disini saja, soal lain maaf kalau tak bisa kujawab"
"Tidak bisa aku tak dapat kehilangan dirinya" teriak Tonghong Hwie sambil menggertak gigi.
"Cinta adalah suatu pengorbanan bukan suatu penjajahan."
Tonghong Hwie tertegun, tiba2 sambil tertawa dingin serunya: "Tidak salah cinta adalah pengorbanan, tetapi bukan pengorbanan yang membabi buta, kalau ucapanmu memang benar dan merupakan kenyataan, setelah menemui diriku mengapa kau tak berani unjukkan diri? dan mengapa kau tidak mengutarakan alasannya, aku menganggap kau "su Hun Jin" orang yang kehilangan sukma mempunyai maksud2 lain."
"Kukatakan kepadamu, apa yang kau harapkan tak nanti akan kulakukan"
"Dikemudian hari kau bakal menyesal." "selamanya aku tak akan merasa menyesal."
Diluar Tonghong Hwie berkata begitu, dalam hati diam2 bergidik. Tiba2 satu ingatan berkelebat didalam benaknya hingga membuat gadis itu tanpa terasa tercekat dan gemetar keras. Apakah maksud ucapan yang diutarakan su Hun Jin adalah tentang soal itu?? benar, akibatnya memang mengerikan sekali. .
Terdengar orang yang kehilangan sukma ini menghela napas panjang, katanya:
"Nona Tonghong, kejadian yang berlangsung dikolong langit kadang kala jauh berbeda diluar dugaanmu."
"Bolehkah aku mengajukkan beberapa buah pertanyaan kepadamu??" tanya Tonghong Hwie kemudian dengan nada suara yang jauh lebih lembut.
"Boleh, tetapi hanya dalam batas2 lingkungan saja, aku tak akan membuat kau merasa kecewa."
"Kau mengatakan, bahwa Han Siong Kie amat membenci kaum wanita, maka kau melarang aku mengadakan hubungan dengan dirinya."
"Tidak. kau keliru" tukas su Han Jin dengan cepat. "Rasa bencinya terhadap kaum wanita hanya suatu gejala yang sementara saja, tatkala penyebab dari rasa bencinya itu sudah lenyap maka ia dapat merubah pandangannya yang keliru itu, sebab dia adalah manusia yang terdiri dari darah dan daging, ia tetap memiliki perasaan benci maupun cinta"
Tonghong Hwie merasakan jantungnya berdebar keras, ia terpengaruh oleh emosi dan hatinya terasa amat tergetar, gadis itu tak berani mengajukan pertanyaan selanjutnya karena ia takut oleh jawaban yang bakal didengarkan, tapi... akhirnya ia tak tahan dan bertanya juga:
"Apakah disebabkan karena dendam??? " "Bukan".
"Maksudmu bukan karena soal dendam??" hampir saja Tonghong Hwie tidak mempercayai perkataan itu tetapi si Hun Jin telah mengulangi kembali jawabannya "Bukan soal dendam".
-ooodw0kzooo-