Tangan Berbisa Jilid 25

 
Jilid 25

"Bukan saja melihat-lihat, aku hendak menyuruh kau menyelam kedasar telaga, mengambil kotak ajaib yang asli Kukira kotak ajaib yang asli maSih tenggelam didasar yang dalam."

"Ibu hendak mendapatkan kotak ajaib?"

"Dahulu tidak, tapi sekarang sangat kubutuhkan- seperti apa yang kau ketahui, ketiga jago dari daerah Tay-wan-kok yang bernama Hamid,Jooss dan Dokucan itu mempunyai kekuatan hebat, kalau saja mereka bergabung, celakalah aku. "

"Tapi. kotak ajaib adalah hak milik bersama dari dua

belas partay besar. Mana boleh ibu mengangkangi sendiri?"

"Apa hanya golongan Kalong saja yang boleh mengangkanginya ?"

"Golongan Kalong adalah orang dari jurusan fanatik, tidak bisa disamakan dengan kita."

"Ibumu juga bukan dari golongan kesatria."

Suma Siu Khim menutup pembicaraan itu. Hati Kim Hong bersedih, menundukkan kepala dan menetes air mata.

Suma Siu Khim dan Kim Hong meninggalkan Im Liat Hong yang diasap didalam goa, mereka merayap naik berliku-liku setengah hadan, akhirnya tembus juga dimulut goa lain itulah goa timbunan, mereka berada dipuncak gunung Tay-pek San-

Setelah Suma Siu Khim dan Kim Hong muncul digoa tembusan, hari baru saja menjadi pagi, pedut masih mengumpul, puncak itu masih dengan salju yang memutih.

Menyaksikan keindahan alam yang begitu indah. Suma Siu Khim menoleh kearah sang putra, dengan maksud memberi petunjuk yang lebih berharga, tampak olehnya, kedua kelopak mata Kim Hong yang menjadi basah, Suma Siu Khim terkejut dan bertanya: "Eh, mengapa kau bersedih?"

Kim Hong menjawab:

"Aku bersedih atas kematian cici Lim Keng Hee, kematian supek dan kata kata ibu tadi. "

"ouw. " Suma Siu Khim berkata.

"Jangan menganggap sesuatu itu terlalu baik. Seseorang yang hidup didalam dunia, kadang-kadang harus menyeleweng dari kematian, agar tidak bisa terjerumus kedalam kekangan-kekangan yang tidak rela "

"Ibu." Kim Hong menghela napas. "Aku hendak pergi kepuncak Tay-pek hong."

"Apa yang hendak kau kerjakan dipuncak Tay-pek- hong?"

Kim Hong menjaWab.

"Melihat-lihat sesuatu yang belum juga kuketahui."

Suma siu Khim menganggukkan kepala dan menoleh kearah lubang goa, menggerakan tangan, maka "belegur" terjadi gempa bumi kecil ia menutup lubang goa itu dengan tenaga dalamnya yang luar biasa.

Kim Hong meleletkan lidah, betul-betul sang ibu memiliki kekuatan tenaga dalam hebat tenaga super sakti, kalau saja tenaga dalam ini dijatuhkan kepada seseorang, apa tidak remuk redam?

sesudah menutup goa tembusan itu, Suma Siu Khim berkata: "Mungkin juga Hamid memasuki goa, kalau kita balik kemulut goa yang pertama, mungkin kita mendapat giliran, kita yang menjadi kuCing, mengasap tikus didalam goa."

"Betul" berteriak Kim Hong girang. "Mari kita memutar."

Suma Siu Khim tertawa dan berkata:

"Hanya satu kemungkinan- Tapi bukannya pasti. Si Hamid itu adalah rambut merah berakal bulus, mana mau dia menyerempet bahaya, paling-paling menyuruh ketiga anak buafhnya yang masuk kedalam goa."

"Aaaa . percumalah kita balik kesana."

Suma Siu Khim menganggukkan kepala, dia berkata: "Mari kita kepuncak Tay-pek-hong, melihat sesuatu yang

kau sendiri tidak ketahui itu."

Ibu dan anak merembet diantara lereng-lereng gunung, melewati puncak Ngo-lo-hong, tidak lama kemudian mereka sudah tiba dipuncak Tay-pek-hong.

Kim Hong merembet-rembet dan mencari-cari pada rumput-rumput yang menghijau, pada suatu tempat batu cadas dia berteriak: "Ini dia.. Ibu Lekas lihat"

Suma siu Khim mendatangi ketempat putera itu, memandang kearah batu cadas tadi.

disana terdapat tulisan-tulisan, tulisan itu digoreskan dengan tenaga dalam, tulisan yang dibagian kanan agak rusak. yang dikiri berupa tulisan baru, suatu bukti bahwa tulisan itu tidak tertera pada waktu yang bersamaan, tulisan yang di kanan lebih lama dari tulisan dikiri lebih baru. Tulisan yang dikanan berbunyi seperti berikut, "Kutunggu rembulan yang turun, kutunggu kuli angin yang dingin, bagaimana keadaan malam ini? Dimana bayanganmu?"

Tulisan yang disebelah kiri berbunyi lain, demikian bunyinya:

"Rambut kita sudah putih, jaman kita sudah selam. Apa yang hendak diimpi-kan? Kerjaku memukul alat bok-kie."

Alat bok-khie adalah alat pemukul kentongan sembahyang yang khusus tersedia bagi biarawati.

Memeriksa huruf diatas batu tulisan itu. Suma Siu Khim menganggukkan kepala. Sebagai seorang wanita yang cerdik, dia bisa membedakan yang disebelah kanan adalah tulisan pria yang disebelah kiri adalah tulisan halus, tulisan tangan seorang wanita. Dari kata-kata yang tertera pada surat itu Suma siu Khim bisa menduga-duga, apa yang terjadi diantara kisah Cinta pasangan itu, yang laki-laki adalah seorang yang mempunyai perasaan halus, Cintanya tak pernah terpadamkan-

Yang wanita baru saja datang, sesudah meninggalkan kata-kata itu, pergi lagi dan menyucikan diri.

Suma Siu Khim teringat kepada nasib dirinya sendiri, kisah diantara kasih remajanya dengan Kim Hoong hanya berselang beberapa Waktu, mereka telah melahirkan seorang putera.

tapi mereka belum melakukan perkawinan-Suma Siu Khim terharu, dia bersedih dan bertanya: "Siapa yang tulis?"

Kim Hong menjawab: "Yang laki-laki adalah sikakek gelandangan Kiat Hian, tulisan yang perempuan adalah tulisan Kongsun Bwee Kun."

Menoleh dan memandang kearah putera tersebut, Suma Siu Khim bertanya: "Eh, bagaimana kau tahu?"

Kim Hong berkata:

"Sikakek gelandangan yang memberitahu kepadaku, setiap tahun, pada suatu hari dia pasti mengunjungi kesini, karena dia tertawan dirumah penjara rimba persilatan, maka dia meminta pertolonganku, hari itu aku terlambat datang, menuju kerumah penjara yang baru. maka meminta tolong In-jie melihat-lihat kalau-kalau ada tanda balasan, tentunya Yo In-jie sesudah melihat adanya tanda baru ini, dia sudah kembali kerumah penjara kita, dan memberitahu akan akan adanya jawaban dari Kongsun Bwee Kun- memberitahu kepada kakek gelandangan Kiat Hian."

Dengan heran, Suma Siu Khim bertanya.

"Bagaimana kau tahu, kalau Yo In-jie sudah datang kepada Kiat Hian-"

Kim Hong menyedot napas dalam-dalam, ia berkata perlahan.

"Aku tahu kejadian ini dari mulut Hamid disaat ibu meninggalkan rumah penjara, pernah mengirim tantangan, menerjang masuk. dan disaat itu sikakek gelandangan Kiat Hian melarikan diri, mereka pernah bergebrak dan bertempur, sepasang sinar mata Suma Siu Khim menjadi liar kembali, dengan marah ia berkata: “Hai, berani dia melarikan diri dari rumah penjaraku?"

Kim Hong menghela napas dan berkata: "Ibu mendirikan rumah penjara rimba persilatan karena hendak memanCing ayah. Karena itu ibu telah banyak orang dipenjarakan hanya karena egoistis. Mementingkan diri sendiri. Pikirlah, apa tidak keterlaluan ?"

"Aku tidak peduli, aku harus menangkapnya kembali, dipenjarakan dan diberi hukuman yang lebih berat. Kalau tidak bagaimana aku mempunyai muka menjadi penguasa rumah penjara rimba persilatan?"

Kim Hong memandang kearah ibu itu, dia berkata dengan penuh rasa kuatir.

"Ibu, aku mempunyai firasat tidak baik, perbuatanmu yang ugal-ugalan ini bisa membawa akibat yang buruk. Mungkin pula karena inilah, ayah tidak mau menjumpaimu."

"Siapa yang sudi dengan ayahmu," berkata Suma siu Khim. "Dia mau datang, atau tidak, terserah kepadanya."

"kalau betul ibu mempunyai pikiran yang seperti itu, mengapa tidak membubarkan rumah penjara rimba persilatan?"

Kemarahan Suma siu Khim tidak kepalang, tangannya terayun. "Pang...." menempeleng pipi sang putra dengan suaranya yang melengking, membentak: "Kau dilahirkan dari mana? Berani melawan ibu sendiri?"

Butiran air mata turun menetes dari kedua kelopak mata Kim Hong, ia menatapnya sebentar, tiba-tiba loncat turun berlari pergi meninggalkan sang ibu.

Suma siu Khim hanya mempunyai seorang putra, dalam kemarahan, ia menempeleng Kim Hong, melihat putra itu cukup besar, ia mengejar. ilmu meringankan tubuhnya lebih hebat dari sang putra, sebentar saja ia berhasil menyeret sang putra ditariknya tangan putra itu, dan membentak: "Mau lari kemana? Huh Hanya memukul kau satu kali, kau sudah tidak mau ibu lagi?"

Kim Hong menangis Sedih, dia berkata;

"Ibu, didalam anggapanmu. keculi kau seorang, mungkinkah jiwa semua orang itu bukan jiwa manusia?"

suma siu Khim tertegun, beberapa saat tidak bisa menjawab pertanyaan putra tersebut, Tiba-tiba diapun turut menangis.

"Ibu gunakanlah sedikit aturan," bujuk Kim Hong perlahan-

"Jangan kau menyebut-nyebut aturan," berkata Suma Siu Khim masih menangis. "Didalam riunla ini memang tidak ada aturan, kalau ada aturan sudah seharusnya, sudah aturannya, kalau ayahmu itu datang menjumpai aku."

Suma siu Khim mendirikan rumah penjara rimba persilatan karena hendak memaksa Kim Hoong datang menjumpainya.

Suma siu Khim menjadi ugal-ugalan, menawan banyak orang, adatnya keras dan berangasan itu disebabkan karena patah hati.

Teringat kepada nasibnya yang sedih, tangis Suma siu Khim semakin panjang.

Kim Hong terharu atas jawaban sang ibu entah bagaimana, ia harus bisa membantu usaha merangkapkan perjodohannya, ingin sekali sang ayah muncul ditempat itu, agar mereka bisa kumpul menjadi satu. Melenyapkan bencana rumah penjara rimba persilatan-

Teringat kepada ayahnya, Kim Hong bisa mengenang kembali keterangan Tamu tidak di-undang dari luar daerah yang palsu cie Hoa Hong, dikatakan, kalau Tamu tidak diundang dari luar daerah yang asli adalah ayahnya yang betul. Karena itu, Kim Hong menarik lengan bajunya dan berkata: "Ibu Jangan menangis Kuberitahukan sesuatu."

"Sesuatu apa?" Suma siu Khim masih ter-isak-isak. Kim Hong berkata:

"Menurut cerita cie Hoa Hong supek. orang yang menggunakan nama samaran Tamu tidak diundang dari luar daerah yang asli itulah baru ayahku."

Mata Suma Sia Khim dipentangkan lebar-lebar, dengan tidak percaya ia berkata: "Ia berkata seperti itu ?"

Kim Hong menganggukkan kepala lalu berkata; "cie Hoa Hong supek menjamin kebenaran ini, dikatakannya juga , orang yang melatih ilmu silat kepandaian ayah adalah tunangan si-kakek gelandangan Kongsun Bwee Kun- Kini sudah menyucikan diri menjadi biarawati. mengganti nama menjadi Pan-su Lonni. itulah tulisan tangannya."

Kim Hong menunjuk kearah tempat batu diatas bertuliskan tadi. Suma Siu Khim mengedip-ngedipkan matanya.

Khim Hong berkata lagi: "Alasan cie Hoa Hong Supek menggunakan nama samaran tamu tidak diundang dari luar daerah menyelundup masuk menjadi anggota golongan Kalong, adalah memanCing keluar ayah. Maka dengan harapan ayah bisa menyerang ke rumah penjara rimba persilatan, disana bisa menjumpai ibu."

Hal ini berupa satu berita baru. Suma Siu Khim mengoceh,

"Keterangan supekmu tidak perlu disangsikan lagi. Mungkin juga Tamu tidak diundang dari luar daerah yang asli itu adalah ayahmu. Tapi...siapa lagi yang bernama Oey Ceng? Mengapa dia memiliki ilmu wasiat Han-tiong-Giok- tiok ?"

Kim Hong mengangkat pundak berkata: "Ini juga membingungkannya, kalau hendak ingin mendapat kenyataan, mengapa kita tidak pergi kerumah penjara yang baru digunung Bu-san?"

Suma Siu Khim berkerut alis, lalu menggelengkan kepala dan berkata:

"tidak mungkin- Rumah penjara digunung Tay-pa-san sudah belasan tahun, sedangkan sejarah rumah penjara yang baru di gunung Bu-san baru dua bulan. Kalau saja aku datang menantang, bukankah mengakui keunggulannya?"

Mendengar kata-kata ibu yang seperti itu, Kim Hong tak sepaham, ia menggelengkan kepala, berkata: "ibu kukuh pendapat."

"Persoalannya, siapa yang lebih lama. Dia harus memimpin rimba persilatan,"

"Ibu merasa nama penguasa rumah penjara digunung Tay-pa San tercemar kalau ibu menantang rumah penjara gunung Bu-san?"

"Tentu saja. Seharusnya dia menantang kerumah penjaraku."

Kim Hong berpikir sebentar, tiba-tiba dia menepuk paha, berkata segera:

"Betul!! Mengapa kita tidak menggunakan cara yang seperti ini? ini tidak perlu menggunakan nama dari penguasa rumah penjara, ini boleh mengggunakan nama samaran menantang rumah penjara yang baru agar tak terjadi rintangan gengsi, bukan?" Suma Siu Khim berpikir untuk menimbang-nimbang  usul sang putra, lama sekali, akhirnya ia bicara:

"Bukan tidak boleh. Tapi. Kalau sampai diketahui olehnya, bukankah sangat menurunkan martabat sendiri?"

Kim Hong berkata:

"Tak mungkin, siapa yang pernah melihat wajah asli penguaSa rumah penjara di gunung Tay-pa San? Siapa yang tahu kalau seorang Wanita yang bernama suma Siu Khim menjadi penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san, Mana mereka tahu?"

Suma Siu Khim berkata: "Sebelum aku menantang rumah penjara yang baru, lebih dahulu kau harus menyelam kedasar telaga Tay-pek-tie mengambil kotak ajaib yang asli."

Dengan berkerut alis Kim Hong bertanya: "Apa yang ibu inginkan? obat Tiang-seng-pu-lo-tan, atau dua belas catatan ilmu silat luar biasa."

Suma Siu Khim berkata: "obat Tiang-seng-pu-lo-tan, obat ini penting untuk menambah tenaga kekuatan kita, kalau ibumu tidak mendapatkan obat ini mana mungkin bisa mengalahkan ketiga jago dari daerah Tay-wan-kok? Lebih baik kau jangan kukuh kepala, jangan kau tentang maksud ibumu, aku bersedia dikalahkan oleh siapapun juga tetapi tidak mau dikalahkan oleh ketiga orang berambut merah itu."

Kim Hong bisa menerima dan berkata: "Baiklah. Tapi ibu hanya boleh mengambil sebutir obat Tiang-seng-pu-lo- tan, hak itu adalah hak dari oey-san.pay, yang sebelas butir lainnya harus dikembalikan kepada partai-partai yang bersangkutan." Suma Siu Khim menggebahnya, dengan uring-uringan ia berkata: "Baiklah....baiklah. lekas kau ambil kotak ajaib di

dasar telaga Tay-pek-tie itu."

Sesudah mengambil putusan yang dianggap tepat, Suma siu Khim mengajak Kim Hong menuju kearah telaga Tay- pek-tie kembali.

Disaat itu, dua bayangan mendatangi kearah mereka, seorang adalah kakek berpakaian kotor, beKWarna hitam, rambutnya sudah putih beruban, terumbang-ambing dan awut-awutan-seorang lagi adalah gadis bertubuh kecil, mengenakan pakaian berwarna merah, sangat lincah dan gesit.

Mereka adalah sikakek gelandangan Kiat Hian dan Yo In-jie

Menampak datangnya dua bayangan itu, wajah Suma Siu Khim ditekuk masam-masam, dengan dingin ia berkata:

"Bagus." orang buronanku dan Sumoaymu itu datang," Yang  mengejutkan  Suma  siu  Khim  bukan  itu  Saja,

dibelakang Kiat Hian dan Yo In-jie mengejar dua orang, mereka berambut merah, dengan gesit mengintil dibelakang.

Dua orang berambut merah yang mengejar Kiat Hian dan Yo In-jie adalah Hamid dan Sulek.

Kim Hong lebih terkejut kepada dua orang dibelakang In-jie, dia berteriak kaget:

"Aaaa. rombongan Hamid"

Suma Siu Khim berkata:

"Mari kita sembunyikan diri, menyaksikan dan melihat- lihat apa yang mereka kerjakan di tempat ini." Tanpa bisa dibantah, Kim Hong harus mengiKuti petunjuk ibunya.

Yo In-jie menarik-narik tangan Kiat Hian, napasnya sudah Sengal-sengal, menudingkan jarinya kearah batu cadas yang terdapat tulisan, dia berkata: "Nah Diatas situ Disebelah tulisanmu. Lihat sendirilah. "

Kakek gelandangan Kiat Hian melepaskan pegangan In- jie, tubuhnya meletik, merambat dan menaiki keatas batu cadas yang terdapat tulisan itu.

Dibacanya beberapa baris, tiba-tiba dia berteriak aneh, berjumpalitan balik kembali, memandang kearah sekelilingnya, sikapnya seperti yang mencari sesuatu, ia berguman:

"Bwee Kun Bwee Kun Dimana kau berada?" Suara yang terakhir menanriakan suara kesedihan, dia menangis.

Disaat itu, dua orang berambut merah Hamid dan sulek yang mengejar sudah tiba, mereka mendekati Kiat Hian yang mempunyai pikiran yang kurang waras itu, dan menoleh kearah Yo In-jie yang nakal berandalan-Yo In-jie merepeti Kiat Hian dan berkata:

“Hee, mengapa menangis seperti anak kecil? Kongsun Bwee Kun cianpwe sekarang sudah pergi."

Kiat Hian mana bisa diberi mengerti dengan cara yang seperti itu? Sebentar ia menangis, sebentar ia tertawa, penyakit gilanya kambuh pula. disaat ini, Hamid sudah mendekati mereka, dengan dingin bertanya: "Kiat Hian, apa kau mau bertemu dengan Kongsun Bwee Kun?"

Suara Hamid disalurkan dengan tenaga dalam, sepatah demi sepatah memekakan telinga Kiat Hian- sikakek gelandangan terkejut. ia terlompat. Matanya yang sudah sayu memancarkan cahaya, berdongak dan memandang kearah Hamid. Kiat Hian membentak: "Siapa kau?"

Hamid menganggukan kepala, tersenyum dan berkata: "Kita pernah mengadu kekuatan didalam rumah penjara

Tay-pa-san bukan? Kau sudah lupa?"

Mata Kiat Hian tersipit panjang, memperhatikan Sikakek berambut merah beberapa saat, akhirnya dia menundukan kepala dan berkata: "Betul Aku masih ingat Kau kenal Kongsun Bwee Kun?"

"Tentu saja kenal." berkata Hamid, "Bohong" Bentak Kiat Hian. Hamid berkata:

"Kongsun Bweee Kun adalah istri dari saudaraku, tentu saja aku kenaL"

"Istri saudaramu?" Kiat Hian tertegun-

"Ya. Nama saudaraku itu adalah jooss. ia mempunyai seorang istri cantik, namanya Kongsun Bwee Kun."

"Bohong" Kiat Hian menggelengkan kepala, "Tentu bukan Kongsun Bwee Kun milikku. Kongsun Bwee Kun tidak mungkin mau diperistri oleh orang dari daerah luar."

Wajah Hamid diteKuk masam, dengan dingin ia berkata:

"tidak percaya? Ha Kongsun Bwee Kun yang kau Cinta itu sudah kawin dengan orang. Percuma saja kau uber- uber."

"Bohong... Bohong....Bohong ...." Berulang kali Kiat Hian mengucapkan kata-kata yang sama itu.

"Aku tidak percaya.....Aku tidak percaya. Lihat Apa yang sudah ditulis diatas batu itu.....dia sudah menyucikan diri, Bohong orang yang sudah menyucikan diri mana mau kawin? Hendak menipu orang? Huh"

Dengan dingin Hamid berkata:

"Apa guna menipu dirimu? Urusan kita pun belum selesai, tahu? Kalau bukan gara garamu Kongsun Bwee Kun juga belum tentu kawin dengan Jooss, Hamid adalah juara silat dari daerahnya. Belum tentu terjadi tragedi seperti ini. Inilah sebab dari kesalahanmu."

"Betul- betul Kongsun Bwee Kun sudah kawin?"

"Tentu saja sudah kawin, kini melarikan diri, suteeku mengejar istrinya, mau ditangkap pulang. Kau tahu aturan daerah kami? Setiap istri yang menyeleweng harus digantung mati tahu?"

Kiat Hian menjadi marah ... hutt.. dia memukul kearah Hamid, bentaknya keras: "Gantung kepalamu.. Pergi!!! Semua pergi"

Dengan enak Hamid mengelakkan semua serangan Kiat Hian, dan membalas serangan itu memewekkan mulut dan berkata:

"Bagus Menurut berita orang Sebagai putra si Dewa persilatan, kau si Kiat Hian ini memiliki ilmu silat tinggi? Mari kita mengadu kekuatan Siapa yang kalah tidak boleh lari"

Kiat Hian tidak mengoceh lagi, kedua jubah lengannya digibrik-gibrikkan, menyerang diri beruntun.

Hamid adalah juara silat dari daerahnya, dia menyerang dan menangkis luar biasa manisnya, sangat indah kedua jago silat dari dua daerah itu bergebrak.

Masing-masing jago kelas satu, satu dari daerah Tay wan kok, satu dari daerah Tionggoan, yang berambut merah kuat, yang berambut putih tidak lemah, gerakan mereka cepat dan cekatan, gesit bagaikan kilat, laksana guntur, pertarungan itu berjalan seimbang, setanding. Debu bergolak, batu berhamburan, kekuata mereka telah menghancurkan apa saja yang berani merintangi di tengah jalan-

Sulek menatap pertandingan itu beberapa waktu, tiba- tiba menghampiri kearah Yo In-jie, memandang dan berkata:

"Numpang tanya, bagaimana nama dan sebutan nona, bukankah murid si kakek Kiat Hian?"

Yo In-jie mengirim satu lirikan mata pula, dia berkata: "Namaku Yo In-jie. Guruku bukan Kiat Hian, nama

guruku adalah Thian San Soat Po-po."

"ouW......." Sulek menganggukkan kepala memberi hormat dan berkata:

"Ternyata murid jago ternama dari daerah Tionggoan, selamat bertemu,"

Yo In-jie membentak: "Sesudah bertemu, mau apa lagi?" Sulek mengangkat pundak, dengan enak berkata: "Menurut cerita orang gadis-gadis di daerah Tionggoan

sangat cantik dan jelita, melebihi dan menyaingi bidadari.

Hari ini aku bertemu dengan nona Yo In-jie, betul-betul cerita mereka itu bukan cerita bohong, sangat cantik, Sungguh menarik."

Yo In-jie menyebulkan mulutnya, ia membentak: "Sesudah cantik mau apa? Kalau menarik berani apa?"

Sulek mengerlingkan mata dan berkata: "Bisakah kita menjadi kawan? Namaku sulek, nama guruku ialah Jooss. Jooss itu adalah suami dari Kongsun Bwee Kun- Mereka dari dua daerah yang tidak sama, tokh bisa kawin menjadi satu, aku sangat iri hati, hari ini kalau saja kita. "

"Tutup mulutmu" bentak Yo In-jie. "hahahahahaha. " Sulek tertawa.

Mendelikkan mata, Yo In-jie membentak: "Apa yang kau tertawakan manusia bodoh"

"Ha ha ha....." Sulek masih tertawa. "Melihat kelakuanmu seperti itu, bagaimana aku tidak tertawa?"

"Kau masih belum melihat kekuatanku yang lebih galak lagi" berkata Yo In-jie. "Nah Terima serangan"

Yo In-jie menyerang dan memukul kearah sulek.

Sulek tertawa ringan, tangannya diangkat menangkiS datangnya serangan itu, begitu kedua tangan itu terbentur, "kreek" hampir saja tangannya patah, ia termundur dua langkah, wajahnya berubah.

Sulek terlalu memandang rendah sebagai jago-jago dari Tay-wan-koK, Sesudah mendatangi golongan kalong, mereka mendapat pujian dan sanjungan. Dikatakan, mereka bisa menandingi tiga jago ajaib dari daerah Tionggoan- Itulah satu jago istimewa itu adalah guru Yo-In- jie yang bernama Thian-San Soat Po-po mengetahui kalau Yo In-jie murid Thian San Soat Po-po, ia memandang ringan, sesudah betul-betul merasakan kekuatan Yo in-jie, baru dia terkejut.

Tentu saja, kalau Yo In-jie itu bukan hanya murid Thian- san Po-po seorang, tidak mungkin bisa memenangkan Sulek. Berianya Yo In-jie sudah mendapat petunjuk hebat dari kakek gelandangan Kiat Hian, sebagai putra dari Dewa Persilatan- Kiat Hian memiliki ilmu kepandaian tinggi, walau pikirannya kusut dan sinting, ilmu silatnya itu belum pernah lengah, tetap hebat seperti sedia kala. Pelajaran yang diberikan kepada Yo In-jie pelajaran-pelajaran kelas satu, kemajuan ilmu silat Yo In-jie tidak bisa di-ukur dengan kepandaian biasa.

Berhasil memukul pergi lawannya, giliran Yo In-jie yang menjadi tinggi hati, sangkanya musuh itu musuh biasa, dia yakin sekali pukul bisa mengusir pergi. Dia menjadi tinggi hati, serangan yang memukul itu berubah menjadi lingkaran, ia menotok kejalan darah Sulek.

"Ha ha ..." Yo In-jie tertaWa, "dengan ilmu silat yang seperti ini juga hendak menjagoi daerah Tionggoan? Nah Terima serangan ini"

Jurus yang digunakan oleh Yo In-jie adalah jurus Hu- hoa-cio-hoan, yang berartj menyiram bunga harum semerbak, ilmu silat ini adalah ilmu silat luwes, sangat lincah dan cekatan, kalau saja menghadapi jago biasa, tentu bisa mempermainkan, tapi yang dihadapi adalah Sulek murid dari Jooss yang ternama. Inilah kesalahan Yo In-jie

Sulek sudah bisa memperhitungkan sampai dimana kekuatan lawan itu, kini tangannya diangkat pulang, dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam dengan disertai kekuatan Tay-yang menangkis dan menyerang.

Sejurus hawa panas menyerang kearah Yo In-jie, hal ini membuat ia terkejut, ia menyingkir sedikit.

Betapa cepatpun gerakkan Yo In-jie, masih cepat gerakkan Sulek, kekuatan hawa panas Tay-yang Sin-kang berhasil mengenai kulit gadis itu, "Akh" Yo In-jie mundur kesamping, ia tak menjadi gentar. Dia lebih senang menghadapi musuh yang ternyata kuat itu.

"Salah dugaan, kalau ternyata bukan jago biasa, kau juga jago ketas satu Eee"

"sama-sama" berkata Sulek. "Kita terlalu memandang tinggi diri sendiri, kita sama-sama jago kelaS satu. Kekuatanmu juga tidak rendah"

Mengetahui musuh yang dihadapi jago kelaS satu Yo In- jie tidak berani lengah lagi, dia menempurnya dengan gencar, melawannya dengan berhati-hati.

Masing2 telah bisa menyelami dasar kekuatan lawan, mereka harus cepat menempurnya agar tidak dikalahkan.

Terjadi kancah pertempuran pada gelanggang yang kedua.

Digelanggang pertempuran yang pertama, Kiat Hian dan Hamid telah bergebrak dengan sangat cepat, orang yang tersebut belakangan semakin kuat, perlahan-lahan tapi pasti Hamid bisa mnnguasai situasi.

Betapa cepatpun gerakkan Yo In-jie, masih cepat gerakkan Sulek, kekuatan hawa panas Tay-yang Sin-kang berhasil mengenai kulit gadis itu,

"Akh" Yo In-jie mundur kesamping, ia tak menjadi gentar. Dia lebih senang menghadapi musuh yang ternyata kuat itu. "Salah dugaan, kalau ternyata bukan jago biasa, kau juga jago ketas satu Eee"

"sama-sama" berkata Sulek. "Kita terlalu memandang tinggi diri sendiri, kita sama-sama jago kelaS satu Kekuatanmu juga tidak rendah" Mengetahui musuh yang dihadapi jago kelaS satu, Yo In-jie tidak berani lengah lagi, dia menempurnya dengan gencar, melawannya dengan berhati-hati.

Masing2 telah bisa menyelami dasar kekuatan lawan, mereka harus cepat menempurnya agar tidak dikalahkan-

Terjadi kancah pertempuran pada gelanggang yang kedua.

Digelanggang pertempuran yang pertama, Kiat Hian dan Hamid telah bergebrak dengan sangat cepat, orang yang tersebut belakangan semakin kuat, perlahan-lahan tapi pasti Hamid bisa menguasai situasi.

Hal ini bukan berarti ilmu silat daerah Tay-wan-kok lebih tinggi dari ilmu silat daerah Tionggoan, hal itu disebabkan karena kesalahan sikakek gelandangan Kiat Hian, karena ditinggal kabur oleh kekasihnya, karena siang malam memikirkan Kongsun Bwee Kun pikirannya juga tidak mantap, pikirannya kurang mantep pikirannya kurang tetap, agak sedikit linglung, sakit ingatan, dan karena itulah dia tidak melatih ilmu silat lagi.

ilmu silat yang tidak dipakai bisa mengalami kemunduran demikian juga keadaan Kiat Hian, bila dibandingkan dengan tahun yang lalu, ilmu silat Kiat Hian jauh lebih rendah, tidak ada kemajuan

Berbeda dengan Kiat Hian, berbeda pula dengan  keadaan Hamid, Hamid telah menjurai ilmu Silat didaerahnya, sebagai juara pertama, dia tak pernah lengah. Setiap hari melatih dengan rajin karena itu, ilmu silatnya semakin hebat dan semakin kuat.

Diperbandingkan dan diperselisihkan dengan adanya kedudukan dari dua orang tersebut keadaan Kiat Hian agak terjepit, tambah umur yang sudah tua, tentu akan saja Kiat Hian harus main mengelak.

Hamid mendesak dengan hebat, dia ingin menjatuhkan Satria dari Kongsun Bwee Kun itu.

Kejadian tadi tidak lepas dari penilaian Kim Hong dan Suma Siu Khim, membentur lengan ibunya, Kim Hong bertanya perlahan: "Kita hendak membantu ?"

Suma Siu Khim menganggukkan kepala dan berkata: "Tapi jangan beritahu kepada mereka aku ini adalah

penguasa rumah penjara digunung Tay-pa San." Kim Hong menganggukkan kepala.

Suma Siu Khim dan Kim Hong sudah keluar dari tempat persembunyian mereka

Kalau Kiat Hian terdesak oleh Hamid, keadaan didalam pertempuran kedua terbalik, itu waktu Yo In-jie mendesak lawannya dengan ringan dan lincah, matanya lebih jeli, adanya geseran angin yang datang membuat ia lebih cekatan, melirik kesana, dan tampaklah wajah

yang tak asing baginya, itu Kim Hong.

Hal ini sangat menggirangkan Yo In-jie dia berteriak girang: "Kim Hong koko.. Ayo bantu, kita mengusir dua orang dari luar daerah"

Mendapat terlakan itu, Sulek lebih terkejut. Dia pernah merasakan kehebatan Kim Hong tentu saja tak mau menderita kekalahan yang berikutnya. Saat ini dia sudah kejepit, satu Yo In-jie saja sudah tak bisa dia menang, bagaimana bila datang bala bantuan lagi? Tentu saja ia pasti kalah. Melihat keadaan Kim Hong, iapun menghentikan pertempuran, bergabung dengan Hamid. Hamid juga tak lengah, dia mundur teratur, berdamping- dampingan dengan Sulek, memandang dan memperhatikan kearah kehadiran Suma siu Khim.

"Aha" berkata Hamid,"Ternyata goa itu mempunyai lubang tembusan? Aha.. Kita pernah berkenalan bukan? Kukira aku sedang berhadapan dengan penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san"

Suma Siu Khim berkata dengan dingin:

"Dengan dasar apa kau memberi merek aku sebagai penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa San?"

"tidak perlu alasan-" berkata Hamid. "Aku bertanya kau harus menjawab."

"Kalau tidak mau menjawab, bagaimana?" berkata Suma Siu Khim.

"Kukira dugaanku tak salah," berkata Hamid. "Lebih baik kau pulang saja kegunung Tay-pa San, tiga hari kemudian, tunggu kehadiranku disana. aku hendak menempurmu diatas tenur, menurut peraturan yang kau tentukan, sesudah seratus jurus tidak dikalahkan olehmu, aku hendak menduduki rumah penjara Tay pa-San."

Suma Siu Khim melirik dengan sinis, dengan dingin berkata

"Kau sudah pergi kerumah penjara digunung Tay-pa- san? Disana sudah terpasang papan pengumuman penundaan perang? Satu bulan kemudian, kau boleh  datang, selama itu lebih baik kau mengaso saja."

"Kau takut kepadaku?" bertanya Hamid. "Ha-ha ... Siapa yang takut kepadamu?" "Mengapa kau tak berani menerima tantanganku?" bertanya Hamid.

"Siapa yang tidak berani, kehadiranmu untuk bersiap- siap bertempur."

"Kukatakan tiga hari lagi." berkata Hamid. "Tiga hari lagi aku bersama dua saudaraku akan mengunjungi gunung Tay-pa-san- Secara rermi menerima sayembara rumah penjara rimba persilatan gunung Tay-pa-san"

"Itu kebebasanmu." Berkata Suma Siu Khim.

Hamid memberi hormat, dan dia berkata tertawa: "Selamat berjumpa lagi pada tiga hari kemudian- Aku meminta diri"

Suma Siu Khim membalas hormat dan berkata: "silahkan"

Mengajak Sulek. Hamid meninggalkan tempat itu.

Disini letak kepintaran Hamid, mengetahui tidak mungkin bisa mengalahkan penguasa rumah penjara di gunung Tay-pa-san, hanya dengan kekuatan seorang, dia menentukan waktu tiga hari kemudian Ber-sama2 dengan JooSS, dan Mobilson, kekuatan mereka lebih keras. 

Suma siu Khim tidak pernah gentar, terhadap apapun juga, sebagai iblis wanita yang ugal-ugalan, dia lebih berani dari pria manapun. Dibiarkan kepergian Hamid itu.

Berlompat-lampatan Yo In-jie menghampiri Suma Siu Khim, menarik-narik bajunya dan berkata:

"Bibi, bagaimana kau bisa dianggap sebagai penguasa rumah penjara rimba persilatan di gunung Tay-pa-san?"

suma Siu Khim menganggukkan kepala, berkata: "Sudah bisa diduga olehnya. maka aku tidak ingin mengelabuimu. BibimU ini adalah penguasa rumah penjara."

"ooh...." Yo In-jie memutar-mutarkan sepasang biji matanya yang jeli, hal itu betul2 berada diluar dugaan-

Suma Siu Khim menoleh mencari jejaknya Kiat Hian, dengan dingin dia bertanya "Kemana larinya orang tawananku itu?"

Kim Hong menoleh dimana Kiat Hian tadi berada, disana betul-betul sudah tidak ada bayangan manusia. Kiat Hian telah meninggalkan tempat itu tanpa diketahui orang. Hal ini bisa menggembirakan Kim Hong, dengan tertawa ia berkata:

"Sudah lama Kiat Hian cianpwee pergi, ini waktu mungkin sudah berada sejauh ratusan lie."

Sesudah itu, dengan sungguh-sungguh ia bertanya kepada sang ibu: "Ibu, tiga hari kemudian bagaimana kau menghadapi orang-orang itu?"

Suma siu Khim berkata: "Kalau saja aku berhasil menemukan kotak ajaib, hal ini mudah saja dilakukan- Tidak berhaSil mendapatkan obat pel Tiang-san-pu-lo-tan tentu saja aku tidak bisa menghadapi serangan mereka berbareng. Apa boleh buat, dengan mengajak sepuluh Giam-ong, aku bersiap mengadu jiwa."

Yang diartikan dengan sepuluh Giam-ong adalah sepuluh raja akherat, sepuluh Giam-ong adalah sepuluh jago utama dari rumah penjara digunung Tay-pa-san.

Kim Hong terharu, dia berkata

"Baik Mari kita mengambil kotak ajaib didasar telaga Tay-pek tie." Maka, Suma Siu. Khim serta Kim Hong dan Yo In-jie menuju kearah telaga Tay-pek-tie.

Ditengah perjalanan, mulut Yo In-jie nyerocos terus, diceritakan pengalaman-pengalamannya selama bertemu dengan Kim Hong, diceritakannya juga pada empat hari yang lalu bagaimana golongan Kalong berkomplot dengan jago-jago dari luar daerah menumpas dua belas partay besar, menghancurkan jago-jago dua belas partay besar yang berkunjung ditelaga Tay-pek tie, itu waktu Yo In-jie juga turut serta dalam pertempuran tersebut kewalahan, dua belas jago dari dua belas partay besar sudah murat-marit mayat bergelimpangan disana-sini, mengetahui tidak mungkin bisa meneruskan pertempuran itu. Yo In-jie melarikan diri.

Dengan kelincahan Yo In-jie, ia berhasil mengelakkan pengejaran-pengejaran anak buah golongan Kalong, mutar kepuncak gunung Tay-pek tie.

Betul saja, disana ada tulisan, karena itulah dia kembali kerumah penjara di gunung Tay-pa-san, diceritakan semua urusan itu dan juga diceritakan yang tertera pada batu cadas tinggi inilah pesan sikakek gelandangan Kiat Hian-

Mengetahui kalau orang yang diCintainya sudah ketempat yang mereka tentukan, ingatan Kiat Hian pulih kembali, walau belum baik seratus persen. Toch dia mengerti keadaan, mencak-mencak dan melarikan diri dari rumah penjara gunung Tay-pa San. Semua kejadian diceritakan secara terperinci, singkat tapi jelas

Sesudah itu, Yo In-jie bertanya kepada Kim Hong, dan meminta penuturan pengalaman Si pemuda. Kim Hong pun menceritakan pengalamannya. Bercerita pada rumah penjara di gunung Bu San, Yo In- jie meleletkan lidah, ia berkata: "Begitu hebatkah penguasa rumah penjara di gunung Bu-San?"

Hal ini sangat menyinggung dan menusuk perasaan Suma Siu Khim, dia berkata: "Nona Yo, bisakah kau mengurangi sedikit kata-katamu?"

"oh....ya....ya.." Yo In-Jie maklum akan keadaan penguasa rumah penjara yang lama itu. Dia berkata: "Ya, betapa lihaypun ilmu kepandaian si penguasa rumah penjara rimba persilatan yang baru, mana mungkin bisa menandingi ilmu kepandaian bibi. "

Disaat itu mereka sudah tiba di telaga Tay-pek tie. Disana bergelimpangan dua belas mayat tanpa kepala. Darah itu baru saja mengering, bau amis masih merangsang menusuk hidung, drama yang paling sadis yang pernah mereka saksikan.

Kim Hong sangat terharu, dengan penuh kebencian dan kemarahan dia berkata: "Jie Hiong Hu-Jie Biauw Kow ketua golongan Kalong itu harus di bunuh" Suma Siu Khim berkata

"Di dalam anggapanmu, hanya ibumu sajalah yang bersalah. Mungkin sudah dianggap sebagai iblis betina. Lihat...Bila dibandingkan dengan keadaan Jie Hiong Hu, kesalahanku itu hanya seupil."

Kim Hong berkata:

"Kalau saja ibu bisa menyingkirkan Jie Hiong Hu, orang- orang rimba persilatan bisa mengganti pandangan yang lama."

"Aku berjanji," berkata Suma Siu Khim. "Aku akan menumpas kejahatan Jie Hiong Hu. sekarang yang penting kau harus mengambil kotak ajaib didasar telaga Tay-pek- tie."

Kim Hong membuka pakaian luarnya, lalu  terjun, plung. ia menyelami dasar telaga Tay-pek tie. Mengayuh,

semakin lama semakin dalam.

Air telaga Tay-pek tie sangat bening, dingin meresap tulang. Bagi Kim Hong yang memiliki kekuatan tenaga dalam hebat, serangan dingin itu tidak bisa dirasakan, ia mengayuh tangannya menyelam lebih dalam. Memelekkan sepasang mata, rumput-rumput telaga berseliweran disana- sini, batu-batupun banyak. telaga itu berbelok-belok, cukup dalam. Kadang-kadang juga ada beberapa ekor ikan liwat didepannya,

Kim Hong menyelam terus, kini keadaan mulai menjadi suram, dia sudah mendekati dasar telaga.

Terpikir olehnya, Dewa Persilatan menyimpan kotak ajaib di dasar telaga ini, tentunya di tempat yang terdalam, maka ia menyelam terus, tampak juga dasar telaga itu, disana terdapat lima batu, berbentuk bunga Bwee, batu itu agak menceng sedikit. Kim Hong berenang menuju kearah batu- batu itu, otaknya berpikir

"Mana mungkin ada batu telaga berbentuk bunga Bwee, kalau tidak diatur oleh manusia? Pasti disini tersimpan kotak ajaib, agar kotak ajaib itu tidak diombang-ambingkan air.

Pada empat hari yang lalu, dan dari mana Kie Hoa Hong supek mendapatkan kotak ajaib? Tentu dari salah satu batu yang tergeser itu, kalau kotak ajaib itu kotak yang palsu, dimana pula tempatnya kotak ajaib yang asli.

Disaat ini tangan Kim Hong sudah berhasil menyentuh lima buah batu yang berbentuk bunga Bwee itu, ia menggeser yang sudah tidak berada di tempatnya, disana betul-betul sudah kosong.

Satu persatu, digesernya empat buah batu itu, masih tak ada hasil

Dengan adanya pergolakkan didasar air itu, dengan membongkar-bongkar batu seperti itu, air telaga menjadi keruh, pandangan mata Kim Hong mulai kabur.

Dia sudah membongkar-bongkar semua batu- batu itu. tidak berhasil menemukan sesuatu penemuan baru. Kini Kim Hong mengayuh keatas, hendak mencari tempat lain- Tiba tiba.....

Kaki Kim Hong terasa dipegang sesuatu Aaa. itulah

pegangan tangan orang

Siapa? Hati Kim Hong tercekat. Hampir dia berteriak. Tapi berteriak didasar telaga tidak memungkinkan mulut terbuka. Ia memukul kebawah, pegangan itu lebih keras lagi, ditendang kebawah juga tidak berhasil, kakinya masih belum bebas dari belenggu.

KIM HONG sedang berusaha bergulat dengan makhluk didasar air itu. Samar-samar tampak satu bayangan hitam, dan bayangan itu menjulurkan sesuatu, iga Kim Hong tertotok lenyap seluruh kekuatannya, ludeslah semua harapannya, Didalam keadaan tidak berdaya, Kim Hong digusur kedalam telaga lagi.

Terdengar suara kroak, keroak kroak, kroak air telaga yang bergerak cepat, Kim Hong tertarik kedasar telaga. Siapa? Siapa?

Pikiran Kim Hong sedang mengutik-utik pertanyaan ini, siapa yang membawanya kedasar telaga? Makhluk telaga Tay-pek tie jejadian, Hantu? Penunggu telaga? "Aha. " Dari cara-caranya makhluk hitam itu bergerak pasti seorang manusia.

Siapa yang telah mendahuluinya terjun kedalam dasar telaga Tay-pek-tie? orang ini terjun terlebih dulu atau belakangan? "

Kalau terjun terlebih dulu, tentu memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi.

Kalau terjun belakangan dari Kim Hong, mana mungkin bisa mengelakkan pandangan mata sang ibu? Dengan ilmu kepandaian penguasa rumah penjara, Suma Siu Khim memiliki kekuatan pandanggan mata yang liehay, mana mungkin membiarkan putranya diganggu orang? Karena itu, orang ini tidak mungkin terjun di-belakang Kim Hong. Kalau terjun duluan bagaimana dia mempunyai itu kekuatan? Aaaa ...bukan manusia Pasti jejadian

Kim Hong tidak percaya dengan segala makhluk jejadian, tapi dia dihadapi oleh kenyataan- Kejadian ini betul-betul sangat ajaib dan misterius, terpikir bayangan makhluk jejadian hatinya hampir lompat keluar dari tempatnya. otaknya tersendat, Kim Hong jatuh pingsan

TIDAK menceritakan bagaimana keadaan Kim Hong didasar telaga. Kita melihat kepermukaan telaga Tay-pek tie.

Sesudah Kim Hong menerjunkan diri, Suma Siu Khim dan Yo In-jie memperhatikan keadaan telaga itu.

Telaga Tay-pek tie sangat dalam, apa yang terjadi di dasar telaga tidak bisa dilihat dari permukaan air.

Mata hari telah naik tinggi, satu jam telah berlalu. . . .

Suma Siu Khim menantikan munculnya sang Putra dengan hati berdebar-debar. Yo In-jie menantikan munculnya Kim-Hong dengan hati kebat-kebat. Satu jam lagi berlalu ...

MaSih tidak ada gerakan, belum tampak Kim Hong muncul dari permukaan air.

Yo In-jie kurang Sabar, dia mulai menangis sedih, menggerung-gerung. "oh, Tuhan Tentu sudah terjadi sesuatu Tentu sudah terjadi sesuatu"

Suma Siu Khim berusaha menguasai ketenangannya, berkata:

"Jangan takut kepada bayangan sendiri. Tenaga dalamnya cukap kuat. Kukira dia masih dapat bertahan Setengah jam lagi. Mari kita tunggu "

Dengan kedua tangannya, Yo In-jie mengkucek-kucek mata yang bendul, dan katanya:

"Walau ia bisa bertahan setengah jam lagi, seharusnya ia memberi laporan, mengapa dia tidak timbul? Tentu telah terjadi sesuatu oo Kalau saja sudah terjadi sesuatu, bagaimana aku bisa. "

Suma Siu Khim semakin uring-uringan, membentak keras:

"Bisakah kau tidak menangis? Kim Hong adalah anakku. Anak yang kulahirkan dengan susah payah seorang ibu, penuh tanggung jawab kepada kehidupan- Bergelut dengan maut. Apa hubungan dengan dirimu? Kau begitu khawatir, sebagai ibunya mungkinkah aku tidak khawatir?"

Yo In-jie menghentikan isak tangisnya, mengangkat kepala memandang kearah penguasa rumah penjara itu, ia menjebikan bibirnya, marah juga, membalikan badan dudUk disebUah batu besar, menengkurapkan kepala, dia menangis lagi, menangis sesUnggUkkan-Suma Siu Khim menunggu dengan sabar, Satu jam lagi sudah dilewatkan.

........

Belum tampak kehadiran Kim Hong didepan mereka.

la mengambil sebuah batu besar, dicemplungkannya kedasar telaga. Inilah isyarat, agar sang putra naik kepermukaan air.

Batu besar itu menyemplung membuat satu putaran lingkaran air.

Pusaran air itu semakin lama gemakin besar, akhirnya luas bergelombang. perlahan-lahanpun lenyap. permukaan air telaga tenang seperti sedia kala. Suma Siu Khim menunggu, menunggu dengan tidak sabar.

Kini bisa disaksikan, sudah terjadi sesuatu didasar telaga. Karena itu ia menepok pundak Yo In-jie yang masih menangis, berkata kepada sigadis:

"Hei, aku ingin terjun kedasar telaga mencari jejaknya, baik-baik kau menjaga disini ya, jangan menangis lagi, Perhatikan kalau ada orang datang, lekas tenggelamkan batu kedasar telaga, beritahu kepadaku."

Yo In-jie juga harus bisa mengatasi kesulitan itu, kecuali membiarkan sang pengaasa rumah penjara terjun kedasar telaga, tidak lain jalan dia bangkit berdiri memperhatikan keadaan sekeliling mereka

Disaat Suma Siu Khim sudah siap terjun kedasar telaga, tiba-tiba terdengar suara berteriak Yo In-jie "Bibi, Lihat Disana ada seseorang"

Suma Siu Khim batal terjun kedasar telaga, menengok kearah yang ditunjuk oleh Yo in-jle, betul saja tampak satu bayangan yang melencur dengan cepat. Bayangan itu sangat langsing, bayangan seorarg wanita, gerakannya gesit, langkahnya cepat sebentar kemudian ia sudah berada disana langsung menghadapi Suma Siu Khim dan bertanya:

"IHei, kau penguasa rumah penjara digunung Tay-pa- san?"

Su-ma Siu Khim memandang orang itu dan berteriak: "oh Kau nona Bok Siu?"

orang yang datang adalah murid Tamu Tidak Diundang dari luar daerah yang palsu cie Hoa Hong, nama gadis ini adalah Phiao Peng Kiam-khek Bok siu, biasanya dia mengenakan pakaian pria,jarang orang yang tahu. kalau Phiao Peng Kiam-khek adalah seorang gadis. sesudah kedok penyamarannya diketahui Kim Hong, Bok Siu berpakaian wanita, inilah wajah aSlinya,

Bok Siu memandang Suma Siu Khim dan bertanya lagi: "Betul- betulkah kau yang menjadi penguasa rumah

penjara gunung Tay-pa San? Kau ibu Kim Hong?" Suma Siu Khim menganggukkan kepala dan berkata: "Kau tahu semua ini dari gurumu bukan ?"

"Bibi...." Phiauw Peng Kiam-khek Bok Siu menangis, bolehkah aku memanggil bibi kepadamu?"

Suma Siu Khim menganggukkan kepala, dia berkata: "Jangan menangis Apa yang telah terjadi?"

Bok Siu menangis semakin keras, berkata: "Bibi ..suhuku sudah mati. . suhengmu sudah mati. "

Suma Siu Khim menundukan kepala, ia turut bersedih, katanya perlahan: "Gurumu itu sudah meninggal dunia. Beberapa jam yang lalu, aku yang mengebumikan jenasahnya. "

Dengan air mata berlinang-linang, Bok Siu berkata: "Belum lama kulihat mereka menggusur jenasah suhu

dan juga mayat Lam-kek-sin-kun im Liat Hong, demikian juga mayat Lim Keng Hee, mereka menggeledah ketiga mayat itu, semua orang berteriak, kotak ajaib sudah lenyap. Kemudian Hamid kembali dan mencari tahu, kalau katak ajaib itu sudah dibawa oleh lari, maka mereka sedang berkumpul untuk mencari jejak bibi"

"Mereka?" Bertanya Suma Siu Khim "Berapa orang kah rombengan orang yang datang?"

Dengan jarinya Bok Siu menghitung-hitung dia berkata: "Hamid, Mobilson, murid-murid mereka tiga orang anak

muda berambut merah, kemudian datang ketua golongan

Kalong Jie Hiong Hu, nyonya-nyonya Jie Hiong Hu, dua iblis Lo-hu suami istri, jumlah mereka dua belas orang."

Wajah Suma Siu Khim berubah, ditatapnya air telaga beberapa saat, ia harus mengambil putusan- Terjun kedasar telaga Tay-pek-tie didalam keadaan keritis seperti ini, Sudah tentu tak mau lagi. Berbahaya...

Sebagai penguasa rumah penjara yang hebat Suma Siu Khim sudah tetap mengambil putusan, memandang kearah Yo In-jie, ia berkata:

"In-jie, bersama-sama dengan Bok Siu lekas kau pulang kerumah penjara, beritahu kepada Tay-giam-ong, tiga hari kemudian kalau aku tidak balik kedalam rumah penjara, bubarkan saja rumah penjara itu. Suatu tanda bahwa aku didalam bahaya." Yo In-jie menangis sesunggukan, ia berkata: "Tidak Aku tidak mau, aku mau menunggu munculnya Kim Hong Koko."

Bok Siu juga tidak melihat kehadiran Kim Hong, ia sedang berpikir-pikir, kemanakah kepergian sipemuda? Mendengar kata-kata In-jie yang seperti itu hatinya terkejut, cepat- cepat ia bertanya: "Bibi, kemana kepergian Kim Hong ?"

Menudingkan jarinya kearah telaga, Suma Siu Khim berkata,

"Akulah yang menjeremuskan dirinya, kupaksa ia mencari jejak kotak ajaib yang asli. Kini dia telah tenggelam. Tidak timbul lagi. Akulah yang mencelakan jiwanya."

Wajah Bok Siu juga berubah, mendelikan mata ia berkata:

"Menurut keterangan Suhu, kotak ajaib sudah diambil, mengapa kau harus mencari lagi?"

Suma Siu Khim berkata:

"Kotak ajaib yang diambil oleh gurumU adalah kotak ajaib kosong, itulah yang palsu, Lekaslah kalian berdua lekas pergi..."

Menunjukan jarinya kearah Jauh In-jie berkata: "Mereka sudah datang"

Wajah Suma Siu Khim semakin berubah, tentu saja Hamid, Jie Hiong Hu dan rombongan Tay-wan-kok yang berjumlah dua belas orang sudah mengurung telaga Tay- pek-tie, Tidak mungkin in-jie dan Bok Siu melarikan diri lagi Selama sepuluh tahun Suma Siu Khim mendirikan rumah penjara, belum pernah ia dikalahkan orang, satu persatu ia telah memasukkan kedalam kamar tahanannya, tokoh-tokoh golongan sesat atau golongan ksatria, tak satupun yang berani melawannya. Atau ada juga orang berani melawan, satu persatu jatuh kedalam kamar tahanan rimba persilatan-

Karena adanya ketangguhan istimewa ini benar-benar menjadikan Suma Siu Khim sebagai seorang iblis terkenal, iblis wanita yang belum pernah terkalahkan-

Sifat-sifat Suma Siu Khim sangat angkuh, binal dan tak bisa dilunakkan, dia hanya berada diatas orang. tak mungkin berada dibawah orang. Pada Wajahnya yang cantik, tertera hawa pembunuhan, giginya gemeretuk, dengan gemas ia berkata:

"Datanglah.... Datanglah... Bagaimana kalian membunuh dua belas partay besar satu persatu, akupun bisa memotes batok kepala kalian, potes, potes. "

Yoh In-jie memesut air matanya dan berkata

"Ya, biar bagaimana, akupun tak kepingin hidup lagi. Biar kita mengadu jiwa, matipun rela, kalau bisa menabas beberapa batok kepala mereka."

Bok Siu mengeluarkan pedang dari kerangkanya, siap menghadapi rombongan golongan kalong dan jago-jago berambut merah, dia berkata:

"Aku berjanji mengambil empat batok kepala, dua batok kepala disajikan kepada arwah Suhuku, dua batok kepala untuk disajikan kepada arwah Kim Hong kongcu."

Yo In-jie menoleh kearah Bok siu, berkata: "Empat batok kepala korbanmu itu kau persembahkan kepada arwah gurumu semua, tidak perlu menyembahyangi arwah Kim Hong koko, batok-batok kepala yang kupotes boleh dipersembahkan kepada arwah Kokoku."

Wajah Bok Siu tertegun, pipinya menjadi merah, dengan dia berkata

"Baik. Sebetulnya hubunganku biasa. Tak ada hubungan istimewa, tak perlu menyembahyangi arwahnya."

Disaat ini, rombongan yang datang sudah mengurung tepian telaga. Jie Hiong Hu dikanan Hamid dikiri, menghadapi Suma Siu Khim membuka suara:

"Lauwcu, aku tidak tahu bila kau sudah mengambil kotak ajaib, maka menjanjikan tiga hari menempurmu lagi, lain tadi lain sekarang, ternyata kau sudah merampas kotak ajaib itu. Maka tiga hari kemudian, aku baru menempur rumah penjara Tay-pa-san-"

Suma Siu Khim tidak meladeni teguran Hamid, langsung menghadapi Jie Hiong Hu dia berkata

"Jie Hiong HU, nyalimu cukup besar, he?"

Mendapat backing dari Hamid cs, nyali Jie Hiong Hu memang sudah berani, ia mengangkat pundak. melempar pandangan mata kearah Hamid, baru berkata kepada Suma Siu Khim

"Golongan kalong telah mendapat dukungan kuat Hamid cianpwee sekalian, keadaannya berbeda dengan keadaan yang dahulu. Lebih baik Lauwcu serahkan kotak ajaib itu agar tidak mengganggu ketata tertiban."

Dengan dingin Suma Siu Khim berkata

"Majulah lima langkah ke depan nanti kuberikan kotak ajaib itu." Jie Hiong Hu adalah salah satu bekas pecundang Suma Siu Khim, mana berani mengulangi kejadian lama, ia hanya berdehem ditempat, tanpa bergeser kaki dia berkata:

"Mengapa Laucu tidak menantang Hamid cianpwee, kedatangan Hamid cianpwe kedaerah Tionggoan yang utama adalah hendak menempur dirimu."

Pandangan Suma Siu Khim dialihkan ketempat Hamid, ia mendengus dan berkata: "Baiklah Kau juga boleh maju"

Hamid tertawa-tawa, memajukan langkah kakinya, tapi hanya lima langkah, sampai sana berhenti, mangut jenggot, mengulurkan tangan dan berkata: "Lauwcu, serahkan kotak ajaib itu kepadaku"

"Terima ini dahulu" Suma Siu Khim memukul kearah Hamid.

Hamid sudah bersiap sedia, tapi gerakan Suma Siu Khim terlalu cepat dari apa yang diduga, yang berada diluar dugaan wanita itu berani menempur dengan tenaga dalam untuk melawan dengan tenaga dalam pula, ia akan kalah cepat, dalam keadaan terdesak. Hamid membungkukkan setengah badan dan lompat kesamping empat tapak dari sana dia menjulurkan tangan direntangkan, dengan cakar- cakar jari, menotok jalan-jalan darah Suma Siu Khim.

Disaat mana Hamid berkata

"Tidak kusangka, kau juga bisa menggunakan ilmu oey- cong pan-jo-sin-ci Hehehehe... Kau rasakan cakar setanku"

Suma Siu Khim lompat kedepan lima langkah, tangan kirinya dibacokan kedepan. memotong kearah pergelangan tangan Hamid yang menjurus datang.

Serangan kedua Suma Siu Khim dibarengi juga dengan serangan ciok-ko thian-keng. Salah satu dari jurus tiga pukulan maut. Lagi- lagi Suma Siu Khim main dengan Cara keras.

Hamid salah menduga, apa boleh buat, ia harus terpaksa mengadu kekerasan, walau tanpa kekuatan Tay-yang sin- kang, ia harus melawan juga. Tangan Hamid diayun, memapaki pukulan serangan tangan Suma Siu Khim. "Pang. "

sesudah terjadi benturan kekuatan itu, Hamid terpukul empat langkah.

Suma Siu Khim tidak memberi kesempatan, dia maju dua langkah menyerang lagi.

Disaat Hamid sedang berdaya upaya, dengan cara apa harus menghadapi penguasa Tay-pa-san ini, tiba-tiba terdengar suara Mobilson: "Hamid toako, gunakan tipu ilmu Liong-hui-kiu-cong-thian-"

Mendapat petunjuk baru, Hamid memekik panjang, tubuhnya melejit tinggi, dan ia berada ditengah udara, dari sana menjulurkan tangan, kini menggunakan kekuatan Tay- yang Sin-kang, meluncur dan melawan Suma Siu Khim.

Terjadi pertempuran yang hebat dan setanding. Penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma Siu Khim menempur juara silat daerah Tay-wan-kok Hamid. Yo In-jie menudingkan jarinya kearah Sulek dan membentak:

"Hei, rambut merah, datang kau kemari. Tadi, kita belum berhasil meneruskan kemenangan- Lekas serahkan jiwa."

Sulek tertawa dingin, mencabut kelewang. langsung menempur Yo in-jie. Disaat yang sama, Bok Siu juga menudingkan pedangnya kearah Dokucan dan membentak, "Hei, serahkan batok kepalamu"

Dokucan masih mengenali pemuda berbaju putih yang pernah membantu Kim Hong menempur mereka dahulu itu, kini dia ditantang terang-terangan, timbul rasa tertariknya, mengeluarkan kelewangnya, menghampiri Bok Siu dan berkata:

"Nona mari kita mengadakan perjanjian, kalau kau kalah, kau harus menjadi istriku. Kalau aku kalah, aku bersedia menjadi lakimu. setuju?"

Kemarahan Bok Siu sedang meluap-luap. tanpa kata ia menjulurkan pedangnya, menyerang kearah Dokacan.

Suma Siu Khim kontra Hamid, Yo In-jie kontra Sulek. Bok Siu lawan Dokucan, Tiga arena pertandingan ini berkutat dengan keadaan seimbang.

Berselang berapa saat, masih belum ada seorang yang berhasil mengalahkan lawannya.

Pertempuran berlangsung beberapa waktu, Hamid lompat keluar lapangan, dengan tertawa terbahak-bahak, ia berkata

"Lauwcu, sudah lebih dari seratus jurus bukan? Boleh dibayangkan, kalau kita menempur diatas garis tenurmu dirumah penjara Tay-pa-san, bukanlah rumah penjara itu harus diserahkan kepadaku?"

Suma Siu Khim tidak banyak mulut, beruntun ia menyerang sampai tiga kali.

Hamid dipaksa bergebrak pula, mengerahkan Tay-yang Sin-kangnya, memukul kearah Suma Siu Khim. Bentrokan keras lawan keras tidak dapat dielakkan, pang.....

Kedua orang itu terpisah, Hamid mundur lima langkah, Suma Siu Khim mundur tiga langkah.

Kekuatan penguasa rumah penjara Tay-pa-san memang betul- betul mengagumkan. tanpa mundur pula ia menggerakkan jari, Sreet, mengenai sedikit kulit daging Hamid. Hamid berteriak marah, menerkam pula, menyerang dengan kekuatan Tay-yang Sin-kang.

Suma siu Shim tidak takut kepada datangnya serangan hawa panas, dia mendorong kedua tangan, menemrur kekuatan itu. Lagi-lagi keras dilawan keras Pang.......

Sesudah terjadi benturan ini, kedudukan Hamid semakin payah ia mundur enam langkah, Suma Siu Khim hanya mundur empat langkah.

Sebagai seorang wanita, Suma siu Khim memiliki kekuatan yang berada diatas kaum pria, hal ini betul- betul mengejutkan semua orang.

Tidak memteri kesempatan kepada Hamid bergerak lagi- lagi Suma siu Khim menyerang, dia membentak:

"Terima lagi serangan ini. Kalau betul kau bisa memenangkanku, rumah penjara Tay-pa-san boleh kau ambil"

Suara itu begitu menggelegar, seolah-olah hendaK menelan dunia yang ada. Mereka hampir tidak percaya kalau orang itu adalah seorang wanita biasa.

Hamid adalah juara pertama dari daerah Tay-wan-kok, seumur hidupnya belum pernah dikalahkan. Kali ini dia harus bertemu dengan batu keras, tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan tersebut. Gerakan Suma Siu Khim cepat, disaat ini sudah menyerang datang.

Hamid mulai ketakutan, dan totokan Suma Siu Khim tadi mulai dirasakan sangat sakit, apa boleh buat, serangan sudah datang, dia mendorong kedua tangannya. "Pang. "

Sesudah berakhirnya letupan, tubuh Hamid terdorong kebelakang sampai delapan langkah numprah ditanah, mulutnya dibuka sebentar oak. dari mulut muntah gumpalan darah merah.

Suma Siu Khim juga termundur sampai enam langkah tubuhnya ber-goyang2 mau jatuh. Wajahnya pucat pasi, tapi masih dipertahankannva sedapat mungkin, ternyata luka dalamnya juga tidak ringan-

Melihat keadaan yang seperti itu betul- betul Mobilson terkejut, berjalan kearah Hamid memayangnya bangun bertanya: "Hamid toako, bagaimana keadaanmu?"

Hamid menggeleng-gelengkan kepala perlahan-lahan ia bangkit sendiri menyusut darah yang berlepotan dimulutnya, dengan wajah yang bengis ia berkata

"Dia banyak akal tipunya, sebentar begini sebentar begitu. Sehingga aku kena diakali."

Mobilson berkata

"Hamid toako, istirahalah sebentar. Serahkan kepadaku," sepasang mata Hamid seperti mau memancarkan api, dia

berkata:

"Aku masih kuat bertempur. Tapi ....ada lebih baik kita bersama-sama menyingkirkan siiblis betina."

"Baik." Mobilson menyahut girang usul itu, dari kanan dan kiri mereka mendekati Suma siu Khim, Kedua kakek berambut merah ini adalah jago-jago terbesar dari daerah Tay-wan-kok, Hamid adalah jago pertama. Mobilson adalah juara ketiga, kini boleh dibayangkan sampai dimana kekuatan mereka, sekarang bergerak bersama-sama untuk mengurung Suma Siu Khim. Inilah takdir yang apes kepada sipenguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san.

Suma siu Khim masih berdiri, ia hanya memejamkan mata mengatur peredaran darah, berdiri keras, kokoh dan mantap seolah-olah tidak mengetahui kalau maut itu sudah diambang pintu.

Yo in-jie bisa melihat situasi itu, cepat- cepat ia berteriak: "Bibi, awas.. Mereka sudah berada didekatmu."

Bok siu juga bingung dan repot tapi dia tidak berdaya, untuk menghadapi seorang Dokucan saja, dia tidak bisa memenangkan pertandingan itu, bagaimana mempunyai kelebihan tenaga untuk membantu Suma Siu Khim?

Hamid dan Mobilson sudah berada didekat Suma siu Khim, disaat itu si iblis betina masih berdiam tidak bergerak, hal ini betul- betul membingungkan kedua jago dari daerah Tay-wan-kok masing-masing membungkukkan kepala tanda setuju dan mengepung dari kanan dan kiri.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar