Tangan Berbisa Jilid 10

 
Jilid 10

Pada akhirnya, ia hanya sanggup melawan saja, tidak dapat melakukan serangan pembalasan lagi.

Cin Hong khawatir Can Sa-jie nanti menjadi murka benar- benar, buru-buru berkata kepadanya sambil tertawa:

"Saudara can-sa, kita seorang laki-laki kalau berbuat apa- apa haruS seCara kesatria, kalah ya kalah, tidak boleh coba membandel terus-terusan"

can-sa-jie juga tahu bahwa monyet putih itu pasti mendapat didikan seorang berilmu tinggi, kalau pertempuran itu berlangSung terus, sudah tentu tidak menguntungkan dirinya sendiri, apa lagi bertempur dengan seekor binatang, sesungguhnya juga tidak ada harganya, maka saat itu ia terpaksa lompat keluar dari kalangan dan berkata dengan suara nyaring:

"Pek Ie Siu Su, aku mengaku kalah"

Monyet putih ketika mendengar ucapan itu segera menghentikan gerakannya, mulutnya terbuka lebar-lebar sambil tertawa kemudian mengulurkan tangan kanannya yang sebagai tanda hendak mengadakan perdamaian dengan cansa-jie.

Can Sa-jie waktu itu sangat tak enak keadaaannya, Walaupun demikian, ia juga menyambut uluran tangan mooyet putih itu, setelah itu, ia berkata: "Pek Ie Siu Su, kau berapa tahun usiamu tahun ini"

Monyet putih itu membolak balikkan sepasang tangannya hingga tiga kali, kemudian mengulurkan dua jari tangannya, dan membulak-balikan lagi empat kali.

can-sa-jie terkejut dan berkata kepadanya: "Tiga puluh delapan tahun? Pantas kekuatan tenaga dalamnya demikian hebat Kau sudah kawin atau belum?"

Monyet putih itu nampak melongo mendengar pertanyaan itu, sepasang biji matanya terus berputaran, tak dapat menjawab pertanyaan Can Sa-jie, agaknya ia masih belum mengerti apa maksud istilah kawin itu.

Cin Hong yang menyaksikan kepandaian ilmu silat monyet putih tadi, semakin perCaya bahwa majikan monyet itu pasti seorang yang berilmu tinggi, dan kitab pelajaran ilmu kipas yang berada dalam kotak besi itu, pasti juga merupakan semaCam pelajaran yang hebat sekali.

Diam-diam merasa girang, dibuka lagi kotak besinya dan dikelUarkan kitab dari dalamnya. Ia berjalan menghampiri Can Sa-jie Seraya berkata: "Saudara can-sa, Pek Ie Siu su ini menghadiahkan padaku kitab ini, mari kita pelajari bersama-sama^"

Can Sa-jie baru hendak menyambuti kitab tersebut, monyet putih tadi tiba-tiba memperdengarkan suara cecowetan tidak berhenti-hentinya, seolah-lah hendak mengatakan tidak boleh Can Sa-jie membaCa isi kitab itu.

Cin Hong agaknya mengerti kehendak Monyet itu, maka lalu Katanya sambil mengerutkan alis:

"Pek Ie Siu su, sahabatku ini adalah seorang baik, mengapa kau tidak mengijinkan ia baCa kitab ini?"

Monyet putih itu menunjukkannya sendiri, kemudian menunjuk Can Sa-jie, setelah itu ia lompat mundur beberapa langkah, kedua tangannya digerakkan sedemikian rupa hingga mirip orang sedang bertempur.

Can Sa-jie terCengang menyaksikan sikap monyet itu, kemudian berkata sambil tertawa: "Maksudmu, apakah kau hendak memberikan padaku pelaaran ilmu Silat yang lain?"

Monyet putih itu mengangguk-anggukan kepala, mengulurkan tangannya lagi dari jari tangannya menunjuk gubuk yang sudah terbakar habis itu kemudian ia jatuhkan diri dan berlutut sambil menganggukkan kepala.

can-sa-jie kembali dikejutkan oleh sikap monyet itu, katanya^ "Kau minta aku supaya angkat majikanmu menjadi guru ?"

Monyet itu kembali menganggukkan kapala. mulutnya dibuka lebar-lebar untuk tertawa. "Apakah majikanmu sudah mati?" bertanya can-sa-jie heran-Monyet putih itu menggelengkan kepala, sikapnya tiba-tiba berubah manjadi sedih. "Apakah majikanmu sudah keluar pintu?" bertanya pula Can Sa-jie. Monyet putih itu kembali mengangguk-anggukan kepalanya, dan mendadak melompat bangun, tangan dan kakinya digerak-gerakkan, kemudian menangis, seperti kelakuan orang gila layaknya.

Cin Hong dan Can Sa-jie saling berpandangan sejenak. semua tidak dapat menduga maksudnya.

Monyet putih itu setelah berlompat-lompatan dan menangis sebentar lantas berdiam kembali mengawasi Can Sa-jie dan menunjuk rumah itu.

Can Sa-jie memiringkan kepalanya untuk berpikir Sejenak. pada akhirnya ia menggeleng-gelengkan kepala dan berkata sambil tertawa:

"UruSan yang belum kumengerti tidak mau kuperbuat.Jikalau kau tidak mengijinkan aku belajar ilmu silat dari kitab dalam kotak besi itu, aku juga tidak butuh belajar lagi"

Cin Hong merasa bahwa monyet putih itu tidak mengijinkan Can Sa-jie belaiar ilmu silat dari kitab dalam kotak besi itu, dalam hati merasa tidak enak sekali. ia lalu menyimpan lagi kotaknya kedalam sakunya sendiri, dan memilih berapa biji buah lie, setelah dicuci bersih, diberikan kepada Can Sa-jie dan monyet putih itu untuK dimakan, mereka bertiga makan buah itu sambil duduk-duduk.

Dua orang itu sambil makan, mempelajari kedudukan dan asal-usul penghuni rumah gubuk itu, Can Sa-jie tiba- tiba berkata sambil menepuk kakinya sendiri:

"Heh Apakah tidak mungkin orang yang menggunakan batu memimpin kita kemari ini adalah penghuni rumah gubuk ini?"

"Tidak bisa kepandaian ilmu silatnya demikian tinggi. jika benar ia adalah penghuni rumah gubuk ini, tadi ketika Pangcu galongan Kalong membakar gubuk itu. Dengan cara bagaimana ia tidak keluar untuk mencegah?" berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala. can Sa Jie tampak berpikir keras, kemudian ucapnya:

"Bila bukan dia, siapa kiranya orang yang menggunakan batu untuk penunjuk jalan pada kita tadi?"

Cin Hong juga tidak dapat menduga siapa orangnya, ia berpaling dan bertanya pada monyet putih, tetapi monyet purih itu menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa ia sendiri juga tak tahu.

can-sa-jie kembali berpikir, mungkin ia Sudah mendapat suatu akal, maka lalu berbisik-bisik di telinga Cin Hong katanya:

"Kau pikir, orang itu kira-kira masih berada di dekat sini atau tidak?,"

Cin Hong juga menjawabnya dengan Cara serupa: "Mungkin Kenapa?"

"Aku mendapat akal untuk memancing ia keluar" "Akal apa?"

Can Sa-jie kembali membisikkan padanya beberapa patah kata. Semula Cin Hong tampak berpikir sambil mengerutkan alisnya, tetapi kemudian menunjukkan sikap setuju dan berkata sambil tertawa: "Baik, kaulah yang lebih dulu"

Monyet putih itu yang menyaksikan dua sahabat karib itu pada berbisik-bisik, agaknya merasa heran, lalu menarik tangan can-sa-jie, dia dekatkan telinganya kemulut Can Sa- jie minta agar dibiSikkan juga.

Namun Can Sa-jie tidak menghiraukan, ia masih makan seenaknya sendiri, sambil bersenda gurau dengan Cin Hong.Sejenak kemudian, tiba-tiba berubah wajahnya, ia menyambar tangan Monyet putih dan tangan yang lain menekan perutnya sendiri, katanya dengan suara bengis:

"Monyet yang baik buah lie ini kau ambil dari mana ?"

Monyet putih itu terperanjat, ia melepaskan diri dari genggaman Can Sa-jie dan lompat turun sambil menunjuk kedalam rimba, maksudnya hendak mengatakan buah itu ia dapat dari dalam rimba.

Jidat can-sa-jie sudah mulai mengeluarkan keringat, sikapnya tampak sangat menderita sekali, kedua tangannya turus menekan perutnya yang kesakitan, sambil menekan perutnya ia berkata :

"celaka Buah ini ada raCunnya, kita telah terpedaya oleh musuh-musuh kita"

pada saat itu, Cin Hong juga menunjukan sikap terkejut. selagi hendak memeriksa keadaan can-sa-jie, tiba-tiba ia sendiri juga berseru:

"Aaa Perutku juga sakit. ..." Sesaat kemudian, keringat dingin mulai membasahi jidatnya.

Can Sa-jie tampaknya agak berat, dia bergulingan ditanah sambil merintih. Cin Hong juga demikian pula, ia mengikuti perbuatan Can Sa-jie yang bergulingan tidak berhentinya.

Monyet putih itu yang menyaksikan keadaan demikian, mulutnya terus cecowetan tidak hentinya, ia lompat kesana lompat kesini untuk menolong Cin Hong dan can-Sa-jie bergiliran tapi apa daya ia tak mengerti Cara menolong orang, maka hanya berjingkrakkan sendiri Sambil menggaruk-garuk kepalanya. Dua orang itu bergulingan ditanah sekian lama, danpada akhirnya sudah tidak bisa bergerak lagi, dari mulutnya mengeluarkan suara rintihan, lalu badan mereka menjadi kaku.

Monyet putih itu meraba-raba hidung Cin Hong, juga meraba-raba can-Sa-jie, tiba-tiba teringat Caranya untuk memberi pertolongan sesaat kemudian ia bergerak dan lompat keluar dari dalam pekarangan, lalu lari menuju kedalam rimba.

Pada waktu itu dari rimba sebelah kiri tiba-tiba berjalan keluar seorang nenek tua, gerakan perempUan tua itu bagaikan hantu, tanpa mengeluarkan sedikit suara pun juga, sudah tiba dekat Cin Hong dan can-sa-jie rebah, sambil menundukan kepalanya nenek itu mengamati keadaan dua pemuda itu.

Dia merupakan Seorang wanita yang sudah lanjut usianya Sudah mencapai delapan puluh tahun keatas, kulit di wajahnya sudah banyak keriputnya. rambut dikepalanya juga sudah putih semua, namun sepasang matanya masih memancarkan sinarnya yang berkilauan.

Ia mengenakan jubah berwarna kelabu, wajah dan dandanannya berbeda dengan orang biasa begitu melihat orang segera akan tahu bahwa nenek itu memiliki kepandaian ilmu sangat hebat Sekali.

pada Saat ia sedang berdiri tegak mengawasi dua pemuda tadi, can-sa-jie yang rebah ditanah tiba-tiba angkat kepala, dan bertanya dengan suara perlahan kepada Cin Hong yang berada disampingnya:

"Cin Hong, mengapa tidak ada kabar sedikitpun juga?" Cin Hong juga mengangkat sedikit kepalanya, katanya

Sambil tertawa: "Mungkin sudah pergi, jikalau tidak dengan Cara bagaimana melihat orang mati tidak datang memberi pertolongan? "

Can Sa-jie coba merayap bangun, ketika kepalanya berpaling, tampak dibelakang dirinya ada berdiri Seorang perempuan tua berambut putih, dengan sinar mata berkilauan mengawasi dirinya, dengan Cepat segera pentang dua tangannya untuk memeluk sepasang kaki nenek itu, sedang mulutnya berseru: "Haaaa, ada disini Kau akhirnya telah kutipu keluar"

Cin Hong juga sudah lompat bangun. Ketika menyaksikan. sepasang mata nenek itu memancarkan sinar buas, segera mendapat firasat tidak baik, cepat- cepat berseru memberi peringatan kepada Can Sa-jie.

Baru Saja keluar ucapannya dari mulutnya. Can Sa-jie mendadak merasakan, sepasang kaki yang dipeluknya itu seperti timbul suatu kekuatan tenaga aneh, sesaat kemudian Ia merasa suatu tekanan berat, tanpa dapat menguasai dirinya lagi, terpentallah ia sejauh delapan kaki, bahkan tidak bisa bangkit lagi.

Cin Hong cepat-cepat lompat dan memeriksanya. Tampak Sahabatnya pingsan namun tidak menjadikan halangan, maka ia lalu berkata pada nenek tua itu dengan nada suara marah: "Hei Mengapa melukai orang tanpa ada alasannya ?"

Sepasang mata nenek itu memancarkan sinarnya yang tajam, kemudian mengulurkan tangannya dan menunjuk rumah gubuk yang sudah terbakar menjadi abu, katanya sambil mengeluarkan suara dari hidung:

"Kalian dua setan ini datang dari mana? Kaliankah yang membakar gubuk ini?" Cin Hong terCengang, katanya marah:

"Kau toh sudah tahu bahwa gubuk ini bukanlah kami yang membakar, apa maksudmu bertanya demikian?"

"Hei, bagaimana aku tahu kalau bukan kalian yang membakar? Kau masih coba menyangkal?"

Cin Hong semakin gusar, katanya:

"Kau berlagak Tadi dari tempat gelap kau memancing kami sampai ketempat ini, gubuk itu sudah terbakar, apakah kau tidak lihat?"

Sikap heran nenek itu semakin nyata, katanya: "Kapan aku pancing kalian datang kesini?"

Cin Hong yang menyaksikan sikap nenek itu, tidak mirip orang membohong, dalam hati meraSa heran, maka buru- buru bertanya^

"Kalau begitu kau ini siapa ?"

Namun nenek itu tidak menjawab pertanyaannya, kembali balaS bertanya sambil menunjuk gubuk yang sudah menjadi rata dengan tanah, "Jawab Siapa yang membakar rumah gubuk ini?"

Cin Hong tiba-tiba menjadi sadar, ia tidak segera menjawab, buru-buru mengangkat tangan memberi hormat seraya berkata:

"Aaaa, kalau begitu jadi kau ini adaiah penghuni rumah gubuk ini?"

"Aku hanya tanya padamu siapa yang membakar gubuk ini" kata pula nenek itu dengan nada suara dingin.

"Yang membakar gubuk ini adalah Pangcu dari golongan Kalong. Ia seperti hendak mencari barang apa-apa, tetapi tidak menemukan, sewaktu hendak pergi dari sini, lebih dulu ia membakar gubuk itu"

"Siapa kah Pangcu dari golongan Kalong itu?" bertanya nenek tua itu heran.

Cin Hong pikir, oleh karena golongan Kalong itu berdiri belum lama, pantas kalau nenek itu tidak tahu, maka buru- buru memberi penjelasan:

"Pangcu golongan Kalong adalah orang yang dahulu disebut Ho-ong. Tentang dia itu, seharusnya kau sudah tahu bukan?"

Nenek itu miring kan kepala seperti berpikir, kemudian bertanya yang Seolah-olah belum mengerti. "Ho-ong?"

Cin Hong yang menampak sikap nenek itu seolah-olah tidak kenal dengan Ho-ong, dalam hati terheran- heran, diam-diam berpikir: "Meskipun suhu belum menceritakan jelas tentang diri Ho ong itu. tetapi suhu pernah mengatakan bahwa suhu dahulu bersama-sama dengan empek Ie-oe dan ketua golongan pengemis can Sa-sian, Mengusir Ho ong keluar dari daerah Tionggoan, hanya dengan keterangan suhu ini saja sudah dapat diketahui betapa tinggi kepandaian ilmu silat Ho ong, sedangkan nenek ini, kepandaian ilmu Silatnya juga termasuk dari golongan kelas tinggi, bagaimana ia malah tidak tahu orang yang bernama Ho ong?"

Selagi masih berpikir, tiba-tiba terdengar suara aneh, dari tengah udara melayang turun sesosok bayangan putih, Monyet putih itu kini sudah lompat kembali kedalam pekarangan.

Di tangannya menggenggam segumpal daun rumput berwarna putih, Tampak Cin Hong masih berdiri dalam keadaan segar-bugar, sedangkan Can Sa-jie juga sudah duduk ditanah, monyet itu lompat- lompat kegirangan, lalu melemparkan rumput putih di tangannya dan berlompat kehadapan nenek tua itu dengan sikap hendak menyerang.

TAMPAK Sedikit perobahanpada sikap nenek itu, dengan cepat mundur setengah langkah, katanya dengan suara bengis: "Binatang, kemana majikanmu?"

Monyet patih itu menggelengkan kepalanya  Sepasang biji matanya berputaran mengawasi nenek itu, agaknya mengandung maksud permusuhan, tetapi juga seperti sikap ketakutan. Sinar buas dimata sinenek itu tiba-tiba lenyap dengan ramah tamah ia berkata:

"Pek Ie Sio su, lekaslah beritahukan padaku. Kemana perginya majikanmu? Barang kali majikanmu mendapat bahaya? Kalau beritahukan kepadaku aku akan segera pergi untuk membantunya "

Monyet putih itu masih tetap menggelengkan kepalanya, sedikitpun tidak mengendorkan sikap waspadanya, meskipun nenek itu sudah berubah sikap.

"Kau monyet ini benar-benar terlalu banyak curiga Aku ini adalah sahabat karib majikanmu, bagaimana kau masih tidak mempercayai diriku demikian rupa?" berkata nenek itu sambil tertawa.

Monyet putih itu berteriak-teriak, kedua tangannya bergerak-gerak, menunjukkan sikap mengusir seolah-olah ia mau mengatakan: "Kau pergilah cepat, aku justru tidak mempercayai dirimu "

Nenek itu tertawa-tawa, lalu berkata lagi sambil menunjuk gubuk yang sudah rata dengan tanah:

"Kau lihat, ada orang telah membakar kediaman majikanmu, dan orang-orang itu barang kali sudah mencuri dan membawa pergi seluruh kepandaian ilmu majikanmu, betul tidak?"

Monyet putih itu menggeleng-gelengkan kepala, wajahnya yang merah menunjukkan sikap bangga.

Diwajah nenek itu menunjukkan sikap girang, maju selangkah dan berkata: "Benarkah belum tercuri orang?"

Monyet putih itu kembali mengangguk-anggukkan kepala.

Nenek tua itu berkata sambil tertawa: "Aku tak percaya Kecuali kau mengeluarkan semua kitab kepandaian ilmu Silat itu, diperlihatkan kepadaku"

Baru saja Monyet putih itu hendak berlalu, tiba-tiba seperti ingat sesuatu, lalu lompat- lompat dan sambil menunjuk nenek itu, dengan mulutnya berteriak-teriak tidak berhentinya, seolah-olah hendak mengatakan: "Heh Nenek aku hampir saja tertipu olehmu"

Mengetahui bahwa akal muslihatnya tidak berhasil, nenek itu lalu mendongakkan kepalanya tertawa aneh, rambut putih diataS kepalanya bergerak-gerak, diwajahnya memperiihatkan kembali sikapnya yang bengis, sepasang matanya memancarkan sinar buas, mulutnya membentak sambil menunjuk Monyet putih.

"Binatang, hari ini majikanmu tak ada dirumah jikalau kau masih sayangi nyawamu, lekaslah keluarkan barang yang kukehendaki"

Monyet itu memperlihatkan sikapnya yang marah, badannya bergerak. tangannya yang panjang secepat kilat sudah melakukan serangan, hendak menotok sepasang  mata nenek itu. Nenek itu bersikap tenang sekali, diserang secara demikian, ia masih menggeser kakinya setengah langkah dengan gayanya yang bagus sekali, sedang tangan kanannya berbalik menyambar pergelangan monyet putih itu bersama dengan itu, jari tangan ditangan kiri juga hendak menotok sepasang mata monyet tadi, meskipun ia bergerak belakangan, tetapi ternyata lebih cepat dari pada gerakan Monyet putih itu.

Monyet putih itu juga ternyata sangat tangkas cepat ia telah membatalkan serangannya yang mengarah mata nenek tadi, sebaliknya sudah dirobah tujuannya kejalan darah didepan dada nenek itu, kakinya juga tidak tinggal diam, menendang lutut lawannya. Serangannya yang dilancarkan dengan berbareng itu, bukan Saja sangat hebat, tetapi juga sangat aneh dan seperti banyak sekali mengandung perubahan.

Pertempuran antara manusia dengan binatang telah berlangsung seru sekali, kedua pihak menggunakan gerak tipu gerak tipu yang aneh- aneh dan luar biasa hebatnya, hingga hanya tampak bayangan mereka berpuratan dan bergerak- gerak. yang dibarengi oleh hembusan angin yang timbul dari gerakan tangan mereka, hingga daun-daun ditanah pada berterbangan

Pertempuran itu berlangsung kira-kira setengah jam lamanya, tiba-tiba terdengar suara plak^, tubuh Monyet putih itu terbang sejauh lima kaki dan kemudian jatuh ditanah, akan tetapi monyet itu benar-benar hebat, begitu jatuh sudah bangun lagi, dan untuk kesekian kalinya menyergap nenek tua itu. Dengan begitu untuk keduanya terjadi pula pertempuran hebat....

Cin Hong yang menyaksikan pertempuran itu, sudah melihat bahwa gerakan Monyet putih itu agaknya tak sanggup melawan nenek itu, maka buru-buru mendorong can-sa-jie seraya berkata^

"Saudara can-sa bagaimana dengan kau?"

can-sa-jie lompat bangun, lalu berkata Sambil membereskan rambutnya yang terurai: "Tidak apa-apa. Kita perlu membantu monyet itu atau tidak?"

"Benar Hanya aku tidak tahu siapakah nenek itu? Iaternyata memiliki kepandaian lebih hebat dari pada suami istri golongan Lo-hu tadi "

"Mari kita maju bersama" "Baik"

Keduanya bergerak maju, Cin Hong segera melancarkan serangan sambil berkata dengan suara bengis:

"Nenek. kau barang kali bukan orang bail- baik, lihat seranganku"

Can Sa-jie menyusul dengan serangannya, mulutnya juga tidak tinggal diam, katanya: "Nenek. kita bertiga kalau usia kita digabung menjadi satu, barangkali juga belum setua usiamu, hingga belum dapat dihitung hendak menggunakan jumlah banyak untuk merebut kemenangan-Jadi kalau kau kalah, janganlah sekarang, cobalah serangan tanganku ini" Nenek itu tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata.

"Tidak apa, aku sinenek akan perlakukan kalian sama, semua akan kukirim keneraka"

Tubuhnya diputar bagaikan kitiran, ketika lengan bajunya itu terbuka, tangannya juga bergerak untuK menyerang ketiga lawannya yang masih muda- muda,  benar saja sedikitpun tidak menunjukkan keadaannya yang keripuhan. Tetapi Monyet putih itu ketika melihat adanya orang membantu pihaknya, semangatnya mendadak terbangun, tetapi serangannya dilakukan demikian ganas, kakinya juga tidak tinggal diam, sekaligus ia sudah melancarkan serangan sepuluh kali lebih, ditambah dengan Cin Hong dan can-sa-jie yang membantu dari samping, sebentar saja sudah berhasil memperbaiki kedudukkannya hingga nenek itu dipaksa hanya bertahan saja.

Pertempuran sengit berlangsung lama, Cin Hong yang melihat tidak bisa merebut kemenangan. tiba-tiba teringat kepada ilmu Kipasnya Tay Seng Hong Sin San yang tadi barusan dipelajari salah satu dari gerak tipu ilmu kipas itu ia sudah dapat memahami delapan puluh persen, maka saat itu ia pikir hendak dicobanya untuk menghadapi lawan tangguh itu.

Begitu timbul pikiran demikian, gerakan tangannya itu menunjukkan satu gerakan yang seperti menggoyang- goyangkan kipaS menyerang nenek itu.

Nenek yang menyaksikan gerak tipu sangat aneh dan Cin Hong, agak terkejut ia hendak mengelakkan serangan tadi namun sudah tidak keburu, hingga bagian pinggangnya terkena pukulan dengan telak.

dalam terkejutnya, nenek itu lantas lompat keluar diri kalangan dan berkata dengan suara nyaring: "Berhenti  dulu"

Cin Hong menghentikan serangannya dan bertanya dengan sikap bangga: "Kau mau apa?"

"Jangan tertipu olehnya, ia tentunya hendak menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat" berseru can-sa-jie. "Kau ngoceh. Jika aku hendak membunuh mati kalian, Semudah seperti membalikkan telapak tanganku. PerCaya atau tidak. kan boleh coba lagi" berkata si nenek dengan suara bengis.

can-sa-jie sudah akan menyerbu lagi, namun Cin Hong buru-buru mencegahnya, katanya kepada nenek tua itu tadi:

"Kau hendak kata apa, katakanlah Kau kan harus tahu bahwa kalau kau menghendaki beristirahat, Kita juga sama- sama bisa beristirahat, bagaimanapua juga kau tidak akan mendapat keuntungan dari akal muslihatmu ini"

Nenek Itu tampaknya merasa tidak enak sekali, katanya: "oleh karena aku melihat kepandaian ilmu silatmu yang hebat sekali, maka hendak menanyakan kepadamu beberapa pertanyaan, siapa guru kalian?"

Nenek itu mengaku sebagai sahabat lama penghuni rumah gubuk itu. Namun gerak tipu yang digunakan oleh Cin Hong itu, yakni gerak tipu dan ilmu kipas Tay Seng Hong sin San milik sahabat lamanya, ternyata masih tidak dikenalnya, masih dianggapnya sebagai ilmu ampuh pelajaran guru Cin Hong.

Cin Hong tahu bahwa nanek itu telah salah paham, tetapi juga ia tak mau membenarkan, jaWabnya sambil senyum: "Suhuku adalah It-hu Sianseng"

Can Sa-jie juga berkata sambil tertawa dingin:

"Bagi orang yang suka bergerak didunia persilatan tiada seorang yang tidak kenal Suhuku adalah Pangcu golongan pengemis can Sa Sian"

Nenek tua yang mendengar itu jadi tertawa geli, kemudian berkata: "Aku nenek ini seumur hidupku sedikit sekali terjun dikalangan Kang-ouw, maka itu terhadap keadaan tokoh- tokoh rimba persilatan memang benar tidak tahu sama sekali. Tetapi kalau kudengar dari pembicaraan kalian, suhu kalian itu semua merupakan tokoh-tokoh yang sangat hebat. Betulkah begitu?"

can-sa-jie yang paling suka dipuji orang, mendengar perkataan itu lantas menjadi girang, katanya sambil membusungkan dada:

"Memang benar didalam rimba persilatan, siapakah yang tidak kenal dengan tiga tokoh kenamaan, angkatan tua cui, sian, dan Po? kalau kau tidak kenal, ini menunjukkan bahwa kepandaian ilmu silatmu masih belum termasuk ilmu silat dari golongan tingkat atas"

Sinenek yang mendengar ucapan demikian, sed ikitpun tidak marah sebaliknya malah merasa girangnya katanya: "Dimana mereka sekarang berada?"

Wajah can-Sa-jie merah seketika, jawabnya dengan nada suara gelagapan:

"Mereka semua sudah mengasingkan diri tidak mau mencampuri dunia lagi. Kalau kau ada suatu urusan, boleh mencari kepada kami tiga tokoh kenamaan angkatan muda saja"

"Tiga tokoh kenamaan angkatan muda? Tapi kalian masih ada mempunyai seorang kawan lagi?" bertanya nenek itu heran.

"Benar, aku bernamakan Can Sa-jie. Dia ini  bernama Cin Hong yang mempunyai julukkan pelukis tangan sakti. Disamping kami dua orang, masih ada seorang lagi yang bernama Swat- lie-ang Yo in in. Diantara kami bertiga, kepandaian ilmu silat dia itulah yang terhitung paling hebat. Dia. . .sedang pergi membeli barang, sebentar ia bisa datang kemari" berkata Can Sa-jie membuaL

"Kalau ia datang kemari lalu mau apa? Apakah kau kira aku sinenek takut kepada kalian bocah-bocah ini" berkata nenek itu sambil tertawa dingin,

Can Sa-jie kembali hendak menyerang lagi, tetapi Cin Hong buru-buru mencegah dan berkata kepada sinenek:

"Hei Kalau kau ingin bicara, bicaralah lekas"

"Aku sinenek tua sudah mempelajari ilmu Silat beberapa puluh tahun lamanya, Selama itu belum pernah kepandaianku diuji oleh tokoh kuat manapun, maka aku tidak tahu sampai dimana tingginya kepandaianku sendiri, oleh karenanya, maka aku ingin mencari beberapa tokoh kuat untuk menguji kepandaian ilmuku, kalau kalian mau menyebutkan alamat Suhu kalian, aku berjanji kepada kalian tidak akan melukai diri kalian"

can-sa-jie lantas tertawa terbahak-bahak kemudian berkata:

"Jikalau kau benar- benar hendak menguji kepandaian dan kekuatanmu sendiri, mengapa tidak pergi saja kerumah penjara rimba persilatan dengan alasan untuk menantang pertandingan?"

"Apa yang kau namakan rimba penjara rimba persilatan itu?" bertanya nenek itu heran-

Cin Hong mau menduga bahwa nenek itu pasti belum pernah keluar pintu, maka ia lalu menceritakan keadaan rumah penjara rimba persilatan, kemudian berkata sambil tertawa^

"jika benar benar hendak menguji kepandaian iimu silatmu, rumah penjara itu memang merupakan suatu tempat yang paling baik, hanya mau pergi atau tidak itu terserah padamu sendiri, Jangan sampai lantaran  itu, setelah kau nanti terpukul jatuh oleh penjara  rumah penjara, lantaS kau sesalkan kami yang menjerumuskan kau"

Nenek itu memejamkan matanya berpikir sejenak. tiba- tiba membuKa lagi matanya dan berkata sambil tertawa.

"Tadi kalau kata bahwa Suhu kalian semua sudah mengasingkan diri tidak mau mencampuri urusan dunia, apakah bukan sudah terpukul jatuh dan kini dipenjarakan dalam rumah penjara itu?"

Cin Hong yang tidak biasa membohong lalu menjawab sambil mengangguk. "Benar, Suhu sebetulnya merupakan salah seorang terkuat dalam rimba persilatan, akan tetapi Ketika bertanding dengan penguasa rumah penjara itu tak sanggup menyambut serangannya sepuluh jurus. Ditinjau dari ini saja, seharusnya kau sudah tahu sampai dimana tingginya kepandaian ilmu silat penguasa rumah Penjara itu."

Nenek itu menunjukkan sikap agak gentar katanya sambil mengerutkan alis:

"Kalau benar kepandaian ilmu silatnya itu demikian hebat, jika nenek sampai dikalahkan olehnya dan dipenjarakan di dalam rumah penjara bagaimana?"

"Itu terpaksa sesalkan dirimu sendiri yang memiliki kepandaian belum tinggi, masih perlu di kata apa lagi?" berkata Can Sa-jie sambil tertawa besar.

"IHmm Kalau demikian halnya, aku tidak perlu pergi menantang lagi" berkata nenek itu,

Cin Hong lantas tertawa, dalam hati berpikir bahwa nenek ini memang benar-benar bukanlah orang rimba persilatan, sedikitpun tak mempunyai watak dari kebanyakan orang-orang rimba persilatan yang tak mau menyerah mentah-mentah.

Can Sa-jie pikir hendak membakar hatinya agar pergi menantang bertanding di Rumah penjara Rimba Persilatan, tetapi usaha itu tampaknya tak akan berjalan lancar, maka ia lalu berkata sambil tertawa:

"Sekarang ucapan kita sudah habis, kau hendak berlalu dari sini, ataukah meneruskan pertandingan dengan kami?"

Nenek itu kembali memejamkan matanya berpikir, kemudian berkata lambat- lambat: "Beritahukan dulu padaku, malam ini kalian datang kesini sebetulnya ada keperluan apa?"

"Kita mengikuti jejak orang hingga tiba di tempat ini, bukan Sengaja datang kesini untuk melakukan apa- apa" menjawab Cin Hong.

Pandangan mata nenek itu di alihkan kepada gubuk yang sudah menjadi abu, kembali bertanya:

"Sudah tahukah kalian siapa penghuni rumah ini?" "Bukankab     dia     itu     anak     dewa     persilatan yang

menamakan  kakek  gelandangan  Kiat  Hian?"  jawab  Cin

Hong tanpa dipikir.

Wajah nenek itu berubah, saat itu kembali menunjukkan sikapnya yang buas, katanya: "Bagus sekali. Kiranya kalian juga datang hendak mengincar kitab ilmu silatnya, dan toh masih berkata tak ada keperluan apa- apa, hmm. "

Baru Saja menutupkan mulut, tangannya dengan tiba- tiba menghunus Cemeti sepanjang setombak lebih yang memancarkan sinar berkilaun ia dengan tidak mengucapkan kata apa- apa lagi sudah menyabatkan Cemetinya kepada Cin Hong.

Ujung cemeti itu mengarah leher Cin Hong dengan gerakannya yang cepat luar biasa

Cin Hong buru-buru menunduk kepalanya diluar dugaannya, serangan cemeti nenek yang mula-mula tadi ternyata hanya gerak tipu belaka, sedang serangan yang menyusul berikutnya barulah merupakan Serangan benar- benar, maka ketika Cin Hong menundukan kepala,  lehernya segera terlibat oleh ujung cemeti, hingga saat itu leher Cin Hong seperti terjerat.

Can Sa-jie dan Monyet putih itu terkejut menyaksikan kejadian itu, kedua-duanya lompat meleset untuk menyergap. tetapi selagi herdak menyerang nenek itu, mendadak tampak berkelebat bayangan seseorang, dihadapan nenek itu kini sudah berdiri satu orang lagi 

Can Sa-jie dan Monyet putih buru-buru membatalkan maksudnya, orang yang berdiri di nenek itu ternyata adalah seorang gadis berparas cantik yang mengenakan pakaian warna ungu.

Begitu tiba didepan nenek, gadis cantik itu menggerakkan kedua tangannya. tangan kanannya digunakan untuk menyambar cemeti panjang nenek itu sedang tangan kiri digunakan untuk menyerang jalan darah dibagian dada, gerakannya itu dilakukan demikian cepat sehingga membuat lawannya hampir tidak berdaya untuk mengelak.

Nenek itu meskipun memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi tetapi saat itu juga menjadi repot, tidak keburu menggunakan tangannya buat menggagalkan serangan gadis tadi, terpaksa cemetinya yang menjirat leher Cin Hong, cemeti itu ditarik kembali dan lompat mundur beberapa langkah, kemudian berkata sambil memperdengarkan suara tertawanya yang aneh.

"Budak cilik Kalian tiga tokoh kenamaan rimba persilatan tingkatan muda, benar-benariah yang paling hebat"

can-sa-jie sebaliknya tidak kenal dengan gadis cantik berpakaian ungu itu, tampak nenek itu sudah salah menganggap gadis itu sebagai Swat- lie-ang Yo In In, meskipun dalam hati merasa heran, tetapi juga tidak mau menerangkannya berdiri diam saja untuk menyaksikan perkembangan selanjutnya .

Cin Hong yang terlepaS dari jiratan cemeti nenek itu, dapat menarik napas lega sambil meraba-raba lehernya, kini barulah dapat melihat tegas wajah cantik itu, dari mulutnya mengeluarkan suara seruan:

"He"

Selagi hendak bertanya, gadis baju ungu itu sudah menggoyangkan tangannya dan berkata sambil tersenyum:

"Kau jangan bicara. Biarlah aku Swat-lie-ang Yo In In dengan seorang diri akan menempur nenek ini"

Cin Hong yang sangat Cerdik tahu gadiS itu hendak menyamar sebagai In-jie, disebabkan nenek itu dalam hatinya sudah merasa gentar pada Yo In In maka saat itu ia lantaS tertawa dan mengeluarkan suara "ooo" lalu undurkan diri dan berdiri disamping Can Sa-jie.

Gadis cantik berbaju ungu itu lalu berpaling dan berkata pada sinenek: "Hei, kau lihat dalam satu jurus aku dapat mengalahkan kau atau tidak?"

Nenek itu memutar pecutnya ketengah udara hingga mengeluarkan suara geletar yang nyaring, jawabnya sambil tertawa-tawa tergelak: "Budak kecil, kau ternyata berani omong besar Apa kau tidak takut menghadapi bahaya?"

"Taruhlah aku omong besar, apa kau berani bertaruh denganku?"

"Bertaruh apa?" tanya nenek itu sambil mendelikan matanya.

"Jikalau dalam satu jurus aku dapat mengalahkan kau, maka kau harus angkat aku sebagai gurumu. sebaliknya, kalau aku yang kalah, aku angkat kau menjadi guruku bagaimana ?"

Nenek itu tampakaya ragu-ragu, ia mengamati gadis itu demikian rupa, pada akhirnya ia berkata sambil menganggukan kepala:

"Baiklah aku bersedia bertaruh denganmu." Si nenek itu belum lagi menutup mulut. gadis berbaju ungu sudah bergerak. Siapapun tak tahu ilmu apa yang digunakan olehnya, dalam waktu sekejap mata ia sudah berada dekat sekali dengan nenek itu, sedang tangannya juga bergerak dengan berbareng, tangan yang satu menotok jalan darah didagu nenek itu, sedang tangan yang lain hendak menyambar pargelangan tangannya, sementara mulutnya berseru:

"Sekarang aku mulai "

Nenek itu tidak menduga bahwa mulutnya berkata serangannya pun tiba-tiba, ia lebih tak menduga gerakan badan gaiis itu demikian gesitnya, apa lagi ia menggunakan senjata cemeti panjang, paling penting dirangsek oleh musuhnya demikian dekat, dalam keadaan demikian tanpa banyak pikir lagi buru-buru lompat mundur beberapa langkah sedang cemeti panjang ditangannya segera digunakan untuk menggulung pinggang gadis itu. Gadis itu mengelakan serangan cemeti si nenek, sedang mulutnya berseru pula. "Nenek, kau sudah kalah"

Nenek itu terkejut dan dengan cepat menghentikan serangannya, dengan nada suara marah.

"kau ngoceh Kapan aku kalah?"

"Begitu aku bergerak kau sudah lompat sejauh enam kaki, bukankah itu suatu bukti bahwa kau sudah kalah?" berkata sigadis berbaju ungu sambil tertawa.

Wajah nenek itu seketika menjadi merah. Ia pendelikan matanya dan membentak dengan Suara marah:

"Kau gila.. AKU tadi undurkan diri hanya untuk memperbaiki posisiku guna maju menyerang lagi, apa begitu sudah terhitung kalah?"

Cin Hong yang menyaksiKan kejadian itu tertawa geli, ia berkata sambil tepok tangan. "Undur, itu artinya takut, kalau tidak dikatakan kalah habis bagaimana ?"

Nenek itu jadi semakin marah, ia menggerakan Cemetinya lagi untuk menyerang gadis berbaju ungu, katanya dengan suara bengis:

"Tidak ada aturan semaCam itu Aku tak mau bertaruh denganmu lagi"

Gadis barbaju ungu mengelakkan serangan cemeti panjang dari sinenek sedang mulutnya terus mengatakan bahwa nenek itu mengingkari janji sendiri, karena diserang bertubi-tubi terpaksa mengeluarkan kepandaiannya buat melawan.

Ilmu pedang nenek itu bagus sekali, tapi juga ganas. Sedang ilmu silat gadiS berbaju ungu itu unggul dalam gerakannya yang sangat lincah hingga seolah-olah kupu- kupu yang sedang terbang diantara pohon bunga, kedua pihak masing-masing mengerahkan seluruh kepandaiannya, bertempur dengan sengit, hingga untuk sesaat susah dibedakan siapa yang lebih unggul

Sementara itu Can Sa-jie yang berdiri sebagai penonton, dengan beruntun beberapa kali bertanya kepada Cin Hong mengenai diri gadis berbaju ungu itu. Akan tetapi, Cin Hong yang sedang memusatkan perhatiannya, dan sedang terbenam dalam pikirannya sendiri karena menyaksikan pertandingan antara kedua orang itu, jadi tidak mendengar pertanyaan can-sa-jie.

can-sa-jie tidak senang, ia lalu mendorong Cin Hong seraya berkata: "Cin Hong, gadis ini cantik sekali Betul tidak?"

Cin Hong yang terdorong tentu saja jadi terkejut, jawabnya sambil menganggukan kepala:

"Ya, kepandaian ilmu silatnya juga hebat "

"Lebih cantik daripada sumoaymu. Bukankah begitu ?" "Dengar sejujurnya, memang benar..." berkata Cin Hong

yang kembali mengangkat kepala, can-sa-jie tertawa tergelak. dan katanya pula: "Kau Suka padanya, bukan ?"

Cin Hong terCengang ia berpaling mengawasi padanya, katanya heran: "Siapa suka padanya?Jangan mengoceh tak karuan begitu rupa"

"Kalau kau tidak Suka padanya, mengapa tertarik olehnya ?"

"Kau selalu mengoceh tidak keruan Kapan aku tertarik olehnya?" berkata Cin Hong bingung.

Sambil berpeluk tangan Can Sa-jie berkata:

"Kalau bukan begitu, tadi dua kali aku bertanya kepadamu siapa gadis itu, mengapa kau tidak dengar?" "oooh Maaf, aku barang kali sedang mencurahkan perhatianku kejalannya pertempuran itu. . . .ia bernama Leng Bie sian murid penguasa rumah Penjara Rimba Persilatan"

Bukan kepalang terkejutnya Can Sa-jie mendengar keterangan itu, ia angkat kepala dan memperhatikan Leng Bie Sian yang sedang bertempur sengit, sedang mulutnya menggumam sendiri:

"Pantas, pantas. . ."

Leog Bie Sian bagaimanapun juga kekuatan tenaga dalamnya masih tidak setinggi nenek itu maka setelah bertempur berlangsung tujuh, delapan puluh jurus, keningnya sudah bermandi keringat, gerakkannya juga tidak selincah seperti semula, bahkan ada beberapa kali hampir saja terlibat oleh pecut nenek tua itu, hingga ia terkejut, mulutnya sementara itu berseru:

"Hei, cin Kongcu Lekas maju dan membantu aku"

Cin Hong menerima baik tawaran itu, dan segera turun ke gelanggang untuk membantu Leng Bie Sian-

Monyet putih itu juga tak mau ketinggaian, ia juga turut ambil bagian, menyerbu nenek tua itu. Hanya Can Sa-jie yang masih tetap berdiri sebagai penonton. Karena berpendapat, gadis berbaju ungu itu adalah murid penguasa rumah Penjara Rimba Persilatan- biarkan Saja mereka bertempur sendiri antara orang golongan sesat dengan golongan Sesat

Nenek tua itu mengerahkan seluruh kepandaiannya, namun masih belum berhasil mengalahkan Leng Bie Sian, dalam hati sudah dikejutkan oleh kepandaian Leng Bie Sian-Dan kini setelah melihat Cin Hong dengan Monyet putih turut membantu Leng Bie Sian, meskipun ia tidak takut, tetapi ia merasa pusing menghadapi Monyet putih yang sangat tinggi ilmu kepandaiannya, maka ia tak berani bertempur lagi, sambil mengeluarkan suara siulan nyaring, lantas lompat melesat dari pekarangan, dan lari menuju kedalam rimba.

can-sa-jie tepok-tepok tangan sambil perdengarkan suara tertawanya yang aneh, kemudian berkata:

"Hajar mampus dia Kejar Mari kita lekas kejar. "

Cin Hong merasa bahwa mengejar nenek itu tak ada gunanya, maka lalu berpaling dan memberi hormat kepada Leng Bie Sian seraya berucap: "Nona Leng, bagaimana kau juga bisa berada disini?"

Leng Bie Sian mengeluarkan sapu tangan merah untuk menyeka keringatnya, ia menjawab sambil tersenyum:

"Aku keluar main- main, tidak kuduga bisa berjumpa denganmu "

Cin Hong tahu bahwa jawaban itu tidak sejujurnya pun ia masih sambut dengan senyumnya, katanya.

"Tadi apakah kau yang menggunakan batu memimpin kami ketempat ini?"

Leng Bie Sian menganggukkan kepala dan berkata sambil tertawa.

"Ng Aku lihat kalian berputar-putaran didalam rimba, maka sengaja aku melemparkan batu memimpin kalian masuk kemari"

"Rimba itu sebetulnya merupakan barisan. mengapa kau mengerti jalannya?"

"Itu hanya merupakan barisan yang dinamakan Pu-kao pat pin-piauw, sebetulnya juga bukan apa apa. " Can Sa-jie yang menyaksikan pembicaraan mereka sama Sekali tak ada mengandung permusuhan, dalam  hati merasa heran, lalu menegornya. "Cin Hong kemarilah sebentar"

Cin Hong memutar tubuhnya dan menghampirinya karena ingin tahu ada uruSan apa.

Can Sa-jie berbisik-bisik ditelinganya bertanya perlahan: "Benarkah dia itu murid penguasa rumah penjara rimba persilatan?"

Cin Hong menganggukan kepala sementara dalam hatinya sudah dapat menduga sebagian maksud dari Sahabatnya itu, maka buru-buru berkata^

"Ia membantu kita memukul mundur nenek itu, seharusnya dapat membedakan mana musuh dan mana kawan. Betul tidak?"

"Walaupun demikinn, akan tetapi jikalaU kita dapat menangkap dia hidup, paksa ia supaya membebaSkan Suhu dan membubarkan rumah penjara, bukankah itu merupakan suatu keberuntungan bagi rimba persilatan ?"

Cin Hong meng geleng-geleng kan kepala. dan berkata, "Tidak!! Budi dibalas dengan perbuatan jahat, tidak  bisa kita lakukan"

"Haa yang penting ialah menolong suhu, Perduli apa itu semua?"

Cin Hong masih tetap menggeleng-gelengkan kepala dan berkata: "Aku tahu baik perangai suhu, suhu pasti tidak senang kalau aku berbuat demikian."

Sementara itu Leng Bie sian yang menyaksikan dua sahabat itu berbicara bisik-bisik tidak berhentinya dalam hatinya sudah dapat menduga apa yang sedang dibicarakan oleh mereka, lalu tertawa geli sendiri, kemudian berpaling dan berkata kepada Monyet putih:

"Pek Ie Siu Su, pengemis Tayhiap itu hendak memperdayai diriku. Kau hendak membantu pihak mana?"

Monyet putih itu Cecuitan sambil menunjuk gadis itu, sebagai tanda bahwa hal itu tidak menjadi soal baginya, karena ia pasti akan membantunya.

Hal dimikian itu ketika terlihat oleh Can Sa-jie, perasaannya mulai gentar, mendengar lagi bahwa Leng Bie Sian menyebut dirinya Tayhiap. dalam hati merasa senang juga, maka akhirnya membataikan maksud hendak menangkap Leng Bie Sian, dengan menarik tangan Cin Hong ia berkata dengan suara nyaring: "Sudah, Sudah Mari kita jalan"

"Jangan kesusu." kata Cin Hong sebaliknya malah menarik tangan Can Sa-jie dan diajak duduk ditanah, ia lalu menceritakan maksudnya yang hendak pergi memberitahukan kepada dua belas partay, Supaya waspada terhadap gerakan dan akal muslihat golongan kalong, kemudian berkata :

"Sekarang kalau kita hendak mengejar Pangcu golongan kalong sudah tidak mungkin lagi. Maukah kau bantu aku beri kabar kepada enam partay besar? ini bukan lantaran aku malas, melainkan dengan cara ini, dapat memperpendek waktunya. Bagaimana pikiranmu?"

Can Sa-jie memiringkan kepalanya untuk berpikir sejenak, kemudian menerima baik tawaran itu, katanya:

"Baiklah Kau suruh aku memberitahukan enam partay besar yang mana?"

"Kau pergi memberitahukan kepada partay-partay Kun- lun, Ngo- bie, Klong-lay, Swat-san, dan Thin San, sedang aku akan pergi memberitahukan kepada partay-partay Siao- lim, Bu-tong, Hoa-San, oey San dan Lam-hay. Bagaimana?",

"Haa, baguS Sekali Kau bocah ini baru saja terjun didunia Kang ouw sudah pikir hendak makan aku, kau memberitahukan tugas kepadaku untuk pergi ketempat  yang jauh-jauh saja"

"Siaote sedikitpun tidak ada maksud begitu, kau tahu bahwa dibadanku tidak ada uang sepeserpun, melakukan perjalanan jauh kurang leluasa, sedangkan kau boleh tidak usah memikirkan saol makan dan tempat menginap. bukankah begitu?"

Can Sa-jie kembali berpikir, akhirnya ia menerima baik, katanya. "Baiklah, dan kita pergi sekarang atau tunggu sampai terang tanah?"

Leng Bie Sian menghampiri kesamping mereka, katanya. "Sekarang jalan, aku akan ajak kalian pergi kesatu tempat.

..."

"Kemana?" tanya Cin Hong heran.

"Tempat yang dinamakan Kui Chung" menjawab Leng Bie Sian sambil tersenyum.

Baru sekali ini Cin Hong mendengar nama tempat yang disebut Kui- Chung atau kampung setan- ia terperanjat, tanyanya: "Tempat apakah yang dinamakan Kui- Chung itu?" can Sa Jie lalu menyelak sambil tertawa dingin:

"Tempat yang dinamakan Kui- Chung atau kampung setan itu, nama dahulunya sebetulnya adalah Kui- lay- Chung, perkampungan itu terpisah dan sini kira-kira sejarak tiga puluh pal, tempat itu Sebetulnya adalah tempat kediaman Sin-ciu-piauw-khek. Sie Thay, kabarnya pada tiga tahun berselang, keluarga she Sie itu serumah tangga yang berjumlah dua puluh jiWa lebih, dalam waktu semalaman telah dibunuh habis oleh musuhnya, sejak malam itu, di dalam perkampungan itu lantas sering-sering terjadi heboh lantaran ada setan kabarnya, hingga semua menamakan tempat itu menjadi Kui-cung atau kampung setan, hingga sekarang ini tidak ada orang yang berani mendiami tempat itu"

Cin Hong terkejut, ia berpaling dan bertanya pada Leng Bie Sian: "Untuk apa kau hendak ajak kami ke- perkampungan setan itu?"

"Aku tadi dengar kalian kata hendak mengejar Pangcu golongan Kalong, dan dia itu sekarang mungkin bermalam diperkampungan setan itu" menjawab Leng Bie Sian Sambil tertawa.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Cin Hong heran.

"Aku dengar sendiri, tadi ketika pangcu Golongan Kalong ber-sama2 sepasang suami golongan Lo-hu berlalu dari sini, aku justru sembunyi diatas pohon dalam rimba  itu. Mereka bertiga lewat di bawahku, si Kie-lim merah Kha Gie San bertanya kepada pangcu golongan Kalong hendak kemana, dan pangcu itu menjawab akan pergi keperkampungan setan"

Cin Hong berpaling dan bertanya kepada can-sa-jie: "saudara can Sa, kita mau pergi ataukah tidak?"

Can Sa-jie mengangguk-anggukkan kepala kemudian mengangkat mata dan bertanya kepada Leng Bie Sian-

"Kaum wanita apa lagi yang masih gadis kebanyakan takut setan- Apakah kau tak takut?",

"Dengan kalian berjalan bersama-sama, aku tidak merasa takut" berkata Leng Bie Sian Sambil membusungkan dada. Cin Hong dan can-sa-jie lalu bang kit. Monyet itu mengetahui juga mereka mau pergi, Sikapnya menunjukan perasaannya berat, tetapi suka ikut mereka, sambil menunjuk rumah gubuk yang sudah menjadi abu, mulutnya terus cecowetan tidak berhentinya seolah-olah hendak beritahukan bahwa ia hendak menunggu sampai majikan kembali.

Tiga orang yang menyaksikan sikap setia dari Monyet putih itu tergerak juga hatinya, lalu berpamitan padanya, dan Monyet putih itu juga mengantar mereka hingga keluar dari barisan Pat bin PouW.

Pemuda itu, pada malam itu juga terus melakukan perjalanannya menuju kekampung setan,

Usia mereka meskipun masih muda, tetapi masing- masing memiliki kepandaian ilmu silat dari golongan sendiri-sendiri. Waktu mereka masing-masing mengerahkan ilmu meringankan tubuh, tempat sejarak tiga puluh pal dalam waktu sekejap mata sudah dicapai oleh mereka, dan perkampungan yang dinamakan kampung setan itu juga sudah berada dihadapan mata mereka.

Kampung itu merupakan kampung kuno yang dibangun satu yang agak tinggi diluar kota, disitu tidak ada lain rumah penduduk desa, diluar perkampungan ada sebuah kolam ikan, seputarnya dikurung oleh dinding tembok ditanami pohon-pohon buah tho dan pohon itu dalam keadaan gelap gulita. perkampungan itu bentuknya seperti seekor binatang aneh yang sedang tengkurap. seolah-olah diliputi oleh keseraman yang menakutkan.

Tiga anak muda itu tidak berani masuk dengan lancang, ketika tiba dibawah kaki tembok lantas lompat keatas pohon untuk melihat keadaan disekitarnya, tampak perkampungan itu gelap gulita, sedikitpun tak ada sinar lampu, bahkan suasana dalam perkampungan itu Sunyi senyap, sekalipun suara binatang juga tidak terdengar sama sekali, benar-benar mirip dengan perkampungan setan-

Leng Bie Sian lompat keatas pohon dibelakang Cin Hong dan Can Sa-jie, katanya dengan suara perlahan^

"Suhu kata bahwa kepandaian ilmu silat Pangcu golongan kalong itu sangat hebat, ia ada melatih semacam ilmu yang dinamakan ilmu sihir, ia dapat menyuruh kita tidur jikalau kita dipergoki olehnya. Sebaiknya kita harus lekas-lekas lari pulang. sekali-kali jangan sampai ke bentrok dengan sinar matanya"

Cin Hong yang pernah ditidurkan satu kali oleh Pangcu golongan Kalong itu, sudah tentu percaya ucapan gadis itu, Sebaliknya dengan can-sa-jie yang tidak begitu perCaya dengan ilmu gaib, diam- diam sudah mengambil keputusan. bahwa malam itu apa bila berjumpa dengan seorang tersebut, pasti hendak memandang matanya, ia akan menguji benar atau tidak Pangcu itu dapat membikin tidur dirinya.

Mereka berunding sebentar. lebih dulu pikir hendak masuk kekampung itu dari tiga jalan, tetapi Leng Bie Sian yang takut dalam kampung itu benar ada setannya, tidak berani bergerak seorang diri, pada akhirnya terpaksa menurut kehendaknya, tiga orang berjalan bersama-sama.

Cin Hong memberi pesan kepada kawannya bahwa maksudnya malam itu hanya hendak menyelidiki keadaannya, tidak boleh melakukan pertandingan langsung. Can Sa-jie sementara itu menerima baik saja, tetapi ia sudah bergerak lebih dulu, lompat melesat keatas tembok dan melayang turun kedalam kampung.

Cin Hong bersama Leng Bie sian terpaksa mengikuti jejaknya, tiga orang itu dengan menyusuri kaki tembok terus berjalan kebawah perumahan., dengan gerakan sangat ringan mereka lompat keatas genteng, dari mulutnya meniru suara kucing, dan sepasang tangannya juga meniru suarakan kucing, dengan Sangat hati-hati, merayap diatas rumah.

Rumah batu dalam kampurg itu jumlahnya tidak kurang dari lima puluh buah, ada yang dibangun sendiri, ada yang dibangun berpetak-petak, hingga tampaknya sangat luas, jelas sin-ciu piauw-khek Sie Thay waktu itu memiliki kekayaan yang sangat besar dan hidupnya juga sangat mewah.

Leng Bie sian terus merayap tidak terpisah dari damping Cin Hong, saban-saban ia harus menoleh dan memandang pemuda itu, seolah-olah dengan meniru kucing berjalan itu sangat interesan sekali.

Mereka dengan caranya demikian itu, telah melalui beberapa bangunan rumah yang merupakan bangunan terpenting dalam kampung itu. Tiba-tiba, tampak dari jendela salah satu bangunan itu ada sinar lampu, tapi simar lampu itu telah terhalang oleh sebuah rumah batu, maka tadi tidak terlihat oleh mereka.

can-Sa-jie dengan kegesitannya luar biasa, lebih dulu melompat keatas genteng rumah yang terdapat sinar lampu itu, kedua kakinya dicantolkan dipayon rumah, dengan Cara bergelantungan melongok kedalam. Hanya melongok sebentar saja, dengan cepat sudah loncat balik. keatas genteng.

Cin Hong dengan Leng Bie Sian waktu itu sudah menghampiri padanya dan bertanya dengan suara perlahan: "Bagaimana?"

can-Sa-jie membuka mulutnya dan menunjukkan senyumnya misteri, katanya dengan suara sangat perlahan: "Suami istri dari golongan Lo-hu"

"Bagaimana?" tanya Cin Hong Cemas. can-sa-jie menggeleng kan kepala dan menjawab: "Tidak apa-apa..."

Cin Hong tidak perCaya, tanyanya pula: "Mereka sedang berbuat apa?"

can-sa-jie kembali menggelengkan kepala, ia berkata: "Tidak apa apa. "

Cin Hong mengerutkan alisnya dan menyesali sang kawan itu: "Jangan kau berlaku misteri. "

Can Sa-jie menggaruk-garok kepalanya dan berkata dengan suara gelagapan: "Kau pergi lihat sendiri, aku juga tidak bisa kata apa-apa "

Cin Hong merasa lebih heran, ia segera menelaah perbuatan can-Sa-jie tadi, kedua kekinya dicantolkan diatas payon, dan dangan Cara bergelantungan merengok kedalam. Apa yang disaksikan olehnya? la jadi melongo.

Kiranya didalam rumah itu hanya merupakan kamar yang sudah rusak keadaannya.diatas sebuah meja bundar yang sudah peCah ada sebuah lampu minyak, sebagai penerangan, sebuah tempat tidur yang sudah mesum dan rusak keadaannya begitupun bantalnya juga awut-awutan. keCuali itu, tidak ada apa lagi, juga tidak terdapat bayangan sepasang suami istri dari Lo-hu.

Apakah can-sa-jie membohong? Tapi dalam kamar itu tiada orangnya, bagaimana ada lampu pelita?

Cin Hong untuk sesaat itu tidak dapat memikirkan soal itu, terpaksa balik lagi keatas atap. selagi hendak membuka mulut, can-Sa-jie sudah berkata lebih dulu dengan suara perlahan: "Hah, aku can-Sa jie masih tidak berani melihat, sebaliknya kau sudah melihat demikian lama "

Leng Bie Sian Seolah-olah sadar, mukanya menjadi merah, kemudian pendelikan matanya kepada Cin Hong, setelah itu ia menundukkan kepalanya. Cin Hong menarik napas perlahan, kemudian berkata: "Saudara can Sa, mengapa kau bersenda-gurau demikian rupa?"

can-sa-jie menyipitkan matanya, berkata sambil tertawa: "Heh,jangan pura-pura berlaku alim"

"Pura pura berlaku alim apa?" tanya Cin Hong heran. Can Sa-jie mengerlingkan matanya kearah Leng Bie

Sian, katanya sambil mengangkat pundak: "Aku Can Sa-jie meskipun seorang bodoh, tetapi juga tahu, tidak bisa membicarakan soal ini dihadapan nona, apa kau masih perlu tanya?"

Cin Hong mencekal padanya, katanya dengan sungguh- sungguh. "Apakah artinya ucapanmu ini? Didalam kamar itu benar-benar tak ada orang"

Can Sa-jie yang mendengar ucapan itu terkejut, katanya heran:

"Apakah matamu sudah buta? Sepasang suami istri Lo- hu itu jelas rebah di tempat tidur dalam keadaan telanjang bulat, mengapa kau kata tidak ada orang?"

Wajah Cin Hong menjadi merah, ia berkata sambil menunjuk kebawah:

"Benar-benar tidak ada orang Kalau kau tidak percaya lihatlah lagi kesana"

Can Sa-jie menurut, benar-benar menggelantungkan lagi kakinya dan kepalanya melongok kebawah, tetapi dengan Cepat dia sudah balik kembali keatas genteng, dengan wajah berubah dan mata terbuka lebar berkata:

"Sungguh aneh, apakah yang telah terjadi?"

"Apa yang kau saksikan tadi?" bertanya Cin Hong,

can-sa jie kembali melirik kepada Leng Bie Sian, kemudian berbisik-bisik ditelinga Cin Hong:

"Kau tahu bahwa mereka suami istri sudah disekap berapa tahun lamanya dalam rumah penjara rimba persilatan, hari ini adalah malam pertama mereka keluar dari penjara, seperti juga api yang ketemu dengan kayu kering. "

Dalam hati Cin Hong terkejut, buru-buru mengeluarkan tangannya untuk menekap mulut Can Sa-jie katanya dengan suara perlahan:

"Kalau demikian halnya, gerakan kita ini mungkin sudah diketahui mereka"

Wajah can-sa-jie kembali berubah, ia gelengkan kepalanya untuk menengok keadaan disekitarnya, ketika pandang matanya beralih kebagian belakang, tampak olehnya ditempat selisih kira-kira dua kaki belakang  dirinya, ada berdiri tenang seorang wanita berbaju merah yang sangat cantik sekali, dalam terkejutnya ia hanya mengeluarkan suara 'Aaaaa', kemudian cepat meleset kesamping.

Cin Hong dan Leng Bie Sian juga pada waktu yang bersamaan sudah melihat kehadiran wanita berbaju merah itu, juga sama-sama terkejut dan lompat kesamping.

Wanita berbaju merah itu usianya kira-kira tiga puluh tahun, tubuhnya langsing, rambutnya yang hitam dan panjang terurai dikedua bahunya, Wajahnya bagaikan bunga, alisnya lentik matanya jeli, bibirnya merah, sekujur tubuhnya tiada satu bagian yang tidak menarik, hanya dengan munculnya dimalam gelap seCara tiba-tiba itu dengan sendirinya menimbulkan perasaan takut bagi orang yang menghadapinya.

Dia itu bukanlah Pa cap Nio dari Leng- hui pay, juga bukan isteri PangCu golongan Kalong Touw Kui Hui, atau selirnya Liu Kui Bin, melainkan Seorang wanita cantik yang tidak dikenal oleh mereka bertiga.

Kecantikan wanita itu benar-benar bagai bidadari yang turun dari kayangan.

Wanita cantik itu selalu mengedipkan sepasang matanya yang jeli, dan membuka bibirnya yang merah, hingga tampak sebaris giginya yang bersih kemudian berkata sambil tersenyum: "Kalian tiga anak anak, tengah malam buta mendatangi rumah orang tanpa mengetok pintu, seharusnya mendapat hukuman apa?"

Suaranya itu demikian merdu, sedikitpun tidak mengandung maksud untuk menegor hingga bagi orang yang mendengarkan tidak merasa kalau dirinya dipersalahkan, tanpa disadari pula telah menimbulkan kesan baik yang tak dapat dimengerti oleh mereka.

Cin Hong yang mendengarkan tegoran itu memang pantas, buru-buru mengangkat tangan memberi hormat seraya berkata:

"Numpang tanya nona ini siapa? Apakah perkampungan Kui- lay- Chung ini adalah milikmu?"

Wanita cantik itu menganggukan kepala, katanya sambil tersenyum: "Aku siorang she Song, benar majikan wanita perkampungan setan ini" Can Sa-jie perdengarkan suara tertaWanya yang dingin. kemudian bertanya: "oh, apakah kau adalah isteri Sin-chiu- piauw-khek Sie Thay almarhum?"

Wajah wanita itu tampak guram, katanya sambil menghela napas:

"Benar, Suamiku mengalami bencana sudah Tiga tahun lamanya, aku sendiri meskipun terhindar dari kematian, tetapi rumah-rumah dalam perkampungan ini yang jumlahnya tidak kurang dari dua puluh buah, dengan tenagaku seorang diri, sesungguhnya agak sulit untuk dapat urus seluruhnya, sekarang sebagian besar rumah ini sudah nampak bobrok. sehingga mendapat tertawaan kepala kalian bertiga"

Can Sa-jie semula mengira bahwa wanita cantik itu adalah orangnya golongan Kalong, maka mencoba mengejeknya. Tetapi nyatanya, Wanita cantik itu dengan terus terang mengaku sebagai Janda dari Sin cee. setengah tidak sebab menurut apa yang tersiar dalam kalangan Kang ouW, keluarga Sie itu seluruh rumah tangganya sudah di bunuh habis oleh musuhnya, belum pernah dengar ada seorang yang masih hidup, apa lagi istrinya, apakah tidak mungkin wanita itu adalah sukmanya istri Sie Thay?

Berpikir sampai disitu, tanpa disadari tuhuhnya lantas menggigil, tanyanya:

"Hei Kau ini manusia atau setan?"

Wanita cantik itu tiba-tiba perdengarkan suara tawanya yang merdu, Kemudian ia berkata sambil menunjuk sepasang kakinya sendiri:

"Adakah kau belum pernah dengar orang berkata, bahwa setan itu kalau berdiri, terpiSah dengan tanah kira-kira tiga dim" Can Sa-jie tujukan pandangan matanya kekaki wanita cantik itu, benar saja sepasang kaki wanita itu menginjak diatas genteng, hingga diam-diam hatinya percaya bahwa wanita itu bukanlah setan, kemudian ia bertanya lagi sambil menunjuk kebawah: "Siapakah orangnya yang berada di dalam kamar itu?"

"sepasang suami istri, mereka datang untuk menumpang bermalam diSini, kukira kalian pun datang dengan maksud demikian, bukan?" menjawab wanita cantik itu sambil tertawa.

Cin Hong yang mendengar ucapan wanita cantik itu, dalam hatinya sudah berpikir bahwa malam ini terpaksa harus memohon, maka buru-buru menyelak:

"Memang benar, kami tiga orang sedang melakukan jalan malam dan tiada tempat untuk bermalam. maka kami pikir hendak bermalam satu malam diperkampungan ini, tak disangka-sangka bahwa dalam perkampungan ini masih ada Nyonya ditempat ini, kunjungan kami tengah malam buta memang tidak seharusnya maka dengan ini aku minta maaf sebesar-besarnya"

Ia mengira bahwa jawabannya itu sudah cukup sopan, maka setelah itu ia melirik kepada Can Sa-jie sejenak.

Wanita cantik itu menganggukkan kepala lalu memutar tubuh hendak berlalu, sementara mulutnya berkata sambil tertawa:

"Tidak halangan, kalian bertiga sudah datang hendak minta bermalam, silahkan ikut aku"

can-sa-jie seperti ada sesuatu yang tidak beres, maka lalu berkata pula: "Tunggu dulu."

Jari tangannya menunjuk kekamar dibawah dan bertanya: "Nyonya, bolehkah aku numpang tanya, sepasang suami istri itu mengapa sekarang tidak ada didalam kamarnya?"

Wanita cantik itu berpaling dan menunjukkan senyumnya yang manis, sedang mulutnya berkata: "Kalian tadi telah mengintip suami-istri yang sedang bekerja, membuat mereka ketakutan hingga sembunyi dikolong tempat tidur "

Sehabis berkata demikian, lalu menggapai kepada mereka, dan hendak berjalan lagi. Wajah Can Sa-jie menjadi merah, ia maju selangkah seraya berkata: "Tunggu dulu Nyonya"

Wanita itu kembali berpaling dan berkata padanya: "Ada apa lagi? Kalau hendak bicara tunggu nanti sampai dikamar baru bicara lagi"

Sepasang matanya Can Sa-jie dengan Cepat menyapu keadaan disekitarnya, katanya dengan suara perlahan:

"Nyonya, bolehkah aku numpang tanya, malam ini semua ada berapa orang yang hendak bermalam ditempatmu?"

"Tiga berikut kalian semua ada enam orang" menjawab wanita cantik itu sambil tertawa.

Can Sa-jie kembali matanya mencari-cari, lalu bertanya pula "Yang seorang lagi itu tidur dikamar sebelah mana?"

Tangan wanita cantik itu menunjuk kesebuah rumah batu tinggi besar yang terpisah sejarak beberapa puluh tombak dari tempatnya, jawabnya: "Ia tidur diruang tamu kamar itu, ia kata suka tidur diruangan tamu"

Tiga anak mudaitu saling berpandangan sejenak. lalu mengikuti wanita cantik itu lompatturun kebawah, diperkampungan itu mereka melalui perjalanan berliku-liku, akhirnya tibalah mereka dibawah atap rumah batu, wanita cantik itu lalu memutar tubuh dan berkata sambil menunjuk kederetan rumah itu:

"Kalian masing-masing boleh pilih satu kamar, hanya kamar- kamar itu keadaannya sudah rusak tidak karuan, harap jangan dibuat pikiran"

"Tidak. kami bertiga hendak tidur dalam itu kamar saja?" kata Leng Bie Sian.

"Kau seorarg nona, bagaimana bisa tidur bersama mereka dalam satu kamar?" berkata wanita cantik itu sambil tertawa.

Leng Bie Sian menundukkan kepalanya. dan dengan muka kemerah-merahan berkata:

"Kami tiga orang ajaib rimba persilatan angkatan muda, selamanya rukun seperti seudara sekandung, tidak mempersoalkan soal itu"

Wanita cantik itu kembali tertawa, ia lalu membuka kamar yang paling dekat. mengeluarkan korek api dan menyalakan lampunya, selagi semua ia berjalan lagi keluar, Sedang matanya yang melirik tiga orang tamunya bergiliran, dengan tiba tiba tertawa, lalu berkata:

"Didalam kalangan Kang-ouw sering terdengar cerita bahwa perkampunganku ini sering diganggu setan, apabila kalian merasa takut, aku boleh tidur bersama-sama dengan kalian"

Can Sa-jie tidak menantikan wanita itu habis bicaranya, buru-buru menjawab sambil memberi hormat, "Kami tidak takut setan, silahkan nyonya kembali kekamar sendiri" Wanita cantik itu membalas hormat sambil tersenyum, kemudian membalikkan diri dan sebentar saja sudah menghilang kedalam kegelapan.

Tiga anak mudaitu masuk kedalam kamar, mata mereka mengawasi keadaan dalam kamar itu. Kiranya, didalam kamar itu hanya adasebuah tempat tidur, kasur dan selimutnya juga tidak ada, beberapa buah perabot rumah tangga berserakan ditanah, sedang sudut tembok rumah sudah penuh dengan kotoran, debu terdapat dimana-mana keadaannya kotor sekali.

Can Sa-jie menutup pintunya, ia memeriksa keadaan kamar itu sekali lagi, kemudian memberi isyarat kepada Cin Hong dan Leng Bie sian supaya duduk ditanah, Sedang mulutnya berkata dengan suara sangat perlahan: "Hei, kalian coba pikir dia itu benarkah janda Sie Tay?"

Cin Hong tampak berpikir, kemudian berkata: "Dia agaknya kenal baik keadaan dalam perkampungan ini, barang kali. "

"Bukan", berkata Leng Bie Sian sambil menggelengkan kepala.

"Aku kira juga bukan. coba katakan dulu pendapatmu supaya aku bisa dengar" berkata can-sa-jie sambil tertawa.

"Pertama: suaminya dan orang-orang seluruh rumah tangga ini sudah dibunuh olehnya, meskipun peristiwa itu sudah terjadi tiga tahun yang lalu. Tetapi setidak-tidaknya harus ada perasaan duka. Mengapa ucapan pertama tadi meskipun menunjukkan sikap kedukaannya, tetapi kemudian ia masih bisa tertawa-tawa demikian riang? Dan lagi .... dia mengenakan pakaian berwarna merah" kata Leng Bie Sian. "Aku juga mempunyai kesan demikian, dan kedua?" berkata can-sa-jie sambil menganggukkan kepala.

"Kedua: Barang siapa yang melakukan pekerjaan sebagai Piauwsu, kepandaian ilmu silat mereka kebanyakan bukanlah terlalu tinggi sekali. Sin ciu-piauw-khek Sie Thay itu, betapa pun tinggi ilmu silatnya juga tidak bisa lebih tinggi dari kita tiga manusia gaib keCil dari dalam rimba persilatan- . . ."

"Tidak bisa Tadi kau dihadapan musuh sudah mengaku sebagai Soat-lie-ang Yo in in, Karena sudah menghadapi musuh besar, perbuatanmu itu masih dapat dimaafkan- Tetapi sekarang tidak boleh lagi kau gunakan nama orang lain" kata Can Sa-jie yang agaknya tidak merasa senang.

Leng Bie Sian miringkan kepalanya, dengan sikap kekanak-kanakan ia berkata:

"Sebelum nona Yo keluar dari rumah penjara, aku adalah salah satu dari tiga manusia gaib keCil rimba persilatan. Nanti setelah dia keluar dari rumah penjara akuakan kembalikan lagi gelar itu kepadanya, dan aku jamin takkan menodakan nama baiknya. Bagaimana?"

Cin Hong anggap bahwa perbuatan gadis ini sangat unik, maka lalu berkata mendahului Can Sa-jie:

"Baik, aku setuju "

Can Sa-jie pendelikan matanya mengawasi, kaCanya sambil angkat pundak:

"Baiklah, kalau begitu kau teruskanlah keteranganmu"

Dengan sangat gembira Leng Bie Sian melanjutkan keterangannya:

"Kepandaian ilmu silat Sie Thay meskipun tidak terlalu tinggi betul, tetapi dia sudah berani menggunakan gelar Sin- ciu, suatu bukti bahwa didalam kalangan piauwsu dia pasti merupakan seorang yang paling kuat, apabila kepandaiannya ilmu Silat istrinya lebih tinggi dari padanya, aku pikir didalam kalasan Kang ouw tidak mungkin kalau tidak mendapat sedikit nama, betul tidak?"

can-sa-jie menganggukkan kepala, lantas berkata sambil mengaCungkan ib ujarinya, "Pendapatmu sama dengan pendapatku Can Sa-jie, kau benar-benar hebat"

Cin Hong yang mendengarkan pembicaraan mereka rupanya tak mengerti cepat-cepat bertanya:

"Dengan Cara bagaimana kalian tahu kepandaian ilmu silat perempuan tadi lebih tinggi daripada Sie Thay?"

can-Sa jie tampak bangga, ia menjawab dengan mengalihkan kepada soal lain:

"Jikalau bicara soal ilmu silat, kita berdua barang kali hampir bersamaan, tapi jikalau bicara soal pengetahuan rimba persilatan, kau cin cay-cu masih kurang jauh sekali, selanjutnya kau masih perlu banyak belajar, jikalau tidak kita tiga orang gaib angkatan muda dalam rimba persilatan,akan rusak namanya ditanganmu, kalau demikian aku sendiri juga akan terbawa-bawa."

Leng Bie Sian takut cian Hong akan marah, cepat-cepat memberi penjelasan:

"Perempuan tadi sewaktu berada dibelakang kita sejarak dua kaki, kita sedikitpun tak merasa, lagi pula, dia sewaktu melayang turun dari atas genteng, betapakah hebat kepandaian ilmu silatnya masih jauh diatas tiga orang gaib angkatan muda dalam rimba persilatan- Betul tidak begitu?"

Cin Hong kini baru sadar, katanya: "Benar Sekarang aku ingat, dia ada kemungkinan merupakan salah satu isterinya PangCu dari golongan Kalong"

cin Sa-jie lalu bangkit dan berkata^ "Tidak perduli siapa dia, aku hendak melihat lebih dulu bagaimana maCamnya PangCu golongan Kalong itu"

Cin Hong juga turut bangkit, katanya dengan perasaan heran: "Apa kau hendak pergi sendiri?"

Can Sa-jie menganggukkan kepala dan menjawab:

"Ng Kalau kita tiga orang pergi bersama-sama, tentu akan menarik perhatian orang. Jadi baiknya aku keluar sendiri saja.Jikalau aku ada urusan- aku akan meniru suara burung untuk memanggil kalian keluar"

"Tetapi kau harus berlaku hati-hati, sepasang suami isteri golongan Lo-hu itu sudah mengetahui kita memasuki perkampungan ini," berkata Cin Hong.

can-sa-jie dengan sangat hati-hati membuka daun jendela dalam kamar lantas lompat keluar. ia berdiri diluar jendela dan menunjukkan sikap mengejek pada Cin Hong berdua, katanya sambil tertawa:

"Mereka yang sedang menikmati cinta kasih sayang sudah lama tidak berkumpul, aku pikir sekalipun langit rubuh juga tidak mengejutkan mereka" Sehabis berkata demikian, lantas berkelebat dan hilang dalam kegelapan.

Leng Bie Sian bangkit, berjalan kedaun jendela dan tongolkan kepalanya melongok ke luar, setelah itu memutar tubuh dan memandang Cin Hong semakin lama, tiba-tiba pipinya menjadi merah, berkata sambil menundukan kepala. "cin Kongcu, kita juga harus cepat-cepat keluar" Cin Hong juga dapat merasakan bahwa dengan berduaan berada didalam satu kamar rasanya kurang pantas, maka lalu berkata sambil menganggukkan kepala:

"Baik Tetapi Can Sa-jie tadi kata, tiga orang berkumpal menjadi satu akan menarik perhatian orang..,..."

"Kalau begitu kita tunggu saja dia diluar kamar, hanya kita berdua berada didalam kamar ini, kalau dilihat orang rasanya kurang pantas"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar