Tangan Berbisa Jilid 08

 
Jilid 08

Ia memutar lima putaran, barulah tiba diluar jendela kamar nomor seratus lima. Ini adalah kamar yang letaknya paling belakang, terpisah dengan lembah itu masih kira-kira tiga puluh tombak lebih dalamnya. Waktu itu sinar rembulan menyinari dasar lembah, samar-samar tampak dibawah sana ada beberapa alat-alat seperti pacul dan lain- lainnya, dapat dibayangkan bahwa alat- alat itu adalah yang dipergunakan oleh para tawanan untuk bekerja kasar.

Ketika Cin Hong tiba didepan jendela tawanan nomor seratus lima, dari situ masih terdengar suara isak tangis yang keluar dari mulut In-jie, ia lalu melongok kedalam. tampak gadis itu rebah miring didinding sebelah kanan, sepasang tangannya diborgol dengan rantai besi, demikian pula sepasang kakinya rambutnya yang panjang terurai sampai dipundaknya, keadaannja sangat menyedihkan-

"In-jie" demikian Cin Hong memanggil kepadanya perlahan, matanya juga ikut basah.

In-jie dengan cepat lompat duduk. perlahan-lahan bangkit berdiri. Karena kakinya diborgol maka dengan susah payah ia baru bisa berjalan mendekati lobang jendela sepasang matanya sudah merah bendul. Sambil menangis tersedu sedan berkata: "Engkoh Hong, bagaimana sekarang?"

Cin Hong berusaha untuk menahan mengalirnya air mata, ia paksakan diri untuk tertawa kemudian berkata: "Kau sudah makan atau belum?"

"Aku tidak bisa makan, Kau tidak tahu tadi didalam nasiku aku telah mendapatkan satu kutu beras. " berkata

In-jie sambil menggelengkan kepala dan menangis.

cin Kong buru-buru mengeluarkan paha ayamnya dari lengan bajunya, diberikan kepadanya melalui lobang jendela seraya berkata: "Nah, makanlah dulu paha ayam ini"

In-jie tidak mau menyambut, hanya berkata sambil menangis dengan sedihnya: "Tidak aku tidak lapar. "

"Tidak makan mana boleh? Kau nanti bisa sakit perut karena kelaparan" berkata Cin Hong cemas.

"Mengapa kau tidak memberitahukan hasilmu dalam pembicaraan dengan Laucu rumah penjara untuk membebaskan aku? Dan mengapa kau mesti suruh aku makan?" berkata In-jie menangis semakin keras. "Makanlah dahulu aku nanti akan beritahukan kepadamu perlahan-lahan"

In-jie menggelengkan kepala dan berkata^

"Aku benar tidak bisa makan, kau lekas beritahukan kepadaku "

Cin Hong menghela napas perlahan, katanya dengan membujuk: "Kalau begitu kau boleh tinggalkan dan makan besok pagi saja, bagaimana?"

In-jie terpaksa menyambut paha ayam itu dan menghentikan tangisnya, tanya dengan suara sedih:

"Dengan Cara bagaimana kau bisa mendapatkan paha ayam ini?"

"Laucu Tumah penjara telah mengundang aku makan bersama-sama, dan dari meja makan itu aku telah mencuri sepotong untukmu " In-jie tertawa geli, katanya:

"Kalau dia sudah mengundang kau makan barangkali juga bersedia buat membebaskan aku bukan?"

Namun Cin Hong menghela napas, mencarikan bagaimana hasilnya pembicaraan dengan Laucu, pada akhirya ia berkata, "Sekarang kau terpaksa harus sabar beberapa hari, biarlah aku nanti perlahan-lahan berusaha buat menolong kau boleh kah?" In-jie kembali mengucurkan air mata, katanya Sambil menangis.

"Bagaimana bila kau tidak mendapatkan daya upaya yang baik buat menolong aku keluar?"

"Barangkali tidak sampai demikian serius. Tapi jangan lupa, kau harus terus melatih ilmu Silatmu dan harus lebih giat. Apa bila dalam waktu yang cepat bisa dirobah kamar tahananmU kekamar tahanan naga, waktu itu kesempatan buat melarikan diri jauh lebih banyak daripada ditempat ini"

"Aku harus melatih ilmu silat berapa lama baru dapat menyambut pukulannya sampai lima kali?"

Cin Hong memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, katanya perlahan:

"Satu tahun tak berhasil dua tahun, dua tak belum berhasil, yah tiga tahun, bila tiga tahun masih belum juga berhasil.,.."

In-jie mendadak marah alisnya berdiri katanya sengit: "Kau ngoceh Apa kau Suruh aku jadi nenek-nenek dulu?"

"Ah tidak, besok pagi aku akan pergi mengunjungi suhuku dan Suhumu, barangkali Suhu dapat memikirkan suatu Cara yang lebih baik."

In-jie menundukan kepala, dan berkata Sambil manangis: "Suhu pasti marah terhadapku, aku tahu. "

Dua anak muda itu saling berpandangan dengan hati pilu, untuk Sementara suasana menjadi hening.

Seluruh penjara kini tampak sangat sunyi, sinar  rembulan memancarkan sinarnya didinding lembah, menyinari lubang-lubang jendela yang berderet disepanjang lamping dinding, sehingga merupakan pemandangan yang sangat misteri, menyeramkan. . . .

Pada saat mereka masih dalam suasana hening, diatas lembah setinggi seratus tombak lebih itu tiba-tiba terdengar suara nyanyian seorang Wanita yang sangat merdu sekali, seolah-olah keluar dari mulut bidadari dari kayangan.

Suara nyanyian itu sebentar meninggi Sebentar rendah, sebentar cepat, sebentar lambat, kedengarannya merdu sekali, dan pada akhirnya, semakin lama suara itu semakin rendah, dan semakin rendah semakin halus, dan tanpa dirasa sudah menghilang kembali

Cin Hong dan in-jie mendengarkan suara nyanyian itu dengan penuh perhatian- sampai suara nyanyian itu lenyap cukup lama, keduanya barulah sadar kembali. In-jie pertama yang membuka kesunyian, katanya dengan perasaan heran:

"Siapa yang menyanyi itu. Alangkah merdu Suaranya." "Mungkin murid perempuan Laucu rumah penjara yang

bernama Leng Bie Sian itu. Tapi dia adalah seorang gadis

remaja, bagaimana bisa menyanyikan lagu Siao-thao-hong? agaknya tak sesuai,..." In-jie terkejut dan bertanya:

"Murid perempuan Laucu rumah penjara rimba persilatan? Apakah kau pernah melihat dia?"

Cin Hong menganggukkan kepala. Kalau teringat bagaimana sikap In-jie yang menunjukkan nyata sekali perasaan Cintanya, hatinya juga tergerak.

"Hemm", demikian jawabnya singkat. "Berapa tahun usianya?"

"Kira-kira seusiamu begitulah" "cantikkah dia?"

"cukup Cantik, selisih tidak jauh denganmu"

In-jie rupanya masih hendak bertanya lagi, ketika tiba- tiba terdengar suara seorang tua dari kamar nomor seratus empat.

"Kalian sudah dengar yang menyanyi tadi bukanlah murid perempuan Laucu rumah penjara"

Cin Hong yang mendengar ucapan itu terkejut, ia melangkah ke kamar nomor seratus empat. Tampak olehnya di belakang lubang jendela itu ada berdiri seorang tua yang mukanya penuh bopengan, rambutnya sudah berwarna dua, orang tua itu begitu melihat Cin Hong berjalan kedepan jendelanya, seolah-olah ketemu dengan keluarganya sendiri, di wajahnya menunjukkan sikap bersemangat, tanyanya: "Anak muda, apakah kau datang menengok keluargamu?"

"Ya. . . .siapakah locianpwe yang mulia?" berkata Cin Hong sambil memberi hormat.

Wajah orang tua itu mendadak berubah suram, katanya sambil tertawa dingin: "Aku si orang tua ini dalam rimba persilatan adalah seorang yang tak ternama. Sudah. ah, jangan disebut Saja"

Cin Hong juga tidak menanya lagi, ia alihkan pembicaraannya keSoal lain, katanya:

"Locianpwe tadi kata bahwa suara nyanyian tadi bukan keluar dari mulut murid Laucu dari rumah penjara, bolehkah aku numpang bertanya, bagaimana locianpwe mengetahui itu?" orang tua itu menarik napas, kemudian berkata:

"Aku orang tua ini berdiam dalam rumah penjara ini sudah ada lima tahun lamanya, nyanyian semaCam itu setiap bulan hampir terdengar satu kali. semula aku juga telah salah menduga, mengira murid perempuan Laucu itu yang menyanyi. Tetapipada suatu malam, aku lihat nona Leng itu turun kelembah untuk berjalan-jalan, sedangkan Suara nyanyian itu terdengar dari ataS lembah, maka aku baru tahu bahwa yang menyanyi itu ternyata adalah orang lain"

Cin Hong pikir hari itu ia sendiri sudah tiga kali bertemu muka dengan Laucu rumah penjara, kecuali guru dan muridnya berdua, tidak pernah melihat nona kedua, maka ia lalu berkata dengan perasaan heran:

"Apakah yang menyanyi itu adalah Laucu rumah penjara sendiri? Akan tetapi, rasanya tidak boleh jadi, dia tidak mirip dengan seorang wanita "

orang itu menunjukkan senyumnya yang misterius, kemudian berkata: "Sudah tentu bukanlah Laucu rumah penjara itu. sebab, pernah beberapa kali, ketika suara nyanyian itu btaru saja sirap. lalu terdengar suara geraman Laucu itu yang jauh dari atas lembah yang menaanggil- manggil siu Kim Siu Kim, Jangan menyanyi lagi..jangan menyanyi lagi"

Cin Hong terheran-heran, dengan mulut menganga ia berkata: "Kalau begitu siapakah sebetulnya yang menyanyi itu?"

"Siapa yang tahu? Mungkin seorang wanita yang disekap dalam kamar tahanan rahasia yang ada hubungannya erat dengan Laucu itu sendiri"

Dalam kamar nomor Seratus lima, in-jie menggunakan borgolan ditangannya untuk memukul dinding tembok, sehingga mengeluarkan suara gempuran, sedang mulutnya memanggil- manggil: "Cin Hong"

Cin Hong buru-buru minta diri kepada orang tua itu, balik kembali kedepan jendela In-jie, kemudian bertanya: "In-jie, ada urusan apa?"

Tubuh in-jie tampak menggigil, katanya dengan menahan isak tangisnya: "Aku takut, malam ini sukalah kau berdiri disini mengawani aku?"

"Baik, aku memang ada maksud demikian" berkata Cin Hong sambil menganggukkan kepala. In-jie lalu tak menggigil lagi, seolah-olah lupa bahwa dirinya pada saat itu sedang tertawan dalam rumah penjara, dengan sikap penuh perhatian memandang kepada Cin Hong sebentar, kemudian dengan tiba-tiba tersenyum dan berkata :

"Perlu kuberitahukan kepadamu, aku sebetulnya juga tahu tidak bisa masuk untuk menantang bertanding dengan penguasa rumah penjara ini akan tetapi aku tak dapat menahan perasaanku, tahukah kau apa sebabnya?"

Cin Hong sudah tentu tahu apa sebabnya tetapi ia sengaja hendak menggoda gadis itu, maka pura-pura menunjukkun Sikap tidak mengerti, tanyanya heran: "Aku tidak tahu, apakah sebabnya?" ^

In-jie agaknya merasa keCewa, kemudian berkata dengan sikap agak marah: "Baik Kau sianak pelajar tolol ini...^"

Cin Hong tertawa ia mendekatkan mulutnya kelubang jendela, katanya dengan suara perlahan:

"In-jie, katakanlah"

Mendengar perkataan yang diucapkan dengan suara demikian perlahan, In-jie mengerti bahwa Cin Hong bukanlah tidak memahami maksud yang sebenarnya, maka ia pendelikan matanya, kemudian tertawa geli sendiri, juga berkata dengan menggunakan suara sangat perlahan:

"Bagaimana pun juga aku sudah tertawan, semua aku tidak perduli lagi. "

Wajah Cin Hong menjadi merah, ia masih tetap berlaku pura-pura tidak tahu, bertanya lagi sambil tertawa:

"Urusan apa yang kau kata tidak mau per. perduli

lagi?"

Sepasang pipi In-jie mendadak menjadi merah, katanya dengan sikap kemalu-maluan: "Aku hendak mengucapkan perkataan yang tidak tahu malu, apakah kau tidak akan mentertawakan aku?"

Wajah Cin Hong dirasakan semakin panas, hatinya berdebar keras, seolah-olah sedang mabuk arak, berulang- ulang mereka menganggukkan kepala dan berkata: "Tidak^ tidak. kau katakan sajalah"

Sepasang biji mata In-jie yang jeli berputar-putaran, dengan tiba-tiba ia menundukkan kepala dan berkata:  "Kau. apakah kau suka denganku?."

Cin Hong menarik napas dalam-dalam, untuk menenangkan hatinya yang berdebar keras, kemudian ia berkata dengan suara sangat perlahan sambil tertawa:

"Aku hendak meminjam ucapan Suhumu yang minta aku sampaikan kepadamu, ucapan suhumu itu begini: Aku tidak menentang. hanya segala-galanya harus berhati-hati . .

. ."

Hari kedua pagi-pagi sekali, ketika sinar matahari menyorot masuk kedalam ruangan tamu rumah penjara rimba persilatan.

Laucu rumah penjara rimba persilatan tampak berdiri ditepi lubang jendela yang berbentuk hati yang menggendong tangan dibelakang. pandangan matanya ditujukan keataS tujuh senar besi yang tampak dari luar jendela, lama sekali ia berdiri termenung tanpa bergerak sedikitpun. agaknya tenggelam dalam kenangannya pada masa-masa yang lampau....

Sedang Cin Hong waktu itu sedang membereskan selembar kertas putih yang dipasang di-dinding batu marmer sebelah kiri ruangan tamu. gerakannya itu sangat perlahan sekali barulah ia berhasil memasangkan kertas itu didinding tembok batu marmer. Sikapnya yang ayal-ayalan itu, bila dilihat oleh seorang yang biasa berlaku gesit dan anggap waktu sangat berharga, pasti ia bisa didamprat sebagai orang yang suka membuang-buang waktu dengan cuma-cuma. atau tidak sayang dengan waktu yang sangat berharga.

Disamping meja persegi yang terletak ditengah-tengah ruang tamu, ada berdiri Leng Bie Sian yang sedang menggulung lengan baju dan menggosok bak (alat untuk membuat lukisan yang berwarna hitam) ia menggosok- gosok sekian lama lantas angkat muka mengawasi Cin Hong seraya bertanya: "cin Kongcu apa sudah siap?"

Sebenarnya dia sudah tahu kalau gosokan bak itu harus sampai kental benar baru dapat digunakan untuk melukis.  ia mengajukan pertanyaan itu hanyalah karena ingin memandang Cin Hong semata-mata.

Waktu itu muka pemuda itu tampak merah dan lebih tampan.

Kiranya tadi malam ia yang lama sekali menunggu Cin Hong tidak kembali kekamarnya untuk tidur, diam-diam telah mencuri turun kebawah lembah untuk melihat pemuda itu. Disitulah ia telah memergoki perbuatan Cin Hong bersama sumoaynya yang sedang bercumbu-cumbuan melalui lobang jendela. ia menjadi malu sendiri, tetapi disamping itu juga timbul rasa iri hatinya.

Dari rasa iri hati itu kemudian timbul rasa dongkol, seCepat kilat ia memutar tubuhnya dan pulang kembali kekamarnya. Disitu ia diam-diam telah menangis Sendiri hampir setengah malaman, tetapi akhirnya ia telah mengerti, ia tabu bahwa ia tidak mempunyai hak untuk memaksa upaya Cin Hong Cinta kepadanya juga tak ada satu alasanpun mengapa ia haruS merasa iri hati atau dengki kepada mereka, tetapi untuk menggoda saja kepadanya masih boleh, maka hari itu pagi-pagi sekali ketika melihat Cin Hong kembali ia terus menunjukkan sikap tertawa yang mengejek kepadanya, sehingga Cin Hong dibuatnya menjadi merah padam mukanya, jelas merasa malu bahwa perbuatannya itu telah diketahui oleh gadis ini.

Dengan tindakannya itu, Leng Bie Sian sedikit banyak mendapat sedikit kepuasan terbadap sikapnya yang sudah dapat menggoda kepada Cin Hong.

"cin kongcu apakah sudah siap?" demikian ia  mengulangi pertanyaannya, kembali memandang kepadanya sambil tertawa, agaknya ia sudah mengandung maksud hendak menggoda terus pemuda itu.

Cin Hong digoda demikian mulai merasa marah, katanya:

"Kalau kau sudah siap dengan bak tau itu Sudah tentu aku bisa beritahukan padamu"

Leng Bie Sian jadi merasa malu berbareng gusar, matanya lantas merah, dan melemparkan baknya, kemudian memutar tubuh dan masuk ke kamarnya.

Laucu rumah penjara rimba persilatan berpaling, sepasang matanya memancarkan sinar tajam, dengan sikap marah ia membentak kepada Cin Hong: "Bocah Kau berani menghina murid ku?"

Cin Hong teringat bahwa Leng Bie Sian pernah membantu kepadanya untuk memintakan supaya In-jie dibebaskan dari kewajibannya melakukan pekerjaan berat, dalam hati juga merasa tidak enak sendiri, buru-buru geser kakinya dan berjalan menujU kepintu samping kiri, disamping itu ia memberi hormat kepada Laucu seraya berkata: "Maaf, disini aku akan minta maaf kepadanya" Laucu rumah penjara rimba persilatan lompat kehadapannya, dan berkata dengan suara marah:

"Tidak perlu, kau kembalilah LekaS lukiskan gambar untukku itu"

Cin Hong menghentikan langkah memandang Laucu dengan sikap dingin, kemudian balik kembali kesamping meja, untuk mengambil alat lukisannya. Setelah itu ia memandangnya lagi dan bertanya: "MelukiS siapa?"

Laucu rumah penjara menghampirinya dan berkata dengan suara berat, "Melukis dirimu sendiri"

Cin Hong terperanjat, hampir saja ia berseru, tetapi dengan tiba-tiba teringat ucapan Laucu itu tadi ma lamyang mengatakan bahwa masih ada hal yang lebih mengejutkan yang akan dihadapinya, maka buru-buru menenangkan perasaaanya dan bersikap pura-pura tidak dikejutkan oleh ucapannya tadi, katanya dengan Sambil tertawa dingini

"Aku hanya menerima permintaanmu untuk melukis. Jadi kau jangan kira bahwa perbuatanmu itu akan mengejutkan aku. Kau kalah?"

Sehabis berkata demikian, mengangkat kuasnya hendak memulai melukis, Laucu rumah penjara tiba-tiba tertawa terbabak-bahak. setelah itu ia berkata sambil mengulapkan tangannya^

"Tunggu dulu, aku masih ingin bicara."

Cin Hong terpaksa berhenti, ia berpaling dan berkata sambil tertawa dingin: "Apa tidak perlu aku melukis lagi?"

Laucu itu duduk diatas sebuah kursi, berkata sambil menggelengkan kepala dan tertawa: "Bukan begitu, kau masih tetap haruS melukis. Tetapi, jangan kau melukis sewaktu kau berusia delapan belas tahun. Lukislah dirimu Seolah-olah kau sudah berusia dua puluh enam tahun."

Cin Hong tanpa dirasa telah berseru kaget, perlahan- lahan memutar tubuh, dengan mata terbuka lebar bertanya kepada Laucu itu:

"Jadi maksudmu, apakah didalam dunia ini ada seorang pemuda. yang mirip denganku?"

Laocu rumah penjara tertawa sambil angkat pundak dan berkata:

"Tampaknya aku belum kalah, ha ha Kau toh masih terkejut dan terheran-heran?"

Cin Hong sangat mendongkol, ia tahu bahwa sekali ini ia telah terjebak, maka lalu memutar tubuh menghadap kedinding, tanpa bicara apa- apa ia mulai menggerakkan kuasnya diatas kertas.

oleh karena pikirannya sangat risau, hampir setengah harian ia hanya dapat melukis bentuk mukanya saja. tetapi semakin dilihat semakin tidak mirip dengan dirinya sendiri. Dalam keadaan marah marah, ia telah mencoret-coret kertas itu, setelan itu dirobeknya, dan berpaling serta berkata sambil menyesali rumah penjara:

"Sebaiknya kau keluar dulu saja dari sini. Sebab, waktu sedang melukis, aku tak senang ada orang yang melihati "

Laocu itu sedikitpun tak marah, ia bangkit dari tempat duduknya dan berkata: "Berapa hari baru bisa selesai."

"Belum tentu. Jikalau ilhamku datang, dalam Waktu sekejap bisa selesai. Tetapi jikalau tak ada ilham, satu bulanpun tidak akan beres-beres." Laucu itu tidak berkata apa-apa lagi ia berjalan masuk kepintu kanan, perlahan-lahan turun dari tangga batu menikung, dan lalu tidak tampak lagi

Cin Hong harus menempelkan kembali sehelai kertas didinding tembok. kemudian dengan berjalan berindap- indap menuju kepintu sebelah kanan, kepalanya melongok ketangga batu untuk memperhatikan tindakan LAUcU tadi. Benar saja Laucu itu Sudah berlalu, maka ia lalu balik kembali keruangan tamu, lari masuk kepintu kiri, segera mendengar suara tangisan Leng Bie Sian yang keluar dari kamar kedua.

Ia baru buru2 menengok pintunya sambil memanggil- manggil: "Nona Leng, nona Leng "

Leng Bie sian yang berada didalam kamar tidak menghiraukan panggilannya, masih tetap menangis dengan sedihnya.

Cin Hong tahu bahwa pintu kamar itu tak dikunci dari dalam, lalu ia mendorongnya dengan perlahan, kepalanya ditongolkan kedalam. Tampak olehnya gadis itu rebah diatas pembaaringan, kedua tangannya memeluki bantal buat menutupi kepalanya, hingga suara tangisan tidak terdengar lagi.

Ia tidak berani masuk, hanya berdiri diluar kamar, dan berkata dengan suara perlahan : "Nona Leng, disini aku minta maaf kepadamu, janganlah kau menangis lagi. "

Leng Bie Sian masih tetap tidak menghiraukan kata Cin Hong, sebaliknya malah memeluk erat-erat bantalnya seolah-olah hendak melampiaskan hawa amarahnya, sedang suara tangisnya juga semakin kencang terdengarnya. Cin Hong menghela napas panjang, katanya: "Aku bukan sengaja hendak menghinamu, aku memang sering-sering tidak dapat mengendalikan emosiku sendiri, kadang-kadang suka marah- marah tanpa sebab. Kalau tidak perCaya. kau tanyakanlah saja kepada suhuku ,."

Leng Bie sian tiba-tiba melemparkan bantalnya dan lompat duduk, katanya sambil menangis:

"Pergi Pergi Pergi kau Kalau merasa tidak perlu menangis sudah tentu aku bisa berhenti sendiri. Jangan Cerewet disini"

Cin Hong seperti ditampar mukanya, namun ia masih bisa tertawa-tawa sambil berkata: "Hebat Pembalasanmu sungguh bagus sekali"

Leng Bie sian tertawa geli, dengan wajah kemerah- merahan, ia membalikan tubuh dan berkata dengan Suara lebih lunak:

"Kau sebaiknya pergi saja dan temui sana Sumoaymu, ia bisa mencium kau dengan lebih mesra"

Pipi Cin Hong dirasakan panas, buru-buru menyangkal: "Aku tidak berbuat apa-apa, kau ini bisa saja"

Leng Bie Sian masih tertawa mengejek. katanya: "Hmm Sudah jelas pipi dan mulut menjadi satu, oh masih mau menyangkaL Apa kau kira mataku buta?"

Cin Hong terkejut, buru-buru menyoja kepadanya seraya berkata, "Harap kau jangan membicarakan Soal itu kepada orang lain, sebetulnya sentuhan itu hanya dilakukan tanpa disengaja"

Leng Bie sian berpaling lagi dan mendelikkan matanya, kemudian berkata sambil tertawa mengejek lagi: "Kalian sudah bertunangan atau belum?" "Belum, aku kenal padanya belum ada setengah bulan" berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala.

Leng Bie sian membuka matanya lebar-lebar, seolah-olah dikejutkan oleh jawaban itu katanya:

"Kalau begitu mengapa kalian berani berciuman?"

Cin Hong merasa malu sendiri, buru-buru keluar dan menutup pintu kamar, setelah itu lari kembali keruangan tamu mengangkat kuasnya lagi untuk melukis.

Pagi itu ia telah menghabiskan tiga lembar kertas gambar, yang semuanya dirobek-robek hampir waktu makan tengah hari, baru berhasil melukis bagian kepala. Ia juga tidak menghiraukan Leng Bie Sian yang main mata kepadanya, begitu menyelesaikan lukisan bagian kepalanya segera lari ke kamar tahanan naga, hampir tiba didekat lobang jendela kamar nomor delapan, segera menampak Thian-san Swat Popo sudah menongolkan kepalanya dari lobang jendela, sedangkan mulutnya berkata kepada tawanan kamar nomor tujuh:

"Tua bangka kalau kau tidak mencarikan akal lagi bagiku, aku nanti akan menggempur kamar tawanan ini untuk lari keluar."

Cin Hong lari menuju kebawah jendela kamar nomor 10, swat Po-po terkejut dan berpaling ketika menampak Cin Hong datang, matanya tampak bersinar, ia berseru dengan terkejut dan girang: "Anak. bagaimana dengan murid ku?"

begitu ia berteriak, dari lobang jendela kamar nomor tujuh segera tampak kepala It-hu Sianseng yang menongol keluar, ia mengawasi Cin Hong sambil tertawa berseri katanya:

"Anak. jikalau kau tadi tidak lekas datang, telinga suhumu mungkin Sudah akan menjadi tuli." Setelah Cin Hong memberi hormat kepada Suhunya dan subonya, barulah menceritakan bagaimana kecerobohan In- jie yang berani menantang bertanding dengan Laucu, hingga akhirnya tertawan di dalam kamar tahanan ular, dan bagaimana ia sendiri berusaha untuk mintakan keringanan kepada Laucu supaya In-jie jangan diberikan pekerjaan kasar, pada akhirnya ia menghela nafas, dan bertanya sambil mengawasi Swat Po-po:

"Subo, teCu sebetulnya bisa menantang bertanding, menantang Laucu rumah penjara ini. Akan tetapi dengan berbuat demikian- bukanlah suatu jalan yang baik untuk keluar dari penjara. coba subo tolong bantu pikir bagaimana baiknya teCu harus berbuat?"

swat Po-po tampaknya sangat marah, ia menggeram, kemudian berkata:

"Ada satu cara. Kalau kau ketemu dia lagi, jewerlah kupingnya dan berikan tamparan beberapa kali kepadanya."

Cin Hong menundukkan kepala dan berkata sambil tertawa kecil:

"Harap subo jangan terlalu mempersalahkan dia, sekarang kita malah harus pikirkan baik- baik cara untuk menolongnya"

Air mata mengalir keluar dari mata Swat Po-po, katanya dengan suara terisak-isak: "Aku sudah berpikir semalaman, juga tak dapat memikirkan suatu cara yang terbaik, sedangkan suhu Si tua bangka itu, tak mau membantu memikirkan cara bagiku, bagaimana aku harus berbuat?"

Cin Hong lalu angkat muka dan mengawasi Suhunya di lubang jendela kamar nomor tujuh, Katanya sambil tertawa kecil: "Suhu, suhu barangkaii juga tidak dapat memikirkan sebabnya?"

"Dialah yang baru tidak berpikir demikian itulah susahnya untuk meraba hatinya orang wanita" berkata It-hu Sianseng sambil tersenyum.

Cin Hong takut Swat Po-po marah lagi, maka buru-buru berkata kepadanya sambil tertawa:

"Subo, harap subo jangan marah, kita pikir perlahan- lahan, tecu perCaya kita tentu dapat memikirkan suatu cara yang baik"

Pada saat itu, can-Sa sian, yang berada di kamar noraor enam telah menongolkan kepalanya, Sambil menyipitkan matanya ia berkata:

"Anak muda, maukah kau beritahukan sesuatu kepada murid Ku? Katakanlah, bila dia juga berani masuk menantang bertanding dengan Laucu itu, sipengemis tua ini Selanjutnya akan memutuskan hubungan dengannya"

Cin Hong dari jauh menjura kepudanya, lalu berKata. "Harap PangCu jangan khawatir, Saudara cang sa adalah seorang yang sudah masak pengertiannya, tidak mungkin ia akan berbuat demikian"^

"Masih susah dikata. Di waktu biasanya ia masih baik, tetapi kalau ia sudah mengadat, pengemis tua ini juga hampir tidak sanggup mengendalikannya, perangainya sangat aneh sekali"

Cin Hong tidak berkata apa-apa, hanya tertaWa terhadapnya, kemudian ia berjalan kebawah jendela sahunya, bertanya dengan Suara perlahan:

"Sahu, kemarin Laucu pernah kata bahwa. ia pernah datang menengok suhu, benarkah ada kejadian itu?" "Memang benar, dia datang untuk mencari keterangan tentang dirimu, ia berkata hendak mengambil kau sebagai murid, bagaimana kau anggap soal ini?" jawab It-hu Sianseng sambil menganggukkan kepala.

"Itukah keinginannya? Sungguh seperti kanak-kanak saja dia" It-hu Sianseng mengerutkan alisnya berpikir, kemudian berkata.

"Tetapi suhumu merasa bahwa mungkin ia mempunyai rencana lain, hanya sekaraag ini suhumu tidak dapat memikirkan rencananya itu"

"Masih ada Suatu hal yang lebih aneh, ia telah minta teecu melukiskan gambarnya seorarg pemuda yang wajahnya mirip dengan teecu"

It-hu Sian-seng menunjukan sikap terkejut. katanya: "Apa dia tidak mengatakan siapa pemuda itu ?"

"Tidak! tecu malas berbicara dengannya, mungkin ia  juga tidak mau mengatakan" berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala.

Sepasang mata It-hu Sianseng perlahan-lahan dipejamkan, lama ia berpikir, barulah membuka lagi perlahan-lahan, dengan sikap sangat hari-hati ia berkata :

"Anak. ada satu hal kau harus ingat baik-baik, biarpun dalam keadaan bagaimana, kau tidak boleh menceritakan asal-usul dirimu. Urusan ini suhumu sendiri juga tidak dapat mengatakan Sebab-sebabnya, tetapi suhumu merasa ada suatu firasat yang menakutkan. "

"Apakah Suhu anggap bahwa pemuda yang Laucu minta tecu lukis gambarnya itu, adalah musuh yang sedang dicari oleh Laucu itu? Tapi, hal ini ada hubungan apa dengan teecu ?" It-hu sianseng tidak menunjukan sikap untuk berbantahan dengan muridnya, hanya katanya:

"Dalam dunia ini ada banyak hal yang sangat aneh dan diluar dugaan manusia, bagaimana pun juga harus waspada. Tidak halangan lalu kau menggunakan kesempatan ini untuk mencari keterangan dari mulutnya."

Cin Hong menggaruk kepalanya sendiri yang tak gatal, katanya lalu menghela napas:

"Laucu rumah penjara ini, benar-beaar merupakan seorang yang misterius tindak tanduknya hingga saat ini. teecu masih belum tahu jelaS perempuan-..."

It-hu sianseng sekonyong-konyong ingat sesuatu, maka  ia lalu bertanya: "oh, ya, siapakah wanita yang tadi malam berjanji diatas lembah itu ?"

"Waktu itu teecu sedang berbicara dengan Sumoay dikamar tahanan ular. Menurut keterangan seorang tawanan yang berdekatan dengan sumoay tempat tahanannya itu adalah Laucu rumah penjara yang bernyanyi, juga bukan murid wanitanya. Teecu semula ingin menanya pada murid wanitanya, tak disangka Waktu ketemu padanya telah lupa menanya"

"Kalau ingin mengetahui siapa sebenarnya Laucu rumah penjara ini wanita yang tadi malam menyanyi itu rupanya adalah kunci yang sangat penting "

swat po-po yang menyaksikan Cin Hong terus berbicara tidak ada habisnya dengan suhunya, sedang yang dibicarakan itu bukanlah urusan dan cara bagaimana untuk menolong muridnya, maka semakin mendengar semakin marah lalu karena tidak dapat mengendalikan lagi hawa amarahnya, memaki-maki dengan suara keras, "Tua bangka Anak busuk. Kalian semua adalah orang- orang yang tidak barperasaan- Bila satu hari kelak muridku bisa keluar dari penjara ini. sekali-kali tak kuijinkan menikah dengan kau Sianak busuk ini"

cin Kong menjadi bingung, ia berpaling dan menjura pada Swat Po-po seraya berkata: "Subo. subo sebetulnya suruh tecu berbuat bagaimana ?"

"Kau masih tanya denganku harus berbuat bagaimana? Pikirkan lekas cara yang baik untuk menolong dia" berkata Swat Po-po dengan suara keras.

Cin Hong terpaksa mengiakan saja, lalu berpaling lagi kepada suhunya dan bertanya dengan peraSaan tegang:

"suhu, dalam urusan ini bagaimana pendapat suhu?"

It-hu sianseng mengerutkan aliSnya, lalu bertanya pada can Sa-Sian, didalam kamar no-6. "Losie, maukah kau tolong sumbangkan sedikit pikiran untuk kami?"

can Sa-sian mengedip-ngedipkan matanya, kemudian berkata:

"Aku sipengemis tua justru hendak menyumbangkan satu pikiran yang baik buatmu Untuk selanjutnya, dikemudian hari,janganlah sekali- kali kau terima anak perempuan menjadi murid. begitu sajalah nasehatku"

It-hu Sianseng menghela napaS dalam- dalam, kemudian berpaling dan berkata kepada Cin Hong:

"Anak, kau beritahukanlah kepadanya supaya lebih bertekun melatih kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga dalam, karena ilmu tenaga dalamnya masih terpaut jauh sekali denganmu. Seharusnya, dengan mengandalkan ilmu Thian San Cit ciong hui ia pati dapat bertahan dan sanggup menerima pukulan LaucU sampai empat atau lima kali asal kekuatan tenaganya cukup, Tapi semua yang sudah lewat tak mungkin dapat kembali, sudablah. Kau suruhlah dia terus berlatih saja. Usahakan supaya ia dapat pindah kekamar penjara naga ini. Kalau sudah disini, barulah kita usahakan lagi buat dia melarikan diri dari rumah penjara. Dia seorang gadis cilik, kalau merat dari penjara tidaklah akan menjadi buah tertawaan orang"

Cin Hong pikir, satu-satunya jalan untuk bisa keluar dati rumah penjara ini, juga memang hanya itu saja, maka ia mengiakan sambil mengangguk. lalu bertanya: "Suhu, kemarin Suhu bicarakan soal teecu pergi kegunung oey San

...."

Wajah It-hu Sianseng tiba-tiba berubah serius, sambil mengulapkan tangannya ia memotong ucapan Cin Hong, katanya:

"Tidak!! tidak Urusan ini, kita tunda saja sampai kita keluar dari rumah penjara ini."

"Mengapa?" tanya Cin Hong kaget.

"Tidak apa- apa Biar bagaimana kita antara guru dengan murid masih ada kesempatan untuk bertemu muka beberapa kali lagi. tidak perlu tergesa-gesa. Sekarang, pergilah lihat orang tua berbaju hitam yang tadi malam terpukul jatuh oleh Laucu Dia adalah seorang lawan yang sangat lihay, yang jarang dijumpai oleh Laucu. Maka suhumu ingin tahu siapa sebetulnya orang tua Itu"

Cin Hong lalu menceritakan tindakan orang tua gila yang tidak diketahui asul-usulnya itu. Dengan tindakan  gila- gilaan ia menerjang kelembah, sehingga terpukul oleh Laucu kebawah lembah dan ditutup dalam kamar tahanan istimewa, kemudian ia berkata: "Jikalau orang tua itu tak gila, pasti pertandingan akan berakhir seri. Suhu, apakah Suhu tak ingat dalam rimba persilatan ada seorang tokoh kuat seperti dia itu?"

It-hu SianSeng menunjukan sikap agak bingung, katanya sambil tertaWa kecil:

"Iya, ini benar-benar suatu hal yang sangat memalukan- masih baik dua tetangga suhumu ini juga tidak ada yang ingat kalau dalam rimba persilatan ada tokoh seperti dia itu "

Baru habis berkata demikian, dibawah lembah tiba-tiba terdengar Suara seruan riuh dari para tawanan, Suara itu semakin lama semakin ramai, seolah-olah keluar dari ruangan pengadilan yang sedang memeriksa sebuah perkara. Saling susul atau kadang-kadang berbarengan, terdengar seruan-seruan:

"Thian San Swat- lie-ang Yo In In hendak bertemu dengan Cin Hong "

"Thian San Swat- lie ang Yo In In minta bertemu dengan Cin Hong"

"Thian San Swat- lie- ang Yo In In- . . ."

Cin Hong terkejut mendengar suara riuh itu, katanya terheran-heran: "Ah, ada kejadian apa ini. "

swat Po-po yang mendengar suara itu sangat girang, katanya: "Ini pasti muridku yang mengeluarkan akal demikian, lekaslah kau turun tengoki dia " Cin Hong buru- baru berkata kepada suhunya:

"Suhu, teecu hendak pergi dulu kekamar tahanan ular untuk menengoki sumoay, sebentar baru akan pergi kepada orang tua gila itu" It-hu Sianseng berkata sambil tersenyum dan mengurut- urut kumisnya:

"Pergilah, memang suhu dari kemarin juga sudah menduga, anak perempuan dalam kamar tawanan itu, untuk selanjutnya pasti akan membuat gaduh terus, membikin tidak tenang seluruh para tawanan yang berada disitu"

Sejak tadi malam Cin Hong menemani In-jie, hingga kini masih dirasakan hangat dan mesranya sikap gadis itu, maka perasaan kangennya juga semakin besar, saat itu dengan tergesa-gesa ia minta diri kepada suhunya dan can-sa sian, lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya turun kelembah yang berliku-liku itu. Waktu ia melalui kamar tahanan ular, banyaK tawanan yang mukanya mesum dan rambutnya terurai pada berdiri di mulut lubang jendela, masing-masing sambil berkata dengan tertawa terbahak- bahak: "Anak muda, ia tentunya adalah kekasihmu"

"Anak muda aku si orang tua mendiami kamar nomor empat puluh sembilan, tadi aku membantu nona itu memanggilmu. Tolong pesankan kepadanya, malam ini aku minta dibagi lebih banyak sayur dan nasi"

"Ya"

"Dan aku si orang tua di kamar nomor lima puluh. "

Kata-kata lanjutan dari orang tua yang berada di kamar nomor lima puluh tidak begitu jelas didengar oleh Cin Hong, namun ia telah maklum akan maksudnya, yang kira- kira serupa dengan permintaan orang tua di kamar empat puluh sembilan.

Hampir sampai dikamar nomor seratus enam, Cin Hong menampak si Giam ong bermuka kuning Lo Po sedang berdiri diluar jendela, ia marah- marah terhadap In-jie, katanya:

"Lain kali kalau kau berani mengaCau lagi aku tidak akan ampuni kau lagi, untuk selanjutnya akan kusuruh kau turut bekerja keras"

Cin Hong lompat melesat kesampingnya, lalu menjura seraya berkata: "Sam giam-ong, harap kau suka maafkan dia sekali ini, untuk selanjutnya sumoyku pasti tidak akan berani memanggil-manggil seCara begitu lagi"

In-jie yang berada dalam kamar tawanan begitu melihat Cin Hong datang wajahnya yang semula penuh hawa amarah, saat itu lantas lenyap. dan diganti dengan senyum yang menawan hati, kemudian berkata kepada Sam- giam- ong sambil tertawa mengejek:

"Baik, lain kali aku tidak akan panggil-panggil begitu lagi. Lekaslah kau kembali ketempat kau sendiri"

Giam ong bermuka kuning itu melototkan matanya. Kemudian mengibaskan lengan bajunya yang gedombrongan, tubuhnya yang gemuk memutar, dengan langkah lebar berjalan menuju kebawah lagi.

Cin Hong segera menghampiri lobang jendeda in-jie, ia bertanya sambil tertawa. "Injie, ada urasan apa kau memanggil aku?"

In-jie barangkali teringat Ciuman tadi malam bersama Cin Hong, waktu itu sepasang pipinya lantas menjadi merah, ia berkata sambil menundukkan kepala dengan sikap masih agak kemalu-maluan:

"Setengah jam berselang, aku dikeluarkan dari kamar tahanan untuk memberikan makanan kepada para tawanan disini mengapa kau tidak datang menengok aku?" "Aku sedang mengadakan pembicaraan dengan suhu. waktu itu kupikir setelah pembicaraan selesai baru akan datang kemari . . . , Bagaimana? Apakah pekerjaanmu tidak terlalu berat?"

In-jie memonyongkan mulutnya, katanya sambil tertawa kecil:

"Siapa kata tidak berat? Harus memikul makanan dan sayuran yang beratnya dua ratus kati lebih. Pekerjaan ini bukanlah termasuk pekerjaan ringan, lama-lama bahuku barangkali bisa menjadi tebal" Cin Hong buru-buru menghibur kepadanya:

"Tidak bisa, kalau boleh menggunakan kesempatan itu sekalian untuk melatih kekuatan tenagamu. Lagi, suhuku suruh kau lebih memperhatikan latihan ilmu tenaga dalam, jikalau kau tidak ada pekerjaan apa- apa kau harus banyak melakukan semedi. Aku pikir paling lama dua tahun kau tentu akan bisa menyambuti lima kali serangan Laucu. Setelah kau dipindahkan kekamar tahanan naga, kita baru pikir lagi caranya untuk melarikan diri"

"Dua tahun lagi bukankah usiaku sudah menjadi delapan belas tahun?"

Cin Hong diam-diam dalam hati merasa geli, ia maju menghampiri dan mendekatkan kepalanya kelobang jendela, katanya dengan suara perlahan: "Usia delapan belas tahun masih belum merupakan usia tua. Bukankah begitu?"

"Aku tidak rela Aku sama sekali tidak suka cobalah kau lihat, beberapa hari lagi aku pasti hendak menantang kepada penguasa rumah penjara ini"

Cin Hong mengerutkan alisnya, katanya dengan sikap sungguh-sungguh: "Kau hanya mempunyai hak satu kali untuk menantang lagi.Jadi baik2lah berpikir.Jikalau kau belum yakin benar dapat menyambut serangannya sampai lima kali, sekal kali janganlah bertindak gegabah"

In-jie tidak mau menghiraukan, sambil mengedip- ngedipkan matanya ia berkata: "Malam ini apakah kau tidak akan datang mengawani aku?"

Cin Hong memang sudah ingin sekali menciumnya lagi. Mendengar pertanyaan itu ia buru-buru baru berkata sambil menganggukan kepala: "Sudah tentu mau, nanti sehabis dahar malam aku akan segera datang"

Dengan tiba-tiba In-jie menggeleng gelengkan kepala dan berkata sambil tertawa: "Tidak. kau tidak usah datang lagi sajalah"

Cin Hong merasa heran tanyanya: "Mengapa?"

"Tidak apa- apa, aku hanya minta semalam ini janganlah kau datang"

Cin Hong berpikir keras, kemudian berkata sambil tertawa: "Kau takut aku letih karena haruS berdiri?Jangan khawatir Semangatku masih cukup baik."

Injie buru-buru menggelengkan kepala dan berkata: "Bukan, bukan begitu maksudku. "

Cin Hong jadi berpikir lagi, kemudian berkata pula dengan suara perlahan:

"Jikalau kau takut aku menciummu lagi, aku ingin berjanji tidak akan berbuat begitu lagi padamu "

Sepasang mata In-jie yang lebar ditujukan kekanan kiri luar jendela, Ketika disitu tidak tampak ada orang lagi, segera angkat muka dan matanya, berkata dengan suara perlahan: "Sekarang sih boleh, hanya malam ini kuminta kau jangan datang "

Cin Hong tidak dapat menduga apa maksud nona itu, tetapi begitu melihat bibir in-jie yang telah terbuka menanti Clumannya, hatinya-jadi tergoncang. Mana berani disiang hari belong seperti itu ia melakukan ciuman dengan mesra? Maka setelah Celigukan kesana-sini beberapa lama, ia lantas berkata sambil tertawa:

"Aku tidak berani. Tadi malam waktu aku mencium kau, telah terlihat oleh murid wanita Laucu. Tadi juga ia telah menggodaku terus-teruSan." In-jie buru-buru menundukkan kepala, katanya:

"Kau tak boleh berlaku berani seperti lelaki sejati? Dia pasti tidak akan berani menggoda kau lagi."

Cin Hong yang mendengar ucapannya, lalu tertawa dan berkata:

"Baiklah, jikalau sudah tidak ada urusan apa-apa lagi, sekarang aku hendak pergi menengok orang tua gila itu."

Tiba-tiba berubah wajah in-jie, ucapnya dengan suara cemas: "Jangan, sekali-kali janganlah kau pergi tengok orang tua itu" Cin Hong jadi heran, katanya sambil mengkerutkan alisnya:

"In-jie, hari ini kau kenapa jadi begitu? Mengapa sikapmu mendadak berubah? Kau tidak suka aku datang mengawanimu, itu tak apalah. Tetapi kau juga tidak memperbolehkan aku pergi menengoki orang tua gila itu, semua ini rasanya bukanlah tidak ada sebabnya"

In-jie merubah sikapnya yang masih kekanak-kanakan, ia menundukkan kepala dan lama berdiam seakan-akan berpikir, lantas mengangkat lagi kepalanya perlahan-lahan dan berkata dengan suara sedih: "Kuminta padamu, janganlah kau ingin tahu sebabnya. Anggap sajalah aku untuk pertama kali meminta kepadamu jangan tanyakan itu. Harap kau suka menerima baik permintaan ini, janganlah kau tengok orang tua itu. Sukalah kau berjanji?"

Dengan sikap terheran-heran cin-Hong menatap wajah In-jie, dalam hati timbul perasaan curiga, ia merasa bahwa sumoay dihadapan matanya ini benar-benar telah berubah menjadi sorang misterius seperti Laucu rumah penjara itu, sedikitpun tidak mirip lagi dengan Yo in in yang kemarin pernah diciumnya....

Melihat pemuda itu terus memandang kepadanya tanpa bersuara, Wajah In-jie lantas menunjukkan sikap iba, tapi akhirnya terpaksa ia berkata dengan tegas sambil menggigit bibir.

"Sekarang kau pergilah. Aku pikir hendak beristirahat dulu sebentar, besok sore kita berjumpa lagi"

"Apakah maksudmu memanggil aku datang kesini hanya minta untuk aku cepat pergi lagi," tanya Cin Hong kebingungan-Injie tertawa geli, kemudian berkata

"Aku hanya kepingin melihat kau, dan sekarang kita sudah saling bertemu. Aku kuatir bila kau berdiam terlalu lama disini, orang-orang akan menertawakan kita"

Cin Hong pikir ucapan itu memang ada benarnya, maka saat itu menengok lagi kekanan kirinya sebentar, ketika melihat dilubang-lubang jendela para tawanan tidak ada orang yang mengintip. maka cepat di ciumnya bibir si gadis, kelakuannya itu persis seperti kelakuan seorang anak nakal yang sengaja menggoda perempuan- Karena ia takut ditegur oleh In-jie, maka setelah mencium buru-buru dia memutar tubuh dan lari naik tak berani menoleh lagi. In-jie yang melihat begitu mencium Cin Hong lantas lari, jadi bingung sendiri, ia tempel wajahnya pada ruji-ruji jendela, matanya ditujukan kepada pemuda yang sedang lari keatas itu sampai hilang di balik tikungan, lalu memutar tubuh dengan menyeret borgolan dikakinya yang berat, selangkah demi selangkah ia menuju kesuatu sudut dalam kamarnya, kemudian berjongkok dan menggunakan rantai borgolan ditangannya mengetok-ngetok batu dibawah kakinya tiga kali, setelah itu memanggil-manggil dengan suara perlahan:

"Locianpwe, locianpwe Kau dengarkah pembicaraanku dengan suhengku tadi? Sudikah locianpwe menurunkan kepandaian ilmu silat padanya?"

Setelah berdiam sejenak, dari bawah tanah saat itu lalu timbul suara seorang tua yang sangat halus:

"Ai Suhengmu benar-benar seorang kongcu yang Sangat romantis. "

"Locianpwe, romantis itu adakah jahatnya? Bagaimana locianpwe malah menghela napas?" berkata In-jie girang.

Suara orang tua yang di ucapkan dengan sangat halus perlahan terdengar lagi: "Terlalu romantis kadang-kadang juga bisa membawa akibat penyesalan- Itu tak baik. Apakah kau tak pernah mendengar tentang ini?"

In jie tertaWa geli, kemudian berkata lagi^ "cianpwe mengucapkan perkataan ini, dimasa muda tentunya pernah mengalami kesulitan dari orang perempuan. Betul tidak?"

Suara orang tua itu terdengar pula dengan dibarengi dengan suara elahan napas panjang:

"Kau sibudak kecil ini, kalau sudah mengerti dengan ucapan demikian, dikemudian hari tidak boleh menyulitkan suhengmu." "Tidak, dia tak akan kurugikan, begitu pula dia juga  tidak boleh merugikan aku, dengan demikian saja aku sudah merasa puas"

Suara orang dari bawah tanah itu dibarengi dengan suara tertawa getir, berkata: "Hm, Hm Seorang kaum wanita di dalam dunia ini, semua seperti kau "

"Aku tidak suka bicara tentang ini denganmu. Looiaapwe, sebetulnya suka atau tidak kau mengajar ilmu Silat kepada Suhengku?"

"Boleh, tetapi itu tergantung dari jodoh. Apa yang kumaksud dengan jodoh itu ada mengandung maksud lain, apakah kau paham?"

"Aku tahu, aku memang bersimpatik sekali terhadapmu.

..."

orang tua itu kembali memperdengarkan suara elahan napasnya yang panjang, katanya lambat-lambat:

"Kalau begitu, sebelum jodoh itu lenyap. aku hendak menurunkan lebih dulu kepadamu pelajaran ilmu silat yang dinamakan Mo In cap-sek. Pelajaran semacam ilmu pukulan tangan ini apabila kau dapat memahami seluruhnya, untuk keluar dari penjara ini sudah tidak menjadi soal agi. Hanya ada satu hal, kau harus pikirkan suatu cara lebih dulu untuk melawan suara senar yang ditimbulkan oleh Laucu rumah penjara itu"

In-jie berpikir dulu sejenak. lantas menggeleng-gelengkan kepala dan berkata:

"Rasanya tak mungkin Kalau aku mendengar suara senar itu, entah mengapa aku lantas mau menangis saja"

"Ng.. Kau Sibudak kecil ini, apakah dalam hatimu juga ada urusan yang membuat hatimu sedih?" "Mengapa tidak? Ayah bundaku Semua telah mati terbunuh oleh orang jahat" berkata In-jie sambil menghela napas.

"Kalau begitu, ada suatu cara yang rasanya boleh kau coba, nanti kalau menantang bertanding lagi. dalam otakmu sedapat mungkin harus penuhi dengan hal-hal yang menyenangkan, dengan demikian mungkin akan lebih baik Sedikit. "

"oh cara ini kurasa baik juga . Waktu cianpwe bertanding dengan dia tempo hari, apakah tidak ingat soal ini?"

"Tidak. Tetaoi sekalipun ingat juga tidak akan ada gunanya, sebab aku siorang tua selama hidupku tak pernah ada sesuatu hal pun yang menyenangkan hatiku"

"Aku juga tidak ada. "

"Kau sih bisa saja.... Kau dengan Suhengmu baik sekali hubungannya. Kalau kau bertanding dengan Laucu itu. sedapat munggin kau harus pikirkan hal-hal yang mengasyikan dengan suhengmu, atau dengan terang- terangan saja kau panggil namanya"

"Memanggil namanya?" tanya In-jie heran-

Suara orang tua itu tiba-tiba jadi berubah tak karuan juntrungannya, agaknya sudah butek pikirannya, namun masih memaksakan berkata:

"Benar Kalau kau diserang satu kali.. .panggil sekali^ .

.dua kali panggil sekali Bwee Kun. . .Bwee Kun. "

In-jie terkejut, katanya cemas: "Locianpwee Siapa Bwee Kun itu? Penyakit Locianpwe rupanya mendadak angot lagi, Locianpwe, locianpwe Ingatlah Sadar" Suara orang tua itu tidak berhentinya menyebut-nyebut nama Bwee Kun, pada akhirnya dengan tiba-tiba ia menangis tersedu-sedan, dan berteriak-teriak sendiri:

"Bwee Kun kau menipu aku Kau bilang hendak menungguku tiga tahun, nyatanya kau membohongiku Kau kata hendak menunggu aku tiga tahun. "

In-jie jadi bingUng sendiri, ia menghela napas perlahan, lalu menggunakan rantai borgolan ditangannya untuk mengetuk-ngetuk batu di bawah kakinya, Sedang mulutnya berseru-seru memanggil:

"Locianpwe, locianpwe janganlah kau pikirkan Bwee Kun itu lagi. Beristirahatlah sebentar, nanti malam locianpwe boleh ajarkan aku lagi ilmu Ho-in-cap-sek"

Lima hari kemudian.

Cin Hong sudah berhasil melukis sebuah gambar muka orang. Tinggal melukis lagi bagian mata. maka akan SeleSailah Sepuluh gambar, Cin Hong sebetulnya masih ingin mengulur waktu satu minggu atau sepuluh hari lagi. Tapi kemudian, Setelah berunding dengan suhunya, dan menganggap bahwa In-jie biar bagaimana pun juga toh tak akan mungkin bisa pindah dari kamar tahanan ular kekamar tahanan naga didalam waktu singkat, sedangkan ia sendiri tidak seharusnya hanya karena urusan perempuan jadi mengulur waktu sehingga berlarut-larut, maka begitulah lalu ditetapkan besok sore akan meninggalkan rumah penjara rimba persilatan-

Sebab, ke satu: orang-orang dari golongan kalong sudah muncul di rimba persilatan- Dengan mengutus pada dua belas putrinya pergi memancing anak murid angkatan muda dari dua belas partai, maksud mereka masih belum jelas, namun demikian tak dapat di sangsikan lagi bahwa tindakan itu pasti ada mengandung suatu rencana busuk sedangkan dua belas partai itu sebaglan besar barangkali masih tidak mengketahui rencana orang golongan kalong itu. Berdasarkan atas fakta inilah maka dia sendiri harus selekasnya pergi memberi bisikan kepada semua partai agar jangan Sampai mereka terjebak oleh akal muslihat orang- orang golongan Kalong.

Kedua, ia pernah berjanji hendak membawakan kabar dari ketua oey San-pay yang dahulu, Siauw can Jin untuk disampaikan kepada Kwa Lam Kie. Urusan ini sebenarnya telah tertunda terlalu lama, dan Sebetulnya tak pantaslah dilakukan oleh seorang Kang ouw seperti dia. Apa lagi antara dia dengan oey San-ay masih terdapat hubungan- Walaupun dalam rupa teka-teki, seharusnyalah urusan ini cepat2 di selesaikan olehnya.

Tentang kepergian It-hu Sianseng dihulu ke gunung oey- san yang mencari ketarangan tentang diri ayah bundanya, pada suatu lohor hari ke empat sebenarnya Cin Hong sudah mengetahui hasilnya. Tetapi semua itu telah dianggapnya tidak pernah terjadi. sebab, Waktu itu orang yang menyambut It-yang-cie SiauW canJin yang belum lama menjabat kedudukan ketua. Menurut keterangannya oey- San-pay tak pernah kehilangan seorang murid pun, baik dari pria maupun Wanitanya. Mengenai hilangnya anak kunci berukiran huruf Liong, lebih- lebih masih merupakan suatu teka-teki besar. Sudah tentu sebelum persoalan menjadi jelas. It-hu SianSeng tidak mau memperCakapkan soal anak kunci tersebut, yang masih berada dileher Cin Hong. Dengan demikian, pertemuan dibuat habis Sampai disitu saja oleh kedua pihak.

Tetapi bagaimanapun juga cui Hong yang memiliki anak kunci berukiran huruf Liong milik oey-san-pay, tidaklah mangkin kalau tidak ada hubungan sama sekali dengan partay tersebut. Dalam hal ini masih perlu diadakan penyelidikan terus, bila perlu Cin Hong harus berkunjung sendiri kegunung oey-san-

Pada waktu fajar dihari kelima, Cin Hong telah begitu bersemangat hendak menyelesaikan lukisannya, maksud sore harinya hendak meninggalkan rumah penjara rimba persilatan- Pada waktu itu, dari pintu ruang tamu yang menjurus keundakan batu yang turun kebawah, mendadak terdengar suara pegawai rumah penjara yang berteriak keras- keras: "Thian San Swat- lie- ang dari kamar tahanan ular minta bertanding lagi"

"Thian San Swat- lie- ang dari kamar tahanan ular Yo in in minta bertanding lagi kepada Laucu "

Bukan kepalang terkejutnya mendengar suara itu. Selagi masih terheran-heran begitu, sudah tertampak Laucu rumah penjara berjalan keluar lambat-lambat daripintu kiri kedalam ruangan tamu.

Penguasa rumah penjara itu memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian berkata sambil menatap Cin Hong.

"Cin Hong, sumoaymu benar-benar seorang gadis cilik yang suka sekali cari nama. la cuma mempunyai satu kesempatan lagi untuk menantang bertanding, toh ternyata sudah berani mempertaruhkan hidupnya kembali menantang lagi, Kau lihat, apakah itu bukan merupakan suatu kejadian yang sangat aneh?"

Hati Cin Hong berkebat kebit, buru-buru menjura dihadapan Laucu rumah penjara seraya berkata:

"Memang.., cuma kuharap janganlah kau hiraukan dia. Mana mungkin pada waktu sekarang ini ia sudah menantang lagi kepadamu? Benar-benar menjengkelkan" Penguasa rumah penjara itu berjalan menuju kelubang muka jendela, mengawasi senar-senar kawat yang berkeredap-keredep kena pantulan Cahaya matahari, katanya dengan sikap dingin:

"Kau jangan coba-coba memintakan ampun lagi untuknya, aku sama sekali tak bisa memaksa orang tidak menantang orang bertanding denganku, malah kewajibanku ialah menerima setiap tantangan "

Cin Hong tahu bahwa meminta tolong kepadanya juga tidak akan ada gunanya lagi. sekarang satu-satunya jalan hanya lekas pergi keatas lembah untuk mencegah In-jie menantang bertanding, mungkin masih keburu menahan kenekatan gadis itu.

Begitulah. saat itu juga ia lantas meletakkan kuasnya dan seCepat kilat ia lari keluar dari ruangan tamu, ia lompat kedalam ruangan kamar besi yang digunakan untuk naik turun keatas dan bawah lembah, lalu menekan tombol pesawatnya dan turun kebawah.

Tiba ditengah lembah ia lompat keluar dari kamar lifts dan lari mennju kekamar nomor Sepuluh. Ia melongok melalui lobang jendela, namun kamar dimana in-jie itu tinggal ternyata Sudah kosong, disana sudah tidak tampak lagi bayangan In-jie. Bukan kepalang terkejutnya dia, buru- buru memanggil dengan suara cemas: "In-jie In-jie "

Akan tetapi baru saja akan menutup mulut, tiba-tiba terdengar suara seorang tua yang kedengarannya sangat halus, masuk kedalam telinganya:

"Perlu apa kau berteriak-teriak memanggil-manggil? nona In sudah pergi keatas lembah sedang menantang bertanding " Cin Hong mendengar suara itu disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga, maka ia lalu Celingukan melihat keSana kesini, tetapi tidak tampak orang yang berbicara dengannya, diam-diam bergidik sendiri. "Kau siapa?" tegurnya.

"seorang" jawabnya satu suara orang tua yang agak serak dan rendah.

Cin Hong menganggap bahwa orang itu tentunya adalah salah satu dari tawanan dalam penjara tersebut. tetapi kalau didengar dari nada suaranya, orang itu agaknya sengaja berbuat demikian supaya ia menduga-duga sendiri. Sudah tentu ia tidak mempunyai pikiran untuk menyelidiki, ia memutar tubuh dan lari kembali. Sambil berlari itu ia mendongakkan kepala melongok keatas, ketika tiba dimulut goa dimana ada kamar untuk naik turun, telinganya mendengar suara bunyi tambur dipukul lima kali diatas lembah, kemudian lagi ia menampak ditengah udara ada setitik bayangan orang yang lompat keatas tujuh senar kaWat senar itu, dengan gerakan Thian-san-kit-ciong-lui. Tidak salah lagi, dia pasti adalah sumoaynya Cin Hong yang berandalan itu. Ternyata, waktu itu sigadis nakal itu sudah berada diatas lembah, sedang bertolak pinggang menantang penguasa rumah penjara bertanding.

Selanjutnya, dari lubang jendela dikamar ruang tamU penguasa rumah penjara, tampaK melesat sesosok bayangan hitam, bagaikan seekor kumbang mulai bergerak menari-nari diatas senar kemudian disusul oleh timbulnya suara mengalun yang memilukan....

"Engkoh Hong Engkoh Hong" diataS senar itu, tubuh in- jie yang keCil langsing tampak berlepotan kesana kemari, mulutnya mengeluarkan suara panggilan- "Engko Hong, engko Hong" yang sangat merdu, terCampur dengan suara senar yang mengalun itu. Pada tiap lobang dari kamar tawanan, tampak menongol keluar kepala orang-orang tawanan yang mesum dengan rambut kusut awut2an, setiap mata ditujukan keatas, sedang mulutnya mengeluarkan suara teriakan seolah-olah memberi emposan semangat kepada in-jie.

Cin Hong jadi tidak berani menggunakan alat untuk naik turun kelembah itu. ia benar-benar khawatir, bagaimana kalaU belum tiba diatas lembah In-jie sudah dipukul jatuh? Begitulah dengan melalui jalanan keCil berliku-liku di lamping tebing-tebing, dengan sekuat tenaga ia lari naik keataS, sambil berlari-larian mulutnya tak hentinya teriak memanggil-manggil:

"In-jie In-jie Kau tidak boleh menantang bertanding lagi "

Berlari-lari kira-kira limapuluh tombak. tampak diatas senar itu penguasa rumah penjara sudah menghentikan gerakannya tidak lagi menyentil senar kawat besar itu, ia berdiri terpisah sejarak dua tombak dihadapan In-jie, lalu mengangkat tangan dan melancarkan serangannya perlahan-lahan-

Cin Hong yang sudah ketakutan lantas menghentikan langkah kakinya. Baru saja menduga In-jie pasti akan terjungkal dengan sekali pukul oleh penguasa rumah penjara itu, tiba-tiba terdengar suara panggilan In-jie "Engko Hong" seCara samar-samar.

Kini tampak tubuh in-jie yang melompat kesenar ketiga disebelah kiri, bukan saja tidak terpukul jatuh, bahkan dengan tiba-tiba sudah merangsak kesamping kanan dari penguasa rumah perjara, yang ternyata juga melancarkan Satu serangan gerak tipunya itu, tampaknya sangat aneh dan hebat sekali.

Pada Saat itu penguasa rumah penjara mengeluarkan suara Siulan panjang. tubuhnya agak memutar, bagaikan kilat cepatnya menyambut serangan In-jie tadi, kemudian dengan tenang sekali mengulurkan tangannya menyambar bahu kanan in-jie, seolah-olah hendak menyomot Sebuah benda dari atas meja sedikitpUn tidak menggunakan tenaga.

Cin Hong tampak tangan itu sudah hendak menjepit tiba-tiba terdengar In-jie kembali memanggil namanya, "Engkoh Hong" Dan segera tampak tubuhnya yang keCil langsung menggeser kesamping, Seolah-olah rumput yang tertiup angin, tetapi begitu miring seperti jatuh, ia sudah bangun kembali, dengan gerakan yang sangat manis sekali sudah berhasil menggelakkan serangan penguasa rumah penjara tadi. Bersamaan dengan itu, kembali ia sudah menggerakkan tangannya untuk melancarkan serangan terhadap lawannya.

Para tawanan yang letaknya agak dekat dengan tempat itu benar-benar merasa kagum, segera terdengar suara riuh dari mulut mereka yang memuji In-jie, suara pujian itu menggema demikian lama tidak berhentinya.

Cin Hong merasa lega hatinya, buru-buru naik keatas lagi, Sambil angkat kepala ia memanggil-manggil dengan suara nyaring: "In-jie Bertempurlah baik-baik dan hati- hati"

la berjalan melalui jalanan yang memutar itu, kembali terdengar suara memanggil 'Engkoh Hong' yang keluar dari mulut In-jie, dan tampak pula ia sudah berhasil mengelakan serangan ketiga dari penguasa rumah penjara. Benar-benar hebat Ketika ia berjalan satu putaran lagi, terdengar pula suara In-jie yang menyebut 'Engkoh Hong', dan bersamaan dengan itu ia sudah berhasil pula mengelakkan serangan penguasa rumah penjara yang keempat kalinya. Ajaib. Tinggal satu kali lagi kalau dapat mengelakan serangan penguasa rumah penjara. In-jie sudah boleh pindah tempatnya kekamar tahanan Naga. Pada saat itu, Suara riuh rendah dan sorak-sorak para tawanan mendadak sikap, seluruh lembah sesaat menjadi sunyi senyap. semua pada pasang mata ditujukan keatas, ambil menahan napas mereka menantikan keluarnya serangan kelima penguasa rumah penjara disitu.

Inilah suatu serangan yang sangat penting. serangan  yang menentukan Apakah In-jie dapat dipindahkan dari kamar tahanan yang memakai borgolan itu ketempat yang lebih baik? Itu tergantung kepada sanggup atau tidaknya ia mengelakkan Serangan kelima ini

Cin Hong dengan tiba-tiba menghentikan gerakkan kakinya. Dengan menahan perasaan tegang ia menundukan kepala, tidak berani melihat pertandingan diatas itu lagi ....

Sesaat kemudian, Suara panggilan 'Engkoh Hong' terdengar pula disebut oleh In-jie

Sekali ini, begitu suara In-jie itu berhenti meledaklah sorak dan tawa, gegap gempita membisikan telinga, para tawanan berloncat-loncat sambil sorak-sorak diudara lembah itu terdengar jelas sekali

"Bagus Nona kecil ini ternyata sanggup menyambut serangan penguasa rumah penjara sampai lima kali"

"Sungguh hebat Nona kecil ini demikian pesat kemajuannya"

"Lekas lihat Sekarang sudah akan mulai serangan keenam,. Ayoh Dia terjungkal dari atas kawat"

Suara-suara mereka terdengar bercampur atau Saling susul, dan ketika Cin Hong mendongakkan kepala, benar saja tampak olehnya tubuh in-jie yang kecil langsing sudah terpelanting dari atas Senar, Seolah-olah burung kepinis baru kena panah, meluncur turun dengan pesat kedasar lembah Sesaat kemudian, tubuh itu sudah melayang ditengah udara dekat Cin Hong berdiri. Cin Hong menyaksikan jatuhnya tubuh In-jie itu sambil mendekap muka sendiri, tetapi tampaknya gadis itu tidak terluka, namun dalam hati diam-diam juga merasa girang. ia lalu lompat meleset ketengah udara, bersama-sama ia terjun kedalam jaring besar itu.

Pesat sekali mereka meluncur turun, sebentar Sudah jatuh bersama-sama dengan In-jie keatas jaring Setelah berlompatan tiga kali, barulah keduanya berhenti, Cin  Hong lalu lompat bangun dan dudUik, matanya dibuka lebar untuk melihat, waktu itu justru In-jie sudah lompat bangun, matanya penuh air mata, dan berseru memanggil "Engko Hong" dengan perasaan girang,

"Engko Hong, sudah berapa kali tadi aku. "

Dengan muka berseri-seri Cin Hong lompat dan bertepuk tangan, kemudian berkata: "Lima kali, genap lima kali, kau pasti akan dipindahkan ke kamar tahanan Naga"

In-jie sangat girang, ia tampaknya sangat bangga sekali, katanya: "Kau lihat hebat tidak?"

Cin Hong menganggukkan kepala berulang-ulang, katanya:

"Hebat, benar-benar hebat. Dengan Cara bagaimana mendadak kau jadi demikian hebat?"

"Ini adalah ilmu silat yang diturunkan oleh orang tua itu kepadaku. Tapi, sebab yang paling besar ialah kau yang telah membantu banyak sekali kepadaku"

Cin Hong kebingungan sendiri, ia tidak tahu maksud ucapan itu, maka lalu tanyanya : "Kapan aku membantu kau?" In-jie berjalan kehadapannya, dan dengan Sikap kasih sayang ia berkata sambil tersenyum:

"PerCaya atau tidak itu terserah kepadamu Pokoknya, tiap kali aku menyebut 'Engko Hong' aku lalu merasa berkekuatan besar, dan sanggup menyambut serangan satu kali yang dilancarkan oleh penguasa rumah penjara. Sayang waktu serangan untuk yang keenam kalinya tadi, aku tak keburu memanggil kau. Jikalau tidak, aku yakin masih sanggup menyambut beberapa kali serangannya lagi"

"Ini apa Sebabnya?" bertanya Cin Hong heran.

"Kalau aku mengingat kau, lantaS jadi gembira sekali, maka setiap kali penguasa rumah penjara itu menggerakkan senarnya, bagaimana pun pilunya suara yang timbul dari senar itu, hatiku Sama sekali tidak tergerak. . .ini juga orang tua itu yang mengajarkan aku" berkata sambil tertawa.

dalam hati Cin Hong terheran-heran, lalu tanyanya: "Siapa orang tua yang kau maksudkan itu?"

Diwajah In-jie terlintas suatu senyuman yang mengandung misteri, selagi hendak membuka mulut untuk menjawab pertanyaannya, tiba tiba jaring di kakinya bergerak. ia lalu berpaling dan melihat, di sampingnya sudah berdiri seorang tua bermuka merah yang masih sangat asing baginya.

orang tua bermuka mereh itu bersikap seperti orang yang ditugaskan untuk membawa orang-orang yang datang menengok kedalam rumah penjara dan seperti juga Lo Po yang mengurus tawanan orang dalam kamar tahanan ular, juga mengenakan jubah gerombongan dan memakai sabuk lebar serta sepatU tinggi, orang itu mukanya kasar, kumisnya lebat hitam, sikapnya kasar dan rupanya sangat galak. In-jie oleh karena merasa takut dengar brewoknya yang hitam dan lebat itu, lantas mengulurkan tangannya memegangi pundak Cin Hong, ia berkata dengan perasaan takut, "Kau siapa?"

orang tua bermuka merah itu membuka mulutnya hingga tampak giginya yang putih, ia tertawa terbahak-bahak dengan Suaranya yanh nyaring ia berkata^

"Aku Si orang tua adalah Jie-giam ong Hoan Thian cauw, ditugaskan untuk mengurus tawanan dalam kamar Naga, sekarang kau sudah dipindahkan menjadi tawanan di dalam kamar Naga, marilah ikut aku naik ke atas"

"Apakah aku boleh ditawan bersama kedalam satu kamar dengan Suhuku?" bertanya In-jie girang.

"Kau akan mendiami kamar nomor sembilan dengan Suhumu justru merupakan tetangga dekat. Setiap hari kau boleh beromong-omong Untuk menghabiskan Waktu" menjawab Jie giam ong sambil tertawa.

In-jie merasa girang, ia lalu berpaling dan berkata kepada Cin Hong: "EngKo Hong, mari kau kawani aku keatas."

Cin Hong mengangguk-anggukkan kepala dan berkata sambil tersenyum:

"Baik, aku pikir hari ini hendak meninggalkan rumah penjara ini.justru hendak bertemu dengan Suhu dan Subo."

In-jie ketika mendengar jawaban itu menjadi bingung. katanya:

"Aku baru saja dipindahkan ke kamar yang lebih. baik, kau sudah akan pergi. Mengapa kau tidak mau berdiam lagi beberapa hari?"

"Karena masih ada uruSan penting yang harus aku urus, tidak boleh terlambat lagi." "Aku juga ada urusan penting hendak memberitahukan kepadamu, bolehkah kau berdiam lagi satu hari?"

Jie-giam-ong sementara itu sudah mendesak nona itu supaya lekas ikut dengannya: "Mari lekas jalan, kalau  kalian masih hendak bicara, bicarakanlah sambil berjalan"

Mereka berjalan keluar dari jaring kawat, lantas lompat kejalan kecil yang berliku-liku itu, Jie-giam-ong berjalan dimuka sebagai petunjuk jalan, Cin Hong dan In-jie mengikuti dibelakangnya dengan jalan berdampingan sambil berjalan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar