Setan Harpa Jilid 30

 
Jilid 30

KEDENGARAN suara bentakan keras berkumandang dari depan sana, Ong Bun kim dan Thia Eng segera menerjang bersama ke luar dari gua itu dengan kecepatan tingi.

Tampak dimulut gua terdapat puluhan orang manusia tanpa sukma sedang mengerubuti Iblis cantik pembawa maut, pertarungan sedang berlangsung amat seru sekali.

Meskipun Iblis cantik pembawa maut harus mengempit tubuh Dewi mawar merah di bawah ketiaknya, tapi gerak geriknya masih gesit, cepat, cekatan dan berbahaya.

Dengan suatu lompatan lebar Ong Bun kim segera meluncur kedeapan sana, di tengah bentakan nyaring tenaga pukulannya telah dilancarkan berulang kali.

Jeritan-jeritan kesakitan yang memilukan hati segera berkumandang saling susul menyusul.

Thia Eng tidak ambil diam, diapun segera terjun ke arena pertempuran dan melibatkan diri dalam pertempuran yang amat sengit itu.

Mendadak terdengar Iblis cantik pembawa maut mendengus tertahan, tiba-tiba badannya terjungkal keatas tanah dan tak mampu berkutik lagi.

Peristiwa ini dengan cepat mengejutkan sekali hati Ong Bun kim yang sedang bertempur.

Dengan suatu lompatan kilat Thia Eng meluncur kedepan dan mencengkeram badan Iblis cantik pembawa maut. Tapi pada saat itu juga muncullah puluhan gulung tenaga pukulan maha dahsyat yang segera menyelimuti sekujur badannya.

Dalam keadaan begini, kendatipun harus pertaruhkan keselamatan jiwanya. Thia Eng bertekad akan menolong nyawa Iblis cantik pembawa maut, maka dikala ia berhasil mencengkeram tubuh perempuan itu, tiga buah pukulan dahsyat dengan telak menghajar diatas tubuhnya.

"Uaaaak...!" darah kental segera menyembur keluar dari mulutnya.

"Kubunuh kalian semua" bentak Ong Bun kim dengan geramnya. .

Ditengah bentakan yang amat nyaring, tenaga pukulannya yang maha dahsyat telah dilontarkan kedepan.

Ditengah jeritan ngeri yang memilukan hati, dua orang manusia Yu leng lojin tergeletak mati diatas tanah.

Puluhan orang Yu leng jin lainnya bertambah kalap, sekali lagi mereka menerjang kemuka dan menerkam Ong Bun kim dengan geramnya.

Ong Bun kim membentak nyaring, telapak tangan kirinya diayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.

Tenaga pukulan yang digunakan Ong Bun kim dalam serangannya kali ini benar-benar luar biasa sekeji, sayang pada saat itulah mendadak ia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling, semuanya ber putar-putar dan pandangannya menjadi gelap setelah itu tiba-tiba badannya terjungkal keatas tanah.

Keadaan tersebut tak jauh berbeda dengan keaadaan yang dialami iblis cantik pembawa maut barusan. Thia Eng yang menyaksikan kejadian ini menjadi terperanjat sebkali.

"Buncu!" teriaknya tertahan.

Tangan kanannya dengan cepat menyambar kedepan dan mencengkeram tubuh Ong Bun kim.

Sesungguhnya Ong Bun kim jatuh pingsan lantaran ia sudah terkena senjata rahasia yang amat beracun sekali, sebagai mana diketahui, sewaktu menerjang keluar dari lapisan kabut putih yang sangat tebal tadi paha nya telah terhajar sebatang senjata rahasia-beracun, dengan kekejian racun tersebut, dalam waktu singkat daya kerja racun didalam tubuhnya sudah mulai bereaksi.

Iblis cantik pembawa maut sendiripua roboh diatas tanah lantaran termakan oleh sambitan senjata rahasia beracun itu.

Begitulah, disaat Thia Eng sedang menyambar tubuh Ong Bun kim yang roboh terkapar, puluhan gulung, tenaga pukulan yang maha dahsyat kembali meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.

"Blaamn! Blaaamn!" dua kali benturan keras terjadi, lagi- lagi Thia Eng termakan oleh dua buah pukulan keras yang dahsyat sekali.

Untuk kesekian kalinya dia muntah darah segar.

Bayangan manusia segera berkelebat lewat, beberapa sosok bayangan manusia dengan cepatnya menerjang ke arahnya.

Andaikata Thia Eng tidak takut terhadap pengaruh racun, niscaya keadaannya sekarang tak akan jauh berbeda dengan keadaan Ong Bun-kim maupun iblis cantik pembawa maut. Untung saja keadaannya berbeda, maka dengan dua belah tangan menenteng tiga sosok tubuh manusia dia berusaha melarikan diri dari sana, padahal ketika itu dia sudah tak bertenaga lagi untuk melakukan perlawanan, ia sadar kecuali kabur dari tempat celaka tersebut, kalau tidak sudah pasti nyawa mereka akan lenyap disana.

Maka sambil berpekik nyaring, tiba-tiba tubuhnya berkelebat kedepan dan melarikan diri cepat-cepat.

"Hmmm ! Kau anggap masih mampu untuk kabur

dari tempat ini?" seseorang mengejek dari belakang. Puluhan sosok manusia Yu-leng-jin dengan ketatnya mengejar terus dari belakang, sebaliknya Thia Eng meski sudah menderita luka yang cukup parah, namun gerakan tubuhnya masih tetap cepat dan ringan sebali.

Sepanjang jalanr melarikan diri dari situ, berulang kali Thia Eng muntah darah segar...

Sungguhpun badannya sudah lemas tak bertenaga, pandangan matanya sudah menjadi gelap dan langkahnya makin sempoyongan, akan tetapi ia tetap mempertahankan dirinya, dia bertekad untuk menyelamatkan diri dari sana, yang paling penting adalah menyelamatkan jiwa Ong Bun- kim dari ancaman bahaya maut.

0000OdwO0000

BAB 95

BEGITU ingatan tersebut muncul didalam benaknya, tekad itu menjadi semakin bulat dan dia merasa seolah-olah mendapatkan tambahan tenaga sehingga larinya semakin lama semakin kencang. Rupanya kawanan Yu leng jin dibelakangnya tak rela melepaskan musuhnya yang sudah terluka parah itu dengan begitu saja, dengan ketatnya mereka mengikuti terus dari belakang.

Setelah melarikan diri sekian lama, pemuda ini mulai sempoyongan dan akhirnya roboh terjengkang keataa tanah, darah segar kembali menyembur keluar dari mulutnya.

Hampir bolah dibilang ia sudah tak bertenaga lagi untuk melangkah bangun dari atas tanah.

Suara bentakan keras dan pekikan nyaring dari belakang sana terdengar makin lama semakin mendekat, suara tersebut bagaikan guntur dahsyat yang menggetarkan benak Thia Eng, membuat hatinya bergetar kembali dengan kerasnya.

Dengan susah payah dia merangkak bangun lagi  dari atas tanah, kemudian sambil menggigit bibir ia membopong tubuh Iblis cantik pembawa maut serta Ong Bun kim dan kembali dia lanjutkan usahanya untuk melarikan diri dari sana.

Pandangan matanya sudah demikian kabur, hampir boleh dibilang ia sudah tak sanggup lagi untuk melihat jelas pemandangan yang terbentang didepan matanya.

"Lari !"

Hanya ingatan "lari" saja yang berada dalam benaknya, kecuali itu dia boleh dibilang sudah lupa dimanakah ia berada, ia sudah lupa dengan keadaan yang ada disekeliling tempat itu.

Begitulah, dengan berlarian tanpa arah tujuan, beberapa li kembali sudah dilewatkan. Akhirnya tibalah ia diatas sebuah tebing yang amat  terjal, dalam lamat-lamatnya pikiran, dia tak tahu kalau dirinya berada disuatu tempat yang berbahaya, dengan sempoyongan dia berlarian terus menelusuri tebing curam itu menuju ke atas.

Tiba-tiba kakinya menginjak tempat yang kosong..

"Aaaa !" ditengah jeritan tertahan, tubuhnya berikut tubuh Ong Bun kim dan Iblis cantik pembawa maut segera mencebur kedalam jurang yang tiada taranya itu.

Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, setelah mengalami suatu goncangan yang sangat keras, Ong Bun kim merasakan sekujur badannya menjadi amat dingin, ia mulai sadar kembali diri pingsannya.

Pemuda itu mencoba untuk menggelengkan kepalanya lalu bangkit berdiri, dengan pandangan sayu dia awasi sekejap sekeliling tempat itu, dijumpai ia berada dalam sebuah kolam yang tidak begitu besar, air kolam itu tidak dalam, sewaktu berdiri airnya hanya sebatas dada, hampir boleh dibilang ia tak tahu apa gerangan yang sesungguhnya telah terjadi.

Mendadak.. ..

Ia mendengar jeritan kaget seorang gadis berkumandang memecahkan keheningan.

Ketika Ong Bun kim mencoba untuk berpaIing kearah mana datangnya suara itu, maka tampaklah seorang gadis telanjang sedang mandi didalam kolam tersebut.

Ong Bun kim merasa terkesiap sekali, sehingga untuk beberapa saat lamanya dia hanya berdiri termangu disitu. Lama, lama kemudian, ia baru teringat akan Thia Eng sekalian, sambil mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, dia segera menyeret mereka naik keatas tepi kolam.

Setelah mengerahkan semua sisa kekuatan yang dimiliki Ong Bun kim, akhirnya pemuda itu berhasil juga menyeret semua orang naik ketepi kolam namun dia sendiri segera roboh terjengkang setelah kehabisan tenaga...

000OdwO000

KETIKA sadar kembali dari pingsannya, pemuda itu menemukan dirinya sedang berbaring didalam sebuah kamar, agaknya kamar tidur seorang perempuan maka diapun lantas teringat kembali akan gadis telanjaag yang dijumpai kolam dalam tadi.

"Mungkinkah dia yang telah menyelamatkan jiwanya?

Bagaimana dengan rekan-rekannya?

Teringat sampai di situ, diam-diam Ong Bun kim merasa terkejut sekali..

Mendadak ia mendengar ada suara langkah kaki manusia bergema kearah dalam ruangan itu.

Ketika Ong Bun kim mendongakkan kepalanya, maka tampaklah seorang dayang berbaju hijau yang berusia lima enam belas tahunan berjalan masuk kedalam ruangan dan menghampiri pembaringan.

Ong Bun kim ingin melompat bangun, namun tak berdaya sebab seluruh badannya lemas tak bertenaga.

Dayang berbaju hijau itu langsung berjalan kehadapan Ong Bun kim, wajahnya tanpa emosi, setelah memandang sekejap diri Ong Bun kim, katanya:

"Kau sudah lama sadar kembali?" Ong Bun kim agak tertegun, kemudian sahutnya. "Baru saja sadar, tempat manakah ini?"

"Kamar dari Ji siocia kami!" "Bagaimana dengan rekan-rekanku?"

"Tak usah kuatir, mereka sedang merawat lukanya  dalam kamar yang lain, keadaannya sudah tak menguatirkan lagi!...

Sehabis mendengar perkataan itu Ong Bun kim baru merasa lega sekali, katanya kemudian:

"Terima kasih banyak nona atas budi pertolongan kalian!"

"Toh bukan aku yang menolongmu, buat apa kau musti berterima kasih kepadaku?"

"Kalau begitu, tolong sampaikan kepada siocia mu bahwa aku merasa berterima kasih sekali atas pertolongannya!"

"Siocia suruh aku datang membawamu pergi menjumpainya" ujar dayang berbaju hijau itu dingin.

"Mau apa?" "Aku tidak tahu!" ”Tapi aku..."

"Disini ada sebungkus obat, telan dulu!"

Dia merogoh ktdalam sakunya dan mengeluarkan sebungkus obat kemudian diserahkan kepada Ong Bun kim.

Si anak muda itu tertegun, akhirnya dia menerima juga pemberian obat itu dan menelannya. Tak lama setelah minum obat, akhirnya Ong Bun kim dapat bergerak kembali, ia lantas bangkit berdiri dan menengok kearah dayang berbaju hijau itu. ujarnya sambil tersenyum.

"Nona, harap kau suka membawa jalan."

Dayang berbaju hijau itu tidak berbicara apa-apa, dia membalikkan badan dan berjalan keluar dari sana.

Ong Bun kim tak tahu dimanakah ia berada sekarang, terpaksa diikutinya dayang berbaju hijau itu keluar dari ruangan tersebut.

Sesudah keluar dari pintu mereka berbelok menelusuri sebuah serambi panjang, diluar serambi adalah sebuah kebun bunga dengan gunung-gunungan, pemandangannya sangat indah.

Tak lama kemudian, ia sudah diajak masuk ke dalam sebuah ruangan besar, perabot dalam ruangan itu rata-rata sangat indah dan mewah, Ong Bun kim menjumpai ada  dua orang gadis berbaju hijau duduk berjajar didalam ruangan tersebut.

Salah seorang diantaranya ternyata gadis telanjang yang pernah dijumpai sedang mandi didalam kolam itu.

Paras muka-kedua orang gadis itu rata-rata amat cantik, sikapnya juga anggun sekali, buru-buru Ong Bun kim maju kedepan memberi hormat kemudian katanya.

"Terima kasih banyak atas pertolongan yang telah nona berdua berikan kepada kami!"

"Tak usah banyak adat" tukas nona baju hijau yang agak tua-an dengan dingin.

Ketika mendengar suara dingin yang hakekatnya tanpa emosi ataupun perasaan itu, Ong Bun-kim merasakan hatinya bergidik, dengan wajah agak berubah diawasinya kedua orang itu tanpa berkedip.

Nona baju hijau yang lebih tua-an itu kembali berkata dengan suara dingin.

"Kau jangan keburu senang dulu, aku belum menyelamatkan kalian, jarum beracun itu masih belum tercabut keluar"

Ong Bun kim merasa tercekat sekali, tapi kemudian katanya sambil tertawa.

"Tapi bagaimanapun juga kau telah menolong kami semua dari ancaman maut."

"Siapa namamu?"

"Aku bernama Ong Bun kim!"

"Siapa pula kedua perempuan dan seorang pria itu?" "Yang lelaki adalah anak buahku!"

"Kalau begitu, kau adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar dalam dunia persilatan?"

"Benar!"

"Apa nama perguruanmu itu? Aah, soal ini tak perlu kutanyakan, toh kami sama sekali tidak tahu menahu tentang segala macam perguruan yang ada dalam dunia persilatan."

Setelah berhenti sebentar, kembali lanjutnya: "Siapa pula yang perempuan itu?"

”Dia adalah bibiku dan ciciku !"

"Mereka bertiga sudah terkena jarum berbisa" kata nona berbaju hijau itu dengan suara dingin, "Terutama sekali cicimu, agaknya dia sudah terkena pengaruh ilmu sesat!" Mendengar perkataan itu Ong Bun kim merasa terperanjat sekali.

"Dari... dari mana kau bisa tahu?" "Aku dapat melihatnya !"

Timbul rasa hormat dan kagum dalam hati Ong Bun kim setelah mendengar perkataan itu. katanya:

"Tidak kusangka kalau nona adalah seorang tokoh lihay yang berilmu silat sangat tinggi, maaf kalau Ong Bun kim kurang hormat"

"Tak usah sungkan-sungkan, aku ingin bertanya kepadamu, kalian ingin mati ataukah ingin hidup?"

Mendengar pertanyaan tersebut, kembali Ong Bun kim menjadi termangu-mangu.

"Bagaimana dengar, mati? Bagaimana pula dengan hidup?"

"Ada syaratnya!" "Apakah syaratnya?"

"Jika ingin mati, kami tak akan menolong kalian dan menghantar kalian keluar dari Siau sui kian ini..."

"Seandainya ingin hidup?"

"Aku akan menolong kalian, tapi kalian dilarang pergi meninggalkan tempat ini."

"Jadi kami harus tetap tinggal disini untuk selamanya?" "Benar, lagi pula kau sudah melihat tubuh adikku dalam

keadaan telanjang bulat, lelaki dan perempuan ada batasnya, setelah kau melihat bagian rahasia dari tubuh adikku, sudah sepantatnya jika kau memberi pertanggungan jawabnya pula!" Ong Bun kim segera merasakan tubuhnya bergidik dan merinding, katanya agak gemetar.

"Maksudmu... maksudmu..." "Kau harus mengawini adikku!" "Soal ini..."

"Jika kau tak sanggup untuk melakukan nya, lebih baik kalian mati saja disini."

"Kau menggertak aku?" seru Ong Bun kim. "Boleh dibilang begitulah!"

Untuk sesaat lamanya Ong Bun kim menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu, sampai lama sekali dia baru berkata:

"Boleh saja untuk mengawininya, tapi kami harus pergi meninggalkan tempat ini!"

"Tidak bisa."

"Kenapa kau bersikeras menyuruh kami untuk tetap tinggal disini?" seru Ong Bun-kim penasaran.

"Sebab kau dan anak buahmu itu akan menjadi suami kami. kalian harus tahu bahwa jarum beracun itu sudah menghajar paha dan bawah perut kalian, teori ini sudah teramat jelas sekali, dan andaikata kami harus menolong kalian maka terpaksa pakaian musti di..."

Ketika berbicara sampai disitu, mendadak ia membungkam dan tertawa jengah, tambahnya:

"Sekalipun tidak ku jelaskan, tentunya kau juga mengerti bukan?"

"Yaa, aku mengerti!"

"Maka dari itu kalian harus tetap tinggal ditempat ini!" "Kami toh bisa saja membawa kalian  pergi meninggalkan tempat ini...?" kata Ong Bun kim.

"Kami tidak akan pergi dari sini, sekarang kau musti pertimbangkan secara baik-baik, mau atau tidak terserah kepadamu sendiri, kami tak akan memaksa!"

Ketika dilihatnya pihak lawan sudah tidak memberi kesempatan lagi untuk melakukan perundingan, maka iapun bertanya Iagi.

"Apakah kau bisa membebaskan pengaruh ilmu Gi sin tay hoat dari kakak misanku itu?"

"Tentu saja bisa!"

Tiba-tiba muncul suatu saat didalam benaknya, dia merasa kalau pun pihak lawan memaksanya dengan menggunakan kekerasan, mengapa tidak ia luluskan lebih dulu kemudian baru membuat rencana selanjutnya?

Jika mereka ingin melarikan diri dari tempat itu, rasanya hal tersebut masih bukan sesuatu perbuatan yang terlalu menyulitkan.

Berpikir sampai disitu, maka ujarnya sambil tersenyum: "Baiklah kululuskan permintaanmu itu"

"Benar-benar meluluskan atau cuma berpura-pura." "Tentu saja benar-benar meluluskan!"

"Bagus sekali, jika kau mempunyai niat jahat, akhirnya yang rugi toh juga kalian sendiri!"

Ong Bun kim merasakan hatinya bergidik setelah mendengar perkataan itu, tapi wajahnya masih tetap tenang seperti sedia kala, katanya:

"Tak mungkin, harap kau jangan kuwatir" "Aku tak akan bisa berlega hati..." Dia lantas berpaling kearah gadis berbaju hijau disisinya seraya berkata lagi:

"Adikku, ajaklah dia untuk mengobati luka itu!"

Nona berbaju hijau itu segera bangkit berdiri sembari berkata.

"Ong sauhiap, harap kau bersedia mengikuti diriku!"

Seraya berkata ia lantas bangkit berdiri dan beranjak dari tempat tersebut.

Baru saja Ong bun-kim akan pergi, nona baju hijau tersebut telah bertanya lagi:

"Ong Sauhiap, ada satu hal lupa kutanyakan kepadamu." "Urusan apa?"

"Siapakah nama anak buah mu itu?" "Dia bernama Thia Eng!"

"Ehmm. silahkan kalian pergi!"

Ong Bun kim segera mengikuti nona berbaju hijau yang lebih muda itu menuju ke kamar sendiri.

"Berbaringlah" kata nona berbaju hijau itu kemudian. Ong Bun kim tersenyum, tanyanya kemudian:  "Nona siapa namamu?"

"Aku bernama Lu Lan, enciku bernama Lu Hong!"

Ia tertawa, cantik sekali sewaktu tertawa juga menawan hati.

"Nona Lu kenapa kalian bersikeras untuk menahan kami tetap tinggal disini?" tanya Ong Bun kim kemudian. "Ibuku yang menetapkan peraturan tersebut" jadwab Lu Yan sambail tertawa, lalu setelah berhenti sejenak terusnya. "Ong sauhiap, kaupun jangan terlalu menyalahkan kami karena kami telah memaksamu untuk mengawini kami berdua, andaikata luka yang kalian derita letaknya ditempat lain, tentu saja kamipun tak akan memaksa kalian untuk tetap tinggal ditempat ini. "

"Aku mengerti!"

"Suatu perkawinan yang berdasarkan pada suatu paksaan tak mungkin bisa mendapat kebahagiaan, sebab hubungan antara suami isteri adalah hubungan yang didasari oleh cinta kasih, aku pikir lebih baik tunggu saja sampat kalian memahami kami sebelum perkawinan dilangsungkan.”

Gadis itu bisa mengucapkan itu, sesungguhnya hal ini sama sekali diluar dugaan Ong Bun kim, mendadak ia menemukan bahwa pihak lawan sangat baik dan berbudi luhur.

Maka diapun tertawa dan manggut-manggut.

Kembali gadis itu berkata. "Berbaringiah, aku hendak menotok jalan darahmu?"

Sekali lagi Ong Bun kim manggut-manggut dengan suatu gerakan cepat nona berbaju hijau itu mengayunkan tangan kanannya melancarkan sebuah totokan. Ong Bun kim segera tertidur dengan nyenyaknya...

Ketika sadar kembali, Lu Yan si nona berbaju hijau itu sudah berdiri didepan pembaringan seraya berkata:

"Jarum beracun itu sudah kucabut keluar, akupun telah membubuhkan obat diatasnya, lewat satu dua hari kemudian luka tersebut akan sembuh dengan  sendirinya kau tak usah kuatir." Ong Bun kim menghela napas panjang ujarnya kemudian:

"Nona Lu entah bagaimana caranya aku harus mengucapkan banyak terima kasih kepadamu ?"

"Sudahlah, jumpai mereka!" "Baiklah!"

Ong Bun-kim lantas turun dari pembaringan dan berjalan keluar dari ruangan, ia merasa meski mulut lukanya agak sakit, akan tetapi sama sekali tidak menjadi halangan lagi, maka dia mengikuti Lu Yan menuju keruangan lain.

Dari dalam kamar tampak seseorang berjalan keluar, dia adalah Lu Hong, wajahnya masih tetap dingin, kaku, tanpa emosi.

Setelah memandang sekejap ke arah Ong Bun-kim, katanya:

"Sekalipun Thiar sauhiap sudah ttermakan oleh jqarum beracun, trapi berhubung kekuatan tubuhnya luar biasa, racun dari jarum tersebut tak mampu menjalar kemana- mana, sekarang ia telah sembuh kembali, masuk dan tengoklah dia, adikku, mari kita pergi."

"Bagaimana dengan bibi dan kakak misanku?" "Sekarang kami akan pergi menolong mereka berdua."

Sesusah berkata, mereka lantas beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.

Ong Bun kim juga jalan masuk kedalam kamar. Ia saksikan Thia Eng sedang berdiri didepan pembaringannya sambil termangu-mangu, ketika mendengar suara langkah kaki, dia lantas mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Ong Bun kim lekat-lekat, kemudian tegurnya. "Buncu, apakah kau?" "Benar, baikkah keadaanmu?"

"Terima kasih banyak atas perhatian buncu, tapi bagaimana kita sekarang ?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Nona itu bilang kau dan aku harus tetap tinggal disini" "Ya, betul!"

"Aaah, hal ini mana boleh jadi? Seandainya dalam perguruan sampai terjadi suatu musibah, akibatnya tentu tak akan terlukiskan dengan kata-kata, apakah Buncu tidak berpikir sampai kesitu?"

"Aku sudah berpikir sampai kesitu, tapi kita harus tinggal ditempat ini."

Secara ringkas dia lantas menceriterakan apa yang terjadi kepada Thia Eng.

Mendengar itu, dengan wajah berubah Thia-Eng lantas berseru.

"Kita harus kawin dengan mereka?" "Benar?"

"Aaaah, hal ini mana boleh jadi... tidak mungkin, tidak mungkin... aku tak bisa menerima syarat ini, aku telah berjanji dengan Yu Cing..."

"Aku tahu," bisik Ong Bun kim, "itulah sebabnya kita harus melarikan diri dari sini."

"Tapi. mampukah kita kabur dari sini?"

Yaa. mampukah mereka untuk melarikan diri dan situ? Dengan suara dalam dan berat sahut Ong Bun kim; "Sekalipun tidak mampu untuk melarikan diri, kita juga harus mencobanya."

"Buncu adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar, mana boleh kau ingkari janji yang telah kau ucapkan? Aku lihat cara ini tak bisa dilakukan."

Kontan Ong Bun kim berdiri tertegun setelah mendengar perkataan dari Thia Eng tersebut, betul, bagaimanapun juga dia adalah ketua dari suatu perguruan besar, mana boleh ucapan seorang ketua dari satu perguruan tak bisa dipegang teguh?

Seandainya dia sampai mengingkari janji, dan peristiwa itu sampai tersiar luas didalam dunia persilatan, bukankah semua orang akan mentertawakannya?

Maka sesudah termangu-mangu sejenak, dia pun lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Thia Eng, lalu tanyanya: "Lantas.apa yang musti kita lakukan?"

"Aku. aku mana tahu !"

0000OdwO0000

BAB 96

SETELAH tertegun beberapa saat lamanya, Ong Bun kim segera menggertak giginya kencang-kencang, kemudian berkata.

"Demi teratasinya semua masalah yang kita hadapi, mau tak mau aku harus mengingkari janji satu kali, selesai membasmi perguruan Yu leng bun dari muka bumi, aku baru akan balik lagi kesini untuk memberi keterangan kepada mereka!"

"Tapi bagaimana caranya untuk melarikan diri" "Tentu saja kabur dikala mereka sedang tidak menaruh perhatian!"

Thia Eng manggut-manggut, ia cukup memahami perasaan dari Ong Bun kim, seandainya bukan dikarenakan tugas dan kewajibannya yang berat demi kepentingan perguruan, sesungguhnya dia bukan seseorang yang mau mengingkari janji.

Maka kembali Thia Eng bertanya.

"Seandainya mereka memaksa kita untuk kawin?" "Kita berusaha untuk mengulur waktu."

"Maksudmu kita menunda terus saat perkawinan itu, dan kalau bisa tidak kawin dengan mereka...?" tanya Thia Eng dengan wajah tertegun.

"Benar!"

"Tapi kau toh sudah meluluskan permintaan orang!" "Yaa, ketika itu aku terdesak oleh keadaan, mau tak mau

aku musti meluluskan permintaannya."

Thia Eng menghbela napas panjadng, katanya.

"Aaai... aku kuatir bkalau kejadian ini bakal mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang tak terselesaikan."

Belum lagi perkataan itu disampaikan, terdengar suara langkah perlahan bergema memecahkan keheningan, sewaktu mendongakkan kepala, tampak Lu Yan sambil mengajak Iblis cantik pembawa maut berjalan mendekati mereka.

Kepada Ong Bun kim, Lu Yan berkata sambil tertawa. "Ong sauhiap, bibimu sudah sembuh dan sehat kembali

seperti sedia kala, nah berbincang-bincanglah dengannya." "Bagaimana keadaan ciciku?"

Dia sedang di bawa oleh ciciku untuk mendapat pengobatan secara khusus guna mematahkan pengaruh Gi sin tay hoat didalam tubuhnya, aku percaya tak lama lagi kesehatannya akan pulih kembali seperti sedia kala, harap kalian berlega hati, apakah masih ada pekerjaan lain yang kalian butuhkan untuk kulakukan?"

Dalam pembicaraan tersebut, dapat terlihat pancaran sinar matanya yang lembut dan mendalam.

"Aai... tak ada urusan lainnya lagi." jawab Ong Bun kim sambil tertawa. "tolong sampaikan kepada cicimu bahwa Ong Bun kim merasa berterima kasih sekali."

"Tak perlu sungkan-sungkan, nah aku pergi dulu" "Silahkan nona !"

Lu Yan tertawa ewa dan segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu...

Menatap bayangan punggung Lu Yan dengan wajah termangu, akhirnya tanpa sadar Ong Bun kim menghela napas panjang.

"Mereka betul-betul sepasang nona yang sangat baik!" puji Iblis cantik pembawa maut dengan lirih.

"Baik?" kata Ong Bun kim dengan wajah tertegun.

"Yaa, aku merasa mereka amat baik, terutama sekali encinya!"

”Apa? Encinya amat baik?” teriak Thia Eng pula dengan suara keras, "tampangnya dingin kaku tanpa emosi..."

"Kau keliru besar, sesungguhnya gadis semacam itulah baru bisa dibilang seorang gadis yang berhati sangat baik, sekalipun mukanya dingin kaku tanpa emosi, padahal perasaannya hangat dan ramah, dan kesemuanya ini merupakan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah."

"Aku lihat tak mungkin?"

"Mau percaya atau tidak terserah kepadamu Bun kim, tentunya saudara ini adalah Thia congkoan dari perguruanmu bukan?"

"Betul A ih, aku lupa untuk memperkenalkan kalian berdua."

Iblis cantik pembawa maut segera tertawa katanya. "Tidak menjadi soal, bila pengaruh Gi-sin tay hoat pada

Soh cu telah bebas nanti, kita boleh segera pergi meninggalkan tempat ini."

"Pergi?" kata Thia Eng sambil tertawa dingin, "aku kuatir kalau kita tak akan pergi lagi dari sini untuk selamanya!"

"Kenapa?"

"Mereka tidak memperkenankan kami untuk pergi dari sini!"

"Ooooh... Bun kim, benarkah ada peristiwa semacam ini...?"

Ong Bun kim manggut-manggut dan secara ringkas menceritakan apa yang telah mereka alami kepada Iblis cantik pembawa maut.

Ketika setelah mendengar perkataan itu, paras muka Iblis cantik pembawa maut segera berubah hebat.

"Kalau begitu... kau sudah meluluskan permintaan mereka untuk tidak pergi dari sini?" serunya dengan perasaan terperanjat.

"Benar!" "Dan kaupun sudah mengabulkan permintaan mereka untuk kawin dengan mereka?"

"Betul !"

"Setuju untuk kawin dengan mereka bukan suatu masalah yang terlampau serius, akan tetapi kalau tak boleh pergi meanggalkan tempat ini, urusan jadi berabe, perguruan Sin kiam-bun akan kehilangan pemimpinnya, andaikata sampai terjadi sesuatu peristiwa yang tak diinginkan bagaimana jadinya?"

"Betul, itulah sebabnya kita harus berusaha untuk melarikan diri dari sini!"

"Melarikan diri?"

"Ya, betul, selain melarikan diri aku rasa tiada cara lain yang lebih baik lagi!"

Iblis cantik pembawa maut mengerutkan dahinya rapat- rapat, kemudian berkata.

"Yaa, tampaknya terpaksa kita harus berbuat begitu, cuma seandainya kita bisa mempunyai suatu cara yang bisa diubah-ubah menurut keadaan, hal ini jauh lebih baik lagi."

"Cara apakah itu?"

"Tak ada salahnya bagi kalian untuk menikah dengan kedua orang gadis itu."

"Aaah, hal ini mana boleh terjadi?" teriak Thia Eng memprotes "aku toh sudah punya kekasih..."

"Wouw...! Tak kusangka begitu setia Thia congkoan terhadap kekasihnya, cuma, andaikata sobat perempuanmu itu tahu kalau gadis itulah yang telah menyelamatkan jiwamu, dia pasti dapat memaafkan perbuatanmu ini" "Setelah kawin, apa yang harus kami lakukan?" tanya Ong Bun kim kemudian.

"Setelah kawin kalian baru melarikan diri, entah berhasil atau tidak, akulah yang akan mengatasi keadaan tersebut nantinya."

"Cara apa yang hendak kau pergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut."

"Pokoknya akal bagus sudah kususun didalam benak, tak usah kuatir, urusan tak nanti akan bertambah runyam."

Tak lama kemudian kembali terdengar suara langkah kaki manusia menggema datang, menyusul kemudian tampak Lu Hong sambil mengajak si Dewi mawar merah berjalan mendatang, paras muka gadis itu masih tetap dingin, kaku, tanpa emosi.

Sedangkan paras muka Dewi mawar merah penuh diliputi perasaan bingung dan sangsi, ditatapnya sekejap wajah Ong Bun-kim sekalian dengan termangu, kemudian berdiri tertegun disitu tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan.

Ong Bun kim sekalian pun berdiri termangu-mangu disana tidak mengetahui pula apa yang musti diperbuat.

Sampai lama, lama sekali, akhirnya Lu Hong yang memecahkan keheningan, katanya.

"Pengaruh ilmu sesat Gi sin tay hoat yang mencekam benakmu kini sudah kupunahkan."

"Terima kasih banyak atas bantuan nona!"

Dengan termangu-mangu Dewi mawar merah menatap wajah Ong Bun kim sekian lama, setelah itu katanya. "Adik Ong, apa yang telah terjadi? Aku... aku seolah- olah telah melupakan segala sesuatu-nya.... aku...akupun merasa seakan-akan telah melakukan banyak pekerjaan?"

"Ya, kau memang sudah melakukan suatu pekerjaan yang menakutkan sekali. Hayo cepat menjumpai ibumu!"

"Ibuku.....?" dengan perasaan bergidik dan ngeri ia menatap wajah Iblis cantik pembawa maut lekat-lekat.

Iblis cantik pembawa maut segera menghela napas panjang, ujarnya kemudian.

"Ceritakanlah segala sesuatu yang telah terjadi kepadanya, agar ia menjadi jelas dengan segala peristiwa ini!"

Ong Bun kim manggut-manggut dan secara ringkas menceritakan segala sesuatu yang telah terjadi itu kepada Dewi mawar merah...

Ketika selesai mendengarkan kisah cerita itu, tiba-tiba Dewi mawar merah menutupi wajah sendiri sambil menangis tersedu-sedu, serunya dengan amat sedih.

"Oooh Thian! Benarkah aku telah melakukan perbuatan- perbuatan yang begitu menakutkan !"

"Benar !" "Aku..."

Tiba-tiba ia menutupi mukanya sambil menangis terisak, kemudian beranjak dari situ dan menerjang keluar lewat pintu depan.

Ong Bun kim terperanjat sekali, sekali melompat ia lantas mengejar kedepan sambil bentaknya.

"Cici, mau apa kau?"

"Minggir... aku... aku tak ingin hidup lagi..." Seperti orang gila dia lari meninggalkan tempat itu.

Sekali lagi Ong Bun kim melompat ke depan dan menghadang jalan perginya, kemudian membentak lagi keras-keras.

"Cici, kau sudah gila?"

"Aku telah melakukan perbuatan yang amat menakutkan... aku... aku...tak ingin hidup lagi!"

Dalam kesedihan yang luar biasa ia menjadi kalap seperti kehilangan ingatan dan kesadarannya.

"Weess...!" sebuah pukulan dahsyat tiba-tiba dilontarkan kedada Ong Bun kim.

"Cici," hardik Ong Bun kim keras-keras.

Tangan kanannya segera diayunkan kemuka untuk menangkis datangnya ancaman tersebut, kemudian sebuah pukulan lain dilontarkan untuk menyongsong serangan dari Dewi mawar merah.

"Blamm." suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera menggema memecahkan keheningan, secara beruntun Dewi mawar merah mundur sejauh tujuh delapan langkah.

"Cici kau sudah gila?" sekali lagi Ong Bun kim membentak dengan suara menggelegar.

Dengan termangu-mangu dewi mawar merah mengawasi wajah Ong Bun kim tanpa berkedip lalu katanya.

"Adik Ong, aku tak ingin hidup. "

"Bodoh, semua peristiwa ini terjadi karena hasil karya dari Yu leng Iojin, kesalahan tidak terletak diatas dirimu, jika lantaran urusan kecil saja kau lantas tak ingin hidup, apakah tindakkan mu itu tidak akan menyedihkan ibumu?" "Tapi... tapi.. aku..."

"Tak perlu berpikir yang bukan-bukan lagi, cepat jumpai ibumu!"

Dewi mawar merah belum beranjak, ia masih berdiri termangu-mangu di situ.

Sementara itu, Iblis cantik pembawa maut telah berjalan mendekat, dengan wajah yang basah oleh air mata pekiknya:

"Soh-cu !"

"Ibu !"

Dewi mawar merah menjerit pedih, kemudian secara tiba-tiba lari ke muka dan menubruk ke dalam pelukan Iblis cantik pembawa maut sambil menangis tersedu-sedu.

Yaa, sesungguhnya pertemuan ini memang merupakan suatu peristiwa yang sangat mengharukan.

Lama, lama kemudian Iblis cantik pembawa maut baru mendorongnya bangun, setelah itu katanya sambil menghela napas.

"Sudahlah, segala sesuatunya kini sudah lewat, kau pun tak perlu bersedih hati lagi"

"Tapi ibu....aku... aku merasa amat bersalah kepadamu... aku malu kepadamu..."

"Kesalahan toh bukan terletak pada dirimu, kenapa kau musti merasa bersalah kepadaku?"

Ong Bun kim yang berada di sampingnya segera menimbrung sambil tertawa lebar:

"Cukup! Sekarang kau musti berterima kasih kepada nona Lu serca Thia sauhiap!" Dewi mawar merah manggut-manggut dan beranjak meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah berada dalam kamar lain, Dewi mawar merah lantas berkata kepada Lu Hong.

"Nona Lu terima kasih banyak atas budi pertolonganmu!"

"Tak usah !"

"Cici, sekarang jumpailah Thia sauhiap." kata Ong Bun kim kemudian, dia adalah congkoan dan perguruan kami."

Sewaktu sorot mata Dewi mawar merah dialihkan keatas wajah Thia Eng, ia tampak agak tertegun, kemudian untuk sesaat lamanya mengawasi wajah pemuda itu sambil termangu-mangu.

Menyaksikan keadaan ini, semua orang menjadi tertegun dan berdiri melongo.

Ong Bun kim seperti telah menemukan sesuatu, tanpa terasa bergidik hatinya.

"Cici, kenapa kau?" tegurnya kemudian.

Seperti baru sadar dari impiannya, buru-buru Dewi mawar merah memberi hormat, katanya.

"Thia sauhiap, terimalah salam hormat dari Yap Soh cu."

"Nona Yap tak perlu banyak adat!" sahut Thia Eng cepat-cepat sambil tertawa..

Dalam pada itu Lu Hong telah berkata kepada Ong Bun kim sekalian:

"Silahkan kalian berbincang bincang, aku hendak pergi dulu!" Sambil tertawa Iblis cantik pembawa maut segera berkata.

"Nona Lu, kami bisa mendapat kembali keselamatan jiwa, kesemuanya ini adalah berkat bantuan serta pertolonganmu, kamipun tak akan banyak berterima kasih kepadamu, toh dikemudian Thia sauhiap pasti akan lebih menyayangi dirimu."

Mendengar ucapan tersebut, paras muka Lu Hong yang dingin kaku seperti es itu segera tampak warna semu merah karena jengah.

"Ibu apa yang sedang kau katakan?" tiba-tiba terdengar Dewi mawar merah berseru keras.

"Aku sedang mengatakan, Nona Lu dan Thia sauhiap akan segera melangsungkan pernikahannya"

"Sungguh,.,.., sungguhkah ini?"

Suaranya kedeagaraa agak gemetar keras, seakan-akan perasaan kecilnya mendapatkan saatn pukulan yang berat sekali.

Siapa saja itu orangnya dapat mendengar bahwa dibalik ucapan dari Dewi mawar merah itu penuh diliputi oleh perasaan kecewa, sedih dan kecewa yang sangat besar.

Mendengar itu iblis cantik pembawa maut merasakan jantungnya berdebar keras, dia merupakan seorang perempuan juga, sudah barang tentu dia-pun bisa memahami arti perkataan dari putrinya itu.

Tanpa terasa bergidik keras perasaan hati perempuan ini, sahutnya kemudian.

"Tentu saja sungguh." Tentu saja Lu Hong sendiri dapat melihat jelas perubahan wajah maupun pekikan hati dalam perasaan Dewi mawar merah.

Ong Bun kim sendiri hanya bisa berdiri termangu-mangu sambil mengawasi wajah Dewi mawar merah, perasaan pedih tanpa terasa muncul dalam hati kecilnya.

Kepada Lu Hong, Iblis cantik pembawa maut itu segera berkata.

"Nona Lu, ada satu persoalan aku ingin bertanya kepadamu"

"Katakanlah!"

"Tolong tanya, perkawinan ini hendak dilangsungkan dengan upacara yang bagaimana?"

"Soal ini. " Lu Hong menjadi jengah sekali sehingga tak

sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Tak usah malu-malu" kata Iblis cantik pembawa maut Iagi, toh kita sudah menjadi orang sendiri, upacara perkawinan macam apapun yang kau inginkan boleh dikatakan secara terang-terangan"

"Aku tidak tahu, pokoknya yang sederhanapun sudah cukup!"

"Kalau begitu bagaimana kalau perkawinan tersebut kita selenggarakan pada hari ini jugs!"

"Locianpwe...” teriak Thia Eng. "oooh, betul! Aku dan Ong buncu adalah sesama saudara angkat dia menyebutmu A ih, akupun harus memanggil A Ih pula kepadamu. A ih! Haruslah persoalan ini diselenggarakan cepat-cepat?"

Iblis cantik pembawa maut segera tertawa. "Cepat atau lambat toh akhirnya kalian harus kawin juga, daripada menunda-nunda lagi, toh ada baiknya kita cepat-cepat selesaikan persoalan ini!"

Kemudian sambil berpaling ke arah Lu-Hong, ucapnya: "Nona Lu, bagaimana menurut pendapatmu?

"Aku aku.... tidak tahu... saat kalian bersungguh hati, kapanpun upacara itu akan diselenggarakan, bagi kami adalah sama saja"

Selesai berkata dengan tersipu-sipu dia lantas menundukan kepalanya rendah-rendah.

Kembali Iblis cantik pembawa maut tertawa.

"Kalau begitu, malam ini juga upacara perkawinan kalian berdua akan diselenggarakan."

Begitulah, malam itu dengan suatu upacara perkawinan yang sederhana dan hidmat Ong Bun kim serta Thia Eng melangsungkan pernikahannya dengan kakak beradik keluarga-Lu yang cantik jelita itu, selesai upacara merekapun dihantar masuk kedalam kamar pengantin.

Malam semakin hening...

Setelah berada didalam kamar pengantin, baik Ong Bun- kim maupun Lu Yan tak tahu apa yang musti dikatakan, mereka berdua sama-sama merasa rikuh untuk mulai dengan suatu pembicaraan.

Sampai lama, lama sekali, akhirnya Lu Yan memecahkan keheningan lebih dahulu, katanya:

"Ong siangkong, apakah kau tidak bersungguh hati untuk menikah denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, Ong Bun-kim segera tertawa. "Nona tak usah berpikir yang bukan-bukan." hiburnya. "Asal kau bersungguh hati dan tidak mengandung maksud yang tidak baik, aku akan merasa puas sekali, mari kita tidur!"

Gadis itu segera memadamkan lentera dan bersama- sama naik ke atas pembaringan.

Malam yang syahdu dan penuh romantis itupun berlalu oleh terbitnya sinar matahari diufuk timur.

Semua kejadian bagaikan suatu impian... dengan  suasana yang mirip dalam impian inilah kedua orang lelaki tersebut melewati suatu malam yang bahagia, romantis dan syahdu tapi justru karena peristiwa semalam membuat kedua orang itu sama-sama merasa sedih dan bimbang.

Sesungguhnya kedua orang gadis itu masih suci bersih merekapun ramah dan halus budinya.

oooOdwOooo

BAB 97

TETAPI, dalam suatu keadaan yang terpaksa, kedua orang gadis itu harus menyerahkan kebahagiaan hidupnya kepada dua orang lelaki asing yang sebelum itu tak pernah dikenalnya, berbicara bagi mereka sendiri, siapakah yang bersedia untuk berbuat demikian?

Keesokan harinya, tiba-tiba Ong Bun kim menjumpai Thia Eng agak murung dan sedih, tanpa terasa dia lantas bertanya:

"Thia congkoan kenapa kau?"

Thia Eog memandang sekejap kearah Ong Bun kim lalu sahutnya:

"Buncu, dia..." Ia menjadi tergagap dan tak sanggup melanjutkan kata- katanya.

"Kenapa dia?" tanya Ong Bun-kibm keheranan. "Sdebetulnya merekaa adalah sepasabng nona yang baik

sekali!"

"Kenapa?"

"Tahukah kau, mengapa mereka tidak memperkenankan kita berdua pergi meninggalkan tempat ini?"

"Tidak tahu!"

"Sebab ayah mereka dimasa lalupun pergi meninggalkan ibu mereka dan tak pernah kembali lagi, kejadian tersebut membuat ibu mereka menjadi sedih sepanjang hari sehingga akhirnya mati dalam keadaan mengenaskan. Sekarang merekapun takut kehilangan kita berdua, malah semalam ia telah menangis sedih semalam suntuk!"

"Kenapa ia menangis?"

"Dia menangis karena cepat atau lambat kita pasti akan pergi, dia bilang begini: "Segala sesuatunya sekarang terserah pada suara liangsim kalian sendiri, aku hanya berharap agar kalian jangan lupa dengan kami perempuan- perempuan yang mengenaskan!"

"Lantas menurut pendapatmu haruskah kita pergi?" "Aku tidak tahu!"

"Jadi kita tak akan pergi?" "Akupun tak tahu!"

Yaa, perasaan batin Thia Eng saat ini betul-betul saling bertentangan, tentu saja hal ini dikarenakan dia adalah seorang pemuda yang jujur, berbudi, tahu akan tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki. Kini ia sudah kawin dengan Lu Hong, tapi bagaimanakah pertanggungan jawabnya nanti dengan Yu Cing?

Sebaliknya kini Lu Hong telah menyerahkan kehormatan serta mahkota kegadisannya kepadanya, tegakah dia pergi meninggalkan gadis tersebut seorang diri? Apakah dia ingin menjadi seorang lelaki pengecut yang tak bertanggung jawab.

Oleh sebab itu, untuk sesaat lamanya Thia Eng hanya bisa berdiri termangu disana.

Kembali Ong Bun kim berkata:

"Kita harus pergi bagaimanapun juga, kita harus pergi diri sini, pokoknya kau harus ingat, asal kita bisa pergi dari sini. Aku pasti bisa membereskan persoalan selanjutnya"

"Ya, tampaknya kita memang harus berbuat demikian."

Belum habis Thia Eng berkata, terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan, lalu kelihatan Iblis cantik pembawa maut berjalan masuk kedalam ruangan.

Setelah kedua orang pemuda itu memberi hormat, Iblis cantik pembawa maut berbisik kepada mereka.

"Malam ini kalian boleh pergi dari sini!" Ong Bun kim dan Thia Eng segera manggut-manggut bersama.

Malam itu, selesai bersantap malam dengan menggunakan alasan hendak kencing Ong Bun kim meninggalkan pengawasan Lu Yan sementara Thia Eng juga mengikuti Ong Bun kim berjalan keluar  dari kamarnya. Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap kemudian-bersama-sama meluncur keluar dari gedung tersebut.

Setelah keluar dari pintu gerbang, mereka baru menjumpai lembah tersebut dikelilingi oleh bukit karang yang keras disekelilingnya, untuk beberapa waktu lamanya Ong Bun kim dan Thia Eng tidak berhasil  menemukan jalan keluar.

Kedua orang itu menjadi ragu-ragu dan bimbang untuk sesaat lamanya, dengan sinar mata tajam mereka berusaha mencari ke sana ke mari disekitar sana, akhirnya ia berhasil menemukan sebuah gua karang didepan sana, agaknya gua itulah merupakan satu-satunya jalan tembus ditempat itu.

Dengan suatu gerakan cepat Ong Bun kim segera menerjang masuk ke dalam gua itu, kemudian setelah memberi tanda kepada temannya, bersama Thia Eng mereka berlarian menelusuri gua itu.

Gua itu besar sekali, juga panjang, hampir belasan kaki dalamnya, tiba-tiba dari depan sana berkumandang suara percikan air yang cukup nyaring, ketika Ong Bun kim mendongakkan kepalanya, tampak sebuah air terjun yang amat besar telah menghadang jalan pergi mereka.

Setelah menembusi air terjun tersebut, tibalah mereka didalam kolam dimana mereka terjatuh sebelumnya.

Ong Bun kim menjadi girang sekali, serunya tanpa terasa.

"Akhirnya kita berhasil meloloskan diri dari kurungan!" "Aaai...! Bagaimana pun juga, aku tetap merasa tak tega

untuk pergi meninggalkan mereka!". "Jangan kuatir, suatu ketika kami pasti akan kembali lagi untuk mencari mereka"

"Aku takut Yu Cing tak dapat memaafkan diriku..."

Ong Bun kim menghela napas panjang, katanya kemudian:

"Kita harus menryuruh mereka unttuk memahami keqadaan kita yangr sesungguhnya."

"Aku kuatir kalau hal ini sulit sekali" gumam Thia Eng sambil menghela napas dalam-dalam.

"Untuk sementara waktu, lebih baik kita jangan memikirkan persoalan ini lebih dulu, mari kita pergi!"

Dengan murung Thia Eng manggut-manggut, kemudian bersama Ong Bun-kim melompat naik keatas tepi kolam dan berlarian pergi meninggalkan tempat itu.

Dikala Ong Bun-kim dan Thia Eng sudah siap-pergi da-ri sana inilah, mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema memecahkan keheningan.

"Berhenti!".

Dua sosok bayangan manusia laksana sambaran petir cepatnya langsung, menerjang ke arah Ong Bun-kim dan Thia Eng.

Bentakan tersebut amat dikenal oleh kedua orang pemuda tersebut, dan pada hakekatnya bagaikan dua batu besar yang menghantam dada mereka keras-keras, membuat kedua orang itu tertegun dan berdiri melongo.

Terasa bayangan manusia berkelebat lewat, dua sosok bayangan manusia tahu-tahu sudah melayang turun dihadapan mereka. Ong Bun-kim dan Thia Eng segera mengalihkan sorot matanya ke depan, apa yang kemudian terlihat membuat kedua orang pemuda itu terkesiap sekali.

Rupanya kedua sosok bayangan manusia itu adalah Lu Hong dan Lu Yan! Lu Hong muncul dengan wajab penuh kemarahan, sedangkan La Yan bermuram durja dan kelihatan amat sedih.

Sambil tertawa dingin Lu Hong segera menegur: "Heehhh heeehh heeehh kalian berdua akan pergi

dengan begitu saja?!"

Teguran tersebut membuat Ong Bun kim serta Thia Eng menjadi serba salah dan tak tahu bagaimana harus menjawab, mereka pun tak mengira kalau begitu cepat Lu Hong dan Lu Yan telah tiba disitu. untuk sesaat mereka menjadi tertegun dan berdiri bodoh.

Lu Hong kembali tertawa dingin, ejeknya.

"Tidakkah kalian berdua merasa kalau kepergian kalian ini terlampau cepat..."

"Nona Lu!" ucap Thia Eng dengan tergagap, "kami... kami..."

"Bukankah kalian harus pergi dari sini, Ong Bun kim, tindakanmu ini sungguh jauh diluar dugaan kami."

Merah padam selembar wajah Ong Bun kim karena jengah, tapi sahutnya dengan cepat:

"Bagaimanapun juga kami harus pergi dari sini!" "Tidakkah kalian merasa kalau kepergian Ini terlampau

tergesa-gesa? Setelah mempermainkan tubuh kami, kalian lantas ingin pergi dengan begitu saja?" "Kami sama sekali tidak bermaksud demikian!" seru Ong Bun kim dengan gelisah.

"Kalau begitu, kalian berdua menganggap kami sudah tiada harganya untuk dikenang kembali?"

Kamipun tidak pernah berpendapat demikian, cuma, bagaimanapun juga kami harus pergi dari sini."

"Lupakah kalian berdua dengan apa yang sudah kalian janjikan?"

"Kami tak pernah melupakannya!"

"Kalau memang belum melupakannya, mari ikut kami pulang kedalam lembah!"

"Tidak, kami tak bisa turut kalian pulang kembali kedalam lembah" sahut Ong Bun kim dingin.

Paras muka Lu Hong segera berubah hebat.

"Bagaimana? Jadi kalian bersikeras akan pergi juga dari tempat ini?" tegurnya.

"Benar !"

"Kalau aku tidak memperkenankan kalian pergi dari sini?"

"Aku harap kalian sudi beringan tangan terhadap kami" "Aku tak akan membiarkan kalian pergi dari sini," kata

Lu  Hong  dengan  wajah  berubah,  "Ong-Bun  kim,  ketika

kalian mengatakan bersedia tinggal disini, aku telah berbicara sangat jelas, seandainya kalian ingin melarikan diri maka yang rugi kalian sendiri"

"Apa yang hendak kau lakukan?” tanya Ong Bun kim dengan perasaan bergidik. "Sederhana sekali, jika kalian bersikeras akan pergi meninggalkan tempat ini, terpaksa aku akan membinasakan kalian berdua."

"Tegakah nona turun tangan sekeji itu terhadap kami?" "Jika kalian tidak setia lebih dulu, kenapa aku tidak tega

untuk membunuh kalian?"

Diam-diam Ong Bun kim merasa amat bergidik sekali, tapi di luar dia tetap berkata.

"Tapi bagaimanapun juga kami harus pergi dari sini." "Kalau begitu cobalah kau pergi dari sini !"

Paras muka Ong Bun kim menjadi berubah hebat, dia segera tertawa dingin tiada hentinya, dia tidak percaya kalau Lu Hong kakak beradik benar-benar bisa membunuh mereka berdua.

Begitu selesai tertawa dingin, dia lantas menutulkan ujung kakinya keatas tanah dan meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa.

Gerakan tubuh dari Ong Bun kim ini dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tapi gerakan tubuh dari Lu Hong jauh lebih cepat lagi daripada dirinya.

Diantara berkelebatnya bayangan manusia, tahu-tahu ia sudah menghadang jalan pergi Ong Bun-kim sambil membentak keras.

"Cari mampus rupanya kau..."

Ditengah bentakan nyaring, telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan.

Pukulan itu dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, seketika itu juga Ong Bun kim di desak mundur kembali kebelakang, selapis hawa pukulan tak berwujud yang kuat sekali

Belum sempat tubuhnya berdiri tegak, serangan kedua dari Lu Hong telah dilancarkan kembali.

Agaknya Ong Bun kim tidak menyangka kalau musuhnya memiliki gerakan tubuh yang sedemikian cepatnya, dengan cepat dia menggerakkan badannya siap untuk menghindarkan diri kesamping. tapi pada saat itulah serangan ketiga dari lawan telah meluncur tiba.

Menghadapi datangnya ancaman tersebut tak sempat lagi buat si anak muda itu untuk menghindarkan diri, agaknya dia segera akan terluka diujung telapak tangan Lu Hong.

Disaat yang kritis itulah, mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema memecah keheningan.

"Tahan !"

Bentakan itu amat keras dan membuat Lu Hong yang sedang melancarkan serangan tanpa terasa menarik kembali gerakan tubuhnya dan mundur kebelakang,

Untung saja bentakan tersebut datang tepat pada waktunya, kalau tidak niscaya Ong Bun kim sudah terluka diujung telapak tangan musuh.

Ketika semua orang mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Iblis cantik pembawa maut dan Dewi mawar merah telabh muncul di depdan mata.

"Hei, apa yang telah terjadi?" Iblis cantik pembawa maut segera berpura-pura menegur.

"Kedua orang itu bersiap-siap kabur dari sini setelah merenggut mahkota kegadisan kami!" kata Lu Hong dengan dingin. Dengan paras muka berubah, Iblis cantik pembawa maut segera berseru keras.

"Bun kim, tindakanmu ini keliru besar". "Keliru besar?"

"Benar, kedua orang gadis itu toh sudah menikah dengan kalian berdua, mengapa kalian pergi meninggalkan istri-istri kalian yang baru dikawini?"

"A ih, kami tidak bermaksud melarikan diri dari pertanggungan jawab..."

"Kalau begitu, kalian "

"Kami hanya terpaksa harus pergi dari sini!" "Kenapa?"

"Aku adalah seorang ketua dari perguran Sin kiam bun yang membawahi beratus-ratus orang jago, bayangkan saja mungkinkah suatu perguruan besar dibiarkan sehari tanpa pemimpin? Apalagi aku mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan Yu leng lojin, bagaimanapun juga, dendam kesumat ini harus dituntut balas. "

"Betul." kata Iblis cantik pembawa maut kemudian, "sudah puluhan tahun lamanya Yu leng lojin mencelakai dan menyiksa diriku, akupun harus pergi mencarinya untuk membalas dendam atas sakit hati ini. "

Ong Bun kim segera berkata kembali. "Andaikata Yu leng lojin menggunakan kesempatan ini melaksanakan penyerbuan terhadap perguruan Sin kiam bun, maka akibatnya benar-benar tak bisa dilukiskan dengan kata- kata."

"Oleh sebab itu kalian harus pergi dari sini." "Benar." Iblis cantik pembawa maut segera berpaling kearah Lu Hong, kemudian katanya;

"Nona Lu, lebih baik biarkan saja mereka pergi dari  sini!"

"Apa? Kau... kau. kau bilang apa?"

"Biarkan saja mereka pergi dari sini!" "Tidak."

"Tetapi mereka telah berjanji untuk tinggal di sini bersama kalian, tapi seandainya kalian pun mencintai mereka berdua, sewajar-nya bila kalian membantu kedua orang itu. Orang lelaki lebih mementingkatn tanggung jawab pekerjaan darri pada soal cinta, dalam hal ini kalian tak akan sanggup untuk menghalangi niatnya!"

"Tidak bisa. mereka tak bisa pergi tinggalkan tempat ini, bagaimana bila mereka tidak bertanggung jawab dan kabur dengan begitu saja?"

"Tidak mungkin, mereka bukan terhitung manusia semacam itu, atau lebih baik begini saja, bagaimana kalau kalian berdua ikut bersama kami untuk pergi meninggalkan tempat ini?"

"Aaaah, hal ini mana mungkin?"

"Kenapa tidak mungkin? Toh kalian belum tentu enak tinggal di sini terus menerus. "

Mendadak Lu Hong seperti teringat akan sesuatu, ia lantas berkata:

-oo0dw0oo—
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar