Setan Harpa Jilid 24

 
Jilid 24

TERBAYANG sampai kesitu, tanpa terasa dia maju lagi beberapa langkah, tapi setelah semakin dekat dan semakin jelas mengamati keadaan orang itu, dia baru tahu kalau orang tersebut belum mati, melainkan sedang bersemedi.

Usia orang itu diantara lima puluh tahunan, walaupun rambutnya awut-awutan tak karuan tapi secara lamat lamat masih dapat dilihat bahwa paras mukanya cukup gagah, saat itu dia sedang bersemedi, rupanya sedang melatih semacam kepandaian yang maha sakti.

Setengah harian lamanya Ong Bun kim mengamati orang itu, lama kelamaan ia berhasil menemukan bahwa orang itu rupanya sedang mengalami kesulitan didalam usahanya untuk menembusi salah satu nadi pentingnya.

Menyaksikan hal tersebut, timbul perasaan iba dalam hatinya, maka ia lantas maju ke depan dan menghampiri orang itu, baru saja telapak tangan kanannya siap ditempelkan diatas jalan darah Mia bun hiat ditubuh orang itu, tiba-tiba ia menarik kembali tangannya cepat-cepat.

Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya dia berpikir:

"Jangan-jangan semua tulang belulang yang berserakan disekitar gua ini merupakan hasil karya pembunuhan yang dilakukan olehnya? Kalau benar demikian, bukankah aku akan segera menciptakan seorang pembunuh keji dalam dunia persilatan?"

Ketika ingatan itu melintas lewat, ia menjadi sangsi dan tak tahu apa yang musti di lakukan.

Akhirnya satu ingatan melintas kembali dalam benaknya, cepat-cepat telapak tangan kanannya ditempelkan diatas jalan darah Mia bun hiat orang dan menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh orang tersebut.

Tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim benar-benar amat sempurna, ibaratnya menambah minyak didalam kobaran api, begitu hawa mumi tersebut tersalur ke dalam tubuh manusia aneh itu. sekujur badannya segera bergetar keras, dua gulung tenaga yang bergabung menjadi satu segera menciptakan suatu kekuatan dahsyat yang langsung menerjang ke atas sebuah nadi penting dalam tubuhnya.

Tidak mengalami banyak rintangan, nadi sian kwan yang berada didalam tubuh orang itu berhasil dibantunya sampai tembus, maka dia pun menarik kembali tenaganya seraya menempelkan ujung pedang sin kiam diatas tengkuk orang.

Pemuda itu memutuskan untuk mengorek keterangan lebih dulu dari mulut orang ini, kemudian baru memutuskan apakah hendak membunuhnya ataukah tidak.

Lebih kurang setengah jam kemudian, orang itu mulai menggerakkan badannya dan pelan-pelan membuka matanya agaknya ia sudah dapat merasakan bahwa nadi penting dalam tubuhnya yang selama ini tersumbat, kini berhasil tertembus.

Dengan suara menggeledek Ong Bun kim segera menegur: "Siapa kau? Hayo jawab!"

Bentakan Ong Bun kim yang diutarakan secara tiba-tiba ini sangat mengejutkan orang itu, dengan perasaan  terkesiap ia balik bertanya:

"Sesungguhnya apa yang telah terjadi?" "Aku bertanya kepadamu, siapa kau?" "Siapa pula kau sendiri?"

"Aku Ong Bun tim, tolong tanya apakah tulang belulang manusia yang berserakan diatas tanah adalah korban- korban yang telah tewas ditanganmu."

"Kalau benar kenapa?"

"Asal kutekan tanganku lebih keras, niscaya batok kepalamu akan berpisah dengan tubuhmu!"

"Kalau bukan?" "Tentu saja ada pertimbangan yang lain." "Kau tidak kuatir aku membohongi mu?" "Membohongi aku?"

"Benar, membohongi dirimu kalau orang-orang tersebut bukan mati ditanganku"

Ong Bun kim segera tertawa dingin.

"Selama hidup aku paling percaya dengan perkataan orang, asal kau menjawab yaa atau tidak, itu sudah lebih dari cukup!"

Orang itu segera tertawa ewa katanya:

"Apakah kau yang telah membantuku untuk menembusi nadi Thian siat siok wan tersebut"

"Benar!"

"Kalau toh kan telah membantu diriku, mengapa pula hendak membinasakan aku?"

"Asal kau adalah orang baik, sudah barang tentu aku tak akan membunuh dirimu!"

"Agaknya kau adalah seorang pemuda yang amat istimewa, cuma aku dapat memberitahu kepadamu, orang- orang itu bukan mati di tanganku, tapi mati ketika terbawa oleh arus memasuki gua ini"

"Sungguh?"

"Bukankah kau paling percaya dengan perkataan orang?" tiba-tiba orang itu balik ber tanya.

Ong Bun kim dibuat tertegun, maka dia lantas tertawa dan menarik kembali katanya: "Aku dapat mempercayai dirimu!" "Mengapa kau bisa sampai disini?" orang itu lantas bertanya.

"Aku dibawa oleh arus sungai masuk kedalam gua ini" "Tidak sampai mampus?"

"Omong kosong, seandainya akn sudah mampus, mana mungkin saat ini bisa bercakap-cakap denganmu?"

Orang itu segera tertawa nyaring.

"Haaahh....haaahh... haaahh... betul, betul, memang ucapanku itu sama sekali tak ada artinya" dia berkata. "cuma sedari dulu sampai sekarang, belum pernah ada orang yang sanggup tiba di dalam gua ini dalam keadaan hidup kecuali kau seorang!"

"Bagaimana dengan kau sendiri?"

"Aku bukan datang lewat sana... haah?"

Belum habis dia berkata, tiba-tiba orang itu menjerit tertahan, sinar matanya segera dialihkan ke atas pedang Sin kiam yang berada ditangan Ong Bun kim itu.

Mencorong sinar tajam dari balik matanya Itu, serunya tertahan:

"Benarkah pedang dalam genggaman mu itu adalah pedang Sin kiam..?"

"Benar!"

Baru selesai dia berkata, orang itu sudah menerjang ke depan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, tangannya langsung menyambar ke arah pedang Sin kiam yang berada ditangan Ong Bun kim itu.

Tindakan lawan yang dilakukan secara tiba-tiba ini sama sekali berada diluar dugaan Ong Bun kim, mimmipun dia tak menyangka kalau musuhnya secara tiba-tiba akan merampas pedangnya.

Didalam keadaan tidak siap, telapak tangga kirinya segera diayunkan kedepan untuk membendung terjangan orang, sementara tubuhnya cepat-cepat mundur ke belakang.

Tindakan yang dilakukan oleh Ong Bun kim ini tak bisa dibilang terlambat akan tetapi kenyataanya orang itu bisa bergerak jauh lebih cepat hingga di saat tubuh Ong Bun kim belum sempat mundur secara keseluruhannya, seraagan kedua-dari orang itu kembali sudah meluncur tiba.

Serangannya yang kedua ini ternyata jauh lebih cepat daripada serangan yang pertama tadi, tak terIukiskan rasa kaget Ong Bun kim menghadapi keadaan tersebut.

Segera bentaknya dengan penuh kegusaran. "Kau ingin mampus rupanya?"

Sekali lagi telapak tangan kirinya diayunkan ke depan untuk membendung datangnya serangan tersebut.

Tapi orang itu semakin nekad sekali lagi ia menerjang kemuka sambil berpekik lantang:

"Serahkan pedang Sin-kiam itu kepadaku"

Bagaikan setan yang sedang kelaparan, secara kalap orang itu menerjang, menerkam dan menubruk dengan garangnya, ini membuat Ong Bun kim sangat terkejut, ia merasa bahwa musuhnya itu terlampau menakutkan.

Mendadak...

Tangan kanannya menjadi kesemutan, lalu pedang sin- kiam tersebut terlepas dari genggamannya dan mencelat keudara, sementara orang itu mundur hampir satu kaki lebih dari posisi semula. Tak terlukiskan rasa kaget Ong Bun kim menghadapi kenyataan tersebut, mimpipun ia tak menyangka kalau orang tersebut bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat lihay, kenekadannya juga luar biasa.

Sementara itu terdengar orang aneh tadi sedang berpekik dengan raga gembira:

"Aaah...! Benar-benar adalah pedang sin-kiam."

Tiba-tiba Ong Bun kim tersentak kaget dari lamunannya, ia segera membentak nyaring:

"Cepat kembalikan pedang itu kepadaku!" Tubuhnya melejit ketengah udara dan meluncur kedepan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, sementara telapak tangannya diayunkan kedepan, sebuah serangan yang amat dahsyat telah dilepaskan.

Tindak pembalasan yang dilakukan oleh Ong Bun kim ini boleh di bilang cepat sekali.

Tapi kenyataannya, hanya dengan suatu gerakan yang ringan, pihak lawan telah menghindar kembali sejauh dua kaki lebih dan posisi semula.

"Dari mana kau dapatkan benda ini?" ia bertanya.

Ong Bun kim tidak menjawab pertanyaan orang, sebaliknya menjengek dengan dingin:

"Sungguh hebat kepandaianmu didalam merampas pedang tersebut!"

"Hayo jawab, darimana kau dapatkan pedang itu?" "Dari Hek mo im !"

"Apa?"

"Aku bilang Hek mo im yang menyerahkan pedang sin- kiam tersebut kepadaku!" "Omong kosong!"

"Mengapa aku musti omong kosong?"

"Kau bilang Hek mo-im masih hidup di dunia ini?"

"Soal itu kau tak usah tahu, pokoknya serahkan kembali pedang tersebut kepadaku!"

"Coba kau terangkan dulu mengapa pedang Sin-kiam ini bisa terjatuh ketanganmu?"

Paras muka Ong Bun kim berubah hebat, ia tidak menjawab pertanyaan orang, bentaknya:

"Sesungguhnya kau mau serahkan pedang itu kepadaku atau tidak?"

Orang itu memandang sekejap keatas wajah Ong Bun kim yang penuh diliputi oleh hawa napsu membunuh itu, kemudian dengan sangat hormat mempersembahkan kembali pedang Sin kiam tersebut kehadapan Ong Bun kim, tindakan tersebut betul-betul diluar dugaan Ong Bun kim.

Untuk sesaat lamanya ternyata Ong Bun kim tidak menyambut kembali pedang Sin kiam tersebut, dia hanya mengawasi orang yang mencengangkan tersebut dengan pandangan termangu.

"Silahkan saudara untuk menerima kembali pedangmu!" dengan sangat hormat orang itu berkata.

Dengan sikap yang kaku sekali Ong Bun kim menerima pedang Sin kiam itu, sebelum dia mengucapkan sesuatu orang itu kembali bertanya lagi.

"Tolong tanya bagaimana ceritanya sehingga pedang ini bisa terjatuh ketanganmu?" Ketika dilihatnya orang itu tidak bermaksud untuk merampas pedangnya, maka secara ringkas Ong Bun kim menceritakan kisah "Pay kiam" tersebut padanya.

Setelah mendengar penuturan tersebut, orang itu lantas berkata.

"Oooh... rupanya pedang Sin kiam telah menemukan pemiliknya.."

Dari mana kau bisa tahu kalau pedang ini adalah pedang Sin kiam?"

"Aku pernah berkunjung kegua Bbu cing tong."

"dApa? Kau pernaha berkunjung kegbua Bu cing-tong?" "Betul, kejadian ini sudah berlangsung pada tiga puluh

tahun berselang, waktu itu aku baru berusia dua puluh tahun, ketika tiba digua Bu cing tong, kutemukan sepucuk surat dari Hek mo im yang khusus ditinggalkan untukku, katanya aku bukan pemilik dari pedang Sin kiam tersebut.

Sesudah berhenti sejenak dia bertanya.

"Pernahkah kau mendengar nama Pak keng lt-liong (naga dari kutub utara )Tan Liok?"

Ong Bun kim segera menggelengkan kepalanya. "Maaf akan kebodohan boanpwe belum pernah (kudengar nama tersebut, apakah dia adalah diri cianpwe ?"

Ia mengangguk dan tertawa getir, kembali tanyanya: "Apakah dalam dunia persilatan kau juga pernah

mendengar nama Pak kek sin mo (iblis sakti dari kutub utara)?"

Mendengar nama itu, Ong Bun kim. merasa-amat terperanjat, bukankah Pak kek sin mo tak lain adalah Yu leng lojin?" Setelah tertegun beberapa saat lamanya, Ong Bun kim lantas menyahut:

"Aku sudah pernah mendengar nama orang ini, akupun telah berjumpa muka dengannya"

"Dia adalah sahabatku. "

"Apa? Pak-kek sin mo adalah sahabatmu?"

"Benar, cuma peristiwa ini sudah berlangsung pada dua puluh tahun berselang!"

Setelah tertawa getir dia mendongakkan kepalanya dan termenung, agaknya sedang merenungkan kembali kenangannya dimasa lalu.

Lama. lama sekali.....akhirnya dia mengalihkan kembali sinar matanya ke wajah Ong Bun kim tanyanya:

"Apakah kau ingin mengetahui tentang peristiwa yang telah menimpa diriku?"

"Silahkan, akan kudengarkan dengan seksama!" Tan Liok tertawa getir, ujarnya:

"Dua puluh tahun berselang, ketika aku masuk kedalam gua Bu cing tong, aku menikah dengan seorang perempuan yang bernama Soat hay it su (rase sakti dari samudra salju), beberapa tahun kemudian kamipun memperoleh seorang putri."

"Sebetulnya keluarga kami ini termasuk suatu keluarga yang sangat berbahagia, tapi suatu ketika ternyata istriku telah bermain serong dengan Pak kek sin mo, dalam gusarnya aku bunuh istriku terbsebut."

"Bagaimdana dengan putraimu?" sela Ong bBun kim. "Waktu  itu  aku  sedang  sedih  bercampur  marah,  aku

sama sekali tidak memperhatikan mati hidupnya putriku, setelah lewat beberapa hari kemudian aku baru menyadari apa yang telah kulakukan selama ini, sebenarnya aku hendak pergi mencari Pak kek sin mo untuk membales dendam, tapi sayang tenaga dalamku masih bukan tandingannya.

"Dalam putus asanya aku jadi teringat dengan pesan Hek mo im yang meminta aku datang kemari sebab disini tersimpan sejilid kitab Thian sian sin su (kitab sakti thian sian), akupun berlatih tekun siang dan malam agar suatu ketika bisa atau dapat kesempatan untuk membalas dendam selain bisa pula memenuhi pesan Hek mo im yang suruh aku membantu pemilik Sin kiam guna mewujudkan keadilan serta kebenaran di dalam dunia persilatan".

Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, dengan kening berkerut Ong Bun kim lantas berkata:

"Jadi, semenjak itu kau pun berdiam disini hampir dua puluh tahun lebih tanpa keluar barang selangkahpun?"

"Benar !"

"Masih ingatkah kau siapa nama putri-mu itu?"

"Waktu itu dia sudah berusia tiga tahun, aku masih ingat dia bernama Tan Hong hong."

"Apa ?"

Dengan perasaan terkejut Ong Bun kim berteriak keras, bukankah Tan Hong hong adalah Bunga iblis dari neraka? Kalau begitu, Bunga iblis dari neraka adalah putri orang ini?"

Tampaknya kenyataan ini memang banyak benarnya, sewaktu berada diluar markas Yu leng bun tempo hari, Tan Hong-hong juga pernah memberitahu kepada Hian ih-liap bahwa ia bisa mendapatkan obat pemunah racun dari tangan Yu leng lojin, karena ibunya dan Pak kek sin mo pernah melakukan hubungan gelap, setelah ayahnya membinasakan ibunya, sejak itu pula kabar beritanya lenyap tak berbekas.

Sungguh tak nyana Ong Bun kim bisa terbawa arus sungai sampai didalam gua itu dan akhirnya berjumpa dengan ayah Tan Hong-hong di situ.

Agaknya Tan Liork dibuat terpertanjat oleh teriqakan dari Ong Brun kim itu, serunya kemudian: "Adakah sesuatu yang tidak beres?"

Ong Bun kim memperlunak sikapnya, lalu berkata. "Kau bilang putrimu itu bernama Tan Hong hong."

"Benar!"

"Aku pernah bersua dengannya!"

"Benarkan itu?" teriak Tan Liok dengan perasaan bergolak keras. "Kau pernah bertemu dengannya? Jadi... Jadi dia masih hidup didunia ini?"

"Benar aku kenal dengan seorang nona yang bernama Tan Hong hong, tapi apakah benar dia atau bukan, aku tidak berani memastikannya..!"

Kulit wajah Tan Liok mengejang keras sekali, serunya. "Asal  aku  dapat  berjumpa  dengan  Tan  Hong  hong

seperti  apa  yang  kau  maksudkan  itu,  aku  segera  akan

mengenalinya apakah dia adalah putriku atau bukan, sebab wajahnya mirip dengan Ibunya!"

"Sekarang, apakah latihan sin kang mu telah berhasil mencapai pada puncaknya?"

"Yaa, sudah berhasil, mari kita pergi meninggalkan tempat ini!" Seusai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu meninggalkan tempat itu.

Ong Bun kim segera mengikutinya dari belakang,  tampak mereka berjalan menuju kesuatu sudut ruang yang sangat gelap, dibawah tebing karang itu terdapat sebuah pintu kecil mereka berdua segera menerobos keluar dari sana.

Setelah menembusi sebuah pintu kecil, terpentang  sebuah lorong sempit yang memanjang jauh kedepan sana, sedemikian sempitnya lorong itu sehingga seorang saja yang bisa lewat.

Tak lama kemudian, mereka sudah keluar dari gua itu.

Mulut gua penuh ditumbuhi pepohonan rotan serta semak belukar yang berduri, seandainya tidak-diperhatikan secara khusus, sulit untuk mengetahui kalau ditempat itu terdapat gua, lebih tak akan mengira kalau dibalik gua tersebut terdapat sebuah dunia lain.

Mereka berdua berdiri termangu-mangu diatas tebing kecil dengan sebuah sungai besar terbentang didepan mata, sejauh sinar matanya memandang yang tampak hanya mayat-mayat yang terapung diatas permukaan air.

Sedemikian banyaknya mayat yang terapung diatas permukaan sungai itu sehingga keadaannya benar-benar amat mengerikan, tanpa terasa membuat hati si anak muda itu bergidik.

Darimana datangnya mayat sebanyak itu diatas permukaan sungai besar itu?

Ong Bun kim mencoba untuk memperhatikan sekekeliling tempat itu dengan seksama, dipunggung bukit disebelah depan sana, akhirnya ia menjumpai bayangan bangunan yang berdiri megah. Satu ingatan segera melintas dalam benak Ong Bun-kim, katanya:

"Cianpwe, apakah kau telah melihat mayat-mayat yang mengapung diatas permukaan sungai itu?"

"Yaa, sudah kulihat!"

"Tahukah kau perguruan apakah yang menempati bangunan rumah dipunggung bukit itu?"

"Apakah kau menduga ada orang sedang membantai anggota perguruan itu serta membuang mayat-mayatnya kedalam sungai?"

"Kemungkinan besar demikian, bagaimana kalau kita kesana untuk memeriksanya?"

"Baik, sekarang juga kita berangkat."

oooooOdwOoooo

BAB 76

BERANGKATLAH kedua orang itu menuju kearah bangunan megah yang berada di punggung bukit tersebut dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, setelah melalui suatu undak-undakan batu yang tersusun rapi, mereka langsung menuju ke arah bangunan utama.

Sepanjang jalan mereka menyaksikan banyak sekali mayat manusia yang bergelimpangan dalam keadaan mengerikan.

Menyaksikan kesemuanya itu,Ong Ban kim merasakan hatinya bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri, jelas suatu pembantaian secara besar-besaran telah berlangsung disana, betul-betul suatu peristiwa berdarah yang mengerikan. Dalam waktu singkat mereka berdua telah tiba didepan bangunan utama tersebut, halaman di depan bangunan itu sangat luas, dinding pekarangannya sangat tinggi dengan pintu gerbang terpentang lebar, belasan sosok mayat manusia bergelimpangan disana sini, keadaan mereka betul- betul menggidikkan hati.

Ong Bun kim segera melompat mabju ke depan dand langsung meneraobos masuk kedablam ruang tengah yang sangat luas itu, diatas pintu gerbang terpancanglah sebuah papan nama besar yang bertuliskan.

"HIAT HO KAU"

Kembali dijumpai belasan sosok mayat manusia bergelimpangan diatas tanah, keadaan merekapun rata-rata mengerikan sekali, menyaksikan kesemuanya itu Ong Bun kim segera mengerutkan dahinya sembari berpikir.

"Benar-benar suatu perbuatan yang amat keji!" Dengan langkah lebar dia segera berjalan masuk keruang dalam.

Mendadak terdengar, seseorang membentak dengan suara yang berat dan dalam.

"Siapa disitu"

Mendengar teguran itu, Ong Bun kim merasa amat terperanjat, cepat dia mengalihkan sinar matanya ke arah mana berasalnya suara itu, tampak sesosok bayangan hitam sedang bergerak gerak disana.

Tercekat perasaan Ong Bun kim, untuk sesaat lamanya dia tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Siapa kau?" kembali orang itu menegur. "Aku adalah Ong Bun kim, siapa pula kau?" "Apa? Kau yang bernama Ong Bun kim?" "Benar, apakah kau kenal dengan diriku?"

"Walaupun aku belum pernah bersua denganmu tapi sudah lama kudengar akan nama besarmu itu, bukankah kau yang berhasil mendapatkan pedang sin kiam ketika diadakan penyembahan terhadap pedang di kuil Siau limsi..?"

"Betul, siapa pula kau?"

"Ketua dari perkumpulan Hiat ho kau!"

"Apa yang telah terjadi dengan perkumpulan anda?" "Mengapa tidak kau tanyakan secara langsung kepada

istrimu?"

"Istriku...?" seru Ong Ben kim dengan perasaan terkejut bercampur heran setelah mendengar perkataan itu.

Orang itu kembali tertawa dingin.

"Heeeh heeehh....heeeehh. buat apa kau musti berlagak

pilon lagi? Bukankah Tay pangcu dari perkumpulan Hui mo pang, Kim losat adalah binimu?"

Hampir menjerit keras Ong Bun kim setelah mendengar ucapan itu. serunya dengan lantang:

"Jadi Kim losat yang btelah membawa odrang untuk membaantai perguruanbmu. ?"

"Benar."

"Kenapa?"

"Dia minta perkumpulan kami agar menggabungkan diri dengan perguruannya, hram! Be tul partai kami tak lebih cuma sebuah partai kecil didalam dunia persilatan, tapi kami enggan dipergunakan tenaganya oleh kaum iblis yang sudah tak waras otaknya, oleh karena itu partai kami menolak permintaan mereka. " "Oooh, jadi lantaran kalian menolak, maka dia lantas memimpin orang-orangnya untuk melakukan pembantaian disini?"

"Benar!"

"Dari seluruh jumlah anggota kalian, sudah berapa banyak yang terbunuh di tangan mereka?"

"Anggota perkumpulan kami hanya terdiri dari beberapa ratus orang, kini sudah tinggal setengahnya saja, mereka yang masih hidup sekarang sedang merundingkan suatu siasat untuk menghadapi serbuan mereka."

"Apakah dia akan datang kemari lagi?"

"Sebelum pergi meninggalkan tempat ini, dia telah memberi batas waktu selama lima hari buat kami, biia batas waktunya sudah habis dan kami masih belum bersedia untuk masuk menjadi anggota perguruannya, maka dia akan membantai segenap sisa anggota yang masih hidup!"

Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, hawa napsu membunuhnya segera berkobar. Terdengar orang itu kembali berkata sambil tertawa dingin:

"Kalau kau bisa membunuh orang lain, mengapa tak bisa membunuh istrimu sendiri? Bila kau sudah tiada urusan lagi disini, silahkan segera angkat kaki dari hadapan kami!"

Ucapan yang terakhir tadi sungguh membuat kedudukan Ong Bun kim serba salah, dia tak tahu apa yang musti diucapkan kepada orang itu.

Akhirnya sambil menggertak gigi menahan marahnya, dia berkata: "Aku pasti akan membinasakan dirinya."

Sehabis berkata dia membalikkan badannya dan keluar dari tempat itu. Terdengar ketua dari perguruan Hiat ho-kau Itu menjengek sambil tertawa dingin:

"Semoga saja kau dapat teringat selalu dengan perkataanmu itu!"

Kendatipun berarda dalam pengartuh hawa napsu mqembunuh yang berrkobar-kobar, akan tetapi Ong Bun kim merasakan juga keserba susahnya menghadapi keadaan tersebut, selama hidup belum pernah ia menerima cemoohan orang seperti apa yang dialaminya saat ini.

Tiba-tiba saja perasaannya tercekam dalam suasana yang amat murung dan berat, seakan-akan kematian orang itu adalah akibat dari perbuatannya.

Lama, lama sekali, akhirnya dia baru bergumam sambil menggertak giginya menahan diri.

"Ia sungguh amat menakutkan, aku pasti akan membunuhnya, aku harus menyingkirkan dirinya dari muka bumi!" terdengar Tan Liok bertanya dengan keheranan.

"Istrimu kah yang telah membasmi semua anggota perguruan ini?"

"Benar!"

"Mana mungkin?"

Ong Bun-kim menghela napas panjang, secara ringkas lantas menceritakan bagaimana ayah Kim lo sat dan ayahnya menjodohkan mereka ketika masih berada di kandungan dulu, kemudian dijelaskan pula tindak tanduk Kim lo sat didalam dunia persilatan selama ini... 

Seusai mendengar penuturan tersebut, Tan Liok lantas berkata: "Perbuatannya memang benar-benar amat kejam dan tak berperi kemanusiaan, tapi, sanggupkah kau untuk membinasakannya?"

"Mengapa tidak?"

"Aku kuatir kalau kau tidak memiliki cukup keberanian untuk melakukan hal itu!"

Paras muka Ong Bun kim segera berubah, kesombongannya muncul kembali, dengan angkuh dia berkata:

"Aku sebagai pemegang Sin kiam sudah sewajarnya uutuk membasmi kaum sesat dari muka bumi, sekarang juga aku akan kesana untuk mencarinya!"

"Bila kau hendak kesana, aku juga akan turut serta!" "Kau juga akan ikut ke mana?"

"Yaa, Hek mo im menitahkan kepadaku untuk membantu pemegang pedang Sin kiam untuk melaksanakan tugas sucinya!"

Ong Bun kim segera tertawa.

"Kalau begitu mari kita segera berangkat"

Maka berangkatlah kedua orang itu menuruni bukit di mana Hiat ho kau bermarkas.

Di tengah jalan, tiba tiba Tan Liok bertanya:

"Ong sauhiap, ada satu hal aku telah lupa-untuk bertanya kepadamu!..."

"Persoalan apa?"

"Mengapa kau bisa terbawa arus sungai sampai ke situ dengan tubuh penuh luka?" Ong Bun kim menceritakan kepadanya apa yang telah dialaminya...

Setelah menyinggung kembali soal itu, dia baru teringat pula dengan nasib Ciu Li li, apakah ia masih hidup atau sudah mati setelah terjun ke dalam jurang tempo hari? Apakah dia perlu pergi mencarinya ataukah tidak?

Akhirnya dia memutuskan untuk mempersoalkan mati hidup Ciu Li li di masa mendatang, sekarang dia harus menjumpai Kim lo sat lebih dulu untuk membunuhnya dan melenyapkan bibit bencana lagi umat persilatan.

Dia ingin membuktikan kepada umat persilatan bahwa ia selain bisa membunuh orang jahat, juga bisa membunuh istrinya sendiri.

Tak lama kemudian sampailah mereka berdua di bukit Thi gou san.

Setibanya di sana, Ong Bun kim segera menelusuri jalan kecil di tepi tebing karang untuk meluncur kearah markas besar kaum Hui mo-pang.

Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya itu, tak seberapa lama kemudian, sampailah ia didalam kebun kecil dalam markas besar Hui mo-pang.

Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan.

"Berhenti. !"

Menyusul bentakan tersebut, dua orang nyonya berbaju biru telah melayang turun dihadapan Ong Bun kim.

Tapi begitu tahu siapa yang sedang dihadapinya itu, paras muka mereka segera berubah hebat.

"Haaah.....kau?" teriaknya sembari berbareng. . "Benar, aku!"

"Ada keperluan apa Ong tayhiapb datang kemari.d" "Mencari Kima lo sat!"

"Maafb !" ucap perempuan baju biru yang berada disebelah kanan itu, "tay pangcu telah menurunkan perintah untuk tidak menerima tamu?"

"Apakah termasuk juga aku?"

"Benar ! siapapun tidak boleh masuk!" "Apa yang sedang ia lakukan sekarang?" "Rapat !"

"Rapat ?"

"Benar ia sedang rapat dengan beberapa orang ciangbunjin dari beberapa partai besar!"

Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Ong-Bun kim merasa terkejut sebab ditinjau dari sikap Kim lo sat yang sedang melakukan perundingan dengan beberapa orang ciang bunjin dari partai besar dapat diketahui bahwa  ia telah menyiapkan suatu rencana besar untuk melakukan suatu pembantaian secara besar-besaran didalam dunia persilatan.

Andaikata apa yang diduganya- itu tidak salah akibatnya benar-benar mengerikan sekali:

Berpikir demikian, tanpa terasa Ong Bun kim segera membentak keras:

"Cepat beritahu kepadanya, bahwa aku hendak berjumpa dengannya"

"Baiklah harap kalian tunggu sebentar!" Selesai berkata nyonya berbaju biru yang berada disebelah kanan itu telah melompat pergi meninggalkan tempat itu.

Tak lama kemudian perempuan berbaju biru itu telah balik kembali, tampak dibelakangnya mengikuti Gin lo sat serta beberapa orang anggotanya, baru saja Ong Bun kim hendak menegur, Gin lo sat telah berkata lebih dahulu.

"Ong sauhiap, satu bulan tidak bersua tentunya engkau telah berkunjung sendiri kemari, entah ada urusan apa?"

"Aku hendak bertemu dengan Kim lo sat !" "Silahkan."

Sembari berkata dia lantas menyingkir ke samping untuk memberi jalan lewat.

Ong Bun kim serta Tan Liok dengan angkuhnya segera melanjutkan perjalanannya menembusi halaman kecil tersebut dan menuju ke pintu gerbang bangunan tersebut.

Tampak pintu gerbang terpentang lebar-lebar, beberapa puluh orang jago berdiri disekeliling tempat itu.

"Ong sauhiap!" kata Gin lo sat tiba-tiba, "Tay pangcu belum selesai rapat, bagaimana kalau kau menunggu sebentar dibdalam ruangan tdamu?"

"Tidak, saekarang juga akbu akan pergi menjumpainya?" bentak Ong Bun kim dengan suara tajam.

"Ong sauhiap mengapa kau musti menyusahkan orang?" "Sudah, kau tak urah banyak bicara, masuk dan beritahu

kepadanya, katakan saja bersediakah dia untuk bertemu denganku?"

Gin losat mengerutkan dahinya, setelah berpikir sejenak akhirnya dia berkata. "Baiklah!"

Selesai berkata dia lantas melangkah masuk kedalam ruangan.

Ong Bun kim melirik sekejap kearah Tan Liok, dilihatnya orang itu berdiri dengan wajah tanpa emosi, sorot matanya menatap ruangan itu tanpa berkedip, agaknya ia sedang mempertimbangkan sesuatu...

Tak lama kemudian Gin losat telah muncul kembali katanya.

"Ong sauhiap, Tay pangcu mempersilahkan kau masuk, mari ikutilah aku !"

Dengan mengikuti dibelakang Gin losat, Ong Bun kim langsung menuju ke ruangan belakang, kamudian berbelok kesamping dan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil.

Didalam ruangan kecil tersebut, selain terdapat Kim Lo sat, masih hadir pula lima orang lainnya.

Kelima orang itu ada yang berbaju preman, ada pula yang berdandan sebagai seorang tosu, usianya antara lima puluh tahunan, ketika Ong Bun kim melangkah masuk mengikuti dibelakang Gin lo sat. Kim losat segera bangkit berdiri sambil tertawa.

"Ong Buncu!" tegurnya, "angin apa yang telah membawamu sampai di tempat ini?"

"Kau panggil aku dengan sebutan apa?"

"Bukankah kau adalah Buncu dari perguruan Sin kiam bun?"

Setelah mendengar perkataan itu Ong Bun kim baru memahami duduknya persoalan, ternyata ia memanggil dirinya sebagai Ong buncu, lantaran dia telah menjadi buncu dan perguruan Sin kiam bun. Sambil tertawa dingin katanya kemudian. "Ku Pek hoa, tahukah kau ada urusan apa aku datang kemari mencarimu

?"

Kim losat segera tertawa hambar, sahutnya.

"Tidak mungkin untuk datang membicarakan soal perkawinan denganku bukan?"

Setelah menarik kembali senyumannya, dia berkata lebih jauh:

"Mari, mari kuperkenalkan dulu dirimu dengan kelima orang saudara ini, yang disebelah kanan adalah kertua dari partait Hoa san kiam kqek (jago pedangr dari bukit Hoa san), orang kedua adalah ketua dari partai Tiam-cong. Ciong hay sin liong (naga sakti dari samudra luas), orang ketiga adalah ketua Soat san-pay, Soat it ciau (ular sakti dari samudra salju).. .Ketua dari Ciong lay pay Suci tojin (tangan sakti pembunuh naga).."

Sekaligus dia memperkenalkan kelima orang yang hadir dalam ruangan itu, kemudian dia baru melanjutkan:

"Sedangkan saudara yang ini tak lain adalah Ong Bun kim yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan itu!"

Ong Bun kim segera tertawa dingin katanya:

"Sungguh beruntung aku bisa bertemu dengan para ciangbunjin sekalian. !"

Sekulum senyuman jengah segera menghiasi wajah kelima orang ciangbunjin itu, namun mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Kim losat memandang sekejap wajah kelima orang ciangbunjin itu, kemudian ujarnya lagi: "Dan dia, sesungguhnya tidak lain adalah suamiku sendiri!"

"Tutup mulut!" bentak Ong Bun kim. .

Kim losat menjadi amat terkejut setelah ketika mendengar bentakan Ong Ban kim yang sangat keras itu, tapi sesaat kemudian sambil tertata manis dia berkata lagi:

"Saudara sekalian aku berjuang untuk merajai seluruh dunia persilatan, tujuanku tak lain adalah ingin mempersembahkan kedudukan yang amat tinggi itu kepadanya."

"Tutup mulutmu!" kembali Ong Bun kim membentak keras amarahnya sudah mulai berkobar.

Kim lo sat sama sekali tidak menggubris kemarahan orang, sambil tetap tersenyum manis dia berkala lebih jauh.

"Aku berbicara sejujurnya, aku berjuang mati-matian untuk merebut kedudukan Bengcu itu, tidak lain adalah ingin kupersembahkan segala sesuatunya ini kepadanya !"

Ong Bun kim tertawa dingin, tukasnya:

"Maksud baikmu itu biar kuterima dalam hati saja, Ku Pek hoa, kau jangan terlalu menghina kemampuan orang."

"Menghina? Haahh haaah haaahh mana aku berani menghina dirimu? Setelah kurebut kursi Bengcu dari seluruh jagad, bukankah kursi kebesaran itu akan kuberikan kepadamu? Aku toh tidak berbicara bohong, aku berbicara sesungguhnya."

"Sudah cukupkah perkataanmu itu?" jengek Ong Bun kim sinis.

Kim lo sat segera menarik kembali senyumannya, kemudian menegur: "Kau datang kemari mencari aku, sebenarnya ada urusan apakah yang hendak dibicarakan denganku"

Air muka Ong Bun kim agak berubah, bentaknya kemudian.

"Apakah kau yang telah menciptakaa pembunuhan berdarah atas anggota dan perkumpulan Wat ho kao?"

"Benar !"

"Sungguh keji amat perbuatannya itu."

"Aku berbuat demikian, tidak lebih hanya bermaksud untuk memberi sedikit hukuman kepada mereka!"

"Suatu hukuman yang bagus sekali, empat puluh lembar jiwa manusia dibantai, kau masih menganggapnya sebagai suatu hukuman, Ku Pek hoa akhirnya aku benar-benar  telah mengenali dirimu."

"Kalau sudah kenal denganku, lantas mau apa?" jengek Ku Pek hoa sambit tertawa dingin.

"Mau apa? Tentu saja membunuh dirimu."

"Ong Bun kim seandainya aku tidak memandang diatas hubungan kita sebagai suami istri, sudah sedari dulu kubunuh dirimu, bila kau tidak mempunyai urasan lain lagi silahkan segera angkat kaki dari sini"

Dengan kalap Ong Bun kim mendongakkan kepalanya, dan tertawa seram, "Cring. ." pedang sin kiam diloloskan dari sarungnya sehingga cahaya tajam yang menyilaukan mata segera memancar ke empat penjuru.

Sambil menggetarkan pedang sin kiamnya itu, kembali dia membentak dengan suara keras:

"Ku Pek hoa, di bawah pedang Sin kiam selamanya tak pernah mengenal kata kasihan, maaf kalau terpaksa aku Ong Bun kim tak bisa memandang pada hubungan kita sebagai suami istri untuk membinasakan dirimu sekarang juga."

Selangkah demi selangkah dia berjalan ke muka menghampiri Kim lo sat yang cantik itu.

Begitu pedang Sin kiam dilolosbkan, baik Ku Pedk hoa maupun kealima orang cianbgbun jin itu sama-sama tersentak kaget, rasa ngeri dan takut segera menyelimuti wajah mereka.

"Ong Bun kim, kau berani berbuat demikian?" bentak Kim lo sat dengan gusar.

Ong Bun kim segera mendongakkan, kepalanya dan tertawa seram.

"Haaahhh....haaahhh haaahhh. mengapa tidak berani?

Lihat saja seranganku ini!"

Sambil membentak nyaring tubuhnya melejit ke udara, kemudian secepat sambaran petir menerjang ke arah Kim lo sat, cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh angkasa dan sebuah tusukan kilat telah dilepaskan.

Sementara Ong Bun kim mendesak ke depan dengan serangan kilatnya, Kim losat telah melejit kesamping untuk menghindarkan diri, berhadapan dengan senjata kuno yang tajam luar biasa itu, sedikit banyak Kim losat merasa agak keder juga dibuatnya.

Gagal dengan serangan yang pertama, Ong Bun kim mendesak lebih kedepan serta melepaskan serangan yang kedua.

Tiba-tiba Kim losat membentak nyaring.

"Ciangbunjin berlima, mengapa kalian berpeluk tangan saja? Cepat bantu aku untuk menantang nya!" Ditengah bentakan Kim lo sat yang amat keras itu, serentak ke lima orang ciangbunjin itu meloloskan pedangnya yang tersarung dipinggang, kemudian diiringi lima jalur kilatan cahaya hijau mereka bersama-sama melancarkan serangan untuk menggulung tubuh Ong Bun kim.

Kelima orang ciangbunjin ini rata-rata adalah ahli di dalam ilmu pedang, terlihatlah lima pedang mereka bagaikan naga sakti yang baru keluar dari samudra, dalam waktu singkat telah menyerang jalan darah penting di tubuh anak muda tersebut.

Dengan suatu lompatan yang enteng Ong Bun kim mundur sejauh satu kaki kebelakang kemudian dengan sinar mata yang tajam dia membentak:

"Kalian ingin mampus?"

oooOdwOooo

BAB 77

MELINDUNGI keselamatan Bengcu adalah tugas dari kami berlima !" jawab Hoa san kiam kek dengan suara dingin.

Ong Bun kim sendiri juga tahu kalau kelima orang ciangbunjin itu hanya dipaksa untuk turun tangan, seandainya ia sampai membunuh mereka berlima maka akibatnya bisa memancing kemarahan dari segenbap umat persiladtan.

Dibawah ujaung pedang sucib selamanya tak akan terbunuh orang yang baik dan tidak bersalah.

Berpikir demikian, tak tahan lagi Ong Bunkim membentak keras. "Kalau kalian masih ingin hidup kuanjurkan kepada kamu berlima agar menyingkir dari hadapanku"

Tapi bukannya mundur, lima orang ciang bunjin itu malah maju sambil membetuk satu gerakan setengah melingkar yang mengurung Ong Bun-kim ditengah arena.

Tib-tiba Kim-losat menghela napas panjang. tegurnya. "Ong Bun kim, apa yang hendak kau lakukan atas

diriku?"

"Apa lagi? Tentu saja membunuhmu!"

"Aaai Ong Bun kim, lalu kau menginginkan agar aku berbuat bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Aku memperjuangkan kedudukan Bengcu dari dunia persilatan untuk kemudian kupersembahkan kepadamu, apakah kau belum puas?"

"Kentut busuk, siapa yang kesudian dengan kedudukan bengcu itu?" bentak sang pemuda marah.

"Lantas, apa yang kau kehendaki?"

"Aku tidak menginginkan apa-apa, sekarang aku hanya menginginkan selembar nyawamu-"

"Tegakah kau untuk turun tangan terhadap diriku?" "Tentu saja tega. Ciangbunjin sekalian, kalian sebetulnya

mau minggir atau tidak?" "Tidak"

"Bangsat, jadi agaknya kalian juga sudah pingin mampus... " Diiringi bentakan keras, sekali lagi tubuh nya menerjang maju kedepan. pedang Sin-kiam menyambar kebawah dan sebuah serangan dahsyat telah dilancarkan.

Cahaya pedang berkilauan memenuhi seluruh angkasa, daya serangannya sungguh mengerikan.

Lima bilah pedang meluncur bersama ke udara, secara terpisah kemudian mengancam sekujur badan anak muda itu.

Gerak serangan Ong Bun kim tiba-tiba berubah, dari suatu tusukan mendadak ia rubah serangannya menjadi bacokan, cahaya pedang dengan membawa sekilas cahaya hijau langsung menggulung kedepan - dengan dahsyatnya.

"Traaang ! Traarang !" diiringit bunyi gemerincqing yang sangatr keras, tahu-tahu pedang yang berada ditangan Hoa san kiam kek serta Ciong hay sin liong telah patah menjadi beberapa bagian.

Begitu berhasil mematahkan senjata musuh, Ong Bun kim dengan diserfai tenaga serangan yang maha dahsyat langsung menerjang kehadapan Kim losat.

Akan tetapi, baru saja si anak muda itu menggerakkan badannya untuk menerjang ke muka. Soat hay it ciau (naga sakti dari lautan salju), Jit ci-tojin (tosu berjari tujuh) serta To liong jiu (tangan sakti pembunuh naga) telah memutar senjata masing-masing dan sekali lagi menerjang ke depan.

Serangan itu dilancarkan secepat kilat dengan daya serangan yang mengerikan.

Ong Bun kim terkesiap, buru-buru dia menarik kembali badannya dan melompat kebelakang, kemudian dengan sinar mata yang tajam dan mengerikan karena diliputi hawa napsu membunuh yang tebal, ia membentak lagi. "Apakah kalian lebih suka mampus dari pada hidup?"

"Kami akan menghentikan serangan kecuali Ong buncu juga pergi meninggalkan tempat ini"

""Bagus....! Kalau toh kalian ingin mencari jalan kematiannya sendiri, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji terhadap kalian semua... !"

Selesai membentak, seperti orang kalap dia menerjang ke muka dengan kedahsyatan yang luar biasa.

Pada saat ini Ong Bun kim berniat untuk mengadu jiwa, pedangnya diputar sedemikian rupa menciptakan selapis cahaya tajam yang menyilaukan mata dalam waktu singkat secara beruntun dia telah melancarkan tiga buah serangan berantai.

Ketiga buah serangan yang dilepaskan Ong Bun-kim ini selain disertai tenaga serangan yang dahsyat lagipula mengandung suatu ancaman yang sukar dihindari orang.

Kontan saja ketiga orang ciangbunjin itu terdesak hingga mundur sejauh belasan kaki ke belakang untung mereka cepat mundur, coba tidak niscaya tubuh mereka sudah berlubang tertembus serangan itu.

Bentakan-bentakan nyaring kembali menggelegar memecahkan keheningan, Hoa san kiam kek serta Kiong hay sin liong telah maju kedepan dan masing-masing melepaskan sebuah pukulan.

Dalam waktu singkat bayangan manusia saling menyambar dengan hebatnya, cahaya pedang bergulung- gulung menusuk pandangan.

Tan Liok yang sedari pertarungan itu dimulai hanya berpeluk tangan belaka, waktu itu dia berdiri bersandar didepan pintu dengan wajah tanpa emosi, dalam keadaan demikian, tidak perlu baginya untuk turun tangan, ia-pun merasa enggan untuk turun tangan.

Sedangkan Gin losat juga hanya menonton dari samping, ia telah bertekad di dalam ha-tinya, andaikata manusia aneh itu berani melakukan sesuatu tindakan yang mencurigakan, maka dia akan segera membunuhnya dengan cara yang paling keji.

Suasana ditengah arena amat tegang dan serius.

Sekalipun Ong Bun kim dikepung dan dikerubuti oleh lima orang ciangbunjin, akan tetapi daya serangan yang terpancar dari pedang suci itu sungguh amat mengerikan, cahaya tajam berkilauan diangkasa, hawa pedang menderu- deru menyelimuti badan, pertarungan ini sudah mencapai pada taraf yang luar biasa sekali.

Tiba-tiba....

Ong Ban kim membentak keras, badannya melejit ke udara dengan kecepatan tinggi.

Ia tidak berani untuk melukai ke lima orang ciangbunjin tersebut, oleh sebab itu dia harus menghindari mereka dan meluncur ke-arah Kim losat berada.

Tindakan Ong Bun kim yang melejit ke udara dengan kecepatan luar biasa ini sungguh mengejutkan hati orang, disaat tubuhnya menubruk ke arah Kim lo sat, pedang sucinya telah diputar melancarkan sebuah serangan.

Tanpa terasa lima orang ciangbunjic itupun membalikkan badan sambil menerjang lagi bersama-sama, telapak tangannya serentak disapu ke-muka dengan kecepatan luar biasa.

Sekalipun serangan yang dilancarkan Ong Bun kim sangat cepat, akan tetapi gerakan tubuh dari kelima orang ciangbunjin itupun tidak lambat, di saat Ong Bun kim menyerang Kim losat dengan pedang sucinya, gerak serangan pedang maupun pukulan yang dilancarkan oleh kelima orang ciang bunjin itu serentak telah meluncur tiba.

Oleh karena serangan yang dilakukan kedua belah pihak sama sama cepatnya, hal mana memaksa Oog Ban  kim mau tak mau harus menarik kembali ancamannya terhadap Kim losat, kemudian sambil membalikkan badan dia melancarkan serangan kembali ke arah kelima orang Ciang bunjin tersebut.

Pada saat Ong Bun kim sedang membalikkan badannya itulah, mendadak Kim losat melepaskan sebuah tusukan kilat dengan pedangnya.

Serentetan cahaya pedang yang berkilauan memancar ke empat penjuru, kemudian langsung menyergap tubuh Ong Bun kim.

Serangan yang dilancarkan Kim lo sat itu sungguh teramat cepat sekali, tapi sebelum mencapai tujuan, tiba- tiba terdengar seseorang membentak nyaring: "Tahan!"

Bentakan itu keras bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, sedemi kian kerasnya suara itu sehingga memekikkan telinga semua orang yang berada disana dengan perasaan tercekat, orang-orang itu melompat mundur sejauh beberapa kaki ke belakang.

Ketika mereka mencoba untuk memperhatikan si pembicaraan itu, ternyata dia tak lain adalah Tan Liok.

Tan Liok tertawa dingin, lalu berkata:

"Ciangbunjin berlima, kalian benar-benar tidak tahu diri, ketahuilah bukan Ong Bun kim tak mampu membunuh kalian, adalah dia tak ingin membunuh kamu semua, jika kalian masih melanjutkan serangan serangannya tindakan tersebut, sungguh tak tahu keadaan."

"Lantas menurut pendapatmu?"

Tan Liok tertawa hambar, sahutnya:

"Yang dicari Ong Bun kim adalah Ku pang-cu, maka kuanjurkan kepada kalian lebih baik janganlah mencampuri urusan ini."

"Tapi kami mempunyai kewajiban untuk melindungi keselamatan jiwanya......! "seru kelima orang ciangbunjin itu hampir berbareng.

"Begini saja!" kata Tan Liok kemudian sambil  melangkah masuk ke dalam arena, kemudian sambil tertawa lanjutnya, "bila salah seorang diantara kalian yang sanggup menerima dua buah pukulanku tanpa kalah, aku dan Ong Bun kim akan segera pergi meninggalkan tempat ini, kalau tidak maka lebih baik pertarungan yang bakal dilanjutkan nanti lebih baik diselesaikan oleh Ong Bun kim dan Ku pangcu pribadi!"

Ciangbunjin dari partai Cing shia pay yaitu si tangan sakti pembunuh naga segera tertawa dingin, serunya:

"Besar benar bacot anda!"

"Apakah ciangbunjin bersedia untuk menyambut dua buah pukulanku itu...?" tanya Tan Liok sambil tertawa dingin.

"Benar!"

"Andaikata kau menderita kalabnanti?"

To liong jiu tertegun, andaikata dia kalah, dengan kedudukannya sekarang tak mungkin baginya untuk memutuskan bahwa mereka tak akan bertarung lagi melawan Ong Bun kim, maka untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Tan Liok segera tertawa dingin, ejeknya.

"Kau tak sanggup untuk mengambil keputusan bukan?"

Dihasut dengan ucapan tersebut oleh Tan Liok, seketika itu juga To liong jiu merasa seperti kehilangan muka, paras mukanya lantas berubah hebat.

"Akan kusambut kedua buah seranganmu itu!"  bentaknya kemudian.

Sambil membentak, dengan langkah lebar dia lantas maju ke depan. Tan Liok tertawa hambar, katanya:

"Mau menyambut seranganku tentu saja boleh, cuma kau harus menjamin dulu bila kau kalah maka kelima orang ciangbunjin tak boleh melancarkan serangan terhadap Ong Bun kim kalau tidak, lebih baik persoalan ini tak usah dibicarakan lagi"

Diantara kelima orang ciangbunjin itu, To liong jiu boleh dibilang paling lihay di dalam ilmu telapak tangan kosong, tak seorangpun diantara rekan-rekannya yang percaya bahwa ia tak mampu menerima dua buah serangan dari manusia aneh itu.

Maka keempat orang ciangbunjin lainnya segera mengangguk bersama sebagai pertanda bahwa mereka telah setuju.

"Sekarang, kau boleh turun tangan?" bentak To liong jiu dengan suara dingin.

Tan Liok segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaah... haahh.....haaah tentu saja boleh, cuma aku harus terangkan lebih dulu, jika kalian tak mau memegang janji maka sampai waktunya jangan salahkan kalau aku orang she-Tan akan bertindak keji!"

Ucapan tersebut diutarakan dengan penuh kobaran hawa napsu membunuh, membuat pendengarannya merasakan hatinya bergidik.

"Silahkan kau lancarkan seranganmu itu!" bentak To liong jtu dengan suara dingin.

"Baik, sambutlah seranganku ini..." Belum habis dia berkata tubuhnya sudah melejit ke tengah udara, kemudian tampak bayangan hitam berputar kencang dan sebuah pukulan dilontarkan kedepan.

Serangan yang dilancarkan Tan Liok ini dilakukan dengan suatu gerakan yang aneh dan cepat, dalam kejutnya buru buru To-liong jiu mengayunkan tangan kirinya untuk menangkis, pada saat To liong jiu sedang menggerakkan tangannya itulah, tangan kiri Tan Liok sudah menerobos masuk dengan kecepatan diluar dugaan.

"Blaaam. !"

Secara telak To Liong jiu termakan oleh sebuah pukulan Tan Liok yang bersarang tepat diatas dadanya itu, sambil muntah darah segar tubuhnya mencelat kebelakang dan roboh terkapar diatas tanah.

Peristiwa ini kontan saja membuat gempar semua jago lainnya, mereka tidak mengira, kalau manusia aneh yang tampaknya sama sekali tidak menonjol ini ternyata benar- benar berhasil melukai To liong jiu belum sampai dua gebrakan.

Dari sini bisa diketahui kalau ilmu silat yang dimilikinya telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa. "Maaf. maaf !" kata Tan Liok kemudian sambil tertawa hambar.

Pelan-pelan Ong Bun kim mengalihkan sinar matanya ke atas wajah Kim losat kemudian hardiknya:

"Sekarang, tibalah giliran kita berdua untuk menyelesaikan perselisihan diantara kita!"

"Kau anggap aku takut kepadamu?" teriak Kim lo sat sambil menggetarkan pedangnya.

Bersama dengan selesainya perkataan itu, tubuhnya segera menerjang kedepan melepaskan serangan dahsyat ke tubuh Ong Bun kim.

Empat orang ciangbunjin lainnya cuma bisa berdiri kaku disisi kalangan tanpa mengetahui apa yang  musti dilakukan.

Mendadak.... suatu bentakan menggelegar diudara, pedang Kim lo-sat dengan menciptakan selapis cahaya hijau secepat kilat menyerang tubuh Ong Bun kim.

Kim lo sat telah membuka serangannya lebih dahulu dengan sebuah sergapan kilat yang maha dahsyat.

Ong Bun kim membentak keras, pedang sin kiam diputar cepat membendung ancaman tersebut, diantara perputaran cahaya pedangnya, buru-buru Kim losat menarik kembali serangannya, ia tak berani melawan pedang suci lawan dengan keras lawan keras.

Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Kim losat telah terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah, dalam waktu yang amat singkat itu kedua belah pioak lama sama telah melepaskan tiga buah serangan berantai.

Kepandaian Kim losat dalam permainan pedang meski amat dahsyat, tapi ia toh tetap bukan tandingan dari pedang sin kiam milik Ong Bun kim, kejadian ini membuat paras muka keempat orang ciangbunjin tersebut berubah hebat.

Mendadak Ong Bun kim membentak keras, secara beruntun pedang sin kiam itu melancarkan dua buah serangan berantai, cahaya tajam berkilauan memenuhi angkasa, dahsyatnya bukan kepalang, dalam keadaan begini Kim lo sat semakin tak berani melancarkan serangan untuk membendung datangnya ancaman lawan.

Diantara kilatan cahaya pedang dan ber-kelebatnya bayangan manusia, lima gebrakan sudah lewat.

Secara beruntun Kim lo sat sudah terdesak mundur sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.

"Ciangbunjin. kenapa kalian hanya berdiam diri belaka?" tiba-tiba gadis itu membentak keras.

Mendengar bentakan dari Kim lo sat tersebut, paras muka ke empat orang ciangbunjin itu segera berubah hebat, sambil membentak serentak mereka menyerbu ke arena dan menyerang Ong Bun kim.

"Kurang ajar. Rupanya kalian ingin mampus!" bentak Tan Liok dengan geramnya.

Sambil berteriak ia melejit ke udara dan menerkam ke empat orang ciangbunjin tersebut, sebuah pukulan dahsyat dihantamkan dengan gencarnya...

Untuk sesaat suasana dalam arena menjadi kalut dan suatu pertarungan massal tak terhindar.

Gin lo sat membentak keras, dia turut terjun pula ke areiia pertarungan dengan mengerubuti lawannya, dengan demikian delapan orang bergumul menjadi satu saling serang menyerang dengan gencarnya. Mendadak. terdengar beberapa kali jerit kesakitan yang

memekikkan telinga, menyusul kemudian robohnya keempat orang ciangbunjin itu termakan oleh sebuah pukulan yang amat dahsyat.

Begitu lawan-lawannya telah roboh, Tan Liok membalikkan badan dan menerkam Gin lo sat.

Sementara Tan Liok sedang menyergap Gin lo sat, Ong Bun kim telah membentak pula.

"Ku Pek-hoa, kau masih mempunyai jurus maut apa lagi?"

Secara beruntun tiga buah serangan telah dilancarkan kembali.

Tahan!" Kim lo-sat membentak.

Ong Bun kim segera menarik kembali serangannya dan melayang mundur sejauh lima depa lebih, kemudian serunya dengan dingin.

"Ku Pek hoa, apalagi yang hendak kau katakan?"

"Ong Bun kim, apakah kau bertekad hendak membunuh diriku?" teriak Kim losat dengan wajah memucat.

"Benar!"

"Ong Bun kim, dalam hal apakah aku telah melakukan kesalahan terhadap dirimu?"

"Tindak tandukmu serta kekejaman hatimu tak bisa diampuni oleh siapa saja!"

"Tapi aku berbuat kesemuanya itu toh demi dirimu!" "Maksud baikmu itu biar aku terima didaIam hati saja" Kim lo-sat tertawa sedih. katanya kemudian: "Baiklah, kalau kau telah bertekad untuk membunuh, sekarang bunuhlah diriku ini!"

"Traaang....." diiringi suara gemerincing, pedang yang berada dalam genggamannya di buang ke tanah lalu berjalan kedepan dan berdiri lebih kurang tiga depa dihadapah Ong Bun kim.

Tindakan gadis itu sebaliknya malah membuat Ong Bun kim menjadi tertegun, tanpa terasa dia mundur selangkah kebelakang dan menatap wajah Kim lo sat dengan perasaan ragu.

00000OdwO00000

BAB 78

"HAYO cepat bunuh aku !" kembali Kim lo sat membentak.

Sekujur badan Ong Bun kim menggigil keras, tapi ia belum juga turun tangan.

"Kenapa?" ejek Kim losat sambil tertawa diri. "Bukankah kau ingin membunuh aku? Kenapa tidak turun tangan."

Diejek begitu, berkobar juga hawa amarah dari Ong But kim, akhirnya pedang Sin kiam diangkat tirggi tinggi ke udara, mata pedang ditujukan ke arah dada Kim lo sat.

Dalam keadaan demikian asal Ong Bun kim melanjutkan serangannya, niscaya Kim lo sat akan tewas seketika itu juga.

Sewaktu ujung pedang Ong Bun kim sudah mulai menempel diatas dada Kim lo sat, pelan-pelan gadis itu memejamkan matanya, dua titik air mata tanpa terasa jatuh bercucuran membasahi pipinya. Air mata itu melambangkan apa? Penyesalan? Ataukah agar membuat Ong Bun kim menjadi lemah hati?

Ketika sinbar mata Ong Bund kim bertemu deangan titik air bmata dari Kim lo sat tersebut, tanpa terasa sekujur badannya bergidik jkeras, tangannya yang nemegang- senjata sudah mulai gemetar keras.

"Ong Bun kim, hayo cepat turun tangan !" bentak Kim lo sat dengan suara keras.

Pelan-pelan Ong Bun kim menurunkan kembali pedangnya ke bawah, lalu bentaknya dingin.

"Ambil pedangmu itu dan mari kita lanjutkan bertempur, aku tak mau membunuh orang yang tidak melancarkan serangan balasan!"

"Kau menginginkan aku bertarung dengan kau?" seru Kim lo sat dingin.

"Benar!" "Bagus sekali!"

Dia membungkukkan badan dan memungut kembali pedangnya yang terjatuh ditanah itu, kemudian dengan mata yang jeli dia menatap wajah Ong Bun kim tajam- tajam, bentaknya dingin. "Ong Bun kim, sekarang kau boleh turun tangan!"

Ong Bun kim menggertak giginya keras-keras, lalu sambiI membentak dengan pedang bergetaran dia lancarkan sebuah serangan kilat.

Didalam serangannya ini, Ong Bun kim telah menyertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, tampak cahaya tajam berkilauan, pedang sin kiam dengan menciptakan tiga macam gerakan yang berbeda menyergap ketubuh Kim losat. Sementara itu Kim lo sat sudah tidak memikirkan soal mati hidupnya lagi, dikala Ong Bun kim melancarkan serangan kilatnya, diapun tidak menghindarkan diri, sebaliknya malahan maju kedepan sambil balas melancarkan dua buah serangan.

Bila seseorang sudah nekad, biasanya serangan yang mereka lancarkan juga akan lebih ganas dan keji, dua buah serangan balasan dari Kim-lo sat ini segera memaksa Ong Bun kim mundur dua langkah.

Sambil menggigit bibir sianak muda itu mengayunkan kembali pedang sin kiamnya, dalam sekejap mata dia lancarkan empat buah serangan balasan, keempat buah serangan yang di-gunakan itu pun merupakan empat jurus maut dari ilmu pedang sin kiam hoat, lihaynya bukan kepalang.

Menghadapi ancaman selihay ini, Kim lo sat mulai merasa keteter hebat dan sedikit tak sanggup untuk mempertahankan diri.

Dalam waktu singkat, sepuluh gebrakan sudah lewat.

Ong Bun kim segrera membentak kteras, tubuhnya qmelejit kedepanr dan cahaya pelang berkilauan, dalam suatu gerakan tahu-tahu pedang yang berada ditangan Kim lo sat sudah terlepas dari cekalan dan rontok keatas tanah.

Sekali lagi ujung pedang Sin kiam diri Ong-Bun kim telah menempel diatas dada gadis itu.

Paras maka Kim lo sat berubah menjadi pucat keabu- abuan, sekarang dia tak mampu berkutik lagi.

Air muka Ong Bun kim penuh diliputi emosi, untuk kedua kalinya dia dihadapkan pada kenyataan yang pelik, bila dia menggunakan sedikit tenaga lagi niscaya pedang Sin kiam akan menembusi dada dan Kim lo sat akan tewas seketika.

Tangannya gemetar sangat keras

"Hayo, bunuhlah aku!" teriak Kim losat dengan suara pedih.

"Kau... kau anggap aku tidak berani?"

Saking emosinya bukan saja tangan Ong-Bun kim gemetar keras, bahkan suaranya juga ikut gemetar keras.

"Aku toh tidak mengatakan kalau kau tidak berani... .

"kata Kim lo sat dengan sedih.

"Jadi kau benar-benar ingin mati ditanganku !"

"Bukankah kau Ong Bun kim datang kemari untuk membunuhku?"

Mendengar perkataan itu, sekujur badan Ong Bun kim kembali gemetar keras, bahkan ucapan tersebut membuatnya tertegun pemuda itu juga membuat hatinya bimbang, karena ia tak tahu haruskah melanjutkan serangannya ataukah tidak?.

Yaa. benar! Ia memang datang untuk membunuhnya!

Tapi bagaimanapun juga dia adalah istrinya entah dalam hatinya terkandung rasa senang atau tidak, dia harus mempertahankan-nama, serta kewajiban sebagai suami istri.

Kim lo sat tertawa sedih, katanya:

"Bunuhlah aku! Aku pinta kepadamu, aku lebih senang mati ditanganmu daripada ditangan orang lain!"

Perasaan Ong Bun kim bagaikan terkena aliran listrik bertegangan tinggi, kontan saja membuat sekujur badannya gemetar keras berulang kali gadis itu mengutarakan rasa cintanya, ini membuktikan bahwa luapan perasaan tersebut bukan bohong atau kosong belaka, sebab selama ini gadis itu selalu menganggapnya sebagai suami yang dicintai"

Untuk sesaat Ong Bun kim terjerumus dalam suatu lembah kesedihan yang menyiksa perasaan, dia-tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang....

Haruskah gadis itu dibunuh? Ataukah jangan dibunuh?

Dalam kesedihan dan kemurungan, ia berdiri tertegun seperti patung arca....

Kim lo sat adalah seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, tapi keadaannya sekarang amat mengenaskan dan patut dikasihani, punyakah keberanian dihati Ong Bun kim untuk memusnahkan kehidupan gadis tersebut?

Pelan-pelan ia menurunkan kembali pedangnya kebawah.

"Ong Bun kim, mengapa kau tidak jadi membunuhku?" tanya Kim lo sat kemudian.

"Aku., .aku. akan kuampuni dirimu sekali lagi."

Suara Ong Bun kim masih penuh diliputi oleh emosi sehingga tidak jelas kedengaran nya, Ya dia memang tidak memiliki keberanian untuk membunuhnya, sebab bagaimana pun juga gadis itu adalah istrinya."

"Kau tidak memiliki keberanian untuk berbuat demikian" seru Kimlo sat dingin.

"Yaa, benar! Aku Ong Bun kim memang tidak memiliki keberanian untuk membunuh-mu!"

-oo0dw0oo—
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar