Setan Harpa Jilid 22

 
Jilid 22

"DIA..." mendadak Ong Bun kim seperti teringat akan sesuatu, dengan cepat kata selanjutnya ditelan kembali. "lebih baik kita tunggu sampai upacara Pay kiam disini selesai lebih dulu baru kuberitahu kepadamu."

Tiang seng lojin manggut-manggut dan tidak berbicara lagi.

Pada saat itulah terdengar Giok bin hiap berseru dengan suara yang dalam:

"Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul berapa?" "Tengah hari lawat tiga perempbat!" seseorang

dmenyahut dari baalik ruangan.

"bKalau begitu upacara Pay kiam segera dimulai !" Setelah berhenti sebentar, kembali ia berkata:

"Sebelum upacara Pay kiam di mulai, ada sepatah dua patah kata hendak kuberitahukan kepada saudara sekalian."

Suasana dalam ruangan itu segera berubah menjadi hening dan sepi sekali.

Dengan suara lantang Giok bin hiap berkata:

"Aku Yu Tiong bersama Ong See liat berhasil memasuki gua Bu cing tong pada masa yang lalu, kami beruntung berhasil diangkat menjadi murid dari Hek mo im..."

"Apakah Hek mo im tayhiap masih hidup?" seseorang bertanya dari antara kerumunan orang banyak. "Tidak, sebelum kami masuk ke dalam perguruannya, beliau sudah lama meninggal dunia, di-dalam surat wasiatnya dicantumkan bahwa kami diterima sebagai muridnya."

"Bila dihitung dengan jari, kami sudah puluhan tahun lamanya menjadi murid dalam perguruannya, suhu kami sangat memperhatikan nasib dunia persilatan, karena itu pedang Sin kiam yang ditinggalkan tak boleh dibiarkan terpendam terus di alam baka.

"Didalam surat wasiatnya telah dijelaskan bahwa pedang Sin kiam akan dibawa ke-kuil Siau lim si untuk memperoleh persembahan, barang siapa dapat menyembah pedang itu sehingga pedangnya meninggalkan sarung sejauh tiga inci, dialah pemilik dari pedang Sin kiam ini."

"Selain daripada itu, didalam pesannya suhuku juga berkata bahwa pedang Sin kiam disebut pula sebagai pedang Cing-jin kiam (pedang kekasih), sebab itu setiap orang yang hendak menyembah pedang ini harus mencari pasangannya sendiri-sendiri, bila akhirnya terbukti kalau pedang itu meninggalkan sarung sejauh tiga inci, maka pasangan tersebut harus segema menikah menjadi suami istri..."

"Apakah mereka yang belum kawin juga boleh?" tanya seseorang.

"Pokoknya asal dia itu seorang lelaki dan seorang perempuan, entah siapapun itu orangnya, asal pedang itu bisa meninggalkan sarung sewaktu dilangsungkan persembahan, mereka harus mengikat diri menjadi suami istri di hadapan Sin kiam itu juga. "

"Maksudmu setiap orang yang datang menghadiri pertemuan ini. boleh mencari pasangan manapun untuk diajak menyembah pedang?" kembali ada orang bertanya. "Benar!"

Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa dingin.

"Haaahhh haaahhb haaahh. pertemuan ini benar-benar merupakan suatu pertemuan unik yang belum pernah kurjumpai sebelumntya."

"Pesan gurquku hanya sampari disini saja" kembali Giok bin hiap berkata. "mau percaya atau tidak terserah pada kalian sendiri. Nah. sekarang upacara penyembahan dimulai!"

Maka penyembahan terhadap pedang suci pun segera diselenggarakan.

Mereka yang datang berpasangan, berbondong-bondong maju melakukan persembahan namun dari puluhan pasang suami istri itu tak seorangpun yang berhasil menggeserkan pedang itu dari sarungnya.

Mereka yang kecewa pun beruntun meninggalkan ruang upacara dan kembali ke-rumah masing-masing.

Lebih kurang satu jam kemudian, didalam ruangan yang luas hanya sisa puluhan orang jago persilatan, tentu saja di antara mereka yang pergi terdapat pula mereka yang tidak berhasil menemukan pasangannya.

Ada pula diantara mereka yang melakukan penyembahan seorang diri, karena gagal, merekapun mohon diri dari situ.

Tiba-tiba Buncu dari perguruan San tian bun melompat maju ke depan, ketika melangkah ke depan ia menarik salah seorang anggota perguruannya, tapi penyembahan merekapun tidak berhasil menggerakkan pedang itu dari sarungnya. Dalam keadaan demikian, sambil tertawa dingin ia mengundurkan diri kembali ke tempat semula.

Setelan Buncu dari perguruan San tian bun Ciu Li li mengundurkan diri dari sana, tiada seorang lagi yang maju kedepan untuk melakukan penyembahan.

Tiang seng lojin segera melirik sekejap ke arah Ong Bun kim, lalu serunya:

"Ong sauhiap, sekarang kau boleh maju kedepan untuk mencoba-coba."

"Aku?" bisik Ong Bun kim agak tertegun.

"Bukankah kau datang kemari untuk menyembah pedang?"

"Benar!"

"Lantas, mengapa kau tidak tampil kedepan untuk melakukan penyembahan?" Ong Bun kim mengerutkan dahinya sambil termenung sebentar, kemudian katanya:

"Tapi.... tapi.... aku harus melakukan penyembahan pedang dengan siapa?"

"Siapa yang paling kau cintai, ajaklah dia untuk melakukan penyembahan lebih dulu"

Ong bun kim sangsi sejenak, akhirnya sambil menggigit bibir dia memandang sekejap kearah Bunga iblis dari neraka Tan Hong hong, setelah itu katanya:

"Nona Tan, bersediakah kau untuk melakukan penyembahan pedang bersamaku?"

"Aku?"

"Benar !" "Walaupun kejadian ini sama sekali diluar dugaan Bunga iblis dari neraka, sebab disana berderet begitu banyak perempuan lain tapi diapun merasa amat girang, karena dengan kejadian ini terbuktilah bahwa dia adalah gadis yang paling dicintai oleh si anak muda itu.

Untuk sesaat lamanya dia termangu-mangu disana, dia hanya tak tahu peristiwa ini harus disambut dengan luapan rasa gembira ataukah kesedihan cintakah dia? atau benci?

Sampai lama, lama sekali, ia baru manggut-manggutkan kepalanya, pelan-pelan ia berjalan ke muka mendekati Ong Bun kim, kemudian mereka berdua bersama-sama menuju ke depan altar dan bersujud dengan hormatnya..

Baik Ong Bun kim maupun bunga iblis dari neraka sama- sama tegang, mungkinkah pedang itu akan keluar dari sarungnya setelah mereka bersujud di hadapannya?

Tapi ketika mereka bangkit berdiri dan menyaksikan keadaan dimeja altar, paras muka ke dua orang itu segera berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat.

Ternyata pedang Sin kiam itu sama sekali tidak keluar dari sarungnya !

Bunga iblis dari neraka berusaha mengendalikan perasaannya, lalu dengan wajah yang lebih lembut dia berkata:

"Ong Bun kim, kalau kita mempunyai jodoh sebagai suami istri, tak nanti peristiwa yang tragis itu bakal menimpa diri kita berdua!"

Ong Bun kim hanya tertunduk sedih, dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang, pelan- pelan ia mengundurkan diri dari sana, sementara Ong Bun kim masih berdiri kaku di tempat.

"Ong siangkong!" tiba-tiba Lan Siok ling maju kedepan. "mari kita menyembah pedang bersama, entah pedang itu akan meninggalkan sarungnya atau tidak, yang pasti kita adalah sepasang suami istri!"

Ong Bun kim mengangguk, bersama Lan Siok-ling dia melakukan penyembahan pedang sekali lagi, tapi pedang itu masih tetap tidak meninggalkan sarungnya.

Dengan demikian Ong Bun kim mublai merasa agakd putus asa dan akecewa.

Masakahb pedang itu bisa meninggalkan sarungnya?

Mungkinkah berita itu cuma isapan jempol belaka?

Lan Siok ling segera tertawa getir, katanya kemudian. "Aaaai! Rupanya aku masih belum mempunyai rejeki

untuk mendapatkan pedang tersebut"

Selesai berkata, dia mengundurkan diri dari sana.

Mendadak Kim Lo sat tertawa dingin, sambil menerjang maju kedepan serunya:

"Ong Bun kim, kau tidak menyangkal bukan kalau kita berdua mempunyai ikatan sebagai suami istri?"

Paras muka Ong Bun kim agak berubah.

"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk membatalkan ikatan perkawinan itu" serunya.

"Lantas, kenapa kau berulang kali menampik untuk kawin dengan aku? Toh kau juga tahu bahwa ayahmu dan ayahku telah merestui perkawinan ini? Kenapa kau tidak menyanggupi terus?" "Aku pasti akan menikahimu, tapi bukan sekarang"

00OdwO00

BAB 69

KIM LO-SAT kembali tertawa dingin, katanya: "Seandainya penyembahan kita menghasilkan pedang itu

meninggalkan sarung sejauh tiga inci? Apakah kau segera

akan menikah dengan aku?"

"Jadi kau kau hendak mengajakku untuk melakukan penyembahan bersama?"

"Benar, kenapa? Tidak boleh?" "Tentu saja boleh!"

Walaupun Ong Bun kim berkata demikian. namun hatinya sangat keberatan, tapi Kim lo sat memang berhak untuk mengajak Ong Bun kim untuk melakukan penyembahan bersama.

Diam-diam Ong Bun kim merasa terkejut, seandainya penyembahan tersebut benar-benar mengakibatkan pedang itu meninggalkan sarung sejauh tiga inci, apa yang harus  dia katakan?

Tapi keadaan sudah amat mendesak, mau tak mau terpaksa dia harus keraskan kepala untuk melakukan penyembahan pedang bersama Kim lo sat.

Ketika selesai melakukan penyembahan, hampir melompat keluar jantung Ong Bun kim karena berdebar keras, pelan-pelan dia bangkit berdiri lalu mengalihkan sorot matanya ke altar, ternyata pedang itu masih belum juga bergeser. Ong Bun kim merasa lega sekali, bagaikan baru saja melepaskan sebuah beban yang sangat berat dan atas bahunya, kontan saja dia menyindir dengan nada dingin:

"Hmm... Mungkin kita memang tabk punya jodoh mdenjadi suami isatri."

Merah padbam selembar wajah Kim Lo sat karena jengah, pelan pelan dia mundur kembali ke belakang.

Sedangkan Ong Bun kim sekalipun dimulut berkata demikian, namun tubuhnya masih tetap berdiri ditempat dengan wajah termangu-mangu.

Ia telah melakukan penyembahan pedang bersama seluruh kekasih yang dimilikinya, tapi pedang itu masih tetap tidak bergeser dari sarungnya, dengan demikian harapan Ong Bun kim untuk memperoleh pedang itupun mulai goyah.

Mungkin ia memang tak berjodoh dengan pedang ini?

Kejadian ini memaksa Tiang seng lojin berubah juga wajahnya, dia lantas menuding sekejap ke arah Yu Cing, kemudian tegurnya:

"Nona Yu, kenapa kau tidak maju ke depan untuk mencoba?"

"Aku ?"

"Benar !" "Tapi..."

"Tapi kenapa?"

"Aku dengan dia sama sekali. "

"Siapa tahu kalau kau dan Ong Bun kim mempunyai jodoh sebagai suami istri?" Ucapan ini segera membuat Yu Cing merasakan jantungnya berdebar keras, ia tidak menyangkal kalau secara diam-diam mencintai Ong Bun-kim hanya saja perasaan tersebut tak pernah diutarakan keluar.

Dia tahu kalau dirinya tak pantas untuk mendampingi si anak muda itu, usianya dengan Ong Bun kim selisih cukup besar.... kalau ditotal semua maka dia lebih tua delapan tahun daripada pemuda itu.,., dia adalah seorang perempuan yang telah berusia duapuluh enam tahun.

Beberapa waktu berselang, dia pernah mencoba untuk mengutarakan perasaan cintanya, tapi ia selalu tak punya keberanian untuk mengutarakannya keluar, karena bagaimanapun juga antara dia dengan Ong Bun kim memang berselisih usia yang amat besar.

Seandainya didalam penyembahan pedang nanti pedang Sim kiam benar benar bisa keluar dari sarungnya, maka dia dan pemuda itu akan segera kawin menjadi sepasang suami istri.

Ketika Tiang seng lojin menyaksikan gadis itu hanya membungkam dalam seribu bahasa dia segera berseru kembali.

"Hayo maju kedepan!"

Akhirnya Yu Cing manggut-manggut, dia beranjak dan pelan-pelan maju kedepan.

Ong Bun kim merrasakan jantungntya berdebar kerqas. Karena dianrtara perempuan-perempuan kenalannya,

kini tinggal Yu Cing seorang yang belum melakukan penyembahan bersamanya, mungkinkah antara dia dengan perempuan yang tampak selalu bermuram durja ini mempunyai jodoh sebagai suami istri? Dalam hati kecilnya dia berharap tidak, karena hutang cintanya dengan perempuan itu cukup banyak.

Sementara itu, Yu Cing telah berada disamping Ong Bun kim, mereka saling bertatapan sekejap tanpa mengucapkan sesuatu, sementara di hati kecil mereka sama-sama mempunyai jalan pikiran demikian.

Seandainya hasil dari penyembahan mereka menghasilkan bergeraknya pedang suci itu dari sarungnya, kejadian ini harus dianggap sebagai suatu peristiwa yang patut digembirakan atau suatu tragedi yang memedihkan hati?

Lama sekali mereka berdua berdiri kaku sambil membungkam, tapi akhirnya mereka menyembah pula dengan hormat, sekalipun ketegangan yang mencekam perasaan mereka hampir saja membuat jantung kedua orang muda-mudi itu melompat keluar dari rongga dadanya.

Tapi ketika mereka bangkit kembali, paras muka kedua orang itu segera berubah hebat.

Pedang suci "Sin kiam" masih tergeletak diatas meja tanpa mengalami perubahan apapun, kejadian ini membuat paras muka semua orang agak berubah, sebab secara beruntun Ong Bun kim sudah menyembah kepada pedang itu dengan empat orang gadis, akan tetapi pedang "Sin kiam" masih tidak bergeming barang sedikitpun juga.

Apakah ia tak berjodoh untuk memperoleh pedang itu?

Atau diantara ke empat orang gadis itu tak seorangpun diantara mereka yang benar-benar merupakan istrinya?

Berpikir sampai disitu Ong Bun kim menghela napas panjang, ia bersama dengan Yu Cing segera beranjak dan mundur dari depan altar. Melihat itu, Ciu Li li Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa dingin sindirnya:

"Ong Bun kim! Rupanya kau sendiripun tak punya rejeki untuk mendapatkan pedang tersebut?"

Ong Bun kim merasa agak kecewa dan pipinya bersemu merah, apalagi setelah mendengar sindiran tersebut, sambil tertawa hambar dia mengundurkan diri ke sisi Tiang seng lojin.

"Benar-benar suatu kejadian yang aneh" gumam Tang seng lojin dengan perasaan tidak habis mengerti.

Ong Bun kim tertawa getir, ujarnya: "Apakah lantaran pedang itu tidak meninggalkan sarungnya?"

"Benar!"

"Mungkin aku Ong Bun kim memang tak berjodoh untuk mendapatkan pedang tersebut."

"Tidak, bukan kau yang tidak berjodoh, adalah kau yang separuh masih belum ditemukan.

"Tapi. semua perempuan yang kukenal hanya mereka mereka ini!"

"Tidak, masih ada seorang lagi!" "Siapa?" tanya Ong Bun kim tertahan. "Dia !"

Sambil berkata Tiang seng lojin segera menuding ke Kwan Siok kim yang ada dihadapannya.

Ong Bun-kim merasa terkesiap, betul Kwan Siok-kim amat mencintainya, tapi ia sama sekali tidak mencintai gadis itu. Dia adalah seorang yang mulia dan baik hati, dia tak tega membuat gadis itu sedih karena cinta, tapi saat ini memang cuma dia seorang yang belum melakukan persembahan bersamanya.

Mungkinkah dia adalah calon istrinya?

Tentu saja kejadian ini agaknya merupakan suatu kejadian yang mustahil dan tak mungkin terjadi."

Sementara Ong Bun kim masih termenung, Kwan Siok kim telah menghampirinya seraya menegur.

"Ong sauhiap, aku ingin bertanya kepadamu" "Soal apa?"

"Benarkah setiap perempuan yang bisa menyembah pedang denganmu dan menghasilkan pedang itu keluar sepanjang tiga inci dari sarungnya adalah snami istri?"

"Benar !"

"Bolehkah aku untuk mencobanya bersamamu?" "Kau ?"

"Benar aku! Sebenarnya aku bukan datang untuk menyembah pedang, tapi sekarang aku ingin mencoba, siapa tahu kalau aku adalah istrimu yang benar."

Ong Bun kim tertawa getir, ia tak dapat melukiskan bagaimanakah perasaannya saat ini, namun ia tak bisa menampik ajakannya itu terpaksa sambil menggigit bibir dia maju kedepan.

Kwan Siok kim mengikuti dibelabkang Ong Bun kidm tampil ke depaan, ketika tibab lima depa didepan altar, kedua orang itu segera menghentikan langkahnya.

Kali ini adalah harapan paling akhir dari Ong Bun kim, jika kali ini diapun gagal untuk membuat pedang Sin kiam keluar dari sarungnya, berarti dia memang tak berjodoh dengan pedang tersebut.

Lama sekali mereka berdiri dengan mulut membungkam, tapi akhirnya dua orang itu menyembah juga dengan penuh rasa hormat.

Mendadak...

Pada saat kedua orang itu sedang melakukan persembahan, para jago lihay yang berada dalam ruang itu sama-sama menjerit kaget.

"Lihat ! Pedang itu sudah mulai bergeser dari sarungnya."

"Yaa, benar, sudah bergeser tiga inci. "

Suasana gaduh membuat ruangan itu menjadi kacau balau tak karuan.

Ketika mendengar suara tersebut, Ong Bun kim merasakan dadanya seperti dipukul dengan martil berat, matanya menjadi berkunang-kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, untuk beberapa saat lamanya ternyata ia tak sanggup untuk berdiri.

Peristiwa ini benar-benar menggetarkan perasaannya, membuat ia terkejut dan seperti tak percaya, ternyata pada penyembahannya bersama Kwan Siok kim pedang Sin kiam benar-benar bergeser sejauh tiga inci dari sarungnya.

Kwan Siok kim akan menjadi istrinya yang sah...

kejadian ini sungguh merupakan suatu kejadian yang diluar dugaan.

Berada dalam keadaan begini, Ong Bun kim tak tahu harus merasa terkejutkah atau gembira, dengan termangu- mangu dia berdiri ditempat, lama sekali ia baru menegakkan badannya dan memandang ke arah altar. Benar juga pedang Sin kiam telah bergeser sejauh tiga inci dari sarungnya, cahaya tajam yang berkilauan memancar ke empat penjuru dan menerangi seluruh ruangan:

Ong Bun kim terkesiap.

Ditengah jeritan kaget dari puluhan orang jago lihay yang hadir dalam ruangan itu, dia merasa terkejut pula karena tidak menyangka akan benar-benar menjadi pemilik pedang Sin kiam.

Kwan Siok kim merasakan kegembiraan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, serunya dengan rasa kejut bercampur girang:

"Ong sauhiap, kita benar benar berhasil menggeserkan pedang itu dari sarungnya..."

Agaknya Ong Bun kim tak dapat bmenampilkan sendyuman yang menuanjukkan rasa gibrang dan kaget, dia cuma memandang sekejap kearahnya, ketika menjumpai paras mukanya yang berseri karena gembira, dia cuma dapat membalasnya dengan sekulum senyuman getir.

"Ditengah kegaduhan, Giok bin hiap Yu Tiong berseru dengan suara yang dalam dan berat: "Harap kalian semua tetap tenang!"

Lambat laun kegaduhan bisa teratasi dan suasana menjadi tenang kembali, berpuluh-puluh pasang mata serentak dialihkan kewajah Ong Bun kim serta Giok Bin hiap.

"Aku merasa sangat gembira menyaksikan pedang Sin kiam milik guruku telah menemukan pemilik barunya" demikian Giok bin hiap berkata dengan suara dalam. "semoga benda itu bisa menjunjung tinggi keadilan dan melenyapkan segala kesesatan dari muka bumi, agar umat persilatan bisa hidup aman dan tenteram serta harapan guruku terkabulkan."

Setelah terhenti sejenak, dia berkata kembali.

"Dibawah cahaya suci dari Sin kiam, kalian secara resmi sudah menjadi sepasang suami istri."

Ong Bun kim tak dapat mengutarakan bagaimana perasaannya pada saat ini, harus girangkah atau sedih?

Giok bin hiap telah mengangkat pedang Sin kiam itu dari atas meja, kemudian bertanya:

"Ong Bun kim. siapa nama nona itu?" "Kwan Siok kim."

"Mulai detik ini kuserahkan pedang Sin kiam milik guruku ini kepada kalian, semoga kau dapat menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia didunia ini, silahkan ke mari untuk menerima pedang!"

Ong Bun kim melangkah kedepan, baru saja Giok bin hiap hendak menyerahkan pedang itu ke tangan Ong Bun kim, tiba-tiba terdengar Buncu dari perguruan San tian bun membentak keras:

"Tunggu sebentar !"

Bentakan dari Ciu li-li, ketua dari perguruan San tian bu ini jauh diluar dugaan siapapun, untuk sesaat semua orang menjadi tertegun, sinar mata merekapun bersama-sama dialihkan kewajahnya.

"Buncu, ada petunjuk apa yang hendak kau sampaikan?" tegur Giok bin hiap ketus.

Dengan suara yang tak kalah dinginnya Ciu Li li bertanya: "Kau maksudkan mereka adalah sepasang suami istri yang ideal maka mereka berhak memperoleh pedang mestika itu?"

"Benar !"

"Kalau aku mohorn untuk melakuktan penyembahan qpedang sekali lragi dengan Ong Bun kim, apakah hal ini tak boleh?"

Tanpa sadar semua orang menjerit bersama, sebab perkataan itu sama sekali diluar dugaan siapapun.

Tapi Ciu Lili tetap berkata dengan suara dingin.

"Aku minta untuk melangsungkan penyembahan terhadap pedang suci itu sekali lagi bersama Ong Bun kim!"

"Ciu buncu, sesungguhnya apa maksudmu?" bentak  Giok bin hiap agak naik darah.

"Siapa tahu kalau aku dan Ong Bun kim sesungguhnya adalah sepasang suami istri!"

Selapis hawa napsu membunuh yang sukar dilukiskan dengan kata-kata segera menghiasi wajah Ong Bun kim, dampratnya:

"Betul-betul perempuan yang tak tahu malu, kau masih belum pantas !"

"Pantas atau tidak, pedang Sin kiam bisa memutuskannya, jika tidak berbuat demikian siapa yang bakal merasa puas?"

Ciu Lili ketua-dari perguruan San tian bun ini benar- benar seorang perempuan yang tak tahu malu, lebih tak disangka kalau dia adalah seorang perempuan jalang, meski usianya sudah mencapai empat puluh, namun ia masih mampu untuk mengucapkan kata-kata seperti itu.. Yang lebih celaka lagi, justru dengan perbuatannya ini bukan saja telah memalukan Ong Bun kim, otomatis diapun mencemooh kesucian pedang Sin kiam tersebut, hal mana membuat, para jago yang hadir dalam ruangan pun menunjukkan sikan gusar.

Lebih-lebih Iagi Ong Bun kim, saking marah dan penasarannya dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

"Bagaimana?" ejek Buncu dari perguruan San-tian bun itu sambil tertawa dingin, "Apakah kau Ong Bun kim merasa takut?"

"Apa yang masti kutakuti?"

"Takut kalau pedang Sin kiam akan mengikat kita berdua sebagai suami istri?"

"Ciu Li li!" hardik Ong Bun kim penuh kegusaran. "kau berani mencemooh kesucian pedang Sin kiam?"

"Aku berbicara kenyataan, tidak bermaksud mencemooh siapapun!"

"Ciu Li li bila aku berhasil mendapatkan pedang Sin kiam, orang pertama yang akan kubunuh lebih dulu adalah kaul"

"Kalau kita akan mengikat diri menjadi suami istri?" "Kentut busuk, kejadian ini tak mungkin bisa

berlangsung,"

"Tak mungkin? Kalau kau beranggapan hal ini tak mungkin, kenapa kau tak berani untuk melangsungkan penyembahan sekali lagi bersama ku?"

Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya, sambil menggigit bibir serunya, kemudian: "Baik, aku akan melakukan penyembahan sekali lagi bersamamu!"

Kesanggupan dari Ong Bun kim ini pun sama sekali diluar dugaan siapapun, dengan wajah penuh kegusaran Giok-bin hiap menyarungkan kembali pedang suoi itu dan diletakkan kembali keatas altar.

Sementara itu. Ciu Li li sudah berjalan ke samping Ong Bun kim, sedangkan Ong Bun kim sendiri sedemikian benci dan marah-nya kepada perempuan jalang itu, sehingga kalau bisa dia hendak menghajar perempuan itu sampai mampus, sehingga semua rasa benci dan dendamnya dapat terlampiaskan.

Tapi dia tidak melakukan perbuatan itu, sebab berada dihadapan pedang Sin kiam, dia tak dapat melakukan perbuatan semacam ini

"Ong Bun-kim, hayo kita melakukan penyembahan!" seru Ciu Li li sambil tertawa dingin.

Sambil menggigit bibir, terpaksa Ong Bun kim melakukan penyembahan sekali lagi bersama Ciu Li li.

Tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin dari kerumunan para jago yang berdiri disisi kalangan.

Ketika dia mendongakkan kepalanya, ternyata pedang sin-kiam itu sama sekali tidak bergeser dari sarungnya.

Ong Bun kim segera tertawa dingin, ejeknya: "Benarkah kita adalah suami istri?"

"Ciu Li li, kau sudah puas " bentak Giok bin hiap pula.

Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba berkumandang suara bentakan keras yang amat memekikkan telinga dalam ruangan itu. Tiba-tiba Ciu Li-li melompat maju ke depan, sepasang jari tangan kanannya secepat kilat disodok ke depan menghajar jalan darah ditubuh Ong Bun kim.

Serangan dari Ciu Li li ini betul-betul kelewat keji dan licik sama sekali diluar dugaan siapapun.

Dalam keadaan tidak bersiaga, mana mungkin si anak muda itu menghindarkan diri?

oooooOdwOoooo

BAB 70

DENGUSAN tertahan berkumandang memecahkan keheningan. robohlah pemuda itu keatas tanah.

Dengan suatu gerakan yang cepat, Ciu Li-li menyambar tubuh Ong Bun kim dan memeluknya ke dalam rangkulan.

Jelas semua tindakan tersebut dilakukan Ciu-Li li dengan suatu perencanaan yang matang sebab sesuatunya berlangsung amat cepat dan sangat teratur. .

Kwan Siok kim yang menyaksikan kejadian itu segera membentak keras penuh kegusaran.

"Lepaskan dia!"

Telapak tangan kanannya diayunkan kedepan sebuah pukulan dahsyat telah dilontarkan kemuka.

Serangan yang dilancarkan Kwan Siok kim ini dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa, Ciu Li-li tak mengira Kwan Siok kim bisa melepaskan pukulan secepat itu, buru- buru dia berkelit ke samping,

Baru saja Ciu Li-li menghindar kesaniping serangan kedua dari Kwan Siok kim tahu-tahu sudah meluncur lagi dengan kecepatan tinggi, kehebatannya sukar dilukiskan dengan kata kais.

Oleh karena terdesak dan tak mungkin bagi Ciu Li-li untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut tanpa terasa ia membentak keras:

"Berhenti! Apakah kau sudah tidak menghendaki lagi selembar jiwa Ong Bun kim?"

Dengan telapak tangan kanannya dia tangkis serangan itu dengan keras lawan keras.

"Blaam!" akibatnya Ciu Lili terhuyung-huyung sejauh tujuh-delapan langkah sebelum bisa berdiri tegak lagi.

Sedangkan Kwan Siok kim sendiripun ikut terdorong mundur sejauh lima enam langkah.

Dengan geramnya Ciu Lili membentak.

"Jika kau berani turun tangan lagi, segera kubunuh dirinya."

"Kau berani?" teriak Kwan Siok kim.

"Berani atau tidak, silahkan turun tangan lagi untuk mencoba sendiri"

Saking gusarnya sekujur badan Kwan Siok kin gemetar keras, tapi diapun tak berani sembarangan turun tangan, kalau tidak, bukan suatu pekerjaan yang terlalu sulit bagi Ciu Li-li jika dia ingin melenyapkan selembar nyawa Ong Bun kim.

"Ciu Buncu!" tiba-tiba Giok bin hiap membentak keras, "kau berani bertingkah disini."

"Bertingkah?" Ciu Li li segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, kenapa aku tak berani bertingkah?" "Dihadapan pedang suci Sin-kiam, kau juga berani bermain kasar?"

"Kenapa tidak berani?" "Lepaskan dia"

"Kalau aku menolak, mau apa kau?" ejek Ciu Lili sambil tertawa dingin tiada hentinya.

"Akan kubunuh dirimu!"

Sekali lagi Ciu Li li tertawa dingin.

"Kalau kau berani turun tangan, maka orang pertama yang akan mampus lebih dulu adalah si pemilik pedang itu!"

Ucapan tersebut diutarakan dengan mengandung hawa napsu membunuh yang amat tebal sehingga kedengarannya sangat menggidikkan hati siapapun, terhadap ancaman itu. untuk sesaat Giok bin-hiap sendiripun tak berani turun tangan secara gegabah.

Ciu Lili mengejek sinis, diiringi suara tertawa dingin yang tak sedap didengar, ujarnya pada dua orang anggota perguruannya.

"Hayo kita pergi."

Selesai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu meninggalkan ruangan Tat mo wan tersebut.

Menyaksikan Ciu Li li akan melangkah pergi dari situ, tanpa disadari Yu Cing, Lan Siok ling, Bunga iblis dari neraka dan Kwan Siok kim bersama-sama maju pula ke depan untuk menghadang jalan perginya.

"Mau apa kalian?" bentak Ciu Li li gusar.

"Ciu Lili, lebih baik lepaskan orang itu dari dukunganmu!" bentak Yu Cing dengan suara dingin. "Kalau enggan, mau apa kau?"

"Jangan harap kau bisa keluar dari sini!" Ciu Li li segera tertawa dingin.

"Oooh kalau soal itu mah aku tak kuatir toh Ong Bun kim masih berada ditanganku"

"Kau benar-benar tak mau melepaskannya?" bentak Kwan Siok kim lagi dengan suara keras.

"Benar."

Baru saja kata-kata itu melompat keluar dari bibirnya, Kwan Siok kim telah membentak keras, bayangan putih terasa berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah menerjang kehadapan Ciu Li li sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat.

Serangan ini dilancarkan Kwan Siok kim dengan mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, bukan saja ganas dan cepat, lagi pula membawa kekuatan penghancur yang luar biasa.

Ciu Li li membentak keras sebuah pukulan segera dilepaskan pula untuk membendung datangnya ancaman tersebut.

Pada saat Ciu Li li melepaskan pukulan untuk menangkis datangnya cecaran dari Yu Cing, Lan Siok ling serta Bunga iblis dari neraka bersama-sama maju ke muka sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

Ditengah berkelebatnya bayangan bayangan manusia, Ciu Li li menjerit kesakitan, ia sudah termakan oleh pukulan dari Kwan Siok kim itu secara telak, tubuhnya segera mundur sejauh satu kaki lebih dengan sempoyongan.

Tiba-tiba berkumandang suara dengusan tertahan, menyusul suara tumpahan yang keras, darah kental bermuncatan keluar dari mulut Ong Bun kim sehingga mengotori seluruh wajah dan pakaiannya.

Dengan suara keras menyeramkan, Ciu Li-li ketua dari perguruan San tian bun itu mengancam:

"Kalau kalian berani turun tangan lagi, jangan salahkan kalau aku benar-benar akan membunuhnya lebih dahulu!"

Setelah diancam demikian, tak seorangpun berani turun tangan lagi secara gegabah, mereka saksikan Ong Bun kim memejamkan matanya rapat-rapat dengan wajah pucat pias setelah muntah-muntah darah tadi.

"Hayo menyingkir!" bentak Ciu Lili.

Banyak orang orang kena digertak, sehingga tanpa sadar mereka bersama-sama mengundurkan dirinya dari situ.

Ciu Li li tertawa dingin, sambil mengempit tubuh Ong Bun kim, dia melangkah keluar dari ruang Tat mo wan dan melanjutkan perjalanannya menuju keluar kuil.

Tapi sesosok bayangan hitam berkelebat lewat tahu-tahu Giok bin hiap telah menghadang di hadapannya.

"Ada apa kau? Kau masih ingin melancarkan serangan?" bentak Ciu Li li dengan suara keras.

"Ciu buncu kau benar benar tak mau melepaskan dirinya?" bentak Giok bin hiap sambil memegang gagang pedang Sin kiam.

"Tidak sulit kalau menginginkan aku untuk lepas tangan, tapi ada dua syarat yang harus dipenuhi!" kata Ciu Li li sinis.

"Apa syaratmu? Cepat katakan!"

"Pertama, berikan Sin kiam itu beserta kitab pelajaran ilmu pedangnya kepadaku!" "Kedua?" tanya Giok bin hiap.

"Sebelum kami keluar dari tempat ini, dilarang turun tangan terhadap kami."

Giok bin biap segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.

"Haaahh.... haaahh....haaahh kalau aku tak bisa memenuhi keinginanmu?" itu serunya.

"Yaa apalagi? Jika kau berani turun tangan, maka akan kusalurkan tenaga pukulanku ke tubuh Ong Bun kim akibatnya dia akan mampus seketika ini juga."

Dibawah ancaman demikian ini sudah barang tentu  Giok bin hiap tak berani sembarangan turun tangan.

"Kukabulkan permintaanmu itu!" tiba-tiba Kwan Siok kim berkata:

"Apa?" jawaban dari gadis itu amat mencengangkan semua orang, sehingga tanpa teresa mereka menjerit bersama.

"Kukabulkan syaratmu inu" ulang Kwan Siok kim dengan suara yang dalam dan berat.

Hampir saja Ciu Li Ii tidak percaya dengan pendengarannya sendiri untuk sesaat lamanya dia malah berdiri tertegun ditempat.

"Pedang suci Sin kiam mana boleh dibiarkan terjatuh ke tangannya ?" protes Giok bin hiap segera.

"Demi keselamatan Ong Bun kim terpaksa kita harus berbuat demikian..." ucap Kwan Siok kim dingin.

"Tapi kalau aku tidak serahkan pedang Sin-kiam ini kepadamu, bagaimana caranya kau dapat serahkan benda ini kepada perempuan itu?" Paras muka Kwan Siok kim segera berubah.

"Locianpwe!" karanya, "kau tak usah turut campur, pedang Sin kiam itu bukan milikmu, tapi telah kudapatkan bersama Ong Bun kim"

Perkataan dari Kwan Siok kim ini segera disambut dengan perubahan wajah dari Giok bin hiap, untuk sesaat lamanya dia malah tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Benar seperti apa yang dikatakan, pedang Sin-kiam itu telah didapatkan oleh Kwan Siok kim, dia berhak untuk menentukan nasib pedang mestika tersebut.

"Locianpwe serahkan pedang Sin kiam itu kepadaku!" setu Kwan Siok-kim dingin.

Giok bin hiap menghela napas pbanjang.

"Aaai..d.! Kenapa dalama surat wasiat gburumu tidak ditulis kejadian yang bakal berlangsung hari ini? Sudah, sudahlah akan kuserahkan pedang Sin-kiam dan kitab pelajarannya kepadamu!"

Seraya berkata, dia menyerahkan pedang mestika dan kitab pelajaran ilmu pedang itu ke tangan Kwan Siok kim.

Setelah menerima kedua benda mestika tersebut, Kwan Siok kim segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Ciu- Li-li yang memakai kain cadar itu, kemudian serunya ketus.

"Ciu buncu, bila kuserahkan kedua benda ini kepadamu, apakah kau akan lepaskan Ong Bun kim?"

"Tentu saja!" jawab Ciu Li li sambil tertawa bangga. "Kalau memang demikian, serahkan dulu Ong Bun kim

kepadaku!" "Serahkan barang lebih dulu, kemudian baru kuserahkan orangnya."

"Kalau kau ingkar janji?" tanya Kwan Siok kim "Kujamin dengan nama baikku!"

"Huuh! Kalau kau Ciu Buncu masih punya nama baik, tak nanti kau lakukan perbuatan terkutuk seperti ini, lebih baik serahkan dulu Ong Bun kim kepadaku, percayalah aku tak akan mengingkar janji."

Belum selesai perkataan dari Kwan Siok kim itu, mendadak dari luar pintu sudah berkumandang suara seruan yang berat dan dalam.

"Tolong tanya, siapakah diantara kalian yang bernama Ong Bun kim?"

Suara tersebut muncul secara tiba-tiba, segera hal itu mengejutkan semua jago yang ada disana sorot mata mereka bersama-sama dialihkan-keluar pintu.

Tampaklah seorang pemuda tampan yang bertubuh kekar, berusia dua puluh enam-tujuh tahun dan mengenakan jubah berwarna abu-abu melangkah masuk kedalam arena.

Kehadiran yang tak terduga dari pemuda itu, sekali lagi membuat semua jago menjadi tertegun.

"Tolong tanya siapa yang bernama Ong Bun kim?" sekali lagi pemuda tampan berbaju abu-abu itu bertanya.

"Kau sedang mencarinya?" tegur Giok-bin hiap kemudian.

"Benar, apakah dia berada disini?"

"Yaa. dia adalah saudara yang ditawan oleh Ciu Buncu itu!" Sorot mata pemuda berbaju abu-abu itu segera dialihkan ke atas ke wajah Ciu Li-li yang tertutup oleh kain cadar itu, kemudian sorot matanya dialihkan ke wajah Ong Bun kim yang berada ditangannya.

"Diakah yang bernbama Ong Bun kimd?" kembali pemuada itu bertanyab.

"Betul!" jawab Ciu Li li sinis, "ada urusan apa kau datang mencarinya ?"

Pemuda berbaju abu-abu itu mengernyitkan alis matanya, seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu.

Apa yang sedang ia pikirkan? Tentu saja semua jago tak ada yang tahu, bahkan merekapun tahu siapa gerangan pemuda berbaju abu-abu ini?

Dan apa maksudnya mencari Ong Bun kim?

"Nona!" terdengar Ciu Li li menegur kembali "sebenarnya kau bersedia untuk bertukar syarat atau tidak?"

"Tentu saja setuju, cuma kau harus menyerahkan dulu Ong Bun kim kepada kami"

"Kalau begitu, transaksi kita ini tak bisa dilangsungkan lagi, bila kau mau serahkan dulu barang itu, aku pasti akan mengembalikan Ong Bun kim kepadamu!"

Saking jengkelnya, Kwan Siok kim harus menggertak giginya kencang kencang, setelah sangsi sejenak, akhirnya dia berkata juga:

"Baiklah, akan kuserahkan dulu kedua benda ini, nah sambutlah!"

Seraya berkata dia lantas melemparkan pedang Sin kiam, dan kotak besi berisikan kitab pusaka itu ke tangan Ciu Li li. Sesudah barang mestika itu diterima lawan, kembali Kwan Siok kim membentak:

"Hayo serahkan orang itu kepadaku!" Ciu Li li lertawa dingin.

"Tentu saja aku akan serahkan orang ini kepadamu, tapi kalian jangan lupa dengan syaratku yang kedua!"

Seraya berkata dia melemparkan tubuh Ong Bun kim ke arah Kwan Siok kim.

Berbareng dengan melemparkan tubuh Ong Bum kim itu, secepat kilat Ciu Li li melompat keluar dari ruangan itu.

Tapi sebelum tubuh Ciu Li li melangkah keluar dari pintu, berkumandang suara tertawa dingin yang memekikkan telinga, kemudian muncullah beberapa sosok bayangan manusia yang segera membendung sekeliling pintu gerbang tersebut.

Tanpa terasa Ciu Li li menghentikan gerakan tubuhnya, sementara ke tiga sosok bayangan abu-abu itupun telah tiba didepan pintu.

Tampaklah orang yang berada dipaling depan adalah seorang kakekk kurus kering berkumis panjang yang duduk diatas sebuah kursi, orang itu tak lain adalah Yu leng lojin dari perguruan tanpa sukma.

Dirbelakangnya bertdiri dua orang qjago yakni Dewir mawar merah serta wakil ketua perguruannya.

Akhirnya Yu leng lojin munculkan diri juga ditempat itu.

Sambil tertawa panjang dengan nada yang dingin menyeramkan, dia segera berseru.

"Oooh apakah pertemuan Pay kiam telah di- selenggarakan? Jadi pun-buncu telah datang terlambat?" Tiang seng lojin tertawa terbahak-bahak, selanya. "Siok buncu, masih kenal dengan Iohu?"

Yu-leng lojin mengalihkan sorot matanya ke wajah  Tiang seng lojin, kemudian kembali ia tertawa seram.

"Haaahhh haaahhh haaahhh sungguh tidak kusangka kalau kaupun berhasrat untuk ikut memperebutkan pedang sakti Sin kiam tersebut." katanya.

"Betul, tapi sayang kedatangan Siok buncu agak terlambat!..

Mendengar itu, paras muka Yu leng lojin segera berubah hebat.

"Maksudmu, pedang Sin kiam tersebut telah didapatkan orang lain " teriaknya.

"Benar". "Didapatkan siapa?" "San tian Buncu" "Apa?".

Yu leng lojin dan Kwan Siok kim hampir bersamaan waktunya menjerit kaget. Kalau yang satu merasa diiuar dugaan maka yang lain merasa amat terperanjat hingga detik itu Kwan Siok kim baru tahu kalau Ciu Buncu tersebut sesungguhnya bukan lain adalah ketua perguruan San tian-bun yang telah menyelakai ayah ibunya selama ini.

Semenjak dia muncul dalam ruangan itu, belum ada seorang manusiapun yang mengatakan bahwa Ciu Li li adalah ketua dan perguruan dari San tian-bun, itulah sebabnya setelah mendengar perkataan itu, kontan wajahnya diliputi oleh hawa napsu membunuh yang sangat tebal. "Jadi kaulah yang bernama ketua perguruan San tian bun?" hardiknya.

"Benar!"

"Jadi kau juga orang yang memikat ayahku serta mencelakai ibuku Kwan Siau ciu?"

Ucapan tersebut ibaratnya suara guntur yang menggelegar disiang hari bolong, seketika itu juga membuat Ciu Li-li merasa terkesiap dan tertegun, sampai lama sekali dia baru bisa berbicara:

"Kau kau adalah putrinya Kwan Siau-ciu?" "Benar."

"Sungguh kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang di luar dugaanku, cuma saat ini kau tak bisa turun tangan kepadaku!"

Tiba-tiba Yu leng lojin tertawa dingin katanya:

"Ciu buncu, kau juga mengerti bahwa pedang Sin kiam adalah sebilah senjata mestika yang sudah lama kukagumi, sekarang aku telah muncul ditempat ini, sudah sewajarnya kalau kau tunjukkan dulu benda itu kepadaku, sebab aku ingin tahu sesungguhnya berbentuk macam apakah pedang yang dinamakan pedang Sin kiam tersebut."

Semenjak kemunculannya Yu leng lojin yang seram dan misterius itu tersebut, seluruh hadirin yang berada dalam ruangan Tat mo wan telah dibikin ngeri dan bergidik rasanya, apalagi setelah mengetahui kalau kehadirannya ditempat itu adalah demi pedang Sin kiam, hal mana semakin membuat bau orang kebat-kebit rasanya.

Dan kini dia telah mengutarakan kata-kata yang jumawa sekali nadanya, dari ucapan tersebut bisa diketahui bahwa ia sudah bertekad untuk mendapatkan pedang Sin kiam tersebut walaupun dengan cara apapun juga.

Ciu Li li balas tertawa dingin lalu menegur:

"Jadi kaulah yang bernama Yu leng Iojin ketua dari perguruan Yu leng bun."

"Benar, aku pikir buncu pasti bersedia bukan untuk meminjamkan pedang itu kepadanya?"

"Heeeh heehh heeehh seandainya aku keberatan untuk meminjamkan kepadamu?" jengek Ciu Li li sambil tertawa dingin.

oooOdwOooo

BAB 71

AKU pikir Ciu buncu bukan seseorang yang tidak berperasaan semacam itu, jadi kau pasti bisa mengambil suatu kebijaksanaan dengan meminjamkan pedang itu kepadaku, betul bukan?"

"Sayang sekali aku bukan termasuk orang bijaksana seperti yang kau lukiskan itu, aku enggan meminjamkan kepadamu, sekarang mau apa kau?"

"Tidak mau meminjamkan kepadambu?" "Betul, tiddak akan kupinjaamkan kepadamu."

Yu leng lojin segera tertawa seram, suara tertawanya itu mengerikan sekali, membuat bulu kuduk orang pada berdiri semua saking seramnya mendengar suata itu.

Rupanya ketua dari perguruan San tian bun, Ciu Li li juga menyadari bahwa ia telah menghadapi seorang musuh yang amat tangguh, dalam waktu singkat hawa murninya segera dihimpun menjadi satu didalam tubuh dan bersiap sedia untuk melangsungkan suatu pertarungan mati matian melawan Yu leng lojin.

Situasi di arena menjadi sangat tegang, selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera menyelimuti sekeliling tempat itu.

Yu leng lojin menarik kembali senyuman yang menghiasi wajahnya itu, kemudian berkata:

"Kalau begitu, Buncu telah bersiap-siap untuk turun tangan sendiri menghadapi aku?"

"Benar!"

"Apa sih gunanya kita harus bertarung? Pertarungan diantara kita berdua sesungguhnya sangat tidak bermanfaat, karena bagimu juga bagiku hal tersebut bukanlah sesuatu kejadian yang menguntungkan.."

"Bila kau tidak ingin mencari gara-gara denganku, lebih baik cepatlah enyah dari sini."

Yu leng lojin kembali tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya.

"Heeehhh heeehhh heeehhh Ciu Buncu, kalau begitu jangan kau salahkan lagi jika aku akan bertindak keji terhadap dirimu!"

Belum selesai mengucapkan kata-kata tersebut, nampak berkelebat lewat, tubuh berikut kursinya tahu-tahu telah melayang ketengah udara dan langsung menyerang ke tubuh Ciu Li li.

Serangan yang dilancarkan Yu leng lojin ini bukan saja dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa, dibawah sergapan kilat dari Yu-leng lojin, secepat kilat Ciu Li li melepaskan-pula sebuah serangan balasan yang tak kalah hebatnya. Kedua belah pihak sama-sama menyerang dengan kecepatan luar biasa, diantara berkelebatnya bayangan manusia, tahu-tahu tubuh Ciu Li li telah mundur kembali kebelakang, sementara Yu-leng Iojin sekali lagi melanjutkan terjangannya kemuka sambil melepaskan serangan secara beruntun.

Sekalipun Yu leng lojin hanya seorang kakek yang lumpuh kakinya, namun serangan yang dilancarkan olehnya itu boleh dibilang memiliki kecepatan yang sama sekali tidak berada di bawah kecepatan Ciu Li li.

Dalam waktu singkat ia telah melancarkan kembali tiga buah serangan berantai.

Sementara itu, Tiang-seng lojibn telah menarikd kembali perhataiannya dari perbtarungan yang sedang berlangsung ditengah arena itu, kemudian mengalihkan perhatiannya ke atas wajah Ong Bun kim.

Dilihatnya napas si anak muda itu sudah amat lemah sekali, jelas sudan termakan oleh serangan berat Ciu Li li.

Dia menggigit bibirnya menahan pergolakan emosi dalal hatinya, lalu mengalihkan kembali sorot matanya ke tengah arena, dia beranggapan bahwa membiarkan Ciu Li-li dan Yu leng lojin melangsungkan suatu pertarungan mati- matian, merupakan kejadian yang sangat menguntungkan sekali bagi pihak mereka.

Mendadak....terdengar bentakan nyaring menggelegar di udara, tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, kemudian dua sosok bayangan manusia itupun saling berpisah satu dengan lainnya.

Yu leng lojin tertawa dingin, katanya:

Ilmu silat yang dimiliki Ciu Buncu benar-benar luar biasa sekali, sungguh membuat aku merasa amat kagum" "Ilmu silat yang dimiliki So buncu juga lihay sekali, mungkin tiada tandingannya lagi dalam dunia ini." sambung Ciu Li li dengan nada setengah mengejek.

"Ciu buncu, benarkah kau hendak mengajakku antuk melangsungkan suatu pertarungan yang akan menentukan mati hidup kita berdua?"

"Benar, kecuali kalau pada saat ini juga kau bersedia pergi meninggalkan tempat ini "

Yu leng lojin segera memperdengarkan laara tertawanya yang geram sekali.

"Heeaah heeeh .....buncu..... jelas hal ini tak mungkin bisa kulakukan..."

"Jikalau memang tak bisa kau lakukan, lebih baik kita teruskan saja dengan suatu pertarungan."

Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba tubuh Yu leng lojin telah melejit ke tengah udara dan menerjang kehadapan Ciu Li li dengan kecepatan luar biasa, segulung desingan angin dingin yang menggidikkan hati langsung berhembus lewat dan menerpa ke atas dadanya.

Ciu Li li cukup menyadari akan kelihayan musuhnya, sekarang dia pun sudah berhasrat untuk melakukan pertarungan mati-matian untuk mempertahankan pedang mestikanya itu.

Maka begitu Yu leng lojin menerjang datang sambil melancarkan serangan kilat, cepat-cepat tubuhnya berputar bagaikan gasingan, lalu secara beruntun melepaskan juga dua buah serangan berantai.

Serangan demi serangan yang dilakukan ke dua belah pihak sama-sama cepatnya dan sama-sama hebatnya, sungguh merupakan suatu tontonan gratis yang menarik hati.

Agaknya didalam hati masing-masing sudah mempunyai perhitungran sendiri-sendiri, jika pertarungan itu tidak segera diselesaikan secara cepat, bukan saja Sin kiam tersebut tak akan berhasil mereka dapatkan, bisa jadi akan berakibat terlukanya kedua belah pihak.

Sementara Yu leng lojin dan Ciu Li-ii sedang melangsungkan pertarungan sengit ditengah arena, Yu Cing yang berada di sisi arena telah mengawasi terus Giok bin hiap yang berada disisi altar dengan pandangan mata tak berkedip.

Pada saat itulah dia telah maju menahan dirinya, kemudian berbisik: "Ayaah...!"

Panggilan itu sangat menggetarkan perasaan Giok bin hiap, dengaa perasan terkejut bercampur girang, dia berpaling dan mengawasi anak gadisnya itu, suatu perasaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata timbul dalam hati kecilnya, tanpa disadari titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya..

"Baik-baiklah ibumu?" tanyanya lirih.

"Dia... Dia masih berada dalam keadaan baik-baik, cuma setiap hari selalu merindukan dirimu..."

"Aku telah berbuat salah kepadanya..."

"Oooh ayah, hal ini tak bisa menyalahkan dirimu !" "Kau....kau sudah dewasa sekarang... tentunya sudah

berumur dua puluh tahun lebih bukan ?"

Dengan perasaan yang sangat terharu ia memeluk putrinya ke dalam rangkulan serta merangkulnya erat-erat. Yu Cing tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan ayahnya.

Sementara itu, dipihak lain Tiang seng lojin telah menghampiri si pemuda berbaju abu-abu itu, setelah memberi hormat dia pun menyapa:

"Selamat berjumpa engkoh cilik."

"Selamat berjumpa Locianpwe!" buru buru pemuda berbaju abu-abu itu membalas hormat. .

"Benarkah kau hendak mentari Ong Bun kim ?" "Benar!"

"Boleh aku tahu, ada urusan apa kau mendari dirinya?"

"Oooh....tidak ada urusan apa-apa, aku cuma datang untuk menyampaikan suatu titipan saja !"

"Suatu titipan apa?" "Benar!"

"Entah engkoh cilik hendak menyerahkan titipan dari siapa kepadanya ?"

"Tay khek Cinkun !"

"Apa? Titipan dari Tay khek Cinkun? Jadi mereka... mereka belum mati?"

"Yaa, mereka belum mati."

"Mengapa? Sekarang mereka berada dimana?"

"Menurut penuturan mereka berdua, katanya mereka berdua bersama Ong Bun kim telah mendatangi perguruan San tian bun, tapi kemudian mereka bersama Oag Bua kim dihantam oleh ketua dari perguruan San tian bun itu sehingga terjatuh kedalam jurang yang berpuluh-puluh ribu kaki dalamnya itu." "Lantas mengapa mereka tak sampat mati?"

"Dibawah jurang terdapat sebuah sungai itulah yang menyebabkan mereka tak sampai tewas, ketika terbawa arus sampai hilir mereka telah berjumpa denganku dan kutolong mereka naik ke atas daratan, waktu itu luka yang mereka derita parah sekali, mustahil buat kedua orang itu untuk muncul kembali ke dalam dunia persilatan dan mencari kabar tentang Ong Bun kim masih hidup atau tidak?"

"Tapi keadaan mereka pada saat ini sudah tidak terlalu menguatirkan bukan?" tanya Tiang seng lojin dengan cemas.

"Oooh, tidak mengapa! Asal beristirahat beberapa waktu lagi. niscaya kesehatan badan mereka akan pulih kembali seperti sedia kala"

"Bolehkah aku tahu siapa nama engkoh cilik?" "Boanpwe bernama Thia Eng!"

"Siapa pula gurumu?"

"Guruku sudah meninggal dunia pada sepuluh tahun berselang, siapa namanya, aku sendiripun kurang begitu tahu!"

"Tapi aku pikir gurumu pastilah seorang tokoh sakti dari dunia persilatan bukan?"

"Soal ini kurang begitu tahu." sampai di-situ, tiba-tiba si pemuda berbaju abu-abu itu mengalihkan pokok pembicaraannya kesoal lain, dia bertanya kembali:

"Sebenarnya apa yang telah terjadi ditempat ini?"

"Kau maksudkan mengapa mereka berdua sampai terlibat dalam suatu pertarungan?" ujar Tiang seng lojin sambil menuding kearah Yu leng lojin serta Ciu Li li yang sedang bertarung ditengan arena itu." "Benar!"

"Yaa, karbena apa lagi? Tdentu saja lantaaran ingin mempebrebutkan pedang Sin kiam!"

"Kau maksudkan senjata tajam yang di wariskan Hek mo im seorang tokoh sakti dari dunia persilatan itu?"

"Benar !"

Mengenai masalah pedang sin kiam tersebut, akupun pernah mendengarnya dari guruku, tapi sesungguhnya apa yang mengakibatkan terjadinya peristiwa semacam ini?"

Terpaksa Tiang seng lojin harus menuturkan kembali semua peristiwa yang telah terjadi dalam ruangan itu.

Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, paras muka Thia Eng segera berubah hebat, katanya kemudian.

"Kalau begitu pedang Sin kiam tersebut sesungguhnya telah menjadi milik Ong Bun kim?"

"Betul!".

"Jadi Ketua dari perguruan San tian bun ini secara licik telah turun tangan keji untuk menyergap Ong Bun kim?"

"Betul!"

"Kurangajar manusia semacam ini pantas dibunuh !"

Ucapan tersebut diutarakan dengan nada penuh hawa napsu membunuh, membuat siapapun yang mendengar ikut bergidik rasanya.

Dalam pada itu Kwan Siok kim telah membaringkan Ong Bun kim diatas tanah, sepasang tangannya menguruti seluruh urat nadi dan jalan darah penting ditubuh pemuda itu dengan maksud untuk menyadarkan kembali dirinya dari keadaan tak sadar. Mendadak...

Suatu bentakan keras yang menggelegar berkumandang memecahkan keheningan, ditengah bentakan tersebut secepat sambaran kilat Yu leng lojin melepaskan dua buah pukulan dahsyat kedepan.

Waktu itu pertarungan sudah berlangsung hampir mencapai puluhan gebrakan banyaknya, akan tetapi menang kalah masih sukar ditentukan, tampaknya Yu leng lojin sudah berhasrat untuk cepat menyelesaikan pertarungan ini dengan mengandalkan kepandaian melepaskan racunnya..

Setelah melancarkan dua buah pukulan itu, dia lantas mundur beberapa langkah kemudian maju kembali, pada saat tubuhnya mundur itulah racun jahat yang dibawanya telah siap-siap dilepaskan.

Pada saat menjelang Yu leng lobjin melepaskan dracun keji tersaebut suatu bentbakan nyaring kembali menggelegar di udara.

"Tahan !"

Bentakan itu sangat keras bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong membuat semua orang merasakan telinganya mendengus keras sekali menyusul kemudian sesosok bayangan manusia berwarna abu-abu meluncur masuk kedalam arena dan berdiri tepat di hadapan Ciu Li li ketua dari perguruan San tian bun itu.

Orang yang menampilkan dirinya itu tak lain adalah si anak muda berbaju abu-abu itu, Thia-Eng adanya.

Dengan sorot mata yang memancarkan sinar tajam, dia mengawasi wajah Ciu Li li yang bercadar itu tanpa berkedip, kemudian bentaknya dengan suara dingin: "Kaukah yang bernama Ciu Li li ketua dari perguruan San tian bua itu ?"

Ciu Li li memandang pemuda itu sekejap kemudian menganggukkan kepalanya.

"Benar !"

"Serahkan pedang itu kepadaku."

"Menyerahkan pedang itu kepadamu?" Ciu-Li li segera tertawa dingin tiada hentinya "apa yang kau andalkan untuk berbuat demikian?"

Air muka pemuda baju abu-abu Thia Eng berubah  sedikit kemudian dengan menyerigai bengis bentaknya lagi:

"Sebetulnya kau bersedia menyerahkannya kepadaku atau tidak?"

"Tidak !"

"Jadi kau sudah pingin mampus?"

Dengan gusarnya Thia Eng membentak keras, kemudian secepat sambaran kilat dia menerjang kemuka dan langsung menubruk Ciu Li li sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

Serangan yang dilakukan oleh Thla Eng ini boleh dibilang cepat seperti sambaran kilat dan dahsyat, seperti muntahnya sebuah bukit karang, sungguh mengerikan sekali.

Ciu Li-li tak berani bertindak gegabah, buru-buru dia mengebaskan tangan kanannya ke muka untuk membendung datangnya ancaman itu.

Tangkisan yang dilakukan oleh Ciu Li li ini tak bisa dikatakan tidak cepat, akan tetapi justru gerakan dari Thia Eng jauh lebih cepat dari gerakannya itu, diantara berkelebatnya bayangan manusia, tahu-tahu serangan kedua telah dilancarkan kembali.

Sekarang Ciu Li li baru terperanjat, dia tidak menyangka kalau musuhnya begitu lihay, buru-buru tubuhnya melejirt ke samping unttuk menghindarkqan diri, maksudrnya dia hendak meloloskan diri dari serangan maut yang diincar pemuda itu..

Sayang sekali, secepat-cepatnya dia bergerak untuk menghindar, toh tetap masih terlambat satu tindak.

Angin pukulan Thia Eng yang dahsyat bagaikan gulungan ombak dahsyat ditengah samudra itu sudah meluncur datang secepat sambaran kilat, terpaksa dia harus menggigit bibirnya untuk menyambut datangnya serangan itu dengan keras-lawan keras.

"Blaaaam !"

Ditengah ledakan keras yang memekikkan telinga, kuda- kuda Ciu Li li tergempur, tubuhnya tak dapat berdiri tegak lagi dan secara beruntun mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan sempoyongan, sebaliknya Thia Eng sama sekali tidak bergeming dari tempatnya semula.

"Sambutlah sekali lagi seranganku ini!" bentak Thia Eng keras-keras.

Ditengah bentakan itu, sekali lagi tubuhnya meluncur kedepan dan melancarkan dua buah serangan berantai.

Ilmu silat yang dimiliki Thia Eng benar-benar menggidikkan hati, hanya dalam waktu singkat dia telah melepaskan lagi dua buah serangan yang maha dahsyat.

Mendadak...

Pada saat Thia Eng melancarkan serangan tiba-tiba ke arah Ciu Li-li. Yu leng lojin juga menerjang masuk ke dalam arena, kemudian mereka berdua bersama-sama menerjang ke muka sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

Serangan itu dilancarkan sekaligus tertuju ke tubuh Ciu Li li maupun Thia Eng, kecepatannya luar biasa sekali, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah mundur kembali ke belakang.

Ketika Ciu Li li dan Thia Eng baru selesai saling beradu pukulan, terdengar Yu leng lojin berseru.

"Harap kalian berdua menghentikan pertarungan!"

Mendengar bentakan itu tanpa terasa ke dua orang itu sama sama menarik kembali serangannya dan berpaling.

Tampak Yu leng lojin sedang memandang ke arah mereka dengan sekulum senyuman yang licik menghiasi ujung bibirnya.

"Mau apa kau?" tegur Ciu Li li sambil tertawa dingin. Dengan bangganya Yu leng lojin tertawa terbahak-

bahak. "Haaahh.. haaahaaahhh... haaahhh.. kalian berdua tak usah melanjutkan pertarungan lagi, kamu semua telah terkena racun jahatku!"

"Apa...?" jerit Ciu Ii li dengan perasaan terperanjat, paras mukanya sampai berubah hebat.

Yu leng lojin kembali tertawa seram, ujarnya kembali: "Kalian berdua sudah terkena racun keji Liat-im si tok

(racun peretas hati) cuma dengan mengandalkan tenaga dalam yang kalian berdua miliki, asal tidak melakukan pertarungan lagi, untuk mendesak keluar sari racun tersebut dari dalam tubuh bukanlah- suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan, kalau tidak kalian pasti akan mampus karena bekerjanya racun itu" Ucapan tersebut cukup menggidikkan hati semua orang yang mendengarnya, sekarang semakin terbukti akan kekejaman Yu leng lojin, hakekatnya apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan cukup menggidikkan hati setiap orang.

"Bila Ciu buncu kurang percaya, mengapa tidak mencoba untuk mengatur pernapasanmu?"

Buru-buru Ciu Lili mengatur pernapasannya, benar juga ia segera merasakan isi perutnya amat sakit bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau belati, dalam keadaan demikian buru-buru dia membuyarkan seluruh hawa murninya dan menggigit bibir menahan hawa amarahnya yang memuncak.

Yu leng lojin tertawa bangga kembali ejeknya.

"Ciu buncu, tentunya kau sudah percaya bukan sekarang?"

"So buncu, kaii memang tidak malu kalau disebut sebagai seorang manusia berhati hitam yang keji!"

Mendengar itu, Yu leng lojin tertawa terbahak-bahak. "Haaahh  haa  hah  haaahhh....nada  ucapan  Ciu  buncu

sama  sekali  telah  berubah,  yaa,  kita  semua  sama-sama

demikian, seta li tiga uang bukan?"

"Racun jahat tanpa wujudmu betul-betul sangat lihay.." "Aah...cuma suatu permainan kucing kaki tiga belaka,

Ciu buncu aku-pikir ada baiknya jika kedua macam benda mestika itu kau serahkan kepadaku."

Ciu Li li adalah seorang jagoan yang berpe sgaiaman, sekalipun dia sangat berharap bisa mendapatkan benda mestika tersebut, tapi bagaimanapun juga nyawa adalah jauh lebih penting dari segala-galanya, apalagi sebagai seorang yang pintar dia enggan untuk menerima kerugian yang berada didepan mata.

Meskipun hari ini ia telah dipecundangi orang, toh  bukan berarti sudah tiada kesempatan lagi baginya untuk melakukan pembalbasan dendam?

Maka setelah termenung dan berpikir sejenak, dia berkata:

"Baiklah, akan kuserahkan kedua macam benda mestika ini kepadamu, nah terimalah ini"

Sambil berkata dia lantas melemparkan pedang Sinkiam dan kotak besi berisi kitab pusaka ilmu pedang itu ke arah Yu-leng lojin. "

Mendadak Bayangan manusia berkelebat lewat, pada saat Ciu Li li sedang melemparkan kedua macam mestika itu ke arah Yu leng lojin inilah tahu-tahu Thia Eng sudah meluncur ke depan dan menyambar kedua buah benda mestika tersebut.

-oo0dw0oo--
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar