Setan Harpa Jilid 07

 
Jilid 07

DENGAN suatu lompatan maut ia menerjang ke muka, harpa besinya disertai dengan tenaga serangan yang kuat disodok ke depan menghantam tubuh Jago pedang setan iblis, sungguh amat dahsyat serangan tersebut.

Berbarengan dengan serangan yang dilancarkan Ong Bun-kim, Jago pedang setan iblis menggetarkan pula pedang mestikanya, cahaya tajam berkilauan dan ia melancarkan serangan kilat.

Hampir boleh dibilang kedua belah pihak sama-sama melancarkan serangan pada saat yang bersamaan.

Bayangan manusia berkelebat lewat, tak kuasa lagi Ong Bun - kim terdesak mundur sejauh tiga langkah, disaat yang amat singkat ternyata Jago pedang setan iblis telah melancarkan tiga buah serangan berantai.

Kecepatan dalam melancarkan serangan, ketepatan dalam perubahan jurus, semuanya mencerminkan bahwa dia adalah seorang Jago pedang kenamaan.

Dari ketiga jurus ancaman inilah Ong Bun kim menyadari bahwa keadaannya pada hari ini jauh lebih banyak bahayanya dari pada keberuntungan.

Apa yang tersiar dalam dunia persilatan ternyata memang bukan nama kosong belaka, ilmu silat yang dimiliki Jago pedang setan iblis berkali-kali lipat lebih tinggi dari pada kepandaian sendiri.

Paras muka Jago pedang setan iblispun agak berubah setelah menyaksikan kelihayan Ong Bun kim, dia tidak menyangka kalau dengan usianya semuda itu ternyata ilmu silatnya sudah mencapai taraf yang cukup tinggi.

Ia tertawa dingin.

"Hehmmm... tak kunyana kalau ilmu silatmu sudah mencapai tingkatan setinggi ini!"

"Aku lihat ilmu silat dari Coa kwancu juga sangat hebat, bagaimana kalau rasakan lagi beberapa jurus serangahku ini

!"

Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, sebuah serangan kilat kembali dilancarkan.

Pada saat ini, hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Jago pedang setan jblis, di bawah serangan kilat dari Ong Bun kim itu, pedang mestikanya berputar membentuk selapis cahaya pedang yang mana dengan cepatnya me-nyelimuti seluruh tubuh anak muda itu.

Suatu pertarungan sengit akhirnya pun di mulai. Yaa, pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang mempertaruhkan mati hidup kedua belah pihak, barang siapa kalah dalam pertarungan tersebut maka hilanglah harapannya untuk melanjutkan hidup.

Dalam waktu singkat kedua belah pihak sudah terlibat dalam pertarungan sengit yang luar biasa dahsyatnya.

Bayangan harpa, cahaya pedang disertai desingan angin tajam menyambar dan menderu tiada hentinya, sungguh mengerikan sekali pemandangan peda waktu itu.

Limabelas jurus....

Duapuluh jurus...

Dalam waktu singkat limapuluh jurus sudah dilewatkan tanpa terasa.

Bumi serasa bergoncang, sinar rembulan serasa pudar, sungguh amat mendebarkan sukma keadaan itu.

Tapi pada saat itulah Ong Bun kim sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kepayahan, peluh dingin telah membasahi jidatnya, wajahnya pucat dan napasnya agak tersengal.

Sebaliknya keadaan Jago pedang setan iblis makin lama semakin kuat dan serangannya makin lama semakin gencar, seakan-akan air bah yang menggulung lewat melewati tanggul yang jebol.

Keadaan Ong Bun-kim bertambah kritis, ia semakin sadar bahwa lebih banyak bahaya baginya dari pada keuntungan, selembar jiwanya bagaikan berada di ujung tanduk.

Tiba-tiba... Jago pedang setan iblis membentak keras, pedang mustikanya digetarkan ke muka melancarkan sebuah serangan.

Di balik serangan itu terkandunglah tiga macam perubahan yang tak sama, daya penghancurnya luar biasa dan menggetarkan sukma.

Ong Bun kim tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, buru buru ia berkelit ke samping...

Tapi sebelum tubuhnya sempat menghindar ke samping, Jago pedang setan iblis sudah memburu ke depan, telapak tangan kirinya langsung diayunkan ke muka.

"Blaaang . . .!"

Dengan telak serangan tersebut bersarang di dada Ong Bun kim, ini mengakibatkan si anak muda itu muntah  darah segar, tubuhnya mencelat sejauh satu kaki lebih dan terjatuh tepat di tepi jurang.

Jago pedang Setan iblis tertawa dingin, ejeknya: "Hmmm... cuma mengandalkan kepandaian seperti ini

berani mencari aku untuk membalas dendam? Bangsat, temui saja arwah ayahmu di alam baka !"

Diiringi suara tertawa dingin, tiba-tiba ia menerjang ke arah Ong Bua kim, cahaya tajam berkilauan dan langsung membacok ke arah batok kepala si anak muda itu.

Suasana menjadi tegang dan keadaan sangat kritis ....

sedetik sebelum tusukan itu bersarang di tubuh Ong Bun kim, mendadak si anak muda itu melejit ke udara dengan mempergunakan segenap kekuatan yang dimilikinya, setelah itu membuat gerakan setengah busur di angkasa.

Berbareng dengan lejitan tersebut, secara tiba-tiba harpa besinya ikut pula disambit ke depan... Tindakan ini sama sekali di luar dugaan Mo-kui kiam jin, ketika menyadari akan datangnya ancaman, untuk menghindar tak sempat lagi dan . . . "Blang . . . !" tubuhnya terhajar telak oleh serangan tersebut, sambil muntah darah tubuhnya terjungkal ke tanah.

Ong Bun kim sendiri karena harus melancarkan serangan dengan mempergunakan segenap kekuatan yang dimiliki,  isi perutnya mengalami goncangan keras, sambil muntah muntah darah segar, ia jatuh tak sadarkan diri ....

Pelan pelan Jago pedang setan iblis bangkit berdiri, sambil menyeka noda darah di ujung bibirnya ia tertawa dingin, kemudian merogoh ke dalam sakunya dan ambil ke luar tiga batang pedang kecil yang tipis seperti daun yang liu dan bersinar tajam.

Itulah pedang Liu yap kiam, senjata andalannya yang paling tangguh.

"Kubunuh kau bajingan cilik!" bentaknya. Tiba-tiba seseorang menjerit keras: "Tahan!"

Di tengah bentakan tersebut tampaklah sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, cepat-cepat Jago pedang setan iblis menarik kembali pedang Liu-yap- kiamnya sambil mengalihkan sorot matanya ke arah gelanggang, tapi dengan cepat paras mukanya berubah.

"Rupa rupanya kau. ?"

Ternyata orang yang barusan munculkan diri itu bukan lain adalah Coa Siok-oh, putri dari jago pedang setan iblis.

Kemunculan Coa Siok-oh secara tiba-tiba di tempat itu sungguh berada di luar dugaan siapa-pun, apalagi muncul dengan wajah hijau membesi. "Ayah....kau tak boleh membinasakan dia." teriaknya keras-keras.

"Kenapa?" tanya Jago pedang setan iblis dengan suara tak kalah kerasnya.

"Kau telah membinasakan suamiku. "

"Aku tidak membunuhnya."

"Ayah, aku tahu kau telah membunuhnya, sekarang apakah putraku juga akan kau bunuh juga?"

"Dia dia adalah putramu?" "Benar!"

"Hasil hubunganmu dengan Phang Pak-bun. "

"Ayah, kau jangan menghina aku!" pekik Coa Siok-oh dengan suara penasaran.

"Hmmm.......!Masa dia adalah anak hasil hubunganmu dengan si Latah dari empat samudra Ong See-liat."

"Benar!"

"Kalau begitu, aku lebih-lebih tak dapat melepaskan dirinya!"

Paras muka Coa Siok-oh berubah hebat jeritnya: "Ayah. "

"Sejak semula aku telah memberitahukan kepadamu aku tidak mengakui dirimu sebagai putriku, lagi. "

"Baik, jika kau ingin membinasakan dirinya bunuhlah aku lebih dahulu !"

"Aku tidak ingin membunuhmu!" "Kalau begitu, lepaskanlah dia!" "Tidak, hayo minggir kau dari hadapanku!"

Diiringi bentakan nyaring, jago pedang setan iblis menerjang maju ke arah depan dan menghampiri Ong Bun- kim..

"Berhenti!" bentak Coa Siok-oh pula. "jangan memaksa aku untuk turun tangan kepadamu!"

Coa Siok-oh berdiri dengan wajah menyeramkan matanya melotot besar dan wajahnya menyeringai seram, keadaannya sungguh mengerikan.

"Kau berani?" teriak Jago pedang setan iblis penasaran.

Di tengah bentakan nyaring, mendadak ia maju ke depan sambil melepaskan sebuah serangan kilat ke arah Coa Siok- oh.

"Ayah " teriak Coa Siok-oh dengan kaget.

Seruling peraknya digetarkan keras dan digunakan untuk menangkis serangan pedang dari ayahnya tapi secara tiba- tiba ia menarik kembali senjata serulingnya itu, ia tak berani bertarung melawan ayahnya sendiri.

Tubuhnya cepat cepat berkelit ke sampitg lalu melayang lima depa ke belakang.

Baru saja Coa Siok-oh bergsrak mundur, tiba-tiba ia saksikan pedang Liu-yap-kiam di tangan kiri Jago pedang setan iblis telah dilontarkan ke arah tubuh Ong Bun-kim.

Diantara kilatan cahaya putih yang membelah angkasa, seperti orang kalap Coa Siok-oh berteriak:

"Kau..."

Seperti orang gila ia memburu ke arah Ong Bun-kim Mendadak terdengar jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, pedang Liu-yap-kiam yang terakhir telah menembusi punggung perempuan tersebut.

Sedangkan dua bilah pedang Liu-yap-kiam yang pertama telah menembusi pula punggung Ong Bun-kim, yang tertinggal hanya sebuah gagang pedang kecil yang berwarna putih, darah bercucuran ke luar dengan derasnya.

Coa Siok-oh sambil menjerit kesakitan ikut roboh pula ke atas tanah, sekujur badannya basah oleh darah.

Jago pedang setan iblis merasakan sekujur badannya gemetar keras, mimpipun dia tak menyangka kalau putrinya akan menjadi tameng bagi anak muda itu, untuk sesaat lamanya ia berdiri tertegun saking kaget dan terkesiapnya.

Sesudah roboh ke tanah, Coa Siok-oh kembali merangkak bangun, wajahnya mencerminkan sinar kengerian yang menggidikkan hati, matanya beringas dan memancarkan sinar garang, sambil membimbing bangun Ong Bun-kim yang tidak sadarkan diri teriaknya keras- keras:

"Ayah, bunuhlah kami berdua!"

Jago pedang setan iblis bagaikan sedang menghadapi suatu peristiwa yang mengerikan baginya, ia cuma berdiri mematung di sana tanpa bergerak sedikitpun jua.

Mendadak dari atas puncak To-ciok-hong sana berkumandang suara pekikan nyaring, menyusul munculnya tiga sosok bayangan manusia, mereka adalah perempuan cantik berbaju kuning serta dua orang manusia aneh cebol lagi bungkuk itu.

"Kwancu, kau tidak, apa-apa bukan?" "Aku tidak apa-apa!" "Ayah!" teriak Coa Siok-oh tiba-tiba, "jika kau tidak akan membunuh kami berdua lagi, kami akan segera pergi meninggalkan tempat ini!"

Jago pedang setan iblis masih tetap berdiri mematung ditempat semula bergerak sedikitpun tidak.

Melihat itu, sambil menggigit bibir Coa Siok oh segera menutul kakinya di permukaan tanah dan berlalu dari situ.

Tiba-tiba bayangan manusia berbaju kuning berkelebat lewat, perempuan cantik berbaju kuning atau Tongcu bagian hukuman dari Hou-kwan itu sudah menghadang jalan perginya:

"Mau apa kau?" bentak Coa Sioh-oh segera. "Jangan harap kalian bisa pergi dari sini!"

"Biarkan mereka pergi!" tiba-tiba Jago pedang setan iblis membentak nyaring.

Bentakan tersebut bukan saja sama sekali di luar dugaan Coa Siok-oh, bahkan perempuan cantik berbaju kuning itupun akan merasa tertegun dan untuk sesaat lamanya tak, tahu apa yang musti dilakukan.

Setelah tertegun sesaat, perempuan cantik berbaju kuning itu baru berkata dengan hormat:

"Baik!"

"Jangan kuatir, biarkan mereka pergi" kata Jago pedang setan iblis lagi dengan suara dalam, "dalam tiga hari mereka pasti akan mampus karena keracunan, sekalipun Hoa To hidup lagi juga tak nanti bisa selamatkan jiwa mereka berdua. "

Belum habis perkataan itu diucapkan, kembali ada sesosok bayangan kuning berkelebat menuju ke arah puncak tebing, dia adalah seorang kakek berbaju kuning, sikapnya tampak gugup dan tergesa-gesa sekali.

"Tongcu penyampai perintah, ada urusan apa membuatmu tampak gugup sekali?" tanya Jago pedang setan iblis dengan kening berkerut.

"Lapor lapor kwancu ada kejadian kurang... kurang menguntungkan " seru Tongcu penyampai berita gelagapan.

"Apa yang telah terjadi? Laporkan pelan-pelan!" "Bunga bunga iblis dari neraka."

"Mengapa dengan Bunga iblis dari neraka?" "Ia telah tiba di lembah kita!"

"Mau apa dia datang ke mari?"

"Katanya jika Ong Bun-kim tidak diserahkan, maka dia akan membunuh seluruh anggota perguruan kita."

"Dia berada di mana sekarang?" tanya Jago pedang setan iblis dengan wajah berubah.

"Berada di mulut lembah!"

Sebelum Jago pedang setan iblis menjawab sesuatu, Coa Siok-oh telah mempergunakan segenap tenaga yang dimilikinya untuk mengempit Ong Bun-kim lagi turun ke bawah bukit.

"Lu Hengcu!" Jago pedang setan iblis segera membentak. "Tecu siap menerima perintah!"

"Beri tanda kepada seluruh anggota perguruan kita, jangan halangi perjalanan mereka berdua!"

"Baik!" Dengan mengempit tubuh Ong Bun kim, Coa Siok oh berhasil menuruni tebing tanduk naga dan kabur ke luar dari lembah tersebut.

Sesungguhnya karena apa ia bersedia mengorbankan tubuhnya demi menyelamatkan Ong Bun kim?

Karena kasih sayang seorang ibu? Atau karena maksud tujuan lain? Tentu saja kemungkinan pertama jauh lebih besar dari pada kemungkinan kedua, seandainya bukan ibu kandung sendiri, mana mungkin ia rela mengorbankan jiwanya demi menyelamatkan jiwa Ong Bun kim?

Biasanya, kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya akan tercermin pada saat keadaan menyangkut mati hidup seseorang.

Waktu itu, Coa Siok oh sambil mengempit tubuh Ong Bun kim sedang meluncur ke luar dari lembah naga hijau, sepanjang perjalanan mereka tidak menemui kesulitan atau hadangan hadangan apapun.

Akan tetapi, justru karena harus kabur sambil membawa beban berat, darah yang mengucur ke luar dari mulut luka bekas tertembus pedang Liu yap kiam itu semakin gencar dan deras, lama kelamaan perempuan itu tak kuasa menahan diri, sambil mendengus tertahan tubuhnya roboh terjengkang di mulut lembah.

Berbareng dengan robohnya Coa Siok oh, sesosok bayangan manusia melayang datang tepat di hadapan mereka berdua, dan orang itu bukan lain adalah Bunga iblis dari neraka.

Dengan sepasang biji matanya yang jeli dia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dengan paras muka berubah ia menjerit tertahan Agaknya ia tidak percaya kalau Ong Bun kim dan Coa Siok oh telah terkena pedang Liu yap kiam, darah segar telah membasahi seluruh tubuh kedua orang itu.

Betapa hancurnya perasaan Bunga iblis dari neraka setelah menyaksikan kejadian itu, sambil membentak ia menggerakkan jari tangannya untuk menotok jalan darah di tubuh kedua orang itu sehingga darah tidak mengalir ke luar lagi.

Setelah darah berhenti mengalir, ia baru membopong mereka berdua kabur ke luar dari lembah tersebut.

Beberapa li kemudian ia baru berhenti, di baringkannya kedua orang itu di tanah, kemudian sambil memandang wajah Ong Bun-kim yang pucat pias, air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya.

-oo00dw00oo-

BAB 20

WALAUPUN Ong Bun-kim telah berada di tepi jurang kematian, tapi tangannya masih menggenggam kencang- kencang harpa besinya yang dapat memantulkan irama kesedihan dari hatinya.

Dengan amat sedih perempuan itu berkata.

"Mungkin aku datang selangkah terlambat, kekasihku... ohh kekasihku..."

Keluhan tersebut penuh dengan nada kesedihan, membuat siapapun yang mendengar akan ikut melelehkan air matanya.

Padahal ketika ia meninggalkan Ong Bun kim tempo hari, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan sikap perhatian atau sayang, padahal rasa cinta gadis itu terhadapnya sudah tak terlukiskan lagi dengan kata-kata...

Kini Ong Bun kim telah terluka, lagi pula ia terkena pedang Liu yap kiam yang tersohor karena amat beracun, dalam tiga hari mendatang, jiwanya sudah pasti akan melayang meninggalkan raganya.

Kenyataan tersebut, bagaimana mungkin tidak membuat hatinya menjadi sedih dan sakit? Bagaimana mungkin tidak membuat hatinya hancur bagaikan dicabik-cabik?

Dari dalam sakunya dia mengambil ke luar sebuah pil dan dijejalkan ke dalam mulut Ong Bun kim, kemudian dengan pancaran hawa murni dia mulai menguruti jalan darah di sekujur badan anak muda itu.

Tak lama kemudian, Ong Bun kimpun sadar kembali dari pingsannya, pelan pelan ia membuka matanya...

Pertama tama ia marasakan punggungnya sakit sekali seperti disayat-sayat dengan pisau, kesadarannya masih belum pulih kembali seperti sedia kala, apa yang terpampang di depan matanya hanya bayangan yang masih kabur dan buram...

Mulutnya terpentang lebar seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun lama, lama sekali, ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Menyaksikan kejadian tersebut, Bunga iblis dari neraka merasa amat sedih hingga air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, tak tahan lagi ia berteriak:

"Adik Ong..."

Dengan air mata berderai seperti anak sungai, ia mendekap Ong Bun kim dalam pelukannya lalu menangis tersedu sedu. Rupanya Ong Bun kim dapat mendengar suaranya itu, dengan kepayahan ia bertanya:

"Sii . . . siaapakah kau . . .?"

"Aku adalah Bunga iblis dari neraka!"

"Haaah..." ia menjerit tertahan, mengikuti jeritan kaget di luar dugaan tersebut akhirnya ia berhasil melihat jelas raut wajah bunga iblis dari neraka itu...

Tiba tiba ia merasa ada dua tetes air mata yang membasahi wajahnya dan mengalir ke sisi telinga ...

Ia merasa berterima kasih sekali atas kedatangan Bunga iblis dari neraka menjelang tibanya ajal yang akan mengakhiri hidupnya, ia merasa gadis itu telah memberikan kebahagiaan baginya menjelang kematian yang mengenaskan.

"Terima kasih atas kedatanganmu..." ujarnya dengan suara sedih dan kepayahan.

"Aku telah datang terlambat!" bisik gadis itu sedih. "Tidak..." tiba tiba ia merasakan semangatnya kembali

berkobar, ia merasa seakan-akan cinta kasih telah menciptakan suatu kekuatan yang tak terhingga baginya, membuat ia melupakan sakit yang ada di punggungnya...

Setelah berhasil menenangkan hatinya yang bergolak, diapun bertanya dengan suara lirih: "Kaukah yang telah menolong aku?"

"Bukan!" "Lantas siapa?" "Dia!"

Mengikuti arah yang ditunjuk Bunga iblis dari neraka, Ong Bun kim segera menjumpai Coa Siok oh berada di situ, melihat ini sekujur tubuhnya kontan gemetar keras, serunya tertahan:

"Oooh dia. Yaa ampun, kenapa bisa dia?"

"Ia sudah terkena pedang Liu yap kiam...." kata Bunga iblis dari neraka lirih.

"Mana mungkin . . ? Mana mungkin?" seru Ong Bun kim dengan perasaan bergolak keras.

"Kau maksudkan mana mungkin dia akan menolongmu?"

"Benar!" "Siapakah dia?"

"Aku . . . aku tidak tahu "

Yaa, dia memang tidak dapat membuktikan siapakah sebenarnya perempuan itu, ibunya atau bukan? Tapi ia dapat menyelamatkan dirinya, hal ini benar benar di luar dugaan Ong Bun kim.

Suatu pergolakan mendadak mencekam perasaan anak muda itu, teriaknya kemudian:

"Sadarkan dia!"

Bunga iblis dari neraka mengangguk, dia mengeluarkan lagi sebutir pil dan dijejalkan ke mulut Coa Siok-oh, kemudian dengan mengerahkan tenaga dalamnya berusaha untuk menyembunyikan luka yang dideritanya.

Tapi keadaan Coa Siok-oh sudah terlampau parah, setelah terkena pedang Liu-yap-kiam, dia harus mengerahkan juga tenaga dalamnya untuk membawa Ong Bun kim melarikan diri, darah yang mengucur ke luar sudah kelewat banyak, hawa murni yang dibuang juga melampui batas, hakekatnya ia sudah berada di tepi jurang kematian.

Bunga iblis dari neraka telah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyembuhkan luka itu, akan tetapi Coa Siok oh belum berhasil juga disadarkan dari pingsannya...

Dalam keadaan demikian, Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang, katanya:

"Kemungkinan besar ia sudah tiada harapan lagi!" "Tidak, bagaimanapun juga dia harus di sadarkan

kembali, walau hanya sebentar saja."

Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Bunga Iblis dari neraka menyalurkan kembali hawa murninya untuk membantu perempuan itu, kurang lebih satu jam kemudian akhirnya Coa Siok oh telah sadar kembali dari pingsannya.

Pelan pelan ia menggerakkan kelopak matanya lalu membuka matanya dan memandang sekejap sekeliling tempat itu.

Mengenaskan sekali keadaannya, sambil membuka mulutnya ia berbisik dengan suara terbata bata:

"Di mana Bun kim....? Bun. Bun kim "

Ucapan pertama setelah sadar kembali dari pingsannya adalah memanggil nama Ong Bun kim, dari sini dapat diketahui betapa dalamnya perasaan cinta seorang ibu terhadap anaknya.

Sekalipun Ong Bun kim lebih bodoh, sekarang diapun dapat membuktikan bahwa siapakah di antara Siau Hui-un dan Coa Siok-oh yang merupakan ibu kandungnya.

Dengan perasaan sedih yang meluap dan rasa menyesal yang berlipat ganda, menyerang hatinya, pemuda itu menangis, air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya.

Selama hidup, baru pertama kali ini dia mengakui akan kesalahan sendiri, akibat hasutan serta ulah Siau Hui-un yang tidak bertanggung jawab, ia telah menghajar ibunya sendiri sewaktu berada di bawah puncak Hu hou hong, bahkan hampir saja ia akan membunuhnya.

Dengan perasaan yang hancur lebur, pemuda itu menangis semakin menjadi.

"Bun-kim oooh Bun kim di mana kau nak..? Di mana kau berada..?" Coa Siok oh masih saja memanggil namanya dengan suara tersendat.

Panggilan dari seorang ibu menjelang ajalnya, suatu adegan yang cukup memilukan hati.

Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian itu ikut mengucurkan air matanya, ia berteriak:

"Adik Ong, ia sedang memanggil dirimu!"

Ong Bun-kim membuka mulutnya, gemetar keras sekujur badannya, akhirnya ia berteriak memanggil.

"Ibu!"

Sambil berteriak kalap ia menubruk ke dalam pelukan ibunya dan mendekapnya kencang-kencang, pemandangan itu sungguh mengharukan membuat orang ikut merasakan hatinya menjadi pedih.

Karena menerima tubrukan dari Ong Bun kim tersebut, pedang Liu yap kiam yang terbenam di punggung Coa Siok oh semakin menusuk ke dalam tubuhnya, ia mendesis kesakitan, tapi dengan sekuat tenaga ditahannya rasa sakit yang menyayat itu. Diulurnya tangan yang gemetar dan tak ber-tenaga itu, lalu dibelainya wajah Ong Bun kim, seakan akan sedetik menjelang ajalnya dia ingin mengingat baik baik raut wajah putranya.

Air mata Ong Bun kim yang sebesar kacang kedelai menetes ke bawah membasahi tangan Coa Siok oh...

"Nak, kau .... kau sedang menangis?" bisik perempuan itu dengan suara lemah.

"Ibu " panggilan pemuda itu lebih mengibakan hati orang.

"Nak, kau....apakah kau telah .... telah mengakui diriku sebagai sebagai ibumu?"

"Oh ibu! Ampunilah anakmu yang tidak berbakti ini....aku telah menghajarmu....mencari maki dirimu,  oh ibu . . . aku . . . aku benar benar seorang anak yang tidak berbakti. "

Air mata Coa Siok oh berlinang pula dengan derasnya ...

sekulum   senyuman  penuh  kedamaian senyuman

menjelang tibanya sang ajal menghiasi ujung bibirnya...

Dengan bersusah payah dan mempergunakan segenap kemampuan yang dimilikinya ia berkata:

"Nak, ibu       ibu telah memaafkan semua kesalahanmu .

. kau . . . kau tidak bersalah, kesemuanya itu bukan . . .

bukan kesalahanmu!" "Ibu!"

"Ibu dapat mati...lari., lantaran untuk menolongmu, aku..aku akan matidengan hati puas. "

Selama hidup belum pernah Bunga iblis dari neraka menyaksikan adegan perpisahan antara hidup dan mati seperti ini, dia tak tahan menyaksikan peristiwa tersebut lebih jauh, sambil menutup wajahnya ia menangis tersedu- sedu . .

"Nak, ibu.... ibu merasa tidak tahan lagi " tiba tiba

Coa Siok oh berbisik lagi.

"Tidak, ibu! Kau pasti dapat hidup terus. "

"Ibu... ibu tak akan hidup lebih lama lagi, ibu., .ibu menyayangimu...sayang....sayang hanya sedikit yang dapat kuberikan untukmu. "

"Tidak, oh ibu! Terlalu banyak yang telah kau berikan kepadaku, terlalu banyak "

"Tidak, ibu tidak memberi apa apa kepadaku.

...aku. akupun tidak dapat merawatmu serta  mencintaimu

. . . tapi. . .tapi setiap hari aku.... aku selalu memikirkan dirimu nak, aku....aku. "

"Ibu, aku tidak menyalahkan kau !"

"Asal .... asal kau tidak menyalahkan diriku .... aku . . .

akupun akan pergi dengan tenang."

Suara pembicaraan tersebut makin lama semakin lirih sehingga akhirnya hampir tak kedengaran lagi, yaa, malaikat elmaut telah menggapaikan tangan kepadanya, selembar nyawanya sudah akan direnggut pergi dari alam semesta yang penuh dengan kejadian

Apakah yang berhasil didapatkan sepanjang hidupnya? Cinta pertamanya sebagai kuncup bunga yang layu sebelum berkembang, hubungan kasih sayangnya dengan Phang Pak bun hanya melintas bagaikan impian.

Meskipun ia kawin dengan Ong See liat di bawah tekanan ayahnya, tapi cintanya yang sudah tak utuh itu dipersembahkan juga kepadanya, sayang musibah selalu mengikuti kemanapun dia pergi. Suaminya telah mati, putranya hilang lenyap tak berbekas.

Ketika akhirnya ia berhasil menemukan kembali putranya, terjadi lagi peristiwa perebutan anak, yang mana membuatnya penasaran dan lebih menderita.

Kalau ditanya apa yang berhasil diperolehnya selama ini, maka hal itu tak lebih hanya pengakuan ibu dari putranya, kecuali itu hampir tiada sesuatu apapun yang berharga diperolehnya.

"Oooh ibu, kau harus hidup lebih lanjut kau harus hidup lebih lanjut " jarit Ong Bun kim.

Dengan lemah perempuan itu gelengkan kepalanya.

"Ibu . . .ibu tak sanggup lagi, kalau kalau kau berhasil lolos lolos dari kematian, jangan . . . jangan lupa untuk . . .

untuk membalaskan deadam baa bagi ayahmu. "

Tiba-tiba kepalanya terkulai ke samping dan menghembuskan napas penghabisan.

"Ibu . . . !" bagaikan orang gila Ong Bun kim menggoncang goncangkan tubuh Coa Siok oh.

Pukulan batin diterimanya ini terlampau berat, menyusul teriakan itu, dia muntah darah segar dan tubuhnya segera terjatuh di samping tubuh ibunya.

Peristiwa ini sungguh merupakan suatu tragedi yang memilukan hati setiap orang.

Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian itu menjerit keras karena kaget, isak tangisnya seketika berhenti.

Untuk sesaat suasana menjadi hening . . . sepi. tak

kedengaran sedikit suarapun. Ong Bun kim adalah seorang yang sudah menderita luka parah, mana sanggup ia terima pukulan batin itu? Dengan cepatnya pemuda itu jatuh tak sadarkan diri ....

Sambil menahan lelehan air matanya, Bunga iblis dari neraka harus mempergunakan segala daya upaya untuk menolong pemuda itu, akhirnya setelah bersusah payah sekian lama, Ong Bun kim sadar kembali dari pingsannya

...

"Di ... di manakah ibuku?" bisiknya seperti orang yang kehilangan ingatan.

"Dia ... dia telah meninggal dunia!"

"Yaa, ... dia memang telah mati yaaa, sudah mati .

. . . "

"Adik Ong, orang yang sudah mati tak akan bangkit kembali, kau . . . kau tak usah terlampau sedih . . ." hibur Bunga iblis dari neraka dengan suara pedih.

"Benar apa harganya nyawa seorang manusia?  Hidup yaa hidup, mati yaa mati . . . . aaai, aku bukankah aku

sendiripun seseorang yang  sudah  mendekati  pada  ajalnya. ?"

"Tidak, kau tidak bakal mati!"

"Aku tahu aku bakal mati, isi perutku seperti dibakar

dengan api, punggungku sakit seperti diiris iris, dan kesadaranku . . . makin lama . . . makin pudar "

"Kau. kau tidak akan mati!" jerit gadis itu seperti orang

histeris.

Tapi ia mengerti bahwa malaikat kematian sedang menggapai ke arah Ong Bun kim, dia akan merenggut selembar nyawanya yang berharga itu. Tiba-tiba Ong Bun kim seperti dapat menyadari akan sesuatu, soal mati hidupnya tidak dipikirkan lagi dalam hatinya, seperti orang bodoh ia bergumam:

"Baiklah,  matipun  tak  apa  di  alam baka aku aku

bakal bertemu dengan ayah yang belum pernah kujumpai . .

. aku pun akan bertemu kembali dengan ibuku       yang baru

meninggal, kita .... kita sekeluarga bakal ber-kumpul kembali di alam baka "

"Tidak jangan kau teruskan ucapanmu." teriak Bunga

iblis dari neraka cepat-cepat. Ong Bun kim tertawa sedih.

"Di alam semesta aku telah memperoleh kasih sayang, apa lagi yang hendak kuharapkan.."

Tanpa terasa meleleh juga dua baris air mata, air mata menjelang saat tibanya ajal.

"Adik Ong " teriak gadis itu.

Ia mendekap di atas tubuhnya sambil menangis tersedu sedu seperti sedang menangisi kematian kekasihnya.

"Dalam . . . dalam kehidupan manusia yang penuh kesuraman ini, kau telah memberikan cinta kepadaku . . ,. kau telah memberikan pula kebahagiaan yang singkat kepadaku, aku . . . aku merasa berterima kasih sekali kepadamu."

"Kau . . . kau jangan berbicara lagi "

Ucapan tersebut disertai isak tangis yang mengenaskan, membuat suasana kian bertambah sedih dan murung . . .

mereka saling berpelukan dah menangis, yaa, dalam sedetik menjelang perpisahan tersebut mereka harus manfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik baiknya, sebab selewatnya itu, njungkin mereka tak akan berjumpa lagi.

Mendadak .... Bunga iblis dari neraka merasakan tubuh Ong Bun kim mulai tak bertenaga, kelopak matanya mulai merapat, sedang sepasang tangan yang digunakan untuk memeluknya kini menjadi lemas dan terkulai ke bawah.

"Adik Ong " seperti orang kalap ia menjerit.

Jeritan tersebut ibaratnya jeritan yang muncul dari dasar jiwanya, Ong Bun kim dapat mendengarnya tapi tak mampu menjawab lagi, dalam keadaan demikian tubuhnya sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya lagi.

Ia mendekap di atas tubuhnya dan menangis tersedu sedu... Tiba-tiba . . .

Serentetan suara langkah manusia ber-kumandang memecahkan keheningan dan menyadar-kan kembali Bunga iblis dari neraka dari isak tangisnya yang penuh kepedihan.

Dengan cepat ia mengalihkan perhatiannya ke arah mana bsrasaloya suara itu, tampak sesosok bayangan manusia berbaju abu-abu pelan-pelan berjalan ke luar dari balik hutan, dalam sekejap mata mereka telah berdiri saling berhadapan muka.

Orang itu bukan lain adalah gadis berbaju abu-abu yang berwajah pucat, berambut panjang dan bermuka murung dan sedih yang pernah dijumpai Ong Bun kim itu.

Ketika itu tanpa mengucapkan sepatah kata-pun mereka telah berpisah, kini dikala Ong Bun kim tak mampu berbicara lagi, kembali ia telah munculkan diri.

Bunga iblis dari neraka tertegun!

Dari mimik wajah gadis berbaju abu abu itu sukar rasanya untuk menemukan satu pergolakan emosi, sekalipun ada, itupun hanya terbatas pada kesedihan dan sikap yang murung.

Dalam pada itu, si dara berbaju abu abu itu telah menatap Bunga iblis dari neraka sekejap, kemudian tegurnya:

"Dia adalah kekasihmu?"

Mula mula Bunga iblis dari neraka tertegun, menyusul kemudian dengan sedih dia manggut-manggut.

Nona itu mengernyitkan alis matanya, lalu berkata lagi: "Aku lihat dia belum mati!"

"Sekarang belum tapi sudah hampir. "

Tampaknya nona berbaju abu abu itu mempunyai perasaan yang sama, pelan pelan dia mengangguk.

"Bolehkah aku periksa keadaan tubuhnya serta melihatnya apakah dia masih bisa diselamatkan atau tidak?"

Bunga iblis dari neraka segera merasakan semangatnya berkobar kembali, segera dia berseru:

"Baik, silahkan kau periksa ke dadanya sekarang juga!" Nona berbaju abu abu itu maju menghampiri ke depan,

lalu berjongkok di sisi tubuh Ong Bun kim dan mencekal urat nadinya dengan wajah serius, makin lama ia memeriksa denyutan nadinya, paras muka nona itu berubah makin aneh.

Tak terlukiskan rasa cemas Bunga iblis dari neraka setelah menyaksikan kejadian itu buru-buru tanyanya:

"Apakah dia masih dapat ditolong?"

Nona berbaju abu abu itu menghela napas panjang, "Aaaai susah, kecuali. " "Kecuali kenapa?"

"Kecuali mata uang kematian, tak seorang manusiapun dapat menyelamatkan selembar jiwanya!"

"Apa? Mata uang kematian?" seru bunga iblis dari neraka agak tertahan, rupanya nona itu merasa sangat kaget.

"Yaa, benar! Harus ada mata uang kematian !"

Untuk sesaat lamanya Bunga iblis dari neraka berdiri tertegun di situ, hampir saja dia mencurigai bahwa telinganya telah salah mendengar, sebab perkataan tersebut kenyataannya jauh sekali berhubungan dengan urusan yang sebenarnya.

Mata uang kematian bukan suatu bahan obat mustajab yang bisa dipakai untuk menyembuhkan penyakit orang, lebih lebih bukan sebutir kimwan yang bisa menghidupkan kembali orang yang setengah mati, nama mungkin benda tersebut dapat menolong selembar nyawa Ong Bun kim?

Untuk sesaat lamanya Bunga iblis dari neraka hanya bisa berdiri tertegun di situ sambil mengawasi wajah si nona berbaju abu abu yang misterius itu dengan termangu mangu.

"Aku berbicara sejujurnya" demikian si nona berbaju abu abu itu menegaskan kembali, "kecuali mata uang kematian, tak seorangpun mampu untuk menyelamatkan jiwanya!"

"Kenapa?"

"Apakah kau tidak tahu bahwa mata uang kematian adalah benda benda peninggalan dari Iblis cantik pembawa maut?"

"Yaa, aku tahu!"

"Si ong mo ci atau Iblis cantik pembawa maut adalah seorang jagoan aneh dari dunia persilatan yang tersohor sekali namanya, ilmu silat yang dimilikinya sangat tinggi, dan mata uang kematian tersebut justeru mencantumkan letak di mana ia sedang terkurung!"

Sesudah mendengar penjelasan tersebut, Bunga iblis dari neraka baru mengerti apa sebabnya mata uang kematian dapat digunakan untuk menolong selembar jiwa Ong Bun kim.

Sekalipun demikian, sebuah pertanyaan masih juga memenuhi benaknya, kembali ia berkata:

"Sekalipun ia berhasil mendapatkan mata uang kematian, jiwanya tak mungkin bisa bertahan sekian lama, paling tidak jiwanya cuma dapat bertahan kira kira satu jam lagi."

"Aku dapat menolongnya untuk hidup selama sepuluh hari lagi, dalam sepuluh hari itu, keadaannya tak ubahnya seperti seorang manusia biasa, hawa beracun dari pedang Liu-yap-kiam yang bersarang di tubuhnyapun tidak akan kambuh kembali, tapi ia tak boleh turun tangan melakukan perkelahian ataupun mengerahkan hawa murni yang dimilikinya, sebab setiap kali ia berkelahi maka kemungkinan besar nyawanya yang tinggal sepuluh hari itu akan berkurang menjadi hanya delapan hari atau bahkan cuma lima hari belaka!"

Perkataan itu cukup menggetarkan sukma Bunga iblis dari neraka, timbul sebercak sinar harapan dari dalam hatinya, sebab bagaimanapun jua waktu yang tersedia selama sepuluh hari tentu jauh lebih besar dari pada waktu yang cuma satu jam, siapa tahu dalam sepuluh hari yang tersedia, ia sudah akan berhasil mendapatkan mata uang kematian tersebut.

"Kalau begitu, tolonglah selembar jiwanya!" pinta Bunga iblis dari neraka setelah termenung sejenak. Paras muka si nona berbaju abu-abu itu masih tetap tawar tanpa emosi, di antara berkelebatnya jari-jari tangan, secara beruntun dia menotok beberapa buah jalan darah penting di sekujur badan Ong Bun-kim, setelah itu dia mengeluarkan sebungkus bubuk obat dari sakunya dan dituangkan ke mulut Ong Bun-kim.

Begitu hawa racun yang bersarang dalam tubuh Ong Bun-kim telah ditutup oleh nona berbaju abu-abu tadi, dia lantas menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh anak muda itu guna menyembuhkan luka yang dideritanya, pelan-pelan paras muka Ong Bun-kim pulih kembali menjadi segar dan bersemu merah.

Sekali lagi nona berbaju abu-abu itu menatap sekejap wajah Ong Bun-kim dengan sepasang biji matanya yang sayu dan penuh kemurungan itu, kemudian dibukanya bungkusan berisi obat itu dan dituangkan ke mulut si anak muda itu.

Selanjutnya kepada Bunga iblis dari neraka dia berkata: "Kini luka dalamnya telah sembuh kembali, sedang

hanya racunnya telah kubendung untuk sementara waktu, bila sepuluh hari sudah lewat maka sekujur tubuhnya akan menghitam dan jiwanya akan melayang meninggalkan raganya."

"Aku tahu!"

00oodwoo00

BAB 21

APABILA kau tidak menginginkan kematiannya, maka dalam sepuluh hari ini mata uang kematian harus berhasil kau temukan, kalau tidak tak seorang manusiapun dalam dunia persilatan dewasa ini yang sanggup menyelamatkan selembar jiwanya," kata nona berbaju abu-abu itu lagi.

"Aku pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan mata uang kematian!"

"Ingat baik-baik pesanku, jangan mengijinkan dirinya untuk turun tangan, sebab satu kali dia berkelahi maka akibatnya harapan untuk hidup akan semakin tipis, aku percaya kau dapat memahami perkataanku! Nah, aku akan pergi dulu!"

Dengan penuh perasaan berterima kasih Bunga iblis dari neraka memandang sekejap ke arahnya, tiba-tiba ia menegur:

"Kenapa kau bersedia menolong jiwanya?" "Aku ?"

Dengan perasaan tak menentu dan sinar mata yang bertambah sayu dia tertawa, sekulum senyuman yang makin menterakan rasa sedih di atas wajahnya, dengan sedih ia berkata:

"Aku sendiripun tidak tahu....mungkin saja dalam penghidupan manusia yang serba menyedihkan ini, aku dan dia mempunyai nasib yang sama menderitanya."

"Aku dapat merasakan bahwa wajahmu amat sayu, dan murung..."

Nona berbaju abu-abu itu tertawa getir.

"Apakah kau sendiri tidak demikian? Hanya saja kau berbeda dengan aku, kau dapat menyembunyikan semua kesedihan dan kemurunganmu di dalam hati, agar senyuman menutupi dan menyembunyikan kemurungan serta kesedihanmu itu."

"Tahukah kau manusia macam apakah aku ini?" "Yaa, aku tahu."

Tiba-tiba di atas wajah si Bunga iblis dari neraka yang cantik terlintas rasa sedih yang amat tebal, air mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.

"Ucapanmu memang benar, aku paksakan senyuman untuk selalu menghiasi bibirku, aku ingin membuang untuk sementara waktu kesedihan serta iemurungan yang menguasai perasaanku "

Sekali lagi si nona berbaju abu-abu itu tertawa getir. "Kau telah mencintainya?" dia bertanya.

Setelah menghela napas ringan, kembali ia melanjutkan:

"Dia adalah seorang lelaki yang sudah terbiasa menerima semua kenyataan yang pahit dan penuh kegetiran, kau memang harus memberikan cintamu kepadanya, sebab dia membutuhkan itu!"

"Semoga saja aku dapat mencintainya!" bisik Bunga iblis dari neraka sambil tertawa getir.

"Semoga kalian dapat saling cinta mencintai, nah aku hendak pergi lebih dulu!"

Nona berbaju abu abu itu segera bangkit berdiri, kemudian dengan membawa tubuhnya yang lesu dan sayu dia berlalu dari situ dan lenyap di balik pepohonan....

Memandang bayangan punggung si nona berbaju abu- abu yang pergi menjauh, Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang, tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis itu terlampau mengenaskan, seakan-akan nasibnya memang sudah ditakdirkan demikian.

Ia menghela napas sedih, lalu bisiknya: "Terlalu banyak perempuan yang tidak beruntung hidup di dunia ini....seperti juga dia. "

Belum habis gumaman tersebut ketika Ong Bun-kim sadar kembali dari pingsannya, pelan-pelan ia mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, akhirnya sorot mata yang penuh diliputi perasaan heran dan penuh tanda tanya itu berhenti di atas wajah Bunga Iblis dari neraka.

"Aku aku masih hidup?" bisiknya.

Dengan sedih Bunga iblis dari neraka mengangguk. "Yaa, kau masih hidup. "

Tampaknya Ong Bun-kim merasa bahwa hal ini tak mungkin terjadi, ia merasa sukmanya seakan-akan telah terlepas meninggalkan tubuh kasarnya, mana mungkin dia masih hidup? Hal ini tak akan mungkin bisa terjadi. !

Dia bangkit dan duduk di atas tanah, tapi kenyataan telah terbentang di depan mata, kenyataan membuktikan bahwa dia masih hidup, hidup secara sungguh-sungguh di dunia ini.

"Siapa yang telah menyelamatkan jiwaku?" akhirnya pemuda itu bertanya lagi setelah tertegun sekian lama.

"Seorang perempuan berbaju abu-abu. "

Bunga iblis dari nerakapun menuturkan kembali pengalamannya ketika muncul seorang nona berbaju abu- abu dan turun tangan menyelamatkan selembar jiwa si anak muda itu.

Akhirnya ia menambahkan:

"Seandainya dia tidak datang tepat pada waktu-nya, mungkin kau benar-benar sudah mati." Ong Bun - kim sudah pernah berjumpa dengan nona berbaju abu-abu itu, tapi dia tak menyangka kalau ia bakal menyelamatkan jiwanya, dalam detik itu bayangan tubuh si nona berbaju abu-abu yang sayu dan diliputi kesedihan itu melintas kembali dalam benaknya...

Sesaat kemudian sambil tertawa getir dia ber-kata: "Aaaai sungguh tidak kusangka kalau ia telah

menyelamatkan jiwaku."

"Sekalipun demikian, kau hanya  mempunyai kesempatan hidup selama sepuluh hari!"

"Sepuluh hari?" sekujur badan Ong Bun-kim segera bergetar keras, ditatapnya sekejap wajah Bunga iblis dari neraka dengan perasaan tercekat, lalu serunya kembali:

"Jadi... jadi aku masih bisa hidup sepuluh hari saja?" "Yaa, cuma sepuluh hari."

"Apa bedanya hidup sepuluh hari dengan mati?"

"Tidak, tentu saja besar bedanya, paling tidak kau masih mempunyai harapan untuk hidup."

"Harapan apa?"

"Asal mata uang kematian berhasil ditemukan, kau pasti akan selamat yaa, kecuali mata uang kematian bisa didapatkan. "

"Maksudmu mata uang kematian dapat menyelamatkan jiwaku?"

"Benar!" jawab Bunga iblis dari neraka, "sebab mata uang kematian menunjukkan di mana Iblis cantik pembawa maut disekap, kecuali iblis cantik pembawa maut, dalam dunia persilatan dewasa ini tiada orang kedua lagi yang bisa menolong jiwamu." "Tapi .... tapi .... tidakkah hal ini terlalu sukar..."

"Sekalipun terlalu sukar untuk didapatkan, toh jauh lebih baik demikian sebab bagaimana pun jua harapan masih tetap ada!"

"Benar, manusia memang bisa hidup karena mempunyai harapan, ada harapan memang jauh lebih baik dari pada sama sekali tiada harapan."

"Oleh karena itulah aku pasti akan berusaha untuk mendapatkan mata uang kematian bagimu."

Ong Bun-kim tertawa getir.

"Budi kebaikan yang kau lepaskan kepadaku, entah dengan cara apa aku Ong Bun kim akan membalasnya, aaai

..."

"Jangan membicarakan soal membalas budi. bukan pembalasan yang kuharapkan dari apa yang kulakukan selama ini bagimu ..."

"Sekarang, bersediakah kau memberitahukan kepadaku siapa namamu?"

"Tentu saja bersedia, aku bernama Tan Hong-hong!" "Enci Tan, aku..."

Ketika sinar matanya menyapu sekejap jenazah Coa Siok oh yang tergeletak di atas tanah, mendadak sekujur badannya gemetar keras, rasa sedih kembali muncul dalam hatinya dan mencekam seluruh perasaannya, tanpa di sadari titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.

Bunga iblis dari neraka yang menyaksikan kejadian tersebut tentu saja mengetahui bagaimanakah perasaan Ong Bun kim ketika itu, segera hiburnya dengan lembut. "Adik Ong, kau tak usah bersedih hati yang kelewat sangat . . ."

"Aku benar benar berbuat salah kepadanya, aku telah melakukan suatu tindakan yang keliru kepadanya !"

"Aku yakin dia pasti akan memaafkan kesalahanmu itu, mari kita kubur jenazahnya!"

Melotot sebesar gundu sepasang biji mata Ong Bun kim, sambil menggigit bibir menahan rasa dendam serunya:

"Siau Hui-un akan kucari dan kucincang tubuhnya menjadi berkeping-keping, dialah penyebab terjadinya peristiwa berdarah ini, ia berperan terlalu mirip dengan keadaan sesungguhnya... perempuan berhati bisa, perempuan berhati ular berkepala manusia, bila aku tak bisa mencincang tubuhnya menjadi kepingan-kepingan kecil, aku bersumpah tak akan menjadi manusia."

Berbicara sampai di situ, hawa napsu membunuh yang tebal dan mengerikan segera menyelimuti seluruh wajahnya, begitu seram milik wajahnya ketika itu membuat siapapun yang menyaksikan ikut merasakan bergidik.

"Jangan, jangan kau lakukan perbuatan itu" pinta Bunga iblis dari neraka dengan nada setengah merengek, "kau tak boleh mengerahkan tenaga lagi untuk berkelahi!"

"Kenapa?"

"Sebab bila kau sampai bertenaga apalagi berkelahi dengan orang, maka nyawamu hanya akan bertahan selama lima hari saja!"

Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim segera tertawa dingin tiada hentinya.

"Heehhh . . . heehbh . . . heeehhh . . . , lima haripun sudah lebih dari cukup bagiku, asal Siau Hui un dapat kubunuh sampai mampus, sekalipun detik itu juga aku mampus, akupun akan mampus dengan hati yang lega!"

Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang. "Aaaai.... dengan cara apa kau hendak membinasakan

dirinya?" ia bertanya.

"Aku hendak membunuhnya dikala ia sedang tidak menaruh perhatian kepadaku!"

"Yaa, aku tak dapat melarang keinginanmu, terserahlah apa yang ingin kau lakukan, sekarang lebih baik kita kubur dulu jenazah ibumu!"

Ong Bun-kim mengangguk dengan sedih, maka kedua orang itupun segera turun tangan untuk mengebumikan Coa Siok oh, perempuan yang malang itu ke dalam tanah.

Nasib yang buruk dan kejam telah mendatangkan kepedihan kekecewaan sepanjang hidupnya, sekarang semuanya telah berakhir, semuanya telah lenyap mengikuti lenyapnya badan tertimbun tanah liat.

Berdiri termangu di depan kuburannya yang baru, tanpa sadar Ong Bun kim mengucurkan titik air mata menyesal, diam-diam ia berjanji dalam hatinya:

"Ooh ibu! Selama aku tidak mati, aku pasti akan membalaskan dendam bagi sakit hatimu, beristirahatlah dengan tenang..."

Lama, lama sekali ia berdiri termangu sebelum akhirnya berlalu dengan berat hati meninggalkan tempat itu.

Ong Bun kim dan Bunga iblis dari neraka pelan-pelan berjalan menembusi jalan setapak... wajah mereka diliputi oleh kemurungan, kesedihan dan kesayuan yang mengenaskan. Mereka berdua sama-sama tercekam dalam jalan pemikirannya sendiri-sendiri, masing-masing terbuai dalam kenangan dan persoalan yang berbeda... tapi ada satu kesamaan mereka, yakni kedua-duanya berada dalam keadaan melamun.

Apa yang dipikirkan Ong Bun kim ketika itu tidak lain adalah soal membalas dendam, bagaimana caranya membunuh Siau Hui un, perempuan licik dan keji yang telah mengoyak-ngoyakkan kehidupannya.

Sedang Bunga iblis dari neraka terbuai dalam pemikiran bagaimana caranya mendapatkan mata uang kematian. Tanpa mata uang kematian, tak mungkin Ong Bun kim bisa hidup lebih jauh.

Tapi, diantara enam biji mata uang kematian, dua biji diantaranya berada di tangan Kui jin suseng, sedang empat biji yang lain berada di Hiat hay longcu, di manakah kedua orang itu berada sekarang?

Ia harus mendapatkan kembali semua mata uang kematian dalam jangka waktu seluluh hari, hal ini sungguh merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan tidak gampang dilaksanakan.

Berpikir sampai di situ, tanpa sadar Bunga iblis dari neraka bertanya.

"Sekarang kau hendak pergi ke mana?"

"Pergi ke lembah Sin li kok dan mencari kokcunya Siau Hui un untuk membuat perhitungan..."

Belum habis perkataan itu berkumandang, mendadak terdengar suara tertawa dingin yang menggidikkan hati berkumandang memecahkan kesunyian. "Heeehhh...heeehhh....heeehh...Ong Bun kim kau anggap dendam sakit hatimu bisa kau tuntut balas ?"

Paras muka Ong Bun kim dan Bunga iblis dari neraka sama sama berubah hebat, serentak mereka memutar tubuhnya ke arah mana berasalnya suara ejekan tadi.

Tapi begitu mengetahui siapa yang berdiri di hadapannya, sekujur badan Ong Bun kim segera gemetar keras, serunya tertahan:

"Aaaah kau ?"

"Benar, akulah Siau Hui un !"

Dalam saat dan keadaan seperti ini ternyata Siau Hui un bisa munculkan diri di tempat tersebut, kejadian  ini sungguh berada di luar dugaan Ong Bun kim, hawa napsu membunuh yang tebal seketika itu juga menyelimuti seluruh wajahnya.

"Adik Ong, diakah musuh besar ibumu?" bisik Bunga iblis dari neraka dengan lirih.

"Benar, aku hendak membinasakan perempuan bangsat ini!"

Siau Hui un tertawa dingin tiada hentinya. "Heehh...heeehhh...heeehhh...Ong  Bun  kim,  aku  tidak

menyangka kau masih belum mampus di ujung pedang  Liu

yap kiam tersebut. "

Dengan kalap Ong Bun kim tertawa seram. "Haaahhh...haahhh...haahhh...Siau Hui un, kau

perempuan yang berhati keji seperti racun ular, bukan ayahku saja yang telah kau celakai, akupun hendak kau bunuh. Bila aku tidak bisa mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping, aku bersumpah tak akan menjadi manusia, sekarang aku memang hendak mencarimu " "Hmm--- ! Kau anggap hanya dirimu yang mencariku?

Ketahuilah akupun sedang mencarimu..."

"Bagus sekali...aku tidak mengira kalau kau telah menggunakan siasat yang begitu tak tahu malu dan rendah derajatnya, kau babi perempuan biadab..."

Siau Hui un tertawa seram, selangkah demi selangkah dia mendekati Ong Bun kim lalu tegur nya lagi:

"Sekarang gurumu berada di mana?" "Mau apa kau?"

"Aku sedang mencarinya!"

"Huuuh...kau perempuan macam babi biadab masih belum berhak untuk mengetahui hal itu."

"Ong Bun kim, ketahuilah kau, selama ini aku selalu mengikuti ke mana kau pergi, tujuanku tak lain adalah ingin membunuhmu setelah kau mengerti duduk perkara yang sesungguhnya..."

"Jadi kau telah mengakui bahwa kau bukan ibuku?^ bentak Ong Bun kim dengan geramnya.

"Benar." jawab Siau Hui un dingin, "aku memang bukan ibumu, ibu kandungmu Coa Siok oh telah mampus di ujung pedang Liu yap kiam lantaran untuk melindungi kau . . !"

"Jadi kaupun telah mengaku bahwa kau juga yang telah mencelakai ayahku . . . ?"

"Benar!"

"Mengapa kau harus membinasakan ayahku? Hayo jawab!" teriak Ong Bun kim sangat marah.

"Kau tak usah tahu tentang urusan ini!" "Kalau begitu kau mengaku-ngaku sebagai ibuku selama ini tak lain karena ingin mendapatkan sebuah benda dari tubuhku?"

"Tepat sekali ucapanmu!"

Selapis hawa pembunuhan yang tebal dan mengerikan segera menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim, saking besarnya luapan emosi yang mencekam anak muda itu, membuat sekujur badannya gemetar keras.

Harpa besi yang tergantung pada punggungnya segera dilepaskan, kemudian bertanya:

"Siau Hui un, aku hendak menjagal tubuhmu!" "Heeehh...heeehh....heeehh..... akupun hendak

melenyapkan nyawa anjingmu dari muka bumi!" ejek Siau Hui un sambil tertawa dingin.

Ong Bun kim tertawa seram, tubhhnya seperti macan terluka langsung menerjang ke arah Siau Hui un . . . .

Paras muka Bunga iblis dari neraka berubah hebat, bentaknya:

"Adik Ong, jangan turun tangan sendiri, biar aku yang membinasakan bangsat itu."

Secepat anak panah yang terlepas dari busurnya Bunga iblis dari neraka melompat ke depan dan menghadang di hadapan Ong Bun kim.

"Menyingkir kau!" bentak Ong Bun kim tiba tiba.

Paras muka Bunga iblis dari neraka berubah hebat, bisiknya dengan suara gemetar:

"Kau "

"Aku hendak turun tangan sendiri untuk membunuh perempuan terkutuk itu " "Tapi kau ... "

"Tak usah banyak bicara lagi, aku sudah tidak tahan, aku harus mencincang tubuhnya sekarang juga "

Dalam pada itu Siau Hui un telah meloloskan sebilah kutungan pedang yang panjangnya dua depa dari punggungnya, lalu dengan wajah diliputi napsu membunuh ia berseru:

"Tak seorangpun di antara kalian yang dapat kabur dari cengkeramanku!" Setelah berhenti sebentar, kembali ujarnya:

"Ong Bun kim sebetulnya aku tidak ingin membunuh kau, tapi sekarang, mau tak mau pembunuhan ini harus kulaksanakan!"

"Karena aku telah berhasil membongkar kedok kelicikanmu?" ejek Ong Bun kim sinis.

"Benar!"

"Kau memang seorang perempuan yang benar-benar amat jahat dan kejam, bukan ayahku saja telah kau bunuh, kaupun hendak membuat aku jadi gila, kau hendak suruh aku membunuh ibu kandungku sendiri kau perempuan biadab."

"Apa salahku? Itu toh merupakan rencana bagus yang telah kususun dengan cermat, cuma rencanaku itu kini sudah kau ketahui kenapa kau?"

Ong Bun kim tak dapat mengendalikan perasaannya lagi, ia segera membentak nyaring.

"Enci Tan, minggirlah kau, hendak kujagal perempuan biadab yang tak tahu malu ini!"

Di tengah bentakan nyaring, secepat kilat Ong Bun kim menerjang ke arah tubuh Siau Hui un, harpa besinya diayunkan kemuka dan diiringi deruan angin tajam ia melepaskan sebuah serangan maut.

Di dalam melancarkan serangan mautnya itu, Ong Bun kim telah sertakan juga segenap tenaga dalam yang dimilikinya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.

Siau Hui un mengejek dingin, tangannya lantas digetarkan dan kutungan pedangnya disertai kilatan cahaya tajam melepaskan pula sebuah serangan yang tak kalah dahsyatnya ke tubuh lawan.

Bayangan manusia berkelebat lewat, tubuh Ong Bun kim segera terdesak rnundur selangkah.

Dari bentrokan yang berlangsung dalam satu gebrakan ini, segera dapat diketahui siapakah di antara kedua orang itu yang lebih tangguh.

Berbicara dari kemampuan ilmu silat yang di miliki Ong Bun kim, tampaknya ia masih selisih jauh bila dibandingkan dengan Siau Hui un.

Memang, tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun-kim bukan tandingan Siau Hui-un, lagi pula tanpa keyakinan yang masak mana berani Siau Hui-un mendatangi tempat itu seorang diri ?

Bunga iblis dari neraka yang mengikuti jalan nya pertarungan itu segera berubah paras mukanya, ia tahu betapa gawatnya keadaan Ong Bun-kim ketika itu.

Jangankan untuk membalas dendam, bisa jadi selembar nyawapun bakal ikut kabur.

000ooodwooo000

BAB 22 PARAS muka Ong Bun-kim ikut pula berubah hebat, ia membentak nyaring, serangannya makin dipercepat dan sekali lagi ia menubruk ke arah Siau Hui-un sambil melepaskan dua buah serangan.

Siau Hui-un sendiripun tak mau unjukkan kelemahan sendiri, napsu membunuhnya telah timbul dari dasar hatinya, sambil membentak keras, pedang kutungnya secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.

Dalam waktu singkat, kedua orang itu masing-masing telah melancarkan lima buah serangan berantai.

Bunga iblis dari neraka hanya berdiri di sisi gelanggang sambil bersiap sedia melepaskan serangan maut, mendadak perasaannya bergetar keras, ia saksikan ilmu silat yang dipergunakan Siau Hui-un terdapat banyak bagian yang agak mirip dengan kepandaian silat milik Ong Bun-kim.

Hanya saja perubahan jurus serangan yang di pakai Siau Hui-un jauh lebih sakti daripada jurus serangan milik Ong Bun-kim, dan lagi dalam soal tenaga dalam pun ia jauh lebih tinggi dari pada si anak muda itu.

Bunga iblis dari neraka menjadi tidak habis mengerti, dia tak tahu kenapa kepandaian silat mereka berdua begitu mirip antara satu dengan lainnya.

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar