Seruling Haus Darah Jilid 06

 
Jilid 06

PADA saat itu perahu masih meluncur terus dengan diikuti oleh dua perahunya orang-orang Mo-in-shia, biarpun menguntit terus, tokh kedua perahu Mo-in-shia tak berani datang dekat, mereka hanya mengikuti dari

jarak yang cukup jauh.

Coa Wie Sie. si juragan perahu masih dag-dig-dug hatinya, dia sering melirik ke arah kedua perahu orang-orang Mo-in-shia yang masih membuntuti perahunya dalam jarak tertentu, Juragan perahu tersebut jadi gelisah sekali, dia takut terjadi pertempuran sehingga adanya pertumpahan darah di perahunya, hal ini akan membuatnya berabe, lagi pula dia takut nanti dirinya raenjadi sasaran kemarahan orang-orang Mo-in-shia tersebut. Keringat dingin membanjiri kening dan tubuh juragan perahu she Cioe tersebut.

Dan pemimpin orang-orang, Mo-in-shia, Ciu Wie, yang tertawan oleh Khu Sin Hoo meringkuk tak dapat bergerak, karena jalan darahnya ditotok oleh Hwee- shio itu. Matanya mendelik ke arah Khu Sin Hoo berulang kali dia memperdengarkan suara dengusannya.

Thian-san Sian-eng yang melihat orang selalu mendengus sambil mendelik, jadi ketawa mengejek,

"Lihatlah Soe-heng !!" kata Song Ming sambil menunjuk Cioe Wie, dia ketawa mengejek, "Tadi dia galak luar biasa, sekarang mati kutu seperti kerbau yang akan disembelih, selalu mendengus !"

Auw-yang Boen juga ketawa sambil memandang dengan pandangan menghina kepada Cioe Wie.

"Ya," dia menyahuti, "Sekarang Mo-in-shia baru memperoleh pelajaran, bahwa orang-orang Pek Bwee Kauw tak dapat diremehkan !"

Dan, Thian-san Sian-eng ini ketawa mengejek dengan berulang kali mengeluarkan suara ejekan.

Mata Cioe Wie jadi semakin melotot, dia meludah ke arah kedua anak muda itu. Namun disebabkan jarak mereka cukup jauh, sehingga ludah itu tak dapat mengenai Auw-yang Boen dan Sung Ming.

Tetapi hal ini telah membikin Thian-san Sian-eng jadi murka. Mereka tak mau orang menghina dengan ludahnya itu. Lebih-lebih Auw-yang Boen yang sifatnya agak berangasan, dia berdiri menghampiri Cioe Wie. "Orang sbe Cioe, apakah kau minta dihajar?" bentaknya dengan suara yang keras. "Apakah kau kira kami orang-orang Pek Bwee Kauw tak berani membikin kepala terpisah dari tubuhmu yang tak ada harganya itu ?! Hmm! Janganlah membikin Auw-yang Siauw-yamu jadi murka, sekali perasaannya tersingguug, maka kepalamu itu tak mungkin dapat nempel terus di lehermu !!" Siauw-ya ialah tuan muda.

Cioe Wie ketawa mengejek. Matanya mendelik lebar.

"Apakah kau duga orang-orang Mo-in-shia jeri pada kematian ?!" katanya dengan suara yang aseran. "Kalau memang kau mau bunuh, bunuhlah !!"

"Hmm ..... tak mudah untukmu mampus begitu saja !" menyahuti Auw-yang Boen sambil ketawa mendecih, ternyata dia sangat meremehkan tawanannya itu. "Walau pun kau mampus, tokh belum tentu kau dapat ! Kalau kami mau, kau tak bisa menjadi memedi ! Kami akan memutuskan seluruh urat-urat jalan darah terpenting ditubuhmu, maka untuk seterusnya, selain ilmu silatmu punah, juga kau akan menjadi si manusia bercacajang tak ada gunanya !" Hebat ancaman Auw- yang Boen, tapi Cioe Wie benar-benar tak jeri pada anak muda ini. Dia malahan mendengus menghina anak muda she Auw-yang tersebut, kemudian memalingkan wajahnya tak mau memperdulikan jago Thian-san ini.

Auw-yang Boen jadi mendongkol melihat sikap orang yang tak mau memperdulikannya itu, dia mengayunkan kakinya menyepak punggung orang she Cioe itu.

"Bangsat! Apakah kau benar-benar mau mampus ?" bentaknya gusar, dia bukan hanya menyepak saja, tangannya juga bergerak menampar wajah orang she Cioe yang menjadi tawanannya.

"Plaakkkk!" tangan Auwyang Boen bersarang di pipi Cioe Wie, sehingga menggusarkan orang she Cioe tersebut. Dia meludahi muka Auwyang Boen, karena jarak mereka sangat dekat sekali, maka dengan tepat ludah itu mengenai muka Auwyang Boen.

Anak muda she Auwyang tersebut jadi gelagapan untuk sesaat lamanya, namun di saat dia tersadar apa yang terjadi dia jadi sangat murka sekali.

"Sreettt!" dia mencabut pedangnya, yang sudah lantas terhunus di tangannya.

"Bangsat! Kau benar-benar minta Toaya, tuan besarmu, untuk menghabiskan jiwa anjingmu ini, heh?!" bentaknya gusar. Cioe Wie mendengus, dia tak meladeni, hanya membuang pandangannya ke arah lain seperti juga tak mengacuhkan anak muda she Auwyang itu.

Hal tersebut menggusarkan Auwyang Boen dia sampai berjingkrak bahna gusarnya. Kemudian diayunkan pedangnya untuk menabas kepala tawanannya itu, karena dia sudah mata gelap ......

Melihat itu, Khu Sin Hoo berseru gusar, dia mencelat dan tahu-tahu pedang anak muda she Auwyang telah dapat direbutnya dan 'plaakkk'! pipi Auwyang Boen telah kena ditamparnya cukup keras, sehingga tubuh Auwyang Boen terhuyung beberapa langkah.

"Kau ..... kau ..... " Auwyang Boen ingin memaki pendeta yang telah merebut pedang dan menampar pipinya. Walaupun betul tadi Hwee-shio ini yang telah menolong keselamatan mereka dari tangan orang-orangnya Mo-in-shia, tapi sebab pipinya ditampar begitu macam dan lagi pula pedangnya telah dapat direbut oleh Khu Sin Hoo sehingga anak muda yang cepat naik darah ini murka sekali.

"Hmm bocah! Dengan seenak perutmu kau menyiksa seorang tawananku

.....! bentak Khu Sin Hoo. "Apakah kau mencari mati ?"

Menatap mata Khu Sin Hoo yang bersinar tajam, makian yang telah sampai ditenggorokkannya jadi ditelan kembali oleh anak muda she Auwyang tersebut dia jadi keder.

"Loo-cian-pwee .....!" achirnya dia berkata juga. "Orang ini sangat kurang ajar sekali, maka kami rasa dengan memperlakukan padanya dengan cara ini, seharusnya dia musti mengucapkan terima kasihnya kepada kita. Tapi tokh, orang Mo-in-shia ini benar-benar tak mengenal aturan, dia malah telah meludahi Boan- pwee ! Dan hal ini kukira telah keterlaluan, lagi pula orang she Cioe dari Mo-in- shia ini telah bosan hidup, dia sangat kurang ajar sekali."

Khu Sin Hoo mendengus dingin, sikapnya tawar sekali,

"Hmm ..... biarpun dia berlaku kurang ajar yang melampaui batas, tapi kau tak berhak untuk menyiksanya ! Pinceng yang menawannya, sehingga dia menjadi tawanan Pinceng. Kalau memang kau masih bermaksud ingin menyiksanya, maka kau harus menghadapiku terlebih dulu !!" angker sekali wajah Hwee-shio ini, dia menatap muka orang tajam sekali.

Melihat pancaran mata Hwee-shio itu yang bersinar. Auwyang Boen jadi jeri. Hatinya telah keder lebih dulu, apa lagi tadi Khu Sin Hoo telah memperkenalkan dirinya, sehingga Auwyang  Boen mengetahui bahwa pendeta aneh ini berkepandaian tinggi sekali, sangat kosen, sehingga sukat untuk diukur kelihaian si-Hwee-shio.

"Maafkanlah kalau memang perbuatan Boan-pwee tadi telah melancangkan Sian-soe .....!!" kata Auwyang Boen agak lunak, karena dia agak keder untuk berhadapan dengan orang lihai ini. "Tapi "

"Tadi Pinceng telah membuka mulut mengeluarkan kata-kata yang menjamin keselamatan orang tawanan Pinceng itu, maka kalau sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan, mau ditaruh di mana mukaku ini ?!" kata Khu Sin Hoo mendongkol, dia memotong perkataan anak muda itu. "Nah, ambillah pedangmu ini !" dau Khu Sin Hoo mengembalikan pedang Auwyang Boen yang tadi dapat direbutnya.

Auwyang Boen menyambut pedangnya itu, dia baru saja mau membuka mulut untuk mendebat perkataan Hwee-shio itu, tiba-tiba terdengar orang-orang Mo-in-shia yang berada di dalam kedua kapal di belakang kapal Coa Wie Sie bersorak keras sekali, tampaknya mereka kegirangan, teriakan mereka juga menggemuruh.

Semua orang yang berada di dalam perahunya Coa Wie Sie jadi heran, mereka menoleh. Termasuk Khu Sin Hoo, yang juga menoleh sambil mengerutkan sepasang alisnya.

Waktu semua mata ditujukan pada kedua kapal orang-orangnya Mo-in-shia, wajah semua orang yang berada di dalam perahunya Coa Wie Sie jadi berobah pucat, malah Auwyang Boen sendiri sampai mengeluarkan seruan kaget, tubuhnya agak tergetar.

Apa yang dilihat oleh orang-orang itu ?!

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

Bab 14

DIANTARA gemuruhnya sorak-sorai orang-orang Mo-in-shia yang ada di kedua kapal yang mengikuti kapal Coa Wie Sie, tampak meluncur mendatangi sebuah kapal yang besar dari jurusan muka. Kapal itu diperlengkapi oleh tiga layar dan di puncak tiang layarnya, berkibar sehelai bendera, dimana terlukis sebuah tengkorak manusia dan dibawah tengkorak itu, terlukis sepasang pedang yang berwarna merah. Kapal itu meluncur mendatangi bagaikan sebuah bayangan gunung yang menjulang tinggi.

Coa Wie Sie sendiri jadi gemetar ketakutan, wajahnya pucat pasi. Dia takut perahunya ketabrak oleh kapal itu, perahunya pasti akan hancur berantakan.

Thian-san Sian-eng sendiri jadi pucat wajah mereka waktu melihat kapal itu. "Mo-in-shia !!" mereka berseru tertahan hampir berbareng. '

Hanya Khu Sin Hoo yang menatap kedatangan kapal besar itu sambil mengerutkan alisnya, dia mendengus, lalu tanpa memperdulikan semua orang yang berobah wajahnya menjadi pucat, si-Hwee-shio kembali kedekat Han Han.

"Telah datang kawan-kawannya orang she Cioe yang kita tawan itu!" bisik Khu Sin Hoo pada Han Han. "Kalau nanti terjadi suatu partempuran, kuminta kau menyingkir agak jauh  !!"

"Lihaikah orang-orang yang sedang mendatangi itu, Sian-soe?" tanya Han Han sambil memandang ke arah kapal besar yang sedang meluncur mendatangi, bagaikan sebuah gunung raksasa yang bergeser akan menguruk perahunya Coa Wie Sie.

Khu Sin Hoo ketawa tawar.

"Walaupun mereka lihai, belum tentu mereka dapat menghinamu, Han-jie

!!" katanya kemudian sambil mengusap-usap kepala si bocah.

"Sian-soe ..... !" tergetar suara si bocah Han ini, karena hatinya terharu melihat si Hwee-shio begitu menyayangi dirinya.

Khu Sin Hoo tersenyum lembut, penuh kasih-sayang.

"Kau jangan takut ..... tak nantinya ada orang yang dapat mengalahkan diriku'!" katanya cepat, dia duga si-bocah sedang ketakutan melihat datangnya kapal besar itu. "Selama ada aku di sisimu, maka kau jangan kuatir nanti diganggu orang seujung rambutmupun !!"

Air mata Han Han jadi menitik melihat kasih-sayang Hwee-shio ini kepada dirinya.

"Kau sangat baik sekali, Sian-soe ..... !" katanya dengan suara yang perlahan. "Entah bagaimana nanti aku harus membalas budimu ini ?!"

Kembali Khu Sin Hoo ketawa tawar.

"Kukira hal itu tak perlu dibicarakan Han-jie !' kata Hwee-shio tersebut tawar. "Budi dan dendam selalu bermunculan di dalam dunia ini, maka kalau memang seseorang tak menaruh dendam pada seorang lawannya, tentu akan menaruh budi pada seorang kawannya ! Semuanya memang harus begitu Han-jie, tak budi, tak dendam, semuanya sama, kosong tak ada artinya .....! Siapa yang dapat melenyapkan kedua perasaan tersebut, orang itu akan bahagia "

Han Han mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mengerti apa maksud perkataan Hwee-shio itu. Dia sebagai seorang bocah cilik yang masih berusia muda sekali, baru berusia sepuluh tahun, telah hidup terlunta-lunta, karena ayah dan ibunya telah gila dan keempat murid ayahnya juga telah gila pula. Malah, di hati seorang bocah yang masih suci ini, tersembunyi sebuah dendam yang menyala, akan menimbulkan kobaran api kekacauan dan kekeruhan nantinya.! Memang perkataan Khu Sin Hoo benar, manusia yang dapat menghindarkan diri dari dua perasaan yang disebut dendam dan budi itu, maka hidup orang itu akan bahagia sekali, beruntung dalam penghidupannya yang tenang.

Pada saat itu kapal yang besar yang meluncur perlahan sekali sudah semakin mendekat, orang-orang Mo-in-shia yang berada di kedua perahu telah mendekatkan kendaraan air mereka itu pada kapal besar yang baru datang dan seorang demi seorang tampak, pindah kekapal besar tersebut.

Wajah Thian-san Sian-eng semakin lama jadi semakin pucat dan tak enak dipandang. Tangan mereka tampak meraba gagang pedang yang dicekalnya erat- erat, siap untuk menjaga segala kemungkinan. Mata mereka dipentaug lebar-lebar kearah kapal besar yang baru mendatangi itu, sikap mereka gelisah sekali.

Dari kapal besar itu tiba-tiba keluar seorang laki-laki bertubuh pendek kecil, kepalanya botak, hanya di bagian samping kepalanya yang botak itu ditumbuhi oleh beberapa helai rambut yang berwarna kuning. Gerakannya mantep sekali, menyatakan kesempurnaan ilmu si kate itu.

"Hian-san Sian-eng !!" terdengar orang itu, si-kate berteriak nyaring sekali, karena suaranya itu disertai oleh emposan tenaga dalamnya, Lwee-kangnya. "Kami dari pihak Mo-in-shia telah secara baik-baik mengundang kalian untuk mengunjuk hormat pada ketua kami, namun kalian malah telah sesumbar dan membusungkan dada serta menghina ketua kami dengan mulut kalian yang kotor itu! Hmmm .....

hari ini, sebelum kalian menangis darah, kami dari Mo-in-shia tak mungkin akan memberi pengampunan bagi kalian !"

Thian-san Sian-eng yang sejak tadi telah gelisah, jadi tambah tak tenang waktu melihat si kate, karena mereka mengetahui bahwa si-kate adalah Miauw, Siu, wakil dari ketua Mo-in-shia yang mempunyai kepandaian yang luar biasa tingginya, si kate terkenal kosen, sebab dia pernah menjatuhkan tiga orang Hwee- shio penjaga Tat-mo-tong di kuil Siauw-liem-sie. Di sebabkan hal itu, si kate dengan cepat dikenal di dalam rimba persilatan, namanya menjulang cepat sekali, banyak kawan maupun lawan yang jeri padanya. Dia juga terkenal dengan pukulan geledeknya, sebab telapak tangannya yang lebih besar dari umumnya kalau dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang kate, dapat menghajar pecah sepotong besi yang cukup tebal.

"Kau tentu orang she Miauw, bukan ?" tegurnya sambil tertawa tawar. "Kami memang sudah mendengar nama besarmu itu! E Tapi sekarang, walaupun kalian mengandalkan jumlah yang banyak, kami orang-orang Pek Bwe Kauw tak akan mundur satu langkah pun H Majulah, marilah kita bertempur untuk menentukan siapa yang dapat berdiri di permukaan sungai ini!!"

Si-kate, yang memang Miauw Siu, ketawa mengejek.

"Kalian dua orang bocah yang tak punya guna berani menantangku ?" tegurnya menghina. "Walaupun kau berlatih lagi sepuluh tahun, belum tentu kau dapat menyentuh bajuku! Hmm, lebih baik kau pulang saja menyusu lagi pada ibumu !!"

Wajah Sung Ming jadi merah padam, dia jadi murka sekali. Nyata orang tak pandang sebelah mata pada mereka berdua, padahal Thian-san Sian-eng mempunyai nama yang cukup besar di dalam kalangan Kang-ouw, maka sekarang, di kala orang memandang hina pada mereka, tubuh Sung-Ming jadi gemetar menahan kegusarannya.

"Jangan terkebur orang she Miauw!!" Sung Ming balas meneriaki si kate.. "Mungkin juga kepandaianmu setan botak lebih tinggi dari kami satu tingkat, tapi tokh kami tak takut! Kematian biasa bagi orang-orang Pek Bwee Kauw!! Nah, majulah, marilah kita bertempur sampai salah seorang di antara kita ada yang mampus !"

"Hmmm ..... Hmmm ..... apakah aku pasti bertempur dengan seorang bocah yang masih ada bau pupuknya?!" kata si kate mengejek. "Sudah kukatakan tadi, baiknya kau kembali saja kerumahmu dan mintalah pada ibumu itu untuk menyusu

!!" dan Miauw Siu ketawa besar, sampai tubuhnya yang pendek itu tergoncang keras.

Muka Sung Ming jadi merah padam saking murkanya. karena pulang-balik orang telah menghinanya begitu macam. Begitu juga dengan Auwyang Boen, dia gusar sekali, sampai mementangkan mata-matanya lebar mendelik pada si kate itu. Walaupun Thian san Siang-eng ini mengetahui bahwa mereka bukan tandingan'Miauw Siu, dan kepandaian mereka masih kalah beberapa tingkat dari si kate ini. tapi tokh mereka jadi murka sekali, karena mereka diremehkan oleh si kate dan tak dipandang sebelah mata.

"Hai kate gundul      kalau memang kau mempunyai kepandaian, jangan kau

pentang bacot saja di situ! Majulah. kami tak jeri pada setan penasaran botak semacam kau !" seru Auwyang Boen gusar. "Sekarang kau merupakan setan botak kate, nanti kami bikin kau menjadi setan tanpa kepala !" dan sengaja Auwyang Boen ketawa, dia sengaja ingin membikin hati orang panas.

Benar saja, wajah Miauw Siu jadi merah padam, tubuhnya yang pendek agak menggigil menahan kegusarannya. Dengan murka, dia menjejakkan kakinya mencelat dari kapal itu kearah perahu Coa Wie Sie.

"Bocah kurang ajar !" teriak si kate di kala tubuhnya melambung di tengah udara. "Akan kurobek mulut kotormu itu !" dan berbareng dengan habisnya perkataan si kate itu, tubuhnya sudah hinggap di buritan perahu Coa Wie Sie, matanya yang besar itu menyapu semua orang yang ada di perahu Coa Wie Sie.

Hebat gerakan si kate ini, tubuhnya sangat gesit dan lincah, juga lompatannya tadi sangat enteng sekali, menyatakan ilmu entengi tubuhnya telah mencapai kesempurnaannya. Malah yang lebih hebat lagi, jarak antara kapal besar itu dengan perahu Coa Wie Sie terpisah dalam jarak yang cukup jauh, yaitu sepuluh tombak lebih, tapi tokh si kate ini masih dapat hinggap di perahu orang she Coa dalam keadaan selamat, malah waktu dia hinggap, tampaknya enteng sekali.

Thian-san Sian-eng melihat kehebatan orang, mereka jadi berdiri bimbang.

Nyata mereka jeri pada si kate ini.

"Hmmm .....!" saat itu si kate telah mendengus dengan suara yang dingin. "Sekarang biarpun kalian minta jalan hidup, tokh aku tak akan memberikannya! Bersiap-siaplah uutuk mampus, bocah bau !!"

Thian-san Sian-eng dari jeri jadi nekad, mereka juga bermaksud mengepungnya.

Biarpun kepandaian si kate tinggi dan dia kosen, tapi tokh dia cuman sendirian, sedangkan Thian-san Sian-eng berdua, dengan jalan mengeroyoknya, tentu si kate pasti akan dapat dirubuhkannya !

Si kate ketawa dingin melihat orang menjublek mematung saja berdiam diri. "Cabutlah senjatamu !!" bentaknya dengan suara yang nyaring.

Thian-san Sian-eng tersadar mendengar bentakan si kate itu, dengan serentak mereka .mencabut pedang mereka masing-masing, mereka juga bersiap- siap untuk menyerang Miauw Siu. Miauw Siu menyapu dengan matanya kepada orang-orang yang ada di perahu ini, matanya berkilat tajam. Kemudian, dia menghadapi Thian-san Sian-eng lagi.

"Hmmm majulah !'' bentak Miauw Siu lagi. "Mengapa kalian berdiri seperti patung saja ? !"

Thian-san Sian-eng jadi tambah mendongkol, dengan mengeluarkan seruan gusar, Auwyang Boen menusuk si kate dengan pedangnya. Sang Ming juga meniru perbuatan Soe-hengnya, pedangnya juga berkelebat menyerang si-kate dengan jurus ‘Gie-san Tin-hay' atau 'memindahkan gunung dan membalikkan samudera'.

Melihat orang menyerang tanpa sungkan-sungkan; lagi, si kate ketawa pula, dengan gerakan yang sebat, dia melejit ke kiri, lalu tahu-tahu kakinya melayang menendang tangan Auwyang Boen dengan gerakan 'Tho-hoa-to' atau gerakan 'tendangan menyapu daun', sedangkan tangan kanannya merabuh tangan Sung Ming dengan jurus 'Wa Hun Keng Wei' atau 'Sinar surya membuyarkan uap', dia bermaksud untuk merebut pedang orang.

Auwyang Boen yang melibat orang menyerang dengan cara begitu, cepat- cepat dia menyingkir dari tendangan kaki si kate, lalu memutar pedangnya untuk melindungi tubuhnya. Sedangkan Sung Ming sendiri telah melompat ke samping, pedangnya ditarik kembali, kemudian disabetkan kearah tangan si kate, bermaksud untuk menabas patus tangan orang.

Si kate Miauw Siu ketawa dingin, dia bukannya melancarkan serangannya lagi, melainkan tubuhnya mencelat pesat sekali kearah Cioe Wie, kawannya yang tertawan. Memang tadi dia sengaja memancing Thian-san Sian-eng dengan serangannya, dia telah memperhitungkannya dengan menggunakan saat Auwyang Boen dan Sung Ming mengelakkan serangan, dia akan menolong kawannya yang tertawan itu.

Auwyang Boen dan Sung Ming jadi terkejut melihat kelakuan orang, mereka sampai mengeluarkan seruan. Cepat-cepat mereka menjejakkan kakinya untuk mengejar guna menghalangi maksud orang. Sebab, begitu Cioe Wie terbebaskan, habislah mereka, orang-orang Mo-in-shia akan lebih ganas lagi, perahu yang mereka tumpangi ini bisa dibikin bobol karam.

Pada saat itu Miauw Siu telah sampai di sisi Cioe Wie, dia mengulurkan tangannya untuk membebaskan totokan orang. Thian-san Sian-eng yang sedang melayang di udara, jadi mengeluh melihat itu, karena mereka terlambat menghalangi perbuatan si kate yang gesit luar biasa itu, mereka jadi gugup dan kalau sampai si kate bisa membebaskan totokan pada diri Cioe Wie. Habislah mereka. Saking gugupnya Auwyang Boen dan Sung Ming sampai mengeluarkan seruan, sedangkan jarak mereka dengan si kate masih terpisah lima tombak!

Cioe Wei sendiri sedang kegirangan melihat kedatangan si kate botak itu, sebab dia yakin dirinya akan dibebaskan dari tangan musuhnya itu. Dia jadi lebih girang lagi waktu Miauw Siu telah berada di hadapannya dan sedang mengulurkan tangannya untuk membebaskan totokan di dirinya.

"Miauw Loo-keh ! !" kata Cioe Wie girang. "Akhirnya kau datang juga untuk menolongi Siauw-jin ! !"

Miauw Siu hanya mendengus saja, dia mengulurkan tangannya untuk membebaskan totokan pada diri Coe Wie.

Namun      baru saja tangannya hampir menyentuh tubuh orang she Cioe itu,

serangkum tenaga yang kuat sekali, menyerang dirinya.

Miauw Siu sampai mengeluarkan seruan tertahan, kalau dia meneruskan tangannya, punggungnya akan terserang, sedangkan tenaga serangan itu kuat sekali, maka si kate tak berani main-main, terpaksa dia menarik pulang tangannya, yang tadi diulurkan untuk membebaskan totokan pada diri Cioe Wie lalu diputar untuk menangkis serangan di belakangnya.

"Dukkk !" terdengar suara yang keras sekali, karena tangan si kate telah menangkis tangan si penyerang. Beruntun dengan itu, terdengar suara "Kreeekkk !" yang keras, ternyata lantai perahu yang diinjak oleh Miauw Siu telah pecah, karena kerasnya tekanan tenaga serangan dan kuatnya si kate menangkis, sehingga tubuhnya melesak di lantai perahu itu.

Miauw Siu cepat-cepat menarik pulang tangannya dan tubuhnya mencelat menjauhi, untuk menjaga segala kemungkinan. Dia juga heran, karena dia memperoleh kenyataan orang yang menyerangnya itu sangat lihai sekali. Siapakah dia?

Waktu telah dapat berdiri tetap, Miauw Siu mendelik mementang matanya lebar-lebar. Di hadapannya berdiri seorang Hwee-shio yang tadi duduk di pojok perahu itu. Se dangkan saat itu Thian-san Sian-eng telah sampai di situ juga.

"Siapa kau, kerbau gundul ?" bentak Miauw Siu murka, karena dia kena dihalangi oleh Hwee-shio itu dan menggagalkan rencananya.

Hwee-shio itu ketawa dingin.

"Hmmm ..... kalau aku kerbau gundulnya, maka kau anak kerbau gundulnya!" dia menyahuti. Mata si Hwee-shio bersinar tajam. "Orang ini adalah tawananku, maka kalau memang kau mau merebut orang dari tanganku, kau dapat merubuhkan Pin-ceng dulu!!"

Wajah si-kate Miauw Siu jadi berubah merah padam, dia mengkerutkan sepasang alisnya. Walaupun dia sangat murka, tokh dia tak berani sembarangan bergerak, karena dia tahu Hwee-shio ini lihai sekali.

"Siapakah nama besar Sian-soe ?" tegurnya. "Kami kira, antara Sian-soe dengan kami dari pihak Mo-in-shia belum pernah saling berhubungan, dan juga tak pernah bermusuhan mengapa Sian-soe menawan orang kami ini ?!"

Hwee-shio itu ketawa dingin.

"Hmmm ..... aku si paderi miskin paling tak mau usil dengan urusan orang lain !" katanya dingin. "Tapi orang itu ..... di kala dia kalah bertempur dengan mereka ini " dan Hwee-shio itu menunjuk Thian-san Sian-eng. "dia malah akan

menggunakan akal busuk; akan membobolkan perahu kami ini dan akan menghujankan kami dengan panah-panah beracun !! Apakah orang-orang semacam dia ini patut diberi hidup ?"

Miauw Siu, si kate gundul menoleh sekilas pada Cioe Wie, kawannya yang masih menggeletak tertotok itu, kemudian dia menoleh kepada Thian-san Sian-eng. Si-kate ini mendengus, barulah dia menghadapi si-Hwee-shio lagi.

"Sian-soe ..... " kata si-kate kemudian. "Kukira dengan Sian-soe Mo-in shia tak pernah ada sangkutan, maka kalau tokh Cioe Wie mau mengambil tindakan begitu, kukira Sian-soe tak mungkin terseret-seret "

"Kepalamu gundul, kate!!" bentak Hwee-shio itu, yang ternyata Khu Sin Hoo, dengan suara yang mengejek. "Apakah kau kira dengan karamnya kapal ini dan dihujani akan panah beracun, aku si paderi miskin tak akan mampus?! Hu ! Hu! Lidahmu benar-benar tak bertulang  !!

Wajah Miauw Siu jadi berubah, matanya mencilak memain. "Jadi apa mau Sian-soe?" tegurnya tak senang.

"Hmmm aku mengingini kalian tetap meninggalkan kawannmu itu untuk

tanggungan, sampai kami mendarat nanti!!" menyahuti Khu Sin Hoo dingin.

Wajah si-kate gundul itu jadi berobah merah, nyata dia gusar sekali. "Apakah Sian-soe benar-benar tak ingin memberi muka padaku?" tanyanya

keras.

Mendengar pertanyaan orang, Khu Sin Hoo , jadi ketawa keras, sampai

tubuhnya tergoncang. "Apakah orang semacam, kau kate gundul, perlu diberi muka dan dihormati

? " katanya mengejek. "Biasanya.....si kate adalah penipu, si kate adalah licik, si kate adalah. "

"Tahan. !!" bentak Miauw Siu gusar dia tak tahan mendengar perkataan si-

Hwee-shio, malah saking gusarnya dia sampai berjingkrak. "Kau adalah orang beribadat mau apa kau mengeluarkan kata-kata yang dapat melukai perasaan orang?"

"Hmm..... walaupun Loo-lap seorang paderi, tapi Loo-lap tak terikat dengan segala peraturan, maka itu, kalau memang kenyataannya itu licik, Loo-lap berhak untuk mengatakannya bahwa si-kate gundul ini licik dan seorang penipu besar. !

" menyahuti Khu Sin Hoo sambil mendengus mengejek.

Miauw Siu jadi gusar benar, dia mengeluarkan suara bentakkan, tubuhnya mencelat, kedua tangannya diulurkan untuk menyerang dia menyerang dengan bengis sekali.

Khu Sin Hoo melihat cara menyerang orang, dia ketawa mengejek.

"Hmmm. ..... permainan bangpak semacam ini mau dipertunjukan di hadapanku?" katanya sambil mengibaskan lengan jubahnya yang kebesaran, serangkum angin menyerang Miauw Siu.

Hebat kesudahannya !

Miauw Siu merasakan serangkum tenaga serangan yang tak kelihatan, yang kuat sekali, mendesak dirinya, hati si kate ini jadi mencelos, ia berusaha untuk mengelakkan namun berhubung tubuhnya sedang berada di udara, maka dengan tak ampun lagi, serangan tenaga yang kuat dari Khu Sin Hoo telah menghajar dirinya..... ia mengeluarkan jeritan kaget dan tubuhnya yang pendek cebol itu melayang lalu kecebur di-sungai, sampai air sungai muncrat naik ke atas!

Orang-orang Mo-in-shia melihat hal ini sampai mengeluarkan seruan kaget, sedangkan Thian-san Sian-eng bersorak mengejek.

Khu Sin Hoo menoleh menatap Thian-san Sian-eng sambil mengerutkan sepasang alisnya, kemudian dia memutar tubuhnya dan kembali ketempatnya di samping Han Han.

Pada saat itu Miauw Siu telah ditolong oleh orang-orangnya, dia naik keperahunya dengan tubuh basah kuyup. Wajalmya merah padam, matanya mendelik, menyatakan dia sangat murka sekali. Tetapi dia tak berani melompat ke kapal Coa Wie Sie, sebab dia sekarang mengetahui, Khu Sin Hoo lihai sekali. Dengan mengibaskan lengan bajunya, si kate memerintahkan orang-orangnya untuk menjalankan perahunya. Dalam waktu yang singkat perahu itu telah menjauh dari perahu Coa Wie Sie dan akhirnya kapal-kapal orang Mo-in-shia meninggalkan tempat tersebut.

Coa Wie Sie dan anak-anak kapal jadi menarik napas lega, juragan perahu tersebut memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan perahu mereka lagi.

Thian-san Sian-eng juga telah duduk pada tempatnya semula.

Sedang perahu meluncur pesat tanpa rintangan lagi, tiba-tiba Han Han berdiri dan menghampiri Cioe Wie. Dia berjongkok di samping orang she Cioe itu.

"Loo-pek    !" kata si bocah ramah.

"Mengapa kau tak duduk saja?!" Han bertanya begitu, sebab dia melihat orang sejak tadi hanya meringkuk saja.

Cioe Wie mendongkol bukan main, dia duga si bocah ingin mempermainkannya, maka itu, waktu dia ditanya begitu, dia hanya mendengus.

Han Han heran melihat sikap orang, tapi tokh dia bertanya lagi: "Apakah disebabkan tadi Loo-pek bertempur terus menerus maka kau lelah sekali ?"

"Hmmm bocah bau ! Mau apa kau banyak bicara ?! Aku orang she Cioe telah jatuh di dalam tangan kalian, tapi jangan harap aku akan menghiba-hiba minta ampun. ! Kalau mau bunuh, bunuhlah!"

Han Han heran, dia jadi melengak.

"Heh..... siapa yang mau membunuh Loo-pek ?" tanyanya bingung. "Sudahlah Loo-pek, tak guna kita saling bermusuhan .....bukanlah lebih baik kita mengikat tali persahabatan.....bukankah ada pepatah yang mengatakan, semakin banyak sahabat, semakin bahagia hidup manusia...... Kurasa, antara Loo-pek dengan Jie-wie Gie-soe (kedua orang gagah) itu tak mempunyai ganjelan hati yang tak dapat diselesaikan, bukan?!"

Cioe Wie tak mau melayani bocah she Han itu, dia hanya mendengus dan mengawasi dengan mata mendelik.

Biar Han Han tabah, tokh melihat mata Cioe Wie yang begitu bengis, dia jadi keder juga. Cspat-cepat dia menghampiri Khu Sin Hoo.

"Tay-soe .....kasihan orang itu !" kata si bocah sambil menatap wajah Khu Sin Hoo. "Bisakah Tay-soe menolongnya dari penderitaannya itu ?"

Khu Sin H o tersenyum, wajahnya ramah sekali. "Ya, ya, Han-jie. !!" katanya cepat. "Kukira di antara aku dengan dia tak ada permusuhan, maka karena ini adalah permintaanmu, mau aku membebaskannya .....!!" Sehabis berkata, benar saja Khu Sin Hoo berdiri dari duduknya dan menghampiri Cioe Wie.

Thian-san Sian-eng mendengar perkataan Khu Sin Hoo, mereka jadi terkejut. Malah Auwyang Boen. telah melompat berdiri dan menghampiri paderi itu yang sedang menghampiri orang tawanannya itu.

"Sian-soe ..... kuharap Sian-soe jangan membebaskan orang she Cioe ini dulu, sebab begitu orang she Cioe ini memperoleh kebebasannya, kita bisa berabe. !!"

Khu Sin Hoo mendelik pada Auwyang Boen.

"Kalau memang aku membebaskan juga orang itu, kau mau apa ?" bentak nya aseran.

Wajah Thian-san Sian-eng, Auwyang Boen jadi berubah. Dia jeri melihat orang mendelik padanya, maka dari itu cepat2 dia menjura.

"Kalau memang Sian-soe ingin membebaskan juga, ya terserah pada Sian- soe saja !!" katanya dengan suara yang tawar.

Kemudian dia memutar tubuhnya dan kembali ketempatnya.

Khu Sin Hoo hanya mendengus melihat wajah Auwyang Boen, dia tahu orang penasaran. Tapi dia tak mau memperdulikannya. Sekali menepuk punggung Cioe Wie, maka orang she Cioe itu telah terbebaskan dari totokannya.

"Orang she Cioe..... kali ini karena memandang muka anak Han, mau aku membebaskanmu, namun kalau memang kau berbuat sesuatu yang membahayakan kami, maka aku terpaksa harus turun tangan ! Sebetulnya antara kau dan Loo-lap tak ada ganjelan apa-apa..... juga terhadap orang-orang Pek Bwee Kauw itu Loo- lap tak mempunyai hubungan sesuatu apapun, maka kalau memang tak membahayakan dan mengganggu diri Loo-lap, aku tak mau ikut campur urusan kalian !!"

Cioe Wie tak menyahuti, dia juga tak mengucapkan terima kasih, hanya bangkit berdiri dengan mata mendelik. Kemudian dia memutar tubuhnya kepada Han Han, katanya dingin : "Bocah, kau telah melepas budi padaku, maka pada suatu kali, aku pasti akan membalas budimu itu, sebab aku si orang she Cioe tak pernah menghabiskan antara budi dan dendam begitu saja !!"

Khu Sin Hoo hanya ketawa dingin saja, karena ia tahu, perkataan Cioe Wie itu ditujukan untuk dirinya dan Thian-san Siamg-eng, Cioe Wie mau maksudkan dia tidak akan melupakan budi kebaikan Han Han yang telah meminta kebebasan dirinya pada Sin Hoo, juga dia tak akan melupakan dendamnya pada Khu Sin Hoo dan Tkian-san Sian-eng, karena orang telah merubuhkannya !!"

Perahu meluncur terus, sampai akhirnya menepi dengan selamat.

Khu Sin Hoo mengajak Han Han turun dari perahu itu, begitu juga Cioe Wie yang telah melompat mendarat begitu perahu sudah mendekat pada tepian. Orang she Cioe itu sudah lantas kabur.

Thian-san Sian-eng turun belakangan, mereka agak mendongkol pada Khu Sin Hoo yang telah membebaskan Cioe Wie.

Sedangkan si paderi Khu Sin Hoo telah mengajak Han Han kesebuah rumah penginapan. Mereka bermalam di situ.

Pada tengah malamnya, penyakit si bocah kumat kembali, dia seperti orang kedinginan, tubuhnya menggigil dan giginya berkerat-kerot nyaring menahan perasaan dinginnya itu. Dia sampai dua kali tak sadarkan diri.

Menyaksikan penderitaan si bocah itu, Khu Sin Hoo berduka sekali, Dia tak dapat memberikan pertolongan kepada bocah itu dia hanya dapat menolong bocah itu dengan menotok jalan darah Cioe-kie-hiatnya untuk membikin bocah itu tertidur pulas agar penderitaannya berkurang.

Sedang Han Han tertotok pulas. Sin Hoo mengawasi wajah bocah itu yang sudah berobah biru gelap, mukanya juga perok sekali, di samping tubuhnya yang kurus sekali, Berulang kali Kho Sin Hoo menghela napas duka.

""Usianya masih demikian muda, tapi dia harus mengalami penderitaan sampai demikian macam..... "pikir paderi she Khu ini. "Hmmm..... semua ini gara- gara pengemis busuk yang tak mengenal perikemanusiaan. !!"

Lama Sin Hoo mengawasi wajah Han Han dia merasa iba pada penderitaan bocah itu. Achirnya, dia menuju kepembaringan dan duduk bersemedi di situ.

Tetapi, belum lagi dia duduk bersemedi sepasangan hio, terdengar suara rintihan bocah itu. Rupanya disebabkan penderitaan hawa dingin dan panas, im dan yang, yang mengaduk di dalam tubuhnya, totokan Khu Sin Hoo pada jalan darah Cioe-kie-hiat si bocah tak membawa paedah banyak.

Si paderi jadi terkejut, dia sampai melompat turun dari pembaringannya dan menghampiri Han Han. Dipenksanya keadaan bocah itu. Dia heran luar biasa, karena biasanya kalau dia menotok jalan darah itu akan terbuka dengan sendirinya selama dua belas jam, tapi anehnya sekarang bocah ini walaupun ditotok perlahan jalan darahnya itu telah dapat terbuka dengan sendirinya hanya selama sepemasangan hio, Hal ini membingungkan Khu Sin Hoo, dia sampai memeriksanya berulang kali.

Pada saat itu Han Han masih merintih terus dengan gigi berkerot-kerot, wajahnya berubah-rubah, sebentar merah padam, sebentar lagi berubah menjadi ungu-gelap. Dia sangat menderita sekali.

Sin Hoo jadi putus asa melihat keadaan bocah mi.

"Apakah dia tak bisa tertolong lagi ? " gumamnya dengan "suara-berduka. "Apakah memang sudah nasibnya harus mati muda?!" dan karena mempunyai pikiran begitu, dan disebabkan hatinya berduka sekali, maka dia jadi mengawasi wajah bocah ini dengan air mata berlinang.

Tiba-tiba Han Han membuka matanya, dilihatnya keadaan paderi itu. Hati bocah she Han ini jadi terharu. Dengan menahan perasaan dingin dan panas yang mengamuk ditubuhnya, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan si Hwe-shio.

"Tay-soe.....kau jangan terlalu memikirkanku ! " katanya dengan suara yang perlahan. "Aku tahu, semua ini mungkin sudah nasibku, sehingga keadaanku jadi begini macam ! Tapi.....kukira dalam beberapa hari, penyakitku ini akan sembuh..... !" dan si bocah berusaha untuk tersenyum, walaupun dengan bibir tergetar. Dia bermaksud untuk menghibur si paderi yang baik hati ini.

Tapi, bukannya terhibur hati Sin Hoo malah jadi tambah berduka. Hatinya seperti tersayat-sayat mendengar perkataan bocah itu.

"Ya.....kau pasti akan sembuh !!" dia menyahuti cepat. "Loolap akan mencarikan obat untukmu !" Dan, setelah berkata begitu, dia membalikkan tubuhnya dan berjalan kejendela, membuka daun jendela kamar itu, mengawasi kekelaman malam dengan air mata yang berlinang. Tadi dia mengatakan bahwa si bocah akan sembuh, ini hanya untuk menghibur hati Han Han. Padahal, paderi she Khu ini sudah mengetahui, umur si-bocah tak akan lebih dari satu bulan lagi. Tadinya dia memang menduga bahwa usia bocah itu dapat bertahan selama tiga bulan, tapi setelah melihat keadaan si bocah she Han yang semakin memburuk, maka dia mengetahui, jarak waktu sisa umur bocah itu kian pendek, Han Han mungkin dapat bertahan kurang lebih satu bulan. !

Han Han sendiri berusaha menguasai diri untuk tak mengeluarkan suara rintihannya. Dia tak mau membikin paderi itu tambah berduka. Namun karena hawa dingin dan panas itu, Im dan Yang, yang mengaduk di dirinya semakin hebat, akhirnya dia masih juga mengeluarkan suara rintihan .....wajahnya semakin berubah ungu-gelap.

Mendekati menjelang fajar, barulah hawa dingin dan panas yang mengamuk di tubuh bocah itu agak mereda, sehingga Han Han dapat tertidur.

Malam itu Khu Sin Hoo tak tidur, dia memikirkan keadaan bocah she Han itu. Tapi, di kala dia mau naik kepembaringan di hatinya telah mengambil suatu keputusan yang pasti, biar bagaimana dia akan meminta pertolongan Yan Hoa Piek, itu jago yang bergelar 'Tok Sian Sia' atau 'Si katak berbisa’. Karena hanya Yan Hoa Piek-lah yang mengerti ilmu pengobatan, dan mungkin hanya dia yang dapat menyembuhkan Han Han.

"Biarlah ! Biar bagaimana akan kupaksa si katak beracun itu untuk mengobati Han-jie .....soal hina dan merasa rendah dan hancurnya namaku disebabkan mengemis pada si katak beracun itu tak menjadi soal.....itu urusan kedua, asal Han-jie dapat tertolong.....! Namun .....di mana aku harus memcari orang she Yan itu?" Dan, Jiauw Pie Jielay jadi memutar otak terus, sehingga dia tak dapat tertidur ......

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

Bab 15

MENJELANG lohor Jiauw Pie Jielay mengajak Han Han mengelilingi dusun itu untuk menyenangi hati si bocah, Juga si paderi membelikan satu perangkat pakaian baru untuk Han Han, sehingga si bocah she Han jadi terharu melihat kecintaan si Hwee-shio terhadap dirinya. Dia menghaturkan terima kasih berulang kali.

Khu Sin Hoo juga mengajak Han Han ketempat- hiburan, agar hati si bocah gembira. Ketika mereka sedang berada di jalan Ciong-yan, tiba-tiba dari depan mereka mendatangi seorang tabib kampung yang sedang berjalan dengan dituntun seorang bocah, karena dia memang seorang tabib yang sudah tua rentah, dan kalau tak dibantu oleh si bocah itu yang menuntun tangannya, mungkin dia akan rubuh terguling ...... Sambil berjalan selangkah-selangkah, mulutnya berteriak: ''Tabib dewa penyembuh penyakit aneh dan luar biasa ! Tabib dewa penyembuh penyakit yang sudah lama mengendap di tubuh !! Tabib dewa....." dan tiba-tiba si kakek tabib yang sudah tua itu tak meneruskan perkataannya, karena dia telah melihat'Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo dan Han Han yang mendatangi padanya. Diawasinya wajah Han Han, sepasang alisnya berkerut.

"Penyakit yang luar biasa ....." pendengaran Sin Hoo yang tajam dapat mendengar perkataan si tabib waktu dia dan Han Han lewat di dekatnya. "Penyakit yang aneh luar biasa sekali ! Aha .....kalau tak menemui obat yang sesuai, tak mungkin bocah itu dapat tertolong."

Khu Sin Hoo jadi terkejut, dia sampai melonjak. Karena sebagai seorang Kang-ouw yang berpengalaman dan berpandangan luas, maka dia mengerti bahwa perkataan tabib itu ditujukan untuk dirinya. Maka dari itu, cepat-cepat dia menarik Han Han menghampiri si tabib tua itu. Jiauw Pie Jie-lay merangkapkan kedua tangannya.

"Sin-she. benar perkataanmu tadi!

Kalau tak menemui obat yang sesuai, jiwa cucu Loo-lap ini tentu tak mungkin dapat disembuhkan!!" kata Khu Sin Hoo sambil memandang wajah tabib itu. Wajahnya luar biasa, sebab matanya sipit seperti mata tikus, kupingnya lebar seperti kuping babi, mulutnya lebar seperti paso dan hidungnya pesek melesek. "Dapatkah Sin-she menyembuhkan penyakit cucuku ini

Tabib itu ketawa tawar.

"Apa susahnya menyembuhkan penyakit yang sedang di derita oleh cucumu itu ?" tanyanya dengan suara yang dingin. "Asal kau berani memenuhi syarat yang akan kukatakan, mungkin cucumu itu akan tertolong !!"

"Syarat-syarat apakah yang Sin-she minta?" tanya Jiauw Pie Jielay, dia melihat lagak orang yang luar biasa, maka mau dia menduga tabib ini adalah seorang yang berkepandaian tinggi yang sedang menyamar menjadi seorang tabib.

"Syarat-syarat yang akan kuminta tak berat !!" menyahuti tabib itu dengan suara yang tetap dingin, lalu dia menoleh pada bocah yang berusia tujuh tabun, yang.menuntunnya. "Bukankah begitu Tie-jie ?"

Si bocah yang dipanggil Tie-jie, anak ayam, mengangguk membenarkan perkataannya si-tabib itu.

"Benar Sin-she. !" dia malah menyahuti.

"Sebutkanlah syaratmu itu Sin-she, kalau memang dapat kulakukan, aku pasti akan melaksanakannya dan memenuhi syarat-syarat yang kau ajukan itu !!" kata Khu Sin Hoo cepat. "Hmmm. ..... apakah perkataanmu dapat dipercaya ?!" tegur si tabib sambil nyureng mengawasi wajah Khu Sin Hoo.

Jiauw Pie Jie-lay jadi mendongkol, biasanya dia paling tak senang orang tak pandang mata padanya, dia memang aseran, maka sudah sering orang yang mengeluarkan kata-kata tak enak di telinganya itu disiksa setengah mati oleh paderi ini. Namun karena sekarang dia sedang berduka disebabkan penyakit yang diderita oleh Han Han, sehingga dia membutuhkan pertolongan tabib itu, maka mau dia berlaku sabar.

"Seumur hidupku belum pernah kulanggar janjiku !! Kalau memang aku tak menepati janji dan kesanggupanku pada syarat-syaratmu itu, kau boleh mentertawakan aku sebagai seorang yang hina-dina!!"

Tabib itu ketawa mengejek.

"Hu, hu, bicara memang enak." katanya "Tapi kalau sampai terjadi hal itu, paling-paling kau mengangkat bahu dan mengatakan tak tahu ! Lagi pula kulihat kau berkepandaian tinggi, maka mustahil kau tak dapat mengobati psnyakit bocah yang menjadi cucumu itu?! Bukankah dalam bidang Pengobatan tak begitu sulit ? "

Sin Hoo mengawasi orang dengan terkejut dia jadi menduga-duga, siapakan tabib itu? Yang membikin bingung Sin Hoo ialah, mengapa orang dapat mengetahui dia paham ilmu silat?!

"Loo-lap tak mengerti dalam bidang pengobatan, maka dari itu tak dapat Loo-lap mengobati penyakit cucuku ini !!" menerangkan Khu Sin Hoo cepat. "Dan kuminta shinshe menolong selembar jiwa cucuku ini !"

Malah begitu habis berkata, Jiauw Pie Jie-lay menjura pada tabib itu, padahal sebelumnya, tak pernah dia menghormati seorang manusiapun di atas permukaan bumi ini!! Maka, hebatlah Khu Sin Hoo ini, sebab dia rela mengorbankan harga diri dan kehormatannya, asal tabib itu mau menolong panderitaan Han Han yang disebabkan oleh pengemis Kay-pang yang menyiksa bocah ini melampaui batas pada beberapa hari yang lalu.....!! Padahal, pada sebelumnya, dia merupakan seorang tokoh persilatan yang dihormati oleh orang- orang rimba persilatan, sebab kepandaian silatnya yang sukar diukur. Dia juga tinggi hati dan tak gampang-gampang mau mengalah pada orang lain. Tapi sekarang, demi Han Han, dia telah memperlakukan si tabib begitu hormat.

Pada saat itu Tabib tersebut telah tertawa dingin lagi, sikapnya sangat tawar. "Aku dapat menyembuhkan jiwa cucumu ini. !" katanya tawar, "Tetapi kau

sendiri, aku tak tahu mau atau tidak meluluskan permintaanku ?!" "Sebutkanlah Sin-she.....!!" kata Khu Sin Hoo cepat. "Kalau memang untuk kebaikan cucuku ini, walaupun harus melakukan segala sesuatu yang sulit, aku pasti akan meluluskan permintaan Sin-she. !"

Kembali tabib itu ketawa dingin.

"Bukankah kau Jiauw-pie Jie-lay Khu Sin Hoo?" tanyanya mendadak, matanya juga mencilak.

Khu Sin Hoo sendiri sampai terkejut orang dapat mengenali dirinya, dia sampai mengangkat kepalanya mengawasi tabib itu. Tetapi Sin Hoo tak dapat mengenali siapa tabib itu adanya.

'"Benar" dia menyahut sambil mengangguk. "Loo-lap memang si orang she Khu ! Siapakah Sin-she?!"

"Hmmm.....kukira namaku tak perlu kau ketahui !!" menyahuti si tabib dengan suara yang dingin. "Hanya aku sangsi, apakah setelah kusebutkan permintaanku itu kau akan menelan perkataanmu yang: telah kau ucapkan itu!"

Wajah Khu Sin Hoo jadi berubah merah. Dia jadi medongkol.

"Katakanlah Sin-she..... aku pasti akan meluluskan permintaanmu itu!" katanya agak keras.

"Betul? Kau pasti akan meluluskan permintaanku?!" tanya si-tabib menegaskan.

Tiba-tiba hati Khu Sin Hoo terkesiap, dia tak lantas menyahuti.Tadi dia main menyanggupi saja setiap permintaan si tabib, bagaimana kalau sampai akhirnya si tabib ternyata meminta dia, membunuh diri ?! Kan bisa berabe. !"

"Maka dari itu," katanya "Sebutkanlah permintaanmu itu, kalau memang tak melanggar Gie, budi, dan tak lepas dari permintaan yang pantas, aku Khu Sin Hoo pasti akan meluluskan."

Tabib itu telah ketawa dingin lagi, sikapnya tawar sekali.

"Baiklah orang she Khu!!" katanya. "'Jiwa cucumu itu akan kutolong sampai sembuh, tapi kau juga harus memberikan padaku Pek-hek-sia!!" Pek-hek-sia ialah katak hitam dan katak putih.

Mendengar disebutnya Pek Hek Sia, wajah Khu Sin Hoo jadi berubah hebat, matanya juga berkilat bengis. Namun sesaat kemudian dia teringat bahwa dirinya sedang meminta pertolongan tabib yang luar biasa ini agar menyembuhkan Han Han, maka hatinya jadi lemas lagi. "Baiklah,'' sahutnya menyanggupi. "Asal kau benar-benar dapat menyembuhkan penyakit cucuku ini,' maka Pek Hek Sia akan kuberikan kepadamu "

Tabib itu ketawa tawar.

"Soal menyembuhkan penyakit si-bocah ini sangat mudah, sama mudahnya dengan membalikkan telapak tanganku, tapi yang meragukan aku, apakah setelah kusembuhkan penyakit cucumu ini, kau akan memegang kata-katamu itu ?!"

Wajah Khu Sin Hoo sampai berubah hebat, alisnya sampai berdiri ketika mendengar perkataan orang.

"Hmm.....walaupun aku orang she Khu tak pernah melakukan perbuatan baik, tapi tak nantinya aku sehina itu ! " kata-katanya tegas. "Kalau memang benar- benar kau dapat menolong jiwa Han-jie, maka Pek Hek Sia pasti akan kuberikan kepadamu !"

"Bagus! Mari kalian ikut aku !" kata si tabib yang lalu sudah memutar tubuhnya dan berjalan dengan dituntun oleh Tie-jie, si-bocah yang dipanggil sebagai Anak ayam itu.

Han Han yang hanya menyaksikan saja dengan menutup mulut, tiba-tiba menarik ujung baju Khu Sin Hoo.

"Tay-soe, tak usah kau membelaku sampai begini macam !" katanya terharu. "Biarlah tabib itu tak mau mengobati penyakitku ini, karena aku tak mau kalau barang Tay-soe, Pek Hek Sia, harus jatuh ketangan dia !!"

Jiauw Pie Jie Lay tersenyum ramah, penuh kasih sayang.

"Biarlah Han-jie.....Pek Hek Sia tak ada harganya, hanya merupakan dua ekor katak, maka asal kau bisa sembuh, hatiku telah gembira !" katanya halus. Lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, dia menuntun tangan si-bocah she Han ini mengikuti tabib itu.

Han Han jadi tak tenang, dia terharu melihat paderi ini telah membela dirinya sampai begitu macam. Maka dari itu, walaupun tabib itu telah menjanjikan dirinya akan disembuhkan, tokh bocah ini telah mengambil keputusan untuk menampiknya nanti! !

Tabib itu menuju keluar dusun, dia mengajak Khu Sin Hoo dan Han Han ke sebuah hutan.

"Ya disini !!" kata tabib itu sambil tertawa dan membalikkan tubuhnya menatap Khu Sin Hoo. "Aku akan mulai melakukan pengobatan pada bocah ini, begitu berhasil, kau harus menyerahkan Pek Hek Sia padaku !!" "Tunggu dulu Sin-she.....!" tiba-tiba Han Han berteriak. "Aku tak mau kau obati, biarlah penyakitku ini bertambah berat, tapi aku tak akan meminta pertolongan Sin-she !!"

Wajah Sin-she itu jadi berubah merah padam, rupanya dia mendongkol.

Sedangkan Sin Hoo sendiri jadi gugup, dia berusaha membujuk si bocah.

Akhirnya, karena dipaksa oleh Khu Sin Hoo, maka mau juga Han Han diobati oleh tabib itu.

Sedangkan tabib luar biasa itu memerintahkan Tie-jie, si-bocah yang tadi menuntunnya untuk menggelar selembar tikar yang lebar, kemudian dia perintahkan Han Han untuk tidur rebah ditikar rumputnya itu.

Han Han menolak, sehingga Khu Sin Hoo jadi repot membujuk.

"Bocah!" kata si-tabib mendongkol. "Kalau memang kau sudah ingin cepat- cepat pergi keneraka, ya sudah ! Aku juga tak bisa memaksamu !" dan dia sudah menggulung tikar rumputnya itu untuk berlalu.

Sin Hoo jadi gugup, cepat-cepat dia menghampiri tabib itu.

"Sin-she.....kuminta kau mau mengobati cucuku ini seperti yang kita bicarakan tadi!" kata Sin Hoo. "Pek Hek Sia pasti akan kuserahkan padamu!"

"Hmmm.....aku memang ingin menyembuhkan bocah itu, tapi bocah itu terlalu tahan harga ! Biarlah dia mampus!"

Wajah Kho Sin Hoo jadi berubah.

"Jadi Sin-she tak mau menolong cucuku itu?" tanyanya dan dihati Jiauw Pie- Jie Lay telah mengambil keputusan lainnya, kalau saja si Sin-she ini menolak menolongi Han Han, dia pasti akan menggunakan kekerasan untuk memaksa si- tabib menolongi Han Han.

Si tabib mengawasi Jiauw Pie Jie Lay sesaat, kemudian dia menoleh kepada Han-Han.

"Hei bocah ..... apakah kau tetap menolak maksud baikku yang ingin menyembuhkan penyakitmu yang tak menggembirakan itu?" tegurnya.

Han Han mendelik pada si-tabib.

"Hmmm.    kau adalah tabib jahat, karena menolongku dengan mengandung

sesuatu maksud, mengincer barang Khu Tay-soe!" menyahuti Han Han berani, "Sudalah! Aku juga tak jeri untuk mati!"

Khu Sin Hoo menghampiri Han Han, dia gugup sekali. "Han-jie.....kau harus mau Shin-she itu mengobatimu.....karena begitu kau sembuh, aku akan mengajakmu ke Thian-san untuk bermain-main di gunung itu ! Bagaimana ? Kau mau bukan diobati oleh Sin-she itu?"

Si bocah menatap Khu Sin Hoo. Dilihatnya wajah orang yang begitu gugup, menunjukkan kekuatiran, sehingga si bocah jadi terharu dan berterima kasih pada paderi yang baik hati ini.

"Baiklah Tay-soe.....!!" akhirnya dia menyahuti sambil mengagguk. Dia sudah lantas menghampiri si tabib. "Ayo Sin-she, mulailah kau mengobati penyakitku ini ! "

Tabib itu sudah mendongkol, dia juga lantas ketawa mengejek.

"Hmmm..... belum pernah ada orang yang memohon pertolonganku dengan cara kau, bocah!!" katanya bengis. "Apakah kau kira kalau aku tak mau mengobatimu kau bisa memaksaku ?"

"Shin-she .....cepatlah kau memulai psngobatanmu, karena kalau terlambat, jiwa cucuku ini akan berbahaya sekali !"

Tabib itu ketawa dingin.

"Begini saja kita atur !" katanya tawar. "Kukira sekarang ini kau tak membawa Pek Hek Sia, bukan ? Nah, si bocah kau titipkan saja padaku, nanti setelah berselang tiga bulan, setelah bocah ini sembuh, aku akan mengantarkannya padamu! Kita bertemu di kota Ciong An. Nanti kuserahkan cucumu ini dan kau menyerahkan Pek Hek Sia padaku ! Bagaimana, akur?"

Sin Hoo mengangguk cepat.

"Baik ! Begitupun boleh !" katanya dengau suara yang gugup, "Aku akan menantikan kau di Ciong Sia untuk mengembalikan cucuku itu ! Tapi kalau sampai selembar rambutnya saja terganggu, kau akan kubunuh ! Biarpun kau melarikan diri ke bulan, tokh aku akan tetap mengejarmu !!"

"Jangan kuatir!" menyahut si tabib tawar. "Jiwa cucumu ini akan selamat! Percayalah !! Asal ingat, begitu aku menyerahkan kembali bocah ini padamu, kaupun harus menyerahkan Pek Hek Sia milikmu itu !"

"Boleh !" menyahuti Khu Sin Hoo cepat. "Tapi kalau sampai cucuku ini mengalami sesuatu yang tak menggembirakan, aku akan mencarimu untuk melakukan perhitungan !"

Si tabib hanya ketawa tawar, dia menggapei tangannya pada Han Han. "Ayo kita berangkat !!" katanya nyaring, dia bukan hanya berkata, karena tabib itu telah memutar tubuhnya dan mulai melangkah pergi dengan mulutnya meneriaki:

"Tabib dewa, dapat menyembuhkan segala macam penyakit, berat dan ringan, semuanya pasti akan sembuh.....! Tabib dewa!! Tabib dewa !!"

Melihat si-tabib akan berlalu, Khu Sin Hoo memerintahkan Han Han untuk ikut pada tabib itu. Entah kenapa, dalam keadaan panik Khu Sin Hoo jadi main mempercayai tabib itu saja.

Sebetulnya Han Han berat berpisah dengan paderi yang baik hati itu, tapi karena Khu Sin Hoo mendesaknya, terpaksa akhirnya dia menyusul tabib luar biasa itu dan mengikuti di belakangnya si tabib !

Khu Sin Hoo sendiri menghela napas. Dia jadi berduka. Karena Han Han yang menderita penyakit yang begitu membahayakan jiwanya, kedua si tabib telah meminta Pek Hek Sia sebagai imbalannya dan Jiauw Pie Jie-lay ini telah main menyanggupi saja !! Padahal, Han Han sendiripun tahu bahwa Pek HeK Sia itu sebetulnya adalah binatang yang langka dan jarang sekali orang memilikinya, karena kedua katak hitam putih itu dapat mengobati orang yang keracunan.....

itulah sebabnya Khu Sin Hoo sangat menyayangi kedua binatang yang luar biasa itu. Namun disebabkan dia ingin menolong jiwa Han Han, terpaksa dia harus mengorbankan katak pusaka itu.

Setelah menghela napas berulangkali, akhirnya Sin Hoo kembali ke hotelnya. Karena dalam beberapa malam terakhir ini dia kurang tidur disebabkan menjagai terus Han Han yang sering jatuh pingsan, maka begitu rebah di pembanngan, dia tertidur nyenyak .....di hatinya dia sudah mengambil keputusan untuk menuju ke kota Ciong An untuk menunggui kedatangan si-tabib luar biasa itu !

Tapi, yang membikin Sin Hoo tak mengerti, siapakah sebetulnya tabib yang luar biasa itu ?! Apakah dia seorang tokoh persilatan yang. sedang manyembunyikan diri?! Entahlah! Sin Hoo tak mengenalinya. !

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

Bab 16 SI TABIB yang luar biasa ini mengajak Han Han ke dalam hutan. Selama itu dia tak mengatakan sepatah katapun pada si-bocah she Han itu, dia menutup mulutnya rapat-rapat. Sedangkan Han Han juga tak banyak bertanya, dia hanya mengikuti dengan mendongkol di belakang si tabib,

Jauh juga mereka melakukan perjalanan di dalam hutan tersebut, sampai akhirnya tiba di muka hutan yang sebelah lainnya. Di situ terdapat sebuah lapangan rumput yang luas sekali, tak tampak sebuah rumah penduduk di daerah tersebut. Tabib luar biasa dan Tie-jie, si bocah yang menuntunnya, telah duduk di bawah pohon, dengan mata mendelik tabib itu menatap Han Han.

"Duduk, bocah !!" bentaknya nyaring.

Han Han jadi mengerutkan alisnya, sejak bertemu dia memang mempanyai kesan yang kurang baik pada tabib ini. Juga yang membikin dirinya heran, mengapa si Hwee-shio, Khu Sin Hoo, main mempercayai tabib ini dan menyerahkan dirinya dibawa oleh si-tabib begitu saja ! Lebih-lebih sekarang, di kala melihat kelakuan si tabib yang ugal-ugalan maka kesan buruk yang bersemi dihati si bocah jadi kian membesar.

Han Han duduk agak menjauh dari tabib itu, dia duduk di bawah sebuah pohon lainnya.

Tabib itu ketawa dingin, wajahnya tak enak dilihat.

"Hmmm bocah bertingkah ! " katanya dingin. Dia menoleh kepada Tie-jie "Coba kau lihat, bocah itu terlalu bertingkah tidak ?"

Tie-jie mengangguk.

"Bocah semacam dia memang harus dimampusi !" menyahuti Tie-jie. "Dengan memberikannya dia makan racun barulah puas hati kita !"

"Bagus ! Kita memang harus memberikan racun pada bocah bau yang bertingkah ini!! " menyahuti si tabib menimpali perkataan Tie-jie.

Hati Han Han jadi mencelos mendengar perkataan kedua orang itu. Seketika itu juga dia menduga bahwa ‘si pengemis' tentunya orang jahat. Walaupun Han Han termasuk seorang bocah yang tabah, tapi mendengar dirinya akan diracuni, diberi makan racun, tokh hatinya jadi kebat-kebit. Dengan tak sengaja, dia melirik kearah si tabib dan si bocah Tie-jie, kebetulan kedua orang itu sedang, menatapnya juga dengan mata mendelik, sehingga Han Han jadi menggidik melihat pancaran mata kedua orang itu. Han Han jadi mempunyai maksud untuk kabur. !!

"Bocah !." terdengar tabib itu telah memanggilnya. Han Han menoleh, tapi dia tak menyahuti. "Kau mau mampus atau hidup ?" tanya tabib itu.

"Mau mampus ?" menyahuti Han Han mendongkol, dia sengit orang mempermainkan dirinya sampai begitu macam. "Kalau memang kau tak mau mengobatiku, untuk apa kau pura-pura mengajakku kemari ?"

Si tabib yang aneh itu ketawa gelak-gelak.

"Kau mau mampus! Baik. Begitu juga boleh!" kataraya aseran. "Kau memang seorang bocah yang bertingkah! Nah Tie-jie. hajar dulu dia !!"

Si bocah yang dipanggil Tie-jie mengiyakan, lalu tahu-tahu tubuhnya telah melompat ringan, sehingga Han Han jadi terkejut ketika tiba-tiba si bocah Tie-jie telah berada di hadapannya.

"Bukkk. !" tahu-tahu dada Han Han telah kena ditojos oleh Tie-jie.

Han Han merasakan dadanya yang sakit luar biasa, dia sampai mengeluarkan jerit kaget waktu tubuhnya terjungkal.

"Hajar lagi Tie-jie!!" terdengar si-tabib berseru nyaring.

Tie-jie berusia lebih kecil dari Han Han tapi karena dia mengerti ilmu silat, maka dia jadi mempunyai tenaga yang cukup besar dan gesit sekali. Mendengar perintah si tabib, dia telah mengayunkan tangannya dan 'Plak, plok, plak, plok', yang n yaring sekali, pipi Han Han telah kena dihajar pulang pergi.

Han Han jadi melengak, tapi dia tak dapat lama-lama berdiam dari pukulan- pukulan si-bocah Tie-jie. Darah bocah ini jadi meluap. Memang sejak pertama dia sudah tak menyenangi kedua orang ini, apa lagi sekarang dirinya seperti dijadikan bulan-bulanan kedua orang itu, dihajar pulang pergi.

Sedangkan Tie-jie telah mengayunkan tangan kirinya akan menghajar dada Han Han lagi. Tapi kali ini Han Han jadi nekad, walaupun dia tak bisa bersilat, tokh sebagai seorang manusia yang terdesak begitu macam, maka dia menggerakan tangannya untuk menangkis. Tapi karena gerakan-gerakan Tie-jie gesit sekali, maka Han Han menangkis angin, sedangkan tangan Tie-jie telah menyelusup dari bawah tangan Han Han dan "Bukkk!" terdengar suara gebukan pada diri Han Han yang nyaring sekali, sehingga si bocah she Han tersebut jadi terjungkel lagi.

Si tabib yang luar biasa itu ketawa gelak-gelak. Tubuhnya, juga ikut tergoncang karena dia tertawa keras sekali.

"Hajar lagi Tie-jie.....bikin dia terkuing-kuing seperti anjing !! "perintah si tabib. Tie-jie mengiyakan lagi, lalu tubuhnya mencelat, mencengkeram baju Han Han di bagian dadanya, kemudian tubuh Han Han diangkataya dan dibanting pula dengan keras, sehingga Han Han jadi nyungsep mencium tanah. Ketika dia berbangkit, dari hidungnya telah mengucur darah segar.  !

Tie-jie telah ketawa mengiringi suara ketawa tabib, wajah mereka luar biasa, sangat bengis. Walaupun masih kecil sekali, tapi wajah Tie-jie membayangkan hawa pembunuhan. Sikapnya juga mengancam sekali.

"Dibunuh saja, Soe-hoe?" tanyanya kemudian dengan suara riang.

Si tabib yang ternyata Soe-hoenya, guru, dari Tie-jie, masih tetap tertawa, tapi waktu mendengar pertanyaan Tie-jie, dia mengulap-ulapkan tangannya.

"Jangan.....!" katanya cepat. "Jangan dibunuh !! Aku bisa repot nantinya pada si tua she Khu itu ! Siksa saja!"

"Baik !" menyahuti Tie-jie, dia sudah melompat lagi dan terdengar kembali suara 'bukkkkk !' yang nyaring luar biasa, tampak Han Han yang sedang berusaha bangkit itu telah rubuh terjungkel lagi, karena dadanya dirasakan sakit sekali. Namun, walaupun menimbulkan perasaan sakit, tapi setiap Tie-jie memukul dirinya, Han Han merasakan semacam hawa hangat yang luar biasa bergolak di dalam perutnya. Semakin dipukul oleh Tie-jie, dia jadi semakin segar.

Tetapi, biarpun begitu, si bocah she Han ini jadi gusar sekali orang telah menyiksanya demikian rupa. Maka dari itu, waktu tubuhnya rubuh terguling, cepat-cepat dia bangun untuk berdiri. Di saat itulah Tie-jie tengah mengayunkan tangannya akan menjotos dada Han Han lagi, tapi sekarang Han Han telah bersiap- siap. Dengan sekuat tenaganya dia menangkis serangan Tie-jie, sehingga kedua tangan mereka saling bentur dan berbareng dengan itu Han Han menggunakan tangan kirinya untuk mendorong:

Tie jie melihat serangannya dapat ditangkis Han Han, malah tangan kiri Han Han mendorong dadanya, dia jadi berseru marah sambil berusaha mengelakkan tangan kiri Han Han yang mengincar dadanya itu. Tapi terlambat, dengan tak terduga, tangan Han Han mengenai tepat dadanya, sehingga terdengar suara 'Bukkkk!', 'kreeeek' yang nyaring sekali, yang kemudian disusul oleh suara jeritan Tie-jie yang tubuhnya terpental, dada Tie-jie ternyata telah kena dihajar oleh Han Han.

Tie-jie ambruk di tanah tanpa dapat berkutik lagi, wajahnya pucat dan matanya mendelik lebar, napasnya telah berhenti. Ternyata dia telah mati !

Si-tabib yang menjadi guru Tie-jie jadi terkejut, dia melompat pada muridnya itu. Diperiksanya keadaan Tie-jie, dilihatnya dada si bocah telah hangus dan bocah ilu sendiri sudah tak bernapas, karena nyawanya telah terbang menuju keneraka ! Si tabib jadi murka luar biasa, dia sampai berjingkrak.

"Bocah setan.....! Kau menggunakan ilmu siluman apa membunuh muridku itu, heh ? " bentak si tabib dengan matanya mendelik bengis.

Han Han sendiri tadi waktu berhasil mendorong dada Tie-jie, dia merasakan dari telapak tangannya mengalir hawa yang dingin sekali, yang disusul oleh suara jeritan Tie-jie. Maka dari itu, setelah melibat Tie-jie terpental dan terbinasakan disebabkan dorongan tangan kirinya itu, Han Han sendiri jadi bingung dan ketakutan, karena dia tak menduga bahwa akibat dari dorongannya itu menyebabkan kematian Tie-jie.

Si tabib sendiri telah melompat dan mengayunkan tangannya menghajar pundak Han Han. Bocah itu tak mengerti ilmu silat, maka di saat tangan si tabib meluncur memukul pundaknya itu, dia tak bisa mengelakkannya.

"Bukkk !!" terdengar suara yang nyaring sekali, tubuh Han Han terpental jauh sekali, ambruk di tanah tak sadarkan diri. Dia pingsan,

Si tabib cepat-cepat menghampirinya, dia duga hasil seranganuya itu paling sedikit pundak si bocah hancur remuk, sebab jangankan tubuh manusia, batu gunung kalau dihajar oleh tabib itu biasanya hancur menjadi tepung !!

Tapi untuk kagetnya dia melihat si-bocah telah bergerak lagi. Rupanya dia tak jatuh pingsan, tadi dia hanya merasakan dadanya menyesak dan pandangan matanya berkunang-kunang, sehingga untuk sekian lama dia hanya meringkuk, namun setelah pusingnya lenyap, di kala si tabib sedang menghampirinya si bocah telah merayap bangun tarpa kurang suatu apapun.

Tabib itu jadi penasaran sekali, dia mengayunkan tangannya lagi sambil mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, menghajar dada Han Han.

Pada saat itu Han Han sedang merayap bangun, dia mengetahui bahwa si tabib telah menyerang dirinya, tapi dia tak bisa mengelakkannya, maka dadanya terhajar telak oleh si pengemis.

Namun untuk kagetnya pengemis itu, tangannya seperti memukul kapas dan kepalannya itu menempel di dada si bocah she Han tanpa dapat ditarik pulang. Si- tabib sampai mengeluarkan seruan.

Han Han sendiri, tadi waktu pundaknya terhajar oleh si tabib, dia merasakan hawa dingin dan panas yang biasanya bergolak menimbulkan penderitaan baginya, mendadak naik kepundaknya, sehingga waktu tangan si-tabib mengenai pundaknya, dia hanya merasakan nyeri yang  luar biasa, tapi tulang-tulang  Pi- peenya seperti terbungkus dan terlindung oleh hawa Im dan Yang yang ada di dalam tubuhnya, sehingga tak sampai hancur terhajar oleh si-tabib. Dan sekarang di kala tabib itu memukul dadanya lagi, dia juga merasakan kedua hawa itu bergerak dengan sendirinya, sehingga waktu tangan si tabib mengenai dadanya, dia tak merasakan sesuatu apapun, malah tangan si tabib menempel pada dadanya, sehingga Han Han jadi heran, dia duga si tabib sedang menggunakan ilmu siluman! "Tabib jahat .! " Bentak si bocah she Han ini mendongkol. "Kau terlalu bengis sekali !" dan Han Han menggerakkan tangann ya untuk menjotos perut si

tabib.

"Bukkk !" perut tabib itu dapat dihajarnya tanpa pengemis itu dapat mengelakkannya, dan berbareng dengan hajaran tangan bocah she Han ini, tangan si tabib yang melekat di dada Han Han terlepas, dia menjerit sambil memegangi perutnya, karena dirasakan perutnya itu seperti terhajar oleh godam, keras sekali, sampai melilit dan sakit luar biasa !

Han Han ketawa mengejek, bocah ini puas dan melihat keadaan si tabib. "Tabib jahat..... kau baru merasakan tangan tuan kecilmu ini!!'' katanya

mengejek.

Namun belum lagi Han Han menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba si-tabib menubruk, lalu merangkul Han Han dan mencekeknya sedangkan kedua tangan Han Han ditindihkan dengan dengkulnya, sehingga si bocah jadi tak berdaya. Dengan dicekek lehernya pernapasan si bocah seperti terhenti, dia berusaha meronta, tapi tenaga si tabib besar sekali, maka dari itu, sesaat kemudian, mata Han Han jadi berkunang-kunang dan dadanya seperti mau meledak, sebab pernapasannya jadi tersumbat  !

Han Han jadi mengeluh didalam hatinya, dan dia menyesai harus mati di tangan tabib jahat ini. Tapi karena lehernya dicekik keras sekali, si bocah tak berdaya apa-apa, hanya satelah mengeluarkan suara ‘ngeeekkk' yang cukup panjang, Han Han tak sadarkan diri.  !

Si-tabib mencekek terus dengan sekuat tenaganya, dia bermaksud untuk membinasakan si bocah.

Tetapi, di saat yang membahayakan jiwa Han Han, tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan, yang begitu sampai, sudah lantas mencengkeram punggung si tabib, lalu melemparkannya ke samping, sehingga si tabib jadi terbanting keras sekali. Sedangkan sosok tubuh yang baru datang itu telah memeriksa keadaan Han Han. Si tabib jadi terkejut, dia menjerit kesakitan waktu tubuhnya terbanting Tapi di samping sakit, dia juga murka. Cepat-cepat bangun berdiri lagi dan mencelat akan menyerang orang yang sedang berjongkok membelakanginya memeriksa keadaan Han Han.

Tangan si tabib terulur kepunggung orang itu, tapi dengan tenang tanpa menoleh orang itu mengibaskan lengan bajunya, kembali si tabib merasakan serangkum tenaga serangan yang kuat sekali menerjang dirinya, sehingga tanpa ampun lagi tubuhnya terpental dan terbanting lagi !

Sedangkan orang itu telah membalikkan tubuhnya dengan wajah yang bengis dan waktu si tabib melihat wajah orang, dia jadi manjerit kaget, tubuhnya sampai menggigil.

"Jiauw Pie Jie lay!" serunya gemetar. Dan orang yang baru datang itu Jiauw-

Pie Jiy lay Khu Sin Hoo. Tadi waktu di

rumah penginapan, dia hampir tertidur, tapi tiba-tiba di kepalanya berkelebat suatu ingatan. Dia jadi kaget sendirinya Sebab sekarang Khu Sin Hoo baru menyadari, dia telah begitu sembrono menyerahkan Han Han pada tabib yang tak dikenalnya itu.....karena dalam keadaan panik, dia jadi tak dapat berlaku teliti. Coba kalau Han Han dicelakai tabib itu, bukankah persoalan jadi tambah hebat?! Maka dari itu cepat-cepat Sin Hoo keluar dari rumah penginapannya itu dan mencari si tabib yang tak diketahui asal usulnya itu. Karena dia berkepandaian tinggi dan kosen sekali, maka dalam waktu yang singkat, dia telah dapat memutari kampung itu, sampai akhirnya dia memasuki hutan yang ada di pinggir kampung tersebut. Diperolehnya tanda-tanda bahwa si tabib mengambil jalanhutan ini. Dan di saat Sin Hoo sampai di situ, dilihatnya Han Han sedang terancam keselamatannya. !

"Hmmm..... sudah kudaga kau bukan tabib baik-baik!!" kata Khu Sin Hoo murka dan tubuhnya mencelat mencengkeram baju si tabib. "Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau mau menipuku ?!"

Tabib itu ketakutan setengah mati.

"Ampun Tay-hiap.....Siauw-jin hanya menerima perintah dari Thian-san Sian-eng. !" kata si tabib dengan suara gemetar.

Sin Hoo, jadi meiengak, wajahnya semakin bengis.

"Thian-san Sian-eng?" bentaknya. "Mereka yang telah memerintahkanmu untuk mencelakai Han-jie ?"

Si tabib mengangguk, dia ketakutan sekali. "Ya Tay-hiap .....mereka yang memerintahkan agar membunuh si.....si .....

anak itu!" sebetulnya dia mau menyebut Han Han dengan sebutan si bocah, tapi achirnya dirobah dengan perkataan 'anak'. "Karena kata mereka sebab bocah itulah kawanan mereka, orang Mo-in-shia, jadi dibebaskan oleh Tay-jin. !"

"Jadi kau orang Pek Bwee Kauw?" bentak Sin Hoo dengan suara yang bengis, sampai janggutnya bergerak-gerak dan jenggotnya seperti berdiri.

"Ya..... Siauw-jin hanya orang bawahan saja!!" sesambat tabib itu. "Ampunilah selembar jiwa Siauw-jin ini .....janganlah Tay-hiap membunuhku "

Sin Ho murka sekali, selain orang ialah menipu dirinya yang hampir saja mencelakai Han Han, juga si tabib ini, yang temyata orang Pek Bwee Kauw, anak buah Thian-san Sian-eng, ternyata seorang pengecut! Maka dari itu, dengan bengis dia mengangkat tubuh orang, lalu dibantingnya keras sekali, sehingga seketika itu juga melayanglah jiwa si tabib, sebab kepalanya pecah keluar polonya. !

Setelah mendengus, cepat-cepat Khu Sin Hoo menghampiri Han Han. Dia menotok jalan darah Cioe Tiong Hiatnya si bocah untuk menyadarkannya.

PerIahan-lahan Han Han membuka kelopak matanya, tapi pandangan matanya masih kabur, ingatannya juga kacau sekali. Begitu dia ingat apa yang tadi terjadi, dia meronta dari cekalan Khu Sin Hoo

"Lepaskan cekalanmu.....oh, aku tak bisa bernapas!!" teriaknya sambil berusaha berdiri.

Sin Hoo terharu melihat keadaan si bocah. "Han-jie....." panggilnya dengan suara tergetar, dia juga memeluk si bocah.

Mendengar namanya dipanggil, si bocah jadi tersadar. Dia mementang matanya lebar-lebar dan melihat yang berada dihadapannya ternyata Khu Sin Hoo, bukannya si tabib yang tadi mencekeknya. Tanpa dapat ditahan lagi, si bocah jadi menangis dan memeluk Hwee shio ini erat-erat.

"Tay-soe ..... hampir saja tabib jahat itu bersama muridnya mencelakaiku!!" katanya terisak.

Jiauw Pie Jie-lay menghiburnya. Akhirnya si bocah dapat ditenangkan. Han Han juga menceritakan bagaimana dia disiksa oleh Tie-jie, sampai akhirnya bocah si-anak ayam itu mati didorong olehnya. Si bocah juga menceritakan bagaimana si tabib menghajarnya berulang kali, sampai achirnya hampir saja dia mati tercekek.

Selama mendengarkan cerita si bocah she Han itu, Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo jadi heran. Dia juga tak mengerti mengapa sekali didorong saja Tie-jie terbinasakan ?! Maka dari itu, setelah Han Han menuturkan habis segalanya pada Sin Hoo, maka si-paderi she Khu ini memeriksa keadaan si bocah Tie-jie.

Untuk kagetnya, dia melihat dada orang hangus dan tulang-tulang dadanya remuk. Dia seorang achli Lwee-keh, seorang achli tenaga dalam, maka dengan cepat dia tersadar, bahwa itu adalah pengaruh dari hawa dingin dan panas yang berada di dalam tubuh Han Han, sehingga karena hawa itu menerobos keluar dari telapak tangan si bocah, maka Tie-jie jadi terhajar mati .....! Lagi pula Cioe-kie- hiat dan It-hiatnya Han Han telah terbuka, sehingga kedua macam tenaga yang berlawanan itu leluasa keluar masuk ke Thay-yang-hiatnya, dan tersalur ketelapak tangannya, menyebabkan kematian Tie-jie.

Juga tentang tadi waktu si tabib memukul dada Han Han dan tangannya melekat pada bocah itu sebetulnya bukan apa-apa, hanya karena ditubuh si-bocah she Han itu telah mengalir dua tenaga berlawan, lm dan Yang, maka dadanya itu seperti terlindung oleh iapisan baja yang tak akan terembus oleh apapun. maka

itu, tak heran si tabib jadi mengambil jalan mencekek untuk membinasakan Han Han, sebab dia mengetahui, kalau dia menghajar si bocah, hal itu tak akan membawa kefaedahannya.  !

Khu Sin Hoo yang telah melihat mayat Tie-jie, jadi menarik napas. Dia berduka sekali. Coba kalau jalan darah Cioe kie-hianya si bocah she Han ini dapat ditutup kembali dan penyakit yang mengeram di dalam dirinya disebabkan hawa panas dan dingin itu dapat disembuhkan, maka si bocah akan menjadi manusia yang luar biasa sekali. Dalam usia sepuluh tahun, Han Han seperti telah mempunyai latihan tenaga Lwee-kang selama belasan tahun. !

Tapi sayangiiya, penyakit yang mengeram di tubuh si bocah sangat sulit disembuhkan, pula Cioe-kie-hiat si bocah tak dapat ditutup kembali, sehingga kalau hawa Im dan Yang sedang mengamuk, kedua tenaga negatif dan positif itu akan membahayakan jiwa si bocah sendiri .....! Malah, Sin Hoo sendiri menduga umur si bocah paling lama hidup di dunia selama satu bulan lebih lagi karena

kalau sampai pintu Thay-yang-hiatnya kena didobrak oleh kedua tenaga yang berlawanan, yang berada di dalam tubuhnya, maka pada saat itulah Han Han berhenti jadi manusia !

Dengan berduka Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo mengajak si bocah kembali ke rumah penginapan. Dia jadi tambah iba dan sayang pada diri bocah she Han ini

..... ! Tadi, karena dia sedang panik dan berduka, hampir saja dirinya dapat ditipu oleh si tabib yang ternyata orangnya Pek Bwee Kauw, yang mengingini jiwa Han Han. Maka dari itu, Khu Sin Hoo bermaksud untuk mencari Thian-san Sian-eng, untuk membunuh kedua orang yang tak berbudi itu.  !

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

Bab 17

BESOK harinya Khu Sin Hoo mengajak Han Han untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Hong-san, gunung burung Hong. Gunung itu mempunyai nama begitu sebab bentuknya melebar seperti juga buntut burung cenderawasih. Hong ialah cenderawasih.

Sin Hoo mengajak Han Han menuju ke gunung cenderawasih itu ialah untuk berkumpul dengan enam jago luar biasa lainnya, karena setiap lima tahun sekali, di malaman Cap-go di bulau sepuluh, ketujuh jago luar biasa yang menguasai daratan Tiong-goan mengadakan pertemuan di gunung itu. Mereka adalah Kim-see Hui Hong, It Kiam Chit-tong Su Tie Kong, Gin Tiok Su Seng Gauw Lap, Sian Lie Lie, yang bergelar Hek Coa Tok Mo, Khu Sin Hoo, Tok Sian Sia Yan Hoa Piek dan Sian-jin Kiu Lo Heng Ciauw Liong. Selain dari ke tujuh jago itu yang akan mengadakan pertemuan, juga berdatangan jago-jago rimba persilatan yang ingin menyaksikan keramaian, karena selama seminggu ketujuh pendekar yang menguasai daratan Tiong-goan itu akan memperebutkan gelar jago nomor wahid didalam kalangan Kang-ouw. Siapa yang dapat memenangkan pertandingan selama empat kali berturut-turut, maka dia berhak memakai gelar It Thian Kiam- jiet, tunggal langit dan pedang tandingan, yaitu tanpa tanding di kolong jagad ini

..... !

Sekarang adalah Peh-gwee Cap-jie, bulan delapan tanggal dua belas, jadi waktu perjalanan mereka kegunung Hong-san, yaitu gunung cenderawasih masih mempunyai waktu dua bulan. Maka itu, Khu Sin Hoo tak terlalu kesusu, sambil melakukan perjalanan, dia naengajak Han Huan untuk menikmati pemandangan di sekitar tempat yang mereka lalui.

Han Han sendiri sering kumat sakitnya, dia sering menggigil kedinginan dan kadang-kadang kepanasan, namun setelah berselang dua jam perasaan yang menyiksanya itu lenyap dengan sendirinya. Sampai malah pada akhirnya perasaan itu sering timbul dan mudah lenyapnya, karena hanya dalam waktu seperempat jam saja, perasaan itu telah lenyap. Namun kalau dulu setelah berselang satu hari penyakitnya itu bisa kumat, tapi kalau sekarang satu bisa enam tujuh kali kumat. Khu Sin Hoo sendiri yang menyaksikan hal itu jadi tambah berduka. Semakin pendek waktu penyiksaan dari perasaan dingin dan panas itu pada diri si bocah, maka makin pendek pula batas waktu kematian si bocah ..... nanti kalau sudah hawa panas dan dingin itu timbul hilang dalam waktu dua tiga menit, maka pada saat itulah si bocah tak bisa tertolong lagi !! Walaupun memperoleh Sian-tan, obat dewa, tokh tak mungkin tertolong lagi !

Pada hari itu, Khu Sin Hoo dan Han Han sedang berada di tepi telaga Kie- po-ouw yang berada di propinsi Soe-coan. Sin Hoo dan Han Han menikmati pemandangan di sekitar telaga Kie-po-ouw yang indah itu, untuk sejenak mereka melupakan kedukaan mereka. Tapi disebabkan bahwa telaga itu yang dingin dan tiupan angin yang bertiup santer, tiba-tiba Han Han rubuh terjungkel, dia mengeluarkan suara seruan, lalu menggigil, giginya terdengar berkerot.

Sin Hoo yang menyaksikan hal itu jadi terkejut. Cepat-cepat dia memeriksa keadaan si bocah. Dilihatnya wajah Han Han telah berobah hijau bersemu hitam

.....hati Sin Hoo jadi mencelos, karena biasanya kalau muka orang telah berubah hijau bersemu hitam, maka jiwanya sudah tak dapat tertolong lagi.....! Maka itu, cepat-cepat Sin Hoo menotok kedua jalan darah yang ada di iga si bocah, kemudian menepuk lambung Han Han. Hal itu untuk mengurangi penderitaan yang diderita olah si bocah, rasa dingin dan panas masih mengaduk di dalam diri si bocah she Han itu, sehingga Sin Hoo jadi gugup sekali.

Untuk membawa ke kota, terang jauh, karena kota Kiepo-an, terletak tujuh belas lie dari Kie-po-ouw ini ..... maka itu, Khu Sin Hoo meletakkan si bocah dirumput-rumput, kemudian dia mengambil selimutnya, dibalutnya tubuh Han Han, sehingga dalam waktu yang singkat dia telah lenyap, Memang aneh, penyakitnya itu semakin cepat datang, dan juga semakin cepat sembuh. Han Han girang memperoleh kenyataan bahwa sekarang akhir-akhir ini kalau kedua hawa negatip dan positip itu sedang mengamuk, maka tak usah memakan waktu yang terlalu lama, perasaan yang menyebabkan si bocah menderita, akan lenyap dengan cepat.

Namun bagi Khu Sin Hoo, hal itu membuatnya tambah berduka. Karena umur si bocah semakin pendek, kesempatan hidup si bocah tinggal sedikit saja. ! Namun Khu Sin Hoo tak mengatakan hal itu kepada Han Han. dan untuk menyenangkan hati si bocah dalam hidupnya yang terakhir itu Khu Sin Hoo sering mengajaknya mengelilingi tempat-tempat indah !

Han Han senang sekali menikmati pemandangan yang indah, mampir ke rumah makan yang besar dan masakannya enak luar biasa, menyaksikan tempat- tempat hiburan lainnya, semua biaya itu diperoleh Khu Sin Hoo dengan menyatroni rumah-rumah hartawan yang kikir dan jahat pada penduduk sekitarnya, maka untuk ala kadarnya Sin Hoo sering mengambil beberapa puluh tahil emas

.....!

Namun karena dia kosen sekali, maka kedatangannya mencuri uang - uang hartawan kikir itu, tak pernah dipergoki oleh orang-orang hartawan itu, yang khusus disediakan untuk menjaga kamarn ya. Tapi tak urung Sin Hoo tetap saja dapat mencomot uang mereka dengan mudah !

H«n Han sering menanyakan kepada Khu Sin Hoo mengenai uang yang berjumlah banyak yang selalu dipakai oleh Jiauw Pie-Jie Lay dengan cara yang boros dan sering memberikan persenan kepada para jongos dan pelayan .....

sehingga banyak rumah-makan yang menanti-nanti kedatangan Khu Sin Hoo lagi, yang dianggap oleh mereka sebagai 'baron' yang royal sekali !

Sin Hoo sendiri sering tersenyum kalau si bocah menanyakan soal penghasilannya. Karena Khu Sin Hoo memang sudah biasa sejak dia mulai mengembara kalau kurang perbekalan, tentu menyatroni rumah pembesar jahat atau rumah hartawan kikir dan bengis. Dan memang kenyataan, pada saat itu orang-orang yang mengembara di dalam dunia kang-ouw, kalau kurang perongkosan, maka mereka meminta bantuan si pendeta she Khu ini dan umumnya selalu dapat saja, karena orang she Khu ini terbaka tangannya terhadap para sahabatnya. !

Melihat si bocah telah tersadar, lamunan Khu Sin Hoo buyar, cepat-cepat dia mengeluarkan sebutir pil yang berwarna hitam atau kecoklat-coklatan tua, menyerupai warna hitam, dimasukkan ke dalam mulut Han Han yaug lalu ditelan oleh si bocah.

Setelah menelan pil itu, Han Han merasakan tubuhnya jauh lebih segar, maka dari itu, dia sudah lantas bisa melompat berdiri.

"Terima kasih Tay-soe.   !" katanya sambil menekuk kedua kakinya berlutut

di hadapan Hwee-shio itu, "Entah berapa kali aku telah marepotkanmu .....

membikin susah Tay-soe saja!" Khu Sin Hoo telah tertawa penuh kasih sayang.

"Bangunlah Han Han.....!" katanya sambil memimpin bangun si bocah. "Jangan terlalu banyak peradatan. Lagi pula, apa yang kulakukan semua itu haayalah untuk menjaga kesehatanmu, bukan bermaksud apa-apa !"

Han Han mengangguk.

"Ya Tay-soe walaupun begitu, tapi aku tetap sajalah merepotkan Tay-soe, sehingga perjalanan Tay-soe agak terlambat."

Mendengar perkataan si bocah she Han itu, dia ketawa gelak-gelak sampai tubuhnya tergoncang.

Han-jie     kau terlalu sungkan ! " kata Jiauw Pie Jie-lay ketawa. "Berdirilah

! !" Janganlah kau membuatku jadi tak enak hati karena apa yang kulakukan bukanlah suatu perbuatan yang dapat disebut sebagai budi ..... aku hanya melakukan kewajibanku sebagai seorang beribadat yang harus saling tolong menoloug kepada semua umat manusia yang sedang mengalami kesulitan atau kesengsaraan hidup!"

Han Han berdiri, dia lalu membungkukkan tubuhnya menjura pada Jiauw Pie-Jie Lay Khu Sin Hoo.

"Tay-soe ..... mudah-mudahan budi amal kebaikanmu mendapat berkah dan pembalasan dari Thian !" kata si-bocah. "Mungkin di dalam dunia yang fana ini

aku tak bisa membalas budi kebaikan Tay-soe yang telah diberikan kepadaku, mudah-mudahan saja nanti di sorga aku bisa membalasnya "

Kembali Jiauw Pie Jie Lay ketawa. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Han Jie sudahlah ! Mari kita melanjutkan perjalanan kita!" katanya.

Han Han mengangguk, lalu mengikuti Khu Sin Hoo meninggalkan telaga Kie-po-ouw.

Baru saja si kakek dan si bocah berjalan beberapa meter, tiba-tiba terdengar suara teriakan 'Cong-wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan'!! Cong-wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan !!"

Han Han heran mendengar teriakan-teriakan itu, dia menoleh kepada Sin

Hoo.

"Apa yang dilakukan orang itu, Tay-soe?" tanyanya. "Mereka berteriak tak

hentinya." Khu Sin Hoo ketawa.

"Itulah iring-iringan Piauw..... !!" Dia menerangkan. "Dan iring-iringan Piauw ini berasal, dari Cong Wie Piauw Kiok yang dipimpin oleh Ciong Sam Cia, bergelar Sam-to Sam-sim, atau tiga golok tiga hati. Itulah menandakan kelihaian orang she Ciong itu, karena goloknya dapat bergerak cepat sekali sekali gerak dapat membolongi dada tiga musuhnya !!"

"Hebat Ciong Piauw-tauw itu !!" memuji Han Han.

"Itulah..... kalau dilihat dari kepandaiannya itu, walaupun luar biasa, tapi tokh masih banyak yang lebih kosen. Tapi disebabkan Ciong Piauw-tauw orangnya terbuka dan senang bersahabat, sehingga orang-orang Liok-lim, rimba hijau, jarang yang mempunyai niat untuk mengganggu iring-iringan piauw yang dikawal oleh Cong Wie Piauw Kiok. Malah pada akhir-akhir ini, kalau piauw yang diantar itu tak meliputi jumlah yang besar Ciong Piauw-tauw malah tak ikut serta, dia hanya mewakilkan beberapa orang wakilnya dengan membawa kartu namanya. dan

Piauw akan tiba di tempat dalam keadaan selamat, karena tak akan ada orang yang berani mengganggunya  !!"

Pada saat itu masih terdengar terus teriaknya 'Cong Wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan..... melintang empat meminta jalan         suara

teriakan itu semakin lama semakin mendekat, sampai akhirnya Han Han dapat melihat iring-iringan Piauw yang berderet panjang itu, kira-kira dikawal oleh dua puluh lima orang Piauw itu dengan pakaian yang kotor dekil, karena telah melakukan peijaianan yang jauh sekali. Waktu lewat didekat Khu Sin Hoo daa Han Han, semua orang-orang Piauw itu melirik dan menatap curiga pada kakek pendeta Khu Sin Hoo. Tapi, salah seorang telah berteriak lagi: 'Cong Wie Ciong Piauw- Tauw melintang empat meminta jalan ..... melintang empat meminta jalan.     Cong

Wie Ciong Piauw-tauw     melintang empat meminta jalan.

Suara teriakan itu semakin lama semakin perlahan, karena iring-iringan kereta barang bergerak terus. Jadi tegasnya, iring-iringan piauw itu seperti meninggalkan Khu Sin Hoo dan Han Han, mereka mengambil jalan jurusan timur.

Tiba-tiba, baru saja orang-orang Piauw-tauw Cong Wie Cong Piauw Tauw itu lewat, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda. Waktu Khu Sin Hoo dan Han Han menoleh, maka tampak sepasang kuda, dengan di atasnya tampak dua orang berwajah bengis, sedang mencongklang kearah mereka, berhenti di dekat si-kakek dan si-bocih. Mungkin kedua orang berwajah bengis ini menganggap Khu Sin Hoo hanyalah seorang beribadat, seorang paderi miskin, lagi pula Han Han yang telah di anggapnya sebagai pengemis cilik. Itulah sebabnya kedua orang itu tak memperhatikan Khu Sin Hoo dan Han Han, mereka hanya mengawasi menghilangnya kereta-kereta Piauw yang terakhir di tikungan sebelah kanan lalu salah seorang di antara mereka mengeluarkan semacam bahan kembang api, kemudian dibakar dan dilemparkannya keatas. Kembang api itu meluncur cepat sekali, lalu tahu-tahu kembang api itu telah meledak dan pecah menimbulkan sinar di udara .....

Khu Sin Hoo ketawa tawar melihat sikap orang, dia menarik tangan Han Han untuk menyingkir ke samping, sedangkan kedua orang bermuka bengis itu telah mengedut tali les kuda mereka, melaratkan kuda mereka kejurusan rombongan Piauw-hang itu lewat. Dalam waktu sebentar saja, mereka telah Ienyap, yang tertinggal hanyalah debu yang mengepul tinggi.....

Dan baru saja kedua penunggang bermuka bengis itu berlalu, dari jurusau mana tadi mereka muncul, telah tampak tiga penunggang lainnya. Wajah mereka juga bengis-bengis dan mata mereka berkilat melihat Khu Sin Hoo dan si bocah itu, namun mereka tak memperdulikan kedua orang itu, mereka hanya mendengus dan melarikan terus kuda tunggangan mereka.

Dalam waktu yang singkat, mereka jaga telah Ienyap ditelan oleh mengepulnya debu yang membubung tinggi..... ! Begitulah berturut-turut muncul beberapa penunggang kuda lainnya, yang semuanya bersikap seperti penunggang- penunggang kuda yang terlebih dahulu !

"Hmmm.    perampok-perampok yang tak tahu diri !" menggumam Khu Sin

Hoo tawar, dia memegang tangan Han Han. "Mari kita berangkat, Han-jie.   !."

Han Han menyahuti, dia mengikuti pendeta tua she Khu itu untuk berlalu. Tetapi baru saja mereka berjalan beberapa tindak, tiba-tiba di jurusan muka mencongklang cepat sekali beberapa ekor kuda dengan beberapa orang laki-laki bermuka garang sebagai penunggangnya. Mereka menarik tali kekang kuda itu dan dengan gerakan yang enteng serta lincah, kelima orang laki2 bermuka garang itu melompat dari kuda tunggangan mereka.

"Hai pendeta butut.....!" bentak salah seorang di antara mereka. "Mau apa kalian sejak tadi berdiri di situ ?"

Khu Sin Hoo ketawa dingin, matanya mencilak,

"Jalan ini jalan umum, bukan dibuat oleh Cauw-congmu !" dia balas membentak dengan suara tawar. "Mau apa kalian terlalu usil mengurusi diriku?!"

Wajah kelima orang itu berubah, malah yang tadi bertanya, telah berjingkrak.

"Pendeta butut.....!" bentaknya bengis. "Apakah kau tak mengenai kenatian?" "Hmmm..... bagi Loo-lap kematian adalah biasa..... kalau memang kalian mempunyai kemampuan untuk membunuh Loo-lap, bunuhlah ......!" menyahuti Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo nyaring, dia juga ketawa dingin.

Wajah kelima orang itu jadi berubah lagi, dan yang tadi membentak sudah mencelat tinggi, tangan kanannya diulurkan menyerang si Hwee-shio dengan jurus 'Kim Liong Tam Jiauw' atau 'Naga emas mengulurkan cakarnya', dia bermaksud untuk mencengkeram kepala Khu Sin Hoo yang gundul.

Tanpa melepas cekalannya pada tangan Han Han, Khu Sin Hoo menggunakan tangan kirinya untuk menyentil dan dalam sentilanuya, mengandung hawa murni dari tenaga Lwee-kang yang kuat sekali.

Maka itu, hebat kesudahannya ! Dengan mengeluarkan suara jeritan, tubuh orang bermuka bengis itu yang sedang melayang di udara seperti tertahan oleh gelombang tenaga yang kuat sekali, tahu-tahu tubuhnya itu terpukul mental dan ambruk di tanah ! Napasnya seketika juga tehenti di tenggorokan, jiwanya melayang melayang menghadap Giam-lo-ong. !

Keempat kawannya yang juga rata-rata bermuka bengis, jadi terkejut, mereka sampai memandang kesima pada mayat kawan mereka itu, yang sudah membujur kejang  !

Khu Sin Hoo telah ketawa dingin lagi.

"Pergilah kalian sebelum aku mempunyai niat untuk membunuh..... ! " kata si Hwee-shio tawar

Seketika itu juga keempat orang bermuk a bengis itu jadi tersadar;, mata mereka jadi mencilak bengis,

"Hwee-shio gundul keparat ..... siapa kau yang telah berani membunuh Pie Toako kami ? " bentak salah seorang di antara keempat orang bermuka bengis itu dengan suara yang galak sekali. Walaupun dia jeri melihat Pie Toakonya dirubuhkan si paderi hanya satu kali sentilan saja, tapi tokh dia berani, karena dia berempat, dan orang ini yakin, kalau dikeroyok, tentu Hwee-shio itu akan dapat dibunuhnya .....

"Kau menanyakan namaku, apakah kalian sudah berpikir untuk mampus?" bentak Khu Sin Hoo bengis. "Hmmm. diberi jalan hidup, tapi memilih kematian

!"

Keempat oraag itu gusar sekali, mereka berteriak membentak galak dan mereka bukan hanya membentak, karena keempat orang ini telah melompat untuk menyerang sekali berbareng. "Kurcaci yang tak tahu gelagat!" gumam Khu Sin lio tawar, dia tak mengelakkan serangan keempat orang itu, juga dia tak melepaskan cekalan tangan kanannya pada Han Han, hanya tangan kirinya bergerak cepat dan bertenaga, dia membuat, setengah lingkaran, sehingga tangan kiri si pendeta ini melengkung ke dalam, lalu dengan mengeluarkan suara bentakan yang perlahan, tangannya itu menyentil empat kali sekelilingnya terdengar suara jeritan yang menyayatkan.

Tampak tubuh keempat orang penyerang Khu Sin Hoo itu terpelanting dan ambruk di tanah tanpa bergeming lagi.....! Mereka juga sudah lantas putus jiwa. dikala tangan kiri Khu Sin H o itu manyentil dengan disertai oleh tenaga Lwee- kang. !

Han Han yang melihat hal itu, jadi menggidik.

"Tay-soe..... apakah..... apakah tak lebih baik kalau tadi keempat orang ini diberi hajaran saja ?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya.

Khu Sin Hoo tertawa gelak-gelak mendengar pertanyaan bocah she Han ini. "Han-jie .....!" katanya dengan suara yang berubah lembut. "Mereka ini

sangat jahat, maka kalau tak dimampusi, tentu dibelakang hari akan membikin, kesulitan pada masyarakat yang lemah tak berdaya .....! Mereka adalah perampok- perampok yang akan membegal piauw hang tadi.  !!"

Han Han tak menyahuti, dia hanya mengawasi kelima mayat orang yang bermuka, bengis itu yang menggeletak kejang di tanah. !

"Mari kita pergi, Han-jie. !!" ajak Khu Sin Hoo sambil menuntun tangan si

bocah.

Han Han mengangguk saja, mereka lalu meninggalkan kelima mayat orang- orang yang bermuka bengis itu, juga meninggalkan kelima binatang tunggangan kelima orang itu yang kala itu sedang memakan rerumputan yang terdapat di situ !

Belum berselang lama Khu Sin Hoo dan.Han Han meninggalkan tempat tersebut, tampak mencongklang pesat sekali dua ekor kuda. Ternyata penunggang itu orang yang tadi melepaskan kembang api. Mereka dengan cepat tiba di tempat kelima mayat itu menggeletak. Untuk kaget mereka, segera juga mereka mengenali bahwa kelima mayat itu adalah kawan mereka !

Dengan cepat mereka melompat turun dari kuda tunggangan mereka itu, memeriksa kelima mayat yang terbujur kejang. !

"Tak ada tanda-tanda, bekas luka pada tubuh mereka ini, CieToa-ko kata salah seorang di antara kedua panunggang kuda itu dengan seruan herannya. "Aneh.....! Mereka binasa dengan mata mendelik dan mulut terpentang lebar, seakan-akan sebelum menemui kebinasaan, mereka berlima menderita kesakitan yang hebat !"

Orang yang dipanggil Cie Toa-ko itu bernama Cie Siang, mengerutkan kedua alisnya.

"Inilah aneh. .....!" gumamnya, dia juga tak kalah herannya. "Siapa yang telah turun tangan membunuh mereka?!" Dan Cie Siang memeriksa kelima mayat kawannya itu, juga dia tak memperoleh tanda-tanda luka pada kelima mayat itu, sampai diapun tak mengerti dengan cara apa kelima kawannya itu terbinasa!!

"Bo-tee .....!!" katanya kemudian sambil berdiri. "Mari kita melaporkan hal ini kepada Hauw Loo-tangkeh. !"

Kawannya yang dipanggil Bo-tee itu bernama Bo Cin, dia mengangguk. "Ya

..... kita harus memberikan laporan kepada Hauw Loo-tangkeh.....!!" sahutnya. "Di dalam hal ini tentu ada sesuatu yang luar biasa..... tentu ada orang kosen yang membantui Cong Wie Piauw-kiok secara menggelap"

Dengan sebat mereka menaiki kuda tunggangan mereka itu, yang lalu dilaratkan cepat sekali menuju kearah selatan, kemudian membelok tiga tikungan, tibalah mereka di depan sebuah rumah, di mana tampak banyak orang.

Cepat sekali Bo Cin dan Cie Siang melompat turun dari kuda tunggangan mereka itu.

"Mana Hauw Loo-tangkeh.    ?" tanya Cie Siang kepada salah seorang yang

berada didekat situ.

"Di dalam ..... " menyahuti orang itu, yang sudah lantas membukakan pintu masuk Cie Siang dan Bo Cin.

Waktu memasuki ruangan itu, dilihatnya Hauw Loo-tangkeh sedang berdiri membelakangi pintu, memandang keluar jendela. Dengan cepat Ceng Siang dan Bo Cin menjatuhkan dirinya berlutut.

"Siauw-jia membawa berita. Hauw Loo-tanggkeh .....!!" kata Cie Siang tanpa berani mengangkat kepalan ya

Hauw Loo-tangkeh Cin Sie Ong mendengus, tapi dia tak membalikkan tubuhnya, dia tetap berdiri di tempatnya memandang keluar jendela, membelakangi kedua orang bawahannya itu.

"Berita apa    ?" tanyanya dingin

"Rombongan Piauw-hang itu sedang beristirahat di dusun Ming-an-chung, rupanya mereka telah mengetahui bahwa rombongan mereka itu sedang diincer oleh kita orang .....! Dan juga ..... " Cie Siang tak meneruskan perkataannya, dia mengangkat kepalanya memandang punggung Hauw Loo-tangkeh, pimpinannya itu.

"Hmm ..... kenapa ?" tegur Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong dingin waktu mendengar orang tak meneruskan perkataannya, dia juga memutar tubuhnya. Matanya mencilak kedua alisnya berkerut. "Apa yang telah terjadi ?"

"Kelima orang-orang kita yang melakukan penguntitan untuk jurusan timur telah terbinasa secara aneh, mereka terbinasa dengan tak ada tanda-tanda luka pada tubuh mereka  !"

Mendengar laporan itu, wajah Hauw Loo-tangkeh jadi bengis. "Siapa yang telah membunuh mereka"? Bentaknya.

"Siauw-jin tak mengetahui Loo-tangkeh, ..... kami berdua menemukan mereka dalam keadaan tak bernyawa .....!!" menyahuti Cie Siang cepat, rupanya dia takut sekali melihat Hauw Loo-tangkeh mereka itu sedang dalam keadaan gusar.

Hauw Loo-tangkeh mendengus, rupanya dia murka sekali. Sepasang alisnya berkerut dia jadi memutar otak untuk menduga-duga orang yang telah membunuh kelima orangnya itu.

"Lalu bagaimana dengan penguntitan jurusan barat?'' tegur Cin Sia Ong setelah berselang beberapa saat lamanya.

"Semuanya 'berjalan lancar ....., hanya orang kosen yang membantu pihak Piauw-hang itu telah mengadakan persiapan karena mereka telah memecah diri menjadi dua rombongan, yang terdiri dari rombongan belakang dan muka !!"

"Hmmm ..... kirim sepuluh lagi untuk melakukan penguntitan terus secara bergilir !!" kata Hauw Loo-tangkeh dingin.

'"Jangan melakukan gerakan apa-apa yang dapat membikin pihak Piauw- hang itu mengerdil s pihak kita! Sebelum ada perintah dari ku, tak searangpun kuijinkan untuk men-coba2 melakukan penyerangan!"

"Baik Loo-tangkeh' ..... !" menyahuti Cie Siang dan Bo Cin hampir berbareng.

"Nah ..... pergilah kalian melakukan tugas yang telah kuberikan ! Juga jangan lupa mengirim dua orang kita untuk melakukan enyelidikan siapa orangnya yang telah membunuh kelima orang-orang kita itu !! "

"Baik Hauw Loo-tangkeh .....!" menyahuti Cie Siang dan Bo Cin lagi, setelah menganggukkan kepala mereka tiga kali, maka kedua orang ini mengundurkan diri dari ruangan itu. Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong sendiri telah membalikkan badannya menuju kejendela lagi, dia menatap keluar dengan sepasang alis berkerut.

"Siapa orang yang telah membantu pihak. Piauw-hang itu ? " pikirnya. "Apakah orang benar-benar kosen seperti apa yang dikatakan oleh Cie Siang ?!"

dan Hauw Loo-tangkeh, pimpinan Harimau ini yang berasal dari perkumpulan Pek Bwee Kauw, perkumpulan bunga Bwee putih, jadi memutar otak. "Hmmm biar

bagaimana Piauw-hang dari Cong Wie Piauw-kiok ini harus jatuh ketangan Pek Bwee Kauw kalau perlu aku akan meminta pada Kauw-coe untuk mengirimkan

bala bantuan, mengirimkan Kim-soe Loo-tangkeh dan Pek Wie Too-jin !"

Perlahan-lahan Hauw Loo-tangkeh ini memutar tubuhnya, dengan kepala tertunduk dia menuju kepembaringan dan duduk di situ sambil memikirkan rencana penyergapan pada rombongan Cong Wie Piauw-kiok.

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

JIAUW PIE JIE LAY Khu Sin Hoo mengajak Han Han mengambil jurusan barat, perlahan-lahan mereka menyusuri jalan itu dengan berdiam diri. Karena, keduanya sedang tenggelam dalam alam pikiran mereka masing-masing.

Han Han sedang memikirkan keadaan kedua orang tuanya dan keempat Soe- heng, Soe-cienya, yang sekarang entah berada di mana sedangkan Khu Sin Hoo

sendiri sedang memutar otak untuk memikirkan pengobatan bagi Han Han     !

Tiba-tiba di antara kesunyian yang mencekam sekitar daerah itu, terlihat enam sosok bayangan yang sedang berlari-lari dengan mengeluarkan suara tertawa yang berisik sekali. Keenam sosok bayangan itu lari kearah Khu Sin Hoo dan Han Han.

Waktu keenam bayangan itu sudah datang mendekati, Han Han jadi mengeluarkan seruan tertahan, lubuhnya menggigil. Kenapa ?!

Itulah ayah ibunya dan keempat murid ayahnya ..... dan yang lari paling muka adalah Han Swie Lim, di belakangnya mengikuti Han Hoe-jin, Soe Niang, Hi Lay, Hi Beng dan Tang Siu Cauw.

Han Man jadi menjerit dan melepaskan tangannya dari cekalan Jiauw Pie Jie Lay, berlari-lari ke arah kedua orang tuanya itu.

"Thia ..... Ma     !" serunya.

Keenam bayangan itu berhenti di depan si bocah, mereka berhenti tertawa dan saling pandang sesaat, namun kemudian mereka telah ke tawa lagi. "Thian mau bertamasya     Wftfoas

mau bertamasya---!!" seru Han Swie Lim sambil menari-nari, dia sudah tak mengenal putera tunggalnya itu, sedangkan pakaiannya telah koyak-koyak dan kotor sekali. Begitu juga dengan Han Hoe-jin dan keempat murid dari orang she Han yang telah gila itu.

"Ya, ya, ya, Giok Lie akan ikut serta dengan Thian !!" Han Hoe-jin juga berteriak-teriak sambil tertawa-tawa dan menari. Matanya jelalatan menyeramkan sekali !

Melihat itu, Han Han menubruk ibunya antuk memeluk Han Hoe-jin, dia juga menangis sedih sekali.

"Ma ! Ma ! Ini aku, Han-jie ..... !" teriaknya bagaikan kalap. "Ini aku Ma .....

kenapa kau ?. Kenapa kau Ma ?!"

Han Hoe-jin sendiri begitu melihat si bocah menubruk dan memeluk dirinya, jadi berseru marah.

"Bocah kurang ajar ..... kau berani berlaku ceriwis pada Giok Lie      !!" dan

karena dia sudah tak dapat mengenali puteranya, diangkat tangannya, sekali tepak saja pada bahu si bocah tubuh Han Han terpental dan ambruk di tanah sambil mengerang sakit. Namun bocah ini kalap sekali, dia menangis kencang dan melompat bangun lagi akan menubruk ibunya.

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

(Bersambung) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar