Pusaka Tongkat Sakti Jilid 6

Jilid 06

"Benar, losuhu. Dan hal ini terjadi secara kebetulan saja. Sedangkan tadinya, sebelum siauwte bertemu dengan To Bi suhu sama sekali tak tahu bahwa pedang tersebut adalah senjata pusaka dari Siauwlimpay yang besar, maka harap maafkan siauwte kalau dengan tak sengaja siauwte pernah menganggap barang pusaka itu secara tidak sepatutnya."

To Gun Hosiang tersenyum, hatinya makin tertarik. Dan memanglah Hayhauw pernah mendapat didikan dari gurunya dalam tatacara pergaulan sehingga dengan cepat ia dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Terhadap orang- orang tak karuan, apalagi yang memihak lawan, tak perlu berlaku sopan dan merendah. Sebaliknya terhadap orang- orang yang dapat dijadikan kawan, jangan berlaku kurang ajar dan jangan memperlihatkan sifat tinggi hati. Hingga Hayhauw kini dipat mengikuti seluk-beluk dan suasana perjuangan.

"Anakmuda marilah bercakap-cakap sambil duduk", ujar To Gun Hosiaug sambil tetap bersenyum ramah. Setelah Hayhauw duduk berhadapan dengan pendeta ketua itu, sementara ia menyuruh To Ci Hosiang pergi kedapur menyediakan hidangan, To Lek Hosiang disuruhnya menyapu diluar kuil dan Ketiga hwesio lainnya lagi disuruhnya mengerjakan kewajiban mereka, hingga selanjutnya diruangan itu hanya ketua kuil dan Hayhauw berdua saja duduk saling berhadapan, Hayhauw sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya hwesio ini hendak mengadakan pembicaraan dengannya secara dibawah empat mata biarpun pada lahirnya para hwesio yang lima orang itu disuruhnya mengerjakan kewajiban mereka, padahal sebenarnya sambil bekerja mereka mempunyai tugas untuk menjaga diluar kuil.

"Anak muda, pertama aku situa bangka ini mengucapkan selamat bertemu dengan kau seorang murid tunggal dari kawanku Tiong Sin Tojin yang pada beberapa hari yang lalu pernah mampir kemari", demikian hwesio ini mulai pembicaraannya. "Aku sangat gembira mendengar kawanku telah mempunyai murid, dan kegembiraan hatiku lebih-lebih lagi setelah kini aku bertemu denganmu yang telah memberikan bantuan amat besar bagi kami, telah menjatuhkan yang setimpal terhadap sisesat To Tek Hosiang sehingga pedang Imyangkiam pindah ketanganmu dan yang kini telah berada ditanganku. Sebagaimana kau tentu sudah mendapat keterangan dari To Bi Hosiang, bahwa pedang Imyangkiam merupakan salah satu barang pusaka dari Siauwlimpay yang telah dibawa minggat oleh seorang anggota partai kami, sehingga entah sudah berapa kotornya keadaan pedang itu selama dibawa dan dipergunakan dalam kesesatannya. Siauwlimpay telah mengirim beberapa orang untuk melakukan penangkapan dan mengambil pedang itu dari manusia sesat itu, tiga orang diantaranya ialah yang telah berjumpa diperjalanan denganmu. Sekarang sisesat itu sudah tewas sesuai dengan hukuman karmanya, dan Imyangkiam sudah dapat diamankan, semua ini berkat jasamu yang sangat besar bagi kami sehingga hanya aku tak cukup untuk membalasnya dengan hanya ucapan terimakasih belaka."

"Losuhu . . ." tukas Hayhauw, "Sudahlah, soal apa yang losuhu katakan jasa itu janganlah ditarik panjang. Hal ini tak lebih hanya siauwte melakukan apa yang dipesankan oleh Tiong Sin suhu bahwa siauwte harus bertindak terhadap sijahat dan membela silemah yang terlindas. Sekarang siauwte mohon petunjuk bagaimana siauwte harus bertindak dalam melakukan darmabakti pada jaman perjuangan ini, oleh karena sebenarnya yang menyebabkan siauwte bisa sampai disini adalah hendak mencari Ceng Kunhi yang siauwte dengar telah menjabat pangkat tinggi dalam Pasukan Garuda."

Hayhauw lalu menuturkan riwayat hidupnya dengan singkat dan diceritakan pula bahwa ia tadi sudah pergi kekota Thaygoan mencari Ceng Kunhi yang tak dapat diketemukannya.

"Pantas, pantas! Tadi mereka datang kemari dan menggeledah kuil ini", ujar hwesio itu setelah mendengar pengakuan sianak muda yang terakhir itu. "Katanya mereka hendak mencari seorang pemuda buronan yang telah mengacau dikota dan mereka sangka bersembunyi disini. Kiranya yang mereka cari itu justru engkau adanya . . ."

"Mereka . . . ? Mereka siapakah yang losuhu maksudkan dan sampai mengejar kemari . . . ?" anak muda itu menegur karena sesungguhnya seperti sudah diceritakan, ia sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi dikuil ini selama ia tidur dilembah tadi.

"Mereka itu Ceng Kunhi dan Kulangcha bersama beberapa orang serdadu anak buah mereka".

"Keparat! Kemana mereka sekarang . . . ?" "Sabar anak muda" kata To Gun Hosiang ketika melihat betapa anak muda itu beranjak dari tempat duduknya dan pada wajahnya yang tampan itu membayangkan kemarahan hatinya. "Kau duduklah kembali dan jangan terlalu menurutkan dorongan hati yang dikuasai dendam kesumat."

Mendengar cegahan yang penuh wibawa ini sadarlah Hayhauw bahwa ia telah berlaku tidak semestinya. Ia duduk kembali seperti tadi dan mendengarkan dengan peauh perhatian ketika hwesio tua itu berkata pula lebih lanjut.

"Aku mengerti bahwa dendam kesumat dihatimu terhadap Ceng Kunhi sangat besar, akan tetapi pelampiasan dendam pribadi itu hendaknya jangan dilakukan secara sembrono dengan hanya mengandalkan kepandaian yang kau miliki. Seperti kau tadi telah membuat kekacauan dikota Thaygoan sehingga telah bentrok dengan perwira-pewira dari Pasukan Garuda, sedangkan tujuanmu semata-mata hanya hendak mencari Ceng Kunhi untuk menyelesaikan dendam pribadi, tindakanmu itu terus terang tak dapat kubenarkan. Oleh karena, sesungguhnya dalam Pasukan-Garuda selain Ceng Kunhi dan Kulangcha, masih terdapat dua tokoh iblis persilatan yang berkepandaian amat tinggi. Mereka kakak beradik dan masing-masing bernama Angbin Lomo dan Ouwbin Sinkay (si iblis tua bermuka merah, dan si pengemis sakti bermuka hitam). Dari cabang persilatan mana kedua tokoh itu aku tidak tahu, hanya yang terang keduanya berkepandaian amat tinggi dan menghambakan hidup mereka kepihak kaum penjajah. Kalau tidak terlalu perlu jarang sekali mereka keluar dan hanya berdiam saja digedung gubernuran karena, sesungguhnya kedua iblis itu merupakan pelindung pribadi dari Lo Binkong cangtok dan sekaligus merupakan dua tenaga yang paling diandalkan bagi Pasukan Garuda. Tadi, mujur sekali kau tidak sampai bentrok dengan kedua iblis itu, dan kalau sampai mereka turun tangan, walaupun kepandaianmu warisan dari Tiong Sin Bengyu (kawan) cukup tinggi, kurasa sukar sekali kau akan dapat meloloskan diri. Itulah sebabnya maka berani kukatakan bahwa tindakanmu tadi tak dapat kubenarkan. Bukanlah kau akan jadi kecewa dan merasa diri konyol kalau dari kesembronoanmu sampai menjumpai peristiwa yang diluar dugaanmu itu?"

"Benar, losuhu. Siauwte mengharapkan petunjuk selanjutnya", kata Hayhauw sambil tunduk oleh karena hatinya benar-benar sangat menyesal setelah menginsyafi kesembronoannya tadi. Kata-kata hwesio itu seakan-akan membuka matanya, sehingga maklumlah kini bahwa di dunia ini banyak sekali orang-orang yang berkepandaian tinggi, maka diam-diam hatinya berjanji bahwa ia takkan membuat kesembronoan untuk kedua kalinya.

To Gun Hosiang mengangguk-angguk. "Tempo hari, ketika suhumu mampir kemari pernah menceritakan bahwa kau akan datang dikota Thaygoan disebabkan musuh besarmu yang selama ini kau cari itu berada dikota tersebut. Dugaan suhumu itu sungguh tepat, buktinya kau kini muncul dan disebabkan gara-gara Imyangkiam, maka kita saling bertemu dan berkenalan. Juga suhumu meninggalkan pesan untuk kusampaikan kepadamu jika bertemu, kau jangan sekali-kali bersepak terjang hanya menurutkan nafsu, dorongan hati yang dikuasai dendam dan rasa sentimen, sungguhpun hal ini menjadi tujuaamu yang utama. Dalam detik-detik perjuangan ini, dimana-mana rakyat jelata gagah perkasa bangkit dan berjuang untuk menumbangkan dan mengusir kaum penjajah yang sudah delapan puluh sembilan tahun bercokol ditanah air kita, selama mana tidak sedikit kekayaan negara kita dikuras habis-habisan dan bangsa kita ditindas dengan seribu satu macam aturan yang serba biadap sehingga tanah air yang kita cintai ini menjadi rusak dan miskin serta kehidupan rakyat jelata tak beda seperti mempunyai azas untuk menjebol dan membangun, menjebol dan meruntuhkan kerajaan penjajah asing dan membangun atau membina kerajaan baru yang dirajai oleh bangsa kita sendiri yang pandai mengatur ketatanegaraan, yang dapat memperhatikan nasib rakyat, supaya tidak ada lagi penindasan dan penghinaan, penghisapan manusia atas manusia. Tidak seperti jaman penjajah ini, rakyat hidup dalam lumpur kesengsaraan dan kelaparan, menjadi budak kaum penjajah. Yah, hanya kaum pengkhianat sajalah dalam jaman penjajah ini dapat hidup mewah, karena mereka justru mengekor kaum penjajah, menjadi antek penjajah, sudah seharusnya mereka sekalian dibakar habis oleh api perjuangan”.

To Gun Hosiang menunda pembicaraannya sebentar dan tentu saja ucapan yang panjang lebar itu sangat membingungkan Hayhauw yang mendengarkannya. Tetapi anak muda ini hanya diam saja dan sambil diam sedapat mungkin ia mempelajari ucapan hwesio tua itu yang sedikitnya membakar semangat pula.

"Perjuangan kita ini maha besar, yang akan mengubah keadaan negara dan nasib rakyat jelata", demikian hwesio tua ini berkata "Konon kabarnya, Coe Goan Ciang, itu pelopor dan pemimpin perjuangan kini sedang berusaha menduduki kotaraja, dan seirama dengan itu kitapun harus berusaha pula merebut kota Thaygoan dari kekuasaan penjajah, lebih cepat lebih baik! Akan tetapi . . ." tiba-tiba hwesio itu membisu dan membungkuk seakan-akan ada sesuatu yang mempengaruhi hatinya.

"Mengapa . . . losuhu?" tanya Hayhauw tak mengerti. Hwesio itu mengangkat kepalanya dan memandang kepada

Hayhauw lalu berkata pula setelah menghela nafas amat dalam.

"Baru kuingat kini, bahwa Tiong-gi-pay, kesatuan rakyat pejuang yang satu-satunya terdapat disini dan yang dapat diharapkan dapat merebut kota Thaygoan, semalam telah mengalami peristiwa hebat yang sedikitnya tentu mendatangkan penghambatan bagi perjuangan kita . . ."

"Mengapa, losuhu . . . ?" kembali Hayhauw bertanya. "Tan Kimpo, pemimpin Tiong-gi-pay telah diculik pada waktu semalam, disebabkan dia sedang sakit maka dia tak berdaya ketika disergap dan kini telah ditawan oleh Pasukan Garuda. Pengumuman dari gubernuran yang kudengar tadi bahwa Tan Kimpo akan dijatuhi hukuman gantung dimuka pintu gerbang gubernuran nanti sore. Tadi sebelum kau datang kemari kami sudah berunding bahwa tindakan yang paling penting kita lakukan ialah kita harus menolong Tan Kimpo atau mengambil mayatnya dari tiang penggantungan. Hanya saja, entah bagaimana pelaksanaannya, kami belum mengadakan hubungan dengan para anggota Tiong-gi-pay . .

."

Tergeraklah hati Hayhauw sehingga ia cepat mengajukan pertanyaan. "Losuhu, bolehkah siauwte membantunya dalam hal ini?"

"Bukan saja boleh, bahkan sebagai murid dari Tiong Sin Tojin kau sewajibnya membantu dalam hal ini. Dan untuk setujuan, sebaiknya kita mesti mengadakan hubungan dahulu dengan kawan-kawan dikesatuan Tiong-gi pay."

"Dimanakah mereka berada? Losuhu, siauwte bersedia menghubungi mereka atas nama losuhu", ujar anak muda itu penuh semangat.

Berserilah wajah hwesio ini setelah mendengar pernyataan anak muda itu. "Bagus! Justru inilah yang sangat kuharapkan. Oleh karena dengan demikian justru kau jadi menjatuhkan diri dengan mereka, kau dapat berjuang bersama-sama dengan kesatuan Tiong-gi-pay sebagaimana suhumu pesankan. Dengan menggubungi bersama mereka, kau menjadi pejuang yang berkesatuan dan aku yakin bahwa kau akan dapat melaksanakan maksud dan tujuan perjuangan dibawah naungan Tiong-gi-pay yang kami dukung sepenuhnya, baik pikiran, harta, tenaga dan jiwa. Kebetulan Ceng Kunhi musuh besarmu itu merupakan salah seorang yang menjadi musuh bagi Tiong-gi-pay, maka disamping berjuang atas nama Tiong- gi-pay yang bertujuan membela nusa dan bangsa, sekaligus kau dapat berhadapan langsung dengan Ceng Kunhi, terhadap siapa kau bisa melampiaskan rasa sakit hatimu!"

"Bagus! Siauwte terima saran losuhu. Tunjukkanlah tempat kesatuan tersebut, supaya siauwte dapat pergi kesana sekarang juga!"

"Baiklah! Tetapi sebelum kau berangkat mari kita duduk- duduk didapur", hwesio itu bangkit dan lalu mengajak Hayhauw keruangan dapur dimana ternyata hidangan yang masih mengepul-ngepul asapnya sudah disediakan diatas sebuah meja bundar yang telah dipersiapkan oleh To Ci Hosiang sijuru masak.

"Cite, sudah siapkah hidangan untuk menjamu tamu kita ini?" tanya ketua kuil Lianhoksi itu kepada sijuru masak yang ketika itu sedang menaruhkan tujuh buah bangku diseputar meja bundar itu.

Sebagai jawaban hwesio tukang masak itu hanya mengangguk penuh hormat sehingga To Gun Hosiang lalu berkata kepada Hayhauw.

"Nah, anak muda, mari kita makan bersama. Kuharap kau jangan banyak sungkan. Hanya saja sayang sekali hidangan yang ada pada kami tidak terdapat daging dan ikan, begitu juga kami tidak sediakan arak, sehingga untuk minumnya hanya air teh melulu untuk makan santapan yang sederhana ini?"

Han Hayhauw maklum bahwa para hwesio umumnya tidak makan barang berjiwa dan tidak suka minum arak, maka ia menjawab tanpa sungkan.

"Kenikmatan bersantap bukan disebabkan lezatnya masakan daging dan ikan, melainkan hanya disebabkan perut lapar dan justru perutku kini sudah keruyukan.!" To Gun Hosiang ketawa dan begitulah, sesaat kemudian, setelah para hwesio lainnya yang melakukan tugas diluar kuil tadi berdatangan, maka Hayhauw lalu duduk bersama mereka dan mulai menyantap.

Betapapun juga Hayhauw merasa asing duduk bersama para hwesio, sehingga ia tidak berani sembarang makan dan minum sebelum para hwesio yang rata-rata lebih tua itu mendahuluinya. Ternyata Hayhauw mengenal juga tatacara kesopanan dalam hal makan bersama.

"Eh, mengapa engkau masih sungkan?" Melihat mangkok dan cangkir Hayhauw masih tetap kosong, kepala kuil menegornya dan lalu menyambar cangkir yang disediakan untuk anak muda itu diisinya dengan air teh wangi yang di kucurkan dari sebuah poci besar.

"Ah, losuhu. Sungguh siauwte membikin repot saja. Biarlah siauwte menuang sendiri", Hayhauw cepat mengulurkan tangan kanannya hendak direbut cangkir yang sudah diambil dan diisi air teh oleh To Gun Hosiang itu. Akan tetapi, sambil tertawa hwesio tua itu terus mengisi cangkir itu dengan air teh sampai penuh dan ketika cangkir itu sudah penuh, namun hwesio itu masih terus mengisinya sehingga kini air teh dalam cangkir itu sudah terlalu penuh dan mucung, lebih tinggi dari pada permukaan mulut cangkir. Akhirnya barulah hwesio itu menghentikan kucuran air teh dari poci dan kini ditangan kirinya terdapat cangkir berisi air teh yang terlalu penuh akan tetapi ketika cangkir itu diangsurkan kepada Hayhauw, ternyata air teh yang terlalu penuh itu sedikitpun tidak tumpah. Bagi orang yang tak paham ilmu silat tingkat tinggi, hal ini akan ditanggap sebagai sulapan atau sihir, akan tetapi anak muda ini maklum bahwa hwesio tua itu sedang memamerkan ilmu Iwekangnya. Dan memanglah sambil mengajak makan bersama ini, To Gun Hosiang ingin menjajal kepandaian anak muda itu secara halus, oleh karena hwesio ketua kuil Lianhoksi ini masih belum mengetahui betapa tinggi tenaga Iweekang yang dimiliki oleh murid tunggal dari kawannya ini, sungguhpun kehebatan ilmu tongkatnya sudah ia dengar dari sutenya yang menceritakannya tadi.

Hayhauw maklum bahwa ia hendak diuji maka sambil berkata. "Ah, losuhu sampai sudi meladeni siauwte seperti terhadap tamu agung, benar-benar membuat siauwte merasa tak enak" lalu tangan kanannya diangsurkan kedepan dan menerima cangkir yang air tehnya muncung seperti puncak bukit itu. Bahkan, ketika cangkir itu sudah berada didalam cekalannya, sengaja cangkir itu agak ia miringkan sehingga mendoyong kekiri, namun air teh yang terlalu penuh tetap tidak tumpah juga, seakan-akan air teh yang cair itu telah berubah menjadi barang kental dan hampir mengeras. Sambil menahan napas karena seluruh tenaga Iweekangnya dikerahkan ketangan yang memegang cangkir itu, Hayhauw menengadahkan wajahnya keatas dan mulutnya dibuka lebar, sementara cangkir didekatkan kepada mulutnya, seakan-akan ia siap hendak meneguk air teh itu. Akan tetapi sampai sesaat lamanya, biarpun cangkir itu sudah dimiringkan disisi bibirnya, air teh masih tetap "mengeras" malah cangkir itu sampai dibuatnya menjungkir kebawah, namun bukan saja air teh itu tetap tidak tumpah, bahkan setetespun tiada yang menitik kedalam mulutnya yang sudah, siap menadah itu. Baru akhirnya, seiring dengan tenaga Iweekangnya yang berangsur-angsur dikendurkan, air teh itu lalu mengalir perlahan dan memasuki mulutnya.

To Gun Hosiang ketawa gembira sambil bertepuk tangan, diturut oleh kawan-kawannya. Tatkala air teh dalam cangkir itu sudah kosong pindah kemulut Hayhauw yang lalu meneguknya. Dengan sikap biasa, anak muda ini lalu menaruh cangkir itu diatas meja sambil berkata.

"Sungguh harum dan nikmat air teh suguhan losuhu ini, hanya sayang terlalu kental dan agaknya setengah beku, sehingga sukar siauwte meminumnya". "Hebat, hebat . . . !" seru To Gun Hosiang yang masih ketawa gembira dan bertepuk tangan. "Kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri, siapa akan percaya akan hal yang mengagumkan ini?" Setelah menghentikan ketawa dan tepuk tangannya, hwesio ini lalu bertanya kepada kawan-kawannya.

"Adik-adikku, aku telah memberi hormat kepada kawan baru kita dengan secangkir air teh sebagai pengganti arak, apakah kalian juga ingin memberi penghormatan sebagai tanda keakraban persaudaraan kita dengan murid tunggal dari Tiong Sin Tojin ini?"

Para hwesio itu maklum bahwa ketua mereka dengan secara halus menyuruh mereka menjajal juga kepandaian sianak muda itu. Terutama To Lek Hosiang dan To Ci Hosiang, betapapun juga mereka ini tidak mau ketinggalan.

To Lek Hosiang situkang sapu itu segera bangkit dan tangannya mengambil mangkok yang terletak dihadapan Hayhauw.

"Benar-benar sahabat kita ini terlalu sungkan, buktinya mangkoknya dibiarkan tinggal kosong saja. Maka baiklah pinceng mengisinya sebaigai tanda penghormatan" katanya sambil meletakkan mangkok itu ditengah-tengah meja, diantara mangkok-mangkok sayur yang tersaji disitu. Kemudian, dengan mempergunakan sepasang sumpitnya ia menjumput beberapa potongan sayuran dari dalam mangkok- mangkok hidangan itu dan aneh sekali, setiap sumpit itu menjapit potongan sayur dari setiap mangkok, tanpa menggerakkan keatas seperti dicongkel oleh ujung sumpit, kemudian meluncur turun kedalam mangkok yang menjadi bagian Hayhauw. Ia melakukan hal ini beberapa kali sambil tersenyum-senyum sehingga sebentar saja mangkok Hayhauw sudah menjadi penuh.

Hayhauw cepat mengambil mangkok yang sudah dipenuhi potongan sayur-mayur itu sambil berkata "Sungguh siauwte merasa berat sekali menerima penghormatan yang sedemikian besar. Akan tetapi anehnya mengapa mangkok cuwi tinggal dibiarkan kosong saja? Baiklah siauwte yang mengisinya?"

Lalu ia mengambil sumpit dan dengan meniru perbuatan To Lek Hosiang tadi yaitu ia seakan-akan mencelupkan sumpitnya kemangkok-mangkok masakan dan tanpa membuat gerakan mencokel, tahu-tahu berlompatlah potongan-potongan sayur itu kekanan dan kekiri dan secara tepat sekali memasuki mangkok-mangkok yang terletak dihadapan keenam orang hwesio itu, yang sebentar saja sudah menjadi penuh. Kagumlah mereka serta maklum bahwa anak muda itu benar- benar mempunyai "isi" yang dapat dibanggakan.

"Marilah kita mulai makan!" kata To Gun Hosiang akhirnya dengan hati puas dan begitulah selanjutya mereka makan bersama tanpa disertai sulapan-sulapan lagi. Sambil makan, To Gun Hosiang terdengar berkata terhadap Hayhauw.

”Beginilah kalau kami, para hwesio ini makan. Tanpa lauk- pauk, hanya sayur-mayur saja sebagai teman nasi sehingga karenanya sering melontarkan ejekan terhadap kami sebagai keledai pemakan rumput."

Baru kini maklum Hayhauw bahwa mengapa orang-orang suka mengejek hwesio-hwesio dengan sebutan "keledai", kiranya itulah alasannya. Akan tetapi sebagai imbangannya, anak muda ini secara cerdik sekali cepat berkata.

"Lebih baik disebut keledai pemakan rumput daripada orang-orang yang suka makan daging dan ikan sehingga mereka sangat tepat disebut srigala pemakan bangkai."

Mau tak mau mereka tersenyum dan terdengar To Ci Hosiang menggarami. "Perkataanmu tepat juga, anak muda!"

"Tetapi nyatanya siauwte sendiri suka makan daging dan ikan, juga doyan sayur-sayuran maka kiranya tepatlah kalau orang menyebutku sebagai binatang sridai!" "Sridai . . . ?! Binatang macam apakah sridai itu?" tanya To Bi Hosiang yang baru kini kedengaran suaranya.

Sambil ketawa Hayhauw menerangkan. "Setengah srigala dan setengah keledai".

Riuhlah mereka tertawa, To Gun Hosiang sampai terbatuk- batuk, agaknya ada sepotong sayuran yang terelak ditenggorokannya. Demikianlah mereka makan sambil bercengkerama dengan gembira sehingga akhirnya setelah segala, makanan yang dihidangkan itu ludas berpindah kedalam perut mereka yang menjadi kembung baru mereka bubar dan Hayhauw segera menyatakan bahwa ia akan segera berangkat ketempat kesatuan Tiong-gi-pay.

"Tunggu dulu sebentar, aku akan membuat surat pengantar", ujar To Gun Hosiang yang segera masuk kedalam kuil dan beberapa saat kemudian, hwesio tua itu tampak keluar dan mendapatkan Hayhauw yang menantinya didapur.

"Bawalah surat ini dan katakanlah bahwa kau diminta olehku apabila kau memasuki daerah rahasia mereka, mendapatkan rintangan. Sebagai penunjuk jalan, perjalananmu akan disertai To Li Hosiang. Nah, selamat jalan, selamat berjuang demi mencapai suksesnya perjuangan kita!"

Dengan penuh hormat Hayhauw menerima surat yang diberikan oleh ketua kuil Lianhoksi itu sambil mengucapkan terimakasih atas segala petunjuk dan kebaikan yang ia telah terima.

Akhirnya ia memberi hormat terhadap biarawan pendekar- pendekar Siauwlimpay itu sebagai salam mohon diri, dan begitulah, Hayhauw meninggalkan kuil Lianhoksi, menuju ketempat rahasia yang menjadi markas besar dari Tiong-gi- pay, dikawani oleh To Li Hosiang hwesio yang masih muda, sebagai penunjuk jalan.

ooooooooOdwOoooooooo Tempat rahasia yang menjadi markas besar Tiong-gi-pay ternyata letaknya jauh juga dari kuil Lianhoksi. Harus melampui beberapa dusun yang sudah menjadi kosong menerobosi hutan-hutan kecil dan tiga kali melewati lembah jurang yang amat dalam, sehingga Hayhauw kalau tak diantar oleh To Li Hosiang, tak mungkin ia akan dapat tiba ditempat yang dituju. Perjalanan yang ditempuhnya agak sulit dan harus melalui jalan-jalan yang amat dirahasiakan bagi umum, inilah sebabnya maka sampai begitu jauh bala tentera dari Pasukan Garuda tidak dapat menemukan rahasia Tiong gi pay.

Disepanjang perjalanan tak sedikit Hayhauw mendapat keterangan dari To Li Hosiang tentang situasi kota Taygoan dan tentang kekuatan kesatuan Tiong gi pay. Sebagaimana dibagian depan sudah diceriterakan, bahwa Tiong gi pay adalah sebuah perkumpulan yang gagah berani dipimpin oleh Tan Kimpo, seorang bekas kauwsu dikota Taygoan atau yang sudah dipecat dan ditawan oleh Pasukanan Garuda dan akan dijatuhi hukuman gantung dimuka pintu benteng gubernuran. Tiong gi pay mempunyai anggota, tak kurang dari seratus orang, sebagian besar terdiri dari rakyat jelata, miskin, dan bekas murid-murid Tan Kimpo. Dibantu pula oleh tiga orang pendekar pendatang yang menjadi pembantu utama Tan Kimpo, tiga pendekar perantau yang menyatakan diri kedalam kesatuan Tiong gipay itu masing-masing adalah Kang Culay, pendekar perantau dari Santung yang mahir sekali dalam hal ilmu panah. Orang kedua ialah seorang pendekar berasal dari Kansu bernama Lim Tongpin dan mempunyai nama julukan Toato Kansu atau siGolok besar dari Kansu oleh karena ia bersenjatakan sebilah golok besar dan berat. Adapun orang ketiga ialah seorang pendekar muda berasal dari Hokkian, namanya To Bunki berjuluk siKepalan baja oleh karena sepasang kepalannya benar-benar keras seperti baja yang menjadi sepasang senjatanya yang paling dibanggakan. Jelas pendekar muda dari Hokkian ini adalah seorang ahli gwakang atau tenaga luar yang mempunyai kekuatan tenaga luar biasa. Biarpun kepandaian ketiga orang pendekar ini kalau mau dibandingkan dengan Tan Kimpo masih beda dua tiga tingkat dibawahnya akan tetapi dengan pengerahan tenaga mereka, maka membawa arti yang cukup besar bagi kekuatan Tiong gipay. Demikian apa yang Hayhauw dengar dari To Li Hosiang selama dalam perjalanan itu.

Ketika mereka sudah sampai dipuncak, sebuah bukit kecil, dan didepan mereka kelihatan serumpun hutan belukar yang nampaknya angker sekali, To Li Hosiang menghentikan langkahnya sambil berkata "saudara Hayhauw, kuantar cukup sampai disini saja karena tempat tujuanmu sudah dekat. Didalam hutan belukar yang kelihatan didepan kita itu adalah markas Tionggipay, kau masuklah hutan dan kau hendaknya hati-hati. Tunjukkanlah surat dari To Gun suhu dan perhatikanlah pesan-pesannya, apabila kau hadapi rintangan dari mereka.”

"Terima kasih atas segala kebaikanmu To Li bengya. Dan kapankah sekiranya kita bisa ketemu kembali?"

"Betapapun pasti bertemu kembali, hanya kapan dapat perintah dari To Gun suhu. Namun rasanya dapat kupastikan bahwa senja nanti kita bertemu dikota Tay Goan.”

"Untuk menolong Tan Kimpo locianpwe . . . ?

"Benar! Atau kalau dia sudah tak tertolong nyawanya kita amankan jenazahnya sebagai mana To Gun sudah direncanakan tadi."

"Bagus, . . . !" seru Hayhauw penuh semangat. Dan begitulah mereka lalu berpisahan, To Li Hosiang kembali ke Lianhoksi sambil berlari, cepat adapun Hayhauw berjalan menghampiri hutan belukar yang menjadi markas besar Tiong gi pay itu.

Betapapun juga Hayhauw merasakan bulu tengkuknya meremang melihat keangkeran belukar ketempat mana ia akan menuju itu. Hembusan angin dimusim panas yang meniup daun-daun pepohonan lebat dihutan itu terdengar menggema menderu-deru. Sinar matahari tak dapat menembus kerimbunan hutan itu sehingga dibawahnya, dimana Hayhauw mulai memasukinya bercuaca sedemikian suram setengah gelap seakan-akan didalam belukar yang menyeramkan itu menggenggam suatu rahasia yang sangat besar. Akan tetapi Hayhauw memiliki hati yang tabah dan keberanian yang amat besar, apalagi ia kesitu tidak mengandung maksud jahat, maka dengan tindakan tegap ia terus memasuki hutan itu, sungguhpun debaran jantungnya menegangkan juga.

Ia sudah mendapat keterangan dari To Li Hosiang tadi tentang letak markas besar Tiong-gi-pay ialah ditengah- tengah hutan tersebut, sehingga tanpa ragu-ragu lagi ia terus berjalan lurus kedepan dan makin maju ia berjalan maka makin lebatlah tetumbuhan yang menghadang didepannya. Banyak pohon-pohon yang tinggi besar dan agaknya sudah puluhan tahun tumbuh disitu terbukti selain batang-batangnya sudah banyak yang lapuk juga dilapisi lumut lumut tebal menghitam. Kalau saja Hayhauw tidak tahu bahwa ditengah hutan ini menjadi daerah dari kesatuan Tiong gi pay tentu sedikitnya ia akan beranggapan bahwa ditengah hutan ini belum pernah dijelajahi manusia oleh karena manusia apakah yang berani memasuki hutan belukar yang angker dan menyeramkan ini yang layak menjadi tempat kediaman binatang-binatang buas dan amat mungkin pula terdapat . . . setan?

Tatkala ia lewat dibawah sebatang pohon yang besar yang lebat daunnya tiba-tiba ia mendengar dari atas pohon itu suara hentakkan nyaring sehingga bergema dan suara kumandangnya seakan-akan memenuhi hutan.

"He, orang luar maksud apakah yang membawamu datang ketempat ini . . . ?" Hayhauw tidak menjadi terkejut oleh bentakkan yang tiba- tiba ini oleh karena, ia sudah dapat menduga sebelumnya bahwa orang itu tentulah salah seorang petugas dari Tiong gipay yang menjaga batas daerah mereka. Akan tetapi apa yang membuatnya kaget setengah mati adalah bahwa ketika ia mendengar dan memandang keatas pohon, sebelum ia sempat melihat penegurnya, tiba-tiba dari arah pohon tersebut berluncuran tidak kurang dari sepuluh batang anak panah tertuju kepadanya. Begitu cepat dan pesat anak panah anak panah itu menghujani tubuhnya sehingga menerbitkan suara berdesingan, akan tetapi Hayhauw sedtkitpun tidak menjadi bingung dibuatnya, sungguhpun dihatinya mengakui bahwa sipemanah itu tentu adalah seorang yang berkepandaian tinggi terutama dalam hal ilmu panah oleh karena kalau tidak, mana mungkin dapat melepaskan sepuluh batang anak panah sekaligus.

"Locianpwe yang berada diatas pohon. Jangan menakut- nakuti siauwte yang bodoh oleh karena kedatangan siauwte kemari adalah hendak menjadi anggota Tiong gipay. Sambil berkata demikian anak muda itu mengerakkan tongkatnya dan membuat gerak tipu Tiohoatlamhay atau ombak bergulung dilaut selatan. Tongkat ditangannya diputar sedemikian rupa sehigga benar-benar seperti ombak bergulung melindungi tubuhnya dan karenanya, kesepuluh batang anak panah itu dapat disapunya, sebagian terpukul menceng dan sebagian lagi terpukul menjadi patah-patah dan rontok ditanah.

"Gerakan ombak bergulung dilaut selatanmu cukup hebat untuk mematahkan serangan yang pertama akan tetapi untuk menyambut serangan yang kedua, sungguh tiada gunanya terdengar pula suara dari atas pohon itu”.

Hayhauw merasa penasaran, sekali mendengar kata-kata itu, ia cepat mendongak sambil berseru.

"Siauwte menunggu seranganmu yang kedua itu, locianpwe." "Ha ha ha ha . . . Kau mau tunggu apa lagi? Seranganku yang kedua sudah kulakukan lihatlah diseputar kakimu."

Hayhauw merasa heran dan merasa dipermainkan maka cepat ia melihat kebawah dan baru ia sadar dan makin kagum, akan kehebatan sipemanah itu, karena tanpa ia tahu dan agaknya sipemanah itu telah melepaskan anak panahnya lagi diluar dugaannya, kini, tahu-tahu ia lihat betapa disekitar kakinya telah terpancang sepuluh batang anak panah sehingga tubuhnya, benar-benar seperti telah dipagari. Hayhauw cepat mendongak lagi dan sambil menjura ia berkata "Locianpwe, siauwte benar-benar merasa tunduk terhadap kehebatan locianpwe. Siauwte mohon locianpwe sudi memberi perkenan bagi siauwte yang hendak menghadap kepada pemimpin Tiong gipay?"

Secepat ucapannya habis maka secepat itu pula ia lihat sesosok tubuh dari atas pohon melayang turun dengan gerakan seringan burung walet dan sekejap kemudian orang sudah berdiri dihadapannya. Orang itu sudah setengah tua dan sikapnya gagah sekali. Ditangan kirinya membawa sebuah gendewa besar dan sebuah bumbung yang penuh berisi anak panah, nampak tergantung dipunggungnya. Hayhauw segera maklum bahwa kini ia sedang berhadapan dengan siahli panah, dari Santung Kang Culay, maka ia segera memberi hormat.

"Locianpwe, siauwte ingin menggabungkan diri dengan Tiong gipay mohon perkenan serta petunjuk-petunjuk selanjutnya."

Kang Culay memperhatikan anak muda itu sinar mata penuh selidik, kemudian bertanya. "Anak muda aku amat menghargai hasrat dan maksudmu? Akan tetapi atas petunjuk dari siapakah maka kau bisa sampai kemari?"

Hayhauw segera mengeluarkan surat pengantar dari To Gun Hosiang dan diberikan kepada Kang Culay sambil berkata "siuwte dapat petunjuk dari To Gun losuhu. Inilah suratnya". Kang Culay menerima surat itu dan membacanya, Setelah yakin bahwa surat itu adalah tulisan tangan To Gun Hosiang, yang menyatakan bahwa sianak muda yang bernama Han Hayhauw ini adalah murid tunggal dari Tiong Sin Tojin dan mengharapkan supaya diterima jadi anggota Tiong gipay. Kang Culay lalu mengembalikan lagi surat itu kepada Hayhauw sambil berkata: "Kiranya kau adalah murid dari Tiong Sin Tojin. Kedatanganmu kemari tentu saja sangat kuhargai. Akan tetapi, tahukah akan sarat utama bagi seorang yang menggabungkan diri dalam kesatuan Tiong gi pay?"

"Bagus!" Seru Kang Culay. "Biarpun aku sudah yakin bahwa kau sebagai murid tunggal dari Tiong Sin Tojin tentu memiliki ilmu kepandaian tinggi, akan tetapi cobalah kau layani gendewaku ini barang sepuluh jurus! Bersiaplah! . . ."

Hayhauw maklum bahwa ia hendak diuji maka ia cepat melompat dari lingkaran anak panah anak panah yang memagari dirinya tadi.

"Siauwte sudah bersiap, silahkan locianpwe."

"Awas serangan . . . !" seru Kang Culay sambil maju menerjang dengan gendewanya. Ternyata selain ahli dalam ilmu panah, Kang Culay ahli pula dalam hal bersilat dengan mempergunakan gendewa sebagai senjata. Gendewa ditangannya itu bergerak-gerak sangat hebat, merupakan gulungan ombak samudra yang menerjang Hayhauw sambil mengeluarkan bunyi mengaung, sehingga Hayhauw terpaksa harus berlaku hati-hati, berkat ginkangnya yang tinggi ia berhasil mengelak setiap serangan dengan gerakan tubuhnya yang lincah. Dan sepuluh jurus, serangan Kang Culay dapat ia punahkan hanya dengan mengelak dan berkelit saja, tanpa mempergunakan tongkatnya menangkis maupun balas menyerang.

"Bagus!" seru Kang Culay sambil menghentikan serangannya yang sepuluh jurus itu. Matanya memandang dengan penuh sinar kekaguman kepada Hayhauw. "Barusan kau hanya mengelak saja, kini cobalah kau pergunakan senjatamu dalam sepuluh jurus lagi?" setelah berkata demikian, ia lalu menyerang lagi dengan gendewanya kini serangannya dilancarkan lebih hebat dari pada tadi karena maklum bahwa anak muda itu akan memberi perlawanan.

Hayhauw maklum bahwa kalau ingin diterima menjadi anggota Tiong gi pay, ia harus memperlihatkan kepandaiannya. Maka tanpa sungkan-sungkan lagi bahkan dengan perasaan gembira, ia mainkan tongkatnya dan mengeluarkan jurus yang lihay.

Kang Culay menguji Hayhauw, akan tetapi sebaliknya dengan diam-diam anak muda itu ingin menguji pula terhadap sipenguji itu, hanya sayang pertempuran saling menguji itu hanya berlangsung sepuluh jurus. Sungguhpun demikian namun bagi kedua pihak sudah dapat memaklumi akan ketangguhan masing-masing.

Setiap kali tongkat Hayhauw bertemu dengan gendewa ditangan Kang Culay anak muda ini merasa heran karena tongkatnya membal kembali seakan-akan memukul karet. Baru kemudian ia maklum bahwa setiap kali Kang Culay menggerakkan gendewanya menangkis bukan mempergunakan batangnya melainkan mempergunakan bagian tali daripada jemparing itu sehingga karenanya tak heran kalau membuat tongkatnya membal kembali. Sebaliknya, Kang Culay, sendiri harus mengakui keunggulan ilmu tongkat dari anak muda yang diujinya itu. Gerakan tongkatnya demikian kuat dan hebat, serangannya yang dilancarkan cepat luar biasa tak dapat diduga, sehingga pada jurus yang kedelapan, ia terpaksa bersilat sambi! mundur karena merasa terdesak, jurus yang kesembilan nyaris saja tongkat sianak muda itu menyodok lambung kalau ia tak cepat berkelit, dan pada jurus yang kesepuluh tahu-tahu gendewanya sudah berpindah tangan. Ternyata Hayhauw telah mempergunakan kecerdikannya dalam jurus yang kesepuluh itu. Ujung tongkatnya telah membuat gerakan mengail dan mencongkel, karena maklum bahwa orang she Kang itu selalu mempergunakan tali jemparingnya untuk menangkis maka ketika pada jurus yang terakhir itu hendak mengirim totokan kearah pundak Kang Culay orang itu menangkis dengan mempergunakan tali gendewanya, maka secara cerdik sekali, ia segera menarik sedikit tongkatnya dan disurungkan kedepan dengan gerak tipu Dewi Kwan Im memasukan benang kelubang jarum. Tongkatnya persis sekali memasuki celah diantara tali dan gendewa dan sekali ia menggentak dan menarik dengan gerakan mengait dan mencongkel, maka gendewa itu telah terlepas dari tangan Kang Culay dan ia mengulur tangan kiri untuk menangkapnya.

Saking kagumnya. Kang Culay tak dapat mengucapkan perkataan untuk memujinya. Ia hanya berdiri saja sambil memandang membengong terhadap anak muda itu.

"Locianpwe, maaf atas kelancanganku. Harap terima kembali gendewamu ini," ujar Hayhauw sambil mengangsurkan gendewa itu kepada sipemiliknya.

"Kau sungguh hebat, anak muda gagah. Tiong Gi pay takkan kecewa menerima kehadiranmu. Silahkan kau berjalan terus!" kata Kang Culay sambil menerima kembali gendewanya dan setelah kata-katanya itu habis diucapkan, tiba-tiba ia melompat keatas dan tahu-tahu sepasang kakinya telah "menclok" diatas sebatang dahan pohon dan sekali lagi ia membuat gerakan, maka lenyaplah ia dari penglihatan Hayhauw, karena teraling oleh kerimbunan daun-daunan.

Hayhauw berjalan lagi memasuki hutan rimba itu terlebih dalam sambil dihatinya benar-benar memuji kehebatan ginkang siahli panah tadi yang dapat bergerak secara luar biasa sehingga sekejap saja ia telah menghilang ketempat pos penjagaannya. Kira-kira ia melangkah baru seratus tindak tiba-tiba didepannya ia digalang lagi oleh seorang lelaki berusia kira- kira empat puluh lima tahun, tubuhnya tinggi kekar dan ditangannya memegang golok besar. Sikapnya garang dan matanya yang besar melotot membuat ia kelihatan sangat galak.

"Hai, anak muda asing! Mendapat ijin dari siapakah kau berani mendatangi tempat kami ini?" orang itu membentak sambil melintangkan golok besarnya itu didepan dadanya, sikapnya benar-benar galak dan mengancam.

Sekelebatan saja Hayhauw maklum bahwa orang ini sebagaimana ia sudah mendapat keterangan dari To Li Hosiang yang mengantarkan tadi, adalah si Golok besar dari Kansu, Lim Hongpin. Hayhauw mengerti betapa ia harus mengambil hati orang kasar dan galak ini.

"Tahukah engkau bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh setiap para peserta bagi kesatuan kami?"

Hayhauw pernah ditanya demikian oleh Kang Culay tadi, maka ia menjawab seperti tadi.

"Syaratnya adalah harus memiliki kepandaian tinggi . . ." cepat menghormat sambil memberi keterangan.

"Siauwte berani memasuki sarang harimau ini adalah setelah mendapat ijin dari Kang Culay locianpwe, dengan maksud hendak menggabungkan diri dengan kesatuan Tiong- gi-pay”.

"Tiong-gi-pay selalu menerima pendekar-pendekar pejuang seperti kau ini. Akan tetapi...”

Tiba-tiba orang yang bergolok besar itu yang memang bukan lain Toato Kansu Lim Hongpin adanya, ketawa bergelak-gelak sehingga Hayhauw diam melongo karena tidak tahu apa yang diketawakan oleh orang itu. Akan tetapi oleh karena ia sudah diberitahukan oleh gurunya bahwa orang- orang didunia kangouw ini aneh-aneh wataknya dan ia tak boleh sembarangan bersikap tidak sopan, maka ia hanya menunggu saja si Golok besar itu sampai ketawa puas, meskipun hatinya agak mendongkol juga oleh karena nada ketawa orang itu seakan-akan mengandung ejekan baginya.

"Orang yang hanya memiliki kepandaian tinggi saja bukan merupakan syarat mutlak untuk dapat diterima menjadi angota Tiong-gi-pay. Biarpun bagi seorang pejuang memang harus memiliki kepandaian tinggi, akan tetapi yang penting bagi Tiong-gi-pay adalah semangat patriot yang pantang mundur dalam bahaya apapun yang dihadapinya, rela berkorban nyawa demi membela kebebasan bangsa dan kemerdekaan negara! Harus tunduk kepada pimpinan sehingga menjadi pejuang yang mengenal disiplin, tidak plintat-plintut dan bertindak menurut kehendak hatinya”.

"Suhu siauwte sudah menamakan syarat-syarat kedalam semangat dan jiwa. siauwte berani pastikan bahwa syarat- syarat yang loncianpwe ajukan niscaya dapat siauwte penuhi."

"Siapakah gurumu . . . ?"

Terhadap orang dari Tiong gi pay ini Hayhauw merasa perlu juga untuk memperkenalkan nama gurunya.

"Gurunya siauwte adalah Tiong Sin Tojin."

Lim Hongping membelalakkan sepasang matanya yang memang melotot itu. "Kau . . . ? Murid sitosu ahli tongkat itu? Kebetulan sekali dia pernah dua kali datang kemari akan tetapi aku selalu tak sempat mencoba ilmu tongkatnya yang sangat disohorkan oleh paycu, atau ketua partai kami, maka aku merasa gembira sekali apabila kini aku dapat menjajal kepandaian muridnya, bersediakah engkau anak muda ?".

Diam-diam Hayhauw merasa girang karena mendapat kenyataan bahwa gurunya pernah datang kehutan ini dengan demikian dapat ia menarik kesimpulan bahwa gurunya pasti menjadi kawan dari orang-orang Tiong gi pay juga sehingga pantas saja gurunya, itu telah berpesan Kepada To Gun Hosiang supaya menjatuhkan diri dengan kesatuan pejuang yang gagah perkasa ini. Maka sambi1 melintangkan tongkatnya didepan dada meniru gaya Lim Hongpin yang melintangkan golok besarnya itu ia menjawab tegas. "Siauwte selalu bersedia memenuhi segala syarat yang diterapkan bagi kepentingan Tiong gi pay silahkan maju, locianpwe, siauwte ini hitung-hitung bertindak mewakili suhu yang locianpwe ingin menguji kehebatan ilmu tongkatnya.

"Bagus, kau benar-benar seorang pemuda yang bersemangat jantan. Nah, awas serangan" Lim Hongpin maju menerjang sambil mengirim serangan dengan goloknya yang besar dan berat.

Han Hayhauw cepat mengelak dan otomatis membalas dengan serangan tongkatnya. Pemuda yang cerdik ini maklum bahwa ia harus sungguh memperlihatkan kepandaian warisan gurunya terhadap orang dari Kansu itu.

Jurus-jurus pertama yang dilakukan Lim Hongpin adalah gerak tipu yang disebut Jit seng to hian atau tujuh bintang jungkir balik dilakukan bertubi-tubi sehingga goloknya itu secara cepat sekali menyambar-nyambar dan kelihatannya seakan-akan menjadi tujuh batang golok menyerang Hayhauw dari tujuh jurusan. Betapapun juga Hayhauw merasa terkejut serta kagum akan kehebatan ilmu golok yang dimiliki oleh orang she lim itu sehingga dalam jurus-jurus permulaan itu ia tak sempat balas menyerang hanva berkat ginkangnya yang sudah tinggi pemuda ini dapat menghindarkan diri dari serangan dahsyat itu dengan tujuh kali gerakan mengelak dan berkelit sehingga tujuh jurus dari Jit seng to hian telah dapat dilewatkan tanpa merugikannya! Dan ketika melihat bahwa orang she Lim itu hendak mengubah dengan gerak tipu lain sebagai serangan kelanjutanya, secara cerdik sekali Hayhauw mengambil kesempatan itu dan mendesak maju balas menyerang dengan menggunakan gerak tipu Yan cu hian po atau Burung walet menyambar gelombang. Ia sengaja mengeluarkan gerak tipu ini untuk membalas jurus-jurus yang "disuguhkan" oleh lawannya tadi, oleh karena gerak tipu ini mempunyai sepuluh bagian pecahan dan setiap pecahan merupakan serangan yang berbahaya! Kini bagian Lim Hongpinlah yang merasa kaget bukan main dan ia merasa seakan-akan dikeroyok oleh puluhan orang lawan oleh karena gerakan-gerakan tongkat yang dimainkan oleh anakmuda itu benar-benar membuatnya kebingungan!

Bagi penglihatan Lim Hongpin, tongkat pada satu saat bergelenggang lenggok bagaikan seekor ular yang hendak menotok dadanya, ketika ia cepat menangkis dengan goloknya, tahu-tahu tongkat itu sudah berpindah kelain sasaran dan demikianlah seterusnya kedua orang ini saling balas membalas dengan serangan mereka yang sama lihai serta hebat. Ketika mereka sedang seru serunya saling "uji" dan kemudian keduanya sama-sama merasa penasaran tiba- tiba dari jauh terdengar suara suitan nyaring yang terdengar jelas sampai ketempat itu dan seiring dengan itu secara tiba- tiba pula Lim Hongpin melompat mundur sambil berseru keras.

Hayhauw menahan serangannya. Dan suara suitan yang tidak mempunyai arti apa-apa baginya ternyata membuat Lim Hongpin menghela nafas dan berkata. "Sayang sekali, sedang gembira-gembiranya bertanding, dengan seorang muda yang benar-benar gagah, Kang Culay toato sudah menyuruhku membawamu menghadap niocu. Sudahlah mari kuantarkan kau, menghadap kepada niocu dibenteng." Setelah menyatakan penjelasan itu ia lalu mengajak anak muda itu dan taulah Hayhauw kini bahwa suara suitan itu adalah isyarat dari Kang Culay yang mencegatnya pertama tadi.

Sambil berjalan mengikuti Lim Hongpin Hayhauw berpikir mengapa terhadap ketua Tiong gi pay Lim Hongpin menyebut niocu. Niocu adaah sebutan terhadap ketua perempuan. Mungkin juga, oleh karena Tan Kimpo ketua Tiong gi pay itu tertangkap oleh Pasukan Garuda, maka sebagai penggantinya lalu diangkat isterinya. Alangkah gagahnya isterinya ketua dari Tiong gi pay itu, berjuang mengikuti jejak suami dan berdiam dihutan belantara begini serta dapat menggantikan kedudukan suaminya yang tertawan itu. Membuktikan bahwa wanita itu tentu memiliki kepandaian tinggi, demikian pikir Hayhauw lebih jauh.

Akhirnya mereka sampailah ditempat yang dituju dan Hayhauw mendapat kenyataan bahwa ditengah hutan yang penuh keangkeran itu terdapat banyak gubuk-gubuk kecil dibawah naungan dahan pepohonan yang lebat. Para pemuda yang rata-rata bersikap gagah bermunculan ketika mereka mengetahui kedatangan Hayhauw yang merupakan orang baru bagi mereka. Hayhauw merasa betapa tajam dan penuh selidik pandang mata mereka dan ia maklum bahwa andai kata kedatangannya ketempat ini tidak disertai Lim Hongpin, dapat dipastikan bahwa oleh mereka ia takkan "didiamkan". Mereka itu, yakni para anggota Tiong gi pay lalu mengikuti dari belakang Lim Hongpin, "mengawal" Hayhauw dan akhirnya sampai disebuah gubuk yang letaknya ditengah- tengah "perkampungan" itu.

Lim Hongpin mengetuk daun pintu gubuk tersebut dan sesaat kemudian pintu itu terbuka seiring muncul orangnya dari dalam. Tiba-tiba hati Hayhauw terkesiap ketika dilihatnya siapa adanya orang yang muncul itu. Biarpun air muka orang itu nampak muram dan sepasang pelupuk matanya bengkak tanda bahwa sedang menderita tindihan batin yang sangat hebat, namun Hayhauw tak menjadi pangling. Ia segera mengenalnya bahwa orang itu tak lain adalah . . . sidara yang sudah membuatnya mabuk kepayang.

Memanglah yang menjadi ketua Tiong gi pay untuk sementara dipegang oleh puteri Tan Kimpo. Sebagaimana sudah diceriterakan bahwa ketika Tan Kimpo disergap oleh Pasukan Garuda, putrinya yang bernama Tan Lian giok berhasil menyelamatkan diri setelah membuka jalan darah dan menjatuhkan beberapa orang serdadu dengan pedangnya. Dara perkasa ini mewakili kedudukan ayahnya selaku paycu Tiong gi pay. Hal ini atas pengangkatan segenap anggota Tiong gi pay yang merasa sepakat karena dara itu selain memiliki ilmu pedang dan kepandaiannya memang dapat dikatakan tak ada yang menandingi dalam kesatuan tersebut, juga ia merupakan putri tunggal dari Tan Kimpo sehingga pengangkatannya sebagai ketua, adalah sangat logis pantas. Betapa besar kebingungan dan kedudukan yang ditanggung oleh Lian giok yang ayahnya tertangkap serta sudah didengarnya pengumuman bahwa ayahnya akan dijatuhi hukuman gantung nanti sore, tak dapatlah dilukiskan. Bagaimana ia harus bertindak untuk menolong ayahnya benar- benar hampir putus asa.

Kini Lim Hongpin membawa menghadap kepadanya seorang pemuda yang pernah dijumpai didusun Bok li cun. Masih diingatnya betapa pemuda itu membagi-bagikan uang dan gandum setiap gubuk penduduk miskin dan dalam pekerjaan itu ia sendiri turun tangan membantunya dengan gembira, ia merasa kagum akan tingginya kepandaian yang dimiliki oleh pemuda ini, bahkan tentang kebaikan hatinya telah sudi membagi hasil berupa sekantong uang perak dan emas yang berjumlah cukup banyak sehingga menguatkan perbendaharaan kesatuan yang dipimpin olehnya. Dan yang Lian giok tak dapat lupakan ialah tentang kegantengan serta ketampanan pemuda itu . . .

Meskipun keangkuhan hatinya selaku seorang dara, bertempur dan saling serang dengan perasaannya, namun mau tak mau dan secara diam-diam ia harus mengakui bahwa pemuda itu sudah menawan sukmanya. Semenjak pertemuan beberapa waktu yang lalu, ia sangat mengharapkan pertemuan yang kedua dan ketiga kalinya. Ia ingin berkenalan bersahabatan dengan pemuda yang sudah diketahui memiliki jiwa yang besar berhati mulia berkepandaian tinggi dan berwajah tampan pernah ia ceriterakan pertemuan itu kepandaianya dan apa gerangan pendapat ayahnya? Tiong gi pay sangat memerlukan orang-orang seperti pemuda itu atau dengan lain perkataan yang lebih jelas, ialah pemuda itu sangat diharapkan menjauhkan dirinya dengan Tiong gi pay. Komentar ayahnya itu memang sangat tepat bahkan sangat mengena bagi hati kecilnya sehingga karenanya ia sangat mengharapkan dapat bertemu lagi dengan pemuda itu. Adapun kini selagi Tiong gi pay menghadapi suatu kesulitan yang sangat besar dan dapat dikata menyebabkan segenap para anggota Tiong gi pay bingung dan susah, tahu-tahu pemuda itu muncul dibawa menghadap oleh Lim Hongpin, hingga untuk sejenak hatinya berdebar tegang dan matanya memandang kepada sipemuda yang justru menatap kepadanya . . .

"Niocu, aku membawa menghadap seorang pemuda yang menurut katanya hendak mempersatukan dirinya kedalam kesatuan kita. Mohon Niocu memberi putusan!" kata Hongpin yang sama sekali tak menyadari bahwa mata niocu dan mata pemuda itu masing-masing sedang mengutarakan rasa kangen.

Demi mendengar perkataan yang disampaikan Lim Hongpin, nona Tan Lian Giok segera dapat menguasai hatinya dan lalu ujarnya: "Lim pepeh (uwak Lim), kita harus menyambut dengan penuh penghargaan kedatangan calon anggota baru ini! Bawalah dia kepondokmu dulu. Sebentar lagi aku menyusul kepondokmu."

"Baiklah niocu. Dan perlukah dia diuji?" Hongpin balik bertanya.

"Nantikan saja putusanku" sahut Lian giok tegas sehingga Lim Hongpin segera mundur diikuti Hayhauw yang sedang berusaha menekan debaran jantung dibalik dadanya. Betapa tak akan berdebar keras jantung Hayhauw karena pertemuan dengan dara yang selalu membuat hatinya tersengsam- sengsam selama ini benar-benar diluar dugaan. Pertemuan yang kedua kalinya ini benar membuat ia sangat merasa canggung dan kikuk dan memang beginilah sifatnya seorang pemuda yang baru pertama kali dihinggapi perasaan cinta, kalau jauh sijantung hati itu selalu terbayang-bayang didepan mata dan ingin selalu berjumpa, akan tetapi manakala bertemu dan saling berhadapan, maka canggung dan kikuklah dia seperti terkena pukau! Apalagi sicantik jelita yang selalu menusuk-nusuk kalbunya itu kini dalam kenyataan selaku ketua dari sebuah kesatuan yang gagah berani maka maklumlah ia bahwa sijelita itu mempunyai pengruh besar dan wibawa tinggi kalau tidak mana bisa para anggota antaranya seperti Kang Culay dan Lim Hongpin dapat tunduk dan mendapati segala perintahnya. Selain jantungnya berdebar keras benak anak muda inipun membuat sebuah pertanyaan bahwa apakah si jelita itu istri Tan Kimpo ataukah puterinya . .

. ? Kalau istri dari ketua yang sudah ditawan itu . . . ah, betapa hancur luluh hati dan luka parah sukmanya yang baru saja ditumbuhi bunga asmara yang mulai mengembang ini? Sebaliknya, apabila ia putrinya tentu hati anak muda ini akan bersorak girang dan dalam perjuangannya selaku anggota Tiong gi pay akan diusahakannya untuk megetuk pintu hati sijuita yang sudah dicintainya secara sepihak itu. Akan tetapi bagaimana kalau sudah bersuami atau sedikitnya bertunangan? Pertanyaan terakhir ini tiba-tiba, membentur benak Hayhauw sehingga anak muda ini kembali jadi merasa kebingungan sendiri. Namun, berkat otaknya yang cerdik segera mendapat akal sehingga sebelum turut mundur bersama Hongpin dari hadapan niocu itu, ia memberanikan hati bertanya.

"Siocia . . . eh maaf, Niocu . . . Bolehkah aku bertanya? Tan Kimpo locianpwe, yang ditawan oleh Pasukan Garuda itu, apakah hubungannya dengan Niocu?" "Dia ayahku dan persetujuan semua kawan-kawan kini aku bertindak selaku penggantinya."

Bersoraklah hati Hayhauw mendengar keterangan yang sangat menggembirakan ini, tapi dia berhasil mengekang perasaan hatinya ketika berkata dengan sikap sungguh- sungguh.

"Niocu disamping aku menyampaikan salam dengan ucapan selamat bertemu kembali juga setelah aku mendapat keterangan dari niocu maka dengan jalan ini aku menyatakan turut bingung dan sedih hatiku yang tak terhingga atas kemalangan yang menimpa Tan Koncinpwe sehingga kalau niocu setuju, aku bersedia mencurahkan kebodohanku untuk membantu masalah besar yang niocu hadapi ini!"

Nona Tan Lian Giok menundukkan muka sejenak. Didalam hati dara perkasa ini sebenarnya merasa bangga mendengar pernyataan sipemuda yang sudah diketahui kelihayannya itu. Betapa ia takkan menerima kesediaan pemuda itu dikala ia sendiri justru sedang memerlukan bantuan. Akan tetapi selaku penjabat ketua dari sebuah kesatuan tentu saja ia tak dapat bersikap menurutkan suara hatinya, apa lagi dihadapan para anggota Tiong gi pay, maka dengan sikap penuh disiplin nona ini berkata, "Saudara, tentu saja kami, atas nama segenap anggota Tiong gi pay merasa sangat berterima kasih sekali akan kerelaanmu ikut serta dalam perjuangan kami ini. Asal saja kau dapat memenuhi beberapa syarat yang kami tentukan."

"Nyatakanlah syarat-syarat itu juga, niocu sahut Hayhauw bersemangat."

Mata yang suram dan wajah yang suram jadi agak berseri tatkala nona itu berkata, "syarat pertama kau harus menerangkan riwayat hidupmu. Kedua, dengan maksud dan tujuan apa maka kau membantu Tiong gi pay dan ketiga, kau harus bersumpah setia serta taat dan patuh akan perintah dan aturan yang ditentukan oleh Tiong gi pay yang aku pimpin ini."

Hayhauw mengangguk-anggukkan kepala sambil bersenyum dan dari saku bajunya ia lalu mengambil surat pengantar dari To Gun Hosiang. "Niocu, kiranya segala syarat akan dipenuhi setelah kau membaca surat untukmu ini?" Lalu surat itu dtangsurkannya dengan kedua tangannya.

"Surat dari siapakah ini?" Lian giok bertanya sambil menerima surat itu dan serta merta dibuka sampulnya lalu dibacanya.

Selama sinona membaca surat itu adalah merupakan satu kesempatan yang amat baik bagi Hayhauw untuk memperhatikan dan memuaskan hatinya memandangi keadaan diri dara jelita yang sudah mengembangkan kuncup asamara dilubuk hatinya itu. Kini ia dapat melihat secara jelas kecantikan yang dimiliki sinona, tidak seperti tempo hari dalam pertemuan diantara kelepan malam disusun Bok li cun. Meskipun wajah kusut dan muram membayangkan batinnya yang tertindih kesedihan, namun sedikitpun tak mengurangi kejelitaannya, bahkan dalam pancaran mata Hayhauw justru membuktikan kecantikan yang asli dan wajar karunia alam. Pakaian yang terbuat dari cita kembang dengan potongan singkat sebagaimana layaknya pakaian pendekar wanita, ditambah lagi sebilah pedang digantung di pinggang sebelah kirinya mengesankan betapa gagahnya ia. Hayhauw ingin selamanya dapat menikmati keindahan itu dan memanglah semenjak dunia berkembang tidak ada daya penarik yang lebih memikat hati para pemuda selain menikmati wajah dara- dara ayu.

Waktu membaca surat yang memang hanya sebentar itu dirasakan Hayhauw terlalu cepat sehingga berakhirlah kesempatan yang sangat dinikmatinya itu tatkala Lian giok selesai membaca dan memandang kepadanya. "Jadi . . . kau ini yang bernama Han Hayhauw dan murid tunggal dari Tiong Sin lopepeh?" dara itu bertanya kemudian seakan-akan kurang percaya.

"Tidak salah niocu! Dan agaknya kau kenal juga dengan suhuku?"

"Bukan saja kenal bahkan Tiong Sin lopepeh menjadi kawan karib ayahku dan merupakan seorang pendukung perjuangan kami disamping To Gun Hosiang"

Hayhauw sudah dapat menduganya sesudah mendapat keterangan dari Lim Hongpin tadi bahwa gurunya sering datang ketempat ini tentu gurunya membantu perjuangan Tiong gi pay maka bukan suatu hal yang kebetulan kalau gurunya meninggalkan pesan melalui To Gun Hosiang agar ia menjatuhkan diri kedalam kesatuan Tiong gi pay ini. Tentu saja hati anak muda ini bukan main girangnya setelah mendapat keterangan yang lebih jelas dari dara itu sendiri bahwa gurunya merupakan seorang pendukung Tiong gi pay, sehingga ia yakin seyakin-yakinnya bahwa ia dapat turut berjuang membantu kesatuan ini tanpa mendapat kerewelan dari sidara ketua itu!

Sebelum Hayhauw bertanya untuk memperoleh putusan.

Nona itu keburu mendahuluinya berkata.

"Surat dari To Gun Hosiang ini sudah cukup memberi jaminan bagimu untuk kita berjuang bersama dibawah panji Tiong gi pay. Kupersilahkan kau masuk, juga Lim pepeh, mari kita rundingkan bersama tentang saran dari To Gun Hosiang yang dinyatakan dalam surat ini"

Dara ini lalu menggeser dan berdiri disisi ambang pintu, pertanda bahwa orang yang akan diajak berunding ini diberi jalan untuk masuk kedalam pondoknya.

Jangankan Hayhauw, sedangkan Lim Hongpin sendiri merasa enggan untuk memasuki pondok sidara itu. Setelah berdiam sesaat dan akhirnya terpikir, bahwa hal ini atas permintaan sidara sendiri dan pula untuk merundingkan kepentingan perjuangan maka Lim Hongpin dan Hayhauw yang tadi surut mundur ini lalu masuk. Lim Hongpin masuk duluan dan Hayhauw membuntutinya, lalu diikuti oleh sidara itu sendiri setelah menutup pintu pondoknya kembali.

Mata Hayhauw seperti mendadak menjalang menatapi segala sesuatu yang terdapat dalam pondok itu. Biarpun segalanya serba sederhana dan ukuran pondok itu tidak terlalu besar, namun terawat rapi sehingga memberikan pemndangan yang menyebapkan mata. Ini tentu berkat rawatan tangan sidia, pikir Hayhauw sambil menekan perasaan dibalik dadanya yang lagi berdebar-debar keras!

Mereka duduk diatas tiga buah bangku mengitari sebuah meja persegi diatas mana terletak sebuah jembangan kecil yang menjadi tempat bunga-bunga hutan yang masih segar. Disitulah Lian giok merundingkan saran To Gun Hosiang yang dinyatakan didalam surat, yang dibawa Hayhauw tadi, bahwa tindakan pertama yang paling penting harus dikerjakan ialah menolong Tan Kimpo dari tawanan pasukan penjajah sebagaimana sudah diceriterakan, bahwa apabila nyawa Tan Kimpo tak keburu ditolong, maka jenazahnya harus diamankan, harus diambil dari tiang gantungan baik dengan jalan apapun juga.

Lim Hongpin sigolok besar dari Kansu hanya menyatakan pendapatnya bahwa ia sangat merasa setuju dengan apa yang disarankan To Gun Hosiang itu sehingga dalam perundingan singkat itu akhirnya nona Tan Lian giok mengambil putusan untuk melaksanakan saran To Gun Hosiang, tinggal saja menyusun rencana serta siasat untuk melaksanakan pekerjaan yang bukan ringan itu. Akan tetapi dengan segera siasat dapat diatur baik oleh Lim Hongpin dan Hayhauw mendapat tugas untuk mengambil jenazah Tan Kimpo dari tiang gantungan. "Sanggupkah kau mengerjakannya, saudara Hayhauw?" tanya Lian giok akhirnya.

Hayhauw maklum bahwa pekerjaan yang sangat berat ini sengaja mereka bebankan kepadanya adalah salah satu ujian berat baginya dalam praktek. Sungguhpun dirasakan amat berat dan berbahaya, akan tetapi karena ia sudah bertekad bulat untuk menjalankan darma baktinya kepada Tiong gi pay. Sebagaimana yang dipesankan suhunya, maka tiada suatu alasan baginya untuk menolak.

"Betapapun juga aku harus menerima tugas ini mudah- mudahan saja berhasil. Mohon dari niocu!" Jawabnya tegas tapi dengan nada merendah dan agak merayu.

Tan lian giok bangkit dari tempat duduknya. Wajah yang muram nampak makin sayu karena hatinya amat bangga bercampur haru menerima kesediaan sianak muda untuk menempuh bahaya demi kepentingannya, Ia merangkapkan kedua tangannya didepan dada sambil berkata lirih, "Saudara Hayhauw, sekali lagi aku mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaanmu. Aku yakin bahwa dengan bantuanmu perjuangan kami akan membawa hasil seperti apa yang kami harapkan, sehingga tak perlu kau berlaku sungkan merendah."

Repot juga Hayhauw menerima sikap hormat dan pernyataan dari sigadis yang menyebabkan dadanya berdebar makin keras ini. Sehingga ia hanya mampu membalas menghormat, tanpa dapat mengucapkan perkataan sebagai imbalannya.

Kemudian Lian giok menuturkan kepada Lim Hongpin bahwa ia pernah bertemu dengan Hayhauw dan memberi sumbangan, untuk biaya Tiong gi pay sekantong uang perak emas, ketika ia bersama ayahnya pergi tempo hari untuk mencari biaya tambahan sehingga taulah Hayhauw kini bahwa perkumpulan yang tidak mau disebutkan oleh gadis tempo hari kiranya adalah perkumpulan Tiong gi pay ini. Apa yang paling mengesankan bagi Hayhauw dalam pertemuan itu, ialah bahwa sigadis itu tanpa diminta telah memperkenalkan namanya, Tan Lian giok. Tiga suku kata dari nama sigadis itu segera terukir dikepingan hatinya. Begitu indah dan merdu nama itu bagi Hayhauw, sehingga tak bosan-bosannya dihatinya mengulang-ulanginya seakan-akan takut terlupa pula

Sementara diluar pondok didalam mana mereka bertiga berunding dan dilanjutkan dengan acara "ramah tamah" itu maka para anggota Tiong gi pay yang sebagian banyak terdiri dari pada anak anak muda ramai berbisik-bisik karena tidak sari-sarinya niocu mereka menerima seorang pemuda kedalam pondoknya apalagi pemuda yang merupakan orang baru seperti Hayhauw itu.

"Agaknya niocu kita merasa tertarik akan ketampanan dan kegagahan orang baru itu!" terdengar seorang anak muda menggumam.

"Mereka setimpal kalau mereka berjodoh. Sipemuda cakap, sidara cantik ditambah lagi keduanya memiliki kegagahan yang patut dipuji" terdengar suara yang menggarami, dari seorang yang usianya tak dapat disebut lagi.

"Betul juga" ujar orang muda yang lain lagi. "Tapi yang paling sial adalah kawan kita, Ho Bunki sikepala baja, sekarang ia mendapat saingan" Lalu orang yang berkata demikian itu ketawa ditahan-tahan.

Ho Bunki, sipendekar muda ahli gwakang dari Hok kian yang pada waktu mana kebetulan pula berkumpul diantara mereka dan sejak tadi, ia memang melihat kedatangan Hayhauw hatinya merasa tidak enak ketika melihat betapa Tan lian giok mempersilahkan pemuda itu masuk kedalam pondoknya. Ditambah lagi sekarang ia mendengar kelakar kawan-kawannya, maka tidak heran kalau anak muda ahli gwakang yang diam-diam telah jatuh hati dengan Lian giok ini telah merasa terbakar hatinya. Memang perkataan kawannya tadi sangat tepat bahwa ia mendapat saingan sehingga terdapat anak muda baru itu telah menimbulkan rasa cemburu dihatinya. Maka ketika dilihatnya anak muda itu bersama Lim Hongpin yang setelah selesai berunding dan keluar dari pondok Lian giok. Bunki segera menghampiri dan dengan kasar siahli gwakang ini mengajukan pertanyaan kepada Hayhauw.

"Kawan baru! Kau mau menjadi anggota Tiong gi pay?"

Hayhauw agak tercengang mendapat pertanyaan dengan sikap yang tidak amat menyenangkan hatinya ini. Sesaat ditatapnya orang itu, yang bertubuh tegap dan disepasang lengannya nampak otot-otot besar mencerminkan bahwa ia memiliki tenaga yang sangat kuat. Hayhauw segera dapat menduga bahwa orang muda yang kasar ini adalah sikepala baja dari Hokkian seperti yang didengarnya keterangan dari To Li Hosiang yang mengantarkan tadi, maka biarpun hatinya kurang senang, namun ia lalu menjawab dengan sikap yang menjadi pembawaannya yaitu merendah.

"Benar, toako! Hal ini benar-benar sangat menggembirakan hati siauwte."

"Bagus!" seru Ho Bunki "Tapi aku ingin menjajal dulu kekuatanmu dengan kepalanku ini, nah terimalah!" Seiring dengan ucapannya tiba-tiba kepalan tangan kanannya yang besar dan kuat itu melayang kearah dada Hayhauw dan oleh karena jarak mereka sangat dekat sehingga seakan-akan Hayhauw tidak sempat berkelit, maka seketika itu juga terdengar suara "duk" yang sangat keras, yaitu suara yang timbul dari kepalan Bunki menumbuk dada Hayhauw.

Harus diakui bahwa kepalan Ho Bunki memang mempunyai kekuatan luar biasa, Ia pernah memukul kepala seekor kerbau gila yang mengamuk sehingga pecah dan kerbau itu mati.

-o0odwookzo0o- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar