PPKE Bab 05 : Ketua perkumpulan Naga

 
Bab 05 : Ketua perkumpulan Naga

Habis berkata, dia menggerakan tubuhnya, di dalam hatinya kembali menggelora, jika di dalam pertarungan ini, dia beruntung bisa mengalahkannya dan selain namanya membumbung di dunia persilatan, yang paling membuat hatinya tenang adalah bisa menyelesaikan salah satu harapan gurunya.

Bu-su Taysu melepaskan kebutan di pinggang-nya dan sambil tersenyum berkata:

"Pinceng sudah puluhan tahun tidak bertarung, malam ini Sicu datang ke kuil Pinceng, dan berturut-turut mengalahkan murid perguruan kami, dan Sicu juga sudah bertarung setengah malaman, menurut pendapat Pinceng, kita menentukan siapa pemenang-nya dalam tiga puluh jurus saja, bagaimana?"

Mendengar ini, Lam-goat-sian-ku tidak bisa menahan diri lagi, mendadak dia menyela:

"Jika di dalam tiga puluh jurus tidak ada yang menang atau kalah, bagaimana?"

Bu-su Taysu melirik, dengan tawar berkata:

"Itu hal yang tidak mungkin."

Lam-goat-sian-ku melihat tingkahnya yang dingin, tidak tahan dengan tertawa dingin berkata:

"Mungkin saja, dia sudah bertarung setengah malaman, Tay- suhu ingin mengambil kesempatan sebelum tenaganya pulih langsung bertarung dengan-nya, pada saatnya tiba, mungkin tidak seperti yang diharapkan?" Kata-kata ini sama dengan membuka boroknya Bu-su Taysu, wajah Bu-su Taysu menjadi merah, dengan dingin berkata:

"Lalu harus bagaimana menurut pendapat nona?" Lam-goat-sian-ku tertawa dingin:

"Pertarungan apa pun harus ada yang menang dan yang kalah, kenapa harus ditentukan dulu dua puluh jurus atau tiga puluh jurus?"

Perkataannya samar-samar mengandung ejekan, wajah Bu-su Taysu jadi berubah katanya marah:

"Nona ini hanya bisa bersilat lidah saja, tiba saatnya tentu bisa tahu sendiri!"

Lam-goat-sian-ku mendengus, sepasang matanya melototi Sin- hiong, diam-diam mengumpat:

"Kau sungguh bodoh sekali, sudah setengah harian aku membelamu, malah tampak seperti tidak ada apa-apa, jika kau nanti sampai kalah, aneh jika aku tidak menambah dua sayatan pedang ditubuhmu!"

Ketika Bu-su Taysu berdebat dengan Lam-goat-sian-ku, Sin-hiong sudah memulihkan tenaganya, dalam hatinya berpikir:

'Malam ini adalah urusan pribadiku, kau malah bicara mewakiliku, saat itu dia sengaja bertanya:

"Kalian berdua sudah selesai bicaranya?"

Mendengar ini, Lam-goat-sian-ku bertambah naik pitam, dia mendengus beberapa kali.

Bu-su Taysu tertawa:

"Ternyata kalian tidak satu kelompok, Pinceng malah telah meninggalkan masalah pokoknya."

Setelah berkata, dia menggetarkan kebutan di tangannya dan berkata lagi: "Sicu kecil, silahkan maju!"

"Maaf!" teriak Sin-hiong tidak sungkan lagi.

Dia menggerakan pedangnya, ujung pedang nya mengeluarkan desiran angin tajam, secepat kilat menusuk tiga tempat di tubuh Bu- su!

Bu-su Taysu tadi mengatakan dalam tiga puluh jurus ingin menentukan pemenangnya, walaupun Sin-hiong tidak berkata apa- apa, tapi di dalam hati dia pun punya niat yang sama, maka begitu menyerang dia sudah menggunakan tiga jurus yang dahsyat!

Tubuh Bu-su Taysu berputar, kebutan di tangannya digulung, serat kebutan tiba-tiba mengembang jadi besar, dengan cepat disapukan ke punggung Sin-hiong!

Serangan Sin-hiong tidak mengenai sasaran, tapi dia masih tenang, dia membalikkan tangan menusuk lagi: "Inilah jurus kedua!"

Bu-su Taysu mengembangkan kebutannya, melihat Sin-hiong membalas serangan dengan menusukkan pedangnya, di dalam hati berpikir:

'Kesempatan baik ini jangan disia-siakan’, dia sedikit mengurangi tenaga, serat kebutannya tiba-tiba menyatu kembali, begitu di putar, langsung menggulung pergelangan tangan dan pedangnya Sin-hiong.

Penggunaan jurus ini sangat tepat, saat ini Sin-hiong masih belum membalikkan tubuhnya, jadi dia kehilangan kesempatan menyerang, jika ingin merebut kembali kesempatan menyerang, mungkin sulit di dapat dalam sepuluh jurus!

Dalam hati kedua orang itu sepertinya sudah berjanji akan menentukan kemenangan dalam tiga puluh jurus itu, serangan Bu- su Taysu ini bisa dikatakan sangat cepat dan jitu, Sin-hiong sedikit tergetar, dia membalikkan tangannya, kembali pedang nya menusuk ke belakang!

Bu-su Taysu pun sama dia membalikkan pergelangan tangannya, kembali membelit pergelang-an tangan Sin-hiong, sambil tertawa berkata:

"Ini seharusnya jurus kelima bukan!"

Tapi Sin-hiong sudah membalikkan tubuh dan menusuk dengan pedangnya dua kali, kedua tusukan ini menggunakan jurus yang sama, Bu-su Taysu pun begitu, orang yang di pinggir bisa melihat dengan jelas, Bu-su Taysu sudah berada diatas angin!

Saat ini, di dalam ruangan ratusan pasang mata sedang memperhatikan pertarungan hidup atau mati ini, para hweesio Siauw-lim-si melihat ketua mereka berada diatas angin, hati mereka jadi merasa lega, ada juga yang berbisik-bisik memperbincangkannya.

Lam-goat-sian-ku merasa menyesal, di dalam hati berpikir:

'Jurus ini jelas-jelas diciptakan sendiri oleh Sin-hiong, jika orang lain yang melakukannya, mungkin tidak akan membiarkan mengambil kesempatan.’

Tepat ketika kebutan Bu-su Taysu menggulung, Sin-hiong mengambil nafas dan teriak:

"Betul, ini jurus keenam!"

Setelah berkata, mendadak tubuhnya meluncur ke atas, jurus Bu- su Taysu jadi lewat di bawah telapak kakinya, tapi, Bu-su Taysu tidak mengendur serangan-nya sedikit pun, begitu tubuh Sin-hiong bergerak naik ke atas, dia pun ikut naik keatas,

"Ssst!" di udara dia menyapukan kebutannya, tetap menyerang punggung Sin-hiong!

Jurus yang dikeluarkan sangat keji, ratusan orang di lapangan menjadi tegang, tidak peduli yang kenal atau tidak, semua orang jadi mengkhawatirkan Sin-hiong!

Ternyata Sin-hiong masih menyimpan jurus-nya, sekejap Bu-su Taysu menyerang, dia menarik nafasnya, tubuhnya kembali meluncur ke bawah, serangan Bu-su Taysu kembali gagal! Baru saja tubuh Sin-hiong turun, dengan cepat dia membalikkan tubuhnya dan berkata:

"Jurus ke enamku walaupun belum dikerahkan sepenuhnya, tapi tetap dihitung satu jurus, inilah jurus ketujuh!"

Setelah berkata, pedang pusakanya disabetkan ke atas, dengan cepat menyabet sepasang kaki Bu-su Taysu!

Dalam sekejap Sin-hiong sudah membalikkan keadaan, sekarang pedangnya sudah menyerang, jika Bu-su Taysu ingin turun ke bawah dengan selamat, kelihatannya hal ini sulit sekali.

Perubahan ini, membuat para hweesio Siauw-lim-si menjadi tegang, semua orang jadi khawatir!

Tapi pengalaman bertarung Bu-su Taysu sudah puluhan tahun, menghadapi keadaan yang berbahaya ini dia menghentakan sepasang kakinya,

"Weet!" dengan jurus Coan-ping-kiu-siau (Burung garuda berputar sembilan kali di kabut), dari atas dia menyapukan kebutan di tangannya ke bawah.

Sin-hiong dengan tenang meloncat ke samping dan berkata:

"Tay-suhu silahkan turun saja, aku tidak akan mengambil kesempatan dalam kesempitan!"

Tentu saja Bu-su Taysu tidak menduga lawan-nya bisa begitu cepat menghindar ke samping, otaknya berputar cepat, saat itu dengan keras berkata:

"Sicu tidak percuma menjadi muridnya Khu Ceng-hong, setiap tindakanmu telah mendapat arahannya!"

Saat tubuhnya turun ke bawah, dia memainkan kebutannya membentuk beberapa gulungan angin, berlapis-lapis menutup ke arah Sin-hiong!

Kelihatannya dia sudah benar-benar marah, Sin-hiong masih tetap tenang, dia menggerakan pedangnya, berturut-turut menusuk tiga empat kali, mulutnya dengan keras berteriak: "Jurus ke delapan, ke sembilan, ke sepuluh!"

Bu-su Taysu tidak bicara apa-apa, jurusnya semakin lama, semakin kuat, gulungan angin yang dia bentuk pun semakin besar, dalam sekejap sudah menyerang tujuh-delapan jurus!

Angin menderu-deru, orang-orang yang menyaksikan di pinggir ikut merasakan ada angin dingin menerpa wajahnya, dan angin itu telah menggulung Sin-hiong di tengah-tengah gulungan angin!

Bu-su Taysu merasa kesal sebab serangannya tidak berhasil, inaka dia melakukan serangan cepat, di dalam hati berpikir:

'Setelah satu-dua puluh jurus berlalu, walau-pun tidak bisa mengalahkan dia, tapi seharus dia bisa menang setengah jurus, jika tidak, mulai sekarang dan seterusnya Siauw-lim-pai akan terputus dengan dunia persilatan.”

Setelah mendapat lawan yang seimbang, Sin-hiong jadi bersemangat, jurus sakti dari jurus Kim-kau-kiam pun di keluarkan semua, dalam sekejap dia pun balas menyerang tujuh-delapan jurus!

Sungguh satu pertarungan yang jarang terjadi, keduanya tidak mau mengalah, sehingga hati orang-orang yang menyaksikannya jadi berdebar-debar!

Dua puluh jurus sudah lewat, penentuan siapa pemenangnya tinggal dalam sisa sepuluh jurus lagi, maka kedua belah pihak semakin menyerang habis-habisan, tadi masih bisa terlihat ada dua gulung angin keras saling menyerang, lewat dua puluh jurus, dua gulungan angin sudah menjadi satu, tidak bisa dilihat lagi mana Bu- su Taysu mana Sin-hiong?

Ci-keng Taysu adalah murid sulung Bu-su Taysu, dia mengerti nama baik Siauw-lim-si ada dalam pertarungan ini, dia jadi tidak bisa menahan diri pelan-pelan maju ke depan!

Sorot mata Ceng-ji cukup tajam, melihat keadaan ini dia jadi berteriak:

"Sian-ku, mereka mau mengeroyok!"

Lam-goat-sian-ku melirik, benar saja terlihat Ci-keng dan Ci-goan pelan-pelan berjalan meng-hampiri arena pertarungan, maka setelah mendengus, dia berkata:

"Siapa yang berani mengeroyok!"

Habis bicara, dia sendiri pun maju ke depan!

Semua orang jadi mengalihkan perhatian, tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar

"Ssst ssst!" seseorang berteriak:

"Sudah! Tepat tiga puluh jurus!"

Mendengar suaranya, dia adalah Sin-hiong, terlihat bayangan mereka berpisah, wajah Bu-su Taysu tampak pucat, Sin-hiong memasukan pedang ke dalam kecapi kunonya dan berkata lagi:

"Bu-su Lo-cianpwee, terima kasih telah sudi mengalah!"

Mendengar teriakan ini, semua orang yang tidak tahu apa yang telah terjadi, segera melihat wajah Bu-su Taysu, sekarang semua orang jadi mengetahui siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Ternyata setelah sejurus tadi, kedua orang itu melakukan serangan secara bertubi-tubi, setelah Bu-su Taysu menyerang tujuh- delapan jurus, dilanjutkan dengan menyerang lagi lima-enam jurus, setiap jurusnya amat ganas, dan ditujukan ke bagian mematikan Sin-hiong!

Sebaliknya Sin-hiong semakin bertarung semakin berani, setelah Bu-su Taysu berturut-turut menyerang tiga empat belas jurus, dia pun tidak jadi lemah, dia membalas menusukan pedangnya sebanyak tiga belas jurus pedang!

Tiga belas jurus pedang ini, semuanya adalah jurus mematikan dari jurus Kim-kau-kiam, dalam sesaat, Bu-su Taysu hanya merasakan di depan mata ada hawa pedang yang bergetar-getar, tidak tahu arah mana yang dituju oleh pedang Sin-hiong, sedikit tertegun saja, kebutan di tangannya sudah disabet pedang Sin- hiong, hingga terdengar dua suara "Ssst ssst!", rambut kebutannya sepertiga sudah dipotong oleh pedang Sin-hiong!

Wajah Bu-su terlihat sangat berat, teriaknya: "Ci-keng, kau kemari!"

Dengan perasaan ngeri Ci-keng Taysu berjalan menghampiri, dengan suara gemetar berkata:

"Murid menghadap guru."

Bu-su Taysu menghela nafas panjang, katanya:

"Ci-keng, mulai sekarang, kau adalah ketua Siauw-lim-si, tidak peduli apapun yang terjadi? Selama ada Kim-kau-kiam-khek, maka murid Siauw-lim-si dilarang menginjakan kakinya di dunia persilatan!"

Ci-keng Taysu tergetar, baru saja mau bicara, Bu-su Taysu kembali berkata:

"Ingat baik-baik kata-kata gurumu ini, kau harus baik-baik menjaga diri!"

Setelah berkata begitu, dia berjalan selangkah demi selangkah ke kamar sembahyang di belakang!

Di dalam ruangan walaupun ada seratus lebih hweesio, tapi hati semua orang seperti telah mendapat sebuah pukulan berat, semua orang bukan saja merasa berat, setengah lebih diantaranya malah diam-diam menangis.

Sin-hiong melihat keluar ruangan, bulan sudah terbenam di barat, kelihatannya sudah jam tiga pagi! Dia menggeleng-gelengkan kepala, tidak tahu apa yang akan dilakukan? Dia diam seribu bahasa, berjalan ke arah yang berlawanan!

Seratus lebih hweesio Siauw-lim-si saat ini menatap punggungnya dengan sorot mata marah, beberapa di antaranya yang beremosi tinggi, beberapa kali mau menerjang keluar, tapi semua dicegah oleh Ci-keng Taysu, Sin-hiong pelan-pelan berjalan keluar ruangan!

Keluar dari gerbang kuil, mata Sin-hiong sudah berlinang air mata, dia berguman pada dirinya sendiri:

"Guru, guru, persoalan dengan Siauw-lim-si telah selesai!"

Baru saja melangkah beberapa langkah lagi, terdengar satu orang dengan dingin berkata:

"Sen-tayhiap, selamat, tapi persoalan kita belum selesai!"

Sin-hiong tidak perlu memutar kepala, dia sudah tahu siapa orangnya, maka dia menjawab:

"Nona, aku tidak ada dendam denganmu, buat apa kau memaksa aku terus?"

Ternyata orang yang datang itu adalah Lam-goat-sian-ku, dia masih belum melupakan kebencian-nya kepada Sin-hiong, setelah mendengar perkataan Sin-hiong, kembali dengan dingin dia berkata:

"Apa kau sudah takut?"

Diam-diam Sin-hiong mengambil nafas dengan menahan diri dia berkata: "Betul!"

"Kalau begitu, di kemudian hari kau tidak boleh mengatakan Sian-souw-ngo-goat pernah dikalah kan olehmu!"

Sin-hiong kembali menganggukan kepala: "Sebenarnya aku tidak pernah mengatakan hal itu!"

Setelah berkata, tidak peduli lagi keadaan Siauw-lim-si bagaimana, juga tidak pedulikan wajah Lam-goat-sian-ku seperti apa, di depan matanya terbayang beberapa gunung besar, yaitu gunung Bu-tong, gunung Kun-lun, gunung Tiang-pek......, gunung- gunung inilah yang harus dia datangi selanjut nya, makanya tidak peduli lagi Lam-goat-sian-ku berkata apa? Dia pun pergi

Sin-hiong pelan pelan berjalan turun gunung! Malam semakin larut!

Sin-hiong menunggang kuda turun ke bawah gunung, derap kaki kudanya terdengar pelan-pelan, orang dan kudanya menghilang di kegelapan malam.

Dia berjalan pelan-pelan, di dalam hati merasakan perasaan lega.

Sekarang dia sudah meninggalkan Song-san hampir tiga puluh li, melewati satu parit yang jernih, di depan ada satu hutan yang lebat, dia melihat-lihat, di dalam hati berkata:

'Hari segera akan terang, lebih baik aku istirahat di dalam hutan itu saja.'

Setelah berpikir begitu, maka dia mencari satu tempat yang agak tersembunyi, mengikat kudanya di pinggir, lalu menyandar ke sebuah pohon besar untuk beristirahat.

Siapa sangka, baru saja dia memejamkan matanya, mendadak ada setetes benda yang lengket dan dingin menimpa di wajahnya, tadinya Sin-hiong mengira itu adalah embun pagi, tapi setelah diusap-nya, terasa tetesan itu ada yang aneh, dia segera meloncat berdiri dan berkata:

"Darah!"

Menggunakan matanya yang tajam, dia melihat ke atas, benar saja diantara dedaunan yang rimbun ada satu benda bergoyang- goyang, dia melihat lagi dengan teliti, ternyata itu adalah sepasang kaki manusia.

Tampaknya orang ini digantung diatas pohon, Sin-hiong jadi terkejut, di dalam hati berkata:

"Melihat keadaannya, mungkin disini pernah terjadi sesuatu, tapi sepanjang aku berjalan, kenapa tidak melihat ada tanda yang mencurigakan!"

Dia berpikir kembali lalu berguman:

"Disini sangat dekat dengan Siauw-lim-pai, siapa orang yang berani melakukan kejahatan di daerah ini, orang ini sungguh berani sekali?"

Sambil berpikir dia berjalan ke depan, tanpa terasa sudah kembali lagi ke pinggir parit itu, di bawah sinar yang masih remang- remang, sepertinya air parit ini samar-samar ada warna merah.

Sin-hiong melihat keadaannya begini, tanpa berpikir panjang dia lari menelusuri parit itu.

Berjalan tidak jauh, benar saja di tengah parit tergeletak sesosok mayat, punggung orang ini telah dikapak orang dengan sadis, darah segar mengalir mengikuti arus parit, hatinya membenarkan adanya kejadian ini.

Tapi ketika dia menelitinya, di atas arus sungai kembali ada segumpal darah, Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:

'Apakah diatas juga terjadi sesuatu?'

Dia kembali berjalan ke depan, berjalan tidak sampai sepuluh tombak, benar saja di dalam parit tergeletak lagi sesosok mayat!

Karena orang ini tergeletak menengadah ke atas, terlihat orang ini berusia lima puluh tahun lebih, beralis tebal, dadanyajuga dikapak dengan sadis oleh orang!

Sin-hiong tertegun, di dalam hati berpikir sungguh sadis orang yang melakukan ini, yang satu dikapak', dadanya, yang satu dikapak punggungnya, malah setelah membunuh, mayatnya dilemparkan ke dalam parit, siapa yang melakukannya?

Hatinya berpikir, kakinya pelan-pelan berjalan ke depan, berjalan tidak jauh, terlihat di tengah-tengah parit duduk satu orang, melihat ini, Sin-hiong menghentikan langkahnya dan bertanya:

"Siapa Tuan?"

Tapi, setelah dia bertanya, orang itu diam tidak menjawab, Sin- hiong berjalan menghampirinya, ter-lihat bibir orang ini mengeluarkan darah, kelihatannya orang ini sudah mati terkena oleh pukulan keras, mungkin belum lama terjadi? Sin-hiong mengambil nafas panjang, keadaan yang terjadi di depan mata ini sangat aneh dan misterius, walaupun dia sangat pintar, saat ini dia pun tidak bisa tahu apa yang terjadi?

Dia melihat ke kiri dan ke kanan, saat ini, di ufuk timur sudah tampak putih, bumi samar-samar bisa terlihat, tapi setelah dia memeriksa, tetap saja tidak tahu apa yang telah terjadi, terpaksa dia kembali berjalan ke depan.

Tiba di dalam hutan, terlihat di bawah pohon banyak tetesan darah menghitam, hati Sin-hiong tergerak, baru saja mau meloncat ke atas, memeriksa apa yang terjadi, mendadak dari luar hutan ada orang berteriak:

"Saudara, jangan sekali-sekali menyentuhnya!"

Sin-hiong terkejut, buru-buru menghentikan gerakannya, terlihat seorang tua sedang berjalan masuk ke dalam hutan.

Setelah orang tua itu masuk ke dalam hutan, dia berkata lagi: "Saudara kecil ini mungkin tidak tahu nama besarnya Cian-tok-

mo-kun (Iblis seribu racun), setelah dia melukai orang, lalu menyebarkan racun di sekeliling mayatnya, jika dia menyebarkan racun yang sifatnya ganas, orang biasa begitu menyentuhnya langsung mati!"

Mendengar kata-kata ini, hati Sin-hiong langsung terasa dingin, buru-buru dia berterima kasih dan berkata:

"Jika bukan Lo-cianpwee yang mencegah, mungkin aku sudah mati sekarang, boleh tahu nama Lo-cianpwee?"

Orang tua itu tersenyum pada Sin-hiong:

"Aku Ong Ciu-ping, teman-teman di dunia persilatan memanggilku Mo-in-kim-ci (Mengusap awan dengan sayap emas)!"

Hati Sin-hiong sedikit tergerak, dia berpikir: 'Yang lain mungkin aku tidak tahu, Mo-in-kim-ci Ong Ciu-ping ini adalah ketua dunia persilatan bagian selatan, saat aku turun gunung, di sepanjang jalan aku sudah sering mendengar orang menyebut namanya, kenapa bisa bertemu dia disini?'

Setelah berkata, Ong Ciu-ping melihat Sin-hiong yang sedang bengong menatap dirinya, tidak tahan di dalam hati berkata:

'Siapa sebenarnya orang ini? Tampaknya dia belum tahu nama besar Cian-tok-mo-kun, terhadap diriku pun mungkin masih sangat asing."

Otak Sin-hiong berputar, lalu berkata:

"Ternyata Ong Lo-cianpwee, terimalah hormat Boanpwee, apakah Lo-cianpwee tahu mayat-mayat itu siapa?"

Ong Ciu-ping menghela nafas, berkata:

"Tiga orang yang mati di parit adalah Koan-lok-sam-hiong, Ting bersaudara, mengenai yang diatas pohon itu? Orangnya lebih ternama lagi dia adalah Tiang-long-kiam-khek Ang Han-nian!"

Sin-hiong mendengar, hatinya jadi tergetar!

Semua orang dunia persilatan tahu, empat orang ini adalah orang-orang yang telah menggempar-kan dunia persilatan, setiap orang yang bergerak di dunia persilatan, hampir tidak ada yang tidak tahu nama besar mereka, tidak diduga mereka bisa mati bersamaan di tempat ini, bagaimana tidak mengejut-kan orang?

Siapa sangka, baru saja Ong Ciu-ping selesai bicara, mendadak terdengar sebuah tawa yang lembut dan dingin, mula-mula terdengar jauh tapi sekejap sudah mendekat!

Wajah Mo-in-kim-ci Ong Ciu-ping berubah, teriaknya: "Dia sudah datang!"

Sin-hiong melihat ke arah suara, terlihat orang yang datang ini kepalanya sangat besar, tingginya tidak sampai lima kaki, wajahnya bulat seperti bola saja, kedua matanya menonjol keluar, laksana setan muncul di dalam hutan!

Ternyata orang yang datang ini adalah Cian-tok-mo-kun, sepasang matanya yang  menonjol  itu  melototi  kedua orang  ini, dengan dingin berkata:

"Tidak disangka Mo-in-kim-ci Ong-tayhiap pun sudah datang, lalu siapa bocah ini?"

Tampangnya sudah jelek, ditambah bicaranya begitu dingin, membuat orang yang mendengarnya, jadi merasakan hatinya menjadi dingin.

Ong Ciu-ping maju dua langkah sesudah mendengus lalu berkata:

"Tidak salah, aku memang sudah datang, kelakuanmu dari dulu tidak berbeda jauh, Ting bersaudara dan Ang-tayhiap tidak mau mendengar nasihatku, dan bersikeras mau mengejar, jadi hanya bisa menyalahkan nasib mereka yang tidak bagus."

Tubuh Cian-tok-mo-kun yang pendek kecil bergoyang dua kali, sambil tertawa terkekeh-kekeh dia berkata:

"Kau pun tidak perlu berbuat seperti kucing menangisi tikus, pura-pura baik hati, jika kau datang untuk mendapatkan Ho-siu-oh (sejenis ginseng) yang berusia ribuan tahun ini, hemm.. hemm.. nasibmu juga tidak akan lebih baik dari pada mereka?"

Mo-in-kim-ci tertawa terbahak-bahak, katanya:

"Kau pandai sekali mengangkat dirimu, orang lain takut padamu, tapi aku Ong Ciu-ping tidak takut sedikitpun!"

Cian-lok-mo-kun tertawa dingin:

"Aku tidak menyuruh orang takut padaku!"

Baru saja dia menggerakan tangannya ingin menyerang, mendadak dari kejauhan datang lagi tiga bayangan orang, sambil tertawa berkata:

"Orang-orang yang serakah sudah datang, aku akan mengantar mereka ke neraka satu per satu!"

Setelah berkata, ketiga bayangan orang itu sudah tiba. Salah satunya berkata:

"Aku bilang apa, dia tidak akan lari kemana?"

Habis bicara, dari pinggangnya melepaskan sepasang Poan-koan- pit (Pena hakim), wajahnya tampak sombong sekali.

Ketiga orang ini berusia sekitar lima puluhan, dua orang lainnya yang satu sedang menghisap pipa tembakau panjang, yang satunya lagi bertangan kosong, mereka adalah Hio-cu (Ketua ruangan) dari tiga ruangan dalam di perkumpulan Poan-liong ( Naga yang melilit), Seng-si-poan (Hakim mati hidup) Kang-ceng, Thie-yan-kan (Tongkat tembakau) Seng Ki-ho, Ang-sat-ciang (Telapak tangan merah) Lai- cen.

Cian-tok-rno-kun tertawa lalu berkata:

"Kalian dari Poan-liong-pang berambisi menguasai dunia persilatan, kali ini demi sebatang Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun, tidak segan-segan mengerahkan seluruh kekuatan, rupanya hari ini sebuah pertarungan sengit tidak akan terhindarkan lagi."

Saat ini matahari sudah terbit, wajah orang-orang di dalam hutan semua terlihat tegang, asalkan ada salah seorang sedikit bergerak, mungkin satu pertarungan besar akan pecah.

Tanpa sengaja Sin-hiong menjumpai masalah ini, dia tahu Ho- siu-oh ada barang langka bagi manusia, tapi setelah dipikir-pikir, empat pesilat tinggi di depan mata ini bersedia mati demi sebuah keserakahan, berebut sampai akhirnya semua orang tidak mendapat keuntungan.

Berpikir sampai disini, maka pelan-pelan dia bergerak siap meninggalkan hutan.

Tapi baru saja dia melangkah dua langkah, mendadak terdengar seseorang dengan dingin berkata:

"Bocah, berhenti kau!"

Suaranya tidak keras, tapi sepatah kata-kata-nya jelas terdengar, Sin-hiong tahu orang ini adalah Cian-tok-mo-kun, dia lalu berhenti dan bertanya:

"Kenapa aku harus menurut padamu?" Cian-tok-mo-kun tertawa dingin:

"Kau sudah datang kesini, tentu saja aku harus memasukan kau ke dalam persoalan ini, kau tidak boleh pergi?"

Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, berkata: "Mungkin aku tidak pantas?"

Cian-tok-mo-kun melepaskan kapak di punggungnya dan berkata lagi:

"Aku tidak peduli kau pantas atau tidak, pokoknya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun ini aku pun mendapat dari orang lain, jika ada orang ingin merebut dari tanganku, harus melihat kemampuannya sampai dimana? Kau juga boleh mencoba nasibmu!"

Sin-hiong memutar otaknya, hati berpikir:

'Dia memaksaku seperti ini, rasanya ingin pergi pun tidak bisa."

Baru saja akan menjawab, mendadak dari luar hutan ada orang berkata:

"Boleh tidak sekalian masukan aku Lim Tai-goan!"

Begitu suaranya menghilang, orangnya sudah muncul, terlihat dari luar hutan berjalan masuk satu orang!

Orang ini memakai baju compang camping, wajahnya kotor, tangannya memegang sebatang tongkat pemukul anjing dari bambu hijau, setelah masuk ke dalam hutan, dia memandang semua orang dan berkata lagi:

"Minat semua orang tidak kecil, menurut pendapatku, lebih baik kita rundingkan dulu sebuah cara yang bagus."

Dia bicara seorang diri, tapi semua orang yang ada dilapangan tidak ada satu pun yang mempedulikannya.

Tiga pesilat tinggi dari perkumpulan Poan-liong yang baru datang, saling menatap sekali, Thie-yan-kan Seng Ki-ho batuk dua kali lalu berkata:

"Kami dari Poan-liong-pang tidak mau tahu persoalan orang lain, Kang-hiocu, betul tidak?"

Seng-si-poan mengadukan sepasang Pan-koan-pit di tangannya, sambil menganggukan kepala:

"Betul!"

Lai-ceng menggosok-gosok telapaknya dan melanjutkan: "Kalau begitu, biar aku yang duluan saja!"

Setelah berkata, dia mengayunkan telapak tangannya, terlihat telapak tangannya berwarna merah darah, pukulan telapak tangannya mengarah pada Cian-tok-mo-kun!

Cian-tok-mo-kun menangkis menggunakan kapak di tangan kanannya, tangan kiri dengan cepat dijulurkan sambil berkata dingin:

"Kalian bertiga tidak bersama-sama maju, mungkin tidak akan mampu!"

Dalam ayunan kapaknya, samar-samar terdengar suara gemuruh, tangan kirinya menyerang ke Ki-bun-hiat di tubuh Ang-sat-ciang Lai- cen!

Dia langsung menggunakan sepasang tangan-nya, serangannya pun secepat kilat, tidak percuma disebut pesilat tinggi kelas wahid di dunia persilatan!

Lai-cen berturut-turuit menghindar, sambil menghantam tiga kali, teriaknya:

"Kepandaian yang begini, masih belum masuk dalam pandangan aku marga Lai!"

Mata Cian-tok-mo-kun menyorot sinar aneh, di dalam hati berpikir: Disini ada tiga pesilat tinggi dari Poan-liong-pang, disana masih ada Ong Ciu-ping yang menjadi ketua lima wilayah selatan dan ketua Kai-pang Lim Tai-goan, di antara orang-orang ini, tidak ada satu pun yang terlihat lemah, entah bagaimana dengan bocah itu?'

Hatinya sedang berpikir, tapi tangannya sedikit pun tidak mengendur, kapak besarnya berputar putar, tubuhnya mendadak maju satu langkah, tangan kiri secepat kilat memukul ke depan!

Melihat ini, Kang-ceng tidak tahan berteriak:

"Lai-heng, hati-hati telapaknya beracun!"

Lai-cen sudah tahu di telapak tangan kirinya Cian-tok-mo-kun ada racunnya, maka dia tidak berani terlalu mendesak ke depan, dia hanya memiringkan tubuhnya sedikit. Tapi Cian-tok-mo-kun yang mendapat kesempatan tidak mensia-siakannya:

"Hemm..!" lalu kapaknya dibacokan ke arah pinggang!

Ang-sat-ciang terpaksa menghindar lagi, Cian-tok-mo-kun jadi mendapat kesempatan:

"Weet weet weet!" berturut turut membacokan kapaknya tiga kali!

Karena Lai-cen kehilangan kesempatan, maka terpaksa mundur terus ke belakang, melihat keadaan ini, Seng Ki-ho dari Poan-liong- pang segera berteriak Thie-yan-kan di tangannya bergerak menyerang!

Cian-tok-mo-kun tertawa dingin berkata:

"Kalau masih ada lagi, kenapa tidak sekalian maju saja?"

Tangan kirinya menyapu melintang, kapak di tangan kanan tetap membacok ke Ang-sat-ciang dengan ganas!

Mendapat bantuan dari Seng Ki-ho, tekanan terhadap Lai-cen dengan sendirinya jadi berkurang, dia langsung melancarkan serangan bertubi-tubi, sepasang telapak tangannya, mencoba merampas kapak di tangan Cian-tok-mo-kun! Setelah dua orang dari Poan-liong-pang maju bersama, mereka bisa mengambil kembali inisiatif, Sin-hiong yang melihat di pinggir, sangat memandang rendah tindakan pengeroyokan ini, hidungnya mendengus, sorot matanya tertuju pada Seng-si-poan, mendadak satu bayangan orang berkelebat, tongkat pemukul anjing dari ketua Kai-pang Lim Tai-goan menotok dari atas!

Lim Tai-goan adalah orang yang sudah ternama dan banyak akalnya, setelah menyaksikan di pinggir, dia tahu Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun itu berada di tangannya Cian-tok-mo-kun, buat dia menghadapi Cian-tok-mo-kun sendiri, dia masih ada akal bisa merebutnya, tapi jika sampai jatuh ke tangan orang-orang Poan- liong-pang, yang orangnya banyak, ingin merebut dari tangan mereka, harus menghabis-kan banyak tenaga.

Sebagai ketua Kai-pang, ilmu silat Lim Tai-goan tentu saja tidak rendah, begitu tongkatnya menotok, dia sudah menyerang ketiga orang itu.

Ketiga orang itu sedang bertarung sengit, tidak mengira Lim Tai- goan bisa melakukan hal ini, maka mereka jadi tidak memikirkan'untuk melukai lawannya lagi, sekuat tenaga mereka membalas menyerang, lalu dengan cepat meloncat mundur ke belakang!

Thie-yan-kan Seng Ki-ho menghisap pipa tembakaunya dua kali, dengan dingin berkata:

"Ketua Lim pun ingin melibatkan diri?"

Saat ini Lim Tai-goan sudah menarik kembali tongkat pemukul anjingnya, sambil tertawa berkata:

"Maaf, karena saudara Seng bertiga ingin mengeroyoknya, aku merasa ini tidak adil, jadi terpaksa membantunya."

Seng-si-poan Kang-ceng tadinya mengawasi Sin-hiong, jadi ketika kedua temannya bertarung, dia masih tetap diam tidak bergerak, saat semua orang sudah berhenti tidak bertarung, dia langsung meloncat ke depan dan berkata: "Saudara Lim, jika kau benar mau melibatkan diri, biar aku saja yang menemaninya, bagaimana?"

Lim Tai-goan melirik, sambil berseri-seri berkata:

"Kenapa kau begini terburu-buru? Nanti pun aku pasti akan membuatmu puas."

Setelah berkata, dia melambaikan tangan pada Sen Sin-hiong dan berkata lagi:

"Bocah, kau murid siapa?"

Sin-hiong mengerutkan alis, di dalam hati berpikir:

'Orang-orang dunia persilatan yang baru sedikit punya nama, kenapa rata-rata sombong dan membosankan, saat itu dia maju dua langkah dan berkata: "Apa kau punya masalah? Silahkan katakan saja."

Lim Tai-goan mengedipkan mata, berkata: "Jika kau murid dari perguruan ternama yang lurus, aku bisa menjadikan kau seorang wasit, jika dari generasi penerus aliran tidak karuan, maka kau tidak pantas dijadikan juri!"

Mendengar ini, di dalam hati Sin-hiong sedikit marah, dia tertawa dingin dan berkata:

"Walaupun aku bukan keluaran dari perguruan ternama dan lurus, tapi juga bukan dari aliran sesat, anda salah mencari orang!"

Setelah berkata, pelan-pelan mendekati Cian-tok-mo-kun, berkata lagi:

"Entah saudara tua ini percaya padaku atau tidak, coba kau keluarkan Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu biar aku yang menjaganya untukmu, aku jamin mereka tidak bisa merebutnya!"

Kata-kata ini begitu terdengar, lima pesilat tinggi yang ada di pinggir semuanya jadi terkejut!

Lim Tai-goan tertawa keras dan berkata: "Saudara kecil, kelakar apa yang kau lakukan?"

"Yang aku katakan ini kenyataan!" kata Sin-hiong serius.

Dia tadi melihat kelakuannya Cian-tok-mo-kun sangat sadis, semula dia tidak simpatik padanya, tapi setelah melihat beberapa orang yang datang belakangan, selain Mo-in-kim-ci, semua menampakan ketamakannya, maka dia mengeluarkan kata-kata ini.

Cian-tok-mo-kun meneliti dan berkata: "Tadi bukankah kau berkata tidak pantas?"

Sambil tersenyum Sen Sin-hiong berkata: "Sekarang sudah pantas, tidak percaya kau boleh mencoba aku tiga jurus dulu."

Cian-tok-mo-kun tertawa terkekeh-kekeh: "Melihat hal ini, kau pun bisa dianggap salah satunya, aku akan mencoba setiap orang, lihat nyawa tua siapa yang lebih panjang!"

Setelah berkata, tubuhnya bergerak, tangan kiri nya dijulurkan mencengkram ke arah Sin-hiong!

Melihat usia Sin-hiong masih muda, Cian-tok-mo-kun menyerang hanya menggunakan separuh tenaga dalamnya, pikiran di dalam hati:

'Kalau kau bisa menghindar jurusku ini, sudah bisa dianggap bagus.

Tapi kejadiannya di luar dugaan semua orang, saat tangan Cian- tok-mo-kun mencengkram, tampak di depan mata bayangan orang berkelebat, tahu-tahu dia sudah kehilangan bayangan Sin-hiong!

Cian-tok-mo-kun jadi sangat terkejut!

Dengan cepat dia memutar tubuhnya, terlihat Sin-hiong sambil tertawa berdiri di belakang tubuh-nya, tidak tahan dia menarik nafas dingin, di dalam hati berkata:

"Gerakan bocah ini sungguh cepat, dia orang yang sulit dihadapi!"

Gerakan Sin-hiong yang sangat cepat, tidak saja membuat Cian- tok-mo-kun terkejut, lima orang pesilat tinggi yang berdiri di pinggir pun ikut terkejut.

Sin-hiong masih berdiri di sana tidak bergerak dia berkata: "Kenapa kau tidak mengerahkan seluruh tenagamu, jurus ini

tidak usah dihitung, coba lagi!"

Diam-diam Cian-tok-mo-kun tergetar, di dalam hati berpikir: 'Tidak peduli bagaimana, aku harus mencoba-nya lagi", maka

sambil berteriak, tubuhnya menerjang ke depan!

Di dunia persilatan sekarang, Cian-tok-mo-kun termasuk salah satu pesilat tinggi terhebat, jika tidak, dia tidak mungkin bisa membunuh Koan-lok-sam-hiong dan Tiang-long-kiam-khek Ang Han-nian.

Mengambil kesempatan saat menerjang ini, sepasang tangannya bergantian menyerang, satu telapak dan satu kapak, tenaganya tidak kurang dari ribuan kati, tapi, baru saja tubuhnya mendekat, kembali bayangan orang berkelebat, serangan dia kali ini kembali mengalami kegagalan!

Cian-tok-mo-kun sangat terkejut, tepat pada saat ini, sebuah benda dingin sudah menempel diatas lehernya, Cian-tok-mo-kun kembali terkejut, terdengar suara Sin-hiong di belakang dengan tertawa dingin dan berkata:

"Silahkan kau nilai, apakah aku pantas atau tidak?"

Cian-tok-mo-kun hanya merasa perasaan dingin di leher, terus menembus ke telapak kakinya, bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan ini?

Tampak wajah keheranan tiga pesilat tinggi dari Poan-liong-pang dan ketua Kai-pang setelah melihat peristiwa ini, Mo-in-kim-ci Ong Ciu-ping tidak bisa menutupi emosi di dalam hatinya, sambil menghela nafas panjang berkata:

"Ternyata saudara kecil adalah Kim-kau-kiam-khek yang menggemparkan dunia, apa lagi yang tidak pantas?" Nama Kim-kau-kiam-khek, dalam beberapa bulan ini sudah tersebar ke seluruh dunia persilatan, jika kejadian kemarin malam di Siauw-lim-si juga dihitung, mungkin seluruh dunia persilatan juga akan geger, tapi apa cukup dengan wajah terkejut beberapa orang di lapangan ini, langsung masalah ini selesai?

Sin-hiong tertawa:

"Jika sudah cukup pantas, tolong keluarkanlah biar aku yang menjaganya, kalian mau bagaimana bertarung, aku tidak peduli, aku masih ingin baik-baik beristirahat."

Setelah berkata, dia sudah menarik kembali pedang pusakanya, Cian-tok-mo-kun membalikkan tubuh, meneliti lagi Sin-hiong, pelan- pelan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna kuning emas dan berkata:

"Aku percaya pada Kim-kau-tayhiap, tapi aku punya satu hal yang harus kukatakan terlebih dulu."

"Asalkan saudara tua percaya, semua mudah dibicarakan." Kata Sin-hiong

Cian-tok-mo-kun membuka setengah kotak kecil itu, para pesilat tinggi yang berdiri di pinggir membelalakan sepasang matanya, otak mereka berputar dengan cepat, walaupun mereka gentar terhadap ilmu silat Sin-hiong, tapi demi keuntungan besar di depan mata, semua orang juga bersiap siap ingin mencobanya.

Mata Cian-tok-mo-kun menyapu sekali, katanya:

"Terus terang saja, Ho-siu-oh berusia ribuan tahun yang aku miliki ini, adalah hasil curian dari seorang saudagar kaya di ibu kota."

Seng-si-poan Kang-ceng marah dan berkata:

"Walaupun kau mencuri dari baginda raja, apa urusannya dengan kami? Ada kentut apa cepat lepaskan, kami tidak sabar menunggu lama-lama."

Dengan kesal Cian-tok-mo-kun melototinya dan berkata lagi: "Walau aku dijuluki Cian-tok-mo-kun, tapi aku percaya hatiku masih bersih, dibandingkan dengan orang yang mengaku dirinya dari aliran lurus, tapi secara diam-diam melakukan hal yang busuk, laki-laki merampok, yang perempuan jadi pelacur, apakah kalian tahu untuk apa aku jauh-jauh menempuh ribuan li mencuri Ho-siu- oh ini?"

Seng-si-poan melihat dia bicara memutar jauh, tidak tahan menjadi marah berkata:

"Buat apa kau banyak bicara kosong? Siapa yang pedulikan semua ini!"

Cian-tok-mo-kun tertawa dingin dan berkata:

"Hemm.. hemm.., aku bicara kosong? Aku ingin bertanya sebuah pertanyan, bagaimana kelakuan ketua perumahan Tiong Hong-kun dari perumahan Ho-gu di Ho-lam?"

Begitu kata-kata ini keluar, wajah beberapa orang disana tergetar, mereka bersama-sama berkata:

"Orang ini tidak jelek, kenapa dia?"

Cian-tok-mo-kun menghela nafas panjang dan berkata:

"Bagus, tiga bulan yang lalu aku lewat di Ho-gu-cung, aku melihat Tiong-tayhiap sudah sekarat, setelah aku tanya, baru tahu ternyata dia diserang secara diam-diam oleh musuh!"

Mo-in-kim-ci terkejut dan bertanya:

"Siapa yang diam-diam menyerang dia?"

Sorot tajam mata Cian-tok-mo-kun menyapu wajah ketiga ketua hio dari perkumpulan Poan-liong, satu kata persatu kata berkata:

"Pangcu dari Poan-liong-pang, Kiu-bun-liong (gambar sembilan naga) CiuKiu-kun!"

Orang-orang yang mendengar kabar itu, kecuali Sin-hiong semuanya sangat tergetar! Ketua Ho-gu-cung Tiong Hong-kun, sepanjang usianya menjalin persahabatan di seluruh dunia persilatan, bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi, orangnya pun sangat ramah, di dunia persilatan tidak peduli aliran putih atau hitam, tidak peduli terjadi masalah apa, asalkan dia keluar mendamaikannya, tidak ada satu pun yang tidak jadi berdamai, sehingga dia pun mendapat sebutan membanggakan Hoo-hoo-sianseng (Tuan baik hati), tidak diduga orang yang dihormati oleh semua orang, malah mendapat serangan diam-diam dari ketua Poan-liong-kun Ciu Kiu-kun, siapa yang berani percaya?

Seng-si-poan tertawa sinis dan berkata:

"Kau mau mengadu domba, tidak mungkin?"

Setelah berkata, sepasang penanya dengan dahsyat sudah datang menyerang!

Tapi baru saja tubuhnya bergerak, mendadak dari luar hutan ada orang tertawa keras dan berkata:

"Kang-hiocu jangan sembarangan bertindak, kata-kata dia sedikit pun tidak salah!"

Suara ini sangat nyaring, menggetarkan telinga setiap orang sampai mendengung tidak henti hentinya.

Sin-hiong melihat ke arah suara itu berasal, terlihat dari luar hutan melayang masuk satu orang, orang ini terlihat belum tua, memakai baju putih, yang paling mencolok mata orang, di atas bajunya ada gambar sembilan naga emas, dengan mulut terbuka lebar dan cakarnya membentang, seperti melepaskan diri terbang keluar.

Kang-ceng terpaksa menghentikan gerakan-nya, setelah tertegun lalu bertanya:

"Ketua, kata-kata anda ini apakah benar?"

Ternyata orang yang datang ini adalah ketua Poan-Iiong-pang sendiri, Kiu-bun-liong Ciu Kiu-kun, tampangnya walaupun masih muda, sebenarnya usia-nya sudah mencapai enam puluh tahun, ilmu silat luar dan dalamnya sudah mencapai puncaknya, setahun yang lalu dia mendirikan Poan-liong-pang, ambisinya sangat besar, yaitu ingin menghadapi berbagai perguruan besar.

Ciu Kiu-kun tertawa:

"Sebenarnya dia hanya tahu sedikit tidak tahu yang lainnya, kita rebut dulu Ho-siu-oh nya!"

Cian-tok-mo-kun mendengus dingin, berkata: "Rasanya tidak segampang itu!"

Ketua Poan-liong-pang melihat sekali pada semua orang dengan sombongnya dan berkata:

"Tidak peduli barang apa itu, asalkan aku marga Ciu menginginkannya, walau itu adalah simpanan istana raja, aku pun akan merebutnya."

Sin-hiong ikut mendengus dingin. Ketua Poan-liong-pang tertawa dingin:

"Ternyata saudara Lim, masih belum rela?"

Ketua Kai-pang berdiri sangat dekat dengan Sin-hiong, dengusan tadi di kira Kiu-bun-liong, Lim Tai-goan yang mengeluarkannya, makanya setelah membalikkan rubuh, bibirnya tersenyum dingin.

Sebenarnya dugaannya salah besar, yang mengeluarkan dengusan dingin ini bukan Lim Tai-goan, tapi dari Sin-hiong yang dipandang rendah oleh dia.

Di dalam hati Lim Tai-goan merasa lucu, hatinya berkata:

'Melihat sasaran saja sudah salah, buat apa masih bersikap sombong? Tapi dia tidak mau dipandang lemah, dia balik membalasnya dan berkata:

"Tentu saja, kita harus mencoba mengujinya!"

Mendadak ketua Poan-liong-pang tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Bagus, kalau begitu kita harus menunggu apa lagi? Sedari dulu barang pusaka dan senjata pusaka, orang yang berilmu baru bisa mendapatkannya, kau dan aku selesaikan dulu saja masalah kita."

Pelan-pelan dia melepaskan ikat pinggangnya, sekali digetarkan, terdengar satu suara "Ssst!", ikat pinggang itu sudah menjadi tegak lurus, segulung sinar perak bergetar, ternyata itu adalah sebuah pedang lentur!

Thie-yan-kan Seng Ki-ho meloncat ke depan dan berteriak: "Ketua, membunuh ayam tidak perlu menggunakan golok sapi,

pengemis ini serahkan saja padaku!"

Dengusan Sin-hiong tadi, Kiu-bun-liong pun berdiri membelakanginya, maka tidak tahu suara itu berasal dari Sin-hiong, tapi Seng Ki-ho melihatnya dengan jelas, setelah dia menyaksikan ilmu silatnya Sen Sin-hiong, dia khawatir Kiu-bun-liong meman-dang sebelah mata, maka setelah mendengar perkataan Kiu-bun-liong, pipa tembakaunya menunjuk pada Sin-hiong dan berkata lagi:

"Orang ini adalah Kim-kau-kiam-khek yang baru-baru ini muncul di dunia persilatan, Cian-tokmo-kun mau menyerahkan Ho-siu-oh padanya, agar dia menjaganya!"

Mendapat laporan ini, wajah Kiu-bun-liong tidak tahan jadi berubah, berita Kim-kau-kiam-khek mengalahkan Ang-hoa-kui-bo, dan Bu-tong-sam-kiam, juga ketua Hoa-san-pai hingga mengundurkan diri dari dunia persilatan, telah menggemparkan dunia persilatan, dia tidak diduga peristiwa yang menggemparkan dunia ini, dilakukan oleh seorang bocah yang begitu muda?

Tapi, Ciu Kiu-kun sudah bertekad harus mendapatkan Ho-siu-oh, dia berpikir sejenak lalu menganggukan kepala dan berkata:

"Saudara Kang, saudara Lai, kalian masing masing hadapi satu orang, Kim-kau-kiam-khek yang termasyur ini biar aku yang menghadapinya!"

Kang-ceng dan Lai-cen menyahut sekali, yang satu maju dan berdiri di hadapan Cian-tok-mo-kun, yang satu lagi menghadang di depan Mo-in-kim-ci Ong Ciu-ping, dia sendiri pelan-pelan berjalan menuju Sin-hiong.

Situasi mendadak jadi menegangkan, tapi Sin-hiong dengan tenangnya memetik sekali kecapinya, dia berteriak pada Cian-tok- mo-kun:

"Hei, apa yang sudah kau katakan itu jadi tidak?"

Saat ini Seng-si-poan Kang-ceng sudah berdiri di depan Cian-tok- mo-kun, kedua orang ini sedang saling mengawasi dengan ketat, ketika Sin-hiong berteriak, tubuh Cian-tok-mo-kun sedikit bergerak dan menjawabnya:

"Tentu saja jadi, hanya.   "

Tadinya dia mau mengatakan "Tapi sekarang tidak bisa", tidak disangka kata-katanya belum keluar, Pan-koan-pit Seng-si-poan dengan cepat sudah menyerang!

Sen Sin-hiong marah dan berkata:

"Siapa yang berani mengganggu acaraku?"

Tubuhnya meloncat ke atas, pedangnya dengan dahsyat sudah menyabet dari atas.

Ketua perkumpulan Poan-liong tidak bersiap, sehingga Sin-hiong bisa terlepas meloncat keatas.

Melihat Sin-hiong terlepas dari pengawasannya, dia berteriak keras, tubuhnya datang menerjang, ketika pedang Sin-hiong menusuk ke bawah, pedang pusakanya pun sudah menyerang.

Tampak dua sinar bentrok, diikuti suara "Paak paak!", Kiu-bun- liong berteriak:

"Jurus pedang yang bagus!"

Dia menggetarkan lengannya, menyalurkan tenaga dalam ke batang pedang, lalu melancarkan tiga jurus pedang menyerang ke atas, tidak membiarkan Sin-hiong bisa selamat turun ke bawah. Tubuh Sin-hiong sedang berada di udara, walau serangan dia sangat dahsyat, tapi karena tidak ada pijakan, saat dua pedang beradu, tubuh Sin-hiong kembali terlontar ke atas!

Saat ini enam orang yang berdiri di pinggir masih belum bertarung, melihat cara bertarung kedua orang ini, semua orang membelalakan matanya, Mo-in-kim-ci Ong Ciu-ping malah jadi mengkhawatirkan keadaan Sin-hong.

Sin-hiong tidak terburu-buru, dia menyabetkan pedangnya dua kali, setelah terlontar ke atas, tubuh berikut bayangan pedang kembali dengan dahsyat menusuk ke bawah.

Karena Kiu-bun-liong berada di bawah, tentu saja lebih menguntungkan dia, tapi setelah dia berturut turut menyerang tiga empat jurus dengan sia-sia, hatinya jadi sangat terkejut!

Saat ini, rubuh Sin-hiong kembali meluncur ke bawah, ketua perkumpulan Poan-liong memutar otak, dia cepat menghindar ke samping sedikit, tapi ketika jarak Sin-hiong ke tanah tinggal tiga lima cun lagi, Ciu Kiu-kun mendengus dingin, pedangnya menyabet pinggang Sin-hiong.

Jurus ini sungguh diluar dugaan, tadi dia menghindar, orang- orang yang menyaksikan di pinggir mengira dia tidak sanggup menahan serangan Sin-hiong, tidak di sangka dia mempunyai rencana lain.

Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:

"Jika aku tidak tahu kau punya gerakan ini, maka tidak pantas berkelana di dunia persilatan."

Walaupun tubuhnya belum menyentuh tanah, pedangnya sudah menusuk dari samping, inilah jurus Can-goat-siau-seng (Bulan sabit menyinari bintang) dari jurus Kim-kau-kiam! .

Jurus Can-goat-siau-seng ini, di dalam ilmu Kim-kau-kiam adalah jurus yang paling ganas, ketika Sin-hiong mempelajari jurus ini, gurunya pernah dengan nada terharu berkata: "Kalau tidak dalam keadaan sangat mendesak, jangan menggunakan jurus Can-goat-siau-seng ini!"

Selama mengembara, Sin-hiong sudah tidak sedikit bertarung dengan pesilat tinggi dunia persilat-an, tapi jurus ini tidak pernah dia gunakan.

Ketika pedang ketua Poan-liong-pang sedang di gerakan menyerang melintang, dia merasa yakin serangannya akan berhasil, tapi baru saja jurus pedangnya keluar setengah, pedang Sin-hiong sudah datang menyerang dari sisi miring, Kiu-bun-liong segera merasa punggung tangannya tersentuh dinginnya logam, tidak tahan dia jadi terkejut sekali, tubuhnya pun meloncat mundur ke belakang kurang lebih tiga tombak!

Sin-hiong masih berbaik hati, saat mengenai sasaran dia hanya memukul menggunakan bagian pedang yang tidak tajam, jika dia berniat melukai Kiu-bun-liong, telapak lengan kanan ketua perkumpulan Poan-liong ini tentu sudah terpotong.

Sin-hiong dengan angkuhnya tertawa:

"Ketua Poan-liong-pang pun biasa-biasa saja.."

Enam orang yang berada di pinggir lapangan semuanya terkejut dan ngeri, siapapun tidak berani mengeluarkan suara?

Cian-tok-mo-kun mengeluh dan berkata:

"Kim-kau-tayhiap bolehkah aku menanyakan nama anda?" Sin-hiong tertawa dan berkata:

"Maaf, namaku Sen Sin-hiong, apa kalian masih ada pertanyaan?"

Semua orang menyaksikan ketua Poan-liong-pang saja dalam sekejap sudah dikalahkan, siapa yang berani mengajukan pertanyaan pada dia?

Cian-tok-mo-kun tidak berucap apa-apa lagi, dia mengeluarkan kotak kecil berwarna kuning emas itu, dengan kedua tangan menyodorkannya.

Tapi baru saja dia menjulurkan tangannya, terdengar beberapa teriakan, dan bayangan orang berkelebatan, Cian-tok-mo-kun secepat kilat mundur ke belakang, sambil tertawa berkata:

"Melihat keuntungan lupa budi pekerti, apakah ini sifat asli kalian?"

Dalam kejadian tadi, orang-orang yang ada di lapangan semua bereaksi, sampai ketua lima wilayah selatan dari golongan perampok Ong Ciu-ping juga tidak terkecuali! Hanya Sin-hiong saja yang tidak bergerak.

Terlihat sekali orang-orang ini menginginkan benda langka itu, jika kotak kecil ini sampai jatuh ke tangan Sin-hiong, mereka berpikir betapa sulitnya merampas barang itu, sedangkan jika masih berada di tangan Cian-tok-mo-kun, mereka tidak terlalu risau.

Setelah semua orang tidak berhasil merebut-nya, ketua Kai-pang Lim Tai-goan melihat pada Kiu-bun-liong dan berkata:

"Ketua Kiu, apakah kita sekarang di barisan yang sama!"

Mata Kiu-bun-liong berputar-putar, lalu menganggukan kepala: "Jika kami berhasil mendapatkan Ho-siu-oh, kami akan membagi

kau sepuluh persen!"

Memang Ho-siu-oh adalah barang pusaka, jika orang biasa makan sedikit saja, bisa menghidupkan orang mati, jika orang yang berlatih ilmu silat makan barang pusaka ini, hampir sebanding dengan berlatih ilmu silat selama sepuluh tahun, walau jumlah sepuluh persen itu kecil, tapi faedahnya besar sekali, Lim Taigoan memperhitungkan keadaan di lapangan, dia merasa itupun sudah memuaskan, maka dia berkata:

"Perkataan laki-laki sejati...!" Kiu-bun-liong segera menjawab:

"Seperti kuda lari ditambah satu pecut!" jawab Kiu-bun-liong Kedua orang ini adalah ketua dari dua perkumpulan besar di dunia persilatan, begitu perjanjian disepakati, sama dengan kerja sama kedua perkumpulan besar itu, walaupun Sin-hiong saat ini bisa mendapatkan Ho-siu-oh, tapi dia akan mendapatkan kerepotkan yang besar sekali?

Ketua dari lima wilayah selatan Ong Ciu-ping merasa selalu tidak diajak bicara, saat ini tidak bisa menahan diri lagi, sambil tertawa dingin berkata:

"Sen-tayhiap, biar aku membantumu!"

Kata-kata dia ini mengisyaratkan sesuatu, Kiu-bun-liong dan Lim Tai-goan berdua jadi mendengus mendengarnya, bersama Seng-si- poan tiga orang tiba-tiba menghadang di tengah Sin-hiong dan Cian-tok-mo-kun, tujuannya adalah untuk mencegah Cian-tok-mo- kun memberikan Ho-siu-oh itu ke tangan Sin-hiong.

Sin-hiong mendengus lalu berkata:

"Kalian mau apa?"

Tangan kiri menyapukan kecapinya, tangan kanan menyerang dengan pedangnya, dengan dahsyat menyerang kelima orang itu!

Ilmu silat ke lima orang ini tidak lemah, bersama-sama mereka berteriak, masing-masing mengeluarkan kehebatannya, dalam sekejap angin pukulan dan bayangan tongkat, hawa pedang dan ujung pena hakim balik menyerang Sin-hiong!

Sin-hiong tertawa keras dan berkata:

"Silahkan kalian tanya pada diri sendiri, apakah lebih hebat dari pada tiga tetua Siauw-lim-si?"

Sepasang tangan berputar-putar, dalam sekejap mata dia melancarkan serangan sebanyak lima-enam jurus, dan tubuhnya pun sudah keluar dari kepungan!

Cian-tok-mo-kun buru-buru mengeluarkan kotak kecil itu, Sin- hiong menggeleng-gelengkan kepala dan berkata: "Tidak usah, kau pergilah, orang-orang disini biar aku yang urus!"

Setelah berkata, dia melihat sekali pada Ong Ciu-ping dan berkata lagi:

"Ong Lo-cianpwee, menolong nyawa orang, bagaimana pun jauh lebih baik dari pada melihat keuntungan lalu lupa pada teman, jika ketua perumahan Tiong itu adalah orang yang dihormati dunia persilatan, maka mohon Lo-cianpwee melupakan niat merebut Ho- siu-oh ini."

Kata-kata yang dia ucapkan itu amat kuat, Mo-in-kim-ci dengan terharu berkata:

"Dengan perkataan Sen-tayhiap ini, aku marga Ong tidak akan ada pikiran merebutnya lagi, sekarang di tempat ini aku sudah tidak ada urusan lagi, jika Tayhiap di kemudian hari ada kesempatan, harap mampir ke Bu-tiang, untuk mengunjukan rasa hormat-ku."

Setelah berkata, dia bersoja pada Sin-hiong, membalikkan tubuh pergi meninggalkan tempat itu.

Cian-tok-mo-kun lebih terharu lagi, berteriak:

"Sen-tayhiap, aku juga tidak banyak basa-basi lagi, mengucapkan terima kasih, aku pasti menyampaikan hati tulus anda pada ketua perumahan Tiong, jika dia beruntung bisa sembuh, sepanjang tahun akan mendirikan peringatan untuk menyembahmu."

Setelah berkata begitu, sekali meloncat orang-nya dengan cepat pergi.

Seumur hidup Sin-hiong belum pernah di hormati orang seperti ini, saat ini dia malah merasa tidak enak, sorot matanya pelan-pelan ditarik, tiba-tiba dia melihat ketiga Hio-cu dari Poan-liong-pang sudah berlari keluar dari hutan!

Sin-hiong jadi marah, sambil berteriak, tubuh-nya dengan cepat mengejar keluar!

Tapi baru saja dia bergerak, Lim Tai-goan dan Ciu Kiu-kun dua pesilat tinggi inipun sudah mengambil kesempatan, dua macam senjata dengan cepat datang menyerang.

Sin-hiong mendengus dingin, Kim-kau-po-kiam disabetkan ke belakang, tapi tubuhnya tetap menerjang ke depan!

Ciu Kiu-kun marah dan berkata:

"Jika kami berdua tidak bisa menghadangmu, untuk apa aku marga Ciu berkelana di dunia persilatan lagi!"

Baru saja mau mengejar, mendadak dia ditekan oleh Lim Tai- goan yang berada di sampingnya:

"Saudara Ciu, suara di timur serang ke barat, ini kesempatan bagus buat kita!"

Mendengar ini, Ciu Kiu-kun seperti sadar, tepat ketika Sin-hiong mengejar Seng-si-poan dan kawan-kawannya, kedua orang itu saling tertawa, lalu mengejar ke arah larinya Cian-tok-mo-kun.

Sen Sin-hiong yang kurang pengalaman di dunia persilatan, terus mengejar tiga orang itu, malah melupakan dua orang ini.

Ilmu meringankan tubuhnya sangat hebat, Kang-ceng bertiga sudah berlari sejauh dua tiga puluh tombak, sesudah Sin-hiong berhasil mengejarnya dia membentak:

"Berhenti!"

Mendengar bentakannya, ketiga orang itu langsung berhenti, Seng Ki-ho dengan dingin berkata: "Apa kami tidak boleh pergi?"

Sin-hiong tertawa dingin:

"Apa tujuan kalian pergi, bukankah kalian mau berputar lalu mengejar orang, hemm... hemm... siasat busuk ini tidak bisa mengelabui aku?"

Ang-sat-ciang Lai-cen tergesa-gesa, perlahan berkata: "Tahan dia!"

Tujuan Sin-hiong menghadang mereka sesaat, supaya Cian-tok- mo-kun bisa dengan bebas pergi, tapi begitu dia melihat, di depan mata seperti ada yang kurang, mendadak hatinya tergetar, di dalam hati dia berpikir:

'Kenapa aku begini bodoh, tiga orang di depan ini hanya orang kelas dua, dua orang di belakang itu, baru orang yang mesti diperhatikan.'

Berpikir sampai disini, dia jadi malas menjawab, dia membalikkan tubuh lari kembali lagi ke tempat semula.

Dia sungguh orang pintar yang bodoh sesaat, walaupun sekarang balik lagi ke tempat tadi, apakah Lim Tai-goan dan Kiu-bun-liong masih ada disana?

Begitu Sin-hiong tiba di tempat semula, benar saja tempat itu sudah tidak ada satu orang pun, pertama-tama dia tertegun, lalu dia mengerti, dia sendiri jadi tertawa bisu, di dalam hati berkata:

"Yang penting kalian semua pasti pergi ke Ho-gu-cung, aku punya kuda Ang-ji, tidak usah takut tidak bisa mengejar mereka?"

Berpikir sampai disini, dia lalu naik ke atas kudanya mengejar ke arah Ho-gu-cung!

Sin-hiong sadar mereka berangkatnya masih belum lama, di dalam hati berpikir:

"Paling bagus jika aku bisa mengejar mereka sebelum tengah hari", maka dia menjepitkan sepasang kakinya, satu orang dengan satu kuda dengan cepat berlari ke depan.

Sambil memacu kudanya dia mengawasi, tapi tetap saja menemukan satu orang pun.

Sin-hiong berpikir di dalam hati:

'Apakah Cian-tok-mo-kun melakukan perjalan-an melalui jalan kecil? Jika tidak, bagaimana pun seharusnya dia sudah menemukannya."

Tadinya masalah ini tidak ada sangkut paut dengan dirinya, tapi karena dorongan rasa keadilan, tanpa sadar, Sin-hiong jadi mengambil beban ini.

Di sepanjang jalan, sejauh mata memandang, semua adalah hutan rimbun, semakin Sin-hiong berjalan ia merasa semakin ada yang tidak beres, tadinya dia ingin balik kembali, tapi sekarang waktu sudah tidak |Mgi lagi, saat dia maju ke depan, bukan saja tidak pernah bertemu orang, satu rumah pun tidak terlihat, di dalam hati dia berpikir:

'Dari pada kembali lagi, lebih baik mencoba jalan ke depan lagi, siapa tahu bisa menemukan sesuatu?'

Setelah memutuskan, maka dia melarikan kudanya lagi.

Berjalan tidak lama, jalannya sudah sedikit datar, di sepanjang jalan pun sudah ada beberapa rumah, dia mencoba menanyakan pada orang-orang di jalan, apakah melihat orang yang seperti Cian- tok-mo-kun k-vval, orang-orang itu menjawabnya tidak tahu, walau pun sia masih meneruskan jalannya, tapi pikirannya sudahh sedikit goyah.

Waktu tengah hari sudah lewat, di depan mata kembali tampak tanah liar, Sin-hiong jadi merasa menyesal, jika sudah tahu begini, tadi dia seharusnya beristirahat dulu.

Kembali berjalan beberapa saat dia merasa perutnya keruyukan, hatinya jadi sedikit gelisah dan begitu mengangkat kepala, dia melihat tidak jauh dari tempatnya tampak ada satu tembok merah.

Hati Sin-hiong tergerak di dalam hatinya berfikir:

'Kelihatandi didepan itu jika bukan kelenteng pasti sebuah kuil,' karena sedang merasa kelaparan dia tidak berpikir panjang lagi, mempercepat jalannya mendekati tempat itu.

Setelah dekat dia dia melihat memang sebuah kelenteng, warna merah ddi sudut temboknya sudah terkelupas, tembok di perkarangan belakang juga sudah roboh, tampaknya sebuah kelenteng yang sudah tidak digunakan lagi Sin-hiong merasa lemas, tapi dia sudah datang kesini, terpaksa pelan-pelan turun dari kuda, masuk ke dalam bangunan kelenteng, terlihat patung Budha di dalam sudah pada miring-miring, tiang merahnya pun sudah tidak berwarna merah lagi, melihat keadaannya kelenteng ini paling sedikit sudah ada lima enam tahun tidak ada penghuninya.

Pelan-pelan dia berjalan ke tengah ruangan, begitu memperhatikan, ternyata ini adalah kelenteng Koan kong di dalam hati berpikir:

'Rasa setia kawan Koan-kong menerangi bumi dan langit, kenapa kelentengnya tidak ada orang yang mengurus?'

Hatinya merasa ada ketidakadilan untuk Koan kong, sorot matanya melihat ke arah koridor sebelah kanan, terlihat dalam bayangan di sudut koridor ada sepasang kaki, Sin-hiong melihatnya jadi terkejut sekali.

Tapi karena ilmu silatnya tinggi dan orangnya pemberani, dia berdiri sesaat, kedua kaki itu tetap tidak bergerak, dia tahu pasti ada sesuatu, maka dia berjalan menghampirinya, siapa tahu, begitu dia melihat, ternyata itu adalah setengah bagian tubuh bawah seseorang.

Hati Sin-hiong jadi merasa tertekan, diam diam dia menarik nafas dan di dalam hati berkata:

'Dimana setengah bagian rubuhnya lagi?'

Dia maju lebih dekat lagi, siapa tahu tidak melihat tidak apa-apa, begitu meneliti, hatinya jadi tambah terkejut!

Pagi ini dia telah melihat bagaimana baju Cian tok-mo-kun, saat ini orang yang tergeletak diatas lantai, baju dan warnanya persis sama dengan yang dipakai Cian-tok-mo-kun, maka orang yang mati ini di pastikan Cian-tok-mo-kun.

Sin-hiong jadi bengong melihatnya, di dalam hati dia berpikir, 'setengah tubuh bawahnya berada disini, setengah tubuh atasnya mungkin ada disekitar ini, maka dengan telapak tangan menjaga didepan dada, tubuhnya meloncat melesat ke dalam koridor.

Koridor ini tidak panjang, setelah Sin-hiong melewatinya, matanya menjadi terang, ternyata di ujung koridor ada sebuah pekarangan yang tidak kecil, di tengah pekarangan ada tiga buah pohon besar, karena sudah lama tidak ditinggali, orang yang melihat merasa ada sedikit angker.

Setelah masuk ke dalam pekarangan, sorot mata dia pelan-pelan menyapu, mendadak, di belakang pohon besar kedua seperti ada sesuatu yang digantung? tidak berpikir panjang lagi, dia langsung berjalan mendekat!

Sin-hiong jadi terkejut, dalam hatinya berpikir:

'Cian-tok-mo-kun belum lama berpisah dengan nya, bagaimana bisa dalam waktu yang begitu singkat sudah dibunuh orang, jika dia dibunuh oleh Kiu Bun-liong dan Lim Tai-goan, tampaknya tidak mungkin?

Terhadap ilmu silat ketua Kai-pang dan ketua perkumpulan Poan- liong, dan Cian-tok-mo-kun sangat tahu sekali, walau dua orang mengeroyoknya, Cian-tok-mo-kun pun tidak akan mati secepat ini?

Setelah Sin-hiong berpikir-pikir, dalam sesaat masih belum terpikir siapa orang yang memiliki ilmu silat setinggi ini, saat itu dia pelan-pelan berjalan mendekati mayat itu, ketika dia ingin menurunkan mayat Cian-tok-mo-kun kebawah, baru saja meng- angkat tangannya, mendadak dia melihat disisi mayat Cian-tok-mo- kun ada sebelas huruf yang diukir orang dengan menggunakan ilmu jari Tay-lek-kim-kong-ci (Jari Kimkong), berbunyi, 'mengembalikan perbuatan orang pada orangnya sendiri'!

Sebelas huruf ini terukir sedalam kira-kira setengah senti, jika dilihat dari ilmu silatnya, baru kali ini dia melihatnya sejak turun gunung.

Sin-hiong sangat terkejut, kembali melihat kekiri dan kanan, dia melihat disisi kiri mayat Cian-tok-mo-kun, juga digambar satu kuntum bunga teratai dengan cara yang sama, dia teringat Say-hoa- to pernah berkata masalah pulau Teratai, di dalam hati dia berpikir, 'apakah semua ini dilakukan oleh ketua pulau Teratai?'

Dia tidak tahu, siapa nama dan marga ketua pulau Teratai, hanya dia sudah merasa ilmu silatnya gadis berbaju merah itu sangat tinggi, maka bagaimana dengan ketua pulau Teratai? Tentu saja tidak perlu ditanya lagi.

Dia memutar otaknya, mengangkat tangan untuk kedua kalinya, baru saja mau menurunkan mayat Cian-tok-mo-kun, mendadak dari luar koridor ada yang teriak:

"Tunggu, tunggu, apa kalian melihat jelas bocah itu lari masuk ke dalam kuil ini?"

Terdengar orang lainnya menjawab:

"Tidak peduli benar atau tidak, diluar ada kuda, maka di dalam pasti ada orang!"

Baru saja orang itu berhenti berkata, mendadak "Iiih!" dan berkata lagi:

"Tan-tayhiap, kau melihat apa?"

Ternyata orang yang datang itu hanya dua orang saja, orang yang dipanggil Tan-tayhiap melihat kearah yang ditunjuk dan berteriak:

"He he, sepasang kaki!"

Kedua orang di luar itupun sudah menemukan sepasang kaki itu, Sin-hiong melihat ke sekeliling, melihat disebelah kiri ada panggung bedug, maka tanpa mengeluarkan suara dia meloncat keatasnya!

Tapi baru saja dia masuk ke dalamnya, mendadak dia merasakan sebuah pukulan dahsyat menghantam dari atas!

Sin-hiong terkejut, dia menjulurkan tangan ingin menangkisnya, mendadak orang itu menarik kembali pukulan tangannya, dengan dingin berkata:

"Sen-tayhiap, dunia ini benar-benar sempit!" Sin-hiong semakin terkejut, sekali melihat, tidak tahan dia terkejut dan berteriak:

"Ternyata kau?"

"Betul, kau tidak menyangka!"

"Tidak juga?" kata Sin-hiong tersenyum.

Walaupun berkata begitu, tapi di dalam hati dia merasa sungguh sedikit diluar dugaan, pikirnya:

'Menurut kabar, bukankah dia sudah meng-ikuti gurunya pulang ke Hoa-san?’

Ternyata orang ini bukan orang lain, dia adalah Ho Koan-beng murid dari Hoa-san, juga calon suami-nya Sun Cui-giok!

Kenapa Ho Koan-beng bisa datang kesini, dan bersembunyi di dalam kegelapan, hanya dia sendiri yang tahu, dia pelan-pelan berjalan keluar, tampak janggutnya sudah tumbuh panjang, wajahnya kusam

Sin-hiong yang melihat di dalam hati merasa tidak enak, dia mengira karena Koan-beng merindukan Cui-giok, dia diam-diam kabur keluar gunung, sehingga keadaannya jadi tidak terurus.

Ho Koan-beng melihat pada Sin-hiong sambil tersenyum berkata: "Di luar ada orang yang datang mengejarku, perkataan kita harus

pelan sekali!"

'Tidak apa-apa!" kata Sin-hiong tertawa dingin.

Ho Koan-beng mendadak mengangkat kepalanya, dalam hati berpikir, 'dia ini pernah mengalahkan Ang-hoa-kui-bo, di sepanjang jalan, Lam-goat-sian-ku dari Ngo-goat juga pernah dikalahkan dia, walaupun Cap-poh-tui-hun (Sepuluh langkah pengejar roh) Tan Tong dan Hek-ho (Rubah hitam) Souw Cian sangat lihay, mungkin masih bukan lawannya?’

Ketika Ho Koan-beng sedang berpikir, di bawah sudah terdengar derap kaki orang, dua orang itu mengawasi dari atas ke bawah, terlihat dua orang laki-laki yang satu hitam dan yang satu lagi putih, sedang berjalan keluar dari koridor.

Sin-hiong tidak mengenal kedua orang ini, juga tidak tahu apa hubungan Ho Koan-beng dengan mereka, di dalam hati dia hanya menduga, jika kedua orang itu naik ke atas, bagaimana pun aku akan membela Ho Koan-beng.

Kedua orang itu mencari-cari di dalam pekarangan, sedangkan di dalam hati Ho Koan-beng memikirkan hal lain, dia berpikir, dia telah mendapat-kan sebuah buku rahasia yang diinginkan oleh seluruh orang di dunia persilatan, tampaknya Sin-hiong sedikit pun tidak lalui, sayang saat ini dia masih belum melatih ilmu mIaI y.mg «ida di dalam buku itu, jika tidak, jangan kala kedua orang yang ada di bawah itu, terhadap Sin-hiong pun, dia akan menyerang untuk membalas dendam karena telah merebut istrinya.

Sesaat kedua orang itu mencari-cari di bawah, terdengar laki-laki yang berwajah putih itu berkata:

"Saudara Souw, kau lihat itu?"

Habis berkala, dia sudah datang menghampiri dan melihat, mendadak dia berteriak:

"He he he, ternyata perbuatan ketua pulau Teratai?"

Begitu kata-kata ini keluar, laki-laki wajah hitam itu jadi tertegun, sambil gugup berkata: "Dia?. "

Ketika berkala, wajahnya tampak tidak wajar, Sin-hiong yang melihat, jadi ingat apa yang dikatakan oleh Sai-hoa-to di penginapan itu, ternyata perkataan-nya tidak bohong, bagaimana hebatnya ketua pulau Teratai, hanya melihat warna wajah kedua orang di bawah itu sudah bisa dibaca, jika bertemu dengan ketua pulau Teratai, jangan dibicarakan lagi.

Laki-laki berwajah hitam itu hanya mengucap-kan satu patah kata, laki-laki berwajah putih itu jadi mundur satu langkah, berkata lagi: "Apa kau tahu siapa yang digantung diatas pohon itu?"

Laki-laki wajah hitam menggelengkan kepala, laki-laki wajah putih itu menghela nafas, dengan kaku berkata:

"Cian-tok-mo-kun!"

Laki-laki berwajah hitam terlihat lebih terkejut dan berkata:

"Tan-tayhiap, menurut pendapatku, kalau dia sudah melibatkan diri dalam masalah ini, aku pikir lebih baik kita mundur saja."

Tan-tayhiap itu berpikir sesaat, lanjutnya:

"Aku tidak sependapat, dengan kemampuan kita berdua, kenapa harus takut padanya?"

Walaupun berkata begitu, tapi wajahnya ada sedikit rasa khawatir, tampak dia menggenggam erat-erat kepalannya, seperti merasa ketua pulau Teratai bersembunyi di sekitar tempat ini.

Laki-laki wajah hitam itupun berpikir sejenak, dia merasa kata- katanya masuk akal, dia menegakan rubuhnya sebentar dan berkata:

"Aku Hek-ho Souw Cian dan Cap-poh-tui-hun Tan Tong ada disini, jika ketua pulau ada maksud apa, silahkan keluar saja!"

Kata-katanya hanya untuk menggertak saja, setelah dia berkata, di sekeliling masih sunyi senyap!

Kedua orang itu menunggu sejenak, melihat di sekeliling masih tidak terdengar apa-apa, Cap-poh-tui-hun jadi berani, sambil tertawa dia berkata:

"Entah siapa, berani sekali menyamar jadi ketua pulau Teratai, he he "

Dia tertawa sejenak, sepasang matanya mengawasi ke sekeliling.

Sin-hiong yang bersembunyi diatas panggung bedug, merasa dengan kepandaian Ho Koan-beng, walau berlatih sepuluh tahun lagi, tidak mungkin bisa menyamar jadi ketua pulau Teratai, kelihatannya huruf dan tanda gambar diatah pohon itu memang perbuatan ketua pulau Teratai.

Setelah berpikir begitu, dia melirik ke sisi, terlihat Ho Koan-beng pun sedang memandang dia, saat itu dengan pelan dia bertanya:

"Saudara Ho, saat kau datang kesini, apakah melihat ketua pulau Teratai?"

Ho Koan-beng menggelengkan kepala, dengan pelan berkata: "Aku masuk dari belakang, keadaan di depan, sedikit pun aku

tidak tahu!"

Berkata sampai disini, mendadak dia teringat satu hal dan kembali berkata:

"Sen-tayhiap, jika kedua kedua orang itu naik ke atas, apa kau bisa membantuku menahannya?"

Sin-hiong tersenyum dan berkata:

"Tentu saja bisa!"

Ho Koan-beng menarik nafas lega dan berkata: "Kalau begitu, di kemudian hari jika kita bertemu lagi, aku pasti mengalah dulu tiga jurus pada mu!"

Sin-hiong jadi tergetar, dia tidak tahu apa maksud kata-katanya?

Dia jadi bengong melihat pada Ho Koan-beng.

Mungkin, karena Ho Koan-beng berkata sedikit emosi, suaranya jadi sedikit keras, ilmu silat kedua orang di bawah itu tidak rendah, sedikit saja ada gerakan, tidak bisa mengelabui mereka, Cap-poh- tui-hun berteriak:

"Diatas ada orang!"

Hek-ho menghentikan geraknya, membentak: "Siapa? Cepat keluar?"

Melihat kedua orang itu berteriak, Sin-hiong dan Ho Koan-beng sudah tidak bisa bersembunyi lagi, wajah Ho Koan-beng berubah dan berkata:

"Sen-tayhiap, apa kau sanggup menahan mereka berdua?" Dalam benak Sin-hiong masih memikirkan kata katanya tadi,

setelah mendengar sambil mengangguk-kan kepala berkata:

"Aku bisa mencobanya!"

Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata lagi: "Kalau begitu, aku ada satu permintaan kecil?" "Silahkan katakan!"

Ho Koan-beng melihat-lihat ke bawah, melihat Cap-poh-tui-hun dan Hek-ho sudah bersiap-siap meloncat ke atas, cepat-cepat berkata:

"Hadang mereka berdua, atau pancing mereka keluar kuil!"

Sin-hiong tertegun, baru saja mau bertanya, mendadak satu bayangan orang berkelebat, Cap-poh-tui-hun sudah loncat naik ke atas!

Sin-hiong tidak sempat bertanya lagi, telapak tangannya sudah menghantam sambil berkata:

"Turun!"

Serangannya sangat cepat, belum sempat Cap-poh-tui-hun menginjakan kakinya, mendadak merasa ada sebuah angin pukulan menyerang dadanya, tubuhnya bergoyang lalu telapak tangannya menangkis sambil berkata dingin:

"Sobat, apa kau berani turun ke bawah?"

Dia tidak bisa menginjakan kakinya diatas, sambil bersalto terpaksa turun lagi ke bawah.

Karena masalah sudah mendesak, Sin-hiong memandang pada Ho Koan-beng katanya:

"Tidak peduli apa pandanganmu terhadap aku? Masalah ini biar aku sendiri yang menanggung-nya!" Setelah bicara, orangnya langsung melayang turun ke bawah.

Cap-poh-tui-hun dan He Hu berdua melihat dari atas ada orang melayang turun ke bawah, kedua orang itu mengawasi, tapi tidak mengenalnya, Souw Cian berteriak:

"Saudara Tan, mungkin dia yang menyamar jadi ketua pulau Teratai."

Tan Tong mendengus, lalu berkata:

"Rasanya belum pantas!"

Hati Sin-hiong merasa tidak enak, sebenarnya dia dengan hati tulus membantu Ho Koan-beng, tapi Ho Koan-beng malah membalas dengan memusuhi-nya, mengatakan di kemudian hari jika bertemu lagi, akan mengalah tiga jurus pada dia, maka dia malas bicara banyak dengan kedua orang ini, dia berkata:

"Biar kalian lihat, apa aku pantas atau tidak!"

Dia memutar sebelah tangannya, menyapu ke arah dua orang itu!

Cap-poh-tui-hun tertawa dingin:

"Bocah, bicaramu terlalu besar!"

Sepasang telapak tangannya berturut-turut menghantam, dan terlihat angin pukulan laksana gunung datang menekan Sin-hiong.

Ketika Sin-hiong menyerang dengan sebelah tangannya, mendadak dia merasa serangan yang datang ini seperti kurang tepat, dalam waktu yang singkat ini, dia masih belum lupa kata- katanya Ho Koan-beng, yaitu harus menghadang kedua orang ini, atau memancing mereka keluar dari kuil. Maka dia mengambil nafas, pukulannya di geser dan tubuhnya meluncur keluar, mendarat ke samping Hek-ho, Souw Cian sambil menghantam dan berkata:

"Kenapa kau tidak bergerak?"

Pukulannya terlihat enteng sekali, Souw Cian tertawa dan berkata:

"Bocah, kau ingin main main?"

Siapa sangka baru saja dia selesai bicara, mendadak dia merasa angin pukulan lawan berubah bertambah kuat, Sin-hiong sambil tertawa berkata:

"Main-main juga boleh!"

Hek-ho tergetar, sekarang tenaga pukulan Sin-hiong sudah bertambah beberapa kali lipat, terlihat angin pukulannya seperti gelombang ombak datang menerjang, Souw Cian berteriak:

"Saudara Tan, ilmu silat orang ini tidak di bawah ketua pulau Teratai!"

Setelah Cap-poh-tui-hun berteriak, diam-diam menyerang dengan telapak tangannya!

Sebenarnya Sin-hiong bisa saja dengan sekali pukulan memukul mundur Souw Cian, tapi dia selalu teringat pesannya Ho Koan-beng, maka ketika serangannya sampai di tengah jalan, dia mengurangi tenaga dalamnya, walau demikian, Hek-ho Souw Cian tetap tidak bisa menahannya, "Duuk duuk duuk!" dia mundur tiga langkah ke belakang.

Tan Tong mendapat julukan Cap-poh-tui-hun, tentu saja pukulan tangan kosongnya luar biasa, serangan yang dilakukan secara diam-diam tetap menimbulkan angin pukulannya yang menderu, membentuk tembok tenaga yang amat dahsyat di depan belakang dan menekan ke arah Sin-hiong!

Tapi Sin-hiong berkelebat, kembali berputar ke belakang Hek-ho, sambil tertawa berkata:

"Kau tidak boleh pergi?"

Pelan-pelan dia mendorong telapak tangannya, dengan menghindar ke timur menyerang barat, dua serangan Cap-poh-tui- hun tidak mengenai sasaran, sedangkan Hek-ho Souw Cian merasa tekanannya makin bertambah? Souw Cian membentak, secepat kilat dia menyerang sampai lima enam pukulan tangan!

Sin-hiong tertawa, dengan entengnya menghindar, lalu membalas serangan dengan telapak tangannya pada Cap-poh-tui- hun!

Cap-poh-tui-hun dan Hek-ho masing-masing jadi bertarung sendiri-sendiri, sebab dengan gerakan cepat Sin-hiong berkelebat diantara mereka, kedua orang itu sudah mengerahkan segala kemampuannya tapi tetap tidak bisa menyentuh dia?

Hek-ho berteriak:

"Saudara Tan, lebih baik kita mengeroyok dia?"

Dia menduga ilmu silat Sin-kiong tidak di bawah ketua pulau Teratai, jadi tidak masalah kalau melakukan pengeroyokan?

Sin-hiong tertawa dan berkata:

"Apa masih ada orang ketiga?"

Setelah berkata, dia mengeluarkan Kim-kau-po-kiam, kilatan pedang berkelebat, dengan cepat memotong pergelangan tangan Souw Cian!

Cap-poh-tui-hun tergetar dan berteriak: "Kim-kau-kiam!" .

Mendengar nama Kim-kau-kiam, tidak tahan Hek-ho jadi sangat terkejut, dia menarik telapak tangannya dan segera mundur ke belakang!

Sin-hiong tersenyum, dia mengangkat kepala dan memanggil: "Saudara Ho, saudara Ho "

.Tapi sesudah dia memanggil beberapa kali, di atas malah tidak ada orang yang menjawab.

Sin-hiong jadi tertegun, hatinya berpikir:

'Apakah Ho Koan-beng sudah pergi?'

Ketika dia sedang menduga-duga, Cap-poh-tui-hun berdua membelalakan matanya besar-besar, otak mereka sudah berputar seratus delapan puluh derajat, pikirnya:

"Betulkah orang ini Kim-kau-kiam-khek yang mengalahkan Ang- hoa-kui-bo dan Sian-souw-ngo-goat?'

Ketika kedua orang itu berpikir sambil bengong, Sin-hiong sudah memanggil berkali-kali, melihat Ho Koan-beng tidak menjawab, di dalam hati berpikir:

'Tugasnya sudah selesai, buat apa bertarung dengan mereka lagi?'

Setelah berpikir, maka dia melangkahkan kaki keluar dari kuil!

Cap-poh-tui-hun dan Hek-ho berdua jadi ketakutan mendengar nama Kim-kau-kiam-khek, dua orang itu bengong tidak bergerak- gerak, memandang bayangan punggung Sin-hiong meninggalkan tempat.

Baru saja Sin-hiong berjalan beberapa langkah, mendadak dia teringat pada Cian-tok-mo-kun, walau-pun berhati kejam, tapi sebelum mati telah melakukan satu hal yang baik, jika membiarkan mayatnya tergantung di dalam kuil, bukanlah hal yang baik.

Berpikir sampai disini, maka dia kembali masuk lagi.

Dia berjalan lewat di depan Cap-poh-tui-hun sambil memandangnya berkata:

"Aku tidak punya dendam dan permusuhan dengan kalian, buat apa kalian mencari aku?"

Setelah berkata, dia berjalan ke sisi pohon besar, menurunkan mayat Cian-tok-mo-kun, sesaat dia merasa terharu dan berkata lagi:

"Orang ini di dunia persilatan mungkin seorang penjahat, tapi dia bisa membedakan mana yang buruk dan mana yang baik, kalau begitu dia adalah orang yang baik."

Dia hanya berkata pada dirinya sendiri, tidak memperhatikan bagaimana wajah kedua orang di sisinya, suasana di sekeliling begitu tenang, siapa yang terpikir, Kim-kau-kiam-khek hari ini mau menguburkan mayat Cian-tok-mo-kun?

Sin-hiong membawa bagian atas tubuh Cian-tok-mo-kun, berjalan pelan-pelan, derap kaki dia di atas tanah terdengar sangat berat.

Baru saja dia mau masuk ke dalam koridor, Cap-poh-tui-hun mendadak berteriak:

"Tunggu, aku masih ada pertanyaan!"

Sin-hiong membalikkan tubuh dan bertanya:

"Masih ada apa lagi?"

Setelah berpikir sebentar, Cap-poh-tui-hun merasa membiarkan dia begitu saja pergi, akan membuat dia kehilangan muka, saat itu dia tertawa dan berkata:

"Siapa kau ini sebenarnya, aku marga Tan masih belum tahu!"

Di dalam hati dia berpikir, 'gitar kuno itu sesungguhnya tidak bisa mewakili Kim-kau-kiam-khek" maka dia bertanya ini.

Sin-hiong tertawa dan berkata:

"Bukankah tadi sudah mencobanya?" Berkata sampai disini, lalu melanjutkan:

"Kalian berdua cobalah tanya pada diri kalian, bagaimana kepandaian kalian dibandingkan dengan perguruan Siauw-lim?"

Saat dia berkata ini, ternyata dalam hatinya sangat terharu, pelan pelan menaruh mayatnya Cian-tok-mo-kun, dan pelan-pelan berjalan kembali.

Dua orang itu mengira Sin-hiong mau menyerang mereka, baru saja tubuh Sin-hiong bergerak, dua angin pukulan yang amat dahsyat sudah datang menyerang!

Sin-hiong mendengus dingin, dia membalikkan telapak tangannya, terdengar "Paak! Paak!" tiga bayangan orang tergetar, Tan Tong dan Souw Cian masing-masing tergetar mundur satu langkah ke belakang, tubuh Sin-hiong juga bergoyang-goyang dua kali.

Kedua orang itu sangat terkejut, wajahnya pun berubah besar! Mereka sadar, Sin-hiong hanya menggunakan sebelah tangan,

jika dia menggunakan sepasang tangannya, atau menggunakan Kim-kau-kiam, Cap-poh-tui-hun dan Hek-ho tidak bisa membayangkan.

Sesudah memukul mundur dua orang itu, tubuh Sin-hiong tidak berhenti, dia berjalan ke bawah panggung bedug, melihat ke atas sebentar lalu meloncat ke atas.

Setelah berada di panggung bedug, di atas sudah kosong tidak ada apa-apa, dalam hati Sin-hiong berkata:

‘Tampaknya ilmu silat Ho Koan-beng sudah lebih maju dari pada dulu, dia dengan dua orang di bawah itu hanya bertarung empat lima jurus, tapi Ho Koan-beng dengan tenang sudah meninggalkan tempat itu tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, maka perkataannya tadi telah menunjukan sesuatu rahasia.’

Sambil dia berpikir, dia berjalan berputar diatas panggung beberapa langkah, mendadak dia teringat Sun Cui-giok, di dalam hati berpikir:

'Ho Koan-beng tidak tinggal di Hoa-san, malah diam-diam turun gunung, mungkin itu demi Cui-giok.”

Berpikir sampai disini, tanpa sadar dia meng-hela nafas, Ho Koan-beng dengan Sun Cui-giok sudah bertunangan, buat apa dia terlibat lagi di dalamnya?

Tapi, entah dimana Sun Cui-giok sekarang, bagaimana pun dia harus mencarinya dan mengembalikan pada Ho Koan-beng.

Berpikir demikian, hatinya jadi merasa sedikit tenang, maka dia kembali meloncat ke bawah.

Tapi, baru saja kakinya mau menginjak tanah, Cap-poh-tui-hun dan Hek-ho sudah kembali menyerangnya, ternyata ketika Sin-hiong naik ke atas panggung bedug, Tan Tong dan Souw Cian sudah selesai mengatur siasat, di saat Sin-hiong belum siap, mereka akan menyerang dan membunuh dia.

Serangan telapak tangan kedua orang itu menggunakan seluruh tenaganya, serangannya tentu saja lebih dahsyat dari pada yang tadi, terlihat angin keras seperti gelombang, hampir menggulung seluruh tubuhnya Sin-hiong.

Sin-hiong jadi naik pitam, di dalam hati berpikir:

'Kedua orang ini benar-benar tidak tahu diri, maka dia segera membentak, Kim-kau-po-kiam nya bergerak menusuk sebanyak enam tujuh kali!

Belum pernah dia semarah kali ini, hal ini mungkin karena kata- katanya Ho Koan-beng telah menyakiti hatinya, sehingga dia melampiaskan amarahnya pada kedua orang ini.

Sinar matahari membuat bayangan pedang, mendadak kedua orang itu merasa ada hawa pedang yang dingin menerpa wajahnya, mereka jadi sangat terkejut, sekarang Cap-poh-tui-hun sudah yakin dia berteriak:

"Kali ini tidak salah lagi!"

Hati kedua orang itu menjadi ciut, masing-masing menghantam dengan sebelah tangan, dan tubuhnya buru-buru melesat ke belakang!

Hek-ho membelalakan sepasang matanya, bengong memandang Sin-hiong, dalam hatinya berpikir:

'Ketua pulau Teratai mengambil nyawanya Cian-tok-mo-kun, Kim- kau-kiam-khek malah menguburkan mayatnya, tidak hanya itu, kenapa Kim-kau-kiam-khek juga membela murid perguruan Hoa- san?’

Pikiran Cap-poh-tui-hun juga sama, tapi dia sedikitpun tidak mau mengaku kalah, dia dengan Hek-ho jauh-jauh mengejar Ho Koan- beng sampai kesini, tujuannya adalah untuk merebut buku rahasia itu, setelah mengejar sampai disini, tadinya dia sudah yakin akan berhasil merebut buku rahasia itu dari tangan Ho Koan-beng, tidak diduga muncul Sen Sin-hiong, sehingga Ho Koan-beng dengan bebas bisa melarikan diri, bagaimana dia mau menerimanya?

Sin-hiong tidak mempedulikan, dia menyimpan pedang pusakanya, lalu melangkah keluar dari kuil.

Sampai di sisi koridor, kembali mengangkat mayat Cian-tok-mo- kun, di dalam hati berpikir:

'Demi sebuah Ho-siu-oh berusia ribuan tahun, entah sudah berapa banyak nyawa yang melayang, sampai akhirnya Cian-tok- mo-kun sendiri pun mati karena sebuah Ho-siu-oh, dia berhati baik tapi mendapatkan balasan yang buruk", maka Sin-hiong memutuskan untuk menguburkan mayatnya, supaya mayatnya tidak dimakan anjing liar!

Ketika Sin-hiong berjalan masuk ke dalam koridor, Tan Tong sudah datang mengejarnya sambil membentak, dia mendorongkan sebelah telapak tangannya, menghantam!

Koridornya tidak besar, angin pukulan tangan Tan Tong yang sangat dahsyat hampir memenuhi seluruh koridor, Sin-hiong masih tetap berjalan ke depan, begitu Tan Tong menghantam, dia pun segera membalikkan tangan menangkisnya, menghilangkan serangan Tan Tong itu.

Cap-poh-tui-hun sedikit terkejut, tapi dia masih belum mau mundur, sebelah telapak tangan lainnya kembali bergerak menghantam!

Gerakan Sin-hiong sangat cepat, saat pukulan kedua Tan Tong datang, Sin-hiong sudah mengangkat setengah mayat bawahnya Cian-tok-mo-kun, tubuhnya juga sudah tiba di dalam ruangan besar.

Pukulan telapak tangan kedua Tan Tong kembali tidak mengenai sasaran, dia sadar bukan lawannya Sin-hiong, maka berteriak:

"Saudara Souw, kita serang bersama-sama!" Souw Cian menyahut, keduanya berlari keluar!

Saat ini Sin-hiong sudah keluar dari dalam ruangan besar, dia sedang membungkuk menggali lubang, Tan Tong dan Souw Cian diam-diam menghampirinya!

Sin-hiong jadi naik pitam dan berkata:

"Kalian berdua sebenarnya ingin apa?" Tan Tong dingin berkata:

"Apakah kau sudah mendapatkan buku Hiang-Liong-pit-to (Buku rahasia menaklukan naga)?"

Sin-hiong tertegun sejenak, sambil terkejut, berkata: "Hiang-liong-pit-to?"

Mendadak dia teringat masalah Sin-tung-thian-mo, dalam hati tentu saja terkejut dan berkata:

'Melihat keadaan, rupanya Ho Koan-beng sudah mendapatkan buku rahasia itu, tidak aneh dia terlihat tergesa-gesa, dia tadi berkata di kemudian hari akan mengalah tiga jurus padaku, ternyata dia telah mendapatkan buku rahasia itu?"

Souw Cian mengawasi gerak geriknya Sin-hiong, saat itu dia sudah menduga sedikit, ketika Cap-poh-tui-hun akan menyerang lagi, dia segera menarik dan berbisik:

"Saudara Tan, buku itu tidak ada di tangannya, lebih baik kita cepat mengejar orang itu, mungkin murid Hoa-san itu belum jauh?"

Cap-poh-tui-hun menjadi sadar, di dalam hati berpikir:

'Betul juga, jika Kim-kau-kiam-khek tahu buku rahasia itu ada di tangan murid Hoa-san itu, mungkin dia pun tidak akan melepaskan begitu saja?"

Berpikir sampai disini, dia lalu menganggukan kepala, lalu bersama Souw Cian berlari keluar meninggalkan Sin-hiong.

Kepergian mereka yang secara mendadak, buat Sin-hiong sedikit pun tidak merasa terganggu, setelah menguburkan mayatnya Cian- tok-mo-kun, pelan-pelan dia berjalan ke sisi kuda, baru saja akan memacu kudanya, sudut matanya seperti melihat sebuah sinar aneh.

Sin-hiong terkejut, dalam hati bertanya-tanya, benda apa itu?

Karena dorongan rasa ingin tahunya, maka dia jalan menghampiri, ketika sudah dekat, mendadak seluruh tubuhnya tergetar. Heh! Ternyata diatas tanah ada sebuah kotak kecil tempat menyimpan Ho-siu-oh itu?

'Kenapa kotak kecil ini bisa berada disini,' Sin-hiong berpikir-pikir, tapi masih tetap tidak bisa mendapat jawaban, kenapa benda itu bisa berada di tempat terbuka tapi kedua orang itu tidak melihatnya?

Ketika dia berjalan menghampiri dan mengambil kotak kecil warna kuning mas itu, terasa ada bau harum yang menusuk hidung, sehingga semangatnya menjadi naik, di dalam hati berpikir:

'Sudah banyak orang mati karena benda ini, tapi aku mendapatkannya tanpa mengeluarkan sedikit tenaga pun?'

Dia teringat Cian-tok-mo-kun yang membawa Ho-siu-oh, ingin pergi ke gunung Ho-gu untuk mengobati penyakit ketua perumahan Tiong, sekarang Cian-tok-mo-kun sudah mati di tengah jalan, tugas ini rupanya harus dia sendiri yang melanjutkannya.

Walaupun dia mendapatkan benda pusaka, tapi sedikit pun dia tidak berniat memiliknya, menolong orang seperti memadamkan api, maka tanpa membuang waktu lagi, dia buru-buru naik ke atas kuda dan memacunya!

Di sepanjang jalan Sin-hiong tidak berhenti, dia langsung berlari menuju tujuannya, lima hari kemudian, dia sudah melewati Lu-tian dan tiba di kota Lu-san.

Saat itu, hari sudah hampir gelap, dia sudah beberapa hari kurang istirahat, maka dia memutuskan mencari sebuah tempat untuk beristirahat, supaya bisa melanjutkan perjalanannya di malam hari.

Begitu masuk ke dalam kota, dia mencari sebuah lempat istirahat, hal yang pertama-tama dilaku kan adalah makan dulu yang kenyang. Lalu memesan satu kamar, dan tidur tanpa mempedulikan segala sesuatu.

Entah sudah lewat berapa lama, saat bangun dari tidurnya, di luar sudah gelap, di atas genting terdengar sangat berisik, Sin-hiong berjalan ke jendela dan membukanya, ternyata sedang turun hujan.

Hujan ini mulanya kecil, tapi semakin lama semakin besar, Sin- hiong jadi gelisah, dia seperti semut di atas kuali panas, dia berjalan berputar-putar di dalam kamar.

Kelihatannya hujan ini sangat lebat, bukan saja hujannya besar, anginnya pun sangat kencang, dalam waktu tidak lama, di atas jalan air sudah menggenang setinggi tiga cun.

Sin-hiong hanya menghela nafas memandangi jendela, dia berpikir, bagaimana keadaan ketua perumahan Tiong sekarang, jika dia sampai telat satu langkah, dan penyakitnya sampai tidak tertolong lagi, bukankah itu akan memberatkan dosanya?

Berpikir sampai disini, diapun merasa dia tidak seharusnya dia takut akan hujan, sehingga gagal menolong orang, maka buru-buru dia membuka pintu kamar, memanggil pelayan membayar rekeningnya, lalu melarikan kudanya di bawah guyuran hujan menuju tempat tujuan!

Berjalan tidak jauh, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup, pada saat ini, mendadak di depan dia ada seekor kuda berlari dengan cepat!

Orang ini seperti tergesa-gesa, dia terus mengayunkan cambuknya memacu kuda, dengan cepat sudah mendekati Sin- hiong.

Orang itu mungkin sudah lama memacu kudanya, ditambah hujannya terlalu besar, sehingga pandangannya terganggu, ketika mendekat Sin-hiong menghindar ke pinggir, orang itu bersuara "Ahh!", mengayunkan cambuknya dan berteriak: "Beri jalan!" '

Walau gerakan orang itu sangat cepat, tapi Sin-hiong sudah menghindar ke pinggir, tapi orang itu dengan sembarangan mencambuk, hati Sin-hiong jadi merasa sedikit tidak enak.

Cambuk orang itu tidak mengenai Sin-hiong, tapi kuda yang sedang berlari cepat itu mendadak meringkik, empat kakinya mendadak berhenti, dan orang yang berada diatas kuda sedikit pun tidak bergerak, melihat ini, Sin-hiong tidak terasa memuji:

"Kepandaian menunggang kuda yang hebat!"

Setelah berhenti, sorot mata orang itu dengan dingin menyapu lalu mendengus dan berkata:

"He he he, sudah datang!"

Kata-kata orang ini tidak ada ujung pangkal-nya, Sin-hiong jadi bengong, tapi setelah bicara, orang itu kembali memacu kudanya pergi!

Walaupun dalam hati Sin-hiong tidak mengerti, tapi karena dirinya ada urusan penting, maka dia tidak bisa memikirkan telalu lama, diapun lalu memacu kudanya keluar kota.

Perumahan Ho-gu tidak jauh dari Lam-tai, tapi Sin-hiong harus melewati beberapa bukit dulu, hujan dan angin begitu besar, sehingga perjalanannya mendapat kesulitan.

Tapi, di dalam hati Sin-hiong bukan saja sedikit pun tidak mengeluh, malah dia bertambah gelisah, ingin secepatnya sampai di tempat tujuan, supaya bisa menolong nyawanya marga Tiong itu.

Dia terus memacu kudanya ke depan, bajunya sudah basah kuyup, tubuh bawahnya juga sudah kotor oleh jipratan lumpur, ketika dia mengangkat kepala, terlihat di kejauhan ada sebuah sinar lampu.

Sin-hiong tidak pikir panjang, kedua kakinya menjepit perut kuda, berlari ke arah sinar lampu. Setelah dekat, di depannya ternyata dihadang oleh sungai yang airnya jernih, ada bayangan hitam berlapis-lapis, tampak jika bukan sebuah perumahan tentu sebuah kota, tapi keadaan terasa aneh, di tempat ini kecuali dipuncaknya ada sinar lampu kuning, yang lainnya setitik sinar pun tidak ada!

Sungai ini lebarnya sekitar enam tujuh tombak, untuk dia jika ingin meloncat menyeberangnya tidak menjadi halangan, tapi tidak untuk kudanya, dia melihat lihat ke sekeliling, lalu berjalan menyusuri sungai.

Sampai di satu tempat yang sungainya menyempit, Sin-hiong berpikir akan meloncat menyeberangi berikut kudanya.

Baru saja kaki depan kudanya menginjak tanah, mendadak di kegelapan ada orang sambil menghela nafas, berkata pelan:

"Hay, hujan begitu lebarnya, apakah kalian juga tidak mau melepaskan dia?"

Suara ini terdengar sangat tua, Sin-hiong yang mendengar, tidak tahan jadi terkejut lalu bertanya:

"Mohon tanya, apakah disini perumahan Ho-gu?"

Setelah orang yang berada di dalam kegelapan berbicara, dia tidak mengeluarkan suara lagi, ter-dengar dari kejauhan ada suara "Ssst!", satu bayangan orang laksana burung terbang datang mendekat dan berteriak:

"Bu, siapa yang datang?" Suara tua tadi berkata:

"Entah, tapi pada saat ini jika ada orang yang datang kemari, pasti tidak berniat baik?"

Nada suaranya sangat dalam, Sin-hiong sedikit terhentak lalu berteriak:

"Cayhe Sen Sin-hiong, sengaja datang untuk berkunjung pada ketua perumahan Tiong!" Baru saja dia selesai bicara, satu bayangan orang sudah datang menerjang dan berkata dingin:

"Terima kasih, buat apa anda banyak hormat?"

Setelah berkata, setitik sinar perak melesat menusuk Sin-hiong!

Hujan masih turun, dua orang di kegelapan itu tidak mengaku juga tidak membantahnya, Sin-hiong tidak tahu harus berbuat bagaimana, sedangkan orang ini sudah menusukan pedangnya, maka dia menarik tali kekang kudanya menghindar tusukan pedang dan berkata lagi:

"Mohon tanya apakah ketua perumahan Tiong tinggal disini?" Orang itu berkata marah:

"Kalau betul bagaimana, kalau bukan bagai-mana pula?" Habis berkata, dia kembali menusukan pedangnya!

Dalam sekejap, otak Sin-hiong sudah berputar beberapa kali, di dalam hati berkata: 'Apakah aku salah jalan?'

Dia tidak bergerak di atas kudanya, hanya tangan kanan dilintangkan, menghantam dan berteriak:

"Saudara sembarangan menyerang orang, apa keinginanmu sebenarnya?"

Tusukan pedang orang itu sangat cepat, tapi Sin-hiong lebih cepat lagi, saat angin pukulannya menyapu melintang, hampir saja menggetarkan pedang orang itu terlepas dari pegangannya.

Orang itu sangat terkejut, segera membalikan pergelangan tangannya, terdengar suara tua dari kegelapan berteriak:

"Lam-hwan mundur!"

Begitu suaranya terdengar orangnya sudah datang, angin pukulan menerjang punggung Sin-hiong!

Tadi Sin-hiong belum menggunakan seluruh tenaganya, saat suara tua itu muncul dan mendadak menyerang, dia segera menarik serangannya, bertahan tapi tidak membalas menyerang, dengan nada dalam dia berkata:

"Orang tua, boleh tahu nama besar anda?"

Sambil berkata, dia menarik kudanya ke sisi, dengan mudah menghindar serangan lawannya!

Orang yang menyerang itu adalah seorang nyonya tua itu, setelah terhenti sejenak, dengan suara gemetar berkata:

"Kalian selain telah membunuhnya, masih mau menyelidik keluarga dan namaku, apakah kalian ingin membunuh seluruh keluarga sampai keakar-akarnya?"

Saat ini hujan sudah sedikit mereda, Sin-hiong mengusap air di wajahnya, dengan perasaan tidak mengerti berkata:

"Aku hanya ingin tahu benar tidak ketua perumahan Tiong tinggal disini, kalian berdua tidak mau memberitahu, ya sudah."

Setelah berkata, dia membalikan tubuh dan pergi, mendadak di belakang tubuh terdengar suara "Ssst ssst!", sekejap terlihat ada lima enam bayangan orang dengan cepat berlari mendatangi.

Melihat itu nyonya tua buru-buru berkata:

"Anak Hwan cepat sembunyi, biar aku sendiri yang menghadapinya!"

Pemuda yang dipanggil anak Hwan itu berteriak:

"Ibu, mana bisa begitu, aku tidak bisa meninggalkan kau sendirian menghadapi bahaya besar ini!"

Tadinya Sin-hiong tidak tahu apa yang terjadi disini, tapi setelah mendengar perbincangan ibu dan anak mi, di dalam hati merasa terharu, maka dia menawarkan diri, katanya:

"Kalian berdua silahkan bersembunyi, biar aku yang menghadapinya."

Nyonya tua itu merasa ragu-ragu, melihat dia sekali, dengan terkejut bertanya:

"Kau bukan sekelompok dengan mereka?"

Sin-hiong menggelengkan kepala dan balik bertanya:

"Lalu kalian ini dari kelompok mana?" Nyonya tua itu masih ingin bicara, tapi lima enam bayangan orang di belakang sudah muncul!

Sin-hiong melihat, mengenali diantara lima enam orang itu, tiga orang diantaranya adalah ketua hio dari Poan-liong-pang yaitu Seng-si-poan Kang-ceng dan kawan-kawannya, tapi tiga orang lainnya tidak dikenal.

Dari kejauhan Ang-sat-ciang Lai-cen sudah melihat Sin-hiong duduk diatas kuda maka dia berteriak:

"Bagus sekali, Kim-kau-kiam-khek juga ada disini!"

Tidak masalah dia mengatakan ini, tapi nyonya tua dan pemuda itu yang ada di samping Sin-hiong, mereka mendengarnya jadi tergetar, nyonya tua itu tidak bisa bertahan lagi dengan suara gemetar berkata:

"Enghiong ini Kim-kau-tayhiap yang muncul belum lama ini?" Sin-hiong tertawa dan berkata:

"Terima kasih, orang tua, benarkah ketua perumahan Tiong tinggal disini?"

Nyonya tua itu menghela nafas berkata:

"Jika tahu dari tadi yang datang ini adalah Kim-kau-kiam-khek, apa lagi yang tidak bisa dikata-kan oleh kami, sekarang walau masih hujan, tapi tidak lama lagi hari akan terang."

Kata-katanya bermakna dalam, tapi siapa pun yang mendengarnya, jadi tahu apa arti kata-katanya itu, setelah nyonya tua itu berkata, kembali berkata pada Seng-si-poan Kang-ceng:

"Kang-tayhiap, semasa hidupnya Hong-kun tidak pernah melakukan kesalahan pada teman-teman dunia persilatan, ketua perkumpulan anda selain telah membunuhnya, masih menyuruh orang beberapa kali datang mengganggu, apakah ingin membunuh semua orang sampai keakar-akarnya?"

Seng-si-poan tidak bisa menjawab, tapi Sin-hiong yang mendengarnya, tidak tahan jadi tergetar keras, dengan keras tanya:

"Orang tua, apakah ketua perumahan Tiong sudah meninggal dunia?"

Nyonya tua dengan sedih menganggukkan kepala:

"Dia sudah meninggal kemarin, walaupun kedatangan Tayhiap terlambat, tapi masih bisa menyelamatkan seluruh keluargaku, jika Hong-kun mengetahui di alam sana, tentu bisa tersenyum menutup matanya."

Mendengar ini Sin-hiong jadi merasa kesal sambil menghela nafas berkata:

"Hay...! Salahku datang terlambat selangkah, ini sudah nasib!"

Nyonya tua itu tidak mengerti apa maksud kata-katanya, hingga bertanya:

"Aku tidak mengerti apa maksud perkataan Kim-kau-tayhiap?" Sin-hiong melihat kekiri kanan lalu berkata:

"Sekarang aku tidak sempat menjelaskannya, biar aku usir dulu mereka."

Setelah berkata, dia meloncat turun, lalu maju ke depan dan mengeluarkan Kim-kau-po-kiam dari dalam gitar kuno sambil membentak:

"Kenapa kalian masih bengong? Jika tidak mau segera pergi, maka aku akan mengusir kalian."

Selama ini tindakan dia selalu tenang, hanya malam ini dia bertindak tegas dan cepat, enam orang di belakang rubuhnya adalah enam ketua hio dari Poan-liong-pang, enam orang ini walaupun sama-sama menduduki jabatan penting di dalam perkumpulan itu, tapi enam orang ini selama ini tidak pernah bertugas bersama-sama, perihal bersama-sama mengeroyok orang, mungkin itu tidak pernah terjadi.

Tapi kejadian malam ini justru aneh, entah disebabkan oleh apa, hari ini bukan saja mereka berjalan bersama-sama, malah tanpa berdiskusi lagi, ke enam orang ketua hio itu sudah bersiap-siap mengeroyok Sin-hiong.

Nyonya tua yang ada di pinggir sangat cemas dan berteriak: "Sen-tayhiap, apa anda sanggup melawan-nya?"

Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Tidak apa-apa, anda berdiri saja di pinggir dan menonton."

Tiga ketua hio dari ruang luar Poan-liong-pang, salah satunya adalah Cauw Li-kun dari gunung Ngo-cie (lima jari) di Lam-hai (laut selatan), orang ini bertubuh kecil pendek, menggunakan sepasang Poan-koan-pit, tapi ilmu silatnya berbeda dengan ilmu silat dari dunia persilatan Tionggoan, julukannya adalah Hai-sang-kui-seng (Kura-kura di atas laut), satu lainnya namanya Huang-ho-siang-jin (Pendeta bangau kuming) Huang-seng, kesukaannya memakai baju kuning, di tangannya memegang sebuah kipas berdaun besar, ilmu silat menotok jalan darah, bisa dikatakan dia adalah salah satu orang hebat di dunia persilatan, orang yang kurus tinggi yang berdiri disisi Seng-si-poan, adalah pesilat tinggi dari perguruan pedang Thian-lam, julukannya Kiam-cen-lam-thian (Pedang yang menggetarkan langit selatan) Nie Tai seng, tiga orang ini datang dari ber-bagai daerah, tapi sepanjang hidupnya jarang sekali menemukan lawan yang seimbang?

Begitu Sin-hiong mendesak ke depan, enam orang pesilat tinggi ini malah mundur selangkah!

Seng Ki-ho menggoyangkan pipa rokoknya dua kali dan berkata: "Kau tidak perlu bangga dulu, aku tanya padamu, apakah kau

pernah pergi ke kuil Siauw-lim?"

"Benar!" angguk Sin-hiong. Wajah keenam orang ini berubah, Cauw Li-kun menggoyangkan Poan-koan-pit nya dan berteriak:

"Jika tiga tetua Siauw-lim saja kalah olehmu, maka kami tidak malu mengeroyokmu?"

Kata-katanya seperti ditujukan pada teman-temannya, begitu ucapannya keluar, hawa di sekeliling jadi semakin tegang, Huang- ho-siang-jin bergerak, sambil menggerak-gerakan kipasnya, tertawa dingin:

"Betul atau tidak, harus kami uji dulu!"

Tubuh Sin-hiong belum bergerak, lengan kirinya memotong sambil menghantam dengan santai!

Siapa sangka gerakan Huang-ho-siang-jin yang terlihat jelas-jelas ke arah kiri, di tengah jalan, mendadak bembah jadi menyerang Kian-keng-hiat di bahu kanan Sin-hiong!

Sin-hiong sedikit tertegun lalu sambil tertawa dingin berkata: "Rupanya gerakan sesat!"

"Huut!" lengan kirinya datang menggulung, menjulurkan lima jari dengan cepat mencengkram pedang Huang-ho-siang-jin.

Huang-ho-siang-jin merasa ada angin keras menyerang, baru saja mau merubah jurusnya, Kiam-cen-thian-lam Nie Tai-seng yang ada di belakang sudah membentak, menyerang dengan pedangnya!

Sin-hiong tersenyum dan berkata:

"Empat orang lagi yang di sana sekalian saja maju bersama."

Kim-kau-po-kiam dengan dahsyat disabetkan, langsung menyerang ke dua orang itu! Kecepatan jurusnya, sungguh sulit dibayang-kan, belum sempat telapak tangan Huang-ho-siang-jin ditarik kembali, dan serangan pedang Kiam-cen-thian-lam baru sampai di tengah jalan, pedang Sin-hiong seperti kilat sudah mendahuluinya!

Kedua orang itu sangat terkejut, pada saat ini, tiba-tiba empat orang yang ada di belakang bersama-sama bergerak, terdengar suara angin menderu-deru, ternyata empat orang inipun masing- masing sudah menyerang satu jurus!

"Begini baru betul!" kata Sin-hiong tertawa.

Dia memutar pedangnya, menusuk kearah Seng-si-poan yang paling dekat jaraknya.

Kang-ceng mendengus dingin, dia menangkis dengan Poan-koan- pit di tangannya, tapi Sin-hiong sudah menarik kembali tangannya, ketika pedangnya berputar, telah menggulung ke dalam gulungan pedang dari kanan ke kiri Lai-cen, Cauw Li-kun, Seng Ki-ho, Kiam- cen-thian-lam empat orang itu.

Nyonya tua yang berdiri di pinggir, melihat jurus pedang Sin- hiong begitu hebat, tidak tahan sambil menghela nafas berkata:

"Hay! Sungguh tidak percuma julukan Kim-kau-kiam-khek!"

Ke enam orang ketua hio dari Poan-liong-pang itu adalah orang- orang pilihan di dunia persilatan, tidak di duga walaupun enam orang itu sudah mengeroyok seorang lawannya, bukan saja mereka tidak mendapat keuntungan sedikitpun, malah sebalik nya hanya mampu bertahan saja, dalam hati ke enam orang ini tidak bisa menerimanya, maka dengan berteriak keras, mereka sekuat tenaga menyerang dua tiga jurus, ingin membalikkan keadaan.

Saat ini hujan angin sudah berhenti, awan tebal di langit disinari sinar bulan sabit, di atas tanah keadaan agak terang, dan bisa dilihat dengan jelas, wajah nyonya tua dan anaknya terlihat kejang- kejang.

Pemuda itu dengan suara gemetar bertanya "Ibu, apakah kita harus membantu dia?"

Nyonya tua itu menghela nafas, menggelengkan kepala dan berkata:

"Tidak perlu, tiga tetua Siauw-lim pun bukan lawannya, enam orang ini tidak ada artinya bagi dia?" Nada bicaranya penuh dengan keyakinan, hanya saja, setelah perkataannya selesai, terdengar suara "Paak!", sinar perak yang menyilaukan mata menerjang ke langit, dan terdengar Sin-hiong tertawa:

"Maaf!"

Lalu terlihat bayangan orang berkelebat, tubuh Kiam-cen-thian- lam sempoyongan mundur ke belakang sampai tiga langkah baru bisa berhenti, wajahnya terkejut bengong memandang Sin-hiong.

Ternyata dalam jurus tadi, enam pesilat tinggi dari Poan-liong- pang telah mengerahkan seluruh kemampuannya, Sin-hiong pun tidak mau menghabis-kan waktu terlalu banyak, mengambil kesempatan enam orang itu menyerang mengerahkan seluruh tenaganya, dia berkelebat ke sisi tubuh Cauw Li-kun, baru saja Poan-koan-pit Cauw Li-kun ingin menusuk, Sin-hiong sudah menyerang duluan, dia merubah jurusnya, sepasang tangan berturut-turut menotok sebanyak enam jurus!

Sin-hiong tertawa dingin, dia menggetarkan pedang pusakanya, dengan jurus Swat-san-ceng-cui (Gunung es berwarna hijau tua) dia ingin membunuh Cauw Li-kun, tapi Cauw Li-kun pintar melihat gelagat, tubuhnya segera bergerak ke pinggir, saat itu Kiam-cen- thian-lam bertepatan masuk, membuat dua hawa pedang seperti berbelit, Nie Tai-seng hanya merasakan tangannya jadi ringan, tahu-tahu pedangnya sudah terlontar ke atas langit, dan dia terdorong mundur tiga langkah ke belakang!

Setelah usaha Sin-hiong berhasil, maka jurus pedangnya semakin dahsyat, sorot matanya menyapu ke arah Cauw Li-kun, sambil tertawa berkata:

"Sekarang giliranmu!"

Satu lagi serangan dahsyat dari jurus Kim-kau-po-kiam kembali menyerang, Cauw Li-kun terkejut, Poan-koan-pit di tangan kanannya membabat seperti pedang, sedangkan yang di tangan kiri diputar, dalam satu jurus membuat dua dua gerakan perubahan semua mengarah pada jalan darah mematikan di depan dada Sin- hiong!

Saat itu Seng-si-poan dan temannya yang ada di samping, melihat Kiam-cen-thian-lam sudah kalah, dan Hai-sang-kui-seng berada dalam keadaan bahaya, tanpa banyak berpikir lagi empat orang itu datang menyerang dari empat arah yang berbeda.

Walaupun Sin-hiong diserang dari empat arah, tapi dia masih tetap tenang, Kim-kau-po-kiam nya mendongkel ke belakang, segera saja Seng-si-poan berempat melihat sejalur sinar perak yang menyilau-kan mata, mereka jadi menghentikan serangannya sejenak, pada saat ini, dia sudah menarik kembali pedangnya, satu kilatan sinar dingin datang meng-gulung ke arah Cauw Li-kun!

Cauw Li-kun terkejut, dia segera menghindar ke belakang, tapi Sin-hiong sudah datang menempel-nya, tenaga di pergelangan tangan bertambah kuat, sinar pedang laksana pelangi sudah menggulung:

"Lepas!"

Dalam keadaan terkejut Cauw Li-kun mendengus sekali, dengan cepat menotokan Poan-koan-pit nya, sambil berteriak:

"Tidak bisa!"

Jurusnya menunjukan ingin mati bersama-sama, dia tidak peduli pedang Sin-hiong yang ingin memotong sepasang pergelangan tangannya, sepasang penanya tetap menyerang jalan darah kematian Sin-hiong!

Sin-hiong tertawa dingin, begitu mengangkat kepala, wajahnya sudah timbul hawa membunuh, pada saat ini, dari kejauhan tiba- tiba muncul lagi dua bayangan orang!

Gerakan kedua orang itu sangat cepat, sambil berlari, tertawa keras dan berkata:

"He he he, dunia ini kecil sekali, saudara Lim, kita bertemu lagi dengan Kim-kau-kiam-khek!"

Mendengar suara orang ini, ternyata ketua Poan-liong-pang sudah tiba bersama dengan ketua Kai-pang, setelah terdengar suaranya, kedua orang itu sudah tiba di lapangan, Sin-hiong melihat, benar saja kedua orang itu adalah Lim Tai-goan dan Ciu Kiu-kun.

Tangan Ciu Kiu-kun sedang mengempit seorang anak muda, nyonya tua yang saat ini berdiri di pinggir, begitu melihat tidak tahan berteriak marah:

"Ciu Kiu-kun, kau menangkap anakku, apa kau mau mengancam?"

Ciu Kiu-kun tertawa keras lalu berkata:

"Dugaan nyonya sedikit pun tidak salah!"

Habis berkata, sorot matanya beralih kepada Sin-hiong dan berkata lagi:

"Sen-tayhiap, malam ini bulannya terang dan tidak ada angin, sungguh cuaca yang bagus sekali, anda telah dua kali mengganggu urusanku, terpaksa aku membuat kau tidur selamanya disini"

Kata-kata ini bukanlah kata-kata yang menggertak, keadaan di depan mata sangat jelas, jika dihitung jumlahnya, dia dan Lim Tai- goan mereka sekarang ada delapan orang, walaupun kemampuan Sin-hiong setinggi langit, mungkin tidak akan mampu melawan keroyokan delapan orang ini?

Nyonya tua itu merasa sangat gelisah melihat anaknya sudah ditangkap, setelah mendengar kata-katanya ketua Poan-liong-pang, hatinya jadi merasa lebih berat, diam-diam dia berkata pada dirinya:

"Kelihatannya mereka mau mengeroyok dan membunuh Kim- kau-kiam-khek, ke delapan orang ini tidak ada satu pun yang bukan pesilat top dunia persilatan, mungkin Kim-kau-kiam-khek masih mampu menghadapi enam orang tadi, sekarang setelah ditambah Ciu Kiu-kun dan Lim Tai-goan, Kim-kau-kiam-khek pasti bukan lawan mereka!"

Setelah nyonya tua itu berpikir, keringat dingin di punggungnya juga mulai bercucuran.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar