Perintah Maut Jilid 07

 
Jilid 07

DUA BUTIR air mata bening jatuh dari sepasang mata Kang Han Cing, ia sangat terharu, kini ia berkata :

“Sekali lagi Kang Han Cing mengucapkan banyak terima kasih, banyak bersyukur atas bantuan morel dan materiel dari para paman. Adapun musuh itu terlalu berani, terlalu banyak, dan bila dipikir secara masak2. Keadaan keluarga Kang saat ini sangat berbelit-belit. Untuk membikin penyelidikan yang sempurna, lebih baik tidak perlu dikerjakan oleh banyak orang, itu akan mengakibatkan bocornya rahasia kita. Yang penting kesehatanku sudah sembuh, keadaankupun pulih seperti sedia kala, dimisalkan bertemu dengan musuh tangguh aku sanggup menghadapinya."

Datuk selatan Kang Sang Fung memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, walau dia sudah dibunuh orang, tokh ilmu silatnya itu sudah diturunkan kepada putra2nya, terlebih2 Kang Han Cing, bukan saja sudah mewarisi ilmu kepandaian sang ayah, dia telah mendapat didikan langsung dari neneknya juga memiliki ilmu aneh dari lain aliran, entah aliran dari mana yang didapat.

Dengan ilmu kepandaian Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan, tidak bisa banyak membantu usaha Kang Han Cing.

Karena itu, turut sertanya kedua jago Hai-yang pay tiada ada artinya. Mereka tidak ngotot dan tidak memaksa untuk turut serta pada perjalanan Kang Han Cing.

“Baiklah." akhirnya Kuo Se Fen mengalah. “Kalau takut kesepian ditengah jalan ada lebih baik juga kau mengajak Goan Tian Hoat. Ilmu kepandaiannya tidak bisa dibandingkan dengan ilmu kepandaian silatmu, tapi pengalaman Kang- ouwnya cukup luas, kecerdikan otaknya berada atasmu, kukira dia mempunyai banyak macam aneka cara, ia memiliki ilmu mengubah muka, kukira dia bisa membantu usahamu."

Kang Han Cing berkata :

“Kalau paman bersedia dan rela membiarkan saudara Goan Tian Hoat turut serta, boanpwee mengucapkan banyak terima kasih."

Kuo Se Fen mengurut jenggot dan berkata : “Nah ! Ajaklah Goan Tian Hoat. Seluruh anggota

Hai-yang-pay berdiri dibelakangmu."

Sekali lagi Kang Han Cing mengucapkan terima kasihnya.

Demikian putusan mereka.

Ditinggalkannya surat untuk Tian Hung totiang, dikatakan bahwa luka Kang Han Cing sudah disembuhkan, mereka pamit dan meminta diri. Meminta maaf atas kelancangannya yang tidak bertemu dengan ketua kuancu Pak-yun-kuan itu lagi.

Surat ini disampaikan kepada tosu kecil untuk disampaikan kepada pemimpin mereka. Ber-gegas2 rombongan Hai-yang-pay me- ninggalkan kelenteng Pak-yun-kuan.

***

Kabut pagi mulai menipis...........

Dikota Kim-leng, orang mulai bangun dari tempat tidur mereka melakukan fungsinya sebagai manusia.

Didepan gedung datuk selatan Kang San Fung almarhum yang megah, berdiri dua penjaga. Mereka mendapat tugas untuk menjaga keselamatan keluarga itu.

Dua orang lainnya sedang membersihkan lantai batu, disikatnya keras2 sehingga mengkilap.

Datuk persilatan Kang Sang Fung memang luar biasa, walaupun orangnya sudah tiada, nama itu tetap harum. Gedungnya masih terjaga bersih.

Ahli waris Kang Sang Fung adalah putra pertama dari sang datuk yaitu toako Kang Han Cing yang bernama Kang Puh Cing.

Pagi itu, dijalan raya dari jauh mendatangi seorang kakek tua dengan nampan ditangan, langsung menuju kearah gedung keluarga Kang.

Sebagai salah satu dari empat datuk persilatan, gedung keluarga Kang itu terjaga ketat. Dua orang segera menyongsong kedatangannya si kakek tua.

“Ada apa?" salah seorang segera membentak.

Seorang lagi yang ternyata kenal kepada kakek tua itu berseru : “Ong Lo Sit, kau ?"

“Ya !" jawab si kakek tua. “Aku."

“Mengapa mengantar sendiri ?" bertanya penjaga keluarga Kang. “Dimana pegawaimu itu?”

Ong Lo Sit adalah pemilik perusahaan bakmi, dia langganan tetap dari keluarga Kang, setiap pagi mendapat tugas untuk mengantar bakmi pangsit, biasanya Siao Ti Cu yang mengantar, hari itu Siao Ti Cu sakit, maka Ong Lo Sit harus mengantar sendiri.

Ong Lo Sit membungkukkan badan dan berkata:

“Selamat pagi, ibu Siao Ti Cu sakit, kemarin malam dia minta permisi pulang, Kang toakongcu sudah biasa makan bakmi pangsit kami, kalau tidak diantarkan, tentu dia marah, apa boleh buat, terpaksa aku harus mengantar sendiri."

Seorang penjaga berkata :

“Jerih payahmu itu percuma saja." “Eh. " Ong Lo Sit terbelalak.

“Hari ini toakongcu sedang berpergian, kau tidak perlu mengantar bakmi pangsit lagi."

“Heran." berkata Ong Lo Sit. “Kemarin hari toakongcu tidak memberi pesan. Kemanakah kepergiannya toakongcu ?"

Yang dimaksudkan toakongcu adalah putra Kang Sang Fung yang bernama Kang Puh Cing.

Sesudah memperhatikan kedua orang itu sebentar, Ong Lo Sit berkata lagi : “Jiwie berdua adalah orang kepercayaan Kang toakongcu, kenapa tidak turut menyertainya?"

Kedua penjaga itu adalah Kang Seng dan Kang Piao.

Kang Seng berkata :

“Kang toakongcu disertai oleh Kang Lip." Ong Lo Sit bertanya :

“Berapa lamakah kepergian Kang toa kongcu ?

Bilakah ia kembali?"

Sebelum Kang Seng dan Kang Piao menjawab, tiba2 dipintu muncul seseorang disertai dengan bentakannya :

“Kang Seng, kau bicara sama siapa?"

Hati Kang Seng tercekat, cepat2 membalikkan badan, memberi hormat kepada orang itu dan berkata :

“Congkoan, selamat pagi !"

Disana berjalan mendatangi seseorang berkopiah kecil, mengenakan pakaian berwarna hijau, badannya jangkung dan kurus, matanya sipit, hidungnya bengkung kupingnya lebar, wajahnya kaku dan dingin, tidak ubahnya seperti mayat hidup, sepintas lalu orang ini mempunyai sifat2 yang licik jahat, tidak mudah dihadapi.

Inilah orang yang menjadi pengurus besar keluarga datuk selatan Kang Sang Fung almarhum, namanya Cu Ju Hung. Cu Ju Hung memandang Kang Piao dan Ong Lo Sit bergantian, dia memben- tak : “Siapa orang itu !” Kang Piao menjawab : “Lapor kepada congkoan, dia adalah pemilik perusahaan bakmi pangsit Ong Lo Sit. Biasanya setiap pagi mengantar makanan kepada Kang toakongcu. Biasanya menyuruh orangnya yang bernama Siao Ti Cu, hari ini Siao Ti Cu berhalangan, maka dia yang mengantar sendiri

!"

Ong Lo Sit juga mengunjuk hormatnya dan berkata :

“Betul. Hamba bernama Ong Lo Sit. Siap untuk mengantarkan bakmi pangsit kepada Kang toakongcu. Pegawai kami yang bernama Siao Ti Cu sedang ada urusan, dia pulang, terpaksa mengantar sendiri.”

Cu Ju Hung menatap Ong Lo Sit tajam2, dari ujung kepala sehingga ujung kaki, memperlihatkan sikapnya yang tidak sabaran, dengan dingin ia berkata : “Kang toakongcu tidak dirumah." Ternyata Kang Puh Cing sedang ada urusan, keluar meninggalkan rumahnya. Karena itu semua urusan berada ditangan Cu Ju Hung.

“Ya.....ya....hamba mengerti.” Ong Lo Sit membungkukkan badan, dia meminta diri.

Cu Ju Hung berdiri dengan sikapnya yang angkuh.

Ter-bongkok2 Ong Lo Sit menyembah kearah Cu Ju Hung, ia berkata :

“Congkoan, kami khusus menyediakan bakmi pangsit untuk toakongcu, kalau toa kongcu tidak ada biarlah bakmi ini tinggalkan saja disini. " Cu Ju Hung mengeluarkan suara dari hidung dan berkata :

“Kau bawa kembali sajalah."

Mendapat pengusiran secara halus itu, Ong Lo Sit meminta diri, meninggalkan gedung keluarga Kang.

***

Bab 14

PADA MALAM HARINYA.........

Gedung Datuk Selatan Kang Sang Fung almarhum diliputi kegelapan.

Penerangan2 diseluruh gedung dipadamkan, kesiap siagaan telah terjadi.

Tiba2..... dari jauh meluncur dua bayangan, arah tujuannya adalah gedung keluarga Kang itu. Cepat sekali mereka sudah berada di-depan pintu.

Tiba2 muncul dua orang penjaga dari keluarga Kang yang segera tampil kedepan dan membentak mereka :

“Siapa !"

Salah satu dari kedua bayangan yang meluncur datang menjawab :

“Aku !"

Orang yang menjaga gedung keluarga Kang bisa mengenali orang itu, ter-gopoh2 ia memberi hormat dan berkata : “Kang toakongcu sudah kembali ?"

Dua orang yang baru datang mengenakan kerudung hitam, salah satu diantaranya ternyata adalah anak dorhaka Kang toakongcu Kang Puh Cing.

Kang Puh Cing segera mengenali orang yang membentaknya tadi, ia balas membentak :

“Kang Piao, lekas panggil Cu Ju Hung menghadap dikamarku."

Dan sesudah itu, Kang Puh Cing menoleh kebelakangnya, memandang orang berkerudung yang menyertainya dan berkata :

“Kang Lip, ikut aku."

Mereka memasuki gedung keluarga Kang dengan bebas.

Kang Piao menjalankan perintah, memanggil Cu Ju Hung harus menghadap segera kepada Kang Puh Cing.

Kang Puh Cing mengajak Kang Lip kembali ke kamarnya.

Kamar Kang Puh Cing sudah gelap, kembalinya Kang toakongcu segera merubah keadaan, api penerangan disulut. Maka terjadilah penerangan ditempat itu. Kang Puh Cing mengenakan pakaian serba hitam, berkerudung hitam, ia menutup wajahnya. Demikian juga pengiringnya yang dipanggil Kang-Lip itu, mengenakan pakaian serba hitam, berkerudung hitam. Mereka duduk dan menunggu kedatangannya pengurus besar keluarga Kang, Cu Ju Hung.

Sesudah mereka datang, segera gadis pelayan membawakan air minum, disuguhkannya kepada Kang Puh Cing dan berkata:

“Kang toakongcu, silahkan minum."

Kang Puh Cing mengulapkan tangan dan berkata kepada gadis pelayan itu.

“Disini sudah tidak ada urusan, kau boleh pergi mengerjakan tugas lain."

“Baik.” Si pelayan meletakan cawan minumannya, ia mengundurkan diri.

Baru saja tiba dipintu, tiba2 Kang Puh Cing berteriak :

“Tunggu dulu !"

Pelayan yang berumur muda itu tertegun, ia menghentikan langkahnya, menoleh ke arah sang majikan, membungkukkan setengah badan memberi hormat dan bertanya :

“Kang toakongcu masih ada perintah lain ?"

Kang Puh Cing seperti sadar akan kesalahannya, ia ter-batuk2 sebentar dan berkata dengan suara ditelan, ia memberi perintah :

“Coba lihat, dimana Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay berada ? Beritahu kepada mereka, kalau aku ada urusan penting yang mau dirundingkan."

Suara ini bukanlah suara aseli. Suara buatan untuk mengelabui orang. Gadis pelayan itu menerima perintah, meminta diri meninggalkan kamar Kang Puh Cing.

Kang Puh Cing seperti menghadapi persoalan yang sangat rumit, dengan sebelah tangan bertopang dagu, menunggu kehadirannya kedua orang yang dipanggil.

Tidak lama kemudian, terdengar derap langkah kaki orang yang ter-gesa2, mendatangi kearah kamarnya.

Kang Lip yang selalu berdiri dipintu, menoleh kedalam dan ter-batuk2. Itulah suara isyarat, orang yang ditunggu segera hadir tiba.

Kang Puh Cing bisa mengerti akan adanya kode2 tertentu, dia menganggukkan kepala, cepat2 ber-siap2.

Tidak lama kemudian, didepan Kang Puh Cing berdiri seorang yang kurus, orang ini berkopiah kecil, mengenakan pakaian berwarna hijau, badannya jangkung dan kurus, matanya sipit, hidungnya bengkung, kupingnya lebar, wajahnya kaku dan dingin. Inilah pengurus keluarga Kang yang bernama Cu Ju Hung.

Mendapat panggilan Kang toakongcu, tentu dengan ter-buru2 Cu Ju Hung berlari datang, segera ia memberi hormat :

“Silahkan duduk." Kang Puh Cing menganggukkan kepala dan menitah pengurus itu.

Wajah Cu Ju Hung memperlihatkan kemisteriusan, ke-ragu2an, dengan penuh rasa bingung, dia bertanya : “Kang toakongcu balik ter-buru2, mungkinkah sudah terjadi sesuatu?"

“Duduklah dahulu," Kang Puh Cing mengulang perintahnya.

Cu Ju Hung memandang majikan muda itu, bibirnya terentang sedikit, hendak mengucapkan sesuatu, tapi dibatalkan. Mengikuti petunjuk dan perintah Kang Puh Cing, menyeret bangku dan duduk disana.

Kang Puh Cing membuka suara dengan nada dingin :

“Apa kau tahu, maksud tujuanku yang utama dari kepergian ini?"

Hati Cu Ju Hung tergetar, dengan membawakan sikapnya yang cengar-cengir ia berkata :

“Sebelum keberangkatan toakongcu, kau tidak memberi tahu sesuatu, bagaimana hamba bisa tahu ?"

“Huh !" Kang Puh Cing berdesis.

Dikala dia hendak mengungkapkan sesuatu rahasia besar, pintu terbuka lagi, terdengar suara batuk Kang Lip didepan pintu.

Itulah suatu tanda akan kedatangan orang lagi. Betul saja, seseorang berlari datang kesana,

sebelum hadirnya orang itu, sudah terdengar

suaranya yang melengking lebih dahulu :

“Hu Cun Cay memberi hormat kepada toakongcu." “Silahkan duduk." berkata Kang Puh Cing kepada orang yang baru datang.

Disana bertambah hadir seorang kakek berjenggot seperti kambing, tubuhnya kecil pendek, badannya kurus, dengan suaranya yang melengking ia bertanya :

“Toakongcu memanggil, tentunya ada urusan penting. Urusan apakah itu?"

“Kau juga duduk !" Kang Puh Cing menyilahkan orang itu.

Orang yang baru datang adalah kasir keluarga Kang bernama Hu Cun Cay, kedudukannya merendengi kedudukan Cu Ju Hung yang menjabat pengurus keluarga Kang.

“Kepergian toakongcu kali ini cepat sekali." Berkata Hu Cun Cay.

Kang Puh Cing mengepalkan tangannya keras2, dia berkata :

“Kalian telah melakukan sesuatu kesalahan terbesar."

Cu Ju Hung terkejut, dia bertanya :

“Kesalahan apakah yang telah hamba lakukan?" Kang Puh Cing menatap Cu Ju Hung dan Hu

Cun Cay, sepatah demi sepatah dia berkata: “Tentang urusan Kang Han Cing. "

Ucapannya sengaja dihentikan sampai disitu, tidak memberi keterangan yang lebih jelas. Wajah Cu Ju Hung berubah, dia bertanya ter- buru2 :

“Maksud toakongcu, dia belum mati ?" “Emm....." Kang Puh Cing mengeluarkan suara

desisan.

Berulang kali Hu Cun Cay bergoyang kepala. “Tidak mungkin....tidak mungkin......" dia berkata. “Didalam ruangan itu telah kita sediakan jarum2 rahasia Hui-hong-to beng-ciam. Betapa hebatnya ilmu kepandaiannya, tidak mungkin bisa meloloskan diri, apa lagi mengingat keadaan Kang Han Cing yang begitu lemah, dia membutuhkan pertolongan, membutuhkan bantuan orang. Harus dipepayang baru bisa melarikan diri. Bagaimana dia bisa lolos dari tangan maut kita?”

Hati Kang Puh Cing tercekat, matanya bercahaya terang, tapi dia tidak mengobral hawa napsu.

Cu Ju Hung berkata :

“Itu malam juga, kita telah kehilangan dua anak buah, dan bersamaan dengan lenyapnya dua anak buah itu, anak murid Hai yang-pay yang bernama Goan Tian Hoat juga sudah melarikan diri. Dimisalkan betul kalau Kang Han Cing itu tidak mati, tentu ditolong oleh Goan Tian Hoat. Pasti !"

“Dia sudah berada dikota Kim-lin." kata Kang Puh Cing.

“Aaaa. " “Tidak soal." berkata Hu Cun Cay. “Dia sudah tiada berkepandaian silat, mati hidupnya tidak mengganggu usaha kita."

“Bagaimana kau tahu, kalau tidak mengganggu usaha?" bentak Kang Puh Cing.

Hu Cun Cay berkata :

“Minuman yang setiap hari disediakan untuk Kang Han Cing telah dicampuri obat istimewa, ramuan dari tabib penyabut nyawa Tui Cang Lim. Kerjanya ramuan obat itu lambat dan perlahan, betapa hebatpun tenaga dalam orang itu, sesudah menelan jamu ramuan obat Tui Cang Lim, mana mungkin bisa hidup kembali? Apalagi mengingat keadaan Kang Han Cing yang seperti berpenyakit

T.B.C. ini. "

Tiba2 saja Kang Puh Cing membentak, “Hu Cun Cay. !"

Hu Cun Cay menggigil dingin, ia mendongakkan kepala, melihat sikap perobahan Kang Puh Cing. Hati Cu Ju Hung juga tergerak, ia sudah merasakan pirasat tidak baik, sinar matanyapun berubah.

Dengan sikapnya yang luar biasa, Kang Puh Cing berkata :

“Jangan kau lupa, si tabib pencabut nyawa Tui Cang Lim sudah lenyap tanpa bekas, ia bisa meracuni orang, mungkinkah tidak bisa menyembuhkannya ?"

Hu Cun Cay mengeluarkan elahan napas lega, batuk2 kering beberapa waktu, ia berkata : “Toakongcu, legakan hatimu. Tui Cang Lim pernah bercerita, ramuan racun ini hanya bisa meracuni orang, tidak bisa disembuhkan, tidak mungkin ada obat yang bisa menyembuhkan begitu banyak macam ramuan2 beracun."

“Hua, hua, ha, ha.............” tiba2 Kang Puh Cing tertawa. Suaranya bergema dan berkumandang lama. Mendengungkan ditelinga semua orang.

Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay saling pandang, mereka semakin menaruh curiga, wajahnya memperhatikan rasa yang takut.

Secara serentak mereka bangkit dari tempat duduk, Hu Cun Cay segera membentak :

“Kau.     kau bukan toakongcu."

Cu Ju Hung juga bukan manusia tolol, dia melempar bangku, dan membentak :

“Jie kongcu !"

Orang berkerudung yang mengaku dirinya Kang Puh Cing yang duduk didepan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay adalah samaran Kang Han Cing.

Mengelakan datangnya lemparan bangku, gesit laksana kera, cepat dan cekatan, dia tertawa berkakakan :

“Diluar dugaan kalian, bukan ?"

Betul2 orang berkerudung ini bukan Kang Puh Cing !

Sampai disini, kartu boleh dibuka, tentu saja orang berkerudung didepan pintu yang dipanggil Kang Lip itu adalah samaran Goan Tian Hoat. Lagi2 Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay saling pandang, mereka tak pernah menduga Kang Han Cing berhasil lolos dari bahaya kebakaran. Kini sudah berada didepan mereka.

Dengan sinar mata seperti mau menyemburkan api, selangkah demi selangkah, Kang Han Cing mendekati kedua pengurus rumah tangganya yang berkhianat itu.

Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay mundur beberapa langkah.

Tiba2...........

Daun jendela terjeblak, dari sana melayang masuk dua orang, satu diantaranya langsung menyelak di-tengah2 ketegangan, orang ini mengenakan pakaian hitam dan kerudung hitam, dedak perawakannya mirip dengan Kang Han Cing.

Lengcu Panji Hitam !

Orang yang datang adalah Lengcu Panji Hitam, dia telah menyelak diantara Kang Han Cing dan kedua mangsanya.

Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay mengeluarkan napas lega, mereka mendapat bala bantuan kuat.

Lengcu Panji Hitam menatap dan memperhatikan Kang Han Cing beberapa waktu, dengan dingin dia berkata :

“Ilmu penyamaranmu hebat ! Sangat mirip !"

Kang Han Cing bertekad untuk membongkar rahasia kemisteriusan yang menimpa kemalangan keluarganya. Didepan orang berkerudung ini ia berkata dingin :

“Betul2 dalam keluarga Kang telah bercokol para kurcaci, kukira kau inilah yang bernama Lengcu Panji Hitam.”

Lengcu Panji Hitam yang baru datang menganggukkan kepala, membenarkan dugaan Kang Han Cing dan berkata :

“Tidak salah. Bagaimana dengan keadaanmu ? Kau bukan Lengcu Panji Hitam mengapa menggunakan tutup kerudung seperti itu ?"

“Aku adalah ahliwaris kedua dari keluarga Kang almarhum." berkata Kang Han Cing.

“Kang Han Cing ?" bertanya dan menegasi lengcu Panji Hitam.

“Tidak salah," menganggukkan kepala Kang Han Cing, “Sebutkan namamu."

“Mengapa?" bertanya Lengcu Panji Hitam.

“Aku hendak melihat wajah aslimu." berkata Kang Han Cing, dia sudah mencopot kerudung mukanya sendiri.

“Kau curiga kepada seseorang?" bercemooh Lengcu Panji Hitam.

“Lebih dari pada curiga . . ." berkata Kang Han Cing.

Tiba2 tangan Kang Han Cing diraihkan, cepat laksana kilat menyerobot kearah tutup kerudung muka si Lengcu Panji Hitam. Lengcu Panji Hitam sudah bersiap sedia, dia mengegoskan kepala, menghindari dan mengelakan serangan itu, mulutnya berkata :

“Menurut perkiraanmu . . ."

Gerakan Kang Han Cing adalah gerakan tercepat, bagaimana cepatpun si Lengcu Panji Hitam mengelakan kepalanya dari samberan tokh tutup kerudung itu tersampok copot.

Maka, setelah dicopot tutup kerudungnya dihadapan Kang Han Cing berdiri seorang laki2 tiada kumis, putih bersih. Itulah wajah Lengcu Panji Hitam.

Kang Han Cing tidak puas, dia membentak : “Buka kedok kulit mukamu itu."

Hati Lengcu Panji Hitam masih kebat-kebit, kecepatan gerakan Kang Han Cing tadi betul2 diluar dugaan, tapi dia juga memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, tidak gentar sama sekali. Mendapat tegoran itu, dia berkata :

“Menurut perkiraanmu, aku masih menggunakan tutup kedok kulit?"

“Jangan kira orang tahu." bentak Kang Han Cing. “Buka cepat kedokmu !"

“Kukira kau salah dugaan." berkata Lengcu Panji Hitam.

Kang Han Cing menatap wajah si Lengcu Panji Hitam dengan teliti, ia berkata :

“Mungkinkah ........ mungkinkah .........” badan Kang Han Cing menjadi gemetar. “Kau kira siapa dan bagaimana asal usulku ?" bertanya Lengcu Panji Hitam.

Wajah Kang Puh Cing semakin gemetar, dua butir air mata jatuh menetes, dia berkata :

“Kau......kau......toako. ?"

Suaranya itu harus dikerahkan dengan kekuatan yang penuh, baru bisa dicetuskan keluar.

Disaat ini, Goan Tian Hoat sudah berlari masuk, dia merendengi Kang Han Cing, tetap masih menggunakan tutup kerudung berwarna hitam.

Seorang lainnya, yaitu seorang pengawal lengcu baju hitam juga turut masuk, dia merendengi pemimpinnya. Kedua rombongan berhadapan bersitegang. Sudah waktunya Goan Tian Hoat turut campur, ia berkata :

“Nah ! Sudah waktunya kau berterus terang.

Buka kedok kulit itu."

Lengcu Panji Hitam menoleh kearah Goan Tian Hoat, dia berkata:

“Seseorang yang bisa merendengi Kang-jie- kongcu, tentunya bukan tokoh silat biasa, siapakah sAudara ini?"

Goan Tian Hoat membuka tutup kerudung kepalanya, dengan dingin ia berkata :

“Aku hanya seorang biasa yang tiada ternama.

Belum tentu Kang-toakongcu bisa kenal." Lengcu Panji Hitam berkerutkan alis, memperhatikan Goan Tian Hoat beberapa waktu, dengan dingin dia berkata :

“Sayang. Sayang sekali, aku bukan Kang toakongcu. Mungkin kalau Kang toakongcu itu kenal kepadamu."

Hati Kang Han Cing yang berkebat-kebit setelah mendengar pengakuan Lengcu Baju Hitam besar kembali, dia membentak :

“Siapa kau?"

Lengcu Panji Hitam berkata:

“Seperti apa yang sudah kau ketahui aku adalah Lengcu Panji Hitam."

“Namamu ?”

“Sementara tidak perlu disebut."

“Kau yang menyamar menjadi toako ?” bertanya Kang Han Cing.

Dengan tawar lengcu Panji Hitam berkata : “Baru tahu ?"

“Bagaimana keadaan toako ?" bentak Kang Han Cing. “Kau apakan dia ?"

Lengcu Panji Hitam tertawa lebar, dia berkata : “Legakan hatimu Kang toakongcu berada

didalam keadaan segar bugar."

“Dimana kau sembunyikan toako?" bentak Kang Han Cing, sebelah tangannya mulai memegang pedang. “Kau hendak bertemu muka ?" bertanya Lengcu Panji Hitam.

“Ya." Kang Han Cing menganggukkan kepala. “Kalau kau hendak menemuinya, kami bersedia

mengajak kesana."

“Sebutkan syaratmu." bentak Kang Han Cing. “Syarat? Syarat gampang dibicarakan. Tunggu

saja sesudah kalian bertemu muka, baru kita membikin perundingan selanjutnya.”

“Baik." Tekad Kang Han Cing semakin bulat. “Lekas ajak kita kesana."

“Mari." berkata Lengcu Panji Hitam menyilahkan kedua orang itu.

Kang Han Cing menoleh kearah Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay, kepada kedua pengurus durjana itu dia membentak :

“Tunggu, sekembalinya aku, baru akan kubereskan kalian."

Dengan mengikuti Lengcu Panji Hitam dan pembantunya, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat meninggalkan gedung keluarga Kang.

Keempat orang itu, dua di depan dan dua dibelakang, berjalan beberapa waktu, mereka menuju kearah selatan.

Tidak lama kemudian, mereka tiba ditempat yang bernama Ie-hoa-tay. Ie-hoa-tay adalah tempat pemandangan di daerah selatan, tempatnya strategis, sering terjadi peperangan untuk memperebutkan tempat ini.

Yang menjadi panorama indah ditempat ini dan bisa mengikat hati para turis adalah adanya batu2 berwarna indah mungil dan kecil.

Menurut cerita di jaman kuno, pada salah satu generasi kerajaan, disini pernah terjadi keanehan, disaat seorang berilmu tinggi memberi ceramah, tiba2 terjadi hujan batu, batu-batu itu berwarna merah, hijau, ungu dan biru serta aneka macam lagi, ada yang ber-bintik2, ada yang belang, bertebaran disekitar Ie-hoa tay.

Maka tempat itu dinamakan tempat Ie hoa-tay. Ie-hoa-tay berarti tempat hujan batu.

Tentu saja kalau batu itu besar dan keras, tempat itu tiada artinya, yang aneh batu itu sangat bagus, kecil dan mungil, bertebaran disekitar mereka, membuat pemandangan panorama yang indah dan menarik.

Lengcu Panji Hitam membawa Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat sehingga tiba di Ie-hoa tay. Disini Lengcu Panji Hitam menghentikan langkahnya, menunggu kehadiran Kang Han Cing memperlihatkan tempat daerah itu.

Kang Han Cing mengajukan pertanyaan : “Apa sudah sampai ?"

Lengcu Panji Hitam memperdengarkan suaranya yang misterius, ia berkata : “Tiba2 aku teringat sesuatu. "

“Teringat apa ?" bentak Kang Han Cing. Lengcu Panji Hitam berkata:

“Aku bersedia mengajak kalian untuk menemui Kang Puh Cing. Tapi sebagai jago rimba persilatan, kalau tanpa sarat kuajak kalian kesana, orang bisa mengatakan aku ini manusia goblok."

“Maksudmu ?” Kang Han Cing mulai menaruh curiga.

“Kalau aku sudah dikalahkan oleh seseorang, mudah saja mengajak kalian ke tempat itu, bisakah Kang jiekongcu memberi sedikit pelajaran

?"

“Kau hendak menantang perang ?" bentaknya Kang Han Cing.

“Tidak berani," berkata Lengcu Panji Hitam. “Hanya meminta sedikit pelajaran saja."

“Baiklah." jawab Kang Han Cing, “Aku tidak pernah mengecewakan seseorang. Katakan, apa yang kau kehendaki ?"

Hati Goan Tian Hoat berpikir, memandang ketempat lain, ia mulai men-duga2, adanya Lengcu Panji Hitam ini membawa mereka ke tempat ini, tentu dengan maksud tujuan tertentu, atau mungkin hendak disergap dengan rombongan yang berjumlah besar, segera memperhatikan daerah itu, mendahului Kang Han Cing, dia berkata dingin

: “Tunggu dulu ! Apakah hanya kau yang hendak minta pelajaran Kang jie kongcu ?"

Lengcu Panji Hitam tertawa menyengir, ia berkata :

“Tentu saja bukan aku seorang.” Goan Tian Hoat berkata :

“Maksudmu, anak buah golongan Perintah Maut telah berkumpul ditempat ini. Bagus. Kau sudah minta bala bantuan, mengapa membiarkan mereka bersembunyi, keluarkan saja sekaligus."

“He, he....." Lengcu Panji Hitam tertawa, “Hanya empat huhuat dari golongan kami."

“Lekas suruh mereka keluar." bentak Kang Han Cing.

Lengcu Panji Hitam memandang ke arah semak2 belukar, ia berteriak :

“Dipersilakan keempat huhuat menampilkan diri."

Maka, hut, hut, hut, hut ...... dari semak2 itu bertampilan empat bayangan gesit, mereka adalah keempat huhuat dari golongan Perintah Maut, langsung mengurung Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat di tengah-tengah.

Goan Tian Hoat memperhatikan keempat orang tersebut, mereka tidak mempunyai dedak perawakan yang sama, hanya seragam berbaju hitamlah yang memberi tanda bahwa mereka itu terdiri dari satu golongan, juga menggunakan tutup kerudung Hitam. Inilah termasuk anggota yang berlindung dibawah Lengcu Panji Hitam.

“Apa sudah boleh dimulai ?" bertanya Lengcu Panji Hitam.

Goan Tian Hoat tampil kedepan menganggukkan kepala kearah Kang Han Cing. Artinya, mereka berdua hendak menempur keenam orang itu. Tapi Kang Han Cing segera berkata kepada sang kawan

:

“Tunggu dulu !"

Mengeluarkan pedangnya, Kang Han Cing tampil kedepan, ia berkata :

“Biar aku seorang yang menghadapi kalian."

Lengcu Panji Hitam ber-bisik2 kepada pengawalnya, tampak si kerudung hitam ini menganggukkan kepala, dia mengundurkan diri.

Dari keempat huhuat yang tampil disana, seorang bersenjata gembreng emas, seorang lagi menggunakan pentungan, dua diantaranya bersenjata pedang, semua sudah ber-siap2 menempur Kang Han Cing.

Lengcu Panji Hitam juga sudah mengeluarkan senjatanya, inilah pedang bercahaya terang.

Goan Tian Hoat bisa memaklumi langkah kebijaksanaan Kang Han Cing, tidak turut campurnya melibatkan diri didalam pertempuran kalut itu adalah sesuatu keuntungan, dia bisa men-jaga2 kalau dari pihak lawan datang musuh tambahan. Kang Han Cing menghadapi lima orang dengan pedang ditangan dia berkata:

“Boleh mulai !"

Suatu tantangan yang terkebur, sebagai Jiekongcu dari seorang Datuk Persilatan Kang Han Cing telah bisa membawa diri, ternyata diapun memiliki ilmu kepandaian hebat.

Lengcu Panji Hitam memandang keempat kawannya dan sesudah itu dia memberi hormat kepada Kang Han Cing, katanya :

“Kami terpaksa harus menerima perintah, awas serangan !"

Pedangnya diluruskan kedepan, terarah ke dada Kang Han Cing.

Serangan Lengcu Panji Hitam adalah serangan biasa, tapi mengandung perubahan yang hebat, kemana saja Kang Han Cin menangkis atau mengelit, tidak mudah mengelakkan diri dari perubahan serangan tadi.

Kang Han Cing masih berdiri tenang membiarkan pedang Lengcu Panji Hitam sehingga dekat sekali, baru ia mengetrukan senjata, trang…. menangkis senjata lengcu Panji Hitam.

Disaat yang sama, empat huhuat dari golongan Perintah Maut menyerang Kang Han Cing.

Disaat ini, pergelangan tangan Lengcu panji Hitam dirasakan kesemutan, dia menyedot napas dalam2 mengundurkan diri. Gembreng kuningan dan toya datang menyerang dari kanan dan kiri. Menyerang Kang Han Cing.

Seperti keadaan pertama, Kang Han Cing membiarkan senjata itu menyerang dekat, dengan cara ini ia lebih mudah menangkisnya, tentu saja harus disertai dengan cara kecepatan yang tiada tara, baru bisa menangkis dengan tepat.

Trang . . . trang.....

Kang Han Cing menangkis pergi kedua senjata itu.

Lengcu Panji Hitam mundur kebelakang sesudah itu mundur balik kembali, kini dia menyerang di bagian depan dan membiarkan kedua huhuat yang bersenjata pedang menyerang dari belakang Kang Han Cing.

Trang...trang.....

Terdengar lagi suara benturan senjata. Tanpa bisa diikuti dengan mata, Kang Han Cing menangkis pergi ketiga pedang itu. Gerakannya sungguh menakjubkan, mendapat serangan satu didepan dan dua di belakang, tokh dapat ditangkis dalam waktu yang hampir bersamaan.

Keempat huhuat golongan Perintah Maut dan Lengcu Panji Hitam sudah biasa bekerja sama, dengan mundurnya ketiga pedang, disusul serangan dari kanan dan kiri, itulah serangan toya dan gembreng kuningan.

Kang Han Cing memperhatikan beberapa waktu, tiba2 ia membentak kearah orang yang berkerudung kurus kecil yang memegang gembreng kuningan itu :

“Hu Cun Cay !"

Orang itu terkejut, hampir saja melepaskan senjatanya.

Dengan sepasang sinar mata yang bercahaya, Kang Han Cing membentak :

“Mengapa tidak berani menjawab ? Selama bekerja dalam keluargaku belum pernah kami memperlakukan kau secara tidak layak. Ternyata kau adalah mata2 musuh, senjata gelap yang diselundupkan kedalam keluarga Kang. Sudah menjadi huhuat dalam golongan Perintah maut ?"

Trang .... trang ....

Terdengar lagi dua tangkisan, Kang Han Cing menyerang Hu Cun Cay yang bersenjata gembreng kuningan, dan menangkis toya yang menyerang dari belakang.

Saking kerasnya kekuatan tenaga dalam Kang Han Cing, gembreng kuningan Hu Cun Cay diterbangkan.

Mungkin juga ada sebab lain, atau Hu Cun Cay kehilangan pegangan, mungkin juga merasa malu diri. Tapi yang sudah jelas, senjata itu terbang jauh.

Lagi2 pedang Kang Han Cing berkelebat, dibarengi jeritan suara Hu Cun Cay, dia mendekap telinganya, daun kuping itu sudah terbang jauh, darah menetes berceceran. “Siapa lagi yang masih berani ?" Kang Han Cing melintangkan pedang didepan dada, memandang kepada lawan2 itu.

Hu Cun Cay sudah lari ngiprit mengundurkan diri.

Lawan lainnya tidak ada satu yang berani tampil kedepan. Lengcu Panji Hitam sudah menjajal sampai dimana kekuatan Kang Han Cing. Ini masih belum termasuk Goan Tian Hoat, kalau saja pembantu Kang Han Cing itu datang menyerang, tidak mungkin mereka bisa menghindari kericuhan.

Sebagai seorang yang banyak akal, mengetahui tidak ungkulan melawan musuh, Lengcu Panji Hitam berganti siasat, menyimpan pedangnya dan berkata :

“Ilmu kepandaian Kang jiekongcu memang betul-betul hebat. Dipersilahkan keempat huhuat mundur."

Keempat huhuat golongan perintah Maut mengundurkan diri, lenyap dibalik semak2, kecepatan mereka memang lumayan, datangnya mendadak, perginyapun mendadak.

***

Bab 15

“Nah !" berkata Kang Han Cing. “Apa lagi yang kau mau ?" “Akan segera kupertemukan kepada Kang Toakongcu !" berkata Lengcu Panji Hitam singkat.

Kang Han Cing berkata :

“Kami belum tahu dimana dia berada, silahkan kau membuka jalan."

“Mari !" Lengcu Panji Hitam membalikkan badan, mengajak Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat.

Arah tujuan Lengcu Panji Hitam adalah semak2 belukar itu.

Kang Han Cing tiada gentar, mengintil di belakangnya.

Cepat2 Goan Tian Hoat merendengi Kang Han Cing, membisiki kepada si pemuda :

“Lengcu Panji Hitam ini banyak akalnya. Kita harus ber-hati2 !"

Kang Han Cing menganggukkan kepala, mereka mengikuti dibelakang Lengcu Panji Hitam dengan jarak2 tertentu.

Sesudah menembus semak2 belukar itu, mereka telah berada didepan sebuah kuburan besar, dan kongcu berbaju hitam sudah berdiri menantikan ditempat itu.

Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing memperhatikan gerak-gerik Lengcu Panji Hitam.

Tiada banyak bicara lagi, Lengcu Panji Hitam mendorong kedua tangan, menggeser batu nisan dari kuburan tersebut. Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat memperhatikan gerak-gerik Lengcu berbaju Hitam, keadaan batu nisan itu begitu berat, tenaga si Lengcu Panji Hitam masih cukup besar, tokh masih dirasakan berat, dia menggeser batu nisan yang besar.

Per-lahan2 batu nisan itu tergeser, di sana terdapat sebuah lubang. Lubang di dalam kuburan

!

Lengcu Panji Hitam menyilahkan, membuat satu silahan tangan, ia berkata : “Silahkan Kang jiekongcu masuk."

Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat saling pandang.

“Baiklah." berkata Lengcu Panji Hitam itu. “Mari kita ber-sama2."

Mendahului Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat, tubuh Lengcu Panji Hitam itu lompat masuk kedalam lubang kuburan.

“Tunggu dulu !" berteriak Kang Han Cing.

“Ada apa lagi ?" suara Lengcu Panji Hitam terdengar dari dalam lubang kuburan.

“Apa saudaraku ditawan didalam kuburan ini ?" bertanya Kang Han Cing.

“Kujamin dengan kepercayaan penuh." berkata Lengcu Panji Hitam. “Kalau kau berani memasuki kuburan ini, segera kalian bisa bertemu."

Kang Han Cing memandang Goan Tian Hoat, ber-sama2 memasuki lubang kuburan itu. Keadaan didalam lubang kuburan sangat gelap, ternyata pelatarannya luas, Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing berjalan didalam lorong lubang kuburan yang ber-liku2.

Mereka kehilangan jejaknya Lengcu Panji Hitam, karena itu Goan Tian Hoat berkata :

“Jie kongcu membawa batu api penerangan ?" Kang Han Cing menganggukkan kepala,

membuat obor, mereka melanjutkan perjalanan itu didalam kuburan.

Didepan mereka terdapat tangga batu menurun kebawah.

Sebagai orang2 yang pemberani, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat menuruni tangga batu itu.

Empat puluhan undak kemudian, tangga batu telah dilewati. Disana terdapat goa yang luas, ternyata kuburan itu merupakan sebuah goa rahasia.

Diruangan goa yang luas itu adalah ruangan besar, terdapat beberapa meja batu dan ada juga meja abu tempat sembahyang.

Goan Tian Hoat memegang goloknya, ia berkata perlahan :

“Kemana kepergiannya Lengcu Panji Hitam itu ?

Lebih baik kita jangan maju lagi."

Tiba2 terdengar suara Lengcu Panji Hitam : “Huh ! Aku disini." “Ha, ha......" tertawa Goan Tian Hoat. “Ternyata kuburan ini adalah goa rahasia golongan Perintah Maut. Banyak sekali perubahan2nya, eh ?"

“He, he.   " Lengcu Panji Hitam tertawa.

Kang Han Cing juga membentak. “Katakan, dimana saudaraku itu ?"

“Kemari !" berkata si Lengcu Panji Hitam.

Tiba2 dinding batu disana terbuka, terdapat lain ruangan.

Goan Tian Hoat selalu memperhatikan baik2 gerak-gerik Lengcu Panji Hitam itu, ternyata ada beberapa tombol2 pada lantai batu.

“Silahkan !" Lengcu Panji Hitam memasuki ruangan rahasia dibawah kuburan.

Kang Han Cing melangkah mengikutinya, disusul oleh Goan Tian Hoat.

Disini terdapat lorong panjang, Lengcu Panji Hitam berjalan dengan cepat, dan tiba2 bayangannyapun lenyap lagi.

Kang Han Cing menyusul cepat, menikung dua tikungan, matanya bercahaya terang, disana terdapat sebuah ruangan lain.

Didalam ruangan terdapat meja dan bangku, terdapat pula rak penyimpan buku2, diatas dinding ruangan terdapat lampu pelita. Cahaya yang remang2 menerangi keadaan tempat itu.

Disebuah bangku batu bercokol duduk seseorang, orang itu mengenakan pakaian berwarna hijau, kedatangan Lengcu Panji hitam, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat mengejutkannya, tanpa menoleh ia membentak :

“Mau apa lagi ?" bentak orang berbaju hijau itu. Dengan ber-dehem2 Lengcu Panji Hitam berkata

:

“Lihat ! Siapa yang kubawa !"

Orang berbaju hijau menolehkan kepala.

Kang Han Cing segera mengenali wajah itu,

itulah wajah sang toako.

Ya.... itulah putra pertama dari keluarga almarhum Kang Sang Fung, namanya Kang Puh Cing.

Kang Han Cing mengalami getaran jiwa hebat, dia maju menubruk dan berteriak :

“Toako.   "

Kedatangan Kang Han Cing berada di luar dugaan Kang Puh Cing, dia tertegun sebentar, segera mengenali adik itu, dia bangkit dan berteriak girang :

“Jietee. "

Kedua saudara itu saling rangkul, inilah rasa rindu persaudaraan.

Disaat itu, Goan Tian Hoat telah memasuki ruangan tersebut, terdengar jelas memasuki telinganya panggilan suara jietee, hatinya tercekat.

Kalau saja ingatan Goan Tian Hoat tidak salah, suara panggilan jietee tadi adalah panggilan suara bernada dingin yang pernah didengar didalam gedung keluarga Kang, itulah suara dari seseorang.

Kang Puh Cing memiliki kecerdikan dan ketabahan yang tidak kalah cerdiknya, didalam mengalami goncangan besar, ia masih bisa memelihara ketabahan jiwa, memandang adik itu dan bertanya :

“Jietee, bagaimana kau bisa tiba ditempat ini ?" Kang Han Cing menudingkan jari ke arah lengcu

Panji Hitam yang berdiri di pojok ruangan batu,

lalu berkata :

“Kawan inilah yang membawaku datang." Sesudah itu, Kang Han Cing memperkenalkan

Goan    Tian    Hoat    kepada    saudaranya,    dan

memperkenalkan saudara tua itu kepada Goan Tian Hoat.

Kang Puh Cing dan Goan Tian Hoat bersalaman.

Lengcu Panji Hitam tidak turut campur pembicaraan mereka, dari jauh ia berkata :

“Kalian dua saudara sudah lama tidak bertemu, baik2lah ber-cakap2, aku meminta diri."

Secepat itu pula, tubuh lengcu Panji Hitam bergerak, mengundurkan diri dari ruangan batu.

Mendadak wajah Kang Puh Cing berubah, ia membentak geram :

“Jangan biarkan dia pergi !” Tubuhnya melejit, tangannya dijulurkan dengan lima jari yang kurus kering menjambret kearah punggung lengcu Panji Hitam.

Gerakan Kang Puh Cing masih cukup cekatan, tidak kalah hebatnya dari masa jayanya, betapapun cepatnya gerakan lengcu Panji Hitam, gerak cakar setannya lebih cepat lagi, terdengar suara kain memberebet, punggung baju lengcu Panji Hitam itu sudah tersobek sebagian.

Hanya itulah yang bisa dicapai oleh Kan Puh Cing, secepat itu pula bayangan lengcu Panji Hitam sudah lenyap, dan menutup pintu ruangan batu.

Kang puh Cing tidak berhasil menahan gerakan Lengcu Panji Hitam, didalam kemarahan yang me- luap2, ia memukul pintu ruangan batu itu. Terdengar suara beleduk yang keras, pintu batu itu menimbulkan lelatu api, tapi pintu batu itu tidak bergeser.

Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat saling pandang menyaksikan tindakan Kang Puh Cing.

Kang Puh Cing mem-banting2 kaki, kini mereka bertiga terkurung didalam kuburan dibawah tanah.

Kang Han Cing memandang toakonya, ia bertanya :

“Toako, bagaimana asal usul rombongan berbaju hitam itu?"

Tertawa nyengir, Kang Puh Cing berkata :

“Aku tertawan didalam tempat ini selama tiga bulan, kecuali lengcu berbaju hitam ini, tidak sedikitpun aku mengetahui tentang golongan ini." Kang Han Cing tidak mendapatkan berita sesuatu.

Kang Puh Cing memandang adiknya, ia memperlihatkan sikap terkejut, katanya heran :

“Jiete, selama tiga bulan perpisahan kita, ternyata kau telah berubah cepat. Wajahmu juga tidak sepucat dahulu, agaknya lebih segar."

Kang Han Cing berkata :

“Aku menderita keracunan. Hasil buah karya dari komplotan jahat. Sampai suatu ketika, saudara Goan Tian Hoat menyelamatkanku dari bahaya maut !"

“Saudara Goan Tian Hoat," berkata Kang Puh Cing kearah Goan Tian Hoat. “Terima kasih atas bantuanmu, saudara dari golongan mana?"

Kang Han Cing menyelak memberikan keterangan :

“Saudara Goan Tian Hoat adalah murid dari ketua Hai-yang-pay."

“Aaaa......." Kang Puh Cing terkejut. “Ternyata anak murid dari jago Hai-yan pay.”

Setelah saling berkenalan, Goan Tian Hoat menyelidiki ruangan batu, ketok sana ketok sini, hendak mencari jalan keluar dari kurungan dibawah tanah.

Kang Puh Cing yang menyaksikan sikap Goan Tian Hoat menggeleng kepala, ia berkata :

“Saudara Goan, tidak perlu menyusahkan diri, selama tiga bulan aku tertawan disini, sudah berusaha sekeras mungkin, seperti keadaanmu juga, berusaha membebaskan diri. Tapi goa rahasia mereka kokoh dan kekar, tidak mudah dipecahkan. Aku tidak berdaya. Jalan keluar tidak mudah ditemukan. Akhirnya aku hanya mendekam disini

!”

Goan Tian Hoat berkata :

“Segala rahasia pasti ada cara2 pemecahan, tidak mungkin hanya bisa diketahui dari luar, dan tidak bisa dipecahkan dari dalam."

Kang Puh Cing tidak melarang Goan Tian Hoat melakukan sesuatu, dibiarkan jago muda itu meneruskan penyelidikannya. Ia memandang kepada sang adik dan bertanya :

“Jie-tee, kau telah diracuni oleh komplotan jahat, bagaimanakah terjadinya?"

Kang Han Cing duduk didepan sang toako, menceritakan pengalaman2 yang dialami. Sesudah selesai mendengar cerita Kang Han Cing, Kang Puh Cing bertanya :

“Siapa yang bernama Cu Ju Hung itu?" Kang Han Cing menjawab :

“Sesudah lengcu Panji Hitam menyamar dirimu dan meracuniku, ia menggunakan Cu Ju Hung sebagai kuasa gedung keluarga Kang."

Tidak lupa diceritakan juga pengalaman Goan Tian Hoat, bagaimana telah melihat kalau si lengcu Panji Hitam telah mengorek peti mati ayah mereka, dan segala kejadian2 yang lebih terperinci. Wajah Kang Puh Cing berubah, hatinya deg2an, dengan heran ia bertanya :

“Permusuhan apa yang telah terjadi antara keluarga kita? Untuk apa mereka mencuri jenazah?"

Kang Han Cing menceritakan pengalaman- pengalaman yang diketahuinya, pengalaman2 yang penuh dengan segala kemisteriusan. Sehingga bagaimana dengan susah payah Kuo Se Fen mengajaknya ke kelenteng Pek-yun-kuan untuk berobat terakhir ia disembuhkan.

Disaat ini terdengar suara teriakan Goan Tian Hoat :

“Nah ! Ini dia !"

Kang Han Cing dan Kang Puh Cing menoleh kearah Goan Tian Hoat, kini mereka saksikan Goan Tian Hoat sudah menggeser almari, memeriksa dinding batu dibalik tempat itu. Ia sedang tertawa berkakakan, terlihat sikapnya yang sangat puas.

Kang Han Cing sangat percaya kepada kecerdikan Goan Tian Hoat, tentu telah berhasil menemukan sesuatu, dihampirinya lemari itu dan bertanya :

“Saudara Goan sudah berhasil menemukan jalan keluar?"

Goan Tian Hoat menjawab :

“Menurut hematku, ruangan batu ini berada di- tengah2 kuburan. Sedianya bukan untuk kamar tahanan. Maka tidak mungkin kalau tidak ada jalan keluar. Ha, ha, dugaanku tidak salah, ternyata disini terdapat dua pintu. Masuk dari pintu kiri, dan pintu kanan terdapat dibelakang, sengaja dialingi oleh almari buku, sehingga tidak mudah ditemukan. "

Kang Puh Cing terjengkit bangun dari tempat duduknya, dengan girang ia berkata :

“Itu waktu, aku juga sudah membuka dan menyingkiri almari buku ini. Memeriksa dengan teliti, mengapa tidak menemukan pintu ?"

Goan Tian Hoat menudingkan jari kepada batu hijau dilantai dinding itu, ia berkata :

“Kukira letak kemisteriusan berada pada batu ini."

“Alasannya?" bertanya Kang Puh Cing. Dengan tertawa Goan Tian Hoat berkata :

“Sudah kuperhatikan gerak-gerik Lengcu Panji Hitam itu, disaat ia hendak meninggalkan ruangan, ujung kaki kirinya seperti menotol sesuatu."

“Oh...... " Kang Han Cing turut bicara, “Akupun pernah menyaksikan ia membuat gerakan2, tapi aku tidak mengerti maksudnya, dengan cara bagaimana ia membuka dan menutup jalan2 rahasia."

Kang Puh Cing juga berkata :

“Kalau betul sudah berhasil menemukan pintu rahasia, mengapa tidak segera dicoba ?"

Kalau sebagai orang tawanan yang tersekap didalam ruangan bawah tanah selama tiga bulan, tentu saja Kang Puh Cing tidak mengenal sinar matahari, harus cepat2 gembira karena bisa menyaksikan cahaya sinar matahari pula.

Goan Tian Hoat berkata :

“Lebih baik sebelumnya kalian menjauhi tempat ini, kukira terdapat senjata rahasia yang beracun."

Kang Puh Cing menganggukkan kepala berkata :

“Apa yang saudara Goan kawatirkan memang masuk diakal. Jiete, mari kita mundur ke belakang."

Setelah berkata begitu ia menarik tangan Kang Han Cing, mereka mengundurkan diri dan menjauhkan Goan Tian Hoat.

Goan Tian Hoat mengangkat kaki, dijejakkan kearah batu hijau dipojok.

Betul saja ! Sesudah batu hijau itu tertekan, terdengar suara krakak krekek dari pesawat rahasia.

Cepat bagaikan kilat, Goan Tian Hoat juga mundur kebelakang. Memperhatikan kontradisi2.

Tidak lama kemudian, dinding ruangan batu itu terbelah, disana terdapat jalan keluar.

Rasa girangnya Kang Puh Cing tidak kepalang, dengan tertawa girang berkata :

“Hebat ! Saudara Goan betul2 hebat !"

Sesudah itu ia berjalan maju, keluar dari pintu rahasia. Cepat2 Goan Tian Hoat menarik tangan Kang Puh Cing dan berkata :

“Tunggu dulu, toa kongcu, kau harus bersabar, biar aku yang membuka jalan.”

Goan Tian Hoat memperbesar api penerangan kemudian api itu diacungkann tinggi2, tangan kanannya mengeluarkan golok, dipasang di- tengah2 dada, dengan sikap yang sangat hati2, per-lahan2 berjalan keluar.

***

Bab 16

SESUDAH meninggalkan pintu rahasia itu, mereka bertemu dengan undakan2 batu, undakan batu itu tidak jauh berbeda dari undakan batu yang digunakan mereka untuk memasuki ruangan, bedanya kalau yang tadi berada disebelah kanan, yang sekarang berada disebelah kiri.

Sesudah melewati lorong undakan batu, tiga jago itu tersekap pula, mereka menemukan jalan buntu, didepan mereka terdapat batu besar.

Goan Tian Hoat memperhatikan batu besar itu, pada pojok kirinya terdapat batu hijau pula, tidak ragu2 lagi, ia menginjak batu hijau itu.

Betul saja ! Pintu terbuka !

Kang Han Cing, Kang Puh Cing dan Goan Tian Hoat lompat keluar, mereka menaiki undakan batu lagi, mulai menuju keatas. Tanpa gangguan, Goan Tian Hoat berhasil mengajak Kang Han Cing dan Kang Puh Cing melewati tempat2 yang gelap dan lembab.

Kang Han Cing membawakan sikap yang tetap gagah, memperhatikan daerah itu dan berkata :

“Heran, mengapa tidak ada penyergapan musuh?"

“Siapa yang berani ?" berkata Kang Puh Cing.

Kini mereka sudah berada pada pintu kuburan besar !

Goan Tian Hoat mengacungkan obor penerangan, memeriksa beberapa waktu tidak berhasil menemukan sesuatu.

“Celaka !" berkata Kang Puh Cing, “Sesudah sampai disini, tokh tetap terkurung juga."

Kang Han Cing berkata :

“Giliranku. Mari kucoba. Aku kujebol batu itu." Kang Puh Cing berkata.

“Mana mungkin, kukira pesawat rahasianya terdapat di luar."

“Kukira tidak," berkata Goan Tian Hoat. “Disaat kita mendatangi tempat ini, Lengcu Panji Hitam hanya mendorong kedua tangannya, kalau menggunakan kedua tangan mendorong dengan keras, berarti menggunakan tenaga, kalau tidak ada alat2 rahasia dari dalam, tidak mungkin dia bercapai lelah begitu."

Kang Han Cing berkata : “Kalau dia bisa menggunakan tenaga, kita juga boleh mencobanya."

Goan Tian Hoat menggelengkan kepala berkata :

“Kedudukannya tidak sama, Lengcu Panji Hitam dari luar, kedua tangannya mendorong batu nisan, dari kiri digeser ke kanan. Dari bukti itu sudah jelas, pasti ada sesuatu rantai yang menghubungkan batu nisan dengan benda berat. Dibanduli oleh sesuatu, kita berada didalam kuburan tidak ada pegangan sama sekali, bandulan berat itu pasti lebih dari ribuan kati, maka se-olah2 berakar keras, bagaimana bisa dido- rong ?"

Kang Han Cing berkata :

“Hanya selembar batu nisan apa artinya masakan bisa mengurung kita bertiga ?”

Setelah berkata begitu ia menyingkirkan Goan Tian Hoat dan Kang Puh Cing, menggulungkan lengan baju. Kedua tangan ditempelkan pada batu itu, mendorongnya keatas.

Menyaksikan kemarahan dan kemendongkolan Kang Han Cing, Kang Puh Cing segera berteriak :

“Jietee, batu itu beratnya sangat luar biasa, jangan sampai terjadi sesuatu."

Kang Han Cing menoleh kebelakang tertawa dan berkata :

“Tidak apa2.   Aku   hanya   bersifat   menjajal.

Bisakah mendorong pecah batu ini.” Goan Tian Hoat memegangi obor, menyaksikan keadaan Kang Han Cing yang mulai mendorong batu nisan, wajah pemuda itu berubah merah, diam tidak bergerak, hanya seketika waktu, wajahnya itu menjadi ungu.

Menyaksikan tindakan Kang Han Cing yang seperti itu, hati Goan Tian Hoat bertanya sendiri :

“Ilmu kepandaian apakah yang diyakinkan olehnya pula ?"

Disaat itu, tiba2 terdengar suara bentakan Kang Han Cing, gerengannya keras, tangannya didorong cepat kedepan.

Berbareng terdengar suara meledak.

Batu bertaburan, pasir beterbangan, nisan yang besar dan berbobot berat itu sudah terdorong kedepan.

Membarengi jatuhnya batu nisan, sepasang kaki Kang Han Cing sudah melejit, lompat keluar dari dalam kubur.

Rasa girangnya Goan Tian Hoat tidak kepalang, meleletkan lidah dan berkata seorang diri.

“Kang jiekongcu betul2 hebat ! Datuk persilatan Kang Sang Fung tidak percuma menjelmakan keturunan yang seperti ini."

Wajah Kang Puh Cing memperlihatkan sikap yang tidak mengerti, matanya berkilat-kilat, pundaknya bergerak, dia juga terbang keluar dari dalam kuburan. Berdiri disamping sang saudara, memegang keras pundaknya, dengan penuh getaran jiwa, dia berkata : “Jietee, berapa lama kau melatih ilmu kepandaian hebat yang seperti ini ? Aku baru pertama kali melihat kau menggunakannya."

Kang Han Cing tidak bangga atas prestasi yang sudah dicapai, mendapat teguran itu, dengan sikap yang ke-malu2an berkata :

“Toako terlalu memuji, hanya pengerahan tenaga untuk mendorong batu nisan tadi, mana boleh dikatakan sebagai ilmu kepandaian hebat ?"

Goan Tian Hoat juga sudah keluar dari kuburan itu, berkata kepada Kang Han Cing :

“Kang Jie Kongcu, hari ini aku betul-betul bisa menyaksikan suatu keajaiban, batu nisan tadi mempunyai bobot berat yang tidak berada dibawah seribu kati, apa lagi ditambah rantai yang mengekang dari bawah, pesawat rahasia beratnya luar biasa. Didalam rimba persilatan, berapa orangkah yang sanggup mendorongnya ?"

Kang Han Cing berkata :

“Saudara Goan jangan berkata seperti itu. Se- tinggi2nya langit, masih ada yang lebih tinggi lagi. Ilmu yang seperti itu adalah ilmu biasa, tidak sedikit orang yang bisa meyakinkannya."

Goan Tian Hoat melompongkan mulut.

Kang Han Cing menarik Kang Puh Cing dan berkata :

“Toako, mari kita pulang." Kang Puh Cing, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat meninggalkan daerah kuburan itu menuju ke gedung keluarga Kang.

Didalam sekejap waktu, mereka sudah tiba di gedung Datuk Persilatan itu.

Waktu kentongan baru dipukul empat kali, saat yang paling gelap diantara penggantian suasana malam dan pagi.

Kang Puh Cing telah diculik selama tiga bulan, selama itu ada orang yang memalsukan dirinya, membuat se-wenang2 dalam gedung keluarga Kang, kini ia sudah bebas kembali, getaran jiwa itu tak bisa dilukiskan, matanya ber-kaca2, tubuhnya melejit menaiki tembok bangunan gedung.

Sesudah itu, dengan satu kali loncatan ia turun kebawah. Mulutnya berteriak keras :

“Hei, seluruh isi rumah dari gedung keluarga Kang, semua kumpul ke tempat ini. Kang Puh Cing dan Kang Han Cing sudah kembali !"

Kang Han Cing takut kalau sang toako mendapat serangan gelap, bersamaan dengan gerakan Kang Puh Cing ia juga sudah merendengi saudara tersebut !

Suara Kang Puh Cing dikerahkan dengan tenaga dalam, bergema dan mendengung di seluruh gedung.

Beberapa saat kemudian, beberapa sosok bayangan bergerak ke tempat itu, mereka segera berdiri dihadapan toa kongcu dan jie kongcu. Diantara orang2 yang hadir tidak kelihatan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay.

Menampak kehadiran toa kongcu, mereka tidak menjadi heran, yang membuat mereka heran adalah kehadiran Kang Han Cing yang berdiri disebelah Kang Puh Cing. Karena anggapan mereka Kang Han Cing sudah mati terbakar didalam kamarnya.

Kepada orang2nya Kang Puh Cing memberi perintah :

“Lekas buat api penerangan."

Perintah ini membawa akibat yang spontan, masing2 mereka membikin penerangan.

Seluruh anak buah gedung keluarga Kang dikumpulkan. Mereka dikumpulkan diruangan depan.

Menoleh kepada Kang Han Cing, Kan Puh Cing berkata :

“Jiete, kau awasilah orang2 ini, aku akan mengajak Goan Tian Hoat memeriksa jejak Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay."

Sesudah itu, dengan suara keras dan lantang ia berkata kepada semua orang2nya :

“Pengurus gedung Cu Ju Hung dan kasir gedung Hu Cun Cay telah berkomplot dengan penjahat2, mereka salah menggunakan wewenangnya, kini harus ditangkap dengan segera. Kang Sing dan Kang Yung, lekas ! Lekas jaga semua jalan2, jangan biarkan orang meninggalkan gedung dari pintu belakang, kalau ada yang berani kurang ajar bunuh saja. Bila bertemu musuh kuat, cepat kalian memberi tanda dengan melepas kembang api tanda bahaya, kami akan segera datang membantu."

Kang Sing dan Kang Yung setelah mendengar perintah itu segera berjalan keluar dari barisan orang2 itu menjalankan perintah, mengajak beberapa orang, membikin persiapan2.

Kang Puh Cing menoleh kearah Goan Tian Hoat dan berkata:

“Sibajingan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay bukan jago biasa, ilmunya cukup lumayan. Silahkan saudara Goan turut aku."

Sesudah itu, Kang Puh Cing meneruskan penyelidikannya.

Kang Jie dan Kang Yok mengajak empat orang bersenjata golok, menutup semua jalan2 keluar.

Kang Han Cing memperhatikan langkah2 kebijaksanaan sang toako, aturan2nya keras, langkahnya cukup luar biasa, tidak memperdulikan rasa kedudukan. Dalam hati ia memuji :

“Dimasa ayah hidup, segala sesuatu yang menyangkut keluarga Kang sudah diserahkan kepadanya, ayah pernah berkata kalau toako sangat cerdik dan pandai, didalam soal ini, betul2 aku tidak bisa menandinginya."

Hanya didalam waktu yang singkat, di dalam dan di luar gedung keluarga Kang telah terpasang obor2 api penerangan, terang benderang, se-olah2 sedang menanti kedatangan musuh kuat.

Dengan baju yang gedombrongan, Kang Han Cing berdiri diatas tembok gedung memeriksa daerah gedungnya dari posisi yang baru.

Hampir seluruh orang keluarga Kang telah berada ditengah lapangan. Dimisalkan ada seekor burung yang hendak lewat di tempat itu, wajib meminta ijin permisi darinya.

Gedung keluarga Kang telah menghadapi suatu kegemparan. Sebagai satu dari empat Datuk Persilatan keturunan keluarga Kang bisa menyesuaikan diri, dalam menghadapi kesulitan besar mereka bisa menguasai diri. Juga segala sesuatunya berjalan dengan rapi dan teratur. Tidak kalut.

Setengah jam kemudian, dengan wajah murung dan uring2an, dengan tangan masih menenteng pedang, Kang Puh Cing berjalan balik, dibelakangnya berjalan Goan Tian Hoat.

Mendongakkan kepala dan memandang Kang Han Cing yang masih berdiri diatas tembok, Kang Puh Cing bertanya :

“Jiete, ada penemuan2 baru ?"

“Tidak !" Kang Han Cing mengangkat pundak.

Kang Puh Cing menggapaikan tangannya lalu berkata :

“Kau boleh turun !" Kang Han Cing melayangkan tubuh, dengan ringan berdiri didepan sang toako lalu katanya :

“Toako, apakah tidak berhasil menemukan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay ?"

Dengan uring2an Kang Puh Cing berkata : “Kedua bajingan itu rupanya sudah mendapat

pirasat tidak baik, maka buru2 lari kabur. Orang2

kita juga berkurang delapan orang, delapan orang itu sudah menjadi anak buah komplotan jahat, mereka turut menghilang."

Pembersihan2 dan gerakan terus dilakukan, jam lima pagi mereka telah berkumpul.

Kang Puh Cing segera berkata :

“Sebentar lagi sudah terang tanah, kecuali beberapa orang yang menempati pos penjagaan, yang lain2nya boleh istirahat.”

Setelah berkata begitu memberi hormat kepada Goan Tian Hoat dan berkata :

“Semalam suntuk saudara Goan tidak tidur, mari kita istirahat. Sebentar siang kami masih ada sesuatu yang hendak dirundingkan."

Kang Puh Cing lalu menoleh kearah salah satu orangnya dan memberi perintah.

“Kang Jie, ajak tuan pengurus untuk istirahat." Kang Jie mengiyakan, memberi hormat kepada

Goan Tian Hoat dan berkata : “Silahkan tuan Goan turut hamba." Goan Tian Hoat bisa menduga isi hati Kang Puh Cing, tentunya hendak merundingkan sesuatu yang penting dengan Kang Han Cing, hal ini tidak baik diikuti olehnya, maka cepat2 ia memberi hormat kepada mereka dan berkata :

“Kang toakongcu juga sudah boleh istirahat. Aku minta diri." lalu ia berbalik dan mengikuti Kang Jie menuju ke kamarnya.

Sesudah Goan Tian Hoat berlalu, Kang Puh Cing menarik tangan Kang Han Cing dan berkata :

“Jiete, tempat tidurmu sudah dimakan api. Maka tidurlah ditempatku, juga masih banyak yang hendak kutanyakan padamu !" Mereka berjalan memasuki kamar Kang Puh Cing.

Pelayan kecil Siao Cian menyongsong kedatangan mereka, dengan girang ia berkata :

“Hamba menyambut toakongcu, aah. jiekongcu juga turut kembali ?”

Kang Puh Cing menggebah pelayan itu dan berkata :

“Siao Cian sudah tidak ada urusanmu. Pergilah istirahat!"

Sesudah menyembah, Siao Cian bangkit berdiri memandang toakongcu sebentar, mengiyakan perintah dan mengundurkan diri.

Kang Puh Cing dan Kang Han Cing masuk ke dalam kamar. Ruangan itu bersih dan rapi.

Dengan penuh perhatian, Kang Puh Cing berkata : “Jietee, kalau kau lelah, tidurlah sebentar."

“Aku tidak lelah." berkata Kang Han Cing, “Kalau toako mau beristirahat, tidur saja dulu."

Dengan tertawa Kang Puh Cing berkata. “Kalau begitu mari kita duduk saja."

Mereka duduk ber-hadap2an, terdengar Kang Han Cing berkata :

“Bukankah toako hendak mengajukan sesuatu kepadaku ? Jika ada pertanyaan yang hendak diajukan, silahkan !"

“Ya !" berkata Kang Puh Cing tertawa. “Aku ingin tahu, bagaimana racun2 yang bersarang didalam tubuhmu bisa dilenyapkan."

Kang Han Cing menceritakan munculnya sikongcu berbaju putih Tong Jie Peng yang telah memberikan pertolongan mengobati dan berhasil memunahkan dan menghilangkan racun jahat itu.

Mata Kang Puh Cing ber-kilat2, dengan heran bertanya :

“Jiete apakah mengetahui asal usul orang yang bernama Tong Jie Peng itu ?”

Kang Han Cing berkata :

“Tidak tahu. Menurut paman Kuo Se Fen, Tong Jie Peng kongcu masih mempunyai hubungan baik dengan keluarga Kang, apakah toako pernah dengar cerita ayah tentang seseorang dari keluarga Tong ?”

Kang Puh Cing berpikir beberapa waktu kemudian menggoyangkan kepala berkata : “Orang2 yang mempunyai hubungan baik dengan keluarga kita sangat banyak, tapi diantaranya tidak terdapat dari keluarga Tong."

Mereka tidak berhasil mencari dan menyelidiki asal usul Tong Jie Peng.

Kang Puh Cing memperhatikan wajah adik itu beberapa saat, lalu tertawa dan berkata:

“Jiete, menurut apa yang kutahu, badanmu lemah, tidak berkepandaian. Tapi ternyata itulah penilaian salah, kenyataan kau memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi daripadaku. Dari mana kau pelajari ilmu2 itu ?"

Kang Han Cing menyeringai dan berkata : “Orang yang memberi ilmu kepandaian

kepadaku tidak mau disebut, dia adalah tokoh yang sudah mengasingkan diri."

Kang Puh Cing bertanya :

“Apa ayah yang menyuruh kau berguru kepadanya ?"

Kang Han Cing menggelengkan kepala berkata : “Bukan. Bukan ayah. Tapi nenek menyuruh aku

berguru kepadanya."

Yang diartikan nenek adalah mertua Kang Sang Fung.

Kang Puh Cing bertanya lagi : “Apa ayah tidak tahu?"

Kang Han Cing berkata: “Nenek berpesan, agar aku tidak menyebut2nya."

“Ayah tidak tahu sama sekali ?" “Kukira tidak."

“Heran !" berkata Kang Puh Cing, “Apa yang harus dirahasiakan?"

Kang Han Cing berkata :

“Menurut hemat ayah, aku tidak pantas bermain silat. Lain pendapat ayah, lain pula pendapat nenek. Menurut nenek, aku lemah dan berpenyakitan, sudah seharusnya berlatih silat untuk menjaga kesehatan !"

“Ternyata penilaian nenek lebih tepat, hasil dan prestasi yang kau capai telah berada diatasku, inilah hasil yang tidak diketahui oleh ayah."

Kang Han Cing tertawa getir. Kang Puh Cing juga turut tertawa.

Beberapa waktu kemudian, Kang Puh Cing bertanya lagi:

“Jieete, rumah kita telah ditongkrongi penjahat selama tiga bulan. Segala sesuatunya diurus oleh manusia palsu Cu Ju Hung dan Hu CunCay, menurut hematku, tentunya sudah acak2an, kulihat saudara Goan tadi sangat cerdik, kedudukan penguasa rumah boleh diserahkan kepadanya."

Kang Han Cing berkata : “Kecerdikan saudara Goan tidak berada dibawah kita, kalau toako setuju. Boleh saja."

“Tentu saja aku setuju." berkata Kang Puh Cing.

“Entah bagaimana dengan pendapatnya, maukah Goan Tian Hoat bernaung dibawah panji gedung keluarga Kang ?"

“Kukira ia tidak keberatan." berkata Kang Han Cing, “Tenaganya selalu siap disumbangkan."

Sesudah sore harinya seluruh penghuni dari gedung keluarga Kang dikumpulkan lagi.

Mereka menyaksikan dengan heran, Jie kongcu yang sudah mati terbakar hidup kembali.

Yang membuat mereka lebih heran lagi adalah pengumuman Toakongcu, dikatakan kalau Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay itu sudah berkomplot dengan orang jahat, berkhianat kepada keluarga Kang dan telah dipecat secara tidak terhormat.

Kecuali Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay masih ada delapan anak buah yang turut lenyap. Dan tentunya juga menjadi anggota penjahat.

Perubahan2 itu adalah merupakan perubahan yang terbesar bagi keluarga Datuk persilatan Kang Sang Fung.

Diruangan itu telah berkumpul banyak orang, lelaki dikiri perempuan dikanan, masing2 berkasak kusuk penuh tanda tanya.

Kang Puh Cing didampingi oleh Kang Han Cing sedang Goan Tian Hoat berada di tengah2. Per-tama2, Kang Puh Cing menceritakan pengalamannya, ia diculik musuh, ditawan disuatu tempat yang tidak mudah ditemukan.

Sesudah itu si penculik dari satu komplotan jahat dengan menyamar sebagai dirinya telah berkuasa didalam gedung keluarga Kang dibantu oleh Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay. Tiga komplotan jahat itu menganiaya dan menyekapnya. Cerita Kang Puh Cing begitu mendebar hati pendengarnya.

Lebih tegang lagi cerita Kang Han Cing, ia menceritakan bagaimana hampir dibakar mati, melarikan diri ke Hai-yang piauw-kiok, menyatroni kuburan, menolong Kang puh Cing.

Mendengar cerita itu wajah semua orang pucat pasi. Terakhir setelah mengetahui tidak ada kerugian bagi pihaknya, sesudah selesai mendengar cerita itu, semua orang bertepuk tangan.

Menunggu sampai saat suara tepukan itu berhenti, Kang Puh Cing memberi pengesahan tentang pengangkatan Goan Tian Hoat sebagai pengurus besar rumah gedung keluarga Kang menggantikan Cu Ju Hung.

Mulai saat itu Goan Tian Hoat berkuasa penuh didalam keluarga Kang, untuk urusan kecil maupun urusan besar, tidak ada orang yang boleh membangkang perintahnya, hal ini untuk memperlancar langkah2 kebijaksanaan Goan Tian Hoat, Goan Tian Hoat mendapat hak penuh untuk mengambil tindakan tanpa memberitahu lebih dulu kepada Kang Han Cing atau Kang Puh Cing.

Goan Tian Hoat berkenalan dengan orang2 dari gedung keluarga Kang.

Karena itu Goan Tian Hoat mendaftarkan nama2 pegawai dari gedung keluarga Kang dan memperhatikan setiap gerak gerik dari orang2 itu.

Pengangkatan pengurus baru ini juga mendapat penyambutan yang meriah.

Kang Puh Cing memberi perintah, ia membikin perjamuan besar, perjamuan atas berkumpulnya dan kembalinya kedua saudara itu.

(Bersambung 8)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar