Pendekar Patung Emas Jilid 32

 
Jilid 32

Di Perkampungan Pedang Baja

KEISTIMEWAAN dari gunung Lak Ban san ini adalah curam serta terjalnya gunung serta jalan kecil yang menghubungkan tempat itu, bukan saja berliku-liku bahkan merupakan tempat berlindung yang amat bagus sekali, pada jaman dahulu tempat. ini merupakan satu tempat persembunyian yang amat bagus sewaktu berlindung.

Setelah berhenti sebentar untuk melihat keindahan alam. Mereka segera melanjutkan perjalanannya naik keatas gunung Lak ban san itu.

Dari kejauhan tampaklah tiga ekor kuda datang mendekati mereka berdua. Diatas kuda tersebut duduklah tiga orang lelaki berpakaian singsat dengan sebilab pedang tersoren pada punggungnya, jelas kelihatan sikap mereka yang amat gagah dan mengagumkan sekali.

Melihat datangnya orang-orang itu Wi Ci To segera merarik tali les kudanya untuk menghentikan tunggangannya.

”Orang-orang dari perkampungan Thiat Kiam San sudab datang.” ujarnya cepat kepada Ti Then.

Ti Then pun segera menghentikan kuda kemudian duduk sejajar dengan Wi Ci To.

Hanya di dalam sekejap saja ketiga orang penunggang kuda itu sudab mendekati diri merekaberdua.

Tampaklah ketiga orang itu sudah berusia empat puluhan sedang yang ada di tengah mempunyai wajah yang amat keren sekali.

Setelah mendekat sejauh tiga kaki dari mereka berdua, lelaki yang berwajah keren itu segera maju tiga langkah kedepan kemudian terhadap Wi Ci To dia merangkap tangannya menjura.

”Yang datang bukankah Wi toa pocu dari Benteng Pek Kiam Po?” tanyanya.

“Lobu benar adanya,” sahut Wi Ci To sambil balas menjura. ”Cayhe Nyio Si Ih tidak mengetahui kalau Wi Toa Pocu mau

datang menyambangi, maaf tidak dapat menyambut kedatangan

Pocu dengan cepat” ujar lelaki berusia pertengahan itu lagi.

“Tidak berani..tidak berani“ jawab Wi Ci To tersenyum. „Kiranya Lo-te adalah putera ketiga dari Nyio Lo Cung-cu, beberapa tahun yang lalu sewaktu Lohu datang menyambangi ayahmu di gunung Lak ban san ini kebetulan lote tidak ada di dalam perkampungan.“

„Benar“ sahut Nyio Si Ih dengan amat hormatnya.

Dengan perlahan Wi Ci To mengalihkan pandangannya kearah dua penunggang kuda lainnya disamping Nyio Si Ih.

”Lalu, apakah mereka juga adalah...” „Dia adalah Su sute dari boanpwe Huan Ceng Hong, sedang yang ada disebelah kanan adalah Ngo sute dari boanpwe Cia Pu Leng.”

Huan Ceng Hong serta Cia Pu Leng dengan cepat pada maju memberi hormat;

”Menghunjuk hormat buat Wi Toa Pocu” serunya berbareng. Wi Ci To tersenyum.

“Oooh..kiranya Liong Hauw Ji Kiam (Dua jagoan pedang naga dan harimau) yang namanya sudah menggetarkan dunia persilatan, selamat bertemu..selamat bertemu..” serunya.

“Pujian dari Wi Toa Pocu, boanpwe berdua tidak berani menerimanya,” jawab Huan Ceng Hong serta Cia Pu Leng terburu- buru.

Wi Ci To lantas menuding kearah Ti Then yang ada disampingnya.

“Lohu juga mau perkenalkan kepada Lo-te bertiga, dia adalah Ti Then, Ti Kiauw-tauw dari Benteng kami”

Ti Then yang masih duduk diatas kudanya sambil mengangguk tersenyum ramah.

Mendengar perkataan tersebut air muka mereka segera memperlihatkan rasa terkejutnya yang bukan alang kepalang, sesudah melototi diri Ti Then beberapa saat lamanya mereka baru merangkap tangannya memberi hormat.

“Nama besar dari Ti Kiauw-tauw laksana meledaknya guntur di siang hari bolong, ini hari bisa berkenalan sungguh kami merasa sangat bangga sekali.”

Ti Then yang melihat sikap mereka sangat ramah dia pun dengan terburu-buru turun dari kuda lalu membalas hormatnya itu. Wi Ci To lantas melanjutkan bertanya.

“Kalian bertiga apakah ada urusan mau turun gunung?” ”Tidak” bantah Nyio Si Ih sambil menggelengkan kepalanya, ”Boanpwe mendapat perintah dari ayah untuk menyambangi seorang sahabat, Wi Toa Pocu, kami akan antar kalian ke atas gunung sebentar...”

”Eeii...bagaimana ayahmu bisa tahu kalau lohu mau datang?” tanyanya keheranan.

”Bukan..bukan..setelah Wi Toa Pocu serta Ti Then naik keatas gunung kami baru memperoleh kabar” sahut Nyio Si Ih tertawa.

Mendengar perkataan tersebut Wi Ci To baru jadi paham kembali.

”Oooh..kiranya begitu...keadaan dari ayahmu apakah baik-baik saja?”

oooOOOooo 54

”Berkat lindungan Thian-dia orang tua berada dalam keadaan baik-baik saja" Sahut

Nyio Si Ih dengan hormat.

„Karena ini karena lohu serta Ti Kiauw-tauw ada urusan lewat sini karena teringat sudah lama lohu tidak bertemu dengan ayahmu, maka sekalian naik ke gunung untuk menyambangi dirinya”

„Terima kasih atas kemurahan hati Wi Toa Pocu mau menyambangi ayah, mari ikuti boanpwe naik keatas..“ sahut Nyio Si Ih lagi.

„Baiklah“

Demikianlah Nyio Si Ih bertiga segera naik keatas kuda untuk memimpin jalan di depan, sedangkan Wi Ci To serta Ti Then mengikuti dari belakang.

Kurang lebih berjalan kembali selama setengah jam lamanya akhirnya mereka baru tiba di puncak yang teratas dari gunung Lak Ban san tersebut. Setelah melewati sebuah hutan pohon siong yang lebat tampaklah sebuah perkampungan yang amat besar dan megah muncul di hadapan mata.

Di luar pintu besar di depan perkampungan tersebut terlihatlah sudah ada tujuh delapan orang berdiri disisi pintu menanti kedatangan tamu terhormat, diantaranya tampaklah seorang kakek tua yang rambut serta jenggotnya sudah pada memutih semuanya.

Tidak usah dibicarakan lagi, sudah pasti kakek tua itu bukan lain adalah si kakek pedang baja Nyio Sam Pak, begitu dia melihat rombongan yang datang sambil tertawa tergelak dia maju menyambut.

„Ha..ha..sungguh gembira hati ini, entah angin apa yang membawa Wi Pocu sudi berkunjung ke perkampungan kami ini...“

Dengan cepat Wi Ci To meloncat turun dari atas kuda, dia pun tertawa terbahak-bahak.

"Wajah Nyio-heng penuh dengan cahaya merah kelihatan sekali amat segar bugar, sungguh patut digirangkan! sungguh patut diselamatkan!" Serunya sambil merangkap tangannya menjura.

Si kakek pedang baja Nyio Sam Pak segera angkat kepalanya dan memperlihatkan sebaris giginya yang sudah tinggal tak seberapa banyak itu.

"Coba kau lihat" ujarnya. "Gigiku sudah pada rontok semua, bagaimana kau bisa

bilang masih kelihatan segar bugar?" Wi Ci To tersenyum,

"Usia dari Nyio-heng sudah ada sembilan puluh enam, cuma rontok beberapa buah gigi bukanlah satu urusan yang berat, ada orang bilang begitu usia manusia mula menginjak tua bukan saja giginya pada rontok bahkan telinganya akan tuli matanya akan buta, kalau tidak dialah seorang bajingan." "Haaaa .... haaaa    haaaaa : . . kenapa tidak. , . . kenapa tidak"

Seru si kakek pedang baja Nyio Sam Pak tidak tertahan sambil tertawa terbahak-bahak. “Untung sekali lolap bukanlah bajingan! haaaa .... haaaa “

Setelabt tertawa keras beberapa saat lamanya mendadak dia menuding kearah Ti

Then, dan tanyanya :

"Siapakah bocah ini ?”

"Kiauw-tauw dari Benteng kami, dia bernama Ti-Then." Dengan cepat Ti Then maju kedepan untuk memberi hormat. "Boanpwe Ti Then menghunjuk hormat buat Nyio Locianpwe,"

Air muka Si-kakek pedang baja Nyio Sam Pak segera memperlihatkan rasa terkejut kemudian dengan telitinya dia memperhatikan tubuh Ti Then dari atas sampai ke bawah, setelah itu dengan tak henti-hentinya dia memperdengarkan suara keheranannya.

"Usianya masih begitu muda tetapi sudah berhasil manjadi Kiauwtauw dari

Benteng Pek Kiam Po, sungguh mengagumkan sekali . ...

sungguh mengagumkan sekali !” serunya berulang kali.

"Aku orang she Wi serta Ti Then dikarenakan ada sedikit urusan melewati tempat ini, mendadak aku teringat kspada Nyio-heng yang sudah ada bebeapa tahun tidak bertemu karenanya sengaja aku naik keatas gunung untuk menyambangi diri Nyio-heng, harap kedatangan dari lohu ini tidak sampai mengganggu ketenangan dari Nyio-heng.”

"Mana .... mana " sahut Si kakek pedang baja Nyio Sam Pak dengan serius.

"Silahkan masuk kedalam untuk minum teh. silahkan !" Serombongan orang-orang itu segera berjalan masuk kedalam ruangan tengah, setelah duduk ditempat masing-masing dan pelayan menghidangkan air teh Nyio Sam Pak baru buka mulut berbicara,

„Wi Pocu tadi bilang ada urusan melewati tempat ini entah urusan apa itu?”

“Sebetulnya bukan satu urusan yang besar, Cuma dikarenakan anak murid dari orang she Wi yang bernama Cu Han Seng banyak meninggalkan Benteng beberapa tahun yang lalu sampai kini jejaknya tidak jelas dan baru-baru ini aku orang she Wi dengar di dekat kota Kiu Sian ada orang pernah menemui dirinya maka aku orang segera menyusul kesana untuk mencarinya, aku orang she Wi takut dia sudah menemui satu peristiwa yang diluar dugaannya,”

"LaIu apa sudah ketemu ?” tanya Nyio Sam Pak memperhatikan dirinya.

"Belum !"

”Wi Pocu rasa sudah terjadi urusan apa dengan dirinya ?" Wi Ci To menghela napas panjang,

”Urusan sebetulnya adalah begini, dia adalah salah seorang pendekar pedang putih dari Benteng kami, aku orang she Wi pernah menentukan satu peraturan barang siapa diantara pendekar pedang merah dia baru berhak untuk berkelana diluaran, sedangkan Ciu Han Seng ini tidak lama setelah naik menjadi pendekar pedang putih sudah meninggalkan Benteng, Hal ini berarti pula sudah melanggar peraturan yang sudah aku orang she Wi tentukan . ."

”Karenanya Wi Pocu bermaksud menangkap dirinya pulang ke Benteng untuk menjatuhi hukuman ?” Sambung Nyio Sam Pak kemudian,

”Benar” sahut Wi Ci To mengangguk.

”Tetapi sebab yang utama adalah tak takut dia sudah menemui kejadian yang diluar Dugaan, karena dia mempunyai satu dendam kesumat, orang tuanya sudah dibunuh oleh majikan ular Yu Toa Hay dan dia terus menerus ingin pergi mencari Yu Toa

Hay untuk membalas dendam, tetapi dengan kepandaian yang dimiliki sekarang ini sebetulnya dia masih bukan tandingan dari Yu Toa Hay itu.“

Dengan perlahan Nyio Sam Pak mengangguk,

"Kiranya masih ada bermacam-macam alasan yang demikian ruwetnya, muridmut Ciu Han Seng tentunya kepingin cepat-cepat membalas dendam orang tuanya sehingga tanpa pamit lagi dia sudah meninggalkan Benteng, soal ini memang patut dikasihani”

"Benar. . .”

Dengan perlahan sinar mata dari Nyio Sam Pak dialihkan keatas wajah Ti Then ia tertawa.

"Ti Kiauw-tauw, bisa diterima sebagai Kiauwvtauw dari Benteng Pek Kiam Po tentunya kepandaian silat yang dimilikinya amat tinggi sekali, entah dapatkah Lolap ikut mengetahui siapakah nama dari gurumu"

”Tidak berani!" Sahut Ti Then sambil bungkukan badannya memberi hormat. "Suhuku adalah Bu Beng Lo-jin, dia orang tua sudah lama sekali mengundurkan diri dari-keramaian dunia."-

”Bu Beng Lojin?” tanya Njio Sam Pak dengan air muka keheran- heranan. "Lolap sudah berkelana didalam Bu-lim selama lima, enam puluh tahunan lamanya tetapi belum pernah mendengar kalau didalam Bu-lim ada seorang jagoan berkepandaian tinggi yang demikian hebatnya. "

”Perkataan yang diucapkan Ti Kiauw-tauw adalah perkataan yang sungguh-sungguh!” Sambung Wi Ci To dengan cepat.-"Dia cuma mendapatkan pelajaran ilmu silat saja dari Bu Beng Lojin itu sedangkan mengenai hubungan antara guru dan murid agaknya tidak terlalu penting..” "Kenapa ?” tanya Nyio Sam Pak melengak.

"Kemungkinan sekali dimasa yang lalu Bu Beng Lojin pernah menemui satu peristiwa yang menyedihkan hatinya sehingga dia sudah mengasingkan diri tidak munculkan diri kembali kedalam Bu- lim, waktu dia menerima Ti Kiauw-tauw-sebagai muridnya dia pernah mengatakan sebab-sebabnya menerima murid, dia bilang tidak tega melihat ilmu silatnya ikut terkubur kedalam liang kuburan karena itu setelah Ti Kiauw-tauw berhasil didalam ilmu silatnya dia lantas pergi meninggalkan dirinya. -sampai sekarang Ti Kiauw-tauw sendiripun tidak tahu-dia telah berdiam dimana."

Mendengar perkataan tersebut Nyio Sam Pak menghela napas panjang. "Kelihatannya didalam dunia ini masih terdapat banyak jagoan berkepandaian tinggi yang tidak diketahui oleh orang Bu-lim, walaupun lolap belum pernah melihat kepandaian dari Ti Kiauw- tauw tapi cukup ditinjau dari penghargaan yang diberikan Wi Pocu kepadanya sehingga sukar dicarikan tandingannya pada saat in

Ini”

"Nyio locianpwe terlalu memuji,” ujar Ti Then merendah, ”Sedikit kepandaian dari boanpwe tidaklah seberapa, sebenarnya masih belum bisa dikatakan hebat”

”Kalau Ti Kiauw tauw bicara demikiao Wi Pocu kalian setelah mendengar perkataan ini hatinya tentu akan sedih” ujar Nyio Sem Pak sambil tertawa terbahak-bahak.

”Apa maksud dari perkataan Nyio Locianpwe ini?” tanya Ti Then melengak.

”Pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po semuanya adalah jagoan pedang yang sudah mempunyai nama besar di dalam Bu-lim, bilamana sekarang Ti Kiauw tauw bilang kepandaianmu tidak dapat melebihi orang lain maka bukankah para pendekar pedang merah itu termasuk golongan rendahan”

Wi Ci To yang ada disamping tertawa terbahak-bahak. „Padahal keadaan yang sesungguhny memang demikian” sambungnya dengan cepat,

„Anak buah dari aku orang she Wi jikalau dibandingkan dengan Ti Kiauw tauw memang boleh dikata golongan rendah saja”

Sekali lagi Nyio Sam Pak tertawa tergelak.

„Sebaliknya anak murid golongan rendahan dari Wi Pocu itu semuanya dapat menjabat sebagai Kiauwtauw dari perkampungan Thiat Kiam san Cung kami”

”Nyio heng kita adalah kawan lama, buat apa kalau bicara begitu merendahnya?” ujar Wi Ci To sambil tertawa.

Mendadak air muka Nyio Sam Pak berubah jadi amat sedih sekali, lalu dengan perlahan-lahan dia menghela napas panjang.

„Suagguh kami orang dari perkampungan Thiat Kiam San cung sudah tidak dapat mengembalikan kejayaan seperti dahulu lagi“ ujarnya dengan sedih. ”Semakin lama kita semakin merosot; coba bayangkan pada masa yang lalu ada siapa yang berani datang ke perkampungan Thiat Kiam san cung kami untuk mencari gara-gara? sedan kini. ”

Berbicara sampai disini dengan sedihnya dia menundukkan kepalanya lalu menghela napas panjang,

”Kenapa ?” tanya Wi Ci To kaget, Nyio Sam Pak segera tertawa pahit.

”Hei lebih baik tidak usah kita ungkap lagi” serunya.

Wi Ci To yang melihat dia tidak mau menjelaskan lebih lanjut, dengan cepat dia mengalihkan bahan pembicaraannya.

”Putra pertama serta putra kedua dari Nyio heng apa tidak ada didalam perkampungan?”

”Mereka ada urusan sudah meninggalkan perkampungan” ”Agaknya mereka berdua sudah memperoleh seluruh kepandaian dari Nyio-heng, bahkan ..”

Dia angkat kepalanya memandang kearah Huan Ceng Hong serta Cia Pu Leng yang

ada dibelakang badan Nyio Sam Pak itu lalu sambungnya lagi. ”Beberapa orang anak murid dari Nyio-heng ini pun sudah

mencapai kesempurnan, menurut perkataan seharusnya hal ini tidak

membuat Nyio-heng merasa kecewa.”

”Mereka suheng-te memangnya tidak membuat lolap merasa kecewa,” sahut Nyio Sam Pak perlahan. ”Persoalannya sekarang kepandaian yang lolap berikan kepada mereka sudah tidak cukup bagi mereka untuk menghadapai segalanya.”

“Anak murid dari aku orang she Wi sekalipun pendekar pedang merah yang paling tinggi pun sewaktu berkelana didalam dunia kangouw belum tentu bisa menangkan seluruh pertempuran yang dihadapinya, merekapun sama saja pernah memperoleh kekalahan, tetapi lohu pernah beritahu kepada mereka, sebagai seoraog jagoan pedang yang penting adalah semangat berlatih silat yang tidak ada kunjung padamnya, belum tentu setiap menghadapi pertempuran harus memperoleh kemenangan”

“Perkataan dari Wi Pocu sedikitpun tidak salah” ujar Nyio Sam Pak tertawa, “Mereka suheng-te pun bisa memegang erat-erat perkataaan tersebut”

“Kalau memangnya bisa demikian maka yang lainnya tidak perlu dipikirkan lagi”

”Tetapi bilamana setiap kali menghadapi pertempuran sengit dan seringkali menderita kekalahan begini pun bukanlah suatu cara yang baik”

”Perkataan dari Nyio-heng ini apakah mempunyai bukti?”

Nyio Sam Pak termenung berpikir sebentar, akhirnya dia tertawa pahit. ”Lebih baik tidak usah dikatakan saja, bilamana diceritakan malah mendatangkan rsa malu saja”

”Bilamana Nyio-heng ada urusan yang sukar dibereskan lebih baik kau ucapkanlah terus terang, aku orang she Wi dengan senang hati akan turun tangan memberi bantuan”

Nyio Sam Pak Cuma gelengkan kepalanya tidak berbicara.

”Nyio-heng,” ujar Wi Ci To kemudian berganti bahan pembicaraan. ”Pada masa

Mendekat ini apakah kau pernah bertemu dengan si pembesar kota uo It Sian?“

Ketika Nyio Sam Pak mendengar disebutnya si pembesar kota Cuo It Sian mendadak semangatnya berkobar kembali.

”Tidak” jawabnya sambil gelengkan kepalanya, ”Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan dirinya, apakah Wi Pocu pernah melihat dirinya?”

”Tidak lama yang lalu aku pernah bertemu satu kali dengan dirinya, aku orang she Wi dengar katanya Nyio-heng dengan dirinya adalah kawan lama?”

”Benar,” sahut Nyio Sam Pak mengangguk, ”jadi orang tidak jelek juga, bukan saja Bun mau pun Bu lihay bahkan berhati pendekar dan suka menolong orang yang lemah, dia memang seorang manusia yang patut diajak berkawan.”

”Benar...benar..” sahut Wi Ci To tersenyum.

”Kepergian putra pertama serta putera kedua dari lolap kali ini pun ada kemungkinan sekalian mereka pergi juga menyambangi dirinya.”

Mendengar perkataan itu dalam hati Ti Then merasa sangat terperanjat sekali.

”Aaah..kedua orang putera dari locianpwe pergi menyambangi dirinya?” serunya tak terasa, Dia teringat kembali akan peristiwa terbunuhnya si elang sakti Cau Ci Beng oleh Cuo It Sian, urusan ini Nyio Sam Pak sampai sekarang pun masih belum tahu.

Bilamana sekarang kedua orang putra dari Nyio Sam Pak menuju ke rumahnya Cuo It Sian bukankah hal ini akan memancing rasa curiga dari Cuo It Sian ? ada kemungkinannya sekali malah menimbulkan napsu membunuh dari dirinya sehingga hal ini membuat hatinya jadi amat cemas sekali.

Nyio Sam Pak yang melihat secara tiba-tiba dia orang menimbrung bahkan air mukanya membawa rasa tegang tidak terasa lagi jadi sedikit melengak.

”Ada yang tidak beres?” tanyanya cepat. ”Tidak mengapa tidak mengapa,”

Dengan perlahan Nyio Sam Pak menoleh ke arah diri Wi Ci To lalu dengan wajah yang ragu-ragu tanyanya;

”Apakah diantara Wi Pocu dengan Cuo It Sian ada ganjalan hati?”

Wi Ci To sendiripun tahu Ti Then sedang merasa kuatir atas keselamatan dari kedua orang putra Nyio Sam Pak itu, tetapi pada saat ini dia merasa tidak leluasa untuk menceritakannya kareoa itu dia segera gelengkaa kepalanya.

”Tidak ada, walaupun aku orang she-Wi sudah berkenalan amat lama sekali dengan dirinya tetapi belum pernah terjadi sedikit bentrokan pun”

Baru saja dia selesai berkata mendadak tampaklah seorang pemuda berlari masuk ke dalam ruangan lalu dengan sikap yang gugup dia berkata kepada Nyio Sam Pak-

”Cung cu, mereka datang merampok kayu lagi”

Air muka Nyio Sam pak segera berubah sangat hebat, mendadak dia membanting hancur cawan yang ada di tangannya dan meloncat bangun. ”Hmmm..sungguh keterlaluan sekali!”

”Sudah terjadi urusan apa?” tanya Wi Ci To melengak.

Dengan amat gusarnya Nyio sam Pak berjalan mondar mandir di tengah ruangan, kemudian dia baru tertawa dingin.

”Hmmmm..itu iblis bongkok Ling Hu-Ih berani mencari gara-gara dengan lolap”

Mendengar disebutnya si iblis bongkok Ling Hu Ih oleh Nyio Sam Pak ini baik

Wi Ci To mau pun Ti Then bersama-sama jadi sangat terkejut karena si iblis bongkok Ling Hu Ih ini adalah seorang manusia yang paling lihay dari kalangan Hek-to, kepandaian mau pun nama besarnya tidak ada di bawah dari si anjing langit rase bumi, bahkan mempunyai julukan sebagai raja dari antara iblis.

Selama ini jejaknya tidak menentu karena itu sekalipun Wi Ci To sudah amat lama mendengar nama besarnya tetapi belum pernah bertemu muka, tetapi dia tahu si iblis bongkok Leng Hu Ih ini adalah seorang manusia yang sukar untuk diganggu.

”Si iblis bongkok Leng Hu Ih sudah sampai di gunung Lak Ban San?” Tanya Wi Ci To dengan terperanjat.

“Benar, sudah ada beberapa bulan lamanya” sahut Nyio Sam Pak dengan air muka terharu.

”Apa tujuannya datang ke gunung Lak Ban san ini?” ”Mendirikan markas besar”

”Aaaah..ternyata ada urusan begini? Dia ingin menduduki gunung ini sebagai raja?”

”Tidak salah, selama ini iblis tersebut selalu berkelana seorang diri, tidak disangka secara tiba-tiba saja pada tiga bulan yang lalu dia memimpin segerombolan manusia datang ke gunung Lak Ban san dan berdiam kurang lebih tiga li dari perkampungan kami, katanya mereka mau mendirikan markas besar disana” ”Bukankah hal ini berarti pula sedang menantang perang terhadap Nyio-heng?” tanya Wi Ci To dengan air muka serius.

”Benar!” sahut Nyio Sam Pak tertawa dingin, ”Karena lolap sudah mengumumkan kalau aku telah mengundurkan diri dari kalangan dunia persilatan, maka lolap tidak ingin bergebrak lagi dengan orang lain, karena itu sudah memerintahkan putraku yang pernah mencegah, akhirnya setelah bergebrak, karena mereka berjumlah amat banyak putraku sekalian tidak kuat menahan serangan mereka dan setiap kali menderita kekalahan, pada waktu mendekat ini sikap mereka semakin ganas lagi, ternyata pepohonan dan kayu-kayu yang ada di sekitar tempat ini sudah diambili, bukankah hal ini terang-terang sedang menantang aku?"

"Apakah dahulu Nyio heng pernah ada ganjalan hati dengan Ling Hu Ih ?"

"Dengan dia orang sendiri tidak ada, tetapi dengan adik misannya Si "Ping sin siucay" atau-siucay penyakitan Ciu Kia Leng psrnah terjadi sedikit peristiwa pada tujuh delapan tahun yang lalu dia sudah lolap hukum, kemungkinan sekali dengan berdasarkan urusan inilah dia sengaja naik keatas gunung Lak Ban San untuk mencari gara-gara"

“Tadi Nyio heng tidak mau menceritakan urusan tersebut apakah yang dimaksud dengan peristiwa dari Leng Hu Ih ini?”

“Benar!" Sahut Nyio Sam Pak sambil menghela napas panjang. "Omong terus terang saja dikarenakan lolap tidak mempunyai pegangan yang kuat untuk memperoleh kemenangan maka selama ini lohu terus menerus bersabar diri dan menghindarkan diri dan setiap bentrokan langsung dengan mareka, tetapi ternyata mereka mendesak terus menerus, bukankah hal ini semakin tidak memandang sebelah mata pun kepada lolap?"

Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi:

"Orang yang dibawa olehnya kali ini ada dua ratus orang lebih, diantaranya ada beberapa orang yang merupakan jagoan berkepandaian tinggi dari kalangan Hek-to, lolap yang merasa tidak dapat menangkan mereka maka pada beberapa hari yang lalu sudah memerintahkan kedua orang putraku untuk turun gunung mencari bala bantuan. Cuo It Sian pun termasuk salah seorang yang lolap mintai bantuannya."

Wi Ci To yang mendengar Cuo It Sian pun termasuk orang yang diundang untuk membantu pertempuran ini tidak kuasa lagi dia sudah melirik sekejap kearah Ti Then kemudian tanyanya:

“Bala bantuan yang diundang Nyio heng entah kapan baru bisa tiba disini?"

“Paling cepat mungkin dua puluh hari kemudian baru bisa tiba” "Ada satu persoalan yang aku orang she-Wi mengharapkan Nyio-

heng suka menjawabnya secara terus terang . . .”

"Urusan apa?" tanya Nyio Sam Pak sambil pandang tajam wajahnya.

"Nyio-heng, maukah kau orang memandang aku orang she-Wi sebagai teman?"

„Apa maksud perkataan dari Wi Pocu ini?”

"Bilamana Nyio-heng suka memandang aku orang she-Wi sebagai teman maka sekarang juga kita pergi temui si iblis bongkok Leng Hu Ih itu”

"Bisa memperoleh bantuan dari Wi Pocu sudah tentu sangat bagus sekali, Cuma saja Wi Pocu baru saja tiba dari tempat kejauhan, bagaimana boleh . . . ".

"Kau tidak usah sungkan-sungkan lagi !" ujar Wi Ci-To sambil bangkit berdiri, nenanti setelah membereskan Leng Hu Ih, Nyio- heng baru baik-baik menjamu kita dengan beberapa cawan arak saja"

"Kalau begitu Lolap segera akan memrntahkan anak muridku untuk bikin persiapan" ujar Nyio Sam Pak dengan amat girang. "Kemudian kita bersama-sama berangkat, pergi mencari diri Leng Hu Ih untuk bertempur mati-matian" ”Tidak . ..tidak perlu" cegah Wi Ci To dengan cepat, "Lebih baik Nyio-heng perintahkan anak muridmu untuk baik-- m-enjaga perkampungan saja, cukup kita- tiga orang sudah dapat membereskan mereka”

"Tetapi mereka berjumlah amat banyak” Seru Nyio Sam Pak melengak-

Wi Ci To lantas tersenyum tawar, "Untuk menawan penjahat harus menangkap rajanya terlebih dulu, asalkan kita berhasil membunuh Leng Hu Ih maka sisanya tidak perlu ditakuti lagi."

"Tetapi mereka masih mempunyai beberapa orang pembantu yang amat lihay sekali

seperti "Ci Hun Suseng" atau si-sastrawan banci Ong Cuo Ting" Pan Bian si Sah" atau si muka aneh Ling Ang Lian" Boe-Cing atau Si kakek tak berbudi Ko Cing Im serta It Kiam Pun Ci" atau bertemu tidak mujur Cang Hiong, bilamana Leng Hu Ih tidak mau bertempur satu lawan satu melainkan memerintahkan mereka-untuk turun tangan mengerubuti..”

”Soai ini pun tidak usah dikuatirkan !" potong Wi Ci To dengan cepat.

Nyio Sam Pak melihat dia orang mempunyai kepercayaan yang begitu teguh tidak-banyak berbicara lagi kepada putranya yang ketiga Nyio Si Ih lantas perintahnya: "Si Ih, kau pergi ambil pedang baja dari Lolap!”

Nyio Si Ih dengan hormatnya menyahut kemudian dengan tergesa-gesa lari masuk ke dalam ruangan.

Tidak lama kemudian pedang bajanya sudah tiba.

Nyio Sam Pak segera menerima pedang itu dan dicabutnya keluar, seperti baru saja bertemu dengan kawan lama ujarnya kemudian sambil menghela napas panjang.

”Pedang baja ini sudah lolap simpan lama sekali, tidak kusangka ini hari harus digunakan kembali !” Pedang baja ini besar kecilnya persis dengan pedang pusaka biasa, cuma saja dari badannya mengeluarkan sinar yang amat tawar sekali, kelihatannya sangat aneh. Wi Ci To tersenyum,

“Pedang baja dari Nyio-heng ini pada masa yang lalu pernah mengetarkan seluruh? dunia kangouw dan ditakuti oleh kaum penjahat, kali ini bisa muncul kembali dari sarungnya membuat Nyio-heng kelihatan makin gagah lagi" pujinya.

Nyio Sam Pak cuma tertawa tawar lalu memasukkan kembali pedang bajanya ke dalam sarung, kepada putranya yang ketiga Nyio Si Ih dia segera berpesan,

"Si Ih, kau baik-baiklah menjaga perkampungan, lolap bersama- sama dengan Wi Pocu akan menemui Leng Hu Ih tersebut.”

Berbicara sampai disini dia segera menoleh kearah Wi Ci To serta Ti Then.

”Mari kita berangkat !" ujarnya sambil tertawa.

Dengan demikian mereka bertiga segera berjalan meninggalkan perkampungan Thiat kiam San Cung.

Nyio Sam Pak memimpin berjalan di depan, dengan melalui sebuah jalan usus kambing yang kecil disamping kiri perkampungan dia berjalan sejauh setengah li, mendadak terdengarlah suara ditebangnya kayu berkumandang datang dari hutan sebelah depan.

Nyuo Sam Pak segera mempercepat langkahnya.

"Heee . . . heeee , . . kemarin dulu pemimpin yang meronda disini adalah Hoa Hu Tiap atau sikupu-kupu bunga Hong It peng, kemungkinan sekali ini hari pun dia juga yang pimpin" Serunya sambil tertawa dingin.

"Bagaimana dengan kepandaian silatnya?" tanya Wi Ci To.

"Tidak lemah, muridku Cia Pu Leng pernah bergebrak melawan dirinya tetapi bsrakhir dengan seimbang." ”Hoa Hu Tiap, atau sikupu-kupu bunga Hong It Peng ini boanpwe pernah mendengar orang berkata" tiba-tiba tukas Ti Then." Menurut apa yang boanpwe dengar dia adalah adik angkat dari Giok Bian Langcoen, Coe Hoay Lo !"

"Tidas salah, mereka berdua adalah bajingan-bajingan cabul yang kejahatannya sudah bertumpuk-tumpuk”

"Giok Bin Langcoen Coe Hoay Lo sudah boanpwe basmi" ujar Ti Then sambil tertawa, "Ini hari biarlah si kupu-kupu bunga Hong It Peng ini pun boanpwe basmi sekalian,"

Berbicara sampai disini mendadak di hutan sebelah depan terdengar suara benturan yang amat keras sekali sehingga memekikkan telinga, agaknya ada sebatang pohon besar yang berhasil dirobohkan.

"Kurang ajar !" maki Nyio Sam Pak dengan gusar. Tubuhnya segera berkelebat menubruk kearah hutan itu.

Wi Ci To serta Ti Then pun dengan cepat mengikuti dari belakangnya di dalam sekejap saja mereka bertiga sudah tiba dilapangan tersebut.

Pada saat ini di tengah lapangan ini ada dua puluh orang lelaki herpakaian ringkas sedang menggergaji kayu sedaag yang lain sedang memotong-motong kayu itu jadi beberapa bagian dan siap digotong pergi.

Diantara mereka ada seorang yang mamakai baju berwarna- warni dengan wajah kurus kering sedang berdiri bergandeng tangan disana jika dilihat dari sikapnya jelas dialah pemimpin yang memimpin pekerjaan di tempat ini.

Ketika pandangan matanya dapat melihal si kakek pedang baja Nyio Sam P»k, Wi Ci To serta Ti Ihen menubruk datang air mukanya sedikit berubah, tetapi dia orang sama sekali tidak memperhatikan rasa jerinya. Bukan begitu saja bahkan dia melengos dan pura-pura tidak melihat kedatangan mereka itu.

Dengan wajah yang amat gusar sekali Nyio Sam Pak segera berjalan menghampiri dirinya.

”Kau kah si kupu-kupu bunga, Hong It Peng ?” tanyanya dengan suara yang berat.

”Cayhe memang adanya” sahut lelaki berusia pertengahan itu. ”Siapakah nama besar dari lo sianseng ? Ada keperluan apa

datang kemari ?” ”Lolap Nyio Sam Pak”

Si kupu kupu bunga Hong It Peng sengaja memperlihatkan rasa terkejutnya, dengan gugup dia bungkukkan badannya menjura.

”Aaih . .. kiranya kiranya kau orang tua adalah Nyio Lo Cung-cu selamat bertemu , selamat bertemu.”

”Siapa yang suruh kalian tebangi kayu-kayu disini?” seru Nyio Sam Pak tertawa dingin.

Si kupu-kupu bunga Hong It Peng tertawa.

”Toako kami si iblis bongkok Leng Hu Ih yang suruh.”

Dia mengucapkan kata-kata Iblis bongkok Leng Hu Ih dengan dengan amat tegas sekali agaknya dia mengira nama Leng Hu Ih bisa mengejutkan orang yang mendengar.

”Sekarang aku perintah kalian untuk menghentikan penebangan kayu dan cepat menggelnding pergi dari sini!” perintah Nyio Sam Pak lagi dengan dingin.

Mehdengar perkataan itu si kupu-kupu bunga Hong It Peng segera tertawa terbahak-bahak.

”Nyio lo Cung-cu kau sungguh pandai bergurau” ujarnya mengejek. ”Hutan belantara ini bukannya harta milik kau Nyio Lo Cungcu, siapa yang senang menebang siapa pun tidak ada yang bisa mencegah.” "Tetapi Lolap bisa mencegahnya,” ujar Nyio Sam Pak dingin.

Sinar mata dari si kupu kupu bunga segera melirik sekejap kearab Wi Ci To serta

Ti Then yang berdiri disampingnya, agaknya dia sama sekali tidak kenal dengan Pocu dari benteng Pek Kiam Po serta Ti Kiauwtauw yang namanya sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw ini, air mukanya sama sekali tidak memperlibatkan sedkit rasa jeripun.

”Oouw kiranya ini hari Nyio Lo Cung-cu sudah memnbawa pembantu” ejeknya dengan dingin, ”Makanya omonganmu begitu besar hee...he..”

Sepasang mata dari Nyio Sam Pak segera melotot lebar-lebar lantas tertawa seram-

”Tidak-salab,, ini hari lolap memang sengaja mengundang datang dua orang pembantu tetapi untuk membasmi kau bajingan cabul lolap percaya masih ada kekuatan”

Berbicara sampai kata-kata yang terakhir telapak tangan kanannya segera didorong ke depan melancarkan satu pukulan menghajar dada darI si kupu-kupu bunga itu.

Di tangan kirinya dia masih mencekal pedang bajanya, saat ini dia tidak ingin menggunakan pedangnya melancarkan serangan, hal ini sudab tentu dikarenakan dia lagi menjaga kedudukannya sendiri dan tidak ingin bertempur secara resmi melawan si kupu kupu bunga ini.

Dengan cepat si kupu-kupu bunga merasa datangnya serangan tersebut amat hebat baru saja pundak dari Nyio Sam Pak sedikit bergerak dia sudah meloncat mundur ke belakang.

“Hee . . hee . . tunggu sebentar!” serunya sambil tertawa aneh. “Ada kentut cepat lepaskan!” teriak Nyio Sam Pak tertawa dingin.

Si kupu-kupu bunga segera memperlihatkan senyuman menyengirnya yang sangat mengejek. ”Nyio Lo cung cu.” ujarnya sambil menuding ke arah Wi Ci To serta Ti Then yang berdiri disampingnya itu. ”Kedua orang pembantu yang kau bawa ini hari sudah seharusnya kau kenalkan dulu biar aku pun mengetahui nama mereka.”

”Yang tua adalah si pedang naga emas Wi Ci To, Pocu dari Benteng Pek Kiam Po, si pendekar pedang yang muda adalah Kiauw tauw dari Benteag Pek Kiam Po si pendekar baju hitam Ti Then”

Seketika itu juga air muka si kupu-kupu bunga berubah sangat hebat.

Dia orang yang mempunyai si iblis bongkok Leng Hu Ih sebagai tulang punggung sebenarnya sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap para pembantu yang diundang oleh Nyio Sam Pak ini, tetapi ketika didengarnya kedua orang itu bukan lain adalah Wi Ci To itu Pocu dari Benteng Pek Kiam Po serta si pendekar pedang hitam Ti Then, seketika itu juga dia dibuat ketakutan. Sekalipun si iblis bongkok Leng Hu Ih sendiri pun tidak berani mencari gara-gara dengan Wi Ci To apalagi si kupu-kupu bunga sendiri ? Maka itu didalam keadaan yang amat cemas itulah sikapnya pun sudah berobah jauh lebih hormat lagi. Dengun gugup dia bungkukkan badannya menjura terhadap diri Wi Ci To.

”Oooow . . kiranya Wi Toa Pocu sudah datang maaf cayhe punya-mata tak berbiji . .maaf . . maaf . . ” serunya sambil menyengir-nyengir, Wi Ci To segera melengos dia tidak ambil gubris terhadap omongannya. Air muka si kupu-kupu bunga seketika itu juga berubah memerah dan merasa sangat malu sekali, dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap mempertahankan senyuman di bibirnya-

”Hee . . . heea . cayhe . . cayhe membawa beberapa orang saudara ini datang menebang kayu . .se.. sebetulnya mendapat perintah dari toako Kami si iblis bungkuk Leng Hu Ih , , , kini kini , heee . hee , kini bilamana Wi Toa Pocu perintahkan kami untuk berhenti . . cayhe . . , cayhe segera kembali ke markas uotuk melaporkan urusan ini kepada toako kami“ Berbicara sampai disini dia segera menoleh dan teriaknya dengaa keras kepada anak buahnya-

”Heeey saudara sekalian, berhenti menebang, ikut aku pulang..“

Mendengar perintah tersebut orang-orang itu lantas pada berhenti bekerja dan membereskan alat-alatnya siap meninggalkan tempat itu.

”Hong It Peng,” tiba-tiba terdengar Ti Then berseru sambil maju kedspan, ”Biar mereka pulang sendiri,”

Air muka si kupu-kupu bunga segera berubah jadi pucar pasi, dia segera memperlihatkan senyuman paksa.

”Ti Kiauwtauw ada petunjuk apa?” tanyanya.

Ti Then berjalan sampai beberapa langkah dan badannya baru berhenti, kepada Nyio Sam Pak segera ujarnya.

„Nyio Locianpwe, kau orang tua boleh beristirahat dulu, orang ini serahkan saja kepada boanpwe untuk dibereskan.”

Agaknya Nyio Sam Pak pun ingin sekali mengetahui kelihaian dari Ti Then, dia segera tertawa dan mengundurkan diri dari sana, waktu itu Ti Then baru menoleh kearah si kupu-kupu bunga.

”Aku dengar kau adalah adik angkat dari Giok Bian Langcoen Coe Hoay Lo ?“

”Benar” sahut si kupu kupu bunga Hong It-peng sambil terpaksa mengangguk.

”Kalau begitu seharusnya kau membalas dendam atas kematian dari Giok Bian Langcoen, dia sudah aku bunuh mati”

„Cayhe mempunyai perintah yang belum terlaksana, saat ini bukan waktunya untuk membicarakan soal balas dendam, nanti setelah aku laporkan urusan ini kepada toako aku baru datang lagi untuk minta beberapa pelajaran dari Ti kiauw tauw” usai berkata dia putar badan siap meninggalkan tempat tersebut kembali. ”Berhenti!” bentak Ti Then sambil tertawa, si kupu kupu bunga segera merasakan hatinya bergidik, terpaksa dengan keraskan kepala dia putar badannya kembali.

“Ti Kiauw tauw kau punya perintah apa lagi?” tanyanya sambil tertawa kering.

”Agaknya kau takut mati.?”

Air muka si kupu kupu bunga segera berubah memerah.

”Cayhe tidak paham apa maksud dari perkataan Ti Kiauwtauw ini.”

”Selama hidupku aku paling benci terhadap manusia Jay Hoa Cat yang tukang merusak perawan perempuan, maka itu setiap kali aku bertemu dengan penjahat pemetik bunga aku tidak bakal akan melepaskan dirinya.”

”Tapi cayhe bukanlah seorang penjahat pemetik bunga.”

”Sedikit-dikitnya satu golongaa dengan dia, kau adalah adik angkat dari Giok Bian LangCoen maka sudah tentu sama sepeiti dia kau pun Seoracg penjahat pemetik bunga.”

”Kalau bicara lebih baik kalau ada buktinya, Ti Kiauwtauw jangan sembarangan menuduh.”

Ti Then segera tertawa dingin.

“Ditinjau dari julukanmu sebagai kupu kupu bunga, kupu-kupu selamanya tidak bakal meninggalkan bunga.

Agaknya si kupu kupu banga merasa keadaan tidak baik, dengan cepat dia menarik kembali rasa takutnya diikuti memperdengarkan suara tertawanya yang sangat tidak enak.

”Kelihatannya ini hari Ti Kauwtauw tidak bermaksud melepaskan cayhe?”

”Benar, kau boleh mulai melancarkan serangan” sahut Ti Then mengangguk. ”Bagus sekali, cayhe akan menemani kau bermain sebentar”

Tubuhya segera bergerak mundur beberapa depa ke belakang tangan kanannya merogoh ke dalam sakunya mencabut keluar sebilah pedang emas yang memancarkan sinar yang amat-tajam,

Ti Then tetap tidak mencabut keluar pedangnya, dia tertawa nyaring.

”Bagus sekali, sekarang silahkan mulai turun tangan”

Si Kupu kupu bunga segera menggetarkan pedang lemas di tangannya sehingga memperdengarkan suara dengungan yang amat keras, dia tertawa dingin.

”Kenapa kau tidak cabut keluar pedangmu?”

”Di dalam sepuluh jurus bilamana aku tidak dapat mencabut nyawamu dengan menggunakan sepasang kepalanku ini maka ini bari ku akan lepaskan satu kehidupan buat dirimu”

Walaupun si kupu-kupu bunga sudah lama mendengar nama besar dari Ti Then dan mengetahui kalau dia memiliki kepandaian silat yang amat tinggi, tetap; karena ia belum pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri maka dalam hatinya masih tak mau percaya.

Kini mendengar perkataan dari Ti Then itu tak terasa dia jadi gusar juga.

”Kita putuskan demikian, terimalah seranganku!” bentaknya sambil tertawa seram.

Baru saja perkataannya selesai pedangnya sudah membabat datang dengan cepat menusuk hati dari Ti Then.

Ti Then tetap berdiri tidak bergerak, menanti setelah ujung pedangnya hampir mendekati badannya tubuhnya baru sedikit miring kesamping, telapak tangannya diubah jadi cengkeraman mengancam pergelangan tangan kanan pihak lawan. Siapa tahu tusukan pedang dari si kupu kupu bunga itu tidak lebih cuma serangan kosong belaka, melihat Ti Then miringkan badannya menghindar dengan cepat dia gerakkan badannya maju kedepan pedang lemasnya dari gaya minimal jadi membabat, laksana berkelebatnya naga perak dia mengancam pergelangan tangan kanan dari Ti Then.

Perubahan jurus yang sangat cepat ini benar-benar boleh dipuji sebagai serangan jagoan kelas satu di Bulim,

Ti Then segera membentak keras, tubuhnya sedikit berjongkok ke bawah telapak tangan kirinya bagaikan kilat cepatnya menghajar pusar dari pihak lawan.

Ketika si kupu-kupu bunga menemukan serangannya yang kedua kembali mencapai sasaran yang kosong untuk mengubah jurus kembali sudah tidak sempat saking terdesaknya terpaksa dia mengundurkan dirinya kebelakang.

Tetapi bersamaan dengan mundurnya sang badan kebelakaog itulah dia membentak keras lagi, pedang lemasnya membacok pundak-kiri dari Ti Then.

Datangnya serangan pedang kali ini amat dahsyat dan ganas sekali, bilamana pundak dari Ti Then ini terkena bacokannya maka kontan segera akan terpapas putus jadi dua.

Tetapi menang kalahpun pada saat itu sudah dapat ditentukan.

Ketika pedang si kupu-kupu bunga dibabat kebawah itulah mendadak dia merasakan pandangannya jadi kabur, dia sudah kehilangan bayangan dari Ti Then.

Diikuti jalan darah Leng Thay hiat pada punggungnya terasa seperti kena ditusuk, saking kesakitannya seketika itu juga dia tidak sadarkan diri.

Tubuhnya sedikit bergoyang lantas rubuh tak dapat bergerak lagi. Kedua puluh orang penjahat lainnya sewaktu melihat pemimpin mereka si kupu-kupn bunga hanya didalam tiga jurus saja sudah menggeletak tak bangun, semuanya pada terkejut dan berdiri termangu-mangu di sana. Untuk melarikan diri pun mereka sudah lupa.

Nyio Sam Pak sendiripun dibuat terbelalak oleh kejadian ini.

Dia sejak semula sudah tahu kalau Ti Then tentu memiliki kepandaian silat amat tinggi sekali hingga bisa diterima sebagai Kiauwtauw didalam Benteng Pek Kiam Po tetapi dia tidak menyangka kalau gerakan Ti Then dapat demikian lihaynya.

Lama sekali dia termangu-mangu kemudian dengan sangat terperanjatnya berpikir.;

”Dalam tiga jurus saja dia sudah berhasil memukul rubuh si kupu-kupu bungs. kepandaian yang demikian tingginya ini kemungkinan Wi Ci To sendiripun tidak sanggup untuk melakukannya.

Berpikir sampai disitu tidak tertahan lagi dia segera membuka mulutnya bertanya:

”Ti Kiauw tauw, apa kau sudah membunuh dirinya ?” ”Benar” sahut Ti Then mengangguk,

Para penjahat lainnya sewaktu mendengar si kupu-kupu bunga sudah binasa saat itu

seperti baru saja bangun dari impian, dengan cepat-cepat pada melarikan diri dari sana dengan terbirit-birit,

”Semuanya berhenti!” tiba-tiba dengan suara yang seperti guntur membelah bumi Ti Then membentak keras.

Mendengar suara bentakan yang memekikkan telinga itu suasana di sekeli1ing kalangan jadi bergetar, para penjahat sudah mulai melarikan diri terbirit-birit itu pun segera pada berhenti berlari dan tidak berani bergerak barang sedikitpun. ”Maju dua orang dan angkat mayat ini, sisanya dengan berbaris jadi satu mengikutinya dari belakang” perintah Ti Then lebih lanjut.

Para penjahat itu mana berani membangkang, segera tampaklah dua orang penjahat maju ke depan menggotong mayat si kupu- kupu bunga sedang yang lainnya berbaris jadi satu mengikutinya dari belakang, tapi mereka tidak ada yang berani bergerak.

Karena mereka tidak tahu Ti Then hendak memerintahkan mereka pergi ke perkampungan Thiat Kiam San-cung ataukah kembali ke markas besarnya sendiri.

”Ayoh jalan! Kembali ke markas besar kalian!” perintah Ti Then lebih lanjut.

Demikianlah dua orang yang menggotong mayat itu berjalan di paling depan berbaris mengikuti dari belakangnya.

Thi Then, Nyio Sam Pak serta Wi Ci To tiga orang berjalan di paling belakang, bagaikan sebuah ular panjang mereka beramai- ramai bergerak menuju ke markas mereka.

Kurang lebih sesudah melakukan perjalanan sejauh dua li setengah sampailah mereka di depan sebuah perkampungan.

Perkampungan itu belum selesai dibangun, saat ini masib ada berpuluh-puluh orang penjahat sedang mendirikan pagar kayu serta bahan tangga.

”Berhenti!” perintah Ti Then selanjutnya.

Kedua puluh orang penjahat itu agaknya sudah pernah mendapat pendidikan yang amat keras sekali, mendengar perintah itu dengan gerakan yang sama mereka menghentikan barisannya.

„Berlutut..!“

Para penjahat jadi melengak tapi mereka tidak berani memmbangkang dengan cepat pada berlutut keatas tanah.

”Yang membopong mayat tidak usah berlutut” Kedua orang penjahat yang menggotong mayat itu mengikuti perintah dan tetap berdiri.

”Bagus sekali, sekarang semua orang merangkak masuk kedalam perkampungan dan suruh Leng Hu Ih menggelinding keluar!”

Para penjahat itu tidak ada yang berani membangkang, dengan mengikuti dari belakang mayatnya si kupu-kupu bunga mereka merangkak masuk kedalam perkampungan.

Para penjahat lainnya yang ada didalam perkampungan itu semula tidak mengetahui apa yang sudah terjadi, ketika melihat ada segerombolan orang merangkak masuk kedalam perkampungan mereka pada tertawa terbahak-bahak kegelian.

Tetapi setelah melihat jelas kalau mereka adalah orang sendiri bahksn melihat pula mayat tersebut bukan lain adalah mayat dari si kupu kupu bunga air muka mereka baru pada berubah hebat.

Dengan meninggalkan pekerjaannya sendiri-sendiri mereka pada melarikan diri masuk kedalam markasnya dengan terbirit-birit.

Tidak lama kemudian si iblis bungkuk Leng Hu Ih dengan memimpin serombongan orang berjalaa keluar dari sarangnya.

Usianya ada enam puluh tahun, kepalanya besar dengan mata yang bulat, wajahnya„ penuh barcambang walaupuo badannya bongkok tetapi perawakannya besar dia amat ganas sakali kelihatannya, pada saat ini air mukanya diliputi oleh napsu untuk membunuh.

Orang yang mengikutinya dari belakang semuanya ada dua belas orang banyaknya,

diantara mereka tidak ada seorangpun yang berwajah genah, mereka semua mempunyai bentuk wajah yang bengis dan ganas sekali-

Setelah berjalan keluar dari sarangnya mereka berhenti karang lebih empat kaki dari antara Wi Ci To bertiga. Si iblis bungkuk Leng Hu Ih segera mengulap tangannya mencegah kedua belas orang pembantunya untuk berhenti sedang dirinya maju tiga langkah kedepan, kepada Wi Ci To lantas rangkap tangannya memberi hormat.

"Lo-heng ini apakah bukan si pedang naga emas Wi Ci To, Pocu dari Benteng Pek-Kiam Po ?” ujarnya,

"Lo-hu memang adanya" sahut Wi Ci To sambil balas hormatnya.

Si iblis bongkok Leng Hu Ih segera memperdengarkan suara tertawanya yang amat menyeramkan.

”Nama besar dari saudara aku sudah mendengarnya seperti mendengar guntur di siang hari bqlong, ini hari beruntung dapat bertemu aku merasa sangat beruntung sekali "

"Haaaa .... haaa    tidak berani ..tidak berani!"

Si iblis bongkok Leng Hu Ih segera memperlihatkan sebaris giginya yang putih runcing kemudian tertawa seram kembali.

"Selama puluhan tahun lamanya Wi Pocu memimpin Bu-lim dan menjagoi seluruh kolong langit hal ini benar-benar patut dikagumi oleh semua orang."

"Terima kasih.     terima kasih." Sahut Wi Ci To kembali.

oooooOooooo

“Tidak lama berselang aku dengar katanya Wi Pocu menghancurkan istana Thian Teh Kong dan membasmi si anjing langit rase bumi, entah benarkah urusan ini ?” tanya si iblis bongkok Leng Hu Ih tertawa.

"Benar !"

"Ini hari Wi Pocu datang kemari entah ada keperluan apa ?" "Sengaja datang menghantar kau ke-akherat !"

Air muka si iblis bongkok Leng Hu Ih segera berubah sangat hebat. "Perkataan dari Wi Pocu sungguh enak sekali !" serunya tertawa serak.

Wi Ci To tersenyum.

"Selamanya lohu kalau berbicara tidak pernah berbelok-belok !" "Bagus sekali, kalau begitu sekarang aku orang she-Leng Hu

ingin minta satu penyelasan kepadamu, kau mau menghantar aku orang she Leng Hu menuju ke akherat berdasarkan alasan apa ?”

"Membasmi penjahat !”

"Kau mengartikan aku orang she Leng Hu yang memerintahkan anak buahku pergi ke sekitar perkampungan Thiat Kiam San Cung menebangi kayu ?" Seru Si iblis bongkok Leng Hu Ih tertawa dingin.

"Bukan !"

"Kalau begitu membasmi penyahat dua kata mempunyai maksud apa ?”

"Kau mengumpulkan manusia-manusia celaka ini datang kemari dan bendak mendirikan sarang hal ini terang-terangan sedang mempersiapkan satu komplotan perampok, demi keselamatan dari penduduk terpaksa lohu harus membasmi dulu bibit-bibit bencana ini agar pendudukpun bisa terhindar dari bencana yang menderitakan."

Tiba-Tiba Leng Hu lh tertawa terbahak-bahak.

"Haaa . , - . haaaa . haaa .. Wi Ci To ! Kau terlalu tidak pandang diri kami,” teriaknya mendongkol.

“Orang lain mungkin takuti dirimu tetapi aku Leng Hu Ih tidak bakal akan pandang sebelah matapun kepadamu!"

'*Selama hidup tujuan lohu membasmi penjahat bukanlah bermaksud hendak jadi seorang pahlawan, kau tidak pandang lohu hal ini tidak akan menyusahkan hati lohu."

“Nyio Sam Pak” tiba-tiba Leng Hu Ih menoleh kearah diri Nyio Sam Pak lantas ejeknya dengan suara yang menghina,.”Lohu kira kau adalah seorang manusia luar biasa, tidak disangka kau orang lebih cuma seorang kawanan tikus bernyali:kecil, menanti setelah kedatangan pembantu kau baru berani menongolkan kepala bertemu dengan lohu!"

Mendengar perkataan tersebut Nyio Sam Pak segera maju kedepan.

"Bliamana kau berharap hendak berkelahi dengan lolap, sekarang bukankah sudah ada kesempatan' ujarnya perlahan.

"Bagus. , . . bagus .... bagus sekali, hal ini memang sesuai dengan maksud hati lohu!" Sahut Leng Hu Ih sambil angkat kepalanya tertawa tertawa terbahak-bahak.

SambiI berkata dari tangan seorang sastrawan berusia pertengan dia menerima sebilah pedang kemudian maju kedepan menyambut kedatangan dari Nyio Sam Pak.

Melihat suasana sudah meruncing Wi Ci To segera berkata dengan menggunakan ilmu menyampaikan suaranya :

"Ti Kiauw tauw, badan Nyio Cungcu sudah lemah usianya pun sudah lanjut,aku rasa dia tidak bakal bisa menahan serangannya lebih baik kau saja yang menyambut serangan kali ini."

Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera maju kedepan menghalangi Nyio Sam Pak.

“Nyio Locianpwe!" ujarnya sambil. rangkapkan tangannya memberi hormat. "Kau orang tua sudah mengumumkan diri untuk mundur dari dunia persilatan, tidak seharusnya kau orang tua menggerakkan senjata lagi, biarlah pertempuran kali ini boanpwe yang mewakili." 

"Tidak !" tolak Nyio Sam Pak sambil tertawa, "Ti Kiauw tauw silahkan mengundurkan diri. lolap mau turun tangan sendiri*

"Bilamana Nyio Locianpwe sayang kepada boanpwe maka seharusnya pertempuran kali ini kau orang tua berikan kepada Boanpwe, agar boanpwe pun mendapat kesempatan untuk mengangkat nama !"

Berbicara sampai disini tidak menanti Nyio Sam Pak setuju atau tidak dia segera menyambut datangnya Si iblis bongkok Leng Hu Ih.

“Hey manusia bongkok!” ujarnya sambil tertawa, “Seharusnya kau mencari diriku dulu. dan balaskan dendam atas kematian dari anak buahmu si kupu-kupu bunga”

"Menyingkir!" bentak Leng Hu lh sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat. "Kau bangsat cilik manusia macam apa. Kau berani juga menantang Lohu bertempur?"

Kelihatannya dia sama sekali tidak mengetahui kalau Ti Then adalah seorang manusia yang sukar untuk dihadapi.

"Ooow kau suruh aku menyingkir ? mudah sekali! asalkan kau gerakan pedangmu aku bisa mundur .sendiri.”

Mendengar perkataan dari Ti Then ini Leng Hu Ih jadi amat gusar sekali dengan cepat dia putar badan meninggalkan tempat itu.

"Cuo Ting!" perintahnya dengan dingin. “Kau turun tangan dan jagal bangsat cilik itu!"

Jika didengar dari nada suaranya jelas dia tidak mau menurunkan derajatnya berternpur dengan angkatan rendah.

Si sastrawan berusia pertengahan itu segera menyahut dan meloncat maju kedepan.

Wajahnya adalah yang paling "Genah" diantara kedua belas orang lainnya telapi bibirnya memakai gincu serta pipinya berbedak, seorang lelaki dengan memakai gincu dibibirnya hal ini jelas memperlihatkan kalau dia orang adalah seorang banci.

Ti Then yang melihat potongannya segera merasa dadanya amat mual hamper muntah.

“Kau orang yang disebut sebagai sastrawan Banci Ong Cuo Ting?” tanyanya. “Benar” sahut si sastrawan banci Ong Cuo Ting dengan suara yang melengking kecil dan gaya yang tengik.

“Kau sebenarnya lelaki atau perempuan?” bentak Ti Then dengan mengerutkan alisnya rapat-rapat.

“Lalu kau melihat aku seorang lelaki atau perempuan?” balik Tanya si sastrawan banci sambil paling kepalanya tertawa melengking.

“Aku lihat kau mirip dengan seorang siluman!”

“Betul sekali!” sahut si sastrawan banci tertawa, “Aku memang paling suka makan itunya manusia…hee..hiii..hiii..kau bocah cilik lebih baik sedikit waspada!”

“Kau berbadan tidak laki-laki tidak perempuan sungguh membuat orang merasa mual, harus dibunuh!”

Begitu kata-kata terakhir diucapkan keluar dari mulutnya, serangannya sudah menyambar kedepan.

Agaknya si sastrawan banci itu tidak menyangka kalau gerakan Ti Then bisa begitu cepatnya, dia jadi terperanjat lalu dengan terburu- buru mundur beberapa tindak kebelakang.

Serangan kedua dari Ti Then segera menyambar dating lagi menghajar pinggangnya.

“Rubuh!” bentaknya keras.

Pukulannya ini dilancarkan amat cepat sekali, sedangkan ketepatannya serta kemantapannya luar biasa.

“Braaak!” punggung dari si sastrawan banci Ong Cuo Ting itu segera terkena hajar sehingga badannya berjumpalitan diatas tanah.

Melihat kejadian itu si iblis bongkok Leng Hu Ih baru merasa terkejut, air mukanya berubah sangat hebat sekali, agaknya pada saat ini dia baru mengetahui kalau Ti Then sebetulnya adalah seorang manusia berbahaya. “Pukulanku barusan cuma merupakan satu peringatan saja kepadamu agar kau jangan terlalu memandang rendah musuhmu, ayoh bangun kita bergebrak kembali!”

Air muka si sastrawan banci Ong Cuo Ting segera berubah memerah, dengan cepat dia melompat bangun.

“Bangsat cilik, kau pintar juga!” teriaknya.

Pukulannya tadi agaknya tidak sampai melukai badannya, tetapi tidak urung nyalinya terpukul goyah juga, senyuman yang menghiasi wajahnya seketika itu juga lenyap tak berbekas.

Begitu tubuhnya meloncat meloncat bangun dia segera merendahkan badannya memperkuat kuda-kuda kemudian pusatkan seluruh perhatiannya menanti serangan lawan selanjutnya.

Ti Then sama sekali tidak memperlihatkan gaya apa pun, sambil tertawa mengejek ujarnya.

“Kali ini lebih baik kau saja yang mulai menyerang!”

Si sastrawan banci Ong Cuo Ting segera geserkan bandannya bergerak maju, kemudian secara tiba-tiba membentak keras, telapak tangannya laksana sebilah golok dengan tajamnya membabat badan Ti Then.

Ti Then yang mendengar datangnya angin pukulan amat keras dia segera mengetahui kalau serangan tersebut adalah serangan yang benar-benar, telapak tangan kanannya segera diayun menyambut kedatangannya.

Si sastrawan banci Ong Cuo Ting yang baru saja menerima satu pukulannya tanpa menderita Iuka dalam hati dia mengira Ti Then cuma mengandalkan kelincahan ilmu telapaknya saja sedangkan tenaga dalamnya biasa saja, karena itu melihat Ti Then menyambut datangnya serangan tersebut dalam hati merasa sangat girang sekali, dia mengambil keputusan untuk mengadu keras. lawan keras dengan diri Ti Then. Mendalak ..." Braak !" ujung telapak masing-masing pihak dengan menimbulkan suara yang amat keras saling berbentur satu sama lainnya.

Si sastrawan banci segera menjerit ngeri tubuhnya berturut-turut mundur tiga langkah kebelakang kemudian jatuh terduduk di atas tanah, air mukanya berubah pucat pasi bagaikan mayat: sedang keringat dingin mengucur keluar dengan derasnya.. .

Sebaliknya Ti Then bagaikan batu karang saja dengan tenangnya masih tetap berdiri tidak bergerak,

Air muka Leng Hu lh berubah sangat hebat.

"Cuo Ting, kau luka dimana?" tanyanya dengan cemas.

Tangan kiri dari Si sastrawan banci Ong Cuo Ting ditekan pada lengan kanannya kemudian memperlihatkan rasa kesakitan.

"Aduuh . . . lengan kananku! aduuh .habis sudah lengan kananku." Teriaknya meringis.

Leng Hu Ih segera maju kedepan dan menyincing ujubg baju kanannya untuk memeriksa, tampaklah ujung telapaknya sudah mendekok kedalam. sebuah lengan kanan yang bagus kini sudah terhajar patah jadi empat bagian, tulang-tulangnya sudah hancur lebur sedangkan otot-otot maupun urat nadinya sudah pada pecah berantakan.

Tidak terasa lagi dia menghembuskan napas dingin. kepada seorang kakek tua yang ada disampingnya dia segera berseru:

"Lo-ko, cepat kau bimbing Cuo Ting masuk kedalam…!”

Seorang kakek tua .segera menyahut dan membimbing Si sastrawan banci masuk kedalam sarangnya.

Setelah itu Leng Hu Ih baru mendengus dingin. sepasang matanya dengan perlahan beralih keatas wajah Ti Then,

Dengaa pandangan berapi-api dan penuh napsu membunuh teriaknya sepatah demi sepatah: “Bangsat cilik, lohu ternyata sudah salah menyangka dirimu!"

“Sekarang pun aku rasa masih belum terlambat" sambung Ti Then dengan cepat.

Agaknya Leng Hu lh tetap tidak bermaksud untuk turun tangan sendiri, dia kembali pergi ketempat semula

"Kim Ho, Kim Hay kalian kakak beradik cepat turun kedalam kalangan, minta beberapa petunjuk dari Ti Kiaw tauw” perintahnya.

Dua orang kakek tua yang kurus kering dengan wajah yang sama dan berusia kurang lebih lima puluh tahunan dengan mencekal gada bersama-sama berjalan keluar dari barisan.

Wajah mereka seperti pinang dibelah dua- pakaian yang dipakai pun sama sampai perawakan pun kembar, jelas sekali mereka adalah saudara kembar.

Wi Ci To yang melihat munculnya sepasang saudara kembar yang bernama Kim Ho serta Kim Hay itu air mukanya segera berubah sangat hebat,.,

“Haaaa . . , haaa . . -haaaa . ; , kiranya Thian san Ji Lang! atau dua ekor serigala dari Thian san, sudah lama kita tidak bertemu !" ujarpja tiba-tiba.

Thian San Ji Lang segera tertawa seram.

"Wi Toa Pocu selama ini baik-baik kah ?'* ujarnya berbareng. "Haaaa . . . haaa . . . pertempuran kita sewaktu ada diatas

gunung Thian mungkin sudah sepuluh tahun bukan?" "Tidak salah, sepuluh tahun !"

"Kalian saudara-saudara kembar yang dapat turun tangan bersama-sama bahkan memiliki kerja sama yang amat bagus sungguh mengagumkan sekali untung sekali pada sepuluh tahun yang lalu Lohu berhasil menangkan setengah jurus dari kalian, lohu rasa setelah berpisah sepuluh tahun. kepandaian kalian berdua tentu jauh lebih lihay bukan?'' Thian san Ji Lang segera tertawa dingin.

“Nanti setelah kita bertemu dengan Ti-kiauwtauw mu ini, cayhe bersaudara masih ingin minta petunjuk dari Wi toa pocu, harap toa pocu suka member muka kepada kami.”

“Bagus…bagus sekali, lohu akan menanti kedatangan kalian!”

Ti Then sebetulnya tidak tahu keadaan yang sebetulnya dari Thian san Ji Lang ini, setelah mendengar pembicaraan dengan Wi Ci To dia baru tahu kalau kedua orang saudara ini bukanlah manusia sembarangan, dia tahu secara diam-diam Wi Ci To sedang memberi peringatan kepadanya untuk jangan memandang enteng musuhnya, dia lantas bertanya :

"Wajah kalian dua orang sungguh mirip sekali. tentunya anak kembar bukan ?"

"Tidak salah !" sahut Thian San Ji Lang berbareng. "Siapakah "Kim Ho ? dan siapa Kim Hay?”

"Aku Kim Ho” sahut orang yang ada di sebelah kiri.

“Aku Kim Hay !" sahut orang yang ada di sebelah kanan. "Oooouw. . . Kim Ho adalah Lo-toa Kim Hay- adalah Lo-ji ?" tukas

Ti Then lagi sambil tertawa.

"Tidak salah!" sahut Kim Ho mengangguk, air mukanya berubah amat keren sekali.

“Kalian menggunakan serigala sebagai julukan, tentunya bukan manusia baik-baik !"

"Aku rasa tidak seberapa . . . . hanya saja kami doyan makan daging manusia !" kata Kim Hay sambil tertawa seram.

"Ouuw begitu?? sungguh tepat sekali aku orang memang ahli didalam menangkap srigala yang doyan makan manusia!”

"Tidak usah banyak omong lagi cepat cabut keluar pedangmu!" bentak Kim Ho sambil melototkan matanya. Dengan perlahan-lahan Ti Then mencabut keluar.pedangnya, ujung pedangnya dituding keatas tanah sambil tertawa ringan.

“Silahkan - .!”

"Kau bangsat cilik jikalau kepingin hidup lebih lama lagi lebih baik turun tangan terlebih dulu.";

"Sedikitpun tidak salah."

Ditengah suara pembicaraannya mendadak tubuhnya bergerak maju kedepan, pedang panjangnya dengan cepat melancarkan serangan gencar mengancam tubuh musuh-musuhnya.

Ditengah berkelebatnya sinar pedang yang menyilaukan mata tampak dua kuntum bunga pedang dengan amat cepatnya melayang kekiri dan kekanan.

Ternyata kedua orang srigala dari Thian san bukan marusia tolol, gada ditangan masing-masing dengan cepat diangkat menangkis datangnya serangan pedang dari Ti Then.

“Crring...criing”. . dua buah suara benturan berbunyi pada saat yang bersamaan hal ini membuktikan bagaimana cepatnya gerakan pedang dari Ti Then.

Baiu saja suara bentrokan tersebut bergema tubuhnya sudah rnenerobos ke tengah antara Thian.san.Ji Lang; dengan jurus Hong Cian Jan Im atau angin berhembus membuyarkan mega pedangnya bagaikan kilat cepatnya melayang membabat bagian bawah dari tubuh Thian san Ji Lang.

Ketenangannya laksana perawan, kecepatannya laksana sambaran kilat,

Tetapi kepandaian silat dari Thian san Ji Lang pun amat tinggi sekali, baru saja jurus serangan dari Ti Then dilancarkan kedepan tubuh mereka pun melayang sejauh lima depa menghindarkan diri dari serangan tersebut. Kemudian disusul gada dari Kim Ho mendadak menekan kebawah dengan jurus “Hay The Ci Sah” atau menusuk hiu di dasar laut menangkis pedang dari Ti Then.

Satu bertahan yang lain menyerang, kerjasama mereka benar- benar sangat hebat sekali.

Sekali pandang saja Thi sudah tahu kalau pertempuran kali ini merupakan pertempuran yang paling seru sejak dia terjunkan dirinya kedalam dunia Kangouw, tetapi dia sedikit pun tidak keder sejak semula dia sudah tidak memperhatikan nyawanya sendiri, bahkan dia sangat berharap didalam satu pertempuran yang amat sengit sekali dia bisa mengakhiri hidupnya sehingga dengan demikian bisa lolos dari perintah majikan patung emas.

Sudah tentu yang dimaksudkan dengan berharap bisa mengakhiri hidupnya didalam satu pertempuran sengit bukannya berarti dia mempunyai niat membiarkan musuhnya membinasakan dirinya sebaliknya dia bermaksud hendak mengadu jiwa dengan mengeluarkan seluruh kepandaiannya.

Maka itu setiap kali ia bisa bertemu dengan musuh tangguh semangatnya malah berkobar, dia semakin berani untuk bergerak maju dan semakin bertempur semakin bersemangat.

Karena itulah walaupun kerja sama dari Thian San Ji Lang amat lihay sekali tetapi tidak sampai membuat dia jadi keder.

Tampak telapak tangannya bersama-sama dengan pedang di tangannya mendadak melancarkan serangan berbareng ke depan.

Telapak kirinya dengan cepat disambar kedepan menghajar dada dari Kim Hay sehingga dia orang terdesak mundur disusul badannya maju kedepan, pedang ditangannya laksana seekor naga sakti menyambut datangnya serangan dari Kim Ho.

Di dalam sekejap saja masing-masing pihak sudah saling serang sebanyak lima puluh jurus.

Keadaan seperti semula siapa pun tidak ada yang berhasil memperoleh kemenangan. Nyio Sam Pak yang menonton jalannya pertempuran seketika itu juga dibuat terbelalak dan mulut melongo.

Sebaliknya Leng Hu Ih serta jagow kelas satunya pun dibuat terbelalak melihat pertempuran tersebut, mereka benar-benar tidak dapat percaya akan kejadian yang dilihatnya di depan mata pada saat ini.

Seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan ternyata bisa bertempur seorang diri melawan Thian San Ji Lang yang namanya telah menggetarkan dunia kangauw sejak puluhan tahun yang lalu, bukan saja tidak kelihatan kalah bahkan semakin bertempur semakin berani dan semakin lama semakin gagah.

Kembali tiga puluh jurus berlalu dengan cepatnya, hati Thian San Ji Lang pun mulai goyah dan gugup.

Hal ini sudah tentu terjadi, bilamana pihak lawannya adalah Wi Ci To sekali pun bertempur sangat lama mereka tidak bakal jadi gugup kerena Wi Ci To adalah jagoan yang satu angkatan dengan mereka, bilamana tidak berhasil mendapatkan kemenanga didalam waktu yang singkat adalah soal yang jamak.

Sebaliknya Ti Then dia tidak lebih adalah seorang bocah yang masih ingusan, ternyata dengan seorang diri dia bisa menahan serangan gabungan dari Thian san Ji Lang bahkan semakin bertempur semakin gagah, sudah tentu didalam hati mereka merasa sangat terperanjat sekali-

Pertempuran diantara jagoan kelas satu paling mengutamakan ketenang'an, sedikit mereka merasa gugup perhatiannya jadi buyar dengan sendirinya kerja sama diantara mereka pun jadi rada kendor, semakin bertempur mereka semakin jarang menyerang dan akhirnya terdesak ada dibawah.

Ti Then yang berhasil merebut diatas angin jurus serangan yang dilancarkan keluar pun semakin ganas lagi, jurus-jurus mematikan dengan tak hentinya mengalir keluar, sinar pedangnya laksana beribu-ribu jarum ganas dengan cepatnya menerjang kedepan membuat keadaaan serasa kabur dibuatnya. Mendadak suara jeritan ngeri menyayatkan hati berkumandang keluar dari mulut Kim Hay.

Tampak tubuhnya mendadak meloncat kedepan meninggalkan kalangan pertempuran, baru saja sepasang kakinya menempel permukaan tanah tubuhnya sudah bergoyang-goyang tidak hentinya.

Kiranya bagian lambungnya sudah tertusuk pedang..darah segar dengan amat derasnya mengucur keluar membasahi bajunya.

Mungkin dikarenakan luka itu tepat ada di tempat bahaya maka akhirnya dia tidak kuat menahan tubuhnya lagi dan rubuh ke atas tanah.

“Lo-ji, kau…” teriak Kim Ho dengan perasaan terperanjat sekali.

Baru saja dia selesai berkata mendadak air mukanya sudah berubah sangat hebat.

Karena pada saat itulah dia merasa lengan kanannya terasa amat dingin, dalam hati dia segera tahu urusan tidak beres, tubuhnya dengan terburu-buru meloncat beberapa kaki kedepan sedangkan telapak kirinya pun tanpa terasa sudah menekan ke lengan kanannya.

Tetapi dia segera menemuka tempat itu sudah kosong kemudian disusul rasa nyeri yang amat sangat, air mukanya berubah sangat berduka, sambil menghela napas panjang dia jatuhkan diri duduk diatas tanah.

Darah segar dengan derasnya mengucur keluar dari lengannya.

Kiranya seluruh bagian dari lengan kanannya sudah kena dibabat putus.

Gada serta tangan kanannya tepat terjatuh di depan kaki Ti Then.

Leng Hu Ih semula menganggap dengan dikeluarkannya Thian san Ji Lang maka kemenangan pasti ada di tangannya, siapa tahu akhirnya satu mati yang satu terluka, membuat hatinya merasa terkejut bercampur gusar, air mukanya jadi kehijau-hijauan, kulitnya mengerut, setelah memerintahkan anak buahnya menggotong pergi Thian San Ji Lang dia segera berjalan maju mendekati Ti Then.

---ooo0dw0ooo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar