Pendekar Patung Emas Jilid 13

 
Jilid 13

Wi Lian In merasa terkejut bercamput heran, dengan mementangkan mata lebar-lebar tanyanya.

"Kau kira dia bisa berbuat begitu?"

"Ehmm, hanya itu dugaanku saja, benar atau tidak harus kita buktikan sendiri"

Dengan mengerutkan alisnya rapat-rapat lama sekali Wi Lian In termenung untuk berpikir keras, kemudian barulah dia mengangguk.

"Tidak salah" sahutnya dengan nada serius "Jika bilang dia bukanlah si setan pengecut itu, secara tiba-tiba dia bisa memakai kain pengikat kepala pada waktu yang bersamaan, hal ini memang sedikit mencurigakan, tapi kita hendak menggunakan siasat apa pergi memeriksa keadaan kepalanya itu"

"Kita harus melaksanakan tugas ini dengan pinyam kesempatan sewaktu dia tidak merasa."

"Jadi maksudmu menanti dia tertidur dengan amat nyenyak?" tanya Wi Lian In.

"Tidak bisa, tidak bisa" seru Ti Then dengan cepat sembari gelengkan kepalanya. "Dia merupakan manusia macam apa? Asal satu langkah kau memasuki kamarnya dia pasti akan segera terbangun."

"Kalau tidak begitu" seru Wi Lian in dengan cemberut, "Kita mau gunakan cara apa lagi?"

Melihat sikapnya yang cemberut itu Ti Then tersenyum. "satu-satunya cara kita harus gunakan obat pemabok" sahutnya "Sebelum dia masuk kamar untuk tidur secara diam-diam kita harus masukkan obat pemabok itu ke dalam teko air tehnya"

"Caramu itu walau pun bagus, tapi sewaktu dia sadar kembali, segera akan diketahui olehnya kalau dia sudah mendapat bokongan pihak musuh."

Ti Then tersenyum lagi

"Asalkan sesudah minum teh lalu dia naik ke atas pembaringan untuk istirahat maka hal itu tidak akan dirasakan olehnya"

Dia berhenti sebentar untuk berganti napas, lalu sambungnya lagi:

"Sekali pun omong kosong kita bilang dia merasa kalau dirinya sudah dibokong orang lain, hal itu tidaklah penting jika terbukti pada kepalanya tidak terdapat bekas luka, cukup asaikan dia tidak tahu kalau orang yang memberi obat pemabok itu adalah kita berdua hal ini tidaklah mengapa"

Wi Lian in berdiam diri untuk berpikir beberapa waktu lamanya, kemudian barulah mengangguk sambil sahutnya:

"Baiklah, kalau begitu kita putuskan pakai obat pemabok saja. Biarlah aku yang secara diam-diam memasukkan benda tersebut ke dalam teko air tehnya, tapi . . . kau  punya obat pemabok itu?"

"Tidak ada"

"Di dalam benteng kita juga tidak terdapat benda semacam itu, lalu bagaimana sekarang baiknya?" tanya Wi Lian in sedikit cemas.

"Kita bisa pergi ke dalam kota untuk membelinya di warung obat, asal kita mau kasih uang lebih banyak sudah tentu mereka pasti juga menjualnya kepada kita."

"Ehm .. . " sahutnya Wi Lian in kemudian sembari mengangguk, "Tetapi siapa yang pergi beli" "Sebaiknya kau saja yang pergi lebih baik aku jangan tinggalkan tempat ini"

"Baiklah, sekarang berangkat saja bagaimana?"

Ti Then termenung berpikir sebentar, kemudian barulah kasih jawaban-

"Bila sebelum hari gelap kau bisa barangkat kembali ke sini, sekarang pergi pun tidak ada halangannya, kalau tidak berangkat besok pun belum terlambat."

"Kalau begitu aku berangkat sekarang saja" seru Wi Lian in dengan cepatnya "Tunggu saja setelah aku berhasil beli barang itu barulah kita pulang ke Benteng bersama-sama, setelah itu malam ini kau harus tantang Tia adu main catur, dengan begitu pasti dia akan menonton di samping. saat itulah aku mau gunakan kesempatan tersebut memasuki kamarnya" Selesai berkata dia segera bangkit berdiri.

Ti Then pun segera ikut bangkit: "Lebih baik aku ikut kau saja" ujarnya.

Wi Lian in menjadi tertegun: "Bukankah tadi kau bilang tidak leluasa untuk tinggalkan tempat ini" tanyanya dengan penuh keheranan.

"Tadi aku bilang jika kita berangkat besok pagi, sekarang kita semua sudah berada diluar benteng, kita boleh berangkat ke dalam kota secara diam-diam, tentunya gerak gerik kita ini tak akan diketahui oleh orang lain."

Wi Lian In yang mendapat kawan berjalan seorang seperti Ti Then ini sudah tentu dalam hati merasa sangat girang sekali.

"Betul" serunya dengan penuh kegirangan "Mari kita berangkat bersama-sama."

Demikianlah mereka berdua itu dengan mengikuti jalan semula menuruni tebing tersebut, sesudah mengitari bawah gunung dengan cepat mereka berdua berangkat menuju kekota keresidenan Go bi. Jarak antara benteng pedang menuju ke kota Go bi kurang lebih ada empat puluh li jauhnya, sepanjang jalan antara kedua tempat itu jarang terdapat dusun yang di tinggali orang karena itu orang- orang yang melakukan perjalanan pun tidaklah begitu banyak.

Mereka berdua dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh masing-masing dengan cepat melakukan perjalanannya, tak sampai satu jam kemudian mereka berdua sudah tiba di dalam kota kerisidenan Go bi tersebut.

Kali ini merupakan pertama kali Ti Then memasuki kota kembali sesudah terjadinya peristiwa di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan, karena takut sampai dikenali kembali orang-orang dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu, karenanya begitu tiba di dalam kota dia berusaha keras untuk menghindari tempat sarang pelacur tersebut.

Sesudah berjalan belak belok dan melaluijalan-jalan kecil yang sepi tidak lama kemudian terlihatlah oleh mereka diseberang jalan terdapat sebuah kedai penjual obat. Ujarnya kemudian kepada Wi Lian in dengan suara yang amat rendah.

"Kau tunggulah sebentar di sini, biar aku yang pergi beli."

Selesai berkata dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke dalam kedai penjual obat itu.

Begitu masuk ke dalam warung penjual obat tersebut segera terlihatlah seorang tua yang berdiri di balik lemari dengan sangat hormat sekali menggape ke arahnya.

"Silahkan duduk, silahkan duduk." ujarnya sembari tersenyum, "Kongcu. . kau mau cari apa?"

Dengan cepat Ti Then berjalan mendekati sisi tubuh kakek tua itu, kemudian barulah ujarnya dengan suara rendah. "Cayhe mau cari sedikit obat pemabok."

"Mao beli apa?" tanya kakek tua itu dengan air muka tertegun. " Obat pemabok. " "Maaf . . . maaf." seru kakek tua itu sambil gelengkan kepalanya. "Di dalam warung kami tidak dijual obat semacam itu"

Dari dalam sakunya Ti then mengambil keluar dua tahil perak yang kemudian diletakkan di atas meja.

"Cayhe hanya mencari satu bungkusan kecil saja." desaknya dengan nada serius.

"Tidak ada. . tidak ada" Dari dari dalam sakunya Ti Then mengeluarkan satu tahil perak kembali dan diletakkan di samping dua tahil perak semula, sambil tersenyum tanyanya.

" Kalian sungguh-sungguh tidak menjual barang tersebut"

Sinar mata kakek tua itu dengan tajamnya memperhatikan uang yang terletak di atas meja itu, napasnya menjadi memburu, kemudian berubah menjadi ngos-ngosan sedikit gugup,

"Benar .... benar dulu memang masih ada sedikit, kemudian ....

kemudian . . sudah terjual habis."

Dari dalam sakunya sekali lagi Ti Then mengambil keluar satu tahil perak. kemudian ujarnya sembari tersenyum:

"Mungkin masih ada sisa sedikit, tolong kau carikan sedikit buat aku "

Air muka kakek tua itu ma kin lama berubah menjadi memutih, kemudian sahutnya lagi dengan gugup,

"Baik . . . baik . . baik biar lohan pergi cari-cari"

Selesai berkata dengan tergesa-gesa dia berlari masuk ke dalam bilik kamarnya.

Beberapa saat kemudian terlihatlah dengan wajah penuh kegirangan dia berjalan keluar.

"Kongcu" serunya sembari tertawa. "Keuntunganmu sungguh bagus sekali, ternyata memang tersisa sedikit" Sambil berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebuah bungkusan kecil yang sangat tipis yang kemudian diangsurkan ke arah Ti Then, sedang tangannya yang sebelah sudah mulai mencomot uang perak yang terletak di atas meja.

Ti Then sesudah bungkusan yang berisikan obat pemabok itu mendadak dia ulur tangannya menekan tangan kakek tua itu yang sedang mengambil uang di atas meja tersebut.

"Tunggu dulu" serunya sembari tertawa.

Air muka kakek tua itu seketika itu juga berubah sangat hebat, dengan ketakutan, tanyanya. "Ada urusan apa?"

Ti Then tersenyum.

"Jual belikan obat pemabok merupakan suatu pelanggaran undang-undang negara, mungkin tentang hal ini kau pun tahu bukan" ujarnya dengan nada menggertak.

Saking terkejutnya seluruh tubuh kakek tua itu sudah mulai gemetar, ujarnya dengan Suara yang tersedu-sedu:

"Kau . . . kau petugas dari pengadilan ??"

"Ha ha ha . . . bukan. . bukan."Jawab Ti Then dengan tertawa tak henti-hentinya, "Tapi aku bisa membawa bungkusan obat pemabok ini sebagai bukti untuk dilaporkan pada pengadilan, waktu itu. "

Kakek tua itu menjadi sangat terperanyat.

"Kongcu bagaima kau bisa mencelakai orang seperti begitu?" ujarnya dengan perasaan tidak puas? "Tadi Lohan sudah bilang kalau tidak ada, adalah kongcu sendiri yang terus memohon "

"Kamu orang tidak perlu begitu tegang" potong Ti Then sembari tersenyum "Aku tidak akan melaporkan urusan ini kepada pengadilan" Saat ini kakek tua itu baru bisa menghembuskan napas lega sambil menyeka keringat yang mengucur keluar ujarnya. " Kongcu kau betul-betul pandai menggoda. . ."

"Ehmmm       aku merasa obat ini sedikit kemahalan, hanya satu

bungkus begini sudah minta empat tahil perak. . sungguh mahal sekali"

"Omongan apa itu ???" Teriak kakek tua itu sedikir gusar. " Lohan selama ini belum pernah membicarakan soal harga, bukankah kongcu sendiri yang rela memberi uang sebegitu banyak"

"Oh begitu? Kalau begitu cayhe mohon diri dulu." ujar Ti Then dengan serius.

Sesudah memasukkan bungkusan obat itu ke dalam sakunya dengan cepat dia putar tubuhnya berjalan pergi.

Agaknya kakek tua itu merasa urusan tak beres, dengan cemas teriaknya. "Tunggu sebentar."

"Ada petunjuk apa lagi?" Tanya Ti Then sembari menoleh ke belakang sedang di dalam hati dia merasa sangat geli sekali.

Dari dalam sakunya kakek tua itu mengeluarkan dua tahil perak kemudian disusulkan ketangan Ti Then, ujarnya sambil menghela napas panjang. "Begitu sudahlah, heei. "

Tanpa sungkan-sungkan Ti Then menerima kembali uang perak itu dan dimasukkan ke dalam sakunya, sambil tersenyum dia berjalan meninggalkan warung itu untuk kembali kesisi Wi Lian In.

"Ayoh jalan" ujarnya tersenyum.

"Sudah dapatkan barang itu??" tanya Wi Lian In ditengah jalan, agaknya dia merasa tak tenang.

"Sudah"

"Apa dia juga menanyakan digunakan buat apa barang itu?" tanya Wi Lian In lagi. "Tidak" sahutnya sambil gelengkan kepalanya. "Hanya aku sudah berbuat guyon dengannya, urusan selanjutnya biarlah sesudah meninggalkan kota kita bicarakan lagi."

Mereka berdua tidak berani berhenti terlalu lama di dalam kota, karenanya dengan cepat kedua orang itu bergerak keluar kota.

Sesampainya di pinggiran kota barulah Ti Then mulai menceritakan kisahnya mempermainkan si kakek tua penjual obat itu membuat Wit Lian in tertawa terpingkal-pingkal saking gelinya.

"Kau jadi orang sungguh curang" ujarnya sembari tertawa, "Sudah memperoleh barangnya orang lain merasa sayang untuk keluar uang buat membayar"

Bukannya aku merasa sayang" bantah Ti Then sambil tertawa juga. "Kebanyakan orang-orang yang memperjual belikan obat- obatan semacam itu bukanlah manusia baik- baik, biarlah kali ini mereka sedikit merasakan kelihayanku"

Sambil berkata dia mengambil keluar bungkusen kecil yang berisikan obat pemabok itu lalu dibukanya untuk Wi Lian in lihat. "Nah kau terimalah barang ini" ujarna kemudian.

Wi Lian in menyambut bungkusan kecil berisikan obat pemabok tersebut.

"Aku harus masukkan seberapa banyak obat ini ke dalam teko air tehnya?" tanyanya kemudian.

"Aku kira separuh sudah cukup"

"Baiklah" seru Wi Lian in kemudian sambil anggukkan kepala, "Baiknya kita kerjakan malam ini juga."

"Jikalau kita berhasii mengetahui dia adalah si Setan pengecut itu, kau pikir baiknya bertindak bagaimana?"

"Akan kuberitahukan kepada Tia, biarlah Tia yang mengambil tindakkan selanjutnya" jawab Wi Lian in- Ti Then menganggukkan kepalanya menyetujui, kemudian sambil menghela napas panjang, ujarnya lagi:

"Aku sangat mengharapkan dia bukanlah si Setan pengecut itu."

Mereka berdua sembari melanjutkan perjalanan sembari bercakap-cakap. sesampainya di depan benteng Pek Kiam Po, cuaca sudah menunjukkan hampir malam.

Baru saja mereka menginyakkan kakinya ke dalam Benteng, segera terlihattah seorang pendekar pedang putih sudah menyambut kedatangan mereka, ujarnya sambil bungkukkan badannya memberi hormat. "Ti Kiauw tauw kau sudah kembali"

"Ehmm ... " sahut Ti Then sernbari anggukkan kepalanya. "Ada urusan apa?"

"Tadi Pocu sudah beri pesan, katanya jika Ti Kiauw tauw serta nona sudah balik ke dalam benteng dipersilahkan segera menuju keruangan tamu" ujar pendekar pedang putih itu dengan amat sopan.

Dalam hati Ti Then hanya merasakan jantungnya berdebar-debar amat keras, tanyanya dengan amat cemas. "Sudah terjadi peristiwa apa?"

"Ada orang yang datang menyambang diri Ti Kiauw tauw." "Apakah mereka adalah Anying langit Rase bumi atau mungkin

hwesio-hwesio dari Siauw Limpay?" tanya Ti Then lagi dengan

perasaan lebih cemas.

"Semua bukan . . ."jawab pendekar pedang putih itu sambil gelengkan kepalanya.

" Kalau begitu siapa mereka Cayhe tidak kenal."

Dalam hati diam-diam Ti Then merasa sangat heran, tidak mungkin ada temannya yang datang menyambangi dia, karena itu pikirannya menjadi kacau, sambil memandang sekejap kearah Wi Lian in, ujarnya kemudian- "Cepat kita pergi melihat." Selesai berkata dengan langkah tergesa-gesa dia berjalan menuju keruang tamu. Mereka berdua dengan tergesa-gesa menuju ke dalam ruang tamu, begitu masuk ke dalam ruangan segera terlihatlah di dalam ruangan sudah hadir dua orang lelaki dan dua orang wanita, yang lelaki adalah Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek. yang wanita adalah germo dari Sarang pelacur Touw Hua Yuan, Ku Ie serta pelacur terkenal Liuw Su Cen.

Begitu Ti Then tampak Ku Ie serta Liuw Su Cen, secara tiba tiba di dalam Benteng Pek Kiam Po ini membuat hatinya seketika itu juga terasa tergetar dibuatnya, dengan cepat dia menahan langkah selanjutnya untuk beberapa saat lamanya tidak sanggup mengucapkan Sepatah kata  pun-

Munculnya Ku Ie serta Liauw su Cen secara tiba-tiba di dalam Benteng Pek Kiam Po ini jika dibicarakan terhadap dirinya boleh dikata merupakan suatu pukulan yang fatal. Bagaimana mereka bisa sampai di sini?

Hmmm, Tentu hasil permainan dari Hong Mong Ling, sesudah berdiri tertegun beberapa waktu lamanya, segera dia melanjutkan perjalanannya menuju ke depan, kepada Wi Ci To sembari memberi hormat ujarnya:

"Pocu, tadi boanpwe dengar dari seorang pendekar pedang putih katanya ada tamu yang datang mencari boanpwe?"

"Benar" Sahut Wi Ci To dengan wajah amat serius, sambil menuding kearah Ku Ie serta Liauw Su Cen sambungnya:

"Kedua orang perempuan inilah yang sedang mencari kau"

Waktu itu Ku Ie serta Liauw Su Cen sudah berdiri dari tempat duduknya, terlihatlah Ku Ie dengan wajah penuh senyuman ramah sudah membuka mulutnya dan berkata: "Lu Toakongcu, tentu kau sudah lupa pada kami ibu beranak bukan?"

Liauw su Cen dengan cepat bungkukkan badannya memberi hormat, sambungnya dengan suara yang merdu genit: "Kami datarg menyambangi secara tiba-tiba, harap Lu kongcu jangan marah"

Mendengar omongan mereka berdua yang tidak karuan itu tanpa terasa Ti Then sudah kerutkan alisnya rapat-rapat, dengan tertegun lama sekali dia pandang mereka berdua, kemudian barulah dia balikkan badannya bertanya kepada Wi Ci To:

"Kedua orang perempuan ini apakah Ku Ie serta Liuw Su Cen dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan?"

Wi Ci To hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ti Then tertawa dingin, kepada Ku Ie yang berdiri di sampingnya dia berkata.

"Toa nio ini mungkin sudah salah menangkap orang, cayhe bukanlah Lu kongcu yang kalian maksudkan”

“Benar” jawab Ku Ie itu. “Baru saja aku baru tahu kalau nama kongcu yang sebetulnya adalah Ti Then"

Sembari menghela napas panjang sambungnya lagi:

"Sebetulnya kami ibu beranak tidak berani datang mengganggu Ti kongcu, tapi Su Cen budak ini sudah betul-betul mencintai diri kongcu, sejak waktu itu dia bisa berkenalan dengan diri kongcu, selama ini makan tidak enak tidur pun tidak enak. setiap hari hanya pikirkan kongcu seorang kapan bisa datang mengunjungi dia kembali"

Pikiran Ti Then menjadi semakin ruwet dan kacau.

"Kalian sudah salah anggap" potongnya dengan keras "Cayhe memangnya bernama Ti Then, tapi bukanlah Lu kongcu yang pada waktu itu pernah mengunjungi sarang pelacur Touw Hoa Yuan kalian-"

"Bagaimana bisa bukan" bantah Ku Ie lagi sambil tertawa serak. "Dengan jelas kau adalah Lu kongcu yang waktu itu turun tangan melukai diri Hong kongcu, sesudah aku tahu nama yang sebetulnya dari kongcu dan tahu pula kalau kongcu sudah menyabat sebagai Kiauw tauw dari benteng Pek Kiam po ini, saat ini biar aku menceritakan urusan ini kepada Su Cen budak ini, sejak waktu itu Su Cen budak ini setiap hari sudah ribut ribut mau datang ke sini untuk kongcu, aku sudah bilang sama dia kini kongcu sudah menyabat sebagai Kiauw tauw dari Benteng Pek Kiam po, jika kita datang ke sana mungkin kongcu akan kehilangan muka, tapi Su Cen budak ini tetap ngotot saja, dia bilang kongcu dengan senang hati mau menerima kedatangan kita ibu beranak sedang aku pun mem punyai pikiran Ti kongcu tentunya jadi orang berperasaan halus, tidak mungkin bisa melupakan kekasihnya yang terdahulu maka dari itu…"

"Sudah cukup," potong Ti Then dengan keren, sedang wajahnya berubah membesi, "Siapa yang perintahkan kalian kemari?"

Ku Ie berdiam diri beb erapa saat, kemudian sembari tertawa sambungnya lagi.

"Ti kongcu, kau sunguh pandai berguyon, kami ibu beranak dengan bersungguh hati datang menyambang dirimu, bagaimana kau bisa memfitnah kami mengatakan kami datang atas perintah orang lain?"

"Cayhe hari ini belum pernah pergi ke sarang pelacur Tuw Hoa Yuan kalian, kini kau terus menerus mengatakan aku Lu kongcu itu, terang-terangan kalian sudah perintah orang lain untuk mencelakai diriku" teriak Ti Then dengan keras.

Mendengar omongan ini Ku Ie hanya tertawa pahit saja, kepada Liuw Su Cen yang berada di sampingnya ujarnya dengan sedih.

"Hei budak, aku bilang bagaimana? Kini orang lain sudah menyabat sebagai Kiauw tauw dari Benteng Pek Kiam Po, dia tidak mungkin akan mau berkawan dengan kau sebagai seorang pelacur murahan yang rendah derajatnya."

Dengan rasa sedih Liuw Su Cen angkat kepalanya melirik sekejap kearah Ti Then kemudian tundukan kepalanya kembali rendah- rendah, sesudah menghela napas panjang barulah sahutnya lirih. "Ku Ie mari kita pulang saja." "lbumu paling takut kalau kau tidak puas" ujar Ku Ie kemudian sembari menghela napas panjang. "Kini malah menjadi lebih baik, sejak kini kau boleh menerima tamu kembali menurut perintah ku"

Berbicara sampai di sini kepada Wi Ci To serta Huang puh Kian pek dia sedikit bungkukkan dirinya memberi hormat:

"Kami sudah mengganggu Pocu berdua, dalam hati sungguh merasa tidak tenang" ujarnya dengan perlahan- "Lain kali jika Pocu berdua datang kekota harap mau duduk sebentar di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan kami"

"Pergi. . Pergilah." seru Wi Ci To dengan kasar sedang tangannya diulapkan berulang kali.

Demikianlah dengan berjalan berlenggak lenggok Ku Ie serta Liuw Su Cen berjalan meninggalkan ruangan itu.

Tiba-tiba Ti Then maju satu langkah menghalangi perjalanan mereka.

"Jangan pergi" bentaknya dengan kasar.

"Ada apa?" tanya Ku Te sembari tertawa melengking sehingga serasa menusuk kuping.

"Katakan siapa yang sudah perintah kalian kemari" bentaknya dengan dingin.

Alis Ku Ie segera dikerutkan rapat-rapat sambil tertawa terkekeh- kekeh serunya:

"Aduh Ti Kongcu kau sungguh pandai main sandiwara, kau sudah punya kekasih yang baru kini tidak mau mengingat kembali kekasih yang lama, tentang hal ini tidak mengapa, bagaimana?? kamu tidak mengijinkan kami ibu beranak pergi dari sini?"

Ti Then tidak mau ambil perduli padanya dengan wajah yang amat keren tetap bentaknya: "Siapa yang perintah kalian kemari? sudah beri uang berapa??" "Hmm. ." dengus Ku Ie dengan amat dingin "Walau pun Su Cen kami hanya seorang pelacur tapi tidak seperti kau Ti Kongcu yang sudah lupa keadaan sendiri, kau jangan salah memandang."

"Aku bisa kasih uang yang lebih banyak lagi kepada kalian asalkan kalian mau beri tahu dengan sejujurnya siapa yang sudah perintah kalian kemari" ujar Ti Then coba membujuk mereka berdua.

Ku Ie tidak mau gubris dirinya lagi, kepada Wi ci To sembari tertawa dingin ujarnya.

"Wi Pocu, tolong tanya kami apa sudah boleh pergi? "

"Ti Kiauw tiauw" seru Wi Ci To dengan nada kurang senang. "Biarkan mereka pergi"

Mendengar omongan ini seketika itu juga Ti Then sudah tahu kalau dia telah percaya akan omongan Ku Ie ini, sedang dalam hati dia pun tahu perintah dari majikan patung emas yang diserahkan kepadanya juga boleh dikata hanya sampai di sini saja, karena itu segera dia menyingkir ke samping membiarkan Ku Ie serta Liauw su Cen berlalu dari dalam ruangan.

Sesudah melihat bayangan mereka berdua lenyap dari pandangan barulah dia merangkap tangannya memberi hormat kepada Wi Ci To.

"Pocu" ujarnya perlahan-. "Boanpwe ada satu urusan yang hendak dititipkan kepada Pocu."

" Urusan apa?" tanya Wi Ci To sembari menghela napas panjang.

"Hwesio-hwesio dari partai Siauw lim serta Anying langit Rase bumi mungkin di dalam beberapa hari ini bisa muncul di sini, jika mereka sudah tiba tolong katakan kepada mereka boanpwe akan menanti kedatangan mereka dipenginapan Hokan di dalam kota.

Selesai berkata dia beri hormat juga kepada Huang puh Kian Pek. setelah itu dengan langkah lebar dia berjalan meninggalkan ruangan tamu tersebut. Wi Ci To, Huang puh Kian Pek mau pun Wi Lian In tidak ada yang buka mulut memanggil dia kembali.

Sekembalinya ke dalam kamarnya dengan tergesa-gesa dia membereskan barang-barangnya dan dipanggulnya ke atas pundaknya, pedang panjang hadiah dari Wi Ci To diletakkannya ke atas pembaringan lalu dia berjalan keluar dari kamar.

Melihat sikapnya yang sangat aneh itu si Lo-cia itu pelayan tua segera menyambut kedatangannya .

"Ti Kian-Kauw tauw, kau mau kemana ?" tanyanya penuh keheranan-

"Lo-cia" jawab Ti Then sambil tertawa pahit "Sejak ini hari kau tidak perlu melayani aku lagi".

"Sudah terjadi urusan apa?" tanya Lo-cia dengan perasaan terperanyat sesudah mendengar perkataan dari Ti Then itu.

"Aku mau pergi."

" Kemana??" tanya si Lo-cia lagi dengan cemas. "Heei. . . belum kutentukan-.."

Setelah itu dengan langkah tergesa-gesa dia meninggalkan kamar tersebut.

"Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?" tanyanya si Lo-cia sembari mengejar hingga samping tubuhnya.

"Aku sudah bukan Kiauw tauw dari benteng" si Lo-cia menjadi melengak.

"Kau sudah ribut dengan nona kami?" tanyanya.

"Bukan- . jika kau mau tahu jelas persoalannya, kau boleh tanya langsung kepada Pocu"

Dia tidak pergi pamit dengan Wi Ci To serta Wi Lian In lagi, sesudah keluar dari pintu benteng segera menuju kelapangan latihan silat. Di sana sudah terlihatlah pendekar pedang putih yang ditemuinya tadi sedang menuntun kuda Ang san Khek yang dihadiahkan Wi Lian In kepadanya itu.

Melihat Ti Then berjalan ke sana pendekar pedang putih itu segera menuntun kuda tersebut ke hadapannya.

"Ti Kiauw tauw" ujarnya. "Ini adalah tungganganmu" "Tidak."Jawab Ti Then cepat sembari menggelengkan kepalanya

"Kuda ini miliknya nona Wi."

"Nona Wi tadi sudah bilang, kuda ini adalah milik Ti Kiauw tauw, jika Ti Kiauw tauw tidak mau dia bilang terpaksa kuda ini harus dijagal saja."

Ti Then menjadi ragu-ragu sebentar, akhirnya sahutnya sembari anggukkan kepalanya. "Baiklah, kau tolong sampaikan dia ucapan terima kasihku."

Sesudah menerima tali les kuda tersebut dari tangan perdekar pedang putih itu dengan cepat tubuhnya melayang ke atas kuda itu kemudian melarikan tunggangannya dengan cepat menuju keluar Benteng.

Di dalam sekejap mata Benteng Pek Kiam Po sudah ditinggal sangat jauh sekali.

Dengan berdiam diri dia terus melarikan kudanya turun gunung, di dalam hatinya waktu itu entah harus dibilang girang atau sedih, dia merasakan hatinya kosong melompong, dalam hati dia tahu Wi Lian In adalah seorang nona yang patut dicintai oleh setiap lelaki, tapi bisa meninggalkan dirinya di dalam keadaan seperti ini juga mungkin merupakan suatu urusan yang sangat bagus.

Dia sadar urusan ini terjadi bukanlah karena kesengajaan dari dia sendiri, sehingga dia mem punyai alasan untuk mempertanggung jawabkan urusan itu di hadapan majikan patung emas tersebut.

Tidak salah, majikan patung emas pasti sudah tahu urusan yang terjadi baru saja ini, dia pasti tidak akan menyalahkan persoalan ini kepada dirinya. Haa. . ha. . ha. . orang yang sudah menyuap Ku Ie serta Liaw Su Cen untuk membongkar kedokku itu tentu bermaksud hendak merusak hubunganku dengan Wi Lian In-tapi pastilah dia tidak akan menduga kalau dengan tindakannya ini justru sudah membantu aku meloloskan diri dari kurungan serta perintah majikan patung emas yang tidak tahu diri itu.

Hal inilah yang sudah membuat dia merasa sangat girang, tapi di samping itu dia pun merasa sedikit kecewa.

Hanya karena sedikit urusan yang tidak berarti ini dia harus putus hubungan lama sekali dengan Wi Lian In, Seorang nona yang memiliki wajah yang amat cantik apalagi bentuk tubuhnya yang begitu menggiurkan, Sungguh merupakan Suatu urusan yang patut disesalkan-

Sampai waktu inilah dia baru merasa kalau perjuangan dirinya beberapa waktu ini tidaklah sia-sia belaka, secara diam-diam dirinya sudah betul-betul jatuh cinta terhadap Wi Lian In.

Ditengah jalanan gunung yang amat sunyi itu dia berhasil melewati kereta kuda yang ditunggangi oleh Ku Ie serta Liuw Su Cen, dengan mempercepat larinya kuda dia melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Go bi.

Sebelum cuaca benar-benar gelap sekali lagi dia sudah tiba di dalam kota Go bi.

Sesampainya di depan penginapan Hokan dia minta satu kamar, selesai makan malam segera tutup pintu untuk beristirahat.

Dia tidak ingin menuju ke dalam sarang pelacur Touw Hua Yuan untuk memaki Ku Ie, karena dia tahu orang yang sudah perintah mereka berdua melakukan urusan ini tidak luput dari Hong Mong Ling serta si setan pengecut dua orang, apalagi untuk menanyai seorang pelacur sehingga tahu betul-betul siapa yang sudah perintah mereka melakukan hal itu tak terhindar harus buang uang banyak. Sat ini dia hanya punya satu-satunya harapan, yaitu mengharapkan munculnya majikan patung emas pada malam ini kemudian membicarakan persoalan ini hingga jelas.

Malam         semakin lama semakin kelam.

Kurang lebih kentongan kedua malam itu, tiba-tiba ..dari dinding kamar sebelah secara mendadak muncul suatu suara ketukan yang amat aneh sekali. Ada orang yang sedang mengetuk dinding tembok dari kamar sebelah.

Dengan cepat Ti Then meloncat bangun kemudian mengetuk juga tiga kali di atas dinding tersebut.

"Siapa ?"tanyanya dengan suara perlahan. "Aku"

Ternyata majikan patung emas sudah munculkan dirinya. Ti Then segera tersenyum.

"Haa ha ha... kali ini kenapa tidak turun dari atas atap rumah??" ejeknya.

"Jangan banyak omong kosong." bentak majikan patung emas dengan amat gusar.

"Jangan marah dulu, peristiwa ini bukanlah aku yang cari-cari"

Dengan dinginnya majikan patung emas mendengus beberapa kali.

"Hmm, ya atau bukan aku bisa pergi selidiki sendiri" ujarnya dingin-

"Haa?? apa arti dari perkataanmu ini ??" tanya Ti Then dengan penuh perasaan heran-

"Aku merasa curiga orang yang mendalangi urusan ini adalah kau sendiri" Teriak majikan patung emas dengan gusar. "Karena kau ingin melarikan diri dari tugas untuk memperistri Wi Lian In maka kau perintah mereka berdua pergi ke Benteng Pek Kiam Po. ."

"Omong kosong." potong Ti Then tak kalah gusarnya "Kau pandang aku Ti Then seperti orang macam apa?? Tidak salah. Aku tidak rela pergi memperistri diri Wi Lian In tapi aku sudah bicara sangat jelas sekali, aku sudah menyanggupi dirimu untuk menjadi patung emasmu selama satu tahun, saat itu aku tidak pernah merasa menyesal dan tidak akan mungkir melakukan rencana yang begitu memalukan ini"

Lama sekali majikan patung emas berdiri tiba-tiba ujarnya lagi: "Kalau begitu aku mau tanya padamu lagi, siang tadi kau

bersama-sama Wi Lian In semula bilang mau berpesiar ke atas Sian Ciang, akhirnya kau tidak pergi ke tebing Sian Ciang. Kalian sebetulnya sudah pergi kemana?"

"Beli obat"

"Obat apa?" desak majikan patung emas lagi "Obat pemabok"

"Ooh soal kemungkinan Huang puh Kiam Pek adalah penyamaran dari si setan pengecut itu kau sudah ceritakan kepada Wi Lian In?"

"Tidak salah" jawab Ti Then sembari mengangguk "Sebetulnya dia rencananya mau turun tangan malam ini juga untuk membuktikan apakah Huang puh Kiam Pek betul-betul si setan pengecut itu atau bukan, tapi sesudah mengalami perubahan seperti ini mungkin dia sudah hapuskan rencana semula"

" Kalau begitu" ujar majikan patung emas lagi sesudah termenung beberapa waktu lamanya. "Kau pikir siapa yang sudah perintah Ku Ie serta Liauw Su Cen pergi kebenteng Pek kiam Po?"

"Hmm. kalau bukan Hong Mong Ling siapa lagi?"

Majikan patung emas termenung sebentar untuk berpikir keras, lalu baru sahutnya. "Ehmmm,jika saat ini diperintahkan oleh Hong Mong Ling maka si setan pengecut itu pun juga tahu."

"Sudah tentu."

Majikan patung emas melanjutkan lamunannya, kemudian tambahnya.

"Jika umpama Huang puh Kian Pek adalah si setan pengecut itu maka sesudah berhasil menangkap Huang puh Kian Pek tidaklah akan sukar untuk mengetahui tempat persembunyian Hong Mong Ling.."

"Tidak salah, tapi Wi Lian In pasti sudah tidak mau melaksanakan tugas seperti apa yang aku susun-"

"Kalau begitu biar aku saja yang pergi untuk mengurus" "Ehmmmm, tentang ini bagusnya memang bagus." jawab Ti

Then sembari tersenyum.

"Tapi Walaua pun Huang puh Kian Pek betul-betul adalah si setan pengecut itu, belum tentu Wi Ci To mau mengubah pandangannya terhadap diriku, karena dia sudah percaya bahwa akulah Lu Kongcu yang sudah cukul rubuh Hong Mong Ling sewaktu masih berada di dalam sarang pelacur Touw Hua Yuan"

Dia berhenti sebentar kemudian sambungnya lagi.

"Hong Mong Ling pergi main perempuan memang persoalan yang nyata, sedang aku punya maksud untuk merusak hubungan mereka juga merupakan soal yang nyata."

Sekali pun perkataan dari Ti Then ini masuk akal, tapi agaknya majikan patung emas mem punyai pandangan yang lain.

"Asalkan kita bisa buktikan Huang puh Kian Pek adalah si setan pengecut dan bisa menawan Hong Mong Ling kembali, maka persoalan segera akan berubah kembali," ujarnya dengan tenang, "Kau bisa tawan Hong Mong Ling dan di hadapan Wi Ci To kau bisa paksa dia untuk mengaku kalau Ku Ie sera Liuw Su Cen sudah disuap oleh dia untuk berbuat begitu, jika perlu kau boleh beli omongan dari Ku Ie serta Liauw Su Cen, dengan demikian pandangan Wi Ci To beserta putrinya akan berubah kembali"

"Terlalu repot. . terlalu repot" seru Ti Then sambil menghela napas panjang, "Apa selain aku harus kawin dengan Wi Lian In sudah tidak ada jalan lainnya"

Mendengar helaan napas dari Ti Then itu, agaknya majikan patung emas dibuat menjadi kurang senang, tidak henti-hentinya dia tertawa dingin-

"Tidak ada" sahutnya singkat.

"Ada kalanya" Geremeng Ti Then dengan perlahan, "Aku benar- benar ingin sekali kau bisa bunuh aku sampai mati, aku merasa. ."

"Tidak usah banyak omong lagi" Potong majikan patung emas dengan cepat ketika di dengarnya dia mulai melamun, " Untuk sementara kau boleh tinggal dirumah penginapan ini saja, aku mau pulang ke Benteng untuk mulai bekerja, setelah aku buktikan kalau Huang Puh Kiam Pek betul-betul si setan pengecut dan bisa paksa dia mengakui tempat persembunyian dari Hong Mong Ling aku bisa ke sini beri kabar padamu, aku pergi dulu"

Keesokan harinya Ti Then sesudah bangun dari tidurnya segera buka pintu kamar memanggil seorang pelayan untuk membersihkan kamarnya, dengan pinyam kesempatan itu tanyanya.

"Hei pelayan, kamar sebelah ini kemarin ditinggali tamu dari mana?" Agaknya pelayan itu dibuat melengak oleh pertanyaan ini.

"Kongcu" tanyanya dengan heran "Yang kongcu maksudkan kamar di sebelah kiri atau kamar di sebelah kanan?"

"Yang sebelah kiri ini" jawab Ti Then sembari menuding ke sebelah kiri.

"Kamar sebelah kiri ini sama sekali tidak dihuni oleh tamu dari mana pun." sahut pelayan itu tertawa.

" Kemarin malam juga tidak ditinggali orang lain?" "Tidak. kamar sebelah kiri ini sudah kosong tiga empat hari lamanya."

"Ehmm. . kiranya begitu. ." jawab Ti Then sembari mengangguk. "Ada apanya yang tidak beres"

"Mungkin ada tikus yang lari-lari di dalam kamar sehingga mengeluarkan suara ribut- ribut, kemarin malam beberapa kali aku di bangunkan oleh suara ribut- ribut itu"

"Tikus memang binatang yang paling menjengkelkan, ada satu kali secara tiba-tiba seorang nona berteriak minta tolong dari dalam kamar, aku cepat- cepat lari masuk ke dalam kamar, Hu. . Hu. . kau tebak sudah terjadi apa? Kiranya seekor tikus sudah kecebur dalam tong berisikan kotoran, nona itu tanpa dilihat dulu sudah berjongkok, akhirnya ha ha ha. ."

Mendengar cerita yang begitu menarik tak terasa lagi Ti Then sudah ikut tertawa terbahak-bahak.

Siang harinya ketika Ti Then sedang makan siang di dalam kamar mendadak dari pintu kamarnya terdengar suara ketukan yang amat gencar sekali.

"Siapa??" tanya Ti Then dengan cepat sedang dalam hati diam- diam merasa sedikit terperanyat.

Seorang yang masih muda segera memberikan jawabannya. "Ti Kiauw tauw aku"

Segera Ti Then bisa mengenali kalau suara itu adalah suara berasal diri Ki Hong, pendekar pedang hitam dari benteng Pek Kiam Po, dengan cepat dia bangkit membuka pintu kamarnya, terlihatlah Khie Hong dengan air muka gugup sudah berdiri tegak di depan kamarnya, dalam hati segera dia tahu sudah terjadi suatu urusan karena itu dengan cemas tanyanya:

"Apakah Anying langit Rase bumi sudah datang??".

"Selain Anying langit Rase bumi masih ada ada delapan belas orang jago berkepandaian tinggi dari istana Thian Teh kong mereka, agaknya mirip jago-jago Cap Pwe Sah Sin yang tersiar di dalam Bu lim"

"Tidak salah" jawab Ti Then mengangguk, "Aku memang dengar Anying langit Rase bumi punya anak buah yang dijuluki Cap Pwe sah sin atau delapan belas malaikat iblis, kepandaian silat mereka katanya tidak cetek. "

Melihat Ti Then tidak berangkat- berangkat, Ki Hong menjadi semakin cemas:

"Ti Kiauw tauw" ujarnya cepat, "mari kita lekas-lekas kembali ke benteng."

"Apa Wi Poccu tidak beritahu pada Anying langit Rase bumi kalau aku tidak berada di sana?"

"Benar, tapi mereka tidak mau percaya, mereka bilang Tiauw Kiauw tauw pasti berada di dalam Benteng."

"Kalau begitu baiklah, ayo berangkat."

Dia membuat sedikit persiapan kemudian panggil pelayan penginapan itu untuk diberi sedikit uang, katanya karena ada urusan yang mau diselesaikan diluaran minta dia cepat- cepat sediakan kuda. Sesudah mengunci kamarnya barulah dengan Ki Hong bersama-sama berjalan keluar.

Sekeluarnya dari dalam rumah penginapan pelayan itu sudah siapkan kuda Ang San Kheknya di depan pintu, demikianlah masing- masing dengan menggunakan tunggangannya sendiri-sendiri lari keluar dari kota.

satu jam kemudian sampailah mereka di dalam Benteng Pek Kiam po.

Mereka berdua dengan cepat turun dari kuda ditengah lapangan latihan silat, saat itu barulah Ti Then bertanya: "Mereka dimana??"

"Di dalam ruangan tamu" sahut Ki Hong dengan cepat. Tanpa banyak cakap lagi Ti Then cepat berlari ke dalam ruangan tamu.

Di dalam sekejap saja dia sudah sampai di dalam ruangan tamu, terlihatlah Wi Ci To beserta Huang Puh Kian Pek duduk di tengah ruangan sedangkan Anying langit Rase bumi beserta ke delapan belas malaikat iblisnya duduk di kedua belah sisi, masing-masing tidak ada yang berbicara, hanya darl sinar mata masing-masing jelas memancarkan nafsu membunuh yang meluap-luap

Usia dari ke delapan belas malaikat iblis ini kurang lebih berada di atas lima puluh tahunan, wajah masing-masing memperlihatkan kebengisan serta keganasan mereka, pada tubuh masing-masing membawa senyata yang berbeda-beda, yang duduk mereka pun urut sesuai dengan senyata yang dibawa mulai dari Golok, pedang, toya besi, kampak, cambuk, rantai, gada, tongkat serta pisau belati. Sedang pada deretan yang lain adalah Tombak, trisula, kampak raksasa, siang kiam, golok melengkung, gelang, golok panjang serta senyata berbentuk bulan sabit. Senyata mereka merupakan delapan belas macam senyata yang aneh dan sakti, sungguh menyeramkan sekali.

Sebelum bertemu dengan Anying langit Rase bumi secara pribadi di dalam benak Ti Then pernah membayangkan wajah yang meringis menyeramkan siapa tahu kini sesudah bertemu sendiri kelihatanlah wajah Anying langit Rase bumi itu sedikit kalem.

Si anying langit Kong Sun Yau mem punyai wajah yang tampan dengan perawakan sedang usianya mungkin berada diantara empat puluh tahunan hanya saja air mukanya sedikit pucat.

Kini dia berdandan sebagai seorang sastrawan dengan bahan pakaian yaug sangat mewah, pada tangannya mencekal sebuah kipas yang terbuat dari tulang, sungguh kelihatan gagah sekali. Sedangkan si Rase bumi Bun Jin Cui berusia diantara tiga puluh tujuh delapan tahunan, alisnya tipis matanya bulat tebal, bibirnya merah bagaikan delima dandanannya sangat berlebihan sehingga kelihatannya sangat genit sekali. sepasang tangannya dengan tak henti-hentinya mempermainkan sebuah sapu tangan berwarna merah, gerak geriknya sangat genit dan pemalu, lagaknya tidak mirip sebagai jagoan yang ditakuti dalam Bu lim.

Mereka suami istri begitu melihat Ti Then berjalan memasuki dalam ruangan segera tersungginglah suatu senyuman yang sangat ramah.

Ti Then berlagak tidak melihat, sesudah memberi hormat dengan Wi Ci To ujarnya: "Boanpwe Ti Then hunjuk hormat kepada Pocu"

Dengan perkataan serta gerak geriknya ini sudah jelas memperlihatkan kalau dia sudah bukan satu keluarga lagi dengan orang-orang Benteng Pek Kiam Po.

Wi Ci To tidak perlihatkan reaksi apa-apa, hanya sambil menuding ke arah Anying langit Rase bumi ujarnya,

"Mereka berdua adalah Raja langit Kong sun Yau serta Ratu bumi Bun Jin Cui"

Ti Then sedikit putar tubuhnya kemudian memandang ke arah Anying lagit rase bumi sembari tertawa tawar,

"Lama sudah cayhe dengar nama besar kalian berdua, selamat bertemu, selamat bertemu"

Anying langit serta Rase bumi tetap duduk tidak bergerak di tempatnya masing-masing dengan lagak hendak memilih menantu sambil tersenyum-senyum mereka berdua pandangi seluruh tubuh Ti Then dari atas kepala sampai ujung kakinya.

Pertama tama Anying langit Kong sun Yau yang buka mulutnya angkat bicara, hanya dia tidak bicara kepada Ti Then melainkan kepada istrinya Rase bumi Bun Jin Cui yang berada disisinya.

"Kau lihat bagaimana ?" tanyanya sembari tertawa. "Tidak jelek. tidak jelek." sahut si Rase bumi Bun Jin Cui sembari memperdengarkan suara tertawanya yang amat genit. "Semangatnya tinggi wajahnya tampan, tubuh kokoh kuaat

..Heemmm tidak rugi menteri pintu pembesar jendela kita dikalahkan ditangannya"

sesudah itu barulah si Anying langit Kong sun Yau menoleh kearah Ti Then dengan memperlihatkan sebaris giginya yang putih mengkilap ujarnya tersenyum.

"Lo te apakah pendekar berbaju hitam Ti Then yang sudah menyabat sebagai Kiauw tauw pada benteng Pek Kiam Po?"

" Kemarin hari, dulu memang betul, tapi sekarang sudah bukan"Jawab Ti Then dengan gelengkan kepalanya.

"Haa?? kenapa??" tanya Anying langit Kong sun Yau itu tertawa "Apa Lote punya maksud memikul beban ini seorang diri?"

Ti Then tidak langsung beri jawabannya, kepada Wi Ci To ujarnya tiba-tiba "Tolong tanya Pocu, apakah boanpwe diperkenankan berbicara sambil duduk??"

"Ooh maaf Lohu sudah lupa, silahkan duduk. silahkan duduk" jawab Wi Ci To cepat.

Segera Ti Then menarik sebuah bangku dan duduk di hadapan Wi Ci To serta Hung puh Kian Pek. dengan sikap yang amat angkuh sahutnya terhadap diri Anying langit Rase bumi

"Cayhe memang sudah ambil keputusan mau melawan kalian dengan kekuatan seorang diri, tapi hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan mengapa cayhe meninggaikan Benteng Pek Kiam Po ini. . kalian mau tanya apa lagi?? "

"Hi h i. Hi ." mendadak si rase bumi Bun Jin Cui memperdengarkan suara tertawanya yang amat genit, sembari menepuk pundak suaminya si anying langit Kong sun Yau ujarnya dengan suara manya: "Lang cun, sifat bocah Cilik ini persis seperti sifatku, aku sangat suka padanya"

"Ooob, apa yaah?" seru si anying langit Kong sun Yau dengan diiringi tertawanya yang tidak sedap didengar.

"Baiknya kita bicara secara baik-baik saja dengan dia, jika dia mau gabungkan diri secara suka rela kepihak istana Thian Teh Kong kita, baiknya kita kasi suatu jabatan yang bagus kepadanya."

Agaknya si anying langit Kong sun Yau sangat penurut terhadap perkataan istrinya, mendengar perkataan tersebut segera ujarnya kepada Ti Then sembari tertawa:

"Lo-te kau sudah dengar belum? Istriku bersikap sangat baik kepadamu, ini merupakan kejadian pertama selama hidupnya, jika lote bermaksud. ."

Ti Then tidak mau dengar obrolan mereka selanjutnya, dengan cepat bentaknya dengan kurang senang.

"Bilamana saudara-saudara sekalian tidak punya nyali untuk melawan cayhe, lebih baik cepat-cepat menggelinding dari sini, jangan duduk terus menerus sembari mengeluarkan kentutan yang busuk."

Air muka si Anying langit Kong sun Yau segera berubah amat hebat, tak henti-hentinya dia tertawa seram.

"Hmm. . hmmm, . Ti Then" Serunya dengan gusar, "Kau tidak bisa melihat kebaikan orang lain-"

"Benar" sambung si Rase bumi Bun Jin Cui sembari tertawa "Kita punya maksud baik-baik, kalau kau tidak mau yaah sudahlah, buat apa mengusir kita suruh menggelinding dari sini, kami Kaisar langit Rase bumi jika suka tinggal di sini sekali pun ada delapan tandu yang menggotong kami belum tentu sanggup menggotong kami pergi." Ti Then tetap tidak mau gubris omongan mereka, bentaknya lagi dengan dingin. "Ini hari kalian kemari sebetulnya sedang mencari aku Ti Then seorang atau bukan?"

"Benar" jawab si Rase bumi Bun Jin Cui dengan disertai suara tertawanya yang amat merdu "Kita dengar laporan dari Menteri pintu pembesar jendela yang katanya kepandaian silat Lote sangat lihay sekali, karenanya sengaja kami kemari untuk berkenalan"

"Kalau begitu cepat kita bereskan dengan kekuatan masing- masing..."

"Hihihii... hihihi. .jangan keburu baiknya kita bicara dulu secara baik-baik" ujar si Rase bumi Bun Jin Cui lagi, "Aku dengar katanya sewaktu kau berada di atas gunung Fan Cin san pernah secara kebetulan memperoleh sebuah kitab pusaka "Ie Cin Kang""

"Hmm hmm...bila kalian suami istri punya minat terhadap itu kitab pusaka Ie Cin Keng seharusnya pukul rubuh aku dulu baru dibicarakan lagi" seru Ti Then tetap ketus.

"Hi hi hi perkataanmu ini sungguh lucu sekali, dengan usiamu yang masih begitu muda masa depan masih punya harapan, buat apa kehilangan nyawa karena sejilid kitab pusaka Ie Cin Keng saja?"

"Pandanganku persis dengan pandanganmu" sambung Ti Then dengan cepat.

"Kalian suami istri sudah enak-enak hidup secara sembunyi dan bermewah-mewahan di dalam istana Thian Teh Kong, penghidupan kalian tentunya sangat menyenangkan sekali, buat apa jauh-jauh kemari untuk mengantar nyawa hanya disebabkan sejilid kitab pusaka Ie Cin Keng saja?"

Suara tertawa dari si rase bumi Bun Jin Cui makin lama semakin berubah amat dingin, kepada suaminya si anying langit Kong sun Yau ujarnya:

"Budak ini susah diajak berunding, kelihatannya terpaksa kita harus pinyam lapangan latihan silat milik Wi Pocu itu." "Baik..baik... " seru si anying langit Kong sun Yau sambil manggut-manggutkan kepalanya berkali-kali, "Tapi tentang ini kita harus minta persetujuan dari Wi pocu dulu... "

"Tidak usah kalian pinyam lagi" potong Wi Ci To cepat. "Persoalan ini memangnya harus diselesaikan di dalam Benteng ini juga"

"Tidak" bantah Ti Then tegas sesudah mendengar keputusan dari Wi Ci To itu pocu dari benteng Pek Kiam Po. "Urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan Benteng saudara "

Bicara sampai di sini segera dia menoleh Kong sun Yau.

"Cayhe usulkan lebih baik kita bereskan urusan ini diluar benteng saja" ujarnya. "Bagaimana pendapat kalian berdua?"

Dengan menggunakan kipasnya Kong sun Yau menutupi mulutnya, kemudian barulah jawabnya sembari tertawa.

"Hal ini malah membuat aku serba salah, kau merasa urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan Wi Pocu, sebaliknya Wi Pocu merasa urusan ini disebabkan karena kau menolong nyawa nona Wi, dalam hal ini dia tidak akan mau menonton saja, Aduh. . bagaimana baiknya yaaahh?"

"Hmm... hmmmm...kitab pusaka Ie Cin Keng berada di dalam tubuhku, bukan berada pada pihak Wi Pocu" ujar Ti Then cepat coba-coba memanCing perhatiannya.

"Ha...haa ..haa.. tapi bilamama kita ikut kau keluar benteng maka jika kawan-kawan Bu lim tahu, mereka tentu akan mentertawakan kami bahwa pihak istana Thian Teh Kong takut dengan benteng Pek Kiam Po"

-ooooooo-

"SEORANG lelaki bersenyata pasti akan bedakan mana yang baik mana yang buruk, kali ini kalian datang kemari bertujuan pada kitab pusaka Ie Cin Keng yang berada dalam sakuku, apalagi kini aku sudah tinggalkan Benteng Pek Kiam po, kalian sama sekali tidak punya alasan untuk bentrok secara langsung dengan orang-orang benteng Pek Kiam po" teriak Ti Then coba membantah.

Tiba tiba Wi Ci To bangkit dari tempat duduknya.

"Ti Kiauw tauw." serunya dengan suara berat. "Siapa yang bilang kau sudah keluar dari keanggotaan Benteng Kiam Po kami?"

Ti Then agak tertegun dibuatnya, Tapi sebentar saja sudah tenang kembali.

"Boanpwe merasa tidak punya muka lagi untuk tetap tinggal di sini karena itu boanpwe sudah ambil keputusan hendak meninggalkan Benteng Pek Kiam Po" ujarnya.

"Heee heee tapi lohu harus menyetujui terlebih dahulu." bantah Wi Ci To sembari tertawa dingin.

"Boanpwe hanya menerima tawaran untuk menyabat sebagai Kiauw tauw di dalam Benteng Pek Kiam Po ini tapi bukanlah anak murid sini, karenanya jika boanpwe punya maksud meninggalkan tempat ini tidaklah perlu minta persetujuan dari Pocu terlebih dulu."

"Tidak salah." jawab Wi Ci To tidak mau kalah "Tapi Kiauw tauw apa sudah lupa perjanyian kita sebelumnya?"

Ti Then tidak tahu apa yang sedang dimaksud dengan perkataan dari Wi Ci To ini, seketika itu juga dia dibuat melengak. "Perjanyian apa?" tanyanya penuh keheranan-

"Sesaat kau sebelum menyabat sebagai Kiauw tauw di dalam benteng kami kita sudah mengikat janyi bahwa setiap bulan Lohu memberi gaji sebesar tiga ratus tahil perak kepadamu sedang kau pun diharuskan setiap hari memberi pelajaran ilmu silat kepada seluruh pendekar pedang di dalam benteng ini. Tapi hingga hari ini kau baru melaksanakan tugasmu selama enam tujuh hari saja. ."

"Oooh. . soal itu ?" agaknya Ti Then menjadi sadar kembali atas perkataan Wi Ci To itu. "Sindiran Pocu memang sangat tepat sekali, walau pun sejak boanpwe berdiam dalam benteng sudah ada satu bulan lebih padahal hanya melaksanakan selama enam tujuh hari saja. Tapi tentang hal ini bisa kita selesaikan dengan sangat mudah sekali, pada kemudian hari pasti boanpwe akan kirim uang sebagai gantinya."

"Heee heee mau bayar harus bayar sekarang juga." ujar Wi Ci To cepat. Mendengar perkataan ini air muka Ti Then berubah menjadi merah padam. "Tapi boanpwe tidak bawa uang." ujarnya dengan perasaan malu.

"Ha ha ha ha kalau begitu sebelum kau selesai mengembalikan uang itu berarti kau tetap merupakan Kiauw tauw dari Benteng kami."

Dalam hati Ti Then tahu dengan jelas Wi Ci To berbuat demikian "ngototnya" bukankah dikarenakan tiga ratus uang perak itu sebaliknya berusaha mencari alasan untuk tetap menahan dirinya, karena itu segera dia bangkit berdiri dan berkata:

"Bencana rejeki datang tidak melalui pintu, satu-satunya jalan hanyalah dikarenakan manusia, jika Pocu pasti mau ikut campur di dalam urusan ini, boanpwe sendiri juga tidak punya alasan untuk menampik. Baiklah, mari kita bersama-sama menuju kelapangan latihan silat.."

Wi Ci To segera menggape ke arah mereka dan ujarnya kepada Anying langit Rase bumi itu:

"Silahkan saudara sekalian ikuti lohu menuju ke lapangan latihan silat."

Kali ini Anying langit Ruse bumi serta ke delapan belas malaikat iblisnya datang kemari jauh sebelumnya sudah mengadakan persiapan yang matang karena itu nyali mereka pun sangat besar. Mendengar perkataan itu masing-masing segera meninggalkan tempat duduknya masing-masing dengan mengikuti diri Wi Ci To. Huang Puh Kian Pek serta Ti Then berjalan menuju ke luar.

Ti Then yang berjalan di belakang Wi Ci To ketika berjalan keluar dari ruang tamu diam-diam matanya mulai melirik ke arah kiri kanannya, sampai saat itu dia tidak melihat munculnya Wi Lian In di sana sehingga membuat hatinya diam-diam merasa tidak enak. Pikirnya.

"Tentu dia sudah benci aku setengah mati karena itu tidak mau keluar menemui aku . . . . Heeei begitu pun malah baikan. . ."

Rombongan orang orang itu jalan sampai ditengah lapangan latihan silat, terlihatlah para pendekar pedang hitam serta putih dari Benteng Pek Kiam Po dengan rajin dan teraturnya sudah berbaris di samping lapangan membuat suasana bertambah angker.

Baru saja masing-masing pihak berdiri pada arah yang saling berhadapan tiba-tiba terlihatlan itu pelayan tua si Lo-Cia dengan membawa sebilah Pedang sedang lari menuju ketengah lapangan dengan tergesa-gesa, ujarnya kepada Ti Then sambil mengangsurkan pedang tersebut ke arahnya.

"Ti Kiauw tauw ini pedangmu" Ketika Ti Then melihat pedang tersebut adalah pedang yang ditinggalkan di dalam kamarnya sewaktu meninggalkan Benteng Pek Kiam Po ini sebera menyambutnya sambil mengangguk.

"Lo Cia" ujarnya sambil tersenyum. "Terima kasih"

Si LoCia hanya tersenyum-senyum saja kemudian mengundurkan diri dari tengah lapangan.

Dengan cepat Ti Then memindahkan pedangnya ketangan kiri kemudian kepada si Anying langit Kong sun Yau ujarnya.

"sudahlah, kini saudara boleh katakan kalian punya maksud mau berbuat apa?"

"Heeeh...heeeh, ini hari kami datang dengan jumlah dua puluh orang banyaknya" ujar si Anying langit Kong sun You sembari tertawa keras "Kami tidak ingin memperoleh kemenangan dengan andalkan jumlah yang banyak, baiknya kalian pilih juga tujuh belas orang untuk mengimbangi kami"

Dalam hati Ti Then tahu bahwa para pendekar pedang hitam mau pun putih dari Benteng Pek Kiampo bukanlah tandingan ke delapan belas malaikat iblis itu, karenanya segera memberikan jawabannya .

"Para pendekar pedang merah dari Benteng kami sedang ada urusan keluar Benteng semuanya, sedang para pendekar pedang hitam mau pun putih masih belum menamatkan pelajarannya, Wi pocu sudah tuliskan larangan bagi mereka untuk bergebrak lawan orang lain, karena itu kini biarlah kami bertiga melawan kalian saja"

"Wi Pocu, apa betul-betul?" tanya si Anying langit Kong sun Yau sambil menoleh kearah Wi Ci To.

"Ehmm... tidak salah" sahutnya sembad mengangguk.

"Oooh sungguh tidak beruntung sekali ke delapan belas malaikat iblis kami tak ada satu pun yang mau menganggur saja." ujar si Kong sun Yau tertawa

"Hmm . tidak usah begitu sungkannya". teriak Wi Ci To sambil tertawa dingin tak henti-hentinya.

"Tidak bisa. . tidak bisa...." bantah Kong sun Yau lagi dengan goyang-goyangkan kepalanya. "Jika kami dua pulub orang harus melawan kalian tiga orang hal ini terlalu tidak adil."

"Kong sun Yau" tiba Huang puh Kian Pek berteriak sembari tertawa dingin, " Kau tak perlu berpura-pura lagi jika bukannya kalian tahu kalau para pendekar pedang merah dari benteng kami sedang punya urusan untuk keluar benteng semua sekali pun kau sudah makan nyali beruang atau hati macan belum tentu berani datang kemari untuk mengacau."

Mendengar makian itu alis Kong sun Yau segera dikerutkan rapat-rapat sedang mulutnya tak henti-hentinya memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat mengerikan.

"Hu pocu" ujarnya dengan dingin. "Perkataanmu jangan sungkan-sungkan? Bagaimana kami bisa tahu kalau para pendekar pedang merah benteng kalian sedang tidak berada di dalam benteng?" "Hmm di dalam Bu lim sekarang ini ada siapa yang menandingi ketelitian serta kecepatan berita dari Anying langit Rase bumi"

"Hi hi hi . ." teriak si rase bumi Bun Jin Cui tiba-tiba. "Hei Huang puh Kian Pek. bagaimana kau malah memaki kami?"

"Hehehe , apa nama kalian bukan si Anying langit Rase bumi?"

Dari sepasang mata si Rase bumi Bun Jin Cui secara samar sudah mulai diliputi dengan napsu untuk membunuhnya.

"Hi hi hi hi kau berani main-main dulu dengan kami sebagai si Anying langit Rase bumi??" ujarnya sembari tertawa nyengir.

"Memang aku sudah siap minta petunjuk" selesai berkata segera dia berjalan menuju ketengah lapangan.

Si Anying langit Rase bumi segera saling bertukar pandangan sembari tertawa, mereka berdua siap-siap berjalan menuju ke tengah lapangan.

Melihat hal itu dengan cepat Ti Then meloncat ke tengah diantara mereka bertiga, kepada Huang Puh Kian Pek sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya "Hu Pocu silahkan mengundurkan diri terlebih dulu, biarlah boanpwe coba-coba menemui mereka.."

Huang puh Kian Pek hanya tersenyum saja dan tidak terlalu memaksakan diri, segera ia pun mengundurkan dirinya kembali.

Agaknya si Rase bumi Bun Jin Cui punya perasaan pandang rendah terhadap diri Ti Then, begitu melihat Ti Then maju ke depan seorang diri hendak melawan mereka suami istri berdua, tanpa terasa lagi dia malah tertawa, ejeknya:

"Ti Kauw tauw, aku tahu kedudukanmu di dalam benteng kalian berada di atas para pendekar pedang hitam, tapi apa kau betul- betul punya keberanian untuk melawan kami suami istri?"

Ti Then yang melihat sikapnya yang tak begitu pandang terhadap dirinya di dalam hati diam-diam merasa sangat girang, dengan wajah yang serius sahutnya: "Untuk menghadapi kalian Anying langit Rase bumi buat apa butuhkan keberanian segala. ."

"Hehehe orang muda biasanya memang sangat sombong" ujar si Rase bumi Bun Jin cu lagi sambil menghela napas panjang, "Tapi peraturan sudah kita ucapkan sebelumya jika kau kalah maka kitab pusaka le Cin keng harus kau serahkan kepadaku"

"Bila aku tak sanggup menyerahkan itu kitab pusaka Ie Cin Keng, masih ada batok kepalaku sebagai gantinya"

"Tidak salah tidak salah" si Rase bumi sembari anggukkan kepalanya. "jika kau tak sanggup menyerahkan itu kitab pusaka Ie Cin Keng maka kami akan minta batok kepalamu." Berbicara sampai di sini lalu dia menoleh kearah suaminya: "Hey, Lang cun, ayoh mulai" ujarnya dengan manya.

Tapi sebelum si Anying langit Kong sun Yau melakukan suatu gerakan kedelapan belas malaikat iblis yang berada di belakangnya sudah terlihat adanya gerakan dua orang diantara mereka sudah meloncat keluar sembari berteriak dengan keras:

"Thian cun, untuk jagal ayam buat apa menggunakan pisau kerbau biarlah hamba-hamba berdua yang membereskan bangsat cilik ini."

Kedua orang malaikat iblis ini yang satu punya bentuk tubuh gemuk. sedang yang lain mem punyai bentuk tubuh kurus kering, yang gemuk menggunakan kapak sebagai senyatanya sedang yang kurus kering menggunakan sebuah tombak panjang sebagai senyatanya. sikap serta wajah mereka sangat bengis dan seram.

Agaknya si Anying langit Kong sun Yau memang punya maksud untuk melihat kepandaian silat yang dimiliki Ti Then terlebih dahulu, karenanya dia hanya mengangguk sambil sahutnya.

"Baiklah, kalian selalu berteriak-teriak mau balaskan dendam bagi si menteri pintu serta pembesar jendela, jika kini tidak membiarkan kalian berkelahi peras-peras sedikit tenaga, tentu kalian tidak akan merasa puas." Sembari berkata dia menarik isterinya untuk menyingkir ke samping.

Ti Then yang melihat majunya dua orang malaikat iblis dalam hatinya segera punya pikiran untuk memperlihatkan kelihayannya pada kedua orang tersebut, karenanya dengan perlahan dia cabut keluar pedangnya sambil berkata. "Jika kalian mau cari mati, cepat sebut dulu nama kalian"

Si malaikat iblis yang menggunakan kapak sebagai senyatanya dengan suara yang amat keras bagaikan guntur sudah menyahut: "Lohu si malaikat iblis gemuk Lu Ho"

Sedangkan si malaikat iblis yang menggunakan tombak panjang sebagai senyatanya dengan suara yang amat halus tapi mengerikan melapor namanya. "Lohu si malaikat iblis kurus Ling ie An" Ti Then segera maju dua langkah ke depan, teriaknya: "Ayoh serang"

Si malaikat iblis kurus mau pun gemuk yang semula berdiri berdampingan sesudah mendengar perkataan itu dengan cepat masing-masing melayang beberapa kaki ke samping kanan serta samping kiri, pinggang pun ditekan ke bawah memperkuat kuda- kudanya kemudian dengan perlahan-lahan mulai mendesak dan mendekati tubuh Ti Then.

Wi Ci To, Huang puh Kiam Pek serta kaki tangan dari Anying langit Rase bumi segera rada mundur ke belakang sehingga terbentanglah sebuah lapangan sangat luas.

Dengan cepat Ti Then memperlihatkan gayanya seperti sedang menghadapi musuh tangguh, pedangnya diangkat sebatas pinggang tubuhnya sedikit merendah siap menanti serangan pihak musuh.

Wi Ci To yang melihat gaya serangannya pada air mukanya tanpa terasa sudah perlihatkan perasaan heran serta ragu-ragunya, karena dia tahu kepandaian dari Ti Then, dia tahu jika Ti Then ingin mengalahkan si malaikat iblis kurus mau pun gemuk adalah sangat gampang sekali seperti mau ambil barang disakunya sendiri tapi kini dia malah perlihatkan gaya seperti sedang menanti serangan dari seorang musuh tangguh, bukankah hal ini seperti juga persoalan kecil yang dibesar-besarkan ?

Huang puh Kiam Pek sendiri agaknya juga dibuat bingung oleh gayanya ini, tak terasa alisnya sudah dikerutkan rapat-rapat.

Si malaikat iklis kurus serta si malaikat iblis gemuk ketika melihat pada air muka Ti Then sudah perlihatkan ketegangannya, semangat tempur mereka malah semakin berkobar, masing-masing dari sebelah kiri serta dari sebelah kanan melanjutkan desakannya ke arah Ti Then.

Jarak masing-masing kini semakin dekat lagi pertama-tama si malaikat iblis kurus Ling ie An lah yang mulai melancarkan serangannya, dengan disertai suara bentakannya yang amat keras tubuhnya melayang ke depan. tombak panjangnya dengan disertai tenaga yang amat besar ditusuk kearah depan mengancam ulu hati dari Ti Then.

Tubuh Ti Then dengan cepat menyingkir ke samping dia balik maju satu langkah ke depan, pedang panjang ditangannya dengan memutar satu lingkaran di depan dada dengan arah yang tepat menutul ke arah dada pihak lawannya.

Tetapi baru saja tubuhnya bergerak. si malaikat iblis gemuk Loa Ho yang berada di samping sudah mendesak maju ke depan, kampak raksasanya dengan cepat disambar ke depan membacok pundak kanannya.

Jurus serangan yang digunakan amat gencar, serangannya ini mirip dengan sambaran kilat bergelegarnya guruh.

Serangan pedang yang dilancarkan Ti Then ke arah si malaikat iblis kurus itu sebetulnya hanya suatu serangan kosong belaka, dia tahu si malaikat iblis gemuk tentu akan menggunakan kesempatan itu untuk maju melancarkan serangannya, karena itu pedangnya baru saja disambar sampai ditengah jalan tubuhnya mendadak berputar kemudian sedikit berjongkok. arahnya seketika itu juga berubah, dengan jurus Ban Liong Ci hauw atau sambar naga menusuk harimau balik membabat sepasang kaki si malaikat iblis gemuk itu.

Dengan cepat si malaikat iblis gemuk itu meloncat ke atas untuk menghindarkan diri dari babatan tersebut, bersamaan pula kampak raksasa yaug berada ditangannya dari gerakan membabat menjadi gerakan membacok, mengarah kepala diri Ti Then.

Si malaikat iblis kurus pun bersamaan waktunya melancarkan satu tusukan dengan menggunakan tombak panjangnya mengarah pinggang kiri dari Ti Then.

Masing masing pihak semakin bertempur semakin seru dan semakin cepat sebentar gerakan mereka seperti terkaman harimau, sebentar lagi berubah menjadi loncatan kera, gerakannya dilakukan bagaikan sambaran angin yang sedang berlalu, hanya di dalam sekejap saja tiga puluh jurus sudah dilalui dengan cepat sedang masing-masing pihak belum ada yang menang mau pun yang kalah.

Si anying langit Rase bumi yang menonton jalannya pertempuran dari samping kalangan di dalam hati diam-diam merasa sangat girang sekali, ketika mereka melihat dua orang anak buahnya saja sudah cukup menahan serangan dari Ti Then dalam hati mereka sudah tahu bahwa gerakannya kali ini sudah pasti memperoleh kemenangan, karena itu tanpa terasa pada wajah mereka sudah tersungging senyuman kemenangan, agaknya mereka sangat gembira sekali.

sebaliknya air muka Wi Ci To serta Huang puh Kian pek mulai kelihatan risau, mereka sama sekali tidak paham kenapa kepandaian silat dari Ti Then secara tiba-tiba bisa berubah demikian rendahnya, tak tertahan lagi Huang puh Kiam pek mulai menggeserkan badannya mendekati diri Wi Ci To lalu ujarnya dengan perlahan. "Suheng, kau lihat sebetulnya sudah terjadi urusan apa dengan dirinya?"

"Siapa tahu" sahut Wi Ci To dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suaranya. "Dia seperti sudah berubah dengan seorang yang lain" "Benar" sambung Huang puh Kian pek dengan cepat, " kepandaian silat dari si malaikat iblis gemuk ini hanya sedikit berada di atas para pendekar pedang merah dari benteng kita, jika menurut kemampuan dari Ti Then yang biasanya, tidak perlu sepuluh jurus sudah cukup untuk memperoleh kemenangan kenapa ini hari dia perlihatkan kekurangannya yang begitu menyolok??"

"Mungkin dia terlalu tegang ..."

"Tidak mungkin." bantah Huang Puh Kian Pek dengan cepat. "Sewaktu dia melawan si pendekar tangan kiri Cian Pit Yuan tempo hari sama sekali tidak kelihatan perasaan tegangnya, bagaimana ini hari dia bisa takut dengan orang-orang itu ??"

"Atau mungkin dia sengaja menyembunyikan kekuatan yang sesungguhnya . . ." timbrung Wi Ci To mendadak.

"Aku kira bukan, coba kau lihat semakin bertempur dia semakin ngotot . , . Hmm, sudah lima puluh jurus."

Pada saat Ti Then sudah bergerak sebanyak lima puluh jurus banyaknya melawan si malaikat iblis gemuk serta si malaikat iblis kurus mendadak menang kalah segera kelihatan jelas.

Bacokan kampak dari si malaikat iblis gemuk yang mengarah punggung Ti Then dengan jelas kelihatan hampir mencapai sasarannya mendadak "Bruk." kampak raksasa yang berada ditangannya terjatuh ke atas tanah sedang tubuhnya pun ikut rubuh terlentang di atas tanah.

Begitu tubuhnya rubuh mengenai tanah, bentuk tubuhnya yang gemuk bundar itu secara mendadak terpotong menjadi dua bagian yang terpisah, isi perutnya seketika itu juga tersebar mengotori semua permukaan tanah sedang darah segar pun mulai mengucur keluar dengan derasnya.

Hal ini memperlihatkan sewaktu tubuhnya rubuh tadi adalah disebabkan oleh babatan pedang Ti Then yang memisahkan badannya dikarenakan kecepatan gerak sambaran pedang Ti Then lah menyebabkan tubuhnya baru berpisah sesudah mencapai di atas permukaan tanah.

Agaknya si malaikat iblis kurus itu di buat terkejut dan ketakutan sepasang matanya melotot keluar dengan besarnya, sedang badannya berdiri mematung di hadapan Ti Then.

Pada saat itu dia sedang melancarkan satu tusukan ke arah Ti Then, sehingga sewaktu dia dikejutkan oleh gerakan Ti Then membinasakan kawannya dia masih pertahankan gayanya yang semula, keadaan ini amat lucu dan menggelikan.

Senyuman yang menghiasi wajah Anying langit Rase bumi seketika itu juga lenyap tanpa bekas berganti dengan suatu perubahan yang sangat hebat, sama sekali mereka melototi mayat si malaikat iblis gemuk yang menggeletak di atas tanah.

Beberapa saat kemudian barulah terdengar si Anying langit Kong Sun Yau them bentak dengan suara berat . "Kembali "

Si malaikat iblis kurus tetap tidak menggubris teriakan itu, tetap berdiri termangu- mangu di tempatnya semula.

Air muka si Anying langit Kong Sun Yau berubah semakin hebat lagi, dengan gusarnya sekali lagi dia membentak. "Ling Ie An kau cepat kembali."

Si malaikat iblis kurus tetap tak bergerak sedikit pun dari tempatnya semula, agaknya dia sudah dibuat terkejut dan ketakutan sehingga nyawa keluar dari badannya.

Waktu itulah Ti Then baru menggunakan pedangnya sedikit mendorong dada malaikat iblis kurus itu, ujarnya sembari tersenyum:

"Hei, majikanmu sedang panggil kau untuk kembali, kau sudah dengar belum?"

Dengan dorongan dari Ti Then yang perlahan itu tubuhnya dengan perlahan barulah roboh ke depan untuk kemudian roboh terlentang di atas tanah dengan badan atas yang terpisah dari bagian bawahnya, Isi perutnya dengan cepat tersebar keluar, darah segar bagaikan sumber air kerasnya mengalir keluar membasahi seluruh tanah. Kiranya dia pun sudah terbinasa sejak tadi.

Ke enam belas malaikat ibis yang berada di belakang Anying langit Rase bumi sesudah melihat pemandangan itu tanpa terasa lagi sudah pada berteriak kaget. Air muka si Anying langit Rase bumi sebentar berubah menjadi merah padam sebentar lagi berubah menjadi pucat pasi, lama sekali memandangi Ti Then dengan tutup mulutnya rapat-rapat.

0000

Lama sekali barulah terdengar si Rase bumi Bun Jin Cui buka suara.

"Khin Ie, Hsing it, sak Yan song. Ing Hay Ping kalian berempat cepat keluar minta petunjuk lagi dari Ti Kiauw tauw ini" ujarnya dengan dingin-

Dia sudah dapat melihat kalau kepandaian silat yang dimiliki Ti Then amat tinggi sekali, tapi dia pun merasa bahwa ke empat orang itu masih sanggup untuk memperoleh kemenangan- karena itu hingga kini dia masih tidak ingin turun tangan sendiri

Sampai saat ini dia masih tetap merasa kalau Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek lah yang betul-betul baru musuh mereka suami istri berdua yang paling tangguh.

Terlihatlah ke empat malaikat iblis itu menyahut, kemudian dengan langkah lebar berjalan keluar. senyata yang digunakan keempat malaikat iblis itu adalah golok pendek. pedang, tongkat serta trisula. Dua pendek dua panjang. Dengan wajah penuh nafsu membunuh mereka berempat berhenti di samping kiri kanan di hadapan Ti Then, malaikat iblis dengan bersenyatakan prdang yang berdiri paling tengah agaknya merupakan Lotoa dari keempat orang itu, dia dengan cepat memberi tanda kedipan kepada ketiga orang lainnya, kemudian dengan cepat melancarkan satu serangan ke depan. Suatu serangan dengan jurus Hek Hauw sim atau macan hitam mencuri hati melanda datang mengancam jantung Ti Then.

Tubuh Ti Then cepat-cepat berputar kemudian mengangkat kaki kirinya menendang gagang pedang tersebut diikuti ujung pedangnya diputar menusuk ke belakang dengan cepatnya.

Malaikat iblis yang menerjang Ti Then dari sebelah belakang adalah malaikat iblis yang menggunakan golok penyapu angin sebagai senyata Agaknya sama sekali dia tidak menduga kalau Ti Then bisa menggunakan serangan tersebut di dalam pembukaan serangannya. di dalam keadaan yang sangat terkejut dengan cepat kakinya melangkah ke samping menghindarkan diri kurang lebih tiga depa dari tempat semula bersamaan pula golok penyapu anginnya dengan kekuatan yang luar biasa menyambar lutut kanan Ti Then.

Malaikat iblis yang bersenyatakan toya serta trisula itu dengan menggunakan arah sebelah kanan serta sebelah kiri bersama-sama melancarkan serangan secara berbareng.

Pertempuran kali ini masing-masing melancarkan serangan dengan secara diam-diam sehingga semakin bergebrak semakin seru dan semakin ganas, keempat malaikat iblis itu sampai kini hanya menitik beratkan gerakan menyerang saja tanpa menghiraukan pertahanan sendiri, sehingga mereka berempat bagaikan menyambarnya angin taupan serta curahnya hujan deras tak henti-hentinya melancarkan serangan dahsyat mengancam seluruh tubuh Ti Then-

Agaknya Ti Then betul-betul didesak oleh pihak musuhnya sehingga keadaannya sangat bahaya sekali dan tidak ada kesempatan untuk melancarkan serangan balasan, tetapi setiap kali dia menemui serangan yang membahayakan setiap kali pula bisa di punahkan dengan sangat mudahnya.

Di dalam sekejap saja lima puluh jurus sudah berlalu dengan cepat, walau pun kelihatannya keempat malaikat iblis itu berada di atas angin tapi ujung senyata mereka jangan dikata mengenai tubuh Ti Then sekali pun menowel pun tidak sanggup. Sambil menonton jalannya pertempuran ini Wi Ci To semakin senang segera dia menoleh ke arah Huang puh Kian Pek dan ujarnya dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara.

"Perkataanku tadi sedikit pun tidak salah, dia memang sengaja menyembunyikan kekuatan sesungguhnya"

"Entah apa tujuannya yang sebenarnya" ujar Huang puh Kian Pek dengan air muka penuh tanda tanya.

"Hee . . hee . . . . mungkin dia takut memukul rumput mengejutkan ular" sekali lagi Huang puh Kian Pek mengerutkan alisnya rapat-rapat.

"Buat apa harus berbuat begitu" sahut Wi Ci To sembari tertawa. "Coba kau pikir jika kita bertiga harus sekaligus melawan mereka dua puluh orang, apa mungkin bisa peroleh kemenangan?"

Agaknya Huang puh Kian Pek dapat dibikin paham, segera dia mengangguk. "Benar" sahutnya sambil tertawa.

"Jika mereka dua puluh orang bersama-sama turun tangan, maka kita bertiga pasti akan dikalahkan"

"Karena itulah dia harus bunuh beberapa orang terlebih dahulu, tapi jika dia tidak sedikit menyembunyikan kekuatan sesungguhnya si anying langit Rase bumi pasti tidak akan kirim para malaikat iblisnya lagi untuk bergebrak melawan dia."

Pada air muka Huang puh Kian Pek tanpa terasa sudah mulai menampilkan suatu senyuman.

"Orang ini sangat pandai sekali, memang merupakan orang aneh yang sukar ditemui di dalam Bu lim" ujarnya. "Hanya sayang pikirannya tidak genah, kalau tidak suheng pasti akan terima dia sebagai menantu tercinta"

" Kenapa tidak. ." seru Wi Ci To sembari menghela nafas panjang. "Apa suheng betul-betul mau menahan dia untuk meneruskan jabatannya sebagai Kiauw tauw dari benteng kita??" tanya Hung Puh Kian Pek lagi.

"Tidak, tadi aku terus menahan dia untuk tetap sebagai Kiauw tauw Benteng kita maksudnya adalah. ."

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar