Pendekar Patung Emas Jilid 07

 
Jilid 07

Mendadak Wi Lian In angkat kepalanya, sambil tersenyum manis ujarnya. "Semula kamu bilang tidak mau keluar, kenapa sekarang datang ke sini juga??"

"Sewaktu cuaca mendekati gelap cayhe sedang dahar dengan Hu Pocu di ruangan dalam, ketika itulah Cun Lan datang melapor kalau nona belum pulang juga, Hu pocu merasa tidak tenteram hatinya, maka mengajak aku naik ke atas gunung untuk mencari nona".

Ketika Wi Lian In mendengar dia keluar bersama-sama dengan Hu Pocu seperti juga baru saja meneguk secawan arak yang tidak punya rasa, senyuman dibibirnya segera lenyap tanpa bekas, ujarnya dengan nada sedikit tidak senang. "Ooh kiranya begitu, dimana Hu Pocu?"

"Dia berpisah dengan cayhe untuk masing-masing menggunakan arah yang berlainan menuju ke puncak selaksa Buddha, saat ini mungkin dia sedang mencari nona di atas puncak"

"Heemm. . buat apa aku pergi ke puncak selaksa Buddha?" Mendengar perkataan itu Ti Then tersenyum sahutnya:

"Ketika kami tidak menemukan nona di dasar tebing di belakang kuil puncak emas maka dalam anggapan kita tentunya nona pergi ke puncak selaksa Buddha"

"Hmm. . ." ujar Wi Lian In sambil mencibirkan bibirnya. "Bilamana aku mau cari jalan pendek tebing di belakang kuil itu sudah cukup bagiku, buat apa menaiki puncak selaksa Buddha ini.

." "Tapi aku lihat nona tidak akan mengambil jalan pendek lantaran dia bukan??"

"Lantaran dia? Hemm aku tidak akan sebodoh itu, pagi tadi aku sudah bilang sedikit pun hatiku tidak sedih"

"Ayoh jalan, kita harus cari Hu Pocu untuk bersama-sama pulang ke dalam benteng."

Wi Lien In segera mengelitkan tubuhnya ke samping, ujarnya: "Aku masih tidak ingin pulang, aku mau duduk di sini melihat

bulan." sambil berkata tubuhnya mendekati ke samping sebuah batu cadas yang besar kemudian duduk di sana tidak bergerak lagi. Ti Then menjadi melengak, tanyanya.

"Apanya yang bagus melihat bulan?" "Aku memangnya senang melihat"

"Kalau begitu aku pergi cari Hupocu dulu, kemudian baru menjemput nona untuk pulang bersama-sama " .

"Kalian tidak usah cari aku lagi, sewaktu hatiku gembira aku bisa pulang sendiri". Ti Then menjadi geli, ujarnya sambil tertawa.

"Hei Nona selalu bilang hatinya tidak sedih, tetapi jika ditinyau dari sikap nona sekarang ini ."

"Aku betul-betul tidak sedih" potong Wi Lian In dengan cepat, "Aku hanya mau duduk di sini melihat bulan, kamu jangan bicara sembarangan."

"Jika pikiran nona menjadi buntu" ujar Ti Then lagi sambil tertawa "Lalu terjun ke bawah, bagaimana aku harus beri tanggung jawabnya di depan Hu Pocu, lebih baik ikut aku pulang saja."

Agaknya Wi Lian In sudah ambil keputusan bulat, dengan sikap seorang nona besar tangannya dikempitkan satu sama lainnya dan tidak berbicara lagi. Agaknya Ti Then sendiri juga takut kalau dia terjunkan diri ke dalam jurang. Karena itu dia tetap berada di sana, dengan perlahan tubuhnya mulai bergeser dan duduk di samping tubuhnya ujarnya kemudian: "Baiklah, cayhe akan menemani nona melihat bulan"

"Kau ikut duduk di sini melihat bulan jika sampai diketahui orang lain, apa kamu tidak takut kata-kata cemoohan?" ujar Wi Lian In dengan nada menyindir.

"Tidak takut" ujar Ti Then terus terang "Kali ini aku keluar bersama-sama dengan Hu pocu untuk mencari nona."

"Tapi aku mau duduk di sini sampai hari terang kembali."

"Tidak ada halangan, sekali pun mau duduk beberapa hari lagi aku juga tetap akan menemanimu, hanya saja dengan demikian. .."

" Kenapa ?"

Ti Then tersenyum, sahutnya dengan keras.

"Dengan demikian semua pendekar di dalam benteng akan tahu kalau nona masih rindu padanya"

Sebetulnya Wi Lian In merupakan seorang nona yang mem punyai sifat keras hati tetapi mendengar perkataan ini segera meloncat bangun ujarnya. "Baiklah, mari kita pulang"

Ti Then tersenyum, dengan cepat tubuhnya bangkit kembali dan mengikuti dari belakang tubuhnya.

Kedua orang itu dengan cepatnya berlari menuju ke puncak selaksa Buddha, baru saja memusatkan seluruh perhatian mencari jejak Huang puh Kian Pek, terlihatlah dari sebuah jalanan kecil Huang puh Kian Pek dengan cepatnya berlari mendatangi.

Begitu dia melihat Ti Then berhasil menemukan Wi Lian In, hatinya menjadi sangat girang, ujarnya sambil tertawa. "Hei budak kamu lari kemana?"

"Nona Wi sedang menikmati keindahan bulan dibatu cadas sebelab sana" ujar Ti Then sambil menunjuk ke arah cadas tersebut.

Huang Puh Kian Pek menjadi tercengang, tanyanya. "Bagaimana Ti Kiau tauw bisa tahu dia berada di sana?"

"Karena mendengar suara pertempuran yang seru membuat boanpwe tertarik dan lari ke sana?"

Air muka Huang puh Kian Pek menjadi berubah sangat hebat, sambil melotot ke arah Wi Lian In tanyanya. "Kamu bertempur dengan siapa?"

"Hong Mong Ling."

"Apa? Dia belum meninggalkan tempat ini?" tanya Huang puh Kian Pek dengan sangat terkejut. "Bagaimana kamu bisa bentrok dengan dia?"

Segera Wi Lian In menceritakan pengalamannya itu, ketika bercerita sampai tubuhnya diserat Hong Mong Ling ke dalam gua tak tertahan lagi dia menangis tersedu-sedu. Huang puh Kian Pek menjadi sangat gusar, ujarnya kepada Ti Then. "Ti Kiauwtauw kenapa melepaskan dia pergi?"

"Mong Ling heng sudah salah paham terhadap diri boanpwe, jika kini boanpwe tidak melepaskan dia pergi maka kesalah pahaman ini akan semakin mendalam."

"Manusia rendah seperti itu seharusnya Ti kauw tauw tidak usah memikirkan kesalahan pahaman itu lagi."

Ti Then hanya tersenyum saja tanpa memberikan jawaban. "Jalan, mari kita pulang ke dalam benteng Lohu akan kirim orang

untuk menawan dia kembali."

Ketika mereka bertiga sampai di dalam benteng Pek Kiam Po hari sudah menunjukkan tengah malam, Huang puh Kian Pek segera mengirimkan lima orang pendekar pedang merah untuk mengejar dan menawan Hong Mong Ling kembali kemudian memerintahkan pula untuk menyediakan arak dan sayur yang masih hangat, sesudah dahar bersama-sama dengan Ti Then dan Wi Lian In masing-masing baru kembali kekamar sendiri-sendiri untuk beristirahat. Ti Then sekembalinya di dalam kamar tidak langsung buka pakaian untuk istirahat, karena dalam hatinya dia sudah ambil keputusan untuk menyelidiki loteng penyimpan kitab itu.

Sesudah memadamkan lampu mulailah dia duduk bersemedi, dalam hati dia punya rencananya menanti sesudah kentongan ketiga baru keluar kamar untuk mulai dengan gerakannya.

Tetapi baru saja bersemedi beberapa saat lamanya mendadak dalam benaknya berkelebat suatu ingatan yang sangat menarik sekali?

Teringat olehnya Wi Ci To atau dalam anggapan Ti Then merupakan Majikan patung emas itu sudah tidak berada di dalam benteng, sebaliknya majikan patung emas itu pernah bilang selamanya akan bersembunyi di dalam benteng Pek Kiam Po ini, dia pun bilang kalau punya urusan penting harus menyalakan lampu dan mengetuk tiga kali di depan jendela, kini Wi Ci To sudah tidak berada di dalam benteng Pek Kiam Po, kenapa dirinya tidak mengadakan hubungan dengan dia?

Ha ha ha ... . Tentu dia tidak akan tahu kalau aku sedang mengadakan hubungan dengan dia, dengan demikian dirinya bisa membuktikan kalau dia adalah majikan "patung emas", lain kali ketika bertemu dengan dia lagi membikin malu dirinya.

-0000000-

Sesudah mengambil keputusan, segera dia meloncat turun dari atas pembaringan.

Dia mencari korek api dan menyulut lampu yang sudah tersedia di dalam kamar itu, dengan perlahan lampu tersebut dibawa ke samping jendala dan mulai mengetuk sebanyak tiga kali.

setelah semuanya selesai barulah dia memadamkan kembali lampu tersebut dan meloncat naik ke pembaringan untuk mulai bersemedhi kembali, dia merasa perbuatannya ini sangat menggelikan sekali, dalam hati diam-diam tersenyum, pikirnya. Jika kamu bisa melihat tandaku ini berarti kau bukan manusia tapi setan."

Ternyata benar juga satu jam sesudah tanda itu dibunyikan majikan patung emas belum juga dia memunculkan diri untuk bertemu. saat itu cuaca mendekati kentongan ketiga.

Dengan perlahan dia membuka matanya dan siap turun dari atas pembaringan.

Tetapi baru saja matanya dibuka tubuhnya segera tergetar dengan sangat kerasnya, bahkan hampir-hampir saking kagetnya dia menjerit.

Kiranya di depan pembaringan berdirilah sebuah patung emas dengan agungnya.

Patung emas itu tetap seperti patung emas yang ditemukannya ketika berada dalam gua cupu- cupu di atas gunung Lo Cin san.

Dengan angkernya dia berdiri di depan pembaringannya tanpa mengeluarkan sedikit suara pun, keadaannya begitu menyeramkan membuat seluruh bulu roma Ti Then pada berdiri. Karena dalam hati Ti Then sudah punya "Perhitungan" karenanya tidak sampai jatuh pingsan saking kagetnya tapi wajahnya tetap sudah berubah menjadi pucat pasi bagaikan mayat, hatinya berdebar dengan sangat keras, sama sekali tidak terduga olehnya kalau majikan patung emas Wi Ci To bisa muncul dengan demikian misterius? Apa mungkin Wi Ci To bukan majikan patung emas itu.

Baru saja dia pikirkan persoalan ini mendadak dalam telinganya berkumandang masuk suara yang dikirim dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara, ujarnya: "Ti Then kamu cari aku ada urusan apa?"

Tangan kanan dari patung emas yang berdiri di hadapannya diangkat sedikit ke atas seperti yang membuka mulut berbicara itu adalah "Dirinya"

Ti Then angkat kepalanya memandang ke atas, dia sudah dapat melihat kalau patung emas itu diturunkan dari atas atap. atap di atasnya kini sudah terbuka lebar tetapi selain sepuluh utas tali bewarna hitam yang terjulur dari atas atap tak dapat terlihat sedikit bayangan tubuh dari majikan patung emas itu.

Ketika majikan patung emas yang bersembunyi di atas atap rumah itu tidak mendengar suara jawaban dari Ti Then di anggapnya Ti Then masih tertidur, dengan menggunakan patung emasnya yang dimajukan satu langkah ke depan kaki Ti Then di tepuknya beberapa kali, ujarnya lagi dengan lembut: "Ti Then, cepat bangun."

Tidak tertahan lagi Ti Then menjadi tertawa geli, ujarnya sambil menengok ke atas.

"Aku tidak tertidur."

Patung emas itu segera ditarik kembali ketempat semula kemudian terdengar suara dari majikan patung emas itu berkumandang kembali: " Kalau begitu cepat katakan maksudmu."

Sebetulnya Ti Then memang tidak punya persoalan yang hendak ditanyakan, mendengar perkataan itu sambil menggaruk-garuk kepala ujanya: "Aku kira kau sudah keluar benteng."

"Hemm. . kenapa aku harus keluar benteng??" tanya majikan patung emas itu dengan dingin.

"Aku kira kau pergi mencari Hong Mong Ling."

Majikan patung emas yang berada di atas atap rumah itu berdiam diri beberapa saat lamanya kemudian barulah ujarnya dengan perlahan:

"Sungguh lucu ..... sungguh lucu, kau tetap mencurigai aku adalah Wi Ci To itu" Ti Then tidak mau mengakui kebenaran kata- kata itu, sahutnya dengan perlahan. "Tidak. aku mengira kau juga ikut mengejar Hong Mong Ling kemudian membasminya"

"Kamu sudah berhasil merusak perkawinan antara dia dengan Wi Lian In, buat apa aku harus cari dia?" "Kamu lihat bagaimana dengan kemajuanku ini?" tanya Ti Then sambil tertawa.

"Tidak perlahan, tetapi agaknya kamu tidak terlalu senang untuk bergaul kembali dengan Hong Mong Ling, apa maksudmu ini?"

"Hanya dengan berbuat begini nona Wi baru tidak merasa curiga kalau aku sedang merusak perhubungan cintanya dengan Hong Mong Ling, dengan begitu barulah dia menaruh simpatik kepadaku, dia baru tertarik padaku."

"Ehmmm . . baiklah" ujar majikan patung emas sesudah berpikir sebentar.

"Semakin cepat semakin baik, lain kali kalau dia beri tanda menaruh cinta padamu kamu orang, tidak boleh berpura-pura lagi."

"Aku mau ajak kamu rundingkan sesuatu hal." "Rundingkan urusan apa?"

"Kamu menyuruh aku memperistri nona Wi sudah tentu punya tujuan tertentu, tetapi apakah mengharuskan sesudah aku berhasil memperistri dirinya terlebih dahulu baru bisa mencapai tujuanmu?"

"Tidak salah"

"Tujuanmu apa tersimpan didalan loteng penyimpanan kitab dari Wi Ci To itu" tanya Ti Then lagi.

"Bukan"

"Sungguh bukan ?"

"Hmmm . . . harap kamu orang perhatikan, kamu hanya merupakan sebuah patung emas yang sedang melaksanakan pekerjaanku, benar atau bukan kamu tidak punya hak untuk mengetahuinya "

"Kamu salah tangkap" ujar Ti Then sambil tersenyum. "Maksudku jika benda yang kamu inginkan terdapat ditengah loteng penyimpanan kitab itu, aku bersedia carikan benda itu keluar sehingga tidak perlu merusak dan merugikan nama baik dari seorang nona"

"Tidak mungkin tidak mungkin     kamu jangan sekali-kali masuk

loteng penyimpan kitab itu"

"Kenapa?" tanya Ti Then tercengang.

"Karena begitu kamu masuk ke dalam jangan harap bisa keluar dalam keadaan hidup"

" Kenapa?" tanya Ti Then dengan penuh keheranan "Apa di dalam loteng penyimpan kitab itu tersembunyi alat rahasia yang sangat lihay?"

"Benar"

"Asalkan sedikit berhati-hati."

"Sekali pun kamu berhati-hati bagaimana macam pun tidak berguna" potong majikan patung emas itu dengan cepat, "Loteng penyimpan kitab itu sampai aku sendiri pun tak berani masuk apalagi kamu, kecuali kamu sudah bosan hidup,"

"Ooh tidak kusangka sama sekali kalau alat-alat rahasia di dalam loteng penyimpan kitab itu sangat sukar untuk dilalui sehingga kamu sendiri pun tak berani masuk .."

"Aku beritahu padamu lagi, Wi Ci To sekarang sedang bersembunyi di dalam loteng penyimpan kitab itu, begitu kamu masuk maka semua urusan akan menjadi berantakan"

"Hai? Bukankah Wi Ci To sudah ke luar Benteng??" tanya Ti Then dengan sangat terkejut.

"Dia pura-pura meninggalkan benteng kemudian secara diam- diam kembali ke dalam benteng kembali dan bersembunyi di dalam loteng penyimpan kitab itu."

Dalam hati tidak tertahan lagi Ti Then merasa bergetar dengan sangat keras, sambil menjerit kaget ujarnya:

"Oooh Thian. apa tujuannya dengan berbuat begitu?" "Menanti kamu masuk ke dalam jebakan" "Oooh "

"Dia sudah menaruh perasaan curiga kalau Lu Kongou itu adalah hasil samaranmu, semakin mencurigai kalau tujuanmu berada dalam loteng penyimpanan kitabnya maka dengan pura-pura beralasan hendak mengejar Hong Mong Ling dan mengatakan pula kepada Hu Pocu untuk membuktikan Lu Kongeu apa benar hasil penyamaranmu, bersama-sama si pedang pemetik bintang Hung Kun meninggalkan benteng, padahal yang betul-betul ke kota Tiang An hanya Hung Kun seorang, sedang dia sendiri secara diam-diam kembali lagi ke dalam benteng dan bersembunyi di dalam loteng penyimpan kitab itu, karena itulah, jika kamu memasuki loteng penyimpan kitabnya maka dengan begitu keadaanmu akan segera tertangkap basah."

"Sungguh berbahaya sekali kalau begitu, barang apa yang disembunyikan di dalam loteng penyimpan kitabnya itu sehingga Hu pocu serta putrinya sendiri juga tidak boleh masuk?"

"Aku juga tidak tahu"

"Tidak mau beritahu padaku atau tidak tahu?" "Tidak tahu"

"Baiklah" ujar Ti Then kemudian "Baiklah kita bicara persoalan semula, kalau memangnya dia sudah merasa curiga kalau Lu kongcu itu adalah hasil penyamaranku, bagaimana mau menjodohkan putrinya kepadaku?"

"Dia hanya merasa curiga saja, sampai saat ini juga masih belum berani memastikan kalau Lu kongcu itu adalah hasil penyamaranmu.

Begitu si pendekar pemetik bintang Hung Kun itu sampai dikota Tiang An, segera akan diketahui olehnya kalau Lu kongcu adalah aku"

" Urusan ini aku akan uruskan, kamu orang tidak usah merisaukan" sahut majikan patung emas cepat. "Kamu mau bunuh itu pendekar pemetik bintang Hung Kun"

"Tidak" sahutnya perlahan. "Bunuh dirinya bukan merupakan penyelesaian yang tepat, terus terang saja aku beritahu padamu aku sudah kirim orang yang menyamar persis seperti kamu untuk menyamar sebagai Lu kongcu dan muncul di hadapan Hung Kun, dengan demikian Hung Kun akan balik ke dalam Benteng untuk melaparkan pada Wi Ci To kalau Lu Kongcu itu memang persis seperti kau, dengan demikian Wi Ci To tidak akan mencurigai dirimu lagi."

"Pendapat yang sangat bagus"

"Sekali lagi aku beri tahu pada mu" ujar majikan patung emas itu dengan keren.

" Kecuali Wi Ci To dengan rela hati mengajak kamu memasuki loteng penyimpanan kitabnya, jangan sekali-kali kamu berani mencuri masuk."

"Baiklah"

"Masih ada lagi, jangan bertindak diluar garis yang sudah ditentukan, hari kedua sesudah kamu memasuki benteng, Wi Ci To sudah mengirim empat pendekar pedang merah yang siang malam terus menerus mengawasi gerak gerikmu. sekarang mereka berada di belakang kamarmu."

"Oooh    aku tidak sangka dia bisa berlaku demikian . ."

"Pokoknya. ." potong majikan patung emas itu lagi "sejak ini hari asalkan dengan setulus hati dan sejujurnya kamu bergaul dengan Wi Lian In sudah cukup, jika tidak mendapat petunjukku jangan bertindak secara gegabah."

"Baiklah"

"Ada persoalan lain yang mau ditanyakan lagi ?"

"Ada dua persoalan, Pertama kalau memang Wi Ci To sudah mengirim empat orang pendekar pedang merah untuk mengawasi gerak gerikku dari luar kamar bagaimana mereka tidak bisa menemukan dirimu berada di atas atap kamarku ini ?"

"Hemm . . . kamu berani tanya gerak gerikku." "Hanya ingin tahu saja"

"Sudah tentu aku punya cara untuk membuat mereka tidak tahu, apa pertanyaanmu yang kedua?"

"Ehmm ... " sahut Ti Then perlahan, "Kamu bilang Wi Ci To bersembunyi di dalam loteng penyimpan kitab, tahukah kamu dia akan bersembunyi di dalam loteng penyimpan kitab itn seberapa lama"

"Dia membawa air serta rangsum kering dalam jumlah yang banyak. kemungkinan selama satu bulan lamanya.

"Tujuannya apa sedang menunggu aku masuk ke sana atau tidak??"

"Benar" sahutnya sambil tersenyum tawa, begitu dia membuktikan kalau kamu tidak punya maksud jahat, maka dia akan menaruh penghargaan tinggi terhadap dirimu, kemungkinan sekali tanpa membuang banyak waktu akan menjodohkan putrinya kepadamu."

"Begitu kamu teringat sesuatu siasat untuk mencapai tujuanmu tanpa membutuhkan aku kawin dengan nona Wi, harap cepat-cepat beritahu padaku."

"Sama sekali tidak ada, kamu harus kawin dengan Wi Lian In."

Berbicara sampai di sini dengan cepat majikan patung emas menarik kembali patung emasnya, siap meninggalkan tempat itu.

Dengan amat teliti sekali Ti Then memperhatikan patung emas itu ditarik ke atas hingga sampai melihat majikan patung emas itu menariknya ke atap kemudian terlihat pula dua buah tangan yang sangat samar menutup kembali atap itu seperti sedia kala. Kedua tangan itu sudah tentu tangan dari majikan patung emas itu. Dengan sekuat tenaga Ti Then memandang tajam ke atas, tetapi tetap tidak berhasil memandang jelas kedua buah tangannya bahkan dia sama sekali tidak bisa melihat tangan itu milik seorang pria atau atau milik seorang wanita.

sungguh hingga kini dia lama sekali tidak tahu majikan patung emas itu seorang lelaki atau perempuan karena nada suara dari majikan patung emas itu jika didengar boleh dikata mirip seorang lelaki tetapi boleh dikata mirip seorang perempuan.

Dengan termangu-mangu dia memandang ke atap rumah hingga majikan patung emas serta patung emasnya hilang lenyap. tapi dalam otaknya berputar terus, semakin berpikir, semakin bingung . .

.

Yang membuat dia paling terkejut adalah Wi Ci To itu ternyata bukan majikan patung emas itu, selama itu dia selalu menganggap Wi Ci To adalah majikan patung emas itu,

tetapi sekarang mau tak mau harus mengakui kalau dugaannya itu sama sekali salah besar, karena jika majikan patung emas itu adalah Wi Ci To maka dia tidak akan memberitahukan jejaknya kepada dirinya.

Sekali pun hal ini bisa diartikan Wi Ci To takut dirinya menerjang masuk ke dalam loteng penyimpan kitabnya maka sengaja berkata untuk menakuti dirinya tetapi jika dirinya benar-benar nekad menerjang masuk ke dalam loteng penyimpanan kitab itu, walau pun kemungkinan bisa keluar dalam keadaan hidup, hidup tetapi dirinya tentu akan diusir keluar, dengan begitu bukankah tujuannya akan menjodohkan dirinya dengan putrinya itu akan berantakan, Maka Wi Ci To terbukti bukanlah majikan patung emas itu.

Kalau Wi Ci To bukan majikan patung emas itu, lalu siapakah majikan patung emas yang sebenarnya? Apa Hu pocu Huang puh Kian Pek?

Tidak. Tadi majikan patung emas sudah bilang kalau Wi Ci To secara diam-diam kembali ke dalam benteng dan bersembunyi di dalam loteng penyimpanan kitab pada malam tadi, sebaliknya malam tadi Huang Puh Kian Pek sedang keluar benteng mencari Wi Lian In, dia tidak akan tahu kalau Wi Ci To sudah kembali ke dalam benteng sehingga tidak mungkin pula kalau dia adalah majikan patung emas. Lalu siapa yang mirip sebagai majikan patung emas itu??

Jika dia bukan salah satu anggota benteng Pek Kiam Po ini bagaimana bisa bersembunyi di dalam benteng begitu lama tanpa ditemui orang lain? Berpikir sampai di situ Ti Then hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, dia merasa sekali pun dipikir lebih lama juga tidak ada gunanya, dia segera melepaskan sepatu danpakaiannya untuk beristirahat.

Dia mengambil keputusan untuk mendengar perkataan majikan patung emas, tidak pergi ke loteng penyimpanan kitab itu.

Suatu pagi hari yang cerah muncul kembali, sinar matahari yang cerah menyinari kembali seluruh jagat raya.

Ti Then tepat waktunya sudah tiba ditengah iapangan latihan silat untuk memberi pelajaran silat kepada Wi Lian In serta Yuan Ci Liong sekalian delapan orang pendekar pedang merah.

Setiap hari dia memberi pelajaran hingga siang hari, sore harinya para pendekar pedang merah itu melakukan latihannya sendiri- sendiri, keadaan ini hari pun sama halnya sesudah memberi latihan hingga siang barulah dia pergi dahar, bersama sama dengan Huang Puh Kian pek.

"Ti kauw tauw" kamu paham main catur?"

"Ahh-sedikit-sedikit saja, cayhe dengar pocu sangat lihay di dalam permainan catur?"

"Benar" sahut Huang puh Kian Pek sambil mengangguk. "suhengku memang sangat gemar main catur, permainannya boleh dikata sangat lihay sehingga sukar untuk dicarikan tandingannya "

" Kalau begitu, permainan catur Hu Pocu juga tidak jelek" ujar Ti Then sambil tertawa. "Tidak bisa. . tidak bisa" ujar Huang puh Kianpek sambil gelengkan kepalanya kembali "Walau suhengku sudah mengalah tiga biji catur kepadaku, lohu masih tidak sanggup untuk bertahan."

"Jika ini hari Hu Pocu tidak punya kerjaan, bagaimana kalau memberi petunjuk satu permainan kepada diri boanpwe?"

"Petunjuk dua kata lohu tidak berani terima, mari kita main satu kali untuk menentukan kelihaian masing-masing saja."

Demikianlah Huang puh Kian Pek segera memerintahkan bawahannya menyediakan alat-alat catur, dengan Ti Then memegang biji hitam mereka berdua mulailah bermain catur sambil bercakap-cakap.

Sesudah berjalan puluhan kali, masing-masing saling bertukar pandangan satu kali dan masing-masing memperlihatkan senyuman gembiranya.

Kiranya permainan catur dari kedua orang itu seimbang, bahkan masing-masing gemar memainkan catur dengan bany k penyerangan sehingga dengan demikian semakin bermain semakin menarik dan semakin menggembirakan.

Dikarenakan permainan catur yang seimbang inilah membuat mereka berdua tidak ada yang mau mengalah satu tindak pun., setiap bertemu dengan keadaan kritis mereka tidak ada yang mau membuang begitu saja karena itulah begitu satu permainan selesai harus membuang waktu selama dua jam lamanya.

Akhirnya biji hitam yang memenangkan permainan itu.

Dengan air muka yang sudah berubah merah padam ujar Huang puh Kianpek:

"Ti kauw tauw sungguh pandai baik dalam Bun mau pun dalam Bu, tidak kusangka permainan catur pun sangat lihai sekali"

"Mana mana . ." ujar Ti Then sambil tersenyum. "sekali pun boanpwe menang satu tindak tetapi jika ditinyau permainannya Hu Pocu jauh lebih tinggi satu tingkat karena boanpwe bermain terlebih dulu"

Agaknya Huang puh Kian Pek sendiri merasa kalau dirinya seharusnya memang menang, sambil tersenyum lalu sahutnya: "Bagaimana kalau bermain satu kali lagi?"

"Baiklah."

Huang puh Kian Pek segera memindahkan biji putihnya kepada Ti Then, ujarnya lagi .

"Mari kita bicarakan siapa dahulu siapa terakhir, kali ini seharusnya kamu memegang biji putih"

Ti Then dengan mendorong kembali biji itu kepadanya, ujarnya sambil tertawa.

"Tidak berani, lebih baik kita main sekali lagi, lihat-lihat bilamana beruntung boanpwe menang lagi barulah kita tentukan"

Huang puh Kian Pek tidak menampik lagi sehingga mereka berdua sekali lagi bermain catur.

Kali ini Huang puh Kian Pek punya niat untuk memperoleh kemenangan karenanya permainannya bersungguh-sungguh, selamanya harus membuang waktu yang lama untuk majukan sebiji caturnya pun karenanya permainan ini sangat lambat.

Wi Lian In yang mendengar mereka berdua sedang bermain catur, dengan amat seru datang juga untuk melihat pertempuran itu, bahkan berkali-kali dia memberi pendapatnya kepada Ti Then, hanya sayang karena permainannya yang rendah sehingga seluruh pendapatnya hanya merupakan catur-catur busuk saja. Baru permainan hingga pertengahan, cuaca sudah mendekati gelap kembali. Ujar Huang puh Kan Pek mendadak:

"Permainan ini mungkin baru selesai tengah malam, lebih baik kita dahar dahulu baru melanjutkan permainan ini."

Sudah tentu Ti Then tidak menampik, ke tiga orang itu bersama- sama pergi dahar di ruangan dalam baru mereka berdahar datanglah lima orang pendekar pedang merah menghadap Huang puh Kian Pek.

Mereka adalah kelima orang yang menerima perintah untuk menangkap Hong Mong Ling kemarin malam.

Tanya Huang Puh Kian Pek begitu melihat mereka menghadap di depannya. "Bagaimana? Sudah menangkap dia kembali?"

"Belum" sahut seorang pendekar pedang merah diantara kelima orang itu, "Tecu sekalian berpencar mencari di sekeliling ratusan li tetapi tidak menemui jejaknya sama sekali"

"Baiklah, kalian boleh beristirahat" ujar Huang Puh Kian Pek sambil mendengus dingin.

Kelima orang pendekar pedang merah itu sesudah memberi hormat bersama-sama mengundurkan diri dari ruangan itu. Dengan gemas ujar Wi Lian In:

"Aku tidak percaya kalau dia bisa lari begitu jauh, lewat beberapa hari kemudian aku mau mencarinya sendiri"

"Lebih baik tunggu ayahmu kembali saja" ujar Huang Puh Kian pek sambil menghela napas panjang "Asalkan ayahmu punya niat untuk menawan dia, cukup mengeluarkan perintah "seratus pedang" maka seluruh pendekar pedang merah yang berkeliaran diluaran akan segera mengadakan penge pungan, tidak takut dia bisa terbang meloloskan diri."

"Heii . ." ujar Ti Then pula sambil menghela napas panjang, "Mong   Ling   heng   berkelana   diluaran,   cayhe   kira   bukan

merupakan suatu dosa yang besar, hanya saja niatnya untuk

memperkosa nona Wi kemarin malam merupakan suatu kejadian yang tidak seharusnya"

"Lohu juga tidak menyangka sama sekali kalau dia berani berbuat demikian kurang ajarnya, sungguh terkutuk manusia itu."

Sambil berdahar sambil bercakap-cakap sesudah selesai barulah bersama-sama kembali lagi ke ruangan tamu Wi Lian In yang menonton jalannya pertempuran yang seru itu dikarenakan permainan Huang Puh Kian pek yang sangat lama, hatinya tidak sabar lagi maka dia mengundurkan diri terlebih dulu ke dalam kamar.

Kini ditengah ruangan tamu hanya tinggal Huang Puh Kian pek serta Ti Then dua orang yang bermain catur dengan tenangnya, seluruh perhatian mereka berdua di pusatkan pada permainan itu sehingga tanpa terasa hari semakin larut malam.

Tidak salah lagi permainan catur itu berakhirpada tengah malam dan hasilnya sama-sama kuat.

Huang Puh Kian pek tersenyum ujarnya.

" Walau pun lohu sudah putar seluruh otak ternyata hasilnya sama kuat saja, kelihatannya untuk memenangkan dirimu buat lohu masih merupakan suatu perjalanan yang sangat rumit."

Ti Then hanya tersenyum saja, ujarnya merendah.

"Permainan yang ketiga ini boanpwe tentu akan menemui kekalahan."

"Heeei, sudah larut malam, lebib baik besok pagi saja, kita bertarung lagi untuk menentukan siapa menang siapa kalah."

Kedua orang itu dengan cepat membereskan biji-biji caturnya dan bertindak kembali kekamarnya masing-masing, mendadak dengan air muka terkejut Cun Lan itu budak dari Wi Lian In dengan tergesa-gesa lari masuk ke dalam ruangan, teriaknya: "Jiya Celaka, siocia hilang, nona sudah lenyap dari kamarnya" Huang Puh Kian Pek menjadi melengak sambil mengerutkan alis ujarnya: "Bagaimana bisa hilang lagi?" Dengan napas terburu-buru ujar Cun Lan lagi:

"sewaktu budakmu mau tidur mendadak dari kamar nona terdengar suara teriakan keras dengan cepat budakmu mengetuk pintunya tetapi tetap tidak dibuka, maka budakmu berputar ke belakang, dari sana melihat pintu jendela terbuka lebar-lebar sedang siocia sudah tidak ada di atas pembaringannya, agaknya . . . agaknya dia diculik orang."

Mendengar perkataan itu air muka Huanpuh Kiam Pek segera berubah hebat, tubuhnya dengan cepat berkelebat menuju ke halaman dalam, Ti Then pun mengikuti dari belakang menuju ke dalam, di dalam sekejap mata mereka berdua sudah tiba diluar kamar Wi Lian In, Huang Puh Kian Pek dengan cepat mendorong pintu kamar, ketika melihat pintu tersebut tidak bisa dibuka dengan cepat melancarkan satu serangan dahsyat membuat pintu tersebut hancur berantakan terkena angin pukulan yang sangat dahsyat itu. Di dalam kamar hanya terlihat lampu masih bersinar dengan terangnya.

Wi Lian In sudah tidak berada di dalam kamar bahkan selimut serta kain di atas pembaringan kacau balau tidak karuan, bantalnya terjatuh di atas tanah sedang jendela belakang terbuka lebar-lebar, jika ditinyau keadaannya memang benar dia sudah diculik orang.

Air muka Huang Puh KianPek berubah menjadi pucat pasi, teriaknya dengan keras:

"Tentu dia    tentu dia . ."

"Apa Mong Ling heng ????" tanya Ti Then terkejut.

"Bukan dia siapa lagi ??" ujar Huang Puh Kian Pek dengan sangat gusar. "Bangsat cilik, ternyata dia berani melakukan pekerjaan ini

..."

"Mari kita lihat ke halaman belakang." ujar Tri Then keras kemudian tubuhnya dengan cepat berkelebat keluar melalui jendela yang terbuka itu. Diluar jendela itu adalah sebidang kebun bunga yang sangat luas.

Huang Puh Kian Pek dengan cepat mengikuti dari belakangnya sesudah memeriksa dengan teliti setengah harian lamanya tetap tidak mendapatkan hasil sedikit punjua. Ujar Huang Puh Kian Pek lagi:

"Bukit sian Ciang Yen tidak mungkin bisa didaki olehnya, tentu dia melarikan diri melalui sebelah kiri atau kanan."

"Apa diluaran tidak ada saudara-saudara kita dari benteng yang menyaga?"

"Ada, di sebelah sana semuanya ada beberapa orang pendekar pedang hitam yang menyaga malam, hanya saja bangsat cilik itu memahami keadaan benteng kita dengan sangat jelas sekali, pendekar-pendekar pedang hitam itu tak akan bisa menemukan dia"

" Urusan tidak bisa berlarut-larut lagi, mari kita mencari dengan berpisah."

sehabis berkata tubuhnya dengan cepat berkelebat menuju kearah sebelah kanan dari kebun bunga itu.

0000

HUANG PUH KIAN PEK juga tidak berani berlaku ayal lagi, dengan Cepat tubuhnya berkelebat menuju kearah sebelah kiri dari kebun bunga itu, dua orang yang satu dari sebelah kiri dan yang lain dari sebelah kanan dengan kecepatan yang luar biasa dalam sekejap saja sudah keluar dari Benteng untuk melakukan pengejaran ke depan.

Begitu Ti Then keluar dari tembok benteng sebara diketahui oleh penjaga malam ditempat itu yaitu seorang pendekar pedang hitam, di karenakan cuaca yang begitu gelap membuat pendekar pedang hitam itu tidak sanggup melihat jelas kalau dia adalah Ti Kauw tauw, mereka sambil mengacungkan pedang panjang bentaknya dengan keras. "Kawan dari mana harap berhenti."

Dengan cepat Ti Then menghentikan langkah kakinya, sahutnya dengan perlahan. "saudara aku adanya."

Pendekar pedang hitam itu dengan cepat menubruk datang tetapi begitu  dilihatnya  orang itu adalah  Ti  Kauw  tauw mereka dengan gugup memberi hormat ujarnya: "Ooh kiranya Ti Kauw tauw adanya maaf . . . maaf."

"Kamu melihat seseorang yang melarikan diri dari sini."

Mendengar pertanyaan itu pendekar pedang tersebut menjadi sangat terperanyat, sahutnya. "Tidak ada? Apa ada musuh yang menyerang benteng?"

"Benar" sahut Ti Then sambil mengangguk "Nona Wi diculik orang."

"Haaa ? siapa yang menculik nona Wi?" tanya pendekar pedang hitam itu semakin terkejut.

"Tidak tahu, tetapi banyak kemungkinan hasil perbuatan dari Hong Mong Ling, cepat kumpulkan seluruh saudara yang berjaga disekitar tempat ini"

Dengan cepat pendekar pedang hitam memasukan jari tangannya ke dalam mulut membunyikan kedua kali suara suitan yang tinggi melengking, hanya cukup memakan walau sedikit sekali terlihatlah tiga orang pendekar pedang hitam dengan kecepatan yang luar biasa mendatang, melihat ketiga orang itu sudah tiba baru Ti Then bertanya lagi: "semua sudah kumpul?"

"Masih kurang Fan seng sam seorang" sahut pendekar pedang hitam itu dengan sikap tidak tenang.

Sinar mata Ti Then dengan eepat berkelebat dengan sangat tajamnya "Dia berjaga di sebelah mana?"

"Di bukit sebelah sana." sahut pendekar pedang hitam itu sambil menunjuk ke sebuah bukit ditempat kejauhan " sungguh heran, kenapa sampai sekarang belum datang juga?"

"Benar, mari kita pergi lihat."

sehabis berkata tubuhnya dengan sangat cepat sekali berkelebat menuju kearah bukit tersebut. Ketiga orang pendekar pedang hitam yang datang kemudian sama sekali tidak tahu kejadian apa yang sudah terjadi, sesudah mendengar cerita dari kawannya ini tidak terlahan lagi pada menjerit kaget, dengan cepat mereka mengikuti dari belakang tubuh Ti Then menuju kearah bukit itu.

Lima orang itu hanya di dalam sekejap saja sudah tiba ditengah hutan di atas bukit itu, terlihatlah d iba wah sebuah pohon besar pendekar pedang hitam yang disebut Fan seng sam itu duduk bersandar, agaknya dia sedang tertidur saking ngantuknya.

seorang pendekar pedang hitam dengan cepat maju ke depan menempak tubuhnya bentaknya dengan keras:

"Hey Fan seng Sam. Kamu orang cari mati yaah??"

Begitu tubuh Fan seng sam itu terkena tendangan, dengan cepat rubuh ke sebelah samping, saat itulah kelima orang itu baru menemukan kalau di depan dadanya sudah berubah merah karena menetesnya darah segar sangat deras, sedang dialas permukaan tanah pun kelihatan bekas darah yang bercucuran disekeliling tempat itu. "ooh Thian, dia sudah dibunuh."

Keempat orang pendekar pedang hitam itu tidak terasa lagi pada menjerit kaget secara berbareng.

Ti Then dengan perlahan berjongkok di samping mayat Fan seng sam itu dan mendorong tubuhnya hingga rubuh terlentang, terlihatlah darah segar didadanya masih tetap mengucur keluar dengan derasnya, melihat hal itu dia menggigit kencang bibirnya, ujarnya kemudian sesudah berpikir sebentar:

Jantungnya terkena tusukan yang sangat dahsyat bahkan pedang yang tergantung dipinggangnya belum sempat dicabut keluar, hal ini membuktikan kalau gerakan pedang orang itu sangat cepat sekali."

Berbicara sampai di sini dia angkat kepalanya memandang keempat pendekar pedang hitam itu tanyanya:

"Diantara kalian empat orang siapa yang jaraknya paling dekat dengan dia?" seorang pendekar pedang hitam diantara mereka segera maju ke depan, sahutnya: "Cayhe jaraknya paling dekat dengan tempat ini"

"Tadi kamu mendengar suara yang mencurigakan tidak?"

"sama sekali tidak dengar" sahut pendekar pedang hitam itu sambil gelengkan kepalanya.

Dengan cepat Ti Then bangkit berdiri, ujarnya:

"Baru saja Hu Pocu mengejar dari sebelah kiri kebun bunga itu, salah satu dari kalian cepat kejar dia kembali, sedang yang lain pergi melapor pada pendekar pedang merah yang ada di dalam Benteng, katakan kepada mereka kalau musuh melarikan diri dari sebelah sini."

sehabis berkata tubuhnya dengan cepat melayang ke atas dan berkelebat bagaikan kilat cepatnya diantara pohon-pohon yang tumbuh rapat disekitar tempat itu untuk mengejar ke depan.

Hatinya kali ini benar-benar merasa sangat cemas sekali karena kemarin malam Hong Mong Ling memangnya suduh punya rencana untuk memperkosa diri Wi Lian In, dia tahu jika dia tidak berusaha menolong secepat mungkin Wi Lian In dari cengkeraman Hong Mong Ling, maka suatu kejadian yang diluar dugaan akan segera terjadi.

Hong Mong Ling kini sudah berada di suatu sudut yang sangat terdesak. bukan saja dia bisa merusak perawan dari Wi Lian In, kemungkinan sekali sesudah memperkosa dirinya akan membunuh sekalian Wi Lian In untuk melenyapkan jejaknya.

Dengan kejadian ini jika dibicarakan dari sudut Ti Then boleh dikata dia tidak perlu melaksanakan perintah dari majikan patung emas lagi atau dengan perkataan lain dia tidak perlu merasa kesal karena harus memperistri Wi Lian In, tetapi pikiran Ti Then sokarang tidak mungkin akan berpikir demikian, dia tidak akan membiarkan seorang gadis yang sangat cantik sekali terjatuh ketangan seorang manusia seperti srigala ini. Dengan sekuat tenaga dia mengejar kearah jalan-jalan yang kemungkinan digunakan Hong Mong Ling untuk melarikan diri, sehingga gerakannya mirip dengan anak panah yang terlepas dari busurnya, sambil mengejar ke depan tak henti-hentinya dia memperhatikan gerak-gerik disekeliling tempat itu tetapi di dalam perjalanan tersebut sama sekali tidak ditemukan tempat-tempat yang mencurigakan.

Tidak lama kemudian dia sudah mengejar hingga ke bawah kaki gunuug Go bi san.

Di hadapannya terbantanglah sebuab tanah gersang yang sangat luas tak terlihat ujung pangkalnya.

Dengan cepat dia menghentikan larinya sambil memandang sekeliling tempat pikirnya: "Hmmm. . dia lari kearah mana?"

sesudah ragu-ragu sebentar dengan cepat dia memutuskan suatu arah yarg kemungkinan dilalui oleh Hong Mong Ling, dengan tanpa pikir panjang lagi dia melanjutkan pengejaran kearah sana.

Pengejaran ini tanpa terasa sudah melalui jarak sejauh ratusan lie hingga sampai diluar kota Hong Yu Sian sedang waktu itu hari sudah mulai terang.

Dia tahu Hong Mong Ling tidak akan berani masuk kota karena itulah sesudah berputar disekitar luar kota, dia mengambil suatu jalan kecil mencari kembali hingga atas gunung Go Bi san.

Akhirnya hasilnya sia-sia belaka.

Sekembalinya di dalam benteng Pek Kiam Po waktu menunjuktan siang hari, agaknya seluruh pendekar pedang dari benteng itu sudah dikerahkan keluar untuk mengadakan pencarian besar- besaran, hanya saja mereka mencarinya tidak sejauh Ti Then, karena itulah mereka jauh lebih pagi tiba di dalam benteng.

Huang Puh Kian Pek juga sudah tiba di dalam Benteng, Kini melihat Ti Then kembali, segera menyambut ke depan, tanyanya: "Bagaimana?" "Tidak ketemu." sahutnya sambil gelengkan kepalanya.

Huang Puh Kian Pak menjadi gemas bercampur mangkel, sambil menggosok tangan ujarnya:

"Lalu bagaimana baiknya? Lalu bagaimana baiknya??, kalau kita tidak bisa menolong dia kembali. ."

"Hu Pocu" potong Ti Then dengan cepat "Lebih baik kita rundingkan di dalam rumah saja"

Kedua orang itu segera masuk dalam benteng dan duduk ditengah ruangan tamu, sedang kedua puluh orang pendekar pedang merah   pun berjalan masuk. air muka pendekar-pendekar itu kelihatan sekali sangat murung, seperti semut-semut diwajan panas, Tanya Ti Then kemudian: "Hu Pocu kamu sudah mengejar sampai dimana?"

"Lohu mengejar sampai tepi sungai baru kembali, Ti Kaauw tauw bagaimana?"

"Boanpwe mengadakan pengejaran sampai luar kota Hong Yusian."

Huang puh Kian Pak menunjuk kearah ke dua puluh orang pendekar pedang merah itu, ujarnya lagi.

"Mereka pun mengadakan pengejaran dengan berpencar tetapi hasilnya kosong belaka"

"Hee. . dia membawa nona Wi melarikan diri, tentu gerakannya tidak akan sangat cepat, kita sekalian tidak bisa menemukan dirinya semuanya dikarenakan jalan yang dilalui untuk melarikan diri kita semua tidak tahu"

"Benar" sahut Huang puh Kian Pek sambil menghela napas panjang, "Hei bagaimana sekarang?"

"Mari kita merundingkan bersama-sama, menurut Ho Pocu sesudah dia menculik Nona Wi, bisakah menyembunyikan diri untuk sementara di sekeliling tempat ini atau mungkin melarikan diri sejauh-jauhnya? " Air muka Huang puh Kian Pek sedikit bergerak, sahutnya kemudian:

"Ehmmm, sudah tentu dia melarikan diri sejauh mungkin, tetapi dia pun harus tahu kalau kita bisa menggerakkan seluruh kekuatan kita di dalam benteng untuk melakukan pengejaran, maka itulah untuk sementara waktu dia bisa bersembunyi disekeliling tempat ini"

"Seluruh gunung apa sudah dicari semua?"

"Tidak dicari secara teliti, kemarin malam semua orang mengejar ke bawah gunung".

"Ehmmm. . ." ujar Ti Then sesudah berpikir sebentar. "Kalau begitu sekarang juga kita periksa seluruh gunung, semua pendekar pedang hitam, putih serta merah harus bergerak semua. Kita bicarakan lagi sesudah memeriksa dengan teliti semua tempat."

"Benar" sahut Huang Puh Kian Pek segera bangkit berdiri. "Ki Kiam su cepat kamu bunyikan lonceng mengumpulkan seluruh anggota pendekar pedang yang ada di dalam benteng di tengah lapangan latihan silat. "

si pendekar pedang pencabut sukma KiTong Hong segera menyahut dan meninggalkan ruangan itu dengan tergesa gesa.

Tidak lama kemudian serentetan suara lonceng yang mengalun dengan keras berkumandang di seluruh penjuru benteng.

T

i Then serta Huang puh Kian pek sekalian dengan cepat bangkit menuju ketengah lapangan latihan silat, Dengan tak henti-hentinya menghela napas panjang ujar Huang puh Kian pek.

"Hei, sungguh menjengkelkan sekali, tak kusangka di dalam Benteng kita bisa muncul seorang manusia rendah semacam ini.."

"Entah Pocu kita kapan baru kembali ??" Nyeletuk seorang pendekar pedang merah yang berada di sampingnya. "Heei .. paling cepat juga satu bulan lamanya." Mendadak Ti Then tersenyum ujarnya. "Bagaimana Hu Pocu berani memastikan kalau Pocu baru kembali satu bulan kemudian?"

saat itu Huang Puh Kian Pek baru teringat kalau sesaat Wi Ci To hendak meninggalkan Ti Then hendak mengejar Hong Mong Liong, kalau memangnya untuk mengejar Hong Mong Ling sudah tentu sangat sukar untuk ditemukan, kapan baru bisa kembali ke dalam Benteng, karena itulah sahutnya dengan sembarangan:

"Itu hanya merupakan dugaan Lohu saja, sekali pun suhengku tidak berhasil mengejar Hong Mong Ling, tetapi mungkin dia mengunjungi beberapa sahabat-sahabatnya"

Ti The hanya mengangguk saja tidak mengucapkan kata-kata lagi, sedang dalam hati pikirnya:

"Kelihatannya sampai Hu Pocu ini sendiri juga tidak tahu kalau saat ini Wi Ci To sedang bersembunyi di dalam loteng penyimpan kitabnya. Hemmm sekarang tentunya Wi Ci To sudah tahu kalau putrinya diculik tapi dia tetap saja tidak mau keluar dari tempat persembunyiannya, . . hatinya sungguh kejam. Pada saat pikirannya sedang berputar itulah semua orang sudah tiba ditengah lapangan latihan silat.

saat itu dua ratus orang pendekar pedang hitam serta pendekar pedang putih dengan sangat teratur berdiri di hadapan mimbar.

Huang puh Kian Pek segera menaiki mimbar, ujarnya dengan berat:

"saudara-saudara sekalian, sesudah Hong Mong Ling menculik pergi nona Wi, kemungkinan sekali dia belum meninggalkan daerah gunung Go bi ini, sekarang marilah kita sekali lagi memeriksa setiap jengkal dari tanah gunung Go bi ini, setiap tiga orang membentuk satu kelompik, sesudah mendengar pembagian segera berangkat mengerjakan perintah ini."

Dia berhenti sebentar kemudian sambungnya lagi:

"Dari pendekar pedang merah Ciauw It Hak. dari pendekar pedang putih Sha In seng serta dari pendekar pedang hitam The Ci Ho kalian tiga orang bertanggung jawab atas pencarian sekitar daerah goa pintu naga kuil selaksa tahun serta sekitar hutan puncak bangunan cepat pergi"

Cauw It Hak, Sha In seng serta The Ci Ho segera membungkukkan diri memberi hormat serunya:

"Menurut perintah"

Dengan cepat dipimpinnya barisan masing-masing untuk mulai melaksanakan tugas tersebut.

"Tong Khie Peng, Jan Liang, Tau it Cin seag kalian bertiga bertanggung jawab atas pemeriksaan sekitar daerah kuil harimau tunduk. loteng Cin Eng Ki, batu cadas Hong Cun Peng, goa Kiu Lo Tong serta sekitar daerah bukit telaga Ki siang Tie."

"Cao Kim Jan, Ie Wan Hiong, Pouw Cing kalian bertiga bertanggung jawab atas pemeriksaan daerah sekitar Hu sian Cian, bukit Tiang so Po, kuil In sian si serta sekitar puncak selaksa Buddha.

Tidak seberapa lama seluruh pendekar pedang merah, putih serta hitam yang ada sudah dibagi untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Akhirnya ujar Huang puh Kiau Pek kepada Ti Then.

"Lohu juga akan ikut di dalam gerakan pemeriksaan gunung ini, sedang Ti kauw tauw lohu minta menyagakan benteng ini"

"Tidak. boanpwe seharusnya ikut juga di dalam pemeriksaan gunung ini."

"Ti Kauw tauw tidak paham terhadap jalanan sekitar pegunungan ini, lebih baik tinggal di dalam Benteng saja menanti sesudah para pendekar yang memeriksa gunung mendapatkan jejak barulah pulang beri laporan, saat itu Ti kauw tauw mau pergi masih belum terlambat"

Ti Then yang berpikir alasan ini memang sangat tepat sebera mengangguk sahutnya. "Baiklah, boanpwe akan menunggu kabar di dalam Benteng, harap Hupocu pergi dengan berlega hati."

Demikianlah Huang puh Kian Pek cun meninggalkan benteng dengan tergesa-gesa.

seluruh benteng kini hanya tinggal puluhan pelayan saja, membuat suasana di dalam benteng ini menjadi begitu sunyi serta tenangnya, dia balik ke dalam ruangan dan duduk kembali, sedang pikirannya dengan cepat berputar. . teringat kembali akan Wi Ci To yang menyembunyikan diri dalam loteng Penyimpan kitab. .

Putrinya sudah terjadi suatu peristiwa ternyata dia masih bisa menahan diri . heei. . bukankah hal ini keterlaluan??

Hmm? hanya untuk mengawasi gerak-gerikku ternyata tidak mauperduli lagi nasib keselamatan dari putrinya sendiri, kelihatan Wi Ci To pocu yang mem punyai nama sangat terkenal di dalam dunia kangouw ini pun bukankah seorang manusia baik-baik.

Baru saja dia berpikir dengan gusarnya mendadak terlihatlah pelayan tua yang melayani dirinya si Locia dengan air muka yang sangat girang berlari masuk ke dalam ruangan, serunya dengan keras. "Sudah pulang. . sudah pulang."

"Siapa yang sudah pulang??" tanya Ti Then sambil bangkit berdiri berdiri dengan cepat, "Pocu kami. . Pocu kami sudah pulang."

Baru dia berkata sampai di situ, terlihatlah Wi Ci To dengan lagak seperti baru saja melakukan perjalanan jauh dengan langkah lebar berjalan masuk ke dalam ruangan.

Dengan cepat Ti Then maju ke depan menyambut kedatangannya, ujarnya sambil memberi hormat.

"Pocu sudah pulang."

"Ti kauw tauw." ujar Wi Ci To dengan air muka penuh perasaan terkejut. "Dimana semua pendekar pedang yang ada di dalam benteng?" " Kedatangan Pocu sangat cepat sekali, kemarin malam Hong Mong Ling menyelundup masuk ke dalam benteng dan menculik pergi nona Wi."

"Apa?" teriak Wi Ci To dengan keras. "Binatang itu. dia berani menculik In ji?? sekarang sudah ketemu belum?"

"Belum Kemarin malam boanpwe sudah melakukan pengejaran hingga jauh diluar benteng, tetapi hasilnya hampa belaka, karena itu Hu pocu baru saja perintahkan seluruh pendekar pedang yang ada di dalam Benteng untuk melakukan pemeriksaan yang lebih teliti diseluruh daerah pegunungan, jika tidak memperoleh hasil barulah mencarijalan lain"

Kegusaran dari Wi Ci To tidak bisa ditahan lagi, dengan sinar mata berapi-api teriaknya dengan keras.

"Bangsat cilik, Kamu berani berbuat demikian kurang ajar. . hmm. .jangan harap bisa lolos dari tanganku"

Sehabis berkata dia putar tubuh dan menerjang keluar dengan sangat cepat.

Ti Then tahu kalau dia pun akan mencari disekitar gunung, karena itulah tidak sampai mengikuti dari belakang, sesudah melihat bayangan tubuhnya lenyap dari pandangan, dari air mukanya segera terlihat terlintas suatu senyuman, pikirnya:

"Ehmm, pandai juga dia berpura-pura, tetapi perasaan cemas yang terlihatpada wajahnya bukan sengaja diperlihatkan."

Tetapi. . dengan munculnya Wi Ci To kembali ke dalam Benteng, ini membuat perasaan tidak puasnya terhadap Wi Ci To tersapu lenyap dari benaknya.

Dengan perlahan dia mengalihkan pandangannya kearah Locia si pelayan tua itu, ujarnya sambil tersenyum.

"Lo cia, kembalinya Pocu kali ini sungguh cepat sekali."

"Benar, untung sekali dia tepat waktunya kembali, kalau tidak entah apa yang akan terjadi." Ti Then hanya tersenyum saja, tidak berbicara lagi, sedang dalam hati pikirnya.

"Pelayan tua ini kemungkinan sekali merupakan salah seorang yang menyelidiki dan mengawasi seluruh gerak gerikku, sejak hari ini aku harus lebih berhati-hati lagi terhadap dirinya"

"Ti Kauw tauw" ujar si Locia lagi "dengan wajah yang sangat murung, kau lihat bisakah Hong Mong Ling berbuat sesuatu terhadap siocia kita?"

"Kemarin malam ditengah gunung dia pernah berusaha memperkosa siocia, karena itulah kali ini dia menculik pergi siocia, kemungkinan sekali juga mengandung maksud tidak lurus. ."

"Hei, memang benar papatah yang mengatakan, tahu mukanya tahu orangnya tetapi tidak akan tahu hatinya, siapa sangka seorang pemuda begitu baik kelihatannya hanya di dalam dua tiga hari saja sudah berubah menjadi demikian ganas serta kejamnya, boleh dikata mirip dengan hati srigala heeeei... Tidak lebih seperti seekor binatang"

"Tapi persoalan yang pokok karena Pocu membatalkan perjodohannya deagan siocia."

"Sekali pun begitu" ujar si Locia itu lagi. "Dengan membohongi siocia dia bermain perempuan diluaran sudah tentu pocu kami tidak setuju kalau putrinya dijodohkan dengan manusia rendah seperti itu."

"Ehmmm, kamu mengikuti pocu sudah sangat lama sekali, tentunya tahu juga asal usulnya bukan???"

"Tentu tahu.." sahut si Locia sambil mengangguk "Dia berasal dari kota Majan di daerah Oh Tong atau Kini daerah Hu Pak. ayahnya adalah sam Huan sin su atau si tangan sakti bergelang tiga Hong Tiong Yang, pada waktu itu membuka sebuah piauw kiok di kota Han Yang yang bernama Liong Hong piauw kiok. akhirnya karena mengawal barang kiriman mendapat luka dan bersembunyi ditengah pegunungan yang sunyi sedang putra tunggalnya dikirim kemari mohon pocu mau menerimanya"

"Ooooh kalau begitu pocu dengan ayahnya si sam Huan sin su merupakan kawan karib" potong Ti Then cepat.

"Tidak bisa dikatakan merupakan kawan karib, mereka hanya pernah berkenalan saja. karena pocu melihat bakatnya sangat bagus dan orangnya tumbuh sangat tampan maka baru sanggup untuk menerimanya sabagai seorang murid."

"Pada tiga tahun yang lalu ayahnya sudah meninggal." "Ooh" sahut Ti Then perlahan. "Lalu Ibunya ???"

"Ibunya shen si meninggalkan dunia pada tahun kedua sesudah melahirkan dirinya, dia mati dibunuh orang"

"Dibunuh orang??" tanya Ti Then sambil memandang tajam wajahnya.

"Benar, jikalau di bicarakan soal ibunya shen si merupakan seorang yang punya asal usul terkenal. Dia merupakan putri dari Thiat Ciang Cang sam Kun atau pukulan besi menggetarkan tiga daerah shen Cing Hong yang pernah menggetarkan dunia kangouwpada waktu itu, karena itulah sewaktu dia masih nona sudah mendapatkan seluruh kepandaian dari ayahnya, kemudian sesudah kawin dengan Hong Tiong Wan membantu suaminya menyalankan Piauw kiok."

"Pada tahun kedua sesudah melahirkan Hong Mong Ling ada satu kali suaminya mengawal barang menuju ke daerah Lo kho sedang dirinya mengawal barang ke Kota Han Yang, tidak disangka ditengah jalan terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan dirinya terbunuh hingga binasa, akhirnya Hang Tiong Yan berhasil membunuh penyahat itu membalaskan dendam bagi istrinya."

"Kalau begitu Hong Mong Ling sekarang hanya seorang diri saja?" "Aku Kira demikian, tapi aku pernah dengar ayahnya meninggalkan sejumlah harta benda dikota Han Yang yang sekarang dijaga oleh pamannya."

" Harta kekayaan apa? pamannya bernama siapa?.."

"Agaknya sebuah rumah penginapan sedang pamannya bernama apa hamba sendiri juga tak tahu".

"Ehmmm..." ujar Ti Then sambil mengangguk. "Aku kira pocu tentu tahu, nanti sesudah dia pulang aku mau tanya dia.."

"Buat apa Ti kauw tauw menanyai hal ini?"

"Jika di atas gunung tidak menemui dia, aku pikir harus pergi ke kota Han Yang satu kali, paling sedikit juga harus cari pamannya yang berdiam di sana."

"Tidak salah, tetapi waktu itu kemungkinan siocia sudah menemui bencana di tangannya"

"He hee hee... tetapi masih bisa juga menangkap dia kembali untuk dijatuhi hukuman, bukan begitu???"

"Heei, semoga saja Thian melindungi kesehatan dan keselamatan siocia sehingga dia bisa kembali dengan selamat"

"Ehm, sekarang sudah siang?" "Benar"

" Kemarin malam aku sudah melakukan perjalanan sejauh dua ratus lie lebih, kini perutku merasa lapar, cepat pergi sediakan makanan" si Lo cia pelayan tua itu segera menyahut dan berlalu dari sana.

Awan gelap mulai menutupi seluruh jagat, malam hari pun tiba dengan cepat, para pendekar pedang yang dikirim keluar satu persatu pada pada kembali ke dalam benteng. Tetapi tidak seorang pun diantara mereka yang membawa kabar baik. Tidak lama kemudian Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek pun kembali. Seluruh tubnh mereka basah kuyup oleh keringat yang mengucur mengotori seluruh bajunya hal ini memperlihatkan kalau mereka sudah memeriksa setiap jengkal tanah seluruh gunung GoBisan itu.

Tetapi. . yang mereka bawa pulang tidak lebih hanya tubuh yang lelah serta air muka yang murung sedih, gusar serta gemas yang bercampur menjadi satu.

Dengan wajah yang loyo Wi Ci To menyatuhkan diri di atas kursi dalam ruangan itu, matanya dipejamkan rapat-rapat sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Dua puluh tiga orang pendekar pedang merah yang berdiri di dalam ruangan itu pun pada menundukkan kepalanya rendah- rendah, air muka mereka kelihatan sekali sangat sedih dan murung.

Seluruh ruangan saat itu diliputi oleh perasaan duka yang amat sangat, tidak terdengar suara manusia yang bercakap-cakup, hanya helaan napas panjang sering memecahkan kesunyian yang mencekam itu, sesudah hening lama sekali barulah terlihat Wi CiTo membuka kembali matanya, ujarnya dengan perlahan.

"Shia Pek Tha, Ki Tong Hong, Cian su Ci serta ouwyang Huan kalian berempat bertanggung jawab di dalam pengiriman "Perintah seratus Pedang" segera kirim perintah itu"

shia Pek Tha, Cian su Ci, Ki Tong Hong serta ouwyang Huan segera menyahut dan mengambil empat buah panyi kecil yang bertuliskan kata-kata, "Perintah seratus pedang" dari sebuah tabung ditengah meja sembahyangan di dalam ruangan itu, kemudian mengundurkan diri dengan tergesa-gesa.

-0000000-

TIDAK LAMA KEMUDIAN terdengar suara derapan kuda yang sangat ramai berkumandang masuk dari luar ruangan yang makin lama makin menyauh.

Wi Ci To termenung berpikir lagi beberapa saat lamanya, kemudian barulah ujarnya kepada kesembilan belas pendekar pedang merah lainnya: "Kalian mengundurkan diri untuk makan sesudah dahar segera berangkat, setiap dua orang dibagi menjadi satu kelompok masing- masing mengejar secara berpisah sebelum mendapatkan perintah lohu yang mencabut kembali perintah ini kalian jangan pulang"

Kesembilan belas pendekar pedang merah itu segera menyahut dengan hormat dan mengundurkan diri dari dalam ruangan.

sesudah itulah Wi Ci To baru menoleh kearah Ti Then, ujarnya sambil tertawa:

"Tadi di tengah jalan Hupocu beritahu pada lohu, katanya kemarin malam bangsat cilik itu sudah menawan putriku ke dalam gua untuk melakukan pekerjaan tidak sopan, untung sekali waktu itu Ti Kiauw tauw datang menolongnya saat itu kenapa Ti kauw tauw melepaskan dia pergi?"

"Kesemua ini merupakan kesalahan boanpwe" sahut Ti Then dengan perlahan, "Jika tahu dia akan berbuat demikian tentu boanpwe tak akan melepaskan dia pergi." Air mata mulai jatuh berlinang membasahi wajah Wi Ci To, ujarnya dengan sedih.

"Selamanya Lohu mendidik murid dengan sangat keras, tidak disangka masih muncul juga seorang manusia rendah seperti dia.. Hei.. jika tidak secepat mungkin menolong putriku dari tangannya . .

. namaku selama ini akan ikut hancur berantakan"

"Orang budiman akan mendapatkan bantuan dariThian, boanpwe percaya putrimu akan kembali dengan selamat"

"Heei.." ujar Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya, "Kemarin malam bangsat itu sudah punya maksud jelek terhadap putriku, kali ini dia berhasil menculiknya tentu tidak akan melepaskannya dengan begitu saja?"

"Tapi. ." ujar Ti Then setengah menghibur. "sesudah dia menculik putrimu kita sudah mengerahkan seluruh kekuatan yang ada di dalam benteng untuk mencari dia, aku kira di dalam beberapa hari ini dia tak akan berani berbuat sesuatu terhadap nona Wi." "Benar . ." sambung Hung puh Kian Pek dengan cepat "Perkataan Ti kauw tauw sedikit pun tidak salah, asalkan di dalam beberapa hari ini kita bisa menemui dia, maka In ji tidak akan mendapatkan bencana."

Dengan pandangan kosong Wi Ci To memandang keluar ruangan, lama sekali dia berdiri termangu-mangu tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Becana yang diderita nona Wi kali ini seharusnya boanpwe juga ikut bertanggung jawab, karena itulah boanpwe sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan benteng ikut mencari, sekali pun tidak bisa menolong Nona Wi sedikit-dikitnya bisa menawan dia kembali ke dalam Benteng"

Wi Ci To hanya menganggakan kepalanya saja.

"Sore tadi" ujar Ti Then lagi "Boanpwe pernah dengar perkataan dari Locia, katanya dikota Han Yang ayahnya pernah meninggalkan sebuah rumah penginapan yang sekarang dijaga oleh pamannya, Pocu tahukah kamu apa nama dari rumah penginapan itu?"

"Rumah penginapan Hok An." "Lalu siapa nama dari pamannya ?" "Hong Tiong Peng "

"Selain dia apakah masih ada keluarga lain atau kawan- kawannya?"

"Heei . . ." ujar Wi Ci To sambil menghela napas panjang, "pada usia tiga belas dia masuk benteng ini, agaknya diluaran tidak punya kawan-kawan lain, sedang dari keluarganya yang paling sering mengadakan hubungan hanya dari pihak kakeknya- kakeknya adalah sipukulan besi menggetarkan tiga daerah shen Cin Hong sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, kini hanya tinggal neneknya saja yang masih ada, dan tahun yang lalu dia masih datang kemari nengok dia" "Sebuah dusun kecil didekat Heng sak Than di atas gunung Kiu kongsan" Ti Then termenung berpikir sebentar, kemudian barulah ujarnya:

"Jika tidak berhasil mendapatkan dirinya, terakhir kita harus pergi juga kerumah neneknya serta rumah penginapan Hok An untuk mencari berita, karena kedua tempat ini cepat atau lambat, dia akan ke sana juga"

"Kapan Ti Kauw tau mau berangkat ?"

Ti Then yang punya maksud hendak berunding dulu dengan majikan patung emas, segera sahutnya.

"Bagaimana kalau boanpwe berangkat besok pagi?"

Padahal di dalam hati Wi Ci To sangat mengharapkan dia bisa berangkat malam itu juga, hanya saja tidak enak untuk diucapkan keluar, segera dia mengangguk. sahutnya.

"Baiklah, kemarin malam Ti Kauw tauw sudah melakukan perjalanan satu malaman, seharusnya kini beristirahat lebih dulu"

Dengan segera Ti Then bangkit untuk memohon diri dan kembali kekamarnya sendiri.

Dia memerintahkan pelayan tua si Locia itu menyediakan segentong air panas untuk mandi, kemudian dahar malam dikamar sesudah semuanya selesai barulah dia menyulut lampu dan mengetuk jendela sebanyak tiga kali.

Dia tahu majikan patung emas baru akan muncul pada tengah malam buta, karena itulah dia tidur terlebih dulu untuk menanti kedatangan majikan patung emas di tengah malam nanti.

siapa tahu sekali tidur dia telah jatuh pulas dengan nyenyaknya sampai dia merasa bahunya ditepuk orang barulah sadar kembali dengan sangat terkejutnya. Yang menepuk bahunya itu tidak lain adalah patung emas yang pernah di temuinya itu. Dengan cepat Ti Then bangun dari tidurnya sambil duduk ujarnya: "Hei kawan, sungguh cepat kedatanganmu kali ini." Dengan suara yang lembut dan dihantar dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara, sahut majikan patung emas itu dari atas atap rumah. "Heehehe kentongan ketiga sudah berlalu, kamu kira masih pagi?."

Mendengar perkataan itu Ti Then segera angkat kepalanya memandang ke atas atap rumah, sahutnya sambil tersenyum:

"sebetuinya aku mau tunggu dengan cara bagaimana kamu datang, ha ha ha tidak disangka sudah tertidur demikian pulasnya"

"Hemm aku beberapa kali sudah peringatkan dirimu, jangan coba-coba selidiki jejakku"

"Aku hanya ingin tahu dengan cara bagaimana kamu bisa menghindarkan diri dari pengawasan orang-orang benteng ini" sahut Ti Then sambil angkat bahunya. "Kamu anggap aku punya ilmu untuk melenyapkan diri?"

"Ha ha ha ha tidak sampai begitu jauh" sahut Ti Then sambit tertawa terbahak-bahak "Tentang nona Wi yang diculik tentu kamu tahu bukan?"

"Ehmmm. .tahu"

" Kamu pikir harus bagaimana baiknya sekarang ini?" "Tolong dia pulang"

"Besok pagi-pagi aku mau berangkat, hanya tidak tahu none Wi sudah diculik kemana, kamu tahu tidak?"

"Aku tidak tahu" sahut majikan patung emas lagi "Bagaimana pun juga kau harus berusaha keras mendapatkan Hong Mong Ling dan menolong kembali Wi Lian In."

"Kalau tidak berhasil?"

"Asalkan Hong Mong Ling belum bunuh dia pada suatu hari tentu berhasil juga menolong dia kembali"

"Jika Hong Mong Ling sudah membunuh mati dia?" "Sekarang tidak usah terlalu banyak pikiran urusan ini." "Masih ada satu hal lagi yang harus dijelaskan, jika dia sudah diperkosa oleh Hong Mong Ling lalu aku.."

"Kamu tetap harus memperistri dirinya" potong majikan patung emas itu dengan cepat.

"Hemm"

"Kamu adalah patung emasku" sambung majikan patuug emas itu lagi, "sekali aku katakan padamu, aku mau kamu berbuat apa saja, kamu harus lakukan"

"Aku mau kamu berbuat apa saja kamu harus melakukan pekerjaan itu, sekali pun aku mau kamu memperistri seorang kuntilanak yang bagaimana jelek pun kamu harus memperistri kuntilanak itu dengan tanpa membantah"

"Hmm"

"Masih ada persoalan apalagi yang hendak kamu tanyakan?" "Kamu ikut aku keluar benteng tidak"

"Ehmm. . kali ini aku punya pikiran untuk tinggal di dalam benteng saja."

"Tapi" ujar Ti Then lagi, "jika ditengah perjalanan aku membutuhkan petunjuk darimu aku harus berbuat bagaimana?

"Kamu boleh putuskan urusan itu sesuka hatimu" "Kenapa kamu tidak ikut aku keluar benteng?"

"Jika aku berdiam di dalam benteng, setiap saat bisa mendapatkan berita mengenai Wi Lian In, asalkan ada orang yang berhasil menolong dia pulang maka dengan cepat aku akan beritahukan kepadamu"

"Kamu bisa mencari aku?" "Bisa."

"Bagaimana kamu bisa tahu aku berada dimana?" "Sudah tentu aku punya cara untuk mengetahuinya" "Baiklah" ujar Ti Then kemudian.

"Sekarang silahkan kamu sediakan uang untuk aku gunakan, seratus tahil perak yang waktu itu kamu berikan padaku sudah aku gunakan hingga habis"

"Hmm kamu jadi orang terlalu royal, kali ini tidak bisa."

"Tidak ada uang sukar berjalan, kalau tidak beri aku uang, suruh aku pakai apa pergi cari nona Wi"

"Besok sebelum kamu meninggaikan Benteng Wi Ci To tentu akan kasih kamu uang"

"Tapi..." timbrung Ti Then lagi. "aku melakukan pekerjaanmu sudah seharusnya menggunakan uangmu."

"Peristiwa tertawannya Wi Lian In kali ini tidak termasuk di dalam dugaanku maka kali ini seharusnya dikatakan kamu membantu Wi Ci TO menolong pulang putrinya, sudah seharusnya dia yang keluar uang."

" Hmm. . . sungguh cermat perhitunganmu"

Majikan patung emas itu tidak memberi jawaban lagi, dengan cepat patung emasnya ditarik ke atas atap. kemudian menutup kembali tempat itu dan berlalu dengan tidak menimbulkan sedikit suara pun. Ti Then juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sambil menghela napas panjang dia membaringkan tubuhnya kembali ke atas pembaringan, tetapi hingga pagi menjelang kembali dia tidak bisa tertidur kembali. sampai dari kamar sebelah dia dengar suara batuk-batuk dari itu pelayan tua si Lo cia barulah dia bangkit dari pembaringannya dan membuka pintu.

Diruang makan sesudah habis bersantap pagi bersama-sama dengan Wi Ci To serta Huang Puh Kian pek. terlihatlah dengan membawa sebungkus uang perak serta sebilah pedang Wi Ci TO berjalan kearahnya, ujarnya kemudian.

"Pedang ini disebut sebagai "seng shia" yang berarti menang dari segala iblis yang merupakan salah satu pedang wasiat kesayangan lohu pada masa yang silam, kini lohu hadiahkan pada Ti Kauw tauw sebagai bekal perjalanan, di samping itu lima ratus tahil uang perak ini harap Ti kiauw tauw terima sekalian"

000

TI THEN dengan mengucapkan terima kasih menerima hadiah itu, tanyanya kemudian: "Apakah Pocu juga mau ikut mencari nona Wi?"

"Lohu pikir akan menunggu beberapa hari terlebih dulu di dalam Benteng, jika tidak ada berita barulah pergi sendiri"

Dengan perlahan Ti Then menoleh pula kearah Huang Puh Kian Pek tanyanya lagi: "Bagaimana dengan Hu pocu?"

"Lohu juga akan berangkat, nanti kita keluar bersama-sama" sahut Huang Puh Kian Pek perlahan.

"Kalau begitu" ujar Ti Then sambil bangkit berdiri "biarlah boanpwe balik kekamar untuk mengambil sebentar barang-barang, kemudian kita berangkat bersama-sama"

sesudah memberi hormat dia mengundurkan diri ke dalam kamar, sesudah membungkus uang serta pakaiannya menjadi satu dan menggantungkan pedang pemberian Wi Ci To itu pada pinggangnya segera dia berjalan ketengah lapangan latihan silat.

Waktu itu Huang Puh Kian Pek sudah menuntun dua ekor kuda jempolan menanti kedatangannya ditengah lapangan, begitu melihat dia datang segera memberikan tali les dari seekor kuda jempolan berwarna merah darah kearahnya, ujarnya sambil tertawa:

"Kuda ini disebut Ang san Khek yang merupakan kuda kesayangan dari In ji, kini Ti Kauw tauw boleh menggunakanmya kemungkinan sekali dengan kepandaian kuda tersebut bisa menemukan kembali jejak dari In ji"

sambil tersenyum Ti Then menerima tali les itu sesudah naik ke atas punggung kuda tersebut ujarnya: "Ayoh jalan"

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar