Pedang Keadilan I Bab 39 : jurus Aneh Menyelamatkan jiwa

 
Bab 39. jurus Aneh Menyelamatkan jiwa

Baru selesai perkataan itu diutarakan terlihat cahaya api berkilat, Dua orang lelaki bertubuh kekar dengan menggotong sebuah tungku api telah berjalan masuk ke dalam ruangan.

Tinggi tungku api itu mencapai dua depa, api yang berkobar kelihatan membara, empat buah cap besi tergarang dalam bara api itu.

sambil tertawa Pek si- hiang segera ber-bisik: "Rupanya pemilik bunga bwee ingin meninggalkan lambang bunga bweenya di atas wajah kita berdua."

Dengan menggenggam pedang Jin-siang-kiam nya lebih kencang Lim Han-kim berpesan: "Apa bila terjadi pertarungan nanti, kau harus tetap mengintil di belakangku, dengan begitu aku bisa melindungi keselamatanmu. "

Belum selesai perkataan itu dia utarakan, mendadak dari belakang tubuhnya bergema suara seseorang yang dingin menyeramkan "Mati hidupmu sendiripun susah diramalkan masih ingin menolong orang lain- he- he.. benar tak tahu diri"

Dengan sigap Lim Han-kim membalikkan tubuhnya, sedang pedang yang berada dalam genggamannya segera menyiapkan gerak jurus "naga sakti menyeberangi samudra" dari ilmu pedang naga sakti untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Lebih kurang lima enam depa di hadapannya berdiri sesosok bayangan hitam yang tinggi besar. Kecuali sepasang mata-nya, hampir sekujur tubuhnya terbungkus di balik kain berwarna hitam.

Lidah api yang berkobar dalam tungku api itu tampak semakin membara, lidah-tidah api tersebut telah berubah menjadi warna hijau tua yang menyeramkan, apalagi ketika memantul ke atas wajah Pek Si-hiang dan Lim Han-kim, wajah muda mudi ini segera ikut berubah jadi hijau mengerikan hati.

Dua orang lelaki kekar itu telah melepaskan baju bagian atasnya, Di bawah pantulan cahaya hijau, keadaan mereka nampak menggidikkan hati.

Lim Han kim maju selangkah menghadang di hadapan Pek Si-hiang, kemudian tegurnya: "Apakah kau adalah Pemilik bunga bwee?"

Bayangan hitam yang tinggi langsing itu tidak mengakui, tapi dia pun tidak membantah, malahan balik tegurnya: "Siapa namamu? Siapa pula gadis itu? Apa hubungan kalian berdua."

"Aku Lim Han-kim " "Belum pernah kudengar nama ini, kau baru terjun ke dalam dunia persilatan?" sela orang berbaju hitam itu.

Lim Han-kim tertawa dingin.

"He he he... aku hanya seorang prajurit tanpa nama, lebih baik tak usah ditanya lagi. "

sinar mata si orang berbaju hitam yang dingin menyeramkan itu segera beralih ke wajah Pek si- hiang, lalu teg urny a: "Siapa kau? siapa namamu?"

"Aku tak ingin memberitahukan kepada-mu" sahut Pek si- hiang sambil tertawa hambar.

Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin: "Kebanyakan anak buah perguruan bunga bwee adalah orang-orang yang tidak diketahui asal usulnya, kejadian masa lalu memang tidak terlalu penting disini"

"Hei, kau lagi bergumam tentang apa?" tegur Lim Han-kim.

Manusia berbaju hitam yang tinggi langsing itu tidak menggubris teguran anak muda tersebut, ia berkata lebih lanjut: "Dalam bara api tungku itu tersedia empat buah cap yang sudah membara, Lebih baik kalian ambil dan cap sendiri wajah masing-masing dengan lambang bunga bwee itu.." "Tidakkah kau merasa bahwa perkataan serta pandanganmu tersebut hanya membuang-buang waktu belaka?"

Manusia berbaju hitam itu menunggu sampai Lim Han- kim menyelesaikan perkataannya, kemudian baru ia melanjutkan "Di sisi tungku api itu tergantung sebuah botol porselen, isi botol itu adalah obat cairan yang diramu secara khusus untuk mengobati luka bakar, Asal kalian menggosokkan pada bekas cap di wajah kalian, meski sewaktu cap itu menempel di wajah kalian terasa sakit, namun kemudian rasa sakit itu bakal lenyap tak berbekas."

Tanpa terasa Lim Han-kim berpaling dan memandang tungku api itu sekejap. Betul juga, disisinya tergantung sebuah botol porselin,

Terdengar manusia berbaju hitam itu berkata lebih lanjut: "Pekerjaan ini mudah dan amat sederhana, aku rasa kalian tentu sudah paham bukan? Nah, cepatlah turun tangan sendiri"

Kata-kata itu diutarakan tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat, nadanya tenang seakan-akan obrolan seorang sahabat lama yang baru bertemu setelah lama berpisah Kontan saja Lim Han-kim merasakan hawa panas bergelora di dalam dadanya, dengan suara keras bentaknya: "Kau sedang berbicara terhadap siapa...?" "Tentu saja terhadap kalian berdua, kenapa? Kalian belum jelas dengan keteranganku tadi?"

Mendadak Lim Han-kim bergerak maju ke depan, pedangnya ditudingkan ke depan dada manusia berbaju hitam itu. Dengan langkah Pat kwa yang mengandung unsur Kiu-kiong, jurus serangan ilmu pedang naga sakti pun segera dipersiapkan

Berkilat sepasang mata manusia berbaju hitam itu setelah melihat posisi anak muda itu, ujarnya kemudian- "Tak heran kalau kau begitu latah dan tekebur, rupanya ingin mengandalkan delapan jurus ilmu pedang naga sakti" Lim Han-kim tertegun, tanpa sadar dia menghentikan langkahnya,

" Cepat balik" bisik Pek si- hiang.

Lim Han-kim menarik kembali pedangnya dan melompat mundur.

Mendadak terlihat manusia berbaju hitam itu maju selangkah, mantel hitamnya kelihatan berkibar terhembus angin, tahu-tahu tubuhnya sudah tiba di tepi tungku api itu sambil menyambar sebuah cap besi.

Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran kilat, Baru saja Lim Han-kim berdiri tegak. manusia berbaju hitam itu sudah menyusul tiba, cap besi yang membara di tangannya itu langsung disodokkan ke atas wajah Lim Han-kim.

Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim menggerakkan pedangnya melakukan sapuan balasan-

Tiba-tiba orang berbaju hitam itu menarik kembali besi baranya menghindari sapuan pedang anak muda itu, kemudian sekali lagi menyodok wajah lawannya.

sapuan pedang pendek Lim Han-kim seakan-akan terbendung oleh gerak besi membara dari manusia berbaju hitam itu, Ternyata ia tak sanggup menariknya kembali, terpaksa pemuda itu harus mundur untuk melepaskan diri

Cap besi di tangan manusia berbaju hitam itu bagaikan bayangan saja, Kemana pun Lim Han-kim bergerak dan betapa pun cepatnya pemuda itu menghindar, cap besi tersebut tak pernah bergeser dari posisi tubuhnya sejauh lima inci ini berarti apa bila kecepatan gerak mundurnya sedikit melamban saja, niscaya wajahnya yang tampan akan bertambah dengan sebuah lambang bunga bwee dari cap besi membara itu.

situasi yang begitu kritis dan berbahaya ini membuat Lim Han-kim tak sanggup menggunakan otaknya untuk memikirkan soal lain, terpaksa ia harus mundur menghindar dengan sepenuh tenaga. Gerak gerik manusia berbaju hitam yang tinggi langsing itu kelihatan saja amat lamban, tidak segesit dan selincah Lim Han-kim, tapi baru saja anak muda itu mundur dua tiga langkah, orang itu selangkah lebih cepat telah mencapai hadapannya.

Dalam saat itu dengan sepasang matanya yang bulat besar Pek Si-Hiang, memperhatikan gerak langkah manusia berbaju hitam itu tanpa berkedip. Dengan cepat dua orang itu sudah balik kembali ke sisi tungku api, dengan gerak cepat manusia berbaju hitam itu meletakkan kembali cap besi di tangannya itu ke dalam kobaran api, kemudian ia menyambar cap lain yang masih membara.

Menggunakan kesempatan itulah Lim Han-kim menarik kembali senjatanya sambil disilangkan ke depan dada.

Sinar matanya mengeluarkan amarah yang berapi-api, jelas hawa amarahnya telah memuncak dan ia siap melakukan pertarungan sekuat tenaga. Mendadak Pek Si- Hiang berteriak keras: "Tahan"

Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu masukkan kembali cap besi itu ke dalam bara api, kemudian sambil tertawa ujarnya: "Dari kemampuanmu menghindari serangan cap besiku tadi, hal ini membuktikan bahwa kau memang hebat. Sekarang, berundinglah kalian berdua secara baik-baik, aku akan menunggu sepeminuman teh lamanya." Lim Han-kim merasa sangat tak puas, baru saja dia hendak membantah, dengan suara rendah Pek Si-Hiang telah berbisik:

"Kau tak akan berhasil menghindari serangan keduanya, cepat mundur kemari, ada persoalan yang hendak kubicarakan."

Sementara itu manusia berbaju hitam tadi telah mundur pula ke posisinya semula sambil berkata: "ingat, hanya sepeminunian teh. Aku tak dapat menunggu lebih lama lagi"

Lim Han-kim berjalan menghampiri Pek Si-Hiang, setelah tiba di sisinya ia berkata: "Aku lihat kecuali kita bertarung sampai titik darah penghabisan. "

"Kau tak akan berhasil mengalahkan dia" tukas Pek Si- Hiang.

"Tadi aku kelewat gegabah sehingga kehilangan posisi yang menguntungkan,., delapan jurus ilmu pedang naga sakti belum sempat kuperagakan untuk melakukan perlawanan. "

"Dia juga menguasai ilmu pedang naga sakti, padahal permainanmu belum hapal betul, susah bagimu untuk menandingi dirinya."

"Hmmm, tampaknya nona ini jauh lebih mengerti keadaan" jengek manusia berbaju hitam itu dingin. Lim Han-kim tetap mendongkol dan tak senang hati, selanya: "Kalau kau memang pemilik bunga bwee, kenapa tak berani bertemu orang dengan wajah aslimu?"

"Kau sangat ingin melihat wajahku?" "Benar..."

"Gampang sekali, cap dulu wajahmu dengan cap besi bersimbol bunga bwee itu, kemudian kau dapat melihat wajah asliku, Waktu itu meski kau telah menjadi anak buahku namun kau tak bakal menyesalinya".

Dalam kesempatan itu Pek Si-Hiang telah berbisik lirih: "sudah kau perhatikan kakinya.,.?"

"Yaa, kakinya tampak agak kaku, gerak geriknya tidak leluasa."

"Betul, kakinya memang tampak agak kaku, apabila kedua kakinya itu tidak agak kaku gerak geriknya, mungkin wajahmu kini telah bertambah dengan sebuah lambang bunga bwee."

Lim Han-kim menghela napas panjang, katanya: "Meskipun kita tak mampu mengungguli dia, bukan berarti kita harus pasrahkan nasib menunggu kematian, maka kita bersedia memberikan wajah kita untuk dicap dengan simbol bunga bwee itu?"

"Biar aku sendiri yang mencoba kehebatannya" "Bukankah nona tak mengerti ilmu silat?" tanya Lim Han-kim dengan wajah tertegun.

"Berikan pedangmu kepadaku, mungkin aku punya kesempatan untuk mengungguli dia."

Lim Han-kim tak bisa menebak apa maksud gadis tersebut dengan perkataannya, tapi dia pun tidak berniat menghalangi sambil menyodorkan pedang jin-siang-kiam itu ke tangan si nona, pesannya: "Kau mesti berhati-hati nona."

Pek Si-Hiang segera tertawa setelah menerima pedang pendek itu, pesannya lirih: "Bantulah aku dengan

berjaga-jaga ditepi arena" Lalu perlahan-lahan dia tampilkan diri ke tengah arena,

sudah berulang kali Lim Han-kim menyaksikan gadis itu pingsan lantaran kecapaian ia tahu tubuh gadis itu sangat lemah dan tak punya kekuatan buat membunuh seekor ayam sekalipun, tapi kini, setelah tampilkan diri dengan senjata hunus, ternyata gerak geriknya tak jauh berbeda dengan tokoh silat berilmu tinggi yang siap bertarung. Tentu saja kenyataan ini segera membangkitkan rasa terkejut dan heran yang tak terhingga bagi pemuda ini.

setibanya di sisi tungku api itu, Pek Si-Hiang mengangkat pedangnya pelan-pelan dan berkata sambil tertawa: "Kau berniat menerakan lambang bunga bwee pada wajah kami berdua, tampaknya kau memang tidak berniat membunuh kami?"

"Apa yang telah kuucapkan selalu kulaksanakan tanpa sesal," kata manusia berbaju hitam itu dingin. "setelah aku berniat menerakan cap bunga bwee di wajah kalian, aku pasti akan menerakan dulu simbol tersebut di wajah kalian sebelum membunuh kamu berdua."

"Apabila kami tidak bersedia?"

"Kau pikir bisa membuat keputusan untuk diri sendiri?"

Pek Si-Hiang berpaling dan memandang tungku api itu sekejap. lalu katanya: "Kalau kau gagal mengambil cap besi dari tungku api itu, tentunya kau tak akan mampu menerap-kan cap tersebut pada wajah kami bukan?"

"Mana mungkin bisa terjadi peristiwa ma cam begitu?" seruorang berbaju hitam itu gusar.

"Andaikata tidak berhasil?"

Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin, "Kalau aku gagal, maka akan kuperlakukan kalian sebagai tamu kehormatan-ku dan menghantar kalian pergi dari sini dengan selamat" sekali lagi Pek Si-Hiang tertawa, kata-nya: "Aku masih mempunyai satu permintaan lagi, entah bersediakah kau untuk mengabulkannya?"

"Apabila kau betul- betul mampu menghalangi diriku sehingga gagal mengambil cap besi tersebut dari dalam tungku api, apa pun yang kau minta pasti akan kukabulkan "

" syaratku ini agak sulit, jadi lebih baik kuutarakan lebih dulu, Bila kau anggap tidak pantas dikabulkan lebih baik ditolak saja mentah-mentah. "

"Tak mungkin ada manusia di dunia ini yang bisa datang kemari untuk membantu kalian meloloskan diri dari bahaya, Lebih baik tak usah mengulur waktu lagi, kalau ingin bicara, cepat utarakan"

"seandainya kau gagal mengambil cap besi dari tungku tersebut, kalau kami hanya akan diantar keluar dari sini dengan segala hormat saja rasanya posisi kami terlampaU dirugikan "

"Lalu apa yang harus kuperbuat?" tukas orang berbaju hitam itu dingin.

"Kau harus melepaskan kain kerudung mukamu sehingga kami dapat melihat wajah aslimu"

Manusia berbaju hitam itu berpikir berapa saat lamanya, kemudian ia balik bertanya: "Bagaimana kalau aku berhasil mengambil cap besi tersebut dari tungku api itu?"

"Kami akan menerakan sendiri simbol bunga bwee tersebut di wajah kami dan sepanjang masa berbakti kepadamu"

Tampaknya orang berbaju hitam itu kena digertak oleh sesumbar Pek Si-Hiang itu, sepasang matanya yang memancarkan sinar tajam mengawasi wajah gadis itu lekat-lekat, sampai lama kemudian baru ia berkata: "Baiklah, kita putuskan begitu saja"

"Kalau begitu bersiap-siaplah untuk turun tangan"

Pelan-pelan dia mengangkat pedang pendeknya yang direntangkan di muka tungku api itu. Dua jari tangan kirinya disodorkan lurus ke depan sementara tangan kanannya menyilang sejajar perut, lengannya setengah ditekuk sedang kakinya berdiri membuat garis setengah melengkung,

Dalam hati Lim Han-kim merasa amat murung bercampur kesal, dia kuatir Pek Si-Hiang tak sanggup menahan gempuran dari manusia berbaju hitam itu, padahal gadis tersebut telah menyanggupi apabila dia kalah maka ia akan menerapkan sendiri wajah nya dengan simbol bunga bweeserta selama hidup menuruti perintah manusia berbaju hitam itu, seandainya hal semacam ini benar-benar terjadi, sampai saatnya tentu saja dia harus mengakui janji tersebut.

Berpikir begitu, tanpa terasa dia mengalihkan kembali perhatiannya ke tengah arena. Terlihat oleh nya gaya serangan yang diperlihatkan Pek Si-Hiang itu sepintas lalu mirip sekali dengan jurus "bangau putih pentang sayap." tapi setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata lebih mirip dengan jurus "ayam emas berdiri di satu kaki." Namun baru saja ingatan mana melintas di dalam benaknya, segera dia pun membantah kembali pandangan tersebut.

Gaya serangan yang diperlihatkan gadis itu ternyata belum pernah dijumpai sebelumnya, sepintas lalu kelihatan amat biasa dan sederhana, sama sekali tak ada yang istimewa.

Lim Han-kim merasa semakin cemas bercampur masgul, pikirnya: "Mana mungkin jurus serangan macam begini sanggup menahan gempuran dari manusia berbaju hitam itu? Aaai... tampaknya aku harus membantu dia untuk menghadapi mara bahaya ini..."

Tenaga dalamnya segera dihimpun menjadi satu, dengan menyalurkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dia bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan Bila keadaan Pek Si-Hiang mencemaskan nanti, maka dia akan menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya untuk melepaskan serangan yang paling dahsyat guna selamatkan jiwa Pek Si-Hiang.

Padahal pemuda ini pun sadar, kendatipun dia melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga pun mustahil dapat menandingi kehebatan manusia berbaju hitam itu, akan tetapi ia tak tega membiarkan Pek Si- Hiang yang lemah dan penuh penyakit itu harus tewas di tangan orang, oleh sebab itulah dia mengambil keputusan untuk beradu jiwa bila mana perlu, sekalipun ia tak mungkin bisa lolos dari musibah hari ini, paling tidak ia mesti mati lebih dulu di depan Pek Si-Hiang.

Ketika ia berpaling kembali, tampak manusia berbaju hitam itu masih berdiri tak berkutik sambil mengawasi Pek Si-Hiang dengan wajah termangu-mangu.

Walaupun seluruh badan orang itu tersembunyi di balik kain hitam sehingga hanya terlihat sepasang matanya saja, namun dari pancaran sinar matanya itu dapat ditangkap gejolak perasaan hatinya yang penuh dicekam rasa tegang, ragu dan aneka ragam perasaan lain-

Tampaknya jurus serangan dari Pek Si-Hiang yang amat sederhana itu telah menimbulkan kesulitan amat besar bagi orang berbaju hitam itu.

Dengan perasaan amat keheranan tanpa terasa Lim Han-kim memperhatikan gerak serangan gadis itu. Tapi begitu diperhatikan dengan seksama, Lim Han-kim segera merasa terkejut sekali.

Ia merasa gerak serangan dari Pek Si-Hiang ini, entah dicoba dari sudut mana pun ternyata mengandung daya serangan balik yang luar biasa di samping pertahanan yang begitu ketatnya, susah rasanya untuk menemukan jurus serangan lain yang sama seperti jurus ini.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah terkandungnya tenaga perlawanan yang luar biasa di balik jurus serangan itu Asal Pek Si-Hiang melancarkan serangan balasan maka dengan menggunakan ilmu silat macam apa pun, sulit rasanya bagi pihak lawan untuk menangkis serta membendung tenaga balasannya itu.

Dengan cepat Lim Han-kim membayangkan kembali seluruh ilmu silat yang pernah dipelajarinya untuk coba diterapkan dalam menyerang gadis tersebut, tapi ia segera merasa bahwa jurus serangan mana pun yang mencoba menembus pertahanan Pek Si-Hiang bakal menerima serangan balasan yang jauh lebih mengerikan.

Kemudian terpikir juga olehnya untuk menggunakan delapan jurus ilmu pedang naga sakti, ilmu pedang ini merupakan ilmu kekerasan yang maha dahsyat serta penuh mengandung daya perusak yang mengerikan tapi apabila hendak dipakai untuk menghadapi gerak serangan dari Pek Si-Hiang, ternyata tidak satu jurus pun yang bisa digunakan. Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu menggeserkan posisi badannya dengan berputar kearah lain. Pek Si- Hiang ikut menggeserkan posisi badannya mengikuti gerak berputarnya manusia berbaju hitam itu, ia selalu mempertahankan posisinya saling berhadapan dengan pihak lawan.

Tampak manusia berbaju hitam itu semakin berputar semakin cepat, dalam waktu singkat hanya terlihat sesosok bayangan hitam yang berputar mengitari tungku api dengan lidah api yang menjilat itu, Pek Si-Hiang sendiri pun mengikuti gerak perputaran manusia berbaju hitam itu berputar makin lama semakin cepat.

Timbul perasaan kuatir di hati kecil Lim Han-kim setelah melihat peristiwa ini, pikirnya: "Tubuh Pek Si- Hiang sangat lemah, kalau dia mesti berputar tiada hentinya, gadis itu pasti tak tahan. "

sebaliknya manusia berbaju hitam itu meski memiliki ilmu silat yang amat hebat namun sepasang kakinya tak sanggup bergerak dengan lincah, sewaktu melakukan gerak perputaran pun gerak geriknya seperti kurang lancar dan tidak cekatan.

Diam-diam Lim Han-kim membuat perkiraan sendiri, seandainya sepasang kaki manusia berbaju hitam itu dapat bergerak lincah sedikit saja, maka gerakan tubuh nya yang berputar akan bergerak makin cepat satu kali lipat Apabila terjadi seperti ini, dengan kondisi tubuh Pek Si-Hiang yang begitu lemah, tentu saja gadis itu tak sanggup mengikuti gerakan tubuh nya itu.

Namun manusia berbaju hitam itu tetap menjaga jaraknya sejauh empat lima depa, setiap perputaran ia selalu menambah jaraknya hingga radius lingkarannya menjadi dua tiga tombak jauhnya.

sebaliknya Pek Si-Hiang berputar dengan membelakangi tungku api itu, radius perputarannya tak lebih cuma berapa depa.

sepeminuman teh kemudian tiba-tiba manusia berbaju hitam itu menghentikan gerak tubuh nya danpelan-pelan mundur kembali ke posisinya semula, ucapnya pelan: "Kau telah menang"

Diam-diam Lim Han-kim menghembuskan napas lega, ketika ia memandang Pek Si-Hiang, terlihat paras muka gadis itu telah berubah jadi merah dadu, napas nya terengah-engah dan peluh membasahi jidat-nya.

sekali lagi ia memekik di dalam hati: "Syukur pertarungan segera berhenti, coba manusia berbaju hitam itu bertahan terus, tak usah dia melancarkan serangan pun asal waktu pertahanannya di perpanjang, maka Pek Si-Hiang bakal roboh sendiri karena kelelahan- 

..." pada saat itu Pek Si-Hiang telah berlagak santai, sembari membetulkan rambutnya yang kusut, ia berkata sambil tertawa: "Kemenanganku ini kuperoleh dengan tak mudah, aku telah menggunakan segenap tenaga yang kumiliki."

"Entah kau telah menggunakan tenaga sepenuhnya atau tidak, yang jelas kaulah yang berhasil meraih kemenangan, mulai saat ini kalian sudah menjadi tamu agungku."

"Sungguh tak nyana orang ini pakai aturan.,." pekik Lim Han-kim di hati.

Tampak manusia berbaju hitam itu mengulapkan tangannya seraya berseru lagi: "Singkirkun tungku api ini"

Dua orang lelaki kekar bertelanjang dada segera muncul dan menggotong pergi tungku api itu, suasana dalam ruangan itupun jadi gelap gulita susah untuk melihat lima jari tangan sendiri Ternyata semua jendela dan pintu di dalam ruangan itu telah ditutup dengan kain hitam yang berlapis- lapis.

Pek Si-Hiang segera memegang pergelangan tangan kanan Lim Han-kim dan pelan-pelan jatuhkan tubuh nya ke dalam pelukan pemuda itu. Lim Han-kim merasakan jari tangan gadis itu dingin kaku, bahkan seluruh badannya masih gemetar keras. suatu perasaan iba dan kasihan yang amat mendalam segera muncul dari lubuk hatinya, dengan lembut bisiknya: "Akulah yang telah membuat kau sengsara, seorang lelaki sejati ternyata harus mengandalkan perlindungan dari seorang nona, kalau dipikirkan kembali sungguh memalukan"

Pek Si-Hiang menghembuskan napas panjang, ia tidak menanggapi perkataan itu sebaliknya bergumam: "Aku pikir cahaya rembulan di luar ruangan sana tentu amat terang dan benderang "

"Kreeeekkk.,."

Tahu-tahu kain hitam yang tebal di sekitar jendela terbuka lebar, cahaya rembulan pun segera memancar masuk ke dalam ruangan membuat pemandangan di tempat itu dapat terlihat secara samar-samar.

Dengan berpegangan pada lengan Lim Han-kim, Pek- Si-Hiang mencoba bangkit berdiri, lalu katanya: "Kau tak memperdulikan tamumu, apa beginilah caramu menyambut kedatangan seorang tamu agung?"

"Aku telah melepaskan kain kerudung hitam di tubuhku, berarti aku telah menepati janji, Aku rasa sudah waktunya kalian pergi dari sini," katamanusia berbaju hitam itu tiba-tiba. Terdengar Pek Si-Hiang tertawa cekikikan: "oooh, rupanya kau pun seorang gadis" Manusia berbaju hitam itu membungkam diri, tidak mengakui pun tidak membantah.

"Apa?" Dengan rasa kaget Lim Han-kim berseru. sebenarnya ia berniat memalingkan wajah nya untuk

melihat, tapi setelah mendengar dari pembicaraan Pek Si-Hiang bahwa manusia berbaju hitam itu adalah seorang gadis, anak muda ini jadi rikuh sendiri untuk berpaling memandang gadis tersebut

Terdengar Pek Si-Hiang berkata lagi: "Bukansaja gerak geriknya penuh dengan gaya lelaki bahkan nada suaranya juga dapat dirubah sehingga aku sendiri pun hampir saja tertipu olehnya."

"Perduli aku seorang lelaki atau perempuan, yang jelas aku telah menepati janji sekarang, jadi kalian boleh pergi dari sini" ucap orang berbaju hitam itu dingin.

"Sudah lama kami belum sempat makan, sebagai tamu agungmu boleh kah kami bersantap lebih dulu sebelum pergi dari sini?"

selama ini Lim Han-kim hanya menengok keluar jendela, ia tak berani berpaling untuk memandang gadis itu Terdengar orang berbaju hitam itu men-jawab: "Kalau begitu kalian berdua harus menunggu berapa saat di sini, aku akan segera perintahkan orang untuk menyiapkan perjamuan."

Menyusul kemudian Lim Han-kim mendengar suara langkah manusia berjalan melalui sisi tubuh nya, namun ia merasa kurang leluasa untuk berpaling, karena itu hawa murninya segera disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak dlinginkan

Terdengar suara langkah itu makin lama semakin menjauh dan akhirnya tak kedengaran lagi suaranya. suasana dalam ruangan itupun berubah jadi sunyi senyap. seakan-akan Pek Si-Hiang pun ikut pergi bersama suara langkah kaki itu.

"Nona Pek" panggil Lim Han-kim kemudian-

Dari sekeliling ruangan menggema suara pantulan panggilannya itu, namun tidak terdengar suara jawaban dari Pek Si-Hiang.

Tak terlukiskan rasa kaget Lim Han-kim menghadapi kejadian ini, tak tahan lagi ia segera berpaling, tapi bayangan tubuh Pek Si-Hiang sudah lenyap tak berbekas, dalam ruangan yang begitu luas kini tinggal dia seorang diri. Perubahan ini sama sekali di luar dugaannya, tak heran kalau Lim Han kim dibuat gelagapan dan gugup setengah mati, Tapi ia berusaha keras mengendalikan gejolak emosi dalam dadanya, dengan seksama ia mencoba meneliti sekeliling tempat itu kemudian pelan- pelan berjalan menuju kearah belakang ruangan.

Di situ ia menemukan sebuah pintu kayu yang berada dalam keadaan terbuka, jelas manusia berbaju hitam itu telah berlalu melewati pintu ini dengan menawan Pek Si- Hiang.

Di balik pintu adalah sebuah lapangan luas yang amat sepi dan penuh ditumbuhi semak belukar, Lebih kurang lima tombak di hadapannya terlihat seonggok bayangan hitam, rupanya di situ terdapat lagi sebuah bangunan rumah.

Dengan cepat Lim Han-kim berpikir: "Lebih baik kuperiksa dulu bangunan itu.."

Baru saja dia hendak melangkah pergi, tiba-tiba tampak cahaya api berkilat, dalam bangunan rumah itu sudah muncul cahaya lentera, sekarang ia dapat melihat dengan lebih jelas lagi, ternyata di depan sana benar- benar terdapat sebuah bangunan rumah, Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh nya, anak muda itu segera bergerak mendekati bangunan tadi. Waktu itu pintu sudah terbuka lebar, sebuah lilin terletak ditengah ruangan menerangi seluruh sudut bangunan itu. Di atas sebuah meja kecil tersedia seperangkat mangkuk dan sumpit serta sebuah cawan arak. dua jenis hidangan telah tersedia namun suasana amat sepi, tak tampak sesosok bayangan manusia pun-

Pemandangan semacam ini kembali berada di luar dugaannya, Untuk sesaat Lim Han-kim berdiri tertegun, ia tak tahu haruskah masuk ke dalam ruangan atau mundur saja dari situ.

setelah berpikir sesaat akhirnya dia melangkah masuk dengan tindakan amat berhati-hati.

Baru saja Lim Han-kim mencapai tepi meja, mendadak dari belakang tubuh nya berkumandang suara teguran seseorang yang amat dingin: "silahkan anda menikmati makanan kecil dulu, sebentar arak dan sayur akan dihidangkan."

Dengan cekatan Lim Han-kim berpaling, tampak seorang bocah lelaki berbaju hijau berdiri tegak di depan pintu, di atas jidat bocah itu tertera sebuah lambang bunga bwee.

sambil menghimpun hawa murninya ia segera melompat maju ke muka dan mencengkeram pergelangan tangan kanan bocah itu. si bocah lelaki berbaju hijau itu bukan saja tidak menghindar malahan ia sodorkan lengannya ke depan membiarkan kelima jari tangan Lim Han-kim menggenggam pergelangan tangannya,

Dalam waktu singkat tangan kiri Lim Han-kim telah mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan bocah berbaju hijau itu, sementara pedang Jin-siang- kiam di tangan kanannya segera didorong ke muka menempel di atas dada lawan, tegurnya dingin: "Ke mana perginya nona Pek? Cepat katakan"

Bocah berbaju hijau itu amat tenang dan santai kendati pun ada ancaman di depan dadanya, malahan ia berkata pelan- "seandainya aku hendak menghindar tadi, tak nanti kau mampu menangkap diriku."

Lim Han-kim segera menyeret tubuh bocah berbaju hijau itu masuk ke dalam ruangan, kemudian ia baru melepaskan cengkeramannya seraya berkata, "Benar, barusan kau memang tidak berusaha untuk menghindar, bagaimana kalau kita coba lagi sekarang?"

Bocah berbaju hijau itu tertawa dingin: "He he he... kau adalah tamu agung majikan kami, aku tak boleh bertarung melawanmu, tapi biar kau bunuh aku pun tak ada guna-nya."

"Kenapa?" tanya Lim Han-kim tertegun- "sebab sebelum mendapat persetujuan dari pemilik bunga bwee, kami sebagai anak buahnya tak boleh bicara sembarangan"

"Kalau toh kau tak bisa mengambil keputusan, segera bawa aku menghadap pemilik bunga bwee" seru Lim Han-kim gusar.

"Menurut pandanganku, lebih baik kau berdiam dulu disini, Nikmati saja semua hidangan yang tersedia, Bila majikan ingin bertemu denganmu, beliau pasti akan mengirim orang untuk mengundang bila ia enggan berjumpa denganmu, sekalipun kau merengek dan memohon pun sama sekali tak ada gunanya."

" Kalau memang majikanmu menganggap kami sebagai tamu agung nya, tidakkah kau merasa bahwa cara pelayanannya semacam ini sangat tidak sopan?"

"Menurut dugaanku, malam ini majikan pasti akan mengundangmu untuk bertemu, Bila ada persoalan, lebih baik bicarakan setelah bertemu dengan beliau nanti, Bila kau mencoba menggunakan kekerasan sekarang urusan bisa jadi berabe "

"Ehmmm benar juga perkataan ini," pikir Lim Han-

kim. "Kalau aku tak bisa menahan emosi, urusan besar bisa berantakan jadinya, Nasib Pek Si-Hiang belum kuketahul sekarang, bila aku sampai bentrok dengan mereka sekarang, bisa jadi mereka akan segera membunuh Pek Si-Hiang "

sementara ia masih berpikir, bocah berbaju hijau itu kembali membujuk: "Lebih baik kau ikuti saja saranku, sekarang bersantaplah dulu hingga kenyang, hingga kalau sampai terjadi pertarungan nanti kau sudah punya tenaga."

Ia sambar dua macam makanan kecil di meja dan ditelan ke mulut, setelah itu baru ujarnya lebih jauh: "Majikan kami berpesan, hidangan apa pun yang hendak disuguhkan maka kami harus mencicipinya lebih dulu, dengan begitu kalian tak perlu bercuriga kalau hidangan tersebut telah diracuni."

"Oooh, rupanya begitu"

Tanpa banyak bicara anak muda itu segera mengambil hidangan yang ada dan dimakan sampai habis.

Bocah berbaju hijau itu berpaling memandang Lim Han-kim sekejap. kemudian serunya: "Akan kusiapkan hidangan sayur dan arak bagimu"

Dengan langkah lebar ia keluar dari ruangan itu Memandang bayangan tubuh si bocah berbaju hijau

yang menjauh, tiba-tiba saja timbul perasaan gugup dan gelagapan dalam hati kecil Lim Han-kim. ia duduk ter- mangu-mangu menguatirkan keselamatan Pek Si-Hiang, makin dipikir rasa sedihnya makin meluap.

Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba terendus bau arak dan daging yang harum memenuhi ruangan itu.

Ketika dia mendongakkan kepalanya, terlihat bocah berbaju hijau itu entah sejak kapan sudah masuk ke dalam ruangan sambil membawa sebuah baki kayu. Di atas baki itu terdapat empat macam sayur serta sepoci arak wangi. sambil meletakkan baki itu ke meja, bocah berbaju hijau itu berkata: "Mumpung sayur dan arak masih hangat, cicipilah dulu"

Lim Han-kim memandang isi baki itu sekejap. lalu disambarnya sumpit dan tanpa menunggu bocah berbaju hijau itu mencicipi lebih dulu isi baki, ia menjepit sepotong daging lalu dimasukkan ke dalam mulut.

sambil tersenyum bocah berbaju hijau itu berseru: "Kau tidak kuatir hidangan tersebut telah diracum?"

"Kendati pun pemilik bunga bwee berhati keji dan buas, aku rasa ia tak bakal berbuat sehina ini dengan mencampuri racun dalam hidangan yang disuguhkan pada tamunya."

"Kalau kau memang tidak kuatir hidangan itu sudah diracun, minumlah arak yang ada dalam cawan ini" kata bocah berbaju hijau itu sambil mengangkat poci arak dan memenuhi cawan di depan pemuda itu. Tanpa banyak bicara Lim Han-kim mengangkat cawan arak itu dan meneguk habis isinya, Kemudian sambil meletakkan kembali cawan itu ke meja serunya dengan sinar mata berkilat: "Dalam arak itu ada "

Dengan cepat ia mencoba mencengkeram tangan si bocah itu.

Dengan cekatan dan gesit sekali bocah berbaju hijau itu berkelit ke samping menghindari serangan Lim Han- kim, katanya lagi: "Bila kau bersedia meneguk secawan lagi, maka kau akan mabuk hebat dan bisa melewati masa penantian ini dengan tenang dan damai. " 

Ketika Lim Han-kim gagal mencengkeram tangan bocah berbaju hijau itu, hampir saja ia tak mampu mengendalikan gerak tubuh nya yang menerjang ke depan, Dengan sempoyongan ia maju sampai sejauh empat lima langkah sebelum dapat menghentikan badannya.

Kembali bocah berbaju hijau itu berkata: "seperti apa yang kau katakan tadi, Pemilik bunga bwee tak nanti akan berbuat sehina itu dengan mencampuri racun dalam arak hidangannya, tapi kau mesti tahu arak dalam poci tersebut amat keras dan kadar alkoholnya sangat tinggi orang yang biasa minum arak sekalipun, tak akan mampu meneguk habis tiga cawan arak sekaligus, Takaran minummu sangat jelek, kenapa kau tidak meneguk arak itu pelan-pelan? itulah akibatnya kalau punya sifat ingin menang yang berlebihan, arak tersebut kau teguk sekaligus, otomatis kau jadi mabuk"

Meskipun Lim Han-kim sudah menyadari bahwa kondisi tubuh nya makin lemah dan tak mungkin bisa bertahan lebih lama, apalagi perutnya saat ini terasa panas sekali seperti terbakar dan pandangan matanya berkunang-kunang, namun kesadarannya masih cukup jernih. semua ucapan bocah berbaju hijau itu dapat didengarnya dengan jelas.

sambil bersandar pada meja untuk mempertahankan diri, serunya: "Meskipun aku tidak terbiasa minum, aku tak percaya hanya secawan arak saja dapat memabukkan aku, aku tak mau percaya dengan segala omongan setanmu itu"

"Bila dalam arak itu sudah dicampur racun, aku rasa kau sudah keracunan hebat sekarang dan mati dengan darah bercucuran dari ke tujuh lubang inderamu, mana mungkin kau bisa bertahan hingga sekarang "

Setelah berhenti sejenak. kembali sam-bungnya: "Tapi sekarang kau sudah mabuk hebat meskipun kesadaranmu masih amat jernih, Bila keadaan seperti ini kau pertahankan terus, maka penderitaanmu pasti akan sangat hebat. Daya kerja arak tersebut baru akan memudar lebih kurang selama empat jam kemudian- Bila kau harus melewati penderitaan semacam ini dalam empat jam, ooh... tentu suatu siksaan batin yang luar biasa, Lebih baik minumlah secawan lagi agar mabuk tak sadarkan diri, paling tidak kau bisa beristirahat selama empat jam dengan tenang tanpa penderitaan-..."

Lim Han-kim gusar sekali, teriaknya: "Bawa aku pergi, bawa aku menjumpai Pemilik bunga bwee, ingin ku tanya kepadanya apakah janjinya masih berlaku atau tidak"

"Majikan telah menggunakan arak terbaik dan hidangan terbaik untuk menjamu tamu agungnya, ia tak bisa disalahkan Kalau mau mencari siapa yang salah, maka kau harus menyalahkan dirimu sendiri yang tak tahan minum arak."

Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga dalamnya siap menerjang ke hadapan bocah berbaju hijau itu.

siapa tahu baru berapa langkah dia ber-jalan, arak yang mengeram dalam perutnya mulai bekerja.

Kepalanya kontan terasa berat dan kakinya jadi enteng, tak ampun lagi tubuh nya roboh terjungkal ke atas tanah.

Bocah berbaju hijau itu segera berkelebat ke depan, bagaikan sambaran kilat cepatnya ia sambar bahu kanan Lim Han-kim dengan tangan kahannya, sedang tangan kirinya menyambar poci arak dan memenuhi cawan dengan arak tersebut, katanya: "Arak paling gampang menghilangkan segala pikiran dan kemurungan Minumlah secawan lagi, maka kau akan mabuk hebat dan lupa akan segala-galanya "

Diambilnya cawan arak itu lalu dilolohkan ke mulut anak muda tersebut.

saat itu Lim Han-kim sudah tak sanggup mengendalikan diri lagi, kendati pun ia bersikeras enggan minum arak tersebut dan berkaok-kaok untuk menampik, namun ia sudah tak mampu menolak lolohan bocah berbaju hijau itu. secawan arak kembali mengalir masuk ke dalam perutnya.

Begitu arak cawan kedua masuk ke dalam perutnya, kesadaran Lim Han-kim seketika lenyap tak berbekas, sampai kesadarannya pulih kembali, pemandangan di sekeliling tempat itu sudah berubah sama sekali.

Tujuh buah lentera dengan tujuh warna yang berbeda membentuk selapis cahaya bianglala yang amat menyilaukan mata, bau harum pupur dan gincu lamat- lamat menusuk penciuman-

Mendadak terdengar suara seseorang yang merdu dan halus seperti kicauan burung nuri bergema memecahkan keheningan: "Lim siangkong, silahkan meneguk secawan kaldu penyadar mabuk Bila kau harus melewatkan masa indah ini dalam keadaan mabuk. kau akan menyesal sepanjang masa." Waktu itu kesadaran Lim Han-kim memang masih kabur sehingga tidak mendengar jelas apa yang dikatakan orang itu, ketika terendus bau harum yang segar disisi hidungnya, rasa lapar tiba-tiba saja mencekam perasaannya sehingga tanpa sadar ia membuka mulut.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar