Pedang Keadilan I Bab 23 : Murid panca Racun Membocorkan Rahasia

 
Bab 23. Murid panca Racun Membocorkan Rahasia

"Beberapa hari belakangan ini mempunyai hubungan yang erat sekali dengan masa depanmu," kata Ci Mia-cu pelan, "Lebih baik kau buang jauh-jauh semua luapan emosimu itu untuk sementara waktu, pusatkan semua perhatianmu untuk belajar silat, Kesempatan emas semacam ini langka bisa kau temui di kemudian hari, apabila kau sia-siakan, pasti akan menyesal di belakang hari."

Ketika menyampaikan kata- kata yang terakhir itu, ucapan tersebut diutarakan dengan wajah serius, Dengan perasaan terkesiap Lim Han-kim buru-buru menyahut: "Aku pasti akan mengingat baik-baik perkataan ini."

"Kau harus memaklumi niat baik ibumu yang telah bersusah payah menyuruh kau menempuh perjalanan jauh mengantar obat ke mari, sehingga tidak menyia- nyiakan harapannya, saat ini waktu amat berharga bagimu, aku tak ingin menghabiskan waktumu lagi dengan percuma."

"Terima kasih atas nasehat anda." Lim Han-kim segera bangkit berdiri untuk mohon diri, kemudian balik badan dan berlalu dari sana.

setengah bulan berlalu dalam sekejap mata, setiap tiga hari Lim Han-kim pasti berangkat ketempat yang dijanjikan Ciu Huang untuk mempelajari ilmu pedang sakti. Hari ini ia kembali bertemu dengan Lim Han-kim. Ketika pemuda tersebut tiba di tempat janji, dilihatnya Ciu Huang telah menunggu di situ.

selama setengah bulan ini, pendekar besar yang amat termashur di dunia persilatan ini entah tinggal dan makan di mana, tapi pembalut yang membungkus luka- luka tubuhnya makin lama makin bertambah kurang, Hari ini delapan puluh persen kain pembalutnya telah ditanggalkan, semangat dan kesegaran tubuhnya pun tampak lebih ceria. Buru-buru Lim Han-kim memburu maju ke depan dan jatuhkan diri berlutut seraya berkata: "Tecu telah datang terlambat, maaf bila suhu harus menunggu lama."

Pelan-pelan Hakim sakti Ciu Huang membuang matanya kembali, serunya dengan suara dingin, "sudah berulang kali aku menasehatimu, aku tak pernah menerimamu sebagai murid, apa maksudmu memanggil aku suhu?"

Lim Han-kim agak tertegun, lalu sahut-nya: "Aku telah belajar ilmu silat darimu, tak salah jika aku memanggil suhu kepadamu"

"Menerima murid dan mewarisi ilmu silat adalah dua persoalan yang berbeda, jangan kau campur adukkan menjadi satu."

"Aku akan mengingatnya baik- baik, lain, kali tentU tak akan kuulang kembali,"

Dari gusar Ciu Huang berubah jadi gembira lagi, katanya lebih jauh sambil tersenyum: "Malam ini adalah pertemuan kita yang terakhir. Besok aku akan segera tinggalkan tempat ini. Nah, kau masih ingat semua jurus dari ilmu pedang naga sakti?"

"Aku masih mengingatnya."

"Bagus sekali Coba sekarang mainkan di hadapanku." Lim Han-kim mengiakan, Dicabutnya pedang Jin-

siang-kiam lalu hawa murninya dipusatkan jadi satu, kemudian satu persatu ia mainkan kedelapan jurus ilmu pedang naga sakti itu.

sambil melipat tangan di dada Ciu Huang saksikan Lim Han-kim mainkan kedelapan jurus ilmu pedang naga sakti itu.Begitu pemuda itu menyelesaikan permainannya sambil manggut-manggut ia memuji: "Hebat, tak satu gerakanpun yang keliru"

"semoga Locianpwee sudi memberi petunjuk." Buru- buru Lim Han-kim membungkukkan badannya memberi hormat.

"Kini jurus pedang sudah mendapat pewarisnya. Asal kau tambahkan perubahan di sana sini, maka jurus pedang itu sudah dapat kau pakai untuk melawan serangan musuh, Mengenai keberhasilanmu di kemudian hari, apakah kau dapat peroleh intisari dari jurus pedang itu atau tidak, semua nya tergantung pada rejekimu. "

Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah kotak besi, kemudian melanjutkan: "Nak, simpanlah kotak besi ini baik- baik dan pergilah menemui si pedang sakti dari Lam-kiang, Hongpo Tiang-hong. Tapi sebelum berjumpa dengannya, jangan sekali-kali kau buka kotak tersebut."

Dengan sikap yang sangat hormat Lim Han-kim menerima kotak besi itu dan menyimpannya ke dalam saku. ciu Huang menghela napas panjang, kembali ujarnya: "Nak, benda tersebut sebetulnya bukan suatu benda mustika atau berharga, tapi dalam pandanganku memiliki bobot yang berbeda bahkan melebihi nyawa sendiri, Apabila si pedang sakti dari Lam-kiang betul- betul masih hidup di dunia ini, setelah melihat benda tersebut tak bakal ia menampik permintaanmu" "Kebaikan Locianpwee sungguh mengharukan Aku merasa berterima kasih sekali."

"Kini ilmu sakti telah mendapat pewaris-nya, berarti aku tidak mengecewakan hasil karya orang terdahulu, dan aku pun merasa lega sekali. Nah, kita berpisah dulu di sini" Habis berkata ia segera melejit ke depan.

Dalam sekali kelebatan tubuhnya sudah berada berapa kaki jauhnya, Ketika Lim Han-kim menjura sambil menghantar, bayangan tubuh ciu Huang telah lenyap dari pandangan.

Waktu itu bulan purnama masih tergantung di awan, riak air dalam telaga menggulung lembut, angin malam yang berhembus lembut menambahkan suasana tenang di hutan tersebut, Lim Han-kim mendongakkan kepalanya menghembuskan napas panjang, tiba-tiba ia saksikan sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, sekejap kemudian telah berada di hadapannya.

Ternyata orang itu adalah Hakim sakti Ciu Huang yang telah pergi tadi. Tampak Ciu Huang dengan wajah amat serius berpesan "Apabila majikan tua perkampungan Lak- seng-tong bukan si pedang sakti dari Lam-kiang, tolong kau simpankan barang itu baik-baik.jika aku masih hidup di dunia ini, bulan delapan hari Tiong-ciu tahun ini aku akan menantimu di Kuil Awan Hijau, jika sampai tengah malam aku belum muncul, itu menandakan aku sudah mati, tolong kotak besi itu. "

"Aku pasti akan menyimpannya baik-baik," sambung Lim Han-kim.

"Tidak usah, tolong buang kotak itu ke dalam sungai, biar benda tersebut menemani aku di alam baka."

Perkataan itu diungkapkan dengan nada yang mengenaskan bahkan alis matanya lamat-lamat diliputi kemurungan yang tebal, Menyaksikan itu diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Entah apa isi kotak besi ini, kenapa ia memandangnya begitu serius?"

Terdengar ciu Huang berkata lagi sambil menghela napas panjang: "Apabila majikan tua perkampungan Lak- seng-tong benar-benar adalah pedang sakti dari Lam- kiang, sebelum membuka kotak tersebut, jangan lupa beri tahu kepadanya agar mundur ke belakang,"

Habis berkata ia mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring, gelak tertawanya ibarat pekikan naga di lembah yang dalam. Di tengah suara gelak tertawanya itulah, tubuhnya melejit ke udara dan meluncur ke depan, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap di balik kegelapan.

Dengan termangu- mangu Lim Han-kim awasi bayangan itu hingga lenyap dari pandangan kemudian ia baru berangkat balik ke Kuil Awan Hijau, Di depan pintu kuil ia menjumpai ci Mia-cu yang dengan memegang senjata kebutannya sedang memandang ke kejauhan sambil melamun.

Begitu bertemu dengan anak muda itu, ia segera menegur: "ciu tayhiap telah pergi?"

"Yaa, ia sudah pergi."

Ci Mia-cu menghela napas panjang.

"Aaai... sewaktu mendengar gelak tertawanya tadi, aku sudah mengerti bahwa tak mungkin terkejar lagi, aku belum sempat mengucapkan kata- kata perpisahan dengannya."

"Cianpwee tak usah sedih, sebelum pergi tadi ciu Locianpwee telah berpesan, bulan delapan hari Tiong-ciu tahun ini dia pasti akan berkunjung lagi ke Kuil Awan Hijau."

Ci Mia-cu manggut-manggut, katanya kemudian: "Li kongcu dari bukit Hong-san dan Han si-kong telah kembali ke kuil, sekarang mereka menunggumu di dalam kuil, cepatlah masuk"

Mereka berdua menembusi beberapa halaman dan langsung menuju ke kamar semedi Ci Mia-cu. dalam ruangan lentera bersinar terang, hindangan telah disiapkan di meja perjamuan. Li Bun-yang, Han si-kong dan Li Tiong-hui semuanya sudah duduk mengelilingi meja, tapi tampaknya mereka masih menunggu kehadiran mereka berdua.

Begitu Lim Han-kim berdua muncul dalam ruangan, Li Bun- yang segera memberi hormat sambil menegur: "saudara Lim apakah luka di lenganmu telah sembuh. "

"Terima kasih banyak atas perhatianmu, lukaku sudah sembuh sama sekali. Bagai-mana pula dengan hasil perjalanan kalian?"

setelah meneguk habis secawan arak Han si-kong tertawa gelak. serunya:

"Ha ha ha ha sayang saudara Lim tidak ikut,

pertarungan kali ini benar-benar puas, aku dan saudara Li serta nona Li turun tangan sepuasnya membumi ratakan pesanggrahan Tho-hoa-kit dengan tanah. "

"Apakah siluman wanita Lik-ling berhasil dibekuk?" "Beberapa orang pentolan mereka telah kabur dari situ

sehingga yang tersisa cuma anak buah kelas tiga, justru

karena itu kami baru bisa bertindak semaunya sendiri"

Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan mencari tempat duduk di seputar meja perjamuan sambil mengangkat cawan arak kata-nya: "Mari kita teguk habis secawan arak ini, pertama untuk menyambut kedatangan kalian, kedua untuk merayakan juga kesuksesan kalian." sekali teguk dia habiskan isi cawannya.

"setelah berpisah setengah bulan ini lihat wajah saudara Lim lebih cerah dan segar, tidak seperti pada mula perjumpaan dulu, selalu membawa kemurungan yang mendalam," kata Li Bun-yang.

Lim Han-kim tertawa hambar.

"Mimik muka seseorang dapat membuat suasana suatu pesta menjadi buyar, masa aku mau merusak suasana pertemuan kali ini?"

"Betul" seru Han si-kong sambil bertepuk tang an, "sebagai kaum persilatan kita memang mengutamakan setia kawan dan keterbukaan, kena bacok pun paling banter meninggalkan codet, apa gunanya dimurungkan?"

Kali ini Lim Han-kim cuma tertawa hambar tanpa menanggapi Pelan-pelan Li Bun- yang mengalihkan sorot matanya ke atas wajah ketua Kuil Awan Hijau, lalu katanya: "Jadi Ciu tayhiap telah pergi?"

"Yaaa, selama hidup orang ini paling benci menetap di suatu tempat terus-menerus, paling banter dia hanya tinggal selama sepuluh hari. Kini lukanya belum sembuh tapi ia sudah nekad meninggalkan Kuil Awan Hijau, entah sekarang pindah ke mana lagi.." "Locianpwee, apakah di belakang Kuil Awan Hijau terdapat tempat tinggal sahabat lama Ciu tayhiap?" tanya Lim Han-kim. sambil tertawa Ci Mia-cu menggeleng.

"Pergaulannya sangat luas, bukan hanya dari golongan atas saja temannya, dari kalangan bawah pun dia punya sahabat yang cukup banyak, Kalau kau mengira dia berdiam di sekitar belakang kuil lantaran dia selalu bertemu denganmu di situ maka dugaanmu ini salah besar, Bisa jadi ia bertempat tinggal beberapa ratus li dari tempat itu, bukankah pertemuan kalian terselenggara tiap tiga hari satu kali, berarti dia masih mempunyai waktu selama dua hari, dua malam untuk bolak balik ke tempat asalnya "

"Tapi kenapa ia mesti berbuat demikian?" tanya Han si-kong keheranan Ci Mia-cu menghela napas panjang,

"Dalam hatinya dia menyimpan penderitaan yang tak terhingga, ia justru berusaha menyibukkan diri lantaran hendak menggunakan cara tersebut untuk melewatkan sang waktu, Mungkin juga tindakannya inilah yang justru mendorong nama besarnya makin terkenaL"

"Perkataan Locianpwee memang tepat sekali," Lim Han-kim manggut-manggut, "Ia tawar terhadap nama maupun kedudukan usianya pun sudah tua. Dengan kondisi seperti ini sepatutnya ia sudah pensiun dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, tapi dia masih rela menempuh perjalanan jauh, mengarungi dunia persilatan dan susah payah demi kepentingan orang lain- "

Li Bun-yang ikut berkata pula sambil menghela napas: "Andaikata hatinya tidak pedih sehinga Sepanjang tahun harus berkelana dalam dunia persilatan untuk menghabiskan waktu, nama besar Ciu Huang mungkintak akan setenar sekarang hingga menggemparkan seluruh dunia persilatan" Han Si-kong tertawa tergelak.

"Ha ha ha ha... siapa sih di dunia ini yang bisa lolos dari perpisahan dan kematian? sebagai seorang lelaki sejati, asal perbuatan kita tidak tercela dan melanggar aturan dunia persilatan, aku rasa itu sudah lebih daripada cukup."

"Tepat sekali pandangan itu," kata Li Bun-yang sambil tersenyum "Rembulan di langit pun tak selalu purnama, mana ada manusia yang hidup sempurna di dunia ini?

Ciu tayhiap adalah seorang pendekar berjiwa besar, kita tak periu ikut mengkhawatirkan keselamatannya . "

Lim Han-kim menghela napas, ia seperti hendak mengucapkan sesuatu namun niat tersebut kemudian diurungkan Li Bun-yang cukup memahami wataknya, asal pemuda itu enggan bicara maka sekalipun didesak juga percuma, karena itu dia mengalihkan pokok pembicaraan

ke masalah yang lain, katanya: "Koancu, saudara Lim, meskipun dalam perjalanan kami kali ini ke pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku bersama adikku dan Han Locianpwee berhasil menyapu bersih sisa-sisa cecunguk dari perkumpulan Hianhong-kau, tapi yang lebih sukses lagi adalah keberhasilan kami memperoleh suatu rahasia yang sangat penting "

Ci Mia-cu tahu Li Bun-yang adalah seseorang yang serius dan berhati-hati, Apabila bukan masalah yang amat penting, tak nanti dia akan berlagak begitu misterius, maka tukasnya cepat: "Rahasia besar apakah itu?"

Dalam saat itu Han si-kong serta Li Tiong-huipun sama-sama menunjukkan wajah tercengang, mereka awasi Li Bun-yang dengan mimik keheranan, jelas kedua orang ini pun tidak mengerti rahasia besar apakah yang dimaksudkan Li Bun-yang itu.

Pelan-pelan Li Bun-yang menyapu sekeliling ruangan, ditatapnya Han si-kong dan Li Tiong-hui satu per satu, kemudian ujar-nya: "Peristiwa ini terjadi tatkala Locianpwee dan adikku mengejar sisa-sisa cecunguk dari partai Hian-hong-kau. "

Han si-kong yang berangasan dan tak sabaran, dengan mata mendelik besar segera menukas: "Peristiwa besar apakah itu, kenapa aku tidak mengetahuinya sama sekali. ?" "sebetuInya aku ingin memberitahukan kepada kalian berdua, tapi setelah kupikir kembali dan merasa persoalan ini menyangkut masalah yang lebih besar, aku kuatir kalian tak bisa menahan diri sehingga berakibat keadaan bertambah kacau. "

"Engkoh Yang, sebetulnya apa sih yang telah terjadi?" tukas Li Tiong-hui pula tak sabar.

"Masalah ini menyangkut istana panca racun serta Thian-hok sangjin. "

"Apakah orang-orang istana panca racun melibatkan diri juga dalam pertikaian dunia persilatan ini?" tanya Ci Mia-cu dengan paras muka berubah hebat.

Ketika mendengar nama "Thian-hok sangjin", Lim Han-kim merasa semangatnya ikut bangkit, ia segera pasang telinga baik- baik. Li Bun-yang tidak langsung menjawab, ia menyulut lagi beberapa lilin agar suasana dalam ruangan bertambah terang, setelah itu baru ujarnya sambil menghela napas: "Sebelum kami tiba dipesanggrahan Tho-hoa-kit, pentolan-pentolan partai Hian- hong- kau yang bersembunyi dipesanggeahan tersebut telah melarikan diri, Pada mulanya aku mengira mata-mata mereka sangat lihai sehingga sebelum kedatangan kami, mereka sudah peroleh kabar dan pasang jebakan untuk memancing kami masuk perangkap. atau mungkin juga lantaran tahu bukan tandingan, maka demi menyelamatkan keutuhan kekuatan mereka maka untuk sementara waktu mereka menyingkir lebih dulu, itulah sebabnya setelah kami sampai di sana, tak tampak seorang pentolan mereka pun yang muncul untuk memberi perlawanan.

Kejadian ini sempat menimbulkan rasa tak tentram dalam hatiku, apalagi setelah Han Locianpwee serta adikku berhasil melukai banyak sekali musuh tanpa mendapat perlawanan yang berarti Kejadian ini semakin memancing rasa curigaku, maka menggunakan kesempatan disaat Han Locianpwee serta adikku pergi mengejar sisa-sisa musuh yang ada, akupun menyusup masuk ke ruang rahasia untuk melakukan pemeriksaan. "

Paras mukanya lambat laun berubah makin serius, terusnya: "sudah cukup lama aku menjadi tamu dipesanggrahan Tho-hoa-kit, terhadap situasi di sana pun sudah cukup hapal. Meski aku tahu di bawah loteng Hoa- jui-lo terdapat jalan rahasia, tapi selama ini aku belum pernah memasukinya.

Dalam bayanganku, pusat kekuatan mereka itu pasti dijaga amat ketat, siapa sangka apa yang kemudian kusaksikan sama sekali di luar dugaan. "

"Yaaa, ucapan saudara Li memang benar," sela Lim Han-kim. "Ketika terbius oleh obat pemabuk Lik-ling perempuan siluman itu, aku pernah dibawa masuk ke ruang bawah tanah tersebut, seingatku tempat tersebut bukan cuma dijaga sangat ketat, lagipula pintunya berlapis-lapis dan jalan cabangnya sangat banyak. "

"Betul, semua lorong rahasia bawah tanah itu terbuat dari batu hijau yang sangat keras. Bukan cuma kuat, tapi juga sama kokoh. Apabila pihak Hian- hong- kau menyiapkan perangkap di tempat tersebut, sekalipun mereka terdiri dari jagoan kelas tiga, tapi dengan andalkan kokoh nya dinding rahasia tersebut rasanya masih cukup untuk membendung kekuatan kami.

Nyatanya sepanjang jalan menuju tempat terlarang itu aku tidak menjumpai seorang manusiapun yang melakukan penghadangan.."

"Dunia persilatan amat licik dan bahaya, tentunya Li kongcu telah menjumpai suatu kejadian yang mengejutkan hati," kata Ci Mia-cu.

"Lorong rahasia itu gelap gulita, susah melihat lima jari tangan sendiri, sepanjang perjalanan suasana amat sepi tak kedengaran sedikit suara pun. walaupun aku sudah banyak berpengalaman namun belum pernah kujumpai suasana seseram itu.

Karenanya makin ke depan aku berjalan, hatiku makin terkejut dan cemas, Aku tak tahu jebakan macam apa yang telah disiapkan musuh tangguh, perasaanku waktu itu sangat kalut, rasa curiga dan menyesal bercampur aduk. Aku curiga bakal terjebak. tapi juga menyesal kenapa memasuki tempat seseram ini tanpa persiapan yang matang, tapi setelah aku bayangkan kembali gawatnya situasi, kalau tidak masuk ke gua macan mana mungkin bisa mendapat anak macan.

Lagipula aku tak ingin pulang dengan tangan hampa, maka dengan memaksakan diri aku melanjutkan perjalanan masuk ke dalam ruang rahasia tersebut,"

"saudara Li, kenapa kau tidak mengundang aku?" seru Han si-kong.

"Meskipun timbul rasa takut di hati kecilku namun kejadian tersebut memancing juga rasa ingin menangku, Aku ingin tahu seberapa hebatnya perangkap serta jebakan yang mereka persiapkan, karena itulah aku tidak ragu-ragu lagi dan meneruskan terjanganku ke dalam dengan kecepatan tinggi, Aaaai Untung aku punya pikiran begitu, coba kalau balik di tengah jalan atau membuang waktu lagi beberapa saat, mungkin aku tak akan menemukan rahasia besar tersebut."

Mendengar sampai di situ, tanpa terasa semua yang hadir dalam ruangan ikut menjadi tegang. Delapan buah sorot mata sama-sama tertuju ke wajah Li Bun-yang. Li Tiong-hui paling gelisah, tak dapat menahan diri segera teriaknya: "Engkoh Yang, cepat ceritakan, kenapa sih kau jual lagak melulu?"

"Baru berjalan sejauh beberapa tombak. aku tiba di suatu tempat yang tampaknya ujung jalan, Baru saja aku akan mundur kejalanan semula, mendadak kudengar seseorang menghela napas dengan suara berat. Helaan napas itu penuh dengan nada penderitaan dan mengenaskan sehingga membuat bulu kuduk orang pada berdiri, tapi juga segera menggerakkan kecerdasanku Diam-diam aku mengerahkan tenaga dalam sambil mendorong dinding batu itu ke depan- Betul juga dugaanku, di situ memang terdapat pintu batu yang segera terbuka. Rupanya pintu itu hanya dirapatkan saja, Begitu pintu terbuka, bau anyir darah yang amat kental segera menerpa penciumanku" Untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang jago kawakan, Han-Si-kong segera menyela:

"Apakah ada orang lain yang telah mendahului kita dan membasmi habis para pentolan Hian-hong-kau di dalam ruang rahasia itu?"

"Dugaan Locianpwee keliru besar " Dengan Cepat Li

Bun-yang menggeleng.

"Kenapa? Bukankah bau anyir yang sangat kental itu berasal dari bau anyir darah?"

"Bukan "

Han Si-kong jadi termangu.

"Waaah. kalau begitu aku susah untuk menebaknya." "Engkoh Yang, cepat ceritakan" rengek Li Tiong-hui pula.

"Bersamaan dengan datangnya bau anyir yang menerpa keluar itulah, dari balik kegelapan kudengar ada suara yang lemah dan rendah yang memperingatkan aku agar segera menghindar Dalam situasi dan kondisi seperti itu, aku tidak sempat membuat aneka pertimbangan lagi, cepat-cepat senjata kipasku kutebaskan ke depan, segera terdengarlah suara pekikan aneh berkumandang di ruangan itu.

Rupanya makhluk aneh yang menerkam tubuhku itu sudah terkena babatan kipasku sehingga kalau bukan mampus, yaa, paling sedikit terluka parah."

"Makhluk aneh apa itu?" tanya nonaJLi tercengang. "sewaktu masuk ke lorong rahasia itu untung saja aku

menggembol sebuah obor. Dalam situasi amat gawat ini cepat- cepat kusulut untuk menerangi situasi di tempat itu, tapi apa yang kemudian kusaksikan membuat hatiku benar-benar terkesiap. padahal sudah lama aku berkelana dalam dunia persilatan, peristiwa tragis macam apapun pernah kusaksikan, pembunuhan bagaimana sadispun pernah kujumpai, tapi belum pernah kujumpai pemandangan sengeri dan seseram itu."

"Apa yang telah terjadi?" semua orang ikut merasa tegang dan bertanya tanpa terasa. "Di sudut ruang rahasia itu terkapar seorang lelaki berqajah pucat pias seperti mayat seekor ular aneh berwarna merah darah melingkari seluruh tubuhnya, sedang di atas kepalanya merangkak seekor laba-laba yang besar tubuhnya seperti mangkuk nasi, sedangkan makhluk aneh yang menerkam tubuhku tadi ternyata adalah seekor kodok bertubuh kuning keemas- emasan.

Karena hantaman senjata kipasku saat itu si kodok meringkuk di sudut ruangan tanpa bergerak. meski begitu sikap permusuhannya masih nampak jelas, sepasang matanya yang liar mengawasi diriku tanpa bergerak, Aaaai,., Bila dibayangkan kembali, situasiku waktu itu benar-benar berbahaya sekali, Coba orang itu tidak memberi peringatan, mungkin aku sudah digigit oleh kodok beracun itu."

"Dalam kondisi darahnya dihisap oleh dua makhluk beracun, ia masih mau menahan sakit dengan memberi peringatan kepadamu, tentunya ia mengharapkan sesuatu darimu bukan?" kata Han si-kong.

"Dugaan Locianpwee kali ini tepat sekali, tapi kondisinya waktu itu sudah amat kritis. Dihisap darahnya oleh tiga ekor makhluk berbisa sekaligus dalam waktu yang bersamaan membuat jiwanya sudah di ujung tanduk, tapi kejadian aneh dalam dunia persilatan memang seringkali sukar dipikir dengan akal sehat. sebelum kupastikan bahwa dia sedang tersiksa oleh makhluk-makhluk beracun itu, siapa yang tahu kalau dia bukan pemilik makhluk beracun tersebut? Gara-gara salah duga inilah hampir saja aku bertindak salah besar."

Lim Han-kim maupun Han-si-kong sekalian mendengarkan kisah tersebut dengan penuh pesona, siapa pun tidak berniat menimbrung lagi.

setelah memandang sekejap wajah beberapa orang itu, Li Bun-yang berkata lebih jauh: "Waktu itu selain memperhatikan gerak gerik orang tersebut, kugunakan kesempatan itu untuk memperhatikan keadaan di seputar ruangan. Ternyata tempat itu merupakan sebuah ruang pertemuan yang amat luas, tapi selain orang itu, tak tampak orang lain hadir di situ.

Kenyataan ini membuat perasaanku agak lega, setelah mempersiapkan jalan darurat untuk mundur, kuangkat obor tinggi-tinggi dengan harapan bisa melihat raut wajah orang itu lebih jelas lagi, tapi separuh bagian wajahnya telah tertutup oleh tubuh laba-laba raksasa tersebut hingga aku susah untuk melihatnya dengan lebih jelas, sementara aku masih berpikir haruskah melenyapkan beberapa ekor makhluk beracun itu lebih dahulu, mendadak kudengar orang itu berbicara lagi dengan suaranya yang Iemah. ia beritahu kepadaku kalau ular merah, laba-laba raksasa serta katak keemas- emasan itu merupakan makhluk- makhluk paling beracun di dunia ini, bila sampai tergigit satu kali saja maka kalau tidak memperolah obat penawar racun dari perguruannya, tak ada obat di dunia ini yang bisa menyelamatkan jiwanya.

Dari pembicaraan tersebut secara tak langsung dia telah memberitahukan indentitas dirinya, ternyata dialah pemilik makhluk- makhluk beracun itu."

"Waktu itu aku sangat keheranan, kalau memang dialah pemilik makhluk- makhluk beracun itu, kenapa malah dirinya yang di-santap makhluk beracun peliharaannya?" Li Bun-yang menarik napas sesaat.

"Agaknya ia mengetahui kecurigaanku itu, sebelum aku sempat bertanya, ia telah menerangkan lebih dulu, Ketika makhluk beracun itu sesungguhnya saling bermusuhan asal aku dapat membangkitkan amarah makhluk- makhluk itu sehingga mereka saling membunuh sendiri, maka aku dapat menjadi nelayan yang beruntung yang tinggal memungut hasilnya tanpa harus bersusah payah menyerempet bahaya untuk membunuh ketiga makhluk beracun itu.

Dia pun beritahu kepadaku bahwa selain si katak yang agak bebal, serat racun dari laba-laba raksasa itu susah dibendung, dalam waktu sekejap mata ia bisa membuat sarang laba-laba beracun yang memenuhi seluruh ruangan tersebut. sebaliknya, ular beracun berwarna merah itu mempunyai gerak terjangan yang sangat cepat dan sukar dihadapi ia suruh aku menggunakan senjata rahasia menyerang secara serentak kearah ular merah serta

laba-laba raksasa itu guna memancing amarah kedua makhluk beracun itu, sedang si katak tak usah di usik lagi karena makhluk itu sudah terluka dan siap menerjang dengan penuh amarah.

Ketika bicara sampai di situ, tampaknya ia sudah kehabisan tenaga sehingga suaranya bertambah lemah dan sukar ditangkap. "Akupun mulai berpikir waktu itu. Aku merasa perkataannya sangat masuk di akal, maka kuletakkan obor ke tanah lalu mempersiapkan mata Uang yang secara serempak kusambitkan ke arah ular serta laba-laba raksasa tersebut" semua mata tetap tertuju dengan penuh perhatian padanya, Li Bun-yang kembali meneruskan

"Betul juga, setelah tersambit mata uang tersebut, kedua makhluk beracun itu serentak mengangkat kepalanya, Ular merah itu yang bertindak duluan, dengan taringnya yang tajam ia gigit si laba-laba. Bersamaan waktunya makhluk beracun itu pun melepaskan lilitannya atas lengan dan tubuh orang itu.

Meskipun si laba-laba beracun tak rela menyerah kalah, tapi makhluk itu tidak mau beradu kekerasan dengan si ular merah, Dengan kakinya yang panjang, makhluk beracun itu meninggalkan ubun-ubun orang tersebut dan mundur dengan kecepatan tinggi, tapi dengan cepat si ular merah mengejar dari belakangnya."

"Waktu itu oborku hampir padam, maka aku pun menyulut sebuah lagi yang baru. Tapi di saat pergantian obor itulah si katak yang sudah terluka oleh babatan kipasku tadi dengan diiringi suara yang aneh telah mengejar pula ke arah ular merah itu.

"Bagaimana dengan orang itu?" tukas Li Tiong-hui tiba-tiba. "Apakah ia menggunakan kesempatan tersebut untuk melarikan diri?"

"Tidak, ia tetap berbaring di sana dengan tenang, ia suruh aku mendekat karena ada berapa persoalan penting yang hendak disampaikan kepadaku, ia minta aku menyampaikan apa yang dikatakan itu kepada umat persilatan, waktu itu aku masih curiga dan penuh waspada, aku tak tahu kenapa ia belum juga mati meski sudah dilukai dua makhluk beracun."

Setelah berhenti sebentar untuk tukar napas, Li Bun- yang kembali meneruskan kisahnya: "Ketika menyadari aku masih menaruh curiga kepadanya, sambil menghela napas dia pun berkata kepadaku: "Mungkin aku sudah tak mampu menunggu sampai selesainya pertarungan ketiga makhluk beracun itu lagi." Melihat ia sudah hampir matL aku pun tidak banyak menaruh curiga lagi. " "Apakah kau menuruti kehendaknya dan berjalan mendekat?" tanya Ci Mia-cu tiba-tiba.

Li Bun-yang mengangguk tanda membenarkan "Dari nada pembicaraannya yang begitu lemah tak bertenaga serta sinar matanya yang telah memudar, aku tahu jiwanya sudah hampir melayang, Dalam keadaan seperti ini walaupun ia terhitung seorang jago lihai kelas satu pun belum tentu bisa berbuat apa- apa kepadaku, Sambil mengerahkan tenaga dalam untuk bersiap sedia, aku menuruti kemauannya dan berjalan menghampiri.

Setelah dekat dengan orang itu, aku baru sadar kalau apa yang diucapkannya memang bukan bohong. Di atas wajahnya yang pucat pias sudah muncul selapis hawa hitam yang amat jelas, ini pertanda kalau racun jahat telah merasuk ke dalam isi perutnya, berada dalam keadaan begitu siapapun jangan harap bisa hidup lebih lama lagi,"

"Rupanya ia sudah khawatir kalau keadaan tidak mengijinkan lagi, sebelum aku sempat bertanya, ia sudah memperkenalkan dulu asal usulnya "

"Apa saja yang dia katakan?" tanya Ci Mia-cu.

Dengan termangu- mangu Li Bun-yang mengawasi lilin yang membara, kemudian ujarnya: "la perkenalkan diri sebagai orang yang berasal dari istana panca racun- Katak beracun, ular merah serta laba-laba itu seharusnya telah membuktikan bahwa apa yang dikatakan bukan bohong..."

"orang yang akan mati biasanya tak akan bohong, Kalau betul orang itu sudah tahu kalau ajalnya telah tiba, apa yang dibicarakan boleh diperCaya."

"Nama istana panca racun dalam dunia persilatan tidak begitu terkenal Aku sendiri merasa seolah pernah mendengar orang membicarakan, tapi itu pun terbatas hanya tahu namanya saja, Apalagi belakangan jarang sekali ada anggota istana panca racun yang berkelana dalam dunia persilatan. Tapi melihat betapa tragisnya orang itu dicelakai tiga makhluk beracun, kejadian itu segera memancing rasa ingin tahuku. Waktu itu agaknya ajal orang itu sudah di ambang pintu, selesai mengucapkan beberapa patah kata itu, sekujur badannya mulai bergetar keras, Rupanya racun jahat mulai bekerja di dalam tubuhnya yang mengakibatkan tulang dan ototnya mulai berkerut.

Melihat keadaannya seperti itu, pertama aku tak tega melihat ia tersiksa hebat, kedua akupun tertarik untuk mengetahui latar belakang istana panca racun, maka kukerahkan tenaga dalam untuk menepuk jalan darah thianjin dan teh-hiat di tubuhnya."

"setelah memperoleh bantuan hawa murniku, penderitaan yang dialaminya agak berkurang, Dia pun meneruskan perkataannya, dia bilang otak yang memimpin istana panca racun adalah seorang tabib kenamaan yang pandai dalam ilmu pertabiban dan obat- obatan.

Dia sudah banyak mengobati orang, hubungannya dalam masyarakat baik, tapi berhubung satu-satunya putra kesayangannya mati digigit ular ber-bisa, dalam sedihnya dia bertekad menciptakan sejenis obat yang bisa memunahkan racun ular, sesungguhnya orang ini amat pandai dan luas pengetahuannya, ia tahu untuk bisa menciptakan obat mustika yang bisa memunahkan pelbagai racun ular berbisa di dunia ini maka dia harus memahami dulu sifat racun dari setiap jenis ular beracun yang ada di dunia ini.

Untuk keperluan itu ia tutup toko obatnya serta mengumpulkan pawang-pawang ular dari seluruh negeri untuk menangkap pelbagai jenis ular beracun yang ada di dunia ini."

"Tapi sebagaimana diketahui, di kolong langit terdapat beratus-ratus jenis ular beracun yang memiliki sifat racun yang berbeda-beda, semakin ia mendalami ilmu tersebut, semakin ia merasa pengetahuannya bertambah. Dia pun mengerti dalam berapa tahun yang singkat tak mungkin penyelidikannya itu bisa diselesaikan, maka ia putuskan untuk menggunakan sisa hidupnya guna menyelesaikan cita-citanya itu. Dengan membuang waktu selama berapa tahun, akhirnya di sebuah gunung yang terpencil ia berhasil menemukan tempat berkumpulnya aneka jenis ular beracun." Li Bun-yang berhenti sejenak sebelum melanjutkan ceritanya.

"Tempat itu sangat lembab dan paling cocok untuk memelihara ular beracun, si tabib yang sudah keranjingan ular ini pun akhirnya mengorbankan semua harta kekayaan yang dimilikinya untuk membangun sebuah gedung megah di tengah gunung tersebut, tempat itu disebut "Coa-kit" atau tempat tinggal ular, tempat tinggal ular inilah yang merupakan cikal bakal munculnya istana panca racun.

"orang itu berasal dari seorang tabib, ia tak pernah berhubungan dengan umat persilatan oleh sebab itulah panca racun tak pernah punya nama dalam dunia persilatan."

"ooooh,.. rupanya ada selipan cerita yang begitu menarik." seru Ci Mia-cu selesai mendengar kisah itu. "sungguh tak disangka seseorang yang tak paham ilmu silat, demi terwujudnya cita-cita untuk menolong umat manusia, ternyata ia rela hidup menderita dengan menciptakan sebuah tempat yang sedemikian seramnya."

Li Bun-yang menghela napas panjang: "ciu tayhiap pernah bilang, istana panca racun adalah sebuah tempat yang amat misterius, beracun dan berbahaya sekali, Karena pengetahuan tersebut maka hal itu meninggalkan kesan yang dalam di benakku, Aku khawatir orang itu sukar bicara karena kambuhnya racun jahat, maka aku peringatkan kepadanya agar jangan bicara sembarangan- "

"Tapi kau toh mesti menanyakan persoalan ini sejelas- jelasnya," tukas Li Tiong-hui.

Li Bun-yang menengok adiknya sekejap. kemudian melanjutkan "Tabib itu pun membawa keluarganya beserta dua belas orang pawang ular menetap dalam "Coa-kit" atau rumah tinggal ular itu. Berhubung di tempat itu sudah tersedia cukup banyak ular beracun, ditambah lagi ular-ular beracun yang mereka tangkap dari tempat lain membuat gedung besar yang mereka tempati itu berubah jadi sarang ular beracun yang sangat mengerikan"

"Ada orang bilang, seorang jenderal kebanyakan akan tewas di medan pertempuran meskipun penghuni "Coa- kit" rata- rata adalah pawang ular yang hebat, tapi sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh ke tanah juga. Tidak sampai dua tahun, dari dua belas-orang diajak si tabib pindah ke " Coa-kit" tersebut, ada enam orang terpatuk ular beracun dan tewas keracunan, padahal waktu itu si tabib belum berhasil menciptakan sejenis obat yang dapat menyembuhkan pagutan pelbagai jenis ular beracun" "Tapi peristiwa itu justru telah memberikan satu ide baginya untuk melawan racun ular itu dengan racun lain, oleh sebab itulah dia mulai menangkapi pelbagai jenis katak beracun untuk memunahkan racun ular.

"Begitulah seterusnya, dengan cara dan sistem yang sama ia kembangkan keaneka-ragaman makhluk beracun yang ditangkapnya. satu jenis makhluk beracun dipakai untuk menangkal racun makhluk yang lain.

sebuah gedung "Coa-kit" yang sederhana pun dalam berapa tahun kemudian telah berubah menjadi istana panca racun."

"Setelah begitu lama bergaul dengan lima jenis makhluk beracun, otomatis si tabib itupun pernah dilukai makhluk- makhluk beracun peliharaannya, tapi ia mempunyai teori yang tepat untuk menangkal kelima jenis racun tersebut yaitu dengan menyantap kelima jenis makhluk beracun itu setiap hari."

"Tentu saja kebiasaan semacam ini tak mungkin bisa ditiru oleh istrinya serta dayang-dayangnya, secara beruntun mereka tewas atau melarikan diri dari tempat itu, Tapi sayang sekeliling "Coa-kit" telah dipenuhi oleh kelima jenis makhluk beracun peliharaannya, sehingga mereka yang melarikan diri kebanyakan terluka oleh binatang beracun itu dan tewas di tengah jalan." "Ketika berbicara sampai di situ, racun dalam tubuh orang itu mulai bekerja, sekujur badannya gemetar sangat keras. sekalipun aku tak sayang menggunakan hawa murniku untuk membantunya memperlancar peredaran darah, namun berhubung ia sudah keracunan hebat, biar ada obat mustika pun mustahil dapat menyelamatkan jiwanya. sebelum menghembuskan napas penghabisan dia masih terus bicara, tapi kata- katanya sudah tak jelas dan terpatah-patah. Ketika mengucapkan berapa patah kata lagi ia sudah tak tahan dan akhirnya tewas."

"Masih ingatkah kau apa saja yang dia katakan?" Li Bun-yang yang termenung berpikir sejenak.

kemudian jawabnya: "Seingatku dan ini merupakan hasil pembahasanku sendiri, agaknya kemudian muncul seorang perempuan yang memasuki " Coa-kit" tersebut perempuan itu menderita luka sangat parah tapi kemudian berhasil ditolong oleh tabib itu."

"Bagaimana kemudian? Cepat katakan" seru Li Tiong- hui.

"Kemudian ia mengatakan kepadaku secara tiba-tiba, minta aku menyampaikan kepada umat persilatan di kolong langit agar "

"Agar apa engkoh Yang? Kenapa tidak kau Ianjutkan?" "Ketika berbicara sampai "agar", ia sudah keburu menghembuskan napas yang penghabisan,jadi akupun tidak bisa melanjutkan apa yang hendak dia sampaikan."

"Bila ditinjau dari nada pembicaraannya," ujar Han si- kong memberikan komen-tarnya. "Mungkin dia ingin kau secepatnya mengundang para jago dari dunia persilatan agar segera menyerbu istana panca racun mumpung sayapnya belum terlanjur berkembang, dengan begitu sebuah bibit bencana bagi umat persilatan bisa dilenyapkan lebih dahulu sebelum mewabah."

"Perempuan yang terluka dan memasuki istana panca racun itu pastilah seorang tokoh dunia persilatan yang berilmu tinggi," kata Li Tiong-hui pula. "Kalau tidak. niscaya ia sudah keburu mati oleh gigitan makhluk beracun yang dipelihara di sekitar istana tersebut."

Ci Mia-cu menghela napas, ujarnya pula: "Kisah tentang istana panca racun kebanyakan kita peroleh dari penuturan orang lain yang jelas tak terhindar dari tambahan bumbu di sana sani. Hal ini menyebabkan tempat tersebut bertambah misterius dan menyeramkan, tapi sekarang Li kongcu mendengar kisah tentang istana panca racun itu justru dari pihak istana sendiri, jelas beritanya jauh lebih bisa dipercaya. sayang ia keburu mati sehingga beritanya tak lengkap. coba dia bisa bertahan seperminum teh lagi, rasanya kita tak perlu saling menebak seperti sekarang." "Oleh sebab itulah aku bermaksud berangkat ke istana panca racun untuk membuktikan sendiri apa yang kudengar," sambung Li Bun-yang dengan wajah berubah serius.

"Ehmmm, akupun sependapat dengan pandangan saudara Li," kata Lim Han-kim menimpali "sayang sekali adik Liong pergi tanpa kabar sehingga mustahil bagiku untuk menemani saudara Li berangkat ke istana panca racun-"

"Aku punya satu rencana yang sama-sama menguntungkan," usul Han si-kong tiba-tiba.

"Apa rencana mu?"

"Sewaktu hendak berangkat ke istana panca racun, Thian-hok sangjin mengatakan bahwa kepergiannya adalah demi keselamatan umat persilatan di dunia.

Kejadian ini tidak banyak diketahui orang persilatan, tapi kalau ditinjau dari kepedihan hatinya sewaktu berangkat memikul beban berat itu, rasanya sikap tersebut bukan sikap yang disengaja. Menyingkap rahasia ini saja sudah cukup berharga bagi kita untuk berangkat ke istana panca racun, Tapi persoalan ini meski amat penting, aku pikir tak perlu dilaksanakan secara terburu-buru. Tak ada salahnya kita pergi melacak jejak adikmu lebih dulu, setelah adikmu ditemukan baru kita berangkat bersama ke istana panca racun." "Cara ini bagus sekali" seru Li Bun-yang sambil tersenyum "Dengan pengetahuan, pengalaman serta pergaulan Han locian-pwee yang begitu luas, kehadiranmu pasti akan sangat membantu usaha kami."

Lim Han-kim tidak memberi komentar apa pun, hanya dalam hati kecilnya ia berpikir: "Setelah mewariskan delapan jurus ilmu pedang naga sakti kepadaku, Ciu Huang, ciu locianpwee minta aku pergi mencari pedang sakti dari Lam-kiang Hongpo Tiang-hong untuk minta belajar kelanjutan ilmu pedang tersebut. Terlepas apakah majikan tua perkampungan Lak-seng-tong betul-betul adalah si pedang sakti dari Lam-kiang atau bukan, aku perlu menjumpainya lebih dulu, tapi rasanya kurang leluasa apabila kepergianku ke situ disertai banyak orang, sebaliknya aku pun tak bisa menampik kebaikan orang dengan begitu saja. Aaaai, apa yang mesti kuperbuat sekarang.,.?" Untuk beberapa saat,anak muda ini jadi serba salah.

Mendadak terdengar Li Tiong- hui ber-seru: "Kalau benar kalian hendak menyelidiki istana racun, bagaimana kalau aku pun ikut serta?"

"Bila kau ingin turut bergabung, aku jadi lebih mantap" sahut Li Bun-yang tertawa.

Rupanya selama ini Li Tiong- hui lebih suka ketenangan, jarang sekali dia mau mencampuri urusan dunia persilatan Di waktu-waktu yang lampau kebanyakan Li Bun-yang yang menulis surat lewat burung merpati untuk minta bantuannya apabila ia menjumpai masalah pelik dalam dunia persilatan, tapi biasanya begitu urusan selesai, gadis itu segera balik ke bukit Hong-san lagi.

Kali ini ternyata ia melanggar kebiasaan tersebut dengan menawarkan sendiri kehadirannya untuk menemani Li Bun-yang mengembara dalam dunia persilatan Sudah barang tentu pemuda itu selain merasa agak tercengang juga gembira sekali,

Mendadak Li Tiong- hui merasa pipinya jadi panas, selapis rasa jengah menghiasi wajahnya yang cantik, kedengaran ia berseru manja: "Bagaimana? Tidak boleh?"

Tiba-tiba saja Li Bun-yang merasa hatinya tergetar, ia seperti memahami sesuatu, buru-buru sahutnya sambil tertawa: "ooooh... boleh, boleh, tentu saja dengan senang hati."

"Kenapa sih kau tertawa? Bila kau tidak mengajak aku, sekalipun kalian bisa masuk ke dalam istana panca racun, paling tidak juga mesti membuang banyak waktu dan tenaga untuk menghadapi makhluk-makhluk beracun tersebut "

"Betul, mutiara penolak racun milikmu memang dapat menangkal keganasan lima jenis makhluk beracun itu, bagi kami, kehadiranmu memang akan banyak mengurangi kerepotan sewaktu memasuki istana itu."

Han si-kong segera bangkit berdiri, serunya sambil tertawa: "Waktu sudah mulai siang, kita mesti beristirahat lebih dulu. Kalian tahu aku memang berangasan dan tidak sabaran, kini keputusan sudah diambil lebih baik kita beristirahat sejenak, besok pagi- pagi kita segera berangkat" sorot matanya dialihkan ke wajah Ci Mia-cu, lalu tambahnya: "Masih ada satu urusan lagi mohon bantuan koancu."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar