Pedang Keadilan I Bab 21 : Terluka Pukulan Beracun

 
Bab 21. Terluka Pukulan Beracun,

Pek Khi-hong tertawa dingin, mendadak ia memotong pembicaraan Li Bun-yang yang belum selesai: "Pada tempat dan keadaan seperti ini, tak sesuai kita berbincang-bincang hal yang bukan-bukan, Aku pernah bertemu dan berkenalan dengan ayahmu dulu, meski tak terhitung kelewat akrab bagaikan saudara kandung, namun hubungan persahabatan kami di luar kebiasaan. Aku tak ingin bertarung lagi dengan kau." Buru-buru Li Bun-yang menjura memberi hormat.

"Oooh, rupanya Locianpwee adalah sahabat mendiang ayahku. Aku mohon maaf lebih dulu."

Pek Khi-hong berkelit ke samping menghindari tanyanya kemudian: "Sudah berapa lama ayahmu meninggal?"

"Kurang lebih lima belas tahun berselang."

Tiba-tiba Pek Khi hong menghela napas panjang, gumamnya: "Aaaai... tidak dapat menghadiri saat penguburan sahabat sendiri, kejadian ini benar-benar patut disesali. "

Bergumam sampai di situ, tiba-tiba ia seperti teringat suatu masalah yang sangat penting, Rasa duka di wajahnya lenyap seketika, sebaliknya paras muka itu berubah jadi dingin dan kaku, tegurnya kemudian:

"Apa hubunganmu dengan ciu Huang serta Kuil Awan Hijau ini?"

"Ketua Kuil Awan Hijau ci-mia-cu adalah sahabat ayahku sebelum beliau menjadi pendeta. jadi kalau dihitung ia masih termasuk angkatan tuaku, sebaliknya ciu tayhiap disegani dan dihormati setiap umat persilatan aku menaruh perasaan kagum dan hormat yang mendalam terhadapnya " Pek Khi-hong segera berkerut kening, selanya: "Seandainya aku hendak bentrok dengan ketua Kuil Awan Hijau serta ciu tayhiap, entah kau bakal membantu siapa?" Tertegun Li Bun-yang setelah mendengar perkataan itu, diam-diam pikirannya:

"Jahe memang makin tua semakin pedas, Belum sempat aku bertanya dia, ia sudah memojokkan aku lebih dulu. "

setelah termenung dan berpikir sejenak, sahutnya: "Persoalannya ini benar-benar membuat aku menjadi serba salah, Kalau berbicara menurut aturan dunia persilatan, aku pasti akan menjatuhkan pilihan secara cepat dengan berdiri dipihakmu, tapi sekarang aku

berharap Locianpwee sudi memberi muka kepadaku dan menghilangkan sikap permusuhan ini menjadi persahabatan. Asal Locianpwee bersedia, maka masalah Ciu tayhiap dan ketua Kuil Awan HHijau serahkan saja kepadaku. "

Pek Khi-hong tertawa dingin, selanya: "Kau salah paham, Antara aku dengan Ciu Huang serta ketua Kuil Awan Hijau tak pernah terikat dendam atau sakit hati, aku datang ke mari hanya ingin minta suatu barang."

"Barang apa yang kau kehendaki?" "sebotol pil jinsom berusia seribu tahun." "Pil jinsom berusia seribu tahun.,.?" seru Li Bun-yang agak tertegun.

"Benar, pil jinsom berusia seribu tahun, Benda itu mempunyai hubungan yang sangat penting dengan diriku, jadi aku harus mendapatkannya."

"Menurut apa yang kuketahui, rasanya pil jinsom seribu tahun itu menjadi milik saudara Lim."

"Tapi dia sudah mengabulkan permintaanku dan menghadiahkannya kepadaku."

"soal ini... aku benar-benar tidak percaya. Dengan susah payah saudara Lim ini menempuh perjalanan jauh menghantar obat tersebut ke mari."

"Aku tak pernah bohong, kalau tak percaya tanyakan sendiri kepadanya " ia berpaling menatap tajam Lim

Han-kim, kemudian terusnya dengan suara dingin: "Ketika aku hendak mematahkan rantai borgolmu di pondok Lian-im-lu tempo hari, bukankah aku telah berkata minta imbalan pil jinsom berusia seribu tahun itu?"

"Walaupun Locianpwee pernah bilang begitu, tapi aku Lim Han-kim belum pernah.."

Tidak membiarkan Lim Han-kim menyelesaikan perkataannya, Pek Khi-hong telah berkata lebih jauh: "Nah, itulah dia Waktu itu kau toh bilang pil jinsom seribu tahun itu sudah tak berada di tanganmu lagi, dirampas orang-orang Hian-hong-kau?"

"Benar, tapi. "

Pek Khi-hong segera berpaling ke arah Li Bun-yang dan ucapnya cepat: "saudara Li, kau sudah mendengar semua bukan, tentunya kau tak lagi menuduh aku sedang berbohong bukan?"

Mendengar orang itu mencari menangnya sendiri, Lim Han-kim jadi mendongkol teriaknya keras-keras: "Locianpwee, kau tak boleh berbicara seenaknya sendiri, Berilah kesempatan kepadaku untuk bicara. Memang betul Locianpwee mengajukan syarat agar aku menghadiahkan pil mustika itu untukmu, tapi aku kan belum mengabulkan permintaanmu itu"

"Kalau kau tidak mengabulkan permintaanku, sama artinya kau hendak mengingkari janji."

Berubah hebat paras muka Lim Han-kim serunya kemudian: " Kalau aku ngotot tidak mengabulkan permintaanmu? "

"Tidak setujupun harus setuju." teriak Pek Khi-hong gusar. "Kau jangan mendesak aku terus menerus, jangan disangka aku tak berani membunuh orang."

"Seorang lelaki sejati lebih suka dibunuh daripada dihina, jika Locianpwee ingin mengandalkan ilmu silat untuk merampas pil jinsom berusia seribu tahun itu, mungkin kau tak bisa memenuhi harapanmu itu dengan lancar."

Pek Khi-hong tertawa dingin, "Diminta secara baik- baik tak bisa, terpaksa aku harus merampas dengan kekerasan."

Begitu selesai bicara, ia miringkan badannya kemudian langsung menerjang masuk ke dalam ruangan.

Melihat orang itu benar-benar menerjang masuk dengan kekerasan, Lim Han-kim pun berpikir: "Tampaknya masalah hari ini harus diselesaikan lewat suatu pertempuran sengit."

Telapak tangan kanannya dengan menggunakan jurus "Pacul Terbang Menumbuk Genta" langsung menghantam tubuh Pek Khi-hong. Tadi Ia sudah menjajal kehebatan ilmu silat lawan. pemuda itu sadar bila gempuran kali ini tidak disertai tenaga penuh, maka terjangan orang itu mustahil dapat dibendung, oleh sebab itu dalam serangannya- kali ini ia sertakan sembilan bagian tenaga dalamnya, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera meluncur ke depan dengan hebatnya.

Pek Khi-hong sama sekali tidak mengubah gerak tubuhnya yang menerjang ke dalam ruangan, sementara tangan kirinya dengan jurus "Menyambut Tamu Menghantam Bidadari," dari gerak menyikut berubah jadi tabokan, dengan cepatnya menyambut datangnya serangan dari Lim Han-kim itu.

Begitu ujung telapak tangan Lim Han-kim bersentuhan dengan telapak tangan Pek Khi-hong, anam muda itu segera merasakan segulung hawa panas yang sangat kuat menerobos keluar dari tangan lawan langsung menyusup masuk ke dalam tubuh-nya. Akibatnya bukan saja sisa kekuatan yang terhimpun dalam lengan kanannya tak mampu disalurkan keluar, bahkan lengan itu terasa kaku dan sukar diperintah lagi.

sadarlah Lim Han-kim bahwa ia sudah terluka oleh pukulan beracun orang itu, sambil menghela napas sedih ia lepaskan satu tendangan kilat menghajar perut Pek Khi-hong.

Tendangan tersebut dilepaskan tanpa menimbulkan sedikit suara pun, jurus serangan yang digunakan pun sangat aneh. Pek Khi-hong yang waktu itu sudah menerjang hingga ke pintu ruangan pun seketika terdesak mundur kembali.

Di saat yang amat kritis inilah Li Bun-yang telah menerjang ke muka, sambil mengangkat senjata kipasnya ia berseru: " Locianpwee, kalau ada persoalan dibicarakan saja secara baik-baik. Apabila kau ngotot hendak menerjang masuk ke dalam ruangan, terpaksa aku tak bisa berpeluk tangan saja." sementara berbicara, tubuhnya sudah mendesak ke belakang Pek Khi-hong. Kipasnya berada dalam posisi setengah ter-buka, siap melancarkan serangan maut.

Pek Khi-hong berpaling memandang Li Bun-yang sekejap. lalu ujarnya dingini "Aku bersedia mengalah kepadamu karena memandang mendiang ayahmu sebagai sahabatku Aku tahu ilmu silat keluarga Hong-san amat hebat dan tersohor di kolong langit, tapi jangan dianggap kemampuanmu itu bisa berbuat sesuatu atas diriku."

"Aku tahu kepandaianku bukan tandingan Locianpwee, tapi sebagai seseorang yang sedang mengemban tugas, aku tak bisa berdiam diri saja. Aku harap Locianpwee sudi melihat wajah mendiang ayahku dengan memberi muka untukku"

Pek Khi-hong segera berkerut kening, bentaknya gusar: "Jika aku mesti memberi muka kepadamu, lantas siapa pula yang akan menolong nyawa putri kesayanganku.."

Tiba-tiba tampak tubuh Lim Han-kim gontai dan tak bisa berdiri tegak. secara beruntun ia mundur sejauh empat lima langkah lalu bersandar pada dinding ruangan. Di bawah cahaya lilin yang memancar ke luar dari balik ruangan, tampak wajah Lim Han-kim telah berubah jadi merah membara. Peluh sebesar kacang kedele jatuh bercucuran membasahi sepasang pipinya. Terkesiap hati Li Bun-yang menyaksikan keadaan itu, teriaknya keras-keras: "saudara Lim, kau terluka?"

sambil miringkan badan dengan senjata kipas melindungi tubuhnya, ia menerobos masuk ke dalam ruangan, "Mundur kau" bentak Pek Khi-hong gusar, sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan ke depan. Angin topan yang luar biasa hebatnya segera memancar ke luar dari balik telapak tangannya langsung menyapu ke depan.

Cepat-cepat Li Bun-yang menolak telapak tangan kirinya sejajar dada, teriaknya: "Locianpwee..."

Begitu sepasang tangan bersentuhan, tubuhnya seketika tergetar mundur sejauh tiga langkah, maka serunya lagi: "Waaah... tenaga pukulan yang sungguh hebat."

sesudah berhasil menguasai diri, senjata kipas di tangan kanannya dengan jurus "Naga sakti Muncul Tiga Kali" menciptakan tiga titik bayangan kipas yang secara terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting di tubuh Pek Khi-hong.

Mendadak terdengar suara bentakan berat bergema tiba: "Tahan" Mendengar bentakan tersebut, Li Bun-yang segera menarik kembali senjata kipasnya dan mundur sejauh tiga depa.

Ketika mengangkat kembali wajahnya, tampaklah si Hakim sakti Ciu Huang dengan membawa tongkat bambu serta wajah penuh pembalut putih telah berdiri di tengah ruangan, sepasang matanya yang dingin menatap wajah Pek Khi-hong tanpa berkedip.

Cepat-cepat Lim Han-kim menyeka peluh yang membasahi jidatnya lalu melompat maju ke muka berdiri menghadang di hadapan ciu Huang, Walaupun ia sudah menderita luka dalam yang cukup parah, namun dalam keadaan terpaksa ia telah bersiap sedia mempertaruhkan selembar jiwanya untuk melindungi keselamatan ciu Huang.

Pek Khi-hong melototkan sepasang matanya mengawasi wajah Ciu Huang, ketika empat mata saling bertemu kedua belah pihak sama-sama membungkam diri dalam seribu bahasa.

sampai lama kemudian Pek Khi-hong baru memberi hormat sambil berkata: "Sudah lama aku mengagumi nama besar anda, sungguh beruntung kita dapat berjumpa hari ini." "Terima kasih banyak. terima kasih banyak. sesungguhnya aku sudah mengerti jelas maksud kedatanganmu..."

"itu lebih bagus," tukas Pek Khi-hong serius, "Sudah belasan tahun putriku bergelut melawan penyakit aneh yang diderita-nya, sebagai orang tua, aku tak bisa berpeluk tangan saja membiarkan anakku tersiksa.

Hidupku seperti duduk di atas jarum, belum pernah bisa makan nikmat, tidur nyenyak. Untuk mencarikan obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakitnya, aku telah menjelajahi seluruh pelosok negeri. sayang, aku belum berhasil menemukan obat yang mujarab itu.,,."

Kemudian setelah berhenti sebentar untuk mengatur napas, sambungnya lebih jauh: "Akhirnya aku mendapat kabar kalau saudara Ciu berhasil mendapatkan sebotol pil jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan phang Thian- hua, maka aku buru-buru menyusul ke mari dengan harapan bisa mendapatkan separuh saja dari obat mustika itu. Tentunya saudara Ciu tidak keberatan bukan dengan permintaanku ini?"

Ciu Huang tertawa hambar, "Setiap orang tua yang mempunyai anak menderita penyakit semacam ini tentu akan risau menguatirkan keselamatannya, sebab itu memang wajar, Tapi caramu memaksa orang lain untuk menyerahkan obat mustika sangat keterlaluan dan terlalu memojokkan tampaknya kau tak pandang sebelah mata pun terhadap aku manusia Ciu?"

"Aku pun mengerti kedudukan Hakim sakti Ciu Huang dalam dunia persilatan sudah pasti kau tak akan rela membiarkan aku mengambil obat mustika milikmu dengan begitu saja, tapi... maaf kalau aku bicara latah, Dengan kondisi saudara Ciu saat ini, biar bergabung dengan saudara Lim serta saudara Li dari Hong-sanpun masih belum cukup tangguh untuk menghalangi niatku dalam mengambil obat mustika tersebut "

Lim Han-kim dan Li Bun-yang tidak bicara, mereka membungkam diri dalam seribu basa sebab mereka sadar apa yang dikatakan orang itu memang bukan perkataan latah, kenyataannya mereka berdua memang bukan tandingannya.

setelah mendeham beberapa kali dengan suara berat, kembali Pek Khi-hong melanjutkan "Setiap umat persilatan di dunia saat ini mengetahui bahwa saudara Ciu memiliki ilmu silat yang lihai dan tiada taranya di kolong langit, Tapi sayang kondisi-mu saat ini tidak mengijinkan Luka parah yang kau derita belum sembuh sehingga mustahil bisa melayani serangan serta sergapanku, padahal aku telah bersumpah akan berusaha mendapatkan pil jinsom berusia seribu tahun itu kendati apa pun yang bakal terjadi." "He he he he... asal kau berhasil melukai diriku, bukankah pil jinsom berusia seribu tahun itu dapat segera kau bawa pergi?" jengek ciu Huang sambil tertawa dingin.

"ciu tayhiap tak usah memanasi hatiku dengan kata- kata pedas seperti itu. seperti telah kukatakan tadi, apa pun yang terjadi aku tetap akan membawa pergi obat mustika berusia seribu tahun itu."

Hakim sakti Ciu Huang menoleh dan memandang meja kayu di tepi pembaringannya, kemudian katanya: "pil jinsom berusia seribu tahun itu kuletakkan di atas meja kayu tersebut, kalau kau bersikeras hendak mengambilnya, silahkan diambil sendiri"

Pek Khi-hong berpaling memandang Li Bun-yang sekejap. lalu dengan langkah lebar berjalan menghampiri meja kayu itu

Lim Han-kim menggeser tubuhnya siap menghadang, tapi Hakim sakti Ciu Huang melintangkan lengan kanannya yang penuh pembalut putih itu menghalangi tindakannya itu, bisiknya: "Jangan sembarangan bergerak nak"

sementara itu Li Bun-yang telah menerjang masuk ke dalam ruangan, tapi dia sendiri pun dibuat gelagapan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya, Apa yang dapat dilakukan hanyalah mengipasi tubuh sendiri sambil mengawasi lawannya tanpa bicara.

sementara itu Pek Khi-hong dengan langkah lebar telah menghampiri meja kayu itu dan menyambar botol porselen yang terletak di sana, Dengan suara dingin Ciu Huang kemudian berkata: "isi botol itu sudah kupakai setengahnya, sisa yang ada boleh kau ambil semua"

Pek Khi-hong membuka penutup botol itu serta menuang beberapa biji obat, setelah dipandang sekejap ujarnya:

"Apakah saudara Ciu butuh beberapa butir untuk dipakai sendiri?"

"Aku jadi orang tak pernah butuh belas kasihan orang lain."

Pek Khi-hong tidak banyak bicara lagi, dia tuang semua isi botol tersebut dan dihitung jumlahnya, ternyata masih tersisa tiga puluh dua biji. Maka tanpa menunggu persetujuan dari ciu Huang lagi ia tinggalkan dua belas butir obat ke atas meja sedang botol porselen beserta isi lainnya dimasukkan ke dalam sakunya, setelah itu baru ujarnya: "Ciu tayhiap. kau masih butuh berapa lama untuk merawat lukamu itu?"

"Paling cepat dua bulan, paling lama tiga bulan." "Baik, tiga bulan kemudian aku pasti akan berkunjung lagi ke Kuil Awan Hijau ini untuk mohon petunjuk. sampai waktunya tenaga dalam Ciu tayhiap tentu sudah pulih kembali, Dengan mengandalkan ilmu silatmu aku percaya kau bisa membalas dendam atas tindakanku malam ini yang telah mengambil pergi obat mustika milikmu" ciu Huang tertawa dingin.

"Ketua Kuil Awan Hijau sudah lama hidup mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan, lagipula tempat ini merupakan tempat suci. Aku tak ingin memberi kerepotan lagi untuk orang lain."

"Jikalau Ciu tayhiap keberatan aku datang berkunjung lagi ke Kuil Awan Hijau ini, baiklah, silahkan kau menunjuk tempat yang lain, tiga bulan kemudian aku pasti akan datang memenuhi janji,"

Ciu Huang berpikir sejenak. setelah itu katanya: "Baik, kita putuskan dengan sepatah kata. Tiga bulan kemudian aku pasti akan berkunjung sendiri ke pondok Lian-im-lu."

"Kalau begitu aku pasti akan menunggu kehadiran ciu tayhiap. selama empat bulan aku tak akan meninggalkan pondok Lian-im-lu. Tapi bila empat bulan kemudian saudara Ciu belum datang juga, maafkan aku. Terpaksa aku tak bisa menunggu lebih lama lagi."

"Antara tiga sampai empat bulan kemudian aku pasti akan berkunjung ke pondok Lian-im-lu." "Kalau begitu aku mohon lebih dulu," ucap Pek Khi- hong sambil memberi hormat. seusai berkata ia segera melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

"Maafkan aku tak bisa menghantar kepergianmu badanku kurang sehat," seru Ciu Huang.

"Tak usah merepotkan" Dalam waktu singkat tubuhnya sudah berada di luar ruangan dan kemudian lenyap di balik kegelapan malam.

sepeninggal orang itu, Lim Han-kim baru menengok Ciu Huang sekejap sambil katanya: "Locianpwee, kenapa kau biarkan orang itu pergi membawa serta pil jinsom berusia seribu tahun itu? Gara-gara sebotol obat mustika itu, suhuku telah menderita luka parah karena terlibat dalam pertarungan yang amat seru, tapi sekarang kau biarkan orang itu memungut hasil tanpa bersusah payah, tidakkah kelewat keenakan baginya?"

Ciu Huang menghela napas panjang, pelan-pelan ia berjalan menghampiri pembaringan dan duduk. lalu sambil menatap wajah anak muda itu lekat-lekat, katanya: "Nak. bagaimana keadaan lukamu?"

"sesudah mengatur pernapasan sebentar keadaanku sudah jauh lebih baik,"

"Tampaknya orang itu memiliki sejenis ilmu aneh dari aliran sesat," sela Li Bun-yang cepat, "Dengan keadaan lukamu sekarang, lebih baik saudara Lim jangan bertindak kelewat gegabah."

"Nak," seru Ciu Huang lagi. "Coba perlihatkan lenganmu yang terluka itu kepadaku."

Lim Han-kim menggulung lengan bajunya dan memperlihatkan lengannya yang terluka itu .

Di bawah sinar lilin yang redup terlihat jelas dua belas jalur panjang yang berwarna merah darah di atas lengannya yang putih itu. Garis merah itu memanjang sampai ke arah bahu. Menyaksikan keadaan luka itu, Li Bun-yang segera berteriak kaget: "Haaah..? Ternyata dugaanku tidak salah, Lengan saudara Lim jelas dilukai oleh pukulan beracunnya..."

"Tidak mengkhawatirkan," potong ciu Huang sambil menggeleng, "sekalipun ia terluka oleh pukulan beracun, namun kondisinya tidak terlalu parah."

Tiba-tiba saja Li Bun-yang sadar kalau telah salah bicara, cepat-cepat dia membungkam diri

Lim Han-kim kurang begitu mengerti tentang ilmu sesat yang telah melukainya itu, tak tahan tanyanya: "Locianpwee, apakah kau telah mengetahui ilmu pukulan apa yang telah melukai lenganku ini?"

"Tampaknya seperti sejenis ilmu beracun ci-sat-ciang (pukulan Racun Merah).,." serobot Li Bun-yang cepat. Lim Han-kim ingin bertanya lagi, tapi Ciu Huang telah mengulapkan tangan sambil berkata: "Aku merasa agak penat, aku harap kalian berdua cepat-cepat istirahat untuk pulihkan kondisi badan-"

sudah jelas perkataan itu bernada mengusir tamu, terpaksa Lim Han-kim dan Li Bun-yang harus mohon diri dan meninggalkan tempat tersebut Keluar dari pintu kamar, tampak Ci Mia-cu dan Han si-kong sedang berjalan mendekat. Di belakang kedua orang itu mengikuti seorang gadis berbaju serba merah.

Li Bun-yang segera menjura, tapi sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Han si-kong telah berteriak duluan: "saudara Lim, barusan benar-benar telah berlangsung suatu pertarungan sengit yang sangat ramai. sayang kau tak bisa menyaksikan kehebatan ilmu silat aliran Thian-lam. Nama besar mereka betul-betul bukan nama kosong belaka, tidak aneh kalau selama belasan tahun lamanya si Gadis Naga berbaju hitam dapat malang melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan-"

"Di dalam kuil pun baru saja berlangsung suatu pertarungan amat sengit," sambung Li Bun-yang. "Malah si pendatang memiliki ilmu silat yang luar biasa hebatnya, Andai- kata Ciu tayhiap tidak tampilkan diri mencegah, mungkin kekuatanku serta saudara Lim tak sanggup membendung terjangannya." "Waaah... siapa dia? Masa begitu hebat?" seru Han si- kong dengan wajah tertegun.

Ci Mia-cu yang jarang bicara, kali ini menukas pula dengan wajah amat khawatir "Luka yang diderita Ciu tayhiap belum sembuh betul, mana dia bisa bertarung melawan orang lain?"

"Ciu tayhiap memang belum bertarung secara resmi melawan orang itu, tapi mereka telah berjanji akan bertemu lagi di masa mendatang."

ci Mia-cu menghela napas panjang, tampaknya ia merasa lega sekali. nampaknya Han si-kong masih belum puas, kembali ia bertanya: "siapa sih orang itu? Aku tak habis mengerti siapa yang memiliki kemampuan sedemikian hebatnya?"

"Pek Khi-hong" jawab Lim Han- kin

"Haaah,..? Manusia berambut putih yang kita jumpa i di Pondok Lian-in-liu tempo hari?"

"Betul, suami si Gadis Naga berbaju hitam."

"Apa maksud kedatangannya ke mari?" tanya Ci Mia- cu.

"Merampas pil jinsom berusia seribu tahun."

"Pil mustika itu sudah terampas?" sela Han si-kong kuatir. "Yaa, sudah terampas"

ci Mia-cu berseru kaget, meskipun di luar wajahnya ia berusaha keras mengendalikan ketenangannya, namun tak bisa menutupi gejolak emosi dalam batinnya, setelah menghela napas panjang katanya: "Luka yang diderita Ciu tayhiap belum sembuh sama sekali, Pil mustika itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi tubuhnya "

Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah Li Bun-yang, kemudian sambungnya:" Apakah saudara Li tidak berusaha untuk menghalangi perbuatannya?"

"Setelah Ciu tayhiap mengadakan perjanjian dengan orang itu, beliau menyerahkan pil tersebut dengan begitu saja, jadi kami berdua merasa kurang leluasa untuk turun tangan menghadang."

"Dan Pek Khi-hong juga tidak mengambil semua isi botol obat itu," sambung Lim Han-kim.

"Masa dia bersedia meninggalkan separuhnya untuk Ciu tayhiap?"

"Meski tidak sampai separuhnya persis, tapi sepertiganya telah ditinggalkan di atas meja."

Tergopoh-gopoh Ci Mia-cu berjalan masuk ke dalam ruang kamar Ciu Huang, sebelum dia sempat melangkah masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba lentera dalam ruangan itu telah dipadamkan, menyusul kemudian terdengar Ciu Huang berkata dengan suara berat: "saat ini aku merasa lelah sekali, aku tak ingin diganggu orang lagi.^

Mendengar ucapan tersebut, terpaksa Ci Mia-cu menghentikan langkahnya dan mundur lagi. saat itu Li Bun-yang telah berbisik kepada Lim Han-kim: "Gadis berbaju merah itu adalah adikku, bagaimana kalau kuperkenalkan kepada saudara Lim?"

Meskipun dalam hati kecilnya Lim Han-kim merasa segan, tentu saja dia tak bisa menampik dengan begitu saja, terpaksa ia memberi hormat kepada gadis berbaju merah itu sambil katanya: "sudah sering kudengar saudara Li membicarakan tentang nona, sungguh beruntung dapat bersua muka hari ini."

Ternyata gadis berbaju merah itu sangat supel, sambil tersenyum sahutnya lembut: "Aku Li Tiong-hui, di lain hari masih mengharapkan banyak petunjuk dari anda"

sesungguhnya Lim Han-kim masih menganut paham kolot, maka setelah mendengar gadis itu langsung memperkenalkan namanya, ia jadi tertegun dan untuk berapa saat lamanya tak tahu apa yang mesti di-jawab.

sambil tersenyum manis kembali Li Tiong-hui melanjutkan: "Nama besar saudara Lim juga sudah kudengar dari pembicaraan antara ketua kuil dengan Han Lo-cianpwee tadi. "

"Aku Lim Han-kim" Buru- buru pemuda itu memperkenalkan diri.

sementara itu Ci Mia-cu telah berjalan mendekat, kepada beberapa orang itu bisiknya kemudian: "Ciu tayhiap baru sembuh dari lukanya, Entah ia sedang beristirahat atau sedang bersemedi, kurang leluasa bagi kita untuk tetap tinggal di tempat ini."

"Koancu, aku ada satu permintaan yang kurang layak.

Entah dapatkah kuutarakan keluar?" Tiba-tiba Han si- kong menyela.

"Utarakan saja berterus terang, aku tak punya pantangan apa pun."

"Ular- ular perutku sudah mulai bernyanyi dan menagih janji, apakah dalam kuil- mu tersedia arak?"

"Aaah,., rupanya soal itu," Ci Mia-cu tersenyum "Arak sih ada, cuma tidak sewangi yang kau harapkan."

"Ha ha ha ha asal ada arak. itu sudah cukup "

Ci Mia-cu pun mengajak beberapa orang itu menuju ke sebuah bilik samping yang amat tenang, setelah duduk. Ia perintahkan seorang tosu kecil untuk menghidangkan arak. sementara itu Li Bun-yang sangat menguatirkan luka beracun yang diderita Lim Han-kim, tak tahan lagi serunya kepada Ci Mia-cu: "Koancu, kau pandai dalam ilmu pertabiban dan obat-obatan, coba periksalah luka di atas lengan saudara Lim itu, apakah betul terluka oleh pukulan beracun manusia tadi."

Ci Mia-cu memperhatikan wajah Lim Han-kim sekejap. ia jumpai air muka pemuda itu sangat normal tanpa gejala yang aneh, tapi dia pun mengerti Li Bun-yang tak bakal bicara sembarangan setelah termenung berpikir sebentar, katanya: "sau-dara Lim, bagaimana kalau kuperiksa sebentar lenganmu yang terluka pukulan itu?"

Lim Han-kim memandang sekeliling ruangan sekejap. ketika menjumpai Li Tiong-hui duduk persis di hadapannya, diam-diam ia berpikir: " Rasanya kurang sopan bila aku menggulung lengan bajuku di hadapan seorang gadis muda "

Berpikir sampai di situ, dia pun tersenyum hambar, tampiknya: "Terima kasih banyak atas perhatianmu, tapi aku tidak merasakan ada gejala keracunan "

Tentu saja Ci Mia-cu tak bisa memaksakan kehendaknya, mendengar tampikan tersebut terpaksa katanya: "Kalau begitu apabila Lim kongcu merasa tidak beres nanti baru katakan kepadaku. " Waktu itu Hansi-kong sudah menghabiskan berapa puluh cawan arak. setelah agak puas dia baru bertanya: "Nona Li, bagaimana hasil pertarunganmu melawan Gadis Naga berbaju hitam tadi?"

"Walaupun belum bisa diketahui siapa menang siapa kalah, tapi ilmu silatnya benar-benar sangat lihai, jurus pedangnya makin lama semakin gencar dan luar biasa, aku rasa bila pertarungan dilanjutkan lebih jauh, akulah yang berada di pihak kalah,"

Kembali Han si-kong meneguk beberapa cawan arak. kemudian ia baru bergumam sendiri: "Aneh... sungguh aneh.,."

"Han Locianpwee, apanya yang aneh?" tanya Li Bun- yang setelah agak tertegun sejenak.

"Pek Khi-hong bukan seorang tokoh silat kenamaan, tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, kejadian ini membuat hatiku penuh curiga."

Ci Mia-cu tertawa.

"Pada dasarnya dunia persilatan memang dipenuhi tokoh-tokoh sakti yang tak suka dikenal orang, Aaaai... kejadian seperti ini adalah sangat lumrah, tak perlu kau herankan?"

"Totiang, kau mana tahu, selama hidupku aku Han si- kong habiskan dengan mengarungi seluruh dunia persilatan Meskipun dalam hal ilmu silat kemampuanku belum mencapai tingkatan yang luar biasa, tapi orang yang kukenal tak sedikit jumlahnya. Bukan aku sengaja membual, jarang ada manusia di kolong langit dewasa ini yang mampu disejajarkan dengan diriku, Nah, aku curiga kemungkinan besar manusia yang bernama Pek Khi-hong ini adalah seorang tokoh silat kawakan yang sengaja tukar nama untuk menutupi identitas dirinya yang sesungguhnya."

Begitu perkataan tersebut diutarakan, semua yang hadir dalam ruangan sama-sama tertegun dibuatnya, sesaat kemudian Li Bun-yang baru berkata sambil menghela napas panjang: "^hmmm, ucapan Locian- pwee memang beralasan sekali, tapi menurut dugaanmu siapakah dia?"

"Tokoh kawakan dalam dunia persilatan yang selama ini lenyap takada kabar beritanya hanya satu orang saja. orang itu adalah Datuk sepuluh Penjuru siang Lam-ciau" Ci Mia-cu menjelaskan

Dengan cepat Han sokong menggeleng, " Aku rasa tak mungkin Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau sudah sangat tua usia-nya, Meskipun dia masih hidup di dunia ini, rasanya tanpa berganti nama pun masih gampang baginya untuk menyelinap dalam dunia persilatan."

Lim Han-kim tidak begitu paham urusan dunia persilatan Mendengar beberapa orang itu terlibat dalam pembicaraan yang mengasyikkan, terpaksa ia hanya bungkam diri dan menjadi pendengar yang setia.

Terdengar Han si-kong bicara lagi: "saudara Li, aku tahu kau berasal dari keluarga persilatan yang tersohor. Pergaulanmu luas dan kenalanmu tersebar luas di seluruh pelosok tanah air, tapi bagaimana pun umurmu relatip masih muda, bila kusinggung nama orang ini belum tentu kau punya gambaran yang pasti. "

sorot matanya dialihkan ke wajah Ci Mia-cu, setelah memandangnya sejenak. lanjutnya: "Tapi bagi totiang, aku yakin anda pasti mengenal dengan orang yang kumaksudkan ini."

"Siapa dia?"

"Dua puluh tahun berselang dalam dunia persilatan pernah muncul seorang pemuda aneh yang pandai dalam ilmu pukulan maupun ilmu pedang, Kehadirannya dalam dunia kangouw seperti gulungan ombak dahsyat yang menghempas di batu karang, seluruh kolong langit bergetar dibuatnya, tapi tak disangka sepuluh tahun berselang tiba-tiba jejaknya lenyap tak berbekas dariperedaran dunia ramai. .hoancu, coba ingatlah kembali siapa orang itu?"

Ci Mia-cu termenung beberapa saat mencoba mengingat kembali kejadian lama, tiba-tiba paras mukanya berubah, serunya tertanam "Kau maksudkan si Pedang Racun Pak siang?"

"Hahahaha.., persis, memang si Pedang Racun Pak siang yang kumaksudkan," sahut Han si-kong sambil tertawa tergelak. "Koancu, kau dapat mengingat kembali nama orang ini, tentunya tahu juga bukan kenapa ia disebut orang si pedang racun?"

"Waaah... kalau soal ini aku kurang begitu jelas." "Aku punya jodoh dengan dia, Sebelum ini pernah

bertemu satu kali dengan manusia pak siang ini, Waktu itu dia masih merupakan seorang pemuda berusia tiga puluh tahunan, Meskipun disebut orang si pedang racun, tapi sesungguhnya dia merupakan seorang pribadi yang menarik. selain tampan juga gagah dan mempesonakan. "

sorot matanya menyapu Lim Han-kim dan Li Bun-yang sekejap. kemudian meneruskan "Baik gaya maupun wajahnya kira-kira berada seimbang dengan kalian berdua saat ini."

"Locianpwee," Li Tiong-hui menyela sambil tersenyum. "Yang kita inginkan sekarang adalah kisah mula ia mendapat nama si pedang racun itu, soal ketampanan dan kegagahannya lebih baik tak usah disinggung." "oooh... harus dibicarakan pantas dibincangkan," kata Han si-kong setelah meneguk beberapa cawan arak. "seluruh kisah orang ini berlangsung sekitar masalah perempuan, ia berhasil di tangan perempuan, tapi juga gagal gara-gara perempuan, Haha ha ha... orang gagah tak terlepas soal wanita, ungkapan ini memang tepat sekali bagi orang ini." Li Tiong-hui berkerut kening, tapi akhirnya tertawa juga.

"Baiklah, perduli apa yang hendak kau bicarakan, yang penting cepat utarakan kisah orang ini" serunya.

Han si-kong angkat kepalanya sambil meneguk secawan arak lagi, kemudian lanjutnya: "seperti yang kukatakan tadi, Pak siang ini persis seperti namanya, muda, tampan, gagah dan ilmu silat yang dimilikinya sangat tangguh, Bukan cuma begitu, ilmu sastra maupun ilmu tulisannya sangat hebat, jarang ada manusia berbakat seperti dia dalam dunia persilatan waktu itu sehingga tak heran kalau banyak gadis muda yang jatuh hati kepadanya "

Agaknya ia sudah mulai mabuk. sambil menatap wajah Li Tiong-hui, terusnya lagi sambil tertawa: "seandainya Nona Li hidup pada jaman itu dan punya jodoh bertemu dengan Pak siang, aku yakin kau pasti akan menaruh hati juga kepadanya."

Meskipun Li Tiong-hui terhitung gadis yang supel dan terbuka, bagaimana pun ungkapan tersebut membuatnya sangat jengah, tak kuasa lagi sepasang pipinya berubah jadi merah dadu.

sambil tertawa tergelak kembali Han si-kong melanjutkan- "Tak lama setelah Pak siang muncul dalam dunia persilatan, nama besarnya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, cuma lantaran orangnya tampan dan pedangnya beracun tak heran kalau kehadirannya ini banyak menimbulkan rasa dengki dan iri bagi umat persilatan lainnya, ditambah lagi kisah-kisah romantisnya dengan beberapa orang gadis, membuat orang persilatan makin dengki kepadanya.

suatu badai kekacauan pun melanda kolong langit pada waktu itu. Menurut apa yang kuketahui kemudian, sekelompok jago lihai bersekutu siap menghabisi jiwanya, tapi sayang ilmu silat Pak siang amat lihay.

Jejaknya pun sukar dilacak sehingga walaupun kelompok pembunuh itu berjumlah banyak dan tersebar di mana-mana, namun mereka pun tak dapat berbuat apa-apa terhadap Pak siang,"

sementara itu Lim Han-kim sudah duduk dengan wajah serius, sepasang matanya menatap ke depan tanpa berkedip. dia seakan-akan sedang mendengarkan dengan serius, tapi juga seakan-akan tidak menaruh perhatian dan sama sekali tidak mendengarkan. Beda dengan Li Tiong-hui, ia tak dapat menahan rasa ingin tahunya lagi, tak tahan tanyanya cepat: "Bagaimana kemudian?"

"Kemudian? Tragedi pun terjadilah" "Tragedi apa?"

"Ketika kelompok jago-jago lihay dari daratan Tionggoan ini gagal menemukan jejak Pak siang, mereka pun mulai menyiarkan berita-berita palsu yang mengabarkan bahwa ilmu silat Pak siang telah dipunahkan dan bersumpah tak akan muncul lagi dalam dunia persilatan, sementara berita bohong itu disiarkan, secara diam-dlam mereka menyebar mata-mata untuk melacak jejak Pak siang, Aaai.,. Dasar anak muda, siapa yang tak ingin menang sendiri? sekalipun aku sendiri semasa muda juga tak dapat mengekang emosi, berita bohong itu sebera mengobarkan amarah Pak siang.

Dia pun munculkan diri sambil menantang ketiga- puluh enam jago lihai dari Tionggoan itu untuk berduel, pertempuran yang berlangsung kemudian, suasananya benar-benar mengerikan Konon pertarungan berlangsung dari senja hingga fajar berikutnya tanpa berhenti..."

Tiba-tiba ia menghela napas dan berhenti bercerita, Cepat-cepat Li Tiong-hui memenuhi cawan Han si-kong dtngan arak. sambil disodorkan ke hadapan orang tua itu, tanyanya: " Locianpwee, apakah dalam pertarungan itu Pak siang menderita luka dalam yang amat parah?"

"Betul Meskipun Pak siang terluka parah, namun dari tiga puluh enam jago lihai yang mengerubutinya, dua puluh tujuh orang berhasil dilukai dan sembilan lainnya tewas. Ternyata tak satu orang pun berhasil lolos dari gelanggang pertempuran dalam keadaan utuh. "

"Jika di antara tigapuluh enam orang yang mengeroyoknya ada satu saja yang selamat tanpa cedera, aku rasa Pak siang tak mungkin bisa hidup lebih lanjut."

Han si-kong segera tertawa terbahak-ba-hak. "Ha ha ha ha tepat sekali sayang dari tiga puluh enam orang

ini yang mampus pun telah mampus dan yang terluka pun terluka, tak seorang pun manusia baik-baik. "

Lim Han-kim yang mengigau tersebut diam-diam sebera berpikir: "Kalau didengar dari nada pembicaraannya, dia sangat membelai Pak siang. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga puluh enam jago Tionggoan yang terlibat dalam pengeroyok-an itu bukan manusia baik-baik. "

Terdengar Han si-kong bercerita lebih lanjut: "Sesudah berlangsungnya pertempuran sengit itu, nama besar si pedang Racun Pak siang pun makin tersohor, Tapi sejak kejadian itu pula Pak siang tak pernah muncul lagi dalam dunia persilatan jejaknya lenyap dengan begitu saja dari keramaian dunia " Ia menghela napas panjang,

terusnya:

"Dari mereka yang terluka dalam pengeroyokan atas diri Pak siang waktu itu, sebagian besar masih hidup segar bugar hingga kini. Malah ada tiga orang di antaranya yang sadar setelah peristiwa itu bahwa ilmu silat yang mereka miliki sebenarnya hanya biasa-biasa saja. sejak itu mereka mulai berlatih lebih tekun dan kini berhasil menjadi pentolan satu daerah, jadi peristiwa tersebut malah memberi hikmah kepada mereka."

"Locianpwee," sela Li Tiong-hui, "Bukan-kah sejak peristiwa itu Pak siang lenyap dari keramaian dunia persilatan dan tidak diketahui mati hidupnya? Dari mana kau bisa yakin kalau Pek Khi-hong yang barusan muncul adalah si Pedang Racun Pak Siang?"

"llmu silat dari keluarga persilatan Bukit Hong-san amat lihai dan tiada taranya di kolong langit, sedang ilmu silat saudara Lim juga pernah kusaksikan sendiri kehebatannya, ia tak berada di bawah kehebatan kakakmu. "

"llmu silat saudara Lim amat lihai, aku merasa bukan tandingannya," Buru-buru Li Bun-yang menimbrung.

"saudara Li tak usah merendah. " sambung Lim Han-

kim. Han si-kong tertawa, ujarnya kemudian: "Biar aku bicara seadil-adilnya. ilmu silat kalian berdua sesungguhnya hampir berimbang, tapi kenyataannya sekarang, dengan tenaga gabungan kalian berdua cun gagal menghadang terjangan Pek- Khi-hong. Hal ini memancing diriku untuk menelusuri asal mula orang orang tersebut."

"Tapi Locianpwee toh tak bisa menyimpulkan orang itu pasti si pedang Racun Pak siang hanya atas dasar petunjuk tersebut saja "

"Meskipun aku hanya pernah bertemu satu kali dengan si Pedang Racun Pak siang, namun sikap maupun wataknya meninggalkan kesan yang amat mendalam di hatiku, Lagipula ia memiliki sejenis ilmu sakti yang disebut ilmu pukulan sam- yang-ciang, maka ketika saudara Li bilang kalau dalam pukulannya mengandung racun, aku pun jadi teringat kembali pada orang ini. "

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lim Han- kim, katanya lebih jauh: "saudara Lim, ketika telapak tangan kalian saling beradu tadi, apakah kau merasa seperti tersengat api dalam tungku?"

"Betul. Tenaga balik pukulannya seakan-akan mengandung sejenis daya panas yang luar biasa hebatnya hingga merasuk ke dalam tubuh." "Dalam dunia persilatan belum pernah beredar seseorang yang bernama Pek Khi-hong, jika ditinjau dari usianya, dia pun tak seperti baru muncul dalam dunia persilatan mana mungkin dalam dunia persilatan kita bisa muncul seorang tokoh sehebat ini selama belasan tahun tanpa dikenal orang lain? oleh karena itulah aku menyimpulkan bahwa orang ini tak lain adalah si Pedang Racun Pak siang yang muncul kembali dalam dunia persilatan"

"Terlepas apakah dia benar Pak siang yang muncul kembali dalam dunia persilatan atau bukan, yang jelas kita beberapa orang ternyata tak mampu membendung niat mereka berdua yang merampas piljin-som seribu tahun. jika berita ini sampai tersiar dalam dunia persilatan, orang lain akan mentertawakan kita."

"Untung sekali dia sudah berjanji akan bertemu lagi dengan ciu tayhiap di kemudian hari," kata Li Bun-yang. "Asal kepandaian silat ciu tayhiap telah pulih kembah, tak susah bagi kita untuk menuntut keadilan darinya, Aku rasa masalah terpenting kita saat ini adalah membicarakan soal obat yang tersisa, Dengan jumlah sesedikit itu, dapatkah luka ciu tayhiap disembuhkan kembali seperti sedia kala?"

"Jika ia benar-benar telah meninggalkan sepertiga darijumlah obat yang ada, aku rasa itu sudah cukup," sahut Ci Mia-cu. Mendadak Li Bun-yang bangkit berdiri, katanya kemudian: " Untuk sementara waktu persoalan ini dapat diselesaikan sampai di sini, padahal maksudku semula mengundang kehadiran adikku adalah hendak menghadapi perkumpulan Hian-hong-kau yang bersembunyi dalam pesanggrahan Tho-hoa-kit. Aku rasa untuk sementara waktu kami harus berpisah dulu dengan kalian semua."

"Aku ikut kalian" teriak Han si-kong sambil menggebrak meja dan bangkit berdiri, "Mereka sudah mengurungku hampir dua tahun, dendam ini bagaimanapun juga harus kubalas."

sebetulnya Lim Han-kim juga ingin turut serta, tapi segera dicegah Li Bun-yang, hiburnya: "saudara Lim, lukamu belum sembuh, kau tak boleh ikut dalam rombongan kami. Lagipula dalam kuil masih membutuhkan jago seperti kau untuk melindunginya. Bila adikmu pulang ke mari dan tidak bertemu denganmu, aku kuatir dia akan kelayapan lagi untuk melacak jejakmu. "

Menyinggung kembali soal Yu Siau-liong, kontan Lim Han-klm merasa hatinya kembali gundah. Entah ke mana perginya bocah itu selama berapa waktu ini? Padahal dunia begitu luas, ke mana dia harus pergi untuk mencarinya? Sementara itu Li Bun-yang dan Li Tiong-hui telah bangkit berdiri dan mohon diri kepada ci Mia-cu sekalian-

Sambil merangkap tangannya di depan dada ci Mia-cu berkata: "Aku hanya bisa mendoakan kalian bertiga semoga pulang dengan membawa kemenangan dan segera berangkat segera pulang kembali." Li Bun-yang tersenyum.

"Aku juga berharap saudara Lim menunggu dulu di kuil, sekembalinya dari Tho hoa-kit, aku masih ada urusan yang hendak dibicarakan dengan dirimu."

"Aku pasti akan menunggu sampai saudara Li kembali ke sini."

Sementara pembicaraan beriangsung, ketiga orang itu sudah berjalan ke luar dari kamar dan meninggalkan tempat tersebut Memandang hingga bayangan ketiga orang itu lenyap dari pandangan, ci Mia-cu baru pelan- pelan bangkit berdiri sambil ujarnya: "Waktu sudah makin larut, lebih baik Lim kongcu cepat-cepat pergi beristirahat" walaupun sesungguhnya masih banyak persoalan yang ingin ditanyakan Lim Han-kim, namun terpaksa ia harus menahan diri dan bangkit untuk kembali ke kamarnya.

Ketika pintu kamarnya dibuka, ia jumpai seseorang sedang duduk bersila di atas pembaringannya. dengan perasaan terkejut ia segera menghimpun, hawa muminya, siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, bentaknya keras-keras: "siapa di situ?"

"jangan takut nak. aku" suara jawaban yang berat dan mendalam segera berkumandang. Lim Han-kim agak tertegun sejenak. kemudian baru bergumam:

"Ciu Locianpwee?" "Betul, memang aku."

Dengan langkah lebar Lim Han-kim berjalan mendekati pembaringan. Ketika melihat Ciu Huang sedang duduk bersila di atas pembaringannya, ia segera memberi hormat sambil tanyanya: "Locianpwee, ada urusan apa kau mencari aku?"

"Nasib ayahmu kurang beruntung sehingga mati muda, sedang ibumu dengan susah payah memeliharamu hingga dewasa, jika kau sampai mengalami sesuatu yang tak wajar, bukankah dia akan amat bersedih hati. "

Lim Han-kim dibuat tak habis mengerti dengan pembicaraan itu, tapi jawabnya juga: "Perkataan Locianpwee memang betul, tapi aku tidak merasakan sesuatu yang aneh. "

"Kau sudah terluka oleh ilmu pukulan orang itu, dalam tiga hari kemudian sari racun akan menyusup masuk ke dalam isi perutmu, seandainya tidak diobati, maka luka itu akan berubah jadi penyakit yang menakutkan, bukan saja ilmu silatmu bakal punah, selembar jiwamu pun susah dipertahankan"

"Masa ada kejadian seperti ini?" seru Lim Han-kim terperanjat.

"Masa aku merasa perlu untuk bergurau denganmu?"

Pelan-pelan Lim Han-kim menundukkan kepalanya dan tidak berbicara lagi.

Ciu Huang segera menepuk pembaringan di sisinya, serunya kemudian- "Kau duduklah dulu."

Lim Han-kim menurut dan duduk di tempat yang ditunjuk. perasaan hatinya saat ini sangat kalut dan gundah. walaupun banyak pertanyaan yang tidak dipahami olehnya, namun dia pun tak tahu harus berbicara mulai dari mana.

Terdengar Ciu Huang menghela napas panjang, katanya pelan- "Aku telah menemukan sebuah cara untuk menolong keadaanmu itu, hanya aku tak tahu kau bersedia atau tidak untuk menjalankan"

"silahkan Locianpwee menjelaskan"

"Tampaknya pukulan beracun yang melukai tubuhmu itu adalah pukulan sam-yang-ciang yang telah lama punah dari dunia persilatan sebetulnya ilmu pukulan ini tidak termasuk ilmu sesat, tapi lantaran pukulannya kelewat beracun, bahkan kalau dibandingkan dengan pukulan panca racun atau pukulan pasir merah dan sebangsanya pun jauh lebih beracun, ditambah lagi ilmu itu sudah lama punah dari peredaran dunia persilatan, maka orang menganggapnya sebagai ilmu sesat, padahal sam-yang-ciang seharusnya dimasukkan dalam golongan ilmu tenaga dalam tingkat tinggi, nama aslinya adalah sam-yang-khikang. Yang dimaksudkan dengan sam-yang adalah api, maka dasar dari tenaga pukulan itu pun merupakan tenaga yang- kang yang keras dan panas, Hanya saja untuk melatih ilmu pukulan tersebut orang harus menggabungkan api luar, api dalam dan api murni menjadi satu kesatuan, dengan demikian tenaga pukulannya baru bisa mengandung aliran hawa yang panas sekali. "
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar