Pedang Keadilan I Bab 20 : Kakek Berambut Putih Menuntut obat

 
Bab 20. Kakek Berambut Putih Menuntut obat

Lim Han-kim merasa darah panas bergelora di dalam dadanya, tidak tahan lagi ia cucurkan air mata, terusnya dengan nada sedih: "Bila Locianpwee tak mau membeberkan asal-usulku hari ini, aku pun akan berlutut terus sepanjang masa."

Pemuda murung yang selalu angkuh ini agaknya sudah kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri, air matanya bercucuran amat deras.

Tampaknya Hakim sakti Ciu Huang merasa sangat terharu, pelan-pelan ia duduk kembali sambil membujuk: "seorang lelaki sejati tak gampang mencucurkan air mata, Cepat bangkitlah dulu."

"Jadi Locianpwee telah mengabulkan permintaanku?" Haklm sakti ciu Huang menggeleng.

"Nak, cepatlah bangun. Mari kita berbincang-bincang lagi. Aku suka dengan para pendekar yang gagah dan berjiwa baja, paling benci dengan orang tak bersemangat yang gampang terpengaruh emosi."

Sambil menyeka air matanya Lim Han-kim bangkit berdiri, ujarnya: "Bila Locianpwee tidak bersedia membeberkan asal-usulku, terpaksa aku pergi mencari Thian-hok Sangjin."

"Kalau aku tidak bicara, tanggung Thian-hok Sangjin pun tak bakal meluluskan permintaanmu. "

Lim Han-kim ingin bertanya lebih jauh, mendadak terdengar suara deheman berkumandang datang disusul kemudian terdengar suara langkah kaki yang kacau.

Ketika berpaling, tampaklah ketua awan hijau ci Mia-cu berjalan paling depan disusul Han Si-kong dan Li Bun- yang di belakangnya.

ci Mia-cu memandang Lim Han-kim se-kejap, lalu tanyanya kepada si Hakim sakti ciu Huang: "ciutayhiap, lukamu tidak apa-apa bukan?" ciu Huang tertawa.

"Phang Thian-hua disebut orang dewa jinsom, tentu saja nama besarnya itu bukan nama kosong saja, Sungguh tak disangka sebotol pil jinsom berusia seribu tahunnya benar-benar dapat merenggut balik sukma-ku dari pintu neraka " Ucapan itu diutarakan dengan suara nyaring dan lantang, jelas luka yang dideritanya sudah sembuh sebagian besar.

Ci Mia-cu menghela napas panjang, katanya: " orang baik memang selalu dilindungi Thian, pada waktu biasa Ciu tayhiap hanya menolong orang, oleh sebab itulah ketika berita terlukamu tersebar dalam dunia persilatan, entah berapa banyak orang yang turut menguatirkan keselamatan jiwamu. Meski aku tak ingin menyebar luaskan berita ini, namun orang yang datang menjenguk atau menghantar obat tetap mengalir datang tiada habisnya."

"Aku memang punya banyak teman di dunia persilatan, tapi musuhku juga tak sedikit jumlahnya, selama ini aku yakin banyak musuh besarku yang telah datang ke kuil awan hijau untuk menuntut balas bukan?" sambung Ciu Huang sambil ter-tawa.

Ci Mia-cu mengalihkan pandangannya memandang para jago sekejap, kemudian sahutnya: "Yaa, walaupun ada beberapa orang yang mendapat kabar dan datang mencari balas, tapi semuanya berhasil dibendung oleh Li kongcu"

Ciu Huang segera menatap wajah Li Bun- yang lekat- lekat, katanya "Aku sudah beberapa kali bertemu muka dengan ibumu, budi bantuan saudara Li pasti akan kubalas setelah bertemu ibumu nanti." "Locianpwe adalah seorang pendekar sejati masa ini," kata Li Bun- yang sambil tertawa. "sudah menjadi kewajiban kami sebagai umat persilatan untuk berusaha membantu Locianpwee lolos dari bencana kali ini, tentang ibuku. belakangan ini ia sudah hidup

memencilkan diri Meski aku sendiripun jarang dapat bersua dengan beliau, maksud baik Locianpwee biar aku mewakili ibuku untuk menerimanya."

Ternyata ia kuatir Ciu Huang benar-benar mengunjungi bukit Hong-san setelah lukanya sembuh nanti, Dengan kedudukan serta pamornya dalam dunia persilatan, sudah sepatutnya kalau kunjungan itu disambut sendiri oleh ibunya. Padahal waktu itu ibunya sedang menutup diri dan tak mungkin munculkan diri untuk menyambut Dengan watak Ciu Huang tinggi hati, perlakuan macam itu bisa jadi akan menimbulkan salah paham dengan pihak keluarga Hong-san, karena itulah ia berusaha untuk menampik.

Hakim sakti Ciu Huang menghela napas panjang. "Yaa, sebagian besar sahabat lamaku telah wafat, yang masih hiduppun kebanyakan sudah mengundurkan diri tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, Tinggal aku seorang yang masih luntang-lantung dalam keramaian dunia. Aaaai. kelihatannya sudah waktunya

aku mengundurkan diri juga " "Kata-kata Ciutayhiap pantas menjadi panutan bagi kaum muda, Tapi bicara sejujurnya, hidup mengasingkan diri pun tidak menjamin bisa lolos dari segala keruwetan dalam dunia persilatan, contoh yang paling jelas adalah diriku, meskipun aku sudah hidup sebagai pendeta di kuil awan hijau dan boleh dibilang telah menghindarkan diri dari keramaian dunia persilatan, tapi kenyataannya selama belasan tahun ini begitu banyak jago persilatan tetap datang mencari balas. Meski berulang kali aku mengalah dan mencoba menahan diri, tak urung beberapa kali juga aku dipaksa untuk turun tangan.

Aaaai... satu kali orang terlibat dalam dunia persilatan, tampaknya selama hidup jangan harap bisa meloloskan diri kembali."

Kemudian setelah berhenti sejenak, Ci Mia-cu berkata lebih jauh: "Berbicara dari kedudukan serta pamor ciu tayhiap. ia sepuluh kali lipat lebih tinggi ketimbang aku. Bila ingin mencari sepi untuk hidup tenang... aku rasa sulitnya bukan kepalang."

"Ehmm, ucapan itu memang benar," timbrung Han si- kong tiba-tiba. "siapa pun yang pernah terjun ke dalam dunia persilatan, selama hidup ia jangan harap bisa cuci tangan dengan bersih."

setelah tarik napas panjang, terusnya: "Dari deretan jago silat angkatan kita sekarang, ciu tayhiap. Phang Thian-hua dan Thian-hok sangjin terhitung tiga jenis tokoh yang saling berbeda, selama ini ciu tayhiap malang melintang dalam dunia persilatan dengan mengutamakan keadilan dan jiwa pendekar sehingga disebut orang Hakim berwajah baja, tidak heran kalau Ciu tayhiap mempunyai banyak musuh. sebaliknya Phang Thian-hua tak pernah terjun ke dunia persilatan, tapi kenyataannya musuh besar yang bermusuhan dengannya tidak berbeda jauh dengan musuh-musuh ciu tayhiap "

"Ehmm, perkataan itu benar juga," Ciu Huang manggut-manggut.

"Tapi yang paling mengenaskan justru Thian-hok sangjin, Biasanya ia tak suka cari nama maupun kedudukan, tapi justru begitu banyak jago silat serta permasalahannya yang merembet dan melibatkan dirinya. ia berusaha menjauhkan diri dari keramaian dunia, tapi justru banyak orang pergi mencarinya untuk membuat perhitungan sehingga pondok Lian-im-lunya yang terdiri dari berapa buah bangunan gubug tak pernah sepi dari kunjungan manusia. Nyatanya aku pernah ke sana, si kepalan baja Ku Hui dari tiga orang gagah Juan-tiong pun pernah ke situ.,."

"Apa?" mendadak sepasang mata Ciu Huang yang berada di balik kain pembalut putih melotot besar. "Menurut apa yang kuketahui, dua orang pembantu Thian-hok sangjin bukan jago sembarangan, masa mereka ijinkan sembarangan orang mengunjungi pondok Lian-im-lu?"

"Aku percaya dan yakin Thian-hok sangjin adalah seorang jago pilihan, baik budi pekerti maupun ilmu silatnya sudah mencapai taraf kesempurnaan dan akupun menyadari selama hidup jangan harap aku orang she- Han mampu melatih diri hingga mencapai taraf yang seimbang dengan kemampuannya, tapi kalau berbicara tentang beberapa orang pembantunya itu, Kemampuan mereka masih belum cukup untuk membendung kehadiran para jago."

"Ada apa? Kau pernah bertarung dengan mereka?"

"Jui lotoa orangnya ramah, ia lepaskan kami untuk lewat, sebaliknya Li Loji galak dan tak kenal manusia, sikapnya itu memaksa aku si monyet tua terpaksa harus menerjang naik dengan kekerasan-"

"Kau dapat mengungguli Li leji, hal ini membuktikan ilmu silatmu terhitung bagus sekali."

"Di kala kami berada di Pondok Lian-im-lu itulah, dengan mata kepala sendiri kami saksikan kehadiran dua manusia aneh dari Thian-lam.,."

"Nenek naga berambut putih..." tukas ciu Huang tertegun. "Yaa, selain Nenek naga berambut putih, masih ada lagi seorang kakek berambut putih,"

"oooh, dia pasti si naga botak siang Cou pada puluhan tahun berselang orang ini adalah seorang tokoh kalangan hitam yang amat termashur dalam dunia persilatan, kemudian ia dipaksa orang meninggalkan daratan Tionggoan hingga mesti mengungsi ke Thian-lam.

Entah bagaimana ceritanya tahu-tahu ia sudah menjadi anggota perguruan Thian-lam. Ada urusan apa kedua orang itu datang kepondok Lian-im-lu?"

"Mencari Thian-hok sangjin untuk menelusuri jejak dua mustika dari Thian-lam"

"Pedang usus ikan dan tameng naga langit?" "Benar"

"Menurut apa yang kuketahui, Thian-hok sangjin tidak mencari nama maupun kedudukan walaupun dua mustika dari Thian-lam merupakan mustika impian setiap Umat persilatan, bukan berarti dia pun bakal tertarik dengan benda-benda semacam itu. sudah pasti dua manusia aneh dari Thian-lam mendapat hasutan orang lain sehingga menyatroni pondok Lian-im-lu."

Agaknya secara tiba-tiba Han si-kong teringat akan suatu persoalan yang amat penting, segera katanya: "ciu tayhiap. kau sudah lama berkelana di dalam dunia persilatan pengetahuan serta pengalamanmu pasti amat luas, boleh dibilang jarang ada yang menandingi. "

"Anda terlalu memuji, bila ingin bertanya katakan saja."

"Ciu tayhiap. apakah kau kenal dengan seorang jago pedang kenamaan dari dunia persilatan yang menjadi sahabat karib Thian-hok sangjin, dia mengaku bernama Pek Khi-hong?"

si Hakim sakti Ciu Huang berpikir sejenak. kemudian sahutnya: " Walaupun banyak jago pedang kenamaan yang belum pernah kujumpai, paling tidak tentu pernah kudengar namanya, tapi rasanya belum pernah kudengar nama Pek Khi-hong itu.,."

Han Si-kong segera melirik Lim Han-kim sekejap. kemudian tertawa tergelak. "Ha ha ha ha saudara Lim,

kita sudah ditipu budak itu."

"Tapi kita tak akan salah melihat, pedang usus ikan betul-betul berada di tangannya," ucap Lim Han-kim.

"Meskipun dua mustika dari Thian-lam tidak berada di tangan Thian-hok sangjin, tapi kelihatannya ada hubungan yang erat dengan dirinya, sedang kehadiran dua manusia aneh dari Thian-lam di Pondok Lian-im-lu juga bukan tanpa alasan, tentunya Ciu tayhiap pernah mendengar tentang Gadis naga berbaju hitam bukan?" Ciu Huang manggut-manggut membenarkan.

"Dengan membawa dua mustika dari Thian-lam, perempuan ini telah membuat onar selama belasan tahun di daratan Tionggoan, tapi secara tiba-tiba jejaknya lenyap tak berbekas dan tak pernah munculkan diri kembali, Dulu aku pernah bertemu satu kali dengannya, apakah ia masih hidup hingga kini?"

"Bukan hanya masih hidup segar bugar malahan sudah kawin."

"Kawin dengan siapa?" "Pek Khi-hong.-."

Maka secara ringkas Han si-kong menceritakan bagaimana kisahnya mereka bertemu dengan Han-gwat, terjerumus diperkampungan Lak-seng-tong, naik ke Pondok Lian-im-lu untuk mematahkan borgol tangan lalu bagaimana bertemu dengan si Gadis naga berbaju hitam dan dua manusia aneh dari Thian-lam, di mana Thian- hok sangjin dipaksa untuk menyerahkan dua mustika dari Thian-lam, lalu bagaimana Thian-hok sangjin secara sukarela berangkat ke istana racun.

Selesai mendengar kisah tersebut, Ci Mia-cu menghela napas panjang, katanya: "Selamanya Thian-hok Sangjin tak pernah berhubungan dengan umat persilatan, ternyata ia pun digundah banyak persoalan dan kerepotan, Aaaai Sebagai anggota dunia persilatan tampaknya susah amat untuk melepaskan diri dari keruwetan pelbagai masalah.^

"Thian-hok Sangjin kelewat termashur," ujar Han Si- kong. "Dengan kedudukannya dalam dunia persilatan, tentu saja sulit baginya untuk memutuskan hubungan dengan masalah dunia persilatan, Betul ia tidak mencari gara-gara, tapi orang lain justru datang mencarinya. sekalipun di balik kejadian ini terdapat banyak masalah yang kurang jelas, tapi sukar untuk dicari sebab- musababnya, Yang membuat orang lebih tak habis mengerti adalah kerelaan Thian-hok Sangjin menuruti perintah Dewi seratus racun untuk berangkat ke istana racun.

Malahan kudengar kepergian Thian-hok Sangjin kali ini konon ada hubungannya dengan keselamatan seluruh umat persilatan di dunia ini, coba bayangkan apakah kejadian ini tidak aneh?"

"Ehmmm... rasa- rasanya aku pun pernah mendengar orang membicarakan masalah istana panca racun," kata Ci Mia-cu. "Tapi kalau di pikirkan kembali sekarang, rasanya susah bagiku untuk mengingat-ingat di manakah leitak istana racun itu." "oooh, kalian belum pernah mendengar tentang istana panca racun? Aku bisa memberi sedikit penjelasan untuk kalian," kata Ciu Huang.

"Jadi Ciu tayhiap pernah berkunjung ke istana panca racun?"

ciu Huang segera menggeleng

"Biarpun aku belum pernah berkunjung ke tempat itu, namun aku mengetahui seluk beluknya dengan jelas."

"Yaa, aku pun pernah mendengar cerita tentang betapa seram dan mengerikannya tempat itu," ujar Ci Mia-cu. "Terus terang saja setelah peristiwa itu, aku pernah berpikir cukup lama, tapi sulit rasanya untuk mempercayainya dengan begitu saja."

Ciu Huang menghela napas panjang, "Berita yang tersiar dalam dunia persilatan memang kedengarannya menyeramkan sebab banyak yang sudah ditambahi bumbu, tapi berita yang kudengar ini justru datang dari mulut seorang sahabat lamaku, jadi kebenaran ceritanya lebih dapat dipercaya. Menyinggung soal menyeramkan, tempat itu memang tiada duanya di dunia saat ini..."

"sebetulnya tempat macam apakah itu?" tukas Li Bun- yang.

"ibumu mempunyai pengetahuan serta pengalaman yang amat luas, bahkan mungkin jauh di atas kemampuanku, masa saudara Li belum pernah mendengar ibumu menyinggung soal ini?"

"Mendengar sih pernah, cuma hanya sekilas pintas saja sehingga kurang begitu jelas."

Ciu Huang menggeser badannya untuk duduk lebih nyaman sedikit, kemudian setelah mendeham pelan, terusnya: "Tempat itu merupakan suatu tempat yang penuh diliputi hawa beracun yang jahat dan misterius, Konon, sepuluh li di sekeliling istana panca racun penuh tertimbun daun-daun membusuk serta aliran hawa racun yang entah dari mana asalnya.

Aliran hawa racun serta daun-daun membusuk yang terhimpun menjadi satu menciptakan suatu hawa maut yang alami tapi jahatnya bukan kepalang, Kemudian oleh seseorang tempat itu dirubah sedemikian rupa sehingga bekas-bekas daun busuk itu jadi sama sekali tak berbekas, ini menyebabkan orang luar yang tiba di situ dan tidak mengetahui kondisi setempat menjadi terjebak ke dalam alam beracun tanpa disadarinya. Kalau sudah begini, biar kau memiliki ilmu silat yang maha dahsyatpun jangan harap bisa lolos dari bencana kematian. "

semua orang mendengarkan penuturan itu dengan seksama, enam buah sorot mata bersama-sama ditujukan ke wajah Ciu Huang, Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan matanya, kemudian ia baru melanjutkan: "Alam maut yang tercipta oleh daun- daun busuk serta aliran hawa beracun itu benar-benar merupakan suatu tempat maut yang tiada duanya di dunia ini. Tak usah seseorang terjerumus ke dalam hawa racun yang sudah terhimpun beratus tahun lamanya, cukup bau busuk yang terpancar dari daun busuk saja sudah mampu membuat seseorang mati lemas."

"Aneh benar, masa anggota istana panca racun tidak takut dengan hawa beracun itu?" tanya Han si-kong keheranan-

"Setiap benda di dunia ini pasti ada lawannya, konon di dalam istana panca racun itu tumbuh sejenis bunga aneh yang memiliki bau harum sangat tebal. Asal seseorang mencantumkan sekuntum bunga itu di badannya, maka ia tak perlu kuatir dengan hawa beracun lagi."

"Kecuali alam beracun itu apakah masih ada tempat lain yang lebih berbahaya lagi?" tanya Li Bun-yang.

"Di dalam alam racun yang terdiri dari daun busuk serta hawa racun itu terdapat sebidang tanah seluas berapa ratus hektar. Di tempat itulah istana racun tersebut didirikan Untuk melengkapi keseraman istana tadi, dikumpulkan aneka macam makhluk beracun yang kalau dijumlah mencapai lima jenis utama, itulah sebabnya istana itu disebut istana panca racun."

"Kalau dibilang ada lima jenis makhluk beracun, seharusnya antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lain saling bertentangan. Bagaimana mungkin tetap ada lima racun? " tanya Li Bun-yang.

"Waaah, kalau soal itu aku kurang jelas."

Li Bun-yang mendehampelan, katanya lagi: "Manusia macam apa pula pemimpin yang menyelenggarakan istana panca racun itu?"

"Masalah ini bukan cuma aku yang tak jelas, aku rasa tak ada orang kedua dalam dunia persilatan saat ini yang mengetahui seluk beluk tersebut sejelasnya."

"Aku tahu di dunia ini justru ada dua orang yang mengetahui latar belakang istana racun itu secara jelas" tiba-tiba Han si-kong menyela.

"harap Locianpwee menjelaskan lebih jauh." "Yang pertama adalah Thian-hok sangjin, tapi dia

sudah memasuki istana racun sehingga tak perlu disinggung lagi. Masih ada seorang lagi hingga kini masih berdiam di pondok Lian-im-lu."

"Kau maksudkan gadis berbaju putih yang lemah karena penyakit itu?" tanya Lim Han-kim. "Yaa, gadis itulah yang kumaksudkan. Ketika Thian- hok sangjin hendak mengikuti si perempuan siluman menuju ke istana racun tempo hari, hampir semua orang yang hadir pada marah dan berusaha menghalangi. cuma si nona baju putih yang datang secara tergesa- gesa saja yang tidak terpengaruh oleh keadaan, Malahan ia membujuk Thian-hok sangjin agar berangkat dengan perasaan lega. Bukan saja ia berbicara dengan tenang, malahan mengantar tanpa perasaan hati yang berat Apabila ia belum mengetahui latar belakang persoalan itu secara jelas, tak nanti ia bisa bersikap demikian."

"Ehmm, perkataan Locianpwee memang benar."

Tiba-tiba terdengar suara bulu sayap burung membelah angkasa berkumandang datangi disusul kemudian terlihat seekor burung kakak tua menembusi angkasa melayang masuk ke dalam ruangan, Burung itu tak lain adalah Bi-ji, burung yang cerdik itu,

setelah mengitari ruangan satu lingkaran burung itu melayang turun dan hingga di bahu Li Bun-yang sambil berteriak: "Nona bertemu musuh, nona bertemu musuh..."

Berubah paras muka Li Bun-yang, dengan cepat ia melompat bangun sambil serunya: "Adikku telah bertemu musuh tangguh dan kini sedang terlibat dalam perta rungan sengit, harap kalian tunggu di sini, aku akan membantu adikku dulu." Selesai bicara, tanpa menanti jawaban dari beberapa orang itu ia sudah lari ke luar dari ruangan dengan langkah cepat.

soat Bi-ji si burung cerdik itu segera mementang sayapnya terbang lebih dulu sebagai penunjuk jalan, Han si-kong segera ikut melompat bangun sambil ujarnya: "Biar aku ikut saudara Li melihat keadaan, ingin kulihat jagoan dari mana yang telah datang." Dengan langkah lebar dia menyusul dari belakang.

ci Mia-cu tak mau kalah, katanya pula: "Lim situ, harap kau tetap tinggal di sini menemani ciu tayhiap. aku segera akan balik,"

Lim Han-kim berkerut kening, ja menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu kemudian dibatalkan ia mengawasi kepergian beberapa orang rekannya itu tanpa bicara.

sepeninggal beberapa orang itu, si Hakim sakti Ciu Huang baru berpaling memandang Lim Han-kim sekejap. kemudian tanyanya: "Pernahkah ibumu membicarakan tentang tabiatku selama ini?"

"Jarang sekali ibu membicarakan masalah dunia persilatan dengan diriku, terutama masalah jago-jago silatnya." "Nah, itulah dia. Watakku memang aneh sekali, apa yang telah kuputuskan selamanya tak akan pernah dirubah. setelah aku memutuskan akan mewariskan ilmu silat kepadamu, perduli kau setuju atau tidak. aku tetap akan mewariskan kepandaian kepadamu, sebaliknya aku tidak bersedia memberitahukan asal-usulmu, maka meskipUn kau gorok leher sendiri di hadapankupun tak nanti aku akan menuruti kehendakmu itu."

Beberapa patah kata itu diucapkan dengan tegas dan sama sekali tidak memberi peluang untuk berunding, malah selesai bicara dia pejamkan matanya rapat-rapat.

Lim Han-kim menghela napas sedih, pelan-pelan ia berjalan keluar dari ruangan sementara itu dua orang tosu kecil penjaga pintu telah meloloskan senjata masing-masing dan bersembunyi di balik kegelapan untuk mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan.

Lim Han-kim mengangkat kepalanya memandang angkasa, tampak rembulan tergantung jauh di atas awan, bintang bertaburan di angkasa memancarkan cahaya yang redup, ia menghembuskan napas panjang, ingin rasanya untuk membuang semua kekesalan yang mengganjal dadanya, tangannya segera diayunkan ke muka melepaskan satu pukulan kearah hutan bambu.

Pukulan itu hampir disertai seluruh kemurungan dan kekesalan yang mengganjal dadanya, Tenaga yang disertakanpun sangat kuat,Begitu dilepaskan, segulung angin pukulan yang sangat kuat menyambar ke luar.

Mendadak segulung tenaga pukulan yang lembut muncul dari balik hutan bambu itu dan menggulung ke luar. secara gampang dan enteng sekali ternyata ia berhasil memunahkan seluruh kekuatan pukulan yang dilepaskan Lim Han-kim itu.

Pukulan yang dilepaskan secara sembarangan ternyata memancing munculnya musuh tangguh, Kenyataan ini sangat mengejutkan Lim Han-kim, otomatis rasa murung dan kesalnya hilang seketika, diawasinya hutan bambu itu dengan seksama lalu bentaknya nyaring: "siapa kau?"

"Aku datang untuk meminta obat," dari balik hutan bambu bergema suara jawaban yang rendah dan berat, kemudian pelan-pelan muncullah seorang kakek berambut putih.

Dengan sekilas pandangan saja Lim Han-kim segera mengenali siapa pendatang itu, dengan tertegun serun a: "Rupanya kau, Pek Khi-hong"

"Benar, memang aku"

Mendadak terlihat cahaya pedang berkilauan dua bilah cahaya putih meluncur ke luar langsung menusuk ketubuh kakek berambut putih itu. Ternyata dua kilatan cahaya pedang yang menyerang datang itu berasal dari dua bilah pedang tosu-tosu kecil penjaga pintu itu. saat itu mereka berdiri dengan mata terbelalak lebar, mereka tak tahu sejak kapan orang itu sudah hadir di sana serta bersembunyi di dalam hutan bambu dekat ruangan.

seandainya bukan serangan Lim Han-kim yang memaksa orang itu munculkan diri, mungkin sampai orang itu menyelinap masuk ke dalam ruangan mereka berdua belum menyadarinya.

Rasa malu bercampur gusar segera menyelimuti perasaan dua orang tosu kecil itu. Tak heran begitu melihatsi kakek berambut putih munculkan diri, serentak mereka lancarkan serangan secara garang.

Tampak Pek Khi-hong mengebutkan ujung baju kanannya, Pedang yang berada di tangan dua orang tosu kecil itu segera terpental balik, pergelangan tangan mereka jadi kaku dan nyaris senjatanya terlepas dari genggaman.

Dengan suara berat Lim Han-kim segera berseru: "Kalian bukan tandingannya, cepat menyingkir."

Walaupun dua orang tosu kecil itu dibuat terkejut bercampur terkesiap atas kehebatan ilmu silat si pendatang, namun sebagai penjaga pintu yang mempunyai tanggung jawab berat, tentu saja mereka tak bisa berdiam diri begitu saja.

setelah berhenti sejenak untuk atur pernapasan mereka segera memencarkan diri.

satu dari depan, yang lain dari belakang serentak menggerakkan senjatanya melancarkan tusukan.

Pek Khi-hong tertawa dingin. ia berdiri tenang bagaikan sebuah bukit Thay-san, sementara sepasang telapak tangannya melepaskan pukulan kiri kanan depan belakang secara berantai

Menyusul berhembusnya angin pukulan itu, dua orang tosu kecil itu segera merasakan pedang di tangan mereka tersedot segulung kekuatan yang maha dahsyat membuat serangan mereka miring ke samping.

Menggunakan kesempatan itulah Pek Khi-hong mengubah pukulannya menjadi cengkeraman dan menerobos masuk lewat peluang tersebut.

Gerak serangannya amat cepat bagaikan sambaran kilat, Dua orang tosu kecil itu merasakan urat nadi pada pergelangan tangannya jadi kaku, tahu-tahu senjatanya terlepas dan sudah berpindah tangan semua.

sementara itu Lim Han-kim merasa amat terkesiap setelah mengikuti jalannya pertarungan itu Demikian cepatnya gerak serangan yang digunakan untuk merebut senjata lawan itu, nyaris belum pernah disaksikan sebelumnya.

Terdengar Pek Khi-hong menjengek sambil tertawa dingin: "Ketua kuil awan hijau mempunyai reputasi yang sangat baik dalam dunia persilatan, aku tak ingin melukai anak muridnya."

sepasang pergelangan tangannya segera digetarkan, dua orang tosu kecil itu seketika mencelat mundur sejauh lima langkah.

Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga dalamnya bersiap sedia, kemudian ditatapnya Pek Khi- hong sambil menegur: "Kau hendak minta obat pada siapa?"

"Kita pernah berjanji sewaktu ada di pondok Lian-im-lu tempo hari, kalau aku dapat memutuskan rantai borgol dari tangan kalian berdua, maka kau pun bersedia memberikan pil jinsom berusia seribu tahun kepadaku. sekarang aku tahupil mustika itu sudah terjatuh di kuil awah hijau ini, kenapa aku tak boleh ke mari untuk memintanya?"

Lim Han-kim tertegun, dalam keadaan begini terpaksa ia harus membantah sesaat kemudian baru ia berkata: "Ketika berada di pondok Lian-im-lu tempo hari, Lo- cianpwee sendirilah yang berkata begitu Kapan aku pernah berjanji apalagi pil jin-som berusia seribu tahun itu sudah bukan menjadi milikku."

"Lalu milik siapa?"

"Pil jinsom milikku sudah dirampas orang-orang Hian- hong- kau, tapi kemudian berhasil dicuri kembali oleh si pencuri sakti, Untuk membalas budi Ciu tayhiap. ia hadiahkan pil tersebut untuknya, jadi obat itu sudah bukan hakku lagi."

"Perkumpulan Hian- hong- kau bisa merampas, Nyoo Cing-hong bisa mencuri, masa aku tak boleh merebutnya secara terang-terangan?" seru Pek Khi-hong.

"Tapi Ciu tayhiap menderita luka yang sangat parah, ia membutuhkan obat tersebut untuk menyelamatkan jiwanya,"

"Putriku juga menderita penyakit parah yang mengancam keselamatan jiwanya, ia butuh juga obat tersebut untuk selamatkan nyawanya."

"itu mesti disalahkan kehadiran Locian-pwee tidak tepat pada waktunya,"

Pek Khi-hong tertawa dingin, "He he he he... nama besar si Hakim sakti Ciu Huang mungkin bisa menakutkan orang lain, tapi jangan harap bisa menggertak mundur aku. Lagi pula sebotol pil jinsom berusia seribu tahun itu pun tak habis dimakan seorang diri, aku hanya minta bagian separuhnya saja."

Lim Han-kim jadi tertegun, diam-diampikirnya: "betul juga perkataan ini. Kalau Ciu tayhiap tidak membutuhkan obat sebanyak itu, ada baiknya juga membagi separuh untuknya sehingga jiwa putrinya dapat diselamatkan juga "

sementara itu Pek Khi-hong telah menyerobot masuk ke dalam ruangan setelah melihat anak muda itu cuma termenung tanpa menggubris perkataannya lagi.

Lim Han-kim jadi terkejut sekali setelah merasakan desingan angin menyambar lewat dari sisi tubuhnya, buru-buru dia lepaskan satu pukulan sambil teriaknya: "Lo-cianpwee..." "Blaaammmm "

Diiringi suara benturan yang amat nyaring, telapak tangan kedua orang itu saling beradu satu sama lainnya.

Lim Han-kim segera merasakan hawa murni dalam dadanya bergelora keras, tidak kuasa lagi tubuhnya terdorong mundur sejauh tiga langkah, Mimpipun Pek Khi-hong tidak menyangka kalau anak muda tersebut memiliki tenaga pukulan yang begini sempurna, bahkan gerak maju tubuhnya pun ikut terbendung.

Cepat- cepat Lim Han-kim menarik napas untuk mententramkan hawa murninya yang bergolak di dada, setelah itu katanya: "Ruangan ini merupakan tempat Ciu tayhiap merawat lukanya. Locianpwee tak boleh menerjang masuk secara sembarangan."

"Kalau begitu pil jinsom berusia seribu tahun itu pasti berada dalam ruangan itu," seru Pek Khi-hong.

selesai berkata ia lepaskan satu pukulan lagi sambil menerobos masuk ke dalam ruangan, setelah menerima sebuah pukulannya tadi, Lim Han-kim telah mengerti bahwa tenaga dalam yang dimilikinya masih jauh melebihi kemampuannya sehingga mustahil baginya untuk menentang Pek Khi-hong dengan kekerasan-

Kali ini kedua jari tangan kanannya disodokkan ke muka menotok urat nadi pada pergelangan tangan lawan, jurus memutus urat yang digunakannya ini sangat lihai dan tepat penggunaannya, Mau tak mau Pek Khi- hong harus menarik kembali serangannya terlebih dulu,

Berhasil membendung terjangan lawannya dengan sabetan jari tangan itu, kembali Lim Han-kim menggerakkan kaki kanannya melancarkan sebuah tendangan kilat.

sesungguhnya Pek KHi-hong sudah menerobos masuk ke dalam pintu ruangan waktu itu, tapi karena gegabah ia malah kena dipaksa mundur oleh totokan serta tendangan Lim Han-kim. Kenyataan ini kontan saja membuat kakek berambut putih itu tertegun. "Bocah muda, hebat amat ilmu silatmu" serunya.

secara beruntun sepasang telapak tangannya melepaskan serangkaian pukulan, dalam sekejap mata ia telah melepaskan delapan buah pukulan berantai.

Kedelapan jurus serangan itu dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, Tenaga pukulan pun berhamburan bagaikan gulungan ombak samudra, benar- benar dahsyat dan mengerikan.

Ketika Lim Han-kim selesai menyambut delapan buah serangan itu, tubuhnya sudah kelelahan hingga paras mukanya berubah hebat. Tapi ia sangat menguatirkan keselamatan Ciu Huang, walaupun ia sadar dalam menghadapi pertempuran sengit hari ini mau tak mau dia mesti kerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, namun ia bertekad mencegah kakek itu menerjang masuk ke dalam ruangan dan merampas obat mustika itu.

Ia mengerti, sekali kakek berambut putih itu berhasil memasuki ruangan, kemungkinan besar ia bakal bentrok dengan Ciu Hang, padahal si Hakim sakti baru sembuh dari sakit parahnya, bagaimana mungkin ia sanggup menerima tenaga pukulan yang begini sempurnanya?

Berpikir sejauh itu, Lim Han-kim semakin tak berani gegabah, dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya, ia melepaskan serangan balasan, Dengan jurus "Datang Awan Dari Langit" tangan kanannya menghantam dada musuh, sementara tangan kirinya memakai jurus "Memisah Bunga Memilih Liu" menyodok perut kakek itu.

Pek Khi-hong mencak-mencak kegusaran dengan mata melotot karena marah bentaknya: " Kau pingin mampus?"

Tubuhnya berkelebat menyingkir ke samping, begitu lolos dari sergapan dua jurus serangan itu, tangan kanannya dengan jurus "Memindah Bukit Membalik samudra" menghantam sejajar dada.

Dalam pukulan ini dia sertakan tenaga dalam yang maha dahsyat dan merupakan jurus serangan keras melawan keras, Dalam posisi demikian, kecuali menyambut serangan itu dengan kekerasan, Lim Han- kim hanya bisa berkelit ke samping saja untuk memberi jalan lewat bagi lawannya.

"llmu silat Locianpwee amat sempurna, aku ikhlas bila harus mati di ujung tangan Locianpwee."

Sepasang telapak tangannya segera ditarik sejajar dada kemudian didorong ke depan, ternyata ia siap menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, Terasa olehnya segulung tenaga tekanan yang maha dahsyat menumbuk kearah dadanya, membuat jantungnya berdebar keras dan pandangan matanya berkunang- kunang, Tubuhnya bergetar keras lalu mundur tiga langkah dengan sempoyongan.

Pek Khi-hong kagum sekali dengan kehebatan anak muda itu, tak kuasa pujinya: "Di kolong langit dewasa ini hanya beberapa orang yang mampu menyambut delapan bagian tenaga pukulanku, tak nyana kau sanggup menerima seranganku ini. "

Walaupun ucapan itu diutarakan dengan nada sungkan, namun serangan telapak tangannya tidak menjadi terhenti Gempuran-gempuran yang lebih gencar dilontarkan berulang kali, sementara berusaha menerjang masuk ke dalam ruangan.

setelah menerima satu pukulan lawannya tadi, Lim Han-kim sudah tak mampu menahan diri, bagaimana mungkin ia mampu membendung datangnya serangkaian serangan Pek Khi-hong yang begitu gencar?

Namun dalam hati kecilnya ia selalu memperingatkan diri, bagaimana pun ia tak boleh memberi kesempatan kepada lawannya menerjang masuk ke dalam ruangan, apa lagi melukai Ciu tayhiap.

Ingatan ini melintas dan menggelora terus di dalam benaknya. sekalipun kesadarannya sudah mulai memudar, namun terhadap persoalan ini ia selalu menaruh rasa was- was. Karenanya pukulan ppukulan yang dilontarkan untuk membendung serangan itu pun menggunakan jurus-jurus bUnuh diri.

Dalam keadaan seperti ini sekalipun Pek Khi-hong memiliki ilmu silat yang sangat hebatpun susah baginya untuk maju barang selangkah pun. Lama kelamaan naik juga darah Pek Khi-hong, sambil membentak keras serangan yang dilancarkan makin lama semakin bertambah berat.

Kembali Lim Han-kim bertahan beberapa gebrakan dengan susah payah, ia mulai keteter hebat dan nyaris tak sanggup menahan diri, mungkin dalam tiga sampai lima gebrakan lagi ia bakal terluka di ujung tangan Pek Khi-hong.

Di saat yang amat kritis itulah mendadak terdengar seseorang membentak nyaring: "siapa yang berani menyatroni tempat terlarang Kuil Awan Hijau?"

Diiringi bentakan nyaring, segulung tenaga pukulan menggulung tiba dengan kecepatan luar biasa mengancam punggung Pek Khi-hong. Dari suara desiran kuat yang mengancam belakang tubuhnya, Pek Khi-hong sudah sadar kalau ia kedatangan musuh tangguh, Berada dalam posisi begini mau tak mau dia mesti balikkan tubuh untuk menyambut datangnya ancaman tersebut cepat-cepat tangan kanannya lepaskan satu pukulan. begitu dua gulung tenaga membentur, tubuh si pendatang yang baru melayang turun ke tanah itu tergetar mundur sejauh satu langkah, tapi begitu mundur orang itu mendesak maju lagi, tangan kanannya diayunkan ke depan, sebuah senjata kipas telah menyodok dada lawan-

Berkilat sepasang mata Pek Khi-hong. ia semakin terkesiap setelah menjumpai si pendatang ternyata adalah seorang pemuda tampan berusia dua puluh tahunan, namun kecepatan serta kehebatan tenaga pukulannya sedikit pun tidak berada di bawah kemampuan Lim Han-kim. segera pikirnya: "Heran, kenapa dalam Kuil Awan Hijau ini bisa terdapat begitu banyak jago-jago muda berilmu tinggi...?"

sementara otaknya berputar, ia sudah terlibat dalam perta rungan lagi melawansi pendatang, Tenaga dalam yang dimiliki orang ini hampir seimbang dengan kekuatan Lim Han-kim, namun pengalamannya dalam menghadapi musuh serta keaneka-ragaman ilmu silatnya jauh melampaui kemampuan pemuda she- Lim itu.

Tampak orang itu dengan memainkan ilmu kim-kong dari aliran siau-lim di tangan kanannya, tangan kiri menggunakan jurus "Membersihkan Debu Berdebat santai" dari aliran Bu-tong justru memutar senjata kipasnya sedemikian rupa. Bukan saja memiliki perubahan yang amat banyak. lagi pula sebentar menebas seperti pedang sebentar membabat seperti golok. sukar diduga ke mana dia hendak mengancam.

Dalam kesempatan itu Lim Han-kim menggunakan kesempatan tersebut mengatur kembali pernapasannya. Dengan dasar tenaga dalamnya yang sempurna, tak selang berapa saat kemudian kondisi tubuhnya telah pulih kembali Ketika ia menengok kembali ke arena pertarungan dijumpainya orang yang sedang bertarung sengit melawan Pek Khi-hong itu ternyata tak lain adalah Li Bun-yang dari bukit Hong-san.

sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki Pek Khi-hong masih jauh di atas kemampuan Li Bun-yang, tapi berhubung Li Bun-yang lebih gesit dan licik serta berusaha menghindari pertarungan keras melawan keras, maka untuk sesaat Pek Khi-hong pun tak dapat banyak berbuat.

Lim Han-kim menarik napas panjang-panjang, sesudah menghimpun kembali tenaga dalamnya ia maju dua langkah ke depan dan menghadang di depan pintu siap menghadapi ancaman.

Ternyata Li Bun-yang mengerti kalau tenaga dalamnya tak mampu menandingi lawan, maka ia berusaha menghindari pertarungan adu kekerasan. setiap kali menjumpai serangan gencar yang dilepaskan musuhnya, ia segera mundur untuk menghindar.

sebaliknya Pek Khi-hong yang menjumpai musuh tangguh, mau tak mau harus melayani dengan sekuat tenaga, tanpa sadar ia mengejar hingga berada di luar ruangan. Dengan susah payah ia berhasil menerobos masuk ke dalam ruangan tadi, tapi sekarang terpancing oleh jurus-jurus serangan Li Bun-yang. Tanpa sadar tubuhnya telah mundur lagi.

Dalam kesempatan itu Lim Han-kim telah berhasil memulihkan kondisi badannya setelah mengatur pernapasan beberapa saat. Ketika melihat situasi pertarungan di arena, ia sadar Li Bun-yang sudah mulai keteter dan berada di bawah angin- sebaliknya tenaga pukulan yang dilancarkan Pek Khi-hong makin lama semakin bertambah kuat dan berhasil menguasai situasi.

Meski Li Bun-yang masih dapat bergerak dengan andalkan kegesitan serta kelicikannya, namun tenaga dalamnya tetap bukan tandingan musuh, Apa lagi ilmu pukulan Pek Khi-hong yang nampaknya amat sederhana sesungguhnya memiliki perubahan jurus yang di luar dugaan, puluhan gebrakan kemudian posisinya makin keteter.

Di tengah pertarungan sengit itu, mendadak Pek Khi- hong mengeluarkan jurus ampuhnya, telapak tangan kanan disodok mengancam dada sementara tangan kirinya menyusul di belakang tangan kanan, ikut menyodok ke depan.

Buru-buru Li Bun-yang membabatkan senjata kipasnya kebawah, dengan jurus "Memisahkan Unsur im dan Yang" ia bacok pergelangan tangan kanan Pek Khi-hong.

siapa sangka di saat terakhir mendadak Pek Khi-hong menarik mundur pergelangan tangan kanannya, sementara tangan kirinya yang tersembunyi di belakang serangan tangan kanannya itu meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, serangan tersebut langsung mencengkeram pergelangan tangan kanan Li Bun-yang yang mencekal senjata kipas.

Mimpipun Li Bun-yang tidak menyangka kalau perubahan jurus musuhnya dapat dilakukan dengan kecepatan luar biasa, ia sangat terperanjat tergopoh- gopoh tangan kirinya berputar satu lingkaran lalu menyikut ke depan untuk membendung datangnya ancaman cengkeraman dari Pek Khi-hong.

Bagaimana pun keluarga Li merupakan gudangnya ilmu silat, pengetahuan serta pengalamannya sangat mendukung dalam keadaan kritis seperti ini, jurus penolong yang digunakan kali ini betul-betul jurus simpanan yang luar biasa hebatnya.

Diam-diam Lim Han-kim berpikir "Agak-nya kecuali menggunakan jurus ini, tak ada jurus lain lagi yang bisa dipakai untuk mematahkan sergapan kilat dari Pek Khi- hong."

"Ilmu penolong yang sangat bagus" bentak Pek Khi- hong dingin, Kali ini dia hanya berdiri tanpa bergerak, ia pun tidak melancarkan serangan berikut.

Pada saat itu Li Bun-yang sendiri meski sudah lolos dari bahaya maut, namun perasaan hatinya benar-benar terkesiap. sejak terjun ke dalam dunia persilatan belum pernah ia jumpai tokoh sehebat orang ini, tanpa terasa sahutnya pelan: "Anda terlalu memuji"

"Bila dugaanku tidak keliru, tentunya kau berasal dari bukit Hong-san?"

"Aku Li Bun-yang, Locianpwee tak pernah kenal dengan diriku, darimana kau bisa tahu jika aku berasal dari Hong-san?"

Keluarga persilatan dari bukit Hong-san sudah amat termashur dalam dunia persilatan selama seratus tahun terakhir hampir dikenal setiap umat-persilatan, jadi meski pihak lawan dapat menyebutkan asal usulnya pun tidak terhitung suatu kejadian aneh.

Tapi ilmu silat yang dimiliki orang itu sangat tangguh dan jarang ditemui sebelum-nya. Dengan bekal pengetahuannya yang amat luas serta pergaulannya yang amat luas pun Li Bun-yang tak berhasil menebak asal usul lawan. ia tak mengira sebelum dirinya berhasil menebak asal usul orang, asal usul sendiri malah sudah tertebak duluan.

Terdengar Pek Khi-hong berkata dengan dingin: "Jurus silat yang kau pergunakan beraneka ragam dan terhimpun dari ilmu silat pelbagai partai besar. Dalam kolong langit dewasa ini selain keluarga persilatan dari bukit Hong-san, keluarga mana lagi yang sanggup berbuat begitu? Apa salahnya kalau aku dapat menebak asal usulmu?"

"Locianpwee, kehebatan ilmu silatmu benar-benar luar biasa. selama hidup belum pernah kujumpai tokoh sehebat dirimu, cobalocianpwee tidak berbelas kasihan kepadaku tadi, mungkin aku sudah terluka di ujung tanganmu..."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar