Pedang Keadilan I Bab 19 : Asal Usul Menyangkut Geger Persilatan

 
Bab 19. Asal Usul Menyangkut Geger Persilatan

Baru saja Han Si-kong akan menyusul di belakangnya, siapa sangka gadis berbaju hijau itu maju ke depan dan menghadang jalan perginya, bahkan tangan kanannya meloloskan pedang yang tersoreng dipunggung dan siap siap melancarkan serangan.

"siapa kau?" bentaknya nyaring. "Kau anggap kuil awan hijau ini tempat macam apa, sehingga setiap orang bisa masuk keluar semaunya?"

Berubah paras muka Han si-kong, ia balik menghardik, "siapa nona, berani amat bersikap kurang jaar kepadaku?" "Kalau kurang ajar kepadamu, mau apa kau?" "Kau tahu siapakah aku?"

"Perduli amat siapa kau, pokoknya aku melarang kau masuk kuil ini, mau apa kamu?"

"Hmmm, seorang budak ingusan sore juga berani begini takabur kepada-ku, kurang ajar, Biar aku mewakili ketua kuil awan hijau memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"

Waktu itu Lim Han-kim sudah masuk ke dalam kuil, ketika mendengar perselisihan itu tanpa terasa ia berpaling. Melihat dua orang itu siap bertarung, ia jadi serba salah, maka teriaknya keras-keras: "Locianpwee, memandang wajahku, mohon kau bersabar"

Belum habis ucapan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar gadis berbaju hijau itu menghardik,

"Siapa suruh kau turut campur dalam urusanku"

Pedangnya dicabut ke luar dan tanpa membuang waktu langsung ditusukkan ke dada Han si-kong.

Dengan cekatan Han si-kong berkelit ke samping, serunya: "Dengan kondisiku sekarang, aku tidak leluasa untuk bertarung melawan seorang bocah perempuan macam kau. Biar kejadian hari ini kucatat atas nama gurumu." sementara beberapa patah kata itu di-ucapkan, secara beruntun gadis berbaju hijau itu telah melancarkan tiga jurus serangan. semua serangan dilancarkan amat ganas dan hebat, memaksa Han si-kong harus mundur sejauh tiga langkah dari posisi semula.

Mimpipun Han si-kong tidak mengira kalau seorang nona kecil berusia empat lima belas tahunan dapat melancarkan serangan pedang dengan jurus seganas dan sehebat itu. Terkejut dan gusar segera bercampur aduk dalam benaknya. ia sadar bila tidak membalas, bisa jadi ia akan terluka oleh serangan pedangnya itu.

Lim Han-kim lebih tersipu-sipu lagi, Dalam keadaan begini ia merasa tak leluasa untuk mencegah, namun dia pun tak bisa berpeluk tangan saja. sementara anak muda itu berada dalam keadaan serba salah, tiba-tiba dari kejauhan sana berkumandang suara bentakan keras: "Tahan"

Menyusul suara bentakan itu tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan luar biasa, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dalam sekejap mata telah tiba di hadapan beberapa orang itu

Ketika pedang si nona berbaju hijau itu hampir menusuk dada Han si-kong, tiba-tiba sebuah kipas telah menangkis ancaman itu bahkan mementalkannya hingga mencelat ke belakang. "saudara Li, tepat sekali kedatanganmu Aku sedang serba salah dibuatnya" seru Lim Han-kim cepat sambil menjura.

Ternyata orang yang barusan muncultak lain adalah Li Bun-yang. Li Bun-yang berpaling memandang Han si- kong sekejap. lalu dengan gusar bentaknya kepada gadis berbaju hijau itu. "Anak perempuan tak tahu diri, sedikit- sedikit cabut pedang menyerang orang, Mau apa kau masih berdiri di situ? Cepat mundur"

Melihat paras muka Li Bun-yang telah diliputi hawa amarah dan nampaknya betul- betul sudah naik darah, meski dalam hatinya agak takut namun gadis berbaju hijau itu tak rela dimaki di depan orang, tiba-tiba ia lempar pedangnya ke tanah, lalu sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangan, ia menangis tersedu-sedu.

Perubahan yang sama sekali tak terduga ini kontan saja membuat Lim Han-kim bertiga jadi tersipu-sipu, Li Bun-yang menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas panjang, lalu sambil menjura ke arah Han si-kong ujarnya:

"Han Locianpwee harap kau sudi memaafkan dirinya karena masih muda dan tak tahu diri, aku mewakilinya mohon maaf." Jangan dilihat Li Bun-yang baru berusia duapuluh empat-lima tahunan, ternyata pengetahuan dan pengalamannya sangat luas. Apa lagi ia sudah terjun ke dunia kangouwpa usia delapan belas tahun, tak heran kalau banyak tokoh persilatan yang dia kenal. sekali pun belum pernah bersua dengan orangnya, paling tidak ia pernah mendengar tentang raut muka serta bentuk wajah orang-orang kenamaan itu.

oleh karena itulah setelah mengamati bentuk wajah dan tubuh Han si-kong, ia segera dapat mengenali orang ini sebagai si raja monyet ceking Han si-kong.

Buru-buru Han si-kong balas memberi hormat sambil menyapa: "Apakah anda adalah Li kongcu dari gunung Hong-san?"

"Tidak berani, tidak berani, aku yang muda Li Bun- yang"

"Berapa tahun berselang, aku sudah pernah mendengar nama kongcu..."

"Aaah, Locianpwee terlalu memuji."

sementara itu si nona berbaju hijau yang sedang menangis bertambah mendongkol lagi setelah tidak melihat ada orang yang menggubrisnya, isak tangisnya makin menjadi-jadi. Lim Han-kim merasa isak tangis itu sangat menusuk pendengaran dan amat tak sedap di hati, tak tahan lagi katanya kepada Li Bun-yang: "saudara Li, lebih baik kau bujuklah adik misanmu itu agar berhenti menangis."

Dengan wajah dingin kaku dan amat serius Li Bun- yang memandang gadis berbaju hijau itu sekejap. kemudian ancamnya: "Adik Kian, jika kau masih menangis terus, aku benar-benar akan menghantarmu pulang ke gunung Hong-san."

Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menurunkan tangannya yang sedang menutupi wajahnya itu, dengan jengkel sahutnya: "Aku sengaja tak mau pulang, mau apa kau? Dunia begini luas, kenapa aku mesti mengintilmu terus?."

Diambilnya pedang yang tergeletak di tanah itu, lalu kabur dari situ, Dengan cepat Li Bun-yang melejit ke udara, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah menghadang di depan gadis berbaju hijau itu sambil menegur "Kau hendak ke mana?"

"Aku datang ke kuil awan hijau sendirian, kenapa tak boleh pulang sendirian?"

Li Bun-yang gelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas panjang, lalu dibisikinya gadis itu dengan suara lirih. Bisikan itu begitu lirih sampai Lim Han-kim dan Han si-kong pun tak dapat menangkap apa yang dikatakan, tapi yang pasti hawa amarah gadis itu hilang lenyap seketika, malahan sambil tertawa gembira dia lari masuk ke dalam kuil awan hijau.

Pelan-pelan Li Bun-yang menghampiri Han si-kong, setelah tertawa getir katanya: "Adik misanku ini sudah terbiasa dimanja ibuku sehingga lahiriah kebiasaan yang kurang menyenangkan ha rap Locianpwee jangan mentertawakan"

"Ha ha ha ha... saudara Li kelewat serius," Han si- kong tertawa terbahak-bahak. "sebagai seorang lelaki sejati, masa kita mesti ribut dengan anak perempuan. Apalagi usianya masih begitu muda, memang saatnya untuk berbinal-binal."

Li Bun-yang mengalihkan pandangannya ke wajah Lim Han-kim, kali ini ujarnya dengan suara rendah: "saudara Lim, selamat untukmu, Ciu tayhiap berhasil lolos dari bahaya maut, kini lukanya sudah mulai sembuh."

Walaupun setiap patah kata itu Lim Han-kim dapat mendengar secara jelas, namun ia tak berani percaya dengan pendengaran sendiri, sesudah termangu-mangu berapa saat serunya: "Apa? Ciu Locianpwee sudah lolos dari bahaya maut?" .

"Bukan cuma lolos dari bahaya maut," kata Li Bun- yang sambil tertawa, "Malahan kalau saudara Lim pulang setengah bulan lebih lambat, mungkin luka Ciu Locianpwee sudah sembuh total dan pergi meninggalkan kuil awan hijau ini untuk mulai berpesiar"

"obat mustika apa yang telah diminum olehnya, kenapa lukanya sembuh begitu cepat?"

"Tentu saja pil jinsom berusia seribu tahun."

sekali lagi Lim Han-kim tertegun dibuat-nya, ujarnya kemudian: "Apakah diperoleh dari keluarga saudara Li di bukit Hong-san."

"Pil jinsom berusia seribu tahun merupakan obat hasil ramuan si dewa jinsom Phang Thian-hua yang paling mustajab, mana mungkin keluarga kami memiliki obat mustika sehebat ini?"

"Aaai... aku jadi tak habis mengerti. " Li Bun-yang

tersenyum.

"llmu pengobatan yang dimiliki Phang Thian-hua tiada tandingannya di kolong langit, Hampir separuh hidupnya dia benamkan dalam penyelidikannya membuat dan meramu obat-obatan mustika sehingga itulah sebabnya ia disebut orang Dewa jinsom.

Pil mustika berusia seribu tahun memiliki kemampuan menghidupkan kembali orang yang telah mati, tapi sayang watak Phang Thian-hua sangat dingin dan aneh. walaupun sepanjang hidupnya menyelidiki ilmu pengobatan, namun ia tak pernah menggunakan kepandaiannya itu untuk menolong orang, ia selalu hidup mengasingkan diri tidak mencampuri urusan dunia ramai

Malahan dengan kepandaian ilmu bangunan-nya ia dirikan banyak alat rahasia serta barisan Ngo-heng-tin di sekeliling perkampungannya, selama puluhan tahun terakhir ini entah sudah berapa banyak jago persilatan yang terluka atau bahkan tewas terkena alat rahasianya.

orang-orang yang menjadi korban kebanyakan justru para pasien yang membutuhkan pertolongannya. Kalau bukan ingin mencuri obat mustika guna menyembuhkan penyakitnya, mereka tentu khusus datang untuk memohon pengobatan dari Phang Thian-hua. Kasihan betul orang-orang itu.

Belum lagi bersua dengan phang Thian-hua, kebanyakan sudah keburu tewas oleh alat jebakan atau barisan Ngo-heng-tin yang maha dahsyat itu, Meski antara dia dengan umat persilatan tiada ikatan dendam atau sakit hati, namun kekejian hatinya merupakan kebalikan dari kemampuan ilmu pertabibannya hingga tak salah lagi jika orang menyebutnya sebagai si Tabib sakti berhati ular."

"Berita sensasi yang tersiar dalam dunia persilatan tak boleh dipercaya seratus persen," kata Han si-kong cepat, "Tapi keluarga persilatan dari gunung Hong-san mempunyai hubungan yang amat luas. Aku pikir saudara Li tentu sudah pernah bersua dengan si dewa Jinsom Phang Thian-hua bukan?" Cepat Li Bun-yang menggeleng.

"sudah lama aku mendengar namanya, namun sayang belum berkesempatan untuk bertemu sendiri dengan orangnya."

Dalam pada itu Lim Han-kim sedang memikirkan masalah pil jinsom seribu tahun itu, ketika mendengar kedua orang rekannya makin berbicara membawa pokok persoalan makin jauh, tak tahan lagi dia menyela: "saudara Li, tahukah kau pil jinsom seribu tahun itu merupakan hasil ramuan siapa?"

"Pil jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan Phang Thian-hua amat jarang beredar dalam dunia persilatan, sudah barang tentu obat yang diminum Ciu Locianpwee adalah obat milik saudara Lim yang hilang itu."

"Aaaah, apa yang scbenarnya telah terjadi?" tanya Lim Han-kim tercengang. "Aku benar-benar bingung dan tidak habis mengerti bukankah pil jinsom berusia seribu tahun milikku telah hilang " Li Bun-yang tertawa

nyaring.

"Kalau tidak kuterangkan duduk persoalannya, tentu saja saudara Lim akan kebingungan.."

Maka secara ringkas dia pun menuturkan bagaimana sipencuri sakti Ngoo Cing-hong meng hantar pil mustika itu ke kuil. selesai mendengar penuturan tersebut, sambil bertepuk tangan Han si-kong ber-seru: "Nah, apa kukata saudara Lim? orang baik selalu dilindungi Thian bukan? ciu tayhiap selalu membantu kaum lemah dan membela kebenaran Bila ia sedang terancam bahaya, pasti ada orang yang akan menolong keselamatan jiwanya."

Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas lega, katanya pula: "Aaai....

syukur Thian masih maha adil dengan memberi kesempatan hidup untuk Ciu tayhiap. dengan begitu aku pun bisa pulang untuk memberi laporan kepada ibuku."

" Ciu tayhiap lewat ketua kuil awan hijau pernah berpesan kepadaku, apa bila saudara Lim telah balik ke mari, diminta segera mengajakmu untuk menjumpai dirinya." kata Li Bun- yang sambil tertawa.

Lim Han-kim segera merasakan hatinya bergetar, cepat-cepat serunya: "ciu tayhiap berada di mana sekarang? Dapatkah kau mengajakku menjumpai dirinya?"

"saudara Lim tak usah kuatir, walaupun kesehatan ciu tayhiap belum pulih secara total namun lukanya sudah hampir sembuh, ia sudah dapat turun dari pembaringan dan berjalan " sesudah berhenti sejenak. kembali terusnya: "Cuma... adikmu hingga kini belum ada kabar beritanya, entah ia sudah pergi ke mana?"

Lim Han-kim menghela napas panjang, sementara mulutnya tetap membungkam diri, Li Bun- yang merasa tak tega juga setelah melihat rasa murung menyelimuti wajah anak muda itu, segera hiburnya: "Saudara Lim, lebih baik kau bertemu dulu dengan ciu tayhiap. setelah itu kita baru berusaha untuk mencari jejak adikmu."

"Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li." Kembali Li Bun-yang tersenyum.

"Mari, biar aku menjadi penunjuk jalan buat kalian berdua..." katanya, Selesai berkata dia putar badan dan berjalan lebih dulu menuju ke dalam ruangan kuil. Lim Han-kim dan Han si-kong menyusul di belakangnya.

Setelah melewati dua buah ruangan utama sampailah mereka di sebuah bangunan kecil di sisi gedung kuil itu.

Sebuah bangunan kecil beratap hijau berdiri di kelilingi pagar bambu nan hijau. Pintu dan jendela berada dalam keadaan tertutup, dua orang tosu kecil duduk di kedua belah sisi pintu sambil berjaga jaga. Tampak secara lamat-lamat sarung pedangnya yang menongol dari balik jubahnya,

Ketika melihat datangnya rombongan itu, kedua orang tosu kecil itu segera melompat bangun dan menghadang jalan pergi mereka, Sambil menjura dan tertawa Li Bun- yang segera menyapa: "Saudara-saudara ini ingin berjumpa dengan ciu tayhiap. tolong disampaikan ke dalam"

Dua orang tosu kecil itu memperhatikan sekejap wajah Lim Han-kim dan Han Si-kong, setelah itu katanya: "Ciu tayhiap baru saja minum obat, sekarang sedang tertidur nyenyak. lebih baik kalian menunggu beberapa saat lagi."

"Kalau memang begitu biar kami menunggu sejenak di luar pagar bambu," ujar Lim Han-kim.

selesai berkata ia duduk bersila di atas tanah, Malampun makin gelap, selapis cahaya bintang memancarkan Cahayanya yang redup dari angkasa.

setelah menunggu sekian lama tanpa kabar, lama kelamaan habis sudah kesabaran Han si-kong. sambil mendeham berat-berat tegurnya kepada dua orang tosu kecil itu: "sampai kapan ciu tayhiap baru mendusin?"

"Tidak tentu," sahut dua orang tosu kecil itu sambil menggeleng, "setelah terluka parah, tenaga dalamnya belum pulih kembali, Kemungkinan besar ia baru mendusin fajar besok.,."

"Waaah,.. kalau begitu berarti kami mesti duduk menanti semalaman di tempat terbuka..." "Maaf," kata tosu kecil sebelah kanan dengan wajah serius, "suhu telah berpesan, apa bila Ciu tayhiap belum bangun dari tidurnya, siapa saja dilarang mengusik ketenangannya . "

Berkilat sepasang mata Han si-kong, tampaknya ia hendak mengumbar emosinya, namun akhirnya ia berhasil mengendalikan diri, gumamnya: "Berbincang dari kedudukan serta nama besar ciu tayhiap. sekalipun aku mesti menunggu tiga hari tiga malampun hal ini lumrah dan cukup berharga untuk dilakukan-"

Mendadak dari balik bangunan rumah yang tertutup rapat itu berkumandang suara orang berbatuk-batuk pelan, disusul kemudian terbias sekilas cahaya lentera, setelah itu terdengar seseorang menegur dengan suara yang rendah dan amat berat:

"Tokoh silat dari manakah yang hendak menjumpai aku?"

Pintu kayu terbuka lebar, seorang kakek yang lengan dan kepalanya masih dibalut kain putih munculkan diri di depan pintu.

Buru-buru Li Bun-yang maju ke depan dan memberi hormat, katanya: "Aku yang muda li Bun- yang menjumpai Ciu Locian-pwee" sebagian besar wajah kakek itu terbalut oleh kain putih sehingga yang tampak sekarang tinggal telinga, hidung, mulut serta sepasang matanya, Hal ini membuat bentuk mukanya menjadi amat mengerikan

Lim Han-kim juga segera maju memberi hormat sambil memperkenalkan diri: "Aku yang muda lim Han- kim menjumpai Lo-cianpwee."

sedang Han si-kong menjura pula seraya berseru: "Aku Han si-kong, biasa dipanggil orang si monyet tua, sudah lama kukagumi nama besar tuan, sungguh beruntung hari ini dapat berjumpa."

Pelan-pelan kakek itu menyapu wajah ketiga orang itu, kemudian baru katanya: " Kalian bertiga tak usah banyak adat, silahkan masuk ke dalam rumah"

Li Bun-yang tidak bicara lagi ia segera melangkah masuk lebih dulu ke dalam ruangan, perabot dalam ruangan itu amat sederhana tapi bersih, dari balik sebuah hiolo batu yang tingginya satu depa kelihatan asap putih mengepul memenuhi seluruh ruangan, menyiarkan bau harum.

Di atas pembaringan kayu yang lebar dan besar tampak selimut yang tebal dan bantal yang masih terletak kacau, di atas meja kayu terletak sebuah botol porselen. Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat mengenali botol porselen itu sebagai benda miliknya yang dicuri orang, Tiba-tiba timbul rasa malu di hati kecilnya, cepat-cepat ia melengos ke arah lain dan tidak berani memandang lagi.

sementara itu si kakek telah berjalan menuju ke pembaringan dan duduk di situ, kemudian baru katanya: "silahkan kalian bertiga ambil tempat duduk, maaf aku tak bisa melayani karena lukaku belum sembuh sama sekali."

"Locianpwee tak perlu sungkan-sungkan," sahut Li Bun-yang cepat, "Kami bisa berjumpa pun sudah merasa bangga dan berterima kasih sekali."

si Hakim sakti Ciu Huang tertawa canggung. "Keluarga persilatan dari bukit Hong-san memang

sumber orang berbakat Kembali aku dapat bertemu dengan seorang tokoh berbakat yang masih muda tapi hebat."

" Locianpwee terlalu memuji. " sinar matanya segera

dialihkan ke wajah Lim Han-kim, kemudian anak muda itu melanjutkan "Ketua kuil awan hijau pernah berpesan kepadaku untuk membawa saudara Lim datang menghadap. Apa bila kehadiran kami mengganggu istirahat Locianpwee mohon bisa dimaafkan." si Hakim sakti Ciu Huang segera mengawasi wajah Lim Han-kim lekat-lekat, kemudian tanyanya pelan: "Nak, apakah kau yang mengantar pil jinsom seribu tahun itu untukku?"

Untuk sesaat Lim Han-kimjadi gelagapan dan tidak tahu bagaimana harus menjawab. sesudah termenung cukup lama baru ia berkata: "Walaupun pil mustika itu memang aku yang membawa, tapi sayang telah dicuri orang di tengah jalan. Untuk mendapatkan kembali pil tersebut aku telah banyak merasakan penderitaan-"

"Penderitaan apa saja yang telah kau alami?" tanya Ciu Huang sambil mengalihkan pandangan matanya ke atap ruangan. secara ringkas Lim Han-kim menceritakan pengalamannya sewaktu mencari balik pil mustikanya yang tercuri itu.

"oooh... ada kejadian seperti itu?" Hakim sakti Ciu Huang berseru tertahan- "setelah sembuh dari lukaku nanti, aku harus pergi untuk memeriksa sendiri"

"Pengalaman dan ilmu silat Locianpwee jauh melebihi kami semua, Kami percaya tak satu pun kejadian dalam dunia persilatan selama tiga puluh tahun belakangan ini yang dapat mengelabui Locianpwee."

"Dunia sangat luas, biar pun aku telah menjelajahi empat telaga lima samudra bukan berarti semua persoalan tentu kuketahui..." Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Coba utarakan persoalan apa yang ingin kau tanyakan, asal bisa kujawab pasti akan kuberikan jawaban yang sejelas-jelasnya . "

"Locianpwe banyak kenal dengan jago persilatan, pernahkah kau mendengar asal usul dari perkumpulan Hian- hong- kau?"

Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan matanya, sesudah termenung sejenak ujarnya: "selama ini perkumpulan Hian- hong- kau hanya bergerak di seputar wilayah Im-ciu dan Kui- ciu. Belum pernah kudengar ia mengadakan hubungan dengan umat persilatan. " 

"Tapi daya pengaruh mereka sudah meluas sampai ke wilayah Kanglam, Bahkan pesanggrahan Tho-hoa-kit yang umat termashur pun sudah menjadi salah satu markas besarnya dalam menanamkan pengaruh diwilayah Kanglam ini. Dengan menggunakan gadis-gadis cantik sebagai umpan, mereka berhasil menghimpun banyak jago persilatan untuk dijadikan anak buahnya."

si Hakim sakti Ciu Huang memutar sepasang matanya memandang sekejap wajah ketiga orang itu, mulutnya membungkam diri dalam seribu basa.

Melihat itu Li Bun-yang menghela napas panjang, terusnya: "Walaupun aku sudah berdiam hampir satu bulan lamanya di Pesanggrahan Tho-hoa-kit, sungguh menyesal aku ternyata tak berhasil mengungkap rahasia di balik semua itu, justru karena itu aku berpendapat dalang dari semua persoalan ini pasti bukan manusia sembarangan. Bila sUatu ketika perkumpulan Hian- hong- kau berhasil menancapkan sayapnya di wilayah Kanglam, bisa diduga kehadiran mereka saat itu tentu akan membawa badai pembunuhan atas jago-jago Kanglam.

Betul aku mempunyai tekad ingin melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan ini, namun aku pun sadar bahwa kemampuanku seorang tak sanggup memikul tanggung jawab ini, Bahkan aku sendiri pun tidak tahu manusia macam apakah ketua perkumpulan Hian- hong- kau itu.

Locianpwee, kau sudah menjelajahi semua pelosok dunia, tentu kau tahu bukan asal usul Hian- hong- kau serta siapa kah pemimpin mereka itu..."

sejak tadi Han si-kong sudah mencoba untuk menahan diri, tapi akhirnya ia tak sabar juga, cepat- cepat selanya: "Aku telah mengalami sendiri kehebatan mereka, Dengan lolohan arak wangi mereka membuat aku mabuk kemudian memenjarakan aku hampir dua tahun lamanya, sayang aku tak pernah punya kesempatan untuk bertarung melawan pemimpin mereka itu. Kehidupan selama dua tahun di tempat yang gelap tanpa sinar matahari, biar tak kuterangkanpun tentu kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana tersiksanya bagi diriku.

selama hid up belum pernah aku menerima hinaan seperti ini. Rasa gusar dan dendamku hingga kini masih menyumbat dadaku, saudara Li, apa bila kau berencana hendak menyapu rata pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku pun bersedia menjadi panglima pembuka jalanmu."

"Aku pernah bersua dengan ketua Hian- hong- kau jiu" mendadak Lim Han-kim menimbrung.

"Manusia macam apa sih dia?" buru-buru Li Bun-yang bertanya,

" Wajah mereka sama-sama mengenakan topeng yang amat tebal sehingga sulit bagiku untuk melihat raut wajah mereka yang sesUngguhnya."

"Pada mulanya aku masih mengira Lik-ling yang cantik jelita dan genit itu adalah pemimpin yang mendalangi semua itu, akhirnya aku baru mengetahui bahwa di belakang dia ternyata masih ada dalang lain."

si Hakim sakti Ciu Huang yang selama ini hanya mendengar tanpa komentar mendadak mendehem beberapa kali, setelah itu ujarnya: "Menurut apa yang kuketahui, Hian- hong- kau cuma sebuah perkumpulan kecil yang bermarkas di wilayah Im-ciu dan Kui-ciu. Pemimpin mereka adalah seorang perampok ulung yang dipaksa lima perguruan besar untuk menyingkir dari wilayah Tionggoan hingga akhirnya kabur kepegunungan diwilayah Im-ciu. "

Tiba-tiba ia berhenti sejenak seakan- akan sedang memikirkan sesuatu, tapi seperti juga lagi beristirahat kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru melanjutkan: "llmu silat yang dimiliki orang itu sangat sederhana dan bersahaja, tapi ia pandai menggunakan obat pembius, ia membuka markas dipegunungan antara wilayah Im-ciu dan Kui-ciu serta mengumpulkan para pembelot dan penghianat perguruan besar untuk dijadikan anak buahnya sehingga akhirnya berdirilah perkumpulan Hian- hong- kau.

Aku jadi ragu-ragu, masa sebuah perkumpulan sekecil dan selemah itu mampU menjelajahi daratan Tionggoan dan malang melintang di sini.,."

"ltulah sebabnya kejadian ini agak mencUrigakan," sambUng Li Bun- yang. Ciu Huang menghembuskan napas panjang

"Yaa, aku percaya di balik peristiwa ini tentu ada latar belakangnya."

"Menurut pendapat aku Lim Han-kim, organisasi mereka benar-benar amat misterius dan rahasia " sambung Lim Han-kim. Han si-kong tak mau kalah, komentarnya pula: "Walaupun aku sudah terkurung hampir dua tahun dan banyak siksaan telah kuderita, namun selama ini diriku hanya disekap dalam penjara bawah tanah itu, hal mana membuat aku tak pernah berhasil mengorek rahasia Hian- hong- kau.

Tapi aku sempat juga bertarung beberapa gebrakan melawan orang-orang yang ditugaskan mengirim nasi, Aku rasa ilmu silat orang-orang itu meski belum bisa dibandingkan dengan jagoan kelas satu, namun kepandaian mereka tidak lemah. jika pemimpim yang mengatur organisasi ini cuma seorang perampok biasa, rasanya mustahil orang itu bisa memimpin kawanan jago-jago tangguh itu,"

"Betul," Lim Han-kim menimpali "Biarpun aku belum pernah bertarung secara resmi melawan orang-orang Hian- hong- kau, namun aku pernah menyaksikan kepandaian mereka dengan mata kepala sendiri Aku percaya pemimpin organisasi itu adalah seorang manusia kejam yang berhati telengas, ia tak mungkin cuma seorang perampok biasa."

Kembali si Hakim sakti Ciu Huan pejamkan sepasang matanya, ia berkata: "sejak awal toh sudah kujelaskan, apa yang kukatakan tadi merupakan kejadian pada puluhan tahun berselang, selama puluhan tahun ini bisa saja terjadi perubahan yang di luar dUgaan. Mungkin saja perkumpulan Hian- hong- kau telah memiliki pemimpin baru. "

sesudah berhenti sejenak, ia tatap wajah Lim Han-kim dan menambahkan "Nak, coba kau tuturkan kembali pengalamanmu sewaktu kehilangan pil jinsom berusia seribu tahun itu, Mungkin dari penuturanmu tersebut aku bisa mengungkap kejadian yang sesungguhnya."

Lim Han-kim manggut-manggut, maka secara ringkas dla pun menceritakan apa yang telah dialaminya.

sambil pejamkan matanya si Hakim sakti Ciu Huang memperhatikan dengan seksama, menanti Lim Han-kim selesai dengan penuturannya dia baru membuka matanya kembali sambil berkata: "Nak. siapa yang suruh kau mengantar pil jinsom seribu tahun itu untukku?"

Lim Han-kim berkerut kening, setelah termenung sampai lama sekali ia baru menjawab: "Aku mendapat perintah dari ibuku untuk mengHantar obat tersebut ke mari. "

"lbumu?" Ciu Huang kelihatan tercengang.

Walaupun wajahnya terbungkus oleh kain perban sehingga sulit untuk melihat mimik mukanya, namun ditinjau dari nada suaranya yang penuh diliputi rasa kaget dan tercengang, jelas membuktikan kalau ia sangat tercengang dan keheranan oleh peristiwa itu. Tiba-tiba Lim Han-kim seperti teringat akan suatu persoalan yang sangat penting, ia melompat bangun sambil menggerakkan bibirnya, tapi niat itu segera diurungkan, pelan-pelan ia duduk kembali.

Melihat itu, Li Bun-yang melirik Han Si-kong sekejap, kemudian sambil bangkit berdiri katanya: "Maaf, aku harus menjumpai adikku sebentar, aku mohon diri dulu."

Han Si-kong sudah cukup lama berkelana dalam dunia persilatan Melihat gelagat tersebut ia pun mengerti apa maksudnya, sambil ikut bangun berdiri katanya pula:

"Aku juga ingin mohon diri dulu." Dengan cepat dia mengikuti di belakang Li Bun-yang berlalu dari ruangan tersebut,

Memandang hingga bayangan punggung kedua orang itu lenyap di balik kegelapan, si Hakim sakti Ciu Huang baru menghela napas sambil bertanya: "Apakah dalam hatimu terdapat banyak pertanyaan nak?"

"Hingga kini aku belum mengetahui asal-usulku yang sebenarnya, Sejak mulai tahu urusan, aku selalu hidup dan bermain di dalam lembah Hong-yap-kok. Belasan tahun lamanya tak pernah meninggalkan lembah itu selangkah pun, tiba-tiba saja kali ini ibu memerintahkan aku untuk menghantarkan pil jinsom berusia seribu tahun ini untuk Locianpwee " Mendadak ia merasa kata selanjutnya tak pantas diucapkan, maka ia pun berhenti di separuh jalan.

"sebenarnya kecurigaan apa yang ada di hatimu? utarakan saja secara blak-blakan," kata Ciu Huan segera.

"Selama belasan tahun ini aku mempunyai satu persoalan yang rasanya selalu mengganjal di dadaku, kuharap Locianpwee sudi memberi penjelasan kepadaku."

"soal apa?" "Asal usulku"

Ciu Huang termenung tidak bicara, sampai lama kemudian ia baru bertanya: "Apakah ibumu tak pernah memberi tahukan persoalan ini kepadamu?"

"lbuku punya disiplin yang sangat ketat, setiap kali aku bertanya tentang asul usul-ku, wajahnya segera berubah serius dan menegurku agar tidak banyak bertanya. Tapi sebagai putra manusia aku wajib mengetahui siapa ayahku dan bagaimana asal-usulku, sebab bila masalah ini saja tak jelas, apa artinya aku hidup sebagai seorang manusia?"

"Nak, walaupun pertanyaanmu itu benar, tapi maaf aku pun merasa kurang leluasa untuk menerangkan kepadamu. ibumu cerdik dan luar biasa, kalau ia belum bersedia memberitahukan asal usulmu, berarti dia menganggap saatnya belum tiba, Aaaai.,, tapi aku bisa memberitahukan akibatnya bila asal- usulmu itu terungkap saat ini di dalam dunia persilatan, sudah pasti badai kekacauan akan melanda dunia, jangankan ibumu tak sanggup menghadapi kekacauan tersebut, bahkan meskipun aku dan gurumu turun tangan bersama belum tentu kekacauan itu bisa diredakan" Lim Han-kim jadi tertegun.

" Kalau begitu Locianpwee mengetahui asal usulku?" serunya, si Hakim sakti Ciu Huang manggut-manggut.

"Yaa, dalam dunia persilatan saat ini kecuali ibumu, gurumu dan aku yang mengetahui asal usulmu, mungkin cuma Thian-hok. "

Mendadak ia merasa telah salah bicara - sehingga buru-buru tutup mulut.

Lim Han-kim semakin tergetar perasaannya, serunya tertahan: "Jadi Thian-hok sangjin juga tahu?"

Hakim sakti ciu Huang mengerti, kesalahan itu tak bisa diperbaiki lagi, terpaksa ia menyahut: "Betul, Thian-hok sangjin juga tahu, cuma apa yang diketahuinya amat terbatas sehingga tak mungkin ia bersedia memberitahukan kepadamu."

Tiba-tiba Lim Han-kim teringat kembali kalau Thian- hok sangjin telah berangkat ke istana racun, satu ingatan kembali melintas dalam benaknya, diam-diam pikirnya: "Pada mulanya aku mengira kepergian Thian-hok sangjin ke istana racun merupakan suatu peristiwa yang aneh.

Tampaknya asal- usulku inilah merupakan rahasia terbesar di dunia saat ini. jika aku tidak menggunakan kesempatan ini untuk menyingkap asal- usulku hingga tuntas, mungkin selanjutny aaku tak punya kesempatan lagi untuk mengetahui asal- usulku secara jelas "

Berpikir sampai di situ, ia segera bangkit berdiri seraya menjura, katanya: "Locian-pwe, kalau memang kau mengetahui asal- usulku, mohon kau sudi memberi penjelasan kepadaku, sekalipun kejadian mana menyangkut masalah besar dalam dunia persilatan, aku pun bersedia menahan diri dengan tidak melakukan segala perbuatan secara gegabah."

Hakim sakti Ciu Huang gelengkan kepalanya berulang kali, tolaknya: "Kecuali persoalannya ini, bila kau masih ada masalah lain katakan saja, asal tahu, aku pasti akan memenuhi permintaanmu itu."

Ucapan itu diutarakan secara tegas sehingga sama sekali tak diberi peluang untuk dirundingkan Lim Han-kim sadar meski didesak lebih jauh pun tak ada gunanya sebab Ciu Huang sudah bertekad tak akan membocorkan asal-usulnya. Tapi ia tak rela untuk menyerah begitu saja, maka untuk sesaat dia pun terbungkam dalam seribu basa sementara otaknya bercutar mencari akal Bagaimana caranya memancing orang tua ini sehingga mau membeberkan asal-usulnya tanpa sengaja.

Terdengar ciu Huang membujuk sambil menghela napas panjang: "Nah, kau tak usah banyak pikir lagi, tak ada ibu di dunia ini yang tak sayang pada putranya, ibumu tak bersedia mengungkap asal- usulmu, hal ini tak lain demi kebaikanmu sendiri."

"Apakah Locianpwee suruh aku melewati sisa hidupku secara bodoh dan kabur.,."

"Bila saatnya telah tiba, pasti ibumu akan mengungkap sendiri secara jelas, Nah, kau sudah bersabar belasan tahun, kenapa tidak bisa bersabar berapa waktu lagi?"

"sekalipun Locianpwee enggan memberitahukan rahasia itu kepadaku, aku bersumpah tetap akan menyelidiki persoalan ini dengan sepenuh tenaga hingga terungkap sama sekali."

Pelan-pelan Ciu Huang membaringkan diri ke atas pembaringan setelah itu tanyanya: "Tahukah kau apa maksud ibumu menyuruh kau mengHantar obat mustika itu untukku?"

"Aku tidak mengerti"

"Aaaai.,, maksud ibumu benar-benar mulia, sekalipun aku mengetahui secara jelas, namun aku tak ingin membuatnya kecewa." Biar pun Lim Han-kim pintar, namun pengetahuannya tentang dunia persilatan tidak banyak. Ucapan yang diutarakan ciu Huang secara mendadak ini seketika membuat dia terbelalak dan tak tahu apa yang mesti dikatakan.

Pelan-pelan ciu Huang pejamkan matanya kembali, katanya: "selama hidup aku hanya tahu melepaskan budi kepada semua orang, tapi belum pernah menerima setitik balasan pun dari orang lain, Kini ibumu mengutus kau menempuh perjalanan ribuan li untuk mengHantar obat kepadaku, meski dalam suratnya ia tidak berpesan apa-apa, namun aku bisa menebak maksud hatinya secara jelas,"

"Maafkan aku yang bodoh. Aku tak bisa menebak apa maksud ibuku? Locianpwe, bersediakah kau menerangkan sehingga pikiranku yang tersumbat bisa sedikit terbuka?"

"Nak. asal-usulmu penuh diliputi kesedihan. juga menyangkut suatu peristiwa menyedihkan yang telah lama tenggelam dalam dunia persilatan. Tokoh-tokoh silat yang terlibat dalam peristiwa ini tersebar di seantero jagad, hampir meliputi semua tokoh sakti zaman itu.

Demikian meluasnya mereka yang terlibat sehingga kalau dibicarakan sungguh mengerikan.

Padahal peristiwa itu berawal dari suatu kesalahpahaman tapi akhirnya terciptalah suatu tragedi yang menggetarkan sukma. Nak. meskipun peristiwa itu sudah terjadi pada dua culuh tahun berselang tapi hingga kini tak ada orang berani menyinggung kembali peristiwa itu.

Aku sendiri, walaupun mengetahui asal- usulmu, juga yakin tragedi itu timbul dari salah paham Tapi lantaran pertama buktinya kurang lengkap aku tak bisa tampilkan diri untuk mencuci bersih kesalahan paham ini. Kedua, masalah ini mempunyai kaitan yang amat luas, aku tak berani bertindak secara gegabah. "

Berbicara sampai di situ kembali ia berhenti sejenak. sesudah termenung berapa saat ia baru melanjutkan "sudah terlalu banyak yang kubicarakan mungkin hal ini malah menambah banyak kemurungan bagimu. Aaaai...

meski ilmu silat gurumu sangat hebat dan termasuk salah satu jago pilihan dalam dunia persilatan, namun ilmu silat tiada batasnya, sekalipun seseorang menggunakan segenap kemampuannya belajar sepanjang hidup pun tak mungkin bisa menguasai seluruh ilmu yang ada di dunia ini.

Maka dari itu dunia persilatan terdiri dari banyak partai dan aliran, ada yang tersohor karena ilmu pedangnya, ada pula yang terkenal karena ilmu pukulan setiap aliran memiliki keunggulan masing-masing, Apa yang suhumu bisa, belum tentu aku pun bisa, tapi apa yang kuketahui belum tentu juga diketahui gurumu. oleh karena itu meskipun ibumu tidak berkata apa- apa, tapi aku memahami maksud hatinya yaitu minta aku mewariskan ilmu silat kepadamu."

" Kalau soal ini, aku tak berani menerima-nya." "Nah, kau tak usah menampik," Ciu Huang menghela

napas. "Sesungguhnya ilmu silat bagimu merupakan kunci terpenting yang perlu dimiliki, terlepas dari budimu mengHantar obat untukku. Cukup ditinjau dari sikap ibumu yang berjiwa baja dan mampu hidup menanggung derita, aku tak bisa berpeluk tangan belaka.

Yang dihormati kita umat persilatan adalah istri setia dan anak berbakti, apa lagi kau memiliki bakat yang bagus untuk mewarisi ilmu silatku. Asal kau mau bersabar menunggu beberapa hari lagi, dengan bantuan obat jinsom berusia seribu tahun itu aku percaya sepuluh hari kemudian lukaku bakal sembuh sama sekali.

Biarpun belum mampu digunakan untuk bertarung melawan orang, tapi lebih dari cukup untuk mewariskan ilmu silat kepadamu, hanya sebelum itu aku perlu mengutarakan dulu. "

"Aku siap mendengarkan"

"Boleh saja aku mewariskan ilmu silat kepadamu, namun kita tak boleh ada ikatan nama sebagai guru dan murid." Lim Han-kim hanya termangu-mangu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sebab ia memang tak tahu apa yang mesti dikatakan.

Terdengar ciu Huang berkata lebih jauh: "Hal ini bukan disebabkan bakatmu tidak sesuai menjadi anak muridku serta mewarisi sebutan itu, sesungguhnya akulah yang tidak pantas menjadi gurumu. Aaaai,., tidak sedikit umat persilatan yang menaruh rasa kagum dan hormat kepadaku, dengan pelbagai cara mereka ingin belajar silat dariku, masuk dalam perguruanku tapi siapa yang tahu dalam sepanjang hidupku aku pernah tiga kali menderita kekalahan?"

Lim Han-kim menghela napas panjang, tiba-tiba ia jatuhkan diri berlutut di hadapan Ciu Huang seraya berkata: "sejak mengetahui urusan, aku selalu dibelenggu perasaan murung memikirkan asal- usulku, Walaupun ibu amat sayang kepadaku tapi setiap kali menyinggung tentang ayahku, kalau bukan ia menegurku dengan marah tentu menangis penuh kepedihan hati, membuat aku selalu ketakutan tak berani bertanya lagi.

Tapi justru karena keadaan yang lain daripada biasanya itu membuat aku semakin ingin mengetahui asal-usulku yang sesungguhnya Aaaai... hampir belasan tahun lamanya aku dirundung kemurungan gara-gara masalah ini. Entah berapa banyak teguran dan makian yang telah kuterima, dan entah berapa banyak kali kusaksikan ibu menangis sedih, Tak heran keinginanku mengetahui asal- usulku ibarat gelombang yang mengamuk di samudra, tapi... ke mana aku harus pergi untuk mencari seseorang yang tidak terlibat dalam masalah ini namun bersedia mengungkapkan asal- usulku?

Aaai. Rupanya Thian maha pengasih, akhirnya aku

dapat bertemu dengan Locianpwee pada malam ini mau menyingkap sedikit latar belakangku itu Bisa jadi ibuku memang menaruh niat minta Locianpwee mewariskan ilmu silatnya kepadaku, tapi tidakkah mungkin ia juga memiliki niat lain?"

"Niat apakah itu? Bagaimana kalau kau jelaskan?" "Locianpwe pernah bilang asal- usulku mengenaskan

dan pengalaman keluargaku tragis, ucapan ini pasti benar bukan?"

"Tentu saja benar."

"Dalam ingatanku sama sekali tidak tertinggal kesan tentang ayahku, kupikir peristiwa tragis inipasti terjadi gara-gara ayahku bukan?"

"Ehmmm, kau memang sangat pintar."

"Kalau Locianpwee memang mengetahui persoalan ini, kumohon kau sudi membeberkannya kepadaku, sehingga aku pun bisa melenyapkan kemurungan yang selama ini mengganjal dadaku."

Hakim sakti ciu Huang tidak-menjawab, pelan-pelan ia membaringkan diri ke atas pembaringan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar