Pedang Bunga Bwee Jilid 13

Jilid 13

LAMA SEKALI akhirnya ia depakkan kakinya keatas tanah dan menghela napas panjang.

" Aaaai..... ! celaka ! celaka ! sepanjang hidup aku mengabdikan diri kepada masyarakat selamanya aku berusaha untuk menolong orang sebanyak-banyaknya, sungguh tak nyana ketika aku menjelang tua, aku telah meninggalkan bibit bencana buat umat manusia, keparat cilik, kau telan mencelakai diriku, kaulah yang mengakibatkan kesemuanya ini

!".

"Ban Loo-pek, sebenarnya apa yang telah terjadi ?" tanya Kian Hoo masih belum mengerti juga.

Ban Sioe Sim menghela napas panjang tiada hentinya, ia bergumam terus: "Celaka.... celaka...".

"Ban Loo-pek, apakah siauw tit telah melakukan suatu kesalahan besar ?".

Mendadak Ban Sioe Sim naik pitam, maki-nya dengan penuh kegusaran:

"Kesalahan yang kau lakukan terlalu besar keparat cilik yang tak tahu diri, sebelum bertindak kau tak mau bertanya jelas lebih dahulu, kau cuma tahu pura-pura berbuat bajik dan berbuat baik, tapi kali ini perbuatanmu merupakan suatu kesalahan yang amat besar karena perbuatan ini maka beratus lembar jika bakal melayang, bahkan cara untuk menolong keadaan inipun tak ada !"

Liem Kian Hoo jadi sangat tberperanjat begidtu takutnya siaanak muda ini sabmpai tak ada ke beranian untuk buka suara.

"Ban Loo-pek " akhirnya Ong Bwee Chi lah yang berseru.

Dapatkah kau terangkan dahulu duduknya perkara ?".

Ban Sioe Sim menghela napas panjang, kemudian perlahan lahan baru berkata:

"Dibicarakan pada saat inipun percuma sa ja, Hwee Thian Mo~!i telah berhasil menyempurnakan ilmunya. Bukankah kalian sudah lihat sendiri betapa lihaynya iblis perempuan itu ? tentu saja dalam peristiwa ini aku tak dapat melepaskan sebagian dari pertanggungan jawab ini, tetapi siapa yang bisa menduga kalau kalian bisa berbuat begitu ceroboh dan gegabah ?".

"Loo-pek, gadis cantik dalam peti mati itu..." Seru Liem Kian Hoo setengah terperanjat, setengah menyesal.

Sambil menggeleng Ban Sioe Sim menggeleng tiada hentinya, lama sekali ia baru berkata.

"Perbuatan ini merupakan suatu percobaan yang paling berbahaya selama hidupku, aaaai..,! sebenarnya percobaanku ini sudah hampir berhasil, sungguh tak nyana semua jerih payahku harus berantakan dalam waktu sedetik, mungkin inilah yang dinamakan takdir, kau anggap dia adalah gadis biasa ?".

"Kecantikan wajah gadis itu luar biasa sekali..." Sela Liem Kian Hou sambil berdiri termangu-mangu.

"Hmmm ! bukan saja kecantikan wajahnya luar biasa sekali, bahkan seluruh bagian tubuhnya mempunyai keistimewaan yang tiada duanya dikolong langit, seandainya ia tidak berjumpa dengan aku maka gadis itu tak akan bisa hidup sampai ini hari, Aaaai...".

"Ban Loo-pek, lebih baik terangkan dahulu duduknya perkara sebenarnya apa yang telah terjadi ?".

Ban Sioe Sim termenung sejenak, akhirnya ia menceritakan juga kisah yang mengejutkan dan mendebarkan hati itu.

Lima belas tahun berselang, sewaktu ia mencari bahan obat sembari mengobati orang orang yang sakit, sampailah Ban Sioeb Sim disebuah ddusun yang terpeancil dan miskinb, ia diundang oleh seorang hartawan dalam dusun itu untuk mengobati seorang bocah perempuan yang mengindap penyakit aneh.

Bocah perempuan itu baru berusia lima tahun dan mempunyai paras muka yang cantik menarik serta amat mempersonakan setiap orang, tetapi iapun mempunyai suatu kejanggalan.

Pada hari-hari biasa badannya lemah dan sakit-sakitan tetapi suatu ketika apabila sakit kalapnya kambuh maka badan yang lemah itu tiba-tiba berubah jadi kuat dan bertenaga besar, berpuluh-puluh orang lelaki kekarpun tak sanggup menahan tubuhnya, menanti penyakit itu lenyap dengan sendirinya, tenaga ajaib dari tubuhnyapun lenyap dengan sendirinya.

Sewaktu Ban Sioe Sim diundang untuk mengobati penyakit aneh tadi, kebetulan penyakit gila dari bocah perempuan itu sedang kambuh, orang tuanya merantai tubuh bocah tadi dengan sebuah rantai besi yang besar lagi kasar, dalam rontaan tersebut beberapa buah rantai sebesar jari jempol itu berhasil dipatahkan.

Tibanya Ban Sioe Sim disitu dengan cepat keadaan berhasil dikuasai, mula-mula ia totok dahulu jalan darahnya agar gerak gerik bocah perempuan tadi tak bisa berkutik, setelah itu ia periksa denyutan nadinya. Didalam pemeriksaan tersebut, ia temukan bocah perempuan itu mempunyai bakat yang luar biasa sekali dan lebih kuat dan tiada keduanya dikolong langit, denyutan jantungnya lebih keras lima enam kali lipat dari pada manusia biasa bahkan mempunyai pula suatu ciri khas yang istimewa, yaitu sewaktu penyakitnya sedang kambuh, peredaran darahnya ternyata berlawanan daripada peredaran darah manusia biasa.

Keanehan yang muncul ditubuh gadis cilik ini hampir boleh dikata sudah memeras hampir seluruh kepandaian pertabiban yang ia kuasai, hal ini menimbulkan rasa gembira dan tertariknya untuk menyelidiki gejala aneh itu lebih jauh.

Maka diberilah obat penenang buat mententeramkan bocah perempuan tadi, menanti malam hari sudah tiba, diam-diam ia menyusup masuk ke rumah hartawan itu dan menculik bocah tersebut untuk rdibawa kabur.

Ptelbagai tempat qsudah ia kunjunrgi, berbagai macam bahan obat sudah ia coba namun usahanya untuk menyembuhkan bocah itu tidak berhasil juga, akhirnya ia mencari suatu tempat yang terpencil dan pusatkan seluruh perhatiannya untuk menyelidiki gejala aneh tersebut.

Untuk mengetahui perubahan didalam badannya, tabib inipun berusaha keras untuk menemukan sebuah batu pualam berusia selaksa tahun, batu pualam tadi dapat menyoroti isi perut manusia sehingga tertampak jelas dan luas.

Begitulah, dengan meminjam keistimewaan dari batu pualam tadi, perlahan-lahan ia mulai menyelidiki perubahan dalam tubuh gadis itu, sewaktu penyakitnya kambuh ia dapat menyaksikan bahwa tenaga besar yang dihasilkan dari tubuhnya berasal dari peredaran darah yang terbalik, disamping itu iapun dapat menyaksikan pula denyutan jantung yang jauh lebih kuat daripada manusia biasa. Apabila gadis itu berada dalam keadaan normal, niscaya ia akan jadi sekuntum bunga mawar didalam dunia persilatan, sungguh sayang justru ia mengidap penyakit kalap ini tak bisa disembuhkan dengan cara apapun, maka beberapa kali si tabib ini ada maksud membinasakan dirinya sehingga tidak mendatangkan bencana bagi umat manusia di kemudian hari.

Tetapi dia sebagai seorang tabib sakti mempunyai pandangan yang berlainan dengan manusia biasa, tujuan seorang tabib adalah menolong manusia bukan membunuh manusia, maka ia tidak tega untuk turun tangan membinasakan gadis itu, bahkan bulatkan tekat untuk memerengi penyakit gilanya itu dengan berusaha menyembuhkan penyakit aneh itu.

Maka ia segera kerahkan segenap pikiran maupun tenaganya untuk menyelidiki asal mula penyakit tersebut, bersamaan itu pula ia berusaha mengunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencegah penyakit tadi jangan sampai kambuh kembali.

Berada didalam perawatan dan pengawasan nya yang seksama itulah perlahan-lahan gadis itu tumbuh jadi dewasa, sebab ia selalu menggunakan obat mustajab untuk memelihara dan mempertumbuhnya, walaupun ia berhasil memelihara gadis tadi hingga dewasa, sayang penyakit gilanya itu gagal untuk dilenyapkan.

Meskipun selama ini penyakit aneh tadi tak pernah kambuh lagi, tetapi bibit penyakit tersebut selalu mengeram ditubuhnya dan tak sanggup dibasmi seakar-akarnya.

Ketika gadis itu menginjak usia delapan belas tahun, bukan saja paras mukanya kelihatan bertambah cantik jelita, bahkan dibawah didikannva yang ketat baik ilmu silat maupun pengetahuannya memperoleh kemajuan yang sangat pesat, namun bibit penyakit yang bersarang ditubuhnya pun makin hari berakar semakin subur. Berhubung pergaulannya selama puluhan tahun inilah menjalinkan hubungan yang akrab di-antara mereka berdua, meskipun ia sadar bahwa gadis tersebut adalah manusia yang paling berbahaya dikolong langit, namun ia tidak tega untuk turun tangan memusnahkannya. 

Suatu ketika sewaktu ia sedang memberi pelajaran ilmu silat kepadanya, tiba-tiba penyakit kalapnya kambuh, berada dalam keadaan seperti itu ia seolah-olah berubah jadi manusia lain, kesadarannya sama sekali punah dan muncullah suatu sifat buas yang sukar dibendung dengan daya apa-pun. setiap benda, setiap makhuk yang dijumpai segera dimusnakan tanpa ampun.

Meskipun ilmu silat yang dimiliki gadis itu adalah hasil didikan Ban Sioe Sim sendiri, namun siorang tua itu bukan tandingannya, ia selalu dikejar-kejar sampai ngacir dan menyembunyikan diri, beberapa kali jiwanya hampir-hampir saja melayang ditangan gadis itu.

Namun untungnya setiap kali ia berhasil meloloskan diri, sebab secara tiba-tiba seekor ular berbisa munculkan diri dan memagut gadis tersebut.

Ular itu sangat beracun, siapa sangka bukan saja racun ular itu tidak berhasil meracuni dirinya, bahkan ular tadi malah berhasil digigit dan dihirup darahnya, namun sehabis ia menghirup darah ular tadi mendadak penyakitnya lenyap dan gadis itupun sadar kembali.

Peristiwa yang mengerikan ini seketika menggembirakan hati Ban Sioe Sim sebab walaupun hampir hampir saja jiwanya melbayang namun iapdun berhasil menaemukan obat yanbg paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit aneh itu, tetapi ular raksasa sukar dicari maka ia segera menidurkan gadis tadi dengan obat pemabok disamping mulai berusaha untuk mencari ular raksasa tersebut. Untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan sebelum ular raksasa itu ditemukan, ia membuat sebuah peti mati tembaga dan masukan tumbuh gadis tersebut kedalam peti mati tadi kemudian menutup peti tersebut dengan penutup yang terbuat dari kaca.

Usaha untuk mencari ular dilakukan semakin giat, setelah bersusah payah beberapa lama akhirnya ia temukan seekor ular raksasa berdiam diatas gunung itu.

Namun pada saat itulah Liem Koei Lin telah tiba, bukan saja membawa Toan Kiem Hoa yang terluka bahkan iapun memberitahukan bahwa tiga belas sahabat telah munculkan diri kembali.

Untuk mengindarkan diri dari perjumpaannya dengan Tiga Belas sahabat, terpaksa sitabib ini menyembunyikan diri terus menerus diatas gunung disamping melarang para penduduk disekitar sana untuk membocorkan jejaknya, penduduk sekitar sana pernah mendapat budinya, tentu saja mereka menurut.

Tetapi dengan adanya peristiwa ini maka usahanya untuk menangkap ularpun terbengkalai, padahal ular tersebut sangat dibutuhkan sekali mengingat bahwa gadis cantik itu sudah dua tahun berdiam didalam peti dan tenaga dalamnya pun kian hari kian meningkat, bahkan kelihatan sekali bahwa gejala penyakit anehnya berbangkit makin hebat.

Dalam keadaan serba salah itulah ia lantas serahkan tugas untuk menangkap ular tadi kepada Tan Loo-toa sedang ia sendiri setiap saat selalu berjaga-jaga disisi peti mati.

Sungguh tak nyana kehadiran Tan Loo-toa disana telah memancing kehadiran Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi.

Berhubung kedua orang ini tidak mirip dengan orang-orang dari Tiga Belas Sahabat, maka ia tidak menaruh rasa permusuhan dengan mereka, menanti ia mengetahui kalau Kian Hoo adalah putra dari Giok-Bian-Lang-Koen, kewaspadaannya pun semakin mengendor. Namun, mimpipun tak pernah disangka justru karena keteledorannya ini telah menimbulkan suatu kesalahan besar.

Kisah tbersebut dengan dcepat membuat saepasang muda mubdi itu berdiri termangu-mangu, lama sekali Liem Kian Hoo baru menghembuskan napas panjang.

"Siauw-tit cuma membuka penutup peti mati itu belaka..." Ban Sioe Sim segera melototkan sepasang matanya bulat-

buIat.

"Sebenarnya aku hanya akan mengandalkan sedikit hawa untuk mempertahankan kehidupannya." ia berseru. "Siapa sangka kau telah membuka penutup peti mati tadi sehingga lebih banyak hawa yang masuk dan semakin memperbesar kesempatannya untuk hidup, dalam keadaan seperti itu penyakit kalapnya langsung kumat. Kini ia sudah lolos, untuk menaklukannya kembali aku rasa bukan suatu pekerjaan gampang !"

Liem Kian Hoo merasa amat menyesal dengan perbuatannya, ia termangu-mangu lama sekali disana, kemudian baru berkata:

"Loo-pek, bukankan kau mengatakan bahwa darah ular raksasa bisa menyembuhkan penyakit gilanya ? entah. ".

"Hmm ! kali ini penyakit edannya kumat sangat lihay, bahkan aku sendiripun tidak tahu apakah darah itu masih manjur atau tidak, Hmm!untuk mendekati tubuhnyapun kau belum sanggup, kau hendak menggunakan cara apa untuk paksa ia minum darah ular itu ?"

Ucapan ini membuat sianak muda itu tertegun dan membungkam.

Tiba-tiba Ong Bwee Chi bertanya: "Tenaga dalam yang dimiliki iblis wanita itu tiada tandingannya dikolong langit, tapi apa sebabnya seakan-akan ia menaruh rasa jeri terhadap Liem-heng ?. ".

"Aaaiii....! sebenarnya kejadian itupun berlangsung karena kebetulan, ketika aku hendak menghalangi niatnya untuk membuka penutup peti mati tadi, secara tidak sengaja telah kulukai telapaknya sehingga darah segarnya menetes membasahi tubuh iblis wanita itu, tetesan darah tadi menimbulkan suatu reaksi aneh ditubuhnya, sekarang wanita iblis itu akan membunuh siapapun yang ditemuinya, hanya terhadap dia seorang perbuatan ini tak bakal dilakukan maka sewaktu terjadi pertarungan tadi aku minta ia suka turun tangan membantu, siapa sangka keparat cilik irni masih juga ttidak mau turun qtangan dengan srekuat tenaga, karena kesalahan inilah mengakibatkan suatu bencana besar bagi umat dunia !".

"Aaaaai... siauw-tit merasa amat menyesal sekali atas segala peristiwa yang telah terjadi namun pada saat itu siauw- tit belum mengetahui duduk perkara yang sebenarnya maka harap Loo-pek suka maafkan kelancanganku itu, kini apa yang harus kulakukan ? dapatkah Loo pek kasi petunjuk kepadaku ? cobalah pikirkanlah apakah masih ada cara lain untuk mengatasi masalah ini ?"

"Tiada cara lain, tiada cara lain..." Ban Sioe Sim gelengkan kepalanya berulang kali. "Dia adalah seorang manusia gila, maka satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah membinasakan dirinya, tetapi siapakah yang mempunyai kekuatan sebesar itu untuk melaksanakan tugas ini ? Beberapa saat telah kita buang, mungkin berpuluh puluh lembar jiwa telah melayang ditangannya !"

Air muka Liem Kian Koo berubah hebat, mendadak dengan nada serius dan wajah bersungguh-sungguh ia berkata:

"Bencana ini timbul karena perbuatan siauwtit, maka sudah menjadi kewajiban siauw-tit untuk mengatasi kesulitan ini, perduli ia lari keujung langit dan kepalaku harus kutung, akan kucari juga perempuan iblis itu dan kemudian memusnahkannya."

Ban Sioe Sim melirik sekejap kearahnya lalu menghela napas panjang.

"Walaupun bencana ini timbul gara gara perbuatanmu, namun bibit bencana akulah yang tanam, maka apabila dibicarakan akupun punya tanggung jawab didalam masalah ini, tetapi mungkin aku tak bisa membantu dirimu sebab reaksi dari tetesan darah tersebut sedang kepada diriku ia akan turun tangan tanpa pikir panjang, maka aku rasa seluruh tanggung jawab ini harus kau selesaikan seorang diri !".

"Akan siauw-tit laksanakan seluruh tugas ini dan akan siauw-tit pikul semua tanggung jawab ini, sekarang juga aku hendak berangkat turun gunung untuk mengejar perempuan iblis tersebut."

"Tepat sekali, semakin cepat kau berhasil menemukan orang itu berarti semakin sedikit manusia yang menemui ajalnya ditangan perempuan iblis itu, aku masih harus menantikan kembalinya ayahmu disamping itu Tan Loo-toa ayah dan anak pun harus segera dibedah untuk diobati penyakit nya maka aku tak bisa menemani kalian lebih jauh, menanti segala persoalan disini telah selesai aku akan berusaha secepatnya menemukan dirimu. Sehari Mo-li ini tidak dibasmi maka hatiku akan selalu tidak tenteram.".

"Kalau demikian adanya, maka siauw-tit segera mohon diri

!" kata Kian Hoo sambil men jura dalam-dalam.

"Baiklah, persoalan ini harus diselesaikan secepat mungkin, aku tak akan menahan kalian lebih lama lagi."

"Liem-heng, siauw-moy pun akan mengiringi dirimu serta membantu usahamu itu " cepat cepat Ong Bwee Chi menyambung. Air muka Liem Kian Hoo menunjukan tanda- tanda keberatan tetapi dengan cepat Ban Sioe Sim telah berkata:

"Tidak mengapa ! dengan kecerdikan nona Ong, mungkin ia akan memberi bantuan yang sangat berharga bagimu, asalkan ia tidak meninggalkan dirimu terlalu jauh, sekalipun berjumpa dengan Mo-Ii itupun tidak akan ada bahaya yang mengancam dirinya."

Tentu saja Liem Kian Hoo tak berani mengungkapkan usul apapun, sebab bagaimanapun juga ia tak bisa memaksa Ong Bwee Chi untuk tetap tinggal diatas gunung, lagipula disebabkan ia membantu dirinya, kini gadis tersebut sudah mengikat tali permusuhan dengan Tiga belas sahabat maka tak mungkin ia kembali kerumahnya lagi.

Kecuali mengikuti sianak muda itu tak ada tempat lagi yang bisa dituju gadis she Ong ini.

DemikianIah setelah berpamitan dengan Ban Sioe Sim, buru-buru mereka berdua lari keujung selat, dari mana Ban Sioe Sim menghantar kedua orang itu turun kebawah tebing dengan keranjangnya, setelah itu ia tarik kembali bambu tadi ke atas.

Setelah tiba dibawah tebing Liem Kian Hoo baru teringat bahwa ia belum sempat bertemu dengan Toan Kiem Hoa serta menanyakan hal ikh-wal mengenai ayahnya, namun waktu sangat mendesak, tiada kesempatan lagbi baginya untukd mendaki bukit aitu kembali.

Sebtelah berada diatas bukit, sianak muda itu baru mulai mempercayai akan kata-kata dari Ban Sioe Sim bahwasanya masalah yang mereka hadapi saat ini amat serius sekali.

Sepanjang perjalanan mereka temukan banyak mayat bergelimpangan dalam keadaan mengerikan, anggota badan mereka hancur dan putus-putus, rumah pendudukpun banyak yang roboh dan hancur, jelas kesemuanya itu merupakan hasil karya dari Mo-li edan itu. Pemandangan yang sangat mengerikan ini semakin merisaukan hati Kian Hoo, belum lama ia terjun kedalam dunia persilatan sudah banyak ma alah yang ia hadapi, namun persoalan yang ia hadapi saat ini benar-benar luar biasa sehingga mendatangkan rasa bimbang dalam hati kecilnya,

Si rasul seruling Liuw Boe Hwie serta Soen Tong dan Tong Thian Gwat sekalian entah sudah tiba disana atau belum ? bagaimanakah nasib Watinah yang terjatuh ke tangan Kauw Heng Hu dan bagaimanakah keadaan ayahnya yang berangkat kegunung Kun-lun untuk memberi obat.

Beberapa persoalan itu beIum sempat teratasi kini bertambah pula dengan satu persoalan yang memusingkan kepala yaitu perbuatan ganas dari Hwie-Thian-Mo-li.

Diantara beberapa persoalan itu ia merasa masalah Hwie- Thian-Mo-Ii lah yang merupakan persoalan yang harus cepat- cepat diselesaikan sebab ditinjau dari pembunuhan serta penjagalan massal yang dilakukan perempuan gila itu, apabila perbuatannya tidak cepat-cepat dicegah, maka keadaan akan bertambah runyam, apalagi bencana ini muncul gara-gara perbuatannya.

Pembunuhan berdarah yang dilakukan Hwie Thian Mo-li berlangsung terus kearah Timur, sepanjang perjalanan ia banyak mendengar kisah-kisah pembunuhan mengerikan, rumah yang hancur, mayat yang hancur bergelimpangan di mana-2, saking banyaknya sampai lama kelamaan terasa tidak asing lagi pandangan sianak muda itu.

Banyak orang menganggap bahwa ditempat itu sudah muncul siluman ganas, sebab banyak korban yang mati dalam keadaan mengerikan sebelum mereka sempat melihat bagaimanakah raut muka dari Hwie-Thian Moli.

Belasan hari kemudian, Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi telah mengejar sampai kekota Lok-yang, suatu peristiwa aneh telbah terjadi. Terdnyata disepanjaang tempat itu tbiada pembunuhan berdarah lagi yang terjadi.

Namun, meski demikian sepasang muda-mudi itu sudah kecapaian dan kehabisan tenaga, mereka segera mencari rumah penginapan untuk beristirahat.

Setelah bersantap malam, berhubung waktu masih terlalu pagi maka Ong Bwee Chi menyarankan untuk berdiam dahulu dalam kamar sambil bercakap-cakap, sudah tentu pokok pembicaraan mereka berkisar pada perbuatan-perbuatan dari Hwie Thian Moli.

Ketika melakukan perjalanan, sepanjang perjalanan Liem Kian Hoo mencatat semua pembunuhan yang ia temukan, ternyata selama beberapa hari itu sudah ada seratus sembilan puluh jiwa melayang ditangan iblis wanita itu, jumlah tadi belum termasuk korban-korban yang tak sempat dijumpai oleh mereka, hal ini membuat si anak muda itu amat sedih sekali.

"Aaaaaai... kesemuanya ini akulah yang jadi gara-gara, akulah yang menimbulkan bencana tersebut." Keluhnya dengan alis berkerut.

"Hal ini tak bisa salahkan Liem-heng seorang diri." hibur Ong Bwee Chi dengan suara halus.

"Kalau mau dikatakan maka otak dari bencana ini adalah Ban Loocianpwee, sebab tidak pantas baginya untuk menciptakan bibit bencana tersebut. Sewaktu Liem-heng menghancurkan peti mati tersebut hal ini kau lakukan terdorong oleh rasa pendekar dan kegagahanmu siapa suruh ia tidak terangkan lebih dahulu".

"Ban Loo-pek adalah seorang tabib sakti, telah ia bertemu dengan suatu penyakit aneh tentu saja ia tak ingin melepaskan kesempatan untuk melakukan penyelidikan ini dengan sia-sia, apabila ia benar-benar berhasil menyembuhkan penyakit edan dari gadis itu, bukankah penemuannya ini akan sangat berharga bagi umat manusia ? apabila penyakit yang bersarang ditubuh gadis itu berhasil dipunahkan sehingga kesadarannya pulih, dengan kekuatan serta kepandaian yang ia miliki, aku rasa Kauw Heng Hu sekalian manusia laknat tidak akan berani berbuat kejahatan lagi.".

"Liem-heng, kalau kau berkata demikian maka pandanganmu itu salah besar, kau tidak mengerti tentang ilmu perrtabiban. Harustlah kau ketahuiq gadis itu bisar lihay dan punya kekuatan luar biasa berhubung ia mengindap penyakit aneh, andaikata penyakit tadi berhasil disembuhkan, maka belum tentu ilmu silat yang dimiliki gadis itu akan selihay saat ini."

"Apa maksud ucapanmu itu ?".

"Bagi orang-orang biasa, dikala ia menemui suatu keadaan yang kritis maka kadangkala kekuatan badannya akan bertambah lipat ganda, tahukah kau apa sebabnya bisa demikian, hal ini dikarenakan denyutan nadinya kena daya rangsang sehingga berdenyut lebih keras daripada keadaan biasa, darah yang mengalir dalam tubuhnyapun akan bergerak semakin cepat, sehingga banyak pembuluh darah yang kecil dan halus dimana biasanya jarang dilewati aliran darah, dalam keadaan seperti ini timbullah suatu kekuatan yang luar biasa.

Keadaan dari Hwie Thian Mo-Ii pun sama dengan keadaan tersebut Berhubung ia gila maka darah yang mengalir dalam tubuhnya bergerak cepat sehingga seluruh pembuluh darahnya penuh dialiri darah, timbullah suatu kekuatan yang maha luar biasa dari balik tubuhnya.

Andaikata penyakit gila ini sembuh maka keadaannya akan sama seperti manusia biasa dan tak mungkin akan memiliki kekuatan yang luar biasa seperti sekarang lagi, maka aku rasa sudah sepantasnya kalau Ban cianpwee melenyapkan gadis edan ini sejak dahulu.". Lama sekali Liem Kian Hoo termenung, akhirnya ia menghela napas panjang.

"Sekarang bukan waktunya bagi kita untuk saling melemparkan tanggung jawab." ujarnya, "Yang paling penting adalah cepat-cepat temukan gadis edan itu, tetapi jejaknya tak menentu, kitapun hanya bisa meraba secara membabi buta belaka. Aaaaai.... entah sampai kapan ia berhasil kita temukan".

"Seandainya kita benar-benar berhasil temukan gadis itu, bisakah Liem-heng turun tangan untuk memusnakan gadis itu

?" mendadak Ong Bwee Chi tanya dengan wajah serius.

"Terhadap iblis edan yang suka membunuh manusia macam dia, kenapa aku tidak tega untuk turun tangan ?".

"Tentang soal ini aku rasa sukar untuk dikatakan." seru Ong Bwee Chi sambil tertawa riang. " Aku rasa paras muka dari gadis itu benar-benar amat cantik sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, aku berani memastikan bahwa setiap pria tak akan tega turun tangan kepadanya, coba bayangkan saja Ban Loo cianpee yang begitu lihay, ia punya banyak kesempatan untuk berbuat demikian, namun setiap kali ia selalu tidak tega.".

" Nona Ong, ucapanmu barusan apakah tidak keterlaluan seolah-olah kau anggap setiap orang lelaki tentu tak tak tahan melawan godaan !" seru Kian Hoo agak kurang senang hati.

Ong Bwee Chi tersenyum.

"Semoga saja Liem-heng bisa berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang kau ucapkan, sampai waktunya kau bisa perlihatkan tingkah laku serta perbuatan seorang lelaki sehat!" katanya.

Hawa amarah menyelimuti wajah sianak muda itu, Ong Bwee Chi sendiripun merasa apa yang diucapkan rada keterlaluan maka sambil tertawa ujarnya kembali: "Hwie Thian Mo-li tidak melakukan pembunuhan lagi ditempat ini, mungkin penyakit edan nya sudah rada sembuh...".

Baru saja Liem Kian Hoo akan buka suara mendadak jauh di ujung langit mereka saksikan serentetan cahaya keperak- perakan muncul ditengah kegelapan yang menyelimuti seluruh angkasa, cahaya tadi berkelebat cepat laksana bintang kejora di tengah awang-awang. 

Sepasang muda mudi itu merasa sangat hapal dengan cahaya keperak-perakan itu, sebab cahaya tadi bakan lain adalah cahaya tajam yang terpancar keluar dari batu kumala yang tergantung diatas dada gadis tersebut.

Air muka mereka berdua kontan berubah hebat, tanpa sadar serentak mereka loncat keluar dari jendela.

Namun tatkala mereka sudah tiba diluar, cahaya keperak perakan tadi telah lenyap dari pandangan mata.

Liem Kian Hoo jadi gegetun, sambil depakkan kakinya keatas tanah ia menghela napas panjang.

"Celaka ! celaka ! kembali ia bmembunuh orang.d".

Cahaya keperaak-perakan yangb memancar keluar dari batu kumalanya bisa tertangkap jelas sekali, kendati seseorang berada ditempat yang jauhpun, tiada halangan kita mencari suatu tempat yang lebih tinggi untuk melakukan peneropongan, mungkin saja jejaknya segera ketahuan !" seru Ong Bwee Chi mengajukan usul.

Disadarkan oleh ucapan itu Liem Kian Hoo tidak ambil perduli akan suasana disekelilingnya lagi, ia enjotkan badan melayang naik keatas wuwungan rumah dan menengok kearah empat penjuru Ong Bwec Chi pun segera mengejar dari be akang dan ikut melayang keatas wuwungan rumah.

Suasana dibawah loteng jadi sangat gempar, para rakyat yang secara kebetulan menyaksikan kejadian ini jadi kalut dan ribut sekali, beberapa orang diantaranya sambil menahan rasa takut yang mencekap hatinya berteriak teriak lantang: "Ada pencuri terbang ! ada pencuri terbang.".

"Traang... traang... traang... suara gembrengan dibunyikan dan petugas keamanan di siapkan untuk membekuk pencuri- pencuri yang di maksudkan.

Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi tiada kesempatan untuk mengurusi persoalan tetek bengek macam itu, mereka berdiri diatas wuwungan rumah dan memandang keempat penjuru, Tidak salah lagi mereka saksikan cahaya keperak perakan tadi sedang bergerak menuju kearah Barat-Iaut dengan kecepatan laksana sambaran kilat

Buru buru Licm Kian Hoo melayang turun dari atas wuwungan rumah dan melakukan pengejaran, gerakan tubuh Ong Bwee Chi jauh lebih cepat daripada dirinya, meski ia bergerak lebih lambat namun akhirnya gadis itu malahan jauh berada didepan pemuda tersebut.

Cahaya keperak-perakan laksana seekor naga sakti berputar dan bergerak dengan cepatnya diujung langit.

Menyaksikan gerakan tubuh Ong Bwee Chi makin cepat, Liem Kian Hoo jadi amat cemas, segera teriaknya keras-keras:

"Nona Ong, tunggu aku sebentar, kalau knu pergi kesana seorang diri maka kau bakal mendapatkan kerugian besar !"

Ong Bwee Chi tetap melanjutkan gerakannya meluncur kearah asalnya cahaya keperak perakan tadi, terhadap seruan sianak mbuda itu ia tidadk ambil gubris adan berlagak piblon. Liem Kian Hoo jadi kehabisan akal, terpaksa ia harus mengejar dengan kerahkan setiap tenaga yang dimilikinya.

Cahaya keperak-perakan makin lama kelihatan semakin dekat, bahkan boleh dikata secara lapat-lapat mereka dapat menangkap sesosok tubuh manusia yang terbungkus oleh kain warna putih. Ong Bwee Chi menubruk kemuka, pisau belati yang tahu2 sudah digenggam dalam tangannya segera ditusukkan kearah gadis cantik yang berada dihadapannya, cahaya tajam segera berkilauan dan memancar keempat penjuru.

Dalam pada itu Liem Kian Hoo sudah menyusul tiba, buru- buru teriaknya kembali:

"Nona Ong, jangan bertindak gegabah !".

Namun teriakan itu diutarakan terlambat selangkah, terhadap datangnya ancaman pisau belati gadis cantik itu sama sekali tidak ambil gubris, ketika ujung pisau sudah hampir menyentuh diatas tubuhnya ia baru putar tangan dan menyentil dengan jari tangannya. 

"Criiiing...!" pisau belati yang tajamnya luar biasa itu segera tcrsentil hingga patah jadi dua bagian.

Badan Ong Bwee Chi terdorong maju ke muka, sementara gadis cantik itu hendak melancarkan serangan mematikan Liem Kian Hoo keburu sudah tiba disana, ia membentak keras, telapaknya segera didorong kedepan melancarkan sebuah serangan dahsyat kearah gadis itu.

Gadis cantik ku mendesis lirih, telapaknya disentilkan perlahan sekali, diatas telapaknya kemudian dengan membawa serentetan cahaya keperak-perakan ia meluncur masuk kedalam sesosok bayangan hitam yang tinggi besar.

Liem Kian Hoo tidak raengejar dirinya lebih jauh, buru-buru ia melayang keatas tanah dan menghampiri Ong Bwee Chi sambil menegur:

"Nona Ong, bagaimana keadaanmu ?"

"Aku tidak apa-apa." jawab Ong Bwee Chi sambil gertak gigi dan mencekal kutungan pisau belatinya, "ia sudah melarikan diri kedalam pagoda tersebut, cepat pergilah mengejar iblis perempuan itu !r" Setelah mengettahui bahwasannqya Ong Bwee Chir tidak terluka, Liem Kian Hoo baru berlega hati, karena takut gadis cantik itu keburu melarikan diri terlalu jauh maka cepat-cepat ia enjotkan badan dan melayang kearah sebuah pagoda yang berdiri dihadapannya. 

Ternyata tempat itu merupakan sebuah kuil yang bangunannya berbentuk sebuah pagoda tinggi tatkala Kian Hoo menyaksikan gadis itu melayang naik ketingkat empat iapun buru-buru meloncat masuk kedalam, siapa sangka disana tak nampak sesosok bayangan manusiapun, didalam pagoda hanya terdapat sebuah patung Buddha serta sekilas cahaya lampu yang redup sekali.

Ruangan tingkat ketima kosong melompong tiada isi apapun, ia mengejar naik ketingkat ke-enam, sekilas cahaya putih terlihat berkelebat naik keatas tingkat ketujuh.

Menanti Kian Hoo mengejar pula keatas ruangan tingkat ketujuh, ia berdiri tertegun dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Dalam ruang tingkat ketujuh, ia temukan se orang hweesio tua sedang duduk bersila sambil Liam-keng, dihadapan hweesio tua itu adalah sebuah meja sembayangan, diatas meja terdapat sebuah lampu minyak yang amat redup sinarnya, patung arca yang dipuja adalah Dewi Kwan-lm Pouw-sat.

Ruangan tingkat ketujuh merupakan ruangan yang berada paling puncak dari pagoda tersebut, tetapi bayangan gadis cantik tadi lenyap tak berbekas, Kian Hoo segera melakukan pemeriksaan sekejap keseluruh ruangan serta melongok keluar jendela namun tak nampak ada cahaya keperak- perakan yang terpancar keluar dari tempat itu.

Karena kehabisan akal akhirnya bertanyalah pemuda itu kepada sang hweesio tua yang ada dalam ruangan tersebut: "Thaysu, tolong tanya apakah barusan ada seorang gadis datang kemari ?...".

"Omintohud ! harap sicu jangan bicara sembarangan, didalam kuil mana ada gadis yang masuk kedalam ruangan ?" sahut hweesio tua itu sambil angkat kepala.

"Tapi terang-terangan cahye lihat ia naik keatas dan masuk kedalam ruangan ini ! " seru Kian Hoo tercengang. " ia memakai baju warna putih dan didepan dadanya tergantung sebuah Giok Bei yang memancarkan cahaya tajam."

"Oooouw ! kalau begitu sicu tentulah sudah berjumpa dengan roh suci dari Pouw-sat, kau harus tahu bahwa dewi Kwan-Im Pouw-sat yang dipuja dalam kuil kami paling suci dan paling suka menampakan diri. Tentunya sicu ada jodoh dengan agama Buddha maka Pouw-sat sengaja menampakkan diri untuk menyambut kedatanganmu ".

Tanpa terasa Liem Kian Hoo berpaling memandang sekejap patung Kwan-Im yang ada diatas meja pemujaan, tiba-tiba hatinya rada bergerak sebab patung Buddha yang berada ditengah meja punya tinggi badan seperti manusia, sedang disisi patung tadi terdapat pula sebuah patung Liong li yang sedang menyembah patung Kwan-Im itu sendiri benar-benar terbuat dari batu pualam, tetapi patung Liong-Li tersebut mempunyai potongan badan rada mirip dengan gadis yang barusan dikejar-kejar olehnya itu hanya saja cahaya perak yang ada didepan dadanya tidak nampak lagi dan wajah sebenarnya tidak terlihat maka ia tidak berani memastikannya, ia segera maju beberapa langkah kedepan, maksudnya hendak melihat jelas paras muka yang sebenarnya dari Liong li tersebut tetapi hweesio tua keburu sudah mencegah sambil berseru:

"Sicu, apabila kau ingin bersembahyang di depan patung Pouw-sat, harap lakukan ditempat itu saja jangan terlalu dekati patung Pouw-sat sebab hal ini punya arti seperti menghina Dewi !" Kena dihalangi jdlan perginya, terpaksa sianak muda itu berkata:

"Barusan cayhe benar benar melihat seorang gadis lari masuk kedalam ruangan ini, bahwa raut wajahnya mirip sekali dengan patung Liong li itu."

"O-min-to-hud ! dosa, dosa, sicu, tidak pantas kau ucapkan kata kata yang menodai kesucian para dewi dan malaikat." Buru-buru hweesio tua itu rangkap tangannya berseru, "Seandainya pandangan mata sicu belum melamur, maka pastilah gadis Liong-li telah mendapat ti-tah dari dewi Kwan- Im untuk menyambut kedatangan sicu ".

Liem Kian Hoo tak mau mempercayai ocehannya itu, ia melangkah maju beberapa tindak ke depan dan memandangnya lebih saksama, dengan cepat sianak muda ini berdiri tertegun.

Tidak salah lagi, patung Liong ii itu mempunyai paras muka yang tiada berbeda dengan wajah gadis cantik itu, Sejak berjumpa di gunung Thay Heng-San tempo dulu, ia mempunyai pandangan yang mendalam terhadap gadis ini maka sianak muda itu tak bakal melupakan bagaimanakah raut wajahnya.

Meskipun demikian, iapun tidak berani meyakinkan seratus persen.

Sebab walaupun patung Liong-li ini memakai paras muka yang persis dengan paras muka gadis cantik, namun wajahnya pada saat ini kelihatan amat keren dan penuh wibawa, sepasang matanya terpejam rapat, senyuman tersungging diujung bibirnya dan sepasang telapak dirangkap sejajar dada, sedangkan kakinya yang putih bersih itupun menginjak diatas ikan Lee-he besar yang terbuat dari batu pualam putih, badannya sama sekali tak berkutik, maka ia tidak berani memastikan apakah patung Liong li itu adalah benar patung ataukah cuma patung tetiron belaka. Disamping itu pada dada patung Liong-li i-tu tidak tergantung batu pualam berbentuk bunga Bwee, maki meski mirip ia tak berani bertindak gegabah.

Lama sekali ia termenung sianak muda ini merasa bahwa dikolong langit tak mungkin bisa terjadi peristiwa yang demikian kebetulannya, dengan suara keras segera bentaknya:

"Kau tak usah berlagak pilon lagi, aku kenali dirimu adalah Hwie Thian Mo-li !"

Liong-Li tetap tap tak berkutik.

Sebaliknya sihweesio tua itu sambil menghela napas panjang telah berkata lirih:

"Sicu, kalau kau tidak percaya apabila roh suci dewi Kwan Im bisa munculkan diri dihadapanmu yaa sudahlah, apa gunanya kau mengutarakan kata-kata makian untuk mencaci maki malaikat suci !".

"Cayhe makin tidak salah mencaci orang, dia adalah Hwie Thian Mo-li yang cayhe kejar selama ini, ia sudah membunuh banyak orang...".

"Sicu, mengapa kau belum juga sadar dari kesalahanmu ?" Tegur sang padri tua itu kurang senang, " Meskipun Liong-Li adalah seorang dari dewi Kwan-Im namun diapun termasuk malaikat suci. Sicu, apabila kau tak mau mendengarkan nasehat pinceng sehingga menggusarkan Pouw sat dan melimpahkan hukuman berat kepadamu, pinceng tak mau ikut memikul resiko ini loo."

"Hey hweesio gede, kaupun tak usah berlagak pilon lagi." jengek Liem Kian Hoo sambil tertawa dingin, "jangan-jangan kau telah bersekongkol dengan iblis wanita itu !".

Dengan wajah tidak senang hati padri tua itu bangkit berdiri. "O-min-ta-hud ! sicu, bukan saja kau sudah mencaci maki Pouw-sat bahkan mengacaukan pula ketenangan loolap dalam bersemedi Loolap adalah seorang padri dan aku tidak ingin mencari gara-gara dengan diri sicu lebih jauh ! tempat suci dari kaum Buddha, kami tidak akan melayani tamu buas macam diri sicu, harap sicu suka memaafkan apabila loolap terpaksa harus mengusir dirimu dari sini !."

Mendengar ia hendak diusir oleh padri tua itu, Liem Kian Hoo naik pitam, ia pun tertawa dingin tiada hentinya.

"Hmmm ! sungguh tak nyana seorang pendeta macam kaupun suka bersekongkel dengan iblis wanita itu ! iblis wanita yang telah banyak melakukan kejahatan." serunya keras- keras. "Cahye bertindak demi menyelamatkan jiwa umat manusia dikolong langit, aku lebih suka menderita tuduhan telah mengacau ke tengah kuil anda dari pada harus membiarkan iblis wanita itu bikin keonaran lebih jauh !"

Sembari berkata tangannya bergerak cepat mencengkeram tubuh patung Liong-li itu.

Liong-li tetap tak berkutik, walaupun begitu serangan Kian Hoo yang dilancarkan dengan hebatnya itu sewaktu tersentuh diatas tubuhnya, seluruh tenaga pukulan tiba-tiba lenyap tak berbekas, ia hanya meraba segumpal daging badan yang halus, empuk dan lunak, hatinya jadi tertegun.

Menanti ia menarik kembali tangannya, secarik kain putih telah disambarnya hingga terobek, seketika itu juga tampaklah sebuah bahu yang putih halus serta separuh dari dada yang montok dan padat berisi muncul didepan mata, meskipun berada dibawah sorotan lampu minyak yang redup namun sangat mempesonakan hati orang, membuat Kian Hoo pun jadi sedikit kesemsem.

Namun dengan cepat sianak muda itu berhasil menguasi diri, dengan penemuannya ini semakin meyakinkan bahwa Liong-li itu bukan lain hasil penyaruan dari gadis cantik itu, meski pada saat ini ia tak berkutik barang sedikitpun jua namun kulit badannya yang putih halus itu sudah jelas membuktikan kalau ia bukan terbuat dari batu porselin yang tidak akan memberikan perasaan semacam itu.

"Perempuan siluman !" segera hardiknya penuh kegusaran, "Ambil kesempatan ini cepat-cepatlah menyerahkan diri untuk dibelenggu !"

Hawa murninya disalurkan keseluruh telapak dan siap melancarkan sebuah pukulan mematikan, Mendadak terasa desiran angin tajam menyambar datang dari belakang punggungnya, tahu tahu padri tua itu sudah menubruk datang sambil melancarkan serangan.

Liem Kian Hoo terdesak, terpaksa tenaga pukulan yang telah dipersiapkan untuk menghajar Liong-li diputar kebelakang dan menyambut datangnya serangan dari padri tua itu.

"Bluuuummm!" dua tenaga pukulan yang maha dasyat, tenaga dalam yang dimiliki Liem Kian Hoo jauh lebih sempurna, ia berhasil memaksa sipadri tua itu terdesak mundur lima enam langkah kebelakang dengan sempoyongan.

Setelah terdesak mundur oleh angin pukulan sianak muda itu, sang padri tua tadi semakin naik pitam, bentaknya keras- keras:

"Bajingan laknat yang tak tahu diri! dengan andalkan sedikit kepandaian silatku kau berani bikin keonaran didalam kuil Buddha kami ini ! Hmmm ! kau anggap kuil ing Tah-Tie akan membiarkan setiap orang bikin kegaduhan ditempat ?"

Liem Kian Hoo pun naik pitam, dengan penuh kegusaran teriaknya keras-keras:

"Telur busuk ! kau h'dup sebagai pendeta ternyata perbuatanmu terkutuk, kau telah melindungi iblis wanita yang sudah banyak melakukan kejahatan, akupun tidak akan membiarkan kau hidup dikolong langit dengan penuh kedamaian !"

Air muka padri tua itu berubah membesi, perlahan-lahan ia ambil keluar tasbeh yang tergantung dilehernya lalu menghardik:

"Bajingan buas ! lihat serangan..."

"Sreeect ! Sreeet !" ditengah desiran angin tajam, tiga titik cahaya hitam meluncur kemuka mengancam tubuh Liem Kian Hoo.

Merasakan datangnya desiran angin tajam yang mengancam tubuh, sianak muda itu sadar bahwa tiga titik cahaya hitam itu pastilah suatu serangan yang maha dahsyat, baru-buru ia tarik lehernya menghindarkan diri dari dua ancaman yang, datang lebih duluan, kemudian salurkan hawa murninya kejari tangan dan menjepit butiran tasbeh ketiga.

Meskipun biji tasbeh tadi berhasil ditangkap namun jari tangannya terasa linu dan sakit, hal ini membuat hatinya terperanjat bercampur gusar ia terperanjat karena tenaga sambitan dari padri tua itu sangat kuat, gusar karena hweesio tua ini kelihatannya sebagai seorang padri suci namun dalam perbuatannya ia malah melindungi yang jahat, Maka dengan penuh kegusaran kembali teriaknya: Keledai gundul tua, kukembalikan biji tasbehmu ini !".

Sepasang jarinya menyentil kemuka, biji tasbeh yang berhasil ditangkap senjata rahasia yang dilepaskan dengan keras lawan keras, iapun kelihatan rada terperanjat kini melihat pula ia menyambut balik biji tasbeh tersebut hweesio tua itu semakin tak berani menerimanya dengan kekerasan.

Sisa biji-biji tasbeh yang ada ditangan segera disambit keluar, mula-mula ia melepaskan sebiji tasbeh lebih dahulu untuk menyambut datangnya sambitan Kian Hoo ditengah udara, dalam bentrokan keras serta percikan bunga bunga api, biji tasbeh itu hancur berantakan, Setelah itu dengan ilmu Man-Thian-Hoa-Yu atau seluruh Angkasa penuh dengan bunga air hujan, ia sebarkan biji-biji tasbeh yang sisanya mengurung tubuh lawan.

Kejadian ini membuat Liem Kian Hoo jadi gugup, ia tahu biji biji tasbeh itu meluncur datang dengan kekuatan yang maha dahsyat untuk menerima satu dua biji diantaranya dengan kekerasan ia masih sanggup namun kalau ia diharuskan menerima seluruh serangan tersebut, terutama sekali semua jalan darah ditubuhnya terancam dalam kurungan senjata lawan, sianak muda ini jadi kewalahan dan kerepotan sendiri.

Dalam keadaan terdesak ia taribk napas panjangd hawa murninya adisalurkan kesebluruh badan dan kemudian memaksanya keluar lewat lubang pori pori dan menggembungkan pakaian yang dikenakan jadi bola hawa.

Pletak... pleetak... biji-biji tasbeh tersebut sama-sama bersarang telak diatas pakaiannya.

Termakan oleh timpukan biji biji tasbeh itu, muncullah beberapa puluh lubang kecil diatas pakaiannya itu, namun dengan adanya hadangan ini maka daya serangan dari biji-biji tasbeh itupun berkurang.

Sekalipun badan terasa amat sakit oleh timpukan senjata lawan, namun sianak muda itu sama sekali tidak terluka.

Menyaksikan betapa sempurnanya tenaga Iweekang yang dimiliki sianak muda itu, air muka padri tua itu tersebut berubah hebat, teriaknya dengan keras-keras:

"Bangsat ganas ! kiranya kau andalkan ilmu silatmu yang lihay hendak bikin keonaran ditempat ini, Loolap akan adu jiwa dengan dirimu !"

Sembari berkata ia membuka jubah Kaa-See nya kemudian ambil keluar sebuah ikat pinggang berwarna kuning emas, setelah digetarkan dalam genggamannya segera dihantamkan keatas kepala Liem Kian Hoo. Liem Kian Hoo sadar bahwa permainan ikat pinggang berwarna kuning emas dari padri tua itu pasti jauh lebih susah dilayani daripada timpukan biji tasbeh, ia tak berani berayal lagi. Laksana kilat pedangnya diloloskan dari sarung dan kemudian membabat keluar.

Pleeetaaaak ! ikat pinggang itu mendadak menggulung diatas tubuh pedang tersebut dan menariknya keras-keras, sebilah pedang baja yang amat keras seketika itu juga patah jadi beberapa bagian.

Dengan demikian maka Liem Kian Hoo jadi bertangan kosong belaka, sementara itu ikat pinggang tersebut bagaikan seekor ular berbisa kembali menggulung datang.

Dengan senjata ditanganpun Kian Hoo merasa kewalahan apalagi sekarang harus menghadapi serangan lawan tangan kosong ia makin keteter, dan saking terdesaknya ia cuma bisa berkelit dan menghindar kesana kemari sebisanya.

Tetapi ikat pinggang itu seolah-olah mempunyai sepasang mata, kemana saja tubuhnya hendak bergerak, ujung ikat pinggang tadi segera mengejar datang dan mengancam bahunya.

Liem kian Hoo gertak gigi menybambut datangnyad serangan dengaan keras lawan kberas.

"Breet!" pakaian beserta kulit bahunya kena disambar hingga robek, darah segar segera mengucur keluar dengan derasnya.

Melihat serangannya berhasil mengenai sasaran, padri tua itu tak mau lepas tangan begitu saja, bahkan seolah-olah ia mempunyai maksud untuk membinasakan sianak muda itu makin cepat makin baik.

Tampak ikat pinggangnya digetarkan kemuka menghajar dada sianak muda itu, keadaan jadi amat kritis bagi keselamatan Liem Kian Hoo dan tak mungkin lagi baginya untuk berkelit, maka terpaksa ia harus melakukan perlawanan sebisanya.

Hawa murninya disalurkan keujung jari kemudian disentil kedepan menghajar ujung ikat pinggang tersebut, inilah ilmu jari It Goan Ci kang yang berhasil ia pelajari dari kitab pusaka Koei-Hua Pit Kip yang ditinggalkan almarhum Soen-Tong Hay.

Sebenarnya ilmu tersebut ia pelajari guna menghadapi Kauw Heng Hu, maka sejak selesai berlatih belum pernah ia gunakan kepandaian tersebut, kini karena keadaan amat kritis dan jiwanya terancam, terpaksa ia harus keluarkan kepandaian itu untuk menolong jiwanya.

Hasil yang diperlihatkan serangan jari ini sungguh luar biasa sekali, walaupun ujung jarinya terasa amat sakit tatkala terbentur dengan ikat pinggang lawan, namun senjata tersebut berhasil ia sentil balik, sehingga senjata makan tuan dan balik mengancam kening padri tua itu sendiri.

Agaknya hweesio tua itu mimpipun tidak menyangka kalau ia mempunyai kepandaian selihay itu, tidak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman ikat pinggang sendiri, terpaksa hawa murninya disalurkan keujung telapak kemudian melemparkan ikat pinggang tadi keluar.

Hasilnya meskipun tenaga pentalan berhasil dipunahkan, namun ikat pinggangnya pun melayang keluar dari pintu pagoda.

Pada saat itulah sesosok bayangan nunusia berkelebat lewat diluar pagoda dan kebetulan menyambut datangnya ikat pinggang tersebut.

Tatkala Kian Hoo melihat orang itu adalah Ong Bwee Chi segera teriaknya keras-keras:

"Nona Ong. cepat datang kemari, keledai gundul tua bangka ini sungguh buas dan jahat." Ketika Ong Bweer Chi melayang mtasuk ke-dalam rquangan tadi, airr mukanya kelihatan amat serius. Bersamaan itu pula dari belakang tubuhnya kembali muncul lima enam sosok bayangan manusia secara beruntun, ada tiga diantaranya adalah hwesio hwesio tua, sedang dua orang sisanya adalah seorane kakek tua serta seorang pemuda.

Ketika melihat hadirnya orang-orang itu, padri tua yang barusan melangsungkan pertarungan melawan Liem Kian Hoo itu segera berteriak keras:

"Sungguh kebetulan sekali kedatangan suheng bertiga ! bajingan cilik ini lihay sekali !".

Sikakek tua serta sianak muda itu segera meloloskan senjata dan mengurung Kian Hoo serta Ong Bwee Chi rapat- rapat, terutama sekali pemuda tersebut tampak terburu napsu dan tak bisa menahan emosi.

"Thian Sim Thaysu !" terdengar ia berteriak dengan wajah penuh kegusaran, "Apakah bajingan terkutuk ini yang hendak mencelakai Bwee siocia...?".

Padri tua itu mengangguk sedangkan Liem Kian Hoo berdiri melengak.

Sianak muda itu dapat melihat tatkala pemuda itu berbicara, sepasang matanya tiada hentinya memandang ke arah gadis cantik yang menyaru sebagai patung Liong Li itu, sebab pada saat ini ia sudah meninggalkan tempat semula dan menyembunyikan diri disudut ruangan, wayahnya kelihatan mengenaskan sekali.

Terutama bajunya yang tipis dan robek itu membuat sebagian tubuhnya kelihatan nyata didepan mata, keadaannya seakan-akan patut dikasihani, sadarlah Liem Kian Hoo setelah melihat sikap para padri tua serta sikakek dan pemuda itu, buru-buru teriaknya keras:  "Saudara-saudara sekalian harap jangan ke buru turun tangan lebih dahulu! kemungkinan besar diantara kita sudah terjalin sedikit salah paham, kenalkah kalian dengan nona ini

?".

Sembari berkata jari tangannya segera menuding kearah gadis cantik itu, tampak tubuhnya gemetar keras dan menyembunyikan diri semakin ke sudut ruangan, sinar matanya memancarkan cahaya ketakutan, sikap maupun tingkah lakunya cukup menarik simpatik dan rasa iba bagi setiap lelaki untuk memberi bantuan kepadanya.

"Sedikitpun tidak salah." dengan suara gusar pemuda itu telah berteriak kembali:

"Tentu saja kami Venal dengan nona Bwee, bahkan mengetahui pula kalau kau hendak merampas batu pualam berbentuk bunga bwee yang tergantung didepan dadanya, semakin tahu pula kalau kau mengandung maksud jahat terhadap diriku "

"Aku mengandung maksud jahat apa terhadap dirinya ?" teriak Kian Hoo melengak bercampur terkejut.

Pemuda itu tertawa dingin.

"Tentang soal ini harus ditanyakan kepada dirimu sendiri." sahutnya. "Kau anggap apakah ilmu silat yang kau miliki sangat lihay?maka terhadap seorang perempuan lemah kau akan melakukan perbuatan perbuatan terkutuk yang merendahkan derajatmu Hmmm ! kau benar-benar sudah menyia nyiakan bakatmu yang bagus.".

Sambil menahan rasa mendongkol dalam hatinya Liem Kian Hoo melirik sekejap kearah gadis cantik itu, tampaklah ia masih bersembunyi disudut ruangan dengan wajah patut dikasihani apabila sianak muda itu tidak melihat dengan mata kepala sendiri betapa keji dan kejamnya perbuatan gadis itu, mungkin ia sendiripun tidak akan percaya kaku gadis cantik yang lemah lembut dan patut dikasihani ini adalah seorang iblis wanita tak berperikemanusiaan."

Dan sekarang kenyataan membuktikan bukan saja ia berwatak jahat dan kejam bahkan pandai memfitnah orang dengan akal yang licik.

Sikakek tua, sianak muda serta empat padri tua yang hadir dihadapannya saat ini meski tiada nama dalam dunia persilatan, namun dapat dilihat bahwasanya ilmu silat yang mereka miliki tidak lemah, entah secara bagaimana gadis itu bisa menemukan mereka dan menghasut mereka agar bentrok dengan dirinya.

Setelah berpikir pulang pergi, akhirnya Liem Kian Hoo merasa bahwa ia harus bikin terang lebih dahulu duduknya perkara, maka dengan menekan hawa gusar yang berkobar dalam dadanya ia bertanya:

"Sejak kapan cuwi sebkalian bertemu ddengan dirinya a?...".

"Kemarinb dulu ! " sahut hweesio tua itu dingin.

"Kemarin dulu nona Bwee datang kekuil kami karena ia melihat bahwasanya loolap sekalian berempat saudara memi!iki ilmu silat, maka ia mohon bantuan kami. Kebetulan sekali pada hari itu Peng sicu ayah dan anak berada dalam kuil pula, selesai mendengar menuturannya kami semua jadi agak gusar dan ambil keputusan untuk turun tangan membelai dirinya, kami sudah bulat-kan tekat untuk menghajar mampus bajingan tengik macam kau !".

Mendengar ucapan itu diam-diam Liem Kian Hoo menghembuskan napas dingin, ia bersama Ong Bwee Chi telah melakukan pengejaran siang malam tanpa berhenti, siapa sangka kedatangan mereka berdua masih lebih lambat dua hari daripada dirinya, bukan begitu saja dengan licik dan pintarnya gadis cantik itu berhasil pula memancing kemunculan jago-jago lihay itu untuk memusuhi dirinya. Apabila ditinjau dari pelbagai kejadian itu, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kemunculannya ini hari justru sengaja hendak memancing mereka berdua agar masuk jebakan.

Iblis wanita ini bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat lihay tiada taranya, bahkan hatinyapun Iicik dan punya banyak akal busuk.

Sadarlah Kian Hoo, kendati ia memberi penjelasan macam apapun kepada beberapa orang itu pada saat ini, mereka pasti tak akan percaya dengan ucapannya, oleh karena itu dengan wajah serius segera teriaknya:

"Cuwi sekalian sudah tertipu oleh siasatnya gadis ini adalah seorang iblis wanita yang sudah kehilangan daya ingatnya, didalam belasan hari yang amat singkat ia telah membinasakan hampir dua ratus lembar jiwa manusia. Tiga hari berselang peristiwa berdarah yang terjadi disebuah kota kecil tujuh puluh li diluar kota Lok-yang pun merupakan hasil karyanya...".

"Kentut mak mu ! " tukas pemuda she Peng itu sambil tertawa dingin. "Gadis suci macam nona Bwee mana mungkin merupakan seorang iblis wanita yang suka membunuh orang ? Hmm ! justru kaulah yang mirip dengan seorang manusia laknat yang pura-pura berbuat bajik."

"Meskipun cayhe tidak berani mengatakan bahwa aku adalah seorang pendekar sejati yang suka melakukan perbuatan bajik, namun kedatanganku dari tempat sejauh ribuan li bukan lain adalah sedang mengejar iblis wanita ini, ia benar-benar seorang iblis yang akan membawa bibit bencana bagi umat manusia dikolong lanbgit.".

" Hmmm. d. .. ! Hmmm...!a mengapa tidak bkau katakan bahwa aku mengejar dirinya sejak dari ribuan li adalah disebabkan karena kesemsem dengan batu kumala mustika serta kecantikan wajahnya.". Dari sikap sang pemuda she Peng yang begitu emosi dan meluap-luap mara amarahnya sehingga melebihi beberapa orang tua lainnya, Liem Kian Hoo segera mengerti bahwa pemuda ini pastilah sudah tertarik oleh kecantikan wajah gadis itu, tak kuasa lagi ia menghela napas ringan.

"Aaaai...! Heng thay, janganlah dikarenakan ia mempunyai paras muka amat cantik maka kau mempercayai ucapannya begitu saja, haruslah kau ketahui dibalik kecantikan wajahnya tersembunyilah suatu kebuasan dan kekejaman yang tiada taranya...".

"Kentut busuk !" teriak pemuda she-Peng itu semakin gusar, "Aku cuma tahu bahwa dibalik wajahmu yang ganteng dan halus, tersembunyi perbuatan-perbuatan hina yang rendah dan terkutuk !".

Liem Kian Hoo menghela napas panjang, ia tahu bahwa sianak muda itu sudah terlalu dalam terjerumus dalam jebakan gadis itu, meski diterangkan lebih jauhpun percuma, maka ia berpaling dan bentaknya penuh kegusaran terhadap gadis cantik itu:

"Siluman perempuan ! apabila kau benar-benar punya keberanian, ayoh jelaskan kepada mereka duduk perkara yang sebenarnya, kaupun boleh melakukan pertarungan secara terang-terangan melawan diriku, kau bisa tantang diriku untuk berduel Hmm ! sebenarnya apa maksudmu menghasut mereka yang sama sekali tiada sangkut pautnya dengan persoalan ini untuk memusuhi diriku ?".

"Kau sudah mendesak aku begitu rupa, apa sebabnya mengucapkan pula kata-kata macam itu untuk merusak namaku ?" Keluh sang gadis dengan suara yang patut dikasihani, seluruh tubuhnya gemetar keras. "Aku rela menyerahkan batu kumala itu untukmu dan mohon agar kau suka melepaskan diriku. ". Sembari berkata ia merogo kedalam sakunya dan ambil keluar batu kumala berbentuk bunga bwee itu dengan tangan gemetar, air mata bercucuran membasahi seluruh wajahnya, keadaan gadis itu boleh dikata patut dikasihani.

"Nona Bwee !" teriak pemuda she Peng amat gusar "janganlah kau menyerah kalah begitu saja terhadap bajingran tengik tersetbut, kami pastiq akan membantu rdirimu untuk membinasakan dirinya !"

"Jangan ! jangan kau lakukan hal itu." seru sang gadis dengan wajah mengenaskan. "Kepandaian silat yang ia miliki sangat lihay, kalian tak bakal bisa menangkan dirinya, tidak sepantasnya kalau aku mohon bantuan kalian semua sebab hal ini sebaliknya malah akan mencelakai kalian sendiri, lebih baik giok Bei ini kuberikan saja kepadanya, Aku cuma ingin menjaga kesucian badanku belaka, seandainya ia tak mau lepaskan diriku lagi, terpaksa aku akan bunuh diri di hadapan matanya agar ia bisa padamkan niatnya itu...".

Ucapan ini sangat menggusarkan hati Kian-Hoo, begitu memuncak hawa marahnya sampai-sampai ia tak kuat mengendalikan diri.

"Siluman perempuan !" bentaknya. "Jangan kau anggap dengan bertindak licik macam itu kau lantas dapat cuci tangan dari pertanggungan jawab atas dua ratus lembar jiwa manusia, Hmmmm ! siapa yang kesudian menerima batu pualam Giok Bei mu itu...".

"Liem heng, jangan terburu napsu dan mengikuti emosi." Ong Bwee Chi segera memperingatkan dengan suara lirih. " Kalau kau bertindak demikian sebaliknya malah lebih gampang memancing datangnya reaksi dari orang lain, makin emosi dirimu makin sulit bagimu untuk merebut kepercayaan orang yang ada didepan mata kita dewasa ini merupakan jago-jago tangguh semua, akupun kena dipaksa naik keatas oleh gencetan mereka...". Liem Kian Hoo tertawa getir.

"Persoalan yang terjadi ini hari perduli bagaimanapun juga sukar untuk dibikin terang." katanya. "siluman perempuan itu sungguh lihay, walaupun aku adalah orang yang bersangkutan dalam perisiiwa ini, namun hampir-hampir saja aku percaya kalau dia adalah seorang gadis lemah yang patut dikasihani..."

"Nona Bwee tentu saja seorang gadis lemah yang patut dikasihani." padri tua yang disebut Thian Siin thaysu itu segera berseru. "ini hari dengan mata kepala sendiri aku saksikan secara bagaimana kau sudah menghina dan mempermainkan dirinya !".

"Siapa mempermainkan dirinya!" teriak Kian Hoo sangat mendongkoI. " Dalam cengkeramanku tadi, aku hendak mencabut selembar jiwanya !"

"Kau hendak mencabut jiwanya ? " jengek Thian Sim thaysu sambil tertawa dingin. "Dengan tenaga dalam yang kau miliki, masa dalam seranganinu tadi hanya pakaiannya belaka yang berhasil kau sambar robek."

Liem Kian Hoo sadar iblis wanita ini terlalu menyembunyikan keadaan sendiri, hanya andalkan penjelasan lewat mulut belaka tak mungkin bisa membuat mereka percaya, bahkan sekalipun Ban Sioe Sim datang dendiri dan menceriterakan kisah aneh itupun belum tentu mereka suka percaya.

Kecuali kalau beberapa orang ini bisa menyaksikan sendiri betapa lihaynya tenaga dalam yang dimiliki gadis itu serta betapa keji perbuat-anya tenaga dalam yang dimiliki gadis itu serta betapa keji perbuatannya maka mungkin mereka baru mau percaya.

Tetapi dewasa ini usahanya selalu dihalangi oleh beberapa orang itu, tak mungkin ia bisa paksa gadis itu untuk perlihatkan kelihayannya. Satu-satunya jalan yang ia tempuh adalah mengalahkan lebih dahulu beberapa orang ini, dan lebih baik lagi kalau menotok jalan darah mereka baru kemudian paksa iblis tersebut untuk turun tangan agar beberapa orang itu melek matanya dan tahu duduk perkara sebenarnya.

Kalau dibicarakan memang gampang, namun sanggupkah ia melakukan kesemuanya ini ? menghadapi Thian Sim thaysu seorangpun ia harus ke luarkan banyak tenaga apalagi ditambah dengan tiga orang suhengnya serta ayah anak she Peng itu.

Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia berpaling kearah gadis itu dan tertawa dingin tiada hentinya.

"Aku sungguh tak paham dengan sikapmu sekarang." serunya, "Dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini, jelas jauh melebihi diriku, mengapa tidak kau hadapi sendiri diriku, sebaliknya malah suruh orang lain mencari gara-gara terhadap diriku ?".

"Ampunilah diriku... ampunilahb diriku..." rendgek sang gadis asambil mengucurbkan air mata.

Suaranya mengenaskan cukup melelehkan hati manusia yang keras bagaikan bajapun, kecuali Liem Kian Hoo seorang yang masih melotot dengan penuh kegusaran boleh dikata lelaki-lelaki lain dibikin beriba hati semua.

Lama kelamaan pemuda she Peng itu tak dapat menahan sabar lagi, makinya dengan penuh kegusaran:

"Bajingan tengik ! kau betul-betul bukan manusia, nona Bwee sudah merengek-rengek macam begini terhadap dirimu, mengapa kau masih begitu tega untuk memaksa dirinya terus menerus!".

Sambil berkata pedangnya dikebaskan ke tengah udara siap mengadu jiwa dengan Liem Kian Hoo, sementara empat hweesio tua serta kakek tua itupun sudah mempersiapkan diri untuk turun tangan. "Suatu hari kalian akan merasa menyesal karena perbuatan kalian yang gegabah dan tidak pikir panjang ini !" teriak Kian Hoo marah.

"Apabila ini hari aku tidak berhasil membinasakan kau bajingan tengik, barulah kami akan menyesal sepanjang hidup

!" balas sang pemuda tak mau kalah.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar