Pedang Bunga Bwee Jilid 07

Jilid 07

BERSAMAAN dengan ancaman itu sang tubuh maju kedepan, jari tengah berkelebat menotok jalan darah di atas tetek Tong Kauw.

Si Bligo sama sekali tidak gentar, sambil putar telapak ia babat urat nadi orang. Kauw Heng Hu punya perawakan satu kali lipat lebih pendek dari Tong Kauw, untuk menghajar roboh musuhnya ia harus angkat tangannya lewati pundak baru mencapai sasaran, sebaliknya bagi si perempuan Bligo cukup membabatkan telapaknya ia sudah mengenai sasaran, maka dari itu meski serangan dilancarkan tidak sama waktunya namun bentrok pada saat yang bersamaan.

"Bluuuuk !" tenaga daya pental dalam badan Tong Kauw menunjukkan reaksinya, angin totokan kena dipukul balik, sementara ujung telapaknya sudah membabat tiba dan dengan telak bersarang diatas pergelangan musuh.

Kauw Heng Hu menjerit kesakitan, badannya kena ditumbuk sampai mundur empat lima Iangkah, saking nyerinya ia sampai berkaok-kaok.

Untung tenaga dalam yang ia miliki amat sempurna, maka dalam tumbukan tersebut nyaris ia lolos dari luka parah, meski demikian si monyet tua itu pun jadi pitam, segera teriaknya keras-keras:

"Bangsat keparat! sungguh tak nyana Soen Tong Hay masih meninggalkan kepandaian hebat buat dirimu !"

"Tia justru takut kau menganiaya diriku, maka secara diam- diam ia wariskan ilmu silat ini kepadaku..." jawab Tong Kauw sambil tertawa bangga.

Air muka Kauw Heng Hu berubah hebat kemudian ia menyeringai seram.

"Bagus ! Bagus ! sejak dulu aku memang sudah tahu kalau ia tidak jujur dan diam-diam menyimpan sebagian ilmu silat sakti, Hmmm ! agaknya secawan arak racun yang kucekoki kepadanya bukan perbuatan yang penasaran...".

"Apa ? jadi ayahku mati karena kau racuni ? teriak Tong Kauw sambil membelalakan matanya. "Haaaa... haaaaa... haaaaa... sedikitpun tidak salah, dengan susah payah aku temukan sejilid kitab pusaka ilmu silat, berhubung kecerdikan ayahmu sangat luar biasa maka aku undang dirinya untuk menyelidiki bersama, siapa sangka secara diam-diam ia punya maksud jelek, dengan ambil kesempatan selagi aku tidak perhatikan ia telah robek satu halaman yang penting untuk disembunyikan, perbuatan ini berhasil kutemukan, tentu saja perbuatannya tak bisa kuampuni, maka akupun menggunakan peluang selagi ia tidak siap, diam-diam masukkan racun kedalam araknya agar ia modar dalam keadaan mengerikan...".

"Omong kosong!" Tukas Tong Kauw sambil berteriak "Kau sendiripun bukan manusia baik-baik, "Ayah pernah beritahu, sewaktu kau serahkan kitab tersebut kepadanya, secara diam- diam kaupun telah sembunyikan dua tiga lembar lebih dahulu, kau yang menipu dirinya lebih dahulu !"

Kauw Heng Hu agak melengak, diikuti ia tertawa tergelak. "Haaaa... haaaa... haaaa... ternyata Soen Tong Hay bukan

orang tolol, kiranya perbuatanku telah ia ketahui, untung aku turun tangan dahulu, kalau tidak mungkin akulah yang mendapat giliran untuk meneguk arak racun itu lebih dahulu...".

Tong Kauw jadi amat sedih, ia menangis tersedu-sedu. "Tidak aneh kalau ayah selalu memaki aku terlalu goblok

sehingga semua kepandaian tidak berhasil aku pelajari"

serunya, "Ternyata sejak semula ia sudah tahu kalau kau bakal mencelakai dinnya, dua bulan menjelang kematiannya ia masih akan wariskan sebuah kepandaiannya kepadaku katanya ilmu tersebut dapat digunakan untuk menghadapi dirimu, sayang sebelum aku berhasil mempelajarinya ia sudah keburu mati...".

"Haaaa... haaaa... haaaa... kalau begitu selama hidup jangan harap kau bisa mempelajari ilmu itu lagi, meski lembaran kitab yang ia sembunyikan tidak berhasil kutemukan namun aku melihat dengan mata kepala sendiri ia bakar lembaran itu sampai hancur, tindakan pertama yang ia lakukan setelah sadar bahwa dia keracunan adalah memusnahkan kitab itu, ia takut aku mendapatkannya, tetapi ia tidak pernah menyangka setelah kitab itu musnah, dikolong langit dewasa ini tiada orang yang dapat melawan diriku lagi ! "

"Monyet tua !" Teriak Tong Kauw sambil menubruk kedepan, air mata jatuh bercucuran "Aku bersumpah akan membinasakan dirimu, aku hendak menuntut balas buat ayahku...".

Dengan sebat Kauw Hehg Hu mengigos kesamping, mendadak dari sakunya ia ambil keluar sebuah paku tajam yang berwarna keperak perakan sambil mencekal senjata itu bentaknya:

"Perempuan jelek, janganlah cari gara-gara kepadaku dengan andalkan ilmu sinkang daya pentalanmu itu, senjata tongkat Thian- Seng-Kang-Teng-Ciang ku tidak akan gentar menghadapi daya pentalmu !".

Agaknya Tong Kauw amat jeri sekali dengan wajah ketakutan. Dalam pada itu Liem Kian Hoo sudah mendusin, buru-buru ia menghadang di hadapan perempuan tersebut sambil membentak dengan nada gusar:

"Tok-Chiang-Suseng ! kau telah mencelakai ayahnya sampai mati, apakah kau hendak membinasakan pula dirinya."

Kauw Heng Hu mendongak dan tertawa terbahak-bahak. "Haaaa... haaaa... haaaa... mula-mula siperempuan jelek ini

memang bisa digunakan untuk menjaga barisan Ban-Sioe- Meh-Liem tersebut, tapi kini dudukya perkara berhasil diketahui, aku tak dapat biarkan ia hidup lebih jauh lagi." serunya. Sambil berkata ia cekal tongkat pendeknya lalu mengencangkan paku tajam diujung tongkat, tadi keatas kepala Tong Kauw, perempuan Bligo ini jadi ketakutan, buru- buru ia melarikan diri kebelakang dan bersembunyi di- belakang tubuh Kian Hoo.

Kauw Heng Hu menubruk kedepan, kali ini senjatanya ditujukan kearah sianak muda itu. Kian Hoo tak bersenjata terpaksa ia berkelit kesamping Terhadap Liem Kian Hoo agaknya Kauw Heng Hu tidak pandang sebelah matapun, ia putar arah lalu sambil ayun tongkat pendeknya ia teruskan pengejaran kearah Tong-Kauw, memaksa perempuan itu lari pontang panting untuk cari tempat persembunyian.

Dari sikap Tong Kauw yang begitu jeri terhadap tongkat pendek tadi, Liem Kian Hoo pun dapat segera tarik kesimpulan bahwa tongkat pendek tersebut pasti merupakan sebuah senjata tajam yang maha dahsyat.

Untuk beberapa saat ia tak tahu bagaimana caranya untuk bantu si Bligo lepas dari kesulitan.

Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia rogoh sakunya, tiba tiba ia meraba pisau belati milik Sani yang tertinggal dalam kantong, hatinya jadi sangat gembira.

Pisau belati ini pernah digunakan untuk membabat gelang leher Ku-Ii sewaktu ada didusun suku Leher Panjang, ketika itu terbukti bahwa senjata tersebut tajam luar biasa, tak bisa salah lagi pisau belati ini pastilah sebilah senjata mustika.

Dalam pada itu Kauw Heng Hu sudah memaksa Tong Kauw hingga tersudut, posisi perempuan bligo tapi semakin kritis. Tidbak sempat lagi dbagi Kian Hoo uantuk berpikir pbanjang, ia membentak keras sambil ayun pisau tubuhnya menubruk kedepan langsung menusuk punggung simonyet tua itu.

"Saudara cilik, hati hati dengan senjatanya." Buru-buru Tong Kauw berseru dengan nada cemas ketika menyaksikan peristiwa itu, Gerakan tubuh Kian Hoo cepat laksana sambaran kilat, sekilas cahaya berkelebat lewat tahu-tahu ia sudah meluncur ke depan, Kauw Heng Hu seketika merasakan desiran tajam menyerang belakang punggungnya, ia sadar pasti ada sebilah senjata mustika yang luar biasa tajamnya sedang mengancam datang, meski ia punya tenaga sin-kang pelindung badan, jeri pula Kauw Hu untuk menerima serangan tersebut dengan keras lawan keras.

Terpaksa ia putar badan sambil ayun tongkatnya menyambut datangnya tusukan pisau belati itu.

"Tiiiing !" ditengah bentrokan keras, bunyi dentingan nyaring bergema memenuhi angkasa, Liem Kian Hoo merasakan sepasang tangannya bergetar keras diikuti jari- jarinya mengendor, tak kuasa lagi pisau belatinya dicekal lebih jauh dan tahu sudah dirampas oleh pihak lawan dengan kekerasan.

Sianak muda ini jadi melengak, ia dibuat tertegun oleh kejadian ini.

Kiranya didalam bentrokan barusan, pisau belati mustikanya tidak tahan melawan ketajaman paku perak diujung tongkat pendek itu, mentah-mentah pisaunya terpantek oleh paku tadi hingga tembus kedalam dan tergantung diatas tongkat tadi, maka ketika disentak oleh Kauw HengHu tak ampun lagi lepaslah senjata tersebut dari tangannya, MuIa mula Kauw Heng Hu melepaskan dahulu pisau belati rampasan dari atas pakunya, kemudian tertawa terbahak-bahak ia menjengek:

"Bocah keparat, kau masih punya mustika apalagi untuk diadukan dengan ketajaman paku Thian-Seng-Thiat-Chiang ku ini ?".

Air muka Kian Hoo berubah amat serius, sepasang telapak disilangkan sejajar dengan dada kemudian ia perlihatkan sebuah pusisi jurus yang sangat ampuh. Setelah saling bentrok sebanyak dua kali dengan Kauw Heng Hu, sianak muda itu sadar bahwa tenaga dalam yang dimiliki masbih terpaut jauhd dari tenaga Iwaeekang orang, mbaka dalam keadaan terpaksa ia harus mengeluarkan jurus adu jiwa yaitu jurus "Giok-San-Ci-Hun " !.

Agaknya Kauw Heng Hu tidak kenal akan kelihaian jurus ini, dengan termangu-mangu ia awasi sianak muda itu dan sedikitpun tidak bikin persiapan.

"Tok-Chiu-Suheng ! " seru Liem Kian Hoo dengan wajah serius, "Ditinjau dari mimik wajahmu agaknya kau belum kenal dengan jurus seranganku ini, maka aku perlu beritahu lebih dahulu kepadamu, jurus seranganku ini bernada Giok-Sak-Ci- Hun, setelah dilancarkan akan menghasilkan daya pukulan yang maha dahsyat.".

" Hmmm ! jurus tersebut dinamakan Giok-Sak Ci-Hun atau Gugur berbareng, aku rasa kau sendiripun bakat ikut modar bukan ?" jengek Kauw Heng Hu seraya mengerling sekejap kearahnya.

"Sedikitpun tidak salah ! demi melenyapkan seorang penjahat macam dirimu, sekalipun harus korbankan diri akupun tidak merasa sayang!".

Tiba-tiba Kan Heng Hu mendongak tertawa panjang. "Haaaa... ha... haaa... keparat cilik ! kepandaianmu untuk

membual sungguh luar biasa, apasih yang dinamakan Giok-Si- Ci-Hun, terhadap Tong hong It Lip serta Mong-Yong-Wan sepasang suami istri gentong nasipun kau tidak sanggup menghadapi, masih ingin gunakan kepandaian tersebut untuk menakut-nakuti diriku...".

Merah jengah selembar wajah Liem Kian Hoo, ia tahu peristiwanya dengan suami istri Heng-Thi an-Sian-Li telah deketahui monyet tua ini, hawa gusar langsung berkobar dan ia tumpahkan semua kemarahan ini keatas tubuh Kauw Heng Hu. Ia membentak gusar, sepasang telapak didorong kemuka berbareng, dan meluncurlah segulung angin pukulan yang maha dahsyat kearah Tok-Chiu -Suseng.

Dengan suatu gerakan yang ringan dan enteng Kauw Heng Hu kebaskan telapaknya kemuka, iapun mengirim satu pukulan untuk sambut datangnya serangan tersebut.

Dalam perkiraannya cukup dengan telapak sebelah saja sudah lebih untuk menahan kedahsyatan lawan.

Siapa sangka sertelah angin sertangan menempel qdibadan, mula-mrula badannya terdorong mundur sejauh beberapa langkah diikuti tenaga pukulan yang meluncur datang tiada hentinya itu membungkus seluruh pakaian yang ia kenakan hancur berkeping-keping. bagaikan bubuk dan melekat ditubuhnya rapat-rapat.

Kejadian ini berlangsung dengan cepat membuat ia terkesiap dan ketakutan setengah mati, buru-buru ia salurkan hawa murni yang dimiliki untuk pertahankan keutuhan badan.

Setelah bersusah payah akhirnya dari pori-pori kulit berhasil pula mendesak keluar segulung angin pukulan yang membendung hawa pukulan lawan, ia agak bisa bergerak kembali walau masih sempit ruang geraknya.

Dalam pada itu Liem Kian Hoo sendiripun merasa terkejut bercampur tercengang setelah melepaskan serangannya, jurus ampuh yang mematikan ini pernah digunakan satu kali, tempo dulu tenaga serangannya tidak berhasil menciptakan suasana sedahsyatnya ini, sedangkan kali ini ia merasa jauh lebih leluasa, angin pukulan yang dilepaskan tiada hentinya mengalir keluar, seakan-akan tiada batasnya sama sekali.

Setelah melengak beberapa saat lamanya, ia pun dapat menemukan sumber dari kemajuannya, kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya kini tentu merupakan hasil dari semedinya selama sebulan didalam kamar semedi Toan Kiem Hoa, selama sebulan ia telah berlatih sesuai dengan petunjuk diatas hioloo Ci-Liong-Teng, kepandaian itulah membuat tenaga dalamnya memperoleh kemajuan pesat.

Sementara itu Kauw Kauw Heng Hu salurkan segenap kemampuannya untuk mempertahankan diri, ketegangan meliputi wajahnya, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh badan keadaannya menggenaskan sekali. Menyaksikan keadaan orang, Liem Kian Hoo merasa sangat bangga, sambil tertawa tergelak ejeknya:

"Tok-Chiu-Suseng, sekarang kau sudah ngerti akan kelihayanku bukan ?...".

Dalam pada itu Ceng-Tiong-Su-Hauw serta Be Si Coen sekalian diliputi perasaan terperanjat, takut dan ngeri, seorang demi seorang mulai ngeloyor kedalam kuil, seakan-akan mereka sudah tahu bahwa Kauw Heng Hu tidak bakal berhasil mempertahankan diri .

Ketika itu meskipun Liem Kiam Hoo berhasil duduk diatas angin, namun ia tak sempat untuk meluangkan waktu menghalangi jalan pergi mereka, terpaksa dengan wajah gusar teriaknya kepada beberapa sosok bayangan punggung itu:

"Bajingan-bajingan bernyali tikus, kalian jangan ngeloyor pergi. jangan dikata didalam jagad, sekalipun kalian lari keujung langitpun aku orang she Liem tidak akan melepaskan kalian...

"Keparat cilik ! kau jangan keburu merasa bangga." Mendadak Kauw Heng Hu membentak keras ditengah kurungan angin pukulan, "Aku tidak percaya kau betul betul berhasil menguasahi diriku !".

Sepasang telapak direntangkan, angin pukulan berputar yang ada diluar tubuhnya mendadak semakin kuat, seketika itu juga angin pukulan si-anak muda itu ikut tertuntun dan mulai berputar kencang, bukan begitu saja bahkan kuda kuda Kian Hoo pun mulai tergempur dan ikut bergoncang. Senyuman menyeringai mulai menghiasi kembali wajah Kauw Heng Hu, sepasang telapak berputar semakin kencang dan hawa pukulannya makin lama semakin dahsyat, Liem Kian Hoo tak kuasa menahan diri lagi badannya ikut berputar ken- cang- Batu, pasir dan kerikil mulai ikut berputar.

Dalam sekejap mata seluruh angkasa telah diliputi kabut kuning yang sangkat tebal, ditengah bayangan debu tampaklah dari lubang hidung, mulut dan lubang telinga Kauw Heng Hu mengucurkan darah segar, wajahnya kelihatan bertambah bengis dan menyeramkan.

Tubuh Kian Hoo setelah berputar beberapa saat lamanya, ia mulai merasakan kepalanya pening tujuh keliling, angin pukulan yang dihasilkan telapak tangannya makin lemah, namun ia tak sanggup mengerem tubuhnya sebab makin lemah daya serangannya makin besar ia terpengaruh oleh tenaga berpusing orang, akhirnya iapun jatuh tidak sadarkan diri ditengah putaran kencang itu.

Pasir serta kabut lambat laun mulai berhenti, suasana pun mulai pulih kembali dalam ketenangan. Rambut Kauw Heng Hu awut-awutan dan terurai panjang kebawah, wajahnya penuh berpelepotan darah, sambil menginjak tubuh Kian Hoo yang menggeletak diatas tanah ia perdengarkan gelak tertawa panbjang yang sangadt menusuk telinaga.

"Keparat ciblik ! kau betul-betul luar biasa, seandainya aku tidak berhasil melatih ilmu pukulan berpusing Hwie-Swan- Khie-Kang mungkin ini hari ajalku telah tiba, sekarang... heee... hee... kau tak bakal bisa berlagak lagi.

"Monyet tua, cepatlah kau lepaskan saudara cilikku itu." Terdengar Tong Kauw yang ada di-luar kalangan berteriak sambil menangis, "Asal kau lepaskan saudara cilikku itu, aku ampuni selembar jiwamu !"

"Perempuan jelek, nyawamu sendiripun susah dipertahankan lagi, kau masih berani jual lagak dihadapanku." Seraya berkata Kauw Heng Hu tertawa pan jang dengan seramnya, kemudian dari saku sianak muda itu ia ambil keluar hioloo Ci-Liong-Teng tersebut, setelah diperiksa sejenak kemudian ia merogoh pula sebutir mutiara dan masukkan mutiara tadi kedalam hioloo tersebut.

Dengan sinar mata penuh ketegangan ia awasi terus perubahan dalam hioloo tadi, tidak lama...

Ia buang muka dengan wajah kecewa,

Kiranya dari balik hioloo ia tidak menemukan sesuatu apapun, yang tampak hanya dinding hioloo yang licin dan mengkilap.

Sementara ia masih pusatkan perhatiannya diatas hioloo tadi mendadak tampaklah segulung angin pukulan mendesak tiba, ia segera berpaIing. Tampalah Tong Kauw tanpa menggubris keselamatan sendiri sedang menubruk datang dengan hebatnya, Berada dalam keaadaan tidak siap buru- buru ia getarkan tangannya untuk menangkis.

Braaaak....! ditengah bentrokan dahsyat orang she-Kauw itu tak sanggup mempertahankan diri, tubuhnya kena tertumbuk sampai mundur sejauh lima enam lasgkah, dengan cepat ia sambar tongkat pendek berujung paku tadi untuk berjaga diri.

Tong Kauw bergerak sebat, menggunakan kesempatan selagi musuh terdesak mundur, ia sambar tubuh Kian Hoo yang menggeletak diatas tanah lalu putar badan dan melarikan diri, Menyaksikan tingkah laku derempuan itu, Kauw Heng Hu naik pitam, dengan gusar bentaknya:

"Perempuan jelek, akan kulihat kau hendak melarikan diri kemana !".

Seraya acungkan tongkat pendeknya, ia mengejar dari belakang. Langkah kaki Tong Kauw sangat lebar, lagi pula bergerak cepabt, meskipun hardus membopong Liaem Kian Hoo nambun gerakan tubuhnya masih cepat laksana hembusan angin puyuh, kendati Kauw Heng Hu sudah mengejar dengan segenap tenaga namun belum berhasil juga menyusul gadis itu.

BegituIah satu didepan yang lain dibelakang dengan amat cepat mereka telah kembali kedalam hutan tersebut. Kauw Heng Hu yang ada dibelakang lantas berteriak.

"Perempuan jelek, kali ini akan kulihat kau hendak melarikan diri kemana lagi !".

Tanpa ragu-ragu Tong Kauw menerobos masuk kedalam hutan, Kauw Heng Hu pun segera menyusul dari belakang, dua orang itu sama-sama hapal dengan jalan didalam barisan ini setelah menerobos kesana kemari dalam hutan tersebut tidak lama kemudian sampailah mereka di-pusat barisan itu.

Mendadak Tong Kauw berhenti, meletakan tubuh Kian Hoo keatas tanah dan telapaknya langsung membabat keatas sebatang pohon yang berdiri dihadapannya.

Menjumpai perbuatannya perempuan jelek itu. Kauw Heng Hu sangat terperanjat buru buru teriaknya:

"Tong Kauw, kau sudah edan ? kalau kau tebang batang kayu itu maka kita semua tidak bakal bisa hidup lagi.".

Tong Kauw si perempuan bligo tidak ambil gubris omongan itu, ia teruskan babatannya sampai separuh jalan, setelah itu sambil berpaling barulah ujarnya:

"Monyet tua, asal kau berani maju selangkah lebih dekat lagi maka aku akan membuka kunci dari barisan ini dengan menebang pohon tersebut setelah pohon ini tumbang apa yang bakal terjadi aku rasa kau pasti mengetahui jelas bukan

?".

Tidak salah lagi, ancaman ini seketika membuat Kauw Heng Hu mengkeret, ia tidak berani maju lagi. Setelah merandek sesaat ia tertawa aneh dan berkata:

"Meskipun aku tidak membunuh dirimu, kau pun tak akan lolos dari kematian !".

"Omong kosong ! asal tanganku tidak kulepaskan barisan ini tidak akan menunjukkan perubahan.".

"Haaaa... haaaa... haaaa perempuan jelek, si Bligo toloI, kalau begitu tunggulah disini ! akan kulihat sepanjarng hidup kau tettap berdiri disqitu sambil bersriap sedia !".

Ucapan ini membuat Tong Kauw tertegun, kemudian dengan wajah kecut serunya:

"Aaaaah benar ! seandainya perutku lapar lantas bagaimana...".

"Haaa... haaaa... haaaa... kalau sampai demikian adanya maka kau harus mati karena kelaparan !".

Mendadak Tong Kau mendongak, dengan gusar teriaknya. "Monyet tua, kau jangan keburu senang hati,

bagaimanapun aku tak bisa hidup lebih lama mari kita mati bersama-sama saja !" Seraya berkata ia tunjukkan sikap hendak menebas pohon tersebut.

Kauw Heng Hu jadi amat cemas, buru-buru ia berteriak: "Tong Kauw, janganlah berbuat demikian, bagaimana kalau

aku carikan akal untuk menolong dirimu ?"

Kauw Heng Hu tertawa licik.

"Tunggulah sebentar disini, aku akan pergi kesana sebentar untuk mencari sebatang kayu sebagai menyanggah pohon ini, dengan disanggah pohon tersebut maka tanganmu bisa dicabut keluar tanpa mengerakkan barisan ini, bukankah keadaan tersebut bagus sekali." katanya.

"Tidak... tidak... kalau kau tidak balik lagi lalu bagaimana

?". "Oooouw . . aku pasti kembali ! aku pasti kembali! percayalah kepadaku, dan legakanlah hatimu .".

Sembari berseru buru-buru ia mengundurkan diri sejauh lima enam tombak dari kalangan, setelah itu orang she-Kauw tadi putar badan dan melarikan diri terbirit birit,

Terdengar Tong Kauw yang ada dibelakang masih sempat berteriak:

"Eeeeeei monyet tua ! akan kutunggu seperempat jam lamanya, kalau kau belum balik jaga maka tanganku segera akan kucabut agar barisan ini tunjukkan kelihayannya.".

Tiada jawaban dari Kauw Heng Hu, jelas monyet tua itu sudah melarikan diri jauh jauh dari sana.

sementara itu Liem Kian Hoo yang menggeletak dibawah kaki Tong Kauw sudah mendusin, kepalanya masih pusing tujuh keliling, badannya lemas dan sama sekali tak bertenaga, namun kesadarannya sudah pulih, apa yang mereka bicarakan dapat ia tangkap semua dengan jelas.

Tak tahan lagi sianak muda ini menggela napas panjang, katanya:

"Tong Kauw, kau benar benar goblok ! kau anggap ia benar benar akan balik kemari ?"

"Hiiii... hiiii... hiiii..." Tong Kauw tertawa cekikikan " Kalau ia tidak balik maka tanganku segera akan kucabut keluar, biar barisan ini mulai tunjukkan kelihayannya !". jawaban ini membuat Liem Kian Koo jadi mendokol bercampur geli, sekali lagi ia menghela napas panjang,

" Si Bligo toIol, waktu ia ia sudah jauh tinggalkan hutan ini, mana mungkin kau bisa mencelakai dirinya..." ia berkata.

Tong Kauw tiba2 mendadak ia cabut tangannya dari balik babatan tersebut. Kraaaak.... bluuuum...! batang pohon itu segera tumbang keatas tanah diiringi suara gemuruh yang sangat memekikkan telinga, Liem Kian Hoo amat terperanjat saking kagetnya sampai sepatah katapun tak sanggup diutarakan keluar. Namun dari balik hutan tersebut kecuali getaran keras akibat tumbangnya pohon tadi sama sekali tidak muncul perubahan lain.

Terdengar Tong Kauw mendongak tertawa terbahak-bahak dengan bangganya setengah harian lamanya ia tertawa kemudian baru berkata:

"Saudara cilik, kau dengan si Monyet tua itu adalah orang- orang pinter, siapa sangka kali ini kamu berdua sudah kena tertipu mentah oleh aku si Tolol ! "

Ucapan ini Kian Hoo disamping membuat hatinya pun merasa gembira.

"Lalu... lalu... pohon tetiron n " teriaknya tanpa kuasa. Tong Kauw tertawa.

"Pohonnya sih pohon sungguhan, cuma kunci dari barisan ini tidak terletak disini, pohon ini sengaja diatur ayahku secara diam-diam tanpa sepengetahuan simonyet tua itu, sebelum meninggal ayahku pernah berpesan, seandainya suatu hari si monyet tua itu ingin mencelakai aku maka aku boleh gunakan cara ini untuk menakut-nakuti dirinya, sungguh tak nyana cara ini berhasil aku gunakan dengan sukses pada hari ini".

Liem Kian Hoo termenung, kemudbian menghela nadpas. "Aaaaai, aayahmu betul-betbul seorang pendekar sakti "

katanya. "seumpama ia tidak dibunuh oleh Kauw-Heng Hu, si Tok Chiu Suseng pun tidak akan secongkak dan sebuas begini."

Titik-titik air mata jatuh berlinang membasahi wajah Tong Kauw, keluhnya dengan suara isak: "Aku selalu mengira ayah sangat benci terhadap diriku, tapi ditinjau dari segala persiapan serta segala perbuatannya, ia masih suka dan mencintai diriku !".

"Tentu saja, dikolong langit tak ada orang tua yang tidak mencintai putra putrinya.".

Tong kauw kembali termenung, sesaat kemudian tiba-tiba ia bertanya:

"Saudara cilik, kiranya kaupun punya kepandaian hebat, begitu lama kau berhasil berduel dengan simonyet tua itu, sekarang apakah keadaan-mu sudah rada baikan ?".

"Belum ! " Liem Kian Hoo menggeleng dan tertawa getir. "Tenaga murniku mengalami kerusakan hebat, paling

sedikit harus beristirahat sehari penuh baru bisa pulih seperti sedia kala, tapi selama seharian penuh ini kita harus bersembunyi dimana ? sebentar lagi Kauw Heng Hu bakal balik kesini, sedang kaupun tak bisa menangkan dirinya..."

"Aku tidak jeri kepadanya." tukas Tong-Kau cepat cepat. "Tapi aku takut dengan tongkat pendeknya ayah pernah

berkata bahwa paku tajam di ujung tongkat itu merupakan tandingan yang terutama dari ilmu sinkang tenaga pental !".

"Bukankah keadaannya sami mawon ? sewaktu ia datang kemari nanti, tongkat pendeknya itu pasti akan ia bawa serta

!".

"Kalau begitu biarlah kugendong dirimu dan kita melarikan diri ketempat luaran, setelah ilmu silat berhasil kita latih nanti kita cari dirinya lagi untuk bikin pembalasan".

"Tak bisa, aku tak dapat meninggalkan tempat ini". "Apakah kau menguatirkan encimu itu ? " tanya perempuan

Bligo sambil melototkan matanya. "Bukan soal itu, aku menguatirkan dua orang gadis yang disekap dalam gua Angin Hitam, mereka punya gubungan yang sangat erat sekali dengan diriku, aku tak dapat biarkan mereka selalu terjatuh ditangan Kauw Heng Hu".

"Saudara cilik, kenapa sih kau selalu mengingat hubungan dengan kaum gadis muda ?" sela Tong Kauw sambil menyengir

Mendengar apa yang diucapkan gbadis Bligo tersdebut tidak karuaan dan keedan-ebdanan, Kian-Hoo agak kheki, kontan menegur:

"Jangan omong yang bukan-bukan ! ayoh cepat pikirkan suatu tempat yang tenang dan aman agar aku bisa beristirahat seharian penuh, setelah tenang tenagaku pulih aku hendak bikin perhitungan lagi dengan Kauw Heng Hu."

Tong Kauw putar biji matanya, tiba tiba ia berkata.

Kalau kau ingin suatu tempat yang tidak diketahui simonyet tua itu, maka hanya ada satu tempat saja yaitu gua Kioe Kie Tong.".

"Dimanakah letak gua Kioe Kie Tong tersebut ?".

"Gua Kioe Kie Tong adalah tempat ayahku melatih ilmu silat secara diam-diam...".

Lieni Kian Hoo jadi kegirangan setengah mati, buru-buru ia berseru:

"Kalau begitu cepatlah bawa aku kesitu !".

Sambil tertawa cekikikan dan cengar cengir seperti kuda Tong Kauw membopong tubuh sia-nak muda itu, lalu putar badan keluar dari hutan melewati bukit serta tebing, lama sekali akhirnya sampailah mereka didepan sebuah gua, didepan gua penuh tumbuh rotan, tidak salah lagi tempat itu betul betul terpencil dan rahasia sekali letaknya. Menyingkap rotan masuk kedalam gua, kembali mereka beberapa waktu lamanya, sepanjang perjalanan suasana gelap gulita tak nampak lima jari sendiri.

Namun Tong Kauw sangat hapal dengan liku-likunya tempat itu, ia berjalan terus sampai suatu tempat baru berhenti, dibuatnya obor sebagai penerangan dan saat itulah Liem Kian Hoo baru temukan dirinya telah berada didalam sebuah gua yang tinggi dan besar.

Mula pertama sinar matanya terbentur dengan serentetan tulisan yang di ukir dengan ilmu jari Kiem Kong Ci, baru membaca beberapa baris jantung sianak muda itu berdebar keras.

Ditinjau dari nada tulisan diatas dinding gua itu jelas menunjukkan bahwa tulisan itu berasal dari Soen Tong Hay, terbaca olehnya tulisan itu berbunyi:

"Pada masa silam aku adalah satu diantara Tiong Goan- Cap-Sah-Su tiga belas sahabat dari Tionggoan, beruntung Tok-Chiu-Suseng Kauw-Heng Hu berhasil peroleh sejilid kitab pusaka yang disebut Koei-Hua-Pit-Kip dimana tercantum pelbagai ilmu bersemedi serta ilmu hitam yang dahsyat, denganr kemampuanku akthirnya ia ajak qaku untuk berlartih bersama.

Siapa sangka orang itu berhati keji dan curang, ia sembunyikan dahulu dua lembar terakhir dari kitab tadi sehingga kitab pusaka itu jadi tidak utuh, perbuatan betul- betul patut disesalkan.

"sepintas lalu aku baca kitab tersebut, dapat diketahui bahwa isi kitab pusaka ini luar biasa, maka timbullah pikiranku untuk melenyapkan manusia cilik ini, sebab bila sampai kitab ini terjatuh semua ke tangannya, pastilah dunia kangouw akan timbul banjir darah, maka sengaja akupun menyembunyikan sebagian dari kitab tadi. "Akupun sadar bahwa aku tak berteman, putriku pun bodoh. Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan maka inti sari kitab pusaka itu telah kuserahkan kepada putriku untuk menyimpannya barang siapa yang membaca tulisan ini harap suka merawat baik-baik putriku dengan intisari kitab pusaka itu sebagai imbalannya.

Tertanda:

Soen Tong Hay ".

Habis membaca tulisan itu, Liem Kian Hoo segera berpaling kearah Tong Kauw ! seraya bertanya.

"Tong Kauw ! sebelum ayahmu menemui ajalnya, apakah ia pernah serahkan suatu benda kepadamu untuk disimpan ?".

"Tidak, tidak ada ! " jawab Tong Kauw sambil menggeleng. " Ayah cuma berpesan bahwa aku dilarang membawa

siapapun datang kemari, ia tidak serahkan barang apapun

kepadaku.".

Kian Hoo tahu perempuan jelek ini tidak bakal berbohong, aliskan kontan berkerut, sambil peras otak gumamnya:

"sungguh aneh sekali ! didalam surat wasiatnya terang- terangan ayahmu mengatakan bahwa ada semacam benda telah diserahkan kepadamu untuk disimpan, coba pikirlah sekali lagi dengan seksama !".

Tong Kauw garuk kepala sambil putar otak, namun akhirnya kembali ia menggeleng.

"Sama sekali tak ada, coba lihat sehelai bajupun tidak kukenakan dibadan, darimana aku bisa sembunyikan suatu barang dalam tubuhku ?"

Liem Kian Hoo tak dapat berbuat lain, terpaksa ia teruskan usahanya putar otak untuk me-mecahkan teka teki ini, lama sekali ia berpikir namun tiada hasii sama sekali, terpaksa ia singkirkan persoalan itu untuk melanjutkan penelitiannya ke- seluruh bilik gua itu.

Terlihatlah empat penjuru dinding mengkilap dan kosong melompong, secuwil barang pun tidak nampak.

"Saudara cilik, bukankah kau berkata hendak duduk semedi untuk atur pernapasan ?" tiba-tiba Tong Kauw memperingatkan. " Ayoh cepatlah mulai bersemedi !".

"Aaaaah, benar, selagi aku mengatur pernapasan jangan sekali-kali kau usik diriku, dan kau pun dilarang ajak aku berbicara !".

"Tentang soal ini aku sudah tahu" jawab Tong Kauw sambil tertawa bodoh. "setiap kali ayahku sedang bersemedi, iapun selalu berbuat demikian, sering kali ia bawa aku kedinding sebelah sekarang baiklah akupun menanti dirimu di ruang sebelah saja, setiap saat kau telah selesai beristirahat panggillah aku kemari.".

Menyasikan perempuan itu jauh lebih penurut dan banyak urusan yang diketahui, tanpa terasa sianak muda itu tersenyum kearahnya, Tong Kauw sangat gembira, sambil tertawa cengar cengir iapun berlalu dari situ.

Sepeninggal sigadis bligo, kembali Liem Kian Hoo mengamat amati tulisan diatas dinding itu setengah harian lamanya, tanpa terasa lagi ia merasa ikut bersedih hati buat Soen Tong Hay.

"Siorang tua itu tentu seorang jago yang amat cerdik sekali sehingga tiada tandingan dikolong langit, sungguh tidak beruntung putrinya dilahirkan begitu toIol, dungu dan gobloknya luar biasa, kata kata Putriku tidak cerdas yang terukir diatas dinding benar-benar membawa suatu perasaan yang luar biasa.".

"Benda yang dimaksudkan pasti ada, cuma sayang Tong Kauw dungunya tidak ketolongan lagi, entah ia sudah buang barang itu kemana ? aaaai .... ia benar-benar telah menyia- nyiakan jerih payah ayahnya selama ini.".

Setelah menyesali kebodohan gabdis jelek itu bdeberapa saat laamanya, ia baru bbenar benar duduk semedi, pejam mata dan atur pernapasan.

Semedi kali ini makan waktu yang lama sekali, hawa murni yang mengalami kerusakan hebatnya sedikit demi sedikit berhasil dihimpun kembali, meskipun tidak sesegar semula, namun paling sedikit ia sudah bisa mengerahkan tenaganya untuk bergebrak melawan orang, Selama ini Tong Kauw benar benar tidak datang mengganggu dirinya, bahkan hingga detik itu ia tidak perdengarkan sedikit suarapun.

"Si Budak tolol itu entah sudah lari kemana ?" pikirnya didalam hati, "Mungkin ia tidak kuat menahan rasa sepi didalam gua dan telah jalan-jalan diluaran. Kini Kauw Heng Hu sudah bermusuhan dengan dirinya, sebentar kemudian apabila ia sadar bahwa dirinya kena ditipu olehnya orang itu tentu akan melakukan pencarian secara besar besaran, seandainya sampai ditemukan sitolol itu pasti akan menderita kerugian besar."

Karena berpikir akan hal itu, hatinya jadi sangat gelisah, buru teriaknya:

"Tong Kauw, Tong Kauw...".

Suara pantulan menggema diseluruh ruang gua, beberapa saat kemudian terdengarlah jawaban dari si gadis Bligo itu:

"Saudara cilik, apakah kau sudah selesai bersemedi ? aku segera datang...".

Setelah mendengar jawabannya dan tahu gadis jelek itu sehat wal'at'iat tanpa kekurangan sedikit apapun, Liem Kian Hoo menghembuskan napas lega. Tidak selang beberapa saat kemudian terdengar suara langkah lebar, diatas wajahnya yang berwarna hitam penuh berkelepotan air mata. "Tong Kauw, mengapa kau menangis ?". tanya Kian Hoo keheranan..

Sambil menyeka air mata yang menetes keluar dan dengan nada malu-malu jawab perempuan jelek ini:

" Aku pergi ketempat ayah dan ajak dia berbicara, aku beritahu kepadanya. bahwa sekarang aku, sudah punya seorang saudara cilik yang bersikap sangat baik kepadaku, aku minta ia suka berlega hati".

"Bukankah ayahmu sudah mati ? darimana ia bisa mendengar perkataanmu ?..."

Tong Kauw tertegun dan berdirib menjublak dengdan sinar mata baodoh.

"Akupun tbidak tahu apakah ia bisa dengar atau tidak akan perkataanku pokoknya setiap kali ada persoalan tentu kukatakan kepadanya, sejak ayah meninggal kaulah orang pertama yang pertama yang bersikap sangat baik kepadaku, maka sewaktu kuberitahukan hal ini kepadanya, saking gembiranya aku sampai menangis."

Liem Kian Hoo benar benar dibikin terharu oleh ucapan ini, hiburnya dengan suara lembut:

"Asalkan kau bersungguh-sungguh dan jujur, aku rasa sukma ayahmu diakhirat tentu dapat menangkap apa yang kau ucapkan !".

Maksud sianak muda itu dengan ucapan tersebut tidak lain hanya ingin menghibur hatinya belaka, siapa sangka Tong Kauw segera menyambung:

"Perkataanmu sedikitpun tidak salah, ini sewaktu aku ajak dia berbicara tiba-tiba kepalanya jatuh dari atas tembok, mungkin ia sudah mendengar perkataanku dan ikut bergembira buat diriku!" "Eeeee... darimana batok kepala ayahmu bisa berada diatas dinding tembok ?" seru Kian Hoo melengak. Tong Kauw tertawa.

"setelah ayah mati, karena aku takut tak dapat berjumpa lagi dengan dirinya maka secara diam diam kutebas batok kepalanya dan kusembunyikan didalam gua, agar setiap kali aku bisa datang untuk menengok dirinya !".

Ucapan ini membuat sianak muda itu mengkirik bulu kuduknya pada bangun berdiri.

"Ayahmu mati karena dicelakai orang, mati nya tidak wajar dan sukmanya sangat menderita, mana boleh kau rusak pula jenasah ?" ia menegur dengan nada keras.

"Kenapa tidak boleh ? ayahku yang suruh aku berbua demikian, akupun berbuat atas permintaanya sendiri !".

"Omong kosong! mana mungkin ayahku suruh kau penggal batok kepalanya untuk disimpan ?"

"Benar, sungguh-sungguh..." Teriak Tong Kauw amat gelisah. "Sebelum ayah mati, ia selang berkata kepadaku, suatu hari seandainya ia masih berkata bahwa aku terlalu tolol maka seandainya batok kepala tersebut kupenggal dan kusimpan selalu maka setiap kali ia bisa merawat diriku dari dunia sana !".

Liem Kian Hoo tridak membantah tlagi, ia mengheqla napas panjanrg.

"Aaaaai... ayahmu pun seorang manusia kukoay, orangpun sudah mati, masa seperangkat tengkorak bisa merawat dan menjaga dirimu?..." Ucapan ini sangat menyedihkan hati Tong Kauw ia sesungguhkan dan menangis tersedu-sedu.

"Benar,. . ucapanmu tidak salah... uuuuh... uuuuh... uuuuh... kulit diatas batok kepala tu sudah kering, kulitpun sudah tidak karuan, keadaannya sama sekali berbeda dengan apa yang sering ia katakan kepadamu semasa masih hidupnya.".

"Apa yang ia katakan kepadamu ?".

"Dia bilang: "Tong-jie ! asal kau berhasil mempelajari seluruh barang yang ada didalamku maka sepanjang hidup kau tikak usah takut dianiaya orang lagi !" tetapi hai ini mana mungkin ? didalam otak ayah entah sudah tersimpan ilmu serta kepandaian apapun, dengan andalkan ketololan serta kegoblokanku, sepanjang hidup jangan harap aku bisa mempelajari seluruhnya !".

"Benar ayahmu berkata demikian ?" Tiba tiba sianak muda itu bertanya, hatinya agak ber-gorak.

"sedikitpun tidak salah, setiap hari paling sedikit ia ulangi perkataan itu satu kali dihadapanku, bahkan sewaktu berada dihadapan simonyet tua itupun berkata demikian, maka ucapan tersebut sudah hapal diluar kepala!".

Liem Kian Hoo berpikir sejenak, mendakak ia berkata: "Batok kepala ayahmu disimpan dimana ? mari ajak aku

kesitu !".

"saudara cilik, kau bukan bermaksud untuk mengembalikan batok kepala itu kedalam liang kubur bukan ?".

"Siapa bilang aku hendak berbuat demikian ? ayahmu telah berpesan agar kau berbuat demikian, tentu saja ia punya maksud yang mendalam, Dia adalah ayahmu berarti pula angkatan tua ku, sudah sepantasnya kalau aku pergi menyambanginya ".

Pertayaan ini melegakan hati Tong Kauw, ia lantas berkata dengan hati gembira:

"Asal kau tidak suruh aku menghantar pulang batok kepala itu kedalam liang kubur, kau ingin berbuat apa lakukanlah sekehendak hatimu, bahkan akupun akan berikan kepadamu dengan senang hati apabila kau inginkan, hanya benda inilah satu-satunya barang peringatan yang ditinggal kan ayah kepadaku !"

Liem Kian Hoo tidak sempat banyak cing-cong lagi dengan dirinya, ia lantas suruh gadis itu membawa jalan.

Tong Kauw menyulup api obor, lalu ujarnya:

"Aku sudah hapal sekali dengan liku liku gua ini, sekalipun tidak membawa obor pun bisa sampai kesitu dengan gampang, tapi lain halnya dengan dirimu.".

Liem Kian Hoo tidak gubris ocehan tersebut ia berjalan keluar dari gua itu mengikuti di-belakang Tong Kauw.

Setelah berbelok beberapa tikungan sampailah mereka disebuah ruang gua yang jauh lebih kecil dari gua pertama, disitu banyak terletak batu batuan serta mainan dari emas serta kumala, mungkin disinilah tempat tinggal Tong Kauw selama ini.

Diatas dinding tembok terdapat sebuah lekukan yang berupa sebuah gua kecil, dalam gua tadi terletak sebutir batok kepala, kulit, serta dagingnya sudah mengering, sepasang matanya cekung ke dalam, gigi menongol keluar dan kelihatan sangat menyeramkan.

Tong Kauw segera pungut batok kepala itu untuk diletakkan diatas tangan, setelah itu ujarnya:

"Sewaktu ayah masih hidup, wajahnya tidak sejelek dan seseram ini, ia selalu memaki aku berwajah jelek, padahal sekarang ia jauh lebih jelek daripada aku sendiri !".

Liem Kian Hoo terima bacok kepala tersebut terdapat sebuah retakan panjang buru buru ia bertanya:

"Tong Kauw, kenapa bagian sini retak-retak ?".

Tong Kauw periksa sebentar batok kepala ayahnya, lalu menjawab: "Mula-mula ditempat ini tak ada retakan, mungkin retakan itu terjadi sewaktu terjatuh tadi.

Biarkah batok kepala ini tadi menggelinding dan jatuh retak dengan sendirinya ?".

"Tidak salah ! seandainya batok kepala ini bukan batok kepala dari ayahku sendiri, mungkin aku sudah lari pontang panting saking takut dan ngerinya.".

Sianak muda itupun bungkam dalam seribu bahasa sementara otaknya berputar kencang, sambil menyungging tenkorak itu diam2 ia berdoa:

"Cianpwee, bukan saja caramu berpikir sangat luar biasa bahkan setelah matipun masih dapat menunjukkan tanda- tanda, dalam hati boanpwe merasa sangat kagum, seandainya dugaan boanpwee meleset dan tidak tepat, segala sesuatu perbuatanku yang kasar serta ceroboh harap cianpwee suka maafkan ! perduli bagaimanapun juga, boan pwee pasti akan melaksanakan pesan cianpwee untuk baik-baik memperlakukan Tong Kauw, dan sepanjang masa akan kuanggap darinya sebagai saudara sendiri."

Tong Kauw yang selama ini berdiri disisi si anak muda itu. ketika menyaksikan mulut Kian-Hoo kemak kemik ia tercengang.

"Saudara cilik, apa yang kau katakan kepada ayahku " segera tegurnya.

Liem Kian Hoo tidak menjawab, menanti doanya telah selesai ia baru berkata kepada diri Tong Kauw.

"Tong Kauw, tadi kau mengatakan rela hadiahkan batok kepala ini kepadaku, benar benarkah ucapanku itu ?".

"Tentu saja sungguh-sungguh, tapi apa gunanya kau minta batok kepala itu ?".

"Hendak kuhacurkan !". "Hendak kau hancurkan ? kenapa ?" teriak siperempuan goblok itu terperanjat.

Liem Kian Hoo tahu meskipun alasannya di terangkan kepadanya belum tentu gadis bodoh ini mengerti, lagi pula iapun tidak punya keyakinan penuh, maka terpaksa ia gunakan cara lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Dengan wajah kaku membesi segera tegurnya: "Tong Kauw

! setelah kau dianggap diriku sebagai saudara sendiri, semestinya kau dengarkan perkataanku, kau tak boleh memikirkan ayahmu lagi, lagi pula mulai sekarang tugas menjaga dan merawat dirimu telah terjatuh ketanganku, apa gunanya kau simpan batok kepala ini lagi."

Setengah harian lamanya Tong Kauw berdiri menjublak, akhirnya dengan menahan isak tangis katanya:

"Saudara cilik, aku adalah seorang perempuan goblok, terserah kau hendak melakukan apa saja...".

Dengan wajah serius dan keren Liam Kian Hoo angkat tengkorak itu keatas, lalu dengan telapak lain menabok batok kepala tadi, tulang tengkorak seketika hancur berkeping- keping dan rontok keatas tanah, didalam tulang tidak nampak sesuatu benda apapun, kosong melompong tak ada isinya, hal ini membuat sianak muda itu tercengang dan berdiri menjublak.

Tong Kauw tak kuasa menahan diri setelah menyaksikan tulang tengkorak ayahnya hancur berkeping-keping, ia lari maju kedepan merampas beberapa potong kepingan tulang itu, memeluk dan menagis tersedu-sedu.

"Ooouw ayah...! demi saudara cilik, aku tak dapat merawat dirimu lagi, mulai detik ini akupun tak dapat berjumpa lagi dengan dirimu.".

Dalam pada itu Liem Kian Hoo merasa sangat menyesal dengan perbuatannya, buru ia maju menghibur: "Tong Kauw, sudahlah, jangan menangis, kesemuanya ini anggap saja kesalahanku, anggap saja aku sok pinter sehingga me lakukan suatu perbuatan yang sama sekali salah besar !".

"Perbuatan apa yang salah besar ?" tanya Tong Kauw dengan mata terbelalak titik air mata jatuh berlinang dengan derasnya, Liem Kian Hoo menghela napas panjang.

"Aaaai...! sekarang dikatakan percuma lebih baik tak usah kita pikirkan lagi, Tulang tengkorak dari Soen cianpwee telah hancur berkeping-keping oleh perbuatannya yang tak di sengaja lebih baik kita kembalikan saja sisa tulangnya ketempat semula ! ".

" Terang-terangan kau sengaja menghancurkan tulang tengkorak ayahku kenapa kau mengatakan tidak sengaja ?"

Liem Kian Hoo tak dapat menjawab pertanyaan itu, terpaksa dengan menahan diri dan pura pura marah tegurnya:

"Tong Kauw, sebenarnya kau suka mendengarkan perkataanku atau tidak ?...".

Mungkin Tong Kauw takut sianak muda itu benar-benar naik pitam, buru ia kumpulkan sisa tulang teagkorak ayahnya yang berserakan diatas tanah itu lalu disimpan diatas dinding gua. ketika air matanya jatuh membasahi kulit kering diatas tengkorak tadi tiba tiba suatu peristiwa aneh telah terjadi.

Terkena air mata dari perempuan goblok itu lapisan kulit kering diatas tengkorak tadi mendadak mengepulkan segulung asap putih yang sangat tebal diikuti suara gemeresak yang nyaring.

Dalam sekejap mata seluruh kulit serta daging kering tadi lenyap tak berbekas, tinggal sisa setumpukan tulang putih yang memancarkan cahaya tajam.

Berada dibawah sorotan cahaya obor, tampaklah diatas tulang tulang putih itu muncul pelbagai tulisannya sangat lembut sehingga untuk sesaat tak dapat terlihat jelas tulisan apayang tertera disitu, Menyaksikan hasil penemuannya itu, Liem Kian Hoo bersorak kegirangan.

"Hoooree... akhirnya berhasil kutemukan juga, mula mula aku masih mengira benda itu di sembunyikan didalam tulang kepala, siapa tahu kiranya disembunyikan disini !".

Agaknya Tong Kauw sendiripun dibikin tertegun oleh perubahan aneh dihadapan mukanya, buru-buru ia bertanya:

"Saudara cilik, apa yang telah kau temukan ?" pemuda itu menggosok tulisan tadi agar jauh lebih jelas, sianak muda itu menyahut:

"Aku telah menemukan barang yang dititipkan ayahmu kepadamu, Caranya berpikir betul luar biasa sekali, seandainya tadi kau tidak menangis, niscaya benda tersebut tidak bakal ditemukan dan sungguh tak nyana kalau benda tersebut sebenarnya disembunyikan didalam kulitnya !".

Tong Kauw masih tidak mengerti. namun karena menyaksikan Liem Kian Hoo sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk membaca tulisan itu, maka ia tidak berani mengganggu keasyikan orang.

Liem Kian Hoo mencari sebentar diantara tulang itu, akhirnya ia temukan permulaan dari tulisan tulisan tersebut, dan tidak salah lagi gaya tulisan itu memang tulisan itu memang tulisan dari Soen Tong Hay.

Terbaca ia menulis:

"Aku sadar bahwa Kauw Heng Hu adalah seorang manusia yang licik dan keji, sedangkan Tong-jie goblok dan tak tahu urusan, aku takut tulisan diatas dinding gua akhirnya diketahui juga olehnya aku menemukan cara ini untuk tinggalkan seluruh catatan tersebut disini.

"Seandainya, Kalau tidak mengijinkan Tong jie hidup sebatang kara, tentu ada seseorang dapat memecahkan rahasia ini dan menemukan tulisan-tulisan yang kutinggalkan. Kalau tidak maka aku akan menyesal selamanya dan penasaran sepanjang masa.".

"inti sari dari kitap pusaka Koei-Hua-Pit-Kip adalah sebagai berikut...".

Diatas tulang tulang pulih itu tampak ada lukisan pun ada tuIisan, bukan saja memuat inti sari dari ilmu silat yang maha dahsyat bahkan tercatat pula cara berlatih tenaga dalam yang amat sakti, perubahan perubahan barisan beserta bagaimana cara orang suku Biauw melatih ilmu racun keji serta bagaimana caranya jadi seorang dukun.

Liem Kian Hoo hanya sempat menikmati garis besarnya saja, ia benar-benar terpesona dan seluruh perhatiannya terhisap oleh isi catatan tadi sehingga Tong Kauw yang tertidur disisinya pun sama sekali tak terasa.

Setengah harian lamanya ia baru mendusin kembali, menyaksikan Tong Kauw tertidur pulas dengan bersandar ditepi dinding tembok, sianak muda itu segera dorong dorong tubuhnya sambil menegur:

"Tong Kauw, kenapa kau tertidur ?".

"Hmmm...! aku panggil dirimu sampai beberapa kali, namun kau tidak menggubris diriku terpaksa aku tidur saja karena mangkel !" jawab Si Gadis Bligo sambil cibirkan bibirnya.

"Aaaaah, maaf, maaf Tong Kauw b! barang yang dditinggalkan ayaahmu betul-betulb luar biasa saktinya membuat aku yang membaca jadi lupa bersantap ?"

"Ada ! ada ! " jawab Tong Kauw dengan kegirangan " Ayah sering ajak aku untuk berdiam sampai dua tiga hari ditempat ini, maka sering pula membawa persediaan daging kering serta arak dalam jumlah besar, mungkin sekarang masih ada persediaan yang tersisa disana, aku segera pergi ambil, perutku pun sejak tadi sudah lapar dan gemerutukan cuma sebelum kau bersantap aku jadi malu untuk makan sendiri."

"Budak bodoh, kalau perut sudah lapar harus cepat-cepat diisi, kenapa musti malu-malu sama aku ?"

Tong Kauw bangun berdiri untuk persiapkan makanan, Liem Kian Hoo kembali berpesan:

"Lebih baik ambillah lebih banyak bahan-bahan makanan itu, mungkin kita harus berdiam agak lama ditempat ini".

"Mau apa ? kau tidak pergi mencari si Monyet tua itu ?". "Dengan kemampuan yang kita miliki sekarang, meskipun

berhasil temukan Kauw Heng Hu juga percuma, maka aku

ingin mempelajari lebih dahulu satu dua macam kepandaian yang ditinggalkan ayahmu, dengan demikian sekalipun kita bertemu dengan monyet tersebut, kitapun tak usah takut dan jeri kepadanya lagi !".

"Baiklah !" sahut Tong Kauw setelah berpikir sejenak, "Bagaimanapun aku harus dengarkan perkataanmu !".

Ia lantas putar badan dan keluar dari gua, sedangkan Liem Kian Hoo dengan meminjam cahaya api dengan hati-hati sekali mengumpulkan kepingan kepingan tulang kepala itu dan pusatkan seluruh perhatiannya untuk menyelidiki serta mempelajarinya.

Kurang lebih sepuluh hari kemudian Liem Kian Hoo sudah berhasil menguasahi dua tiga macam kepandaian yang tertera disitu, meskipun kepandaian sakti yang termuat diatas tulang kepala itu sangat banyak, namun untuk mempelajari keseluhan ilmu tadi membuang waktu terlalu banyak maka sianak muda itupun memilih kepadaian-kepandaian yang sesuai dan berguna bagi dirinya saja. yang dipelajari lebih dahulu.

Ia berlatih terus dengan rajinbnya hingga diradsakan sudah cukaup mampu untuk bmerobohkan Kauw Heng Hu, setelah itu barulah ia beritahu kepada Tong Kauw untuk diajak keluar dari gua.

Selama ini Tong Kauw pun ikut mempelajari beberapa macam kepandaian, dalam waktu Liem Kian Hoo temukan bahwa gadis ini sebenarnya tidak terlalu bodoh, mungkin pada masa silam Soen Tong Hay terlalu cepat dan terlalu banyak mencekoki kepandaian kepadanya dimana ia berharap putrinya cepat-cepat lihay maka bukannya berhasil malahan semakin runyam.

Keadaan tersebut tidak berbeda dengan seseorang yang diberi makanan banyak agar gemuk, namun makanan itu sekaligus diberikan secara berlebihan maka bukannya jadi gemuk, orang itu malahan jadi mual dan muntah-muntah.

BegituIah sekeluarnya dari gua, persoalan paling utama yang akan dikerjakan kedua orang itu adalah menuju ke tebing Srigala langit untuk mencari Kauw Heng Hu.

Tetapi ketika mereka tiba disitu, tebing Srigala Langit yang amat luas hanya tinggal sebuah kuil kosong melompong belaka, sesosok bayangan manusiapun tidak nampak.

Liem Kian Hop jadi amat gelisah, buru-buru ia suruh Tong Kauw untuk menghantar dirinya menuju gua Angin Hitam, sebab dari mulut lelaki bangsa Han yang berusia lanjut itu, ia dengar Toan Kiem Hoa serta Watinah disekap ditempat itu.

Jelas Kauw Heng Hu sudah tinggalkan tempat itu, tapi bagaimanakah keadaan gadis itu ? sudah dibunuh ? ataukah dibawa pergi ?

Sementara itu Tong Kauw kelihatan sangsi dan ragu, ia tidak menjawab juga tidak menyanggupi.

Menanti si anak muda itu mendesak berulang kali, dengan hati kebat-kebit ia baru menjawab:

"Aku... aku ... . takut. ... dii... disitu ada setannya ! " "Omong kosong." Tukas Kian Hoo dengan wajah keren.

"Ditengah siang hari bolong mana mungkin ada setan ! sepanjang hari kau cekali batok kepala ayahmupun tidak takut, mengapa kau malah takut dengan bangsa setan ?"

"Aku tidak membohongi dirimu, disitu benar-benar ada setannya, mayat-mayat suku Leher Panjang kebanyakan dikubur disitu, sering kali mayat mereka bangkit kembali dan mencari mangsa ... hiii...".

"Kalau kau berarni ngaco belo ttidak karuan lagqi aku tidak akarn menggubris dirimu " Ancam Kian Hoo dengan nada gusar

"Kalau kau tidak berani naik keatas, beritahu saja arahnya, aku akan menuju kesitu seorang diri!!..".

Tong Kauw paling takut kalau didiamkam oleh sianak muda itu, mendengar ancaman tadi terpaksa dengan besarkan nyali ia bawa Liem Kian Hoo mengintari kuil menuju bukit sebelah belakang.

Jalan gunung tersebut benar benar kelihatan menyeramkan meski ditengah siang bolong namun membawa perasaan aneh bagi orang yang lewat, bau busuk serta desiran angin dingin mendirikan bulu roma.

Baru saja melewati sebuah tikungan, Tong Kauw yang berjalan dipaling depan mendadak putar badan dan melarikan diri terbirit-birit, saking takutnya sambil lari ia terkencing kencing.

"Waaduuuh... waaaduuuh... celaka... celaka ... setannya sudah datang... hhhiiiii...".

Sebagai seorang lelaki tentu saja Liem Kian Hoo tidak percaya dengan ocehan gadis Bligo tersebut ia biarkan Tang Kauw lewat dari sisinya sementara ia sendiri maju kedepan, membelok pada tikungan tadi dan ia segera temukan adanya sesosok bayangan hitam yang tinggi besar berdiri menghadang di hadapannya.

Sianak muda itu tidak berputar langsung membabat kedepan.

"Brraaak . . . ! ". diiringi suara bentrokan nyaring, bayangan hitam itu roboh keatas tanah, secara lapat-lapat terlihat bahwa bayangan itu mirip dengan potongan badan manusia.

Tentu saja Liem Kian Hoo tidak akan percaya kalau bayangan hitam itu adalah setan, ia maju semakin dekat dan segera ditemuinya bahwa bayangan hitam tadi bukan lain adalah mayat seorang suku Leher Panjang, ditinjau dari tulang tulangnya yang sudah kering jelas menunjukkan bahwa orang itu sudah mati lama sekali.

Dibelakang punggung mayat tadi terikat sebuah tonggak yang diikat jadi satu dengan mayat tadi, patahan tongkat dibagian kakinya masih kelihatan jelas, Sianak muda itu lantas angkat kepala periksa keadaan sekeliling tempat itu, ia lihat sepanjang jalan masih berdiri berpuluh puluh sosok majat, setiap dua tiga tombak berdirilah sesosok mayat ditunjang oleh sebuah tonggak kayu.

Menyaksikan hal itu Liem Kian Hoo lantas tertawa tergelak, seraya menggape Tong Kauw ujarnya:

"Coba lihat, mana ada setan ? yang ada cuma sesosok mayat yang berdiri karena disanggah oleh sebatang tonggak kayu, terang ada orang sengaja mengatur permainan ini untuk menakut-nakuti orang.".

Dengan langkah hati-hati serta sangsi Tong Kauw maju mendekat, ia melirik sekejap kearah mayat-mayat itu, lalu dengan suara gemetar katanya kembali:

"Saudara cilik, aku masih takut, tadi... tadi aku lihat dia masih bisa bergerak !". "Omong kosong !" Tegur sianak muda itu gusar " Orang yang sudah mati lama sekali mana bisa bergerak ? tentu matamu sudah melamur karena hatimu ketakutan."

"Tidak, aku tidak menipu dirimu, ketika langkah pertama aku injak tempat ini, tiba-tiba ia buka matanya lebar lebar melototi aku, kemudian sepasang tangannya dipentangkan siap mencengkeram aku !".

Menyaksikan si perempuan Blogo yang punya potongan seperti Bligo ini ketakutan setengah mati bahkan sampai terkencing-kencing, Liem Kian Hoo jadi geli, katanya:

"Aaaaah, mungkin mayat itu tertiup angin maka bergerak- gerak, pertama karena kau dibuat takut dahulu oleh bayanganmu sendiri maka hembusan angin tersebut kau anggap sebagai mayat hidup yang menggerakan anggota badannya, pada hal seseorang yang telah mati sukmanya sudah lepas dari badan kasar, dikolong langit sama sekali tak ada setan."

Tong Kauw berpikir sejenak, lalu ia bertanya:

"Beberapa hari berselang, kenapa batok kepala ayahku secara tiba-tiba bisa menggelinding sendiri dari atas tembok

?".

Liem Kian Hoo terdesak, ia takb sanggup memberdi jawaban atas apertanyaan itu bmaka dengan gunakan cara lama ia berkata:

"Tong Kauw, kalau kau merasa takut tunggu sajalah disini aku akan maju seorang diri".

"Jangan ! jangan !" buru buru Tong Kauw goyangkan tangannya berulang kali.

"Saudara cilik, aku mau ikut dirimu, jangan sekali-kali kau tinggalkan aku seorang diri di tempat ini, mungkin setan-setan itu takut kepadamu maka mereka tak berani berkutik, kalau kau sudah berlalu, mereka pasti akan mencari aku." "Nah, kalau begitu cepatlah ikut aku maju kedepan, jangan berdiri melulu disini sambil takut pada bayangan sendiri."

Tong Kauw tidak berani terlalu jauh meninggalkan si anak muda itu, ia cekal pakaian Kian Hoo erat-erat dan menguntil terus dengan kencangnya.

"Tong Kauw " ujar Liem Kian Hoo sambil tertawa, "Sungguh tak nyana badanmu yang tinggi besar sebetulnya punya nyali yang kecil se-upil, masa sama setan pun takut ? sekalipun dikolong langit benar-benar ada setan atau sukma yang gentayangan itupun berbentuk roh yang tak dapat dilihat dengan mata manusia, asal kita tidak berbuat jahat, maka hawa setan dapat kita buyarkan dan kitapun tidak terpengaruh oleh mereka".

"Aku tidak mengerti dengan penjelasanmu itu, aku tidak paham, aku cuma tahu dan takut."

Liem Kian Hoo menghela napas panjang, dengan perasaan apa boleh buat ia geleng kepala, demikianlah iapun berjalan lebih dahulu dimuka disusul oleh Tong Kauw dibelakangnya yang menguntil terus dengan kencang, seolah-olah ia takut sianak muda itu mendadak tinggalkan dirinya seorang diri disitu.

Mayat-mayat yang berdiri disepanjang jalan walaupun selama ini tidak menunjukkan gerak-gerik apapun, namun raut wajah serta bentuknya sangat menakutkan, mayat-mayat itu semuanya berasal dari suku Leher Panjang, bahkan ditinjau dari pakaian yang dikenakan mungkin mereka adalah kepala- kepala suku turun temurun, sebab leher mereka luar biasa panjangnya.

Ditambah pula dengan batok kepala yang besar dan menyeringai bagaikan kepala ular sendok itu terkulai lemas kebawah, setiap kali terhembus angin, batok kepala itu bergoyang tiada hentinya, sekalipun sianak muda itu tidak takut setan tak urung hatinya merasa tidak tenteram pula. Dengan aman tenteram dan tidakb mengalami gangdguan apapun meraeka berhasil meblewati puluhan sosok mayat mayat itu, nyali Tong Kauwpun semakin besar, kini ia berani melepaskan pakaian Kian Hoo dan berjalan sendiri dibelakang.

Sekonyong-konyong...

Sesosok mayat yang ada disamping mereka perdengarkan suara suitan nyaring yang mengerikan sekali.

"Kukkk... kuuuukkk... kuuuukk... kiiiiikkkk..."

Suitan tersebut amat menusuk pendengaran, Tong Kauw ketakutan setengah mati, serasa sukma terlepas dari raganya ia lari kedepan menubruk tubuh Kian Hoo dan memeluknya erat-erat.

"Saudara cilik... aduuuh... tolong... tolong... aduuh mak, benar-benar ada setan..." teriaknya kalang kabut.

Liem Kian Hoo sendiripun dibikin tergetar hatinya oleh suitan nyaring itu, buru-buru ia angkat kepala memandang.

Tampaklah mayat itu punya potongan yang aneh sekali, seluruh badannya kering kerontang bagaikan sebongkok kayu kering, panjang lehernya mencapai dua meter, rambut panjang menutupi batok kepalanya, jelas mayat itu adalah mayat seorang gadis.

-oo0O0ow-

Pakaian yang menempel dibadannya sudah hancur oleh hembusan angin, sepasang tetek diatas dadanya tergantung kebawah bagaikan dua lembar sayur busuk, pinggangnya kering dan menyusut sedangkan perutnya buncit dan menonjol besar sekali bagaikan seorang perempuan sedang bunting kulitnya warna hitam pekat dan tinggal kulit pembukus tulang belaka. Wajahnya benar-benar mengerikan sekali, potongan badannya serta keadaannya yang telanjang bulat itu membuat orang jadi muak dan ingin muntah.

Dengan sinar tajam Sianak muda itu awasi terus mayat gadis ini tajam-tajam, namun mayat tersebut sama sekali tidak menunjukan perubahan apa pun. Tetapi suara suitan nyaring tadi jelas muncul dari mulut mayat gadis bunting itu, hal ini membuat Kian Hoo tercengang dan berdiri menjublak.

Lama... lama sekali, namun mayat gadis bunting itu tidak menunjukan suatu gerakan apa-pun, akhirnya Kian Hroo tak dapat metnahan diri lagiq, sambil mondorrong tubuh Tong Kauw katanya:

"Aaaah, mungkin jeritan tadi berasal dari sejenis burung yang bersembunyi disekitar sini, coba Iihat, bukankah mayat itu sama sekali tidak berkutik.."

"Tapi... tapi... punggungnya sama sekali tidak ditunjang tongkat kayu, mana mungkin jeritan tadi suara burung ? apalagi jeritan tersebut dahulu pernah kudengar, menurut si Monyet tua katanya beginilah jeritan setan penasaran..!" Seru Tong Kauw dengan wajah ngeri.

"Baik, baiklah, anggap itu memang jeritan setan !" Kata Kian Hoo dalam keadaan apa boleh buat. "Tetapi kecuali dia bisa menjerit jerit belaka sama sekali tak bisa berbuat lain, ia tidak makan orang, tindak mencakar orang, apa gunanya kita merasa takut".

Saking takutnya hampir-hampir saja Tong Kauw menangis, dengan suara gemetar ujarnya kembali:

"Saudara cilik, aku benar benar sangat takut, begitu takut hatiku sampai sukar dilukiskan dengan kata kata, seandainya ia benar benar bisa menggigit dan mendahar diriku, aku sih tidak ambil perduli, tetapi kalau ia cuma menjerit-jerit terus macam begini, aku jadi tidak tahan, kalau ia menjerit lagi, aku... aku... mungkin aku bisa mati ketakutan." Dalam keadaan seperti ini Liem Kian Hoo tidak habis mengerti harus menggunakan cara apa untuk melenyapkan rasa takut yang sudah menempel dalam hati Tong Kauw, terpaksa dengan keraskan hati ia berkata:

"Tong Kauw, mengikuti tata kesopanan apa bila seseorang telah mati, maka tidak pantas kalau kita ganggu atau kita rusak jenasahnya, tetapi melihat wajahmu yang pucat pias dan hatimu yang ketakutan setengah mati, aku tak dapat berbuat lain kecuali menghajar jenasah ini, lagi pula aku-pun ingin membuktikan sebenarnya jeritan tadi berasal dari mulut mayat ini ataukah bukan. Nah menyingkir lah lebih dahulu, akan kuhajar mayat ini !".

"Saudara cilik, kau tak boleh menghajar tubuh mayat itu, bagaimana kalau seandainya di tubuhnya mengandung racun

?" Cegah Tong Kauw dengan wajah tegang. "Ayah pernah berkata kepadaku setiap orang suku Biauw yang telah mati badannya tentu dilapisi oleh semacam obat racun agar tubuhnya jangan sampai membusuk dan hancur.".

"Kau boleh legakan hati, tentu saja aku tidak sebodoh itu dengan menghantam mayat tadi menggunakan tangan".

Seraya berkata sianak muda itu lantas bongkokkan badan memungut sebutir batu, kemudian dengan diarahkan keatas perut mayat gadis yang bunting itu ia melancarkan sebuah serangan dahsyat.

Didalam serangan tersebut, ia tidak menggunakan tenaga terlalu besar, meski demikian akibat nya luar biasa sekali.

"Bruuuk....!" Batu tadi amblas kedalam lambung gadis tadi sehingga berlubang dan muncratlah sejumlah air warna hitam yang menyiarkan bau amis serta busuk sekali, begitu busuk air hitam yang mengalir keluar dari kandungan mayat gadis tadi sehingga membuat kepala Kian Hoo dan Tong Kauw jadi pening tujuh keliling dan perut terasa sangat mual. Buru-buru Liem Kian Hoo tarik tangan Tong Kauw dan meloncat mundur dua langkah kebelakang. Bersamamaan dengan terjadinya penyerangan itu, suatu peristiwa mengerikan yang tak disangka sangkapun telah berlangsung.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar