Naga Kemala Putih Bab 06. Tong Ou dan Sangkoan Jin

Bab 06. Tong Ou dan Sangkoan Jin

Perasaan Tong Ou saat ini gembira sekali, ya, urusan apa yang lebih menggembirakan daripada keberhasilannya mem¬bongkar identitas orang. Dia sama sekali tidak kuatir bahwa tindakannya melepaskan Tio Bu-ki akan mempengaruhi pertempuran yang akan dilakukannya, dia sangat percaya dengan perhitungan serta pengamatannya, dia lebih yakin lagi dengan kemampuan yang dimilikinya. Sampai hari ini sudah ada empatpuluh tujuh orang anggota Tayhong-tong yang telah berhasil dibeli olehnya, bila terjadi serbuan besar nanti, dia yakin mereka semua akan melakukan kerjasama yang erat dengan melakukan serangan dari dalam. Selain ku, ditambah pula dengan pengetahuan Sangkoan Jin tentang seluk beluk Tayhong-tong yang sempurna, dia yakin pertempuran kali ini sudah dimenangkan olehnya sejak awal.

Yang dilakukannya sekarang seperti kucing yang mempermainkan seekor tikus, membebaskan Bu-ki tak lebih daripada hanya ingin menambah keasyikan serta unsur hiburan dalam pertempuran yang akan dilakukannya nanti. Selain itu, dia pun berjanji di dalam hatinya untuk tidak membunuh Tio Bu-ki dalam pertempuran nanti, sebab Tio Bu-ki telah mempelajari ilmu pedang dan Siau Tang-lo, bagaimana pun juga dia ingin Tio Bu-ki tetap hidup agar bisa diajak bertarung satu lawan satu dengan dia sendiri.

Tong Ou bisa membayangkan betapa kalut dan gugupnya pikiran serta perasaan Bu-ki saat ini, terutama setelah berjumpa dengan orang itu nanti malam. Pikiran maupun perasaannya pasti akan semakin kalut dan gelagapan, apalagi jika Tong Ou sengaja menahan orang itu di Benteng Keluarga Tong, dia yakin pikiran dan perasaan Tio Bu-ki pasti sedemikian bingung dan kacaunya hingga tak akan tahu apa yang harus dilakukannya.

Perhatian yang terpecah merupakan pantangan paling besar dalam ilmu kemiliteran. Dengan berbekal perasaan riang gembira seperti inilah Tong Ou berjalan menuju ke tempat yang ia janjikan untuk bertemu dengan Sangkoan Jin. Satu belokan lagi ia akan tiba di tempat tujuan, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.

Satu masalah tiba-tiba melintas dalam benaknya. Sekarang terbukti sudah kalau Li Giok-tong adalah Tio Bu-ki, tetapi mengapa Sangkoan Jin tidak melaporkan penemuan tersebut sejak dulu-dulu? Dia tak percaya Sangkoan Jin tak berhasil mengetahui kalau Li Giok- tong adalah penyamaran dari Tio Bu-ki.

Dengan munculnya masalah ini, masalah lain segera muncul pula di dalam benaknya. Siapa yang telah menyuap Wan Sam? Atau siapa yang telah membunuh Wan Sam kemudian membawa berita palsu itu kembali ke Benteng Keluarga Tong?

Menurut penuturan Lo-cocong, hanya tiga orang yang tahu kalau mereka mengutus Wan Sam pergi melakukan penyelidikan, ketiga orang itu adalah Lo-cocong, Tong Koat serta Sangkoan Jin. Mungkinkah Sangkoan Jin yang melakukan? Mengapa dia harus berbuat begitu? Tong Ou memutuskan akan menyelidiki persoalan ini hingga tuntas dan jelas.

Ia pun berdiam sejenak untuk mengatur kembali semua jalan pikiran serta rencananya, kemudian sambil mengulum senyumnya kembali di wajahnya, ia melanjutkan ayunan kakinya berbelok pada tikungan terakhir menuju ke tempat yang dijanjikan.

Sangkoan Jin sudah duduk menanti di situ, setelah berbasa- basi sebentar, Tong Ou langsung mengajukan masalah yang dicurigainya secara terang-terangan.

“Aku telah berhasil mengetahui identitas Li Giok-tong yang sesungguhnya,” kata Tong Ou kemudian.

“Oh ya?” seru Sangkoan Jin dengan perasaan terkejut. “Ya, ternyata dia adalah Tio Bu-ki dari Tayhong-tong!”

Hanya sekejap rasa terkejut melintas di wajah Sangkoan Jin, dengan cepat ia berhasil menguasai gejolak hatinya dan dengan sikap yang sangat tenang balik bertanya, “Dia sudah mengaku?”

“Sudah, dia sudah mengaku!”

“Berarti kau pasti ingin bertanya kepadaku, kenapa aku tidak mengenalinya sejak awal?” sambung Sangkoan Jin cepat.

“Ya, masalah itu adalah salah satu pertanyaan yang mengganjal di hatiku.”

“Sebenarnya alasannya sederhana sekali. Ada dua alasan, pertama aku ingin membuktikan sejauh mana kemampuan dan kehebatan orang-orang Benteng Keluarga Tong dalam menyelidiki identitas seseorang, aku ingin tahu apakah kalian betul-betul mampu membongkar identitas dia yang sebenarnya.”

“Terima kasih kau telah memberikan kesempatan itu kepada

kami!”

“Kedua adalah alasan pribadiku sendiri, aku ingin tahu

sejauh mana kemampuan yang dimiliki Tio Bu-ki, sehingga dia berani menyerempet bahaya dengan jauh memasuki sarang harimau.”

“Hasilnya bagaimana? Kau berhasil menemukan sesuatu?” tanya Tong Ou.

“Yaa, aku menjumpai banyak perubahan telah terjadi pada diri Tio Bu-ki, dia sudah bertindak lebih hati-hati, serius dan tidak cero¬boh, dia lebih pandai mengendalikan emosi bahkan sewaktu bertemu dengan aku pun dia bisa berlagak pura-pura tidak kenal, aku tahu, ia sedang mencari kesempatan untuk turun tangan, ia selalu mengincarku untuk balas dendam. Tentu saja aku tak sudi memberikan kesempatan ini kepadanya.”

“Aku telah berjanji untuk membiarkan dia pergi dari sini, menurut pendapatmu, betul tidak tindakanku ini?”

“Kau pasti sudah mempunyai keyakinan untuk bisa memenangkan pertempuran kali ini, hingga berani melepaskan dia pergi dari sini.”

“Tentu saja, aku selalu percaya diri dan yakin dengan kemampuan yang kumiliki!”

“Sekalipun punya keyakinan dan percaya diri, yang lebih penting lagi adalah perencanaan yang lebih teliti dan matang.”

“Itulah sebabnya aku datang mencarimu, aku ingin mengajakmu untuk berunding dan meneliti kembali semua rencana yang telah kubuat dalam serbuan besar kita untuk menghancurkan markas besar Tayhong-tong.”

“Meskipun markas besar Tayhong-tong sangat banyak, namun kekuatan utama yang sesungguhnya cuma ada empat, selain benteng-benteng milikku, Tio Kian dan Sugong Siau-hong, yang keempat adalah lembah Boanliong-kok (lembah naga melingkar).

Sasaran pertamamu akan menyerang yang mana?” “Lembah Boanliong-kok!”

“Kenapa kau pilih lembah Boanliong-kok?”

“Pertama, letak lembah Boanliong-kok paling dekat dengan lingkaran pengaruh Benteng Keluarga Tong kita, kemungkinan terjadinya bentrokan besar juga sangat besar, maka bila kita berhasil memusna¬kan Boanliong-kok lebih dahulu, berarti radius duaratus li di seputarnya akan menjadi milik kita sehingga bagi pihak kita keadaan itu akan sangat menguntungkan. Jika harus maju terus, kita akan lang¬sung mencapai titik pusat markas besar Tayhong-tong, jika mesti mundur kita langsung tiba di wilayah kekuasaan sendiri, dengan begitu selain punya daya serbu yang besar, kita juga bisa menekan angka pengorbanan serendah mungkin.”

“Ehm, sangat masuk di akal, lalu rencanamu kapan kita mulai bergerak?”

“Bulan lima tanggal lima, tepat hari peh-cun, ketika orang- orang dalam lembah Boanliong-kok sedang merayakannya, kita serang mereka secara tiba-tiba!” “Bagus sekali!” teriak Sangkoan Jin memuji.

Tong Ou tertawa bangga, katanya kemudian, “Untuk itulah aku ingin mengetahui lebih jelas seluk-beluk lembah Boanliong-kok!”

Maka Sangkoan Jin pun segera menjelaskan semua keadaan dan keletakan tentang Boanliong-kok secara terperinci.

Tong Ou manggut-manggut berulang-ulang dengan perasaan puas, sebab ia telah berhasil menyuap tujuh orang dari Boanliong-kok dan laporan yang diberikan ketujuh orang itu ternyata sesuai dengan uraian yang diberikan Sangkoan Jin. Lebih dari itu, uraian yang diberikan Sangkoan Jin jauh lebih luas dan lebih terperinci.

Kini Tong Ou semakin percaya bahwa Sangkoan Jin memang sungguh-sungguh ingin bergabung dengan perkumpulannya, karena itu persoalan tentang Wan Sam yang semestinya hendak ia utarakan, akhirnya ia batalkan sebab kecurigaannya telah lenyap.

Sangkoan Jin sendiri juga sangat paham dengan situasi yang sedang dihadapinya, dia tahu Tong Ou sengaja menggunakan urusan ini untuk mencoba sejauh mana kesetiaannya terhadap mereka. Tentu saja ia harus memberikan uraian panjang lebar serinci dan selengkap mungkin.

Selain itu, sekarang ia sudah memegang sebuah kartu as, dia tahu Benteng Keluarga Tong akan menyerang lembah Boanliong- kok pada bulan lima tanggal lima nanti. Asalkan sebelum serangan dilancarkan ia bisa menyampaikan berita ini ke Boanliong-kok hingga mereka bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya, belum tentu Keluarga Tong bisa meraih kemenangan secara mudah. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana caranya ia menyampaikan berita ini ke Boanliong-kok?

Pemimpin Boanliong-kok adalah Si Kiong, dia sahabat karib Sangkoan Jin selama banyak tahun, hanya saja Si Kiong tidak tahu tentang rencana Harimau Kemala Putih. Kalau Si Kiong tahu bahwa berita tentang serangan ini berasal dari Sangkoan Jin, dia pasti tak akan percaya, bahkan mungkin akan mengira pemberitahuan itu sebagai bagian dari suatu rencana kejinya.

Selain itu Si Kiong terkenal karena tabiatnya yang berangasan dan gampang naik darah, bila ia memberitahukan rahasia tentang rencana penyerbuan Keluarga Tong kepadanya, Si Kiong pasti tak bisa mengendalikan diri dan pasti akan memberitahu semua orang tentang berita ini. Bila hal ini sampai terjadi, maka orang-orang yang telah disuap Keluarga Tong pasti akan ikut mendengar dan melaporkan kejadian ini ke pihak Keluarga Tong, akibatnya Tong Ou pasti akan mencurigainya. Jelas soal ini sangat sulit dan tak gampang diselesaikan.

Namun sesulit apa pun masalahnya, Sangkoan Jin merasa perlu untuk menyampaikan berita ini ke tangan pihak Boanliong-kok, dia percaya bahwa dengan kekuatan serta kemampuan yang ada di Boan¬liong-kok, asalkan ada persiapan yang matang sebelumnya, pihak Benteng Keluarga Tong tak akan berhasil meruntuhkan mereka dengan mudah. Malah andaikan mereka punya rencana untuk melancarkan serangan balik pun rasanya tak sulit untuk dilakukan.

Tapi... bagaimana peringatan dini ini harus disampaikan ke pihak Boanliong-kok tanpa diketahui oleh orang-orang yang telah disuap Keluarga Tong bahwa si penyampai berita adalah dirinya? Berpikir sampai di situ, tak dapat tidak Sangkoan Jin mengerutkan dahinya sambil termenung.

Walaupun perubahan sikap itu hanya berlangsung amat singkat, rupanya Tong Ou telah mengetahuinya. Ia segera menegur, “Tuan Siangkoan, ada masalah apa yang membuatmu risau? Apa kau masih menganggap perencanaan kita kali ini masih kurang sempurna atau kurang meyakinkan?''

Reaksi yang ditunjukkan Sangkoan Jin pun tak kalah cepatnya, “Oh tidak, aku hanya sedikit berkuatir tentang Tio Bu-ki!”

“Kenapa harus menguatirkan dia?”

“Kau telah memberitahunya tentang rencana penyerbuan kita ke markas besar Tayhong-tong, padahal kau pun membiarkan dia pergi dari sini, jika kemudian secara kebetulan dia menuju ke Boanliong-kok lebih dulu, bukankah pihak lembah Boanliong-kok akan melakukan persiapan lebih dini?”

“Kekuatiran tuan Siangkoan memang sangat tepat dan beralasan, hanya saja...”

Berbicara sampai di sini, di ujung bibir Tong Ou segera tersungging senyuman bangga.

Melihat senyum di wajah Tong Ou, Sangkoan Jin kembali menyela, “Atau mungkin kau sudah mempunyai cara yang jitu untuk menga¬tasi soal ini?” “Tepat sekali, malam nanti aku akan memberi sedikit permainan untuk Tio Bu-ki, agar sekeluarnya dari sini, tak mungkin ia akan langsung menuju Boanliong-kok.”

“Oh ya? Begitu yakin kau dengan rencanamu?”

“Bila kita tahu kekuatan musuh dan tahu kekuatan sendiri, maka tiap pertempuran pasti akan kita menangkan. Aku mempunyai keyakinan seratus persen akan rencana yang akan kulaksanakan.”

“Kalau begitu, tak ada salahnya kalau kita minum dulu secawan arak kegembiraan!” kata Sangkoan Jin.

“Tepat sekali! Aku percaya kau pasti belum pernah berkunjung ke loteng Pek-hoa-lo (Loteng Seratus Bunga) dari Benteng Keluarga Tong bukan?”

“Ya, belum pernah!”

“Kalau begitu, malam nanti aku akan mengundang tuan Siangkoan untuk minum secawan arak di loteng Pek-hoa-lo”

“Baik!”

Tong Ou segera berpamitan, sewaktu pergi dari situ, tiba- tiba sekilas senyum amat licik terlintas di wajahnya. Senyuman itu kebetulan diperlihatkan ketika ia berdiri membelakangi Sangkoan Jin sehingga Sangkoan Jin sama sekali tidak mengetahuinya.

Saat ini pikiran dan perhatian Sangkoan Jin sedang tertumpu pada satu persoalan, yaitu bagaimana caranya menyampaikan peringatan dini ke Boanliong-kok.

Baru saja dia menjawab pertanyaan Tong Ou dengan mengatakan kekuatirannya atas Bu-ki, dia pun segera berpikir, mengapa tidak menggunakan Bu-ki sebagai tamengnya dengan memberitahukan berita tentang penyerbuan Keluarga Tong ke Boanliong-kok sebagai ulah Bu-ki?

Tapi kata-kata selanjutnya dari Tong Ou segera memadamkan niatnya itu. Dia percaya sebelum Bu-ki pergi meninggalkan tempat itu, tak mungkin dia punya kesempatan untuk bertemu sekali lagi dengannya. Lalu, apa yang harus dilakukannya sekarang?

Ia berjalan mendekati jendela lalu melemparkan pandangan matanya ke tengah aneka warna bunga yang tumbuh subur di taman, pikiran dan perasaannya saat ini betul-betul sangat kalut. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar