Naga Kemala Putih Bab 02. Pembicaraan antara Tong Koat dan Neneknya

Bab 02. Pembicaraan antara Tong Koat dan Neneknya

“Lapor Lo-cocong!” kata Tong Koat, “aku menemukan dua persoalan!”

“Dua persoalan?” tanya si nenek.

“Pertama, sejak masuk ke dalam kebun bunga, tiba-tiba Li Giok-tong nampak banyak pikiran, dia melamun terus.”

“Kemudian?”

“Dia benar-benar telah turun tangan menolong Sangkoan Jin!” “Oh ya?”

“Jadi sekarang asal-usulnya tak perlu dicurigai lagi bukan?” “Kau yakin?”

“Tentu saja, kalau dia tak ingin Sangkoan Jin mati, berarti dia bukan Tio Bu-ki!”

“Hanya karena dia tak ingin Sangkoan Jin mati, lalu kau menyim¬pulkan dia pasti bukan Tio Bu-ki?” tanya Lo-cocong.

“Masa masih ada dugaan lain?” “Tentu saja masih ada!”

“Aku tidak mengerti,” seru Tong Koat.

“Siapa tahu dia memang tak ingin melihat Sangkoan Jin mati di tangan orang lain?”

“Selain itu?”

“Mungkin dia tak ingin Sangkoan Jin mati begitu cepat dan begitu gampang.”

“Nenek Moyang, kau memang hebat!” puji Tong Koat cepat. “Kau tak perlu jilat pantat, aku lihat kau masih belum terlalu percaya dengan perkataanku!”

“Aku... Nenek Moyang, bukankah kita telah mengutus orang untuk melakukan penyelidikan di Cisi? Bukankah sudah terbukti bahwa Li Giok-tong memang dia?”

“Siapa yang mengatakan begitu?” tanya si nenek.

“Kami telah mengutus Wan Sam untuk membuktikan hal

ini.” “Kau tahu berapa banyak anggota Tayhong-tong yang telah kita beli?”

“Empatpuluh tujuh orang!”

“Kita bisa membeli anggota Tayhong-tong, memangnya pihak Tayhong-tong tidak bisa membeli orang-orang kita?”

“Maksud nenek, Wan Sam telah menerima suap dan memberikan keterangan palsu?”

“Aku tidak berkata begitu!” “Lalu...”

“Aku hanya mengatakan kemungkinan seperti ini bukannya tidak mungkin terjadi,” si nenek menjelaskan.

“Tapi tak ada orang yang tahu kalaukita mengutus Wan Sam!” “Ada!”

“Siapa?” “Sangkoan Jin!”

“Dia? Mana mungkin dia? Mana mungkin dia membantu Tio Bu-ki untuk merahasiakan identitasnya?”

“Jalan pikiran kita terlalu sederhana dan hanya tertuju satu hal, bagaimana kalau seandainya dia bukan Tio Bu-ki?”

“Lo-cocong, kau membuat aku makin lama semakin bingung,” keluh Tong Koat dengan perasaan tak habis mengerti.

“Menurut laporan yang kita terima dari mata-mata, Tio Bu-ki benar-benar hendak membunuh Sangkoan Jin untuk membalaskan dendam sakit hati ayahnya, bukan begitu?”

“Benar!”

“Mengapa Sangkoan Jin bergabung dengan kita?”

“Karena dia beranggapan perkumpulan Tayhong-tong cepat atau lambat akhirnya akan dimusnahkan oleh kita, maka dia membunuh Tio Kian untuk menunjukkan kesetiaannya bergabung dengan kita!”

“Moga-moga saja dia memang bermaksud begitu...” kata si nenek pelan.

“Masa dia hanya berpura-pura?”

“Dalam menghadapi persoalan apa pun, tak ada salahnya kalau kita bertindak lebih hati-hati.”

“Lantas baru saja kau mengatakan...” “Aku kuatir Sangkoan Jin punya rencana dan tujuan lain, siapa tahu Li Giok-tong memang khusus menyusup kemari untuk bisa bergabung dengannya?”

“Mana mungkin bisa begitu? Kita sendiri yang mengangkat Li Giok-tong menjadi congkoannya Sangkoan Jin.”

“Itulah yang aku katakan tadi.” sela si nenek cepat, “jalan pikiran kita selalu tertuju ke satu arah saja. Selama ini kita hanya menduga dia adalah Tio Bu-ki, maka dari itu kita sengaja mengirim dia untuk melayani Sangkoan Jin sambil mengawasi reaksinya, jika seandainya dia bukan Tio Bu-ki dan tujuannya kemari hanya ingin menyusup jadi mata-mata, bukankah perkiraan kita jadi keliru besar?”

“Aku tidak percaya kalau kedatangan Sangkoan Jin hanya untuk menjadi mata-mata,” seru Tong Koat.

“Sebetulnya aku sendiri juga tidak percaya,” si nenek menyambung, “tapi yang baru saja terjadi itu menimbulkan kembali rasa curigaku!”

“Kejadian apa?”

“Wan Sam telah hilang, suratnya dikirim balik melaku burung merpati, tapi orangnya hingga hari ini belum juga kembali.”

“Oh ya?”

“Oleh sebab itu aku mulai menaruh curiga lagi terhadap Sangkoan Jin dan Li Giok-tong.”

“Betul, jika Wan Sam sampai terbunuh maka orang yang paling dicurigai adalah Sangkoan Jin.”

Lo-cocong mengangguk.

“Tidak salah, cuma... Wan Sam adalah seorang penjudi, bisa saja dia sedang kecanduan main judi hingga pulangnya tertunda.”

“Terus...”

“Oleh sebab itu aku putuskan untuk menunggu satu hari lagi. Besok pasti ada berita tentang dia, entah berita itu dibawa cha sendiri atau berita tentang kematiannya karena dibunuh orang!”

“Berarti nenek sudah mengutus orang untuk melakukan penyelidikan?”

“Besok, besok baru akan kukirim!”

“Lantas apa yang harus kita lakukan terhadap Li Giok-t ong?” “Apa pun tidak kita lakukan, tunggu.” “Tunggu? Menunggu apa?” “Tunggu seseorang!”

“Seseorang? Siapa?” tanya Tong Koat keheranan. “Tong Ou!”

“Kenapa harus menunggu toako?”

“Sebab selama ini perhitungannya tak pernah meleset!” “Perhitunganku juga tak pernah meleset, kenapa kau lebih

membela dia? Apakah nenek menganggap aku tak mampu bekerja?” “Sudah, pergilah tidur...” tukas si nenek.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar